Anda di halaman 1dari 10

i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai
seorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah
laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang
secara maksimal semua potensi yang dimilikinya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu cacat?
2. Apa tujuan dan fungsi penjas adaptif?

Makalah ini di susun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Pengertian dan arti dari cacat.


2. Memahami tujuan dan fungsi dari pendidikan jasmani adaptif.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adaptif

2.1.1 Pengertian Adaptif


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti
dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau
perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam
proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran.Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad, 2010:
3).

Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau
perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5). Media
pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan
tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan
komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi
yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, mediapembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.

Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123).


Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran

2
(instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu
pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas
materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran
disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film
bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan
sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi
pembelajaran.

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Penjas Adaptif


Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15), mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan
dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa,
media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya. Maksudnya: bahwasanya media
pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya
dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang
melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan betapa
pentingnya media pemebelajaran karena media pemebelajaran membawa dan
membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui
semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa
serta menghidupkan pelajaran.

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Cacat


Anak luar biasa meliputi anak yang memiliki cacat fisik,cacat mata, termasuk
buta dan setengah buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan
otak, tuli, termasuk tuli total, dan sebagian , cacat pada alat bicara, evilepsi,
gangguan emosi, dan cacat bawaan. Sedangkan menurut The Commite Of
National Society For The Sudy Of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan
yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal,
walaupun telah dikembangkan secara maksimal, tingkah laku, emosional dan
social.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat


digambarkan definisi cacat yaitu “seseorang anak atau orang dewasa laki-laki
maupun perempuan yang memiliki kelainan apabila dibandingkan dengan orang
normail baik dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku emosional dan sosialnya”

Perbedaan utama anak cacat ddengan anak normal terletak pada keadaan
atau kondisi fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak dapat melakukan tugas dan
fungsinya seperti yang dilakukan anak normal. Ketidak lengkapan alat-alat tubuh
tersebut menyebabkan dia tidak dapat memenuhi kebutuhan hudupnya secara
tidak wajar, sehingga tidak dapat disamakan dengan anak-anak atau orang-orang
dewasa normal

B. Pendidikan Via Pendidikan Jasmani


Berkaitan dengan pendidikan jasmani (penjas) adaptif, perlu ditegaskan bahwa
siswa yang memiliki kecacatan mempunyai hak yang sama dengan semua yang
tidak cacat dalam memperoleh pendidikan. Para siswa yang caca, sesuai dengan
kecacatannya akan memperoleh pembinaan melalui pendidikan jasman yang
menjadi tugas utama para guru penjas yang telah mendapatkan mata kuliah penjas
adaptif.

4
Layanan tersebut perlu diberikan secara elegan kepada anak-anak kita yang
kurang beruntung dan memiliki kecacatan. Sebab mereka juga merupakan anak-
anak bangsa yang menjadi harapan orang tua, masyarakat dan Negara. Mereka
juga dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang mempunyai percaya
diri danharga diri yang tinggi memimpin dan mengabdikan dirinya untuk
pembangunan bangsa Indonesia pada masa yang akan dating.

C. Tujuan Penjas Adaptif


Disamping itu, proses pendidikan itu penbting untuk menanamkan nilai-nila
dan sikap positif terhadap keterbatasan kemmapuan baik dari segi fisik maupun
mentalanya sehinggap mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan
memiliki rasa percaya diri dan harga diri

Konsep 1.1. Penjas adaftif bertujuan untuk merangsang


perumbuhan/perkembangan anak secaara menyeluruh dan diantara aspek penting
yaitu dikembangkan adalah konsep diri yang positif

Oleh karena itu para guru penjaskes adaftif seyogyanya membantu peserta
didiknya agar tidak merasa rendah diri dan terisolasi dari lingkungannya. Kepada
peserta diidk diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani melalui
berbagai macam olahraga permainan. Permberian kesempatan itu merupakan
pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama anank-anak
normal. Melaluia aktifitas penjaskes adaftif yang mengandung unsur
kegembiraan dan eksenangan, anakn-anak dapat memahami dan mengatasai
masalah-maslaah yang di hadapai dalam kehidupan serta mengroreksi kelainan-
kelainan yang dialami setiap anak.

Konsep 1.2. penjas adaftif mengajarkan anak tentanf kenyataan dan makna
hidup yang seenarnya.

5
D. Peran dan Fungsi Penjaskes Adaftif
Peran guru penjas sering menghadapi anak-anak yang memiliki
kemmapuan terbatas karena kondisi fisik, mentak, dan sosialnya terganggu,
namun harus turut serta dalam pendidikan jasmani, anak-anak seperti ini
digolongkan sebagai orang yang lemah cacat, sehingga proses pembelajaran harus
dirancang dengan baik agar mereka dapat terlibat aktif, dan mencapai hasil
optimal.

Pengalaman menunjukan bahwa para guru penjas umumnya memberikan


dispensasi kepada siswa yang memiliki kondisi fisik, organis , dan fungsional
yang terganggu untuk tidak ikut serta dalam pembelajaran penjas. Dispensasi
tersebut didasarakan pada rasa kasihan terhdap anak yang lemah atau cacat. Masih
ada pandangan masyarakat bahwa anak cacat tidak etis diikutsertakan dalam
penjas karena kemmapuannya berbeda dengan anak-anak normal.

Pada sisi lain apabila anak yang cacat diikutsertakan dalam penjas, maka
dalam hal-hal tertentu ia menjadi bahan tertawan bagi teman-teman sekelasanya.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap psikologis anak-anak. Oleh karena itu
seorang guru penjas harus mampu mengubah pandangan masyarakat tersebut dan
memberikan penjelasan-penjelasan kepada teman-temannya agar mereka sadar
dan memiliki sikap yang posit terhadap anak-anak yang cacat,

Apabila guru penjas masih berpikiran bahwa tidak etis mengikutsertakan


anak-anak cacat dalam proses pembelajaran penjas malka guru tersebut tidak
langsung telah melakukan kesalahan dan perlakuannya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan jasmani anak-anak tersebut, bahkan akan memeprendaek usia
hidup anak tersebut sebagai akibat penyakit kurang gerak.

Hal ini disebabkan gerak merupakan kebutuhan yang mendasarbagi


manusia, dan tanpa gerak manusia tidak akan mampu mempertahankan hidupnya.
Melalui gerak itu manusia dapat mencapai tujuan hidup, baik dari aspek
kesehatan, pertumbuhan fisik, perkembangan mental sosial, dan itelektual.
Pemnyakit kekurangan gerak disebut penyakit hipokinetik. Seorang mengalami
penyakit kurang gerak cebedrung mengidap beberapa penyakit degenerative,
seperti : pegnyakit jantung,diabetes mellitus, paru-paru, hipertensi, dan lain-lain.

6
Siswa yang cacat memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas dalam
mengikuti pendidikan jasmani. Oleh karena itu ada saatnya para siswa cacar dan
normal tidak dapat melakukan jenis olahraga yang sama. Bagi iswa yang cacat ia
tetap harus mengikuti pelajaran penajs dengan berbagai modofikasi dan
disesuaikan dengan tingkat kecacatan dan konsidi fisiknya.

Para guru penjas sangat berperan dan dituntut dalam menentukan apakah
seseorang siswa cacat dapat mengikuti materi pembelajaran jen is olahraga secara
bersama-sama dengan teman temannya yang tidak cacat. Untuk menentukan hal
tersebut, guru penjas harus melakukan pengamatan dan evaluasi secara
menyeluruh terhadap kondisi fisik anak tersebut. Kemudian melakukan konsultasi
dengan bidang medis dan mendiskusikannya dengan anak dan orangtuanya.

Apabila seseorang siswa cacat dianggap tidak mampu mengikuti jenis


olahraga tertentu dalam pembelajaran penjas secara bersama-sama maka guru
penjas harus kreatif dan terampil mencari solusi dan menentukan jenis aktivitas
fisik lain yang sesuai dengan kemmapuan dan kondisi kecacatannya.

Keputusan untuk mebedakan aktvitas tang berbeda bagi siswa cacat,


sungguh sulit bai seorang guur penjas sebab ketidakadaan program olahraga yang
khusus bagi mereka sehingga program reguler menajdi satu satunya oilihan
dengan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
kecacatannya

Sangat disadari bahwa, memberikan perbedaan materi dan jenis olahraga


kepada suswa cacat, berdampak terhadap kondisi psikologi anak, namun hal ini
perlu diberikan penjelasan kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya
sehingga semua pihak memahami dan dapat menerimanya secara wajar. Cara itu
juga merupakan strategi dalam upaya membudayakan nilai-nilai pendidikan
jasmani kepada seluruh siswa.

Ada kecenderungan bahwa siswa cacat ingin meniru teman sebayanya


dalam segala bentuk aktivitas jasmani yang ditujukan untuk menunjukkan
kemampuannnya dan keinginan untuk terlibat dalam suatu aktivitas fisik atau
permainan.

7
Anak cacat memoliki kesamaan dengan beberapa hal dengan anak yang
normal sifatnya hakiki yaitu memiliki keinganan dan cita-cita rasa cinta kasih,
perhatian ,perlindungan, memerlukan makanan, minuman, pakaian yang bagus
serta mendapatkan pendidikan dalam upaya mrningkatkan taraf hidup pada masa
yang akan datang.

Kurangnya pemahaman dan pengertian tentang anak-anak cacat


menyebabkan mereka tidak diikutsertakan dalam pembelajaran penjas. Perlakuan
diskriminasi tersebut tidak didasarkan pada alasan yang logis dan spesifik tetapi
karena pandangan keliru yang didasarkan pada perasaan kasihan serta angapan
bahwa anak-anak cacat tidak dapat mengikuti pembelajaran penjas dengan baik,
aman, dan berhasil mencapai tujuan.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam berbagai hal, anak cacat mengalami


kesulitan untuk mengikuti program penjas dengan fasilitas terbatas,namun inilah
yang menjadi tanggung jawab guru penjas dalam memberikan pelayan yang sama
untuk semua anak baik yang cacat maupun yang tidak cacat, tentunya dengan
berbagai perubahan-perubahan.

Agar dapat memberikan pelayanan seara optimal seyogyanya memiliki


kemampuan dan keterampilan khusus dalam mengelola pembelajarn penjas untuk
siswa cacat. Kemampuan teresebut dapat diperoleh dari melalui praktek langsung
dan melalui pelatihan yang dilakukan oleh lembaga terkait.

Misalnya para guru penjas yang telah berpengalaman dilatih khusus


sehinga memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bidang penjas adaptif.
Disamping itu dapat pula dilakukan melalui pangadaan program mata kuliah
penjas adptif di lembaga pendidikan olahraga seperti yang telah berlangsung
beberapa tahum ini, meskupun dirasakan masih pertlu dilakukan pembenahan dan
penekanan-penekanan terutama dalam praktek lapangan. Dengan demikian teori-
teori yang diperoleh dikelas langsung dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran .

8
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai