Anda di halaman 1dari 7

Letak Geografis Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan tiga
negara yaitu Malaysia, Singapura, dan Vietnam di laut. Provinsi ini memiliki 2 (dua) Kota
dan 4 (empat) Kabupaten yakni Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Kepulauan Riau. Provinsi ini memiliki luas wilayah
251.810,71 km yang sebagian besar yakni 95,97 persen atau 241.251,30 km2 merupakan
perairan dan terdiri dari gugusan kepulauan sebanyak 1.062 pulau. Provinsi Kepulauan Riau
memiliki batas wilayah di sebelah Utara dengan Laut Cina Selatan; di sebelah Timur dengan
Negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat; di sebelah Selatan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi; dan; di Sebelah Barat dengan negara Singapura,
Malaysia, dan Provinsi Riau.Ibukota provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di
Tanjungpinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut, dan udara yang
strategis, dan terpadat pada tingkat internasional serta pada bibir pasar dunia yang memiliki
peluang pasar.
Titik tertinggi di Kepulauan Riau adalah Gunung Daik (1.165 mdpl) yang terdapat di pulau
Lingga.
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun
2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota
Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.
Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 42
Kecamatan serta 256 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana
40% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di
mana 95% - nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat, dengan batas
wilayah sebagai berikut :
Utara dengan Vietnam dan Kamboja
Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi
Barat dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau
Timur dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat
Dengan letak geografis yang strategis (antara Laut Cina Selatan, Selat Malaka dengan
Selat Karimata) serta didukung potensi alam yang sangat potensial, Provinsi Kepulauan Riau
dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia
dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau (Batam, Bintan, dan
Karimun) tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura.
Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun, merupakan bentuk kerjasama
yang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan partisipasi dunia usaha. KEK
ini nantinya merupakan simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi unggulan, yang didukung
baik fasilitas pelayanan prima maupun kapasitas prasarana yang berdaya saing internasional.
Setiap pelaku usaha yang berlokasi di dalamnya, akan memperoleh pelayanan dan fasilitas
yang mutunya dapat bersaing dengan praktik-praktik terbaik dari kawasan sejenis di Asia-
Pasifik.
Administratif dan Geografis
Terdapat 4 (empat) kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah laut
Singapura, Malaysia, dan Vietnam antara lain : (1) Kab. Kepulauan Riau, (2) Kabupaten
Karimun, (3) Kota Batam, dan (4) Kabupaten Natuna
Lintas Batas
Berdasarkan kesepakatan dengan Malaysia telah disepakati titk-titik yang menjadi
perlintasan batas antara Indonesia-Malaysia di Provinsi Kepuluan Riau.Keberadaan Pos
Lintas Batas (PLB) dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) beserta fasilitas Bea Cukai,
Imigrasi, Karantina, dan Keamanan (CIQS) sebagai pintu gerbang yang mengatur arus keluar
masuknya orang dan barang di wilayah perbatasan sangat penting. Sebagai pintu gerbang
negara, sarana dan prasarana ini diharapkan dapat mengatur hubungan sosial dan ekonomi
antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat di wilayah negara tetangganya. Jumlah
sarana dan prasarana PLB, PPLB, dan CIQS serta jumlah aparat di pos-pos wilayah
perbatasan tersebut masih minim. Dari keseluruhan PLB yang ada, PLB Belakang Padang di
Batam dan PLB Tarempa di Natuna merupakan PLB yang juga berfungsi sebagai tempat
perlintasan internasional dan dilengkapi Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)
Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
Penduduk Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005 (Supas, 2005) sebanyak 1,27 juta
jiwa, dengan penyebaran tertinggi berada di Kabupaten Kota Batam sebanyak 48%%, dan
paling sedikit berada di Kabupaten Lingga sebanyak 7%. Laju pertumbuhan penduduk
provinsi antar tahun 2000-2005 sebesar 4,99%, Penduduk yang menempati wilayah
perbatasan sebanyak 80% dari penduduk Provinsi Riau Kepulauan, dan tersebar di 5
kabupaten/kota.Kondisi pendidikan berdasarkan indikator Angka Melek Huruf, relatif cukup
baik (di atas 90%), terutama di Kota Batam sebesar 98,8%. Kabupaten Lainnya yang
menempati wilayah perbatasan, memiliki angka melek huruf antara 92,9%-95,3%, dan masih
berada di bawah rata-rata provinsi sebesar 96%
Berdasarkan indikator Rata-rata lama sekolah di kabupaten yang berada diwilayah
perbatasan, Kota Batam memiliki angka Rata-rata lama sekolah tertinggi sebesar 10,65 tahun,
dan terendah berada di Kabupaten Natuna sebesar 6,7 tahun. Untuk kabupaten lainnya yang
menempati wilayah perbatasan, juga memiliki rata-rata lama sekolah di bawah rata-rata
provinsi sebesar 8,1 tahun. Kondisi kesehatan penduduk kabupaten/kota yang menempati
wilayah perbatasan berdasarkan indikator Angka Harapan Hidup, kecuali untuk Kota batam,
kabupaten lainnya masih berada dibawah rata-rata Angka Harapan Hidup provinsi sebesar
69,5 tahun. Kondisi Angka harapan Hidup terendah berada di Kabupaten Natuna sebesar 67,5
tahun.
Berdasarkan indikator komposit dari indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks
daya beli yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kota Batam
dengan nilai IPM 76,5 menduduki ranking ke-8 dari 440 kabupaten/kota di Indonesia,
sedangkan Kabupaten natuna dengan IPM 68,4 menduduki ranking ke 239. Sementara
berdasarkan penyebaran penduduk miskin diantara kabupaten/kota di wilayah perbatasan,
jumlah penduduk miskin tertinggi berada di Kota Batam sebanyak 28 Ribu jiwa (5%), namun
berdasarkan persentase penduduk miskin, tertinggi berada di Kabupaten Kepulauan Riau
sebesar 13% (24,6 ribu jiwa).
Kondisi Perekonomian Daerah
Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 didominasi oleh tiga
sektor utama, yaitu: sektor industri pengolahan sebesar Rp. 27.703.998,94 juta (59,94 %),
sektor pertambangan dan pengalian sebesar Rp. 4.866.027,18 juta (10,53 %), dan sektor
perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp 3.657.525,75 juta (7,91 %). Sedangkan Kontribusi
sektor lainnya seperti sektor sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan Rp.
2.518.939,92 juta (5,45 %), sektor pertanian Rp. 2.369.108,44 juta (5,13 %), sektor bangunan
Rp. 1.917.794,32 (4,15 %), sektor pengangkutan dan komunikasi sebsar Rp. 1.854.662,45
juta (4,01 %), sektor jasa-jasa Rp. 1.076.056,08 juta (2,33 %), dan sektor listrik, gas dan air
bersih Rp. 251.963,01 juta (0,55%)
Potensi Sumber Daya Alam
Wilayah perairan Provinsi Kepulauan Riau merupakan tempat yang sangat potensial
dan ideal bagi pengembangan budidaya perikanan baik tangkap maupun budidaya, terumbu
karang, serta budidaya rumput laut. Komoditas perikanan tangkap bernilai tinggi antara lain
ikan napoleon dan kerapu (kerapu tikus, kerapu macan dan kerapu sunu). Sedangkan untuk
perikanan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan berupa pembesaran ikan
kerapu dan napoleon dengan menggunakan bagan. Sektor pariwisata di wilayah perbatasan
Provinsi Kepulauan Riau sangat potensial untuk dikembangkan karena sebagai daerah tujuan
wisata maka pariwisata merupakan peluang bisnis / usaha yang sangat baik untuk
dikembangkan. Obyek pariwisata yang potensial untuk dikembangkan antara lain adalah
pantai pongkar, pantai pelawan, air terjun, sumber air panas, pantai lubuk, dan lain-lain.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke provinsi Kepulauan Riau, terutama di wilayah
perbatasan seperti Kota Batam sangat bervariasi jumlah pengunjungnya terutama yang ke
pulau Batam diantaranya negara Singapura masih merupakan pengunjung dominan dari
setiap negara, karena Singapura dekat sekali jaraknya dengan kota Batam.Sementara
berdasarkan PDRB perkapita non migas perkabupaten/kota pada tahun 2005, PDRB
perkapita tertinggi berada di Kota Batam sebesar Rp. 46,4 juta, sedangkan kabupaten lainnya
yang menempati wilayah perbatasan dengan PDRB perkapita antara Rp. 12-18 juta, dan
berada di bawah PRDB perkapita Provinsi sebesar Rp. 29,34 juta.
Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
Kependudukan. Jumlah penduduk Kabupaten/Kota di wilayah perbatasan tahun 2005
berjumlah 1,3 juta jiwa atau 28,5% dari total penduduk Provinsi Riau. Jumlah penduduk di
wilayah perbatasan terbesar dimiliki Kabupaten Bengkalis dan terendah dimiliki Kabupaten
Dumai. Persentase Penduduk Per Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Tahun 2005Kota Pekan
Baru19%Indragiri Hulu8%Siak8%Kampar14%Rokan Hulu9%Kuantan Sengingi7%Rokan
Hilir11%Bengkalis18%Kota Dumai6%.
Kondisi Sarana dan Prasarana
Terbatasnya infrastruktur seperti sarana dan prasarana dasar permukiman, jaringan air
bersih, jaringan irigasi, sarana dan prasarana telekomunikasi dan transportasi menyebabkan
wilayah ini memiliki aksesibilitas yang rendah dan terisolasi dari wilayah sekitarnya. Bila
dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, Singapura, dan Vietnam, maka kesenjangan
infrastrukturnya terlihat semakin jelas. Fasilitas sosial dan umum untuk tingkat desa dan
kecamatan yang lebih baik, dengan investasi infrastruktur yang lebih baik serta fasilitas
transportasi dan telekomunikasi yang jauh lebih baik pula.
Transportasi yang ada di perbatasan

Batas wilayah
Propinsi ini berbatasan dengan wilayah-wilayah disekitarnya. Adapun batas-batas
wilayah Propinsi Kepulauan Riau antara lain meliputi :
Di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat dan Negara Malaysia
Di sebelah utara berbatasan dengan Negara Vietnam dan Negara Kamboja
Di sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
Propinsi Jambi
Di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Riau, Negara Singapura dan Negara
Malaysia
Potensi Permasalahan Kepulauan Riau
Dalam menghadapi era globalisasi dan AFTA, kawasan perbatasan Kepulauan Riau
dipersiapkan menjadi pintu ter-depan Indonesia bagian barat dalam era perdagangan bebas.
Peran ini menjadi tantangan bagi Kepulauan Riau karena sarana dan prasara yang menjadi
satu syarat untuk menarik investasi asing masih kurang lengkap, relative baru ada di Batam
dan belum tersebar secara merata di wilayah pulau-pulau lain di Kepulauan Riau. Keragaman
kondisi dan sumberdaya alam antar daerah yang begitu besar di Kepulauan Riau perlu terus
diidentifikasi dan dikembangkan statusnya, tidak hanya sebatas potensi melainkan harus
ditingkatkan menjadi potensi nyata dengan memperhitungkan berbagai faktor tekait. Potensi
nyata inilah yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi masyarakat, dan juga
mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi berbasis kemi-traan.
Pemerintah daerah bersama dengan pengusaha dan masyarakat dapat mengembangkan
dukungan yang diper-lukan, baik yang bersifat sarana dan prasarana maupun per-aturan
perundang-undangan dn ketentuan daerah sehingga keunggulan kompetitif maupun
komperatif Kepulauan Riau yang terletak pada wilayah pasar internasional dapat diman-
faatkan dengan baik.
Melihat kondisi wilayah Kepulauan Riau yang 95 % adalah laut, maka paling tidak
terdapat lima kelompok industri kelautan yang dapat dikembangkan di kawasan ini. Industri
mineral dan energi laut, industri maritim termasuk industri galangan kapal, industtri
pelayaran, industri pariwisata, dan industri perikanan adalah merupakan industri yang dapat
dikembangkan. Berdasarkan pendekatan konsep pemasaran, lima kelompok industri kelautan
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Sebagian dari konsumen industri
mineral/energi dan industri maritime adalah industri perikanan, pelayaran dan pariwisata.
Sedangkan sebagian dari konsumen industri pelayaran adalah industri perikanan dan
pariwisata, dan sebagian dari konsumen industri perikanan adalah industri pariwisata.
Pemanfaatan lestari potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki Kepulauan
Riau merupakan suatu peluang dan prospek yang sangat baik bagi sumber pertum-buhan
perekonomian di kawasan ini sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Namun demikian, permasalahan dan kendala yang akan dihadapi dalam masalah
pembangunan kelautan dan perikanan di kawasan ini perlu diantisipasi dan diatasi secara
komprehensif.
Beberapa permasalahan menonjol yang sekiranya dihadapi oleh Kepulauan Riau
sebagai salah satu kawasan perbatasan, dan menjadi tantangan utam untuk diselesaikan
bersama diantaranya adalah: masalah Kepulauan Karimun-Batam-Bintan-Anambas-Natuna
yang berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand, merupakan
kawasan yang rawan terhadap kondisi keamanan dan kesenjangan pengembangan wilayah
seperti pencurian ikan, penyelundu-pan, serta berbagai tindak kejahatan lainnya.
Adapun permasalahan lain yang juga perlu diatasi secara bijak yaitu permasalahan
lingkungan hidup, perusakan ekosistem laut, penangkapan ikan secara berlebihan dan/atau
dengan bahan peledak, pengambilan pasir laut yang tak terkendali, perusakan hutan di pulau-
pulau, tidak terjaganya hutan dipulau-pulau kecil, dan kurangnya ketersediaan sumber air
baku tawar. Disektor perekonomian, sedikitnya empat juta dolar potensi devisa Negara hilang
setiap tahunnya akibat illegal fishing dan pencurian sumberdaya kelautan lainnya. Sementara
itu kondisi pemukiman nelayan masih belum sejahtera. Kurangnya penyediaan sarana dan pra
sarana telah menyebabkan sulitnya aksesibilitas keluar-masuk dari dan ke pulau-pulau kecil,
serta belum adanya peren-canaan tata ruang yang efektif. Masalah pulau-pualu yang tidak
berpenghuni dan belum bernama juga menjadi permasalahan yang pelik. Hal ini
menimbulkan kerawanan ketika terjadi sengketa dengan negara lain yang menyangkut
kedaulatan. Dari 2.250 pulau yang tersebar di perairan Kepulauan Riau, baru 1.281 pulau
yang bernama, sedangkan 1.269 lainnya belum mempunyai nama.

Seni dan budaya

Musik

Musik Melayu Kepulauan Riau, dan musik yang berkembang oleh masyarakat
Kepulauan Riau mencakup Musik Melayu dalam bentuk Langgam atau Senandung,
Musik Joget, Musik Zapin, Musik Silat, Musik Inang, Musik Ghazal, Musik Boria, Musik
Mak Yong, Musik Mendu, Musik Lang-lang Buana, Musik Bangsawan, Musik Barongsai,
Musik Gamelan yang dulunya berkembang istana Daik Lingga dengan sebutan Musik
Tari Joget Lingga, Musik Randai, Musik Dul Muluk, Musik Tari Inai, Musik Kompang,
Musik Berdah, Musik Rebana, Musik Kasidah, Musik Nobat yang bisa digunakan pada
acara ritual kerajaan di Riau Lingga, Musik Boria, Musik Kuna kepang, Musik Wayang
cecak, Musik Randai, Musik Angklung, Musik Manora, Musik Keroncong, Musik
Dangdut, Musik Pop, Musik Gondang dari Sumatera Utara, Musik Agogo, dan lainnya.

Tarian

Tari Melayu di Kepulauan Riau yang berkembang di kabupaten, dan kota antara lain:
Tari Zapin, Tari Joget Dangong, Tari Jogi, Tari Melemang, Tari Makyong, Tari Mendu,
Tari Inai, Tari Dayung Sampan, Tari Topeng, Tari Lang-Lang Buana, Tari Alu, Tari Ayam
Sudur, Tari Boria, Tari Zikir Barat, Tari Rokana, Tari Joget lambak, Tari Damnah, Tari
Semah Kajang, Tari Dendang Dangkong, Tari Sirih Lelat, Tari Tebus Kipas, Tari Sekapur
Sirih, Tari Engku Puteri, Tari Mustika Kencana, Tari Marhaban, Tari Menjunjung Duli,
Tari Tandak Pengasih, Tari Ikan Kekek, Tari Tarek Rawai, Tari Pasang Rokok, Tari Masri,
Tari Betabik, Tari Lenggang Cecak, Tari Laksemane Bentan, Joget Bebtan, Tari Joget Kak
Long dari Moro, Tari Joget Mak Dare, Tari Joget Makcik Normah di pulau Panjang
Batam.

Seni teater

Teater Melayu yang berkembang di Provinsi Kepulauan Riau antara lain: Teater
Makyong di Kabupaten Bintan tepatnya di Pulau Mantang, Pulau Panjang, Batam; Teater
Mendu di Kabupaten Ranai tepatnya di Kecamatan Sedanau, dan Ranai; Teater Lang-lang
Buana di Kabupaten Natuna tepatnya di Ranai, dan Wayang Bangsawan di Daik Lingga,
Dabo Singkep, Pulau Penyengat.

Teater dari daerah lain yang berada di Provinsi Kepulauan Riau antara lain seperti:
Randai, Ketoprak, Wayang Orang, Dul Muluk, dan Manora. Semuanya dikembangkan
oleh masyarakat, dan suku lain yang berada di provinsi Kepulauan Riau.

Anda mungkin juga menyukai