Anda di halaman 1dari 110

PEMAHAMAN DAN PRAKTEK PEMBACAAN SURAH YĀSĪN

PADA MALAM JUMAT DI PESANTREN AL-AWWABIN DEPOK


PANCORAN MAS

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh
Ahmad Syadan
NIM: 11140340000143

PROGRAM STUDI
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
PEMAHAMAN DAN PRAKTEK PEMBACAAN SURAH YĀSĪN
PADA MALAM JUMAT DI PESANTREN AL-AWWABIN DEPOK
PANCORAN MAS

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin


Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:

Ahmad Syadan
NIM : 11140340000143

Pembimbing:

Moh. Anwar Syarifuddin, MA.


NIP: 19720518199803 1 003

PROGRAM STUDI
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ahmad Syadan
NIM 11140340000143
Program Studi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Pemahaman dan Praktek Pembacaan
Surah Yasin Pada Malam Jumat Di
Pesantren Al-Awwabin Depok
Pancoran Mas

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan maupun
analisis sendiri serta bukan merupakan plagiarisme
maupun replikasi dari hasil penelitian atau karya orang
lain.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan karya
ilmiah ini telah penulis cantumkan sesuai ketentuan
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil
penelitian sendiri ataupun hasil plagiarisme dari karya
orang lain, maka penulis bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, dengan segala akibat


yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab peneliti.

Depok, 14 Maret 2021

Ahmad Syadan
11140340000143
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PEMAHAMAN DAN PRAKTEK PEMBACAAN


SURAH YASIN PADA MALAM JUMAT DI PESANTREN AL-
AWWABIN DEPOK PANCORAN MAS telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 29 Juli 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag dc Fahrizal Mahdi. Lc., MIRKH


NIP. 19710217 199802 1 002 NIP. 19820816201503 1 004

Anggota,
Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.Ag Hasanuddin Sinaga, M.A.


NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19701115 199703 1 002

Pembimbing,

Moh. Anwar Syarifuddin, MA


NIP. 19720518 199803 1 003
ABSTRAK

Ahmad Syadan (11140340000143)


Pemahaman Dan Praktek Pembacaan Surah Yasin Pada Malam Jumat
Di Pesantren Al-Awabin Depok Pancoran Mas.

Tradisi pembacaan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah dimulai


sejak awal berdirinya pondok. Setiap malam Jumat santri membaca surat Yasin
yang dibaca setiap selesai shalat Isya. Bukan hanya pembacaan surat Yasin,
tetapi ada banyak bacaan yang dibaca seperti Tahlil, Ratib al-Athas, Rawi.
Sedangkan rawi yang dibaca di antaranya Diba’, al-Dhiya’ al-Lami, Simtu al-
Dhurar, dan Barzanji tergantung giliran kelompoknya dalam setiap malam
Jumat. Setiap santri memiliki banyak alasan yang berbeda ketika ditanya
dan hal itu yang melatarbelakangi santri rajin mengikuti tradisi pembacaan
Yasinan, selain memang tradisi tersebut sudah menjadi kewajiban setiap santri
saat malam Jumat. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang bagaimana
pemahaman santri dan bagaimana praktek pembacaan Yasinan di Pondok
tersebut.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode Field
Research (Penelitian Lapangan) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada beberapa santri
dan tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al-Awwabin. Selain itu, data juga
diambil dari hasil penelitian orang lain yang meliputi Skripsi, Jurnal, Tesis,
artikel-artikel yang pembahasannya masih satu tema dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Setiap santri atau tenaga
pengajar memiliki pemahaman yang berbeda Perbedaan tersebut didasari atas
pengalaman-pengalaman sendiri di saat atau setelah membaca tradisi tersebut.
Tidak sedikit santri yang memiliki pemahaman bahwa dalam tradisi
pembacaan yasinan didasarkan atas hadiah atau doa untuk orang-orang yang
mereka sayangi yang telah meninggal terlebih dahulu. Sedangkan praktik
pembacaan Yasinan di Pesantren Al-Awwabin dilaksanakan di Masjid bagi
yang santri putra dan di Mushalla bagi yang santri putri. Pembacaan yasin
tersebut dibaca setelah shalat Isya secara bersamaan dengan dibagi
perkelompok. Sebelum dimulai, Kiai memimpin Tawassul terlebih, lalu dilanjut
dengan pembacaan Yasin, Tahlil, Ratib al-Athas, Rawi.

Kata Kunci: Yasinan, Tradisi, Al-Awwabin.

i
KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm
Assalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala karunia,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ṣholawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW rasul pilihan yang membawa cahaya penerang dengan ilmu
pengetahuan. Semoga untaian doa tetap tercurahkan kepada keluarga, sahabat
dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa selesainya


skripsi ini tidaklah semata-mata atas usaha penulis sendiri, melainkan berkat
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan menuntut ilmu pada Program Sarjana Jurusan Studi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir ( IQTAF ) di Fakultas Ushuluddin.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Moh. Anwar Syarifuddin ,MA., selaku pembimbing skripsi, terimakasih
atas segala bimbingan, pengarahan, ilmu dan waktu yang telah diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang telah
dengan sabar dan ikhlas memberika ilmu kepada penulis.
7. Kakek dan Nenek dari ayah penulis, Almaghfurlah Abuya KH.
ii
Abdurrahman Nawi bin H. Nawi dan Umi Hj. Hasanah binti Hasbi, dan
Kakek dan Nenek dari Ibu penulis, Almaghfurlah H. Saini bin H. Dali dan
Hj. Maimunah binti H. Lamun yang menjadi inspirasi bagi penulis dalam
kegigihannya mendidik anak-anaknya dan cucu-cucunya serta Kedua
orang tua penulis, H. Muhammad Shofi dan Hj Supinah yang telah
membesarkan dan mendidik penulis dengan kesabaran dan pengorbanan,
dan juga adik-adik penulis yaitu Siti Munjida dan Muhammad
Dzulmajedi yang senantiasa mendoakan penulis demi kesuksesan dan
keberhasilan dalam hidup.
8. Serta para guru-guru Al-Awwabin, Drs. KH. Ahmad Muchtar, KH.
Fathurrachman, Ustad Ahmad Hafidz Kamil, memberi nasihat, motivasi
dan dukungan bagi penulis.
9. Para saudara-saudara penulis, Imam, Bang Riri, Zaim Najib, Maula
Rahman, Sahla, Aniisa Fitria, yang selalu memberikan support dalam
menulis skripsi.
10. Para senior-senior penulis, Bang Agus, Bang Arif, Bang Ijul, Ka Salwa,
dan Ka Ika yang senantiasa juga membantu dan memberi nasihat.
11. Sahabat-sahabat Angkatan 35, Chery, Irul, Lutfi, Arif, Lukman, Fajar,
Boleng dan lain-lain.
12. Teman-teman satu Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang setia menjadi
konsultan juga. Di antara mereka adalah, Abdurrahman, Kanzul Fikri,
Fikri Hidayat, Munajat, Radja, Syekh Maulana, Irwan, Zulsadam, Adib,
Muzayyan, Firgat, Filzah, Dwi, Gina, Saibatul Aslamiah.
13. Teman-teman TH D “Kandang Macan” yang selalu memberi semangat
dan energi positif yang luar biasa buat penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Di antara mereka adalah Aminullah Ibrahim, Aufal Ghani
Haya, Faikar Faaris, Dede Yasep, Rizky Fadlillah, Apriyanto, Anas,
Choirul Amin, Sandi Pajriandi, Fakhrul Arif, Naryono, Mursalin, Dimyati
dan seluruh teman satu kelas saat pertama kali menyentuh dunia
perkuliahan. Semoga kalian selalu sehat dan yang belum lulus segera

iii
menyusul dan tentunya ilmunya bermanfaat di dunia dan akhirat.
14. Teman-teman KKN Berikatan 22, Imam Fahmi, Zainul Ilyas, Ikhsan
Maulana, Bang Nuril, Maulana Yusuf, Rusdan, Siti Khodijah, Yuandita,
Evi, Isti Farah, Dyta, Fira, Sari, Ka Ade, Ziah, dan Khoirunnisa.

Penulis menyadari bahwa keilmuan dan wawasan peneliti masih


sedikit, bilamana tulisan ini masih terdapat kekeliruan mohon dimaafkan.
Akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang ada untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini memberikan manfaat kepada para


pembaca, sehingga bisa memotivasi untuk mengamalkan sunah Nabi
Muhammad SAW. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih
pemikiran bagi dunia pendidikan dan pengembangan illmu pengetahuan.

Alhamdulillāhirabbil’Ālamīn
Wassalāmu’alaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh.

Ciputat, 15 Maret 2021

Ahmad Syadan

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman


pada Pedoman transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keuputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I
Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin


dapat dilhat pada halaman berikut:

Huruf arab Nama Huruf latin Nama

‫ا‬ Alif
Tidak
dilambangkan
Tidak
dilambangkan
‫ب‬ Ba’ B Be

‫ت‬ Ta’ T Te

‫ث‬ Ṡa Ṡ Es (dengan titik diatas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ḥa Ḥ
Ha dengan titik di
bawah
‫خ‬ Kha’ Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żal Ż Zet (dengan titik diatas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dab Ye

‫ص‬ Ṣad Ṣ
Es dengan titik di
bawah
‫ض‬ Ḍad Ḍ
De dengan titik di
bawah
v
‫ط‬ Ṭa Ṭ
Te dengan titik di
bawah
‫ظ‬ Ẓa Ẓ
Zet dengan titik di
bawah
‫ع‬ ‘Ain ‘_ Apostrof terbalik

‫غ‬ Ghain G Ge

‫ف‬ Fa F Fa

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah _ʼ Apostrof

‫ي‬ Ya’ Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


deiberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (ʼ).
B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

vi
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

‫ا‬ Fatḥah A A
‫ا‬ Kasrah I I
‫ا‬ Ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa


gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa
gabungan huruf,
yaitu:

Tanda Nama Latin Keterangan


Fatḥaḥ dan ya Ai A dan I
‫ىَي‬
Fatḥaḥ dan Wau Au A dan U
‫ىَو‬
Contoh:

‫كيف‬ : Kaifa ‫ هول‬: ḥaula

C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat
dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan
Nama Latin Keterangan
huruf
‫ب‬ Fatḥaḥ dan alif Ā
A dengan garis di
atas
‫ب‬ Kasrah dan Ya’ Ī I dengan garis di atas

‫يُو‬ Ḍammah dan Waw Ū


U dengan garis di
atas

vii
Contoh:

‫َمات‬ : māta
‫َرمى‬ : ramā
‫قِي َل‬ : qīla

‫ت‬
ُ ‫َيَُو‬ : yamūtu

A. Ta marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup
atau mendapat harkat fatḥaḥ. kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah (t).
sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah (h).
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
ِ ‫ضةُاألَط‬
‫فال‬ َ ‫َرو‬ : rauḍah al-aṭfāl
ِ ‫امل ِدي نَةُال َف‬
ُ‫اضلَة‬ : al-madīnah al-fāḍilah
َ
ُ‫احلِك َمة‬ : al-ḥikmah

B. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydīd (ّ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:

‫َربَّنَا‬ : rabbanā

‫ََنَّي نَا‬ : najjaīnā


‫احلَق‬ : al-ḥaqq
‫احلَج‬ : al-ḥajj
‫نُعِ َم‬ : nu“ima
‫َع ُدو‬ :‘aduwwun
viii
Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir kata dan didahului oleh huruf kasrah
(‫)ّى‬, maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (ī).
Contoh:

‫َعلِي‬ :’Alī (bukan ‘Aliyy atay ‘Aly)

‫َعَرِب‬ : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby).

C. Kata Sandang
Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫ال‬
(alif lam ma’rifah). Dalam pedoman trasnliterasi ini, kata sandang
ditransliterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah
maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

‫مس‬
ُ ‫الش‬ َ : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

ُ‫الز َلزلَة‬
َ : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

ُ‫لس َفة‬َ ‫ال َف‬ : al-falsafah

‫البِ ََل ُد‬ : al-bilādu

D. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (ʼ) hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah
terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia
berupa alif. Contohnya:

‫ََت ُم ُرو َن‬ : ta’murū

ُ‫النَ وء‬ : al-nau’


‫َشيء‬ : syai’un

‫ت‬ ِ
ُ ‫أُمر‬ : umirtu

ix
E. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indondesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasikan adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi
ditulis menurut cara trasnliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-
Qur’ān), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi
bagian dari suatu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara
utuh. Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

F. Lafẓ al-Jalālah (‫)هللا‬


Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa
huruf hamzah. Contoh:

‫ د ْينُالل‬dīnullāh ‫ بالل‬billāh

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ-jalālah,


ditrasnliterasikan dengan huruf (t). Contoh:

‫ هُ ْم ف ْي َرحْ َمةللا‬hum fī raḥmatillāh

G. Huruf Kapital
Walaupun system tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps),
dalam trasnliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tenang
penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf
awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan
kalimat. Bila nama diri diketahui oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis
x
dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf A dari
kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-).ketentuan yang sama
juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahhului oleh kata
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan
(CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa māMuḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi bi Bakkata mubārakan

Syahru Ramaḍān al-laẓī unzila fih al-Qur’ān

Naṣir al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī

Al-Ghazālī

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

xi
DAFTAR ISI
Abstrak........................................................................................................I
Kata Pengantar...........................................................................................II
Pedoman Transliterasi................................................................................V
Daftar Isi..................................................................................................XII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................................5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.......................................6
D. Tinjauan Pustaka..............................................................................6
E. Metodologi Penelitian....................................................................11
F. Teknik Analisa Data.......................................................................13
G. Sistematika Penulisan.....................................................................13

BAB II KAJIAN TEORITIS LIVING QUR’AN TENTANG TRADISI


MEMBACA YASIN DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Living Qur’an 15
B. Tradisi Pembacaan Surah Yasin (Yasinan) 16
C. Upacara Yang Menyertai Tradisi Yasinan 19
1. Tradisi Yasinan 19
2. Ziarah Kubur 19
3. Malam Jumat 20
4. Tahlilan 21
D. Tafsir Kandungan Makna Surah Yasin..........................................22
1. Makna Yasin 22
2. Keutamaan Membaca Surah Yasin 26

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN


A. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Awwabin...................................31
B. Struktur Organisasi........................................................................38
C. Visi dan Misi 38
1. Visi Pondok Pesantren Al-Awwabin 38
2. Misi Pondok Pesantren Al-Awwabin......................................38
D. Lembaga Pendidikan di Bawah Pesantren / Madrasah 39
1. Lembaga Pendidikan Formal 39
2. Lembaga Pendidikan Non Formal 40

xii
3. Program Kegiatan 40

BAB IV TRADISI PEMBACAAN SURAH YASIN PADA TIAP


MALAM JUMAT DI PESANTREN AL-AWWABIN
A. Motif dan Tujuan Pembacaan 45
B. Pemahaman Asatidz Terhadap Surah Yasin 48
C. Praktik Pembacaan Surah Yasin 51
D. Respon Santri Terhadap Praktik Pembacaan Surah Yasin 53
E. Manfaat Pembacaan Surah Yasin Bagi Santri 55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................57
B. Saran........................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................59
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologis, al-Qur’an merupakan bentuk dari kata qara’a
(qara’a-yaqra’u-qiro’atan/qur’anan) yang berarti membaca, menelaah,
mempelajari, mengumpulkan.1 Dinamakan al-Qur’an karena ia merupakan
pedoman yang dibaca dan diamalkan oleh umat Islam. Al-Qur’an adalah
kalam Tuhan Semesta Alam, yaitu Allah SWT. Keutamaan kalam Allah
dengan kalam yang lain itu seperti bandingan Allah dengan seluruh
makhluk-Nya. Al-Qur’an baik secara global atau terperinci, semuanya
mengandung kebaikan. Setiap huruf yang dibaca mendapatkan ganjaran 10
kali lipat kebaikan. Bahkan, seorang yang tak mengerti pun arti atau
maknanya tetap diberikan pahala oleh Allah SWT.2
Selain dinamakan al-Qur’an, al-Qur’an juga memiliki banyak nama,
di antaranya ialah al-Furqān (Pembeda), al-Tanzīl (Yang Diturunkan), al-
Dzikrā (Pengingat), al-Kitāb, dan lain-lain. Hal tersebut karena Allah pun
memiliki banyak nama, seperti 99 Asmā’ul Husnā.3
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut
riwayat Hafsh, 6262 ayat menurut riwayat al-Dur, atau 6214 ayat menurut
riwayat Warsy. Secara umum, al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang
dikenal dengan nama juz. Pembagian juz memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan pembacaan al-Qur'an dalam kurun waktu 30 hari. Setiap surah
dalam al-Qur'an terdiri atas sejumlah ayat, mulai dari surah-surah yang
terdiri atas 3 ayat; yakni surah al-Kautsar, al-Nasr dan al-Asr, hingga surah

1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progessif, 1997), cet. 14, 1101-1102.
2
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fii ‘Ulumi Al-Qur’an, (Teheran: Daru
Ihsan, 2003), 8.
3
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fii ‘Ulumi Al-Qur’an, 11.

1
2

yang mencapai 286 ayat; yakni surah al-Baqarah.4 Di antara 114 surah
dalam al-Qur’an, ada satu surah yang sering kali dibaca pada malam Jumat
oleh sebagian umat Islam, yaitu surah Yasin.
Surah Yasin terdiri dari 83 ayat. Keseluruhannya turun sebelum
Nabi Muhammad SAW. Berhijrah ke Madinah. Namanya surah Yasin,
terambil dari ayat pertama surah ini. Nama tersebut diperkenalkan oleh Nabi
SAW, beliau bersabda: “Bacakanlah surah Yasiin bagi orang-orang mati
kamu atau yang akan mati.” Surah ini dikenal juga dengan “Qalbu al-
Quran” (Jantung al-Qur’an). Menurut Imam Ghazali penamaan itu
disebabkan karena surah Yasin menekankan uraiannya tentang Hari
Kebangkitan, sedangkan keimanan baru dinilai benar, kalau seseorang
mempercayai Hari Kebangkitan. Dalam masyarakat Indonesia terdapat
kecenderungan untuk mengagumi beberapa surah dalam al-Qur’an yang
kemudian pembacaan terhadapnya dilakukan secara berulang-ulang lalu
kemudian bertransformasi menjadi salah satu bagian dari prosesi ritual
keagamaan maupun adat istiadat.
Penulis telah mewawancarai salah satu ustadz yang berperan di
Pondok Pesantren Al-Awwabin yang bernama KH. Drs. Fatchurrahman
mengenai manfaat membaca Yasin. Beliau berkata bahwa membaca surah
Yasin di malam Jumat itu bagian dari ibadah, karena di situ ada beberapa
riwayat hadis Nabi yang mengatakan keutamaan membaca surah Yasin,
dengan bacaan surah Yasin ini ada satu nilai ibadah, walaupun dikatakan
hadis ini lemah atau dhoif tapi tidak apa-apa dijalankan karna ini adalah
Faḍā’il al-a‘māl dan menurut Imam Suyuthi itu boleh diamalkan selama
untuk keutamaan-keutamaan amal, oleh sebab itu penting bagi umat Islam
untuk membaca Yasin bagian dari pada ibadah karena itu bagian ibadah

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an#cite_note-hafsh-55 , diakses pada
tanggal 18 Juli 2019, pukul 19.36 WIB
3

maka santri Al-Awwabin dibiasakan membaca surah Yasin terutama di


malam Jumat dan ada satu riwayat juga yang mengatakan bahwa malam
Jumat itu Sayyidul Ayyam. Manfaat bagi santri yang mengikuti tradisi
pembacaan surah Yasin ini banyak diantaranya adalah untuk melancarkan
bacaan-bacaan al-Qur’an itu sendiri dan yang dibaca itu bukan hanya surah
Yasin, sebenarnya yang dibaca itu ada dzikir, Ratib, Sholawat, paling tidak
bernilai dzikir, karna dzikir tidak hanya Lā ilāha illallāh, baca sholawat,
baca al-Qur’an itu bagian daripada dzikir, artinya bacaan surah Yasin ini
bisa dikategorikan bagian daripada dzikir dan dzikir itu kan Udzkurullah
Dzikron Katsiro yang artinya “Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir
yang banyak”. Pembacaan surah Yasin di malam Jumat di pesantren ini
menjadi tradisi Pesantren, termasuk bagi orang-orang yang beraliran
Ahlusunnah Wal Jama’ah tradisi ini sangat dijaga, sangat dipelihara dan
dilestarikan.5
Selintas pandangan sejarah wujudnya Pesantren Al-Awwabin pada
tahun 1962 Abuya KH. Abd. Rahman Nawi mengadakan pengajian
tradisional membaca kitab-kitab kuning yang bersifat non formal yang
bertempat di ruang pavilon rumahnya. Pengajian tersebut diikuti banyak
kalangan; orang tua, remaja dan orang dewasa yang datang berbagai tempat.
Pengajian atau majelis ta’lim kian terus berkembang, hingga pada tahun
1976 Abuya KH. Abd. Rahman Nawi telah mampu membuka cabang-
cabangnya di berbagai tempat maupun di berbagai musholla dan masjid,
yang mendapat dukungan dari kalangan masyarakat luas, ulama dan umara.
Pada tahun 1976, Abuya dengan rencana yang matang serta dengan niat
yang ikhlas, juga dengan tekadnya yang bulat maka dibangunlah gedung
pendidikan berkapasitas dua lantai, dibangun atas area tanah pribadinya
yang seluas 300 m2, atas pemberian almarhum orang tua beliau yang

5
Wawancara Pribadi dengan KH. Drs. Fatchurrahman, Depok, 10 Oktober 2019.
4

berlokasi di JL. Tebet Barat VI H dan pada tahun 1979 resmi gedung
tersebut itu dibuka oleh Bapak. KH. Idham Kholid, di mana peresmian
tersebut sekaligus mengganti nama “As-Salafiah” menjadi Al-Awwabin. Di
tempat ini dibangun sebuah gedung yang berdaya tampung dari pusatnya,
mampu menampung lebih dari 1000 siswa, dan resmi dibuka pada tahun
1982 oleh Bapak Menteri Agama Munawir Shadzili. Pendidikan yang
dibukanya adalah dalam bentuk pendidikan pesantren dan pendidikan
formal, yakni Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah
Aliyah, yang dimulai pendaftaran pada tahun 1983. Kemudian pada tahun
1987 hingga saat ini, siswa atau santri telah mencapai ribuan yang datang
dari berbagai daerah manapun.6
Dzikir surah Yasin yang dibacakan pada setiap malam Jumat di
Pesantren Al-Awwabin merupakan bagian dari Living Qur’an yang lazim
dibacakan secara berjamaah di banyak tempat seperti masjid, musholla,
majelis ta’lim, sekolah-sekolah Islam dan madrasah dan juga rumah-rumah
masyarakat secara individu. Tradisi ini banyak dipahami sebagai medium
untuk mencapai tujuan dan faidah tertentu, sebagaimana dituliskan dalam
banyak kajian literatur, termasuk pro dan kontra seputar pembacaannya.
Tugas Pesantren itu mendidik dan mengarahkan generasi muda Islam, oleh
karena itu Pesantren mengarahkan para santri untuk mengenal tradisi-tradisi
yang baik di dalam Islam. Di antaranya adalah baca Yasin pada malam
Jumat. Kegiatan ini ada yang namanya praktek pembacaan ayat-ayat al-
Qur’an dan yang dibaca Yasin.
Karena itulah, penulis tertarik untuk mengkaji tradisi pembacaan
surah Yasin, baik itu dari segi hukum tradisinya ataupun fadhilah-fadhilah
(keutamaan) pembacaan surah Yasin, yang penulis beri judul “Pemahaman

6
Wawancara Pribadi dengan KH. Drs. Ahmad Muchtar Depok, 12 Oktober 2019.
5

Dan Praktek Pembacaan Surah Yasin Pada Malam Jumat Di Pesantren


Al-Awwabin Pancoran Mas Depok”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.
1. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berhasil
mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini, adapun
identifikasinya adalah:
a. Pembacaan Yasin, Tahlil dan Rawi di Pondok Pesantren Al-
Awwabin Pancoran Mas, Depok dibaca setiap malam Jumat.
b. Pemahaman santri terhadap permbacaan Yasin, Tahlil dan Rawi
di Pondok Pesantren Al-Awwabin Pancoran Mas, Depok
beragam.
c. Santri yang bertugas membaca Yasin, Tahlil dan Rawi di
Pondok Pesantren Al-Awwabin Pancoran Mas, Depok dibagi
perkelas.
d. Proses pembacaan Yasin, Tahlil dan Rawi di Pondok Pesantren
Al-Awwabin Pancoran Mas, Depok dimulai dari setelah Al-
Fatihah dan di akhiri dengan pembacaan Tawassul.
2. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di
atas, maka penulis memberi batasan agar pembahasan dalam skripsi ini
terarah dan tidak terjadi kesalahan dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini, adapun batasan masalahnya adalah terfokus pada Pembacaan surah
Yasin, Tahlil, Rawi di Pesantren Al-Awwabin Kecamatan Pancoran Mas
Depok.
3. Perumusan Masalah.
6

Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana


Praktek dan Pemahaman santri terhadap Pembacaan Surah Yasin Pada
Malam Jumat Di Pesantren Al-Awwabin Kecamatan Pancoran Mas Depok?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana pemahaman santri pada pembacaan surah
Yasin di Pesantren Al-Awwabin.
2. Mengetahui bagaimana proses pembacaan surah di Pesantren Al-
Awwabin.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Untuk melatih berfikir ilmiah dalam menganalisa persoalan-
persoalan di dalam al-Qur’an, dengan melalui peneltian langsung
pada objek yang dikaji, sehingga ilmu yang selama ini dipelajari
dapat diaplikasikan.
b. Sebagai salah satu referensi bagi umat Islam untuk mengembangkan
dan meningkatkan pengetauan agama khususnya dalam bidang al-
Qur’an.
c. Timbulnya kesadaran masyarakat, khususnya para santri bahwa
dampak dari pembacaan surah Yasin itu secara rutin itu menjadi
rutinitas mereka sampai dewasa nanti.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai upaya untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian
yang telah ada sebelumnya, maka peneliti mengadakan penelusuran
terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, maka peneliti
mengadakan penelusuran terhadap peneliti-peneliti yang telah ada. Berikut
ini beberapa peneliti skripsi yang relevan terhadap tema peneliti yang
peneliti angkat, di antaranya :
7

Skripsi yang ditulis oleh Andi Firman, yang berjudul “Pemahaman


Umat Islam Terhadap Surah Yasin (Studi Living Qur’an di Desa Nyiur
Permai Kab. Tembilahan, Riau)”.7 Dalam skripsi ini, menunjukkan bahwa
pembacaan surah yasin ini menjadi bagian dari Living Qur’an dalam
kehidupan masyarakat Desa Nyiur Permai dengan beragam yang hendak
dicapai. Bedanya dengan penelitian ini, penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis lebih fokus pada santri yang sedang belajar di Pondok Pesantren Al-
Awwabin Pancoran Mas Depok.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Syarif Hidayatullah, yang berjudul
“Kualitas Hadis Keutamaan Surah Yasin: Perspektif Kaidah (Amalan
Ringan Berpahala Besar)”.8 Dalam skripsi ini ditunjukkan bahwa menilai
keshahihan matan hadis harus disertai penilaian terhadap sanad hadis. Ia
tidak dapat berdiri sendiri, karena dalam praktiknya, para ulama hadis lebih
mendasarkan kesimpulan mereka pada aspek sanad. Bedanya dengan
penelitian ini, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidak hanya
terfokus pada surah Yasin saja, tetapi ada Tahlil dan Bacaan Rawi yang
dibaca oleh santri.
Skripsi yang ditulis oleh Idham Hamid, yang berjudul “Tradisi
Ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan Santri Pondok
Pesantren Salafiyah Parappe Kec. Camplagian Kab. Polewali Mandar”.9
Dalam skripsi ini ditunjukkan bahwa para santri mampu membentuk
kepribadian dengan berlandaskan nilai-nilai Qur’ani serta senantiasa dekat
dengan ulama sekalipun yang telah meninggal, dengan harapan dapat

7
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin”, (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).
8
Ahmad Syarif Hidayatullah “Kualitas Hadis Keutamaan Surah Yasin: Perspektif
Kaidah (Amalan Ringan Berpahala Besar)”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016).
9
Hamid Idham, “Tradisi Ma’baca Yasin di Makam Annangguru Maddappungan
Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec. Camplagian Kab. Polewali Mandar”,
(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, UIN Alauddin, Makassar 2017).
8

meneladani jasa-jasa para ulama. Bedanya dengan penelitian ini, penelitian


yang akan dilakukan oleh penulis adalah proses pembacaan surah Yasin
tersebut tidak dibaca di Pemakaman, tetapi di Pesantren.
Skripsi yang ditulis oleh Rini Rofalia, yang berjudul “Pembacaan
Yasin Fadhilah Di Asrama Al-Hikmah Pondok Pesantren Wahid Hasyim,
Yogyakarta”.10 Dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa membaca
Yasin Fadhilah maka segala pengharapan akan senantiasa terkabulkan.
Bedanya dengan penelitian ini, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
terfokus pada Pemahaman santri di Pondok Pesantren Al-Awwabin di
Pancoran Mas Depok.
Skripsi yang ditulis oleh Puput Murniati, yang berjudul “Aspek
Aspek Ma’ani Dalam Al-Quran Surah Yasin dan Alternatif
Pembelajarannya”.11 Dalam skripsi ini penulis menyimpulkan bahwa surah
ini mengandung tiga topik utama, yakni keimanan pada kebangkitan dan
pengumpulan di padang Mahsyar, kisah penduduk negeri dan dalil-dalil
serta bukti-bukti kebesaran Rabb semesta alam.
Sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi yang ditulis oleh Sumitri
dalam pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun 2004. Skripsi ini berjudul
“Pengamalan Agama Jama’ah Yasinan Putri Kadipolo Kulon Salam
Magelang”.12 Dalam skripsi ini, Sumitri berusaha menguraikan tentang
keberadaan sebuah kelompok majelis taklim khusus wanita yang bernama
Yasinan Putri di dusun Kadipolo-Kulon Salam-Magelang beserta

10
Rini Rofalia, “Pembacaan Yasin Fadilah Di Asrama Al-Hikmah Pondok
Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam, UIN Sunan Kalijaga, 2016).
11
Puput Murniati, “Aspek Aspek Ma’ani Dalam Al-Qur’an Surah Yasin dan
Alternatif Pembelajarannya”, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Purwokerto, 2017).
12
Sumitri, “Pengalaman Agama Jama’ah Yasinan Putri Kadilopo Kulon Salam
Magelang”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, 2004).
9

pengaruhnya terhadap peningkatan sisi pemahaman serta aplikasinya


mengenai ajaran agama. Dalam menjelaskan misi dakwahnya, majelis
taklim ini berusaha memberikan pencerahan pemahaman terhadap
anggotanya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ajaran agama
melalui kegiatan pengajian yang dimulai dengan pembacaan surah Yasin
secara bersama-sama, tahlil, sholawat serta ceramah keagamaan dengan
materi pengalaman ajaran Islam, doa-doa, akhlak, syariah dan lain
sebagainya.
Sebuah karya tesis yang ditulis oleh Nablur Rahman Annibras, Lc.
Dalam pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar magister di Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun 2014. Tesis tersebut berjudul
“Pembacaan Surah Yasin Dalam Ritual Kematian Di Indonesia”.13 Dalam
tesis ini beliau mengungkapkan adanya keterkaitan antara surah Yasin
dengan hal-hal yang berhubungan dengan kematian yang ingin disampaikan
oleh surah Yasin kepada para pembaca serta pendengarnya dan dalam
tesisnya beliau menemukan adanya korelasi antara kematian dengan surah
Yasin yang berimplikasi langsung kepada para pembacanya serta
pendengarnya baik itu dari aspek psikologis maupun sosiologis.
Skripsi yang ditulis oleh Siti Masyitoh, yang berjudul “Kualitas
Hadis-Hadis Dalam Tafsir Al-Azhar; Study Kritik Matan Hadis Dalam
Surah Yasin”.14 Dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa kitab
Tafsir Al-Azhar adalah kitab tafsir yang mencantumkan matan hadisnya
tidak secara keseluruhan, hadis-hadis yang dicantumkan dalam tafsirnya
hanya sebagai pendukung dan penafsirannya.

13
Nablur Rahman Annibras, Lc, “Pembacaan Surah Yasin Dalam Ritual Kematian
Di Indonesia”, (Tesis Agama dan Filsafat, UIN Sunan Kalijaga, 2014).
14
Siti Masyitoh, “Kualitas Hadis-Hadis Dalam Tafsir Al-Azhar; Study Kritik Matan
Hadis Dalam Surah Yasin”, (Skrispsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010).
10

Sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi yang ditulis oleh Zeni Nur
Latifah yang berjudul “Kualitas Hadis Dalam Tafsir Al-Ibriz (Kajian Kritik
Sanad Hadis Dalam Surah Yasin)”.15 Dalam skripsi ini, penulis
menyimpulkan bahwa dalam Tafsir Al-Ibriz terdapat tujuh riwayat pada
surah Yasin. Hadis yang pertama tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Hadis yang kedua tentang kebencian Abu Jahal terhadap Nabi Muhammad
SAW. Hadis yang ketiga tentang sahabat yang ingin pindah dekat dengan
Rasulullah SAW. Hadis yang keempat tentang pahala orang yang menuju
ke masjid. Hadis yang kelima tentang balasan bagi orang yang
mengamalkan sunnah. Yang keenam tentang hari kiamat. Hadis yang
ketujuh tentang Ubay Bin Khalaf yang enggan percaya adanya hari
kebangkitan.
Skripsi yang ditulis oleh Achmad Choirul Amin mahasiswa Darus-
Sunnah International For Hadist Science, yang berjudul “Zᾱīda al-Âmîn Fî
Takhrîj Ahâdist Sûrah Yâsîn Li Hamâmî Zâdah”.16 Dalam skripsi ini
penulis mencoba mengupas tuntas ke-sahih-an dan ke-dha’if-an hadis yang
ada dalam kitab tafsir Yasin karangan Hamâmî zâdah. Ada 3 langkah yang
digunakan, yakni; 1) mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab
tersebut; 2) menelusuri hadis yang dimaksud dengan merujuk kitab-kitab
hadis primer; 3) menilai kualitas tiap hadis yang dikumpulkan. Penulis
meneliti kitab ini menggunakan metode yang digunakan oleh Ibnu Hajar al-
Asqalâni dalam kitab “al-Kashf ‘an Haqâiq Ghawâmiz al-tanzîl wa ‘Uyûn
al-Aqâwîl fî wujuh al-Ta’wîl” dan metode Hikmat bin Basyîr dalam kitab
“al-Tafsîr al-Sahîh”. Penulis menyimpulkan bahwa ada 43 Hadis dalam

15
Zeni Nur Latifah, “Kualitas Hadis Dalam Tafsir Al-Ibriz (Kajian Kritik Sanad
Hadis Dalam Surah Yasin)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2018).
16
Achmad Choirul Amin, “Zâda al-Âmîn Fî Takhrîj Ahâdist Sûrah Yâsîn Li
Hamâmî Zâdah”, (Skrispi S1 Darusunnah International For Hadist Science Jakarta, 2018).
11

kitab “Tafsir Surah Yasin Hamami Zadah”. 28 hadis memiliki kualitas


shahih, 2 hadis berstatus Hasan, 11 hadis berstatus dla’if, yang tercakup di
dalamnya hadis matruk dan munkar. Kemudian terdapat 1 hadis palsu dan
1 hadis yang tidak dapat ditelusuri oleh peneliti.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajarai
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif.
Sebab itu bisa menghasilkan data deskriptif berupa tertulis maupun lisan
dari informan yang dipandang sebagai pendekatan yang cocok untuk
meneliti bagaimana proses pembacaan surah Yasin di tiap malam Jumat di
Pesantren Al-Awwabin.17
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pesantren Al-
Awwabin Depok dengan alamat JL. Raya Sawangan Depok No. 21. Dengan
objek yang diteliti adalah santri-santri pondok Pesantren Al-Awwabin.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data
dan memiliki karakter tertentu dan sama.18
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang
sama dari obyek yang merupakan sumber data.19 Populasi dalam penelitian
ini adalah santri Al-Awwabin yang tercatat aktif pada tahun ajaran 2019-
2020 dengan sejumlah seratus lima puluh orang. Mengingat banyaknya

17
. Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. , Metodologi Penelitian Sosial 41
18
Prof. Ir. Sukandarrumidi, MSc., Ph.D. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis
Untuk Peneliti Pemula 47
19
Prof. Ir. Sukandarrumidi, MSc., Ph.D. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis
Untuk Peneliti Pemula 50
12

jumlah populasi, maka penulis membatasinya dengan menggunakan teknik


pengambilan sampel quota yaitu teknik yang digunakan apabila anggota
sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (quota) dengan
ciri-ciri tertentu.20 Sample purposive sampling, 14 orang santri.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penulisan skripsi ini adalah
menggunakan metode lapangan (field research) dengan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya
menggunakan angket (quesioner) dan observasi.
4. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses pengamatan dan ingatan terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan saran pengamatan.21 Dalam
kegiatan observasi, penulis hanya mengamati responden di saat berada di
ruang lingkup Pesantren Al-Awwabin saja, karena tidak membutuhkan
waktu yang lama dan di samping itu juga karena keterbatasan waktu penulis
sehingga tidak bisa mengobservasi responden di tempat dan waktu yang
berbeda.
Mengingat bahwa penelitian kepustakaan (Library Research) yang
berisi buku-buku sebagai bahan bacaan dan terkait dengan penggunaannya
dalam kegiatan penulis karya ilmiah, maka untuk mengumpulkan data-data
dalam penelitian ini digunakan sumber data primer dan data sekunder.
a. Sumber data primer
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara dengan santri Pondok Pesantren Al-Awwabin.
b. Sumber data sekunder

20
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Metodologi Penelitian Sosial 46
21
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press,
2008), 52
13

Sumber data sekunder merupaka buku penunjang yang melengkapi


sumber data primer dan membantu dalam studi analisis terhadap penafsiran
terhadap proses pembacaan surah Yasin di tiap malam Jumat di Pesantren
Al-Awwabin. Sumber sekunder ini dapat berupa kitab-kitab tafsir lain,
kitab-kitab hadis, ensiklopedi, dan buku-buku atau kitab-kitab yang terkait
dan relevan dengan permasalahan yang dikaji.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di
informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.22
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari
sub-sub bab, adapun sistematika bab-bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab pertama berisi tentang pendahuluan, yaitu terdiri dari latar
belakang, pembatasan dan perumusan Masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, yang terdiri dari
Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi, Sampel, Metode Pengumpulan
Data, Teknik Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua membahas Kajian Teoritis Living Qur’an tentang Tradisi
membaca Yasin dalam al-Qur’an yang terbagi kepada beberapa sub-bab,
yaitu; Pengertian living Qur’an, Tradisi Pembacaan Surah Yasin (Yasinan),

22
Prof. Dr. Sugiyono Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) 333
14

Upacara yang menyertai Tradisi Yasinan, dan Tafsir Kandungan Surah


Yasin.
Bab ketiga membahas tentang Profil Pondok Pesantren Al-
Awwabin, yang terbagi kepada beberapa sub-bab, yaitu; Sejarah Berdirinya
Pesantren Al-Awwabin, Struktur Organisasi, Visi dan Misi, Lembaga
Pendidikan di Bawah Pesantren, dan Program Kegiatan.
Bab keempat membahas tentang analisis pembacaan surah Yasin
pada tiap malam Jumat di Pondok Pesantren Al-Awwabin. Bab ini terbagi
kepada beberapa sub-bab, yaitu; Seputar Motif dan Tujuan Pembacaan,
Pemahaman Asatidz Terhadap Surah Yasin, Praktik Pembacaan Surah
Yasin, Respon Santri terhadap Praktik Pembacaan Surah Yasin, dan
Manfaat Pembacaan Surah Yasin Bagi Santri.
Bab kelima penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran, daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
Kajian Teoritis Living Qur’an tentang Tradisi Membaca Yasin dalam
Al-Qur’an
A. Pengertian Living Qur’an
Studi al-Qur’an sebagai sebuah upaya sistematis terhadap hal-hal
yang terkait langsung atau tidak langsung dengan al-Qur’an pada dasarnya
sudah dimulai sejak zaman Rasulullah. Hanya saja pada tahap awalnya
semua cabang ulum al-Qur’an dimulai dari praktek yang dilakukan
generasi awal terhadap dan demi al-Qur’an sebagai wujud penghargaan
dan ketaatan pengabdian. Terkait dengan lahirnya cabang-cabang ilmu al-
Qur’an ini, ada satu hal yang perlu dicatat, yakni bahwa sebagian besar
berakar pada problem-problem tekstualitas al-Qur’an. Cabang-cabang
ilmu al-Qur’an ada yang terkonsentrasi pada aspek internal teks ada pula
yang memusatkan perhatiannya pada aspek eksternalnya seperti asbab al-
nuzul dan tarikh al-Qur’an yang menyangkut penulisan, serta
penerjemahannya. Dengan kata lain, living Qur’an yang sebenarnya
bermula dari fenomena Qur’an in Everyday Life, yang tidak lain adalah
“makna dan fungsi” al-Qur’an yang riil dipahami dan dialami masyarakat
muslim”.1 Dengan kata lain, memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan
praksis di luar kondisi tekstualnya. Fungsi al-Qur’an seperti ini muncul
karena adanya praktik pemaknaan al-Qur’an yang tidak mengacu pada
pemahaman atas pesan tekstualnya, tetapi berlandaskan anggapannya
adalah “fadhilah” dari bagian atau surat tertentu pada al-Qur’an, bagi
kepentingan praksis kehidupan keseharian umat.2 Fenomena interaksi
pembacaan masyarakat muslim terhadap al-Qur’an dalam ruang-ruang
sosial ternyata sangat dinamis dan beragam merupakan respon serta

1
M. Mansur, Living Qur’an dalam lintas Sejarah Studi Qur’an (Yogyakarta:
Teras, 2007), 5.
2
M. Mansur, Living Qur’an dalam lintas Sejarah Studi Qur’an, 4.

15
16

apresiasi sosio-kultural. Respon serta apresiasi masyarakat muslim


terhadap al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh mindset kehidupan mereka.
Beragam bentuk praktik respon dan apresiasi masyarakat dalam
memperlakukan dan berinteraksi dengan al-Qur’an itulah yang disebut
Living Qur’an.3 Dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Living
Qur’an di sini adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai
peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an di sebuah kalangan
muslim tertentu.
B. Tradisi Pembacaan Surah Yasin (Yasinan)
Surah Yasin menjadi jantungnya al-Qur’an (Qalb al-Qur’an),
sehingga dapat dianggap sebagai representasi utama dari Living Quran itu
sendiri, karena arti penting Yasin tadi sebagai jantungnya al-Qur’an.
Tradisi adalah sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang.4 Islam tidak
menilai setiap budaya dan tradisi oleh suatu bangsa, budaya dan tradisi
yang baik tidak serta merta menjadi buruk dan salah hanya karena
dilakukan oleh selain orang Islam. Agama Islam juga tidak menafikan
budaya atau tradisi non-Muslim yang benar-benar menjunjung nilai-nilai
etika dan tentu saja, Islam akan menyempurnakan etika leluhur yang
terkandung dalam sebuah tradisi. Oleh karena itu para ulama
menganjurkan agar kita selalu mengikuti tradisi masyarakat dimana kita
tinggal, selama tradisi itu baik tidak dilarang oleh agama5 dan termasuk
bentuk apresiasi syari’at terhadap tradisi yang tidak menyimpang, didalam
kaidah fiqih dikenal sebagai al-‘Adatut Muhakkamah.

3
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakara: Idea
Press Yogyakarta, 2017), 104.
4
Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara (Jakarta: Khalista,
2015), 113.
5
Najjih Maimoen, Mengamalkan Ajaran Syari’at dan Membenahi Adat Istiadat,
118-119.
17

Tradisi berasal dari lafadz ‘Urf yang berarti baik dan sudah
diketahui oleh kalangan umum, kalau ditarik ke masa jahiliyah akan
didapati tradisi, adat, dan kebudayaan yang memang sudah kuat
dikalangan mereka, dari sekian banyaknya tradisi dan adat pada masa itu,
ada sebagian tradisi yang ditetapkan dalam Islam seperti khitan dan ada
yang dihapus seperti menguburkan anak perempuan hidup-hidup dan
minum khamar.
Kendati demikian dalam agama Islam tidak lepas menolak semua
tradisi atau adat yang sudah berlaku di tengah masyarakat, tradisi dan adat
yang sudah mapan dan mengakar di tengah masyarakat. Islam tidak pernah
merubah atau menolaknya melainkan mengadopsi sebagai bagian dari
budaya Islam dengan membenahi dan menyempurnakannya berdasarkan
nilai-nilai budi pekerti yang sesuai dengan ajaran-ajaran syariat Islam.6
Nabi Muhammad SAW lebih senang memberikan perhatian
terhadap al-Qur’an, baik dalam sholat, keseharian, dan keberadaan beliau
baik di rumah ataupun dalam perjalanan bersama para sahabat dalam
kesulitan maupun kemudahan beliau, maupun dalam keadaan kegembiraan
dan dalam keadaan kesusahan beliau.7 Peran Yasinan bagi umat muslim
menjadi sangat penting karena untuk meningkatkan nilai-nilai
keberagamaan yang mulai menurun di era moderenisasi saat ini,
diperlukan adanya kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas keimanan
dan keberagamaan.
Tradisi Yasinan merupakan sebuah tradisi keagamaan yang sudah
mengakar secara kuat dalam kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia,
terlepas dari pro maupun kontra mengenai tradisi ini di dalam dunia Islam,
namun pada nyatanya tradisi ini diwarisi secara turun temurun sehingga

6
Rhoni rodin, Tradisi Tahlilan dan Yasinan (Artikel: Stain Curup, 2013), 81.
7
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Etika Membaca dan Mempelajarai
Al-Qur’an Al-Karim, terj. Taufikqurrahman (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 17.
18

keberadaannya tersebar meluas hingga ke pulau Jawa, pulau Sumatera,


pulau Kalimantan, Sulawesi hingga pelosok Nusantara. Dalam tradisi
masyarakat Nahdlatul Ulama atau biasa disebut dengan nama NU, tradisi
Yasinan ini seringkali dilaksanaksanakan berbarengan dengan tradisi
lainnya seperti zikir berjama’ah, tahlilan, dan ziarah kubur.8
Yasinan sebagai sebuah agenda keagamaan yang ditransformasikan
ke dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dalam berbagai aspek
kehidupan yaitu aspek kebersamaan dalam gotong-royong, kepedulian dan
saling menghargai antar tetangga dan masyarakat. Yasinan menjadi sebuah
media bagi para masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai silaturahmi antar
masyarakat. Melalui pengajian Yasinan dalam kerangka menciptakan
masyarakat yang bermental agamis dan religius harus didukung oleh
kondisi dan situasi masyarakat yang dapat memperkuat kehidupan sosial
kulturalnya, kegiatan dakwah di berbagai kalangan masyarakat NU begitu
intensif dilakukan ada kegiatan Majelis Ta’lim, Rawatib, Kegiatan
Yasinan di Malam Jumat, Tahlilan, dan lain sebagainya.9
Pengajian Yasinan merupakan salah satu amalan warga NU di
dalam melakukan dakwah. Amaliyah pengajian Yasinan yang meliputi
Tahlil, istighatsah dan ditutup oleh pengajian keagamaan sebagai “sumbu”
di dalam meningkatkan keimanan, ketakwaan, kepekaan sosial, dan
meningkatkan mental dan karakter para masyarakat yang lebih baik. Tahlil
atau Yasinan biasanya dilakukan oleh warga NU di dalam mengirimkan
doa bagi saudara yang telah meninggal agar dosanya diampuni oleh Allah
SWT.10

8
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2008), 307.
9
Abdul Basit, Dakwah Cerdas di Era Modern. Jurnal Komunikasi Islam, vol 3,
no.1 (Juni 2013): 78.
10
Rofie, Amaliah Ciri Khas NU Majalah Aula, Tabi’ah 06/SNH XXXV/Juni,
2013, 49.
19

Acara Yasinan seringkali disertai dengan aktivitas menghadiahkan


amal ibadah pembacaan al-Qur’an yang dilakukan oleh para pembaca saat
itu kepada arwah mereka yang sudah meninggal dunia. Hal ini masuk pada
perkara khilafiyah, sehingga kadang menjadi faktor penghambat bagi
kelompok yang tidak sependapat untuk bisa bergabung dalam acara
yasinan ini. Karena doa pahalanya adalah jelas bermanfaat kepada orang
yang masih hidup. Murid Ibnu Taimiyah yaitu Ibnu Qoyyim berpendapat
bahwa seutama-utama amal yang pahalanya dihadiahkan kepada orang
yang meninggal adalah sedekah.11
C. Upacara yang Menyertai Tradisi Yasinan
1. Tradisi Yasinan
Pada era saat ini, dapat ditemukan tradisi yang menunjukkan
respon sosial suatu komunitas atau masyarakat tertentu sebagai wujud
apresiasi terhadap kehadiran al-Qur’an.12 Dalam kaitan ini, sebagai
contoh adalah Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok yang terus
melestarikan tradisi Yasinan sebagai bentuk apresiasi terhadap al-Qur’an
dalam kegiatan rutin para santri putra dan santri putri. Tradisi Yasinan ini
merupakan kegiatan mingguan yang selalu dilaksanan pada malam Jumat
setelah sholat Isya berjama’ah. Dalam tradisi Yasinan tidak semua daerah
memiliki tradisi yang sama. Ada yang setiap malam Jumat memiliki tradisi
baca Yasinan, ada yang setiap setengah bulan sekali, dan ada pula yang
sebulan sekali.
2. Ziarah Kubur

11
Muhammad Idrus Romli Https://www.nu.or.id/post/read/37270/tahlilan-
yasinan-itu-haram. Diakses pada tanggal 20 Januari 2020.
12
Ahmad Zainuddin, Tradisi Yasinan: Kajian Living Qur’an di Ponpes Ngalah
Pasuruan. Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, vol. 4, no.1 (Mei 2019): 4.
20

Ziarah berasal dari kata ‫ زايرة‬- ‫ يز ور‬- ‫زار‬ yang artinya

mengunjungi.13 Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan bahwa kuburan


merupakan tempat peristirahatan terakhir orang yang telah meninggal
dunia menjelang ia dibangkitkan kembali untuk menghadapi peradilan
Allah SWT.14 Maka dengan demikian ziarah kubur dapat diartikan
berkunjung ke makam orang Islam yang sudah wafat. Ziarah ini sudah
diberlakukan pada zaman nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Ziarah
kubur juga mempunyai faidah dan tujuan untuk meningkatkan keimanan,
mengingat akhirat, mengingat kematian, dan mendoakan untuk orang yang
wafat, sehingga para peziarah menjadi bertambah rasa takutnya kepada
Allah SWT dan kemudian meningkatkan amal-amal perbuatannya.15
3. Malam Jumat
Yasinan dilakukan biasanya pada malam Jumat yang dilaksanakan
di masjid atau di pondok pesantren atau majelis-majelis di masyarakat.
Selain itu, yasinan juga dilakukan sebagai haul dan mengirim doa untuk
keluarga yang telah meninggal. Kepercayaan masyarakat akan terkabulnya
dan terkirimnya doa kepada orang yang sudah meninggal melalui doa-doa
salah satunya ialah pembacaan Yasin. Pengajian Yasinan terutama di
malam Jum’at sebagai hari yang baik bagi masyarakat Muslim, menjadi
penting dalam berbagai kegiatan Yasinan, yaitu; Pembacaan Tahlil,
Shalawat, Maulid Nabi, membaca Ratib al-Attas, Tawassul. Hal ini biasa
dilaksanakan untuk meningkatkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
masyarakat.16

13
A.Munawwir, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: Pustaka Pogresif, 1997),
593.
14
Azyumardi Azra et.al., Insklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Van Houve,
2001), 340.
15
Chafidh, Tradisi Islam, 237-238.
16
Idam Hamid, Tradisi Ma’baca Yasin Di Makam Annagguru Maddapungan
Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe (Skripsi UII, Makasar, 2017), 16.
21

4. Tahlilan
Istilah tahlilan yang sangat populer di Indonesia ini berasal dari
kata Hallala-Yuhalillu-Tahlilan. Dari susunan ini menunjukkan bahwa
kata tahlilan merupakan bentuk musdar dari fi’il madhi (menunjukkan
masa lampau) hallala yang berarti ia telah membaca Lailaha illahllah, fi’il
mudhari’ (menunjukkan masa yang sedang berlangsung) yuhalillu yang
arinya ia sedang membaca Lailaha illallah. Kalimat Lailaha illallah yang
dikemas dengan bacaan-bacaan seperti ayat al-Qur’an, bacaan istigfhar,
bacaan Shalawat, maupun bacaan tasbih, namun inti tahlilan adalah
membaca kalimat Lailaha illallah tersebut sesuai dengan asal-usul kalimat
itu sendiri.17
Tahlilan pada hakikatnya yang diketahui oleh masyarakat saat ini
adalah aktifitas berdizkir bersama yang dilakukan oleh sekelompok orang,
lalu membaca sejumlah kalimat dzikir kepada Allah SWT yang satu
diantaranya adalah kalimat tahlil, La ilaaha illallaah. Tahlilan pada
dasarnya adalah kalimat-kalimat dzikir yang dilantunkan. Sekelompok
orang bisa secara bersama-sama tasbih, takbir, tahmid, istighfar, tahlil dan
kalimat-kalimat lainnya yang mengingatkan mereka kepada Allah SWT.
Amaliah semacam itu adalah sunnah, bukan bid’ah.18
Tahlilan berarti berdzikir yang bisa dibaca kapan saja, tahlilan bisa
dibaca sendiri atau berjamaah, tahlilan yang dibaca secara berjamaah maka
doa salah satu diantara orang tersebut dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
Tahlilan yang umumnya dibaca pada saat ada yang meninggal untuk
menghadiahkan si mayit agar segala dosanya diampuni oleh Allah SWT.
Kalau membaca Tahlil selain mendoakan si mayit juga untuk yang

17
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga,
20150, 70.
18
Abiza el rinaldi, Haramkah tahlilan, yasinan dan kenduri arwah, (Pustaka
wasila, 2012), 3.
22

membaca mendapatkan pahala dan juga merupakan shodaqoh pada orang


yang meninggal dan fadhilahnya disampaikan kepada orang yang
meninggal.19
Tahlilan yang diikuti oleh pembacaan surah Yasin adalah suatu
kegiatan ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Muslim
dalam rangka memanjatkan doa atau kalimat-kalimat thoyyibah yang
dihadiahkan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, baik itu dari
1-7 hari kematiannya, 40 hari, 100 hari maupun 1 tahunnya mereka
berkumpul bersama dalam majelis membaca Yasin dan tahlil lalu ditutup
dengan doa.20
D. Tafsir Kandungan Makna Surah Yasin
1. Makna Yasin

Kata (‫ )يس‬Ya sin merupakan dua huruf dari alfabet bahasa Arab

yakni Yā sĭn. Dalam al-Qur’an terdapat dua puluh sembilan surah yang
dimulai dengan huruf hija’iyyah (alfabet bahasa Arab) sebanyak huruf-
huruf alfabet Arab, sedang huruf-huruf yang digunakannya berjumlah
empat belas huruf dirangkai oleh sementara ulama, antara lain dengan

kalimat: (‫سر‬ ‫)نص كرمي قاطع له‬ nash karimun qathi’un lahu sirrun / teks

mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia. Dengan demikian, empat
belas yang terpilih itu adalah seperdua dari huruf-huruf hija’iyyah.
Karena sesungguhnya yang ditunjukkan oleh Bahasa Arab bahwa
huruf-huruf tersebut tidak memiliki makna. Apabila kita menghukumi

dengan ketentuan umum tersebut (‫(بلسا ن عر يب مبني‬ “Dengan bahasa

19
Agung Nugeraha, Budaya Tahlillan Masyarakat Curup Tengah Perspektif
Ilmu Dakwah (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri, 2019), 19.
20
Hamim Farhan, Ritualisasi Budaya-Agama Dan Fenomena Tahlilanyasinan
Sebagai Upaya Pelestarian Potensi Kearifan Lokal Dan Penguatan Moral Mayarakat,
(Gresik: Universitas Muhammadiyah Gresik, Vol.5, 2008). H.84.
23

Arab yang jelas” terhadap setiap kalimat atau huruf di dalam al-Qur’an

al-Karim, maka kita mengetahui bahwa (‫“ )يس‬Yaa Siin” tidak memiliki

makna; karena huruf (‫ )يا‬tidak memiliki makna dan huruf (‫ )س‬huruf


Hija’iyyah yang juga tidak memiliki makna.21
Berbeda-beda pendapat ulama tentang maknanya, salah satunya
ialah dipahami sebagai tantangan kepada mereka yang meragukan
kebenaran wahyu ilahi yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. itu
seakan-akan Allah SWT berfirman bahwa kata dan kalimat-kalimat yang
kalian gunakan sehari-hari dalam percakapan kalian adalah kata dan
kalimat yang terdiri dari huruf-huruf semacam Ya, sin, dan sebagainya,
tetapi kendati demikian, kalian tidak dapat menyusun seindah, seteliti dan
sebenar kandungan al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasul kami
Muhammad SAW.22
Surah Yasin adalah surah yang diturunkan di Mekkah sebelum
Nabi SAW hijrah. Surah ini memiliki ciri khas tersendiri seperti ayat-
ayatnya yang tidak panjang dan kemudahan membacanya, tujuannya agar
menanamkan aqidah baik yang berkaitan dengan keesaan Allah dan risalah
kenabian maupun tentang kebenaran al-Qur’an dan keniscayaan hari
kiamat.23 Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ayat ke 12 dari
surah Yasin yang menjelaskan tentang keinginan Bani Salamah
meninggalkan tempat dimana dia tinggal menuju ke Masjid Nabawi, tetapi
walaupun pernyataan itu shohih bukan berarti ayat tersebut turun di
Madinah hanya saja pada waktu itu ayat tersebut disampaikan di Madinah

21
M. Shalih al-Utsaimin, Tafsir Surat Yasin, 10.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 505.
23
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Vol. 12,
101-102.
24

dan tidak menjelaskan apakah ayat tersebut turun di Mekkah atau di


Madinah.24
Surah Yasin terdiri dari 83 ayat. Keseluruhannya turun sebelum
Nabi Muhammad SAW. berhijrah ke Madinah. Nama surah Yasin
terambil dari ayat pertama surah ini. Nama tersebut diperkenalkan oleh
Nabi Saw., beliau bersabda:

‫قال الدارمى حدث نا ُمم ُد ب ُن سعيد أخبن ُحي ُد ب ُن عب ُدالرحن عن السن بن‬

‫ارون أيب ُممد عن ُمقاتل بن حيان عن ق تادة عن انس قال قال ر ُسو ُل للا‬
ُ ‫صالح عن ه‬
‫ من ق رأها فكأّنا ق رأ‬,‫ وإن ق لب ال ُقرآن يس‬,‫ إن ل ُكل شيء ق لبا‬:‫صلى للاُ عليه وسلم‬

‫ال ُقرآن عشر مرات‬


Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Said,
telah mengabarkan kepada kami Humaid Ibn Abdurrahman, dari al-Hasan
Ibn Shalih, dari Harun Abi Muhammad, dari Muqatil Ibn Hayyan, dari
Qatadah dari Anas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya
segala sesuatu mempunyai hati, sedangkan hatinya al-Qur’an adalah surat
Yasin. Barangsiapa membacanya maka seakan-akan ia membaca al-
Qur’an sepuluh kali”.
Menurut Imam Gazāli penamaan itu disebabkan karena surah
Yasin menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan, sedangkan
keimanan baru dinilai benar, kalau seseorang mempercayai hari
kebangkitan. Dalam masyarakat Indonesia terdapat kecenderungan untuk
mengagumi beberapa surah dalam al-Qur’an yang kemudian pembacaan
terhadapnya dilakukan secara berulang-ulang lalu kemudian

24
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 101.
25

bertransformasi menjadi salah satu bagian dari prosesi ritual keagamaan


maupun adat istiadat.25
Al-Qur’an memiliki mukjizat yang sangat tinggi dalam aspek
sastranya, keberadaan huruf-huruf yang menjadi pembuka dalam setiap
surat menjadikannya kitab suci yang sangat unik, ditambah huruf hijaiyyah
yang hanya dua puluh delapan huruf yang dirangkai menjadi kata, dari
kata menjadi kalimat sehingga utuh dan berbentuk kitab suci seperti yang
sekarang.26
Penamaan keempat belas huruf tersebut dengan nama muqatta’ah
tidak lepas dari keberadaannya yang merdeka dan berdiri sendiri tanpa
terkait dengan sistem pembentukan suatu kata atau kalimat apapun.
Keempat belas huruf tersebut jika ingin diurai secara terpisah yaitu, Alif,
lâm, mîm, râ, kâf, hâ, yâ, ‘aîn, sâd, nûn, qâf, sin, ta’, dan ha menurut
Dastgehib dapat dibentuk menjadi sebuah kalimat yang mencerminkan
sistem kepercayaan yang dianutnya, yaitu Syi’ah. Kalimat tersebut adalah:

ُ‫ط علي ح ٌّق ُّنس ُكه‬


ُ ‫صرا‬
Artinya: “Jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang.”
Berbeda dengan Dasteghib, dalam karyanya yang berjudul Ruh al-
Ma’ani Imam Syahabuddin al-Sayyid Mahmud al-Alusi atau lebih dikenal
dengan nama Imam al-Alusi tampaknya memiliki kecenderungannya
sendiri mengenai gabungan kalimat dari huruf-huruf Muqatta’ah tersebut.
Dalam hal ini latar belakang keilmuan dari seorang mufassir sangat
menentukan kesubjektifitasan dalam penulisan tafsir.27 Turunnya al-
Qur’an ke dunia sebagi petunjuk kepada manusia sehingga Allah

25
M. Quraish Shihab, Yasin dan Tahlil (Tangerang: Lentera Hati, 2012), 76.
26
Nablur Rahman Annibras, Pembacaan Surah Yasin dalam Ritual Kematian di
Indonesia, Tesis (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), 20.
27
Imam Fakhruddin al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Gaib, Juz ke-
XXVI (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 2009), 35.
26

menurunkannya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat


umum, namun walaupun sebagian ayat yang susah dipahami masih ada
mufassir yang mampu menjawab secara optimal. Al-Hafiz Jalaluddin as-
Suyuti menjelaskan dalam magmum corpus-nya yang monumental, yaitu
Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an bahwa pandangan para ulama terhadap huruf
Muqatt’ah terbelah menjadi dua kelompok yang menjadi pembuka dalam
dari beberapa surah dalam al-Qur’an.
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang proses pemaknaan
huruf dalam surah Yasin, kelompok pertama menyatakan bahwa dirinya
menyandarkan pemaknaan huruf-huruf muqathaah langsung kepada Allah,
sehingga Allah yang menjadi satu-satunya yang mengetahui makna dari
Yasin, sedangkan kelompok kedua menyatakan bahwa huruf muqathaah
menyimpan rahasia-rahasia yang tersembunyi dibalik keberadaannya, bagi
mereka bahwa al-Qur’an yang diturunkan kepada umat muslim memiliki
makna yang sangat luas untuk dipahami, sehingga tidak mungkin apabila
ada yang mengatakan bahwa masih ada kata yang belum diketahui
maknanya oleh manusia. Keberadaan kelompok yang menganggap bahwa
setiap kata dalam al-Qur’an memiliki banyak rahasia yang dapat
dikeluarkan agar memunculkan wacana bahwa huruf-huruf Muqatt’ah
bukanlah sekedar huruf-huruf pembuka surah yang tanpa makna,
melainkan memiliki banyak makna di balik itu semua.28
2. Keutamaan Membaca Surah Yasin
Surah ini menguraikan tentang Keesaan Allah, tentang kenabian,
kematian, dan hari kebangkitan. Namun yang ditekankan disini ialah
tentang hari kebangkitan dengan menguraikan bukti-bukti keniscayaannya
serta saksi dan balasan yang manusia perbuat selama hidup di dunia. Inilah
salah satu sebab mengapa surah ini dianjurkan kepada mereka yang

28
Jalaluddin Abd. Rahman al-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulum al-Qur’an, 21.
27

menjelang wafat karena uraian-uraiannya akan lebih meyakinkan


seseorang tentang prinsip-prinsip ajaran agama sehingga dia meninggal
dalam keadaan percaya.29
Di sini, kandungannya yang berbicara mengenai tentang ganjaran-
ganjaran akhirat akan memenuhi jiwa pendengarannya dengan optimis
menghadapi kematian dan setelah melewati kematian. Ahli tafsir dan hadis
bapak M. Quraish Shihab dalam kitabnya Ibnu Katsir berpendapat bahwa
salah satu keistimewaan utama surah ini adalah kemudahan yang telimpah
bagi pembacanya yang akan wafat mengantar kepada kemudahan
keluarnya ruh serta melimpahnya rahmat dan berkah Illahi kepada yang
bersangkutan.30
Selanjutnya pada surah ini diperjelas juga mengenai peringatan
kepada mereka yang enggan mau kembali ke jalan yang diridhai-Nya.
Hanya saja, tidak semuanya dapat menerima peringatan tersebut. Banyak
sekali dari umat manusia baik di masa lalu hingga masa kini yang tetap
ingkar meskipun peringatan tersebut telah datang ke mereka. Padahal tak
ada jalan lain selain mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat selain
mengikuti jalan yang telah disiapkan oleh-Nya.31
Penulis juga akan membahas secara singkat macam-macam
keutamaan surah Yasin, yaitu:
a. Bekal Menghadapi Sakaratul Maut
Kematian pasti terjadi bagi siapa saja, walau begitu tidak ada
seorang pun yang mengetahui kapan mereka bertemu dengan ajal tersebut.
Bisa jadi kematian itu datang secara tiba-tiba ketika sedang beraktivitas,
saat berkendara, baik itu saat muda dan tua, terkena bencana maupun

29
Idam Hamid, Tradisi Ma’baca Yasin Di Makam Annagguru Maddapungan
Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe (Skripsi UII, Makasar, 2017), 32.
30
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 102-103.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 140-142.
28

penyakit. Kematian adalah misteri kehidupan yang sekaligus peristiwa


kiamat personal, yang dapat terjadi kapan pun dan dimana pun. Datangnya
kematian terkadang ada yang meninggal dunia dalam mencapai usia
ratusan tahun, ada juga bayi yang baru-baru berumur sehari sudah
meninggal, bahkan ada pula yang masih di dalam rahim sudah mati
sebelum dilahirkan.32
b. Wahana Bersyukur Atas Rahmat Allah
Jika hidup manusia dilimpahkan rahmat oleh Allah SWT, hidup
terasa ringan dan tidak ada beban. Tidak ada yang sulit dan mustahil,
segala yang dikerjakan akan terasa mudah, menjalankan ibadah pun
dimudahkan dalam menghadapi problematika kehidupan. Sehingga
mereka menjadi manusia utama yang mewujudkan harapan-Nya. Segala
rahmat Allah SWT yang diberikan-Nya kepada orang-orang Mukmin
adalah kebahagiaan hidup dalam berbagai aspeknya, seperti pengetahuan
ketuhanan yang benar, akhlak yang luhur, amal-amal kebajikan, kehidupan
berkualitas di dunia dan akhirat dan perolehan surga dan ridho-Nya.
Karena itu, jika al-Qur’an disifati sebagai rahmat untuk orang-orang
Mukmin, maknanya adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkahan
yang disediakan Allah SWT, bagi mereka yang mengamalkan nilai-nilai
yang diamanatkan oleh al-Qur’an.33
c. Menyegarkan Jasmani dan Rohani
Semua orang pasti ingin memiliki kondisi tubuh yang ideal, sehat,
dan bugar. Sehingga mereka mampu menjalani aktivitas dengan baik.
Dengan tubuh yang sehat, mereka dapat bekerja, beribadah dan
menjalankan ragam aktivitas keseharian lainnya. Menjalankan hari-hari
terasa lebih indah dan lebih nyaman dinikmati bersama tubuh yang sehat.

32
Idam Hamid, Tradisi Ma’baca Yasin Di Makam Annagguru Maddapungan
Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe (Skripsi UII, Makasar, 2017), 34.
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 439-440.
29

Atas dasar itulah, teknik-teknik memelihara kesehatan dewasa ini


semakin berkembang. Hal tersebut ditandai dengan keterlibatan unsur jiwa
dan fisik. Untuk memperoleh tubuh yang sehat, cukup dilakukan dengan
berolahraga dan pola makan yang cukup. Hal yang sama dengan
berkembangnya adalah pemaham tentang sakit. Tidak ada sakit yang
murni karena fisik ataupun psikologis. Keduanya berperan dalam suatu
penyakit. Sedangkan sebelumnya, orang-orang berpandangan bahwa
timbulnya suatu penyakit tidak ada kaitannya dengan kondisi psikologis
seseorang.34
Sementara itu, ulama berpendapat bahwa ayat-ayat al-Qur’an juga
dapat menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Mereka merujuk kepada
riwayat yang diperselisihkan nilai dan maknanya. Salah satu contohnya
ketika sahabat Ibn Mas’ud ra., yang memberitakan bahwa ada seseorang
yang datang kepada Nabi Muhammad SAW yang mengeluhkan dadanya.
Rasulullah SAW, kemudian bersabda, “Hendaklah engkau membaca al-
Qur’an.” Tanpa mengurangi penghormatan terhadap al-Qur’an dan hadis-
hadis Nabi SAW., sekiranya riwayat ini bila benar adanya, yang dimaksud
bukanlah penyakit jasmani, tetapi penyakit rohani yang diakibatkan oleh
jiwa. Ia adalah psikosomatik. Memang tidak jarang seseorang merasa
sesak napas atau dada bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan
rohani.
Al- Hasan al-Basri seoang tokoh Sufi yang masyhur, sebagaimana
dikutip oleh Muhammad Sayyid Tantawi, dan berdasar riwayat Abu al-
Syaikh berkata “Allah menjadikan al-Qur’an obat terhadap penyakit-
penyakit hati dan tidak menjadikannya obat untuk penyakit jasmani.”35
d. Terkabulnya Segala Hajat

34
Almas Abyan al-Fatih, Surah Yasin, Al-Waqi’ah, Al-Mulk, dan Al-Kahfi, 42-
43.
35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 439.
30

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa luput dari


kewajiban memenuhi segala bentuk harapan atau hajat pribadi, keluarga,
dan lainnya. Mulai dari yang pokok sampai harta, kebutuhan perlengkapan
dan hiburan. Semua usaha atau kerja diarahkan untuk melaksanakan
kewajiban tersebut. Jika tidak dilakukan, maka itu bisa dikatakan sebagai
orang yang lalai atau tidak bertanggung jawab.
Adakalanya, harapan, dan kebutuhan hajat tersebut dapat dipenuhi
tanpa hambatan atau gangguan yang artinya perasaan pun lebih terasa
segar, meskipun sesekali dibutuhkan kerja yang lebih ekstra dan
menggunakan waktu yang sangat terbatas.
Banyak cara agar terkabulnya segala hajat-hajat atau harapan,
seperti menjalankan ibadah sholat sunnah, berpuasa sunnah, shodaqoh dan
lain sebagainya. Tetapi, melakukan cara-cara tersebut terasa berat bagi
sebagian orang. Oleh karena itu, ada cara lebih mudah, yakni dengan
membaca surah Yasin.
BAB III

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-AWWABIN

A. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Awwabin


Pada hari Rabu 08 Desember 1920 di Tebet Melayu Besar, lahir
seorang bayi laki-laki dari pasangan H. Nawi bin Su’iddan dengan ‘Aini
binti Rudin. Anak kesembilan dari sepuluh bersaudara diberi nama
Abdurrahman, beliau adalah salah satu dari tiga putra H. Nawi.
Pada saat itu, Tebet merupakan perkampungan masyarakat Betawi.
Sebagaimana biasanya masyarakat Betawi yang secara turun temurun
fanatik memeluk Islam dan kuat menjalankan syariatnya, Abdurrahman
Nawi tumbuh dalam lingkungan kampung Tebet yang juga sarat dengan
nilai-nilai dan budaya keagamaan. Di sana terdapat mushalla yang menjadi
tempat berkumpul para masyarakat untuk menjalankan sholat lima waktu.
Di sana juga sering diadakan pengajian dan acara-acara besar seperti
maulid, isra mi’raj. Dalam masyarakat pun juga kadang diadakan acara
kawinan, kelahiran anak, kematian dan ngirim arwah selalu di isi dengan
bacaan-bacaan barzanji, sholawat, tahlil dan membaca al-Qur’an.
Sebelum mendirikan Pesantren, H. Nawi maupun istrinya ‘Aini
bukan seorang tokoh pemuka agama bagi masyarakatnya, dan juga bukan
dari golongan keturunan ulama. Mereka hanyalah orang biasa yang taat
beragama dan senang kepada ulama. Kehidupan sehari-hari mereka dikenal
sebagai pedagang nasi ulam di warung Pedok. Pada saat-saat tertentu H.
Nawi selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian yang diadakan
oleh para ulama dan habib di kampung Melayu atau di kampung Kwitang.
Karena di Tebet tak pernah ada pengajian rutin yang diadakan oleh ulama
besar atau habib yang dihadiri oleh ratusan kaum muslimin dari berbagai
kampung halaman Jakarta dan sekitarnya. Di sana juga tidak ada madrasah

31
32

atau sekolah-sekolah Islam sekalipun. Tempat belajar yang tersedia pada


saat itu hanyalah ta’lim atau pengajian-pengajian intensif tentang ilmu
agama dan bahasa Arab dengan menggunakan kitab-kitab tertentu yang
diadakan di rumah mu’allim (guru).
H. Nawi seorang pedagang itu ingin mendidik putranya
Abdurrahman untuk rajin sholat dan mengaji sebagaimana saudara-
saudaranya yang lain. Awal mula Abdurrahman belajar mengaji dengan
guru yang di Tebet, yaitu Mu’allim Ghazali dan Mu’allim Syarbini. Di sini
ia belajar membaca al-Qur’an serta dasar-dasar aqidah dan praktek ibadah.
Pada saat itu ketekunan Abdurrahman untuk mengaji nampak lebih giat
dibanding saudara-saudaranya maupun anak-anak lainnya. Maka H. Nawi
terus mendorongnya agar untuk belajar dan mengaji serta mengingatkannya
agar tidak main-main. Dengan dorongan serta semangat dari orang tua,
begitu juga dengan didikan dari para gurunya, sehingga Abdurrahman
merasakan nikmatnya belajar dan hausnya mecari ilmu. Dalam hatinya
muncul Himmah dan Ghirah yang kuat untuk belajar agar mampu
menguasai ilmu-ilmu agama Islam yang begitu luas. Gurunya yang lain,
KH. Muh. Zain bin Sa’id, pernah suatu saat memberinya sebuah nasihat,
bahwa manusia itu kadang dipandang karena tiga hal: jagoan, kekayaan, dan
ilmu, ketika ia ditanya: “Kamu mau jadi apa?”, maka jawabannya spontan
“mau menjadi orang yang berilmu”. Lantas sarannya untuk itu tidak ada
jalan lain kecuali kamu harus rajin belajar.
Maka dari itu, jadilah Abdurrahman sebagai remaja yang
pekerjaannya setiap hari hanya mengaji dan belajar. Pada saat itu, Tebet
belum ada sekolah. Di Bali Matraman, beberapa kilometer dari Tebet, ada
madrasah Asy-Syafi’iyyah tapi hanya setingkat Ibtidaiyah. Hal demikian itu
tidak menjadi penghalang bagi Abdurrahman untuk mewujudkan cita-
citanya, menguasai ilmu-ilmu agama, bahasa Arab maupun pengetahuan
33

umum. Dari pergaulannya sesama teman yang suka mengaji dan petunjuk
dari guru serta orang tua, beliau tidak kehabisan guru di sekitar Tebet yang
di rumahnya membuka pengajian megajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa
Arab.
Di Bukit Duri ia belajar mengaji kepada KH. Muhammad Yunus,
KH. Basri Hamdani, KH. Muhammad Ramli, dan Habib Abdurrahman As-
Segaf. Dia juga mengaji kepada KH. Muh. Zain, Kebon Kelapa, Tebet, KH.
M. Arsyad bin Musthofa, Gg Pedati, Jatinegara, KH. Mahmud, Pancoran,
KH. Musannif, Menteng Atas, KH. Ahmad Djunaedi, Pedurenan, KH.
Abdullah Husein, Kebon Baru Tebet, KH. Abdullah Syafi’I, Bali Matraman
serta Habib Husein Al-Haddad, Kampung Melayu. Lebih jauh lagi beliau
juga mengaji kepada KH. Hasbiyallah, Klender, KH. Mu’allim, Cipete, KH.
Khalid, Pulo Gadung, Habib Ali Jamlullail dan Habib Ali bin Abdurrahman
al-Habsyi, Kwitang, Habib Abdullah bin Salim Al-Attas, Kebon Nanas,
Habib Muhammad bin Ahmad Al-Haddad, Kramat Jati, Habib Ali bin
Husein Al-Attas, Kemayoran, dan Ustadz Abdullah Arifin, di Pekojan.
Meski Abdurrahman tidak pernah belajar di sekolah maupun di
Pesantren, namun dia mengaku cara belajarnya tidak kalah dengan cara
belajarnya para santri-santri yang di Pesantren. Sehari, beliau bisa
mengikuti pengajian di tiga tempat yang masing-masing dua atau tiga mata
pelajaran. Semangat Abdurrahman memahami dan menguasai pelajaran
memang sangat tinggi, setelah mendengar penjelasan-penjelasan dari guru
dia mencatat dengan baik apa yang diperlukannya. Setelah pengajian
selesai, dia pun mengajak musyawarah dengan teman-temannya untuk
mengulang dan mendalami pelajaran yang sudah lewat. Dia selalu berusaha
Muthala’ah (mengulangi) pelajarannya sendiri di rumah bila dia belum
menguasai secara penuh dari suatu pelajaran. Bahkan, malamnya dia pun
tak mau tidur sebelum benar-benar menguasai pelajaran besok.
34

Abdurrahman memiliki guru-guru yang mempunyai latar belakang


yang beragam. Ada yang berasal dari Pesantren Salafiyah, ada pula dari
Madrasah dan Arab. Selain kitab-kitab yang diajarkan di Pesantren, dia juga
belajar kitab-kitab baru seperti (‘Ashriyyahi) yang diajarkan di Madrasah.
Seperti misalnya ilmu nahwu dan sharaf kitab-kitabnya seperti Al-
Jurumiyah, ‘Imrithy, Kawakib, Ibn ‘Aqil, Mughni Labib, dia juga belajar
Nahwul Wadhih dan Qawai’d al-Lughah al-‘Arabiyyah dan juga dia belajar
sastra Arab kepada para Habaib, seperti Habib Abdurrahman As-Segaf,
Habib Husein bin Ali, Habib Abdullah bin Salim Al-Attas dll.
Selain Ilmu nahwu, sharaf dan bahasa Arab yang dia pelajari dan
kuasai, Abdurrahman terus belajar mengaji hingga umur tiga puluh tahun,
ia menekuni pengajian ilmu-ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Tauhid, Tafsir, Hadist,
bahkan juga ilmu-ilmu umum lainnya. Lalu dia menikah pada umur delapan
belas tahun, namun itu tidak menjadi hambatan dia untuk terus belajar serta
dia juga berdagang untuk menafkahi kedua orang tuanya yang berdagang
emas dan ekonominya berkecukupan utnuk membantu kebutuhan
belajarnya. Dia percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan
doa hamba-Nya dan akan menolong hamba-Nya yang berjuang
menegakkan agama-Nya.
Dengan sistem belajar yang sudah ia lalui selama 25 tahun itu, dia
tidak memperoleh ijazah atau syahadah. Tetapi hasil dari belajarnya tidak
diingkari telah mencapai tingkat pengajaran yang tinggi dalam sistem
sekolah formal. Maka dari itu, dia diakui telah menguasai ilmu-ilmu bahasa
Arab dan syari’ah yang mumpuni.
Pada suatu saat, dihadapan ulama besar Kyai Abdurrahman Tua,
Kampung Melayu, Abdurrahman Nawi mengikuti semacam ujian terbuka
yang diikuti oleh sekitar 30-an peserta dari beberapa kampung di Jakarta.
Pak Kyai memanggil satu per satu para peserta, kemudian di tes baca kitab
35

tertentu dan kemudian disuruhnya membaca, sampai beberapa kali. Setelah


selesai, Kyai Abdurrahman Tua mengumumkan, hanya ada dua peserta
yang lulus ujian, yaitu Abdurrahman Nawi, Tebet, dan Turmudzi, Bukit
Duri. Dari sini Abdurrahman Nawi merasa memperoleh pengakuan atas
penguasaan ilmu yang ia pelajari selama ini.1
Tradisi masyarakat Betawi, KH. Abdurrahman Nawi yang dipanggil
oleh para muridnya dan keluarganya dipanggil dengan ”Abuya”, pada tahun
1962 beliau membuka pengajian di rumahnya, Tebet Barat VI H. Pengajian
yang diberi nama As-Salafi itu mengajarkan kitab-kitab tertentu sesuai
kemampuan dan minat pesertanya. Untuk kaum bapak-bapak dan ibu-ibu
mengaji kitab Taqrib, Tijan, Durar, Nashaih Diniyah. Sedangkan untuk
kaum remaja dan para ustdaz mengaji kitab Qawa’idul Lughah, Ibnu ‘Aqil,
Fathul Mu’in, Bughyah Mustarsyidin. Ada berbagai kalangan peserta yang
hadir, seperti Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Menteng Dalam, Bukit
Duri, Kp. Melayu, Pancoran, Pangadegang, Tangerang, Bekasi dan
terutama peserta yang berada di Tebet.
Pada tahun 1976 Dr. KH. Idham Khalid mengganti nama As-Salafi
menjadi nama “Al-Awwabin” karena melihat perkembangan pengajian
yang semakin ramai diikuti oleh banyak peserta. Selain untuk pengajian,
juga diselenggarakan pendidikan sekolah Madrasah Tsanawiyah.
Minat masyarakat yang belajar kepada Abuya KH. Abdurrahman
Nawi semakin banyak. Mereka ingin anak-anak mereka bisa mukim (santri
dan belajar) di Al-Awwabin. Maka, sekitar tahun 1981/1982 bersama tokoh
masyarakat, Abuya KH. Abdurrahman Nawi mencari lokasi yang akan
didirikannya sebuah Pesantren, di mana ada Madrasah dan Asrama. Dan
pada akhirnya disebuah lokasi di kampung Sengon, Kel. Pancoran Mas,

1
Kawiyan (ed), Berdakwah Tanpa Kenal Lelah, (Biografi KH. Abdurrahman
Nawi), 1-3.
36

Depok I. Abuya KH. Abdurrahman Nawi sengaja megambil tempat di


daerah Depok karena daerah ini kurang sekali lembaga pendidikan Islam
terutama Pondok Pesantren. Lembaga Islam disini sangat membutuhkan
kaum Muslimin untuk memberantas kebodohan dan ingin kaum-kaum
muda menjadi penerus generasi Islam yang memahami serta menggali
hukum-hukumnya serta kitab-kitab kuning.
Pada pertengahan tahun 1982/1983 dimulainya peletakan batu
pertama yang disaksikan oleh ribuan umat Muslim dan para ulama, habaib
dan para pejabat pemerintahan. Pada saat itu KH. Idham Chalid dan pejabat
pemerintah setempat secara resmi kedudukan Pondok Pesantren Al-
Awwabin cabang Depok. Pada tahun 1983/1984 mulai menerima murid
baru. Pondok Pesantren Al-Awwabin merupakan Pondok Pesantren
pertama dikota Depok untuk wilayah Pancoran Mas. Mula-mula tanah
seluas 4.200 m2. Pada akhir tahun 1982 telah berhasil didirikan 1 unit
gedung sekolah 5 lokal dan 1 unit asrama, dan diresmikannya Pondok
Pesantren Al-Awwabin lokasinya sekitar 8.000 m2. Sampai saat ini,
Pesantren tersebut sudah membangun 4 unit gedung sekolah, 1 unit
mushollah, 1 unit aula, 2 unit asrama santri dan 4 rumah pengasuh dan guru.
Di sana juga ada Madrasah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, dengan
jumlah murid sekitar empat ratus anak, seratus sembilan puluh di antaranya
mukim. Pada tahun 1992, Pesantren Al-Awwabin membuka cabang lagi
yaitu di Jalan H. Sulaiman No. 12 Desa Perigi, kelurahan Bedahan
Kecamatan Sawangan, Depok yang luasnya sekitar 2,5 ha. Tetapi untuk saat
ini pesantren yang berada di cabang Bedahan diperuntukan bagi santriwati.
Di sana juga terdapat Madrasah Tsanawiyah, dan Aliyah dengan jumlah
seratus enam puluh santriwati.
Tentang Pesantren yang didirikan oleh Abuya KH. Abdurrahman
Nawi adalah bertujuan untuk membina kader-kader muslim yang menguasai
37

ilmu agama dengan baik dalam rangka membantu pemerintah dalam bidang
pendidikan. Abuya mengutamakan penguasaan-penguasaan ilmu-ilmu alat
bagi santri-santrinya, yaitu dengan mengajarkan ilmu nahwu, sharaf, dan
bahasa Arab. Santri yang mukim pada sore dan malam hari diharuskan
mengikuti halaqah mengaji kitab-kitab nahwu, sharaf, bahasa Arab, tauhid,
fiqh, tafsir, hadist dan akhlaq. Nahwu, sharaf, dan bahasa Arab diajarkan 4
kali dalam seminggu. Siswa Tsanawiyah harus hafal 181 kaidah dalam
Nahwul Wadih, sementara untuk siswa Aliyahnya belajar Ibnu ‘Aqil. Prinsip
Abuya dalam mengajar, biar sedikit asal benar-benar paham dari pada
banyak tapi tidak ada yang mengerti sama sekali. Abuya juga berprinsip
bahwa setiap murid yang belajar sesuatu tentang agama harus mampu
mengamalkan ilmu-ilmunya.
Harapan Abuya KH. Abdurrahman Nawi adalah semoga Pondok
Pesantren Al-Awwabin akan terus menyebar luaskan syiar-syiar Islam.
Sejak saat itulah kegiatan kepesantrenan berjalan secara rutin. Adapun
kegitan rutin di Pesantren tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi
santri memiliki kecakapan mental, spiritual, dan intelektual, keorganisasian
dan ketangkasan dalam penyampaian gagasan di muka umum yang
semuanya diperlukan kelak ketika terjun kedalam masyarakat. Dengan
harapan bagi para santri menjadi kader-kader dakwah di tengah-tengah
masyarakat yang melanjutkan perjuangan dan peran dalam syiar Islam.
Dalam perjalanan Pondok Pesantren Al-Awwabin, Pondok sudah
banyak mengeluarkan alumni-alumni yang bermanfaat di tengah-tengah
masyarakat. Seperti K.H. Dr. Muhammad Yusuf Hidayat, M.A yang sudah
membuka Pondok pesantren yang bernama At-Tibyan di Pitara, Depok. Ada
juga KH. Ubaidillah Hamdan yang berkiprah di Tangerang dengan
membuka Pondok Pesantren Darul Musthofa al-Mukhtar dan masih banyak
lagi para alumni-alumni hebat yang lahir dari pesantren Al-Awwabin.
38

Sampai saat ini, Al-Awwabin sudah resmi mengeluarkan 40 angkatan


sampai tahun 2020.
Namun, pada akhir November 2019, tepatnya tanggal 18, kabar duka
menyelimuti langit Al-Awwabin karena kehilangan sosok Kiai yang
menjadi panutan, Abuya KH. Abdurrahman Nawi. Abuya meninggal di usia
99 tahun. Beliau dimakamkan di Pondok Pesantren Al-Awwabin Putri,
Bedahan, Depok. Ribuan pelayat megantarkan beliau ke tempat
peristirahatan terakhirnya. Semoga Allah selalu mengucuri beliau dengan
rahmat-Nya yang tak terbatas.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-
Awwabin:
a. Ketua Yayasan: Ust. Drs. H. Ahmad Muchtar
b. Sekretaris: Ustz. Hj. Zakiyah
c. Bendahara: Ustz. Hj. Busyroh
d. Pimpinan Bidang Sekolah: Muhammad Munib S. Ag
e. Pimpinan Bidang Pesantren I: Ust. Drs. H. Fatchurrahman, MA.
f. Pimpinan Bidang Pesantren II: Ustz. Diana Rahman
C. Visi dan Misi
a. Visi Pondok Pesantren Al-Awwabin
Visi Pondok Pesantren Al-Awwabin adalah menjadi pondok yang
progresif dan berkualitas dambaan umat masyarakat. Hal ini dikarenakan
Pondok Pesantren Al-Awwabin memberikan pola pendidikan agama
maupun umum yang berlandaskan Iman dan Taqwa (IMTAQ).
b. Misi Pondok Pesantren Al-Awwabin
Misi dari Pondok Pesantren Al-Awwabin antara lain:
1. Pola pendidikan yang Islami.
39

2. Meningkatkan spesialis keilmuan, institut-institut sosial dan


fungsional yaitu di antaranya: penguasaan bahasa Arab, metode
dakwah, ilmu-ilmu Agama, dan juga penguasaan ilmu-ilmu sosial.
3. Menyiapkan generasi Islam yang berwawasan IPTEK berlandaskan
IMTAQ dan membentuk generasi Islam yang aktif, kreatif, dan
inovatif.
4. Menumbuh kembangkan semangat berprestasi baik dalam bidang
akademis maupun non-akademis.2
D. Lembaga Pendidikan di Bawah Pesantren / Madrasah
Abuya menjadi seorang pendiri dan juga pimpinan umum Pondok
Pesantren Al-Awwabin Depok dalam mengembangkan pendidikan Islam
ini, Abuya telah mendirikan dua lembaga pendidikan, yakni lembaga
pendidikan formal (Sekolah) maupun non formal (Pondok).
1. Lembaga Pendidikan Formal
Jenjang Pendidikan Formal yang diadakan di Pondok Pesantren Al-
Awwabin I oleh Abuya mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyyah (MI),
Madrasah Tsanawiyyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Berbeda
dengan yang cabang kedua di kecamatan Sawangan, yang menyediakan dari
tingkat MTs dan MA.
Pondok Pesantren al-Awwabin pusat bertempat di Tebet Jakarta
Selatan, sedangkan Al-Awwabin I sebagai cabang bertempat di JL. Raya
Sawangan No. 21 Kecamatan Pancoran Mas, kota Depok, dan Al-Awwabin
II bertempat di JL. H. Sulaiman No. 12 Kecamatan Sawangan, kota Depok.
Data santri putra yang sudah mendaftar di tiap jenjang pendidikan,
kelas empat MI satu orang, kelas satu MTs dua puluh satu orang, kelas dua
MTs tiga puluh tiga orang, kelas tiga MTs tiga puluh enam orang, kelas satu

2
Profil Pondok Pesantren Al-Awwabin (Depok: Pondok Pesantren Al-
Awwabin)
40

Aliyah sepuluh orang, kelas dua Aliyah enam belas orang, kelas tiga
Aliyahnya empat belas orang.
Data santri putri yang sudah terdaftar di setiap jenjang pendidikan,
kelas enam MI empat orang, kelas satu MTs dua puluh orang, kelas dua
MTs tiga puluh tiga orang, kelas tiga MTs dua puluh tiga orang, kelas satu
Aliyah Sembilan orang, kelas dua Aliyah tiga belas orang, kelas tiga Aliyah
tujuh orang. Sehingga jumlah santri putra yang sudah terdaftar sebagai
siswa di seluruh jenjang pendidikan berjumlah seratus dua puluh satu orang,
sedangkan jumlah santri putri seratus lima orang.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal yang dibentuk oleh Abuya yakni dengan
mendirikan Pondok Pesantren Al-Awwabin yang dipimpin oleh beliau
sendiri, adapun kegiatan belajar mengajar yang beliau lakukan di Pesantren
ini diselenggarakan setiap hari, kecuali pada waktu tertentu ketika kegiatan
belajar mengajar itu berada di luar kegiatan Pesantren.
3. Program Kegiatan
Peneliti hanya mencantumkan jadwal pelajaran yang ada di Pondok
Pesantren saja, untuk efisiensi kepenulisan. Di Pondok Pesantren, jumlah
mengaji sama banyaknya dengan jumlah makan, yaitu sebanyak 3 kali.
Mengaji dilaksanakan pada setelah Shubuh, setelah Ashar, dan setelah
Maghrib. Adapun jadwalnya adalah sebagai berikut :3

3
Fathurrachman (Musyrif Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 05 Februari 2020, Jawa Barat.
41

Tabel 3.1 Daftar Ngaji Santri 1 MTs 2019/2020


Hari Waktu
Pagi Sore Malam
Senin Tahfidz Nahwu Tauhid Tajwid
Wadih
Selasa Tahfidz Qur’an Lugotu Takhotub Qiroatul Qur’an
Rabu Nahwu Melayu Khulasoh Nurul Tahfidz Hadist /
Yaqin Amaliyah Ubudiyyah
Kamis Tahfidz Qur’an Akhlak Lil Banin Rawi & Ratib
Jumat Khot Nahwu Melayu Tahfidz Hadist
Sabtu Matan Safinah Madariju Ta’lim Sharaf

Secara umum kelas satu Tsanawiyah Pondok Pesantren Al-


Awwabin mengkaji beberapa cabang ilmu seperti : Nahwu, shorof, dan lain-
lain. Adapun mengenai kitab yang menjadi bahan ajar adalah sebagaimana
tabel di atas.
Dalam tahfidz Quran, di Pondok Pesantren al-Awwabin
menggunakan metode tikrār, setiap santri harus memiliki hafalan sesuai
dengan target yang telah ditentukan di setiap per semesternya, untuk jenjang
Madrasah Ibtidaiyah dan satu Tsanawiyah semester satu harus hafal surah
al-A’la sampai an-Nas dan untuk semester dua, dari surah al-Naba sampai
al-Thariq. Untuk kelas dua Tsanawiyah semester satu dari surah al-Mulk
sampai al-Ma’arij dan untuk semester dua dari surah Nuh sampai al-
Mursalat. Untuk kelas tiga Tsanawiyah semester satu dari surah ar-Rahman
dan al-Waqiah. Untuk semester dua surah Yasin dan al-Jumuah. Untuk
kelas satu Aliyah semester satu harus hafal surah al-A’la sampai an-Nas dan
untuk semester dua, dari surah an-Naba sampai at-Thariq. Kelas dua Aliyah
semester satu dari surah al-Mulk sampai al-Ma’arij dan untuk semester dua
dari surah Nuh sampai al-Mursalat. Untuk kelas tiga Aliyah semester satu
dari surah ar-Rahman dan al-Waqiah dan untuk semester dua surah Yasin
42

dan al-Jumuah. Untuk targetnya Sebagian santri ada yang mencapai target
tersebut dan ada yang tidak.
Tabel 3.2 Daftar Ngaji Santri 2 MTs 2019/2020

Hari Waktu
Pagi Sore Malam
Senin Tahfidz Hadist Khulasoh Nurul Tajwid
Yaqin
Selasa Tasrif Mahfudzat Tahfidz Qur’an
Rabu Tauhid Nahwul Wadih Tahfidz Sharaf
Kamis Khot Matan Safinah Rawi & Ratib
Jumat I’rob & I’lal Akhlak Lil Banin Qiroatul Qur’an
Sabtu Matan Tahfidz Nahwu Lugho Arabiyyah
Jurumiyah Wadhi

Pembacaan al-Quran di setiap malam Sabtu dibaca secara Bersama-


sama oleh semua santri dari selesai shalat Maghrib sampai masuk waktu
shalat Isya, dalam pembacaan al-Quran ini bertujuan agar santri bisa
membaca al-Quran dengan fashih dan bacaan suratnya bebas.
Tabel 3.3 Daftar Ngaji Santri 3 MTs 2019/2020
Hari Waktu
Pagi Sore Malam
Senin Tauhid & Akhlak Tahfidz Qur’an / Tajwid
Amaliyah
Ubudiyyah
Selasa Arba’in Nawawi Nahwul Wadhi Tahfidz Arbain
Rabu Amsilah Khulasoh Nurul Nahwu Wadih
Tasrifiyah Yaqin
Kamis Mukhtasor Khat Rawi & Ratib
Jiddan
Jumat I’rob & I’lal Nazom Imriti & Awamil Jurjani
Matan
Jurumiyah
43

Sabtu Tahfidz Nahwu Matan Safinah Lugho


Wadhi & Arabiyyah
Jurumiyah

Khat yang diajarkan di Al-Awwabin ini berupa sesuai penulisan


kaidah khat. Untuk materi Tajwid, pertama kali yang dilakukan adalah
penjelasan teori yang disampaikan oleh guru, kemudian praktik mencari
hukum Tajwid yang telah dijelaskan di al-Qur’an. Untuk kelas satu
Tsanawiyah pembelajarannya dari hukum nun mati atau tanwin sampai mad
asli. Untuk kelas dua Tsanawiyah dari hukum nun mati sampai mad arid li
sukun. Untuk kelas tiga Tsanawiyah dari mad far’i sampai tanda waqaf.
Tabel 3.4 Daftar Ngaji Santri 1 MA 2019/2020
Waktu
Hari Pagi Sore Malam
Senin I’rob & I’lal Kawakib Tajwid / Tahfidz
Qur’an
Selasa Amsilah Tasrifiyah Nahwul Wadih Qiroah Rasidah &
& Tijan Madarij Ta’lim
Rabu Annasoih & Ta’lim Nazom Imriti Tahfidz Hadist/
Amaliyah Ubudiyyah
Kamis Mukhtasor Jiddan Mukhtasor Matan Jurumiyah
Jiddan
Jumat Tanqihul Qoul Khulasoh Rawi & Ratib
Sabtu Kaylani Tahfidz Qowaid Akhlak Lil Banin
Nahwiyah

Secara umum kelas satu Aliyah Pondok Pesantren Al-Awwabin


mengkaji beberapa cabang ilmu seperti: Nahwu, shorof, dan lain-lain.
Adapun mengenai kitab yang menjadi bahan ngajar adalah sebagaimana
berikut.
44

Tabel 3.5 Daftar Ngaji Santri 2 MA 2019/2020


Hari Waktu
Pagi Sore Malam
Senin Bahasa Arab Kawakib & Tijan Tilawatil Qur’an &
Tajwid / Tahfidz
Hadist
Selasa Bulughul Marom Fathul Qarib Tahfidz Nahwu
Wadhi & Matan
Jurumiyyah
Rabu Nasoih Diniyyah Mabadi Awwaliyah Mudzakaroh /
& Ta’lim Tahfidz Alfiyah
Kamis Fathul Mu’in Al Husunul Nurul Yaqin &
Hamidiyah & Nahwul Wadih
Fathul Mu’in
Jumat Al-Fiyah & Tafsir Jalalain Rawi & Ratib
Mabadi
Sabtu Qowaidul Lugoh Amsilah Tasrifiyah Tahfidz Qur’an
& Amsilati
Tasrifiyah

Untuk pengajian Tilawah kelas dua Aliyah dan tiga Aliyah bedanya
kalau yang Qiro’at itu baca dan melatih ke fasihan para santri dalam
membaca al-Qur’an secara fasih dan benar secara makhrojnya dan untuk
Tilawah lebih ke nada baca Qur’an seperti Bayati, Sikah dan Naghom.
Tabel 3.6 Daftar Ngaji Santri 3 MA 2019/2020
Hari Waktu
Pagi Sore Malam
Senin Bahasa Arab Al Ibrohimi Tilawatil Qur’an &
Tajwid / Tahfidz
Hadist
Selasa Minhatul Mugits Mukhtasor Jiddan Tahfidz Nahwul
Wadhi & Matan
Jurumiyyah
Rabu Ta’limu Ta’alim Bulugul Marom Mudzakaroh
45

Kamis Fathul Muin Al Husunul Nurul Yaqin &


Hamidiyah & Nahwul Wadih
Fathul Mu’in
Jumat Alfiyah & Mabadi Tafsir Jalalain Rawi & Ratib
Sabtu Qowaidul Lugoh Al- Muyassar & At- Tahfidz Qur’an
& Amsilati Tibyan
Tasrifiyah

Pengajian Tafsir Jalalain diperuntukan bagi kelas dua dan tiga


Aliyah. Karena kelas satu Aliyah masih memfokuskan ilmu dasar dalam
membaca kitab kuning, sehingga belum dapat masuk untuk mempelajari
kitab Tafsir. Untuk kitab Al-Tibyān fī Ulum al-Qur’an membahas perihal
Ulumul Qur’an. Yang mana membahas secara global tentang hal-hal yang
berkaitan dengan al-Qur’an seperti, turunnya al-Qur’an, kodifikasi al-
Qur’an, dan lain-lain.
BAB IV
TRADISI PEMBACAAN SURAH YASIN PADA TIAP MALAM
JUMAT DI PESANTREN AL-AWWABIN

Setiap manusia memiliki tujuan dan pemahaman berbeda terhadap


tradisi pembacaan Yasin, ada beberapa daerah yang membaca Yasin untuk
dijadikan hadiah terhadap keluarga yang meninggal, ada juga sebagai ritual
terhadap penyembuhan pada penyakit yang dideritanya, dan tidak sedikit
orang yang hanya sekedar membaca untuk mengisi waktu kosong sebagai
penambah pahala.
Dalam hal ini, perbedaan pandangan terhadap pembacaan surah
Yasin tidak menjadi tolak ukur utama karena perbedaan tradisi dan budaya
tersebut.
A. Seputar Motif dan Tujuan Pembacaan
Penjelasan tentang motif dan tujuan pembacaan surah Yasin di
Pesantren Al-Awwabin Pancoran Mas Depok diuraikan dalam wawancara
penulis dengan beberapa ustadz, termasuk pengasuh Pesantren, KH Drs
Fathurrahman. KH Ahmad Muchtar yang menjabat sebagai ketua yayasan
Pondok Pesantren Al-Awwabin mengatakan bahwa motivasi pembacaan
surah Yasin di Pesantren ini utamanya adalah untuk mendapatkan
keberkahan dari khasiat pembacaan surah Yasin yang memang sangat
banyak. Menurutnya, para santri dan keluarganya akan tersinari oleh khasiat
Yasin ketika mereka membacakannya dalam kegaiatan Pesantren. Ia
mengatakan,
“Yasin ini khasiatnya banyak sekali, Yasin itu juga digunakan untuk
terang hati, mengalirnya rezeki untuk orang tua kita di rumah,
mempermudah bagi anak-anak santri untuk memperoleh ilmu, dan
mengirimkan doa untuk orang yang sudah meninggal itu akan sampai doa

45
46

kita, itu menurut Ahlusunnah Wal Jama’ah. Kita menginginkan anak-anak


santri hadir di Al-Awwabin ini biar ada limpahan akibat baca Yasin itu ada
kemudahan rizki untuk orang-orang yang di rumah itu di antaranya.”1
Selanjutnya, menurut Ahmad Muchtar pembacaan surah Yasin yang
dilakukan oleh santri di Pesantren dijelaskan juga bahwa selain Yasin
memiliki banyak manfaat di antaranya untuk menerangkan hati,
melancarkan rezeki, mempermudah mendapatkan ilmu yang tentu sangat
berguna bagi para santri dan keluarganya, khasiat Yasin juga untuk untuk
mendoakan orang-orang yang sudah meninggal, karena menurut faham
Ahlusunnah Wal Jama’ah bahwa doa yang diberikan untuk orang yang
meninggal maka doanya akan sampai pada orang tersebut.2
Dalam wawancara Ahmad Muchtar tidak menyebutkan dalilnya.
Namun dalam penjelasan Ustadz Ahmad Hafiz Kamil, salah seorang
pengajar al-Qur’an di Pondok mengutip sebuah hadis Nabi. Ia menjelaskan,
“Hadis yang diriwaytkan oleh Abu Daud yang menjelaskan
keutamaan membaca surah Yasin, apalagi di malam Jumat ”Barang siapa
orang yang membaca surah Yasin dan surah al-Saffat di malam Jumat, maka
Allah akan mengabulkan permintaannya” 3
Mengutip hadis tersebut, ustadz Ahmad mengatakan bahwa Allah
akan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan oleh hambanya saat malam
Jumat. Menurutnya di Pondok tersebut tidak hanya membaca surah Yasin
saja saat malam Jumat, tetapi juga menyenandungkan bacaan Shalawat dan
Qasidah sebagai bentuk pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Shalawat ini juga sangat berperan mengabulkan doa dan permohonan.

1
Ahmad Muchtar (Pengasuh Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 04 Oktober 2020, Jawa Barat.
2
Ahmad Hafiz Kamil (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 04 Oktober 2020, Jawa Barat.
3
Ahmad Muchtar, (Pengasuh Al-Awwabin), diwawancarai.
47

Sedangkan tujuan yang disampaikan oleh Ustadz Abdurrahman


Muchtar,4 salah satu asatidz menerangkan tujuan pembelajaran dari
pembacaan Yasin. Menurut beliau membaca Yasinan bertujuan agar bisa
membiasakan diri mereka dalam melakukan amaliyah-amaliyah
Ahlussunah Wal Jama’ah, sehingga ketika nanti mereka keluar dari
Pesantren, tetap terbiasa dengan amaliyah tersebut. Senada dengan tujuan
yang disampaikan Ustadz Abdurrahman, ada juga pendapat lainnya yang
saling menguatkan. Menurut Ustadz Julcham Muslihun,5 dikatakan bahwa
kegiatan tersebut bertujuan untuk menjalankan anjuran Rasulullah SAW
dan mengikuti jejak para salaf al-sholih.Dengan kata lain, peran Pondok
Pesantren dalam memberikan contoh yang baik tentang kebiasaan yang
dilakukan pada malam Jumat, itu ternyata merupakan contoh dari
Rasulullah sendiri.
Masih senada dengan pandangan informan di atas, motivasi
pembacan surah Yasin adalah untuk menghidupkan malam Jumat dengan
kegiatan yang berguna. Hal ini diutarakan oleh pandangan Zaim Najibuddin
Rahman, beliau berpendapat sesuai keseharian santri nanti setelah lulus,
menurut beliau tujuan diadakan rutinitas untuk memperkenalkan dan
membiasakan santri di dalam menghidupi malam Jumat dengan cara
mengisinya dengan ibadah. Salah satu bentuk ibadah yang bisa dilakukan
adalah pembacaan Yasin. Bagi Pesantren, ini bertujuan untuk melestarikan
tradisi turun menurun, yang selanjutnya menjadi ciri khas dari adanya
sebuah Pesantren.6 Dalam hal ini, pendapat Zaim Najibuddin Rahman
diperkuat oleh pandangan Fathurrachman, menurutnya, tujuan pembacaan

4
Abdurrahman (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 11 Oktober 2020, Jawa Barat.
5
Julcham Muslihun (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 11 Oktober 2020, Jawa Barat.
6
Zaim Najibuddin Rahman (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 12 Oktober 2020, Jawa Barat.
48

surah Yasin pada malam Jumat untuk menambah ibadah kepada Allah
dengan cara berdzikir dan memperbanyak Shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW.7
Pendapat Imamuddin sangat menggugah hati ketika beliau
berpendapat bahwa tujuan santri diadakan rutinitas membaca Yasinan untuk
membiasakan kebaikan di malam Jumat dan menjadi benteng bagi para
santri dan Pesantren. Menurutnya tidak hanya untuk kebaikan diri sendiri
tetapi untuk kebaikan pesantren sebagi tempat menimba ilmu para santri.8
Dari penjelasan para Asatidz Pondok Pesantren Al-Awwabin, bahwa
tujuan diadakan rutinitas pembacaan Yasinan setiap malam Jumat untuk
menghidupkan malam Jumat dengan memperbanyak ibadah kepada Allah
dan shalawat kepada Nabi Muhammad dengan pembacaan Qasidah dan
Puji-pujian.
B. Pemahaman Asātidz terhadap Surah Yasin.
Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
kandungan isi surah Yasin, semua itu tergantung latar belakang ilmunya.
Jika yang memahami kandungan ayat adalah ahli fikih maka hasil
pemahamannya akan mengarah pada fikih, tetapi ketika yang memahami
adalah ahli tasawuf, maka hasil pemahamannya akan mengarah pada
tasawuf.
Pemahaman makna surah Yasin yang berkaitan dengan yang dibaca
pada malam Jumat di Pondok Pesantren Al-Awwabin. Menurut
Fathurrachman, salah satu tenaga pengajar di Pondok tersebut bahwa Ada
ayat yang menjelaskan tentang utusan yang Allah kirim kepada orang-orang
pada saat itu untuk memberikan peringatan kepada orang yang mau taat

7
Fathurrachman (Musyrif Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 12 Oktober 2020, Jawa Barat.
8
Imamuddin Muchtar (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 13 Oktober 2020, Jawa Barat.
49

pada peringatan dan orang-orang yang takut kepada Allah. Dalam hal ini
surah Yasin memberi peringatan kepada manusia yang masih hidup untuk
mengikuti ajaran-ajaran Allah, seluruh umat manusia akan mengalami
kematian sehingga perlu satu bekal amalan-amalan sholihah, di antara bekal
amalan-amalan sholihah itu adalah mulazamah atau melazimkan baca surah
Yasin khususnya pada malam Jumat, bacaan-bacaan tersebut adalah salah
satu bentuk amalan-amalan sholihah.9
Di ayat selanjutnya Allah menunjukan orang-orang yang mati dan
Allah akan menulis apa yang telah mereka kerjakan pada masa lalu. Dalam
hal ini Allah memberikan peringatan bahwa seluruh umat manusia akan
mengalami kematian, sebelum mengalami kematian, diingatkan kepada
orang-orang yang mati dan orang-orang yang mati tentunya butuh doa dari
orang-orang yang masih hidup. Doa dari manusia yang akan mengurangi
atau mengangkat dosa-dosa bahkan akan menghilangkan azab yang akan
ditimpakan kepada mereka. Ada satu riwayat mengatakan bahwa orang-
orang yang meninggal akan dihilangkan siksaannya sebab doa-doa yang
kita panjatkan kepada Allah, yaitu pembacaan surah Yasin yang dibaca di
malam Jumat. Jadikan satu wasilah, satu perantara dengan harapan agar
orang-orang yang meninggal khususnya dari keluarga, siksa mereka bisa
dikurangi atau kalau bisa dibebaskan.10
Sedangkan menurut Zaim, bahwa surat Yasin termasuk ke dalam
surah-surah Makkiyah. Surah Makiyyah seringkali ayatnya mengandung
perihal ketauhidan Allah, ketetapan risalah atau ajaran agama, membahas
tentang balasan-balasan perbuatan buruk, menyebutkan ciri-ciri hari akhir,
nikmat surga dan siksa neraka. Dalam surah Yasin di beberapa ayatnya yang
tersebar juga mengandung makna-makna di atas seperti perihal menyembah

9
Fathurrachman (Musyrif Al-Awwabin), diwawancarai.
10
Fathurrachman (Musyrif Al-Awwabin), diwawancarai.
50

Allah SWT., ada balasan perbuatan untuk orang beriman dan yang tidak
beriman, serta menyebutkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.11
Sedikit berbeda dengan pandangan Ahmad Hafiz Kamil. Kamil
mengutip hadis Rasulullah SAW, yaitu Yasin itu tergantung pada niat yang
membaca. Sesungguhnya amal perbuatan itu harus diawali dengan niat.
Para santri biasa membacakan surah Yasin di malam Jumat, mereka
menghadiahkan pahala daripada surah ini, pertama untuk kedua orang tua
mereka yang sudah meninggal dunia, kemudian kakek-nenek mereka,
kemudian leluhur-leluhur mereka, kedua mereka menghadiahkannya untuk
guru-guru mereka dan juga untuk kaum muslimin dan muslimat karena para
asatidz di Al-Awwabin yang beraqidah Ahlusunnah Wal Jama’ah
berkeyakinan bahwa hadiah pahala membaca surah Yasin yang disebut
sebagai jantungnya al-Qur’an akan sampai kepada orang-orang yang sudah
meninggal dunia berdasarkan hadis yang terdapat dalam kitab yang disusun
oleh pendiri Pondok Pesantren Al-Awwabin Almaghfurllah Abuya Kyai
Haji Abdurrahman Nawi dalam pedoman kitab ziarah kubur beliau
mengatakan di mana ada seorang anak muda yang ditinggal wafat oleh
ibunya, kemudian dia mengatakan bahwa ibunya tidak sempat wasiat
kepadanya. Tetapi apabila dia berwasiat, saya yakin orang tua saya akan
berwasiat untuk sedekah.12
Sekarang kalau saya bersedekah dan saya hadiahkan pahala kepada
ibunda apakah itu termasuk pahala bagi ibu saya yang sudah meninggal ?
maka Rasulullah SAW menjawab “iya, bagi ibu kita mendapat pahala
daripada sedekah” sehingga di dalam doa Tahlil, doa setelah membaca
Yasin “Ya Allah sampaikanlah pahala bacaan yang kami telah baca
daripada al-Qur’an di antaranya surah Yasin, surah al-Ikhlas, surah al-Falq,

11
Zaim Najibuddin Rahman (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai.
12
Ahmad Hafiz Kamil (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai.
51

surah an-Nas dan lain sebagainya, sampaikanlah ya Allah kepada arwah


orang tua kami, guru-guru kami, kaum muslimin dan muslimat sedekah
yang mudah-mudahan diterima oleh Allah SWT. Sehingga Kamil
berpendapat bahwa surah Yasin bisa menjadi silah senjata untuk “addua
silahul mukmin” jadi kami memahaminya surah Yasin ini menjadi sebuah
doa, kekuatan doa kepada Allah SWT untuk mengabulkan hajat-hajatnya,
untuk menjadi wasilah.13
C. Praktik Pembacaan Surah Yasin
Dalam beribadah, Islam mewajibkan pemeluknya untuk selalu
dalam keadaan suci, baik suci dari hadas kecil maupun hadas besar. Dalam
tradisi pembacaan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin dibaca
setelah shalat Isya berjamaah setiap malam Jumat. Dalam pelaksanaan
shalat Isya untuk santri laki-laki yang menjadi imam adalah Kiai atau
Ustadz, sedangkan untuk santri putri yang menjadi imam adalah Ustadzah.
Setelah shalat jamaah selesai, dilanjutkan dengan dzikir setelah shalat Isya
yang dibaca secara bersama-sama. Dilanjutkan dengan pembacaan Yasinan,
pembacaan tersebut tidak hanya surah Yasin, tetapi ada beberapa bacaan
lainnya yang dibaca bersamaan dengan surah Yasin, seperti Tahlil, Ratib al-
Athas, dan rawi.14
Pembacaan surah Yasin oleh santri putra dilaksanakan di masjid
secara Bersama-sama, sedangkan santri putri membaca di aula putri secara
Bersama-sama. Sebelum membaca, santri dibagi perkelompok dan setiap
kelompoknya mendapatkan bacaan Rawi yang berbeda, namun untuk Yasin,
Tahlil, Ratib al-Athas semua kelompok mendapatkan bacaan tersebut.15

13
Ahmad Hafiz Kamil (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai.
14
Hani Rifqial Aini (Asatidzah Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 13 Oktober 2020, Jawa Barat.
15
Hani Rifqial Aini (Asatidzah Al-Awwabin), diwawancarai.
52

Setelah pembagian kelompok dan bacaan selesai, dilanjutkan


dengan Tawassul yang dibacakan oleh Ustadz/KH. Drs. H. Ahmad Muchtar
untuk santri putra. Dalam hal ini Tawassul tersebut disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya, para guru-guru,
dan orang yang yang mereka cintai yang telah meninggalkan mereka. Tidak
luput juga tawassul tersebut dikirimkan untuk keluarga santri yang berada
di rumah. sedangkan untuk santri putri dibacakan oleh Ustadzah Hani
Rifqial Aini. Setelah tawassul, dilanjutkan dengan pembacaan Yasin, Tahlil,
Ratib al-Athas, Rawi. Sedangkan rawi yang dibaca di antaranya Diba’, al-
Dhiya’ al-Lami, Simtu al-Dhurar, dan Barzanji tergantung giliran
kelompoknya dalam setiap malam Jumat.16
Pembacaan Yasin dan Tahlil dibaca kurang lebih selama satu jam,
sedangkan Ratibul Athas dibaca kurang lebih dua puluh menit. Menurut
salah satu tenaga pengajar di Pesantren bahwa antara santri putra dan santri
putri waktu bacanya lebih lama santri putra, menurutnya karena sudah dari
zaman dulu bahwa kalau santri putri tidak membaca Mahallu al-Qiyam.
Sedangkan dalam pembacaan rawi (antaranya Diba’, al-Dhiya’ al-
Lami, Simtu al-Dhurar, dan Barzanji) dalam setiap malam minggunya
berbeda sesuai dengan pembagian kelompoknya masing-masing, tetapi
untuk santri yang tidak mendapatkan kelompok pada minggu tersebut,
mengikuti apa yang dibaca oleh santri yang mendapatkan kelompok baca.
Setelah bacaan tersebut selesai, dilanjutkan dengan bacaan doa yang
dibaca oleh KH. Drs. H. Ahmad Muchtar untuk santri putra, sedangkan di
santri putri dipimpin oleh Ustadzah Hani Rifqial Aini.17

16
Nur Ardiyansyah (Asatidz Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 14 Oktober 2020, Jawa Barat.
17
Nur Ardiyansyah dan Hani Rifqial Aini (Asatidz dan Asatidzah Al-Awwabin),
diwawancarai.
53

Data santri yang ikut dalam rutinitas praktik pembacaan Yasinan


bagian putra, kelas satu MTs dua puluh satu orang, kelas dua MTs tiga puluh
tiga orang, kelas tiga MTs tiga puluh enam orang, kelas satu Aliyah sepuluh
orang, kelas dua Aliyah enam belas orang, kelas tiga Aliyahnya empat belas
orang.
Data santri putri yang ikut dalam rutinitas praktik pembacaan
Yasinan, kelas satu MTs dua puluh orang, kelas dua MTs tiga puluh tiga
orang, kelas tiga MTs dua puluh tiga orang, kelas satu Aliyah Sembilan
orang, kelas dua Aliyah tiga belas orang, kelas tiga Aliyah tujuh orang.
Sehingga jumlah santri putra yang ikut dalam rutinitas tersebut berjumlah
seratus dua puluh orang, sedangkan jumlah santri putri seratus lima orang.
D. Respon Santri terhadap Praktik Pembacaan Surah Yasin
Dalam sub ini, penulis membagi menjadi tiga bagian sesuai dengan
gender. Pertama, Laki-laki. Kedua, Perempuan, Ketiga Asatidz.
Setiap santri dalam memahami kegiatan pembacaan yasin memiliki
tujuan masing-masing dalam pembacaan Yasinan, santri yang memiliki
tujuan dan semangat tinggi yang tidak pernah absen ketika ada kegiatan
pembacaan yasinan. Ada beberapa faktor yang mendukung santri semangat
dalam mengikuti kegiatan ini, ada faktor internal dan faktor eksternal.
Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh santri ketika penulis
mewawancarainya, seperti yang diungkapkan oleh Halid Arya Atmaja
bahwa dia membaca Yasin untuk mengharap keberkahan dari Allah dan
melatih diri sebelum terjun ke masyarakat.18 Hampir sama dengan apa yang
diungkapkan oleh Ahmad Dzaki dan Deklan Ramadhan bahwa dia
membaca al-Qur’an agar bisa melatih diri membaca al-Qur’an khususnya
surah Yasin karena surah tersebut adalah surah yang sering dibaca oleh

18
Halid Arya Atmaja (Santri Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 14 Oktober 2020, Jawa Barat.
54

masyarakat.19 Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Diki Chairul


Fadilah, bahwa dia mengikuti tradisi Yasinan di malam Jumat agar dapat
menambah ilmu-ilmu baru yang sebelumnya tidak ia dapatkan ketika berada
di rumah.20
Sedangkan Najib Syafie berpendapat bahwa agar bisa memimpin
baca Yasin, Ratib, Maulid, ketika pulang ke rumah masing-masing.21 Dalam
hal ini, pendapat Najib hampir sama dengan pendapat Raihan yaitu agar bisa
mendalami kegiatan pembacaan surah Yasin dan agar menjadi terbiasa
sampai pada anak-anaknya.22
Berikut merupakan beberapa responden dari santri perempuan.
Beberapa santri memiliki pendapat yang sama seperti yang diungkapkan
oleh Syarifah dan Aliyah bahwa mereka mengikuti tradisi pembacaan Yasin
untuk mendekatkan diri kepada Allah.23
Adinda Zulfa R. Adinda menjelaskan tujuannya mengapa mengikuti
tradisi pembacaan Yasinan. “Tujuan saya mengikuti kegiatan Yasin yaitu
untuk mendoakan orang-orang yang kita cintai dan kita sayangi yang telah
mendahului kita dan juga untuk mendoakan hajat-hajat yang kita inginkan”
Jadi Adinda mengikuti tradisi pembacaan Yasinan untuk mendoakan orang-
orang yang telah meninggal dan lebih dulu mendahuluinya, serta untuk
memohon agar hajat-hajatnya terkabulkan. Dalam hal ini Choirunisa

19
Ahmad Dzaki (Santri Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan, Depok
14 Oktober 2020, Jawa Barat.
20
Diki Choirul Fadilah (Santri Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 14 Oktober 2020, Jawa Barat.
21
Najib Syafie, (Santri Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan, Depok
15 Oktober 2020, Jawa Barat.
22
Ahmad Raihan, (Santri Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad Syadan,
Depok 15 Oktober 2020, Jawa Barat.
23
Syarifah dan Aliyah (Santriwati Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 16 Oktober 2020, Jawa Barat.
55

Julianti juga menjelaskan bahwa dia mengikuti tradisi tersebut agar lebih
dekat dengan Allah.24
Rahmizatul Muna juga mengatakan bahwa tujuan mengikuti
rutinitas kajian Yasinan untuk mengikuti rutinitas umat Muslim pada
umumnya dan yang paling utama yaitu untuk mendapatkan pahala dan ridha
Allah serta diampuni segala dosa-dosanya. Uniknya ketika melihat
pandangan Tsalsa Fajriatul Izza Mengenai tradisi pembacaan Yasinan,
Tsalsa mengatakan bahwa dia mengikuti rutinitas tersebut untuk
mendapatkan pahala malam Jumat.25
Dari apa yang dijelaskan oleh para santri di atas bahwa tujuan
mereka mengikuti rutinitas Yasinan untuk mendapatkan pahala dan
mendoakan keluarga yang sudah meninggal.
E. Manfaat Pembacaan Surah Yasin Bagi Santri
Dalam tradisi pembacaan Yasinan yang biasa dilakukan oleh santri
di Pondok Pesantren Al-Awwabin setiap malam Jumat diyakini banyak
memiliki manfaat yang akan didapat oleh para pembacanya. Setiap santri
merasakan manfaat berbeda dari apa yang dibaca.
Beberapa santri yang memberikan penjelasannya terkait apa yang
sudah dirasakan setelah membaca surah Yasin, seperti yang diungkapkan
oleh Halid Arya Atmaja bahwa ketika selesai membaca surah Yasin, Halid
mengalami ketenangan dan ketentraman pikiran, apalagi ketika dia sudah
memasuki ujian akhir semester, dia menyempatkan membaca Yasin agar
tidak gelisah dan tidak buru-buru dalam mengerjakan soal. Menurutnya,
ketenangan dan ketentraman dalam setiap akitivitas kesehariannya sangat
penting, sehingga membaca Yasin menjadi salah satu solusinya agar

24
Choirunnisa Julianti (Santriwati Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 16 Oktober 2020, Jawa Barat.
25
Rahmizatul Muna (Santriwati Al-Awwabin), diwawancarai oleh Ahmad
Syadan, Depok 16 Oktober 2020, Jawa Barat.
56

pikirannya bisa tenang dan tentram.26 Hampir sama dengan apa yang
diungkapkan oleh Muhammad Dzaki Abirayya. Dzaki mengatakan selain
bisa menjadikan tenang, membaca Yasin juga untuk meningkatkan
kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW.27
Dari kedua santri tersebut, berbeda dengan apa yang dialami
Muhammad Ilyas Fajar R. Ilyas, selama mengikuti rutinitas Yasinan dia
tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan olehnya, dia hanya mengikuti
rutinitas Yasinan sebagai kewajibannya sebagai seorang santri di Pondok
Pesantren Al-Awwabin.28 Sedangkan Najib Syafi’i berpandangan bahwa
dengan membaca Yasin bisa mempermudah proses sakaratul maut,
meringankan siksa kubur.29
Rahmizatul Muna mengutip hadis Nabi:30
“Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai jantung (inti) dan
sesungguhnya jantung al-Qur’an adalah surah Yasin. Barang siapa
membacanya, maka seakan-akan ia telah membaca al-Qur’an 10 kali (HR.
ad-Dārimī dan At-Tirmiżī)”
Kesimpulan dari apa yang diikuti dari hadis tersebut bahwa pahala
orang yang membaca al-Qur’an akan dilipat gandakan oleh Allah.

26
Halid Arya Atmaja, diwawancarai.
27
Muhammad Dzaki Abirayya, diwawancarai.
28
Muhammad Ilyas Fajar R, diwawancarai.
29
Najib Syafi’i, diwawancarai.
30
Rahmizatul Muna, diwawancarai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap santri atau tenaga pengajar memiliki pemahaman yang
tentunya berbeda. Perbedaan tersebut didasari atas pengalaman-pengalaman
sendiri di saat atau setelah membaca tradisi tersebut. Tidak sedikit santri
yang memiliki pemahaman bahwa dalam tradisi pembacaan yasinan
didasarkan atas hadiah atau doa untuk orang-orang yang mereka sayangi
yang telah meninggal terlebih dahulu. Bukan hanya itu, alasan untuk
melatih diri sebelum terjun ke masyarakat juga menjadi salah satu alasan
dari santri Pondok Pesantren Al-Awwabin. Beberapa santri juga memiliki
alasan untuk menambah pahala malam jumat baik dari pahala dalam bacaan
Yasin maupun pahala dari bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad. SAW.
Sedangkan praktek pembacaan Yasinan di Pesantren Al-Awwabin
dilaksanakan di Masjid bagi yang santri putra dan di Mushalla bagi yang
santri putri. Pembacaan Yasin tersebut dibaca setelah shalat Isya secara
bersamaan dengan dibagi perkelompok. Sebelum dimulai, Kiai memimpin
Tawassul terlebih, lalu dilanjut dengan pembacaan Yasin, Tahlil, Ratib al-
Athas, Rawi. Sedangkan rawi yang dibaca di antaranya Diba’, al-Dhiya’ al-
Lami, Simtu al-Dhurar, dan Barzanji tergantung giliran kelompoknya
dalam setiap Malam Jumat.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari
bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis yakin bahwa
penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya.
Karena itu, penelitian ini tidak bisa dikatakan telah selesai sampai di sini,
masih banyak hal-hal yang dapat dikaji dalam penelitian lebih dalam lagi.

57
58

Penulis berharap masih ada mahasiswa yang bisa melanjutkan


penelitian ini lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syarif Hidayatullah “Kualitas Hadis Keutamaan Surah Yasin:


Perspektif Kaidah (Amalan Ringan Berpahala Besar)”. Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Al-Fatih, Almas Abyan, Surat Yasin, al-Waqi’ah, al-Mulk, dan al-Kahfi.


Cet I; Yogyakarta: Saufa, 2016.

Al-Jumayli, Shiddiq Halil, ad-Dur ar-Rasin fi Tafsir Surat Yasin. Beirut:


Dar-al-Kitab al-Ilmiyah, 2005.

Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin”, Skripsi


S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Azra, Azyumardi dkk, Ensiklopedi Islam. Cet. I; Jakarta: PT. Ichtiar van
Hoeve, 2001.

Chodjim, Achmad, Misteri Surah Yasin. Jakarta : Serambi, 2013

Dasteghib, Mengungkap Rahasia Surat Yasin, terj. Ibnu Fauzi al-Mudhar.


Depok: Qarina, 2003.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan


Hidup Kyai. Cet I; Jakarta: PT Matahari Bhakti, 1982.

Hasan Basri, Pesantren: Karakteristik dan Unsur-Unsur Kelembagaan,


dalam Abuddin Nata, (ed), Sejarah Perkembangan Lembaga-
lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo,
2001.

Hayat, Pengajian Yasinan Sebagai Strategi Dakwah NU Dalam


Membangun Mental dan Karakter Masyarakat, Walisongo 22, no. 2
. November, 2014.

Idham Hamid, “Tradisi Ma’baca Yasin Di Makam Annangguru


Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.
Camplagian Kab. Polewali Mandar”, Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin Filsafat dan Politik, UIN Alauddin, Makassar 2017.

Imam Musbikin, Istantiq al-Qur’an: Pengenalan Studi al-Qur’an


Pendekatan Iterdisipliner. Madiun: Jaya Star Nine,2016

63
64

M. Mansur, Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an, ed.


Sahiron

Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara


Utuh. Jakarta: Pustaka Mapan, 2009.

Nablur, Rahman Annibras, Lc, “Pembacaan Surah Yasin Dalam Ritual


Kematian Di Indonesia”, Tesis Agama dan Filsafat, UIN Sunan
Kalijaga, 2014.

Puput Murniati, “ Aspek Aspek Ma’ani Dalam Al-Qur’an Surat Yasin dan
Alternatif Pembelajarannya”, Skripsi S1 Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Purwokerto,
2017.

Rini Rofalia, “Pembacaan Yasin Fadilah Di Asrama Al-Hikmah Pondok


Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta”, Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, 2016.

Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet II; Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1996.

Siradj, Said Aqiel, Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan


Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Siti Masyitoh, “Kualitas Hadis-Hadis Dalam Tafsir Al-Azhar; Study Kritik


Matan Hadis Dalam Surah Yasin”, Skrispsi S1 Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Cet. II;
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.

Sumitri, “Pengalaman Agama Jama’ah Yasinan Putri Kadilopo Kulon


Salam Magelang”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan
Kalijaga, 2004.

Syamsuddin, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:


Teras 2007.

Zeni Nur Latifah, “Kualitas Hadis Dalam Tafsir Al-Ibriz (Kajian Kritik
Sanad Hadis Dalam Surah Yasin)”, Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Wawancara Santri Putra/i
Responden : 1
Nama : Halid Arya Atmaja
Umur : 16 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya, saya sering mengikuti pembacaan surah Yasin di Pondok Pesantren Al-
Awwabin. Alasan saya mengikuti kegiatan tersebut adalah selain menjalankan
kewajiban sebagai santri, manfaat dari pembacaan Yasin juga banyak dan kegiatan
tersebut juga merupakan satu hal yang sangat positif bagi saya.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya adalah mengharapkan berkah dari Allah Ta’ala lewat pembacaan
Yasin dan untuk melatih diri saya ketika terjun di masyarakat nanti.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaat yang saya terima sangatlah banyak, diantaranya setelah saya
membaca surah Yasin pikiran dan hati saya terasa lebih tenang.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ketika sedang berada di rumah, sesekali saya menyempatkan diri pada malam
Jumat membaca surah Yasin sendiri, terkadang juga bersama keluarga.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Sebelum masuk Pondok Alhamdulillah saya sudah dididik untuk membaca
surah Yasin, namun tidak setiap malam Jumat.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Alhamdulillah, tidak ada kendala yang saya alami dari pertama kali masuk
Al-Awwabin.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Ya, saya akan membiasakannya meski sudah lulus.

Responden : 2
Nama : Muhammad Dzaki Abirayya
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya, saya sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin. Alasannya karena saya suka
dengan kegiatan tersebut dan kegiatan tersebut yang selalu saya nantikan jika saya
berada di Pondok.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya agar saya bisa melatih membaca al-Qur’an khususnya surah
Yasin karena surah tersebut adalah surah yang sering dibaca oleh masyarakat
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Hati menjadi tenang, dan dapat menambah rasa cinta dan rindu kepada Nabi
Muhammad SAW
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Tidak, karena jika saya di rumah saya melakukan kegiatan seperti ini dihari
rabu (malam kamis)
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Tidak
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Tidak ada kendala apapun yang saya rasakan.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya terhadap kegiatan ini adalah supaya bisa terus dilakukan sampai
akhir zaman. Karena kegiatan ini menjadi tradisi bagi orang-orang yang beraqidah
Ahlusunnah wal jama’ah Al-Asy’ariyah As-Syafiiyah.

Responden : 3
Nama : Muhammad Ilyas Fajar R
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Iya, cuman saya sering tertidur pada saat kegiataan pembacaan surah Yasin
berjalan. Alasan saya ialah tertarik dan memang saya suka dengan kegiatan ini.
Kegiatan malam Jumat disini salah satunya adalah membaca Maulid, jadi saya ikut
untuk membiasakan diri, agar nanti ketika terjun ke masyarakat jadi tidak gerogi.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Agar supaya saya bisa baca dengan dengan lancar, karena sesuatu yang biasa
lama kelamaan akan terbiasa.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Saya sebenernya belum tau manfaat dari kegiatan pembacaan surah Yasin
yang diadakan oleh Pondok Pesantren ini, maka dari itu saya masih terus belajar dan
mencari tau jawabannya
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya kalau lagi teringat saja, tapi biasanya sih iya. Karena memang disuruh
terus, maksudnya di ingatkan oleh kedua orang tua saya.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Sering banget, karena sebelum saya masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin
saya menyempatkan diri ngaji bersama Ust Muhyi (Alumni Pondok Pesantren Al-
Awwabin) sambil membaca Yasin juga yang diadakan dirumah beliau.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Kendalanya hanya diwajibkan bagi santri untuk berpakaian rapih, suci,
berpeci asegaf dan juga gamis putih. Jika tidak mengikuti peraturan tersebut maka
santri disuruh berdiri sebagai hukumannya.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya terhadap kegiatan ini adalah jangan sampai kita para santri
melalaikan kegiatan yang sudah ada dari para kyai-kyai kita dijaman dahulu. Insya
Allah dengan kita mengingat tradisi ini maka kita akan jadi terbiasa membaca Yasin
dirumah, karena kalau sudah dirumah godaannya kuat (berat).

Responden : 4
Nama : Najib Syafi’i
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Saya sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin, karena sudah
menjadi program kegiatan pembacaan Yasin setiap malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuannya agar kita bisa memimpin baca Yasin ketika kita pulang ke rumah
lalu bisa memimpin baca Yasin, Ratib, Maulid, dan lain-lain ketika di masyarakat
nanti.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya adalah ketika kita membaca surah Yasin, jika dibacakan kepada
orang yang sakaratul maut maka akan mempermudah keluarnya ruh, meringankan
siksa kubur dan juga mendoakannya.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Tetap membaca Yasin, karena sudah terbiasa ketika di Pondok itu membaca
dan kita harus istiqomah dalam membaca Yasin di malam Jumat.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Sudah membacanya, karena kita dididik oleh orang tua kita sebelum masuk
Pondok membaca Yasin dan lain-lain.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Hambatan dan kendala yang dialami paling hanya pada saat sakit (udzur) dan
juga harus berpakaian rapih, serba putih dan juga mengenakan gamis.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Karena rutinitas setiap malam Jumat itu pembacaan Yasin. Kalo bisa kita
tambahkan lagi dengan pembacaan Tahlil, Ratib, dan Maulid. Supaya kita bisa lebih
mahabbah dan cinta terhadap baginda Nabi Muhammad SAW.

Responden : 5
Nama : Diki Choirul Fadillah
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya saya sering ikut serta dalam pembacaan surah Yasin. Karena melihat dari
aspek faedah-faedahnya dan dianjurkan untuk dibaca pada malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya mengikuti kegiatan ini, agar saya dapat menambah ilmu-ilmu
baru yang sebelumnya tidak saya dapatkan ketika saya berada di rumah.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Salah satu manfaat yang saya dapatkan ketika saya mengikuti kegiatan ini
adalah hati saya menjadi tenang, segala kesulitan yang berada di dalam hati juga
hilang dan di selamatkan dari fitnah dunia dan akhirat.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Kadang saya membacanya, dan kadang juga tidak. Tapi kalau di Pondok pas
malam Jumat, saya selalu membaca Yasin karena itu sudah menjadi kewajiban disini.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Tidak, karena saya belum mendalami tradisi malam Jumat.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Kendala yang saya rasakan selama mengikuti kegiatan ini adalah diwajibkan
bagi seluruh santri untuk membawa kitab-kitab yang sudah dijadwalkan, dan juga
semua santri kedapetan jadwal untuk memimpin kegiatan malam Jumat, dan
mengenakan pakaian suci dan berpakaian serba putih.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya, semoga kedepannya para santri yang sudah lulus dari pondok
dapat terus mempertahankan tradisi pembacaan surah Yasin yang sudah diajarkan di
Pondok Pesantren Al-Awwabin ini, agar tidak tergoda dengan kecanggihan teknologi
pada zaman sekarang ini.

Responden : 6
Nama : Ahmad Raihan
Umur : 18 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Sering pada saat malam Jumat, alasannya agar pembacaan Yasin ini untuk
dihadiahkan sampai ke para arwah-arwah keluarga, guru-guru, dan para saudara
mu’minin kita yang sudah tiada.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Agar mendalami kegiatan pembacaan surah Yasin ini, dan juga agar hal ini
terbiasa sampai keturunan-keturunan saya nanti.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya agar lidah kita fasih dengan membaca al-Quran, dan pada suatu
saat jikalau kita keluar Pondok maka nanti bisa memimpin acara-acara malam Jumat.
Manfaat yang saya rasakan setelah membaca Yasin adalah hati menjadi tenang.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Saya tetaplah baca Yasin, dan saya kalau tidak di Pondok saya suka baca
Yasin bersama keluarga saya.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Alhamdulillah saya sering membaca Yasin di rumah pada malam Jumat,
karena didikan ayah saya.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Alhamdulillah tidak ada, karena kendala santri biasanya belum lancar
membaca Yasin.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapannya agar tradisi pembacaan Yasin pada malam Jumat ini bisa terus
terlaksana, untuk meneruskan aliran-aliran yang baik (ahlusunnah wal jama’ah).
Perlu dilaksanakan agar membiasakan tradisi ini walaupun sudah keluar Pondok.

Responden : 7
Nama : Deklan Ramadhan
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah

Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya, sering. Alasan saya mengikuti kegiatan ini karena sudah menjadi
kebiasaan para santri pada malam itu, dan juga sudah ada sejak zaman dahulu.
Kendala seringkali tidak ikut kegiataan ini mungkin ada hambatan bagi diri saya
pribadi bisa jadi ngantuk atau malas.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuannya adalah agar bisa menjadi orang yang bisa memimpin di antara
keluarga, dan juga masyarakat, dan juga bisa ngajiin orang tua kita ketika telah tiada.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya yang sayar rasakan setelah membaca Yasin adalah menjadikan
kita terbiasa dengan membaca Yasin dan juga kita pun menjadi hafal.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Tepatnya ketika liburan, saya pribadi Alhamdulillah Tahaddusan binni’mah
mendalamkan pembacaan Yasin pada malam Jumat. Saya membaca sendiri-sendiri
dengan orang tua.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Alhamdulillah sebelum di Al-Awwabin, saya sering membaca Yasin pada
malam Jumat.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Alhamdulillah tidak ada buat saya. Tapi untuk adik-adik kelas yang belum
lancar membaca al-Qur’an, sangat dianjurkan mengikuti acara ini agar terbiasa dan
menjadi hafal.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya adalah terus dibiasakan untuk kedepannya. Tujuannya adalah
agar tradisi ini tetap terjaga untuk selamanya. Dan tidak hilang sebab sesuatu apalagi
ditambah dengan Maulid, jarang-jarang pondok diadakan Maulid karna Al-Awwabin
adalah Pondok yang berpegang teguh terhadap aliran-aliran Nahdlatul Ulama.

Responden : 8
Nama : Rahmizatul Muna
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Sering, karena sudah menjadi rutinitas atau kegiatan yang dilakukan pada
malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Untuk mengikuti rutinitas umat muslim pada umumnya, dan yang paling
utama yaitu untuk mendapatkan pahala, untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan
diampuni segala dosa-dosanya.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Hati menjadi tenang, dosa-dosa diampuni, mendapat pahala. Rasulullah SAW
bersabda : Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai jantung (inti) dan sesungguhnya
jantung al-Qur’an adalah surah Yasin. Barang siapa membacanya, maka seakan-akan
ia telah membaca al-Qur’an 10 kali (HR. ad-Darimi dan at-Turmudzi) maka jika
membaca Yasin akan mendapat pahala yang berlipat-lipat ganda.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Iya, ketika tidak di Pondok pun setiap malam Jumat saya tetap membaca
surah Yasin sendiri atau kadang-kadang bersama keluarga, karena membaca surah
Yasin pada malam Jumat sudah dibiasakan sejak saya kecil.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya sering.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Tidak ada kendala pembacaan surah Yasin di Al-Awwabin sudah baik dan
benar, tapi mungkin ada satu atau dua orang yang ketika memimpin pembacaan surah
Yasin masih ada kesalahan pada tajwidnya.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Menurut saya tradisi ini baiknya harus tetap dilakukan oleh umat muslim.
Saya pun jika sudah keluar dari Pesantren Al-Awwabin ini akan tetap membaca surah
Yasin ketika malam Jumat, karena banyak fadilah yang didapatkan. Orang tua saya
pun senantiasa mengingatkan saya untuk membaca surah Yasin ketika malam Jumat.

Responden : 9
Nama : Adinda Zulfa Rizkiyah
Umur : 17 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Iya, saya sering mengikuti kegiatan pembacaan Yasin di Pondok. Saya
mengikuti kegiatan ini karena sudah kewajiban saya sebagai seorang muslim maupun
santri untuk membaca surah Yasin, karena membaca Yasin juga untuk mendoakan
orang-orang yang dicintai atau disayangi telah mendahului kita. Jika saya tidak bisa
ikut kegiatan ini, karena saya sedang udzur syar’i, entah sakit maupun pulang.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya mengikuti kegiatan Yasin yaitu untuk mendoakan orang-orang
yang kita cintai dan kita sayangi telah mendahului kita, dan juga untuk mendoakan
hajat-hajat kita yang inginkan.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya, hati terasa lebih tenang dan lega, karena sudah mendoakan
orang-orang yang mendahului kita, bisa atau sudah mendoakan orang yang kita
sayangi dan masih banyak lagi.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Di rumah membaca Yasin terkadang sendiri, sering juga dengan keluarga.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya, dan selalu diusahakan untuk tetap istiqomah sampai seterusnya.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Tidak, tidak ada kendala sama sekali. Malah menjadi lebih semangat karena
ada pembacaan yang lain, seperti Rawi, Ratib dan Tahlil.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya, tetap dilakukan sampai kedepannya. Karena ini sudah saya
terapkan dalam diri saya sebagai kewajiban setiap malam Jumat untuk membaca
Yasin.

Responden : 10
Nama : Choirunisa Julianti
Umur : 16 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya, saya sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin. Alasan saya
mengikuti kegiatan tersebut karena memang kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan yang mewajibkan seluruh santri untuk mengikutinya, dan memang sudah
terbiasa membaca surah Yasin tiap malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya mengikuti kegiatan ini agar diri saya lebih dekat dengan Allah
dan mengamalkan Yasin dan Tahlil kepada orang yang telah mendahului saya.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaat yang dirasakan setelah membaca Yasin, hati saya menjadi lebih
tenang, dan juga lidah saya menjadi fasih karena sering melakukan kegiatan ini.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya, saya tetap membaca Yasin sendiri, walaupun sedang tidak berada di
Pondok.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Kendalanya jika santri tidak membawa kitab-kitab yang akan dibaca pada
malam Jumat, maka mereka disuruh berdirisebagai hukumannya.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya. Semoga
lebih khidmat lagi, dan lebih istiqomah dalam menjalankannya, dan saya akan terus
membiasakan diri untuk membacanya meski sudah keluar Pondok.
Responden : 11
Nama : Dhea Amalia
Umur : 16 Tahun
Pendidikan : Madrasah Aliyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Iya saya sering ikut serta dalam kegiatan membaca Yasin di Pondok. Karena
menurut saya, membaca Yasin di malam Jumat termasuk ke dalam rutinitas yang
wajib dilakukan, terkecuali adanya udzur (halangan), dan sudah menjadi kebiasaan
saya sejak kecil yang di ajarkan oleh orang tua saya untuk membaca Yasin setiap
malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Tujuan saya adalah mengharapkan ridho dari Allah SWT, agar bisa terbiasa
lidah saya bisa membaca kalimat-kalimat al-Qur’an terutama surah Yasin.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Untuk mendoakan ahli kubur, untuk bersosialisasi dengan banyak orang,
untuk menambah dan membiasakan diri dengan membaca maulid, dan agar bisa
mempraktekan atau mengamalkan di lingkungan masyarakat. Manfaat yang saya
rasakan setelah membaca surah Yasin adalah hati saya menjadi tenang.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya tetap membaca Yasin, terkadang sendiri dan terkadang juga bersama
anak-anak pengajian di rumah.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya sudah diajarkan oleh orang tua sejak kecil.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Kendalanya adalah kadang saya lupa membawa kitab-kitab yang akan nanti
dibacakan, karena setiap bulannya diagendakan baca-bacaan yang lain dan kitab yang
berbeda. Jika tidak bawa kitabnya, maka santri disuruh berdiri atas hukumannya.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harus terus dilakukan sebagai kegiatan wajib. Karena menurut saya, kegiatan
ini sangat positif sekali untuk santri kedepannya, agar bisa terus belajar cara
melancarkan bacaan-bacaannya terhadap al-Qur’an agar nanti pada saat terjun ke
masyarakat bisa memimpin kegiatan-kegiatan seperti memimpin acara Tahlilan, atau
pengajian bersama ibu-ibu. Walaupun sudah tidak di Pondok, tetapi membaca Yasin
harus terus diamalkan setiap malam Jumat.

Responden : 12
Nama : Syarifah Latifah
Umur : 15 Tahun
Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Ya, saya sering mengikuti kegiatan pembacaan Yasin ini di Pondok Pesantren
Al-Awwabin, alasan saya mengikuti kegiatan ini adalah menurut saya membaca
Yasin merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan di Pondok, alasan saya
tidak ikut serta kegiatan ini kalau saya sedang udzur (berhalangan).
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Untuk mendekatkan diri (taqqarub) kepada Allah SWT.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya sangat banyak, terutama ketenangan batin, mengirimkan doa
untuk orang-orang yang telah meninggalkan kita.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya, saya membaca Yasin sendiri dan bersama keluarga walau sudah tidak di
Pondok.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya, sudah terbiasa (sejak kecil) di bimbing oleh orang tua.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Kendalanya pada saat ada santri yang memimpin bacaan ini tapi belum begitu
lancar bacanya, dan juga saat berhalangan.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya adalah agar pembacaan Yasin ini terus dilakukan dengan baik
dan menjadi lebih baik, dan meskipun saya sudah keluar dari Pondok, Insya Allah
saya akan terus istiqomah dalam menjalankannya.

Responden : 13
Nama : Aliyah Ramadhani
Umur : 14 Tahun
Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Sering, karena membaca surah Yasin pada malam Jumat diwajibkan di
Pondok Pesantren Al-Awwabin. Alasan saya sering ikut kegiatan ini adalah memang
sudah kewajiban saya sebagai seorang santriwati untuk bisa memahami kandungan
surah tersebut.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Untuk melaksanakan kewajiban dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaatnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, mendapat pahala, dan juga
mendapatkan ridhonya.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya, saya sering membaca Yasin saat di rumah sendiri.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Sudah sering.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Ada kendalanya. Saat yang memimpin pembacaan Yasin hanya kelas 3 MTs
dan MA, dan belum terlalu lancar membacanya.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya adalah semoga tradisi pembacaan surah Yasin di Pondok
Pesantren tetap berjalan dan perlu diadakan, agar para santri-santri bisa menjadi
meneruskan perjuangan para kyai-kyai terdahulu. Walaupun saya sudah keluar dari
Pondok Pesantren, karena sangat dianjurkan membaca Yasin pada malam Jumat.

Responden : 14
Nama : Tsalsa Fajriatul Izza
Umur : 14 Tahun
Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah
Hasil Wawancara :
Tanya : Apakah anda sering mengikuti kegiatan pembacaan surah Yasin yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Awwabin ? jelaskan alasan anda mengapa
sering ikut atau seringkali tidak ikut serta.
Jawab : Sering, karena mengikuti peraturan yang telah dibuat, dan melakukan
kewajiban sebagai seorang santri. Ketidakikutannya paling pada saat saya udzur saja.
Tanya : Apa tujuan anda mengikuti kegiatan ini ?
Jawab : Agar mendapat pahala sunah di malam Jumat.
Tanya : Apa saja manfaat kegiatan ini bagi anda ? manfaat yang dirasakan setelah
membaca Yasin.
Jawab : Manfaat kegiatan ini bagi saya adalah bisa mendoakan orang-orang yang kita
sayangi yang telah meninggalkan kita. Manfaat yang saya rasakan setelah membaca
Yasin merasa lebih dekat kepada Allah, dan menjadikan diri menjadi lebih istiqomah.
Tanya : Jika pas malam Jumat dan anda sedang tidak berada di Pondok, apakah anda
juga membaca surah Yasin ini ? sendiri atau bersama keluarga ?
Jawab : Ya, saat bersama keluarga.
Tanya : Apakah sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Awwabin sudah sering baca
Yasin pada saat malam Jumat ?
Jawab : Iya sudah diajarkan oleh ayah saya.
Tanya: Apakah anda merasakan ada kendala yang dialami dalam mengikuti kegiatan
ini ? misalnya, ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok belum bisa anda penuhi,
sehingga anda belum bisa mengikuti kegiatan Yasinan dengan baik ?
Jawab : Ada kendalanya. Saat saya lupa membawa kitab lalu disuruh berdiri, kendala
di santri hanya saat membacanya saja yang masih belum lancar.
Tanya : Apakah harapan anda terhadap tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan dan anda akan terus membiasakan membacanya meski
sudah keluar Pondok atau merasa tidak perlu sehingga perlu diganti dengan yang
lain ?
Jawab : Harapan saya, semoga bisa diteruskan pada generasi selanjutnya. Meskipun
saya sudah lulus dari Pondok, saya akan tetap membiasakannya saat di rumah.
Responden : 15
Nama : Drs. H. Fathhurrachman
Umur : 55 Tahun
Pendidikan : S2
Jabatan : Musyrif Tholabah
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Sejak mulai aktif setelah didirikan, tahun 1982. Peristiwa yang
melatarbelaknginya adalah untuk menanami pendidikan semangat spiritual agama
bagi santri.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Bagi santri agar membiasakan diri untuk berdzikir kepada Allah, tujuannya
Pesantren ingin menciptakan satu generasi yang mengamalkan nilai-nilai agama.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Ada, tapi saya agak lupa dalilnya. Tapi dalam hadist Nabi dikatakan
“Rasulullah SAW bersabda : Bacalah al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan
syafaat pada hari kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal). (H.R. Ahmad)”.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Iya ada, sebenernya bukan hanya surah Yasin saja yang dibaca, tetapi surah
al-Kahfi, surah al-Ikhlas, surah an-Nas dan lain-lain. Cuma karena yang umumnya
hanya surah Yasin saja jadinya Yasin saja. Faedah dan fadhilah yang diperoleh itu
ialah hati kita menjadi tenang, segala hajat-hajat yang kita inginkan terkabul.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Iya pernah berhenti kalau ada acara-acara tertentu, seperti acara ujian di
Pesantren. Kalau saat santri libur membaca surah Yasin ditiadakan.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Sangat respon, dan juga meningkat dan semakin semangat. Alhamdulillah
kegiatan ini bisa tercapai karena kegiatan di malam Jumat berjalan dengan lancar
sampai selesai acara satupun santri tidak ada yang meninggalkan majelis.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Manfaat bagi santri, paling tidak santri secara rohaninya lebih tentram dan
damai dan merasa senang. Siraman rohaninya terpenuhi.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Tidak ada syarat. Pokoknya setiap habis sholat maghrib langsung mulai
kegiatan malam Jumatnya.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Masih perlu dilakukan dan ditambah dzikir-dzikir yang lain, dzikir yang
disusun oleh Alm Abuya KH Abdurrahman Nawi selaku pendiri Pondok Pesantren
ini dibuat sebagai tambahan untuk tidak sekedar baca Yasin saja.

Responden : 16
Nama : Drs. H. Ahmad Muchtar
Umur : 63 Tahun
Pendidikan : S1
Jabatan : Ketua Umum Pondok Pesantren Al-Awwabin
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Tradisi Yasinan itu memang di Pesantren-pesantren Nahdliyin tiap malam
Jumat ada acara-acara barzanjiyan, maulid, tahlil di malam Jumat, karena memang
Yasin itu sebagai jantung al-Qur’an memang disarankan kita untuk menghidupkan
malam Jumat itu dengan membaca Yasin, bukan hanya surah Yasin saja melainkan
surah al-Kahfi. Karena menurut saya sebetulnya ini bukan tradisi melainkan sunnah
atau perintah. Secara otomatis pas berdirinya Pesantren ada anak-anaknya di mulai,
yang melatarbelakanginya memang kita menginginkan suatu keberkahan daripada
surah Yasin agar anak-anak mudah menghafal, terang hatinya.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Yasin ini khasiatnya banyak sekali, yasin itu juga digunakan untuk terang
hati, mengalirnya rezeki untuk orang tua kita di rumah, mempermudah bagi anak-
anak santri untuk memperoleh ilmu, dan mengirimkan doa untuk orang yang sudah
meninggal itu akan sampai doa kita, itu menurut ahlusunnah wal jama’ah. Kita
menginginkan anak-anak santri hadir di Al-Awwabin ini biar ada limpahan akibat
baca Yasin itu ada kemudahan rizki untuk orang-orang yang di rumah itu diantaranya.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Ada hadist Nabi yang berkata “Bacakan pada orang meninggal itu baca surah
Yasin”. Dan lagi di dalam kitab tafsir Yasin dan muqaddimahnya itu ada beberapa
penjelasan-penjelasan keutamaan tahlil. Jadi di setiap surah itu ada mempunyai
fadhilah-fadhilahnya, lalu di rangkum oleh para habaib dan ulama dijadikan satu buku
namanya “Yasin fadhilah”, kalo kita punya hajat kita kumpulkan orang 40, lalu kita
baca ramai-ramai untuk dikabulkan hajat itu merupakan sesuatu yang sunnah.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Sebetulnya surah Haamim, ad-Dukhon, Tabarok dan al-Waqiah itu
mempunya ke khususan-ke khususan. Kalo kita ingin dapat rizki sering baca surah
al-Waqiah, surah al-Kahfi di hari Jumat Allah kasih cahaya dari Jumat sekarang
hingga Jumat yang akan datang. Lalu kenapa memilih surah Yasin, karena Yasin
merupakan dari jantungnya al-Qur’an karena ini sudah masyhur di kalangan ulama
untuk kita membaca Yasin, untuk mendapat keberkahan. Kenapa tidak surah yang
lain, bisa saja surah yang lain cuman keperuntukannya itu untuk surah Yasin ada
kelebihan-kelebihannya.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Rutin dilaksanakan.Tidak ada kata berhenti untuk membaca al-Qur’an
bahkan pada saat covid seperti ini lebih dilancarkan lagi, karena surah Yasin juga bisa
menolak bala. Jadi bukan hanya malam Jumat saja, memang malam Jumat itu beda
karena malam Jumat malam yang penuh keberkahan ada saat-saat tertentu doa kita
dikabulkan alangkah baiknya kita isi dengan pembacaan surah Yasin.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Setiap santri itu memiliki banyak latar belakang yang berbeda-beda dari
orang tuanya, ada yang orang tuanya tidak tahu atau masih awam, jadi kehidupannya
tidak pernah mendengar lantunan-lantunan surah Yasin. Antusiasme para santri disini
meningkat karena ada pembimbing yang bisa mengajarkan para santri untuk terbiasa
membaca surah Yasin. Dan Alhamdulillah kegiatan ini tercapai.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pes antren Al-Awwabin ?
Jawab : Yasin ini bisa membantu kelancaran rizki orang tua, bisa membantu mereka
ketenangan di Pondok. Beda terkadang untuk orang yang tidak membaca Yasin, hati
jadi tidak tenang, galau dan sedih.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Kendalanya ada pemahaman yang berbeda antara pada saat anak santri di
rumah dan pada saat anak santri di Pesantren. Anak-anak pasti ada yang bercanda
pada saat acara di mulai, ada yang tidur karena ngantuk. Kalau sudah begini kami
selaku para pembimbing akan ngasih tahu mereka secara pelan-pelan dan lebih sabar
lagi dalam menangani anak-anak santri.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Itu kembali kepada kedisplinan bagi para santri, Pondok menjadwalkan untuk
malam Jumat minggu pertama membawa kitab-kitab yang sudah di tentukan. Kadang
kalau ada yang melanggar itu disetrap atau dihukum.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Tetap perlu dilakukan, karena malam Jumat itu sudah menjadi malam yang
baku ada maulid, ada baca Yasin, ada baca Tahlil tidak bisa dirubah karena sudah
menjadi yang baku. Karena kedengarannya aneh kalo di Pesantren malam Jumat tidak
ada acara pembacaan surah Yasin dan lain-lain, kecuali Pesantren-pesantren yang lain.

Responden : 17
Nama : Ahmad Hafiz Kamil
Umur : 42 Tahun
Pendidikan : S1
Jabatan : Guru/Ustadz
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Sejak Pondok Pesantren Al-Awwabin didirikan sekitar tahun 1985. Untuk
peristiwa yang melatarbelakanginya itu tidak ada, tapi itu sudah menjadi tradisi
ahlusunnah wal jama’ah dan orang-orang tua kita dulu dan ulama-ulama salaf itu tiap
malam Jumat baca surah Yasin, tahlil, maulid dan lain-lain.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Tujuannya biar santri keluar dari Pondok Pesantren bisa memimpin tahlil,
bisa memimpin baca maulid. Karena tidak dipungkiri Tahlil, maulid dan baca ratib
itu diantara ilmu-ilmu dzohir kalau kita pulang ke rumah biasanya orang disuruh
mimpin tahlil dulu, mimpin maulid dan yasin. Kemudian untuk Pesantren sendiri biar
tambah syiar, tambah berkah dengan pembacaan Yasin dan juga berkah untuk santri.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Ada riwayat hadis Abu Daud yang menjelaskan keutamaan membaca surah
Yasin, apalagi di malam Jumat ”Barang siapa orang yang membaca surah Yasin dan
surah al-Saffat di malam Jumat, maka Allah akan mengabulkan permintaannya”
untuk di Al-Awwabin bukan hanya surah Yasin saja, ada sholawat, ada qasidah, ada
maulid. Memang ada anjuran juga dari nabi “perbanyaklah kalian akan membaca
sholawat dan pujian-pujian kepada Nabi pada malam Jumat dan hari Jumatnnya,
karena kalau kita perbanyak sholawat nanti Nabi akan memberikan kita pertolongan
di hari akhir nanti” apalagi malam Jumat Sayyidul Ayyam dianjurkan membaca surah
Yasin, surah al-Kahfi, surah al-Saffat, sholawat dan macam-macam ibadah lainnya.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Intinya mau baca surah Yasin kapan saja bisa, kenapa malam Jumat karena
yang pertama berdasarkan penjelasan yang tadi saya jelaskan, lalu yang kedua kita
ikuti orang tua kita yang dulu baik-baik. Apalagi dalam sebuah hadist mengatakan
“Karena Yasin itu jantungnya al-Qur’an” atau Yasin itu apa yang kita niatkan, kalau
kita baca malam apapun khususnya malam Jumat Insya Allah untuk para santri yang
sedang belajar agar dimudahkan menuntut ilmu, dipahami menuntut ilmu, dan juga
diberikan kemudahan bagi orang tua di rumah mencari rizkinya.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Tradisi ini rutin dilaksanakan tiap malam Jumat, selama masih ada santri
tetap menjalankan tardisi malam Jumatan, walaupun santri ketika pulang kita
anjurkan kepada seluruh santri agar pembacaan surah Yasin sepatutnya dilakukan di
rumah masing-masing. Untuk pembacaan Yasin di Pondok Pesantren tetap
berlangsung karena disini ada jadwal jaga Pondok dimana para santri yang berjaga
tetap membaca surah Yasin di Pondok Pesantren Al-Awwabin. Adapun berhenti
hanya pas liburan Idul Fitri karena semua santri dan guru-guru pada pulang.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Meningkat. Karena semua santri bisa kedapatan jadwal mereka sendiri di tiap
malam Jumat yang berbeda. Ada yang memimpin Yasin, ada yang memimpin maulid,
ada yang memimpin qosidah dan macam-macam. Alhamdulillah tujuan target ini
tercapai, banyak santri-santri yang sudah lulus dari Pesantren selain bisa menguasai
kitab kuning, minimal dia bisa mimpin tahlil dan lain-lain.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Manfaatnya banyak, untuk memudahkan untuk menuntut ilmu, memudahkan
rezeki untuk orang-orang tua kita di rumah karena dibantu dengan doa-doa pada
malam Jumat, di niatkan dengan niat masing-masing.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Untuk kendalanya tidak ada dan Alhamdulillah lancar-lancar saja.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Bagi santri-santri yang ingin mendapat tugas bacaan apapun khsusunya
malam Jumat itu dia wajib mempersiapkan dirinya, karena nanti ada kelompok-
kelompoknya lalu dibagi-bagi tugasnya disetiap ketua kelompok tersebut. Jadi ketika
dia tampil dan membaca Yasin meminimalkan kesalahannya. Dari kelas 1 MTs
sampai 3 MA.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Harus dipertahankan. Bahkan harus lebih bagus lagi, kedepannya agar lebih
baik lagi. Selain pembacaan Yasin di Pondok Pesantren Al-Awwabin ini kita juga
pernah hatamkan tiap sebulan sekali baca Syekh samman, kadang-kadang baca
Qosidah Burdah, kemudian kita baca Aqidatul Awam. Dan itu semuanya agar santri
tidak buta dan tradisi-tradisi itu lebih ditingkatin lagi.

Responden : 18
Nama : Julcham Muslihun
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : S1
Jabatan : Guru/Ustadz
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Awwabin didirkan, itu pada
tahun 1982. Bahkan ketika saya baru masuk Pesantren Al-Awwabin pun tradisi ini
sudah rutin dilaksanakan tiap malam Jumat.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Tujuannya adalah menjalankan anjuran Rasul SAW dan mengikuti jejak para
salaf sholih.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Keutamaan membaca surah Yasin sendiri ditegaskan dalam sebuah hadits
riwayat Abu Daud “Barangsiapa membaca surah Yasin dan al-Shaffat di malam
Jumat, Allah mengabulkan permintaannya.” (HR Abu Daud dari al-Habr). Al-
Manawi menegaskan bahwa hadits ini tergolong hadits yang sanadnya terputus.
Berikut ini bunyi statemen al-Manawi dalam kitabnya yang fenomenal, Faydl al-
Qadir, komentar atas kitab al-Jami’ al-Shagir: “Ketahuilah bahwa yang terlintas di
pikiran banyak orang, bahwa tidak adabacaan yang dianjurkan di malam Jumat
kecuali surah al-Kahfi, membacanya sudah menjadi amaliah di beberapa surau dan
madrasah. Anggapan demikian tidak benar. Sesungguhnya terdapat beberapa hadits
tentang anjuran membaca surah selain al-Kahfi di malam Jumat dan hari Jumat. Di
antaranya hadits riwayat al-Taimi dalam kitab al-Targhib, barangsiapa membaca
surah al-Baqarah dan Ali Imran di malam Jumat, ia mendapat paha sebesar sesuatu
di antara bumi ketujuh dan langit ketujuh. Ini adalah hadits yang aneh dan sangat
lemah. Dan hadist Imam Abu Daud dari al-Habr, barangsiapa membaca surah Yasin
di malam Jumat, Allah mengabulkan permintaannya, di dalam hadits ini terdapat
sanad yang terputus.” (Abdul Ra’uf al-Manawi, Faydl al-Qadir, Juz 6 Hal.258).
Meskipun kualitas sanad hadits tentang keutamaan bacaan surah Yasin ini tergolong
lemah, namun tetap dianjurkan dan dapat diamalkan isi kandungannya. Sebagaimana
ditegaskan oleh ulama bahwa hadits-hadits lemah boleh diamalkanuntuk hal-hal yang
berkaitan dengan keutamaan amal asalkan bukan tergolong hadits maudlu’ (palsu).
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan: “Dan merupakan ketetapan bahwa hadits
dla’if, mursal, munqathi’, mu’dlal dan mauquf dapat dipakai untuk keutamaan amal
menurut kesepakatan ulama.” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatawa al-kubra al-
Fiqhiyyah, Beirut, Dar al-Fikr, 1983 M, Juz 2, Hal.53). Demikianlah dalil keutamaan
membaca surah Yasin di malam Jumat.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Tentunya kami memilih surah Yasin bukan dengan maksud untuk
menggunggulkan surah Yasin dari surah-surah lain, hanya saja di pilih surah Yasin
karena ada hadits dari Rasul SAW. Artinya Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya
setiap sesuatu mempunyai hati, dan hati nya al-Qur’an adalah surah Yasin. Dan
barang siapa membaca surah Yasin, Allah mencatat pahala bacaan nya seperti
membaca al-Qur’an 10 kali. Hadits riwayat Tirmidzi dari Anas bin Malik.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Tradisi ini Alhamdulillah terus menerus dijalankan, bahkan ketika liburan,
karena memang di Pondok kami ada jadwal jaga bagi santri ketika liburan.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Berhubung kegiatan selain ngaji kitab kuning di Pondok kami hanya pada
malam Jumat dan malam Minggu, maka santri sangat menikmati kegiatan dua malam
itu, seolah hiburan bagi mereka, melepas penat dari huruf-huruf gundul.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Manfaat yang paling dirasakan adalah paling tidak mereka terbiasa membaca
Yasin di malam Jumat ketika mereka pulang ke rumah, mengingat di zaman sekarang
jarang sekali yang istiqomah membaca al-Qur’an, jangankan harian, mingguan aja
jarang.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Tidak ada kendala sama sekali, semua berjalan dengan baik, dan santri
menikmati kegiatan ini.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Tidak ada syarat khusu untuk mengikutinya, hanya saja bagi santri yang baru
masuk, sekitar 1 tahun mereka di pisah tidak ikut gabung bersama santri lama yang
lain, untuk mendapat bimbingan khusus dalam membaca Yasin atau lainnya.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Tentunya kami berharap agar tradisi pembacaan surah Yasin terus langgeng
dan berjalan dengan baik.

Responden : 19
Nama : Abdurrahman, M. Pd
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : S2
Jabatan : Guru/Ustadz
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Tradisi Yasinan di Pesantren Al-Awwabin sudah ada sejak pertama kali
Pesantren ini berdiri. Sebab Pesantren Al-Awwabin adalah salah satu Pesantren
Ahlusunnah Wal Jama’ah di kota Depok dengan madzhab Imam Syafi’i.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Tujuan dari kegiatan ini bagi santri adalah membiasakan diri mereka dalam
melakukan amaliah-amaliah Ahlusunnah Wal Jama’ah, sehingga ketika nanti mereka
keluar dari Pesantren, tetap terbiasa dengan amaliah tersebut.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Seorang sahabat pernah mengadu kepada Rasulullah perihal seorang sahabt
selalu membaca surah al-Ikhlas dalam sholatnya. Rasulullah SAW bertanya, “Apa
alasanmu ?”. Sahabat itu menjawab, “Aku cinta surah al-Ikhlas wahai Rasulullah.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda setelah mengetahui alasan sahabat itu,
“Cintamu kepada surah al-Ikhlas akan memasukkanmu ke dalam surga.” (Hadits
Bukhori). Artinya, mengkhususkan bacaan surah pada wkatu tertentu karena cinta
kepada surah itu adalah diperbolehkan oleh Rasulullah SAW.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Iya ada. Dahulu tradisi di Pesantren ini setiap malam Jumat selalu membaca
surah Yasindan al-Kahfi. Belakangan ini hanya surah Yasin saja.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Iya, rutin dilaksanakan jika santri ada di Pondok. Jika liburan, tidak ada
pembacaan Yasin.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Respon santri sangat antusias dalam melakukan amaliah seperti ini.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Agar santri terbiasa mengamalkan amaliah Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Para santri diwajibkan berpakaian putih, gamis putih, peci putih.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Tidak perlu diganti dengan yanglain. Tapi perlu dibaca setiap malam Jumat.

Responden : 20
Nama : Zaim Najibuddin Rahman
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : S1
Jabatan : Guru/Ustadz
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Saat saya mondok dan belajar di sii, tradisi Yasinan sudah ada. Nampaknya
tradisi ini sudah ada sejak saat Pondok ini didirikan. Ini tidak lepas dari peran pendiri
Pondok Pesantren, Almaghfurlah Abuya KH. Abdurrahman Nawi yang turut andi
dalam menjaga dan melestarikan tradisi Yasinan.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Untuk memperkenalkan dan membiasakan santri di dalam menghidupi
malam Jumat dengan cara mengisinya dengan ibadah. Salah satu bentuk ibadah yang
bisa dilakukan adalah pembacaan Yasin. Bagi Pesantren, ini bertujuan untuk
melestarikan tradisi turun menurun, yang selanjutnya menjadi ciri khas dari adanya
sebuah Pesantren.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Ada.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Tentu ada banyak fadilah yang didapatkan dari pembacaan surah Yasin. Ada
juga pembacaan surah al-Kahfi pada saat menjelang ibadah shalat Jumat.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Setiap seminggu sekali di malam Jumat, tradisi ini dilakukan. Di beberapa
kesempatan kegiatan ini berhenti, seperti pada saat Pondok tengah memasuki waktu
ujian. Di sini ujian Pondok diadakan pada malam hari setelah sholat Maghrib, bila
santri pulang pada liburan semester, biasanya tetap ada pembacaan Yasin oleh santri
yang berjaga di Pondok.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Antusiasme mayoritas santri tentu fluktuatif. Hal itu barangkali wajar, karena
yang namanya santri, semangatnya kadang naik dan turun. Tentu tercapai. Minimal
santri diperkenalkan dengan adanya tradisi yang baik ini.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Menimbulkan semangat beribadah yang disebabkan oleh pelaksanaannya
yang dilakukan secara bersama-sama. Selain itu, pembiasaan pembacaan Yasin
menyebabkan santri-santri dapat mengahafalnya di luar kepala, tanpa harus susah-
susah mengahafalnya.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Kendalanya sama seperti saat belajar. Kadang ada santri yang sedang tidak
bersemangat atau malas. Oleh karena itu, di antara tujuan lain mengapa pembacaan
Yasin perlu diadakan seminggu sekali, agar tercipta suatu pembiasaan-tradisi yang
terus menerus mengarahkan santri untuk membaca Yasin di waktu yang sudah
ditentukan, dalam hal ini malam Jumat.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Memakai baju yang suci dan baik serta dalam keadaan suci.
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Tetap dipertahankan sebagaimana adanya.

Responden : 21
Nama : Imamuddin Muchtar
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : S1
Jabatan : Guru/Ustadz
Hasil Wawancara :
Tanya : Sejak kapan tradisi yasinan dipesantrenan ini dimulai ? apa peristiwa yang
melatarbelakanginya ? mohon dijelaskan jika ada.
Jawab : Sejak awal didirikannya Pondok Pesantren, sebab itu adalah tradisi baik
turun-temurun dari salafunassholih.
Tanya : Apa tujuan dari kegiatan ini, bagi santri dan juga Pesantren sendiri ?
Jawab : Membiasakan kebaikan di malam Jumat dan menjadi benteng diri bagi para
santri dan Pesantren itu sendiri.
Tanya : Apa ada tuntunan dalil bagi kegiatan membaca surah Yasin ini ?
Jawab : Ada, sangat banyak.
Tanya : Mengapa memilih surah Yasin yang dibaca ? apakah ada faedah dan fadhilah
yang diperoleh ? apakah selain Yasin ada pembacaan surah lain di waktu yang
berbeda ?
Jawab : Alasan mengapa memilih surah Yasin adalah karena Yasin itu jantungnya al-
Qur’an dan ada sebuah riwayat “Barangsiapa yang membaca Yasin, maka akan jadi
obat bagi orang yang membacanya, begitu juga untuk orang yang dibacakan Yasin.
Fadhilahnya banyak sekali, di antaranya Allah akan mengabulkan semua
permohonan seorang hamba ketika membaca Yasin. Apalagi untuk santri, sangat
diwajibkan untuk pembiasaan ketika sudah bermasyarakat. Biasanya, surah al-Kahfi
di malam Jumat.
Tanya : Apakah tradisi ini rutin dilaksanakan ? tiap pekan di malam Jumat ? atau
pernah berhenti karena alasan tertentu. Bagaimana saat santri libur dan pulang semua,
apakah tetap berlangsung ?
Jawab : Rutin dilaksanakan tiap pekan di malam Jumat. Ketika santri libur atau
pulang, maka kegiatan dilaksanakan sendiri-sendiri tanpa harus berkumpul di masjid.
Tanya : Bagaimana antusiasme atau respon santri terhadap tradisi Yasinan ini
menurut Ustadz ? meningkat atau menurun, atau jumlahnya relatif ? dan apakah
ustadz bisa menilai bahwa tujuan kegiatan ini bisa tercapai ? mohon dijelaskan.
Jawab : Antusiasnya sangat tinggi. Yang menyebabkan antusias tinggi itu adalah
mereka dapat berkumpul bersama membaca Yasin dan lain-lain di malam Jumat.
Tanya : Menurut ustadz apa kira-kira manfaat yang dirasakan oleh santri dari
pembacaan surah Yasin pada kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren Al-Awwabin ?
Jawab : Manfaat batin. Santri bisa menghadiahkan pahala kepada leluhurnya. Dan
juga bermanfaat untuk keberlangsungan santri selama menimba ilmu di Pondok
Pesantren Al-Awwabin.
Tanya : Apakah menurut ustadz ada kendala yang dialami oleh santri ketika diadakan
pembacaan surah Yasin sehingga meleset dari tujuan yang ingin dicapai ?
Jawab : Banyak santri yang mengobrol, sehingga mereka tidka ikut membaca Yasin
bersama.
Tanya : Apakah ada syarat khusus yang ditetapkan Pondok agar santri bisa mengikuti
kegiatan Yasinan di Pondok Pesantren ?
Jawab : Biasanya para santri diminta untuk memakai peci putih dan pakaian putih
(baju koko atau gamis)
Tanya : Apakah harapan ustadz untuk tradisi pembacaan surah Yasin kedepannya,
apakah masih perlu dilakukan atau diganti dengan yang lain ?
Jawab : Harapannya adalah kegiatan semacam ini tetap eksis dan dijaga. Sebab ini
adalah suplemen batin untuk para santri.

Anda mungkin juga menyukai