Anda di halaman 1dari 114

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM

LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN


KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Naily Azizin Nuha


NIM: 11150340000006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM
LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN
KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Naily Azizin Nuha


NIM: 11150340000006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama: Naily Azizin Nuha
NIM: 11150340000006
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul METODE
MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF
HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA adalah benar merupakan
karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyususnannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini
telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau seluruhnya merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 19 April 2020

Naily Azizin Nuha


NIM. 11150340000006

ii
METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM
LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN
KONTEMPORER DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Naily Azizin Nuha
NIM: 11150340000006

Di bawah Bimbingan:

Dr. Eva Nugraha, M.Ag


NIP. 197102171998031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M

iii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM


LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA
telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Januari
2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir.
Jakarta, 26 April 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag dc Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH


NIP. 19710217 1 99803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,
Penguji I, Penguji II,

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA Hasanuddin Sinaga, M.A


NIP. 19560221 199603 1 001 NIP. 19701115 199703 1 002

Pembimbing,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag


NIP. 19710217 1 99803 1 002
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. penulis panjatkan atas berkah, nikmat,
dan kasih sayangnya penelitian dengan judul “METODE MENGHAFAL
AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN
KONTEMPORER DI INDONESIA” dapat terwujud meski masih terdapat
banyak kekurangan. Shalawat dan salam tercurahkan Nabi Muhammad
Saw. sebagai Nabi akhir zaman dan wasilah dalam berdoa kepada Allah
Swt. dalam kelancaran mengerjakan skripsi ini.
Berkat semangat, informasi, tenaga, dan kesempatan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mengajak penulis agar terus
melanjutkan tulisan ini. Karena itulah dengan terwujudnya skripsi ini
penulis merasa berhutang budi kepada berbagai pihak dan sudah
sepatutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A,
selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Kusmana, M.A, Ph.D, selaku Wakil Dekan 1 yang banyak
memberikan arahan dan semangat agar terus menyelesaikan
skripsi ini yang juga ditulis saat penulis telah bekerja.
4. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku Kaprodi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir yang juga menjadi Dosen Pembimbing bagi penulis
dengan sabarnya mengarahkan, membimbing, dan memberikan
kesempatan meski harus meluangkan waktu istirahatnya hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

v
vi

5. Bapak Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku Sekprodi Ilmu Al-


Quran dan Tafsir.
6. Dosen penasihat akademik, Bapak Dr. Ahsin Sakho bin
Muhammad Asyrofuddin, M.A., yang telah memberikan nasihat
dan ilmu kepada penulis selama studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, M.A., selaku dosen
pembimbing proposal hingga saran sebagai penguat dalam
melanjutkan skripsi.
8. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir yang
dengan tulus memberikan pengetahuan kepada penulis.
9. Para Staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin,
terimakasih untuk referensi yang ada dan pelayanannya yang
sangat ramah dan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan amat nyaman.
10. Keluarga PT Almahira mbak Ratna, selaku bagian Direksi
Almahira, PT Cordoba Bapak Restu, selaku Market dan
Komunikasi Cordoba, Ketua Yayasan Sidogiri, Admin Toserba
Muslim yang telah bersedia meluangkan waktu, menanggapi,
dan memberikan informasi kepada penulis tentang proses
penerbitan Quran Hafalan yang ia miliki dan tentunya menjadi
sangat berguna dan berharga bagi penulis dari segi penulisan
dan pengalamannya.
11. Keluarga besar Nenek, Tante, Om, Bude, Pakde, para tetangga
,dan seluruhnya terima kasih atas segala pertanyaannya yang
mendorong penulis memiliki niat untuk lulus.
vii

12. Sahabatku, keluarga rantau ku Nasyiatul Laily Noer Dinny, Sri


Fajri Yanti, Afrohul Ishmah Harahap, Nur Jannah, Aisyah
Fadilah, Alidayasa, dan Naily Hilmya yang banyak memberi
sumbangsih dengan bentuk dorongan, kasih sayang dan
bantuannya dalam proses penulisan skripsi ini, kalian
segalanya!!!.
13. Seluruh sahabatku bolo umbelen, Sofi, Atiqoh, Ira, Salwa, dan
lainnya yang selalu memberikan semangat dengan jarak jauh.
Sahabatku Faradillah, yang memberi segala saran dan
semangatnya sejak MTs, kamu luar biasa! Yuk! Lulus, Yuk!.
14. Keluarga, alumni, dan sahabat Pondok Pesantren Nurul Islam
yang selalu ada kapan pun dan di mana pun penulis berada yang
bersedia bertukar informasi dengan penulis bahkan
mengantarkan penulis sejak awal penulis berada di Universitas
ini, terutama KH. Muhyiddin Abdusshomad, Nyai Hj.
Khodaifah, Gus Robith Qashidi, Lc., Ning Lailatu Happy Dian,
Gus Abduh, Ning Balqis, Gus Rahmat, Ning Khalid, beserta
jajaran keluarganya, juga Marthania Rizqy Amalia dan teman-
teman IKSAN lainnya.
15. Semua teman-teman kelas Billingual, senantiasa menemani
proses belajar dan pendewasaan ku, juga teman-teman lainnya
yang juga selalu memberikan informasinya, termasuk
Muhammad Sairi yang telah mengajak untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
16. Terimakasih Diana, Fajri, Bunda Imas, Sofi, Erna, Affan, yang
bersedia disibukkan dalam mencari tanggapan tentang Mushaf
Hafalan yang penulis teliti.
viii

Abah Ibu, dan Adik yang selalu mendoakan dan mendorong


segala yang baik untuk saya, termasuk kelulusan S1 ini. Besar harapan
penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan bagi semua
yang berkepentingan.

Jakarta, 19 April 2020

Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan


bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin
dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf arab Nama Huruf latin Nama

‫ا‬ alif
tidak tidak
dilambangkan dilambangkan

ba b be

ta t te
es (dengan titik
ṡa ṡ
diatas)

jim j je
ha (dengan titik

ḣ diatas

kha kh ka dan ha

dal d de

żal ż zet (dengan titik


diatas)

ra r er

zai z zet

sin s es
ix
x

syin sy es dan ye

Ș es (dengan titik
Șad di bawah)
de (dengan titik

ḍad di bawah)

te (dengan titik

ṭa di bawah)

zet (dengan titik


ẓa ẓ
di bawah)

‘__ apostrof terbalik


‘ain

g ge
gain

f ef
fa

qof q qi

kaf k ka

lam l el

mim m em

nun n en

wau w we

ha
h ha

__’ apostrof
hamzah

ya y ye
xi

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (’).
2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas


vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin Nama

‫ا‬ fatḥah a a

ِ‫ا‬ kasrah i i

‫ا‬ ḍammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan


antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf latin Nama
‫ئَي‬ fatḥah dan ya ai a dan i

‫ئًو‬ fatḥah dan wau au a dan u

Contoh:

‫كيف‬ : kaifa ‫ هول‬: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat


dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
xii

Harkat dan Nama Huruf dan tanda Nama


Huruf

‫ َ ى‬... | ‫ َ ا‬... fatḥah dan ā a dan garis di atas


alif atau ya
‫ِِى‬ kasrah dan ya ī i dan garis di atas

‫و‬ ḍammah dan Ū u dan garis di atas


wau
Contoh:

َ‫ات‬
َ ‫َم‬ : mātā

َ ‫َرَمى‬ : ramā

ََ ِ‫ق‬
َ‫يل‬ : qīla

َ‫وت‬
ُ ُ‫ َ ََي‬:yamūtu
4. Ta marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah

yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,

transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau

mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:


َ َ ُ َ
‫َروض ة األطف ال‬ : rauḍah al-aṭfāl
ُ َ َ ُ َ َ
‫الم ِدين ة الف ِضيل ة‬ :al-madīnah al-fāḍilah
xiii

ُ َ
‫كم ة‬ ‫الح‬
ِ : al-ḥikmah
5. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ‫) ا‬, dalam transliterasi ini

dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi

tanda syaddah..

Contoh:
‫ ربَّنا‬: rabbanā
‫ ن َّجيْنا‬: najjaīnā
‫ الحق‬: al-haqq
‫ الحج‬: al-ḥajj
‫ نعِم‬: nu“ima
‫ عد و‬: ‘aduwwun
Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah ( ‫) اِ اى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).

Contoh:

‫ علِي‬: ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)


‫عربِي‬: ‘Arabī (‘Arabiyy atau ‘Araby)
6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

huruf (alif lam ma‘arifah ). Dalam pedoman transliterasi ini, kata

sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf

syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi

huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
xiv

yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contohnya:

‫ال َّش ْمس‬ : al-syamsu (bukan asy-


syamsu )
‫الزلزلة‬ : al-zalzalah

‫الفلسفة‬ : al-falsafah

‫البالد‬ : al-bilādu
7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya

berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila

hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan

Arab ia berupa alif. Contohnya:

‫ تأْمر ون‬: ta’ murūna


‫النَّ ْوء‬ : al-nau’
‫يء‬
ْ ‫ش‬ : syai’un
‫ أمِرْ ت‬: umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,

istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,

istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan

bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.


xv

Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan


umum.

Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fiẓilāl al-Qur’ān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
9. Lafẓ al-Jalālah (‫)هللا‬

Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal),

ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

ِ‫ ِديْن للا‬: dīnullāh ِ‫بالل‬ : billāh

Adapun ta marbuṭāah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ

al-jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ِ‫ ه ْم فِي ر حْمةِ للا‬: hum fī raḥmatillāh

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),

dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan

huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada
xvi

permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A

dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan

yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang

didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun

dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl


Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan
Ṣyahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān
Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī
Abū Naṣr al-Farābī
Al-Gazālī
Al-Munqiż min al-ḍalāl
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING….………………………...iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI………………………………..iv
KATA PENGANTAR.............................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................xvii

ABSTRAK…………………………………………………………….....xix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah………………………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………............6
D. Tinjauan Pustaka……………………………………………………7
E. Metodologi Penelitian……………………………………….............11
F. Sistematika Penulisan……………………………………………….12

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHAF HAFALAN…………….......15


A. Pengertian Mushaf Hafalan…………………………………………15
B. Sejarah Mushaf Hafalan………………………………………….17
C. Mushaf Hafalan yang Beredar di Indonesia…...…………………...18
1. Mushaf Hafalan pada abad ke 19-20…............................18
2. Mushaf Hafalan pada abad ke 21 .............. ......................20
D. Konsep Menghafal al-Quran ................................................……...22
1. Syarat Menghafal al-Quran........................……………...23
2. Metode dalam Menghafal al-Quran .......... ……………....26
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hafalan al-
Quran………………………………………………………………28
1. Faktor Internal .......................................... ..........................29
2. Faktor Eksternal...................................................................................32

BAB III METODE DALAM MUSHAF HAFALAN……………........35


A. Mushaf Hafalan Almahira…………………………………….............35

xvii
xviii

B. Mushaf Hafalan Cordoba………………………………….......37


C. Mushaf Hafalan Syaamil Quran……………………………......39
D. Mushaf Hafalan Maana Publishing…………………………......41
E. Mushaf Hafalan Tiga Serangkai……………………………........42
F. Mushaf Hafalan Sidogiri..................................................................................43

BAB IV KOMPONEN METODE HAFALAN PADA


MUSHAF………………………………………………………...45
A. Komponen Dasar Penyusunan Metode…………………………45
1. Pijakan Argumen ................................................................... .................45
2. Tujuan Penyusunan ............................................. ...............49
3. Kompetensi Penyusunan Metode ....................... ..............53
B. Deskripsi Metode Hafalan dalam Mushaf Hafalan……………...57
1. Nama Mushaf dan Nama Metode dalam Mushaf.................58
2. Panduan Penjelas dalam Metode Mushaf........... ...............61
C. Instrumen Mushaf Hafalan...............................................................................64
1. Instrumen Umum dalam Mushaf Hafalan ..................................65
2. Instrumen Hafalan dalam Mushaf Berdasarkan
Penerbitnya………………………………………………....68
D. Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Hafalan.............................................70
1. Kelebihan Mushaf Hafalan…………………………………..70
2. Kekurangan Mushaf Hafalan……………………………….72
E. Tipologi Produsen………………………………………….…..74
1. Formalis………………………………………………….74
2. Fungsionalis……………………………………………...75
3. Pragmatis Ekonomis……………………………………..75

BAB V PENUTUP……………………………………………………..77
A. Simpulan…………………………………………………………..77
B. Saran……………………………………………………….......78

Daftar Pustaka…………………………………………………...81
Lampiran…….……………………………………………….........87
ABSTRAK

NAILY AZIZIN NUHA

METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM LAMPIRAN


MUSHAF HAFALAN KONTEMPORER DI INDONESIA

Berbagai macam metode dalam mushaf hafalan menyebabkan


pengguna merasa kebingungan dalam menerapkannya. Sembilan dari
sepuluh pengguna memilih hanya menerapkan 2 metode dari 12 metode
yang tercantum. Bahkan beberapa pemilik mushaf hafalan masih belum
mengetahui fungsi dari metode tersebut.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode dalam
Mushaf Hafalan merupakan metode yang telah di uji dan bagaimana
pandangan pengguna dan respons penghafal al-Quran. Di mana Mushaf
Hafalan yang mencantumkan alat bantu menghafal pada setiap
halamannya kini telah banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat,
terutama bagi yang berminat untuk menghafalkan al-Quran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
mengambil 10 Mushaf Hafalan dari 6 penerbit yang memiliki metode
berbeda-beda di dalamnya. Kemudian dilakukan juga wawancara kepada
pengguna Mushaf Hafalan dan penghafal al-Quran untuk mencari respons
konsumen dan masyarakat tentang metode yang dicantumkan di
dalamnya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) metode dalam Mushaf
Hafalan telah diuji sebelum diterbitkan dengan melibatkan berbagai
tangan, yaitu tim penerbit, masyarakat pecinta al-Quran, hingga penghafal
al-Quran. Di mana prosesnya sendiri melalui beberapa tahapan, yaitu; 1)
survei; 2) wawancara; 3) diskusi; 4) inovasi; dan 5) konsultasi pada
ahlinya.
Mushaf Hafalan yang telah diuji coba ini memiliki pandangan yang
beragam dari berbagai sisi. Dari pengguna yang belum atau hanya
memiliki sedikit hafalan dipandang memudahkan meski di sisi lain
terdapat kesulitan. Sedangkan bagi pengguna dengan hafalan lebih dari
lima juz lebih dipandang membingungkan.
Kata Kunci: Mushaf Hafalan, penerbit, pandangan, pengguna,
penghafal al-Quran

xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghafalkan al-Quran adalah kegiatan yang sudah tidak asing di
Pesantren Nurul Islam, tempat penulis belajar tingkat MTs dan MA. Saat
tingkat MA, penulis mulai mengikuti program menghafal al-Quran dan
berlanjut saat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
mengikuti program dari LTTQ Fathullah di semester VI. Kemudian,
dimulai sejak semester VII penulis kembali menambah kegiatan dengan
mengajar di SDIT Permata Madani yang menerapkan program menghafal
al-Quran dimulai dari juz paling belakang.
Masing-masing lembaga yang penulis temui memiliki aturan,
metode, dan fasilitas yang berbeda dalam membimbing penghafal al-
Quran. Inilah salah satu alasan penelitian ini penulis lakukan. Di samping
itu, melihat semakin banyaknya lulusan penghafal al-Quran di Indonesia.
Beberapa diantaranya, di Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur pada tahun ini mampu menyelenggarakan wisuda
ke-VI dengan jumlah 91 wisudawan.1 Pondok Pesantren Tahfiz Al-Quran
Islahul Ummah Subang, Jawa Barat hingga saat ini mampu meluluskan
1000 santri penghafal al-Quran.2 PPIT (Pondok Pesantren Islam Terpadu)
Jamiyah Tahfidz Quran di Situbondo, Jawa Timur tahun ini mampu
melaksanakan wisuda taḣfīẓ dengan jumlah 101 peserta.3 Hal ini

1 Affan Musaddad Abdullah (Santri penghafal al-Quran di PP Hamalatul

Quran), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ambulu, 30 September, 2020, Jember.
Dan PP. Hamalatul Quran, Prosesi Wisuda Hafidh VI PP Hamalatul Quran, diakses, 16
Juli 2020, https://youtube/wVvJ7PWFEGE.
2 Budi Yanto, Pomdok Pesantren Tahfidz Al-Quran Islahul Subang, diakses,

20 Desember, 2020,
https://www.google.com/amp/www.tintahija u.com/event/ka,pus/18357-pondok-
pesantren-tahfidz-al-quran-islahul-ummah-subang-amp.
3 Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran, Beranda , diakses, 27 Mei, 2020,

https://tahfidz.id/ .

1
2

menunjukkan cukup tingginya antusias masyarakat muslim Indonesia


dalam menghafal al-Quran, meskipun pada awalnya kegiatan menghafal
al-Quran hanya eksis di Pulau Jawa dan Sulawesi saja. Hingga pasca
MHQ 1981 mulailah kegiatan menghafal ini tersebar luas ke seluruh
Indonesia, bahkan dikatakan bagaikan air bah yang tidak dapat
dibendung.4
Dalam proses menghafalnya, pihak lembaga maupun individu
perlu memiliki startegi yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan waktu yang tepat untuk menghafal, setoran hingga kegiatan
pengulangannya. Selain itu, penghafal al-Quran juga membutuhkan
metode dalam menghafalkan al-Quran.5 Hal ini akan berpengaruh dalam
kenyamanan dan percepatan menghafalnya. Dimana pada dasarnya,
metode menghafalkan al-Quran secara klasik ada beberapa macam,
diantaranya: Talqīn yakni metode dengan cara membaca yang di tuntun
oleh guru; Talaqqi adalah santri menyetorkan hafalan kepada gurunya
langsung; mu’âradah yaitu masing-masing murid saling bergantian
membaca; dan murâja’ah dimana murid mengulang atau membaca
kembali hafalannya.6
Sedangkan, metode dalam proses menghafalkan al-Qurannya
sendiri telah banyak dibahas dalam kegiatan dakwah oleh para ahli. Di
antaranya, Adi Hidayat 7 dalam daurahnya mengungkapkan beberapa

4 Nurul Hidayah, “Jurnal Strategi Pembelajara n Tahfidz al-Quran di Lembaga


Pendidikan”. Ta’allum,vol. 04, no. 01, (2019): 63-64.
5 Pemilihan cara menghafal ini sering penulis temukan tidak hanya dalam

buku-buku yang menuliskan tentang metode menghafal al-Quran saja, tetapi juga serin g
penulis jumpai dalam lingkungan sekitar penghafal al-Quran. Nurul Hidayah, “Strategi
Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga Pendidikan”: 71.
6 MN Cahyono, “Metode Menghafal al Quran dalam Mewujudkan Kualitas

Hafalan” (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2017), 47.


7 Kelahiran 11 September 1984, seorang pendakwah, penghafal al-Quran,

menguasai ilmu hadis, dan memiliki yayasan program menghafal a -Quran, juga telah
menerbitkan Quran Hafalan miliknya.
3

metode dalam menghafal al-Quran, yaitu: (1) mengingat kode ayat (awal
dan nomor ayat); (2) mengulang hafalan; (3) memahami makna ayat; (4)
menulis hafalan nya.8 Lalu, Ali Saleh Mohammed Ali Jaber9 saat ditanya
salah seorang pesertanya tentang cara agar mudah menghafal al-Quran
dan tidak mudah lupa, ia menjawab beberapa metode yang dapat
digunakan. Yaitu, (1) menentukan target yang dihafalkan setiap harinya;
(2) mengulangi hafalan setiap waktu (saat salat, kegiatan, dan
mendengar); (3) posisi membaca al-Quran yang benar.10
Pembahasan ini juga dituliskan dalam buku, artikel, dan beberapa
penelitian oleh para sarjana. Dalam buku yang ditulis oleh Ahsin W Al
Hafidh, lima metode dalam menghafal al-Quran adalah: (1) Wahdah
(Menghafal satu persatu ayat; (2) Kitābah (menulis ayat yang
dihafalkan); (3) Simā’i (mendengar ayat yang dihafalkan); (4) Gabungan
(metode pertama dan kedua; (5) Jama’ (kolektif).11 Sedangkan dalam
buku yang dituliskan oleh Taqiyul Islam Qori dan Abdul Muhsin Al-
Qasim menuliskan beberapa metodenya: (1) membaca ayat 20x; (2)
mengulang 20x; (3) mengulang hafalan setiap kelipatan lima juz. 12
Kemudian beberapa penelitian tentang penunjang hafalan al-
Quran oleh Lilik Indri Purwati: (1) motivasi diri; (2) menentukan jadwal

8 Al-Hujjah Channel Islam, Cara Mudah Menghafal Al-Quran II Ust. Adi


Hidayat, Lc, 28 Agustus 2019 https://www.youtube.com/watch?v=fy4bb5rya2I.
9 Kelahiran 03 Februari 1976. Biasa dikenal dengan Syekh Ali Jaber, seorang

Pendakwah dan Ulama yang juga menjadi juri di ajang pencarian bakat penghafal al-
Quran di berbagai stasiun televisi.
10 Motive Islam,Cara Menghafal Al-Quran dengan Cepat Agar Tidak Mudah

Lupa I Syekh Ali Jaber, 20 Maret 2020


https://www.youtube.com/watch?v=MMmOROh8MEE.
11 Ahsin W Al Hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004), 41-42.


12 Abdul Muhsin Al Qasim, Ashal Thariqah li Hifdhi al-Quran al-Karim, terj.

Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal Al-Quran (Islamhouse: Maktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), 1-2. Dan lihat M Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah
Menghafal Al-Quran (Jakarta: Gema Insani, 1998).
4

menghafal dan murāja’ah; (3) memahami makna ayat; dan (4) fasilitas.13
Oleh Darlimatul Fitriah: (1) motivasi; (2) manajemen waktu; (3) target
hafalan; (4) wahdah; dan (5) murāja’ah.14 . Oleh Heri Saptadi: (1)
motivasi; (2) memahami makna ayat; (3) peraturan; (4) fasilitas; dan (5)
aplikasi.15
Berbagai metode ini, sejak tahun 2010 menjadi ilmu bantu
tambahan dalam Mushaf Al-Quran dan kini dikenal dengan Quran
Hafalan. Rupanya mushaf jenis ini lebih banyak diminati dibandingkan
mushaf konvensional.16 Diantara metode yang tertulis di atas memiliki
persamaan yakni dalam motivasi, memahami makna ayat, penentuan
target menghafal, dan pengulangan. Metode-metode tersebut juga dapat
dimasukkan sebagai ikon dalam Quran Hafalan. Juga beberapa metode
lainnya yang dapat menjadi metode tambahan dalam penunjang hafalan
penghafal al-Quran, seperti mengingat kode ayat al-Quran.
Mushaf jenis ini cukup berbeda dengan mushaf konvensional,
baik dari tampilan luar, dalam, hingga penerapan penggunaannya. Dan
hasil penelitian Arizki Widyaningrum penelitian salah satu sarjana
Fakultas Ushuluddin Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah bahwa
mushaf hafalan telah dikenal oleh kebanyakan orang terutama dikalangan
Mahasiswa Tafsir Hadis.17 Dan setelah penulis telusuri kembali memang

13 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan


Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN
Metro, 2018), 71-72.
14 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal al-

Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung” (Skripsi S1., IAIN Walisongo, 2008), 98-99.
15 Heri Saptadi, “Bimbingan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol 1, no. 2

(2012), 117- 121.


16 Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci: Studi

Kasus Usaha Penerbitan Mushaf Al-Quran di Indonesia Kontemporer” (Disertasi S2.,


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), 370.
17 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia ” (Skripsi S1., UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2017), 80.


5

para penghafal al-Quran yang sudah lebih dulu maupun pemula mengerti
keberadaan Mushaf hafalan tersebut.
Sayangnya, di antara 9 dari 10 penghafal al-Quran tidak
memasukkan keseluruhan metode yang harusnya ada tersebut. Ada yang
hanya memasukkan 1-2 metode saja, sehingga menjadikan al-Quran yang
diterbitkan menjadi tidak maksimal. Bahkan, ada yang menambahkan
banyak metode di dalamnya, termasuk metode yang tidak dibutuhkan
dalam menghafalkan al-Quran, seperti tajwid berwarna dan tiga metode
penunjang untuk memahami makna ayat yang menumpuk dalam satu
halaman.
Hasil dari observasi yang dilakukan oleh Dudung Abdul Karim
bersama dua orang lainnya berjudul al-Quran Yadain li Taḣfīẓ al-Quran
di Desa Maniskidul Kuningan Bandung Jawa Barat, salah satu Quran
Hafalan dengan 12 metode di dalamnya kepada para santri yang
melakukan karantina. Dikatakan bahwa metode tersebut memiliki
penerapan yang sulit termasuk dalam metode yang ditonjolkannya yaitu
tadabur ayat, bahkan sebagian besar santri hanya menggunakan 2 dari 12
metode yang ada.18
Dari sini terlihat bahwa masih minimnya pengaplikasian metode
oleh penghafal al-Quran. Sehingga perlunya dipertanyakan apakah
metode dalam mushaf tersebut memang berguna, bahkan telah diuji
ataukah tidak, atau bahkan hanya sekedar strategi pasar yang
dimanfaatkan untuk merauk untung yang banyak. Terlebih lagi saat
mempromosikan Mushaf at-Taisirnya Adi Hidayat mengatakan sendiri
bahwa biasanya para penghafal al-Quran hanya membutuhkan bimbingan

18 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal
al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2
(2019), 194-198.
6

menghafal pada penggunaan pertama, lalu ia akan menemukan


metodenya sendiri sesuai dengan pengalaman dan kemampuannya.
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menemukan
beberapa permasalahan yang perlu di identifikasi dalam penulisan ini,
yaitu:
a. Awal mula adanya Mushaf al-Quran dalam bentuk cetakan di
Indonesia;
b. Faktor komodifikasi atau proses pengkomersialan Mushaf al-
Quran di Indonesia oleh penerbit;
c. Proses tematisasi Mushaf al-Quran di Indonesia;
d. Perkembangan Mushaf hafalan di Indonesia;
e. Uji coba metode Mushaf hafalan di Indonesia bagi pengguna;
f. Pandangan dan respons pengguna dan penghafal al-Quran tentang
Mushaf hafalan.
2. Rumusan Masalah
Dari identifikasi di atas, maka penulis mengambil poin e dan f
sebagai rumusan masalah. Dengan rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana para penerbit menyajikan metode menghafal sebagai bagian
dari lampiran mushaf hafalan?”
3. Batasan Masalah
Agar penelitian dapat terarah dan tidak melenceng dari tema yang
diangkat, maka penulis membatasi masalah dengan mengkaji proses uji
coba metode-metode yang ada pada mushaf hafalan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian yang hendak
penulis capai dalam skripsi ini adalah:
7

1. Mengetahui dan menganalisis uji coba metode Mushaf hafalan


di Indonesia oleh penerbit, tentang pemilihan metode yang
dilakukan penerbit hingga pencantuman dalam mushaf
hafalannya;
2. Menginformasikan fungsi dari ilmu bantu menghafal yang
tercantum dalam mushaf hafalan;
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan mushaf hafalan.
Dari tujuan penelitian yang ditetapkan diatas, maka manfaat
penelitian dalam skripsi ini adalah:
1. Secara Teori:
a. Melengkapi tulisan Eva Nugraha dan Arizki Widyaningrum
tentang mushaf di Indonesia.
b. Sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya,
khususnya penelitian terkait mushaf hafalan di lingkungan
akademik Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Secara Praktis:
a. Bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pembuatan mushaf
hafalan berikutnya.
b. Pertimbangan bagi penghafal yang ingin menggunakan mushaf
hafalan dengan label.
c. Sebagai salah satu bahan ajar dalam program dan pembelajaran
taḣfīẓ al-Quran di Fakultas Ushuluddin hususnya, juga bagi
Pesantren dan lembaga lain yang menerapkan hafalan al-Quran.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan bagi penulisan dan mendukung
kevalidan skripsi ini, maka penulis mempelajari beberapa mushaf hafalan
yang dibutuhkan, diantaranya:
8

1. Terbitan Almahira (Al-Quran, 2010).19 Mushaf ini merupakan


mushaf hafalan dengan tambahan ilmu bantu awal ayat dan
kertas penutup;
2. Terbitan Cordoba (Al-Quran, 2016-2018).20 Cordoba
menerbitkan tiga mushaf hafalan dengan sasaran yang berbeda
disetiap jenisnya, dengan menyajikan 8-10 ilmu bantu di
dalamnya;
3. Terbitan Syaamil (Al-Quran, 2015-2019).21 Menerbitkan dua
mushaf dengan alat bantu yang berbeda, yaitu fokus pada
pengulangan disetiap prosesnya dan metode jari-jari ayat.
4. Terbitan Maana Publishing (2019).22 Mushaf yang
mencantumkan 9 alat bantu dalam mushafnya dan menggunakan
standar Timur Tengah;
5. Terbitan Tiga Serangkai (2018).23 Mencantumkan ilmu bantu
yang diklaim merupakan metode langsung dari al-Quran;
6. Terbitan Sidogiri (2019).24 mushaf hafalan terbaru yang
menyajikan metode berbeda dengan lainnya, yakni pendekatan
warna untuk setiap ilmu bantunya.
Selain itu, penulis juga mengkaji beberapa karya yang berkaitan.
Berikut diantaranya penulis paparkan beberapa karya yang berhubungan
dengan ilmu bantu menghafal yang berada dalam mushaf hafalan:

19 Quran Hafalan (Jakarta: Al-Mahira, 2010).


20 Mushaf al-Hafidz. (Bandung: Cordoba, 2016); Mushaf Huffaz (Bandung:
Cordoba, 2017); Al-Quran Hafalan Tahfiz Junior (Bandung: Cordoba, 2018).
21 al-Quran Tikrar, (Cicalengka: PT Sygma Examedia Arkalenka, 2015); Al-

Quran Yadain, (Cicalengka: PT Sygma Examedia Arkalenka, 2019).


22 Mushaf hafalan Usmani Madinah, (Depok: Maana Publishing, 2019).
23 Mushaf At-Taisir, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).
24 Mushaf Al-Miftah Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019).
9

1. Eva Nugraha (Disertasi, 2018).25 Dalam disertasi ini membahas


tentang gambaran umum enam penerbit dan proses komodifikasi
mushaf serta dampaknya;
2. Arizki Widyaningrum (Skripsi, 2017).26 Skirpsi ini membahas
tentang kaidah-kaidah yang masih tetap digunakan dalam
percetakan mushaf hafalan dan sejauh mana mushaf jenis ini
populer dikalangan penghafal al-Quran;
3. Ahmad Faqihudin (Skripsi, 2015).27 Skripsi ini membahas
tentang faktor apa saja yang menjadi daya tarik bagi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menghafal al-
Quran;
4. Darlimatul Fitriyah (Skripsi, 2008).28 Skripsi ini membahas
faktor yang mempengaruhi kecepatan menghafal al-Quran pada
santri mukim di Pondok Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung;
5. Lilik Indri Purwati (Skripsi, 2018).29 Membahas tentang
pelaksanaan program menghafal al-Quran di Pondok Pesantren
Darussalam Metro, faktor apa saja yang mendukung dan

25 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci: Studi


Kasus Usaha Penerbitan Mushaf Al-Quran di Indonesia Kontemporer. (Disertasi,
Konsentrasi Al-Quran dan Tafsir, Pascasarjana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
26 Arizki widyaningrum, Mushaf hafalan Indonesia. (Skripsi, Jurusan Tafsir

Hadis, Fakultas Usluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ).


27 Ahmad Faqihuddin, Faktor-Faktor Ketertarikan Menghafal al-Quran pada

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta. (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama


Islam dan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015).
28 Darlimatul Fitriyah, Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal al-

Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung. (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,
IAIN Walisongo, 2008).
29 Lilik Indri Purwati, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro . (Skripsi, Jurusan


Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Metro, 2018).
10

menghambat santri dalam menghafal, serta solusi yang


diberikan bagi hal yang menghambat santri;
6. Abdul Muhsin al-Qasim (Buku, 2007).30 Tulisan ini membahas
tentang kiat-kiat yang memudahkan dalam proses menghafal al-
Quran, muraja’ah ayat yang telah dihafalkan, dan ketentuan
dalam menghafal;
7. Heri Saptadi (Jurnal, 2012).31 Penelitian ini membahas tentang
faktor-faktor pendukung hafalan al-Quran santri di Pondok
Pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Semarang;
8. Eva Nugraha (Jurnal, 2015).32 Penelitian ini membahas tentang
tren penerbitan mushaf al-Quran yang terjadi baik dari sisi
bentuk dan tampilan hingga tema-tema yang diberikan dalam
setiap mushafnya;
9. Nurul Hidayah dan Royana Afwani (Jurnal, 2019). 33 Penelitian
ini membahas tentang penggunaan Metode At-Taisir yang
dicetuskan oleh Adi Hidayat serta bagaimana pengaplikasian
metode tersebut dalam bentuk software;
10. Dudung Abdul Karim dkk (Jurnal, 2019).34 Penelitian ini
membahas tentang aplikasi Metode Yadain di yayasan

30 Abdul Muhsin Al Qasim, Ashal Thariqah Li-Hifdhi al-Qur’an al-Karīmm


Terj. Eko Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Fariq al-Indonesia,
2007).
31 Heri Saptadi, “Bimbingan Konseling”. Bimbingan Konseling 1, No. 2

(2012).
32 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia ”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015).


33 Nurul Hidayah dan Royana Afwani, “Rancang Bangung Aplikasi Bantu

Hafal Al-Quran Metode at-Taisir Berbasis Android”. J-Cosine, vol. 3, no. 1 (2019).
34 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,

“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal


al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol 4, no. 2
(2019).
11

Karantina Taḣfīẓ Nasional serta kekurangan dan kelebihan


dalam metode tersebut.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu
dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan
pengamatan langsung dan memaparkan sesuai data yang didapat. 35
2. Sumber Data
Teknik pengumulan data yang akan penulis dapatkan adalah
dokumen, literatur-literatur, artikel, dan data-data yang berkaitan sebagai
sumber pendukung. Sedangkan, sumber primernya penulis memperoleh
dari beberapa Mushaf hafalan, hasil wawancara, dan dokumentasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Tiga cara dalam teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini:
a. Observasi
Dalam hal ini, penulis menanyakan secara langsung dan tidak
langsung (daring) tentang metode dalam Mushaf hafalan pada penghafal
al-Quran yang menggunakan mushaf hafalan dan yang tidak
menggunakannya
b. Wawancara
Wawancara sebagai salah satu yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dari informan dengan cara bertanya. Disebabkan
wabah covid-19 penulis mewawancarai secara langsung dua penerbit dan
dua lainnya secara tidak langsung (daring). Penulis mewawancarai
dengan alat elektronik seperti handphone, record, dan catatan penulis.

35 Lexy
J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), 4.
12

c. Dokumentasi
Metode ini digunakan agar mendapatkan data yang berkaitan
dengan penelitian, seperti lampiran dan metode yang terdapat mushaf
hafalan.
4. Metode Analisis Data
Analsis data ini menggunakan deskriptif analitik dengan
menggambarkan bentuk metode dalam mushaf hafalan. Selain itu,
penulis juga menganalisis data terkumpul dengan membaginya ke dalam
unit-unit yang koheren.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan penelitian ini dapat disajikan secara tersusun
dan teratur, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bab sebagai
berikut,
Bab pertama penulis akan mendeskripsikan mengapa memilih
pembahasan mengenai mushaf hafalan menurut Penghafal al-Quran,
dengan menempatkannya pada latar belakang, lalu identifikasi, rumusan
dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
mtode penulisan hingga sistematika penulisannya.

Bab kedua mengulas lebih detail tentang mushaf hafalan dan mushaf
hafalan yang telah beredar di Indonesia sejak abad ke-19 sampai abad ke-
21, beserta metode yang tercantum di dalamnya dengan menjelaskan
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi penghafal al-Quran dalam
prosesnya.

Bab ketiga berisi tentang metode menghafalkan al-Quran dalam mushaf


hafalan yang beredar di masyarakat beserta profil setiap penerbitnya.
13

Bab keempat adalah hasil wawancara yang meliputi pembentukan


komponen-komponen dalam mushaf hafalan dan pandangan pengguna
serta respons penghafal al-Quran mengenai mushaf hafalan itu sendiri.

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang
di akhiri oleh daftar pustaka.
14
BAB II
GAMBARAN UMUM MUSHAF HAFALAN
A. Pengertian Mushaf Hafalan
Mushaf hafalan terdiri dari dua suku kata, yakni mushaf dan
hafalan. Mushaf berasal dari Bahasa Arab ‫ م صحف ج م صاحف‬secara bahasa
berarti kitab atau buku.1 Dalam kamus Mu’jām al-Ma’anī yang berarti
muhaf, kitab al-Quran.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mushaf
berarti bagian naskah al-Quran yang bertulis tangan.3 Sedangkan dalam
bahasa sehari-hari lazimnya dimengerti sebagai kitab suci al-Quran,
sehingga sering disebut juga Al-Musḥāf Al-Syarīf berarti al-Quran yang
mulia.4
Penyebutan mushaf sebagai naskah juga sudah disebutkan dalam
al-Quran hingga 8 kali. Salah satunya dalam Qs. al-Bayyinah/98:2:
(2) ‫ص ُح ًفا ُمطَه َرًة‬ ِ‫رسو ٌل ِمن ه‬
ُ ‫اَّلل يَتْ لُو‬ َ َُ
“Seorang Rasul utusan Allah yang membacakan beberapa lembar
kitab suci (al-Quran).” (Qs. al-Bayyinah/98:2)
Bahkan penamaan mushaf pada al-Quran sudah terjadi sejak zaman
sahabat Abu Bakar yang saat itu terinspirasi dari Salim bin Ma’qil yang
kemudian terkenal dengan penyebutan Al-Musḥāf Al-Syarīf.5 Dari sini
terlihat mushaf dapat didefinisikan sebagai salinan al-Quran secara

1 Lenni Lestari, “Mushaf al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”. At-Tibyan, vol. 1, no. 1, (2016): 174.


2 Tim Penyusun Kamus Al-Maani, Aplikasi Almaany Kamus Arab Indonesia

(2016), https://play google.com/store/apps/dteails?.id=com.almaany.arid.


3 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 987.


4 Lenni Lestari, “Mushaf al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya

Lokal”, At-Tibyan, vol. 1, no. 1, (2016): 174.


5 Annabel Teh Gallop, The Art of The Qur’an in Southest Asia, terj. Ali Akbar,

“Lektur”. Jurnal Seni Mushaf di Asia Tenggara 2, No. 2, 2004, 123.

15
16

keseluruhan yang mencakup teks al-Quran, iluminasi, hingga jenis kertas,


tinta, ukuran, dan lainnya.6
Beralih pada suku kata kedua mushaf hafalan. Hafalan merupakan
‫– يحفظ – حفظا ج حفاظ‬ ‫ حفظ‬yang artinya memelihara, menjaga,
menghafalkan.7 Sedangkan kata hafalan sendiri adalah sesuatu yang
dihafalkan dan merupakan masdar atau bentuk bentuk nomina dari kata
‫حفظ‬, yakni ‫حفظا‬.8 Di mana isim fā’il (‫ )حافظ‬atau pelakunya adalah sebagai
penghafalnya dan biasa digunakan sebagai julukan penghafal al-Quran
yang sudah mencapai 30 juz.
Sehingga, jika disatukan mushaf hafalan adalah al-Quran yang
digunakan sebagai media menghafal oleh penghafal al-Quran. Yakni
Mushaf dengan ciri khas dan fungsi yang sesuai bagi penghafal al-Quran.
Dahulunya, mushaf ini disebut dengan Mushaf Bahriyah atau Mushaf
Pojok hingga seiring berkembangnya zaman, pembeda Mushaf Bahriyah
dengan Mushaf Konvensional pada tahun 70-an adalah: Asmaul Husna;
sambutan menteri Agama RI; maklumat; tanda tashih; keutamaan al-
Quran; adab membaca al-Quran; setiap halaman terdiri dari 15 baris,
setiap ayat berakhir di setiap halaman.9 Kemudian sejak tahun 20-an
penerbit mulai aktif memberikan konten-konten tambahan pada Mushaf
al-Quran hingga terjadilah tematisasi dalam mushaf.10 Salah satunya

6 Hasrul, “Kajian Mushaf al-Quran di Indonesia ” (Institut Perguruan Tinggi

Ilmu Al-Quran Jakarta, 2013), 2.


7 A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia

(Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), 302.


8 Tim Penyusun Ka mus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), 501.


9 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia ”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 307. Dan Ali Akbar, “Mushaf al-
Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-
mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
10 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di

Indonesia ”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 311.


17

konten berbagai metode menghafal yang kini lebih dikenal dengan mushaf
hafalan.11
B. Sejarah Mushaf Hafalan
Mushaf yang dikhususkan bagi penghafal al-Quran memiliki nama
Mushaf Bahriyah yang merupakan reproduksi dari mushaf terbitan Turki
(1951 M). Terbitan ini dinaungi oleh KH. Arwani Amin yang
diperolehnya saat melaksanakan ibadah haji (1969/1970 M).12 Variasi
mushaf ini memang tidak ada yang diubah dari cetakan aslinya, mengikuti
pesan KH. Arwani Amin. Sayangnya bentuk orisinal mushaf ini telah
terbakar saat terjadi kebakaran di PT. Menara Kudus (2000-an M).13
Dengan penghabisan ayat disetiap pojoknya menjadikan mushaf jenis ini
juga dikenal dengan mushaf pojok/mushaf sudut dalam bahasa Turki
disebut āyet ber-kenār.14 Mushaf ini kemudian dicetak di Menara Kudus,
sehingga juga dikenal dengan Quran Kudus.15
Pemberian nama Mushaf Bahriyah ditentukan sejak Muker
(Musyawarah Kerja) Ulama al-Quran I tahun 1974 hingga Muker pada
tahun 1984. Pemberian namanya diambil dari nama penerbitnya yaitu
Bahriyah Istanbul Turki.16 Menurut Ahmad Damanhuri, Malang, mushaf
jenis ini sudah ditoleransi dikalangan Ulama di berbagai negara. 17

11 Hal ini adalah salah satu efek dari tematisasi al-Quran yang salah satunya
adalah Mushaf hafalan (terkadang juga disebut dengan Quran Hafalan).
12 Ali Akbar, ““Quran Kudus” Quran dari Turki”, Diakses, 20, Maret, 2013,

http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
13 Afrizal Qosim, “Mengenal Mushaf Pojok: Sejarah Perkembangan dan

Karakteristik”, Diakses, 9, Februari, 2020, https://www.almunawwir.com/mengenal-


mushaf-pojok-sejarah-perkembangan-dan-karakteristik/
14 Ali Akbar, Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia (Bahriyah) 1991, Diakses,

02, November, 2012, http://quran-nusantara.blogspot.com/search?q=quran+hafalan


15 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia ” (Skripsi S1., UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2017), 37.


16 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia ”, 37.
17 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
18

Naskahnya sendiri mulai dituliskan oleh Muhammad Abdurrazaq Muhlili


seorang kaligrafer kenamaan Indonesia yang selesai pada tahun 1988/1408
H.18
Mushaf Bahriyyah sendiri mushaf di tulis berdasarkan edisi Turki
adalah hasil tulisan gabungan dari rasm imlai dan rasm usmânî.
Pembedanya dengan Mushaf Usmânî sendiri adalah teridiri dari 15 baris
pada setiap halaman, mad tabi’inya idgham, iqlab, dlamir yang masih
belum menggunakan tanda-tanda seperti umumnya sekarang.19
Perkembangan ini berlangsung terus-menerus, hingga tahun 2010
muncullah Quran Hafalan milik Almahira, lalu menginspirasi banyak
penerbit lainnya. Nama inilah yang kemudian menjadi nama yang
sekarang lebih dikenal penyebutannya.
C. Mushaf Hafalan yang Beredar di Indonesia
Mushaf yang dikhususkan bagi penghafal al-Quran ini telah hadir
sejak tahun 70-an. Kini dikenal dengan mushaf hafalan. Dari tahun ke
tahun mushaf ini mengalami perubahan yang sangat signifikan.
Diantaranya dari pewarnaan teks al-Qurannya, hingga iluminasinya.
1. Mushaf Hafalan pada abad ke 19-20
Mushaf hafalan terbentuk sejak Muker I tahun 1974.20 Namun
sebelum itu, mushaf hafalan pertama kali hadir dalam bentuk cetakan
berasal dari Singapura dengan metode litograf (cetak offset) dan ditulis
oleh Muhammad Salih bin Sardin (1285 H/1868M). Dengan

18 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,


https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
19 Ali Akbar, “Mushaf al-Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018,

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
20 Abdul Hakim, “Al-Quran Cetak di Nusantara ”. ¢u¥uf, vol. 5, no. 02, (2012):

233.
19

menggunakan hiasan warna-warni pada bagian awal, tengah, dan akhir


mushaf pada kertas Eropa dengan cap kertas.21
Selanjutnya, cetakan Singapura yang hadir dalam kisaran waktu
yang tidak jauh berbeda. Bahan yang di gunakannya masih sama, yaitu
menggunakan bahan kertas Eropa; tinta merah dalam awal surat dan hitam
dalam penulisan ayat; berdimensi 30x20x6 cm; di jilid menggunakan
benang; sampul berbahan kulit dengan hiasan sederhana; bingkai berwarna
kuning; iluminasi dengan motif floral pada awal, tengah, dan akhir
berwarna merah, kuning, dan hijau dengan setiap halamannya terdiri dari
15 baris. Cetakan ini sudah menggunakan konsep ayat pojok, meskipun
masih menggunakan tanda juz, nisf dan bulatan saja untuk pemisah ayat.
Meskipun jika di teliti lebih detil, terdapat kesalahan seperti dalam
penempatan ayat yang terkadang masih tidak tepat, dan kata alihannya
belum menggunakan tanda waqaf.22
Selajutnya al-Quran yang juga hadir dengan khas pojoknya adalah
dari Mesir dan India yang lebih di kenal dengan “Al-Quran Istanbul”
(1881) yang kemudian menjadi rujukan untuk penulisan “Al-Quran Ayat
Sudut” yang menjadi standar Mushaf Bahriyah. Al-Quran ini hadir dengan
mesin cetak yang modern dan sudah mulai menuliskan nama dan logo
penerbitnya, salah satunya yang terkenal adalah Matba’ah Musthafa al-
Bābī al-Ṭalabi, Mesir.

Gambar 2.3: Isi al-Quran Istanbul, 1881,


suhuf alquran cetak indonesia (Gambar di ambil d a ri
dokumen Abdul Hakim, “¢u¥uf”, Al-Quran Cetak di
Nusantara, V, No. 02, (2012))

21Al-Quran ini masih bisa di temui di beberapa tempat, di antaranya di Bayt a l-


Qura, Museum Istiqlal Jakarta, dan Masjid Agung Surakarta.
22 Abdul Ha kim, “Al-Quran Cetak, 237-238.
20

Ciri-ciri dari al-Quran ini sendiri adalah didominasi warna hitam;


rasm usmani; ayat pojok; setiap halaman 15 baris dengan 610 halaman;
menggunakan penanda ruku’, ayat sajdah, juz, rubu’, dan sumun; doa
khatam al-Quran; dan tanggal selesainya percetakan al-Quran. Al-Quran
ini lebih kecil dibandingkan al-Quran yang beredar sebelum-sebelumnya,
yakni dengan ukuran sekitar 2x1,5x1 cm. 23

Selanjutnya pada abad ke-20 mulai terlihat perkembangan dalam


percetkan mushaf al-Quran, diantaranya cetakan Matba’ah Al-Islamiyah,
Menara Kudus, dan lain-lain.24 Tidak hanya para penerbit al-Quran,
penerbit yang dahulunya hanya fokus pada penerbitan buku-buku agama
saja, kini merambah ke dunia penerbitan mushaf.
Menara Kudus sendiri merupakan percetakan tertua di Indonesia,
dalam pemilihan mushaf cetakannya mereka konsisten terhadap Al-Quran
Pojok yang di peroleh dari Kiai Arwani Amin, Pengasuh Pesantren
Yanbu’ul Quran dan dituliskan oleh Mustafa Nazif yang ditashihkan oleh
Hai’ah Tahqiq al-Masahif al-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan
Usman Bik.25 Perkembangan penerbitan Mushaf Bahriyah ini juga diiringi
dengan penggunaan masyarakat Indonesia.
2. Mushaf Hafalan pada abad ke 21
Mushaf pada tahun ini sering disebut dengan mushaf kontemporer
(2002-sekarang).26 Selain menjadi pilihan penghasilan yang menjanjikan
dan majunya teknologi komputer yang memudahkan modifikasi al-Quran.

23 Abdul Ha kim, “Al-Quran Cetak, 239-240.


24 Bahka n sejak saat itu, di Indonesia yang suda h mencapai 11 mushaf al-Qura n
cetakan dalam rentang waktu 1933-1983. Dan selanjutnya hingga awal abad ke-21 suda h
terdapat 6 mushaf yang beredar.
25 Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran, 185-187.
26 Fathu Rozi Hasrul, “Kajian Mushaf Kontemporer; 2004-sekarang” (Intitut

Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran Jakarta), 3, Diakses, 06 , Mei, 2013, http://rul-


sq.info/2013/05/kajian-mushaf-kontemporer-2004-sekarang.html
21

Pada abad ini percetakan mushaf al-Quran semakin berkembang pesat.


Mushaf hafalan yang sudah banyak beredar menjadi incaran bagi
masyarakat yang ingin menghafal al-Quran.27
Mushaf hafalan yang dimodifikasi dengan dasar Quran
Pojok/Mushaf Bahriyah menawarkan metode menghafal dianggap
memudahkan penghafal al-Quran.28 Diantara mushaf hafalan yang sudah
banyak dikenal masyarakat adalah al-Quran Pojok, Quran Hafalan,
Mushaf al-Hafīẓ, Mushaf al-Huffāẓ, dan Mushaf At-Taisīr.29

Gambar 2.4: Tampilan isi dari mushaf hafalan dari Al-


Mahira (Gambar di ambil dari Arizki widya ningrum,
Mushaf Hafalan Indonesia, (Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis,
Fakultas Usluddin, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 20 17))

Mushaf yang kemudian muncul dengan menggunakan nama yang


lebih tegas dalam tema yang digunakan adalah “Quran Hafalan” cetakan
Al-Mahira. Dengan variasi metode menghafalnya metode awal ayat
dengan warna merah. Posisinya sendiri diluruskan dengan ayat utamanya
agar penghafal al-Quran menebak ayat lanjutannya.30
Kemudian muncul Mushaf al-Hafīẓ dan Mushaf al-Huffāẓ yang di
cetak oleh satu penerbit, namun dalam periode yang berbeda. Dalam
percetakan mushaf yang pertama Cordoba juga menghadirkan awal dan
akhir ayatnya sebagi kata kunci. Mushaf al-Hafīẓ (Hafal Satu Halaman
dalam Tiga Jam) dengan variasi pemberian tiga warna berbeda (kuning,
hijau, dan biru) bahkan dalam mushaf inii ditambahkan kolom

27 Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran, 188.


28 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia, 42-43.
29 Lihat Quran Pojok al-Quran al-Karim milik Menara Kudus.
30 Arizki widyaningrum, “Mushaf hafalan Indonesia, 45-46.
22

murāja’ah.31 Sebagai perkembangannya, terbitlah Mushaf al-Huffāẓ yang


hanya ditambahkan blok warna, terjemahan. 32

Gambar 2.5: Tampilan isi al-Quran Al-Hafidz,


2016, (Gamba r di ambil dari dokumen pribadi
penulis)

Terakhir adalah Mushaf At-Taisir yang di cetak dan langsung


diampu oleh Adi Hidayat. Dalam aplikasinya, mushaf ini akan di
dampingi dengan buku yang berjudul 30 Hari Hafal 30 Juz yang berfungsi
sebagai panduan menghafalnya. Meskipun pada dasarnya dalam
mushafnya sendiri sudah ada cara menggunakan dan kode-kode yang
diberikan.33
D. Konsep Menghafal Al-Quran
Melalui gambaran umum tentang mushaf hafalan di atas, terlihat
perbedaan penyajian metode dari setiap penerbit. Sejatinya, menghafal al-
Quran di pandang sulit oleh sebagian orang, terutama bagi orang yang
sudah memasuki usia lansia karena kemampuan mengingatnya sudah
berkurang. Kesulitan menghafal al-Quran juga terjadi dikalangan muda
bahkan anak-anak, sebagaimana pengalaman Imam Syafi’i yang tercantum
dalam kitab I’anatuth Tholibin mengatakan;
“aku pernah mengadukan kepada Waki’ (guru) tentang jeleknya
hafalanku. Lalu beliau mengatakan untuk meninggalkan maksiat. Beliau
memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah
tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.”

31 Lihat Mushaf al-Hafiz (Bandung: Cordoba, 2016).


32 Lihat Mushaf Huffaz (Bandung: Cordoba, 2016).
33 Lihat Mushaf at-Taisir (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014).
23

Karena itulah dalam menghafal al-Quran perlu ada beberapa hal yang
diperhatikan, ditambah lagi al-Quran yang telah dihafalkan perlu di jaga
dengan terus mengulang-ulangnya.
1. Syarat Menghafal Al-Quran
Dalam hal ini Ahsin W. Al-Hafidz dalam bukunya Bimbingan
Praktis Menghafal Al-Quran mencantumkan beberapa syarat menghafal
al-Quran, yaitu:
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran, teori, ataupun
permasalahan yang mengganggu proses hafalan.34
b. Niat yang ikhlas
Niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan menjadi benteng
terhadap kendala yang dapat menjadi rintangan dalam hal yang
ditujukan oleh seseorang.35 Sebagaimana arti dari niat dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim adalah
berkehendak atas sesuatu yang disertai dengan kegiatan.
c. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Dalam proses menghafal sering kali terjadi kendala, seperti jenuh,
lingkungan yang tidak memungkinkan, atau karena sedang
menghafalkan ayat yang di rasa sangat sulit.36 Sebab itulah
Rasulullah selalu menekankan agar penghafal al-Quran agar
bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.37
d. Istiqamah
Seorang penghafal al-Quran dalam masa menghafal maupun
penjagaannya diperlukan istiqamah atau konsisten, baik lisan, hati,

34 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Menghafal Al-Quran (Jakarta: Bumi Aksara,


2004), 49.
35 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Tangerang, Lentera Hati, 2009), 461.
36 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 50.
37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab (Tangerang, Lentera Hati, 2012), 49.
24

maupun perbuatannya.38 Pengaruhnya sendiri akan dirasakan


dalam waktu yang berkepanjangan, bahkan sampai akhir usia.
Seperti yang tertulis dalam Tafsir Al-Lubab karya M. Quraish
Shihab bahwa istiqamah dengan ucapan “Tuhan kami ialah Allah”
memiliki derajat yang lebih tinggi di banding ucapan itu sendiri. 39
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Fushshilat/41:30
‫إن الذين قالوا ربنا هللا مث الستقموا تتنزلو عليهم املالئكة ال ختافوا ول حتزنوا‬

۞‫وأبشروا ابجلنة الىت كنتم توعدون‬

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah


Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
Janganlah kamu takut, dan janganlah akmu merasa sedih, dan
bergembiralah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu” (Qs. Fushshilat/41:30)
e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela
Perbuatan yang tidak baik ini tidak hanya perlu dilakukan oleh
penghafal al-Quran saja, tetapi juga oleh seluruh umat Islam.
Bahkan menurut Imam Ghazali, tingkah laku yang demikian akan
membawa seseorang kepada kebinasaan dan kehancuran diri.
Dengan arti seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan fitrah-Nya.40 Terutama untuk penghafal
al-Quran, menjauhi sikap ini sangat diperlukan agar mampu
menjaga istiqamah dan konsentrasinya.41

38Usman Al-Khaibawi, Durrotun Nasihin Mutiara Muballigh (Semarang: al-


Munawar, 11), 47.
39 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Lubab (Tangerang, Lentera Hati, 2012), 512.
40 Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), 197.
41 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, hal. 53.
25

f. Izin orang tua, wali atau suami


Kerelaan orang-orang tersebut diperlukan karena dapat menjadi
dorongan moral dalam menyelesaikan hafalannya. Setidaknya
dorongan moral yang diperoleh adalah kekuatan batin penghafal
al-Quran sehingga proses menghafal akan menjadi lebih lancer. 42
g. Mampu membaca dengan baik
Sebagai penghafal al-Quran sudah sewajarnya memiliki ilmu
taḣsin yang diamalkannya dengan baik. Contoh yang diberikan
oleh sebagian besar ulama akan mempersilahkan anak didiknya
menghafal al-Quran jika telah selesai mengkhatamkan al-Quran bi
al-naẓar (dengan membaca).
h. Menentukan target hafalan43
Target atau sebuah kerangka yang dibuat agar penghafal memiliki
alokasi waktu yang lebih pasti, bukan untuk paksaan. Setidaknya
penghafal perlu memperhitungkan waktu menghafal dan
mengulang hafalannya sesuai dengan waktu yang tersedia di sela
kegiatan penghafal.44 Hal ini akan berdampak pada waktu
penyelesaian dan kekuatan hafalannnya. Meskipun target yang
ditentukan melebihi batasan waktu, bisa dipastikan penghafal al-
Quran akan melebihi batas waktu yang tidak jauh dari yang sudah
ditentukan. Namun, jika seseorang menghafal al-Quran tanpa
target, bisa jadi ia akan memperlambat hafalannya hingga satu
tahun atau bahkan lebih.45

42 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 54.


43 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 49.
44 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, 77-78.
45 Yedi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Mushaf Standar

Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janu a ri,
2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.
26

Syarat-syarat tersebut juga sejalan dengan yang diungkapkan


Sa’dullah saat mengisi seminar metode menghafal al-Quran yang digelar
oleh Pengurus Cabang Jamiyah Qurra Wal Huffadz di Sumedang.46 Hal
ini berguna agar penghafal al-Quran besungguh-sungguh baik sejak proses
menghafalnya, maupun dalam proses penjagannya.
2. Metode dalam menghafal al-Quran
Dalam kegiatan menghafal, setiap orang tidak akan lepas dari
mencari cara termudah. Sebagaimana menghafalkan al-Quran, dengan
banyaknya metode yang hadir akan memudahkan penghafal al-Quran
dalam memilih metode yang cocok atau di anggap mudah dan
memudahkan. Setidaknya Ahsin W. Alhafidz menuliskan dalam bukunya
diantara metode yang biasanya dipakai oleh penghafal al-Quran adalah,
metode wahdah47 , metode kitābah48 , metode simā‘ī49 , metode gabungan50 ,
dan metode jama‘51 . Meskipun sejatinya, metode apapun dalam
menghafalkan al-Quran tidak akan lepas dari mengulang-ulang hafalan.52

46 Ericadmin, Rada e Sumedang. H’ Sa’dullah: Ada Lima Syarat Menghafal Al-


Quran dengan Baik, Diakses, 19, Oktober, 2019,
https://sumedang.radarbandung.id/berita -utama/2019/10/19/h-sadulloh-ada-lima-sy ara t -
menghafal-al-quran-dengan-baik/.
47 Dilakuka n oleh penghafal al-Quran dengan cara mengulang-ngulang ayat

sampai lancar untuk kemudian melanjutkan ke ayat berikutnya. Ahsin W. Al-Hafidz.


Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
48 Penghafal akan menulis terlebih dahulu ayat ya ng akan dihafalkannya, lalu

ayat tersebut a kan di baca hingga lanca r. Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis
Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
49 Dengan mengulang-ngulang ayat yang hendak dihafalkan, biasanya metode

ini akan dilakukan oleh orang yang memiliki gaya belajar auditori. Ahsin W. Al-Hafidz.
Bimbingan Praktis Mengha fal Al-Qur’an, 63-66.
50 Gabungan dari metode wahdah dan kitabah, namun k itabah disini hanya

berfungsi sebagai uji coba hafalannya. Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis


Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
51 Penghafal melakukaknnya dengan kolektif, yakni ayat yang di baca akan

dihafalkan secara bersama-sama sesuai dengan instruksi dari pemimpinnya. Ahsin W. Al-
Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
52 Yadi Iryadi, Pusat Ka rantina Ta hfidz Al Quran Nasional, Mushaf Standar

Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janu a ri,
2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.
27

Seperti jika melihat dalam buku-buku yang khusus membahas cara


menghafal al-Quran pasti mencantumkan sedikitnya 20x (dua puluh kali)
pengulangan dalam proses menghafal al-Quran. Contohnya, buku Cara
Mudah Menghafal Al-Quran milik M. Taqiyul Islam Qori, Cara Praktis
Menghafal Al-Quran ciptaan Abdul Muhsin Al-Qasim (buku ini sudah
diterjemahkan oleh Tim Indonesia), Bimbingan Praktis Menghafal Al-
Quran oleh Ahsin W. Al-Hafidz, dan lainnya.
Begitu juga dalam menjaga hafalannya, penghafal al-Quran perlu
meluangkan waktu untuk kembali mengulang-ngulang hafalannya baik
dengan cara mengingat (bi al-ra’yi) atau melihat (bi al-nadhar). Hal ini
perlu dilakukan secara terus-menerus, dengan tujuan hafalan yang dimiliki
dalam jangka pendek mampu menjadi memori dalam bentuk jangka
panjang.53 Karena itulah proses pengulangan ini memiliki kontribusi besar
dalam kekekalan hafalan di dada.54 Di samping itu, hal yang
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghafal al-Quran juga
bergantung pada kelancaran dalam menghafal al-Quran. Yakni, seorang
penghafal al-Quran perlu siap saat menghafal dan menjaganya. Selain itu
juga diperlukan kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid, baik dari
segi Makhārij al-ḣuruf, ṣifat al-ḣuruf, aḣkām al-ḣuruf, dan aḣkamul wa al-

53 Memori jangka pendek adalah proses menghafal yang cepat, namun cepat
pula lupa. Sedangka n memori jangka panjang adalah proses menghafal yang
membutuhkan jangka waktu lama, namun mampu menyimpang informasi dalam j a n gk a
waktu yang panjang pula . Abdul Muhsin et al, Orang Sibuk pun Bisa Menghafal Al-
Quran (Rahasia, Cara dan Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran),
(Solo: PQS PUBLISHING, 2014), h. 57. Lilik indri Purwati, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam
Metro, (Skripsi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Metro, 2018), 21-22.
54 Proses mengulang ini juga menjadi sangat penting, karena pada dasarnya

seorang penghafal al-Quran mendapat pahala dari banyaknya dia mengulang. Bukan d a ri
banyaknya hafalannya. Yedi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Mush a f
Standar Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an,
https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o. Lilik indri Purwati, “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN Metro, 2018), 21.
28

qaṣr. Lalu, Faṣahah yang meliputi ketepatan berhenti dan memulai bacaan
al-Quran, menjaga murā‘at al-ḣurf wa al-harākat, menjaga dan
memelihara murā’ah al-ayat wa al-kalimat .55
Faktor lainnya yang juga diperlukan dalam menghafal al-Quran
adalah motivasi dari diri sendiri maupun hal lainnya, memahami makna
ayat, menentukan target, jadwal menghafal, hingga fasilitas yang
digunakan.56 Terhitung dari metode menghafalnya yang beragam, dapat di
lihat jika dalam menghafal al-Quran yang diperlukan tidak hanya faktor
internal saja, melainkan perlunya faktor eksternal sebagai dukungan dalam
prosesnya.57
Rumusan-rumusan ini dahulunya hanya ada dalam buku-buku
panduan menghafal al-Quran yang diproduksi oleh para penerbit buku
islami. Namun, seiring berjalannya waktu penerbit buku islami
memberikan inovasi baru pada dunia al-Quran. Yakni, dengan
menggabungkan panduan-panduan dan hal-hal yang dirasa perlu oleh
penghafal al-Quran ke dalam mushaf.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hafalan al-Quran
Menghafal al-Quran merupakan usaha untuk mengingat al-Quran
30 juz tanpa melihat mushaf. 58 Dalam usahanya sendiri memiliki memiliki
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalannya.
Diantaranya terdapat faktor internal dan faktor eksternal.

55 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, (Skripsi S1., IAIN
Metro, 2018), 12-14.
56 Heri Saptadi, “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol. 1, no. 2
(2012):121.
57 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-

Qur’an antara Santri Mukim dan Nonmukim Di Pesantren Za<Idatul Ma’a<Rif Ka u m a n


Parakan Temanggung” (Skripsi S1., IAIN Walisongo, 2008), 4.
58 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal, 7.
29

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari pribadi santri.59
Beberapa faktor yang menjadi penunjang mudahnya menghafal serta
murajaah penghafal al-Quran antara lain:
a. Mujāhadah
Mujahadah atau kesungguhan tekat dnegan mencurahkan segala
kemampuan jiwa dengan sungguh-sungguh baik dalam pencapaian
menghafalnya maupun melawan hawa nafsu.
b. Minat dan bakat
Minat merupakan ketertarikan terhadap sesuatu. Dengan artian
seorang penghafal berkeinginan menghafal tanpa adanya
paksaan.60 Sedangkan bakat merupakan kemampuan yang dimiliki
masing-masing individu. Individu yang memiliki bakat penghafal
akan lebih mudah menghafal al-Quran.61
c. Keinginan
Keinginan sebagai dorongan untuk memantapkan menghafal al-
Quran dari diri sendiri. hal ini berfungsi sebagai kesadaran dan
rasa tanggungjawab atas hafalan yang dimiliki penghafal.62
d. Motivasi
Motivasi mendorong timbulnya suatu perbuatan. Berguna sebagai
pengarah dan penggerak

59 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal, 57.


60 Darlimatul Fitriyah, Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al -
Qur’an antara Santri Mukim dan Nonmukim Di Pesantren Za<Idatul Ma’a<Rif Kauma n
Parakan Temanggung, 81.
61 Sering juga disebut dengan bakat terpendam. Terkait dengan bakat, penghafal

al-Quran perlu digali dan dikembangkan. Sehingga penghafal al-Quran dapat men gh afal
sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
62 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri dalam Menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahfidul Quran


Sunan Giri Wonosari” (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 17.
30

e. Menjauhi maksiat
Menghafal kitab suci perlu menjauhi larangan Allah. Karena pada
dasarnya al-Quran tidak mungkindiriripkan kepada orang yang
hatinya kotor dan banyak maksiatnya.63
d. Manajemen waktu yang baik64
Perlu memprioritaskan waktu untuk menghafal, dan dilain sisi juga
perlu mengukur kemampuan pribadi dalam mengelola waktu yang
dimiliki. Karena menghafal al-Quran tidak sebatas berhenti pada
mengingat saja, namun juga penjagaan hafalan kedepannya.65
Di samping itu, banyak penghafal al-Quran yang juga mengalami
hambatan dalam proses maupun murajaahnya, antara lain:
a. Maksiat
Hal ini menjadi faktor penghambat karna dapat membuat
penghafal lupa diri dan al-Quran, bahkan dapat membutakan
hatinya dari mengingat Allah SWT.66
b. Kesadaran diri
Menghafal al-Quran yang semakin lama semakin besar tanggung
jawabnya. Hal ini menjadikan tantangan bagi penghafal agar selalu
meningkatkan fokusnya pada menghafal dan murajaahnya.
Namun, tidak jarang penghafal yang kemudian kurang sadar untuk
perlu meningkatkan kemampuan menghafalnya.67

63 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Keberhasilan Santri, 26.
64 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN
Metro, 2018), 75-76.
65 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 7.
66 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 26.


67 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal, 64.
31

c. Niat yang kurang istiqomah


Terkadang penghafal al-Quran lupa tentang maksud dan tujuannya
dalam menghafal, atau maksud dan tujuannya berubah ditengah
jalan.
d. Malas
Perlunya kerja keras dan kesabaran terus-menerus tidak jarang juga
menjadikan penghafal malas bahkan jenuh. Sehingga menjadikan
penghafal tidak ingin kembali mengulang dan memperdengarkan
hafalannya.68
e. Kurangnya motivasi diri sendiri
Tidak memiliki dorongan atau penggerak akan menjadikan
penghafal sulit mencapai tujuan.69
f. Mudah menyerah
Sebab kurangnya beberapa hal di atas, bisa menjadikan penghafal
merasa tidak mampu sehingga tidak melanjutkan hafalannya.
g. Tidak memiliki target hafalan70
Menghafal dengan sesukanya akan menjadikan penghafal tidak
istiqomah dan memperlambat waktunya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal lain yang mempengaruhi
kemudahan menghafal, diantaranya:
a. Muṣrīf (pembimbing)
Pembimbing berguna untuk memotivasi dan meningkatkan
kedisiplinan penghafal. Siap saat penghafal akan setor hafalannya

68 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat


Keberhasilan Santri, 26.
69 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Keberhasilan Santri, 24-25.


70 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Menghafal, 76.
32

juga akan menjadikan penghafal lebih merasa bertanggungjawab


atas hafalannya.71
b. Mushaf
Mushaf sebagai media hafalannya lebih baiknya menggunakan
yang husus bagi penghafal. Karena dalam prosesnya pengahfal
akan mengingat baris letak dan gambaran tulisan yang dibaca.
c. Lingkungan
Memiliki teman atau keluarga yang selalu mengingatkan baik dari
ajakan atau sikapnya akan menambah motivasi penghafal.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sarana yang ditempati penghafal akan menambah
kenyamanan penghafal dalam prosesnya.
e. Peraturan72
Selain target sebagai peraturan pribadinya, peraturan dari
lingkungan yang dimiliki akan menambah rasa tnggungjawab
penghafal.
Dalam menghafal al-Quran, faktor eksternal juga mampu menjadi
hambatan bagi penghafal al-Quran. diantara hal yang menghambat di
lingkungan sekitar antara lain:
a. Aktifitas dan kesibukan
Memiliki kegiatan yang terlalu padat dapat menyebabkan
kurangnya waktu untuk meghafal dan murajaah. Hal ini dapat
menjadikan kegiatan menghafal al-Quran menjadi terhambat.73

71 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan


Mengha fal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 60-61.
72 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussala m Metro, 75-76.


73 Lihat Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal, 75.
33

b. Alat komunikasi
Penggunaan alat komunikasi yang kurang bijak dapat mengalihkan
fokus penghafal.
c. Kurang motivasi
Selain motivasi dari diri sendiri, penghafal membutuhkan motivasi
dari lingkungan sekitar sebagai dorongan dan ajakannya.
d. Manajemen waktu yang kurang baik74
Penggunaan waktu yang teratur akan membuat penghafal mudah
memanfaatkan sela-sela waktunya. Namun, kurangnya
memanfaatkan waktu yang ada menjadikan waktu yang tersisa
menjadi sia-sia.75
Hal lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi hafalan juga
dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Ibrahim bin Ismail,
antara lain: kesungguhan kontinyu, mengurangi makan, melaksanakan
shalat malam, membaca al-Quran, shalawat Nabi, dan berdoa. Selain itu,
ia juga menyarankan minuman yang dapat menguatkan hafalan adalah
madu, kandar (sejenis susu), dan 21 zabib merah. Faktor-faktor ini dapat
menjadi acuan penghafal al-Quran saat memilih metode dan praktiknya
saat menghafal. Dengan demikian, penerbit mushaf hafalan juga dapat
menjadikan hal ini sebagai pertimbangan dalam pencantuman metode
dalam mushafnya.

74 Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan


Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 76.
75 Lihat Lilik Indri Purwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro, 77.


34
BAB III
METODE DALAM MUSHAF HAFALAN
Pada dasarnya dalam menghafal al-Quran merupakan proses yang
panjang dan membutuhkan waktu luang, kesungguhan, dan keseriusan. 1
Oleh karena itu, dalam menghafal al-Quran seseorang perlu menyiapkan
diri dengan sebaik mungkin, baik dalam strategi yang digunakan maupun
metode yang diterapkannya. Namun, tidak sedikit orang yang
membutuhkan bantuan agar mendapatkan metode yang tepat.
Hal ini dapat menjadi salah satu jawaban mengapa mushaf hafalan
yang berada di pasaran dengan berbagai metode yang ditawarkan memiliki
peminat yang cukup banyak. Kepopuleran mushaf hafalan sendiri telah
terbaca sejak pertama kali munculnya Quran Hafalan terbitan Almahira.2
Hingga kemudian penerbit lainnya juga menerbitkan al-Quran dengan
konten hafalan, atau biasa disebut dengan mushaf hafalan. Diantara
seluruh mushaf hafalan hadir, berikut profil mushaf hafalan yang beredar
di masyarakat.
A. Mushaf Hafalan Almahira
Almahira yang merupakan penerbit buku agama pada awalnya
hanya bergerak di bidang penerbitan buku ilmu pengetahuan Islam
berlandaskan al-Quran dan asunnah. Memiliki Visi ‘menjadikan Almahira
sebagai penerbit buku-buku rujukan masyarakat di bidang ilmu
pengetahuan’, dan misinya menghadirkan buku rujukan berkualitas,
khususnya di bidang keislaman ke tengah-tengah masyarakat Indonesia

1 Darlimatur fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-


Quran Antara Santri Mukim dan Non Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung” ( Skripsi S1., IAIN Walisongo, Semarang, 2008), 13.
2 Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira), diwawancarai oleh Naily

Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.

35
36

khususnya, dan masyarakat internasional


pada umumnya.3 Salah satu tujuannya sendiri adalah
menjalankan syiar dan dakwah di tengah masyarakat
global. Hal ini dibuktikan dengan berbagai karya
yang diluncurkan. Hingga akhirnya tahun 2010
Almahira merambah pada terbitan al-Quran dalam Gambar 3.1: Tampilan
cover pada Quran Hafalan
terbitan pertamanya, mencetak jenis Mushaf al-Mahira
(Gambar di ambil dari
dokumen pribadi penulis)
Bahriyah dengan dinamakan Quran Hafalan.4
Kehadiran al-Quran cetakan yang pertama kali menamakan dirinya
dengan Quran Hafalan berhasil mendobrak pasar Indonesia melalui
warna-warni pada covernya. Tawaran metode yang diberikanpun mampu
menarik perhatian penghafal al-Quran yang menghafal menggunakan
metode klasik.
Tabel 3.1: Profil mushaf hafalan pada Quran Hafalan Al-Mahira
No. Profil Mushaf Keterangan
1. Nama Mushaf Quran Hafalan
2. Penerbit Almahira
3. Tahun Terbit 2010
4. Tahun Tashih 2010
5. Metode Kode awal ayat
6. Bentuk Metode Kode awal ayat dengan penutup halaman
7. Halaman Tabel menghafal al-Quran, Tiga cara
menghafal al-Quran, Cara menggunakan
Quran Hafalan, dDoa khatm al-Quran
8. Jumlah 604+
Halaman

3Almahira, “Profil Almahira Mewarnai Dunia dengan Ilmu”. Profil, Diakses 25


Februari, 2018, https://almahira.id/profil.html.
4 Almahira Mewarnai Dunia dengan Ilmu, https://almahira.id/profil.html.
37

B. Mushaf Hafalan Cordoba


Cordoba merupakan penerbit
yang berdiri sejak 2011 ini memiliki
fokus pada terbitan al-Quran dan sudah
mampu mencetak 41 macam konten
dalam al-Quran.5 Penyajiannya yang
selalu memberikan warna baru bagi al-
Gambar 3.3: Tampilan cover dan
Quran, mampu menghadiahkan piagam kata pengantar pada Mushaf al-Hafīẓ
Cordoba (Gambar di ambil dari
penghargaan sebagai penerbit al-Quran dokumen pribadi penulis)
“terinovatif” bagi PT. Cordoba di tahun 2019. 6 Dengan tagline “Now
everyone can read Quran; Sekarang semua orang bisa membaca al-Quran
dengan mudah dan benar”.7
Sesuai dengan tagline tersebut, Cordoba memberi didesain agar
pengguna mudah membaca, mempelajari, dan mendalami al-Quran, juga
menyenangkan. Sehingga Cordoba melakukan berbagai inovasi dari segi
tampilan dan penyajian produknya.8 Terlihat dalam konten hafalan saja,
Cordoba menyajikan tiga mushaf dengan target yang berbeda-beda.
mushaf hafalan yang pertama diterbitkan adalah Mushaf al-Hafīẓ.
Tabel 3.3: Profil mushaf hafalan pada Mushaf al-Hafīẓ Cordoba

No. Profil Mushaf Keterangan


1. Nama Mushaf Mushaf al-Hafīẓ
2. Penerbit Cordoba
3. Tahun Terbit 2016

5 Ratna Nur Rahmawati, Wawancara.


6 Quran Cordoba, “LPMQ KEMENAG RI Memberikan Penghargaan Sebagai
Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit Cordoba ”. Beranda (2019),
http://qurancordoba.com/home/.
7 Quran Cordoba, “Quran Cordoba Now Everyone Can Read Quran ”. Tentang

Kami (2018), http://qurancordoba.com/elementor-3321/.


8 Quran Cordoba, “Quran Cordoba Now Everyone Can Read Quran” (2018).
38

4. Tahun Tashih 2017


5. Metode 3 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran
6. Bentuk Metode 40 menit menghafal setiap blok warna, 20
menit mengulang, tema ayat, dan fokus-
rileks-tidak pegang hp, dan kolom
murajaah
7. Halaman
8. Jumlah Halaman 604+

Selanjutnya pada tahun


2017 Cordoba kembali
menerbitkan mushaf hafalan yang
di sebut dengan Mushaf al-Huffāẓ.
Mushaf ini memiliki metode yang
Gambar 3.5: Tampilan cover dan kata
sedikit berbeda dengan Mushaf pengantar pada Mushaf al-Huffāẓ Cordoba
(Gambar di ambil dari dokumen pribadi
al-Hafīẓ.9 Menjadi inovasi kedua penulis)
Cordoba, mushaf ini diterbitkan
sebagai perkembangan dari Mushaf al-Hafīẓ.
Versi terbaru dari Cordoba dalam
mushaf hafalannya adalah Al-Quran Hafalan
Tahfīẓ Junior. Sesuai namanya, mushaf ini
diperuntukkan bagi anak-anak, hususnya anak
di usia Sekolah Dasar.10 Pemberian warna- Gambar 3.7: Tampilan cover
dan kata pengantar pada Al-
warni pada setiap halamannya dan gamabar- Quran Hafalan Tahfīẓ Junior
gambar lucu akan memanjakan mata anak dan Cordoba
(Gambar di ambil dari
senang memperhatikan mushafnya. Slogan dokumen pribadi penulis)

9 Restu Kurniawan, (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancara i


oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur.
10 Lihat Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior (Bandung: Cordoba, 2018).
39

yang di pakai sendiri sama dengan Mushaf al-Huffāẓ, yaitu “5 Waktu


dalam 1 Hari”.11
Ketiga mushaf tersebut memiliki ciri yang berbeda. Sesuai dengan
tagline dan sasaran pengguna pada masing-masing mushaf. Mushaf ini
dapat dipilih pengguna berdasarkan kebutuhan dan kemampuannya.12
C. Mushaf Hafalan Syāmil Quran
Memudahkan dan menyenangkan,
tagline dari Syāmil Quran yang banyak
disajikan dengan berbagai inspirasinya.
Konten yang terlahir berdasarkan riset
melalui berbagai kebutuhan umat muslim
di Indonesia hususnya, lalu dilanjutkan Gambar 3.9: Tampilan cover dan
kata pengantar pada Mushaf
oleh tim redaksi yang menyusun konsep Tikrār Syaamil Quran
(Gambar di ambil dari dokumen
dalam konten agar tersusun rapi. Dengan pribadi penulis)

tujuan mendapathasil yang lebih baik, sebagaimana umumnya percetakan


diadakan pula proses editing, design, dan layout hingga sampai pada
proses QC. Jika lolos selanjutnya akan dicetak yang tentunya tetap
menjaga adab-adabnya.13
Syāmil Quran yang rajin melakukan diskusi kini telah
menghasilkan lebih dari 10 konten mushaf. Diantara mushaf yang dicetak
tersebut tentunya tidak akan tertinggal cetakan mushaf hafalan.
Diantaranya yang penulis temukan adalah Mushaf Tikrār dan Al-Quran

11Lihat Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior (Bandung: Cordoba, 2018).


12Restu Kurniawan, Wawancara .
13 Al-Quran yang sangat di hormati oleh orang muslim tentunya untuk

memgangnya saja telah di atur oleh Islam. Syaamil Quran satu -satunya percetakan
al_Quran yang telah memiliki mesin percetakan sendiri sudah sewajarnya harus
memperhatikan dan menjaga adabnya. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak
Mushaf Syaamil Quran. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak Mushaf Syaami l
Quran, Diakses, 25, Maret, 2016, https://www.youtube.com/watch?v=kuEIOAS6tlY.
40

Yadain. Pertama Mushaf Tikrār, yang hadir lebih dahulu dibandingkan al-
Quran Yadain, yakni pada tahun 2015.
Tabel 3.9: Profil mushaf hafalan pada Mushaf Tikrār Syaamil Quran

No. Profil Mushaf Keterangan


1. Nama Mushaf Mushaf Tikrār
2. Penerbit Sygma Media Inovasi
3. Tahun Terbit 2015
4. Tahun Tashih -
5. Metode Menghafal al-Quran tanpa menghafal
6. Bentuk Metode 40x tilawah, tikrar dan murajaah, awal ayat,
dan persamaan ayat dengan halaman lainnya
7. Halaman Rasm usmani standar depag, penghafal al-
Quran paling tua, blok warna pembagian
hafalan, evaluasi hafalan (kolom penanda
tilawah= 24 kolom, kolom tikrar=168 kolom,
penanada murajaah=32 kolom), kata kunci
awal dan akhir maqtha', ayat yang mirip yang
dicantumkan beserta ayatnya pada halaman lain
8. Jumlah Halaman 604+
Kedua, al-Quran produk Syāmil Quran
dengan konten ini adalah al-Quran Yadain.
Awalnya mushaf ini disajikan husus bagi
penghafal yang di karantina selama satu bulan
saja dan kini sudah hadir di pasaran untuk di
Gambar 3.11: Tampilan cover
dan kata pengantar pada Al-
perjual-belikan meskipun belum terlalu bebas Quran Yadain Syaamil Quran
(Gambar di ambil dari dokumen
sebab masih belum memiliki tanda taṣhih.14 pribadi penulis)

14 Hal ini di perliatkan dari cetakan mushaf yang diberikan label “untuk
kalangan sendiri”.
41

D. Mushaf Hafalan Maana Publishing


Mushaf “Untuk Kalangan Sendiri”
yang menggunakan khat standar usmani
lengkap dengan tanda bacanya dan
mencantumkan terjemahan ayat sebagai
bahan renungan dan tadabbur bagi yang
menggunakan. Dalam mushaf hafalan ini Gambar 3.13: Tampilan cover
dan kata pengantar pada Mushaf
juga mencantumkan tajwid, asbāb al- Hafalan Uṡmānī Ma‘ana
Publishing
nuzūl, hadis, dan panduan menghafalkan (Gambar di ambil dari dokumen
pribadi penulis)
al-Quran yang di murāja‘ah oleh
Muhammad Taqiyuddin.15
Tabel 3.13: Profil mushaf hafalan pada Mushaf Hafalan Usmani Maana
Publishing
No. Profil Mushaf Keterangan
1. Nama Mushaf Mushaf Hafalan Uṡmānī
2. Penerbit Maana Publishing
3. Tahun Terbit 2019
4. Tahun Tashih -
5. Metode
6. Instrumen Hafalan
7. Bentuk Metode Halaman ditutup dengan kertas bawaan,
lalu melihat kata kunci saat menghafal dan
murajaah, dan melihat ayat agar ingat ayat
berapa yang sedang dihafalkan
8. Halaman Panduan hafalan, kata kunci awal dan
akhir ayat, terjemah standar Depag, Rasm

15 Dalam profil penerbit ini, cukup sulit ditemukan dikarenakan tidak adanya
blog pribadi danhanya memiliki laman penjualan di facebook. Lihat Mushaf Hafalan
Madinah, Riview Buku Islam -Toserba Muslim, Quran Hafalan Utsmani Madinah
(Baru), 09, Mei, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA.
42

Usmani, Tajwid warna, Kutipan ayat


pertama halaman selanjutnya, asbab an-
nuzul, fadhilah ayat, hadis seputar ayat
9. Jumlah Halaman 604+

E. Mushaf Hafalan Tiga Serangkai


Berawal dari pusat bimbingan
yang menyajikan konsep Islam dengan
cara lebih mudah, cepat, dan solutif
dengan lembaga Quantum Akhyar
Institute. Di bawah asuhan Adi Hidayat
lembaga ini memiliki beberaoa program,
Gambar 3.15: Tampilan cover dan
yakni Sekolah Terbuka UAH, Kaderasasi kata pengantar pada Mushaf At-
Taisīr Tiga Serangkai
Ulama, Umroh dan Tour, Beasiswa, dan (Gambar di ambil dari dokumen
pribadi penulis)
At-Taisir Learning Center. Dalam
program at-Taisir sendiri dipecah kembali dengan program TFT (Training
for Trainer), BerBaQ (Berantas Buta Baca Quran), Kelas Profesi (kelas
bimbingan ayat-ayat al-Quran yang di bagi berdasarkan profesi pengkaji),
dan HaTi (Hafalan At-Taisir).
Dalam program HaTi inilah Adi Hidayat menyusun program
menghafal al-Quran menggunakan metode yang kemudian dituangkan
dalam mushaf hafalannya, yakni Mushaf At-Taisīr.16 Muhaf ini sejatinya
merupakan materi panduan menghafal al-Quran yang telah disampaikan
saat daurāhnya, lalu dituliskan dalam sebuah buku, dan akhirnya

16 QuantumAkhyar Institute,. “Sekilas Program At-Taisir Learning Center”,


Program At-Taisir Learning Center TFT, https://quantumakhyar.com/alc/.
43

digabungkan langsung dalam al-Qurannya yang di beri nama Mushaf at-


Taisīr sebagai mushaf yang berkonten hafalan.17
Tabel 3.15: Profil mushaf hafalan pada Mushaf At-Taisīr Tiga Serangkai
No. Profil Mushaf Keterangan
1. Nama Mushaf Mushaf At-Taisīr
2. Penerbit Tiga Serangkai
3. Tahun Terbit 2018
4. Tahun Tashih -
5. Metode Menghafal dengan metode langsung dari
al-Quran
6. Instrumen Hafalan
7. Bentuk Metode Kode awal ayat beserta nomor ayat
8. Halaman Panduan menggunakan mushaf, kiat
menghafal mushaf (waktu menghafal dan
mengulang, adab menghafal, dan cara
menjaga hafalan), kolom murajaah,
keutamaan membaca al-Quran
9. Jumlah Halaman 604+
F. Mushaf Hafalan Sidogiri
Sidogiri adalah Pondok Pesantren dari Cirebon Jawa Barat yang
telah berdiri sejak tahun 1158 H/1745 M.18 Dengan berbagai
perkembangannya baik dari pesebaran Pesantrennya di beberapa daerah,
Surabaya dan Pasuruan. Hingga banyak lembaga yang berdiri di bawah
naungan Pesantren ini. Termasuk perkembangannya juga berupa berbagai

17 Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustadz Adi Hidayat, diakses, 11


Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U.
18 Catatan ini ditanda tangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie,

KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.


44

karya tulis, seperti majalah, buku


keagamaan, sampai akhirnya
menghasilkan buku panduan belajar kitab
kuning.19
Setelah berhasil menerbitkan
Gambar 3.17: Tampilan cover dan
metode belajar kitab kuning, tahun 2019 kata pengantar pada Mushaf al-
Miftāḣ (Gambar di ambil dari
Sidogiri kembali memberikan inovasi dokumen pribadi penulis)

dalam proses belajar santri yakni metode


dalam menghafal al-Quran.20 Sesuai dengan tempat terbitnya, mushaf ini
dinamakan Mushaf al-Miftāḣ. Bahkan dalam cetakan pertamanya mushaf
ini sudah laku terjual hingga 2000 eksemplar dan sedang dalam proses
cetak ulang bersama revisinya.21
Tabel 3.17: Profil mushaf hafalan pada Mushaf al-Miftāḣ Sidogiri
No. Profil Mushaf Keterangan
1. Nama Mushaf Mushaf al-Miftāḣ
2. Penerbit Sidogiri
3. Tahun Terbit 2019
4. Tahun Tashih -
5. Metode Menghafal 30 juz serasa dua lembar
6. Instrumen Hafalan
7. Bentuk Metode Metode warna
8. Halaman Pendahuluan
9. Jumlah Halaman 604+

19 Pondok Pesantren Sidogiri, “Sejarah- Pondok Pesantren Sidogiri”. Beranda,

diakses, 22 Mei, 2014, https://sidogiri.net/sejarah/.


20 Lihat Mushaf Al-Miftāḣ Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al

Miftāḣ, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,
8, Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s.
21 Qusyairi ismail, (Direktur PT. Almiftah) diwawancarai oleh Naily Azizin

Nuha melalui WhatsApp, 28 April 2020.


BAB IV
KOMPONEN METODE HAFALAN PADA MUSHAF HAFALAN
Berdasarkan beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, penulis
menemukan beberapa hal terkait penyajian metode mushaf hafalan.
Diantaranya sebagaimana yang telah diklasifikasikan (lihat bagan 4.1:
Komponen Penyusunan Metode Hafalan). Paparan tersebut tidak lepas dari
komponen metode (bagian dari keseluruhan metode) dalam mushaf
hafalan yang diberikan oleh penerbit.
Bagan 4.1: Komponen Penyusunan Metode Hafalan

Nilai, Tujuan, Kompetensi


Komponen dasar
Tim

Penamaan, panjuan
Deskripsi isi
Penjelas

Struktur Penyusunan Tadabur, Kode Ayat, Blok


Instrumen
Metode Warna, Tabel

Karakteristik Kelebihan, Kekurangan

Tipologi Formalis,Fungsionalis,
Produsen Pragmatis Ekonomis

A. Komponen Dasar Penyusunan Metode


Dalam kegiatan menghafal, setiap orang tidak akan lepas dari
mencari cara termudah. Sebagaimana menghafalkan al-Quran, dengan
banyaknya metode yang hadir akan memudahkan penghafal al-Quran
dalam memilih metode yang cocok atau di anggap mudah dan
memudahkan. Didasari dengan hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya,
penerbit berlomba-lomba mewujudkan mushaf hafalan yang menarik bagi
penghafal al-Quran.

45
46

Tabel 4.1: Komponen Dasar Penyusunan Metode


Komponen Unsur Keterangan
Pijakan Argumen Quran
Qs. Al-Qamar:17/ Faṭir:29/
al-Isrā:41
Hadis/ Riwayat Hadis Pentingnya murāja‘ah
HR Al-Bukhari dan Abu
Daud/ Hadis metode
murāja‘ah famibisyauqin
Hasil Riset Survei Pengguna
Tujuan Penyusunan Syiar Semua mushaf
Kemudahan Hafal Semua mushaf
Profit Semua mushaf
Kompetensi Tim Pegiat Program Cetakan Cordoba, Syaamil
Quran, Tiga Serangkai,
Maana Publishing, dan
Sidogiri
Penghafal Almahira dan Cetakan
Cordoba
Pecinta Quran Cetakan Cordoba
1. Pijakan Argumen
Menyusun mushaf hafalan, penerbit menggunakan beberapa
pijakan yang dicantumkan dalam lembaran mushafnya, diantaranya;
a. Ayat Quran
(17) ‫ِكر فَ َهل ِمن ُّمدَّ ِكر‬ ٰ ُ‫سرنَا الق‬
ِ ‫رانَ ِللذ‬ َّ ‫َولَقَد َي‬
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan,
maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Qs. l-
Qamar/ 54:17)
Ayat inilah yang menjadi dasar bagi penerbit Cordoba dan Maana
Publishing dalam membentuk mushaf hafalan.1Sedangkan pada susunan
metodenya Cordoba merujuk pada Qs. al-Isrā/ 17:41. Hal ini dicantumkan
dalam lembar panduan menghafalnya;

ً ُ‫ص َّر ْفنَا فِي َهذَا ْالقُ ْرآ َ ِن ِل َيذَّ َّك ُروا َو َما َي ِزيدُ ُه ْم إِ ََّّل نُف‬
)41( ‫ورا‬ َ ‫َولَقَ ْد‬

1
Lihat Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-Huffāẓ, Quran
Hafalan Junior, (Bandung: Cordoba). dan Mushaf hafalan Usmānī Madinah, (Depok:
Maana Publishing, 2019).
47

“Dan sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi


(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran) (QS al-Isrā,17:41)”2
Kemudian Adi Hidayat yang mengklaim bahwa metode dalam
mushafnya adalah empat metode yang langsung dari al-Quran.3 Namun,
penulis hanya menemukan satu ayat saja yang memiliki korelasi dengan
metode yang ia gunakan. Tercantum pada lembar belakang mushaf yaitu
Qs. Fāṭir/ 35:29:

َ ‫صلَ ٰوة َ َوأَنفَقُوا ِم َّما َرزَ ْق ٰ َن ُه ْم ِس ًّرا َو‬


ً‫ع ََل ِن َية‬ َّ ‫ٱَّلل َوأَقَا ُموا ٱل‬
ِ َّ ‫ب‬َ َ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ َي ْتلُونَ ِك ٰت‬
َ ‫َي ْر ُجونَ ِت ٰ َج َرة ً لَّن تَب‬
(29)‫ُور‬
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi” (Qs. Faṭir/ 35:29)4
Dimana pada ayat ini menjelaskan pentingnya membaca. Sedangkan
empat metode lainnya Adi Hidayat penulis tidak mendapatkan ayat yang
mendasarinya.
b. Hadis/ Riwayat
Dasar kedua ini banyak digunakan oleh penerbit. Almahira
mencantumkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Abu Daud tentang
pentingnya mengulang-ulang bacaan.

:َ‫سلَّ َم قَال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ع ِن ال َّن ِب ِى‬ َ ُ‫ي هللا‬َ ‫ض‬ِ ‫ع ْمرو َر‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫َّللا ب ِْن‬ َ
‫ق َو َر ِت ْل َك َما ُك ْنتَ ت ُ َر ِت ُل فِى الدُّ ْن َيا فَإِ َّن‬ ْ ‫آن ا ْق َرأْ َو‬
ِ َ‫ارت‬ ِ ‫ب ْالقُ ْر‬
ِ ‫اح‬ِ ‫ص‬ َ ‫يُقَا ُل ِل‬
‫آخ ِر آ َية تَ ْق َرأ ُ ِب َها‬
ِ َ‫َم ْن ِزلَتَكَ ِع ْند‬
2
Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-
Huffāẓ, Quran Hafalan Junior, (Bandung: Cordoba).
3
lihat penjelasan Adi Hidayat mengenai Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisīr!!!
Ustaz Adi Hidayat, diakses, 11 Oktober, 2019,
https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U
4
Lihat Mushaf At-Taisir, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).
48

“Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amar RA dari Nabi SAW beliau


bersabda: "Pada hari kiamat nanti akan dikatakan kepada pembaca
al-Qur'an: bacalah dan naiklah sebagaimana engkau terus menerus
meningkat dalam membaca al-Qur'an di dunia. Kedudukanmu di
akhirat ini setinggi bacaan al-Qur'anmu". (HR. Tirmizi dan Abu
Daud)5
Cordoba mencantumkan riwayat Imam Bukhari tentang pentingnya
murajaah.

‫عقُ ِله‬ ِ ْ ‫صيًا ِم ْن‬


ُ ‫اْل ِب ِل فِي‬ َ َ ‫تَ َعا َهدُوا ْالقُ ْرآنَ فَ َوالَّذِي َن ْفسِي ِب َي ِد ِه لَ ُه َو أ‬
ِ َ‫شدُّ تَف‬
“Biasakanlah kalian membaca al-Qur’an, Demi Allah yang
nyawaku ada ditangan-Nya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah
lepas dari seekor onta dari ikatannya.”(HR. Imam Bukhari)6
Hadis ini juga digunakan Syaamil pada Mushaf Tikrārnya, bahkan
dalam lembar cara penggunaannya juga dicantumkan kesaksian Abo Omar
dan hasil penelitian kesehatan modern yang menguatkan pentingnya
repitition (pengulangan) dalam proses menghafal.
Selain itu, terdapat al-Quran Yadain sebagai metode dalam
memelihara hafalan yang didasari oleh metode yang telah digunakan sejak
zaman sahabat. Menggunakan metode famibisyauqin. Yakni, metode
murajaah yang membagi 30 juz menjadi 7 (tujuh) bagian.Diantara sahabat
yang menggunkan metode ini adalah Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin
Mas'ud, Tamim Ad-Dari, dan Zaid bin Tsabit.7
c. Observasi
Tiga mushaf cetakan Cordoba juga menggunakan dasar ini. Yakni,
bersama masyarakat yang dilakukan oleh Tim Lapangannya. Sebagaimana
pernyataan yang diberikan saat wawancara, “Jadi metode itu kita bentuk

5
Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-
Huffaz, Quran Hafalan Junior.
6
Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-
Huffaz, Quran Hafalan Junior.
7
Jiyanto dan Desti Widiani, “Studi al-Qur’an”, Jurnal Implementasi Metode
Famibisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-Quran pada Huffaāz di Ma’had Tahfidzul
Quran Abu Bakar Ash-Shidiq Muhammadiyah Yogyakarta 15, No. 2 (2019): 190.
49

dari pengumpulan Tim Lapangan. Tim Lapangan sendiri dapat dari


usulan-usulan masyarakat yang datang ke kajian Quran kita”
Sidogiri didasari dengan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi)
melalui buku dan training seputar menghafal al-Quran. Sebagaimana
jawaban dari pihak Sidogiri saat penulis wawancarai;
“Metode tersebut terbentuk melalui analisa dan survei dari buku-
buku tentang panduan menghafal serta training tentang metode
menghafal. Istilahnya kita ATMlah, yaitu amati, tiru, dan
modifikasi. Di mana modifikasi yang kita hasilkan adalah metode
warna”.
2. Tujuan Penyusunan Metode
a. Kemudahan Penghafal
Mushaf hafalan dengan metode yang tersusun sedemikian rupa
bertujuan agar memudahkan pengguna dalam proses menghafal.8 Seperti
wawancara yang penulis lakukan dengan pihak redaksi Almahira, konsep
Quran Hafalan disajikan dengan metode awal ayat saja. Hal ini
diharapkan pengguna terbantu dalam prosesnya. Sebagaimana pernyataan
pihak Almahira, “Jadi kita coba dari sekian banyak metode yang ada, yang
nggak ribet dan dibutuhin penghafal Quran. Kita pikir “Apa sih, yang
menjadi kesulitan terbesar dalam menghafal Al-Quran?” akhirnya
muncullah awal ayat”.9 Begitu juga wawancara bersama pihak Marcom
(Market and Communication) mengatakan, ”Jadi kita ada kajian-kajian
bareng masyarakat. Di situ kita tanyakan setiap kesulitan waktu
menghafal dan kita tampung lalu kita diskusikan. Jadi yang ada metode itu
datang dari masyarakat untuk masyarakat biar mereka mudah kalau mau

8
Tetapi disisi lain juga terdapat keinginan berbagi ilmu pengetahuan. Jurnal
Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-Quran di Indonesia 18, 391. Hal
ini sejalan dengan hasil wawancara bersama beberapa penerbit (Almahira, Cordoba, dan
Almiftah).
9
Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira), diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.
50

menghafal.”10 Sedangkan Adi Hidayat yang menuliskan dalam lembar


pengantar, mencoba membagikan ilmunya dalam menghafal al-Quran
yang biasanya sering dibawakan saat kegiatan daurahnya.
”Mushaf ini sejatinya lahir dari dauroh hafalan al-Quran yang
pernah kami sampaikan di Masjid al-Ihsan PTM-VJS. Inti dari
materi dauroh adalah seputar manhaj al-Quran yang terdapat
dalam al-Quran sendiri. Bukan satu metode temuan, tapi al-Quran
sendiri yang mengisyaratkan bagaimana ia mesti diingat. Manhaj
inilah yang kemudian disajikan langsungdalam bentuk mushaf agar
mudah diaplikasikan langsung. Kini, anda tidak harus membuka
mushaf dan belajar metode secara terpisah, namun dapat
melakukannya bersamaan.”11
Kemudian mushaf yang masih baru hadir dari Pesantren Sidogiri
Jawa Timur, yaitu Mushaf al-Miftāḣ. Jika mushaf lainnya dari awal
memang diperuntukkan bagi masyarakat umum, berbeda dengan Mushaf
al-Miftāḣ yang pada awalnya hanya ditujukan bagi santri-santri Sidogiri
agar mampu menghafal al-Quran dengan baik. Sebagaimana penuturan
pihak Sidogiri melalui Voice Note pada aplikasi WhatsApp bahwa metode
yang dinilai telah berhasil diterapkan dalam belajar membaca kitab
kembali diterapkan dalam praktik menghafal al-Quran. Mushaf yang
ditujukan agar santrinya mampu menghafal al-Quran sebelum belajar
kitab. Meskipun saat di lapangan lebih dulu tercipta buku belajar
membaca kitab.
“Mushaf al-Miftāḣ mudah menghafal. Almiftah merupakan suatu
brand rumah metode, yang dari Almiftah terbentuk beberapa
metode ilmu agama. Yang muncul pertama kali adalah Almiftah
belajar membaca kitab, dimana anak usia SD atau SMP sudah bisa
membaca kitab. Setelah Almiftah berjalan kurang lebih 5 tahun
kita merealisasikan Mushaf al-Miftāḣ. Sebenarnya lebih dulu ada
niatan menggarap mushaf hafalan, tapi yang ditakdirkan terealisasi
terlebih dahulu adalah metode mudah belajar baca kitab. Akhirnya
setelah booming kita luncurkan mushafnya. Tujuannya, anak
10
Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancarai
oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur.
11
Lihat Kata Pengantar pada Mushaf At-Taisīr, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).
51

sebelum bisa membaca kitab mereka sudah hafal al-Quran dulu.


Makanya urutannya sebenarnya terbalik. Jadi bukan karena
permintaan dari masyarakat”12
Mushaf dengan berbagai konten ini rupanya lebih diminati oleh
masyarakat. Ditambah lagi dengan banyaknya umat Islam yang semakin
berminat menghafal al-Quran adalah peluang bagi orang-orang yang
bergerak di bidang bisnis. Dimana ribuan cetakan pertama mushaf hafalan
dari tiga penerbit yang penulis wawancarai mampu terjual habis hanya
dalam hitungan waktu kurang dari satu tahun.
b. Syiar Islam
Tujuan selanjutnya, banyak penulis temukan di pendahuluan atau
kata pengantar dalam beberapa mushaf hafalan. Seperti, Cordoba dalam
muqaddimahnya menuliskan harapannya; “Harapan terbesar kami, semoga
AL-QUR’AN HAFALAN ini dapat diterima oleh umat dan semakin
memudahkan umat untuk mengaplikasikan Al-Qur’an sebagai tujuan
pembentukan pribadi-pribadi qur’ani”
Syaamil dalam Mushaf Tikrār mencantumkan tujuan syiarnya pada
halaman pendahuluan;
“Melalui mushaf ini, para penghafal Al-Qur’an juga in sya Allah
akan mendapat kebaikan dan keutamaan pahala membaca Al-
Qur’an dengan berlipat ganda. Mushaf ini adalah sarana untuk
mencintai al-Qur’an. Akan tetapi, secara sadar kami nyatakan
bahwa produk ini bukanlah tanpa kekurangan dan kesalahan”
Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah terbitan Maana Publishing
dalam pendahuluannya mencantumkan, “Beruntunglah siapa yang
menjadikan Al-Qur’an itu baginya sebagai teman dekat yang
menemaninya di kubur dengan kelembutannya di akhirat sebagai syafaat
penyelamat dari neraka dan pemimpin dan penunjuk jalan surga.”

12
Dikatakan dalam promosinya, mushaf ini merupakan permintaan dari
masyarakat karena suksesnya terbitan belajar membaca kitab. Namun, setelah melakukan
tanya jawab, ternyata konsep mushaf ini sudah ada bahkan sebelum terbentuknya metode
belajar tersebut. Wawancara 28 april 2020.
52

Yang tersebut adalah contoh yang tertulis dan hal ini cukup
menjadi contoh tujuan syiar bagi setiap penerbit. Sekalipun penerbit yang
tidak mencantumkan tujuan syiarnya ini dalam mushafnya. Sebagaimana
Adi Hidayat yang membentuk mushafnya dan menyebarkannya secara
cuma-cuma dengan harapan syiar.
c. Keuntungan Ekonomi
Dalam hal ini, sesuai dengan yang dituliskan oleh Eva Nugraha
dalam tesisnya bahwa terdapat aspek profit (keuntungan) yang kadang
terbungkus wadah religiustas dalam mushaf.13 Sebagaimana hasil
wawancara bersama pihak Almahira yang mengatakan, “Keuntungan
bukan hal yang kita utamakan, meskipun perlu diakui, ya. Kita memang
butuh itu, tapi bukan menjadi tujuan utama kita. Itu tujuan yang
kesekianlah setelah mencari rida Allah, memudahkan masyarakat, bau
keuntungan.”14 Hampir senada dengan pernyataan tersebut, Cordoba
menuturkan, “Selain ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat,
tentunya ada lah, ya perhitungan untung dan rugi. Karna ini adalah
pergerakan bisnis yang memang perlu ‘itu’ untuk terus berjalan.”15
Begitu juga dari Pesantren Sidogiri yang bertujuan memudahkan para
santrinyapun mengandung aspek profit dalam tujuannya. Pasalnya mushaf
ini kini diperjualbelikan ke masyarakat hingga menghabiskan 2000
eksemplar dan masih akan cetak ulang.
Pernyataan dari ketiga penerbit ini cukup menjadi contoh bagi
penerbit lainnya yang kemudian memasarkan mushafnya menggunakan

13
Eva Nugraha, “Jurnal Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-
Quran di Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 317.
14
Ratna Nur Rahmawati, Wawancara.
15
Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancarai
oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur.
53

berbagai platform media yang tersedia saat ini.16 Harga yang diberikan
dapat dikatakan cukup murah dengan kisaran 50-150 ribuan sesuai
ukurannya. Begitu juga dengan penerbit lainnya yang memasarkan
produknya dengan iklan yang dibuat semenarik mungkin. Seperti
taglinenya “Metode hafal al-Quran tanpa menghafal” pada Mushaf Tikrār
dan “Mushaf Standar Karantina Sebulan” pada al-Quran Yadain milik
Syaamil,17pada Mushaf at-Taisīr “Ini metode dari al-Quran langsung
bagaimana al-Quran dihafalkan”,18 dan “Menghafal 30 juz seperti
menghafal enam jilid” bahkan dalam beberapa promosi dikatakan
“Menghafal 30 juz serasa dua lembar”19. Tagline inilah yang kemudian
digunakan sebagai promosinya agar masyarakat tertarik membeli mushaf
hafalannya.
3. Kompetensi Penyusun Metode
Penyusunan mushaf merupakan proses yang panjang, sebagaimana
yang telah dipaparkan Eva Nugraha dalam tesisnya. Begitu pula dalam
proses menyusun metode yang digunakan sebagai alat bantu
menghafalkannya. Dimana hal ini merupakan proses inti dalam pembuatan
mushaf hafalan.Butuh waktu berbulan-bulan dan melibatkan masyarakat
pecinta al-Quran dan ahli didalamnya, guna menentukan metode yang
akan dicantumkan dalam mushaf hafalannya.

16
Jika dulu pembelian hanya dapat ditemukan di tokotoko buku seperti
Gramedia, di Tanah abang atau toko buku lainnya. Kini jenis-jenis Mushaf hafalan ini
sangat mudah ditemukan dalam aplikasi jual beli yang banyak digunakan orang-orang
saat ini. Seperti, pada aplikasi Shopee, Tokopedia, BliBli, Olx dan lainnya.
17
Lihat Mushaf Tikrār, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015).
18
Lihat Mushaf At-Taisīr, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).
19
Lihat Mushaf Al-Miftāh Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al
Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,
8 Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s.
54

a. Pegiat Program
Penerbit Cordoba yang sudah meluncurkan tiga mushaf dalam
konten mushaf hafalan.20 Yakni, Quran Al-Hāfiẓ, Quran Tahfīz atau al-
Huffāz, dan al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior. Dalam pendahuluannya
dijelaskan Abdul Aziz Abdur Rauf21 sebagai tombak dalam pembentukan
mushaf hafalannya.22 Terbukti saat wawancara yang penulis lakukan,
pihak Cordoba mengakui kebenaran tulisan tersebut. Dengan
pernyataannya, “Metode yang sudah dikumpulkan oleh Tim lapangan itu
kita konsultasikan ke Ustad Abdul Aziz. Kalau beliau bilang bagus ya kita
masukkan, kadang juga ada yang tidak perlu ya tidak kita cantumkan”
Kemudian Syaamil Quran dengan Mushaf Tikrārnya menjelaskan
dalam kata pengantarnya mengajak Hamim Tohari23 sebagai salah satu
pelopor terbentuknya mushaf hafalan ini. Dalam halaman cara
menggunakan mushaf ini dijelaskan bahwa awal mula tersusunnya metode
ini berdasarkan pengamalan para penghafal al-Quran sejak dahulu,
beberapa hadis riwayat Al Bukhari, dan penelitian dari kesehatan modern
yang menyimpaikan bahwa “pengulangan merupakan kunci dari hafalan”.
Bahkan untuk memperkuat pemasarannya juga dituliskan kesaksian dari

20
Penerbit ini mendapatkan penghargaan sebagai Penerbit Al-Quran Terinovatif
pada tahun 2019. Terlihat dari semua terbitan mushafnya yang sudah memiliki sebanyak
300 konten. Restu Kurniawan, Wawancara. Quran Cordoba, “LPMQ KEMENAG RI
Memberikan Penghargaan Sebagai Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit
Cordoba”. Beranda, diakses 2019, http://qurancordoba.com/home/.
21
Salah satu penggiat program menghafal al-Quran dari surabaya. Restu
Kurnawan, Wawancara. Ali Hidayah, “Pena Hidayah”. Biografi Al-Hafifzh: Ust. Abdul
Aziz Abdur Rauf, diakses, 2 April, 2010,http://alihidayah.blogspot.com/2010/04/biografi-
al-hafizh-ustabdul-azis-ar.html.
22
Dalam pendahuluannya dituliskan bahwa tambahan motivasi dan tips dalma
menghafal al-Quran diberikan oleh Abdul Aziz Abdur Rauf. Lih. Mushaf Al-Hāfiẓ.
(Bandung: Cordoba, 2016).
23
Tribun kaltim, “Risalah”. Seorang penggiat program menghafal al-Quran dan
Da’i dari Kabupaten Kutai Timur (2015), https://kaltim.tribunnews.com/2015/11/20/pria-
ini-gagas-meta-rubaiyat-menghafal-al-quran-tanpa-menghafal.
55

Abo Omar Al Iraqy bahwa di Masjid Nabawi dan Haram Makkiy dalam
menghafal melakukan pengulangan sebanyak 40 kali.24
Mushaf kedua Syaamil adalah al-Quran Yadain yang digunakan
dalam program karantina selama sebulan. Dijelaskan dalam tulisan
Dudung, Hafid, dan Ali,25 mushaf ini pembentukan metodenya sendiri
telah ada sejak 2014 yang muncul dari pemikiran Ma’mun Al-Qurtuby26
bersama muridnya Yadi Iryadi27 dengan bimbingan Ahsin Sakho
Muhammad.28 Hingga akhirnya tahun 2019 metode ini dibentuk dalam
sebuah mushaf dan disebarluaskan.
Selanjutnya Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah yang mengikuti
standar UṡmānīMadinah metodenya telah dimurajaah oleh Muhammad
Taqiyuddin.29 Milik Adi Hidayat yakni Mushaf At-Taisīr. Dalam
pengantarnya sendiri mengungkapkan bahwa metode ini sudah sering
diutarakan saat daurah di Masjid al-Ihsan, yaitu merupakan “metode yang
langsung diambil dari al-Quran bagaimana cara al-Quran di ingat”.30

24
Lihat Mushaf Tikrar, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015).
25
Penulis jurnal tentang pengaplikasian Metode Yadain yang dikembangkan di
sebuah yayasan karantina penghafal al-Quran di Kuningan.Jurnal yadain. Dudung Abdul
Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin, “Metode Yadain li Tahfizh Al-
Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa Maniskidul
Kuningan Jawa Barat)”, Studia Quranika, vol. 4, no. 2 (2019): 184.
26
Seorang pengajar Multazam Kuningan.
27
Santri Tahfiz Quran angkatan ke-1 di Pondok Pesantren Multazam Kuningan
28
Al-Hafiz, pakar al-Quran yang ahli di bidangnya.
29
Lihat Mushaf hafalan Madinah, Riview Buku Islam-Toserba Muslim, Quran
Hafalan Utsmani Madinah (Baru), diakses 9 Mei, 2019,
https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA,.
30
Ucap Adi Hidayat dalam salah satu daurohnya yang di dokumentasi dalam
Youtube. Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat, diakses, 11 Oktober,
2019, https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U. Bahkan, saat ini sudah
terdapat beberapa platform social media yang digunakan oleh Adi Hidayat, seperti
Instagram, Youtube, Web Blog resmi maupun akun-akun lain yang memposting tentang
metode dalam Mushaf At-Taisir.
56

b. Penghafal Quran
Almahira yang melakukan Trial and Error bersama delapan orang
redaksinya hingga berbulan-bulan. Yang mana beberapa diantaranya telah
menghafal al-Quran dan sebagiannya masih dalam proses.31
“Kita uji bersama orang-orang redaksi di sini. Karna kan memang
idenya muncul secara spontan aja, jadi kita langsung eksekusi karna
kebetulan memang orang-orang di sini itu adalah satu background
“dari pesantren” beberapa sudah hafal al-Quran dan sisanya lagi
sedang proses menghafal, gitu”.
c. Masyarakat Pencinta Quran
Seperti yang tertulis sebelumnya, metode tiga mushaf cetakan
Cordoba adalah hasil dari survei tim lapangan. Dimana survei tersebut
dilakukan dengan mencari usulan dari masyarakat. Yakni, melalui kajian
gratis yang sering diadakannya, juga melalui survei tim lapangannya yang
selalu aktif mencari inovasi dari kebutuhan masyarakat.32 Sebagaimana
pihak Cordoba mengatakan, “Jadi metode itu kita bentuk dari
pengumpulan tim lapangan. Tim lapangan sendiri dapat dari usulan-usulan
masyarakat yang datang ke kajian Quran kita. Barulah metode itu kita
diskusikan ke Ustad Abdul Aziz”
Lalu Mushaf Al-Miftāḣ yang terbentuk melalui berbagai survei dan
analisis dari buku tentang mushaf hafalan, pelatihan, juga study banding.
Hingga terbentuk metode pendekatan warna yang diusulkan langsung oleh
Qusyairi Ismail.33
“Jadi proses pemilihan metode. Istilahnya sebenarnya bukan
memilih, ya,. Tapi menciptakan kan karena In sya Allah ini
pertama kali, ya. Dan sebenarnya untuk konsep memilah satu juz
jadi lima warna itu, itu murni dari Ustad Qusyairi ismail, Guru
Besar kami. Jadi murni tidak mendompleng dari siapapun, itu
muncul dari Tim Al-Miftah sendiri”

31
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
32
Restu Kurnawain, Wawancara.
33
Qusyairi Ismail, (Direktur PT. Almiftah), diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha melalui aplikasi WhatsApp, 28 april 2020.
57

Dari berbagai mushaf hafalan di atas, dapat disimpulkan bahwa


alat bantu dalam mushaf hafalan yang beredar di pasaran adalah bentuk
metode yang telah melalui proses dengan panjang. Dan dalam proses yang
bervariasi tersebut mampu menghasilkan berbagai metode yang tidak akan
jauh dari siapa dan bagaimana pembentukan metode tersebut.
B. Deskripsi Metode Hafalan dalam Mushaf Hafalan
Proses yang panjang dalam pembentukan mushaf tidak berhenti
pada penentuan alat bantu sebagai metode menghafal dalam mushaf.
Penentuan nama mushaf dan metodenya juga merupakan tahapan penting
yang dilakukan bagi penerbit.
Tabel 4.2: Deskripsi Metode Hafalan
Komponen Unsur Keterangan
Penamaan Nama Mushaf Konten, Pengguna, Metode,
dan Tidak Berkorelasi
Nama Metode Fokus alat bantunya
Panduan Penjelas Terperinci Quran Hafalan dan Muhsaf
Tikrar
Perinci dan Cetakan Cordoba, al-Quran
Gambar Yadain, Mushaf hafalan
Uṡmānī Madinah, Mushaf at-
Taisīr, dan Mushaf al-Miftāḣ

1. Nama Mushaf dan Nama Metode Dalam Mushaf


Pemberian nama mushaf dan nama metode merupakan salah satu
proses yang menjadi penting bagi penerbit. Pasalnya, nama-nama ini yang
nantinya akan digunakan sebagai salah satu media promosi.
a. Pemberian Nama Mushaf
Setidaknya penulis menemukan terdapat empat faktor yang
menjadi dasar penerbit dalam memberi nama mushafnya. yaitu;
1) Bentuk Konten
Almahira menamakan mushafnya dengan Quran Hafalan dan
Maana Publishing dengan nama Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah. Dalam
58

wawancara yang penulis lakukan penamaan mushaf oleh Almahira


memang disesuaikan dengan kontennya dan tempat persebaran
mushafnya, sehingga dinamakanlah Quran Hafalan agar lebih masyhur
bagi masyarakat Indonesia.
“Nama mushaf kita ambil saja sesuai dengan kontennya, ya. Dan
gak ribet-ribet, yang harus pakai percampuran Bahasa Arab atau
Bahasa Inggris. Sesuaikan saja dengan bahasa keseharian kita,
Bahasa Indonesia. Ya udah Quran Hafalan, gitu”34
Lalu Pada Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah, dapat diperhatikan
dari penulisan khat dan tanda bacanya yang menggunakan standar umum
Timur Tengah. Hal ini sesuai dengan yang tertulis pada kata pengantar
mushaf, “MUSHAF HAFALAN USMANI MADINAH yang berada di
tangan anda ini adalah Al-Quran dengan penulisan khat standar umum
Timur Tengah dengan Rasm Uṡmānī lengkap dengan seluruh tanda
bacanya”.35
2) Sisi Pengguna
Cordoba. Dapat dilihat dari ketiga mushafnya yang memiliki
konten mushaf hafalan dinamakan Mushaf al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffāẓ dan
al-Quran Hafalan Junior.36 Hal ini diperkuat dengan wawancara bersama
pihak Cordoba yang mengatakan, “Nama masing-masing mushaf hafalan
yang kita bentuk telah kita diskusikan bersama-sama. Sesuai hasilnya kita
sepakat dengan menamakannya sesuai dengan siapa yang
menggunakannya.”37

34
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
35
Lihat Kata Pengantar pada Mushaf hafalan Usmani Madinah.
36
Lihat mushaf cetakan cordoba, dan dikuatkan dengan pengakuan pihak
marcom cordoba
37
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
59

3) Bentuk Metode
Syaamil dan Tiga Serangkai dengan penamaan mushaf
berdasarkan metode yang dicantumkan. Dapat diperhatikan dari Penerbit
Syaamil memiliki dua terbitan konten mushaf hafalan, yaitu Mushaf
Tikrāryang memiliki metode berfokus pada pengulangan ayat dan al-
Quran Yadainnya dengan metode yang memanfaatkan jari-jari dalam
proses menghafalnya. Lalu penerbit Tiga Serangkai yang menamakan
Mushaf Taisīr bagi mushafnya karena menggunakan metode langsung dari
al-Quran, sehingga dianggap dapat memudahkan penggunanya.
Sebagaimana pernyataannya, “Jika ingin menghafal al-Quran maka
gunakan mushaf hafalan, seperti sekarang yang ada di tangan saya adalah
Mushaf at-Taisīr. Mushaf ini akan memudahkan penggunanya seperti
namanya taisīr, in sya Allah”38
4) Tidak Berkolerasi
Mushaf al-Miftāḣ yang merupakan mushaf hafalan terobosan baru
dari Pesantren Sidogiri. sebagaimana pernyataan dari pihak Sidogiri,
mushaf ini dinamakan dengan al-miftāḣ sesuai nama rumah yang
digunakan. Dengan kata lain, penamaan ini dianggap akan menjadikan
pengguna mudah mempercayai metode dalam mushaf karena mengaca
suksesnya diciptakan dalam membaca kitab al-miftāh. Sebagaimana
pernyataan dari pihak Sidogiri:
“Mushaf ini dinamakan Mushaf al-Miftāḣ. Jadi al-Miftah itu
adalah nama rumah yang di dalam rumah tersebutlah terbentuk
berbagai metode ilmu agama. Seperti yang telah terbit sebelum
Mushaf al-Miftāḣ ini ada buku al-Miftāḣ li al-Ulum Mudah Belajar
Membaca Kitab”39

38
Restu Kurniawan, Wawancara.
39
Qusyairi Ismail, Wawancara.
60

b. Pemberian Nama Metode


Dalam penamaan metodenya sendiri penerbit lebih berdasarkan
fokus alat bantu menghafal dari masing-masing mushaf hafalan.Dimana
Quran Hafalan milik Almahira dengan nama Metode Awal Ayat. Pada
cetakannya sendiri terdapat dua versi, pertama tercantum alat bantu awal
ayat saja sedang yang kedua awal ayat dan terjemah. Dan keduanya
berfokus pada metode awal ayatnya.Hal ini seperti yang dituturkan oleh
pihak Almahira yang mengatakan, “Pemilihan namanya kita gak ribet, ya.
Kita ambil dari metode yang kita fokuskan untuk para penghafal al-Quran.
Jadi kita kenalkan saja dengan nama Metode Awal Ayat”40
Lalu Cordoba yang memiliki delapan sampai sembilan alat bantu
menghafal dalam mushafnya berfokus pada blok warna yang diberikan
sebagai pembagian waktu dalam menghafalnya. Seperti Mushaf Al-Hāfiẓ
nya yang metodenya bernama 3 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran, lalu
Mushaf Al-Huffāẓ dan Al-Quran Hafalan Tahfīẓ Juniornya dengan nama
metode 5 Jam Hafal 1 Halaman Al-Quran. Hal ini juga dikuatkan dengan
pernyataan dari pihak Cordoba yang mengatakan, “Nama metode kita pilih
dari pembagian menghafalnya. Jadi di mushaf kita bisa lihat ada
pembagian blok warna untuk waktu menghafal. Di situ adalah fokus
mushaf kita”41
Dan Mushaf al-Miftāḣ yang memiliki Metode Pendekatan Warna
berfokus pada berbagai macam warna sebagai macam-macam kode yang
digunakan. Sebagaimana penuturan dari pihak Sidogiri yang mengatakan;
“Untuk metode yang diusung adalah Pendekatan Warna, jadi otak
kanan yang di pakai. Pertama ciri khasnya, adalah pemilahan 30
juz menjadi 6 bagian. Kedua pemilahan setiap dua lembar, di mana

40
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
41
Restu Kurniawan, Wawancara.
61

terdapat lima warna yang setiap dua halaman ada pergantian


warna”42
Dan Mushaf at-Taisīr dengan Metode at-Taisīr yang memiliki alat
bantu menghafal dengan metode langsung dari al-Quran sehingga
dianggap memudahkan. Sebagaimana pernyataan dari Adi Hidayat, “Ini
bukan metode yang ditemukan oleh seseorang, ini metode dari al-Quran
langsung bagaimana al-Quran dihafalkan, al-Quran memberi petunjuk
bagaimana al-Quran dihafalkan”43
Begitu juga melalui pengamatan yang penulis lakukan pada
mushaf lainnya. Mushaf Tikrār dengan nama metode Pengulangan Ayat
dengan fokusnya pada alat bantu yang berbentuk kolomsebagai catatan
pengulangan dalam menghafal dan murāja‘ahnya. Al-Quran Yadain
dengan Metode Jari Ayat yang menyimbolkan setiap ayat dalam hitungan
jari sesuai dengan simbol jari pada samping halamannya.
Dari seluruh nama-nama metode oleh berbagai penerbit di atas,
dapat disimpulkan bahwa pemberian nama metode adalah satu hal yang
penting bagi penerbit.Nama metode yang diambil berdasarkan apa yang
menjadi fokus pada metodenya. Hal ini berguna juga bagi pengguna dalam
mencari kebutuhan mushaf hafalan yang dibutuhkan.
2. Panduan Penjelas dalam Metode Mushaf
Metode dalam mushaf hafalan terbentuk dalam berbagai kode yang
seringnya berbeda dari setiap penerbit. Perbedaan tersebut bisa dari segi
warna, bentuk kolom, hingga penempatan kode tersebut. Agar
memudahkan penggunanya, penerbit menyajikan lembar khusus sebagai
petunjuk penggunaan metode yang terdapat dalam mushaf hafalan.

42
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
43
Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat (2019).
62

a. Panduan Penjelasan Terperinci


Almahira termasuk yang menjelaskan secara terperinci tanpa
mencantumkan gambar dari alat bantu yang dimaksud. Penjelasan terletak
pada lembar belakang mushaf. Panduan yang diberikan untuk tiga alat
bantu dibahas hampir satu halaman.44 Karena lugasnya kalimat yang
digunakan, menjadikan pengguna tetap mudah memahami alat bantu yang
dimaksudkan dalam panduannya.
Kemudian Penerbit Syaamil pada Mushaf Tikrārnyajuga hanya
menjelaskan panduannyasecara rinci. Panduan penjelas yang diletakkan
pada permulaan mushaf tertulis sebanyak dua halaman untuk lima alat
bantu menghafal.45 Dikarenakan Mushaf Tikrar hanya berfokus pada
pengulangan baik dari menghafal hingga pengulangannya, hal ini
menjadikan panduan penjelas mudah dimengerti.
b. Panduan Penjelasan Terperinci dan Gambar
Dengan mencantumkan lengkap setiap fungsi alat bantu menghafal
yang terbentuk dengan berbagai macam kode. Sebagaimana Cordoba
dalam ketiga mushaf hafalannya menjelaskan setiap aturannya dengan
begitu rinci, mulai dari berapa waktu yang dibutuhkan dalam setiap blok
warnanya hingga kegiatan yang dilakukan agar menghafal dapat lancar
sesuai dengan target yang diberikan. Bahkan dengan delapan alat bantunya
Cordoba menuliskan hingga lima halaman yang dipenuhi dengan gambar
alat bantunya. Cordoba juga menambahkan satu halaman cara penggunaan
mushaf hafalan secara ringkas yang berisi gambar dan tanda panah yang
menunjukkan kegunaannya.46

44
Lihat Quran Hafalan, Almahira.
45
Lihat Mushaf Tikrar, Tiga Serangkai.
46
Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz,dan al-
Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
63

Pemberian gambar halaman dan tanda panah ini sama seperti yang
dilakukan oleh Maana Publishing dalam Mushaf Hafalan Uṡmānīnya.
Namun, dalam pemberian panduan penggunaannya untuk 10 alat bantu
yang tercantum, hanya dituliskan satu halaman saja.47 Selanjutnya al-
Quran Yadain milik Syaamil yang menjelaskan 12 alat bantu
menghafalnya dengan tiga halaman. Dan satu gambar halaman beserta
tanda panah yang menerangkan kegunaan dari alat bantunya.48
Kemudian Mushaf at-Taisīr yang menjelaskan lima alat bantunya
pada satu halaman panduan menggunakan mushaf. Untuk lebih
lengkapnya, juga dicantumkan dua halaman yang berisi gambar beserta
keterangan dari kode alat bantu yang tercantum.49 Sedangkan untuk
panduan menghafal dari Mushaf al-Miftāḣ selain dari mushafnya sendiri,
penerbit juga membuatkan panduan yang berbentuk video dan disebarkan
melalui Youtube.50
Membuat panduan mengenai metode mushaf hafalan yang ada,
merupakan hal yang penting, terutama bagi calon penggunanya. Di mana
penulis pernah menemui beberapa pemilik Mushaf al-Huffāẓ milik
Cordoba yang membeli hanya karna tertarik dengan warnanya. Saat
ditanya tentang kode-kode yang ada dalam mushaf tersebut, pemiliki
justru kebingungan dan menganggap kalau kolom-kolom yang ada
merupakan hiasan mushaf agar menarik saja. Dengan kalimat yang hampir
sama, “Memangnya kolom ini ada gunanya? Kirain cuma hiasan gitu.

47
Lihat Panduan Mneghafal pada Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana
Publishing.
48
Lihat Al-Quran Yadain, Syaamil Quran.
49
Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai.
50
Lihat Mushaf Al-Miftah Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al
Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan (2019).
64

Soalnya beli Cuma karna buat penghafal katanya, terus lihat isinya
menarik, gitu.”51
C. Instrumen Mushaf Hafalan
Setiap penerbit memiliki cara masing-masing dalam menyajikan
metodenya. Baik dalam pemilihan kode dan instrumen menghafalnya
hingga warna-warna di dalamnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan
ciri khas para penerbit, sehingga orang akan mudah mengenali setiap
penerbit hanya dengan melihat mushafnya.
Tabel 4.3: Instrumen mushaf hafalan
Komponen Unsur Keterangan
Instrumen Tadabur Ayat Terjemah Ayat, Terjemah Perkata,
Tema Ayat
Kode Ayat Awal Ayat, Akhir Ayat, Nomor Ayat
Blok Warna Menghafal, Ayat yang Mirip, Awal
dan Akhir Ayat
Tabel Menghafal, Murāja‘ah, dan Ayat
Mirip
Motivasi Singkat dan Terperinci
Instrumen Almahira Awal Ayat, Kertas Penutup, dan
dalam Terjemahan
Mushaf
Cordoba Awal, Akhir, Nomor Ayat, Blok
Warna, Tajwid Warna, Tabel
Menghafal, Murāja‘ah, Tema Ayat,
Motivasi, dan Kertas Penutup
Syaamil (Mushaf Tikrār) Kode Awal, Akhir,
Nomor Ayat, Blok Warna, Tabel
Membaca, Menghafal, Murāja‘ah,
Ayat Yang Sama. (al-Quran
Yadain)Terjemahan, Kode Awal,
Akhir, Nomor Ayat, Tema Ayat,
Asbāb al-Nuzūl, dan Famibisyauqin
sebagai alat bantu murāja‘ah
Maana Terjemahan, Kode Awal, Akhir,

51
Hafidz Al-Farisi, (Pengguna Mushaf Al-Huffāẓ) diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Gunung Sindur, 29 Juli 2019, Bogor, dan Sofi, Ciputat Timur, 26 Juli 2019,
Tangerang Selatan.
65

Publishing Nomor Ayat, Tajwid Warna, Fadilat


Ayat, Hadis Yang Bersangkutan
Dengan Ayat, Asbāb al-Nuzūl, Dan
Kertas Penutup
Tiga Serangkai Kode Awal, Nomor Ayat, Tabel
murāja‘ah, Dan Buku sebagai alat
murāja‘ah
Sidogiri Kode Nomor Ayat, Nomor Halaman,
Tabel Murāja‘ah, Tema Ayat,
Pembagian Jilid, dan Berbagai Blok
Warna
1. Instrumen Umum dalam Mushaf Hafalan
Melalui sampel dari beberapa mushaf yang penulis pilih,
setidaknya terdapat 12 (dua belas) bentuk kode sebagai simbol alat bantu
menghafal yang digunakan penerbit. Diantaranya adalah kode awal, akhir
dan penomoran ayat, terjemahan, tema ayat, blok warna, tabel menghafal,
murajaah, motivasi, tabel ayat yang mirip, kode jari ayat, dan kertas
penutup.Berikut rinciannya berdasarkan fungsi dari setiap bentuk kode;
a. Tadabur Ayat
Lalu terjemahan ayat, pada kode ini terdapat beberapa versi dari
beberapa penerbit. Ada yang mencantumkan terjemahnya secara
keseluruhan, yakni di setiap halaman pada samping penulisan ayat al-
Quran. Juga, ada pula yang mencantumkan terjemah perkatanya. Dan jika
sudah tercantum pada kata di halaman sebelumnya, maka tidak akan
dicantumkan lagi pada halaman selanjutnya. Pada dasarnya, kode ini
sudah sering digunakan dalam mushaf bahkan sebelum adanya
penambahan alat bantu dalam mushaf.

Namun, beberapa mushaf hafalan mencantumkannya karena


berguna dalam mengetahui arti ayat dan memahami makna ayat yang
66

sedang dihafalkan.52 Sedangkan yang tidak menggunakan, menggantinya


dengan tema ayat. Dimana kode ini memiliki kesamaan dengan terjemah
ayat, hanya saja lebih ringkas dan pengguna perlu media lain jika ingin
mengetahui arti dari kata yang sedang dihafalkan. Lebih unik lagi pada
mushaf terbitan Syaamil kedua mencantumkan tambahan tadaburnya
dengan metode kedua tangan (yadain), dimana tangan kanan untuk ayat
yang bahagia dan tangan kiri untuk ayat tentang kesedihan.53
b. Kode Ayat
Pada kode awal ayat sebagaimana wawancara yang penulis
lakukan bersama pihak Almahira, berguna mengingatkan kata (lafaż) awal
ayat yang sering kali menjadi kendala bagi penghafal al-Quran saat
murajaah. Begitupun kode akhir dan nomor ayat yang juga berguna
sebagai fokus saat menghafal. Bahkan agar lebih fokus lagi, warna yang
digunakan adalah warna-warna yang mudah ditangkap oleh mata.
Mengutip kalimat dari pihak Almahira:
“Untuk warna awal ayatnya sendiri, memang sengaja diberi warna
merah, agar penghafal setiap menghafal al-Quran fokus dengan awal
ayatnya. Dan mengapa dipilihnya warna merah?, Ya karena itu adalah
salah satu warna mudah ditangkap mata”54
c. Blok Warna
Kemudian blok warna, merupakan kode pembagian hafalan dalam
satu warna perlu dihafalkan dalam satu waktu. Penggunaan kode ini
bervariasi, baik dari segi warnanya hingga segi jumlahnya. Ada pula
penerbit yang menggunakan blok warna ini sebagai penanda kelipatan

52
Ahsin W. Al-Hafiz, Bimbingan Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004),49.
53
Penjelasan dari Ahsin Sakho Muhammad selaku pembimbing penerbitan
metode yadain.
54
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
67

setiap lima ayat, penandaan awal ayat yang sama, juga pembeda setiap dua
halaman.
d. Tabel
Dan tabel-tabel yang tercantum digunakan untuk mengontrol
hafalan, hingga murajaah per hari atau bahkan per minggunya.
Pencantumannya sendiri dari segi warna, posisi, dan jumlahnya bervariasi
dari setiap penerbit.
e. Motivasi
Motivasi yang dicantumkan penerbit berfungsi untuk menambah
semangat menghafal pengguna. Kebanyakan penerbit mencantumkannya
di akhir halaman mushaf, namun ada juga yang mencantumkannya di
setiap halamannya dengan harapan menjaga stabilitas menghafal
pengguna.55 Dan juga kertas penutup sebagai penghalang lembar ayat
yang bisa digunakan agar pengguna fokus terhadap murāja‘ah nya.
Itulah beberapa metode dan manfaat setiap alat bantu yang umum
digunakan dalam mushaf hafalan.Selain itu, beberapa penerbit juga
berinovasi dengan berbagai kode. Seperti mencantumkan tabel ayat yang
mirip, tertulis lengkap dengan juz dan nomor dari ayat yang hampir sama
dengan halaman tersebut. Kode ini berguna agar penghafal mengetahui
dan menghindari tertukarnya ayat yang sedang dihafalkan dengan ayat
lainnya.56 Lalu kode jari ayat yang digambarkan di samping kode awal
ayat, guna mengingat nomor ayatnya. Bahkan ada pula yang
mencantumkan kode tajwid warna agar pengguna tidak salah saat
membaca al-Quran. Juga asbāb al-nuzūl, faḋīlah ayat, hadis yang
berkaitan dengan ayat sebagai pelengkap mushaf hafalannya, meskipun
terkesan sedikit memaksakan dalam konten yang digunakannya.

55
Lihat Panduan Menghafal Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz, dan al-Quran
Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
56
Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Tikrār, Syaamil Quran.
68

2. Instrumen Hafalan dalam Mushaf Berdasarkan Penerbitnya


Tidak semua penerbit kemudian menggunakan seluruh kode dalam
mushaf terbitannya.Sehingga, kode-kode tersebut terbentuk dalam sebuah
instrumen yang menjadikan pengguna atau penggemar mengenali setiap
terbitannya. Instrumen yang tercantum pada setiap halaman, tepatnya di
samping atau sekeliling ayat. Diantara mushaf-mushaf yang telah penulis
kumpulkan, berikut instrumen hafalan dalam mushafnya;
a. Almahira
Quran Hafalan (2010) milik Almahira dengan dua macam cetakan.
Cetakan pertama mencantumkan kode awal ayat dengan warna merah dan
kertas penutup. Lalu jenis cetakan keduanya menambahkan terjemahan
ayat.57
b. Cordoba
Penerbit Cordoba dengan tiga jenis cetakan mushaf hafalan. Jenis
cetakan pertama, Mushaf Al-Hāfiẓ (2016) dengan instrumen hafalan; kode
awal, akhir, nomor ayat, tiga blok warna (kuning, hijau, dan biru), tajwid
warna, tabel menghafal, murāja‘ah, tema ayat, motivasi, dan kertas
penutup.58 Jenis cetakan kedua, Mushaf al-Huffāẓ (2017) dengan
tambahan instrumen terjemahan dan blok warna menjadi lima (kuning,
hijau, biru, merah muda, dan kuning tua).59 Dan jenis cetakan ketiganya
adalah Al-Quran Hafalan Taḣfīẓ Junior (2018) yang memiliki instrumen
hafalan sama dengan Mushaf al-Huffāz, hanya saja memiliki tampilan
dasar halaman yang lebih menarik.60

57
Lihat Quran Hafalan, Almahira.
58
Lihat Mushaf Al-Hāfiẓ, Cordoba.
59
Lihat Mushaf al-Huffaz, Cordoba.
60
Lihat al-Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
69

c. Syaamil
Dua jenis mushaf hafalan terbitan Syaamil yaitu Mushaf Tikrār
(2015) dengan instrumen hafalan; kode awal, akhir, nomor ayat, blok
warna, tabel membaca, menghafal, murajaah, ayat yang sama.61 Dan al-
Quran Yadain (2019) memiliki instrumen hafalan; terjemahan, kode awal,
akhir, nomor ayat, tema ayat, asbāb al-nuzūl, dan famibisyauqin sebagai
alat bantu murāja‘ah.62
d. Maana Publishing
Mushaf Hafalan Uṡmānī (2019) terbitan Maana Publishing dengan
instrumen hafalan; terjemahan, kode awal, akhir, nomor ayat, tajwid
warna, faḋīlah ayat, hadis yang bersangkutan dengan ayat, asbāb al-nuzūl,
dan kertas penutup.63
e. Tiga Serangkai
Mushaf At-Taisīr (2018) milik Adi Hidayat dengan instrumen
hafalan; kode awal, nomor ayat, tabel murāja‘ah, dan buku sebagai alat
murāja‘ah secara tulisan.64
f. Sidogiri
Terakhir Mushaf al-Miftāḣ (2019) terbitan Sidogiri dengan
instrumen hafalan terdiri dari: kode nomor ayat, nomor halaman, tabel
murajaah, tema ayat, pembagian jilid, dan berbagai blok warna.65
Dari penjabaran di atas, terlihat alat bantu yang banyak digunakan adalah
kertas penutup, kode awal, akhir dan penomoran ayat. Dan pelopor dari
penggunaan kertas penutup dan awal ayat ini adalah Almahira. Hal ini
sesuai dengan tahun terbit dan pernyataan dari pihak Almahira.

61
Lihat Mushaf Tikrar, Syaamil Quran.
62
Lihat al-Quran Yadain, Syaamil Quran.
63
Lihat Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana Publishing.
64
Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai.
65
Lihat Mushaf al-Miftah, Sidogiri.
70

“Waktu itu adalah sedang masanya berbagai konten dalam mushaf.


sampai kita terpikir untuk membuat mushaf hafalan dan
terbentuklah metode kode awal ayat ini. Waktu itu belum ada
konten mushaf hafalan sama sekali, jadi kita hanya melihat
panduan-panduan menghafal dari buku dan kita coba-coba mana
sih kira yang paling dibutuhkan penghafal al-Quran”66
Sedangkan pelopor yang melengkapi kode awal ayat menjadi kode akhir
dan penomoran ayat adalah Syaamil dalam Mushaf Tikrārnya yang
tercatat telah diterbitkan sejak 2015.
D. Kelebihan dan Kekurangan Mushaf Hafalan
Mushaf hafalan yang telah hadir sejak tahun 2010 lalu, kini banyak
dikenali oleh masyarakat, terutama di kalangan penghafal al-Quran,
sebagaimana penelusuran yang dilakukan oleh Arizki Widyaningrum pada
kalangan mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.67 Konten
mushaf hafalan yang mulanya hanya mencantumkan dua hingga tiga alat
bantu saja, kini dikembangkan hingga sebelas alat bantu yang tercantum
dalam satu halaman.
Tabel 4.4: Pandangan Pengguna Mushaf Hafalan
Komponen Unsur Keterangan
Kelebihan dan Kelebihan Terbantu dengan Metodenya
kekurangan
Kekurangan Punya Cara Sendiri,
Menumpuk, Fokusnya terbagi
1. Kelebihan Mushaf Hafalan
Nyatanya, mushaf yang disajikan agar mempermudah penghafal al-
Quran ini memiliki banyak pandangan dihadapan target pasarnya.
Menurut Diana (30 juz) dan Sri (20 juz) dua orang mahasiswi Ushuluddin
mengatakan bahwa Quran Hafalan milik Almahira menjadi mushaf yang

66
Ratna Eka Rahmatai, Wawancara.
67
Lihat rizki widyaningrum, Mushaf hafalan Indonesia, (Skripsi, S1., UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017).
71

paling memudahkan karena membantu dalam proses murajaah dan


menghafal jika lupa awal ayatnya.
“Bagus mushafnya, kalau lupa banget bisa lihat. Jadi kebantu”,
kata Diana.68 Dan kata Sri tentang mushaf ini adalah “lebih
memudahkan. Jadi kita kalau lupa, lagi murāja‘ah gitu bisa enak
sambil pake mushafnya. Kalau lupa lihat dulu tapi gak perlu
khawatir nyontek”69
Sedangkan Mushaf al-Hāfiẓ milik Cordoba mendapat tanggapan
positif oleh penggunanya. Akan tetapi dengan target yang terlalu banyak
dalam sekali waktu menghafalnya menjadikan pengguna merasa kesulitan
dan seringnya tidak mencapai target yang sesuai. Hal ini didapatkan
langsung oleh pihak Cordoba dalam kegiatan kajian rutinnya yang
diadakan di Bandung. Sehingga pihaknya memutuskan untuk kembali
menerbitkan mushaf hafalan dengan target yang lebih ringan dan
ditambahkan motivasi di setiap halamannya. Sebagaimana yang beredar
saat ini yaitu Mushaf al-Huffāz. Sesuai dengan penuturan pihak Cordoba,
“Alhamdulillah banyak yang suka dengan metode yang ada di Mushaf al-
Hāfiẓ. Cuma beberapa juga ada yang tidak mampu dengan target sebanyak
itu akhirnya kita coba ciptakan lagi dengan target yang lebih ringan”70
Bahkan kehadiran Mushaf al-Huffāẓ sendiri juga lebih banyak
diminati oleh masyarakat. Dimana mushaf ini sudah digunakan lebih dari
tiga Madrasah dan Pesantren yang memiliki program menghafal al-Quran,
salah satunya Sekolah Dasar Islam Diponegoro Semarang.71. Bahkan,
banyak penjual yang kemudian meminta cetakan mushaf ini namun diubah
dengan sampul milik si penjual tersebut. Sebagaiman penuturuan pihak

68
Rohmatul Maulidiana Aulia (Hafidhah 30 juz) diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
69
Sri Fajri Yanti (Hafidhah 30 juz), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha,
Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
70
Restu Kurniawan, Wawancara.
71
Quran Cordoba, LPMQ KEMENAG RI Memberikan Penghargaan Sebagai
Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit Cordoba,
diakses 08 April 2019 http://qurancordoba.com/pelatihan-al-quran/
72

Cordoba, “Peminatnya lebih banyak Mushaf al-Huffāẓ, ya. Sampai


mushaf ini sudah dipakai banyak sekolah, kalau tiga lebih. Dan beberapa
orang juga sampai ada yang jadi reseller kita. Biasanya mereka akan
custom al-Quran lalu minta ganti covernya”72
Begitu juga tanggapan dari Ifta (2 juz) dan Imas (1 juz) yang
mengaku senang menggunakan Mushaf al-Huffāẓ karena warnanya yang
menarik dan targetnya yang pasti.
“Saya suka sama mushafnya, bagus. Apa lagi ada target-targetnya
itu, karna saya orangnya model orang yang terkonsep banget jadi
saya seneng, gitu. Tinggal coret di samping halamannya kalau
udah”, pernyataan dari Ifta.73 Dan dari Imas mengatakan, “Bagus,
kok. Lengkap metodenya jadi gampang pakainya.74
2. Kekurangan Mushaf Hafalan
Namun menurut Sofi (5 juz), alat bantu dalam mushaf terlalu
banyak sampai menumpuk dalam halamannya. Hal ini membuat sulit
untuk menggunakan karena seperti memaksakan agar semua kodenya
masuk tapi justru membuat bingung. Sehingga agar tetap merasa nyaman
saat menghafal, ia hanya menggunakan ayat al-Quran, terjemah, kode
awal, dan akhir ayatnya saja jika dibutuhkan. Sebagaimana pengakuannya,
“Saya hanya pakai yang bagian terjemah, kode awal, akhir, penomoran
ayat, dan ayatnya pastinya. Karena bingung terlalu banyak, kayak nggak
berguna banyak banget kode-kodenya.”75 Lalu tanggapan dari Erna (5 juz)
yang juga menggunakannya, mengaku senang dengan mushaf yang ia
gunakan karena tidak membosankan.Namun, dengan banyaknya alat bantu
yang ada terlalu membingungkan sehingga dalam aplikasinya ia sering
menggunakan caranya sendiri karena dianggap lebih mudah. Bahkan

72
Restu Kurniawan, Wawancara.
73
Ifta Athiyah (Pengguna Quran Al-Hufaz), diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
74
Imas Masruroh (Pengguna Mushaf Al-Hufaz, diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha, Gunung Sindur, 26 Juli 2019, Bogor.
75
Sofi (penghafal al-Quran) diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
73

motivasi yang tercantum dalam setiap halamannya hanya dibaca sewaktu-


waktu saja, dan justru motivasi dari lingkungan sekitar lebih mendukung.
Dengan mengatakan, “Karena saya sudah punya cara sendiri untuk
menghafal, ya. Jadi kodenya ya berguna hanya beberapa aja. Dan motivasi
ini saya suka, tapi gak selalu saya baca, karna lebih kuat motivasinya
kalau datang dari sekeliling”76
Perbedaan tanggapan ini juga terjadi pada pengguna al-Quran
Yadain. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Dudung, Hafid, dan Ali
dalam jurnalnya mengenai tanggapan penggunanya.77Dimana sudah
terdapat 8 (delapan) ribu lebih penggunanya yang kini telah lulus sesuai
dengan target yang ada dalam mushaf. Meskipun beberapa penggunanya
memilih untuk meringkas 12 tahapannya menjadi 2 tahapan saja, yakni
membaca berulang-ulang kemudian membaca terjemahannya saja.
Ditambah lagi dengan terjemahan yang dihilangkanjika telah muncul pada
kata sebelumnya, menjadikan fokus pengguna menjadi terbagi.Begitu pula
pengguna yang telah memiliki cara sendiri dalam menghafal, mereka lebih
memilih menggunakan metode yang mereka miliki karena dianggap lebih
mudah.78
Dari berbagai tanggapan keempat mushaf di atas, dapat dijadikan
sampel bagaimana tanggapan dari pengguna mushaf hafalan lainnya.
Dimana dapat disimpulkan bahwa pengguna yang telah memiliki hafalan
sebelumnyadengan berbagai alat bantu tersebut akan memilih untuk tidak
menggunakan metode yang ada dalam mushaf. Sedangkan bagi pengguna

76
Erna (Penghafal Al-Quran), diwawancarai oleh Naily Aziizn Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
77
Lihat Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal
al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2
(2019): 194.
78
Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran, 196.
74

baru akan lebih dimudahkan dengan adanya alat bantu yang tercantum
dalam mushaf hafalan. Meskipun beberapa diantaranya merasa tidak
nyaman karena terlalu banyak tahapan yang harus dipenuhi sebelum
menuju ke hafalan selanjutnya.
E. Tipologi Produsen
Merujuk kepada thesis milik Eva Nugraha, penerbit dapat
dianalisis berdasarkan indikator pemahaman, tindakan, hingga bukti
perilakunya tentang: (1) tujuan usahanya, (2) penjagaan yang dilakukan
berdasarkan ayat yang mengaturnya, dan (3) simbol dan lampiran yang
tercantum dalam mushaf.. Hal ini sesuai dengan nilai dominan yang dianut
penerbit. Berikut pengelompokan tipologi produsen enam penerbit di atas
sesuai dengan hasil wawancara yang penulis dapatkan.79
1. Formalis
Penerbit dengan tipologi ini menyandarkan proses penerbitannya
pada segala sesuatu yang secara resmi umum dipahami oleh masyarakat
yaitu nilai muhāfaẓāh. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah
tercantum di atas, dapat dilihat penerbit yang termasuk pada tipologi ini
adalah Penerbit Almahira.
Penerbit dengan jenis ini akan dikenal oleh masyarakat atas
ketelitian dan sedikit instrumen yang dimilikinya. Meski demikian agar
dapat lebih bersaing dan bertahan di mata masyarakat, penerbit jenis ini
perlu mengembangkan diri menjadi penerbit fungsionalis.80

79
Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci”, (Thesis
S3., UIN Syarif Hidayatullah, 2018), 147-148.
80
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pula, Penerbit Almahira akan
melakukan inovasi yang lebih baik terhadap mushaf hafalan yang dimilikinya bersama
tim penerbit. Namun, hingga tulisan ini diselesaikan penulis belum menemukan terbitan
baru yang dilakukan terhadap mushaf hafalannya tersebut. Sehingga penulis belum bisa
memastikan bahwa Penerbit Almahira telah berkembang menjadi penerbit fungsionalis.
75

2. Fungsionalis
Tipologi tipe ini mengutamakan kegunaan produk mushaf bagi
kaum Muslim atau pengguna akhir lainnya dengan kecenderungan pada
tadabur (edukasi dan penghayatan). Melihat hasil wawancara dan
observasi yang penulis lakukan, penerbit yang termasuk tipologi produsen
ini adalah Penerbit Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan Sidogiri.
Melihat dari pemasaran dan hasil wawancara bersama penghafal
al-Quran dan pengguna, penerbit jenis ini lebih dikenal dibandingkan
tipologi produsen lainnya. Dengan indikator dan instrumen terhadap
mushaf yang dimiliki penerbit ini akan dapat bertahan lebih lama
kedepannya dibandingkan dengan tipologi produsen lainnya.
3. Pragmatis Ekonomis
Pada penerbit dengan tipologi ini hanya berfokus pada
mendapatkan manfaat dari sisi ekonominya. Setelah mencocokkan
indikator yang dikemukakan Eva Nugraha dalam thesisnya dengan hasil
wawancara dan observasi yang termasuk penerbit jenis ini adalah Maana
Publishing.81 Di samping itu, keseluruhan penerbit juga memiliki fokus
pada keuntungan materialnya, namun tidak memiliki kecenderungan pada
indikator tipologi pragmatis ekonomis ini. Penerbit jenis ini akan lebih
cepat hilang di mata masyarakat. Karena tipenya yang mengikuti zaman
namun kurang memperhatikan kebutuhan dan interaksi dengan
penggunanya.

81
Data tentang penerbit ini hanya berdasarkan observasi penulis terhadap
mushaf dan platform yang dimilikinya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mendalam melalui data
hasil penelitian di lapangan, maka penulis menyimpulkan:
1. Metode dalam mushaf hafalan yang beredar di masyarakat telah
diuji kesesuaian dan kemudahannya. Proses uji coba metode
tersebut dilakukan dengan cara yang beragam. Diantarnya,
dilakukan bersama tim penerbit itu sendiri. Ada pula yang
melakukannya dengan menggandeng masyarakat pecinta al-Quran,
hingga penghafal al-Quran itu sendiri. Proses pemilihan metodenya
sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya: 1.) Survei
melalui buku metode menghafal atau kegiatan dauroh menghafal
al-Quran; 2.) Wawancara kepada masyarakat pecinta al-Quran; 3.)
Diskusi bersama pegiat kegiatan menghafal al-Quran; 4.)
Memberikan inovasi dalam metode yang telah terkumpul; 5.)
Konsultasi bersama ahli dalam hal menghafal al-Quran.
2. Tipologi produsen berdasarkan indikator yang dimiliki masing-
masing penerbit. 1.) Formalis adalah Penerbit Almahira; 2.)
Fungsionalis adalah Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan
Sidogiri; 3.) Pragmatis Ekonomis adalah Maana Publishing.
3. Mushaf hafalan lebih berguna bagi pengguna yang membutuhkan
arahan lebih dalam proses menghafalnya. Di sisi lain, penghafal
pemula juga merasa kesulitan dengan mushaf hafalan karena
aturan yang tidak sesuai dengan kemampuan pengguna, dan
memerlukan fokus yang lebih karena harus mengingat beberapa
hal dalam setiap ayatnya. Sedangkan mushaf hafalan yang
memiliki banyak alat bantu akan membingungkan penghafal,

77
78

karena kebiasaannya menggunakan mushaf konvensional.


Ditambah lagi terlalu banyaknya metode dalam satu halaman,
metode yang berbeda dengan kebiasaan penghafal. Meski
demikian Mushaf Hafalan bukan satu-satunya faktor memudahkan
penghafal, namun pilihan mushaf ini dapat dijadikan salah satu
opsi pengguna.
B. Saran
Merujuk dari temuan penelitian di atas terdapat beberapa saran
yang dapat penulis kemukakan sebagai pertimbangan, yaitu:
1. Bagi penerbit. (a) Saat uji coba metode yang akan dicantumkan
dalam mushaf hafalan, alangkah baiknya dilakukan bersama
pecinta dan penghafal al-Quran dengan beberapa pilihan. Antara
lain: 1.) Masyarakat pecinta al-Quran dengan usia yang beragam,
yakni dari usia dini, remaja, orang tua, hingga lansia, atau; 2.)
Penghafal al-Quran dengan jumlah hafalan yang berbeda, dapat
berdasarkan jangka waktu menghafal atau jumlah hafalan yang
dimilikinya, atau pun; 3.) Masyarakat pecinta atau penghafal al-
Quran yang memiliki tiga kekuatan hafalan yang berbeda, yakni
berkemampuan rendah, pertengahan, dan tinggi. Hal ini berguna
agar pemilihan metodenya tidak terjadi kekurangan atau
penumpukan metode sehingga manfaat mushaf hafalan yang
diterbitkan juga bagus sebagaimana konsep yang diberikan. (b)
Tipologi produsen fungsionalis akan lebih memiliki umur yang
panjang dikalangan masyarakat. Bagi penerbit yang masuk pada
tipologi formalis dan pragmatis ekonomis (sesuai indikator yang
ada) perlu kemajuan dan perbaikan dalam visi misinya.
2. Sedangkan bagi penggunanya sendiri, dapat memilih mushaf
hafalan sesuai ilmu bantu yang dibutuhkan, agar mushaf yang telah
79

dimiliki sempurna manfaatnya, sesuai dengan faktor


pendukungnya yang prioritas bagi masing-masing penggunanya.
Bagi penghafal yang telah menggunakan mushaf konvensional
terlebih dahulu dapat memilih mushaf hafalan yang mencantumkan
sedikit alat bantu agar tidak terjadi perbedaan yang luar biasa
sehingga membingunkan.
Bagi penghafal yang masih pemula dapat memilih mushaf hafalan
sesuai dengan kebutuhannya dengan cara melihat bagian petunjuk
penggunaannya sebelum membeli atau menggunakannya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Almahira. Quran Hafalan. Jakarta: Almahira, 2010.
Cordoba. Al-Quran Hafalan Tahfīdz Junior. Bandung: Cordoba, 2018.
Cordoba. Mushaf Al-Hāfīdz. Bandung: Cordoba, 2016.
Cordoba, Mushaf Al-Huffādz, Bandung: Cordoba, 2017.
Maana Publishing. Mushaf Hafalan Usmānī Madinah. Bandung: Maana
Publishing, 2019.
Menara Kudus. Mushaf al-Quran al-Karim. Kudus: Menara Kudus, 1974.
Sidogiri. Mushaf Al-Miftāh. Surabaya: Sidogiri, 2019
Syaamil. Al-Quran Yadain. Bandung: Syaamil, 2019.
Syaamil. Mushaf Tikrār. Bandung: Syaamil, 2015.
Tiga Serangkai. Mushaf At-Taisīr. Bekasi: Tiga Serangkai, 2018.
Buku
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Quran. Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2005.
Al-Fadhli, Abu Ezra. Tajwidul Quran. Bandung: Online Tajwid
Communities, 2015.
Ihsan, Sawabi. Mengenal Mushaf al-Quran Standar Indonesia. Jakarta:
Departemen Agama RI, 1984.
Kementeri Agama RI. Berita Negara Indonesia Peraturan Agama Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Penerbitan, Pentashihan,
dan Peredaran Mushaf al-Quran. Jakarta: Kementerian Agama RI,
2016.
Madzkur, Zaenal Arifin. Kecenderungan Masyarakat dalam Memilih
Mushaf ak-Quran Standar Indonesia di Pulau Jawa. Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2016.

81
82

Al-Qasim, Abdul Muhsin. Terj. Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal al-
Quran. IslamHouse.com: Mantab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat
Rawah, 2007.
Qasim, Amjad. Meski Sibukpun Bisa Hafal al-Quran. Solo: Al-Kamil
Publishing, 2013.
Qori, Taqiyul Islam. Cara Mudah Menghafal al-Quran. Jakarta: Gema
Insani, 1998.
Shohib, Muhammad. Pedoman Membaca dan Menulis al-Quran Braille.
Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran, 2012.
Sya’roni. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
dengan Rasm Usmânî. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Agama Puslitbang Lektur Agama, 1999.
Jurnal
Akbar, Ali. “Percetakan Mushaf Al-Quran di Indonesia.” Suhuf. Vol. 4, no.
2, (2011): 271-287.
Albin, Michael W.. “ Printing of the Quran.” Encyclopedia of the Quran,
vol. IV, no. 05: 114-122.
Faizin, Hamam. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”
Esensia, vol. 07, No. 01, (2011): 133-158.
Hidayah, Nurul. “Strategi Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga
Pendidikan.” Ta’allum, vol. 4, no. 01, (2016): 63-81.
Kaltsum, Lilik Ummi. Menghafal al-Quran dalam Pendidikan Formal
Jurnal. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Karim, Dudung Abdul dkk. Metode Yadain Li Tahfizh Al-Quran
(Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa
Maniskidul Kuningan Jawa Barat). 4, No. 2, (2019): 181-200.
Lestari, Lenni. “Mushaf Al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya
Lokal.” At-Tibyan. vol. I, no. 1, (2016): 173-198.
83

Madzkur, Zaenal Arifin. “Diskursus Ulumul Quran tentang Ilmu Dabi dan
Rasm Usmânî Kritik atas Artikel Karakteristik Mushaf Magribi,
Arab Saudi, dan Indonesia.” Suhuf. vol. VIII, no. 02, (2015): 261-
282.
Muhammad, Ahsin Sakho. Etika Penerbitan al-Quran Jurnal, Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2012.
Nugraha, Eva. “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodikasi al-Qur’an di
Indonesia.” Ilmu Ushuluddin. vol. 2, no. 3 (2015), 369-394.
Saptadi, Heri. “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal al-Quran
dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling.” Bimbingan
Konseling. vol. 1, no. 2, (2012): 117-121.
Sya’roni, Mazmur. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Quran Standar
Indonesia.” Lektur Keagamaan. vol. V, no.1, (2007): 127-149.
Skripsi
Amin, Muhammad. “PeningkatanKemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Media Cerpen dengan Penggunaan Strategi PQ4R
(Preview, question, read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas
VII SMP Raudlatul Falah, Curug, Bojongsari, Depok, Tahun
Pelajaran 2014/2015.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Faizin, Hamim. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”
Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Firdausi, Fitriana. “Optimasi Kecerdasan Majemuk sebagai Metode
Menghafal al-Quran (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal
al-Quran serasa Bermain Game” karya Lukman Hakin dan Ali
Khosim” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.
Fitriyah, Darlimatul. “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal
al-Quran antara Santri Mukin dan Nonmukim di Pesantren Zaidatul
84

Ma’arif Kauman Parakan Temanggung.” Skripsi S1., IAIN


Walisongo Semarang, 2008.
Habibi, Ruslan. “Penerapan Metode Bimbingan dalam Meningkatkan
Kemampuan Menghafal al-Quran bagi Anak-Anak Usia Tahun di
Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor.” Skripsi S1., UIN
syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Imaniyah. “Efektivitas Kedisiplinan Siswa dalam Pembelajaran di SMP
Islamiyah Ciputat.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010.
Iqbal, Ahmad. “Penggunaan Metode Master dalam Menghafal al-Quran di
Yayasan Askar Kauny.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018.
Iskandar, Muhammad. “Penerapan Metode al-Qasimi dalam Menghafal al-
Quran di Pondok Pesantren Baitul Quran Garut, Dawung,
Sambirejo Sragen Tahun 2012-2013.” Skripsi S1., Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Jamalulael, Achmad. “Efektivitas Aplikasi Game MR.A dalam Mata
Pelajaran Akidah Akhlak di SMP al-Mubarak Tangerang Selatan.”
Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Jannah, Roudhotul. “Apresiasi al-Quran terhadap Perempuan dalam Surat
al-Nisa’.” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kurniawan, Ardi. “Evaluasi Pembinaan Tahfidzul Quran di Pesantren
Tahfidz daarul Quran Cipondoh Kota Tangerang.” Skripsi S1.,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Laila, Nur. “Membaca dan Menghafal al-Quran di Kalangan Mahasiswa
Tafsir Hadis UIN Jakarta Studi Kasus Mahasiswa Tafsir Hadis
Semester 3 dan 5 Tahun 2013.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014.
85

Marzuki, Ismail. “Analisis Program Acara Indonesia Menghafal di TPI.”


Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Nafi’ah, Rochmatun. “Skripsi Efektivitas Program Tahfidz Al-Quran dalam
Memperkuat Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Islam
Lasem.” Skripsi S1., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Nugraha, Eva. “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci.”
Thesis S3., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Purwati, Lilik Indri. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Menghafal al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.”
Skripsi S1., IAIN Metro Lampung, 2018.
Rajak, Putri Firda. “Implementasi Program Tahfidz al-Quran Juz 29 di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan.” Skripsi
S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Rohimin. “Jejak dan Otoritas Pencetakan Mushaf al-Quran di Indonesia.”
Skripsi S1., IAIN Bengkulu, 2016.
Saputro. “Muhammad Endy, Mushaf 2.0 dan Studi al-Quran di Era
“Muslim tanpa Masjid.” Skripsi S1., IAIN Surakarta, 2018.
Umam, Muhammad Najmul. “Strategi Coping dalam Bimbingan
Menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Nahdlatut Thalibin Tayu
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah.” Skripsi S1., UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Widyaningrum, Arizqi. “Mushaf Hafalan di Indonesia.” Skripsi S1., UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Yanti, Sri Fajri. “Pemahaman Komunitas Pesantren Nur Assa’adah dan As-
Sunnah di Tasikmalaya terhadap Perintah Berjilbab dalam QS al-
Nur (24):31.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Wawancara
86

Affan Musaddad Abdullah (Santri penghafal al-Quran di PP Hamalatul


Quran). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ambulu, 30
September, 2020, Jember.
Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira). Diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.
Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba).
Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019,
Jakarta Timur.
Rohmatul Maulidiana Aulia (Hafidhah 30 juz). Diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
Sri Fajri Yanti (Hafidhah 30 juz). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha,
Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
Ifta Athiyah (Pengguna Quran Al-Hufaz). Diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
Imas Masruroh (Pengguna Mushaf Al-Hufaz). Diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Gunung Sindur, 26 Juli 2019, Bogor.
Sofi (penghafal al-Quran). Diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
Erna (Penghafal Al-Quran). Diwawancarai oleh Naily Aziizn Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
LAMPIRAN
Surat Persetujuan Informan PT. Almahira
Surat Persetujuan Informan PT. Cordoba
Pertanyaan Wawancara
Foto Bersama Informan PT. Almahira

Foto Bersama MARCMM Manager PT. Cordoba


Tampilan Isi Quran Hafalan Almahira Tapa Terjemah dan beserta
Terjemah

Tampilan Isi Muhsaf al-Hāfidz


Tampilan Isi Mushaf al-Huffādz

Tapilan Isi al-Quran Hafalan Tahfz Junior


Tampilan Isi Mushaf Tikrār
Tampilan Isi Quran Yadain

Tampilan Isi Mushaf Hafalan Usmāni Madinah

Tampilan Isi Mushaf at-Taisir Tanpa Terjemah dan Beserta Terjemah

Anda mungkin juga menyukai