Oleh:
Ifrohatul Fuad
11180340000117
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1443/2022 M
ii
TRADISI PEMBACAAN PEMBUKA DOA PADA PRAKTIK DOA
“JEMPOL KAKI IBU”
Skripsi
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1443/2022 M
iii
iv
v
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ifrohatul Fuad
NIM :11180340000117
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Judul Skripsi : Tradisi Pembacaan Pembuka Doa Pada Praktik Doa
“Jempol Kaki Ibu” (Studi Living Qur’an Pada Pondok
Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami).
Ifrohatul Fuad
vii
viii
ABSTRAK
Ifrohatul Fuad, 11180340000117
“Tradisi Pembacaan Pembuka Doa Pada Praktik Doa Jempol Kaki
Ibu”
Penelitian ini membahas tentang pembacaan pembuka doa yang
berisi lafaz basmalah, hamdalah, dan salawat nabi dengan menempelkan
jempol kaki ibu di kening sang anak yang dilaksanakan Pondok Pesantren
Modern Ummul Quro al-Islami (UQI) Bogor. Penelitian ini menjadi
penting dalam perspektif kajian al-Qur’an sebab basmalah dan hamdalah
juga menjadi representasi ayat-ayat al-Qur’an secara keseluruhan,
ditambah dengan pentingnya sosok Nabi Muhammad Saw., yang terdapat
pada salawat nabi pada praktik ini, dan juga prosesi “penempelan jempol
kaki ibu di kening sang anak” selama proses pembacaan doa menjadi nilai
penting yang unik dan menjadikannya butuh kajian pemahaman lebih
dalam lagi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, untuk mendapatkan
data di lapangan penulis melakukan penelitian dan observasi pada
Pesantren UQI, dan juga mewawancarai guru-guru, santri, alumni, dan
wali santrinya untuk mengetahui praktik dan efektivitas yang dirasakan
setelah mempraktikkan pembuka doa jempol kaki ibu ini. Untuk
mengetahui santri yang pernah mempraktikkan ini penulis memasuki
setiap kelas tiga Aliyah dan menanyakan hal tersebut, dari enam kelas
yang ada penulis menemukan lima belas santri yang pernah
mempraktikkan amalan doa ini.
Penulis menemukan fakta bahwa praktik yang ada di pesantren
UQI ini berasal dari ijazah Habib Husein kepada pimpinan pesantren
melalui Gus Saifullah, dengan tujuan agar bisa menjadi solusi ketika
terdapat santri yang tidak betah, sedang sakit, atau persoalan lainnya.
Basmalah, hamdalah, dan salawat nabi memiliki segudang keistimewaan
yang bisa menjadi habl (penghubung) yang memperlancar proses
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, sehingga segala permohonan
yang diinginkan dapat terkabul. Praktik ini menjadi efektif untuk membuat
santri betah, sembuh dari sakitnya, dan hajat-hajat lain yang dipanjatkan.
Kata Kunci: al-Fatihah, Salawat Nabi, Pembuka Doa.
ix
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji bagi Allah Swt., atas segala nikmat,
iman, Islam, jasmani dan rohani yang telah Ia berikan sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini. Segala usaha, upaya, keringat, dan linangan
air mata, cukuplah diri-Nya yang Maha Kuasa menjadi saksi perjuangan
penyusunan skripsi ini. Segala kemudahan, pertolongan, dan keberkahan
selama proses penulisan skripsi ini tentu datang dari sang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Berkat kasih sayang, rahmat, dan petunjuk-Nya
penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Salawat dan salam selalu tercurahkan untuk sang pembawa cahaya
kebenaran untuk seluruh alam, yakni baginda Nabi Muhammad Saw,
keluarga, dan sahabatnya. Berkat kehadiran Nabi Muhammad Saw., dan
merekalah umat Islam bisa membaca dan memaknai lebih dalam pesan-
pesan yang tersirat di dalam kalam-Nya yang agung, yaitu al-Qur’an.
Sehingga sampailah kepada umat semua kebenaran yang bisa menjadi
pedoman dalam menjalani kehidupan ini.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi
yang berjudul Praktik Pembacaan Ayat-Ayat Al-Quran Sebagai Pembuka
Doa di UQI ini tidak akan selesai dengan usaha penulis sendiri, melainkan
ada banyak sosok terdekat dari berbagai penjuru yang secara langsung
maupun secara tidak langsung telah banyak sekali membantu penulis
dalam berbagai hal, sehingga bisa selesailah penulisan skripsi ini. Maka,
pada kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya, kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A, Dekan Fakultas Ushuluddin beserta
seluruh jajarannya.
xi
xii
Ifrohatul Fuad
11180340000117
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
xiv
xv
ل l La
م m Em
ن n En
و w We
ھ h Ha
ء __’ Apostrof
ي y Ye
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka
ditulis dengan tanda (’).
B. Tanda Vokal
َا a Fatḥah
ِا i Kasrah
ُا u Ḍammah
َي Ai a dan
َو Au a dan u
xvi
C. Kata Sandang
E. Ta Marbūṭah
1 ط ِر ْيقَةَ ٌ Ṭarīqah
2 ِ ْ ُُا َ ْل َجامِ عَة
اْلس ََْلمِ يَة al-Jāmi’ah al-Islāmiah
3 َُو ْحدَة ُ ْال ُو ُج ْود Waḥdat al-Wujūd
F. Huruf Kapital
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur’ān
al- ‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ xiv
DAFTAR ISI.......................................................................................... xix
DAFTAR TABEL ....................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
C. Batasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
G. Metodologi Penelitian .............................................................. 12
H. Sistematika Pembahasan .......................................................... 16
BAB II AL-QUR’AN, NABI MUHAMMAD, DAN PERINTAH
BERDOA ............................................................................................... 18
A. Al-Qur’an Sebagai Habl Allah: Penyambung Manusia dengan
Allah .................................................................................................... 18
1. Perintah Berpegang Teguh dengan Tali Allah ......................... 18
2. Fungsi-fungsi Al-Qur’an .......................................................... 22
B. Perintah Berdoa ............................................................................ 23
C. Living Qur’an............................................................................... 27
D. Tafsir Basmalah dan Hamdalah ................................................... 28
E. Kedudukan Istimewa Nabi Muhammad Saw,. ............................ 32
BAB III PROFIL PESANTREN ............................................................ 37
A. Gambaran Umum Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami .... 37
1. Sejarah Berdirinya .................................................................... 37
xix
xx
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an tidak terbatas hanya untuk suatu kaum, suatu negara, atau
suatu suku saja, melainkan untuk semua yang ada di alam raya ini.
Terlebih al-Qur’an juga tidak terbatas pada suatu masa atau kondisi
tertentu, tetapi sāliḥ li kulli zamān wa makān. Sehingga, semakin
berkembangnya zaman, semakin berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan,
dan semakin berkembangnya kehidupan manusia, tidak membuat al-
Qur’an menjadi terbelakang, melainkan membuat al-Qur’an semakin eksis
dan terbukti kebenarannya. Karena berdampingan dengan berbagai
macam perkembangan, maka al-Qur’an turut merasakan dampak dari hal
tersebut, seperti munculnya metode, cara, atau jalan untuk memahami al-
Qur’an baik secara tekstual maupun praktiknya.1
Al-Qur’an dalam praktik keberagaman umat Islam, dapat
melahirkan keberagaman model pembacaan al-Qur’an. Pembacaan yang
dilakukan tentunya melahirkan keberagaman pemahaman setiap individu
yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan dan intensitas membacanya.
Sebagian individu membaca al-Qur’an sekadar sebagai ibadah harian agar
lebih dekat dengan Tuhan, dan sebagian yang lain ada yang membaca al-
Qur’an guna mendapat ketenangan jiwa, mengusir bangsa jin dan
sebagainya, terapi pengobatan, bahkan ada yang menjadikan pembacaan
al-Qur’an sebagai “mantra” yang dapat menghasilkan sesuatu sesuai
tujuan membacanya. Pembacaan al-Qur’an yang penuh keberagaman di
tengah kehidupan sehari-hari bisa disebut dengan fenomena living Qur’an
1
Nasaruddin Baidan, Tafsir di Indonesia (Yogyakarta: Tiga Serangkai, 2003),
14.
1
2
2
Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus Ponpes As-Siroj Cirebon)”, Qur’an dan Hadis Vol.4, No.2, (Maret
2015), 169.
3
Didi Junaedi “Living Qur’an: .......”, 172.
4
Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan
Nilai-nilai Psikologi Dalam Pendidikan)” Al-Medina Vol.16 No.1, (Juni 2017), 42.
3
yang nabi miliki, beliau mampu melewati waktu yang cukup panjang dan
berbagai peristiwa untuk menyebarkan, mengajak, dan mengajarkan
wahyu yang tiada tandingannya hingga berakhirnya sejarah kenabian.
Dalam muqaddimah Kitab Tafsir al-Qur’an al-Aẕim dijelaskan
bahwa Nabi Muhammad Saw., memiliki peran yang sama pentingnya
dengan al-Qur’an terhadap hubungan seorang hamba dengan Tuhannya,
sehingga bisa sampailah cahaya-cahaya petunjuk Allah Swt., kepada
hamba-hamba-Nya.5 Bahkan Allah Swt., memerintahkan untuk bersalawat
kepada Nabi Muhammad Saw., dalam firman-Nya Qs. al-Ahzab/33: 56
ً َ َ َ ُّ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ َّ َ َ َ ُّ َ ٗ َ َ ٰۤ َ اَّن ه
٥٦ اّٰلل َو َملىِٕكته ُيصل ْون على النبيِّۗ يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا صل ْوا عل ْيهِ َو َس ِل ُم ْوا ت ْس ِل ْيما ِ
ِِ
56. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk
Nabi.Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan
kepadanya.
Keistimewaan Nabi Muhammad Saw., dalam hal penghubung
antara seorang hamba dan Tuhannya pun tertuang dalam hadis shahih yang
berbunyi:
اَّلل صلّى هللا عليه وسلّم ول ه ُ ( ََِس َع َر ُس: ال َ َضالَةَ بْ ِن عُبَ ْي ٍد رضي هللا عنه ق َ ََو َع ْن ف
ال
َ هب صلّى هللا عليه وسلّم فَ َق ِّ ِص ّل َعلَى الن ص َالتِِه ََلْ ََْي َم ِد ه
ِ َ ُاَّلل َوََلْ ي َ َر ُجالً يَ ْدعُو ِِف
يد َربِِّه َوالثهنَ ِاء
ِ " إِذَا صلهى أَح ُد ُكم فَلْي ب َدأْ بِتح ِم: ال
ْ َ َْ ْ َ َ َ " َع ِج َل َه َذا " ثُه َد َعاهُ فَ َق:
هب صلّى هللا عليه وسلّم ثُه يَ ْدعُو ِِبَا َشاء ِ )َعلَي ِه ثُه ي
ِّ ِصلّي َعلَى الن َُ َْ
“Faḏolah Ibnu Ubaidah Ra., berkata: Rasulullah Saw., pernah
mendengar seseorang berdo'a dalam sholatnya dengan tidak
memuji Allah dan tidak membaca sholawat Nabi Saw., maka
bersabdalah beliau: "Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau
memanggilnya seraya bersabda: "Apabila seseorang di antara
Sahl bin Abd Allah al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, (Kairo: Dār al-
5
6
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitab Shalat, Bab Witir, Juz 2 (Kairo: Dar al-
Muhaddist, 2013), 1481.
5
tidak jarang pula para santri menghalalkan segala cara untuk bisa keluar
dari lingkungan pesantren. Kyai Helmy sebagai pengasuh tentu memiliki
cara tersendiri untuk menanggulangi permasalahan ini, yaitu dengan
memberikan secarik kertas yang dikenal sebagai kertas ijazah untuk para
ibu wali santri yang memiliki masalah serupa. Kertas tersebut berisikan
tulisan Qs. al-Fatihah/1: 1 dan 2, salawat kepada Nabi Muhammad Saw.,
dan keluarganya, kemudian ditambah dengan salawat khusus untuk Nabi
Muhammad Saw., sebanyak dua puluh satu kali sebagai pembuka doa, lalu
memohon kepada Allah Swt., agar sang anak dijadikan anak yang soleh
atau solehah, betah dan fokus belajar di pesantren, sehingga mendapatkan
ilmu yang bermanfaat, taat kepada peraturan pondok, dan doa bebas
lainnya. Uniknya pembacaan tersebut dipraktikkan dengan menempelkan
jempol kaki sang ibu ke dahi sang anak yang sudah berada pada posisi
tiduran.
Seperti yang diketahui bahwasannya Qs. al-Fatihah ayat satu atau
lafaz “Bismi Allah ar-Rahmān al-Rahīm” memiliki banyak sekali
keutamaan dan keunggulan dari ayat-ayat lain. Dalam suatu riwayat Ibnu
Abbas Ra berkata:
ِ ِ ُ و ابن عباس ر ِضي هللا عنه ي ُق
ُاس ال ُقرآن ال َفاِتَة ٌ ول ل ُك ِّل َشي ٍئ اَ َس
ُ اس و اَ َس َ َ َ
اس ال َف ِاِتَ ِة بِ ْس ِم هللا الهر ْْحَ ِن الهرِحيم
ِ
ُ اَ َس
Ibnu ‘Abbas ra., berkata, “Segala sesuatu ada asasnya, asasnya al-
Quran adalah al-Fatihah. Asasnya al-Fatihah adalah Bismi Allah
al-Rahmān al-Rahīm".7
Kedudukan ini ditinjau dari tinjauan maknawi. Sebagai asas,
basmalah adalah asal dari seluruh ayat al-Qur’an. Selain menjadi asas al-
Qur’an, basmalah juga memiliki keutamaan lain seperti, doa yang diawali
basmalah tidak akan ditolak, apapun yang dibacakan basmalah pasti akan
7
Abd ar-Rahman bin Syihab al-Din Ahmad bin Rajab al-Hambali, Tafsir Al-
Fātihah, (Beirut: Dār al-Muhadits Li Nasyr wa al-Tauzi’, 2006), Juz 1, 33.
6
8
Muhammad Yajid Kalam, Basmallah Kalimat Suci Penghubung Abdi dan
Rabbul ‘Izzati, (Bandung: Mandalawangi Media, 2006), 15.
9
Syauqi Abdillah Zain, Usir Gelisah Dengan Ibadah (Yogyakarta: DIVA
Press, 2017), 166.
10
Wawan Susetya & Ari Wardhani, Rahasia Terkabulnya Do’a, (Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Marwa, 2017), 53.
7
4. Manfaat dan efek yang dirasakan oleh santri, alumni dan wali
santrinya dari praktik tersebut.
5. Keutamaan dari pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dan salawat
nabi yang dijadikan pembuka doa di Pondok UQI.
C. Batasan Masalah
Agar tidak adanya penyimpangan dalam pembahasan pokok masalah
dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan tentang
bagaimana pemahaman guru-guru terhadap pembacaan pembuka doa
dengan menempelkan jempol kaki ibu di kening sang anak, dan praktik,
juga efektivitas yang dirasakan oleh santri kelas tiga Aliyah, alumni dan
wali santri Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana pemahaman guru-guru terhadap praktik pembacaan
pembuka doa dengan menempelkan jempol kaki ibu di kening sang anak,
dan bagaimana praktik juga efektivitas yang dirasakan oleh santri, alumni
dan wali santrinya?.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka penulis
menelusuri penelitian-penelitian terdahulu agar terlihat ruang kosong dan
perbedaannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan, adapun
penelitian terdahulu sebagai berikut:
Pertama, Rochmah Nur Azizah11 (2016) dalam skripsinya membahas
tradisi pembacaan surat al-Fatihah dan al-Baqarah yang diterapkan di
PPTQ ‘Aisyiyah Ponorogo dengan tiga poin utama pembahasannya yaitu,
makna bacaan, dalil, dan penerapan tradisinya.
Kedua, Indra Wahyudi12 (2016) dalam skripsinya penelitian ini
bertujuan untuk menggali dan mengetahui penafsiran al-Razi dalam kitab
11
Rochmah Nur Azizah, “Tradisi Pembacaan Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah
(Kajian Living Qur’an di PPTQ ‘Aisyiyah Ponorogo)”, (Skripsi S1., Sekolah Tinggi
Agama Islam Negri Ponorogo, 2016).
12
Indra Wahyudi, “Shalawat dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif QS Al-
Ahzab:56 Menurut Fakhr al-Diin al-Razi dalam Kitab Tafsir Mafātih al-Ghaib dan Ibnu
Katsir Dalam Kitab Tafsir al-Qur’an al-Aẕīm)”, (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016).
10
Mafatih al-Ghaib dan Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Azim
terhadap Qs. al-Ahzab ayat 56 tentang kata salawat .
Ketiga, Sihalia Fahmaya Hanita13 (2019) dalam skripsinya penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan kerangka analisis metodologi Islah
Gusmian dengan memperhatikan aspek penulisan tafsir dan aspek
konstruksi hermeneutik, dan termasuk ke dalam jenis penelitian
kepustakaan untuk menjawab metodologi tafsir al-Ma’unah Fī Tafsir
Surah al-Fatihah.
Keempat, Indah Lestari14 (2020 dalam skripsinya membahas
pelaksanaan pembacaan basmalah pada puasa bismilah yang dilakukan
oleh Kyai Slamet Saja’ah dan santrinya, pembacaan ini dilakukan
sebanyak 4.444 kali. Fokus penelitian ini ada pada bagaimana sejarah
tradisi ini serta bagaimana makna dan manfaat pembacaan basmalah pada
puasa bismilah di Madin Sirajuth Thalibin, Purbalingga.
Kelima, Khasin Nur Wahib15 (2020) dalam skripsinya membahas
tentang fenomena yang terjadi di Ponpes Ittihadul Ummah yang rutin
membaca surat al-Fatihah dan al-Fīl oleh seluruh warga pesantren setelah
shalat isya berjamaah. Fokus penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana praktik tradisi pembacaan surat al-Fatihah dan al-Fīl dan apa
makna dari tradisi tersebut.
13
Sihalia Fahmaya Hanita, “Metode Tafsir Al-Ma’unah Fii Tafsir Surat Al-
Fatihah Karya KH Abdul Hamid Abdul Qadir (Perspektif Islah Gusmian)”, (Skripsi S1.,
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019).
14
Indah Lestari, “Tradisi Pembacaan Basmalah Pada Puasa Bismilah di Madin
Sirajuth Thalibin, Purbalingga”, (Skripsi S1., Universitas Islam Negri Walisongo
Semarang, 2020).
15
Khasin Nur Wahib, “Tradisi Pembacaan Surat Al-Fatihah dan Al-Fīl (Kajian
Living Quran di Ponpes Ittihadul Ummah Banyudono Ponorogo)”. (Skripsi S1, IAIN
Ponorogo, 2020).
11
16
Iis Kholisoh Tusadiyah, “Pengaruh Tradisi Pembacaan Tiga Zikir Ratib (Al-
Haddad, Al-Attas, Al-‘Aydrus) Terhadap Santri-santri Pesantren Modern Ummul Quro
Al-Islami.”, (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).
17
Akhmad Abil Khoiri Rifaldy, “Penafsiran Ahmad Sanoesi Terhadap Surat Al-
Fatihah Dalam Kitab Tamsjijjatoel Moeslimien”, (Skripsi S1., UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2020).
18
Asep Rahmatullah, “Kontribusi Pesantren Ummul Quro Al-Islami Dalam
Kehidupan Keagamaan Di Banyusuci Leuwimekar Leuwiliang Bogor 1993-2012”,
(Skripsi S1, UIN Sunan Gunung Djati, 2021).
12
G. Metodologi Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan
lapangan atau field research, di mana peneliti mengamati dan
berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan
mengamati budaya setempat.19 Field research meneliti permasalahan
dalam setting yang natural dalam upaya untuk memaknai,
menginterpretasi fenomena yang teramati. Singkatnya field research
merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan
mengangkat data yang ada di lapangan.20
2) Sumber Data
a. Data primer
Data yang akan dikaji sebagai bahan utama untuk
memperoleh jawaban atas persoalan yang ada yaitu, bersumber
dari pimpinan pesantren, ustaz dan ustazah, serta, santri kelas
tiga Aliyah, alumni, dan wali santrinya dengan cara observasi,
wawancara, dan penelitian dokumen.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam pembahasan ini bersumber dari kitab-
kitab yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini, serta
sumber lainnya seperti jurnal, skripsi, tesis, dan paper yang
masih berhubungan dengan penelitian ini. Serta dokumen-
19
Fadlun Maros dkk, “Penelitian Lapangan (Field Research)”, Paper Magister
Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara, (Juli 2016), 5.
20
Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Research, (Bandung: Tarsoto, 1995), 58.
13
21
Muhammad Makbul, “Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian”,
Makalah pasca Sarjana UIN Alaudin Makasar, (April 2021), 16.
22
Imami Nur rachmawati, “Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:
Wawancara”, Keperawatan Indonesia, Vol. 11, No. 1, (Januari 2007), 35.
14
23
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, 45.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2018), 482.
15
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, 247-252.
16
7) Teknik Penulisan
Teknik penulisan pada penelitian ini sesuai dengan “Pedoman
Penulisan Skripsi Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh keputusan
rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dibagi ke dalam beberapa bab dan sub bab,
sebagai pemetaan pembahasan dengan pembagian sebagai berikut:
BAB I, bagian pertama ini berisi tentang poin-poin yang menjadi
acuan dalam penelitian ini, mencakup beberapa hal seperti: latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penulisan, dan sistematika pembahasan.
BAB II, bagian kedua ini berisi kajian teori tentang diskursus
keistimewaan status al-Qur’an dan pribadi Nabi Muhammad Saw.,
mencakup al-Qur’an sebagai habl Allah: penyambung manusia dengan
tuhan, living Qur’an, Tafsir basmalah dan hamdalah, dan kedudukan
istimewa Nabi Muhammad sebagai intermediary agent antara manusia
dengan tuhan. Tujuan dari bab ini adalah untuk menjelaskan tinjauan
umum tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis.
BAB III, pada bab ini berisi tentang penjabaran mengenai lokasi
penelitian, yaitu di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami
Bogor, di dalamnya terdapat data umum pesantren, sejarah pendirian,
data pengajar, sarana dan prasarana, data murid, kegiatan harian
maupun rutinan, dan profil responden yang penulis wawancara.
BAB IV, pada bab ini berisi pemaparan analisis mengenai
pemahaman pimpinan, asatidz dan ustaz at atas praktik pembacaan
ayat-ayat al-Qur’an dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw.,
17
sebagai pembuka doa dalam praktik amalan doa jempol kaki ibu,
praktik pembacaannya di kalangan santri, alumni dan wali santrinya,
manfaat dan efektivitas praktik ini perspektif santri, alumni, dan wali
santri Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami Bogor.
BAB V, bagian ini menjadi bagian penutup yang menjelaskan
jawaban dari permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus
penelitian ini, serta saran-saran dari penulis sebagai pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
18
19
dimaksud pada ayat ini adalah al-Qur’an, dan terdapat sebuah sabda Nabi
Muhammad Saw., yang diriwayatkan oleh Ali dan Abu Said al-Khudri
bahwasannya Rasulullah Saw., bersabda:
صلهى هللا َعلَْي ِه َو َسله َم فِْي َم ِ َ سأَلْت رس:اس رضي هللا عنه قال
َ ول هللا َُ ُ َ ٍ عن اب ِن عبه
فَإِنههُ فِْي ِه نَبَأٌَم ْن َكا َن قَبْ لَ ُكم َو,اب هللاِ َعهزَو َج هل
ِ َك بِكِت َ (علَْي
َ هجاةُ َغ ًدا؟ فقال َ الن
بِِه, َو َح َك َم َما بَيْ نَ ُكم ِم ْن ِديْنِ ُك ُم اله ِذى تَ ْعبُ ُد ُكم بِِه هللاَ َعهزَو َج هل,َخ ٌََب َم ْن بَع َد ُكم
ُه َو اََمَر هللاُ احلَكِيم َوُه َو,ُضلُّهُ هللا ِ ومن ي ِرد اهل َدى ِِف َغ ِْيِه ي,صلُو َن اِ ََل املع ِرفَِة ِ
ُ ْ ُ ُ ْ ََ ْ ْ َت
: وُه َو اله ِذي ََلْ تَنْ تَ ِه اجلِ هن اِذَا ََِس ْعتَهُ أن قالوا, ِ ِّ َوُه َو,املستَ ِق َيم
َ الش َفاءُ النهاف ُع ْ ط
ِ
ُ الصَرا
ّ
ً ُإِ هَّن ََِس ْعنَا ق
رآَّن َع َجبًا
26
Al-Qurṯubi, al-Jāmi’ Lī Ahkām al-Qur’an, (Kairo: Dār al-Kutub al-
Misriyah, 1964), Juz 4, 158.
27
Sahl al-Tustari, Tafsir al-Qur’an al-Aẕim, (Kairo: Dār al-Kutub Arabiyyah
al-Kabīr, 1911), 4.
28
Sahl al-Tustari, Tafsir al-Qur’an al-Aẕim, 4.
20
29
Sahl al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an Al-Aẕim, 2.
30
Sahl al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an Al-Aẕim, 2.
21
Tafsir Ibnu Katsir sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al- Ṯabari
bahwasannya Rasulullah Saw., bersabda,
31
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Aẕīm, Juz 2 (Beirut: Dār Ṯayyibah li Nasyr
wa al-Tauzi’,1999) 89.
32
Abu Abd Allah Muhammad al-Razi, Mafātih Al-Ghaib, Juz 8, (Beirut: Dār
Ihya al-Turots al-Arabi, 1420 H), 311.
22
2. Fungsi-fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan bentuk paling sempurna dari kitab-kitab samawi
dan ardi yang ada.33 Isi yang terkandung di dalamnya tidak usang dimakan
waktu, tidak terbelakang dimakan zaman, tidak tergantikan dengan
penemuan-penemuan setelahnya, dan tidak tertinggal dengan
perkembangan-perkembangan yang ada di sekelilingnya. al-Qur’an justru
eksis di tengah perubahan dan perkembangan yang ada, ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam al-Qur’an selalu relevan di segala waktu dan tempat
“salih li kulli zaman wa makān”, meskipun jarak antara turunnya al-
Qur’an dengan masa kini sudah sangat jauh, keotentikan isi maupun ajaran
al-Qur’an tentu tidak perlu diragukan lagi, karena Allah Swt., sendiri yang
telah menjamin keaslian dan pemeliharaannya, sebagaimana dalam
firman-Nya Qs. Al-Hijr/15: 9.34
Sebagai kitab suci tentunya al-Qur’an menjadi sebuah pedoman bagi
umat muslim, dan juga menjadi sebuah petunjuk, bukan hanya kepada
umat muslim saja, tetapi juga kepada seluruh manusia. Al-Qur’an
menunjukkan jalan kebenaran, dan memberikan rambu-rambu peringatan
pada segala perbuatan yang hendak manusia lakukan, sehingga mereka
bisa membedakan perbuatan mana yang mengandung kebaikan dan
perbuatan mana yang membawa keburukan. Pernyataan ayat-ayatnya
begitu jelas dan menyentuh setiap pembacanya. Pesan yang disampaikan
memberikan pengaruh besar kepada orang-orang yang memfungsikan
akalnya, sehingga mereka mampu mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada
di dalamnya, kemudian mereka mampu merubah kehidupan ke arah yang
33
Zakiyal Fikri, Aneka Keistimewaan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2019), 2.
34
Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014), 7.
23
B. Perintah Berdoa
Doa merupakan suatu aktivitas yang sangat dekat dengan kehidupan
manusia. Melalui berdoa manusia mencurahkan segala harapannya kepada
Tuhan yang merupakan pemilik kekuasaan tertinggi. Doa secara lisan dan
hati merupakan ucapan lisan dan getaran hati berupa pujian kepada Allah
Swt., dan berupa permohonan segala hajat. Berdoa juga adalah pekerjaan
hati, lisan, dan raga dalam beribadah kepada Allah Swt., atau bisa dibilang
juga interaksi transendental antara makhluk dengan sang Khalik untuk
memperoleh suatu yang bermanfaat dan menghindari suatu yang
35
Muhammad Fethullah Gulen, Adhwā Qur’aniyyah fī Samā’i al-Wijdān, terj.
Ismail Ba’adillah, (Jakarta: Republika Penerbit, 2000), 6.
36
Agus Salim Syukran, “Fungsi al-Qur’an Bagi Manusia”, al-I’jaz Vol. 1 No.
2, (Juni 2019), 94-96.
24
ْ َّ ُ َ َ ُ
ََو َق َال َر ُّبك ُم ْاد ُع ْون ْي ا ْس َتج ْب لك ْمِّۗاَّن الذيْ َن يَ ْس َتكب ُر ْو َن َع ْن ع َب َادت ْي َس َي ْد ُخ ُل ْو َن َج َهَّنم
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْٓ ِ
َ
َ ࣖ اخ ِر ْي َن
٦٠ ِ د
Perintah untuk berdoa juga terdapat pada firman Allah Swt, Qs. al-
Baqarah/ 2: 186
Hikmah, 2003), 4.
38
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Aẕīm, Juz 7 (Beirut: Dār Ṯayyibah li Nasyr
wa al-Tauzi’,1999) 153.
25
اَّلل صلّى هللا عليه وسلّم ول ه ُ ( ََِس َع َر ُس: ال َ َضالَةَ بْ ِن عُبَ ْي ٍد رضي هللا عنه ق َ ََو َع ْن ف
ال
َ هب صلّى هللا عليه وسلّم فَ َق ِّ ِص ّل َعلَى الن ص َالتِِه ََلْ ََْي َم ِد ه
ِ َ ُاَّلل َوََلْ ي َ َر ُجالً يَ ْدعُو ِِف
يد َربِِّه َوالثهنَ ِاء
ِ " إِذَا صلهى أَح ُد ُكم فَلْي ب َدأْ بِتح ِم: ال
ْ َ َْ ْ َ َ َ " َع ِج َل َه َذا " ثُه َد َعاهُ فَ َق:
هب صلّى هللا عليه وسلّم ثُه يَ ْدعُو ِِبَا َشاء ِ َعلَي ِه ثُه ي
ِّ ِصلّي َعلَى الن َُ َْ
39
Umar Abdur Rahim, Doa Sebagai Komunikasi Transendental Dalam
Perspektif Komunikasi Islam, Idarotuna, Vol.2 No. 1, (Oktober 2019), 51.
26
40
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitab Shalat, Bab Witir, Juz 2 (Kairo: Dar al-
Muhaddist, 2013), 1481.
41
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bāri, (Kairo: Dār al-Kutub al-
‘Alamiyyah, 1998), Jilid 11, 98.
27
C. Living Qur’an
Sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia, setiap muslim
bukan hanya harus membacanya, tetapi juga memahami dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Model “pembacaan”
masyarakat muslim dalam ruang sosial tergolong sangat dinamis dan
variatif, yang mana model-model “pembacaan” itu akan mempengaruhi
cara berpikir, dan tingkah laku kehidupan mereka.42 Berbagai macam cara
“pembacaan” itu menjadi respon sosial tersendiri yang membuat hidup dan
menghidupkan al-Qur’an di tengah masyarakat muslim, dan menjadi awal
dari fenomena Qur’an in everyday life atau disebut juga dengan living the
Qur’an. Living Qur’an merupakan sebuah pendekatan baru dalam studi al-
Qur’an yang fokus kajiannya pada peristiwa sosial agama yang terkait
dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an di sebuah
komunitas muslim tertentu.43 Living Qur’an juga bisa dikatakan sebagai
kajian seputar al-Qur’an yang tidak bertumpu pada eksistensi tekstualnya,
melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan
kehadiran al-Qur’an dalam wilayah geografi tertentu dan mungkin masa
tertentu pula.44
Pada kajian living Qur’an ini terdapat empat bagian wilayah
penelitiannya, yaitu:
1. Aspek Oral/pembacaan
Pada bagian ini biasanya berupa sekelompok masyarakat yang
rutin membacakan ayat-ayat al-Qur’an dengan tujuan-tujuan
42
Dewi Murni, “Paradigma Umat Beragama Tentang Living Qur’an
(Menautkan antara Teks dan Tradisi Masyarakat)”, Syahadah Vol. IV, No.2, (Juni
2016), 74.
43
Afriadi Putra dan Muhammad Yasir, “Kajian Al-Qur’an Di Indonesia (Dari
Studi Teks Ke Living Qur’an)”, Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol.21, No. 2, (Januari 2018), 5.
44
Sahiron Syamsudin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
(Yogyakarta: Teras, 2007), 39.
28
45
Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi”, Walisongo Vol. 20 No. 1 , (Februari 2012), 253.
29
46
Ibnu Rajab al-Hambali, Tafsir Al-Fātihah, (Beirut: Dār al-Muhadits Li Nasyr
wa al-Tauzi’, 2006), Juz 1, 33.
47
Muhammad Yajid Kalam, Basmalah Kalimat Suci Penghubung ‘Abdi dan
Rabbul ‘Izzati, 15.
48
Sahl al-Tustari, Tafsir al-Qur’an al-Aẕim, 6-7.
30
49
Abu Abd Allah Muhammad Al-Razi, Mafātih Al-Ghaib, Juz 1, 22-23.
50
Abu al-Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi, Latāif Al-Isyarāt, (Beirut: Dār Al-
Kutub Ilmiyah, 2007), Juz 1, 11.
51
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982), Juz 1, 89.
52
Abu Abd Allah Muhammad Al-Rāzi, Mafātih Al-Ghaib, 293.
31
Menurut al-Rāzi lafaz al-ẖamd lebih tinggi dari lafaz al-syukr dan
al-madẖ, sebab karena setiap kenikmatan disandarkan kepada Allah dan
akan sampai kepada Allah. Lafaz al-ẖamd juga merupakan bentuk
aktivitas hati seorang hamba kepada Tuhannya atas segala pemberian yang
tiada batas, sedangkan al-syukr ada batasnya pada seorang hamba.
Sehingga alẖamdulillāhi rabbil ‘ālamīn menunjukan adanya Allah yang
maha memberi segala sesuatu yang ada di alam ini.54 Dalam pandangan
tasawuf juga tahmid memiliki makna lebih dalam dari syukur. Syukur
masih dikaitkan dengan perhitungan dan penilaian, sedangkan tahmid
sudah terbebas dari segala perhitungan, atau bisa dibilang tanpa batas, dan
tahmid juga identik dengan penyerahan diri secara total kepada Allah
Swt.55 Jika dicermati, surat pertama dari al-Qur’an, yakni al-Fatihah,
diawali dengan tahmid setelah basmalah. Dari hal tersebut menunjukan
bahwa lafaz tahmid atau al-ẖamd lillāhi rabbi al-‘ālamīn memiliki
keutamaan yang sangat penting. Ketika sudah diucapkan kalimat tersebut
artinya tidak ada lagi kesombongan yang bisa ditampakkan, karena segala
53
Sahl al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an Al-Aẕim, 23.
54
Abu Abdullah Muhammad Al-Razi, Mafatih Al-Ghaib, 23.
55
Nasaruddin Umar, Shalat Sufistik, (Jakarta: Alifia Books, 2019), 172.
32
اَّلل صلّى هللا ول ه ُ ( ََِس َع َر ُس: ال َ َضالَةَ بْ ِن عُبَ ْي ٍد رضي هللا عنه ق َ َعليه َو َع ْن ف
هب صلّى هللا عليه ص َالتِِه ََلْ ََْي َم ِد ه
ِ َ ُاَّلل َوََلْ ي
ِّ ِص ّل َعلَى الن َ وسلّم َر ُجالً يَ ْدعُو ِِف
َ صلهى أ
َْح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْب َدأ َ " إِذَا: ال َ " َع ِج َل َه َذا " ثُه َد َعاهُ فَ َق: ال َ وسلّم فَ َق
هب صلّى هللا عليه وسلّم ثُه يَ ْدعُو ِِبَا ِ يد ربِِه والثهن ِاء علَي ِه ثُه يِ ِ
ِّ ِصلّي َعلَى الن َ ُ ْ َ َ َ َّ بِتَ ْحم
َشاء
Fadolah Ibnu Ubaidah Ra., berkata: Rasulullah Saw., pernah
mendengar seseorang berdo'a dalam sholatnya dengan tidak
memuji Allah dan tidak membaca sholawat Nabi Saw., maka
bersabdalah beliau: "Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau
memanggilnya seraya bersabda: "Apabila seseorang di antara
kamu sholat maka hendaknya ia memulai dengan memuji
Tuhannya dan menyanjung-Nya kemudian membaca sholawat
Nabi Saw., lalu berdoa dengan do'a yang dikehendakinya".56
56
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitab Shalat, Bab Witir, Juz 2 (Kairo: Dar al-
Muhaddist, 2013), No. 1481.
33
ً َ َ َ ُّ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ َّ َ َ َ ُّ َ ٗ َ َ ٰۤ َ إاَّن ه
٥٦ اّٰلل َو َملىِٕكته ُيصل ْون على النبيِّۗ يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا صل ْوا عل ْيهِ َو َس ِل ُم ْوا ت ْس ِل ْيما ِ
ِِ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawat lah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Dari ayat di atas bisa dilihat terdapat tiga pelaku salawat , yaitu
Allah Swt., malaikat, dan manusia. Masing-masing memiliki makna
tersendiri. Dalam ayat ini Allah bermaksud ingin memuliakan Nabi
Muhammad Saw., dan menggambarkan kema’suman Nabi. Sehingga
salawat ini bisa diartikan sebagai rahmat dan riḏa-Nya kepada sang
kekasih.58 Mengutip perkataan Ibnu Abbas di dalam Kitab Afdhalu al-
Salawat ala Sayyidi al-Sadāt, bahwa ketika Allah bersalawat kepada Nabi
Saw., pada ayat tersebut, merupakan bentuk kasih dan sayang-Nya Allah
kepada Nabi, yang mana dari kasih sayang ini lahirlah petunjuk untuk Nabi
Muhammad Saw. Setelah Allah Swt., ada juga malaikat yang bersalawat
kepada Nabi Muhammad Saw. Salawat ini berupa permohonan ampun
dan doa dalam segala hal, termasuk dalam hal perantara yang
57
Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur’an”, 42.
58
Al-Qurtubi, Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’an, Juz. 7, 523.
34
59
Ismail al-Nabhani, Afdhalu al-Shalawat ala Sayyidi al-Sadāt, (Beirut: Dār
al-Kutub al-Alamiyah, 2001), 6-8.
60
Sahl al-Tustari, Tafsir Al-Qur’an Al-Aẕim, 3-4.
35
61
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillati Al-Ahkam, 150.
62
Muhammad Roni, Konsep Nur Muhammad: Studi Penafsiran Surat An-Nur:
35, Al-Kauniyah Vol.2 No.1, (Juli 2021), 90-95.
36
63
Abdullah as-Segaf & Indriya, Mukjizat Shalawat, (Jakarta: Qultum Media,
2009), 9.
BAB III
64
Penelitian Dokumen Milik Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-
Islami, 1 Agustus 2022.
37
38
65
Berdasarkan Penelitian Dokumen 1 Agustus 2022.
39
4. Sruktur Kepemimpinan
a. Struktur Pesantren
Adapun struktur kepemimpinan Pesantren Ummul Quro
Al-Islami dipimpin oleh KH. Helmy Abdul Mubin, selaku
pimpinan pesantren yang dalam menjalankan tugas-tugasnya
dibantu oleh sekretaris, bendahara, dan badan pengurus harian
pesantren. Saat ini, yang menjabat sebagai sekretaris pesantren
adalah ust. Saiful Falah, ust. Salman al-Farisi, dan ust. Asep
Zakariya, kemudian ada ust. Bahruni selaku pimpinan bendahara
umum pesantren.
41
b. Struktur Madrasah
Dalam menjalankan kelembagaannya Madrasah Tsanawiyah
dan Aliyah Pesantren Ummul Quro al-Islami dipimpin oleh kepala
madrasah, dan dibantu oleh wakamad kesiswaan putra dan putri,
wakamad kurikulum, ketua program, kepala tata usaha, wali kelas,
dan guru pengajar. Saat ini yang menjabat sebagai kepala
Madrasah Tsanawiyah adalah ust. Ishak Ruslan, dan kepala
Madrasah Aliyah adalah ust. Ali Hidayat.
c. Struktur Organisasi
Selain kegiatan belajar dan mengajar, murid-murid di pondok
pesantren modern Ummul Quro al-Islami juga diajarkan untuk
berorganisasi. Dan majelis pembimbing organisasi (MPO) inilah yang
menaungi segala kegiatan keorganisasian santri baik putra maupun
putri yang ada di UQI. Saat ini usth. Nuril Izzah menjadi ketua MPO
putri, dan ust. Syamsul Rijal yang menjadi ketua MPO putra. Dalam
mengawasi segala bentuk kegiatan organisasi santri ketua MPO
dibantu oleh koordinator bagian. Adapun koordinator I terdiri dari
pembimbing ibadah amaliyah, pembimbing bahasa, pembimbing
pengajaran dan adab, dan juga penanggung jawab al-Qur’an.
Sedangkan di koordinator II terdiri dari pembimbing keamanan dan
pembimbing penerimaan tamu. Lalu di koordinator III terdiri dari
pembimbing kebersihan, pembimbing pramuka, PMR dan kesehatan,
42
Jumla
No Tahun Putra Putri
h
1 2016-2017 35 33 68
2 2017-2018 32 33 65
3 2018-2019 32 33 65
4 2019-2020 66 52 118
5 2020-2021 66 52 118
b. Data Pengajar Madrasah Aliyah
Tabel 3. 3 Data Pengajar MA
Jumla
No Tahun Putra Putri
h
1 2016-2017 34 31 65
2 2017-2018 32 33 65
3 2018-2019 38 34 72
4 2019-2020 42 40 82
5 2020-2021 52 35 87
N Jumla Kondis
Jenis Prasarana
o h i
1 Gedung Serba Guna 2 Baik
2 Kamar Asrama Putri 80 Baik
3 Kamar Asrama Putra 76 Baik
4 Kamar Asrama Pengajar Putri 20 Baik
5 Kamar Asrama Pengajar Putra 20 Baik
6 Kantin 6 Baik
7 Pos Satpam 4 Baik
8 Perpustakaan 2 Baik
9 Ruang Pimpinan 2 Baik
10 Ruang Tata Usaha 4 Baik
11 Ruang Guru 4 Baik
12 Ruang Bimbingan Konseling 2 Baik
13 Ruang Kelas 240 Baik
14 Laboratorium Bahasa 2 Baik
15 Laboratorium Komputer 2 Baik
16 Laboratorium IPA 2 Baik
Ruang Kesenian dan
17 2 Baik
Keterampilan
18 Ruang ketua Organisasi Santri 2 Baik
19 Ruang Organisasi Bagian 20 Baik
20 Ruang UKS 2 Baik
21 Fasilitas Olahraga 5 Baik
22 Ruang Toilet Guru 25 Baik
23 Ruang Toilet Siswa 250 Baik
66
Penelitian Dokumen Milik Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-
Islami, 1 Agustus 2022.
44
Waktu Kegiatan
Qiyamul Lail dan Pembacaan Ratib al-
03.30 - 04.30 Hadad
04.30 - 05.00 Shalat Subuh Berjamaah
05.00 - 06.40 Persiapan KBM
06.40 - 07.30 Pengajian Kitab Kuning
07.30 - 12.30 KBM Pagi
12.30 - 13.00 Shalat Dzuhur Berjamaah
13.00 - 14.00 Makan Siang
14.00 - 15.10 Istirahat/Ekstrakulikuler
Shalat Ashar Berjamaah dan Pembacaan
15.10 - 16.00 Ratibb al-Atas
16.00 - 17.10 Olahraga, Ekstrakulikuler, Mandi
Halaqah Qur'an dan Pembacaan Ratib al-
17.10 - 18.00 Idrus
18.00 - 18.30 Shalat Maghrib Berjamaah
18.30 - 19.00 Makan Malam
19.00 - 19.30 Shalat Isya Berjamaah
67
Berdasarkan Hasil Observasi di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro al-
Islami, 2 Agustus 2022.
45
memberikan kosa kata sebanyak tiga buah, dan contoh percakapan harian
dengan Bahasa Arab dan Inggris sebanyak tiga buah. Pada pukul 21.30
barulah santri diperbolehkan kembali ke kamar masing-masing untuk
persiapan istirahat.
B. Profil Informan
Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
pimpinan pesantren dan asātiz, santri dan wali santri, dan alumni Pondok
Pesantren Modern Ummul Quro al-Islami.
a. Informan dari kelompok guru-guru
1. Nama : KH. Helmy Abdul Mubin
Usia : 66 Tahun
Jabatan : Pimpinan Pesantren
2. Nama : Fatma Noor Salim
Usia : 61 Tahun
Jabatan : Istri Pimpinan Pesantren
3. Nama : Ishaq
Usia : 45 Tahun
Jabatan : Pengajar
4. Nama : Fajrurrahman
Usia : 40 Tahun
Jabatan : Pengajar
5. Nama : Aminah
Usia : 39 Tahun
Jabatan : Pengajar
6. Nama : Siti Fatimah
Usia : 32 Tahun
Jabatan : Pengajar
b. Informan dari kelompok Alumni
68
Berdasarkan Hasil observasi penulis di Pondok pesantren Modern Ummul
Quro al-Islami sejak 1 Agustus – 15 Agustus 2022.
49
1. Nama : Adiansyah
Usia : 26 Tahun
Asal : Jakarta
Orang tua : Qodriyah
2. Nama : Nur Rizka Fauziah
Usia : 24 Tahun
Asal : Jakarta
Orang tua : Epon
3. Nama : Nabilah Nurul Fikriyyah
Usia : 22 Tahun
Asal : Bogor
Orang tua : Nirma
4. Nama : Ifrohatul Fuad
Usia : 22 Tahun
Asal : Jakarta
Orang tua : Sri Hastuti
5. Nama : Femmy Khairunnisa
Usia : 20 Tahun
Asal : Depok
Orang Tua : Maisaroh
6. Nama : Muhammad Amarul Farid
Usia : 20 Tahun
Asal : Tangerang
Orang tua : Maryam
7. Nama : Thomas Mulkan
Usia : 16 Tahun
Asal : Jakarta
Orang tua : Sri Rahayu
50
69
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), diwawancarai oleh Ifrohatul
Fuad, Bogor, 4 Agustus 2022.
70
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
52
53
71
Berdasarkan Pada Penelitian Dokumen, 1 Agustus 2022.
54
khusus ditujukan untuk Nabi Muhammad sebanyak dua puluh satu kali.
Tradisi membaca basmalah, hamdalah, dan salawat nabi bukanlah suatu
kegiatan yang baru atau khas tradisi Pesantren Ummul Quro saja, karena
sebagaimana lazimnya pembuka doa memang dibentuk dari lafaz
basmalah, hamdalah, dan salawat dalam tradisi masyarakat muslim yang
berlaku secara umum. Namun, kekhususan pada praktik amalan ini di
pondok UQI adalah praktik “menempelkan jempol kaki ibu ke kening sang
anak”. Inilah yang membuat praktik pembacaan amalan ini menjadi unik
dan memerlukan kajian pemahaman yang lebih mendalam.
الرحيم
ّ الرْحن
ّ بسم هللا
رب العاملْي
ّ احلمد هلل
حممد وابرك وسلّم
ّ حممد و على ال سيّدَّن
ّ صل على سيّدَّن
ّ اللّهم
صل عليه وسلّم
ّ حممد اللّهم
ّ صل على سيّدَّن
ّ × اللّهم21
Kemudian memohon,
“Ya Allah hamba ridho kepada putra/putri hamba, mudah-
mudahan (sebut nama anaknya) dijadikan anak yang soleh/ah, rajin
ibadahnya, dan baik akhlaknya. Ya Allah hamba mohon mudah-
mudahan putra/putri hamba betah dan tenang belajar di pesantren
Ummul Quro al-Islami, sehingga mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Dan semoga tidak nakal, tidak melanggar, dan patuh
taat kepada orang tua, dan doa seterusnya”
Amalan ini diakhiri dengan bacaan salawat nabi dan memuji Allah
kembali. Pak Kyai memang selalu menyampaikan ijazah amalan ini ketika
ada pertemuan akbar dengan wali santri, begitupun saat apel dwi
mingguan dengan santri, dengan harapan agar para santri tahu dan selalu
ingat jika menemukan permasalahan ketidakbetahan selama belajar di
pesantren. Namun, kebanyakan wali santri sering kali memilih untuk
datang langsung berkunjung ke rumah pak Kyai untuk menceritakan
persoalan anaknya yang tidak betah, sedang sakit, atau ada juga mereka
sendiri yang belum ikhlas melepaskan sang anak untuk tinggal di
pesantren. Kesemua permasalahan yang disebutkan, sering menjadi faktor
pemicu ketidakbetahan santri di pesantren. Di sinilah pak Kyai
memberikan ulang ijazah amalan ini kepada wali santri, sembari
memberikan gambaran bagaimana prosesi pelaksanaannya.
Penulis merupakan santri alumni ke-19 Pesantren Ummul Quro,
dan pesantren ini menjadi tujuan mondok bagi adik dan para sepupu yang
56
menimbulkan suasana haru yang tidak dibuat-buat. Semua yang hadir saat
itu, yaitu penulis, adik, ayah dan juga ibu sendiri meneteskan air mata yang
cukup deras, dan berharap semoga hajat dan doa permohonan yang
disampaikan ibu diijabah oleh Allah, sehingga adik dapat tenang dan betah
belajar di pesantren.72
72
Berdasarkan Observasi Pada Tanggal 24 Mei 2019.
73
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
74
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
58
salawat kepada Nabi Saw., dan keluarga beliau. Pak Kyai menegaskan
seraya mengutip sebuah hadist Nabi Saw.,
“Membaca pembuka doa sebelum memohon sesuatu kan perintah
langsung dari Nabi Muhammad Saw., dalam hadisnya
ِ يد ربِِه والثهناء علَي ِه ثُه ي
ِ ِ
" َ ُ ْ َ َ َ َّ َح ُد ُك ْم فَلْيَ ْب َدأْ بِتَ ْحم
ِّ ِصلّي َعلَى اَلن
هب َ إِذَا
َ صلهى أ
َصلى هللا عليه وسلم ثُه يَ ْدعُو ِِبَا َشاء
"Apabila seseorang di antara kamu sholat maka hendaknya ia
memulai dengan memuji Tuhannya dan menyanjung-Nya
kemudian membaca salawat Nabi Saw., lalu berdoa dengan do'a
yang dikehendakinya."
Kemudian tambahan lainnya seperti membaca salawat nabi
sebanyak dua puluh satu kali, dan dilakukan dengan menempelkan
jempol kaki ibu ke kening anak merupakan ijazah tambahan dari
Habib Husein.”
75
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
59
‘amal yang mengulas basmalah dan hamdalah dari berbagai macam sisi,
ditambah fadilah membaca salawat, dan melalui jempol kaki ibu sebagai
simbolisasi keridhaan kepada anaknya. Pak Kyai menegaskan,
“Kalau sudah baca pembuka doa, jempol kaki ibu menempel di
kening anak, lalu si ibu memohon dengan keikhlasan dan
keridhaan insya Allah dikabulkan oleh Allah. Memang ketika
memberikan ijazah ini Habib Husein tidak menjelaskan secara
gamblang maksud ditempelkannya jempol kaki ibu ke kening sang
anak, tetapi menurut saya itu sebagai lambang keikhlasan melepas
anak ke pesantren.”76
Jadi, menurut pak Kyai praktik ini merupakan sebuah amalan yang
memiliki tujuan utama agar para santri bisa betah tinggal di pesantren dan
76
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
77
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
60
78
Helmy Abdul Mubin (Pimpinan Pesantren), wawancara.
79
Fatma Noor Salim (Istri Pimpinan Pesantren), diwawancarai oleh Ifrohatul
Fuad, Bogor, 5 Agustus 2022.
61
80
Fatma Noor Salim (Istri Pimpinan Pesantren), wawancara.
81
Ishaq (Ustaz), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 7 Agustus 2022.
62
صلِّى ِ ِ ٍ َعليه وسلهم من صلهى علَي ِِف كِت ِ و بَِقولِه صلهى هللا
َ ُاب ََل تَ َزل املَآلئ َكةُ ت َْ َ َ ه
ك الكِتَاب ِ ِ ِعليه مادام
ِ
َ اَسي ِِف ذال َََ
.....dengan sabda Rasulullah Saw., “barang siapa bersalawat
kepadaku pada sebuah buku, maka malaikat senantiasa berdoa
untuknya selama namaku masih tercatat di buku tersebut.”83
Kemudian Ustaz Ishaq memaparkan bahwa di dalam Kitab
Kifayatul Atqiya terdapat sepuluh keutamaan yang akan didapatkan oleh
orang-orang yang membaca salawat , dan salah satunya adalah qaḏa’ul
82
Ishaq (Ustaz), wawancara.
83
Ishaq (Ustaz), wawancara.
63
84
Ishaq (Ustaz), wawancara.
85
Ishaq (Ustaz), wawancara.
64
86
Fajrurrahman (Ustaz), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 6 Agustus
2022.
87
Fajrurrahman (Ustaz), wawancara.
88
Fajrurrahman (Ustaz), wawancara.
65
89
Aminah (Ustazah), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 3 Agustus
2022.
90
Aminah (Ustazah), wawancara.
66
91
Siti Fatimah (Ustazah), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 3 Agustus
2022.
67
92
Siti Fatimah (Ustazah), wawancara.
68
93
Najwa Farhana (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 8
Agustus 2022.
69
94
Najwa Farhana (Santriwati), wawancara.
70
95
Risma Julaiha (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 8
Agustus 2022.
71
96
Siti Rihma Shalawati (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor,
8 Agustus 2022.
72
ke pak Kyai tanpa saya, hanya dengan ketua kamarnya saja. Saya
praktikkan semuanya sesuai yang ada di kertas dan sesuai yang
Rihma arahkan. Kemudian saya berdoa meminta yang terbaik
untuk anak saya kedepannya. Ya sebagaimana orang tua biasa pada
umumnya mendoakan anak kak, maunya ya selalu yang terbaik.
Saya tutup doanya dengan anjuran pak Kyai juga, lalu saya
peluk.”97
Dari penjelasan Ibu Urfah saat penulis tanya perihal manfaat apa
yang ibu dan Rihma rasakan setelah mempraktikkan ijazah yang pak Kyai
berikan, beliau mengatakan bahwa anaknya mendapatkan kemudahan-
kemudahan dalam berbagai hal, seperti mudah beradaptasi dengan
rutinitas baru, teman, lingkungan, makanan dan hal lainnya. Yang mana
hal-hal tersebut menjadi pemicu rasa betah dan tenang untuk Rihma ketika
berada di lingkungan pesantren. Pernyataan dari ibunya pun disetujui oleh
Rihma, menurutnya setelah ia dan ibunya mempraktikkan itu ia merasa
jauh lebih bisa menerima segala rutinitas mulai dari bangun tahajud hingga
kembali tidur pada pukul sepuluh malam. Ibu Urfah pun mengatakan
bahwa setelah mengetahui ada banyak perubahan yang dialami oleh
anaknya, ibu dan Rihma memutuskan untuk konsisten melakukan praktik
pembacaan amalan doa ini setiap hendak kembali ke pesantren selepas
liburan. Tentu dengan niat yang utama yaitu diberi ketenangan dan rasa
betah untuk sang anak ketika belajar di pesantren, dan hajat-hajat
tambahan lainnya yang dari keterangan sang ibu sesuai permintaan sang
anak. Seperti, dimudahkan lulus seleksi pasukan khusus pramuka,
dimudahkan dalam tes seleksi formatur ketua organisasi putri, dan hajat
khusus lainnya.98 Dari keterangan ibunya itu, Rihma mengiyakannya
dengan mengatakan “iya betul kak, aku suka request doa gitu sama ibu,
97
Urfah (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 8 Agustus
2022.
98
Urfah (Wali santri), wawancara.
73
99
Siti Rihma Shalawati (Santriwati), wawancara.
100
Syifa Tadzkiya (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 9
Agustus 2022.
74
sadar, sang anak akan menolak untuk diajak melakukan anjuran dari pak
Kyai. Sebab sejak awal Syifa mengatakan tidak betah, selain meminta
pulang Syifa juga meminta untuk dipindahkan ke sekolah biasa saja.
Karena keinginan orang tua yang sangat kuat untuk menyekolahkan anak
mereka di pesantren, akhirnya Ibu Yanti dan suaminya memutuskan untuk
datang ke rumah pak Kyai tanpa sepengetahuan anaknya. Setelah meminta
saran panjang lebar kepada pak Kyai, akhirnya orang tua Syifa membawa
Syifa pulang dengan kondisi sudah mendapatkan ijazah amalan doa
tersebut. Kemudian, keesokan harinya saat Syifa sedang tidur siang, Ibu
Yanti melakukan prosesi amalan doa ini pun dengan diam-diam. Ibu Yanti
mengatakan, “saya sempat khawatir Syifa akan terbangun, tapi
alhamdulilah dia pulas tidurnya. Jadi sampai akhir aman dan lancar.”
Kemudian Ibu Yanti menjelaskan bahwa selama prosesi tersebut ia
melakukannya dengan sangat perlahan. Mulai dari pelan-pelan
menempelkan jempol kakinya ke kening sang anak, hingga saat
memanjatkan doa-doa pun hanya di dalam hati. Beliau mengatakan,
“Ketika berdoa itu saya hanya memohon agar Allah beri
ketenangan dan rasa betah di hati dan pikiran Syifa, supaya dia bisa
mondok sampai tamat Aliyah, dengan ilmu yang berkah dan
bermanfaat. Alhamdulilah sekarang Syifa sudah mau lulus enam
tahun pesantren kak”.
101
Yanti (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 9 Agustus
2022.
75
102
Syifa Tadzkiya (Santriwati), wawancara.
103
Fajrurrahman (Ustaz), wawancara.
76
104
Muhamad Faiq, Naufal Abdurrahman, Muhammad Rafi (Santri)
diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor 10 Agustus 2022.
77
105
Muhammad Faiq (Santri), wawancara.
106
Naufal Abdurrahman, Muhammad Rafi (Santri), diwawancarai oleh Ifrohatul
Fuad, Bogor, 10 Agustus 2022.
107
Naufal Abdurrahman(Santri), wawancara.
108
Muhamad Faiq, Muhammad Rafi (Santri), wawancara.
78
109
Sri Hastuti (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 10
Agustus 2022.
110
Sri Hastuti (Wali santri), wawancara.
79
setiap aku pulang ke rumah. Ga kerasa deh satu semester lagi lulus
pondok.”111
Naufal pun mengatakan hal yang sama, di tahun pertama dan kedua
memanglah tahun yang sulit untuk membiasakan diri dengan keadaan
pesantren. Kemudian ia juga mengatakan,
“emang rasanya ada yang beda ka setelah di doain sama ibu pake
cara pak Kyai itu. Karena kita ada di bawah kaki ibu terus ngeliat
ibu berdoa sambil nangis jadi kaya nyampe gitu ke hati. Aku
sendiri setelah praktik itu sama ibu jadi lebih tenang, lebih
semangat, lebih bisa jaga diri dari pelanggaran-pelanggaran yang
ada. Meskipun ga langsung berubah jadi betah, jadi baik, tapi aku
ngerasain ada efeknya gitu kak.”112
111
Muhammad Faiq (Santri), wawancara.
112
Naufal Abdurrahman (Santri), wawancara.
80
terbukanya jalan kebaikan untuk sang anak, sehingga bisa merasa betah
dan menjalani hari-hari di pesantren dengan baik.113
Sedangkan dari keterangan Rafi, posisi kedua orang tuanya saat itu
di Bandar Lampung, ketika mendengar kabar tersebut sang ayah dan kakak
langsung menjadwalkan keberangkatannya ke Bogor. Setibanya di Bogor
mereka memutuskan untuk tinggal di Bogor selama sebulan, untuk
berjaga-jaga takut Rafi melakukan hal-hal yang tidak diinginkan lagi.114
Ibunda Rafi ketika diwawancara mengatakan, ia sudah tidak ingat
bagaimana persisnya ketika melakukan praktik amalan doa jempol kaki
ibu yang pak Kyai berikan ketika dirinya dan suami sedang berkunjung ke
rumah pak Kyai sebelum pulang ke Lampung usai menjemput Rafi yang
hendak liburan Ramadhan. Dari pernyataan beliau juga, ketika berdoa
beliau fokus doanya hanya pada rasa betah untuk sang anak, agar tidak
selalu teringat dengan rumah, dan bisa belajar dengan baik. Sebab jarak
yang jauh dan biaya yang tidak sedikit tentunya harus beliau keluarkan
jika selalu bolak-balik Lampung-Bogor. Kemudian beliau mengatakan,
113
Hartanti (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad 10 Agustus 2022.
114
Muhammad Rafi (Santri), wawancara.
115
Mulyani (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 10 Agustus
2022.
81
mulai nampak. Menurut beliau, karena hati yang tenang ketika belajar di
pesantren mungkin bisa menjadikan Rafi belajar lebih fokus dan
menghasilkan nilai yang memuaskan.116 Dan hal tersebut disetujui oleh
Rafi, ia mengatakan,
“Pokonya setelah ibu doain Rafi pake cara jempol kaki itu, Rafi
jadi lebih enak kak merasanya di pesantren. Belajar lebih tenang,
fokus, bisa bergaul sama banyak orang, jadi meskipun Rafi ga
dijenguk Rafi ga ngerasa sedih, karena kan ada orang tua teman-
teman Rafi yang lain. Alhamdulilah deh pokonya.”117
Ketika anak lain merasa tidak betah tinggal di pesantren saat
menjadi santri baru, Sasa dan Anna justru merasakan hal sebaliknya.
Mereka merasa betah sejak awal masuk ke pesantren, karena memang
betul-betul kemauan mereka sendiri. Perasaan gelisah dan ingin pulang
mulai muncul dibenak keduanya setelah mengetahui bahwa sang ibu
masih suka menangis di rumah karena mereka berada jauh dari sisinya.
Salmalia atau yang akrab dipanggil Sasa merupakan anak bungsu dari tiga
bersaudara. Sasa mengatakan ia memang sangat dekat dengan ibunya,
sebab kedua kakaknya yang lain berada di luar kota karena sedang
menyelesaikan kuliahnya, maka dari itu hanya Sasa lah yang menemani
ibu dan ayah setiap harinya.
Saat ditanya alasan apa yang membuatnya langsung merasa betah
di pesantren, Sasa mengatakan bahwa suasana barulah yang membuatnya
merasa semangat dan antusias menjalani hari-hari pertamanya di
pesantren. Kondisi pesantren yang sangat berbeda dengan kondisi di
rumah yang serba ada, membuat Sasa selalu ingin belajar mandiri dalam
berbagai hal, sebab menurut Sasa selama di rumah segala kebutuhan dan
116
Mulyani (Wali santri), wawancara.
117
Muhammad Rafi (Santri), wawancara.
82
keperluan Sasa sudah diatur dan disiapkan oleh ibunya.118 Kemudian Sasa
menceritakan awal kegelisahannya muncul, yaitu ketika ia mulai
memperhatikan ibunya yang setiap selesai menjenguk Sasa selalu
menangis. Ditambah rasa heran yang mulai muncul karena sang ibulah
yang selalu menelpon Sasa melalui wali kelasnya. Sampai di minggu ke
tiga sejak Sasa tinggal di pesantren ibunya kembali menjenguknya, dan
mengatakan bahwa sang ibu selalu teringat dengan dirinya, dan
mengajaknya untuk pindah sekolah ke tempat lain yang tidak
mengharuskan Sasa tinggal di asrama. Kemudian Sasa mengatakan
ayahnyalah yang mengajak mereka untuk datang berkunjung menemui pak
Kyai, agar mendapatkan saran bagaimana baiknya.
Sebagaimana biasanya, setelah memberi beberapa nasihat pak
Kyai memberikan kertas ijazah tersebut untuk dilaksanakan di rumah.
Belum genap sebulan Sasa berada di pesantren, akhirnya ia pulang ke
rumah terlebih dahulu untuk mempraktikkan ijazah amalan doa yang pak
Kyai berikan. Setibanya di rumah Sasa meminta ibunya untuk segera
melakukan apa yang pak kyai perintahkan, karena dari keterangan yang
Sasa sampaikan ia tidak ingin berlama-lama di rumah, sebab takut
tertinggal banyak pelajaran. Saat menggambarkan suasana ketika
mempraktikkan amalan doa tersebut Sasa mengatakan, ia tidak merasa
terharu seperti teman-teman yang lainnya, ia justru merasa heran kepada
sang ibunda. Dalam benaknya bertanya-tanya, mengapa ibu yang
menangis padahal Sasa yang tinggal di pesantren. Kemudian Sasa
melanjutkan, seselesainya sang ibu berdoa justru Sasa lah yang
118
Salmalia Hasina Zahra (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad,
Bogor, 11 Agustus 2022.
83
meyakinkan sang ibu bahwa dia akan baik-baik saja di pesantren, jadi ibu
tidak perlu khawatir berlebih kepadanya.119
Ketika penulis mewawancarai ibu dari Sasa melalui telepon, dan
menanyakan kondisi beliau ketika awal Sasa masuk pesantren beliau
mengawalinya dengan sedikit tertawa, seperti malu-malu jika mengingat
hal yang sudah lama terjadi itu, kemudian beliau mulai menceritakan
bahwa memang betul ketika Sasa masuk pesantren dirinyalah yang justru
lebih banyak menangis, dan mengajak sang anak untuk keluar dari
pesantren. Tetapi hal tersebut perlahan mulai mereda, sebab ayah dan
kakak Sasa yang lain turut membantu dan menyemangatinya, juga turut
mencarikan jalan keluarnya, seperti mengajak dirinya dan Sasa untuk
berkunjung ke rumah pak Kyai. Beliau juga membetulkan apa yang Sasa
sampaikan, yaitu ketika proses mempraktikkan amalan doa dari pak Kyai
ia yang menangis cukup deras, sedangkan Sasa tetap tenang di
tempatnya.120
Dari yang ibunda Sasa ceritakan ketika itu ia berdoa kepada Allah
Swt., agar diberi keikhlasan di dalam hatinya untuk melepaskan sang anak
ke pesantren. Tak lupa keridhaan Allah ia panjatkan untuk sang anak agar
selalu dalam keadaan baik saat jauh dari sisinya, dan alhamdulilah tidak
perlu waktu yang cukup lama untuk akhirnya ibu dari Sasa merasa tenang
dan tidak gelisah ketika Sasa berada di pesantren. Di akhir pembicaraan
beliau menyatakan bahwa salah satunya melalui praktik doa inilah jalan-
jalan kemudahan bagi dirinya untuk mengikhlaskan sang anak mulai
terbuka, sampai akhirnya terbiasa seperti sekarang.121
119
Salmalia Hasina Zahra (Santriwati), wawancara.
120
Farida (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor 11 Agustus
2022.
121
Farida (Wali santri), wawancara.
84
122
Nafisah Anna Putri (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor,
11 Agustus 2022.
123
Ruhiyah (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 11
Agustus 2022.
86
124
Salsabila Arifa (Santriwati), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 11
Agustus 2022.
87
125
Siti Muni’ah (Wali santri), diwawancara oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 11
Agustus 2022.
126
Salsabila Arifa (Santriwati), wawancara.
88
127
Sultan Yudha (santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 10
Agustus 2022.
128
Sri Banun (Wali santri), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 10
Agustus 2022.
89
tidak merasakan sakit jarban itu lagi. Dan jika dirinya sakit yang cukup
parah lagi seperti tifus, sang ibu tetap mempraktikkan amalan doa dari pak
Kyai sebelum memberinya obat.129
Selain dari kalangan santri, para alumni juga turut penulis
wawancara untuk menanyakan manfaat dari mempraktikkan pembacaan
amalan doa jempol kaki ibu ini. Dari pemaparan mereka kasus yang
dialami pun sama dengan santri pada umumnya, yaitu merasa tidak betah,
pelanggaran, atau karena sakit. Seperti yang disampaikan oleh kak Rizka
saat penulis wawancara, ia mengatakan dulu ketika masa pubertas di kelas
tiga Tsanawiyah dirinya sering sekali melakukan pelanggaran-
pelanggaran yang berat, seperti kabur, berkomunikasi dengan santri putra
di lingkungan pesantren, dan lainnya. Setelah pelanggaran-pelanggaran
itulah orang tua Kak Rizka memutuskan untuk mempraktikkan amalan doa
jempol kaki ibu.130
Dari keterangan ibunda Kak Rizka, beliau mempraktikkan amalan
doa tersebut dengan harapan adanya perubahan sikap pada sang anak,
sehingga bisa menjadi santri yang taat pada peraturan pesantren. Ibunda
kak Rizka juga mengatakan bahwa perubahan mulai terlihat setelah beliau
mempraktikkan amalan tersebut, beliau merasa semakin jarang menerima
surat laporan pelanggaran berat sang anak.131 Sedangkan menurut Kak
Rizka sendiri, ia mengatakan bahwa saat proses pembacaan doa itulah
yang membuatnya tersentuh dan sadar, akan kesalahan-kesalahannya
selama ini. Sehingga setelah ibunda mempraktikkannya muncul tekad
untuk memperbaiki diri ketika kembali ke pesantren.132
129
Sultan Yudha (santri), wawancara.
130
Nur Rizka Fauziah (Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Jakarta, 15
Agustus 2022.
131
Epon, diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Jakarta, 15 Agustus 2022.
132
Nur Rizka Fauziah, wawancara.
90
133
Muhammad Amarul Farid (Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad,
Bogor, 13 Agustus 2022.
134
Maryam, Diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Jakarta, 15 Agustus 2022
135
Muhammad Amarul Farid, wawancara.
91
terdeteksi, seperti maag atau penyakit lainnya. Menurut Femmy ketika itu
dia dan orang tuanya merasa bingung, kemudian memutuskan untuk
berkunjung ke rumah pak Kyai. Setelah mendapat saran dari pak Kyai
untuk mencoba berusaha secara batin dengan mempraktikkan pembacaan
amalan doa jempol kaki ibu dengan harapan agar sakit yang diderita
anaknya bisa segera diobati dan sembuh seperti semula.136 Dari keterangan
ibunda Femmy, beliau rutin mempraktikkannya setiap malam Jum’at
selepas yasinan. Ketika itu Femmy berada di rumah kurang lebih selama
dua bulan untuk terus kontrol ke rumah sakit mencari tahu penyebab utama
sakitnya. Ibunda Femmy pun mengatakan banyak perubahan yang terlihat
pada diri anaknya, panas tinggi yang mulai jarang dirasakan sang anak,
perut yang sakit sudah mulai mereda dan jarang kambuh, dan perubahan
kebaikan lainnya.137
Femmy juga mengatakan, setelah berobat ke berbagai tempat dan
dengan berbagai cara, tetap saja rasa gelisah yang ia rasakan setiap malam
selalu mereda sehabis ibunda mempraktikkan doa dari pak Kyai. Sampai
akhirnya ketika sudah sangat membaik kondisinya, ia bisa kembali belajar
di pesantren sebagaimana santri lainnya.138
Dan yang terakhir adalah pengalaman pribadi penulis dan ibunda
ketika mempraktikkan pembacaan amalan doa jempol kaki ibu yang
diberikan oleh pak Kyai ketika penulis kelas dua Tsanawiyah. Tahun
pertama penulis berada di pesantren semua berjalan dengan baik, perasaan
tidak betah belum memuncak seperti teman-teman yang lainnya. Namun,
di tahun kedua lah perasaan tidak betah itu memuncak, ingin selalu pulang
ke rumah, dan ketika sudah berada di rumah tidak ingin kembali lagi ke
136
Femmy Khairunnisa, diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 13 Agustus
2022
137
Maisaroh, diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 13 Agustus 2022.
138
Femmy Khairunnisa, wawancara.
92
139
Sri Hastuti, wawancara.
140
Sri Hastuti wawancara.
93
141
Thomas (Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 14 Agustus
2022.
142
Sri Rahayu (Wali Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Jakarta, 18
Agustus 2022.
94
Praktik pembacaan amalan doa jempol kaki ibu ini memang secara
rutin pak Kyai ingatkan kepada santri dan wali santrinya pada setiap
kesempatan yang ada. Namun, tidak menutup kemungkinan ada sebagian
lain yang tidak pernah mempraktikkan pembacaan amalan doa jempol kaki
ibu yang pak Kyai ijazahkan. Pada persoalan ini penulis menemui
beberapa santri kelas enam dan alumni yang belum pernah mempraktikkan
amalan ini. Mayoritas dari mereka beralasan tidak melakukannya karena
tidak memiliki keluhan atau permasalahan yang berat, atau karena
ibundanya tidak mau mempraktikkan hal tersebut.
Kak Nabilah yang merupakan alumni ke sembilan belas
mengatakan bahwa semasa dirinya menjadi santri, ia tidak pernah
mempraktikkan amalan doa ini, dengan alasan sang ibunda tidak mau
mempraktikkannya, dan menurut kak Bela juga memang pada
kenyataannya ia tidak memiliki keluhan tidak betah atau persoalan berat
lainnya, yang menyebabkan ia dan ibunda harus mempraktikkan amalan
doa jempol kaki dari pak Kyai.143 Saat penulis menemui ibunda kak Bela
dan menanyakan hal tersebut, beliau mengatakan hal yang sama, karena
merasa anaknya bentah dan aman-aman saja selama di pesantren, jadi
beliau tidak mempraktikkan doa tersebut.144
Selain Kak Nabilah, ada juga Kak Adi yang merupakan alumni ke
enam belas pondok UQI yang mempraktikkan amalan doa tersebut secara
parsial. Kak Adi mengatakan kepada penulis bahwa, ia meminta
ibundanya untuk mempraktikkan hal tersebut ketika kelas tiga Tsanawiyah
agar diberi ketetapan di hati untuk melanjutkan belajar di pesantren hingga
kelas tiga Aliyah. Namun dari keterangan kak Adi, setiap dirinya meminta
143
Nabilah Nurul (Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 12
Agustus 2022.
144
Nirma (Wali Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 12
Agustus 2022.
95
Nama/
No Permasalahan Tujuan Praktik Efektifitas
Kelas
Najwa mampu
Najwa merasa sangat tidak betah,
bertahan belajar di
yang membuatnya melakukan hal- Agar Najwa merasa
pesantren hingga
Najwa hal membahayakan, seperti lebih tenang dan betah
sekarang sudah di
1 Farhana/ memanjat pagar pesantren, tinggal di pesantren,
kelas akhir, dan
6 IPA 1 mengejar mobil orang tuanya, dan tidak melakukan
tidak mengulangi
tidak makan seminggu, dan lain- hal membahayakan.
perbuatannya
lain.
kembali.
Rihma merasa tidak betah tinggal Rihma bisa betah
di pesantren, namun tidak berani Agar Rihma bisa betah dan fokus selama
Siti
mengatakan hal tersebut kepada dan fokus selama belajar di
Rihma
2 kedua orang tuanya, sehingga belajar di pesantren, pesantren, dan
Salawati/
Rihma memutuskan untuk sehingga mendapatkan mulai terbiasa
6 IPA 1
berkunjung ke rumah pak Kyai ilmu yang bermanfaat. dengan segala
dengan ketua kamarnya. aktifitas yang ada.
Syifa merasa tidak betah karena
Agar Syifa bisa betah Syifa merasa betah
belum bisa beradaptasi dengan
Syifa tinggal di pesantren dan mengurungkan
keadaan pesantren yang serba
3 Tadzkiya/ hingga lulus, dan tidak niatnya untuk
mengantri. Bahkan Syifa sampai
6 IPA 2 terus meminta pindah pindah ke sekolah
selalu meminta pindah sekolah
sekolah. lain.
kepada kedua orang tuanya.
Mereka merasa tidak betah karena Faiq, Naufal, dan
padatnya kegiatan yang ada di Agar mereka bertiga Rafi bersama-sama
pesantren, menu makanannya itu- merasa betah dan bisa betah dan tidak
Faiq,
itu saja, dan juga karena mereka beradaptasi dengan melakukan
Naufal,
4 sulit beradaptasi dengan segala kegiatan baru di pelanggaran lagi.
Rafi/ 6
penggunaan bahasa Arab dan pesantren dan tidak Meskipun semua
IPS 1
Inggris dalam percakapan sehari- melakukan itu melalui proses
hari. Mereka sempat kabur dari hal membahayakan. panjang bagi
pesantren. masing-masing.
145
Adiansyah, (Alumni), diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 12
Agustus 2022.
146
Qodriyah, diwawancarai oleh Ifrohatul Fuad, Bogor, 12 Agustus 2022.
96
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan penelitian dan memaparkan analisis
mengenai praktik pembacaan pembuka doa yang berisi lafaz basmalah,
hamdalah, dan salawat nabi pada doa jempol kaki ibu yang dilaksanakan
oleh wali santri dan sang anak pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan yang menjadi jawaban dari permasalahan penelitian
ini, yaitu:
1. Praktik pembacaan basmalah, hamdalah dan salawat nabi pada
pembuka doa amalan doa jempol kaki ibu merupakan praktik
yang berasal dari ijazah Habib Husein kepada pak Kyai Helmy
melalui Gus Saifullah, dengan tujuan agar bisa menjadi solusi
ketika terdapat santri yang tidak betah, sedang sakit atau
persoalan lainnya.
2. Dalam pemahaman pimpinan, ustaz dan ustazah ditemukan
pandangan bahwa ditempelkannya jempol kaki ibu ke kening
sang anak melambangkan keran keridhaan orang tua yang
melepas anaknya untuk belajar di pesantren, dari keran tersebut
mengalirlah keridhaan dan keikhlasan yang bisa menenangkan
pikiran dan hati sang anak selama tinggal di
3. Praktik pembacaan basmalah, hamdalah, salawat kepada Nabi
Muhammad Saw., dan keluarganya sebanyak satu kali,
kemudian salawat khusus kepada Nabi Muhammad sebanyak
dua puluh satu kali, dengan ditempelkannya jempol kaki ibu di
kening sang anak dirasa efektif untuk membuat santri betah
tinggal di pesantren, sembuh dari sakitnya, dan terkabulnya
99
100
101
102
107
108
109
110