Oleh :
Maria Ulfah
11140340000147
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Maria Ulfah
NIM: 11140340000147
Pembimbing
Dasrizal, MIS
19850724 201503 1 003
i
ii
iv
SURAT PERNYATAAN
Maria Ulfah
v
ABSTRAK
Maria Ulfah: 11140340000147
Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang datang untuk memberikan
petunjuk kebenaran bagi umat Islam. Al-Qur’an tidak cukup hanya dibaca
saja, akan tetapi umat Islam berkewajiban memelihara dan menjaganya
yakni dengan cara menghafal al-Qur’an. Menjadi seorang ahli al-Qur’an
adalah suatu keutamaan, Allah Swt menyebut ahli al-Qur’an sebagai ahli
Allah. Namun menghafal al-Qur’an tidaklah mudah, adanya berbagai
hambatan dalam menghafal dan menjaga hafalan berdasarkan masing-
masing individu. Maka diharapkan penelitian ini dapat membantu para
penghafal al-Qur’an yang sedang menghadapi masalah-masalah dalam
menghafal al-Qur’an.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode menghafal al-
Qur’an, bagaimana implementasinya serta kelebihan dan kekurangan dari
metode menghafal al-Qur’an yang digunakan di Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Dalam penelitian skripsi ini penulis menempuh penelitian lapangan
(Field Research) dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini yaitu sepuluh orang santri dan tiga orang pengajar
pondok pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror, yang sebelumnya telah
penulis konfirmasi kesediaannnya untuk ikutserta dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Kedua data yang terkumpul kemudian dikelompokan dalam
beberapa analisis.
Hasil yang penulis temukan dalam penelitian ini menunjukkan
metode yang diterapkan dalam pembelajaran menghafal al-Qur’an adalah
metode wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir,
metode sima’ī (menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang
dilafalkan oleh penghafal), dan metode menghafal satu hari satu
kaca/halaman. Implementasi metode tersebut secara global cukup baik dan
berhasil. Untuk kelebihan dan kekurangan, selama ini tidak ada
kekurangan yang terlihat jelas. Hal tersebut terlihat dari hasil
pembelajaran yang selalu mencapai target.
vii
KATA PENGANTAR
ix
x
3. Dr. Eva Nugraha, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dasrizal, MIS., selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima
kasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran beliau dalam
meluangkan waktunya dan membimbing penulis hingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Dosen Jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah
mengajarkan dan memberikan berbagai wawasan, ilmu serta
pengalaman kepada penulis selama studi di kampus tercinta ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah
membantu penulis mendapatkan referensi dalam penelitian ini.
7. Pimpinan KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, seluruh staf
guru karyawan dan siswa siswi Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror yang telah menerima kedatangan penulis, memberi
dukungan dan partisipasi dalam membantu tercapainya penelitian
ini.
8. Muhammad, Tuti Alawiyah, Madinah, Elin Karlina, Abdul Fattah,
Sopiyah, Hasyim Adnan, Novi Yanti sebagai abang dan kakak ipar
penulis yang senantiasa mendukung dan memberi motivasi dengan
segenap kasih sayangnya. Bunga Citra Destari, Kayla Oktaviany,
Badrina Alfi, Al-Kalam Julian Pramana, Al-Faridzi Mahardwika,
Al-Khalifi Sakha Rabbani, Silvie Aulia Putri, Rasya Junior
Fatahillah, Havidzah Hasvi dan Adiba Keisya Ramadhani
keponakan penulis yang selalu memberikan semangat dan
xi
mampu sampai pada titik ini dan menyelesaikan penelitian ini. Semoga
skripsi ini menjadi salah satu kebahagiaan untuk kedua orang tua penulis.
Amiin.
Maria Ulfah
11140340000147
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini
berpedoman pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan
Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Arab Nama Huruf Latin Nama
ب Ba b Be
ت Ta t Te
ج Jim j Je
ح Ḥa ḥ
Ha (dengan titik di
bawah)
د Dal d De
ر Ra r Er
xiii
xiv
س Sin s Es
ص Ṣad ṣ
es (dengan titik di
bawah)
ض Ḍad ḍ
de (dengan titik di
bawah)
ط Ṭa ṭ
te (dengan titik di
bawah)
ظ Ẓa ẓ
zet dengan titik di
bawah)
غ Gain g Ge
ف Fa f Ef
ق Qaf q Ki
ك Kaf k Ka
ل Lam l El
م Mim m Em
ن Nun n En
و Wau w We
xv
هـ Ha h Ha
ي Ya y Ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
_َ Fathah a A
_ِ Kasrah i I
_ Dhammah u U
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (maddah), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Harakat dan Huruf dan
Nama Nama
huruf tanda
4. Ta’ Marbūṭah
Transliterasi untuk Ta’ Marbūṭah ada dua:
a. Ta’ Marbūṭah hidup
Ta’ Marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
ḍommah, transliterasinya adalah “t”.
b. Ta’ Marbūṭah mati
Ta’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah “h”.
c. kalau pada kata terkahir dengan Ta’ Marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka
Ta’ Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
xvii
2
ِ امل ِدينَة ال َف
اضلَة al-madīnah al-fāḍilah
َ
ْمة ِ
َ احلك
3 al-ḥikmah
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau Tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ّ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
َربـهنَا rabbanā
نـَهزَل nazzala
ُّ ِ
الِب al-birr
احلَجal-ḥajj
huruf kasrah ()ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــى, maka ia di transliterasi seperti huruf maddah (ī).
Contoh:
6. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال. Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang
ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika dia diikuti oleh huruf
syamsiyah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-),
Contohnya:
الهرجل : al-rajulu
همش
ْ الش: al-syamsu
ال َقلَم : al-qalamu
ا ْْلَالَل : al-jalālu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (') hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah
terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia
berupa alif. Contohnya:
أ ِم ْرت : umirtu
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
lainnya atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal),
transliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:
ِِدين هللا
ْ : dīnullāh
xx
ْ ِصر ال َفَر
اب ْ َأَبـ ْو ن
-Abū Naṣr al-Farābī
ْ ِالغََز
ال -Al-Gazālī
َ املنْ ِق ْذ ِم َن
الدالَل -Al-Munqiż min al-Ḍalāl
xxii
DAFTAR ISI
xxiii
xxiv
xxvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci dan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang
terbesar dan tidak ada seorang pun yang mampu menirukan yang semisal
dengan al-Qur’an. Al-Qur’an juga sebagai kalam atau firman Allah Swt
yang datang untuk memberikan petunjuk kebenaran bagi manusia dalam
menghadapi segala persoalan hidup serta kehidupannya sepanjang zaman,
yang tak akan layu oleh waktu dan tak lengkang oleh zaman.1 Serta untuk
berdialog dengan seluruh generasi manusia, guna memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.2
Sebagai petunjuk dalam kehidupan umat Islam, al-Qur’an tidak hanya
cukup dibaca dengan suara yang indah dan fasih saja. Selain memahami
kandungannya harus ada juga upaya yang konkret dalam memeliharanya.
Baik menjaganya dalam sebuah bentuk tulisan ataupun hafalan. Umat Islam
berkewajiban memelihara dan menjaga al-Qur’an antara lain dengan
membacanya, menulisnya dan menghafalkannya. Sehingga wahyu tersebut
senantiasa terjaga dan terpelihara dari perubahan dan pergantian, baik huruf
maupun susunan kata-katanya sepanjang masa.
Al-Qur’an secara harfiyah berarti “Bacaan Sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah Swt yang sungguh tepat, karena tidak suatu bacaan
apa pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang
dapat menandingi al-Qur’an Al-Karīm.3
1
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan
Metodologi (Yogyakarta: IRCiSoD), 21-24.
2
M. Quraish Shihab, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1990), V.
3
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2009), 3.
1
2
4
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah (Bogor : Al-Hijr 15): 9.
5
H. Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000), 48.
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 421.
3
7
Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-
petunjuknya (Jakarta: PT. Maha Grafindo, 1985), 5-6.
8
Abdul Basith, Metode Hafalan Al-Qur’an di Pesantren Nur Medina (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
9
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurat al-Turmuzi (dikenal sebagai al-
Turmuzi), Sunan al-Turmuzi wa huwa al-Jami’ al-ṣāhih (Beirut: Dar al-Fikri, 1980 M), No.
2910
10
Ahsin W. al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), 5.
4
11
Qomariah Nurul dan Irsyad Mohammad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak
Hafal al-Qur’an (Yogyakarta: Semesta Hikmah), 16.
12
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, 22-25.
5
13
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik
Metodelogi Pengajaran (Bandung: Tarsito, 1982), 96.
6
juga diwajibkan untuk mengikuti dan patuh terhadap setiap bentuk kegiatan
di pesantren yang merupakan rumah kedua bagi mereka. Maka dari itu,
mereka harus berusaha dengan serius untuk mengerahkan segala
kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai siswa dan
santri taḥfīẓ. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua
di Nusantara. Sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki peranan
yang sangat besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.14
Dari data di atas terdapat salah satu pesantren yang penulis kaji, yaitu
Pondok Pesantren Istana al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Pondok Pesantren ini adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang berdiri
sejak tahun 2009, yang didirikan oleh KH. Drs. Syarif Hidayatullah
Matnadjih yang beralamat di Kampung Buaran I RT/RW 015/008 No. 174
Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur.
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur adalah suatu lembaga pendidikan yang mendidik para santrinya
untuk mampu menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan menguasai ilmu agama
secara mendalam. Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren ini sudah
diatur sedemikian rupa sesuai dengan sistem pendidikan dari pusatnya.
Kegiatan menghafal al-Qur’an selalu dilakukan di Pondok Pesantren
ini, menghafal al-Qur’an memerlukan suatu metode dan teknik yang dapat
memudahkan usaha-usaha dalam menghafal, sehingga dapat berhasil
dengan baik. Dengan menggunakan metode-metode tersebut Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur selalu
mengeluarkan ḥāfiẓ dan ḥāfiẓoh baru di setiap tahunnya.
Disini terlihat bahwa pentingnya menghafal al-Qur’an adalah suatu
impian yang diimpikan oleh sebagian orang, maka penulis menganggap
14
Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di Nusantara”.
IAIN Raden Intan Lampung, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 178-179.
7
penting untuk diteliti. Karena menjadi kewajiban bagi umat muslim agar
mengetahui adanya perintah untuk memahami dan menghafalkan al-Qur’an
dengan menggunakan metode-metodenya. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode apa yang digunakan
oleh para santri dalam menghafalkan al-Qur’an, dengan mengangkat judul
“METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA
TIMUR”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul, di antaranya yaitu:
1. Dari sekian banyak metode menghafal al-Qur’an, penulis perlu
menelusuri metode apa yang digunakan oleh santri Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur dalam menghafal
al-Qur’an?
2. Metode menghafal al-Qur’an sendiri dinilai membantu para pengajar.
Maka, Bagaimana penerapan metode al-Qur’an yang digunakan di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur
dalam menghafal al-Qur’an?
3. Setiap lembaga pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pengembangan taḥfīẓul Qur’an.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang terlalu luas
dan tidak terarah, maka penulis membatasi masalah yang ada. Yakni
penulis hanya akan meneliti tentang metode yang digunakan di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur, bagaimana
penerapan metode tersebut dan kelebihan serta kekurangannya.
8
E. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan
skripsi lain, penulisan melakukan tinjauan pustaka dan menelusuri kajian-
kajian yang pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya penulis akan lebih
membahas pada hal yang belum diangkat pada penelitian sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelusuran, penulis menemukan beberapa karya
tulis yang membahas tema atau permasalahan ini, diantaranya yaitu:
Pada tahun 2005, Kemas H.M. Siddiq Umary menulis tesis yang
berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghafalan al-Qur’an di
Institut Ilmu al-Qur’an Jakarta.15 Penelitian ini bermaksud memberikan
masukan kepada mahasiswa IIQ dalam menghafalkan al-qur’an, agar lebih
bersemangat dengan memunculkan beberapa faktor yang menjadi
penghambat atas jalannya kegiatan menghafal tersebut. Seperti motivasi
mahasiswi, tingkat ekonomi, kesibukan, keadaan keluarga dan latar
belakang pendidikan.
Pada tahun 2007, Setiyo Purwanto menulis jurnal yang berjudul
Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan Kecepatan
Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.16 Pada
jurnal ini membahas tentang kecepatan menghafal al-Qur’an ditinjau dari
daya ingat jangka pendek yang dilakukan di pondok pesantren Krapyak
Yogyakarta. Adapun hasil dari penelitian tersebut yaitu daya ingat jangka
pendek berpengaruh signifikan terhadap kecepatan menghafal al-Qur’an.
semakin tinggi daya ingat jangka pendeknya maka akan semakin cepat pula
dalam menghafal.
15
Kemas H.M. Siddiq Umary, “faktor-faktor yang mempengaruhi Penghafalan al-
Qur’an di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta” (Tesis S2, Universitas Agama Islam Negeri
Jakarta, Tahun 2005).
16
Setiyo Purwanto, “Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan
Kecepatan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta”. Shuhuf 19,
no. 1 (Mei 2007).
10
17
Marzuki, “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan
Strategi Mengulang (Rehearsal Strategi) dan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara” (Tesis Program
Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana, IAIN Sumatera Utara, Medan Tahun 2012).
18
Ahmad Atabik, “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an di
Nusantara”. STAIN Kudus Jawa Tengah Indonesia, Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1,
(Februari 2014).
19
Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, “Metode Tahfidz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kempar,” Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jurnal
Ushuluddin, Vol. 24, No. 1, (Januari-Juni 2016).
11
20
Aida Hidayah, “Metode Tahfidz Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian Atas
Rahasia Sukses 3 Hafidzh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia)”. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 18, No. 1, (Januari 2017).
21
M. Hidayat Ginanjar, “Aktivitas Menghafal Al-Qur’an dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Program Beasiswa di Ma’had Huda
Islamiy, Taman sari Bogor)”. Jurnal Edukasi Islami, Vol. 06, No. 11, (2017).
12
22
Andiya Fajarini dkk, “Model Menghafal Pada Penghafal Al-Qur’an Implikasinya
pada Layanan Penguasaan Konten dalam Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Bimbingan
Konseling, Vol. 6, No. 1, (2017).
23
M. Hanafiah Lubis, “Efektivitas Pembelajaran Tahfidhil Al-Qur’an dalam
Meningkatkan Hafalan Santri di Islamic Centre Sumatera Utara”. Jurnal ANSIRU PAI,
Vol. 1, No. 2, (2017).
24
Fitriana Firdaus, “Optimasi Kecerdasan Manajemen Sebagai Metode Menghafal
Al-Qur’an (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal Al-Qur’an Serasa Bermain Game”
Karya Lukman Hakim dan Ali Khosium)”. jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist,
vol. 18, no. 2, (2017).
13
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari responden yang penulis
rasa cocok untuk dijadikan sumber penelitian. Karena dalam metode
penelitian kualitatif ini, peneliti berbaur menjadi satu dengan yang diteliti.25
Sehingga penulis dapat memahami persoalan dari sudut pandang yang
diteliti. Dalam hal ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah santri
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian
lapangan (Field Research), yaitu mendapatkan hasil penelitian yang otentik
dengan cara mengamati dan terjun langsung ke lapangan bersama dengan
objek penelitian. Karena penelitian menggunakan cara ini dapat mengetahui
aktivitas-aktivitas secara langsung dari objek penelitian.26
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Wawancara Secara Mendalam (in-dept interview)
Wawancara/lapangan merupakan salah satu cara pengumpulan data
dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara
merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian.27
25
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006), 194.
26
Emriz, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008), 169.
27
Musta’in Mashud, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2005), 69.
14
2. Observasi
Mendapatkan data melalui kejadian-kejadian dan perilaku para santri
yang dilihat atau diteliti.28
3. Kajian Dokumen
Mengumpulkan data atau informasi melalui surat-surat, data hafalan
para santri dan data ujian hafalan santri per-semesternya.29
3. Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan dua sumber data yaitu
wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari laporan hasil tes
program tahfidz secara berkala, pengurus pondok pesantren, dan
pengajar. Sumber data tersebut dalam penelitian ini selanjutnya
diuraikan secara deskriptif dan penulis akan mencoba untuk menafsirkan
hasil penggabungan dua sumber data tersebut agar menjadi sebuah narasi
deskriptif kualitatif yang melahirkan sebuah kesimpulan.
4. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini di bawah
panduan buku Pedoman Penulisan Skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam beberapa bab dan setiap babnya terdiri dari
beberapa sub bab yang sesuai dengan keperluan kajian yang akan
dilakukan. Dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sistematis dengan
perincian sebagai berikut:
Bab pertama membahas tentang pendahuluan, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah mengapa perlu dibahas, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah yang dirumuskan dan dibatasi agar pembahasannya
tidak melebar. Begitu juga dengan bab ini memaparkan tujuan dan manfaat
28
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif , 224.
29
Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 225.
15
1
Prima Tim Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Gita Media Press,
1999), 307.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989),
105.
3
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Al-Asri (Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 2006), 37.
4
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi al-Asma al-Husna Dalam Perspektif
al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hari, 2006), 195.
5
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da'iyah (Bandung:
PT. Syaamil Cipta Media, 2004), 49.
17
18
6
Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Sinar Baru, 1991),
7.
7
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 31.
8
Mannā Khalīl Qaṭṭān, Mabâẖîts fi ‘Ulûm al-Qur’an (Cairo: Mansyurât ‘Ashr-
Hadîts, t.th.), 21
9
‘Ali al-Ṣābunī, al-Tibyân fi ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Dâr al-Kutub, 2003), cet
ke-I, 8.
10
Ṣubhi Ṣālīh, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an (Bandung: Mujahid Press, 2004), 15.
19
11
Muhammad ‘Abdul ‘Adhim Az-Zarqānī. Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-Qur’an,
Jilid I (Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988), 19.
12
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar ‘Ulum al-Qur’an/Tafsir
(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet ke-XIV, 1.
13
Masagus H.A Fauzan Yahya, Quantum Tahfidz (Jakarta: Emir, 2004), 15.
20
14
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2008), 19.
21
15
Ahsin Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an: Manfaat, Keutamaan,
Keberkahan, dan Metode praktisnya (Jakarta: PT. Qaf Media Kreativa, 2017), 27-33.
22
16
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 22-23.
17
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 26.
18
Raghib As-Sirjani, Cara Cepat Hafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam Media, 2014),
76.
24
Hal ini menjadi suatu yang paling penting ketika al-Qur’an dihafal
oleh orang-orang yang memiliki akhlak yang baik, karena menghafal al-
Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Dan
ilmu ini tidak akan diturunkan kepada orang-orang yang berbuat
kemungkaran, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh al-Waqi’ (guru
Imam Syafi’ī) berkata: “Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah Swt tidak
akan dihidayahkan kepada orang yang ahli maksiat.”
4) Bersemangat, disiplin dan istiqomah dalam menghafal al-Qur’an.
Di antara hal yang harus diperhatikan bagi seseorang yang ingin
menghafal al-Qur’an hendaknya selalu bersemangat setiap waktu dan
menggunakan seluruh waktunya untuk belajar semaksimal mungkin.
Seorang calon hafidz harus disiplin dan istiqomah dalam menghafal al-
Qur’an.
5) Talaqqi kepada seorang guru.
Hal ini harus diperhatikan apabila seorang penghafal al-Qur’an benar-
benar memiliki kemauan yang kuat dalam menghafal al-Qur’an.
Muhammad bin Sirrin dan Anas bin Malik pernah menyatakan “Ilmu itu
agama, maka perhatikanlah orang-orang yang hendak kalian ambil
agamanya.” Seorang murid harus menatap gurunya dengan penuh hormat
seraya meyakini bahwa gurunya orang yang unggul. Sikap demikian lebih
mendekatkan seorang murid untuk memperoleh kemanfaatan ilmu. Guru
tahfidz adalah seseorang yang membimbing, mengarahkan, dan menyimak
hafalan para penghafal al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an tidak diperbolehkan
sendiri tanpa adanya seorang guru, karena di dalam al-Qur’an banyak sekali
terdapat bacaan-bacaan yang sulit (musykil) yang tidak bisa dikuasai hanya
dengan mempelajari teorinya saja.19
19
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 32-33.
25
20
Arham Ahmad Yasin, Agar Sehafal Al-Fatihah (Bogor: Hilal Media Group,
2014), 52.
26
21
Munjahid, Strategi Menghafal Al-Qur'an 10 Bulan Khatam (Yogyakarta: Idea
Press, 2007), 60.
22
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta:
Bening, 2010), 96.
27
23
Amjad Qosim, Hafal Al-Qur’an dalam Sebulan (Solo: Qiblat Press, 2008), 117.
24
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 68.
28
25
Muhammad Asy-Syanqithi, Kiat Mudah Menghafal Al-Qur’an (Surakarta: Gazza
Media, 2011), 107-110.
26
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 67.
29
27
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an, 7-11.
30
28
Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Mujahid
Press, 2004), 106.
29
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab bad’ al-waḥy, bab bad’ al-waḥy, nomor
hadis, 3.
30
Muhammad bin Ishāq, al-Sirah al-Nabawiyyah, edit.Ahmed Farid, cet. I (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004), 189.
31
Akram ‘Abd Khalifah al-Dalimi, Jam al-Qur’an: Dirᾱsah Taḥliliyyah li
Marwiyyᾱtih, cet. I (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), 27.
31
32
Muhammad bin Ishāq, al-Sirah al-Nabawiyyah, 225.
33
Muslim bin al-Hajjāj, Saẖîẖ Muslim juz 1 (Semarang: Toha Putra, t.t), 137.
34
Ṣubhī Ṣālīh, Mabâẖits fi ‘Ulûm al-Qur’an (Beirut: Dâr al-Ilm, 1977), cet ke-9,
65.
32
kaum ummi (tidak mengenal baca tulis), maka dari itu yang dapat mereka
andalkan ialah menghafal. Kedua, masyarakat arab dikenal sebagai
masyarakat yang sederhana. Kesederhanaan itu menjadikan mereka
memiliki waktu luang yang cukup untuk digunakan dengan menghafal.
Ketiga, masyarakat arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan,
mereka bahkan sampai melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang
ini. Keempat, al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan
bahasanya dan sangat mengagumkan. Disamping mengagumi keindahan
bahasa al-Qur’an kaum muslimin juga mengagumi kandungannya dan
meyakini bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk yang akan membawa
kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Kelima, Allah Swt dan
Rasul menganjurkan kepada kaum muslimin untuk membaca dan
mempelajari al-Qur’an. keenam, ayat-ayat al-Qur’an berdialog kepada
mereka dan mengomentari keadaan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
kepada mereka, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka,
disamping itu ayat al-Qur’an turun sedikit demi sedikit sehingga
memudahkan pencernaan maknanya dan proses penghafalannya. Ketujuh,
dalam al-Qur’an dan hadis-hadis nabi Saw ditemukan berbagai petunjuk
yang mendorong sahabat untuk bersikap teliti dan berhati-hati dalam
menyampaikan berita, lebih-lebih apabila perintah itu adalah firman Allah
Swt dan sabda Rasulullah Saw.35
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian sahabat
terhadap al-Qur’an sangatlah tinggi, apalagi yang menyuruh mereka adalah
Allah Swt dan rasul-Nya. Maka menghafal al-Qur’an bagi mereka
merupakan perintah suci sekaligus ibadah yang sangat tinggi nilainya.
Dengan demikian mereka menjaga terpeliharanya agama Islam sampai hari
35
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1999), 23-24.
33
36
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, 23-24.
37
Muslim bin al-Hajjāj, Saẖîẖ Muslim juz 4, 16.
34
38
Al-Bukhārī, Saẖîẖ al-Bukhârî juz 3, 2074.
39
M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Penerjemah Ali Mustafa
Yakub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet. Ke 2, 84-85.
35
40
Mannā’ Khalīl Qaṭṭān, Mabâẖîts fi ‘Ulûm al-Qur’an, 120.
41
M.M. Azami, Memahami Ilmu Hadis Telaah Metodologi dan Literatur Hadis,
terjemah Meth Kieraha (Jakarta: Lentera Basritama, 2003), cet. 3, 33.
42
Muhammad ‘Abdul ‘Adhim Al-Zarqānī, Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-Qur’an,
Jilid I (Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988), 171.
36
43
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an Kajian atas Tafsir Al-
Misbᾱh (Jakarta: Puspita Press, 2011), 44-45.
44
Ibnu Hajar Al-‘Asqolānī, Fath al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari juz 8
(Qohiroh: Dar at-Taqwa, 2000), 524.
37
45
Muhammad Arifin, Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 61.
46
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar (Bandung:
Tarsito, 1998), 96.
47
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 52.
48
Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta
2002), 178.
49
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 26.
38
50
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 55.
39
51
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 63.
52
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 64.
53
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 64-65.
40
ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal
selesai menghafal ayat yang dihafalnya kemudian ia mencoba
menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan
hafalan pula.54
5. Metode Jama’
Yang dimaksud dengan metode jama’ adalah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif atau bersama-sama dan dipimpin oleh seorang instruktur. Cara atau
metode ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan
dapat menghilangkan kejenuhan. Disamping itu juga akan banyak
membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang
dihafalkannya.55
6. Metode Takrir
Yang dimaksud dengan metode takrir ialah mengulang hafalan atau
men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan atau sudah pernah di-sima’-
kan kepada guru/ustadz. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah
dihafal tetap terjaga dengan baik. selain dengan guru/ustadz, takrir juga
dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah
dihafal. Sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal
materi hafalan baru, kemudian ketika sore harinya untuk men-takrir materi
yang telah dihafalkan.56
7. Metode Talaqqi
Yang dimaksud dengan talaqqi yaitu menyetorkan atau
memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau
instruktur.57
54
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 65-66.
55
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, 66.
56
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 57.
57
Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, 56.
41
58
Ahmad Iqbal, “Penggunaan Metode Master dalam Menghafal Al-Qur’an di
Yayasan Askar Kauny”, (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin,Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), 17.
59
De Porter Boobi dan Mike Henarcki, Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), 210.
42
60
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi) (Jakarta: Transpustaka, 2013), 56.
61
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi), 56.
62
KH. A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan
Tinggi), 56.
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL
ASROR BUARAN JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Singkat Berdirinya
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini didirikan pada
tanggal 29 september 2009. Pendirian pesantren bermula karena terinspirasi
dengan gerakan rumah tahfidz al-Qur’an yang dipimpin oleh Ustad Yusuf
Mansur. Beliau mengenalkan konsep ini untuk menghasilkan para
penghafal al-Qur’an di seluruh Indonesia. Dari sebuah keinginan mencetak
pemuda-pemudi tangguh Islam, yang didalam dada mereka bersemayam al-
Qur’an sebagai pedoman hidup yang menjadi warna dalam setiap aktivitas
keseharian.
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sirrul Asror adalah sebuah
lembaga pendidikan dan pengajaran yang memadukan sistem pendidikan
pesantren dengan menitikberatkan hafalan al-Qur’an sejak dini dengan
pendidikan formal yang bertujuan mendidik para santri menjadi muslim
yang tafaqquh fiddin, berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan yang luas.
Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH. Drs. Syarif Hidayatullah
Matnadjih. Beliau adalah putra betawi yang dididik dalam lingkungan Islam
yang sangat kuat. Beliau adalah anak kelima dari delapan bersaudara,
dilahirkan di Kampung Buaran Cakung Jakarta Timur pada hari Jum’at
subuh, 10 Agustus 1974 dari pasangan H. Matnadjih Djanan dengan Hj.
Rohaenah Abdurrachman.
Sejak lulus pendidikan Madrasah Tsanawiyah (SMP) beliau dikirim
ke Jogjakarta untuk menimba ilmu agama disana, khususnya di bidang al-
Qur’an. Tepatnya di Pesantren al-Qur’an Sunan Pandanaran yang terletak
di Jl. Kaliurang KM. 12.5 Desa Candi Sardonoharjo dibawah asuhan Mbah
Kyai H. Mufid Mas’oed. Beliau belajar di pesantren ini selama tiga tahun.
43
44
1
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih (Pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 4
Oktober 2019, DKI Jakarta.
2
Hasil Observasi, tanggal 1 Oktober 2019, di Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror.
46
3
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
4
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
47
Afinia. D Keamanan II
5
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
48
4. Guru
Guru-guru yang mengajar di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror adalah para penghafal al-Qur’an dari berbagai alumni lulusan
Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an di berbagai daerah. Sehingga tidak
diragukan lagi kualitas para guru yang membimbing di Pondok Pesantren
ini.
Nama-nama Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror6,
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
No Nama Pendidikan Al-Qur’an
6
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
49
7 Perpustakaan 1 Baik
8 Ruang TU 2 Baik
12 Ranjang - -
13 Kasur - -
7
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
51
16 Meja 20 Baik
17 Kursi - -
8
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
53
9
Ustadz Ibnu Mas’ud (Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 16 November
2020, DKI Jakarta.
57
c. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Dipilih waktu setelah sholat subuh
karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih
mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan.
d. Kegiatan muroja’ah (mengulang-ulang hafalan) dilakukan sendiri-
sendiri oleh santri di asrama dengan pengawasan ustad/ustadzah.
e. Kegiatan sekolah formal yang dilaksanakan pada pagi hari hingga siang
hari.
f. Setoran Tahfidz, yang dilakukan sehabis sholat ashar dan ‘isya adalah
pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak 1 halaman al-Qur’an.
g. Belajar terbimbing, yang dilaksanakan setelah setoran al-Qur'an pada
malam hari. Segala sesuatu apabila diawali dengan al-Qur’an maka akan
menjadi indah. Belajar terbimbing adalah kegiatan belajar mata pelajaran
sekolah secara bersama-sama di asrama dengan didampingi oleh
ustadz/ustadzah.10
Adapun kegiatan harian pesantren11, yaitu:
Tabel 3.6
Kegiatan Harian Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror
Waktu Kegiatan
03.00 – 04.00 Sholat tahajud
04.00 – 05.00 Sholat subuh
05.00 – 06.00 Ngaji dan setoran hafalan
07.00 – 13.00 Sekolah formal
13.00 – 15.00 Istirahat
15.00 – 17.00 Sholat ashar, ngaji dan setoran tambahan hafalan
10
Hasil Observasi, tanggal 7-8 Oktober 2019, di Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror.
11
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
58
C. Profil Informan
Karena keterbatasan waktu penulis, maka tidak semua santri
penghafal al-Qur’an dapat dijadikan sebagai subyek penelitian. Akan tetapi
12
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
13
Dokumen Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
59
penulis hanya mengambil 15 orang santri dari jumlah 115 santri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Berikut
adalah data profil informan yang penulis wawancarai, yaitu:
Pertama, Muhammad Rifqi, santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 15 Desember 2020.14 Keuda, Nazla Akrimah,
santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bekasi diwawancarai pada tanggal 15 Desember
2020.15
Ketiga, Khulusinnisa, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Bangka Belitung
diwawancarai pada tanggal 15 Desember 2020.16 Keempat, Sultan Fajri,
santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bogor diwawancarai pada tanggal 8 Februari
2021.17
Kelima, Nadine Zerice, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Lampung
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.18 Keenam, Qurotul Ainiy santri
14
Muhammad Rifqi (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
15
Nazla Akrimah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
16
Khulusinnisa (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 15 Desember 2020, DKI
Jakarta.
17
Sultan Fajri (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
18
Nadine Zerice (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
60
putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur
yang berasal dari Cianjur diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.19
Ketujuh, Ahmad Firdaus, santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Kudus
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.20 Kedelapan, Zaidan Wahab,
santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Bantul diwawancarai pada tanggal 8 Februari
2021.21
Kesembilan, Syifa Fauziah santri putri Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 8 Februari 2021.22 Kesepuluh, Muhazaid Ad-
Rullah santri putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur yang berasal dari Madura diwawancarai pada tanggal 8
Oktober 2019.23
Kesebelas, M. Naufal Rifa’i santri putra Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta
diwawancarai pada tanggal 8 Oktober 2019.24 Kedua belas, Nayli Agustine,
19
Qurotul Ainiy (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
20
Ahmad Firdaus (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
21
Zaidan Wahab (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
22
Syifa Fauziah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Februari 2021, DKI
Jakarta.
23
Muhazaid Ad-Rullah (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Oktober 2019,
DKI Jakarta.
24
M. Naufal Rifa’i (Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 8 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
61
santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta
Timur yang berasal dari Pekalongan diwawancarai pada tanggal 19 Oktober
2019.25
Ketiga belas, Riri Tri Khanafiyah santri putri Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Cilacap
diwawancarai pada tanggal 19 Oktober 2019.26 Keempat belas, Syafira
Rahmah, santri putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur yang berasal dari Jakarta diwawancarai pada tanggal
19 Oktober 2019.27 Kelima belas, Raghil Agustina, santri putri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur yang berasal
dari Bangka Belitung diwawancarai pada tanggal 19 Oktober 2019.28
Keenam belas, Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah staff
pengajar/guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran
Jakarta Timur.29 Ketujuh belas, Ustad Ibnu Mas’ud staf pengajar/guru
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.30
Kedelapan belas, K.H. Drs. Dyarif Matnadjih, pimpinan dan pengasuh
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.31
25
Nayli Agustine (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
26
Riri Tri Khanafiyah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
27
Syafira Rahmah (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
28
Raghil Agustina (Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI
Jakarta.
29
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah (Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana
Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur), diwawancarai oleh Maria Ulfah, Jakarta, 1
Oktober 2019, DKI Jakarta.
30
Ustad Ibnu Mas’ud, Wawancara.
31
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.
62
BAB IV
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
ISTANA AL-QUR’AN SIRRUL ASROR BUARAN JAKARTA
TIMUR
Bab ini merupakan hasil temuan penelitian yang terbagi menjadi tiga
pembahasan. Pertama adalah metode pembelajaran menghafal al-Qur’an,
kedua implementasi metode pembelajaran menghafal al-Qur’an, ketiga
kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran menghafal al-Qur’an
di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
A. Metode Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror
Metode adalah strategi yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses
belajar mengajar. Adapun fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai
suatu tujuan dan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
pendidikan peserta didik. Apabila dikaitkan dengan menghafal al-Qur’an
dapat disimpulkan bahwa metode menghafal al-Qur’an adalah langkah-
langkah yang harus ditempuh agar dapat menghafal al-Qur’an dengan baik.
Adanya Metode menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror bermula dari KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih
selaku pimpinan Pesantren mendapatkan ijazah dari gurunya yaitu KH.
Anwaruddin. Sang guru mengajarkan kepada kyai agar menghafalkan al-
Qur’an satu hari satu kaca/halaman. Dan metode sima’ī, yakni ketika santri
membacakan hafalannya kemudian disimak oleh guru yang mendengarkan,
maka apabila terdapat kesalahan akan langsung dibenarkan oleh guru.
Untuk menambah hafalan baru menggunakan metode menghafal per ayat.
Kemudian metode-metode tersebut diterapkan kepada santri Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror.1
1
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.
63
64
2
M. Naufal Rifa’i, Wawancara.
3
Muhazaid Ad-Rullah, Wawancara.
4
Nayli Agustine, Wawancara.
5
Riri Tri Khanafiyah, Wawancara.
65
6
Syafira Rahmah, Wawancara.
7
Raghil Agustina, Wawancara.
8
Zaidan Wahab, Wawancara.
9
Khulusinnisa, Wawancara.
66
10
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah, Wawancara.
67
11
Muhammad Rifqi, Wawancara.
12
Ahmad Firdaus, Wawancara.
13
Nadine Zerice, Wawancara.
14
Nazla Akrimah, Wawancara.
68
15
Ustad Ibnu Mas’ud, Wawancara.
16
KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih, Wawancara.
69
17
Muhazaid Ad-Rullah, Wawancara.
18
Syafira Rahmah, Wawancara.
70
Pondok Pesantren Sirrul Asror. Maka dengan adanya metode ini santri akan
terbiasa untuk mengingatnya bahwa harus/diwajibkan menambah hafalan
satu hari satu kaca/halaman.19
Pernyataan Ustadzah Syifa bahwa untuk kelebihan metode menghafal
al-Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror ini Alhamdulillah sangat membantu santri dalam menghafalkan al-
Qur’an, karena terbukti bahwa dengan menggunakan metode metode
Wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir (mengulang
kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan), metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dan metode satu hari satu kaca/halaman, sudah banyak alumni-
alumni Taḥfīẓ yang dikeluarkan oleh pondok pesantren ini.20 Tidak jauh
berbeda dengan pernyataan Ustadzah Syifa, menurut Ustad Ibnu Mas’ud
kelebihan dari metode menghafal al-Qur’an yang diterapkan di Pondok
Pesantren Sirrul Asror ini cukup efektif, karena banyak dari santri yang
mayoritas jumlah hafalannya melebihi target yang ditentukan oleh
pembimbing. Ketika ditargetkan 15 juz lulus SMP (Sekolah Menengah
Pertama) maka ketika kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas) sudah banyak
yang khatam 30 juz. Apabila membahas mengenai kekurangan dari metode
tersebut terlihat ketika santri pelafalan bacaannya masih kurang bagus maka
akan menghambat pembimbing untuk menerapkan metode tersebut.21
Sedangkan menurut pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror KH. Syarif Hidayatullah Matnadjih yaitu mengenai metode
menghafal al-Qur’an yang beliau terapkan sedikit kekurangannya. Terbukti
bahwa sudah banyak santri yang melebihi target hafalannya, walaupun pada
19
Nayli Agustine, Wawancara.
20
Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah, Wawancara.
21
Ustadz Ibnu Mas’ud, Wawancara.
71
usia mereka terbilang masih usia labil, akan tetapi dengan terus diberikan
dukungan serta motivasi mereka akan mudah diatur dan diarahkan untuk
mengikuti metode menghafal al-Qur’an yang telah diterapkan di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur.
Dari hasil wawancara peneliti kepada informan, dapat disimpulkan
bahwa metode menghafal al-Qur’an yang digunakan di Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini cenderung memiliki kelebihan. Terbukti
dari data hafalan santri yang sudah penulis paparkan di bab sebelumnya
bahwa sudah ada 20 orang santri yang berhasil menghafalkan al-Qur’an 30
juz. Hal tersebut menjadi salah satu bukti keberhasilan Pondok Pesantren
Istana Al-Qur’an Sirrul Asror dalam mendidik para santrinya untuk menjadi
penghafal Al-Qur’an.
Secara garis besar jika dilihat dari segi kekurangan metode-metode
yang digunakan di Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror penulis
dapat menyimpulkan bahwa pertama, kekurangan dari metode wahdah
(menghafal dengan cara ayat per ayat) dan metode takrir (mengulang
kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan) yaitu membutuhkan waktu
yang lama untuk menghafalkan ayat per ayat karena akan banyak
pengulangan yang terjadi. Kedua, kekurangan metode dari metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) yaitu santri akan mudah bosan karena hanya duduk dan
mendengarkan saja. Ketiga, kekurangan dari metode satu hari satu
kaca/halaman yaitu diketahui bahwa setiap santi memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Maka tidak semua santri mampu untuk menjalankan metode
ini dengan baik.
Adapun upaya untuk melestarikan hafalan al-Qur’an dari kelupaan
adalah dengan menciptakan kreativitas takrir secara teratur. Upaya ini
merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat al-Qur’an yang
72
telah dihafal agar tidak hilang.22 Selain upaya tersebut dalam proses
penjagaannya perlu diawali dengan menjaga kelurusan niat karena ini
merupakan motif dasar yang mendorong seseorang melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuannya.
Bahirul Amali Herry mengemukakan pendapatnya mengenai
bagaimana menjaga ayat-ayat suci yang telah dihafal oleh seseorang supaya
tidak lupa karena pada dasarnya menghafal itu mudah, namun yang paling
sulit adalah menjaganya. Alasan inilah yang sering dikeluh kesahkan bagi
para penghafal al-Qur’an berapapun yang dihafalnya. Berikut yang perlu
diperhatikan untuk menjaga hafalan supaya tidak hilang23:
Pertama, Muroja’ah yaitu mengulang bacaan ayat atau surat yang
telah dihafal dengan baik. untuk memiliki hafalan al-Qur’an yang banyak
maka perlu manajemen pengulangan tersendiri. Kedua, Bertakwa kepada
Allah, menjauhi maksiat dan dosa. Berdasarkan pesan dari Imam Nawawi,
“Sudah selayaknya bagi orang yang hendak menghafal al-Qur’an untuk
selalu menjaga kebersihan hatinya dari segala macam kotoran sehingga
dirinya pantas untuk membaca, menghafal dan memperdalam pengetahuan
tentang al-Qur’an. Ketiga, membaca hafalan dalam shalat. Dalam hal ini,
membaca ayat-ayat suci al-Qur’an yang telah dihafal oleh seseorang
sangatlah membantu untuk menyempurnakan shalat karena bacaan sholat
dan al-Qur’an yang tidak baik akan berdampak pada kekurangsempurnaan
shalat yang bisa mengurangi nilai pahala dalam shalat. Keempat,
memperdengarkan hafalan kepada orang lain, yang akan membantu
pemindahan dari otak kiri yang cepat hafal tapi mudah hilang ke otak kanan
yang lambat tapi dapat bertahan lama. Kelima, membawa al-Qur’an ukuran
22
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, 85.
23
Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk bisa Menghafal al-Qur’an, 153-166.
73
saku, mushaf sudut (mushaf Utsmani) seperti ini akan sangat membantu
untuk menghafal al-Qur’an ataupun murojaah kemanapun pergi.
Bagi semua informan satu-satunya cara untuk mempertahankan
hafalannya yaitu hanya dengan mengulang-ulang. Pada saat menghafal
biasanya terlebih dahulu membaca dengan al-Qur’an mushaf Utsmani. Al-
Qur’an seperti ini yang diawali dan diakhiri dengan ayat yang utuh,
maksudnya adalah dalam satu ayat tidak terputus pada halaman lain. Hal ini
memudahkan untuk melakukan perhitungan yang telah dihafal.
Dari hasil wawancara dengan para informan diatas penulis
menyimpulkan bahwa seseorang yang sedang menghafal al-Qur’an itu akan
diberikan kemudahan oleh Allah Swt jika dia memiliki kemauan, niat dan
usaha istiqomah untuk melakukan muraja’ah atau pengulangan setiap hari
pada ayat-ayat atau surat-surat yang sudah dihafal agar hafalannya tetap
terjaga.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode menghafal al-Qur’an yang digunakan santri di Pondok
Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur adalah
metode wahdah (menghafal dengan cara ayat per ayat), metode takrir
(mengulang kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan), metode sima’ī
(menyimak/mendengarkan bacaan al-Qur’an yang dihafalkan oleh
penghafal) dan metode satu hari satu kaca/halaman.
Adapun implementasi dari berbagai metode yang diterapkan di
Pondok Pesantren Sirrul Asror yaitu: untuk metode wahdah dilaksanakan
pada pagi hari setelah shalat tahajjud/qiyamullail. Waktu tersebut dipilih
karena akan lebih efektif dalam membuat hafalan baru yang mana pada
waktu itu pikiran masih fresh dan jernih, yang menjadikan hafalan lebih
mudah masuk dan diingat. Untuk metode sima’ī dilaksanakan ketika
kegiatan muraja’ah bersama atau waktu setor hafalan baik bin naḍhor atau
bil ghoib. Untuk metode menghafal satu hari satu kaca/halaman diterapkan
pada waktu menambah hafalan baru. Metode ini diterapkan untuk cara
menargetkan hafalan santri agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan
oleh pesantren.
Kelebihan dari metode-metode yang sudah penulis sebutkan di atas
adalah santri akan lebih mudah dan cepat menghafal serta hafalannya juga
akan kuat dan pastinya lebih terjaga. Metode-metode tersebut sangatlah
efektif untuk diterapkan kepada anak yang berusia SMP (Sekolah
Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Terbukti di
Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror ini para santrinya banyak
yang hafalannya melebihi target yang telah ditentukan.
75
76
79
80
Prima Tim Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Gita Media
Press, 1999.
Yahya, Masagus H.A Fauzan. Quantum Tahfidz. Jakarta: Emir, 2004.
Yasin, Arham Ahmad. Agar Sehafal Al-Fatihah. Bogor: Hilal Media
Group, 2014.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1989.
Az Zarqoni, Muhammad ‘Abdul ‘Adhim. Manᾱhilu al-‘Irfan fi ‘Ulūmi al-
Qur’an. Jilid I. Beirut: Dᾱr al-Fikr, 1988.
Zen, Muhaimin. Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan
Petunjuk-petunjuknya. Jakarta: PT Maha Grafindo, 1985.
Zen, Muhaimin. Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun Panduan Menghafal
Al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Tsanawiyah,
Aliyah, dan Perguruan Tinggi). Jakarta: Transpustaka, 2013.
Jurnal:
Akbar, Ali dan Ismail, Hidayatullah. Metode Tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kampar. Jurnal Ushuluddin, vol. 24, No. 1,
2016.
Atabik, Ahmad. “The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an di
Nusantara.” STAIN Kudus Jawa Tengah Indonesia, Jurnal Penelitian.
vol. 8, no. 1, Februari 2014.
Firdaus, Fitriana. “Optimasi Kecerdasan Manajemen Sebagai Metode
Menghafal Al-Qur’an (Studi atas Buku “Metode Ilham: Menghafal
Al-Qur’an Serasa Bermain Game” Karya Lukman Hakim dan Ali
Khosium)”, jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadist, vol. 18, no.
2, 2017.
Ginanjar, M. Hidayat. “Aktivitas Menghafal Al-Qur’an dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Program
Beasiswa di Ma’had Huda Islamiy, Taman sari Bogor)”, Jurnal
Edukasi Islami, vol. 06, no. 11, 2017.
Hidayah, Aida. Metode Tahfidz Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini (Kajian
Atas Rahasia Sukses 3 Hafidzh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia.
84
Ainiy, Qurotul. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Akrimah, Nazla. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 15 Desember 2020, DKI Jakarta.
Fajri, Sultan. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Fauziah, Syifa. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 8
Februari 2021, DKI Jakarta.
Firdaus, Ahmad. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Februari 2021, DKI Jakarta.
Khanafiyah, Riri Tri. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 19 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Khulusinnisa. Santri Putri Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul Asror
Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah. Jakarta, 15
Desember 2020, DKI Jakarta.
Mahmudah, Syifa Rif’atul. Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria
Ulfah. Jakarta, 1 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Mas’ud, Ibnu. Staf Pengajar/Guru Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an
Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 1 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Matnadjih, Syarif Hidayatullah. Pimpinan Pondok Pesantren Istana Al-
Qur’an Sirrul Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria
Ulfah. Jakarta, 4 Oktober 2019, DKI Jakarta.
Rifa’i, M. Naufal. Santri Putra Pondok Pesantren Istana Al-Qur’an Sirrul
Asror Buaran Jakarta Timur. Diwawancarai oleh Maria Ulfah.
Jakarta, 8 Oktober 2019, DKI Jakarta.
86
87
88
89
Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA
Daftar pertanyaan untuk wawancara pimpinan pesantren dan
ustad/ustadzah:
1. Sudah berapa lama anda mengajar di pesantren ini?
2. Metode hafalan apakah yang diterapkan/digunakan di pesantren ini?
3. Tolong coba jelaskan metode tersebut secara terperinci?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan metode tersebut?
5. Mengapa anda memilih metode tersebut?
6. Dari manakah metode ini diadopsi?
7. Berapa kali setoran yang dilakukan oleh para santri dalam sehari?
8. Apa saja kelebihan dari metode hafalan yang diterapkan/digunakan di
pesantren ini?
9. Apa saja kekurangan dari metode hafalan yang diterapkan/digunakan di
pesantren ini?
10. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh para santri untuk
menghafalkan Al-Qur’an di pesantren ini?
11. Bagaimana tingkat keberhasilan pada santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an (30 juz) menggunakan metode tersebut?
12. Berapa rata-rata umuran santri yang ada di pesantren ini?
13. Jenis mushaf apa yang digunakan dalam menghafalkan Al-Qur’an di
pesantren ini?
14. Apa saja media yang digunakan dalam mengajarkan
menghafal/tahfidzul Al-Qur’an di pesantren ini?
15. Bagaimana suasana ketika dalam pembelajaran menghafalkan Al-
Qur’an di pesantren ini?
16. Faktor apa saja yang mendung hafalan Al-Qur’an para santri?
17. Faktor apa saja yang menghambat hafalan Al-Qur’an para santri?
90
Lampiran 3
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : KH. Drs. Syarif Hidayatullah Matnadjih
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren
2. Nama : Ustad Ibnu Mas'ud
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pembimbing Pondok Pesantren
3. Nama : Ustadzah Syifa Rif’atul Mahmudah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Staf Pengajar/Guru
4. Nama : M. Naufal Rifa’i
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
5. Nama : Muhazaid Ad-Rullah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
6. Nama : Muhammad Rifqi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
7. Nama : Syafira Rahmah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
8. Nama : Riri Tri Khanafiyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
9. Nama : Raghil Agustina. M
Jenis Kelamin : Perempuan
93
Jabatan : Santriwati
10. Nama : Nayli Agustine
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
11. Nama : Nazla Akrimah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santriwati
12. Nama : Khulusinnisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
13. Nama :Ahmad Firdaus
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
14. Nama : Zaidan Wahab
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
15. Nama : Sultan Fajri
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Santri
16. Nama : Nadine Zerice
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
17. Nama : Qurotul Ainiy
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
18. Nama : Syifa Fauziah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Santri
94
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Asrama Santri
95
Kegiatan Wawancara