PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Renang
Olahraga ini dimulai sejak abad 19 di London. Sekitar tahun 1837, hanya
terdapat 6 kolam renang di kota itu. Popularitas renang terus membaik, dan pada
tahun 1869 beberapa asosiasi mulai muncul. Popularitas kejuaraan renang sederap
dengan kebangkitan Olimpyade dan tercantum sebagai olahraga modern di Athena
pada tahun 1896.
Sepanjang perkembangan yang dapat diikuti, kota Bandung merupakan kota yang
mengawali kegiatan olahraga renang di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
pembangunan kolam renang Cihampelas pada tahun 1904. di samping itu, sebelum
kemerdekaan telah ada beberapa kolam renang di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya dan lainnya.
Dengan adanya beberapa kolam renang, perkembangan cabang olahraga ini
ditandai dengan dibentuknya perkumpulan-perkumpulan renang, antara lain
Bandungsche Zwembond atau Perserikatan Renang Bandung pada tahun 1917. ketika
itu terdapat 7 perkumpulan yang bernaung di bawah Perserikatan tersebut, termasuk
perkumpulan renang siswa-siswa sekolah di Bandung.
Menyusul berdirinya West Java Zwembond pada tahun 1918, pada tahun 1927
di Jawa Timur berdiri Oost Java Zwembond (Perserikatan Renang Jawa Timur). Dua
peloncat indah Belanda mencetak prestasi pada tahun1934. Hamaman dan Van de
Gron, masing-masing sebagai juara pertama dan kedua nomor papan 3 meter dan
menara. Ketika Far Eastern Games (maksudnya Olimpyade Timur Jauh) berlangsung
di Manila pada tahun 1934 kedua peloncat tersebut menjadi utusan Hindia Belanda.
Gaya bebas
Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan
air. Kedua belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan
mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke
atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke
permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat
tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas,
perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya
berenang lainnya, gaya bebas merupakan gaya berenang yang bisa membuat tubuh
melaju lebih cepat di air.
Gaya bebas merupakan gaya yang tidak terikat dengan teknik-teknik dasar tertentu.
Gaya bebas dilakukan dengan beraneka ragam gerakan dalam berenang yang bisa
membuat perenang dapat melaju di dalam air. Sehingga gerakan dalam gaya bebas
bisa di gunakan oleh beberapa orang, baik yang sudah terlatih maupun para pemula.
Gaya dada
Gaya dada merupakan gaya berenang paling populer untuk renang rekreasi.
Posisi tubuh stabil dan kepala dapat berada di luar air dalam waktu yang lama. Gaya
dada atau gaya katak (gaya kodok) adalah berenang dengan posisi dada menghadap
ke permukaan air, namun berbeda dari gaya bebas, batang tubuh selalu dalam
keadaan tetap. Kedua belah kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah
tangan diluruskan di depan. Kedua belah tangan dibuka ke samping seperti gerakan
membelah air agar badan maju lebih cepat ke depan. Gerakan tubuh meniru gerakan
katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak. Pernapasan dilakukan ketika
mulut berada di permukaan air, setelah satu kali gerakan tangan-kaki atau dua kali
gerakan tangan-kaki.
Dalam pelajaran berenang, perenang pemula belajar gaya dada atau gaya bebas. Di
antara ketiga nomor renang resmi yang diatur Federasi Renang Internasional,
perenang gaya dada adalah perenang yang paling lambat.
Gaya punggung
Sewaktu berenang gaya punggung, orang berenang dengan posisi punggung
menghadap ke permukaan air. Posisi wajah berada di atas air sehingga orang mudah
mengambil napas. Namun perenang hanya dapat melihat atas dan tidak bisa melihat
ke depan. Sewaktu berlomba, perenang memperkirakan dinding tepi kolam dengan
menghitung jumlah gerakan.
Dalam gaya punggung, gerakan lengan dan kaki serupa dengan gaya bebas,
namun dengan posisi tubuh telentang di permukaan air. Kedua belah tangan secara
bergantian digerakkan menuju pinggang seperti gerakan mengayuh. Mulut dan
hidung berada di luar air sehingga mudah mengambil atau membuang napas dengan
mulut atau hidung.
Sewaktu berlomba, berbeda dari sikap start perenang gaya bebas, gaya dada,
dan gaya kupu-kupu yang semuanya dilakukan di atas balok start, perenang gaya
punggung melakukan start dari dalam kolam. Perenang menghadap ke dinding kolam
dengan kedua belah tangan memegang besi pegangan. Kedua lutut ditekuk di antara
kedua belah lengan, sementara kedua belah telapak kaki bertumpu di dinding kolam.
Gaya punggung adalah gaya berenang yang sudah dikenal sejak zaman kuno. Pertama
kali diperlombakan di Olimpiade Paris 1900, gaya punggung merupakan gaya renang
tertua yang diperlombakan setelah gaya bebas
Gaya kupu-kupu
Gaya kupu-kupu atau gaya lumba-lumba adalah salah satu gaya berenang
dengan posisi dada menghadap ke permukaan air. Kedua belah lengan secara
bersamaan ditekan ke bawah dan digerakkan ke arah luar sebelum diayunkan ke
depan. Sementara kedua belah kaki secara bersamaan menendang ke bawah dan ke
atas seperti gerakan sirip ekor ikan atau lumba-lumba. Udara dihembuskan kuat-kuat
dari mulut dan hidung sebelum kepala muncul dari air, dan udara dihirup lewat mulut
ketika kepala berada di luar air.
Gaya kupu-kupu diciptakan tahun 1933, dan merupakan gaya berenang paling baru.
Berbeda dari renang gaya lainnya, perenang pemula yang belajar gaya kupu-kupu
perlu waktu lebih lama untuk mempelajari koordinasi gerakan tangan dan kaki.
Berenang gaya kupu-kupu juga menuntut kekuatan yang lebih besar dari
perenang. Kecepatan renang gaya kupu-kupu didapat dari ayunan kedua belah tangan
secara bersamaan. Perenang tercepat gaya kupu-kupu dapat berenang lebih cepat dari
perenang gaya bebas. Dibandingkan dalam gaya berenang lainnya, perenang gaya
kupu-kupu tidak dapat menutupi teknik gerakan yang buruk dengan mengeluarkan
tenaga yang lebih besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul
permasalahan tentang apakah sudut kaki sebelum tolakan dan sudut pinggang saat
lentingan mempengaruhi keberhasilan dalam kecepatan start gaya punggung.
C. Tujuan Penelitian
Karya ilmiah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui apakah sudut kaki saat
akan tolakan dan sudut punggung saat lentingan dalam start gaya punggung
mempengaruhi kecepatan dalam start gaya punggung
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai tugas akhir mata kuliah biomekanik dan sekaligus menjadi
sumber pengetahuan baru pada cabang olahraga renang.
1. Bagi Pemain (Atlet)
Untuk memperbaiki gerakan saat start gaya punggung secara
keseluruhan terutama pada sudut-sudut kaki saat akan tolakan dan
sudut lentingan tubuh setelah tolakan saat start gaya punggung. Yang
pada akhirnya meningkatkan prestasinya dalam renang.
3. Bagi Pelatih
Sebagai bahan referensi atau tolak ukur untuk mengembangkan
kemampuan atlet.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Jasmani
1. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sangat memungkinkan untuk menggantikan istilah
gerak insani (human movement), karena menggunakan aktifitas jasmani
sebagai alat untuk mendapatkan perkembangan yang menyeluruh dalam hal
kualitas fisik, mental, dan emosional seseorang. Pendidikan jasmani adalah
suatu kajian yang sangat luas yang terfokus pada peningkatan gerak
manusia, sedangkan untuk lebih spesifik lagi yaitu menghubungkan antara
gerak insani dan pendidikan. (Abduljabar, 2010, hlm. 3)
Siedentop dalam Abduljabar (2010, hlm. 3), seorang pakar pendidikan
jasmani dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan
jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “Pendidikan melalui
aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya
telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada
kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan
perkembangan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: “pendidikan
jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani”.
Menurut Jesse Feiring Williams (1991) (dalam Abduljabar, 2010, hlm. 4),
pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang
terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman bahwa:
Manakalah pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang
terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan
fisikal. Melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi
keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan
jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini
menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon
emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental,
intelektual, emosional, dan estetika.(Abduljabar, 2010, hlm. 4).
Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui
aktifitas fisikal (aktifitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek
perkembangan pendidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa.
Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus
dibelajarkan dan dikembangkan, selain itu perlu pula berdampak pada
perkembangan sosial, seperti belajar bekerja sama dengan siswa lain.
(Abduljabar, 2010, hlm. 3)
Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama, seperti Harold M.Barrow
(dalam:Freeman,2001) dikutip (Abduljabar, 2010, hlm. 4), yang
mengatakan bahwa:
Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang
dan melalui gerak insani, ketika tujuan pendidikan dicapai melalui media
aktivitas otot-otot, termasuk : olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan
(exercise). Hasil yang ingin dicapai...individu yang terdidik secara fisik. Nilai
ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna
hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan.
James A.Baley dan David A.Field (dalam Abduljabar,2010, hlm. 4),
menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktifitas jasmani
yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut lagi kedua
ahli ini menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses
terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular,
intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari
proses pemilihan berbagai aktifitas jasmani.
B. Biomekanika Olahraga
1. ARTI PENTING BIOMEKANIKA
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari
gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan
mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua
cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212
SM),
Galileo Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang merupakan
peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak dasar analisa dan
eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala
dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika teknik atau disebut juga denagn mekanika terapan adalah ilmu yang
mempelajari peneraapan dari prinsip-prinpsip mekanika. Mekanika terapan
mempelajari analisis dan disain dari sistem mekanik.
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system
biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika
terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh
manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-
prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan
pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.
Pada dasarnya biomekanika adalah cabang ilmu yang relatif baru dan sedang
berkembang secara dinamis. Akan tetapi sebenarnya bidang ilmu sudah eksis
sejak abad ke lima belas masehi ketika Leonardo Da Vinci (1452-1519) membuat
catatan akan siginikansi mekanika dalam penelitian-penelitian biologi yang dia
lakukan. Kontribusi dari para peneliti dalam bidang ilmu biologi, kedokteran,
ilmu-ilmu dasar, dan teknik mewarnai perkembangan biomekanika akhir-akhir
ini.
2. GERAK DAN GAYA
Gaya adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menerangkan interaksi fisik
dari obyek dengan sekelilingnya. Gaya dalam fisika didefinisikan sebagai
kuantitas yang dapat menyebabka perubahan dari state dari suate benda sehingga
terjadi percepatan pada benda itu.
3. GERAKAN TUBUH MANUSIA
Filosof Yunani Aristoteles (384-322 SM) adalah orang yang pertama kali
melakukan studi secara sistematik terhadap gerakan tubuh manusia. Banyak
prinsip yang mendeskripsikan aksi dan karakteristik gemometri dari otot.
Walaupun penemuan Aristotle untuk menerangkan gerakan banyak mengandung
kontradiksi, usaha awal yang telah ia ristis menjado pondasi bagi studi berikutnya
seperti Galen (131-201), Galileo (1564-1643), Borelli (1608-1679), Newton
(1642-1727), dan Marey (1830-1904). Studi dari para filosof dan ilmuwan
tersebut telah mengakibatkan kita bisa membuktikan bahwa gerakan tubuh
manusia merupakan konsekuensi dari interkasi anatara otot dan gaya yang
diakibatkan oleh lingkungan sekitar tubuh manusia. Seperi yang
ditulis oleh Aristotle bahwa bianatang yang berjalan membuat posisisnya berubah
dengan menekan apa yang ada dibawahnya. Pernayataan ini menekankan bahwa
dalam studi gerakan harus menekankan pada (Higgins, 1985):
Pengkarateran interaksi fisik anatara hewan (manusia) dan lingkungan sekitar.
Menetukan cara hewan (manusia) mengorganisasikan interkasi fisik tersebut.
Dengan keraqngka seperti ini maka gerakan tubuh system biologis dapat diakui
sebagai hasil interaksi system biologis dengan lingkungan sekelilingnya.
Beberapa factor berikut turut menentukan interaksi tersebut:
Stuktur dari lingkunngan (bentuk dan stabilitas). Medan dari gaya (arah relatif
terhadap gravitasi, kecepatan gerakan). Stuktur dari sistem (susunan tulang,
aktifitas otot, sususan segment dari tubuh, ukuran, integrasi motorik yang
dibutuhkan untuk mendukung postur). Peranan dari keadaan psikologis (level
keatifan, motivasi).Bentuk gerakan yang akan dikerjakan (kerangka dari
organisasi dari gerakan). Higgins menyatakan bahwa gerakan adalah bagian yang
tak terpisahkan dengan struktur yang mendukungnya dan lingkungan yang
mendefinisikannya.
4. GONIOMETRI
Istilah goniometri berasal dari bahasa Yunani, gonia yang berarti sudut dan
metros yang mempunyai makna maengukur. Sedangkan geniometer adalah alat
untuk mengukur sudut. Gonimetri berhubungan dengan pengukuran sudut yang
dibentuk oleh sgement dari organ tubuh manusia yang dihubungkan oleh sendi.
Dalam prakteknya pengukuran sudut dari sendi, dilakukan dengan melekatkan
gonio meter pada sgement-segment yang diukur sudutnya. Goniometer dapat
digunkan untuk mengukur sudut pada suatu posisi tertentu maupun seacra
kontinyu dalam melakukan suatu gerakan.
5. PEMODELAN
Dibutuhkan asumsi-asumsi tertentu untuk membuat penyederhanaan dari sebuah
sistem yang kompleks sehingga penyelesaian analitis bisa dicapai. Sebuah model
yang lengkap memperhitungkan efek-efek dari keseluruhan bagian penyususn
sistem secara detail. Akan tetapi model yang lengkap dan detail sulit diwujudkan
dan bila dapat akan sulit menghasilkan solusi dari masalah yang akan
diselesaikan. Tidak selalu mungkin untuk memodelkan system secara lengkap dan
bahkan kadang-kadang tidak perlu untuk menyertakan setial detail dari sistem
dalam analisis. Sebagai contoh adalah pada hampir semua gerakan tubuh
manusia, banyak kelompok otot (muscle) yang terlibat untuk menggerakkan
organ-organ tubuh. Akan tetapi untuk keperluan analisis gaya yang terlibat pada
sendi dan otot pada suatu gerakan tertentu, pendekatan yang terbaik adalah
dengan memprediksi kelompok otot yang mana yang paling aktif dan
mengabaikan kelompok otot-otot yang lain.
Secara umum, pemodelan suatu sistem selalu diawali dengan model yang
sederhana. Dari model sederhana ini berangsur-angsur kompleksitasnya
ditingkatkan sejalan dengan pemahaman karakterstik system dan dari pengamatan
terhdapa model sederhana tersebut. Peneliti dapat merancang model yang cukup
sederhana untuk dianalisa sehingga menujukkan fenomena yang diteliti dalam
batas-batas kepuasan tertentu. Dari pengetahuan akan sistem yang dimodelkan
sistem sederhana terseebut kemudian disempurnakan. Makin banyak belajar,
makin banyak pula yang dipahami dari sistem dan lebih detail pula analisis yang
dapat dilakukan.
Pemodelan gerakan tubuh manusia dapat digolongkan berdasarkan
pendekatan yang diambil: Pendekatan teori yang menggunkan basis pengetahuan
dalam bidang fisiologi, mekanika, dan robotika untuk merancang persamaan
matematika yang mengepresikan gerakan tubuh manusia. Selanjutnya gait dapat
dipelajari dengan simulasi menggunakan model tersebut dan hasilnya
dibandingkan dengan data asli yang diukur dari manusia.
Pendengukuran gait secara langsung untuk mendapatkan model yang
representatif menggambarkan hibungan antar variabel dalam gerakan tubuh
manusia.
Kedua pendekatan ini akan bertemu, utamanya bila sebuah studi gerakan tubuh
manusia diarahkan pada aplikasi tertentu, misalnya analysa patologi maupun
rehabilitasi dari suatu kelumpuhan tertentu.
Ø Tugas Mendukung
Menurut Arma Abdoelah ( 1994 : 204 ) Gerak tubuh yang berkenaan dengan
tugas mendukung atau menyanggah tubuh dalam atu posisi khusus, pada
umumnya diperlukan untuk tugas gerak yang lain. Posisinya pun bervariasi dari
vertical ke horisontal, dan pada umumnya berkaitan dengan sikap berdiri,
berjalan, berlari, duduk, berlutut, dan sejenisnya. Posisi kepala berada dibawah
pada aktivitas senam, merupakan bentuk aplikatif dari hukum mekanikal.
Keseimbangan atau stabilitas ( balancing ) digunakan dalam pelaksanaan asas
mekanika. Keseimbangan tubuh dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni;
keseimbangan stabil, keseimbangan labil, keseimbangan normal.
Keseimbangan stabil terjadi bilamana :
ü Kontak dengan dasar/permukaan pijakan luas;
ü Pusat gravitasi terletak redah dan garis pusat gravitasi terletak didalam benda;
ü Pusat gravitasinya naik jika diberi gaya;
ü Munculnya gaya pemulih yang menyebabkan kembali ke posisi semula; (5)
Tenaga potensial bertambah.
Pada tanda start, lengan mendorong ke belakang dan kembali keluar dan
sekitar untuk posisi efisien. Pemulihan harus tidak datar, atau tepat di atas bagian
atas kepala, tapi diantaranya. Pinggul didorong keluar dari air, dan kepala dengan
cepat didorong belakang sehingga punggung melengkung dan kaki diangkat atau
menjentik jelas air. Ujung jari harus masuk ke air sebelum pinggul. Perenang
harus mempertahankan posisi “hyperextended” dan segera memulai tendangan
lumba-lumba yang kuat dan cepat , mempertahankan sudut dangkal untuk
kembali ke permukaan. Kayuhan pertama diambil sehingga perenang memecah
permukaan pada saatfase akhir dari kayuhan, mencapai tenaga puncak untuk
membantu dalam memecahkan tegangan permukaan. Ingat bahwa latihan start
harus dilakukan secara terpisah sebelum memulai rangkaian latihan gaya
punggung sehingga penekanan dapat dilakukan murni pada teknik start.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Posisi tangan berpegangan pada besi yang terdapat pada start block
2. Posisi kedua kaki rapat pada permukaan air dan lutut ditekuk
s
Rumus Kecepatan : v¿
t
s = jarak, t = waktu
1. Lintasan 4 (siman) .
s 5
v¿ = T= 1,16 s (frame 89) S= 5 m
t 1.16
= 4.3 m/s
2. Lintasan 5 Ahmad M
s 5
v¿ = T= 1,4 s (frame 99) S=
t 1,4
5m
= 3.57 m/s
3. Lintasan 5 Ahmad M
s 5
v¿ = T= 1,6 s (frame 104) S=
t 1,6
5m
= 3.12 m/s
Sudut kaki V
siman 42 4.3
Ahmad M 94 3.4
Dicky L 38 3.0
Korelasi -0.17
Sudut kaki V
siman 131 4.3
Ahmad M 144 3.4
Dicky L 157 3.0
Korelasi -0.98
Dilihat dari Hasil data di atas Menurut buku Jajat Derajat dalam Aplikasi
Statistika dalam Penjas “ bahwa korelasi 0,80 – 1,00 itu Tingkat Hubungan
Sangat Kuat”. Artinya dari fase sudut punggung pada saat setelah tolakan start
gaya punggung berpengaruh terhadap kecepatan start gaya punggung. Dan
sudut kaki saat akan tolakan start gaya punggung kurang berpengaruh karena
mempunyai korelasi -2,89
1. Pengaruh sudut kaki saat akan melakukan tolakan dalam start gaya punggung
Lintasan 4 (Siman)
Lintasan 5 ( ahmad M)
Lintasan 6 (Dicky L)
sudut kaki
siman ahmad m dicky l
sudut kaki 41 94 38
kecepatan 4.3 3.4 3.0
korelasi -0.17
Chart Title
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 4.3 sudut kaki
3.4 3
siman ahmad m kecepatan dicky l
Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa sudut kaki saat akan
melakukan tolakan dalam start gaya punggung tidak berpengaruh, terbukti
dari besar kecilnya kurang berpengaruh
Lintasan 4 (siman)
Lintasan 5 ( ahmad M)
Lintasan 6 (Dicky L)
sudut pinggang
siman ahmad m dicky l
sudut pinggang 131 144 157
kecepatan 4.3 3.4 3.0
korelasi -0.98
Chart Title
160
120
80
40
0 4.3 3.4 3
siman ahmad m dicky l
sudut pinggang
PENUTUP
Kesimpulan
Sedangkan dari data diatas juga dapat di simpulkan bahwa sudut kaki
saat akan melakukan tolakan dalam start gaya punggung tidak berpengaruh,
terbukti dari besar kecilnya kurang berpengaruh
Intinya sudut punggung lenting atau tidaknya dalam start gaya
punggung dapat dipengaruhi oleh kuat tidaknya tolakan kaki saat start gaya
punggung, karena disitulah sumber kekuatan startnya.
DAFTAR PUSTAKA