Mapping
Aerial Photogrammetry Mapping
I. Pendahuluan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dikenal disebagian masyarakat dengan dengan istilah PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) kemudian secara umum
dikenal sebagai Drone adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri yang
dioperasikan oleh operator menggunakan hukum aerodinamika.
Penggunaan terbesar dari pesawat nirawak ini adalah di bidang militer, tetapi juga digunakan di bidang geografi, fotografi, dan videografi yang dilakukan
secara bebas dan terbuka.
Di bidang geografi, pesawat nirawak digunakan sebagai salah satu wahana pengindraan jauh yang sangat penting dalam pembuatan peta, seperti peta
penggunaan lahan, peta daerah rawan bencana, peta daerah aliran sungai dan juga Peta Dasar dalam Pengukuran Bidang Tanah. Dan kegiatan ini
kemudian dikenal dengan nama Pemetaan Fotogrametri Udara atau Aerial Photogrammetry Mapping
Pemetaan dengan menggunakan Drone merupakan sebuah metode yang menjadi salah satu solusi dalam menjawab kebutuhan pemetaan, dimana dengan
teknologi ini mampu menyajikan data spasial dalam waktu relative cepat dengan akurasi tinggi untuk berbagai keperluan pemetaan dimanapun dan
kapanpun kebutuhan itu diperlukan.
Aerial Photogrammetry Mapping
Latar Belakang
Pemetaan menggunakan UAV / Drone adalah sebuah aktivitas pemotretan udara dengan menggunakan wahana pesawat udara nirawak atau Drone untuk
mendapatkan peta wilayah dari foto yang dihasilkan oleh Drone, yang kemudian dikenal dengan istilah Fotogrametri.
Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan objek-objek / ruang dipermukaan bumi yang menggunakan foto udara sebagai media untuk menghasilkan peta
citra atau orthomosaic.
Secara umum Fotogrametri merupakan teknologi Geo-Informasi dengan memanfaatkan data Geo-Spasial yang diperoleh melalui pemotretan udara. Proses
ini menghasilkan Peta Orthomosaic dan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi Peta Garis / Peta Topografi yang detail dengan skala tertentu.
Konsep pemetaan dengan metode ini merupakan metode kombinasi dari beberapa tahapan pembuatan peta yang terdiri dari :
2. Pengukuran GCP dan ICP dengan menggunakan alat ukur (GPS Geodetik atau Total Station) dengan
akurasi mencapai milimeter sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur serta metoda pengukuran yang digunakan.
4. Pengolahan data.
Dengan kemampuan sumberdaya manusia serta teknologi software saat ini, proses Pengolahan Data dalam Pemetaan menggunakan Drone menjadi lebih
mudah dengan informasi yang dihasilkan lebih update jika dibandingkan dengan citra satelite resolusi tinggi.
Aerial Photogrammetry Mapping
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemetaan menggunakan Drone ini meliputi :
Jumlah
No Deskripsi Personil Kualifikasi Personil Keterangan
Personil
Jumlah
No Kualification Peralatan Satuan Keterangan
Peralatan
A. Persiapan (Kantor)
Tahap persiapan ini meliputi :
• Persiapan Personil
• Persiapan Peralatan
- Geodetic GNSS
- Drone serta kelengkapan dan Sparepart
• Pembuatan Blok Aquisisi data
• Pembuatan rencana sebaran titik control (GCP & ICP)
• Penentuan lokasi rencana RTH (lokasi take-off-landing)
• Pengurusan Ijin Pengoperasian Drone
- NOTAM
- Security Clearance (SC)
Aerial Photogrammetry Mapping
B. Persiapan (Lapangan)
Secara letak dan struktur, pemasangan titik referensi (benchmark) harus memenuhi kriteria titik referensi, dimana kekuatan secara fisik dan letak yang
terbuka kesegala arah untuk memenuhi standard elevasion mask 15º sebagai persyaratan pengamatan GNSS adalah hal yang harus diperhatikan.
Dimana, titik control ini diharapkan dapat digunakan dikemudian hari oleh siapapun saat diperlukan.
Pemasangan titik kontrol disertai pemasangan pre-Mark dilakukan pada semua titik GCP dan ICP yang telah rencanakan sebelumnya, sesuai sebaran dan
fungsi masing-masing titik control.
Patok GCP dan ICP terbuat dari PVC 2.5Inc atau balok dengan ukuran yang sesuai, dengan permukaan patok yang muncul pada permukaan tanah setinggi
5cm-10cm. Patok GCP dan ICP harus terpasang pre-Mark (sebelum pemotretan dilakukan) yang terbuat dari terpal berwarna orange atau biru dengan
ukuran 1m x 30cm
Pengukuran titik kontrol GCP dan ICP menggunakan GPS Geodetic Dual Frequency dengan metode Static Differential yang terikat pada titik JKHN dan
JKVN (Cors BIG) dimana, sebagian titik ICP akan dipersiapkan sebagai titik ikat tetap yang nantinya akan digunakan sebagai titik ikat pada penentuan
koordinat titik kontrol GCP.
Durasi pengamatan titik kontrol tetap (ICP) dilakukan selama 2jam atau lebih sesuai jarak baseline (SNI 19-6724-2022) dan untuk durasi pengamatan titik
GCP dilakukan selama 30 menit sampai-dengan 1 Jam
Aerial Photogrammetry Mapping
Contoh foto Pengukuran GCP / ICP Design Premark GCP / ICP Contoh Pemasangan Premark GCP / ICP
Aerial Photogrammetry Mapping
STATION
CORS BIG
(Fix Coordinate)
ICP-05
(L,B,H)
ICP-05
(Fix Coordinate)
GCP-01
(L,B,H)
Sebelum dilakukan aquisisi data foto udara oleh Drone, 1 unit GNSS telah terpasang pada titik referensi dan telah dilakukan pengamatan Static diferensial.
Titik referensi dapat menggunakan ICP terdekat atau titik fererensi lain yang telah dipersiapkan sebelumya. Titik referensi ini berfungsi sebagai Ground Base
GNSS atau Base PPK yang terpasang pada pesawat Drone
Proses Aquisisi Data menggunakan pesawat udara nirawak (Drone/PUNA) dilakukan sesuai dengan blok aquisisi yang telah dipersiapkan jalur terbangnya.
Hal-hal yang menyangkut keselamatan pesawat (Drone) yang perlu diperhatikan sebelum melakukan misi terbang sebagai berikut :
➢ Pastikan tidak ada tutupan awan pada area yang akan di aquisisi
➢ Perhatikan kondisi cuaca dengan baik, jika akan terjadi potensi hujan saat pemotretan dilakukan, maka misi terbang dapat ditangguhkan sementara
sampai kondisi cuaca memungkinkan.
➢ Amati area sekitar take-off-landing, jika terdapat objek yang akan menghalangi manuver pesawat (Drone), maka sesuaikan kembali jalur terbang pesawat
(Drone)
Aerial Photogrammetry Mapping
Proses berikut adalah melakukan koreksi Geometris foto udara menggunakan data koordinat GCP kemudian dilakukan Optimizing Camera, dimana
semua foto yang telah di align dilakukan meching kembali sesuai proses koreksi GCP untuk menghasilkan Orthophoto yang presisi.
6. Proses Orthophoto
Proses Orthophoto adalah foto udara yang telah dilakukan proses koreksi kesalahan geometrinya dengan tingkat akurasi tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk kepentingan pemetaan tanpa adanya inkonsistensi skala.
Aerial Photogrammetry Mapping
Contoh Accoracy geometris hasil
proses foro Drone
Aerial Photogrammetry Mapping
2 225 250 3.90 45.17 80 65 37 1.22 kali 912 1.5 3.0 hari 9120 MB
3 225 200 3.12 53.21 80 65 37 1.44 kali 1380 2.3 4.6 hari 13800 MB
4 225 150 2.34 65.76 80 65 37 1.78 kali 2400 4.0 8.0 hari 24000 MB
5 225 100 1.56 98.07 80 65 37 2.65 kali 5520 9.2 18.4 hari 55200 MB
Aerial Photogrammetry Mapping
Sertifikat Pendaftaran Drone dan Pilot Drone di DKPPU
DRONE :
Pilot Drone
1. Satu Personil (FASI) Sertifikat DKPPU
2. Satu Personil (FASI) Dalam verifikasi DKPPU
3. Dua personil dalam proses pengambilan Lisensi
Aerial Photogrammetry Mapping
Foto kunjungan Kanwil BPN Jawa Tengah dan Kantah Kendal Diskusi singkat dengan pak Kabid Jawa Tengah
Serta perwakilan Kepolisisn dan TNI dan aparat Desa dan pak Kakan Kendal
Saat aquisisi data Drone di Kec. Kangkung, Kendal 09 Januari 2023
Aerial Photogrammetry Mapping