Anda di halaman 1dari 123

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN

ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA


TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :
Maria Ulfah
11140340000147

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/ 2021 M
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA
TIMUR

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Maria Ulfah
NIM: 11140340000147

Pembimbing

Dasrizal, MIS
19850724 201503 1 003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M

i
ii
iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Maria Ulfah
NIM : 11140340000147
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi ini persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif


merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang telah berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 05 Oktober 2020

Maria Ulfah

v
ABSTRAK
Maria Ulfah: 11140340000147
Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang datang untuk memberikan
petunjuk kebenaran bagi umat Islam. Al-Qur’an tidak cukup hanya dibaca
saja, akan tetapi umat Islam berkewajiban memelihara dan menjaganya
yakni dengan cara menghafal al-Qur’an. Menjadi seorang ahli al-Qur’an
adalah suatu keutamaan, Allah Swt menyebut ahli al-Qur’an sebagai ahli
Allah. Namun menghafal al-Qur’an tidaklah mudah, adanya berbagai
hambatan dalam menghafal dan menjaga hafalan berdasarkan masing-
masing individu. Maka diharapkan penelitian ini dapat membantu para
penghafal al-Qur’an yang sedang menghadapi masalah-masalah dalam
menghafal al-Qur’an.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode menghafal al-
Qur’an, bagaimana implementasinya serta kelebihan dan kekurangan dari
metode menghafal al-Qur’an yang digunakan di Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Dalam penelitian skripsi ini penulis menempuh penelitian lapangan
(Field Research) dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini yaitu sepuluh orang santri dan tiga orang pengajar
pondok pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror, yang sebelumnya telah
penulis konfirmasi kesediaannnya untuk ikutserta dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Kedua data yang terkumpul kemudian dikelompokan dalam
beberapa analisis.
Hasil yang penulis temukan dalam penelitian ini menunjukkan
metode yang diterapkan dalam pembelajaran menghafal al-Qur’an adalah
metode wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir,
metode sima’ī (menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang
dilafalkan oleh penghafal), dan metode menghafal satu hari satu
kaca/halaman. Implementasi metode tersebut secara global cukup baik dan
berhasil. Untuk kelebihan dan kekurangan, selama ini tidak ada
kekurangan yang terlihat jelas. Hal tersebut terlihat dari hasil
pembelajaran yang selalu mencapai target.

Kata Kunci: Metode Menghafal, al-Qur’an, Santri Pondok Pesantren


Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.

vii
KATA PENGANTAR

‫اَّللِ الهر ْْحَ ِن الهرِحي ِم‬


‫بِ ْس ِم ه‬
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, pertolongan dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan
salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita
mendapat syafa’at Rasulullah SAW di hari kiamat nanti. Alhamdulillah
dengan izin Allah SWT tulisan penelitian ini bisa diselesaikan dengan
judul “Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, bahkan jauh pada kata
sempurna. Untuk itu penulis sangat membuka dan menerima segala saran,
kritik dan masukan dari semua pihak agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak
pihak yang terlibat, baik sosok kerabat, dan orang-orang spesial dari
berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak
membantu penulis, hingga penelitian ini selesai. Maka pada kesempatan
ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA., sekalu Dekan Fakultas Ushuluddin dan
dosen penasihat akademik.

ix
x

3. Dr. Eva Nugraha, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dasrizal, MIS., selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima
kasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran beliau dalam
meluangkan waktunya dan membimbing penulis hingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Dosen Jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah
mengajarkan dan memberikan berbagai wawasan, ilmu serta
pengalaman kepada penulis selama studi di kampus tercinta ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah
membantu penulis mendapatkan referensi dalam penelitian ini.
7. Pimpinan KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, seluruh staf
guru karyawan dan siswa siswi Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror yang telah menerima kedatangan penulis, memberi
dukungan dan partisipasi dalam membantu tercapainya penelitian
ini.
8. Muhammad, Tuti Alawiyah, Madinah, Elin Karlina, Abdul Fattah,
Sopiyah, Hasyim Adnan, Novi Yanti sebagai abang dan kakak ipar
penulis yang senantiasa mendukung dan memberi motivasi dengan
segenap kasih sayangnya. Bunga Citra Destari, Kayla Oktaviany,
Badrina Alfi, Al-Kalam Julian Pramana, Al-Faridzi Mahardwika,
Al-Khalifi Sakha Rabbani, Silvie Aulia Putri, Rasya Junior
Fatahillah, Havidzah Hasvi dan Adiba Keisya Ramadhani
keponakan penulis yang selalu memberikan semangat dan
xi

keceriaan. Dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan


semangat.
9. Putri Syarifatul Hikmah yang selalu membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Jajaran sahabat penulis, Iis Kholisoh Tusadiyah, S.Ag., Fadhila,
Rizka Fatihanah, S.Sos., Sarah Fauziah, S.IP., Andini Yulistia,
S.Ag., Nurul Aeni, S.Pd., Nurhidayati Fauziah, S.Sos., dan Alm.
Alifah Dhiafah yang selalu memberikan semangat, dukungan,
bertukar pikiran dan membantu penulis saat senang maupun susah.
11. IKAPMI AMANAH (Ashabul Maimanah 15) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kawan satu perjuangan penulis
yang selalu memberikan dukungan dan menghadirkan kebahagian
pada masa-masa perkuliahan.
12. Nurfirtiati Anggraini, Fanny Hayatunnisa, Dwi Nurul Aini, Eva
Muzdalifah, S.Ag., Indah Fauziyah, S.Ag., serta seluruh teman-
teman satu perjuangan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, terutama Kelas
TH D 2014 yang menemani dari awal hingga akhir perkuliahan
dan tidak pernah lelah memberi semangat dan dukungan.
13. Teman KKN “NATIVE 19” yang memberikan semangat dan
dukungannya.
14. Nabila, Hikmah Isnaeni, Dede Indri, Nur Septi Handayani, dan
Eva sahabat yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi
kepada penulis.

Terakhir penulis ucapkan terimakasih yang paling dalam untuk


kedua orang tua penulis, Ayahanda H.Abdurrahman (alm) dan ibunda Hj.
Salmah, yang tidak pernah lelah berdoa dan memberikan dukungan,
bimbingan, arahan, motivasi, serta kasih sayang untuk kesuksesan
penulis.Tanpa do’a dan dukungan penuh dari keduanya, penulis tidak akan
xii

mampu sampai pada titik ini dan menyelesaikan penelitian ini. Semoga
skripsi ini menjadi salah satu kebahagiaan untuk kedua orang tua penulis.
Amiin.

Ciputat, 05 Oktober 2020

Maria Ulfah
11140340000147
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini
berpedoman pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan
Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba b Be

‫ت‬ Ta t Te

‫ث‬ Ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim j Je

‫ح‬ Ḥa ḥ
Ha (dengan titik di
bawah)

‫خ‬ Kha kh ka dan ha

‫د‬ Dal d De

‫ذ‬ Żal ż Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra r Er

‫ز‬ Zai z Zet

xiii
xiv

‫س‬ Sin s Es

‫ش‬ Syin sy es dan ye

‫ص‬ Ṣad ṣ
es (dengan titik di
bawah)

‫ض‬ Ḍad ḍ
de (dengan titik di
bawah)

‫ط‬ Ṭa ṭ
te (dengan titik di
bawah)

‫ظ‬ Ẓa ẓ
zet dengan titik di
bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain g Ge

‫ف‬ Fa f Ef

‫ق‬ Qaf q Ki

‫ك‬ Kaf k Ka

‫ل‬ Lam l El

‫م‬ Mim m Em

‫ن‬ Nun n En

‫و‬ Wau w We
xv

‫هـ‬ Ha h Ha

‫ء‬ Hamzah ʺ Apostrof

‫ي‬ Ya y Ye

2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

_َ Fathah a A

_ِ Kasrah i I

_ Dhammah u U

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah


sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫َ_ ْي‬ Fathah dan ya ai a dan i

‫َ_ ْو‬ Fathah dan wau au a dan u


xvi

3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (maddah), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Harakat dan Huruf dan
Nama Nama
huruf tanda

‫ا‬...‫َ_ ي‬ Fathah dan alif


ā a dan garis di atas
atau ya

‫ىِ ْي‬ Kasrah dan ya ī I dan garis di atas

‫ىـ ْو‬ Dhammah dan


ū u dan garis di atas
wau

4. Ta’ Marbūṭah
Transliterasi untuk Ta’ Marbūṭah ada dua:
a. Ta’ Marbūṭah hidup
Ta’ Marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
ḍommah, transliterasinya adalah “t”.
b. Ta’ Marbūṭah mati
Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah “h”.
c. kalau pada kata terkahir dengan Ta’ Marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka
Ta’ Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
xvii

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫ضة األَطْ َف ِال‬


َ ‫َرْو‬ rauḍah al-aṭfāl

2
ِ ‫امل ِدينَة ال َف‬
‫اضلَة‬ al-madīnah al-fāḍilah
َ
‫ْمة‬ ِ
َ ‫احلك‬
3 al-ḥikmah

5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau Tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (ّ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:

‫َربـهنَا‬ rabbanā

‫نـَهزَل‬ nazzala

ُّ ِ
‫الِب‬ al-birr

‫ احلَج‬al-ḥajj

Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh

huruf kasrah (‫)ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــى‬, maka ia di transliterasi seperti huruf maddah (ī).

Contoh:

‫علِى‬ : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

‫َعَرِب‬ : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)


xviii

6. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ‫ال‬. Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang
ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika dia diikuti oleh huruf
syamsiyah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-),
Contohnya:

‫الهرجل‬ : al-rajulu

‫ال هسيِد‬ : al-sayyidu

‫همش‬
ْ ‫ الش‬: al-syamsu
‫ال َقلَم‬ : al-qalamu

‫ألْبَ ِديْع‬ : al-badĭ’u

‫ا ْْلَالَل‬ : al-jalālu

7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (') hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah
terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia
berupa alif. Contohnya:

‫ََتْمرْو َن‬ : ta'murūna

‫النـ ْهوء‬ : al-nau'

‫َشْي ٌئ‬ : syai'un


xix

‫أ ِم ْرت‬ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa


Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa
Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya
kata Al-Qur’an (dari al-Qur'ān), sunnah, khusus, dan umum. Namun bila
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka
mereka harus ditransliterasi secara utuh. contoh:
Kata Arab Alih Aksara

‫ِف ِظالَل الق ْرآن‬


ِْ
Fī Ẓilāl al-Qur'ān

‫السنهة قَـْب َل التَ ْد ِويْن‬ Al-Sunnah qabl al-tadwīn

ِ ‫العِباََرة بِعم ْوِم اللَ ْفظ الَ ِِبص ْو‬


‫ص‬ Al-‘ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ
al-sabab
‫ال هسبَب‬

9. Lafẓ al-jalālah (‫)هللا‬

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
lainnya atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal),
transliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:
ِ‫ِدين هللا‬
ْ : dīnullāh
xx

ِ‫ِِب هللا‬ : billāh

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-


jalālah, ditransliterasi dengan huruf (t). Contoh :

‫ِف َر ْْحَِة هللا‬


ْ ِ ‫ه ْم‬ : hum fī rahmatillāh

10. Huruf Kapital


Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps),
dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang
penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia
yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menulis
huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada
permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka
huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).
Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi
yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
maupun dalam catatan rujukan (CK,DP,CDK, dan DR). Contoh:
Kata Arab Alih aksara

‫َوَما ُمَ هم ٌد إِاله َرس ْوٌل‬ -Wa mā Muḥammadun illā rasūl

‫هاس لَله ِذ ْي بِبَ هكةَ مباََركا‬


ِ ‫ت و ِض َع لِلن‬
ٍ ‫إِ هن أَهوَل بـي‬
َْ
-Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi
bi Bakkata mubārakan

‫ضا َن ال هذ ْي أنْ ِزَل فِْي ِه الق ْرآن‬


َ ‫َش ْهر َرَم‬
-Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh
Al-Qur’an
ِ ‫صْي‬
‫الديْن الطُّْو ِس ْي‬ ِ
ْ َ‫ن‬
-Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī
xxi

ْ ِ‫صر ال َفَر‬
‫اب‬ ْ َ‫أَبـ ْو ن‬
-Abū Naṣr al-Farābī

ْ ِ‫الغََز‬
‫ال‬ -Al-Gazālī

َ ‫املنْ ِق ْذ ِم َن‬
‫الدالَل‬ -Al-Munqiż min al-Ḍalāl
xxii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................. vii


KATA PENGANTAR ........................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................... xiii
DAFTAR ISI .......................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 8
E. Penelitian Terdahulu .................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ................................................. 13
G. Sistematika Penulisan .................................................. 14
BAB II METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Menghafal al-Qur’an ................................................... 17
1. Pengertian Menghafal al-Qur’an .............................. 17
2. Keutamaan Menghafal al-Qur’an ........................... 20
3. Syarat-syarat Menghafal al-Qur’an ......................... 23
4. Etika Membaca dan Langkah-langkah
Menghafal al-Qur’an ............................................... 25
5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Menghafal al-Qur’an ............................................... 26
6. Pemeliharaan Hafalan al-Qur’an ............................. 29
B. Sejarah Penghafalan al-Qur’an .................................... 30
C. Metode Menghafal al-Qur’an ...................................... 37
1. Pengertian Metode .................................................. 37
2. Macam-macam Metode Menghafal al-Qur’an ........ 38

xxiii
xxiv

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN ISTANA AL-QUR’AN


SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Singkat Berdirinya .......................................... 43
1. Kondisi Sosiologis ................................................... 45
2. Visi dan Misi ........................................................... 45
3. Struktur Pengurus Pesantren ................................... 46
4. Guru ......................................................................... 48
5. Sarana dan Prasarana ............................................... 49
B. Kegiatan Menghafal al-Qur’an .................................... 51
C. Profil Informan ............................................................ 58
BAB IV. METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK
PESANTREN ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN
JAKARTA TIMUR
A. Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror ..................................................... 63
B. Implementasi Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ..................................... 66
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Menghafal al-Qur’an ................................................... 69
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 75
B. Saran ............................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

3.1. Tabel Susunan Yayasan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul


Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 46
3.2. Tabel Susunan Pengurus Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 47
3.3. Tabel Daftar Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur .............................................................. 48
3.4. Tabel Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 50
3.5. Tabel Daftar Nama Santri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur dan Jumlah Hafalannya ............. 52
3.6. Tabel Kegiatan Harian Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 57
3.7. Tabel Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 58
3.8. Tabel Kegiatan Bulanan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur .................................................... 58

xxvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci dan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang
terbesar dan tidak ada seorang pun yang mampu menirukan yang semisal
dengan al-Qur’an. Al-Qur’an juga sebagai kalam atau firman Allah Swt
yang datang untuk memberikan petunjuk kebenaran bagi manusia dalam
menghadapi segala persoalan hidup serta kehidupannya sepanjang zaman,
yang tak akan layu oleh waktu dan tak lengkang oleh zaman.1 Serta untuk
berdialog dengan seluruh generasi manusia, guna memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.2
Sebagai petunjuk dalam kehidupan umat Islam, al-Qur’an tidak hanya
cukup dibaca dengan suara yang indah dan fasih saja. Selain memahami
kandungannya harus ada juga upaya yang konkret dalam memeliharanya.
Baik menjaganya dalam sebuah bentuk tulisan ataupun hafalan. Umat Islam
berkewajiban memelihara dan menjaga al-Qur’an antara lain dengan
membacanya, menulisnya dan menghafalkannya. Sehingga wahyu tersebut
senantiasa terjaga dan terpelihara dari perubahan dan pergantian, baik huruf
maupun susunan kata-katanya sepanjang masa.
Al-Qur’an secara harfiyah berarti “Bacaan Sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah Swt yang sungguh tepat, karena tidak suatu bacaan
apa pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang
dapat menandingi al-Qur’an Al-Karīm.3

1
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan
Metodologi (Yogyakarta: IRCiSoD), 21-24.
2
M. Quraish Shihab, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1990), V.
3
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2009), 3.

1
2

Allah Swt telah menjamin terjaga kemurnian al-Qur’an, sebagaimana


dalam firman-Nya yang tertulis pada Q.s al-Ḥijr/15: 9:
‫الْ ِذ ْكرحواِ اَّنلحهُ ح‬
)9( ‫َلحِفظُْو حن‬
‫ح‬ ‫اِ اَّن حَْن ُن نحازلْنحا‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.4(Q.s al-Ḥijr/15: 9)
Ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa penurunan al-Qur’an
dan pemeliharaan kemurniannya adalah merupakan urusan Allah Swt, Dia-
lah yang menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara malaikat Jibril As, dan Dia jugalah yang akan mempertahankan
keasliannya sepanjang waktu. Adapun sejarah pemeliharaan al-Qur’an itu
sendiri secara global dan umum pada dasarnya dapat ditelusuri dari empat
tahapan besar, yaitu: Pertama, pencatatan al-Qur’an di zaman Nabi
Muhammad Saw. Kedua, Penghimpunannya di zaman Abu Bakar al-
Shiddiq. Ketiga, penggandaan al-Qur’an di masa ‘Utsman Bin ‘Affan dan
Keempat, pencetakan al-Qur’an pada abad ke-17 Masehi.5
Dalam segi pemeliharaannya, pada ayat tersebut diisyaratkan dengan
ُ ‫ ََواِنَّالَهُ لَ َح ِف‬inilah yang mengisyaratkan bahwa Allah Swt
bentuk jamak ‫ظ ْون‬
tidaklah sendiri dalam memeliharanya. Akan tetapi Allah Swt juga
melibatkan kaum muslimin untuk memeliharanya. Cara memeliharanya
yang sudah dilakukan adalah dengan membaca, menghafal, menulis lalu
menjadikannya sebuah mushaf, serta merekamnya dengan berbagai alat
piringan hitam, kaset, CD dan lain sebagainya.6
Pada masa Nabi Muhammad Saw, penerimaan wahyu al-Qur’an dari
Allah Swt kepada bangsa Arab sebagian besar buta aksara (tidak pandai
membaca dan menulis). Mereka belum banyak mengenal kertas sebagai alat

4
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah (Bogor : Al-Hijr 15): 9.
5
H. Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000), 48.
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 421.
3

tulis seperti yang digunakan pada zaman sekarang, begitupun dengan


membacanya. Maka dari itu setiap kali Nabi Muhammad Saw menerima
wahyu selalu dihafalkannya, kemudian nabi menyampaikan kepada para
sahabat dan diperintahkan untuk menghafal dan menuliskannya di batu-
batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang dapat digunakan
untuk menulis. Pada masa itu tradisi pemeliharaan al-Qur’an dalam bentuk
hafalan khususnya terus berlanjut dari generasi ke generasi hingga saat ini.7
Meskipun sudah diyakini bahwa al-Qur’an dipelihara oleh Allah Swt,
akan tetapi jangan sampai kita sebagai hambanya terpaku hanya pada
penafsiran secara harfiyah saja, sehingga tidak melakukan usaha apapun.
Maka dari itu salah satu cara untuk menjaga al-Qur’an adalah dengan
menghafalnya, hal ini biasa disebut taḥfīẓ al-Qur’an. Dengan membuka hati
orang-orang yang dikehendakinya untuk menghafal al-Qur’an sebagai
usaha untuk menjaga dan memelihara kemurnian al-Qur’an.8
Maka dari itu umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak
membaca dan menghafal al-Qur’an karena di dalam hadis disebutkan:

(‫حخ ْْيُُك ْم حم ْن تح حعلا حم الْ ُق ْرآ حن حو حعلا حمهُ (رواه والرتمذي‬


“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan
mengajarkannya.”9 (HR.Tirmidzi)

Hadis di atas menganjurkan bagi setiap umat Islam untuk selalu


membaca al-Qur’an, mengingat sangat besar manfaat yang terkandung di
dalamnya.10 Selain itu, para penghafal al-Qur’an mendapatkan dua

7
Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-
petunjuknya (Jakarta: PT. Maha Grafindo, 1985), 5-6.
8
Abdul Basith, Metode Hafalan Al-Qur’an di Pesantren Nur Medina (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
9
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurat al-Turmuzi (dikenal sebagai al-
Turmuzi), Sunan al-Turmuzi wa huwa al-Jami’ al-ṣāhih (Beirut: Dar al-Fikri, 1980 M), No.
2910
10
Ahsin W. al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), 5.
4

keistimewaan sekaligus yaitu keistimewaan dunia dan keistimewaan


akhirat. Adapun keistimewaan dunia bagi penghafal al-Qur’an yaitu nikmat
Rabbānī yang mendatangkan kebaikan, keberkahan dan rahmat. Sedangkan
keistimewaan akhirat bagi penghafal al-Qur’an yaitu akan menjadi
penolongnya, serta memberi kemuliaan kedua orang tua dan lainnya.11
Sebagaimana menurut Ahsin W. Al-Hafidz pada rangkumannya, ada
beberapa alasan mengapa menghafal al-Qur’an dianggap sangatlah penting
untuk dilakukan. Diantaranya, Pertama, al-Qur’an diturunkan dan diterima
oleh nabi secara hafalan lalu nabi mengajarkan kepada para sahabat juga
dengan hafalan. Kedua, diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur
memiliki suatu hikmah yang mengisyaratkan agar memotivasi semangat
untuk menjaganya melalui hafalan dan memahami kandungan al-Qur’an
tersebut dengan baik. Ketiga, firman Allah SWT dalam Q.s al-Ḥijr/15: 9
bersifat aplikatif, yang berarti bahwa jaminan terjaganya kemurnian al-
Qur’an adalah Allah SWT yang memberikannya. Keempat, menghafal al-
Qur’an memiliki hukum Farḍu kifāyah, yang artinya adalah bahwa setiap
orang yang menghafalkannya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir,
sehingga tidak akan terjadi kemungkinan pemalsuan, pengurangan atau
penambahan terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Kewajiban tersebut jika sudah
terpenuhi, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya. Akan tetapi
sebaliknya, jika kewajiban tersebut tidak terpenuhi maka umat Islam lah
yang akan menanggung dosanya.12
Menghafal al-Qur’an bukanlah suatu perkara yang mudah, artinya
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu upaya penting yang

11
Qomariah Nurul dan Irsyad Mohammad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak
Hafal al-Qur’an (Yogyakarta: Semesta Hikmah), 16.
12
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, 22-25.
5

harus diperhatikan dalam pembinaan menghafal al-Qur’an adalah metode.13


Dengan adanya metode akan dapat membantu seseorang untuk menentukan
keberhasilan menghafalnya dan meningkatkan hafalannya secara
terprogram. Dan disamping itu juga diharapkan agar dapat membantu
hafalan menjadi efektif.
Pada hari kiamat Allah SWT akan menampakkan kemuliaan kepada
orang yang membaca al-Qur’an, yaitu al-Qur’an akan memberikan syafᾱ’at
bagi orang yang membacanya. Menjadi seorang ahli al-Qur’an adalah suatu
keutamaan. Dan untuk menjadi seorang ahli al-Qur’an salah satu caranya
yaitu dengan menghafal al-Qur’an. maka dari itu, banyak faktor pendorong
atau hal-hal yang dapat mempermudah dalam menghafal al-Qur’an.
Namun jika dilihat dari realita yang ada, al-Qur’an hanya dijadikan
sebagai bahan pajangan dan hiasan rumah semata. Bahkan terkadang hanya
dibaca ketika selama bulan ramadhan saja. Tanpa dipahami makna yang
terkandung atau bahkan dihafalkan. Terkadang sebagian orang tua
disibukkan dengan urusan lainnya tanpa mengingat pentingnya mendidik
anak agar menjadi anak yang hafal al-Qur’an. Yang mana diketahui bahwa
orang yang meluangkan waktunya untuk membaca dan menghafalkan al-
Qur’an akan mendapatkan banyak manfaat, dan dapat mengantarkannya
pada kebahagiaan dunia-akhirat serta meraih pahala yang begitu besar.
Sebuah harapan besar dalam benak setiap orang tua agar kelak anak-
anak mereka memiliki kemampuan membaca, memahami, menghafal serta
mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Namun mengajarkan kepada anak
remaja yang statusnya menjadi siswa yang merangkap sebagai seorang
santri untuk menghafal al-Qur’an bukanlah perkara yang mudah. Di
samping harus melaksanakan tugas dan mematuhi aturan sekolah, mereka

13
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik
Metodelogi Pengajaran (Bandung: Tarsito, 1982), 96.
6

juga diwajibkan untuk mengikuti dan patuh terhadap setiap bentuk kegiatan
di pesantren yang merupakan rumah kedua bagi mereka. Maka dari itu,
mereka harus berusaha dengan serius untuk mengerahkan segala
kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai siswa dan
santri taḥfīẓ. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua
di Nusantara. Sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki peranan
yang sangat besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.14
Dari data di atas terdapat salah satu pesantren yang penulis kaji, yaitu
Pondok Pesantren Istana al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Pondok Pesantren ini adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang berdiri
sejak tahun 2009, yang didirikan oleh KH. Drs. Syarif Hidayatullah
Matnadjih yang beralamat di Kampung Buaran I RT/RW 015/008 No. 174
Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur.
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur adalah suatu lembaga pendidikan yang mendidik para santrinya
untuk mampu menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan menguasai ilmu agama
secara mendalam. Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren ini sudah
diatur sedemikian rupa sesuai dengan sistem pendidikan dari pusatnya.
Kegiatan menghafal al-Qur’an selalu dilakukan di Pondok Pesantren
ini, menghafal al-Qur’an memerlukan suatu metode dan teknik yang dapat
memudahkan usaha-usaha dalam menghafal, sehingga dapat berhasil
dengan baik. Dengan menggunakan metode-metode tersebut Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur selalu
mengeluarkan ḥāfiẓ dan ḥāfiẓoh baru di setiap tahunnya.
Disini terlihat bahwa pentingnya menghafal al-Qur’an adalah suatu
impian yang diimpikan oleh sebagian orang, maka penulis menganggap

14
Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di Nusantara”.
IAIN Raden Intan Lampung, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 178-179.
7

penting untuk diteliti. Karena menjadi kewajiban bagi umat muslim agar
mengetahui adanya perintah untuk memahami dan menghafalkan al-Qur’an
dengan menggunakan metode-metodenya. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode apa yang digunakan
oleh para santri dalam menghafalkan al-Qur’an, dengan mengangkat judul
“METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA
TIMUR”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul, di antaranya yaitu:
1. Dari sekian banyak metode menghafal al-Qur’an, penulis perlu
menelusuri metode apa yang digunakan oleh santri Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur dalam menghafal
al-Qur’an?
2. Metode menghafal al-Qur’an sendiri dinilai membantu para pengajar.
Maka, Bagaimana penerapan metode al-Qur’an yang digunakan di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur
dalam menghafal al-Qur’an?
3. Setiap lembaga pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pengembangan taḥfīẓul Qur’an.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang terlalu luas
dan tidak terarah, maka penulis membatasi masalah yang ada. Yakni
penulis hanya akan meneliti tentang metode yang digunakan di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur, bagaimana
penerapan metode tersebut dan kelebihan serta kekurangannya.
8

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis


merumuskan permasalahannya pada:
1. Metode apa yang digunakan santri dalam menghafal al-Qur’an di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
2. Bagaimanakah implementasi dari metode menghafal al-Qur’an di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode menghafal al-Qur’an di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan santri dalam menghafal al-
Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur.
2. Untuk mengetahui implementasi dari metode menghafal al-Qur’an di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
3. Untuk mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan metode
menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur.
Adapun manfaat dalam penelitian ini penulis membaginya menjadi
dua yaitu teoritis dan praktis
1. Manfaat Teoritis, penulis mencoba menjelaskan kembali pentingnya
membaca, memahami, menghafalkan al-Qur’an dengan metode
menghafal dan menjaga hafalan al-Qur’an.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini penulis harapkan bisa menjadi bahan
pembelajaran bagi lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai
program taḥfīẓ (menghafal al-Qur’an) di dalamnya.
9

E. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan
skripsi lain, penulisan melakukan tinjauan pustaka dan menelusuri kajian-
kajian yang pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya penulis akan lebih
membahas pada hal yang belum diangkat pada penelitian sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelusuran, penulis menemukan beberapa karya
tulis yang membahas tema atau permasalahan ini, diantaranya yaitu:
Pada tahun 2005, Kemas H.M. Siddiq Umary menulis tesis yang
berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghafalan al-Qur’an di
Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta.15 Penelitian ini bermaksud memberikan
masukan kepada mahasiswa IIQ dalam menghafalkan al-qur’an, agar lebih
bersemangat dengan memunculkan beberapa faktor yang menjadi
penghambat atas jalannya kegiatan menghafal tersebut. Seperti motivasi
mahasiswi, tingkat ekonomi, kesibukan, keadaan keluarga dan latar
belakang pendidikan.
Pada tahun 2007, Setiyo Purwanto menulis jurnal yang berjudul
Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan Kecepatan
Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.16 Pada
jurnal ini membahas tentang kecepatan menghafal al-Qur’an ditinjau dari
daya ingat jangka pendek yang dilakukan di pondok pesantren Krapyak
Yogyakarta. Adapun hasil dari penelitian tersebut yaitu daya ingat jangka
pendek berpengaruh signifikan terhadap kecepatan menghafal al-Qur’an.
semakin tinggi daya ingat jangka pendeknya maka akan semakin cepat pula
dalam menghafal.

15
Kemas H.M. Siddiq Umary, “faktor-faktor yang mempengaruhi Penghafalan al-
Qur’an di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta” (Tesis S2, Universitas Agama Islam Negeri
Jakarta, Tahun 2005).
16
Setiyo Purwanto, “Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan
Kecepatan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta”. Shuhuf 19,
no. 1 (Mei 2007).
10

Pada tahun 2012, Marzuki menulis tesis yang berjudul Peningkatan


Kemampuan Membaca al-Qur’an dengan Menggunakan Strategi
Mengulang (Rehearsal Strategi) dan Media Audio Visual pada Siswa Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tanah Pasir Kabupaten Aceh
Utara.17 Penelitian ini menjelaskan tentang Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dilakukan guna perbaikan proses pembelajaran terhadap
peningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri I Tanah Pasir.
Pada tahun 2014, Ahmad Atabik menulis jurnal yang berjudul The
Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz al-Qur’an di Nusantara.18 Pada jurnal
ini membahas mengenai suatu kajian living Qur’an yang terdapat pada
komunitas muslim nusantara adalah budaya atau menghafal al-Qur’an.
Tradisi ini merupakan fenomena umat Islam dalam menghidupkan atau
menghadirkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini oleh
sebagian umat Islam di Indonesia telah begitu membudaya dan berkembang
terutama dikalangan santri, sehingga tradisi ini telah membentuk suatu etnis
budaya setempat.
Pada tahun 2016, Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail menulis jurnal
yang berjudul Metode Tahfidz al-Qur’an di Pondok Pesantren Kabupaten
Kampar.19 Pada jurnal ini membahas mengenai metode yang digunakan
oleh pondok pesantren di Kabupaten Kampar dalam membina santrinya
agar mengikuti tahfidz al-Qur’an. Adapun kesimpulan pada penelitian ini

17
Marzuki, “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan
Strategi Mengulang (Rehearsal Strategi) dan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara” (Tesis Program
Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana, IAIN Sumatera Utara, Medan Tahun 2012).
18
Ahmad Atabik, “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an di
Nusantara”. STAIN Kudus Jawa Tengah Indonesia, Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1,
(Februari 2014).
19
Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, “Metode Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kempar,” Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jurnal
Ushuluddin, Vol. 24, No. 1, (Januari-Juni 2016).
11

yaitu pondok pesantren di Kabupaten Kampar menggunakan berbagai


metode dalam membina santrinya mengikuti kegiatan tahfidz al-Qur’an,
yaitu dengan menggunakan metode an-nadzar, metode al-wahdah, metode
talaqqi, metode takrir, dan metode tasmi’.
Pada tahun 2017, Aida Hidayah menulis jurnal yang berjudul Metode
Tahfidz al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian Atas Rahasia Sukses 3
Hafidzh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia.20 Jurnal ini membahas
mengenai bagaimana metode menghafal al-Qur’an untuk anak usia dini
dengan menganalisis buku Rahasia Sukses 3 Hafizh Cilik Mengguncang
Dunia. Kemudian pada kesimpulannya dijelaskan bahwa keunikan yang
ada pada metode dalam buku ini adalah perbedaan cara pandang mengenai
usia yang ideal dalam menghafalkan al-Qur’an. Jika kebanyakan
masyarakat memandang usia minimal anak dalam memulai menghafal
adalah pada usia tujuh tahun, maka bagi tokoh sentral dalam buku ini, pada
usia tujuh tahun adalah sudah terlambat.
Pada tahun 2017, M. Hidayat Ginanjar menulis jurnal yang berjudul
Aktivitas Menghafal al-Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Program Beasiswa di Ma’had Huda
Islamiy, Taman sari Bogor).21 Pada jurnal menjelaskan bagaimana
keseharian Mahasiswa dalam menghafalkan al-Qur’an, dan ternyata
mempengaruhi nilai akademik mereka secara tidak langsung.
Pada tahun 2017, Andiya Fajarini dkk menulis jurnal yang berjudul
Model Menghafal Pada Penghafal al-Qur’an Implikasinya pada Layanan

20
Aida Hidayah, “Metode Tahfidz Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian Atas
Rahasia Sukses 3 Hafidzh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia)”. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 18, No. 1, (Januari 2017).
21
M. Hidayat Ginanjar, “Aktivitas Menghafal Al-Qur’an dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Program Beasiswa di Ma’had Huda
Islamiy, Taman sari Bogor)”. Jurnal Edukasi Islami, Vol. 06, No. 11, (2017).
12

Penguasaan Konten dalam Bimbingan dan Konseling.22 Pada jurnal ini


membahas bagaimana memunculkan motivasi pada santri dalam
menghafalkan al-Qur’an.
Pada tahun 2017, M. Hanafiyah Lubis menulis jurnal yang berjudul
Efektivitas Pembelajaran Tahfidhil al-Qur’an dalam Meningkatkan
Hafalan Santri di Islamic Centre Sumatera Utara.23 Pada jurnal ini
membahas tentang bagaimana menciptakan hafalan yang baik dan kuat
pada santri. Yaitu dengan men-tasmi’kan kepada guru yang sudah hafal al-
Qur’an. sehingga dengan pengalaman seorang guru dapat diajarkan kepada
santrinya.
Pada tahun 2017, Fitriana Firdaus menulis jurnal yang berjudul
Optimasi Kecerdasan Manajemen Sebagai Metode Menghafal al-Qur’an
(Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal al-Qur’an Serasa Bermain
Game” Karya Lukman Hakim dan Ali Khosium).24 Pada jurnal ini
membahas metode Ilham yang dirasa paling cocok dengan peradaban
manusia masa sekarang.
Setelah mengumpulkan referensi dari berbagai referensi, jurnal, tesis,
peneliti tidak menemukan masalah atau judul yang sedang peneliti teliti.

22
Andiya Fajarini dkk, “Model Menghafal Pada Penghafal Al-Qur’an Implikasinya
pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Bimbingan
Konseling, Vol. 6, No. 1, (2017).
23
M. Hanafiah Lubis, “Efektivitas Pembelajaran Tahfidhil Al-Qur’an dalam
Meningkatkan Hafalan Santri di Islamic Centre Sumatera Utara”. Jurnal ANSIRU PAI,
Vol. 1, No. 2, (2017).
24
Fitriana Firdaus, “Optimasi Kecerdasan Manajemen Sebagai Metode Menghafal
Al-Qur’an (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal Al-Qur’an Serasa Bermain Game”
Karya Lukman Hakim dan Ali Khosium)”. jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist,
vol. 18, no. 2, (2017).
13

F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari responden yang penulis
rasa cocok untuk dijadikan sumber penelitian. Karena dalam metode
penelitian kualitatif ini, peneliti berbaur menjadi satu dengan yang diteliti.25
Sehingga penulis dapat memahami persoalan dari sudut pandang yang
diteliti. Dalam hal ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah santri
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
lapangan (Field Research), yaitu mendapatkan hasil penelitian yang otentik
dengan cara mengamati dan terjun langsung ke lapangan bersama dengan
objek penelitian. Karena penelitian menggunakan cara ini dapat mengetahui
aktivitas-aktivitas secara langsung dari objek penelitian.26
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Wawancara Secara Mendalam (in-dept interview)
Wawancara/lapangan merupakan salah satu cara pengumpulan data
dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara
merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian.27

25
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006), 194.
26
Emriz, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008), 169.
27
Musta’in Mashud, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2005), 69.
14

2. Observasi
Mendapatkan data melalui kejadian-kejadian dan perilaku para santri
yang dilihat atau diteliti.28
3. Kajian Dokumen
Mengumpulkan data atau informasi melalui surat-surat, data hafalan
para santri dan data ujian hafalan santri per-semesternya.29
3. Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan dua sumber data yaitu
wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari laporan hasil tes
program tahfidz secara berkala, pengurus pondok pesantren, dan
pengajar. Sumber data tersebut dalam penelitian ini selanjutnya
diuraikan secara deskriptif dan penulis akan mencoba untuk menafsirkan
hasil penggabungan dua sumber data tersebut agar menjadi sebuah narasi
deskriptif kualitatif yang melahirkan sebuah kesimpulan.
4. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini di bawah
panduan buku Pedoman Penulisan Skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam beberapa bab dan setiap babnya terdiri dari
beberapa sub bab yang sesuai dengan keperluan kajian yang akan
dilakukan. Dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sistematis dengan
perincian sebagai berikut:
Bab pertama membahas tentang pendahuluan, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah mengapa perlu dibahas, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah yang dirumuskan dan dibatasi agar pembahasannya
tidak melebar. Begitu juga dengan bab ini memaparkan tujuan dan manfaat

28
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif , 224.
29
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 225.
15

penelitian juga menunjukkan tinjauan kepustakaan untuk mengetahui


masalah utama dan temuan yang telah ditemukan pada penelitian
sebelumnya juga menjadi referensi dalam penelitian yang akan digunakan.
Dan metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, teknik
pengumpulan data, populasi dan teknik sampel, analisa data, teknik
penulisan serta sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang teori gambaran umum menghafal al-
Qur’an terdiri dari pengertian menghafal, sejarah menghafal, metode
menghafal al-Qur’an yang membahas seputar macam-macam metode
menghafal dari metode klasik hingga metode modern, faktor pendukung
serta syarat yang harus dipenuhi dalam menghafal.
Bab ketiga membahas tentang profil lembaga pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur termasuk di dalamnya sejarah
berdirinya pesantren, visi dan misi, kemudian kegiatan yang ada di
pesantren, fasilitas beserta guru-guru yang terlibat dalam kegiatan
menghafal, dilengkapi juga dengan data-data santri dan jumlah hafalannya.
Dan data informan yang diwawancarai.
Bab keempat membahas tentang hasil penelitian dari objek yang
diteliti berdasarkan dari data-data yang telah diambil, diantaranya
wawancara yang dilakukan kepada pengurus maupun santri yang terkait.
Bab ini juga berisikan tentang sejauh mana santri Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror memahami hafalannya itu sendiri, baik secara teknik
ketika mereka menghafal dan ketika mereka menjaga hafalannya.
Bab kelima ini merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan
dari penelitian serta memuat sejumlah saran untuk dapat dimanfaatkan oleh
pihak lain yang membaca skripsi ini pada umumnya.
16
BAB II
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Menghafal al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal al-Qur’an
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian menghafal adalah
berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.1 Menghafal
menurut bahasa, berasal dari bahasa Arab yaitu ḥafidẓa, yaḥfaẓu, ḥifẓan
yang artinya memelihara, menjaga dan menghafal.2 Maka kata menghafal
juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat berarti menyerap atau
meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Taḥfīẓ
berasal dari bahasa Arab, dengan fi’īl madhinya haffadẓa yang artinya
secara etimologi (tata bahasa) adalah menjaga, memelihara atau juga
menghafalkan.3
Pengertian menghafal menurut para ahli, yaitu: Menurut M. Quraish
Shihab menghafal berarti memelihara dan mengawasi.4 Sedangkan menurut
Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal sebagai proses mengulang-
ulang sesuatu. Baik melalui proses membaca atau mendengar.5
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
menghafal adalah proses memasukkan informasi, menyimpan,
menyampaikan kembali informasi di luar kepala. Baik melalui pengulangan
dengan membaca atau mendengar.

1
Prima Tim Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Gita Media Press,
1999), 307.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989),
105.
3
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Al-Asri (Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 2006), 37.
4
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi al-Asma al-Husna Dalam Perspektif
al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hari, 2006), 195.
5
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da'iyah (Bandung:
PT. Syaamil Cipta Media, 2004), 49.

17
18

Menghafal ialah merupakan suatu proses mental untuk menyimpan


kesan-kesan yang sewaktu-waktu dapat diingat kembali.6 Menghafal juga
dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh pikiran agar selalu ingat
terhadap materi pelajaran yang diterima. Maka dari beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa menghafal merupakan sebuah proses untuk
mengingat, menyimpan atau meresapi sesuatu ke dalam ingatan.7
Secara istilah al-Qur’an didefinisikan oleh Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān
dengan firman Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw.
yang bernilai ibadah dengan bacaannya.8
Banyak para ulama yang memberikan definisi terhadap al-Qur’an dan
menambahkan unsur-unsur definisi itu. Adapun unsur-unsur definisi
tersebut adalah al-Qur’an kitab suci yang tertulis dalam musẖaf,
diriwayatkan dengan mutawatir, dimulai dari surat al-Fatihah sampai surat
al-Nâs. Seperti yang didefinisikan oleh ‘Ali al-Ṣābunī yaitu “huwa
kalamullah al-mu’jiz ‘ala khâtam al-anbiyâ wa al-mursalîn bi wasilati al-
amîn Jibril as. Al-maktub fi al-masâhif, al-manqul ilanâ bi al-tawâtur, al-
muta’abbad bi tilâwatihi, al-mabdu’ bi surah al-fatihah al-makhtûm bi
surah al-nâs”.9
Adapun pengertian al-Qur’an menurut Ṣubhi Ṣālīh yaitu al-Qur’an
sebagai kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk
menjadi pedoman hidup bagi manusia.10 Sedangkan menurut Muhammad

6
Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Sinar Baru, 1991),
7.
7
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 31.
8
Mannā Khalīl Qaṭṭān, Mabâẖîts fi ‘Ulûm al-Qur’an (Cairo: Mansyurât ‘Ashr-
Hadîts, t.th.), 21
9
‘Ali al-Ṣābunī, al-Tibyân fi ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Dâr al-Kutub, 2003), cet
ke-I, 8.
10
Ṣubhi Ṣālīh, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an (Bandung: Mujahid Press, 2004), 15.
19

‘Abdul ‘Azim az-Zarqānī al-Qur’an ialah perkataan (kalam) Allah Swt,


bukan perkataan manusia dan tidak ada keraguannya.11
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy al-Qur’an adalah Kalamullah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw dengan perantara malaikat Jibril
as, yang ditilawahkan secara lisan dan diriwayatkan kepada kita secara
mutawâtir.12
Menghafal al-Qur’an menurut Sa’dulloh adalah suatu proses
mengingat, dimana seluruh materi mengenai ayat (rincian-rinciannya
seperti fonetik, waqaf dan lain-lainnya) harus diingat secara sempurna.
Maka dari itu seluruh proses pengingatan dan bagian-bagiannya haruslah
dimulai dari proses yang paling awal hingga proses pengingatan terakhir
harus cepat.13
Al-Qur’an di Indonesia memiliki perhatian yang sangat penting dari
pemerintah, terbukti dari banyaknya lembaga dan lajnah yang menangani
al-Qur’an di bawah departemen pemerintah serta melibatkan al-Qur’an
sendiri sehingga menjadi berkembang kajiannya serta banyak peminatnya
untuk dipelajari, dibaca, dihafal, dipahami, dan diamalkan. Baik dari
kalangan masyarakat bawah hingga kalangan elit, dari akademis hingga
orang awam, mereka berantusias untuk belajar al-Qur’an.
Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal al-Qur’an yaitu Farḍu
kifāyah. Apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah
melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya,
namun jika tidak ada sama sekali maka berdosalah semuanya. Prinsip Farḍu
kifāyah ini dimaksudkan untuk menjaga al-Qur’an dari pemalsuan,

11
Muhammad ‘Abdul ‘Adhim Az-Zarqānī. Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-Qur’an,
Jilid I (Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988), 19.
12
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar ‘Ulum al-Qur’an/Tafsir
(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet ke-XIV, 1.
13
Masagus H.A Fauzan Yahya, Quantum Tahfidz (Jakarta: Emir, 2004), 15.
20

perubahan dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab-kitab


yang lain pada masa lalu. Imam As-Suyuthi mengatakan dalam kitabnya
Al-Itqan bahwa “Ketahuilah, sesungguhnya menghafal al-Qur’an itu adalah
Farḍu kifāyah bagi umat.”14
2. Keutamaan Menghafal al-Qur’an
Ada beberapa keutamaan dalam menghafal al-Qur’an, diantaranya:
1) Mendapatkan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah SWT.
2) Penghafal al-Qur’an akan meraih banyak sekali pahala. Dapat
digambarkan jika setiap huruf yang dibaca seseorang mendapatkan
sepuluh pahala, jumlah huruf al-Qur’an (sebagaimana disebutkan imam
As-Suyuthi dalam Al-Itqan) adalah 671.323 huruf maka, bisa
dibayangkan beberapa juta pahala yang dihasilkan ketika seorang
penghafal al-Qur’an berulang kali membaca ayat-ayat al-Qur’an.
3) Penghafal al-Qur’an menjunjung nilai-nilai al-Qur’an yang dijuluki
dengan “Ahlullah” atau keluarga Allah Swt.
4) Nabi Muhammad Saw pernah menyegerakan penguburan sahabat yang
meninggal dalam perang Uhud, yang hafalannya lebih banyak dari pada
lainnya. Ini merupakan penghargaan bagi mereka yang hafal al-Qur’an.
5) Nabi Muhammad Saw memerintahkan para sahabat agar yang menjadi
imam shalat adalah mereka yang paling bagus bacaan al-Qur’an nya
sekaligus hafalannya. Jika penghafal al-Qur’an sudah diberi tempat yang
mulia oleh nabi maka dia bisa mengembangkan diri untuk bisa berkiprah
lebih jauh lagi dalam membimbing masyarakat.
6) Nabi Muhammad Saw menjanjikan bahwa orang tua penghafal al-
Qur’an akan diberi mahkota oleh Allah SWT pada hari kiamat nanti.

14
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2008), 19.
21

7) Penghafal al-Qur’an telah mengaktifkan sel-sel otaknya yang berjumlah


milyaran melalui kegiatan menghafal. Kegiatan ini berpotensi untuk
menjadikan otaknya semakin kuat dan cerdas.
8) Penghafal al-Qur’an termasuk orang-orang terdepan dalam menjaga
keaslian, kemurnian, kelestarian kitab suci al-Qur’an.
9) Penghafal al-Qur’an yang selalu membaca ayat-ayat al-Qur’an akan
menciptakan dirinya menjadi manusia shaleh dan shalehah.
10) Penghafal al-Qur’an akan mendapatkan syafaat pada hari kiamat. al-
Qur’an akan terus mengawal “shahib” nya semenjak dari kubur sampai
masuk surga.
11) Penghafal al-Qur’an yang selalu murajaah atau mengulang hafalannya
sebenarnya sedang melakukan olahraga otak dan lidahnya. Pada saat
mengulang hafalannya otak akan berjalan bagai kumparan yang terus
menerus bergerak. Hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan otak dan
urat syaraf.
12) Karena al-Qur’an adalah kitab “mubarak” yang penuh berkah atau
tempat menumpuknya kebaikan.15
Sedangkan dalam buku Cara Cepat Menghafal al-Qur’an dikatakan
bahwa, menurut para ulama di antara beberapa faedah menghafal al-Qur’an
adalah:
1) Jika disertai dengan amal shaleh dan keikhlasan maka ini merupakan
kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tidak kita ragukan
lagi bahwa ikhlas dan mengharapkan pahala Allah Swt adalah syarat sah
dan diterimanya amal. Sesungguhnya setiap amal yang kosong dari sifat
ikhlas tidak akan memberikan buah.

15
Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an: Manfaat, Keutamaan,
Keberkahan, dan Metode praktisnya (Jakarta: PT. Qaf Media Kreativa, 2017), 27-33.
22

2) Orang yang menghafal al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari Allah


Swt berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang. Karena
itu, para penghafal al-Qur’an lebih cepat mengerti teliti, dan lebih hati-
hati karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta
membandingkan dengan ayat lainya.
3) Menghafal al-Qur’an merupakan bahtera ilmu. Karena akan mendorong
seseorang yang hafal al-Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi dari pada
teman-temannya yang tidak hafal al-Qur’an, sekalipun umur,
kecerdasan, dan ilmu mereka berdekatan.
4) Penghafal al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak, dan perilaku
yang baik.
5) Penghafal al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik
Arab dari landasannya secara thabi’i (alami), sehingga bisa fasih
berbicara dan ucapannya benar.
6) Jika menghafal al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di
dalam al-Qur’an berarti ia telah banyak menguasai arti kosakata bahasa
Arab, seakan-akan ia telah menghafalkan sebuah kamus bahasa Arab.
7) Dalam al-Qur’an banyak sekali kata-kata bijak (hikmah) yang sangat
bermanfaat dalam kehidupan. Dengan menghafal al-Qur’an, seseorang
akan banyak menghafalkan kata-kata tersebut.
8) Dalam al-Qur’an banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan
ilmu Nahwu dan Sharaf. Seorang penghafal al-Qur’an akan dengan cepat
menghadirkan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an untuk suatu kaidah dalam
ilmu Nahwu dan Sharaf.
9) Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang penghafal al-
Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat hukum yang ia
perlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.
23

10) Seorang penghafal al-Qur’an setiap waktu akan selalu memutar


otaknya agar hafalan al-Qur’annya tidak lupa. Hal ini akan menjadikan
hafalannya kuat. Ia akan terbiasa menyimpan memori dalam
ingatannya.16
3. Syarat-Syarat Menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an merupakan suatu amalan yang sangat mulia,
terbukti telah banyak di antara para sahabat Rasulullah Saw yang
menghafalkan al-Qur’an. Untuk memotivasi diri agar kita kelak kita
menghafalkan al-Qur’an, diantaranya kita harus mengetahui syarat apa saja
yang terdapat dalam menghafal al-Qur’an agar setiap aktivitas menghafal
al-Qur’an kita senantiasa berpijak pada aturan yang baik dan benar.
Adapun syarat-syarat dalam menghafal al-Qur’an, di antaranya:
1) Niat yang ikhlas.
Pertama-tama yang harus diperhatikan oleh orang yang akan
menghafal al-Qur’an adalah mereka harus membulatkan niat menghafal al-
Qur’an hanya mengharap ridho Allah Swt.17
2) Membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Al-Qur’an merupakan suatu bacaan yang baik, dan kita pun juga
membacanya dengan baik dan benar yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
yang sudah kita miliki dan pelajari. Di samping bacaan yang benar dan baik,
kita juga dianjurkan untuk membacanya dengan lancar. Dengan demikian
Insya Allah akan menghasilkan suatu hafalan yang benar dan baik pula.
Mempelajari ilmu tajwid merupakan hal yang sangat penting bagi orang
yang ingin mahir membaca al-Qur’an.18
3) Memiliki akhlak yang terpuji (Akhlakul Karimah).

16
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 22-23.
17
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 26.
18
Raghib As-Sirjani, Cara Cepat Hafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam Media, 2014),
76.
24

Hal ini menjadi suatu yang paling penting ketika al-Qur’an dihafal
oleh orang-orang yang memiliki akhlak yang baik, karena menghafal al-
Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Dan
ilmu ini tidak akan diturunkan kepada orang-orang yang berbuat
kemungkaran, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh al-Waqi’ (guru
Imam Syafi’ī) berkata: “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah Swt tidak
akan dihidayahkan kepada orang yang ahli maksiat.”
4) Bersemangat, disiplin dan istiqomah dalam menghafal al-Qur’an.
Di antara hal yang harus diperhatikan bagi seseorang yang ingin
menghafal al-Qur’an hendaknya selalu bersemangat setiap waktu dan
menggunakan seluruh waktunya untuk belajar semaksimal mungkin.
Seorang calon hafidz harus disiplin dan istiqomah dalam menghafal al-
Qur’an.
5) Talaqqi kepada seorang guru.
Hal ini harus diperhatikan apabila seorang penghafal al-Qur’an benar-
benar memiliki kemauan yang kuat dalam menghafal al-Qur’an.
Muhammad bin Sirrin dan Anas bin Malik pernah menyatakan “Ilmu itu
agama, maka perhatikanlah orang-orang yang hendak kalian ambil
agamanya.” Seorang murid harus menatap gurunya dengan penuh hormat
seraya meyakini bahwa gurunya orang yang unggul. Sikap demikian lebih
mendekatkan seorang murid untuk memperoleh kemanfaatan ilmu. Guru
tahfidz adalah seseorang yang membimbing, mengarahkan, dan menyimak
hafalan para penghafal al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an tidak diperbolehkan
sendiri tanpa adanya seorang guru, karena di dalam al-Qur’an banyak sekali
terdapat bacaan-bacaan yang sulit (musykil) yang tidak bisa dikuasai hanya
dengan mempelajari teorinya saja.19

19
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 32-33.
25

4. Etika Membaca dan Langkah-Langkah Menghafal al-Qur’an


Adapun etika membaca al-Qur’an di antaranya:
1) Menggosok gigi sebelum membaca al-Qur’an.
Disunnahkan sebelum membaca al-Qur’an bersiwak/ menggosok gigi
dalam dan dimulai dari arah kanan mulutnya.
2) Bersuci.
Alangkah baiknya sebelum seseorang membaca al-Qur’an maka
bersucilah terlebih dahulu. Walaupun ijma’ kaum muslimin membolehkan
membaca al-Qur’an dalam keadaan berhadats kecil, Imam An-Nawawi
mengharamkan membaca al-Qur’an bagi orang junub (berhadats besar) dan
wanita yang sedang haid. Bagi orang yang sedang haid diperbolehkan
membaca al-Qur’an akan tetapi dalam hati saja.20
3) Membaca al-Qur’an harus di tempat yang suci.
Bagi orang yang hendak membaca al-Qur’an alangkah baiknya itu
membacanya di dalam masjid, karena masjid adalah tempat yang mulia,
suci, dan terpelihara dari najis. Selain itu jika diniatkan i’tikaf maka orang
tersebut akan mendapatkan pahala i’tikaf juga.
4) Menghadap kiblat.
Sebaiknya orang yang membaca al-Qur’an menghadap ke kiblat,
karena sebaik-baiknya majlis adalah menghadap kiblat. Hendaknya orang
yang membaca al-Qur’an duduk dengan khusyuk’ merendahkan diri dan
pandangannya seperti berada di majlis gurunya.
5) Membaca ta’awwudz.
Menurut Jumhur Ulama’ sebelum membaca al-Qur’an disunnahkan
untuk membaca ta’awwudz terlebih dahulu, sedangkan menurut sebagian

20
Arham Ahmad Yasin, Agar Sehafal Al-Fatihah (Bogor: Hilal Media Group,
2014), 52.
26

Ulama’ salaf disunnahkan membaca ta'awudz sesudah membaca al-


Qur’an.21
Sebagaimana pendapat sebagian di antara kita, bahwa menghafal al-
Qur’an bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Perlu kita ketahui dan
mengerti bahwa dalam menghafal al-Qur’an harus memperhatikan langkah-
langkah yang dicapai, di antaranya:
1) Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafalkan al-Qur’an.
2) Pelajari aturan-aturan membaca al-Qur’an di bawah bimbingan seorang
guru tahfidz.
3) Membaca dengan benar.
4) Target hafalan harian.
5) Memuroja’ah (mengulang-ulang) hafalan yang sudah dikuasai.22
5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal al-Qur’an
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang dalam menghafal al-
Qur’an diantaranya ialah faktor pendukung dan penghambat dalam
menghafal al-Qur’an. Pada faktor pendukung, seorang penghafal al-Qur’an
lebih memudahkan dirinya dalam menguasai hafalan al-Qur’an yang
dipelajarinya. Sedangkan pada faktor penghambat, seorang penghafal
merasa kesulitan atau merasa banyak hambatan dalam proses menghafal al-
Qur’an.
Pada pembahasan ini penulis akan mencoba menguraikan satu persatu
dari beberapa faktor pendukung dan penghambat tersebut.
1. Faktor Pendukung Menghafal al-Qur’an
Faktor ini diantaranya yang mendukung untuk memudahkan
seseorang dalam menghafal al-Qur’an adalah:

21
Munjahid, Strategi Menghafal Al-Qur'an 10 Bulan Khatam (Yogyakarta: Idea
Press, 2007), 60.
22
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta:
Bening, 2010), 96.
27

a) Selalu bertawakal kepada Allah Swt


Setiap hafalan yang sudah dikuasai hendaknya selalu diiringi dengan
sikap tawakal, hal ini akan menjadikan seorang penghafal senantiasa
optimis dalam menguasai hafalannya. Bukan hanya itu, bahkan pada
setiap sendi kehidupan seseorang hendaknya senantiasa bertawakal
kepada Allah Swt.
b) Menguatkan niat dalam menghafal al-Qur’an
Niat yang ikhlas akan senantiasa menjaga seseorang dalam
menunaikan suatu amalan. Demikian pula ketika seseorang
mengikhlaskan diri untuk menghafal al-Qur’an, maka ia akan senantiasa
terjaga dari lemah semangat dalam mencapai tujuannya. Keinginan yang
kuat untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi tujuan seseorang.23
c) Menjaga diri dari kemaksiatan
Orang yang senantiasa disibukkan dengan kemaksiatan maka akan
menjadikan ia tidak mempunyai waktu untuk mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Orang yang menghafal al-Qur’an hendaknya memperhatikan
hal ini agar hati yang sudah terjaga oleh al-Qur’an bisa menjadi tentram.
d) Mencintai al-Qur’an
Cinta pada al-Qur’an dengan cara membaca dan menghafalnya,
merupakan faktor penting dalam menghafal al-Qur’an. Karena dengan
tidak mencintai al-Qur’an maka tidak akan mampu untuk menghafalnya,
kecuali jika hati sudah mencintai al-Qur’an maka akan mudah untuk
menghafalkannya.24
Para ahli ilmu dan orang-orang yang berpengalaman menyebutkan
ada beberapa makanan yang dianggap mendung dalam penghafalan al-
Qur’an, antara lain: air zamzam, madu, siwak, kismis, jahe, delima, dan ikan

23
Amjad Qosim, Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan (Solo: Qiblat Press, 2008), 117.
24
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 68.
28

segar. Kandungan gizi dari makanan tersebut dapat meningkatkan daya


hafal seseorang terutama dalam menghafal al-Qur’an.25
2. Faktor Penghambat Menghafal al-Qur’an
Setiap orang pernah mengalami kesulitan dalam hidupnya. Tidak
terkecuali kesulitan dalam proses menghafal bagi seseorang yang sedang
menghafal al-Qur’an. target hafalan yang telah ditentukan sebelumnya
ternyata tidak memenuhi harapan. Akibatnya, hal itu dapat menyebabkan
kepala menjadi pusing. Hambatan dalam proses menghafal juga dapat
mempengaruhi hal-hal lain seperti usia semakin tua, berubahnya jadwal
pencapaian cita-cita dan membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan.26
Diantara hambatan-hambatan dalam menghafal al-Qur’an yang sering
terjadi adalah:
a) Banyak dosa dan maksiat, karena hal itu akan membuat seorang hamba
lupa pada al-Qur’an dan merupakan dirinya pula. Serta membutakan
hatinya dari ingat kepada Allah SWT, serta dari membaca dan menghafal
al-Qur’an.
b) Tidak senantiasa mengikuti, mengulang-ulang, dan memperdengarkan
hafalan al-Qur’annya.
c) Perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hati terikat
dengannya, dan pada gilirannya hati menjadi keras. Sehingga tidak dapat
lagi menghafal al-Qur’an dengan mudah.
d) Semangat yang tinggi untuk menghafal di permulaan membuatnya
menghafal banyak ayat tanpa menguasainya dengan baik. Kemudian
ketika ia merasakan dirinya tidak menguasai hafalan tersebut dengan

25
Muhammad Asy-Syanqithi, Kiat Mudah Menghafal Al-Qur’an (Surakarta: Gazza
Media, 2011), 107-110.
26
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 67.
29

baik, maka ia pun akan malas menghafalnya lagi lalu meninggalkannya


begitu saja.27
6. Pemeliharaan Hafalan al-Qur’an
Berikut ini ada beberapa kiat-kiat agar hafalan al-Qur’an tidak luntur
dan lupa, antara lain:
1) Materi yang sudah dihafalkan hendaknya diperdengarkan (disima’)
kembali kepada orang yang ahli, jangan mempercayai diri sendiri karena
kerap kali sering salah. Nabi Muhammad Saw sendiri disima’ hafalannya
oleh malaikat Jibril As pada tiap tahun di bulan Ramadhan.
2) Untuk memperkuat hafalan yang telah dihafalkan perlu diulang-ulang
kembali pada waktu shalat sendirian, menjadi imam dan shalat
berjama’ah, atau bersama penghafal lainnya secara darusan (mudarosah)
yang menjadikan kita aktif dalam membaca. Atau juga jadikan sebagai
dzikir pada setiap keadaan.
3) Lakukan proses menghafal secara berkelanjutan (istiqomah) tanpa ada
masa jeda (bosan) kecuali pada saat-saat istirahat.
4) Lakukan menghafal maupun mengulang hafalan al-Qur’an dengan
kondisi badan yang fit,fresh (segar) dan tidak lapar agar tidak
mengantuk. Karena dalam menghafal dibutuhkan energi yang banyak
untuk mensuplai darah segar ke otak, kalau badan tidak fresh (segar)
maka akan mengganggu dalam proses menghafal.
5) Usahakan untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama,
karena akan mengganggu pikiran sehingga konsentrasi terhadap hafalan
menjadi hilang.
6) Lakukan kegiatan mengulang hafalan dengan konsentrasi penuh pada
bidang hafalan, karena kalau tidak dengan konsentrasi maka akan
memakan waktu yang lama.

27
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an, 7-11.
30

7) Mendengarkan hafalan al-Qur’an dari kaset-kaset atau rekaman dan


mempelajari terjemahan, maka hal ini akan membantu melekatkan
hafalan.28
B. Sejarah Penghafalan al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam ilahi yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril as selama kurang lebih
23 tahun. Awal sejarah penghafalan al-Qur’an adalah ketika wahyu pertama
turun kepada nabi di Gua Hira. Berkaitan dengan kondisi nabi yang ummi
(tidak bisa membaca dan menulis), maka malaikat Jibril as menyampaikan
wahyu tersebut kepada nabi dengan menghafal. Kemudian nabi turun dari
gunung Nur dan membacakan wahyu pertama dari hafalannya kepada
istrinya yaitu Siti Khadijah ra, kemudian Nabi sampaikan juga kepada
sahabat secara lisan. Hal ini dapat dipahami dari sebuah hadis Nabi
mengenai permulaan wahyu (bad’ al-waḥy).29
Setiap kali al-Qur’an diturunkan, nabi menerimanya dengan
menghafal kemudian nabi membacakannya kepada sahabat laki-laki dan
perempuan.30 Setelah para sahabat menghafal ayat-ayat al-Qur’an yang
disampaikan oleh nabi, maka mereka akan menyebarkan apa yang telah
mereka hafalkan kepada sahabat-sahabat lain dan anak-anak yang tidak
menyaksikan ketika ayat-ayat tersebut turun kepada nabi. Maka dengan cara
ini tidak sampai satu atau dua hari lewat, kecuali wahyu al-Qur’an sudah
dihafal di dalam dada para sahabat yang menghafalnya.31

28
Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Mujahid
Press, 2004), 106.
29
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab bad’ al-waḥy, bab bad’ al-waḥy, nomor
hadis, 3.
30
Muhammad bin Ishāq, al-Sirah al-Nabawiyyah, edit.Ahmed Farid, cet. I (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004), 189.
31
Akram ‘Abd Khalifah al-Dalimi, Jam al-Qur’an: Dirᾱsah Taḥliliyyah li
Marwiyyᾱtih, cet. I (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), 27.
31

Sahabat yang mengajarkan hafalan dan bacaan al-Qur’an di Makkah


selain ialah sahabat Khabbᾱb bin al-Artt (w. 37 H), beliau mendatangi
muridnya dari rumah ke rumah. Sahabat lain yang terkenal dalam bidang
taḥfīẓ al-Qur’an adalah ‘Abd Allah bin Mas’ūd (w. 32 H), beliau termasuk
orang-orang pertama yang mempelajari dan membaca al-Qur’an langsung
dari Nabi Muhammad Saw.32
Nabi Muhammad Saw adalah al-mu’allim al-awwal. Allah Swt telah
menjaga hati nabi dengan al-Qur’an dan menghilangkan beban berat dalam
menghafal, sehingga nabi tidak akan lupa dengan apa yang telah
diwahyukan kepadanya. Nabi selalu bersemangat dalam menjaga
hafalannya sehingga di setiap waktu dan kesempatan beliau selalu
mengulang-ulang bacaan ayat yang telah dihafalkannya. Hal tersebut beliau
lakukan karena al-Qur’an akan cepat hilang jika tidak diulang-ulang.33
Ada beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad Saw dalam
menjaga hafalannya, yaitu: pertama: beliau adalah penerima wahyu pertama
dari Allah Swt dan diberikan kewajiban untuk menyampaikannya secara
sempurna. Kedua, beliau sangat mencintai al-Qur’an dibandingkan dengan
yang lainnya. Ketiga, beliau sangat khawatir jika melupakan al-Qur’an dan
yang terakhir keempat, beliau ingin menguatkan hafalan al-Qur’an dengan
cara menjaga hafalannya. Karena kegigihannya, maka beliau adalah orang
pertama yang mendapatkan gelar sayyid al-ẖuffâz atau awal al-jummaʽ
karena kesungguhannya dalam mengulang-ulangi al-Qur’an di setiap
waktu.34
Menurut M.Quraish Shihab ada beberapa faktor yang mendorong para
sahabat untuk menghafal al-Qur’an yaitu: pertama, masyarakat arab adalah

32
Muhammad bin Ishāq, al-Sirah al-Nabawiyyah, 225.
33
Muslim bin al-Hajjāj, Saẖîẖ Muslim juz 1 (Semarang: Toha Putra, t.t), 137.
34
Ṣubhī Ṣālīh, Mabâẖits fi ‘Ulûm al-Qur’an (Beirut: Dâr al-Ilm, 1977), cet ke-9,
65.
32

kaum ummi (tidak mengenal baca tulis), maka dari itu yang dapat mereka
andalkan ialah menghafal. Kedua, masyarakat arab dikenal sebagai
masyarakat yang sederhana. Kesederhanaan itu menjadikan mereka
memiliki waktu luang yang cukup untuk digunakan dengan menghafal.
Ketiga, masyarakat arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan,
mereka bahkan sampai melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang
ini. Keempat, al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan
bahasanya dan sangat mengagumkan. Disamping mengagumi keindahan
bahasa al-Qur’an kaum muslimin juga mengagumi kandungannya dan
meyakini bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk yang akan membawa
kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Kelima, Allah Swt dan
Rasul menganjurkan kepada kaum muslimin untuk membaca dan
mempelajari al-Qur’an. keenam, ayat-ayat al-Qur’an berdialog kepada
mereka dan mengomentari keadaan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
kepada mereka, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka,
disamping itu ayat al-Qur’an turun sedikit demi sedikit sehingga
memudahkan pencernaan maknanya dan proses penghafalannya. Ketujuh,
dalam al-Qur’an dan hadis-hadis nabi Saw ditemukan berbagai petunjuk
yang mendorong sahabat untuk bersikap teliti dan berhati-hati dalam
menyampaikan berita, lebih-lebih apabila perintah itu adalah firman Allah
Swt dan sabda Rasulullah Saw.35
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian sahabat
terhadap al-Qur’an sangatlah tinggi, apalagi yang menyuruh mereka adalah
Allah Swt dan rasul-Nya. Maka menghafal al-Qur’an bagi mereka
merupakan perintah suci sekaligus ibadah yang sangat tinggi nilainya.
Dengan demikian mereka menjaga terpeliharanya agama Islam sampai hari

35
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1999), 23-24.
33

kiamat. Berikut ini dikemukakan beberapa hal bagaimana cara Rasulullah


Saw dan para sahabatnya dalam menghafal al-Qur’an dan menjaga
hafalannya, diantaranya yaitu:36
1. Rasulullah Saw dan para sahabatnya selalu mengulangi hafalannya
dalam shalat dan terlebih dalam qiyâmullail.
Shalat yang dilakukan oleh Rasulullah Saw memang cukuplah lama,
terutama dalam berdiri membaca al-Qur’an. Riwayat-riwayat yang saẖîẖ
menyebutkan bahwa beliau biasa membaca surat-surat yang panjang ketika
shalat subuh. Pada hari jum’at beliau membaca surat al-Jumu’ah dan al-
Munâfiqûn. Adapun shalat qiyâmullail yang dilakukan Rasul menghabisi
waktu yang cukup lama, dalam satu raka’at beliau biasa membaca surat al-
Baqarah, Ali Imrân serta Al-Nisâ. Dalam riwayat Abû Dâud dari saẖâbat
‘Auf bin Mâlik al-Asyja’i berkata: “Saya shalat malam di belakang
Rasulullah Saw kemudian beliau membaca surat al-Baqarah, jika melewati
ayat raẖmat beliau berhenti dan berdo’a, dan jika melewati ayat adzab
beliau berhenti dan memohon perlindungan.37
2. Pengajaran al-Qur’an yang dilakukan malaikat Jibril As kepada
Rasulullah Saw.
Pengajaran al-Qur’an yang dilakukan Jibril as yaitu membacakan dan
menjelaskan ayat-ayat yang akan diturunkan kepada Nabi, sedangkan
pengakaran Nabi yaitu membacakan ulang ayat-ayat yang disampaikan
jibril kepada para sahabat. Hal ini dilakukan di bulan suci Ramadhan, Jibril
as selalu datang kepada Rasulullah Saw setiap tahunnya. Biasanya Rasul
mengkhatamkan sekali. Namun menjelang akhir usianya Nabi Saw
menyetorkan hafalannya sampai dua kali di hadapan Jibril as. Pengajaran

36
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, 23-24.
37
Muslim bin al-Hajjāj, Saẖîẖ Muslim juz 4, 16.
34

al-Qur’an yang dilakukan Jibril as kepada Rasulullah Saw merupakan


wujud janji Allah Swt dalam menjaga hafalan al-Qur’an kepada Rasul-Nya,
karena merupakan kewajiban beliau untuk menyampaikan al-Qur’an
kepada saẖâbatnya dan mengoreksi bacaan mereka. Apabila sahabat ada
yang keliru dan salah dalam membacanya, maka Rasulullah Saw adalah
yang pertama kali mengoreksi dan membenarkan mereka.38 Dengan
demikian pengajaran al-Qur’an yang dilakukan oleh Rasulullah begitu
intens sekali kepada para sahabatnya, karena beliau sangat memahami
bahwa terpeliharanya al-Qur’an bukan hanya olehnya saja, akan tetapi harus
diwarisi juga kepada sahabatnya dan generasi setelahnya dan umat Islam
semuanya.
3. Pengajaran al-Qur’an yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kepada para
sahabatnya.
Rasulullah Saw memiliki tempat pengajaran al-Qur’an di Makkah
yang bernama Dâr al-Arqâm yang terletak di kaki bukit Safâ dekat masjid
al-Haram, tempat ini milik sahabat al-Arqam bin Abû Arqam. Pengajian al-
Qur’an masih sembunyi-sembunyi dan Rasul Saw biasa menyampaikan
wahyu yang turun kepada mereka dan membacakannya dihadapan mereka.
Sedangkan di Madinah Rasulullah Saw memiliki banyak tempat pengajian,
diantaranya yaitu Dâr al-Qurra’ (rumah para pembaca al-Qur’an). Rumah
tersebut dimiliki oleh Makrimah bin Naufal. Ada juga yang disebut kuttab
yang biasanya dipakai sebagai pendidikan khusus bagi anak-anak.39
Rasulullah Saw selalu memotivasi sahabatnya yang pandai membaca al-
Qur’an untuk mengajarkan kepada anak-anaknya, kerabatnya dan sanak

38
Al-Bukhārī, Saẖîẖ al-Bukhârî juz 3, 2074.
39
M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah Ali Mustafa
Yakub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet. Ke 2, 84-85.
35

keluarganya. Bahkan mereka yang baru hijrah dari Makkah ke Madinah


disuruh belajar al-Qur’an oleh Rasulullah.
4. Tilawah al-Qur’an yang dilakukan oleh para sahabat.
Tradisi membaca al-Qur’an dilakukan oleh para sahabat, mereka
berlomba-lomba dalam mengkhatamkan al-Qur’an dan mengulanginya di
setiap malam. Mereka juga mengajarkannya kepada anak-anak dan istri-
istri mereka. Proses pengajaran al-Qur’an sering dilakukan di malam hari
terutama pada qiyâmullail, mayoritas sahabat melakukan ini sampai
terdengar suara teriakan seperti suara lebah.40 Tradisi yang mulia ini tidak
lain adalah perintah dari Rasulullah Saw untuk menjaga terpeliharanya al-
Qur’an dan menjadikan hafalan al-Qur’an sebagai tradisi yang terus
dipelihara oleh keturunan-keturunan umat ini. Apabila ada seorang yang
baru hijrah ke Madinah, maka Rasulullah Saw menyuruh sahabat untuk
mengajarkannya al-Qur’an.
Dalam menghafal al-Qur’an, para sahabat langsung menerima
metodenya dari Nabi. Metode tersebut ada tiga macam, yaitu: metode
talaqqi, metode tulisan dan praktek atau pengalaman.41 Pertama, metode
talaqqi yaitu menerima hafalan al-Qur’an langsung dari mulut guru
sehingga akan terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. Kedua, metode
kitâbah/tulisan yaitu metode ini diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada
sahabat sebagaimana beliau menerima dari Jibril as. Menurut al-Zarqâni,
ketika Jibril as menyampaikan wahyu kepada Nabi, Jibril as mengatakan
“ḏa’û fi mauḏi’i kadza wa kadza” (“Letakkanlah ayat ini di tempat sini”).
Cara ini kemudian diajarkan Rasul kepada para sahabatnya.42 Ketiga,

40
Mannā’ Khalīl Qaṭṭān, Mabâẖîts fi ‘Ulûm al-Qur’an, 120.
41
M.M. Azami, Memahami Ilmu Hadis Telaah Metodologi dan Literatur Hadis,
terjemah Meth Kieraha (Jakarta: Lentera Basritama, 2003), cet. 3, 33.
42
Muhammad ‘Abdul ‘Adhim Al-Zarqānī, Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-Qur’an,
Jilid I (Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988), 171.
36

metode praktek adalah mengamalkan ayat yang telah dihafalkan dan


berusaha istiqâmah dengan pengalamannya. Al-Qur’an bukan hanya
dibaca, dihafal, dipahami dan diajarkan, lebih dari itu al-Qur’an harus
diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Awal proses pewahyuan al-Qur’an tidak diragukan lagi, bahwa al-
Qur’an terdiri dari susunan ayat dan surah. Ayat-ayatnya diturunkan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Susunan ayat dan surat-
suratnya di-tartîb-kan sesuai dengan yang terdapat di lauḥ al-maḥfūẓ.
Sehingga tampak adanya yang satu dengan yang lainnya.43
Nabi Muhammad Saw memantau dengan mengawal secara langsung
proses penulisan ayat al-Qur’an, begitu juga dengan proses penyusunan
ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an. Ayat yang sudah dicatat
kemudian disimpan di rumah nabi, sementara para pencatat juga
menyimpan salinannya untuk arsip mereka pribadi. Dengan model seperti
ini akan ada kontrol antara koleksi para pencatat dan suhuf yang tersimpan
di kediaman Nabi Muhammad Saw. Di luar itu, masih ada kontrol dari
kalangan penghafal al-Qur’an (sekelompok sahabat).
Dari uraian paragraf di atas dapat disimpulkan, sistem hafalan dan
tulisan mushaf al-Qur’an akan saling membantu dan melengkapi dalam
mendokumentasikan sebuah data sehingga tidak mengalami reduksi yang
berarti. Begitu pula dalam konteks al-Qur’an. Hal ini dapat diketahui dari
cara nabi menghafalkan ketika suatu ayat diturunkan. Ketika suatu ayat
diturunkan, beliau segera bergegas untuk menghafalkannya dan
mengulang-ngulangnya sampai lancar, karena beliau khawatir salah
ataupun lupa dalam membaca dan menyampaikannya kepada umatnya.44

43
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an Kajian atas Tafsir Al-
Misbᾱh (Jakarta: Puspita Press, 2011), 44-45.
44
Ibnu Hajar Al-‘Asqolānī, Fath al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari juz 8
(Qohiroh: Dar at-Taqwa, 2000), 524.
37

C. Metode Menghafal al-Qur’an


1. Pengertian Metode
Metode secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani “methodos” kata
ini berasal dari dua kata suku yakni “metha” yang berarti melalui atau
melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan
yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.45 Sedangkan secara terminologi,
metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan tertentu, semakin baik metode itu maka akan semakin
efektif pula pencapaian suatu tujuan.46
Dalam kamus Bahasa Indonesia “metode” adalah cara yang teratur
dan berfikir baik untuk mencapai maksud.47 Sehingga dapat dipahami
bahwa metode berarti ialah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran.
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses
belajar mengajar. Setiap kali akan mengajar seorang guru pasti akan
menggunakan metode. Metode yang digunakan itu pasti tidak akan
sembarangan, melainkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.48
Adapun fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan.49
Maka dari itu apabila metode ini dikaitkan dengan menghafal al-Qur’an
dapat disimpulkan bahwa metode menghafal al-Qur’an adalah langkah-
langkah yang harus ditempuh agar dapat menghafal al-Qur’an dengan baik.

45
Muhammad Arifin, Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 61.
46
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar (Bandung:
Tarsito, 1998), 96.
47
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 52.
48
Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta
2002), 178.
49
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 26.
38

Maka menurut penulis metode menghafal al-Qur’an adalah langkah-


langkah yang harus ditempuh dalam menghafalkan al-Qur’an untuk dapat
mengingat, menyimpan, dan meresapi ayat-ayat al-Qur’an ke dalam
ingatan.
2. Macam-macam Metode Menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an adalah suatu proses mengingat, yang dimana
seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti waqaf, dan lain
sebagainya) harus diingat secara sempurna. Dan dalam menghafal al-
Qur’an orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun,
metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang
berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf
sedikit pun.50
Dalam pembahasan mengenai metode menghafal al-Qur’an, ada
beberapa metode yang dapat digunakan atau dipraktikkan untuk mencari
alternatif terbaik dalam menghafal al-Qur’an, dan bisa memberikan bantuan
kepada para penghafal al-Qur’an untuk mengurangi kesulitan dalam
menghafal al-Qur’an. Adapun metode-metode tersebut yaitu:
1. Metode Wahdah
Yang dimaksud dengan metode wahdah ialah menghafal dengan cara
satu per satu ayat yang akan dihafalkan. Untuk mencapai hafalan awal
setiap ayat yang bisa dibaca sebanyak 10 kali atau 20 kali, ataupun lebih
sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan. Maka dengan
demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang
dihafalkannya bukan saja dalam bayangan akan tetapi hingga benar-benar
membuat gerak refleks pada lisan. Setelah benar-benar hafal barulah

50
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 55.
39

dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Demikian


selanjutnya hingga mencapai satu muka atau halaman.51
2. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Adapun yang dimaksud dengan metode ini
ialah penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya
pada selembar kertas. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya hingga lancar
dan benar bacaannya, lalu dihafalkan. Metode ini cukup praktis dan baik,
karena di samping membaca dengan lisan aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam
bayangan.52
3. Metode Sima’ī
Sima’ī artinya mendengar. Adapun yang dimaksud dengan metode ini
ialah dengan mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
sangatlah efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra,
terutama bagi para penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di
bawah umur yang belum mengenal tulis baca al-Qur’an. metode ini dapat
dilakukan dengan dua alternatif. Pertama, mendengar ayat-ayat yang
dibacakan oleh guru yang membimbingnya. Kedua, merekam terlebih
dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke dalam pita kaset sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar secara
seksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan.53
4. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara metode pertama dan
metode kedua, yakni metode wahdah dengan metode kitabah. Hanya saja
metode wahdah di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap

51
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63.
52
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 64.
53
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 64-65.
40

ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal
selesai menghafal ayat yang dihafalnya kemudian ia mencoba
menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan
hafalan pula.54
5. Metode Jama’
Yang dimaksud dengan metode jama’ adalah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif atau bersama-sama dan dipimpin oleh seorang instruktur. Cara atau
metode ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan
dapat menghilangkan kejenuhan. Disamping itu juga akan banyak
membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang
dihafalkannya.55
6. Metode Takrir
Yang dimaksud dengan metode takrir ialah mengulang hafalan atau
men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan atau sudah pernah di-sima’-
kan kepada guru/ustadz. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah
dihafal tetap terjaga dengan baik. selain dengan guru/ustadz, takrir juga
dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah
dihafal. Sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal
materi hafalan baru, kemudian ketika sore harinya untuk men-takrir materi
yang telah dihafalkan.56
7. Metode Talaqqi
Yang dimaksud dengan talaqqi yaitu menyetorkan atau
memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau
instruktur.57

54
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 65-66.
55
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 66.
56
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 57.
57
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 56.
41

Cara kerja metode ini ialah, sebagaimana yang dipraktikkan oleh


malaikat Jibril As bersama Rasulullah Saw saat wahyu turun kepada beliau.
Jibril As terlebih dahulu membacakan wahyu/ayat kepada Rasulullah Saw
di hadapannya, kemudian secara perlahan Rasulullah Saw mengikutinya
sampai hafal.
Metode ini adalah metode yang banyak digunakan oleh para
penghafal Al-Qur’an di pesantren-pesantren Tahfidzul Qur’an. Dengan
memakai metode ini guru/ustadz akan dapat langsung menilai bacaan dan
kualitas hafalan santri/murid serta mengoreksi hafalan mereka jika ada yang
salah.58
8. Metode ODOA (One Day One Ayat)
One day one ayat berarti menghafal satu hari satu ayat. Metode
ODOA ini menggabungkan antara otak kiri dan otak kanan, selain itu
metode ini diterapkan menghafal satu ayat selama satu hari dan harus benar-
benar hafal kemudian di hari kedua melanjutkan hafalan ke ayat berikutnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ini
merupakan suatu metode menghafal satu hari satu ayat yang dikembangkan
berdasarkan kecerdasan majemuk penghafal yang memudahkan menghafal
dengan proses yang menyenangkan.59
9. Metode S
Metode S (seluruhnya) adalah sebuah metode dalam menghafal Al-
Qur’an yang tahapannya adalah dengan membaca terlebih dahulu 1 (satu)
halaman dari Al-Qur’an, dari baris pertama hingga baris terakhir secara
berulang-ulang sampai hafal. Metode ini dipakai oleh para mahasiswa-

58
Ahmad Iqbal, “Penggunaan Metode Master dalam Menghafal Al-Qur’an di
Yayasan Askar Kauny”, (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin,Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), 17.
59
De Porter Boobi dan Mike Henarcki, Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), 210.
42

mahasiswi penghafal al-Qur’an di lingkungan Institut PTIQ dan IIQ


Jakarta.60
10. Metode B
Metode B (bagian) adalah sebuah metode dalam menghafal al-Qur’an
yang sedikit berbeda dengan metode S di atas. Jika metode S menghafal
secara penuh 1 halaman, maka metode B hanya membaca dan menghafal
sebanyak 1 ayat saja, atau dapat disesuaikan dengan tema pembahasan
tertentu. Sehingga 1 tema bisa terdiri dari 1 ayat, 1 ayat, 3 ayat, 4 ayat atau
bahkan lebih. Metode ini juga dipakai oleh para mahasiswa-mahasiswi
penghafal Al-Qur’an di lingkungan Institut PTIQ dan IIQ Jakarta.61
11. Metode C
Metode C (campuran) adalah sebuah metode dalam menghafal Al-
Qur’an yang mengkombinasikan antara metode S dengan Metode B. Dalam
metode ini mula-mula penghafal membaca satu halaman berulang-ulang,
kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri, setelah itu diulang-ulang
kembali secara keseluruhan. Metode ini juga dipakai oleh para mahasiswa-
mahasiswi penghafal al-Qur’an di lingkungan Institut PTIQ dan IIQ
Jakarta.62

60
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi) (Jakarta: Transpustaka, 2013), 56.
61
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi), 56.
62
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi), 56.
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL
ASROR BUARAN JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Singkat Berdirinya
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini didirikan pada
tanggal 29 september 2009. Pendirian pesantren bermula karena terinspirasi
dengan gerakan rumah tahfidz al-Qur’an yang dipimpin oleh Ustad Yusuf
Mansur. Beliau mengenalkan konsep ini untuk menghasilkan para
penghafal al-Qur’an di seluruh Indonesia. Dari sebuah keinginan mencetak
pemuda-pemudi tangguh Islam, yang didalam dada mereka bersemayam al-
Qur’an sebagai pedoman hidup yang menjadi warna dalam setiap aktivitas
keseharian.
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sirrul Asror adalah sebuah
lembaga pendidikan dan pengajaran yang memadukan sistem pendidikan
pesantren dengan menitikberatkan hafalan al-Qur’an sejak dini dengan
pendidikan formal yang bertujuan mendidik para santri menjadi muslim
yang tafaqquh fiddin, berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan yang luas.
Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH. Drs. Syarif Hidayatullah
Matnadjih. Beliau adalah putra betawi yang dididik dalam lingkungan Islam
yang sangat kuat. Beliau adalah anak kelima dari delapan bersaudara,
dilahirkan di Kampung Buaran Cakung Jakarta Timur pada hari Jum’at
subuh, 10 Agustus 1974 dari pasangan H. Matnadjih Djanan dengan Hj.
Rohaenah Abdurrachman.
Sejak lulus pendidikan Madrasah Tsanawiyah (SMP) beliau dikirim
ke Jogjakarta untuk menimba ilmu agama disana, khususnya di bidang al-
Qur’an. Tepatnya di Pesantren al-Qur’an Sunan Pandanaran yang terletak
di Jl. Kaliurang KM. 12.5 Desa Candi Sardonoharjo dibawah asuhan Mbah
Kyai H. Mufid Mas’oed. Beliau belajar di pesantren ini selama tiga tahun.

43
44

Setelah menyelesaikan pendidikan al-Qur’an selama tiga tahun,


beliau kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Jurusan
Tafsir Hadis, beliau menyelesaikan masa kuliahnya pada tahun 1998
dengan menyandang gelar Sarjana Tafsir Hadis. Dengan latar belakang
pendidikan beliau di bidang al-Qur’an mendorong beliau untuk mendirikan
Pesantren Tahfidzul Qur’an dengan nama “Istana Al-Qur’an Sirrul Asror”.
Dalam waktu singkat pesantren dapat berkembang dengan pesat, banyak
para donatur yang membantu pembangunan sarana dan prasarana pesantren
sehingga dapat membangun gedung tiga lantai. Pesantren ini memiliki
sembilan cabang yaitu pertama Istana Al-Qur’an Al-Farisi di Cimuning
Bekasi, kedua Istana Al-Qur’an Ar-Ruhna di Setu Bekasi, ketiga Istana Al-
Qur’an Roudhotunni’mah di Ciledug Bekasi, keempat Istana Al-Qur’an
Qomaruzzaman di Parung Bogor, kelima Istana Al-Qur’an Da’arul Huda di
Bojong Gede Jatiwarna, keenam Istana Al-Qur’an Darrul Karimah di
Bojong Gede Bogor, ketujuh Istana Al-Qur’an Fathan Qariban di Babelan
Bekasi, kedelapan Istana Al-Qur’an Al-Hafsoh di Cianjur Jawa Barat, dan
terakhir kesembilan Istana Al-Qur’an Al-Karim di Pasar Minggu Jakarta
Selatan.
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih Al-Hafidz selaku pendiri
pesantren selain aktif di kegiatan pesantren, beliau juga aktif berdakwah
yang menjelaskan mengenai isi kandungan-kandungan al-Qur’an ke
berbagai Majlis Ta’lim. Beliau juga secara rutin mengisi acara “Damai
Indonesiaku”, “Hijab Stories”, dan “Butiran Ilmu” di TV One.
45

Beliau beristri hafidzoh yaitu Hj. Ummu Thoyyibah dan dikaruniai


empat orang anak. Yaitu Abdul Jabbar Hilmi Syarif, Ahsan Annadjih
Syarif, Atina Mitsla Nafisah Syarif, dan Ahda Abdan Syarif.1
1. Kondisi Sosiologis
Pondok pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror terletak di Kampung
Buaran I RT/RW 015/008 No. 174 Kelurahan Jatinegara Kecamatan
Cakung Kota Jakarta Timur dengan kodepos 13930 telepon 021 –
80808748. Komplek pesantren memiliki luas tanah 1.500 m2 dengan luas
bangunan pesantren 1.000 m2. Gedung utama pesantren memiliki tiga lantai
dengan segenap sarana dan prasarananya. Dengan keberadaannya di kota
yang besar, pesantren ini cukup pesat perkembangannya.2
Pesantren ini berada di tengah-tengah pemukiman warga dan rumah
kontrakan para pedagang, buruh pabrik, dan pekerja lainnya. Banyak buruh
pabrik yang bekerja di Kawasan Industri Pulogadung yang tinggal
mengontrak di area sekitar pesantren. Di bagian utara dan selatan pesantren
terdapat rumah-rumah kontrakkan, di bagian baratnya terdapat Masjid
Jami’ Al-Hidayah dan di bagian timurnya terdapat rawa-rawa. Walaupun
pesantren berada di tengah-tengah keramaian kota akan tetapi masih tetap
kondusif dalam pelaksanaan belajar dan mengajar.
2. Visi dan Misi
Tujuan didirikannya Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
adalah mencetak generasi al-Qur’an yang berakhlakul karimah. Hal ini
terinspirasi dari sebuah hadis nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

1
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih (Pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 4
Oktober 2019, DKI Jakarta.
2
Hasil Observasi, tanggal 1 Oktober 2019, di Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror.
46

َ َ‫ ق‬,‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم‬


.ُ‫ َخ ْْيُُك ْم َم ْن تَ َعله َم الْ ُق ْراَ َن َو َعله َمه‬:‫ال‬ ‫صلهى ه‬ ِ ‫َع ْن عُثْ َما َن َر ِضي ه‬
‫اَّللُ َعْنهُ َعن النِ ِي‬
َ ‫هب‬
(‫(رواه البخاري‬
“Dari Usman bin Affan R.A ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang terbaik dari kamu ialah orang yang mempelajari al-Qur’an dan
yang mengajarkannya”. (H.R Al-Bukhari).
Adapun visi dari Pondok Pesantren ini yaitu menumbuhkan cinta al-
Qur’an dengan belajar, menghafal dan menafsirkan isi kandungan al-
Qur’an, agar mampu mentadabburi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Misi Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror antara lain:
a. Membentuk generasi yang unggul dalam menghafal al-Qur’an.
b. Membentuk jiwa al-Qur’an.
c. Menjadikan al-Qur’an sebagai landasan kehidupan sehari-hari.3
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror memberikan
semangat cinta al-Qur’an kepada para santri dan masyarakat karena saat ini
al-Qur’an telah kehilangan pencintanya. Maka dari itu Pondok Pesantren ini
hadir untuk mengambil bagian dalam menanamkan nilai-nilai al-Qur’an
agar menjadi solusi yang kuat untuk perubahan zaman yang saat ini semakin
jauh dari peradaban Islam yang berlandaskan al-Qur’an.
3. Struktur Pengurus Pesantren
Susunan pengurus Yayasan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror4, sebagai berikut:
Tabel 3.1
Susunan Pengurus Yayasan Sirrul Asror
Nama Jabatan
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Ketua Yayasan

3
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
4
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
47

H. Abdul Haris SE. Pembina Yayasan


H. Sirojudin Ilyas S.Ag Sekretaris
Hj. Ummu Thoyibah Bendahara
Ustd. Achmad Bachru Rozak MA. Pengawas
Adapun susunan pengurus Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror5, sebagai berikut:
Tabel 3.2
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Nama Jabatan

KH. Syarif Hidayatullah Pimpinan dan Pengasuh

Ustad. Ibnu Mas’ud Al-Hafidz Pembimbing

Ustad. M. Arif Al-Hafidz Ketua I

Arini Dini Fitriani Ketua II

Ahmad Sya’ban Sekretaris I

Syifa Rif’atul Mahmudah Sekretaris II

Muhammad Addinul Fatta Bendahara I

Rahmatun Na’im Bendahara II

Muhammad Islah Keamanan I

Afinia. D Keamanan II

5
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
48

4. Guru
Guru-guru yang mengajar di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror adalah para penghafal al-Qur’an dari berbagai alumni lulusan
Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an di berbagai daerah. Sehingga tidak
diragukan lagi kualitas para guru yang membimbing di Pondok Pesantren
ini.
Nama-nama Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror6,
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
No Nama Pendidikan Al-Qur’an

1 Ustad. Ibnu Mas’ud Ponpes Walisongo Yogyakarta

2 Ustad. M. Arif APIG Sadamiyah Jepara

3 Ustad. Reza. F Ponpes Bahrul ‘Ulum Pati

4 Ustad. M. Zainal Ponpes Walisongo Yogyakarta

5 Ustad. Ahmad Sya’ban APIG Sadamiyah Jepara

6 Ustad. Abdurrahman. A APIG Sadamiyah Jepara

7 Ustad. M. Addinul Fata Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

8 Ustad. Usaid Al-Hudhair Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

9 Ustadzah Ulfah. M Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

10 Ustadzah Rohmatun Na’im Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

6
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
49

11 Ustadzah Amanah Ma’rufah Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

12 Ustadzah Rizky Agustina Ponpes Raoudhotul Jannah Kudus

13 Ustadzah Syifa Rif’atul. M Ponpes Cipasung Tasikmalaya

14 Ustadzah Arini Dini. F Ponpes At-Taqwa Putri Bekasi

15 Ustadzah Salma Tiara Ponpes At-Taqwa Putri Bekasi

5. Sarana dan Prasarana


Sarana Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur ini bermula dari kontrakan yang begitu memprihatinkan
seperti keadaan pesantren tempo dulu. Ruangannya yang sangat sempit dan
sangatlah sederhana. Dan dengan perkembangannya, sarana Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror mengalami perubahan yang sangat
drastis, hal ini karena adanya semangat cinta al-Qur’an dari masyarakat.
Sehingga banyak pihak yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk
membantu pembangunan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
ini.
Dalam waktu kurang lebih satu tahun berdirilah gedung pesantren tiga
lantai dengan segala fasilitasnya yang sudah terbangun. Nuansa cat
berwarna biru yang memiliki arti filosofi “Memberi dan Menaungi”. Dan
saat ini Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror memiliki luas tanah
1.500 m2 dengan luas bangunan 1.000 m2.
50

Adapun sarana dan prasarana pesantren7, yaitu:


Tabel 3.4
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror
No Fasilitas Jumlah Keadaan

1 Ruang Belajar 5 Baik

2 Tempat Ibadah 2 Baik

3 Kamar Tidur 16 Baik

4 Kamar Mandi Santri Laki-laki 5 Baik

5 Kamar Mandi Santri Perempuan 8 Baik

6 Ruang Kepala Pesantren 1 Baik

7 Perpustakaan 1 Baik

8 Ruang TU 2 Baik

9 Ruang Guru 2 Baik

10 Tempat Olahraga 1 Baik

11 Mushaf Al-Qur’an 200 Baik

12 Ranjang - -

13 Kasur - -

14 Lemari 150 Baik

7
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
51

15 Papan Tulis 2 Baik

16 Meja 20 Baik

17 Kursi - -

B. Kegiatan Menghafal al-Qur’an


Kegiatan menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror sama seperti kegiatan pesantren pada umumnya, tidak terlepas
dari kegiatan agama dan kegiatan yang wajib dilakukan di pesantren ini
adalah tahfidz. Karena, dari awal dibentuknya Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror itu menjadi program unggulan di Pesantren ini.
Adapun jumlah santri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror sebanyak 115 orang, terdiri dari 59 santri putra dan 56 santri putri.
Santri di Pondok Pesantren ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
bukan hanya dari Jakarta saja. Hal ini menunjukkan bahwa Pondok
Pesantren ini cukup dikenal di Indonesia. Apalagi pendiri Pondok Pesantren
ini juga sering melakukan dakwah di stasiun televisi dan dakwah keliling
ke tengah masyarakat.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror jumlah hafalan al-Qur’an para santri sangat beragam.
Ada yang baru menghafal satu juz ada pula yang sudah menghafal 30 juz
al-Qur’an. Bahkan ada pula yang baru memulai belajar menghafal dari Juz
‘Amma.
52

Nama-nama santri dan jumlah hafalannya8, sebagai berikut:


Tabel 3.5
Daftar Nama Santri dan Jumlah Hafalannya
Waktu Jumlah
Asal Mulai Hafalan
No Nama L/P Daerah Menghafal (Juz)
1 M. Daffa Ulhak L Jakarta 23/07/2018 10 Juz
2 Aufal Mumtazutaqi L Jakarta 04/01/2019 5 Juz
3 Arnif Atthobari L Sukabumi 04/01/2019 9 Juz
4 Aldi Maulana L Sungailiat 08/01/2019 5 Juz
5 Akmal Insani L Bekasi 08/01/2019 5 Juz
6 Muhammad Murtadho L Jakarta 10/12/2018 4 Juz
7 Muhammad Farhan L Bekasi 23/07/2018 9 Juz
8 Rafiudin L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
9 Muhammad Sya'dan L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
10 M. Naufal Rifa'i L Jakarta 07/01/2018 15 Juz
11 Razaq Al-Ghifari L Jakarta 08/01/2019 6 Juz
12 Ridho Arphan L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
13 Fuad Hasyim L Tangerang 16/07/2018 10 Juz
14 Muhazaid Ad-Rullah L Madura 23/07/2018 13 Juz
15 M. Zaidan Rizky L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
16 Maisya Syahrul L Jakarta 13/12/2018 5 Juz
17 Ahmad Firdaus L Kudus 15/12/2018 5 Juz
18 Reza Firdaus L Jakarta 30/07/2015 30 Juz
19 Abdurrahman. A L Bekasi 30/07/2015 30 Juz
20 M. Rodhil Munif L Bangka 17/07/2019 2 Juz
21 Fauzi Nurrohman L Jakarta 23/07/2018 9 Juz
22 M. Wildan Nur Hakim L Bekasi 17/07/2019 3 Juz

8
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
53

23 Badrun Mubarok L Bekasi 17/07/2019 1 Juz


24 Noval Fairuz L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
25 Muhammad Zadin L Semarang 16/07/2018 11 Juz
26 M. Raka Aryudha L Banyumas 17/07/2019 1 Juz
27 M. Rafi Muliansyah L Cilacap 17/07/2019 1 Juz
28 Muhammad Zaidan. N L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
29 Rehan Fadli L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
30 Fahri Mahendra L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
31 M. Rafi Aditya L Tangerang 17/07/2019 1 Juz
32 Muhammad Farhan L Jakarta 04/02/2019 5 Juz
33 Arju Zaidan. M L Jakarta 05/05/2019 3 Juz
34 Bayu Seto Firmansyah L Bekasi 17/07/2019 1 Juz
35 Zaidan Wahab L Bantul 16/07/2018 8 Juz
36 Ihan Zamzam L Bekasi 11/01/2016 20 Juz
37 Syauqi Liqoa. R L Brebes 04/01/2019 5 Juz
38 M. Fathir L Bekasi 17/07/2019 3 Juz
39 Hasan Al-Basyri L Kudus 17/07/2019 2 Juz
40 Musa Al-Syari L Jakarta 16/07/2018 10 Juz
41 Musthofa L Bangka 09/01/2015 30 Juz
42 Ahmad Dasuki L Bogor 17/07/2014 30 Juz
43 Zaini Ghoni L Jakarta 28/07/2015 30 Juz
44 Aditya Syauqi L Bekasi 17/07/2019 1 Juz
45 Fikri Musyafa L Jakarta 17/07/2019 2 Juz
46 Muhammad. S L Tangerang 17/07/2019 1 Juz
47 Agung Samudra L Jakarta 17/07/2019 3 Juz
48 Muhammad Zibran L Jakarta 17/07/2019 3 Juz
49 Sultan Fajri L Bogor 17/07/2019 3 Juz
50 Luthfian Fujianto L Bekasi 17/07/2019 3 Juz
51 Alfino Aulia. R L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
52 Muhammad Riski L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
54

53 Muhammad Rifqi L Jakarta 17/07/2019 1 Juz


54 Azainy Ghoni L Jakarta 17/07/2019 1 Juz
55 Musthafa Kamal L Bekasi 17/07/2019 1 Juz
56 Azmi Fikri L Bekasi 17/07/2019 1 Juz
57 Miftahul Syifa Putra L Jakarta 23/07/2019 1 Juz
58 Akhmad Rizki L Jakarta 23/07/2019 2 Juz
59 Faisal Saptari L Bogor 15/07/2016 12 Juz
60 Ade Salsabila P Jakarta 16/07/2018 12 Juz
61 Alya Nabilah P Jakarta 07/01/2018 8 Juz
62 Amanah Ma'rufah P Bekasi 17/07/2014 30 Juz
63 Amira Aida Nadira P Jakarta 10/12/2018 6 Juz
64 Anisa Dina Ilmiyah P Tangerang 03/12/2018 6 Juz
65 Anita Rahmah P Bogor 28/07/2015 30 Juz
66 Annisa Fadhillah P Bekasi 20/07/2018 13 Juz
67 Dheeva S.K.J P Bekasi 07/01/2019 6 Juz
68 Dwi Yulianti P Jakarta 15/04/2019 4 Juz
69 Fadhilatunnayla. A P Jakarta 23/07/2018 8 Juz
70 Fatimah Tri Amini P Jakarta 20/08/2018 7 Juz
71 Firda Nur Hilya P Jakarta 23/07/2019 3 Juz
72 Hanifah P Tangerang 17/07/2014 30 Juz
73 Imma Jamiatul Husna P Karawang 07/01/2019 6 Juz
74 Inayahtillah Syam P Bekasi 23/07/2019 3 Juz
75 Khulusinnisa P Bangka 17/07/2019 1 Juz
76 Malikha Muhari P Bekasi 15/04/2019 4 Juz
77 Maryani P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
78 Mutiara Ramadhani P Jakarta 16/07/2018 10 Juz
79 Nadine Zerice Q P Lampung 17/07/2019 3 Juz
80 Nayli Agustine P Pekalongan 23/07/2018 11 Juz
81 Najwa Adilya P Jakarta 07/01/2019 5 Juz
82 Nashwa Wardatul. A P Tangerang 07/01/2019 6 Juz
55

83 Nisrina. N P Bekasi 28/07/2015 30 Juz


84 Nurfitriani P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
85 Nurhayati Nufus P Jakarta 07/01/2015 30 Juz
86 Nurlaila P Bekasi 28/07/2015 30 Juz
87 Nursalamah P Tangerang 28/07/2015 30 Juz
88 Filda Nurhaqiqi P Cilacap 28/07/2015 30 Juz
89 Qurotul ainiy. A P Cianjur 17/07/2019 3 Juz
90 Raghil Agustina. M P Bangka 28/07/2015 30 Juz
91 Ravhil Agustini. M P Bangka 28/07/2015 30 Juz
92 Rika Aprilia P Bekasi 17/07/2019 3 Juz
93 Riri Tri Khanafiyah P Cilacap 11/07/2016 22 Juz
94 Rohmatunningsih P Tangerang 28/07/2015 30 Juz
95 Yolanda P Jakarta 11/07/2016 20 Juz
96 Sayyidah Aisyah P Bekasi 28/07/2015 30 Juz
97 Syafira Rahmah P Jakarta 28/07/2015 30 Juz
98 Anggraeni Rachman P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
99 Rohmatunnisa P Bekasi 17/07/2019 1 Juz
100 Zahra Sibrian P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
101 Ukhti Nadira. S P Jambi 17/07/2019 1 Juz
102 Syifa Mutiara. S P Bekasi 17/07/2019 1 Juz
103 Sherly Oklasia. A P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
104 Syiafira Karimah P Tangerang 17/07/2019 1 Juz
105 Wulan Agustin P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
106 Humairah Khanaya. Z P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
107 Naura Lucky. S P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
108 Nazla Akrimah P Bekasi 17/07/2019 1 Juz
109 Syifa Fauziah P Jakarta 17/07/2018 8 Juz
110 Nuraidini Fitriyah P Jakarta 17/07/2019 1 Juz
111 Aprihadia Ningsih P Bogor 16/07/2018 13 Juz
112 Dini Safril Ilmi P Kemuja 16/07/2018 13 Juz
56

113 Dede Rizka Maulani P Jakarta 28/07/2015 30 Juz


114 Nurhajizah P Depok 17/07/2019 10 Juz
115 Afiniyah Dwi Jayanti P Jakarta 28/07/2015 30 Juz

Menurut hasil wawancara penulis dengan pengurus Pondok Pesantren


Istana Al-Qur’an Sirrul Asror yakni Ustadz Ibnu Mas’ud, beliau
mengatakan bahwa “Santri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
memulai hafalannya dari nol atau belum mempunyai pegangan hafalan
sebelumnya”.9
Dan dari data di atas menunjukkan bahwa sudah ada 20 orang santri
yang berhasil menghafalkan al-Qur’an 30 Juz. Hal ini menjadi bukti
keberhasilan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur dalam mendidik santri-santrinya untuk menjadi penghafal al-
Qur’an. Dan terbukti bahwa metode yang digunakan oleh Pondok Pesantren
ini cukup efektif dalam mencetak generasi-generasi baru penghafal al-
Qur’an. Sehingga metode yang digunakan dapat digunakan kembali oleh
lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.
Para santri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur ini diharuskan untuk mengikuti program dan jadwal umum
pengajian yang telah ditentukan oleh pesantren antara lain:
a. Qiyamullail (bangun di sepertiga malam), karena pada sepertiga akhir
malam adalah salah satu waktu yang sangat mustajabah.
b. Puasa senin dan kamis, yang diyakini akan mempermudah santri dalam
menghafal al-Qur’an. Puasa juga dapat meningkatkan kekuatan
responsif. Disamping itu, ketika sedang berpuasa anak akan lebih
menjaga hati, perkataan, dan akhlaknya.

9
Ustadz Ibnu Mas’ud (Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 16 November
2020, DKI Jakarta.
57

c. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Dipilih waktu setelah sholat subuh
karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih
mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan.
d. Kegiatan muroja’ah (mengulang-ulang hafalan) dilakukan sendiri-
sendiri oleh santri di asrama dengan pengawasan ustad/ustadzah.
e. Kegiatan sekolah formal yang dilaksanakan pada pagi hari hingga siang
hari.
f. Setoran Tahfidz, yang dilakukan sehabis sholat ashar dan ‘isya adalah
pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak 1 halaman al-Qur’an.
g. Belajar terbimbing, yang dilaksanakan setelah setoran al-Qur'an pada
malam hari. Segala sesuatu apabila diawali dengan al-Qur’an maka akan
menjadi indah. Belajar terbimbing adalah kegiatan belajar mata pelajaran
sekolah secara bersama-sama di asrama dengan didampingi oleh
ustadz/ustadzah.10
Adapun kegiatan harian pesantren11, yaitu:
Tabel 3.6
Kegiatan Harian Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror
Waktu Kegiatan
03.00 – 04.00 Sholat tahajud
04.00 – 05.00 Sholat subuh
05.00 – 06.00 Ngaji dan setoran hafalan
07.00 – 13.00 Sekolah formal
13.00 – 15.00 Istirahat
15.00 – 17.00 Sholat ashar, ngaji dan setoran tambahan hafalan

10
Hasil Observasi, tanggal 7-8 Oktober 2019, di Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror.
11
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
58

17.00 – 18.00 Istirahat


18.00 – 20.30 Sholat maghrib, mengaji dan setoran hafalan
20.30 – 22.00 Belajar pelajaran sekolah
22.00 – 03.00 Istirahat

Adapun kegiatan mingguan pesantren12, yaitu:


Tabel 3.7
Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Pengajian Dzikir Jum’at malam sabtu
2 Pengajian Kitab Malam minggu
3 Murotal Qur’an Malam selasa
4 Maulid dan Khatam Qur’an Malam jum’at
Adapun kegiatan bulanan pesantren13, yaitu:
Tabel 3.8
Kegiatan Bulanan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Sima’an Dengan Wali Santri Minggu pertama
2 Tadarrus Bersama Seluruh Santri Minggu kedua
3 Pengajian Umum Kitab Tafsir Minggu ketiga

C. Profil Informan
Karena keterbatasan waktu penulis, maka tidak semua santri
penghafal al-Qur’an dapat dijadikan sebagai subyek penelitian. Akan tetapi

12
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
13
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
59

penulis hanya mengambil 15 orang santri dari jumlah 115 santri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Berikut
adalah data profil informan yang penulis wawancarai, yaitu:
Pertama, Muhammad Rifqi, santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 15 Desember 2020.14 Keuda, Nazla Akrimah,
santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bekasi diwawancarai pada tanggal 15 Desember
2020.15
Ketiga, Khulusinnisa, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Bangka Belitung
diwawancarai pada tanggal 15 Desember 2020.16 Keempat, Sultan Fajri,
santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bogor diwawancarai pada tanggal 8 Februari
2021.17
Kelima, Nadine Zerice, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Lampung
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.18 Keenam, Qurotul Ainiy santri

14
Muhammad Rifqi (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
15
Nazla Akrimah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
16
Khulusinnisa (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
17
Sultan Fajri (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
18
Nadine Zerice (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
60

putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur
yang berasal dari Cianjur diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.19
Ketujuh, Ahmad Firdaus, santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Kudus
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.20 Kedelapan, Zaidan Wahab,
santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bantul diwawancarai pada tanggal 8 Februari
2021.21
Kesembilan, Syifa Fauziah santri putri Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.22 Kesepuluh, Muhazaid Ad-
Rullah santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur yang berasal dari Madura diwawancarai pada tanggal 8
Oktober 2019.23
Kesebelas, M. Naufal Rifa’i santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 8 Oktober 2019.24 Kedua belas, Nayli Agustine,

19
Qurotul Ainiy (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
20
Ahmad Firdaus (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
21
Zaidan Wahab (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
22
Syifa Fauziah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
23
Muhazaid Ad-Rullah (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Oktober 2019,
DKI Jakarta.
24
M. Naufal Rifa’i (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
61

santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Pekalongan diwawancarai pada tanggal 19 Oktober
2019.25
Ketiga belas, Riri Tri Khanafiyah santri putri Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Cilacap
diwawancarai pada tanggal 19 Oktober 2019.26 Keempat belas, Syafira
Rahmah, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta diwawancarai pada tanggal
19 Oktober 2019.27 Kelima belas, Raghil Agustina, santri putri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal
dari Bangka Belitung diwawancarai pada tanggal 19 Oktober 2019.28
Keenam belas, Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah staff
pengajar/guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur.29 Ketujuh belas, Ustad Ibnu Mas’ud staf pengajar/guru
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.30
Kedelapan belas, K.H. Drs. Dyarif Matnadjih, pimpinan dan pengasuh
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.31

25
Nayli Agustine (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
26
Riri Tri Khanafiyah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
27
Syafira Rahmah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
28
Raghil Agustina (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
29
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah (Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 1
Oktober 2019, DKI Jakarta.
30
Ustad Ibnu Mas’ud, Wawancara.
31
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.
62
BAB IV
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA
TIMUR
Bab ini merupakan hasil temuan penelitian yang terbagi menjadi tiga
pembahasan. Pertama adalah metode pembelajaran menghafal al-Qur’an,
kedua implementasi metode pembelajaran menghafal al-Qur’an, ketiga
kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran menghafal al-Qur’an
di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
A. Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror
Metode adalah strategi yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses
belajar mengajar. Adapun fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai
suatu tujuan dan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pendidikan peserta didik. Apabila dikaitkan dengan menghafal al-Qur’an
dapat disimpulkan bahwa metode menghafal al-Qur’an adalah langkah-
langkah yang harus ditempuh agar dapat menghafal al-Qur’an dengan baik.
Adanya Metode menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror bermula dari KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih
selaku pimpinan Pesantren mendapatkan ijazah dari gurunya yaitu KH.
Anwaruddin. Sang guru mengajarkan kepada kyai agar menghafalkan al-
Qur’an satu hari satu kaca/halaman. Dan metode sima’ī, yakni ketika santri
membacakan hafalannya kemudian disimak oleh guru yang mendengarkan,
maka apabila terdapat kesalahan akan langsung dibenarkan oleh guru.
Untuk menambah hafalan baru menggunakan metode menghafal per ayat.
Kemudian metode-metode tersebut diterapkan kepada santri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror.1

1
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.

63
64

Dalam menghafalkan al-Qur’an para informan menggunakan


cara/metodenya masing-masing. Adapun hasil wawancara dan observasi
mengenai metode menghafal al-Qur’an yang digunakan di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur, sebagai
berikut:
Naufal mengatakan bahwa dalam menghafal al-Qur’an dirinya
membaca terlebih dahulu satu halaman, kemudian menghafal dengan ayat
per ayat secara berulang hingga lancar bacaannya. Untuk menambah
hafalannya Naufal menyetorkan satu halaman kepada pembimbing. Dalam
sehari Naufal bermuraja’ah sebanyak seperempat juz atau satu juz dengan
cara saling menyimak bersama temannya.2 Sama hal nya dengan pernyataan
Muhazaid yakni untuk membuat hafalan baru ia menggunakan metode ayat
per ayat, dibacanya ayat tersebut hingga berulang sampai ia hafal kemudian
melanjutkan ke ayat berikutnya dan untuk melakukan muraja’ah Muhazaid
meminta bantuan temannya untuk menyimak.3
Berbeda dengan Nayli yang menyatakan bahwa dirinya menghafal
dengan mengulang ayat per ayat, kemudian sesekali ia membaca ayat
tersebut hingga hafal dan lancar. Dalam sehari Nayli dapat menghafal
maksimal dua halaman.4 Tidak jauh berbeda dengan pernyataan Nayli, cara
Riri menghafal al-Qur’an yakni dengan ayat perayat. Dibaca ayat per
ayatnya berulang hingga hafal kemudian dilanjutkan sampai satu halaman.
Apabila sedang mudah menghafalnya, terkadang Riri dapat menyetorkan
hafalannya sebanyak dua halaman bahkan lebih.5
Kemudian pernyataan dari Syafira bahwa caranya menghafal al-
Qur’an dengan ayat per ayat, dibaca satu persatu ayatnya hingga hafal

2
M. Naufal Rifa’i, Wawancara.
3
Muhazaid Ad-Rullah, Wawancara.
4
Nayli Agustine, Wawancara.
5
Riri Tri Khanafiyah, Wawancara.
65

kemudian ia melanjutkan ke ayat yang berikutnya dan ia ulangi kembali


menghafal dari ayat yang pertama dihafalkannya. Terus diulang hingga
mencapai satu halaman. Untuk muraja’ah hafalan yang sudah disetorkan
kepada pembimbing, Syafira dapat menyetorkan maksimal dua juz dalam
sehari.6 Begitu pula dengan pernyataan Raghil, apabila ia ingin
menyetorkan hafalan baru kepada pembimbing maka cara
menghafalkannya yakni dengan ayat per ayat. Pertama dibaca terlebih
dahulu ayat yang ingin dihafalkan kemudian diulangi kembali hingga lancar
dan ketika sudah lancar maka ia melanjutkan ke ayat berikutnya sampai satu
halaman. Sedangkan untuk muroja’ahnya Raghil dapat menyetorkan satu
juz bahkan ketika sedang mudah menghafalnya bisa lebih.7
Zaidan Wahab mengatakan ketika menghafal al-Qur’an ia
menggunakan cara pengulangan ayat per ayat, baik ketika ingin
menambahkan hafalan baru ataupun ketika sedang bermuraja’ah. Dalam
sehari Zaidan dapat menambahkan hafalan baru satu hingga dua halaman
dan untuk muraja’ah Zaidan mempraktekkannya dalam bacaan-bacaan
shalat.8 Sedangkan Khulusinnisa menyatakan bahwa cara yang
digunakannya ketika menghafal al-Qur’an adalah terlebih dahulu ia
memahami arti dari setiap ayat yang ingin dihafalkan kemudian barulah ia
menghafalnya, tujuannya agar lebih memudahkan ayat yang akan dihafal
jika ia sudah memahami arti ayat tersebut.9
Adapun pernyataan Ustadzah Syifa yaitu metode yang digunakan
untuk menghafal al-Qur’an agar bacaan mudah diingat dan dihafalkan yaitu
dengan memperbanyak pengulangan ayat-ayat yang sudah dihafalkan
hingga melekat dalam otak kita. Walaupun diketahui bahwa dengan

6
Syafira Rahmah, Wawancara.
7
Raghil Agustina, Wawancara.
8
Zaidan Wahab, Wawancara.
9
Khulusinnisa, Wawancara.
66

menggunakan metode pengulangan akan membutuhkan waktu yang tidak


sebentar.10
Dari pernyataan-pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan
bahwa semua informan menggunakan metode yang menurutnya mudah dan
tidak mempersulit. Karena metode dalam menghafal al-Qur’an merupakan
hal penting yang harus diperhatikan oleh para penghafal al-Qur’an. Metode
bagi penghafal al-Qur’an adalah suatu strategi yang amat sangat penting
dalam menghafal al-Qur’an. Menurut Peneliti metode menghafal al-Qur’an
adalah langkah-langkah yang harus ditempuh oleh penghafal agar dapat
mengingat, menyimpan, dan meresapi ayat-ayat al-Qur’an ke dalam
ingatan. Adapun metode yang digunakan di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur adalah metode Wahdah
(menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir (mengulang kembali
hafalan yang sudah pernah dihafalkan), metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dan terakhir metode satu hari satu kaca/halaman. Mengenai
metode satu hari satu kaca/halaman ini adalah target hafalan yang sudah
ditentukan oleh Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur. .
B. Implementasi Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Setiap metode memiliki waktu yang paling tepat untuk diterapkan.
Begitu juga dengan berbagai cara atau pengimplementasian metode
menghafal Al-Qur’an yang digunakan di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Berdasarkan hasil wawancara
dengan para santri dan pengajar sebagai berikut:

10
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah, Wawancara.
67

Rifqi menyatakan bahwa ketika mulai membuat hafalan baru, ia


menghafal dengan cara ayat per ayat pada pagi hari setelah tahajjud,
kemudian disima oleh pembimbing setiap ba’da subuh. Untuk menyetorkan
hafalan baru waktunya ba’da ashar dan untuk muraja’ah waktunya ba’da
isya.11 Sedangkan Firdaus menyatakan metode menghafal al-Qur’an yang
digunakan adalah menghafalkan potongan-potongan ayat, dalam satu ayat
dibaca dan diingat. Apabila sudah ingat maka melanjutkan ke ayat
selanjutnya terus diulang hingga hafal dan lancar. Untuk membuat hafalan
baru Firdaus memilih waktu setelah qiyâmulail, karena diwajibkan untuk
sehari menyetorkan satu halaman pada waktu setelah ashar.12
Adapun menurut Nadine metode menghafal al-Qur’an yang mudah
ialah dengan menghafal ayat perayat, karena dengan menghafalkan ayat per
ayat akan lebih mudah mengingat bacaan-bacaan yang sudah dihafalkan
berulang-ulang. Untuk membuat hafalan baru Nadine memilih waktu ketika
ia baru bangun tidur, karena menurutnya pada waktu tersebut pikiran masih
fresh dan masih mudah mengingat jika digunakan untuk menghafal.
Hafalan baru yang sudah dihafalkan Nadine disetorkan pada waktu setelah
shalat ashar.13 Tidak jauh berbeda dengan Nadine, Nazla mengatakan
bahwa metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an agar mudah
untuk menghafalnya dan tetap teringat yakni metode ayat per ayat kemudian
diulangi kembali hingga hafal dan muroja’ah ketika melaksanakan shalat.
Adapun waktu untuk menyetorkan hafalan yang baru dihafalnya yaitu
setelah shalat ashar dan sebelum Nazla menyetorkan hafalannya kepada
pembimbing, terkadan Nazla meminta bantuan temannya untuk menyimak
hafalan yang sudah dihafalkan.14

11
Muhammad Rifqi, Wawancara.
12
Ahmad Firdaus, Wawancara.
13
Nadine Zerice, Wawancara.
14
Nazla Akrimah, Wawancara.
68

Ustadz Ibnu Mas’ud mengatakan santri diwajibkan untuk


menyetorkan hafalan baru pada waktu ba’da ashar. Santri ketika hendak
membuat hafalan baru memilih waktu qiyâmullail karena menurut mereka
pada waktu tersebut pikiran masih jernih jadi akan lebih mudah untuk
mengingat hafalan yang belum pernah mereka hafalkan sebelumnya. Untuk
waktu muraja’ah biasanya dilakukan oleh para santri ketika ba’da isya.15
Sedangkan pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror KH.
Syarif Hidayatullah Matnadjih mengatakan bahwa santri diwajibkan untuk
menambah hafalan baru pada waktu ba’da subuh. Waktu tersebut dipilih
karena pada waktu pagi hari pikiran masih fresh, bersih dan belum terkena
pengaruh pikiran sekolah atau lain sebagainya. Sehingga akan lebih
memudahkan untuk mengingat hafalan yang baru dihafalkan. Untuk waktu
muraja’ah disima oleh ustad/ustadzah pembimbing setiap waktu ba’da
isya.16
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan di atas dapat
disimpulkan bahwa: pertama, metode wahdah (menghafal dengan cara ayat
per ayat) dilaksanakan ketika akan menambah hafalan baru pada waktu
tahajjud/qiyâmullail, karena pada waktu itu pikiran masih jernih dan fresh.
Kedua, metode takrir (mengulang kembali hafalan yang sudah pernah
dihafalkan) dilaksanakan ketika akan melancarkan hafalan. Ketiga, metode
sima’ī (menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dilaksanakan ba’da shubuh, ba’da isya’ dan ketika kegiatan
muraja’ah. Keempat, metode satu hari satu kaca/halaman dilaksanakan
ketika akan menambah hafalan dengan menggunakan metode wahdah,
metode takrir dan metode sima’ī. Metode satu hari satu kaca/halaman

15
Ustad Ibnu Mas’ud, Wawancara.
16
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.
69

dikaitkan dengan target yang ditetapkan di Pondok Pesantren Istana Sirrul


Asror Buaran Jakarta Timur.
Berdasarkan observasi dan penelitian langsung dilapangan, menurut
penulis implementasi metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan di
Pondok Pesantren ini berjalan dengan baik. Karena dalam hal hafalan santri
di Pesantren ini selalu mengikuti metode serta aturan yang telah ditetapkan
di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal al-Qur’an
Kelebihan dan kekurangan metode menghafal al-Qur’an yang
digunakan di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror tentunya
sangat berkaitan penting dengan perkembangan santri, guru dan program
pembelajarannya.
Adapun hasil wawancara dan observasi mengenai kelebihan dan
kekurangan metode menghafal al-Qur’an yang digunakan santri di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur, sebagai
berikut:
Muhazaid menyatakan kelebihan dari metode sima’i
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) yaitu dapat membantu teman yang taḥfīẓ dalam memelihara dan
menjaga hafalannya dengan cara menyimak bergantian.17 Sedangkan
Syafira menyatakan bahwa kelebihan dari metode wahdah (menghafal
dengan cara ayat per ayat) adalah ketika menambah hafalan baru, santri
menggunakan metode ini. Maka dengan metode ini akan membantu pola
ingatan dalam bayangan dan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang akan
dihafalkan.18 Adapun pernyataan Nayli yaitu metode satu hari satu
kaca/halaman berkaitan dengan target hafalan yang telah ditentukan oleh

17
Muhazaid Ad-Rullah, Wawancara.
18
Syafira Rahmah, Wawancara.
70

Pondok Pesantren Sirrul Asror. Maka dengan adanya metode ini santri akan
terbiasa untuk mengingatnya bahwa harus/diwajibkan menambah hafalan
satu hari satu kaca/halaman.19
Pernyataan Ustadzah Syifa bahwa untuk kelebihan metode menghafal
al-Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror ini Alhamdulillah sangat membantu santri dalam menghafalkan al-
Qur’an, karena terbukti bahwa dengan menggunakan metode metode
Wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir (mengulang
kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan), metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dan metode satu hari satu kaca/halaman, sudah banyak alumni-
alumni Taḥfīẓ yang dikeluarkan oleh pondok pesantren ini.20 Tidak jauh
berbeda dengan pernyataan Ustadzah Syifa, menurut Ustad Ibnu Mas’ud
kelebihan dari metode menghafal al-Qur’an yang diterapkan di Pondok
Pesantren Sirrul Asror ini cukup efektif, karena banyak dari santri yang
mayoritas jumlah hafalannya melebihi target yang ditentukan oleh
pembimbing. Ketika ditargetkan 15 juz lulus SMP (Sekolah Menengah
Pertama) maka ketika kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas) sudah banyak
yang khatam 30 juz. Apabila membahas mengenai kekurangan dari metode
tersebut terlihat ketika santri pelafalan bacaannya masih kurang bagus maka
akan menghambat pembimbing untuk menerapkan metode tersebut.21
Sedangkan menurut pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror KH. Syarif Hidayatullah Matnadjih yaitu mengenai metode
menghafal al-Qur’an yang beliau terapkan sedikit kekurangannya. Terbukti
bahwa sudah banyak santri yang melebihi target hafalannya, walaupun pada

19
Nayli Agustine, Wawancara.
20
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah, Wawancara.
21
Ustadz Ibnu Mas’ud, Wawancara.
71

usia mereka terbilang masih usia labil, akan tetapi dengan terus diberikan
dukungan serta motivasi mereka akan mudah diatur dan diarahkan untuk
mengikuti metode menghafal al-Qur’an yang telah diterapkan di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Dari hasil wawancara peneliti kepada informan, dapat disimpulkan
bahwa metode menghafal al-Qur’an yang digunakan di Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini cenderung memiliki kelebihan. Terbukti
dari data hafalan santri yang sudah penulis paparkan di bab sebelumnya
bahwa sudah ada 20 orang santri yang berhasil menghafalkan al-Qur’an 30
juz. Hal tersebut menjadi salah satu bukti keberhasilan Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror dalam mendidik para santrinya untuk menjadi
penghafal Al-Qur’an.
Secara garis besar jika dilihat dari segi kekurangan metode-metode
yang digunakan di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror penulis
dapat menyimpulkan bahwa pertama, kekurangan dari metode wahdah
(menghafal dengan cara ayat per ayat) dan metode takrir (mengulang
kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan) yaitu membutuhkan waktu
yang lama untuk menghafalkan ayat per ayat karena akan banyak
pengulangan yang terjadi. Kedua, kekurangan metode dari metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) yaitu santri akan mudah bosan karena hanya duduk dan
mendengarkan saja. Ketiga, kekurangan dari metode satu hari satu
kaca/halaman yaitu diketahui bahwa setiap santi memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Maka tidak semua santri mampu untuk menjalankan metode
ini dengan baik.
Adapun upaya untuk melestarikan hafalan al-Qur’an dari kelupaan
adalah dengan menciptakan kreativitas takrir secara teratur. Upaya ini
merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat al-Qur’an yang
72

telah dihafal agar tidak hilang.22 Selain upaya tersebut dalam proses
penjagaannya perlu diawali dengan menjaga kelurusan niat karena ini
merupakan motif dasar yang mendorong seseorang melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuannya.
Bahirul Amali Herry mengemukakan pendapatnya mengenai
bagaimana menjaga ayat-ayat suci yang telah dihafal oleh seseorang supaya
tidak lupa karena pada dasarnya menghafal itu mudah, namun yang paling
sulit adalah menjaganya. Alasan inilah yang sering dikeluh kesahkan bagi
para penghafal al-Qur’an berapapun yang dihafalnya. Berikut yang perlu
diperhatikan untuk menjaga hafalan supaya tidak hilang23:
Pertama, Muroja’ah yaitu mengulang bacaan ayat atau surat yang
telah dihafal dengan baik. untuk memiliki hafalan al-Qur’an yang banyak
maka perlu manajemen pengulangan tersendiri. Kedua, Bertakwa kepada
Allah, menjauhi maksiat dan dosa. Berdasarkan pesan dari Imam Nawawi,
“Sudah selayaknya bagi orang yang hendak menghafal al-Qur’an untuk
selalu menjaga kebersihan hatinya dari segala macam kotoran sehingga
dirinya pantas untuk membaca, menghafal dan memperdalam pengetahuan
tentang al-Qur’an. Ketiga, membaca hafalan dalam shalat. Dalam hal ini,
membaca ayat-ayat suci al-Qur’an yang telah dihafal oleh seseorang
sangatlah membantu untuk menyempurnakan shalat karena bacaan sholat
dan al-Qur’an yang tidak baik akan berdampak pada kekurangsempurnaan
shalat yang bisa mengurangi nilai pahala dalam shalat. Keempat,
memperdengarkan hafalan kepada orang lain, yang akan membantu
pemindahan dari otak kiri yang cepat hafal tapi mudah hilang ke otak kanan
yang lambat tapi dapat bertahan lama. Kelima, membawa al-Qur’an ukuran

22
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, 85.
23
Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk bisa Menghafal al-Qur’an, 153-166.
73

saku, mushaf sudut (mushaf Utsmani) seperti ini akan sangat membantu
untuk menghafal al-Qur’an ataupun murojaah kemanapun pergi.
Bagi semua informan satu-satunya cara untuk mempertahankan
hafalannya yaitu hanya dengan mengulang-ulang. Pada saat menghafal
biasanya terlebih dahulu membaca dengan al-Qur’an mushaf Utsmani. Al-
Qur’an seperti ini yang diawali dan diakhiri dengan ayat yang utuh,
maksudnya adalah dalam satu ayat tidak terputus pada halaman lain. Hal ini
memudahkan untuk melakukan perhitungan yang telah dihafal.
Dari hasil wawancara dengan para informan diatas penulis
menyimpulkan bahwa seseorang yang sedang menghafal al-Qur’an itu akan
diberikan kemudahan oleh Allah Swt jika dia memiliki kemauan, niat dan
usaha istiqomah untuk melakukan muraja’ah atau pengulangan setiap hari
pada ayat-ayat atau surat-surat yang sudah dihafal agar hafalannya tetap
terjaga.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode menghafal al-Qur’an yang digunakan santri di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur adalah
metode wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir
(mengulang kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan), metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dan metode satu hari satu kaca/halaman.
Adapun implementasi dari berbagai metode yang diterapkan di
Pondok Pesantren Sirrul Asror yaitu: untuk metode wahdah dilaksanakan
pada pagi hari setelah shalat tahajjud/qiyamullail. Waktu tersebut dipilih
karena akan lebih efektif dalam membuat hafalan baru yang mana pada
waktu itu pikiran masih fresh dan jernih, yang menjadikan hafalan lebih
mudah masuk dan diingat. Untuk metode sima’ī dilaksanakan ketika
kegiatan muraja’ah bersama atau waktu setor hafalan baik bin naḍhor atau
bil ghoib. Untuk metode menghafal satu hari satu kaca/halaman diterapkan
pada waktu menambah hafalan baru. Metode ini diterapkan untuk cara
menargetkan hafalan santri agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan
oleh pesantren.
Kelebihan dari metode-metode yang sudah penulis sebutkan di atas
adalah santri akan lebih mudah dan cepat menghafal serta hafalannya juga
akan kuat dan pastinya lebih terjaga. Metode-metode tersebut sangatlah
efektif untuk diterapkan kepada anak yang berusia SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Terbukti di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini para santrinya banyak
yang hafalannya melebihi target yang telah ditentukan.

75
76

Jika ada kelebihan sudah pasti metode-metode yang disebutkan di atas


memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari berbagai metode tersebut
ialah terkait dengan kemampuan dan perkembangan anak yang berbeda-
beda. Sudah pasti metode-metode tersebut tidak bisa sepenuhnya diterapkan
pada semua santri, karena ketika ada santri yang bacaannya kurang bagus
maka akan menghambat penerapan metode-metode tersebut.
Metode wahdah akan membutuhkan ketelitian, kesabaran serta waktu
yang cukup lama. Dan metode sima’ī juga dapat membuat anak cepat bosan,
karena mereka hanya duduk dan mendengarkan saja. Metode satu hari satu
kaca/halaman berfungsi agar hafalan santri sesuai dengan target yang
ditentukan, akan tetapi metode ini juga yang nantinya akan menghambat
anak untuk menambah hafalan baru. Sehingga untuk menyelesaikan hafalan
mereka nantinya akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Metode
Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Maka penulis ingin memberikan beberapa masukan,
diantaranya:
1. Metode menghafal al-Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren
Istana al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur sudah sangat efektif.
Akan tetapi menurut penulis masih perlu ditambahkannya metode
pengulangan yang lebih menguatkan daya ingat bagi santri. Contohnya,
metode muroja’ah ayatan yang dilaksanakan dalam satu majlis dimana
santri secara urut dan bergantian membaca satu ayat per ayat dan disimak
oleh santri yang lainnya.
2. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan dengan adanya studi yang
membahas tentang metode menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren
Istana al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur tidak berhenti
77

sampai sini saja. Karena penelitian ini masih dapat disempurnakan


dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lainnya. Agar dapat
memberikan gambaran yang lebih lengkap lagi mengenai pembelajaran
menghafal al-Qur’an.
78
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Said Abdul. Nikmatnya Membaca Al-Qur’an. Solo: Aqwam, 2013.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Mudhlor. Kamus Kontemporer Al-Asri.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2006.
al Hafidz, Ahsin Wijaya. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an.
Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Anwar, Rusydie. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan
Metodologi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Arifin, Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Asqolani, Ibnu Hajar Al. Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari, juz 8.
Qohiroh: Dar At-Taqwa, 2000.
Azami, M.M. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah Ali
Mustafa Yakub, cet. Ke 2. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.
Azami, M.M. Memahami Ilmu Hadis Telaah Metodologi dan Literatur
Hadis, terjemah Meth Kieraha, cet. 3. Jakarta: Lentera Basritama,
2003.
Badwilan, Ahmad Salim. Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an.
Yogyakarta: Bening, 2010.
Badwilan, Ahmad Salim. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan
Rahasia-rahasia Keajaibannya. Yogyakarta: Diva Press, 2009.
Baharuddin, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010.
Basith, Abdul. Metode Hafalan Al-Qur’an di Pesantren Nur Medina.
Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Boobi, De Porter dan Mike Henarcki. Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka,
2011.
al Bukhārī, Shahih al-Bukhari, Kitab bad’ al-waḥy, bab bad’ al-waḥy,
nomor hadis, 3.
al Dalimi, Akram ‘Abd Khalifah. Jam’ al-Qur’an: Dirᾱsah Taḥliliyyah li
Marwiyyᾱtih, cet. I. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006.

79
80

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Bogor.


Djamarah, Saipul Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Djamarah, Saipul Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Emriz. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008.
al Hajjāj, Muslim bin, Saẖîẖ Muslim juz 1, Semarang: Toha Putra, t.t.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media Group,
2016.
Herry, Bahirul Amali. Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an.
Yogyakarta: Pro-U Media, 2012.
Herwibowo, Bobby. Menghafal Al-Qur’an Semudah Tersenyum.
Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia, 2014.
Ishāq, Muhammad bin. al-Sirah al-Nabawiyyah, edit.Ahmed Farid, cet. I.
Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004.
Jalil, Abdul. “Metode Menghafal Al-Qur’an” dalam Suryadi, dkk. Meraih
Prestasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: PD. Pontren Kemenag RI,
2011.
Mashud, Musta’in. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005.
Muhammad, Abu ‘Isa bin ‘Isa bin Saurat al-Turmuzi. Sunan al-Turmuzi
wa huwa al-Jami’ al-Sahih. Beirut. Dar al-Fikri: 1980 M.

Muhammad, Ahsin Sakho. Menghafalkan Al-Qur’an: Manfaat,


Keutamaan, Keberkahan, dan Metode praktisnya. Jakarta: PT. Qaf
Media Kreativa, 2017.
Muhammad, Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-
Qur’an terjemah dari kitab asli Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an.
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
Munjahid. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam. Yogyakarta:
Idea Press, 2007.
81

Nawabudin, Abdurrab. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Bandung: Sinar Baru,


1991.
Nurul, Qomariah dan Irsyad Mohammad. Metode Cepat dan Mudah Agar
Anak Hafal al-Qur’an. Yogyakarta: Semesta Hikmah.
Pedoman Akademik Program Strata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2010/2011.
Pedoman Akademik Program Strata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014/2015.
Pedoman Akademik Program Strata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2017/2018.
Qaṭṭān, Mannā’ Khalīl. Mabâẖîts fi ‘Ulûm al-Qur’an. Cairo: Mansyurât
‘Asr-Hadîts, t.th.
Qaṭṭān, Mannā’ Khalīl. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Terjemahan Oleh
Mudzakir AS, cet. 16. Bogor: Pustaka Lentera, 2013.
Qasim, Amjad. Hafal Al-Qur’an Dalam Sebulan. Solo: Kiblat Press, 2008.
Rauf, Abdul Aziz Abdul. Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah. PT.
Syamil Cipta Media, 2004.
al Ṣābunī, ‘Ali. Al-Tibyân fi ‘Ulum al-Qur’an, cet ke-I. Jakarta: Dâr al-
Kutub, 2003.
Sa’dulloh. 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2008.
Said, Hasani Ahmad. Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-
Misbâh. Jakarta: Amzah, 2015.
Sarwono, Jhonatan. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Ṣālīh, Ṣubhī. Mabâẖits fi ‘Ulûm al-Qur’an, cet ke-9. Beirut: Dâr al-Ilm,
1977.
Ṣālīh, Ṣubhī. Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an. Bandung: Mujahid Press,
2004.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
82

Shihab, M. Quraish. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta:


Pustaka Panjimas, 1990.
Shihab, M. Quraish. Menyingkap Tabir Ilahi al-Asma al-Husna Dalam
Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hari, 2006.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2009.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Shiddieqy, M. Hasbi Ash. Sejarah dan Pengantar ‘Ulum al-Qur’an/Tafsir,
cet ke-XIV. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Shiddieqy, M. Hasbi Ash. Ilmu-ilmu Al-Qur’an Media-Media Pokok Dalam
Menafsirkan Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.
Sirjani, Raghib As. Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. Solo: Aqwam Media,
2014.
Sugianto, Ilham Agus. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung:
Mujahid Press, 2004.
Sukmana, Indriyani. Metode Membaca Al-Qur’an: Studi Komparatif
Metode Qiraa’at dengan Metode Iqra. Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010.
Suma, Muhammad Amin. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (1). Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar.
Bandung: Tarsito, 1998.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito, 1982.
Syanqithi, Muhammad Asy. Kiat Mudah Menghafal Al-Qur’an. Surakarta:
Gazza Media, 2011.
Tim Penyusun KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1998.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005.
83

Prima Tim Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Gita Media
Press, 1999.
Yahya, Masagus H.A Fauzan. Quantum Tahfidz. Jakarta: Emir, 2004.
Yasin, Arham Ahmad. Agar Sehafal Al-Fatihah. Bogor: Hilal Media
Group, 2014.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1989.
Az Zarqoni, Muhammad ‘Abdul ‘Adhim. Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-
Qur’an. Jilid I. Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988.
Zen, Muhaimin. Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan
Petunjuk-petunjuknya. Jakarta: PT Maha Grafindo, 1985.
Zen, Muhaimin. Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah,
Aliyah, dan Perguruan Tinggi). Jakarta: Transpustaka, 2013.
Jurnal:
Akbar, Ali dan Ismail, Hidayatullah. Metode Tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kampar. Jurnal Ushuluddin, vol. 24, No. 1,
2016.
Atabik, Ahmad. “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an di
Nusantara.” STAIN Kudus Jawa Tengah Indonesia, Jurnal Penelitian.
vol. 8, no. 1, Februari 2014.
Firdaus, Fitriana. “Optimasi Kecerdasan Manajemen Sebagai Metode
Menghafal Al-Qur’an (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal
Al-Qur’an Serasa Bermain Game” Karya Lukman Hakim dan Ali
Khosium)”, jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist, vol. 18, no.
2, 2017.
Ginanjar, M. Hidayat. “Aktivitas Menghafal Al-Qur’an dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Program
Beasiswa di Ma’had Huda Islamiy, Taman sari Bogor)”, Jurnal
Edukasi Islami, vol. 06, no. 11, 2017.
Hidayah, Aida. Metode Tahfidz Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian
Atas Rahasia Sukses 3 Hafidzh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia.
84

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 18, No. 1,


Januari 2017.
Lubis, M. Hanafiah. “Efektivitas Pembelajaran Tahfidhil Al-Qur’an dalam
Meningkatkan Hafalan Santri di Islamic Centre Sumatera Utara”,
Jurnal ANSIRU PAI, Vol. 1, No. 2, 2017.
Said, Hasani Ahmad. “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di
Nusantara”. IAIN Raden Intan Lampung, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember
2011): 178-193.
Purwanto, Setiyo. “Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan
Dengan Kecepatan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta,” Shuhuf 19, no. 1 (Mei 2007).
Tesis:
Marzuki, “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan
Menggunakan Strategi Mengulang (Rehearsal Strategi) dan Media
Audio Visual pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri I Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara.” Tesis Program Studi
Pendidikan Islam Program Pascasarjana, IAIN Sumatera Utara,
Medan, 2012.
Umary, Kemas H.M. Siddiq. “Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penghafalan al-Qur’an di Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta.” Tesis S2
program pasca sarjana Universitas Agama Islam Negeri Jakarta 2005.
Dokumen:
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur.
Wawancara:
Agustina, Raghil. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Agustine, Nayli. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI Jakarta.
85

Ainiy, Qurotul. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Akrimah, Nazla. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 15 Desember 2020, DKI Jakarta.
Fajri, Sultan. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Fauziah, Syifa. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Firdaus, Ahmad. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
Khanafiyah, Riri Tri. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Khulusinnisa. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 15
Desember 2020, DKI Jakarta.
Mahmudah, Syifa Rif’atul. Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria
Ulfah. Jakarta, 1 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Mas’ud, Ibnu. Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 1 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Matnadjih, Syarif Hidayatullah. Pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria
Ulfah. Jakarta, 4 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Rifa’i, M. Naufal. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Oktober 2019, DKI Jakarta.
86

Rifqi, Muhammad. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul


Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 15 Desember 2020, DKI Jakarta.
Rullah, Muhazaid Ad. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Syafira, Syafira. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Wahab, Zaidan. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
Zerice, Nadine. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

87
88
89

Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA
Daftar pertanyaan untuk wawancara pimpinan pesantren dan
ustad/ustadzah:
1. Sudah berapa lama anda mengajar di pesantren ini?
2. Metode hafalan apakah yang diterapkan/digunakan di pesantren ini?
3. Tolong coba jelaskan metode tersebut secara terperinci?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan metode tersebut?
5. Mengapa anda memilih metode tersebut?
6. Dari manakah metode ini diadopsi?
7. Berapa kali setoran yang dilakukan oleh para santri dalam sehari?
8. Apa saja kelebihan dari metode hafalan yang diterapkan/digunakan di
pesantren ini?
9. Apa saja kekurangan dari metode hafalan yang diterapkan/digunakan di
pesantren ini?
10. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh para santri untuk
menghafalkan Al-Qur’an di pesantren ini?
11. Bagaimana tingkat keberhasilan pada santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an (30 juz) menggunakan metode tersebut?
12. Berapa rata-rata umuran santri yang ada di pesantren ini?
13. Jenis mushaf apa yang digunakan dalam menghafalkan Al-Qur’an di
pesantren ini?
14. Apa saja media yang digunakan dalam mengajarkan
menghafal/tahfidzul Al-Qur’an di pesantren ini?
15. Bagaimana suasana ketika dalam pembelajaran menghafalkan Al-
Qur’an di pesantren ini?
16. Faktor apa saja yang mendung hafalan Al-Qur’an para santri?
17. Faktor apa saja yang menghambat hafalan Al-Qur’an para santri?
90

18. Bagaimana peranan seorang guru dalam pembelajaran menghafal Al-


Qur’an?
19. Apa prestasi yang pernah diraih santri di pesantren ini?
20. Berapa juz rata-rata yang sudah dihafalkan para santri dalam satu
tahun?
21. Ada berapa santri yang sudah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya?
22. Apakah ada sanksi bagi santri yang malas menghafalkan Al-Qur’an?
apa sanksinya?
23. Bagaimana cara anda memberikan motivasi terhadap para santri agar
mereka semangat dalam belajar menghafalkan Al-Qur’an?
24. Bagaimana adab yang harus dilakukan sebelum dan sesudah
menghafalkan Al-Qur’an?
25. Apakah ada pelajaran lain selain menghafalkan Al-Qur’an di pesantren
ini? Apa saja?
26. Apa hubungannya pelajaran tersebut dengan menghafalkan Al-Qur’an?

Daftar pertanyaan untuk wawancara santri:


1. Sudah berapa lama anda belajar di pesantren ini?
2. Sudah berapa juz yang anda hafalkan sampai sekarang?
3. Apakah anda pernah mengikuti perlombaan tahfidzul Qur’an? apakah
anda mendapatkan prestasi?
4. Berapa halaman yang anda hafalkan setiap harinya?
5. Apakah metode yang digunakan di pesantren ini cukup menyenangkan?
6. Berapa kali anda menyetorkan hafalan anda dalam sehari? Kapan saja
waktunya?
7. Berapa jam anda menghafalkan Al-Qur’an di setiap harinya?
8. Bagaimana cara anda menghafalkan Al-Qur’an?
9. Apakah ada hambatan ketika anda menghafalkan Al-Qur’an? faktor
apakah yang menghambat hafalan anda?
91

10. Bagaimana cara anda mengatasi hambatan tersebut?


11. Apa yang anda lakukan ketika anda bosan dalam menghafalkan Al-
Qur’an?
12. Apa saja adab-adab yang harus dilakukan oleh seseorang yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an?
13. Apakah anda belajar sekolah formal saat ini? Dimana dan kelas berapa
anda sekarang?
14. Apa saja kelebihan dari metode hafalan yang diterapkan di pesantren
ini?
15. Apa saja kekurangan dari metode hafalan yang diterapkan di pesantren
ini?
92

Lampiran 3
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren
2. Nama : Ustad Ibnu Mas'ud
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pembimbing Pondok Pesantren
3. Nama : Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Staf Pengajar/Guru
4. Nama : M. Naufal Rifa’i
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
5. Nama : Muhazaid Ad-Rullah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
6. Nama : Muhammad Rifqi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
7. Nama : Syafira Rahmah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
8. Nama : Riri Tri Khanafiyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
9. Nama : Raghil Agustina. M
Jenis Kelamin : Perempuan
93

Jabatan : Santriwati
10. Nama : Nayli Agustine
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
11. Nama : Nazla Akrimah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
12. Nama : Khulusinnisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
13. Nama :Ahmad Firdaus
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
14. Nama : Zaidan Wahab
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
15. Nama : Sultan Fajri
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
16. Nama : Nadine Zerice
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
17. Nama : Qurotul Ainiy
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
18. Nama : Syifa Fauziah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
94

Lampiran 4
DOKUMENTASI

Asrama Santri
95

Pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror

Dewan Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror


96

Kegiatan Menghafal Santri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul


Asror
97

Kegiatan Wawancara

Anda mungkin juga menyukai