Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
ii
METODE MENGHAFAL AL-QURAN DALAM
LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN
KONTEMPORER DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Naily Azizin Nuha
NIM: 11150340000006
Di bawah Bimbingan:
iii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
Segala puji bagi Allah Swt. penulis panjatkan atas berkah, nikmat,
dan kasih sayangnya penelitian dengan judul “METODE MENGHAFAL
AL-QURAN DALAM LAMPIRAN MUSHAF HAFALAN
KONTEMPORER DI INDONESIA” dapat terwujud meski masih terdapat
banyak kekurangan. Shalawat dan salam tercurahkan Nabi Muhammad
Saw. sebagai Nabi akhir zaman dan wasilah dalam berdoa kepada Allah
Swt. dalam kelancaran mengerjakan skripsi ini.
Berkat semangat, informasi, tenaga, dan kesempatan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mengajak penulis agar terus
melanjutkan tulisan ini. Karena itulah dengan terwujudnya skripsi ini
penulis merasa berhutang budi kepada berbagai pihak dan sudah
sepatutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A,
selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Kusmana, M.A, Ph.D, selaku Wakil Dekan 1 yang banyak
memberikan arahan dan semangat agar terus menyelesaikan
skripsi ini yang juga ditulis saat penulis telah bekerja.
4. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku Kaprodi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir yang juga menjadi Dosen Pembimbing bagi penulis
dengan sabarnya mengarahkan, membimbing, dan memberikan
kesempatan meski harus meluangkan waktu istirahatnya hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
v
vi
Penulis
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
ا alif
tidak tidak
dilambangkan dilambangkan
ba b be
ta t te
es (dengan titik
ṡa ṡ
diatas)
jim j je
ha (dengan titik
ḣ
ḣ diatas
kha kh ka dan ha
dal d de
ra r er
zai z zet
sin s es
ix
x
syin sy es dan ye
Ș es (dengan titik
Șad di bawah)
de (dengan titik
ḍ
ḍad di bawah)
te (dengan titik
ṭ
ṭa di bawah)
g ge
gain
f ef
fa
qof q qi
kaf k ka
lam l el
mim m em
nun n en
wau w we
ha
h ha
__’ apostrof
hamzah
ya y ye
xi
ا fatḥah a a
ِا kasrah i i
ا ḍammah u u
Contoh:
3. Maddah
َات
َ َم : mātā
َ َرَمى : ramā
ََ ِق
َيل : qīla
َوت
ُ ُ َ ََي:yamūtu
4. Ta marbūṭah
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
ُ َ
كم ة الح
ِ : al-ḥikmah
5. Syaddah (Tasydi>d)
tanda syaddah..
Contoh:
ربَّنا: rabbanā
ن َّجيْنا: najjaīnā
الحق: al-haqq
الحج: al-ḥajj
نعِم: nu“ima
عد و: ‘aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh
Contoh:
sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
xiv
Contohnya:
الفلسفة : al-falsafah
البالد : al-bilādu
7. Hamzah
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,
istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fiẓilāl al-Qur’ān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
9. Lafẓ al-Jalālah ()هللا
Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),
huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada
xvi
permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A
yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang
didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun
Contoh:
ABSTRAK…………………………………………………………….....xix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah………………………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………............6
D. Tinjauan Pustaka……………………………………………………7
E. Metodologi Penelitian……………………………………….............11
F. Sistematika Penulisan……………………………………………….12
xvii
xviii
BAB V PENUTUP……………………………………………………..77
A. Simpulan…………………………………………………………..77
B. Saran……………………………………………………….......78
Daftar Pustaka…………………………………………………...81
Lampiran…….……………………………………………….........87
ABSTRAK
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghafalkan al-Quran adalah kegiatan yang sudah tidak asing di
Pesantren Nurul Islam, tempat penulis belajar tingkat MTs dan MA. Saat
tingkat MA, penulis mulai mengikuti program menghafal al-Quran dan
berlanjut saat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
mengikuti program dari LTTQ Fathullah di semester VI. Kemudian,
dimulai sejak semester VII penulis kembali menambah kegiatan dengan
mengajar di SDIT Permata Madani yang menerapkan program menghafal
al-Quran dimulai dari juz paling belakang.
Masing-masing lembaga yang penulis temui memiliki aturan,
metode, dan fasilitas yang berbeda dalam membimbing penghafal al-
Quran. Inilah salah satu alasan penelitian ini penulis lakukan. Di samping
itu, melihat semakin banyaknya lulusan penghafal al-Quran di Indonesia.
Beberapa diantaranya, di Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur pada tahun ini mampu menyelenggarakan wisuda
ke-VI dengan jumlah 91 wisudawan.1 Pondok Pesantren Tahfiz Al-Quran
Islahul Ummah Subang, Jawa Barat hingga saat ini mampu meluluskan
1000 santri penghafal al-Quran.2 PPIT (Pondok Pesantren Islam Terpadu)
Jamiyah Tahfidz Quran di Situbondo, Jawa Timur tahun ini mampu
melaksanakan wisuda taḣfīẓ dengan jumlah 101 peserta.3 Hal ini
Quran), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ambulu, 30 September, 2020, Jember.
Dan PP. Hamalatul Quran, Prosesi Wisuda Hafidh VI PP Hamalatul Quran, diakses, 16
Juli 2020, https://youtube/wVvJ7PWFEGE.
2 Budi Yanto, Pomdok Pesantren Tahfidz Al-Quran Islahul Subang, diakses,
20 Desember, 2020,
https://www.google.com/amp/www.tintahija u.com/event/ka,pus/18357-pondok-
pesantren-tahfidz-al-quran-islahul-ummah-subang-amp.
3 Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran, Beranda , diakses, 27 Mei, 2020,
https://tahfidz.id/ .
1
2
buku-buku yang menuliskan tentang metode menghafal al-Quran saja, tetapi juga serin g
penulis jumpai dalam lingkungan sekitar penghafal al-Quran. Nurul Hidayah, “Strategi
Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga Pendidikan”: 71.
6 MN Cahyono, “Metode Menghafal al Quran dalam Mewujudkan Kualitas
menguasai ilmu hadis, dan memiliki yayasan program menghafal a -Quran, juga telah
menerbitkan Quran Hafalan miliknya.
3
metode dalam menghafal al-Quran, yaitu: (1) mengingat kode ayat (awal
dan nomor ayat); (2) mengulang hafalan; (3) memahami makna ayat; (4)
menulis hafalan nya.8 Lalu, Ali Saleh Mohammed Ali Jaber9 saat ditanya
salah seorang pesertanya tentang cara agar mudah menghafal al-Quran
dan tidak mudah lupa, ia menjawab beberapa metode yang dapat
digunakan. Yaitu, (1) menentukan target yang dihafalkan setiap harinya;
(2) mengulangi hafalan setiap waktu (saat salat, kegiatan, dan
mendengar); (3) posisi membaca al-Quran yang benar.10
Pembahasan ini juga dituliskan dalam buku, artikel, dan beberapa
penelitian oleh para sarjana. Dalam buku yang ditulis oleh Ahsin W Al
Hafidh, lima metode dalam menghafal al-Quran adalah: (1) Wahdah
(Menghafal satu persatu ayat; (2) Kitābah (menulis ayat yang
dihafalkan); (3) Simā’i (mendengar ayat yang dihafalkan); (4) Gabungan
(metode pertama dan kedua; (5) Jama’ (kolektif).11 Sedangkan dalam
buku yang dituliskan oleh Taqiyul Islam Qori dan Abdul Muhsin Al-
Qasim menuliskan beberapa metodenya: (1) membaca ayat 20x; (2)
mengulang 20x; (3) mengulang hafalan setiap kelipatan lima juz. 12
Kemudian beberapa penelitian tentang penunjang hafalan al-
Quran oleh Lilik Indri Purwati: (1) motivasi diri; (2) menentukan jadwal
Pendakwah dan Ulama yang juga menjadi juri di ajang pencarian bakat penghafal al-
Quran di berbagai stasiun televisi.
10 Motive Islam,Cara Menghafal Al-Quran dengan Cepat Agar Tidak Mudah
Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal Al-Quran (Islamhouse: Maktab Dakwah dan
Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), 1-2. Dan lihat M Taqiyul Islam Qori, Cara Mudah
Menghafal Al-Quran (Jakarta: Gema Insani, 1998).
4
menghafal dan murāja’ah; (3) memahami makna ayat; dan (4) fasilitas.13
Oleh Darlimatul Fitriah: (1) motivasi; (2) manajemen waktu; (3) target
hafalan; (4) wahdah; dan (5) murāja’ah.14 . Oleh Heri Saptadi: (1)
motivasi; (2) memahami makna ayat; (3) peraturan; (4) fasilitas; dan (5)
aplikasi.15
Berbagai metode ini, sejak tahun 2010 menjadi ilmu bantu
tambahan dalam Mushaf Al-Quran dan kini dikenal dengan Quran
Hafalan. Rupanya mushaf jenis ini lebih banyak diminati dibandingkan
mushaf konvensional.16 Diantara metode yang tertulis di atas memiliki
persamaan yakni dalam motivasi, memahami makna ayat, penentuan
target menghafal, dan pengulangan. Metode-metode tersebut juga dapat
dimasukkan sebagai ikon dalam Quran Hafalan. Juga beberapa metode
lainnya yang dapat menjadi metode tambahan dalam penunjang hafalan
penghafal al-Quran, seperti mengingat kode ayat al-Quran.
Mushaf jenis ini cukup berbeda dengan mushaf konvensional,
baik dari tampilan luar, dalam, hingga penerapan penggunaannya. Dan
hasil penelitian Arizki Widyaningrum penelitian salah satu sarjana
Fakultas Ushuluddin Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah bahwa
mushaf hafalan telah dikenal oleh kebanyakan orang terutama dikalangan
Mahasiswa Tafsir Hadis.17 Dan setelah penulis telusuri kembali memang
Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung” (Skripsi S1., IAIN Walisongo, 2008), 98-99.
15 Heri Saptadi, “Bimbingan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol 1, no. 2
para penghafal al-Quran yang sudah lebih dulu maupun pemula mengerti
keberadaan Mushaf hafalan tersebut.
Sayangnya, di antara 9 dari 10 penghafal al-Quran tidak
memasukkan keseluruhan metode yang harusnya ada tersebut. Ada yang
hanya memasukkan 1-2 metode saja, sehingga menjadikan al-Quran yang
diterbitkan menjadi tidak maksimal. Bahkan, ada yang menambahkan
banyak metode di dalamnya, termasuk metode yang tidak dibutuhkan
dalam menghafalkan al-Quran, seperti tajwid berwarna dan tiga metode
penunjang untuk memahami makna ayat yang menumpuk dalam satu
halaman.
Hasil dari observasi yang dilakukan oleh Dudung Abdul Karim
bersama dua orang lainnya berjudul al-Quran Yadain li Taḣfīẓ al-Quran
di Desa Maniskidul Kuningan Bandung Jawa Barat, salah satu Quran
Hafalan dengan 12 metode di dalamnya kepada para santri yang
melakukan karantina. Dikatakan bahwa metode tersebut memiliki
penerapan yang sulit termasuk dalam metode yang ditonjolkannya yaitu
tadabur ayat, bahkan sebagian besar santri hanya menggunakan 2 dari 12
metode yang ada.18
Dari sini terlihat bahwa masih minimnya pengaplikasian metode
oleh penghafal al-Quran. Sehingga perlunya dipertanyakan apakah
metode dalam mushaf tersebut memang berguna, bahkan telah diuji
ataukah tidak, atau bahkan hanya sekedar strategi pasar yang
dimanfaatkan untuk merauk untung yang banyak. Terlebih lagi saat
mempromosikan Mushaf at-Taisirnya Adi Hidayat mengatakan sendiri
bahwa biasanya para penghafal al-Quran hanya membutuhkan bimbingan
18 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal
al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2
(2019), 194-198.
6
Quran antara Santri Mukim dan Non-Mukim di Pesantren Zaidatul Maarif Kauman
Parakan Temanggung. (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,
IAIN Walisongo, 2008).
29 Lilik Indri Purwati, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan
(2012).
32 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di
Hafal Al-Quran Metode at-Taisir Berbasis Android”. J-Cosine, vol. 3, no. 1 (2019).
34 Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
35 Lexy
J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), 4.
12
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan agar mendapatkan data yang berkaitan
dengan penelitian, seperti lampiran dan metode yang terdapat mushaf
hafalan.
4. Metode Analisis Data
Analsis data ini menggunakan deskriptif analitik dengan
menggambarkan bentuk metode dalam mushaf hafalan. Selain itu,
penulis juga menganalisis data terkumpul dengan membaginya ke dalam
unit-unit yang koheren.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan penelitian ini dapat disajikan secara tersusun
dan teratur, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bab sebagai
berikut,
Bab pertama penulis akan mendeskripsikan mengapa memilih
pembahasan mengenai mushaf hafalan menurut Penghafal al-Quran,
dengan menempatkannya pada latar belakang, lalu identifikasi, rumusan
dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
mtode penulisan hingga sistematika penulisannya.
Bab kedua mengulas lebih detail tentang mushaf hafalan dan mushaf
hafalan yang telah beredar di Indonesia sejak abad ke-19 sampai abad ke-
21, beserta metode yang tercantum di dalamnya dengan menjelaskan
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi penghafal al-Quran dalam
prosesnya.
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang
di akhiri oleh daftar pustaka.
14
BAB II
GAMBARAN UMUM MUSHAF HAFALAN
A. Pengertian Mushaf Hafalan
Mushaf hafalan terdiri dari dua suku kata, yakni mushaf dan
hafalan. Mushaf berasal dari Bahasa Arab م صحف ج م صاحفsecara bahasa
berarti kitab atau buku.1 Dalam kamus Mu’jām al-Ma’anī yang berarti
muhaf, kitab al-Quran.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mushaf
berarti bagian naskah al-Quran yang bertulis tangan.3 Sedangkan dalam
bahasa sehari-hari lazimnya dimengerti sebagai kitab suci al-Quran,
sehingga sering disebut juga Al-Musḥāf Al-Syarīf berarti al-Quran yang
mulia.4
Penyebutan mushaf sebagai naskah juga sudah disebutkan dalam
al-Quran hingga 8 kali. Salah satunya dalam Qs. al-Bayyinah/98:2:
(2) ص ُح ًفا ُمطَه َرًة ِرسو ٌل ِمن ه
ُ اَّلل يَتْ لُو َ َُ
“Seorang Rasul utusan Allah yang membacakan beberapa lembar
kitab suci (al-Quran).” (Qs. al-Bayyinah/98:2)
Bahkan penamaan mushaf pada al-Quran sudah terjadi sejak zaman
sahabat Abu Bakar yang saat itu terinspirasi dari Salim bin Ma’qil yang
kemudian terkenal dengan penyebutan Al-Musḥāf Al-Syarīf.5 Dari sini
terlihat mushaf dapat didefinisikan sebagai salinan al-Quran secara
15
16
Indonesia ”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 307. Dan Ali Akbar, “Mushaf al-
Quran Bahriyah” Diakses, 01, Oktober, 2018, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-
mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
10 Eva Nugraha, “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodifikasi al-Quran di
konten berbagai metode menghafal yang kini lebih dikenal dengan mushaf
hafalan.11
B. Sejarah Mushaf Hafalan
Mushaf yang dikhususkan bagi penghafal al-Quran memiliki nama
Mushaf Bahriyah yang merupakan reproduksi dari mushaf terbitan Turki
(1951 M). Terbitan ini dinaungi oleh KH. Arwani Amin yang
diperolehnya saat melaksanakan ibadah haji (1969/1970 M).12 Variasi
mushaf ini memang tidak ada yang diubah dari cetakan aslinya, mengikuti
pesan KH. Arwani Amin. Sayangnya bentuk orisinal mushaf ini telah
terbakar saat terjadi kebakaran di PT. Menara Kudus (2000-an M).13
Dengan penghabisan ayat disetiap pojoknya menjadikan mushaf jenis ini
juga dikenal dengan mushaf pojok/mushaf sudut dalam bahasa Turki
disebut āyet ber-kenār.14 Mushaf ini kemudian dicetak di Menara Kudus,
sehingga juga dikenal dengan Quran Kudus.15
Pemberian nama Mushaf Bahriyah ditentukan sejak Muker
(Musyawarah Kerja) Ulama al-Quran I tahun 1974 hingga Muker pada
tahun 1984. Pemberian namanya diambil dari nama penerbitnya yaitu
Bahriyah Istanbul Turki.16 Menurut Ahmad Damanhuri, Malang, mushaf
jenis ini sudah ditoleransi dikalangan Ulama di berbagai negara. 17
11 Hal ini adalah salah satu efek dari tematisasi al-Quran yang salah satunya
adalah Mushaf hafalan (terkadang juga disebut dengan Quran Hafalan).
12 Ali Akbar, ““Quran Kudus” Quran dari Turki”, Diakses, 20, Maret, 2013,
http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
13 Afrizal Qosim, “Mengenal Mushaf Pojok: Sejarah Perkembangan dan
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
18
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/322-mushaf-al-quran-standar-bahriyah.
20 Abdul Hakim, “Al-Quran Cetak di Nusantara ”. ¢u¥uf, vol. 5, no. 02, (2012):
233.
19
Karena itulah dalam menghafal al-Quran perlu ada beberapa hal yang
diperhatikan, ditambah lagi al-Quran yang telah dihafalkan perlu di jaga
dengan terus mengulang-ulangnya.
1. Syarat Menghafal Al-Quran
Dalam hal ini Ahsin W. Al-Hafidz dalam bukunya Bimbingan
Praktis Menghafal Al-Quran mencantumkan beberapa syarat menghafal
al-Quran, yaitu:
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran, teori, ataupun
permasalahan yang mengganggu proses hafalan.34
b. Niat yang ikhlas
Niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan menjadi benteng
terhadap kendala yang dapat menjadi rintangan dalam hal yang
ditujukan oleh seseorang.35 Sebagaimana arti dari niat dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim adalah
berkehendak atas sesuatu yang disertai dengan kegiatan.
c. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Dalam proses menghafal sering kali terjadi kendala, seperti jenuh,
lingkungan yang tidak memungkinkan, atau karena sedang
menghafalkan ayat yang di rasa sangat sulit.36 Sebab itulah
Rasulullah selalu menekankan agar penghafal al-Quran agar
bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.37
d. Istiqamah
Seorang penghafal al-Quran dalam masa menghafal maupun
penjagaannya diperlukan istiqamah atau konsisten, baik lisan, hati,
Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janu a ri,
2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.
26
ayat tersebut a kan di baca hingga lanca r. Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis
Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
49 Dengan mengulang-ngulang ayat yang hendak dihafalkan, biasanya metode
ini akan dilakukan oleh orang yang memiliki gaya belajar auditori. Ahsin W. Al-Hafidz.
Bimbingan Praktis Mengha fal Al-Qur’an, 63-66.
50 Gabungan dari metode wahdah dan kitabah, namun k itabah disini hanya
dihafalkan secara bersama-sama sesuai dengan instruksi dari pemimpinnya. Ahsin W. Al-
Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63-66.
52 Yadi Iryadi, Pusat Ka rantina Ta hfidz Al Quran Nasional, Mushaf Standar
Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an, Diakses, 25, Janu a ri,
2017, https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o.
27
53 Memori jangka pendek adalah proses menghafal yang cepat, namun cepat
pula lupa. Sedangka n memori jangka panjang adalah proses menghafal yang
membutuhkan jangka waktu lama, namun mampu menyimpang informasi dalam j a n gk a
waktu yang panjang pula . Abdul Muhsin et al, Orang Sibuk pun Bisa Menghafal Al-
Quran (Rahasia, Cara dan Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran),
(Solo: PQS PUBLISHING, 2014), h. 57. Lilik indri Purwati, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam
Metro, (Skripsi, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Metro, 2018), 21-22.
54 Proses mengulang ini juga menjadi sangat penting, karena pada dasarnya
seorang penghafal al-Quran mendapat pahala dari banyaknya dia mengulang. Bukan d a ri
banyaknya hafalannya. Yedi Iryadi, Pusat Karantina Tahfidz Al Quran Nasional, Mush a f
Standar Karantina Hafal Quran Sebulan Metode Yadain Litahfizhil Qur'an,
https://www.youtube.com/watch?v=nJn5NENrb5o. Lilik indri Purwati, “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro” (Skripsi S1., IAIN Metro, 2018), 21.
28
qaṣr. Lalu, Faṣahah yang meliputi ketepatan berhenti dan memulai bacaan
al-Quran, menjaga murā‘at al-ḣurf wa al-harākat, menjaga dan
memelihara murā’ah al-ayat wa al-kalimat .55
Faktor lainnya yang juga diperlukan dalam menghafal al-Quran
adalah motivasi dari diri sendiri maupun hal lainnya, memahami makna
ayat, menentukan target, jadwal menghafal, hingga fasilitas yang
digunakan.56 Terhitung dari metode menghafalnya yang beragam, dapat di
lihat jika dalam menghafal al-Quran yang diperlukan tidak hanya faktor
internal saja, melainkan perlunya faktor eksternal sebagai dukungan dalam
prosesnya.57
Rumusan-rumusan ini dahulunya hanya ada dalam buku-buku
panduan menghafal al-Quran yang diproduksi oleh para penerbit buku
islami. Namun, seiring berjalannya waktu penerbit buku islami
memberikan inovasi baru pada dunia al-Quran. Yakni, dengan
menggabungkan panduan-panduan dan hal-hal yang dirasa perlu oleh
penghafal al-Quran ke dalam mushaf.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hafalan al-Quran
Menghafal al-Quran merupakan usaha untuk mengingat al-Quran
30 juz tanpa melihat mushaf. 58 Dalam usahanya sendiri memiliki memiliki
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalannya.
Diantaranya terdapat faktor internal dan faktor eksternal.
Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, (Skripsi S1., IAIN
Metro, 2018), 12-14.
56 Heri Saptadi, “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal Al-Qur’an
dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling”. Bimbingan Konseling, vol. 1, no. 2
(2012):121.
57 Darlimatul Fitriyah, “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari pribadi santri.59
Beberapa faktor yang menjadi penunjang mudahnya menghafal serta
murajaah penghafal al-Quran antara lain:
a. Mujāhadah
Mujahadah atau kesungguhan tekat dnegan mencurahkan segala
kemampuan jiwa dengan sungguh-sungguh baik dalam pencapaian
menghafalnya maupun melawan hawa nafsu.
b. Minat dan bakat
Minat merupakan ketertarikan terhadap sesuatu. Dengan artian
seorang penghafal berkeinginan menghafal tanpa adanya
paksaan.60 Sedangkan bakat merupakan kemampuan yang dimiliki
masing-masing individu. Individu yang memiliki bakat penghafal
akan lebih mudah menghafal al-Quran.61
c. Keinginan
Keinginan sebagai dorongan untuk memantapkan menghafal al-
Quran dari diri sendiri. hal ini berfungsi sebagai kesadaran dan
rasa tanggungjawab atas hafalan yang dimiliki penghafal.62
d. Motivasi
Motivasi mendorong timbulnya suatu perbuatan. Berguna sebagai
pengarah dan penggerak
al-Quran perlu digali dan dikembangkan. Sehingga penghafal al-Quran dapat men gh afal
sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
62 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
e. Menjauhi maksiat
Menghafal kitab suci perlu menjauhi larangan Allah. Karena pada
dasarnya al-Quran tidak mungkindiriripkan kepada orang yang
hatinya kotor dan banyak maksiatnya.63
d. Manajemen waktu yang baik64
Perlu memprioritaskan waktu untuk menghafal, dan dilain sisi juga
perlu mengukur kemampuan pribadi dalam mengelola waktu yang
dimiliki. Karena menghafal al-Quran tidak sebatas berhenti pada
mengingat saja, namun juga penjagaan hafalan kedepannya.65
Di samping itu, banyak penghafal al-Quran yang juga mengalami
hambatan dalam proses maupun murajaahnya, antara lain:
a. Maksiat
Hal ini menjadi faktor penghambat karna dapat membuat
penghafal lupa diri dan al-Quran, bahkan dapat membutakan
hatinya dari mengingat Allah SWT.66
b. Kesadaran diri
Menghafal al-Quran yang semakin lama semakin besar tanggung
jawabnya. Hal ini menjadikan tantangan bagi penghafal agar selalu
meningkatkan fokusnya pada menghafal dan murajaahnya.
Namun, tidak jarang penghafal yang kemudian kurang sadar untuk
perlu meningkatkan kemampuan menghafalnya.67
Keberhasilan Santri, 7.
66 Siti Nurul Istiqamah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Menghafal, 64.
31
Menghafal, 75.
33
b. Alat komunikasi
Penggunaan alat komunikasi yang kurang bijak dapat mengalihkan
fokus penghafal.
c. Kurang motivasi
Selain motivasi dari diri sendiri, penghafal membutuhkan motivasi
dari lingkungan sekitar sebagai dorongan dan ajakannya.
d. Manajemen waktu yang kurang baik74
Penggunaan waktu yang teratur akan membuat penghafal mudah
memanfaatkan sela-sela waktunya. Namun, kurangnya
memanfaatkan waktu yang ada menjadikan waktu yang tersisa
menjadi sia-sia.75
Hal lain yang menjadi faktor yang mempengaruhi hafalan juga
dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Ibrahim bin Ismail,
antara lain: kesungguhan kontinyu, mengurangi makan, melaksanakan
shalat malam, membaca al-Quran, shalawat Nabi, dan berdoa. Selain itu,
ia juga menyarankan minuman yang dapat menguatkan hafalan adalah
madu, kandar (sejenis susu), dan 21 zabib merah. Faktor-faktor ini dapat
menjadi acuan penghafal al-Quran saat memilih metode dan praktiknya
saat menghafal. Dengan demikian, penerbit mushaf hafalan juga dapat
menjadikan hal ini sebagai pertimbangan dalam pencantuman metode
dalam mushafnya.
35
36
memgangnya saja telah di atur oleh Islam. Syaamil Quran satu -satunya percetakan
al_Quran yang telah memiliki mesin percetakan sendiri sudah sewajarnya harus
memperhatikan dan menjaga adabnya. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak
Mushaf Syaamil Quran. Syaamil Quran, Proses Menakjubkan Mencetak Mushaf Syaami l
Quran, Diakses, 25, Maret, 2016, https://www.youtube.com/watch?v=kuEIOAS6tlY.
40
Yadain. Pertama Mushaf Tikrār, yang hadir lebih dahulu dibandingkan al-
Quran Yadain, yakni pada tahun 2015.
Tabel 3.9: Profil mushaf hafalan pada Mushaf Tikrār Syaamil Quran
14 Hal ini di perliatkan dari cetakan mushaf yang diberikan label “untuk
kalangan sendiri”.
41
15 Dalam profil penerbit ini, cukup sulit ditemukan dikarenakan tidak adanya
blog pribadi danhanya memiliki laman penjualan di facebook. Lihat Mushaf Hafalan
Madinah, Riview Buku Islam -Toserba Muslim, Quran Hafalan Utsmani Madinah
(Baru), 09, Mei, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA.
42
Miftāḣ, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,
8, Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s.
21 Qusyairi ismail, (Direktur PT. Almiftah) diwawancarai oleh Naily Azizin
Penamaan, panjuan
Deskripsi isi
Penjelas
Tipologi Formalis,Fungsionalis,
Produsen Pragmatis Ekonomis
45
46
ً ُص َّر ْفنَا فِي َهذَا ْالقُ ْرآ َ ِن ِل َيذَّ َّك ُروا َو َما َي ِزيدُ ُه ْم إِ ََّّل نُف
)41( ورا َ َولَقَ ْد
1
Lihat Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-Huffāẓ, Quran
Hafalan Junior, (Bandung: Cordoba). dan Mushaf hafalan Usmānī Madinah, (Depok:
Maana Publishing, 2019).
47
5
Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-
Huffaz, Quran Hafalan Junior.
6
Lihat Kata Pengantar, Mushaf Cetakan Cordoba (Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf Al-
Huffaz, Quran Hafalan Junior.
7
Jiyanto dan Desti Widiani, “Studi al-Qur’an”, Jurnal Implementasi Metode
Famibisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-Quran pada Huffaāz di Ma’had Tahfidzul
Quran Abu Bakar Ash-Shidiq Muhammadiyah Yogyakarta 15, No. 2 (2019): 190.
49
8
Tetapi disisi lain juga terdapat keinginan berbagi ilmu pengetahuan. Jurnal
Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-Quran di Indonesia 18, 391. Hal
ini sejalan dengan hasil wawancara bersama beberapa penerbit (Almahira, Cordoba, dan
Almiftah).
9
Ratna Nur Rahmawati (Redaktur PT. Almahira), diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Bekasi, 28 November 2019, Jakarta Timur.
50
12
Dikatakan dalam promosinya, mushaf ini merupakan permintaan dari
masyarakat karena suksesnya terbitan belajar membaca kitab. Namun, setelah melakukan
tanya jawab, ternyata konsep mushaf ini sudah ada bahkan sebelum terbentuknya metode
belajar tersebut. Wawancara 28 april 2020.
52
Yang tersebut adalah contoh yang tertulis dan hal ini cukup
menjadi contoh tujuan syiar bagi setiap penerbit. Sekalipun penerbit yang
tidak mencantumkan tujuan syiarnya ini dalam mushafnya. Sebagaimana
Adi Hidayat yang membentuk mushafnya dan menyebarkannya secara
cuma-cuma dengan harapan syiar.
c. Keuntungan Ekonomi
Dalam hal ini, sesuai dengan yang dituliskan oleh Eva Nugraha
dalam tesisnya bahwa terdapat aspek profit (keuntungan) yang kadang
terbungkus wadah religiustas dalam mushaf.13 Sebagaimana hasil
wawancara bersama pihak Almahira yang mengatakan, “Keuntungan
bukan hal yang kita utamakan, meskipun perlu diakui, ya. Kita memang
butuh itu, tapi bukan menjadi tujuan utama kita. Itu tujuan yang
kesekianlah setelah mencari rida Allah, memudahkan masyarakat, bau
keuntungan.”14 Hampir senada dengan pernyataan tersebut, Cordoba
menuturkan, “Selain ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat,
tentunya ada lah, ya perhitungan untung dan rugi. Karna ini adalah
pergerakan bisnis yang memang perlu ‘itu’ untuk terus berjalan.”15
Begitu juga dari Pesantren Sidogiri yang bertujuan memudahkan para
santrinyapun mengandung aspek profit dalam tujuannya. Pasalnya mushaf
ini kini diperjualbelikan ke masyarakat hingga menghabiskan 2000
eksemplar dan masih akan cetak ulang.
Pernyataan dari ketiga penerbit ini cukup menjadi contoh bagi
penerbit lainnya yang kemudian memasarkan mushafnya menggunakan
13
Eva Nugraha, “Jurnal Tren Penerbitan Mushaf hafalan dalam Komodifikasi al-
Quran di Indonesia”. Ilmu Ushuluddin, vol. 2, no. 3 (2015): 317.
14
Ratna Nur Rahmawati, Wawancara.
15
Restu Kurniawan (Market and Communication PT. Cordoba), diwawancarai
oleh Naily Azizin Nuha, Bekasi, 19 Desember 2019, Jakarta Timur.
53
berbagai platform media yang tersedia saat ini.16 Harga yang diberikan
dapat dikatakan cukup murah dengan kisaran 50-150 ribuan sesuai
ukurannya. Begitu juga dengan penerbit lainnya yang memasarkan
produknya dengan iklan yang dibuat semenarik mungkin. Seperti
taglinenya “Metode hafal al-Quran tanpa menghafal” pada Mushaf Tikrār
dan “Mushaf Standar Karantina Sebulan” pada al-Quran Yadain milik
Syaamil,17pada Mushaf at-Taisīr “Ini metode dari al-Quran langsung
bagaimana al-Quran dihafalkan”,18 dan “Menghafal 30 juz seperti
menghafal enam jilid” bahkan dalam beberapa promosi dikatakan
“Menghafal 30 juz serasa dua lembar”19. Tagline inilah yang kemudian
digunakan sebagai promosinya agar masyarakat tertarik membeli mushaf
hafalannya.
3. Kompetensi Penyusun Metode
Penyusunan mushaf merupakan proses yang panjang, sebagaimana
yang telah dipaparkan Eva Nugraha dalam tesisnya. Begitu pula dalam
proses menyusun metode yang digunakan sebagai alat bantu
menghafalkannya. Dimana hal ini merupakan proses inti dalam pembuatan
mushaf hafalan.Butuh waktu berbulan-bulan dan melibatkan masyarakat
pecinta al-Quran dan ahli didalamnya, guna menentukan metode yang
akan dicantumkan dalam mushaf hafalannya.
16
Jika dulu pembelian hanya dapat ditemukan di tokotoko buku seperti
Gramedia, di Tanah abang atau toko buku lainnya. Kini jenis-jenis Mushaf hafalan ini
sangat mudah ditemukan dalam aplikasi jual beli yang banyak digunakan orang-orang
saat ini. Seperti, pada aplikasi Shopee, Tokopedia, BliBli, Olx dan lainnya.
17
Lihat Mushaf Tikrār, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015).
18
Lihat Mushaf At-Taisīr, (Bekasi: Tiga Serangkai, 2018).
19
Lihat Mushaf Al-Miftāh Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al
Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan, diakses,
8 Oktober, 2019, https://www.youtube.com/watch?v=CEmlo8QYORg&t=7s.
54
a. Pegiat Program
Penerbit Cordoba yang sudah meluncurkan tiga mushaf dalam
konten mushaf hafalan.20 Yakni, Quran Al-Hāfiẓ, Quran Tahfīz atau al-
Huffāz, dan al-Quran Hafalan Tahfīẓ Junior. Dalam pendahuluannya
dijelaskan Abdul Aziz Abdur Rauf21 sebagai tombak dalam pembentukan
mushaf hafalannya.22 Terbukti saat wawancara yang penulis lakukan,
pihak Cordoba mengakui kebenaran tulisan tersebut. Dengan
pernyataannya, “Metode yang sudah dikumpulkan oleh Tim lapangan itu
kita konsultasikan ke Ustad Abdul Aziz. Kalau beliau bilang bagus ya kita
masukkan, kadang juga ada yang tidak perlu ya tidak kita cantumkan”
Kemudian Syaamil Quran dengan Mushaf Tikrārnya menjelaskan
dalam kata pengantarnya mengajak Hamim Tohari23 sebagai salah satu
pelopor terbentuknya mushaf hafalan ini. Dalam halaman cara
menggunakan mushaf ini dijelaskan bahwa awal mula tersusunnya metode
ini berdasarkan pengamalan para penghafal al-Quran sejak dahulu,
beberapa hadis riwayat Al Bukhari, dan penelitian dari kesehatan modern
yang menyimpaikan bahwa “pengulangan merupakan kunci dari hafalan”.
Bahkan untuk memperkuat pemasarannya juga dituliskan kesaksian dari
20
Penerbit ini mendapatkan penghargaan sebagai Penerbit Al-Quran Terinovatif
pada tahun 2019. Terlihat dari semua terbitan mushafnya yang sudah memiliki sebanyak
300 konten. Restu Kurniawan, Wawancara. Quran Cordoba, “LPMQ KEMENAG RI
Memberikan Penghargaan Sebagai Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit
Cordoba”. Beranda, diakses 2019, http://qurancordoba.com/home/.
21
Salah satu penggiat program menghafal al-Quran dari surabaya. Restu
Kurnawan, Wawancara. Ali Hidayah, “Pena Hidayah”. Biografi Al-Hafifzh: Ust. Abdul
Aziz Abdur Rauf, diakses, 2 April, 2010,http://alihidayah.blogspot.com/2010/04/biografi-
al-hafizh-ustabdul-azis-ar.html.
22
Dalam pendahuluannya dituliskan bahwa tambahan motivasi dan tips dalma
menghafal al-Quran diberikan oleh Abdul Aziz Abdur Rauf. Lih. Mushaf Al-Hāfiẓ.
(Bandung: Cordoba, 2016).
23
Tribun kaltim, “Risalah”. Seorang penggiat program menghafal al-Quran dan
Da’i dari Kabupaten Kutai Timur (2015), https://kaltim.tribunnews.com/2015/11/20/pria-
ini-gagas-meta-rubaiyat-menghafal-al-quran-tanpa-menghafal.
55
Abo Omar Al Iraqy bahwa di Masjid Nabawi dan Haram Makkiy dalam
menghafal melakukan pengulangan sebanyak 40 kali.24
Mushaf kedua Syaamil adalah al-Quran Yadain yang digunakan
dalam program karantina selama sebulan. Dijelaskan dalam tulisan
Dudung, Hafid, dan Ali,25 mushaf ini pembentukan metodenya sendiri
telah ada sejak 2014 yang muncul dari pemikiran Ma’mun Al-Qurtuby26
bersama muridnya Yadi Iryadi27 dengan bimbingan Ahsin Sakho
Muhammad.28 Hingga akhirnya tahun 2019 metode ini dibentuk dalam
sebuah mushaf dan disebarluaskan.
Selanjutnya Mushaf Hafalan Uṡmānī Madinah yang mengikuti
standar UṡmānīMadinah metodenya telah dimurajaah oleh Muhammad
Taqiyuddin.29 Milik Adi Hidayat yakni Mushaf At-Taisīr. Dalam
pengantarnya sendiri mengungkapkan bahwa metode ini sudah sering
diutarakan saat daurah di Masjid al-Ihsan, yaitu merupakan “metode yang
langsung diambil dari al-Quran bagaimana cara al-Quran di ingat”.30
24
Lihat Mushaf Tikrar, (Bandung: Sygma Media Inovasi, 2015).
25
Penulis jurnal tentang pengaplikasian Metode Yadain yang dikembangkan di
sebuah yayasan karantina penghafal al-Quran di Kuningan.Jurnal yadain. Dudung Abdul
Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin, “Metode Yadain li Tahfizh Al-
Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa Maniskidul
Kuningan Jawa Barat)”, Studia Quranika, vol. 4, no. 2 (2019): 184.
26
Seorang pengajar Multazam Kuningan.
27
Santri Tahfiz Quran angkatan ke-1 di Pondok Pesantren Multazam Kuningan
28
Al-Hafiz, pakar al-Quran yang ahli di bidangnya.
29
Lihat Mushaf hafalan Madinah, Riview Buku Islam-Toserba Muslim, Quran
Hafalan Utsmani Madinah (Baru), diakses 9 Mei, 2019,
https://www.youtube.com/watch?v=po8vSctpJuA,.
30
Ucap Adi Hidayat dalam salah satu daurohnya yang di dokumentasi dalam
Youtube. Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat, diakses, 11 Oktober,
2019, https://www.youtube.com/watch?v=7GPWtBFfh3U. Bahkan, saat ini sudah
terdapat beberapa platform social media yang digunakan oleh Adi Hidayat, seperti
Instagram, Youtube, Web Blog resmi maupun akun-akun lain yang memposting tentang
metode dalam Mushaf At-Taisir.
56
b. Penghafal Quran
Almahira yang melakukan Trial and Error bersama delapan orang
redaksinya hingga berbulan-bulan. Yang mana beberapa diantaranya telah
menghafal al-Quran dan sebagiannya masih dalam proses.31
“Kita uji bersama orang-orang redaksi di sini. Karna kan memang
idenya muncul secara spontan aja, jadi kita langsung eksekusi karna
kebetulan memang orang-orang di sini itu adalah satu background
“dari pesantren” beberapa sudah hafal al-Quran dan sisanya lagi
sedang proses menghafal, gitu”.
c. Masyarakat Pencinta Quran
Seperti yang tertulis sebelumnya, metode tiga mushaf cetakan
Cordoba adalah hasil dari survei tim lapangan. Dimana survei tersebut
dilakukan dengan mencari usulan dari masyarakat. Yakni, melalui kajian
gratis yang sering diadakannya, juga melalui survei tim lapangannya yang
selalu aktif mencari inovasi dari kebutuhan masyarakat.32 Sebagaimana
pihak Cordoba mengatakan, “Jadi metode itu kita bentuk dari
pengumpulan tim lapangan. Tim lapangan sendiri dapat dari usulan-usulan
masyarakat yang datang ke kajian Quran kita. Barulah metode itu kita
diskusikan ke Ustad Abdul Aziz”
Lalu Mushaf Al-Miftāḣ yang terbentuk melalui berbagai survei dan
analisis dari buku tentang mushaf hafalan, pelatihan, juga study banding.
Hingga terbentuk metode pendekatan warna yang diusulkan langsung oleh
Qusyairi Ismail.33
“Jadi proses pemilihan metode. Istilahnya sebenarnya bukan
memilih, ya,. Tapi menciptakan kan karena In sya Allah ini
pertama kali, ya. Dan sebenarnya untuk konsep memilah satu juz
jadi lima warna itu, itu murni dari Ustad Qusyairi ismail, Guru
Besar kami. Jadi murni tidak mendompleng dari siapapun, itu
muncul dari Tim Al-Miftah sendiri”
31
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
32
Restu Kurnawain, Wawancara.
33
Qusyairi Ismail, (Direktur PT. Almiftah), diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha melalui aplikasi WhatsApp, 28 april 2020.
57
34
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
35
Lihat Kata Pengantar pada Mushaf hafalan Usmani Madinah.
36
Lihat mushaf cetakan cordoba, dan dikuatkan dengan pengakuan pihak
marcom cordoba
37
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
59
3) Bentuk Metode
Syaamil dan Tiga Serangkai dengan penamaan mushaf
berdasarkan metode yang dicantumkan. Dapat diperhatikan dari Penerbit
Syaamil memiliki dua terbitan konten mushaf hafalan, yaitu Mushaf
Tikrāryang memiliki metode berfokus pada pengulangan ayat dan al-
Quran Yadainnya dengan metode yang memanfaatkan jari-jari dalam
proses menghafalnya. Lalu penerbit Tiga Serangkai yang menamakan
Mushaf Taisīr bagi mushafnya karena menggunakan metode langsung dari
al-Quran, sehingga dianggap dapat memudahkan penggunanya.
Sebagaimana pernyataannya, “Jika ingin menghafal al-Quran maka
gunakan mushaf hafalan, seperti sekarang yang ada di tangan saya adalah
Mushaf at-Taisīr. Mushaf ini akan memudahkan penggunanya seperti
namanya taisīr, in sya Allah”38
4) Tidak Berkolerasi
Mushaf al-Miftāḣ yang merupakan mushaf hafalan terobosan baru
dari Pesantren Sidogiri. sebagaimana pernyataan dari pihak Sidogiri,
mushaf ini dinamakan dengan al-miftāḣ sesuai nama rumah yang
digunakan. Dengan kata lain, penamaan ini dianggap akan menjadikan
pengguna mudah mempercayai metode dalam mushaf karena mengaca
suksesnya diciptakan dalam membaca kitab al-miftāh. Sebagaimana
pernyataan dari pihak Sidogiri:
“Mushaf ini dinamakan Mushaf al-Miftāḣ. Jadi al-Miftah itu
adalah nama rumah yang di dalam rumah tersebutlah terbentuk
berbagai metode ilmu agama. Seperti yang telah terbit sebelum
Mushaf al-Miftāḣ ini ada buku al-Miftāḣ li al-Ulum Mudah Belajar
Membaca Kitab”39
38
Restu Kurniawan, Wawancara.
39
Qusyairi Ismail, Wawancara.
60
40
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
41
Restu Kurniawan, Wawancara.
61
42
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
43
Fakta Al-Quran, Mushaf At-Taisir!!! Ustaz Adi Hidayat (2019).
62
44
Lihat Quran Hafalan, Almahira.
45
Lihat Mushaf Tikrar, Tiga Serangkai.
46
Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz,dan al-
Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
63
Pemberian gambar halaman dan tanda panah ini sama seperti yang
dilakukan oleh Maana Publishing dalam Mushaf Hafalan Uṡmānīnya.
Namun, dalam pemberian panduan penggunaannya untuk 10 alat bantu
yang tercantum, hanya dituliskan satu halaman saja.47 Selanjutnya al-
Quran Yadain milik Syaamil yang menjelaskan 12 alat bantu
menghafalnya dengan tiga halaman. Dan satu gambar halaman beserta
tanda panah yang menerangkan kegunaan dari alat bantunya.48
Kemudian Mushaf at-Taisīr yang menjelaskan lima alat bantunya
pada satu halaman panduan menggunakan mushaf. Untuk lebih
lengkapnya, juga dicantumkan dua halaman yang berisi gambar beserta
keterangan dari kode alat bantu yang tercantum.49 Sedangkan untuk
panduan menghafal dari Mushaf al-Miftāḣ selain dari mushafnya sendiri,
penerbit juga membuatkan panduan yang berbentuk video dan disebarkan
melalui Youtube.50
Membuat panduan mengenai metode mushaf hafalan yang ada,
merupakan hal yang penting, terutama bagi calon penggunanya. Di mana
penulis pernah menemui beberapa pemilik Mushaf al-Huffāẓ milik
Cordoba yang membeli hanya karna tertarik dengan warnanya. Saat
ditanya tentang kode-kode yang ada dalam mushaf tersebut, pemiliki
justru kebingungan dan menganggap kalau kolom-kolom yang ada
merupakan hiasan mushaf agar menarik saja. Dengan kalimat yang hampir
sama, “Memangnya kolom ini ada gunanya? Kirain cuma hiasan gitu.
47
Lihat Panduan Mneghafal pada Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana
Publishing.
48
Lihat Al-Quran Yadain, Syaamil Quran.
49
Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai.
50
Lihat Mushaf Al-Miftah Sidogiri, (Pasuruan: Sidogiri, 2019). Lih. Mushaf Al
Miftah, Ternyata Begini l Cara Menghafal Dengan Mudah Dan Menyenangkan (2019).
64
Soalnya beli Cuma karna buat penghafal katanya, terus lihat isinya
menarik, gitu.”51
C. Instrumen Mushaf Hafalan
Setiap penerbit memiliki cara masing-masing dalam menyajikan
metodenya. Baik dalam pemilihan kode dan instrumen menghafalnya
hingga warna-warna di dalamnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan
ciri khas para penerbit, sehingga orang akan mudah mengenali setiap
penerbit hanya dengan melihat mushafnya.
Tabel 4.3: Instrumen mushaf hafalan
Komponen Unsur Keterangan
Instrumen Tadabur Ayat Terjemah Ayat, Terjemah Perkata,
Tema Ayat
Kode Ayat Awal Ayat, Akhir Ayat, Nomor Ayat
Blok Warna Menghafal, Ayat yang Mirip, Awal
dan Akhir Ayat
Tabel Menghafal, Murāja‘ah, dan Ayat
Mirip
Motivasi Singkat dan Terperinci
Instrumen Almahira Awal Ayat, Kertas Penutup, dan
dalam Terjemahan
Mushaf
Cordoba Awal, Akhir, Nomor Ayat, Blok
Warna, Tajwid Warna, Tabel
Menghafal, Murāja‘ah, Tema Ayat,
Motivasi, dan Kertas Penutup
Syaamil (Mushaf Tikrār) Kode Awal, Akhir,
Nomor Ayat, Blok Warna, Tabel
Membaca, Menghafal, Murāja‘ah,
Ayat Yang Sama. (al-Quran
Yadain)Terjemahan, Kode Awal,
Akhir, Nomor Ayat, Tema Ayat,
Asbāb al-Nuzūl, dan Famibisyauqin
sebagai alat bantu murāja‘ah
Maana Terjemahan, Kode Awal, Akhir,
51
Hafidz Al-Farisi, (Pengguna Mushaf Al-Huffāẓ) diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Gunung Sindur, 29 Juli 2019, Bogor, dan Sofi, Ciputat Timur, 26 Juli 2019,
Tangerang Selatan.
65
52
Ahsin W. Al-Hafiz, Bimbingan Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004),49.
53
Penjelasan dari Ahsin Sakho Muhammad selaku pembimbing penerbitan
metode yadain.
54
Ratna Eka Rahmawati, Wawancara.
67
setiap lima ayat, penandaan awal ayat yang sama, juga pembeda setiap dua
halaman.
d. Tabel
Dan tabel-tabel yang tercantum digunakan untuk mengontrol
hafalan, hingga murajaah per hari atau bahkan per minggunya.
Pencantumannya sendiri dari segi warna, posisi, dan jumlahnya bervariasi
dari setiap penerbit.
e. Motivasi
Motivasi yang dicantumkan penerbit berfungsi untuk menambah
semangat menghafal pengguna. Kebanyakan penerbit mencantumkannya
di akhir halaman mushaf, namun ada juga yang mencantumkannya di
setiap halamannya dengan harapan menjaga stabilitas menghafal
pengguna.55 Dan juga kertas penutup sebagai penghalang lembar ayat
yang bisa digunakan agar pengguna fokus terhadap murāja‘ah nya.
Itulah beberapa metode dan manfaat setiap alat bantu yang umum
digunakan dalam mushaf hafalan.Selain itu, beberapa penerbit juga
berinovasi dengan berbagai kode. Seperti mencantumkan tabel ayat yang
mirip, tertulis lengkap dengan juz dan nomor dari ayat yang hampir sama
dengan halaman tersebut. Kode ini berguna agar penghafal mengetahui
dan menghindari tertukarnya ayat yang sedang dihafalkan dengan ayat
lainnya.56 Lalu kode jari ayat yang digambarkan di samping kode awal
ayat, guna mengingat nomor ayatnya. Bahkan ada pula yang
mencantumkan kode tajwid warna agar pengguna tidak salah saat
membaca al-Quran. Juga asbāb al-nuzūl, faḋīlah ayat, hadis yang
berkaitan dengan ayat sebagai pelengkap mushaf hafalannya, meskipun
terkesan sedikit memaksakan dalam konten yang digunakannya.
55
Lihat Panduan Menghafal Mushaf Al-Hāfiẓ, Mushaf al-Huffaz, dan al-Quran
Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
56
Lihat Panduan Menghafal pada Mushaf Tikrār, Syaamil Quran.
68
57
Lihat Quran Hafalan, Almahira.
58
Lihat Mushaf Al-Hāfiẓ, Cordoba.
59
Lihat Mushaf al-Huffaz, Cordoba.
60
Lihat al-Quran Hafalan Tahfiz Junior, Cordoba.
69
c. Syaamil
Dua jenis mushaf hafalan terbitan Syaamil yaitu Mushaf Tikrār
(2015) dengan instrumen hafalan; kode awal, akhir, nomor ayat, blok
warna, tabel membaca, menghafal, murajaah, ayat yang sama.61 Dan al-
Quran Yadain (2019) memiliki instrumen hafalan; terjemahan, kode awal,
akhir, nomor ayat, tema ayat, asbāb al-nuzūl, dan famibisyauqin sebagai
alat bantu murāja‘ah.62
d. Maana Publishing
Mushaf Hafalan Uṡmānī (2019) terbitan Maana Publishing dengan
instrumen hafalan; terjemahan, kode awal, akhir, nomor ayat, tajwid
warna, faḋīlah ayat, hadis yang bersangkutan dengan ayat, asbāb al-nuzūl,
dan kertas penutup.63
e. Tiga Serangkai
Mushaf At-Taisīr (2018) milik Adi Hidayat dengan instrumen
hafalan; kode awal, nomor ayat, tabel murāja‘ah, dan buku sebagai alat
murāja‘ah secara tulisan.64
f. Sidogiri
Terakhir Mushaf al-Miftāḣ (2019) terbitan Sidogiri dengan
instrumen hafalan terdiri dari: kode nomor ayat, nomor halaman, tabel
murajaah, tema ayat, pembagian jilid, dan berbagai blok warna.65
Dari penjabaran di atas, terlihat alat bantu yang banyak digunakan adalah
kertas penutup, kode awal, akhir dan penomoran ayat. Dan pelopor dari
penggunaan kertas penutup dan awal ayat ini adalah Almahira. Hal ini
sesuai dengan tahun terbit dan pernyataan dari pihak Almahira.
61
Lihat Mushaf Tikrar, Syaamil Quran.
62
Lihat al-Quran Yadain, Syaamil Quran.
63
Lihat Mushaf hafalan Usmani Madinah, Maana Publishing.
64
Lihat Mushaf at-Taisir, Tiga Serangkai.
65
Lihat Mushaf al-Miftah, Sidogiri.
70
66
Ratna Eka Rahmatai, Wawancara.
67
Lihat rizki widyaningrum, Mushaf hafalan Indonesia, (Skripsi, S1., UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017).
71
68
Rohmatul Maulidiana Aulia (Hafidhah 30 juz) diwawancarai oleh Naily
Azizin Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
69
Sri Fajri Yanti (Hafidhah 30 juz), diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha,
Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
70
Restu Kurniawan, Wawancara.
71
Quran Cordoba, LPMQ KEMENAG RI Memberikan Penghargaan Sebagai
Penerbit Al-Qur’an Terinovatif 2019 Kepada Penerbit Cordoba,
diakses 08 April 2019 http://qurancordoba.com/pelatihan-al-quran/
72
72
Restu Kurniawan, Wawancara.
73
Ifta Athiyah (Pengguna Quran Al-Hufaz), diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha, Ciputat Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
74
Imas Masruroh (Pengguna Mushaf Al-Hufaz, diwawancarai oleh Naily Azizin
Nuha, Gunung Sindur, 26 Juli 2019, Bogor.
75
Sofi (penghafal al-Quran) diwawancarai oleh Naily Azizin Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
73
76
Erna (Penghafal Al-Quran), diwawancarai oleh Naily Aziizn Nuha, Ciputat
Timur, 26 Juli 2019, Tangerang Selatan.
77
Lihat Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran (Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal
al-Quran di Desa Maniskidul Kuningan Jawa Barat)”. Studia Quranika, vol. 4, no. 2
(2019): 194.
78
Dudung Abdul Karim, Hafid Nur Muhammad, dan Ali Zaenal Arifin,
“Metode Yadain li Tahfizh Al-Quran, 196.
74
baru akan lebih dimudahkan dengan adanya alat bantu yang tercantum
dalam mushaf hafalan. Meskipun beberapa diantaranya merasa tidak
nyaman karena terlalu banyak tahapan yang harus dipenuhi sebelum
menuju ke hafalan selanjutnya.
E. Tipologi Produsen
Merujuk kepada thesis milik Eva Nugraha, penerbit dapat
dianalisis berdasarkan indikator pemahaman, tindakan, hingga bukti
perilakunya tentang: (1) tujuan usahanya, (2) penjagaan yang dilakukan
berdasarkan ayat yang mengaturnya, dan (3) simbol dan lampiran yang
tercantum dalam mushaf.. Hal ini sesuai dengan nilai dominan yang dianut
penerbit. Berikut pengelompokan tipologi produsen enam penerbit di atas
sesuai dengan hasil wawancara yang penulis dapatkan.79
1. Formalis
Penerbit dengan tipologi ini menyandarkan proses penerbitannya
pada segala sesuatu yang secara resmi umum dipahami oleh masyarakat
yaitu nilai muhāfaẓāh. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah
tercantum di atas, dapat dilihat penerbit yang termasuk pada tipologi ini
adalah Penerbit Almahira.
Penerbit dengan jenis ini akan dikenal oleh masyarakat atas
ketelitian dan sedikit instrumen yang dimilikinya. Meski demikian agar
dapat lebih bersaing dan bertahan di mata masyarakat, penerbit jenis ini
perlu mengembangkan diri menjadi penerbit fungsionalis.80
79
Eva Nugraha, “Diseminasi, Komodifikasi, dan Sakralitas Kitab Suci”, (Thesis
S3., UIN Syarif Hidayatullah, 2018), 147-148.
80
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pula, Penerbit Almahira akan
melakukan inovasi yang lebih baik terhadap mushaf hafalan yang dimilikinya bersama
tim penerbit. Namun, hingga tulisan ini diselesaikan penulis belum menemukan terbitan
baru yang dilakukan terhadap mushaf hafalannya tersebut. Sehingga penulis belum bisa
memastikan bahwa Penerbit Almahira telah berkembang menjadi penerbit fungsionalis.
75
2. Fungsionalis
Tipologi tipe ini mengutamakan kegunaan produk mushaf bagi
kaum Muslim atau pengguna akhir lainnya dengan kecenderungan pada
tadabur (edukasi dan penghayatan). Melihat hasil wawancara dan
observasi yang penulis lakukan, penerbit yang termasuk tipologi produsen
ini adalah Penerbit Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan Sidogiri.
Melihat dari pemasaran dan hasil wawancara bersama penghafal
al-Quran dan pengguna, penerbit jenis ini lebih dikenal dibandingkan
tipologi produsen lainnya. Dengan indikator dan instrumen terhadap
mushaf yang dimiliki penerbit ini akan dapat bertahan lebih lama
kedepannya dibandingkan dengan tipologi produsen lainnya.
3. Pragmatis Ekonomis
Pada penerbit dengan tipologi ini hanya berfokus pada
mendapatkan manfaat dari sisi ekonominya. Setelah mencocokkan
indikator yang dikemukakan Eva Nugraha dalam thesisnya dengan hasil
wawancara dan observasi yang termasuk penerbit jenis ini adalah Maana
Publishing.81 Di samping itu, keseluruhan penerbit juga memiliki fokus
pada keuntungan materialnya, namun tidak memiliki kecenderungan pada
indikator tipologi pragmatis ekonomis ini. Penerbit jenis ini akan lebih
cepat hilang di mata masyarakat. Karena tipenya yang mengikuti zaman
namun kurang memperhatikan kebutuhan dan interaksi dengan
penggunanya.
81
Data tentang penerbit ini hanya berdasarkan observasi penulis terhadap
mushaf dan platform yang dimilikinya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mendalam melalui data
hasil penelitian di lapangan, maka penulis menyimpulkan:
1. Metode dalam mushaf hafalan yang beredar di masyarakat telah
diuji kesesuaian dan kemudahannya. Proses uji coba metode
tersebut dilakukan dengan cara yang beragam. Diantarnya,
dilakukan bersama tim penerbit itu sendiri. Ada pula yang
melakukannya dengan menggandeng masyarakat pecinta al-Quran,
hingga penghafal al-Quran itu sendiri. Proses pemilihan metodenya
sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya: 1.) Survei
melalui buku metode menghafal atau kegiatan dauroh menghafal
al-Quran; 2.) Wawancara kepada masyarakat pecinta al-Quran; 3.)
Diskusi bersama pegiat kegiatan menghafal al-Quran; 4.)
Memberikan inovasi dalam metode yang telah terkumpul; 5.)
Konsultasi bersama ahli dalam hal menghafal al-Quran.
2. Tipologi produsen berdasarkan indikator yang dimiliki masing-
masing penerbit. 1.) Formalis adalah Penerbit Almahira; 2.)
Fungsionalis adalah Cordoba, Syaamil Quran, Tiga Serangkai, dan
Sidogiri; 3.) Pragmatis Ekonomis adalah Maana Publishing.
3. Mushaf hafalan lebih berguna bagi pengguna yang membutuhkan
arahan lebih dalam proses menghafalnya. Di sisi lain, penghafal
pemula juga merasa kesulitan dengan mushaf hafalan karena
aturan yang tidak sesuai dengan kemampuan pengguna, dan
memerlukan fokus yang lebih karena harus mengingat beberapa
hal dalam setiap ayatnya. Sedangkan mushaf hafalan yang
memiliki banyak alat bantu akan membingungkan penghafal,
77
78
81
82
Al-Qasim, Abdul Muhsin. Terj. Abu Ziyad, Cara Praktis Menghafal al-
Quran. IslamHouse.com: Mantab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat
Rawah, 2007.
Qasim, Amjad. Meski Sibukpun Bisa Hafal al-Quran. Solo: Al-Kamil
Publishing, 2013.
Qori, Taqiyul Islam. Cara Mudah Menghafal al-Quran. Jakarta: Gema
Insani, 1998.
Shohib, Muhammad. Pedoman Membaca dan Menulis al-Quran Braille.
Jakarta: Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran, 2012.
Sya’roni. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
dengan Rasm Usmânî. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Agama Puslitbang Lektur Agama, 1999.
Jurnal
Akbar, Ali. “Percetakan Mushaf Al-Quran di Indonesia.” Suhuf. Vol. 4, no.
2, (2011): 271-287.
Albin, Michael W.. “ Printing of the Quran.” Encyclopedia of the Quran,
vol. IV, no. 05: 114-122.
Faizin, Hamam. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”
Esensia, vol. 07, No. 01, (2011): 133-158.
Hidayah, Nurul. “Strategi Pembelajaran Tahfidz al-Quran di Lembaga
Pendidikan.” Ta’allum, vol. 4, no. 01, (2016): 63-81.
Kaltsum, Lilik Ummi. Menghafal al-Quran dalam Pendidikan Formal
Jurnal. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Karim, Dudung Abdul dkk. Metode Yadain Li Tahfizh Al-Quran
(Implementasi Program Karantina Sebulan Hafal al-Quran di Desa
Maniskidul Kuningan Jawa Barat). 4, No. 2, (2019): 181-200.
Lestari, Lenni. “Mushaf Al-Quran Nusantara: Perpaduan Islam dan Budaya
Lokal.” At-Tibyan. vol. I, no. 1, (2016): 173-198.
83
Madzkur, Zaenal Arifin. “Diskursus Ulumul Quran tentang Ilmu Dabi dan
Rasm Usmânî Kritik atas Artikel Karakteristik Mushaf Magribi,
Arab Saudi, dan Indonesia.” Suhuf. vol. VIII, no. 02, (2015): 261-
282.
Muhammad, Ahsin Sakho. Etika Penerbitan al-Quran Jurnal, Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2012.
Nugraha, Eva. “Tren Penerbitan Mushaf dalam Komodikasi al-Qur’an di
Indonesia.” Ilmu Ushuluddin. vol. 2, no. 3 (2015), 369-394.
Saptadi, Heri. “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal al-Quran
dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling.” Bimbingan
Konseling. vol. 1, no. 2, (2012): 117-121.
Sya’roni, Mazmur. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Quran Standar
Indonesia.” Lektur Keagamaan. vol. V, no.1, (2007): 127-149.
Skripsi
Amin, Muhammad. “PeningkatanKemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Media Cerpen dengan Penggunaan Strategi PQ4R
(Preview, question, read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas
VII SMP Raudlatul Falah, Curug, Bojongsari, Depok, Tahun
Pelajaran 2014/2015.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Faizin, Hamim. “Pencetakan al-Quran dari Venesia hingga Indonesia.”
Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Firdausi, Fitriana. “Optimasi Kecerdasan Majemuk sebagai Metode
Menghafal al-Quran (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal
al-Quran serasa Bermain Game” karya Lukman Hakin dan Ali
Khosim” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.
Fitriyah, Darlimatul. “Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Menghafal
al-Quran antara Santri Mukin dan Nonmukim di Pesantren Zaidatul
84