Oleh :
Thias Anugrah Bintang Putradi
11140340000034
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Thias Anugrah Bintang Putradi
NIM: 11140340000034
Pembimbing
iii
iv
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
v
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Thias Anugrah Bintang Putradi
NIM : 1114034000034
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Khataman Al-Qur’an di Peternakan (Studi Kasus
Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok)
vii
viii
ABSTRAK
Thias Anugrah Bintang P, Khataman Al-Qur’an di Peternakan
(Studi Kasus Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok).
ix
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā yang telah
memberikan kemampuan kepada penulis, sehingga berkat rahmat dan
kasih sayang-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Selawat dan salam hanya tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
Ṣallāhu ‘Alaihi wa Sallam yang telah mendobrak pintu kebatilan dan
kezaliman menuju kemerdekaan.
Adapun judul skripsi ini “Khataman Al-Qur’an di Peternakan
(Studi Kasus Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok”,
penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
guna mencapai gelar Sarjana Agama di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Atas dukungan dan kontribusi dari beberapa pihak, baik moril
maupun material. Penulis merasa berhutang budi dan tidak mampu
membalasnya. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memimpin dan mengelola
penyelenggaraan pendidikan sebagaimana mestinya.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA., dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf pembantu
dekan, yang telah mengkoordinasi penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat di fakultas.
3. Dr. Eva Nugraha, M. Ag., Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir juga Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH., selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, yang selalu memfasilitasi, ikhlas,
memberikan contoh yang baik dan tak pernah lelah memotivasi,
xi
xii
Teruntuk kedua orang tua ayahanda Pambudi dan ibunda Tri Astuti
Handayani, yang tak terhitung jasa mereka berdua serta telah sepenuh
jiwa dan raganya yang selalu menyemangati dan mendukung baik moril
maupun material, yang tidak pernah menuntut apa pun serta tak henti-
hentinya mengirimkan doa kepada penulis hingga akhir hayatnya.
Semoga Allah balas kebaikan mereka seperti mereka merawat anak-
anaknya dengan sepenuh hati.
xv
xvi
غ g ge
ف f ef
ق q qi
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w w
ه h ha
ء ’ apostrop
ي y ye
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf:
syamsiyah dan qamariyah.
Al-Qamariyah ال ُمنِي ُْر Al-Munīr
Al-Syamsiyah الر َجا ُل
ِ Al-Rijāl
D. Syaddah (Tasydid)
Dalam bahasa Arab syaddah utau tasydid dilambangkan dengan
ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah terletak setel kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Al-Qamariyah ُ ْالقُ ِوة Al-Quwwah
Al-Syamsyiyah ُ الض َُّر ْو َرة Al-Ḍarūrah
E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta martujah yang
hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi
adalah (t), sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat
sukun, transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan
xviii
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf awal Nama tempat, nama bulan nama din dan lain-lain, jika Nama
diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital
tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya.
Contoh: Abu Hamid, al-Gazali, al-Kindi.
Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis
Abdussamad al-palimbadi, tidak “Abd al-Samad al-Palimbani. Nuruddin
al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia,
Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam
tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di
xix
xxi
xxii
a. Kegiatan Santri....................................................................... 53
b. Data Informan ........................................................................ 54
BAB IV ................................................................................................. 57
PELAKSANAAN DAN PEMAKNAAN KHATAMAN AL-QUR’AN
DI PETERNAKAN BIN DAHLAN..................................................... 57
A. Praktik Kegiatan Khataman al-Qur’an ...................................... 57
1. Tujuan dan Motivasi Khataman ............................................. 57
2. Praktik Khataman................................................................... 65
3. Kelengkapan Sarana dan Pra Sarana...................................... 69
1) Tujuan dan Motivasi Membaca al-Qur’an ............................. 71
2) Intensitas dalam Membaca al-Qur’an .................................... 73
3) Pemahaman atas al-Qur’an .................................................... 75
B. Manfaat Khataman .................................................................... 83
1. Manfaat Langsung ................................................................. 85
2. Manfaat Tidak Langsung ....................................................... 87
3. Relasi Tujuan dan Manfaat Khataman pada Pembacanya ..... 93
4. Manfaat Khataman Bagi Peternakan ................................... 103
BAB V PENUTUP ............................................................................. 107
A. Kesimpulan .............................................................................. 107
B. Saran ........................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Sampel Penelitian .................................................................... 19
Tabel 3.4: Kegiatan Santri/ Informan ....................................................... 52
Tabel 3:5: Data Informan .......................................................................... 53
Tabel 4.3: Tujuan dan Motivasi Khataman al-Qur’an ............................. 70
Tabel 4.4: Manfaat Khataman al-Qur’an ................................................. 80
Tabel 4.5: Relasi Tujuan dan Manfaat Bagi Pembaca .............................. 91
xxiii
xxiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1: Pengolahan Data ............................................................ 20
Diagram 4.1: Intensitas Membaca dalam Seminggu ....................... 57
Diagram 4.2: Pemahaman Santri Atas al-Qur’an ........................... 60
xxv
xxvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khatam al-Qur’an adalah selesai, atau habis. 1 Sedangkan khatam
menurut ensiklopedia Islam, khatam juga berarti akhir.2 Khatam menurut
istilah berarti tuntas dalam membaca al-Qur’an dari awal sampai akhir,
entah berapa lamanya dengan disimak oleh guru agar dapat keberkahan
selain agar bacaannya teruji baik dan benar. 3 Sedangkan menurut Supian,
khatam al-Qur’an adalah menyelesaikan membaca al-Qur’an dari awal
sampai akhir, dan sering juga dipahami sebagai titik akhir selesainya
membaca al-Qur’an.4 Khataman al-Qur’an menurut Abi Zakariya Yahya
yakni, membaca al-Qur’an secara bersama-sama, dapat dengan cara
setiap orang dibagi 10 juz atau satu juz, atau pembagian semacamnya.
Atau dengan cara orang membaca dan yang lainnya menyimak
bergantian secara terus menerus.5
Dari berbagai pengertian di atas penulis menyimpulkan pengertian
khatam al-Qur’an adalah membaca al-Qur’an dari awal surat al-Fatihah
sampai surat al-Nās, dengan kata lain membaca al-Qur’an sebanyak 30
juz, 114 surat, dan 6326 ayat dalam waktu tertentu. Sejak dulu di
Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya setiap peristiwa yang
dianggap penting biasanya diperingati dengan berbagai upacara.
Kebiasaan ini hidup, berkembang dan dilestarikan secara turun-temurun
1
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo, 1991), 364.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedia Islam, cet IV (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeven, 1993), 44.
3
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai al-
Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2004), 84.
4
Supian, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Praktis (Jambi: Gaung Persada Press, 2012),
182.
5
Abi Zakariya Yahya Asy Syafi’I, At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an (Jedah:
Haramain, tt), 82.
1
2
6
Mappanre Temme berasal dari dua kata yaitu Mappanre dalam bahasa Bugis
berarti memberi makan, sedangkan Temme adalah orang yang tamat mengaji atau
khatam al-Qur’an. Mappanre Temme adalah sebuah prosesi yang memberikan apresiasi
kepada anak laki-laki dan perempuan yang telah taman mengaji atau khatam al-Qur’an.
7
Khataman Nepton berasal dari dua kata yaitu Khataman dan Nepton.
Khataman berasal dari bahasa Arab yang berarti telah selesai. Nepton berasal dari
Bahasa Jawa yaitu Naptu yang berarti angka-angka pada hari, bulan tahun menurut
perhitungan Jawa. Jadi Khataman Nepton adalah terlah selesainya dibacakan surat-
surat dalam al-Qur’an pada hari, bulan, tahun kelahiran anak, menurut perhitungan
angka-angka Jawa.
8
Sorogan adalah suatu metode dimana santri menghadap guru atau kyai seorang
demi seorang dengan membawa al-Qur’an/kitab yang akan dibaca atau dipelajarinya.
Istilah sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke depan
kyai/guru.
9
Simaan merupakan serapan dari bahasa Arab yang akar katanya memuliki arti
“mendengarkan”. Bisa diartikan juga dengan memperdengarkan hasil hafalan kepada
orang lain. Dari sini muncul istilah sima’-simaan, yang berarti saling
memperdengarkan hasil hafalan satu sama lain.
10
Deresan ialah aktifitas berupa menjaga hasil hafalan al-Qur’an. Kegiatan ini
dala bentuk informal dilakukan secara indivindu dan berpasangan, dan dalam bentuk
formal dilakukan secara berpasangan.
11
Istilah ini biasa disebut masyarakat kalangan pesantren sebagai khataman al-
Qur’an. artinya membaca al-Qur’an dari juz 1-30 dan dilakukan minimal 2 orang
dengan cara membaginya secara merata dan dilakukan secara bersamaan. Misalnya
orang pertama membaca juz 1-15 dan orang kedua 16-30, memulainya bersamaan dan
menutup dengan doa bersmaan.
3
12
Muhammad Syukri Albani Nasution, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), 16.
4
13
Odoj, “Sejarah One Day One Juz, sebelum menjadi Komunitas,” Diakses, 13
Januari, 2020, https://onedayonejuz.org/info-detail/36
5
di wawancarai oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 14 April 2021, Jawa Barat.
7
15
Rapiq Hairiri, “Tradisi Khataman Al-Qur’an Pasangan Pengantin pada Acara
Pernikahan di Desa Teluk Tigo Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten
Saeolangun Provinsi Jambi (Kajian Studi Living Qur’an)”, (Skripsi, UIN Jambi, 2021).
16
Teti Fatimah, “Sima’an Khataman Al-Qur’an untuk Keluarga Mendiang
(Studi living Qur’an di Desa Tinggarjaya, Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah)”, (Skripsi,
UIN Yogyakarta, 2017).
17
Anton Syarif Hidayat, “Pelaksanaan Program Membaca Al-Qur’an di SMA
Negeri 3 Palembang”, (Skripsi, UIN Palembang, 2017).
8
18
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Th Press,
2007), 8.
19
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 7.
20
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 39.
21
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 37.
9
Handri Hasan dan Fuad Rahman 22, Artikel ini membahas tentang
penelitian sejauh mana kualitas masyarakat Jambi memahami al-Qur’an
dan faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak mencapai tingkat yang
lebih baik dalam memahami al-Qur’an.
Lutfatul Husna23, skripsi ini membahas tradisi atau amalan
pembacaan surat al-Waqi’ah dan surat al-Mulk yang dilahirkan dari
praktik-praktik komunal yang menunjukkan pada resepsi sosial
masyarakat atau komunitas tertentu. Dalam hal ini yaitu Pondok
Pesantren Manba’ul Hikam II Blitar.
Harris Fadhillah24, skripsi ini membahas tentang membaca al-
Qur’an memberikan pengaruh terhadap kestabilan emosi dan bisa
memberikan efek positif terhadap psikis manusia secara umum.
Rela Mar’ati25, menurut artikel ini membaca dan menghafal al-
Qur’an yang dibaca berulang-ulang akan mendapatkan ketenangan dan
mengalami rekonstruksi dari ayat al-Qur’an yang dibaca, dihafalkan, dan
paham tafsirnya sehingga memiliki pemahaman yang tepat dalam
menilai permasalahan.
Fazat Laila26, penelitian ini membahas tentang penggunaan teks-
teks hadis dalam tradisi khataman berjamaah di Desa Suwaduk. Skripsi
ini juga membahas makna praktik khataman berjamaah.
22
Handri Hasan dan Fuad Rahman, “Peningkatan Kualitas Keagamaan
Masyarakat Jambi Melalui Usaha Pemahaman Al-Qur’an” Artikel, Vol. 28. No. 01.
(2013): 87.
23
Lutfatul Husna, “Tradisi Pembacaan Surat Al-Waqi’ah dan Surat Al-Mulk
(Kajian Living Quran di Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam II Karanggayam Srengat
Blitar)”, (Skripsi, UIN Jakarta, 2015).
24
Harris Fadhillah, “Pengaruh Membaca Al-Qur’an Terhadap Kesetabilan
Emosi Siswa Kelas XI Sma IT Abu Bakar Yogyakarta” jurnal, (2016): 176.
25
Rela Mar’ati, “Pengaruh Pembacaan dan Pemaknaan Ayat-ayat Al-Qur’an
terhadap Penurunan Kecemasan pada Santriwati”, Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 01.
No. 01,2016, hal 46.
26
Fazat Laila, “Praktek Khataman Al-Qur’an Berjamaah di Desa Suwaduk
Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis)”,(Skripsi, UIN Semarang, 2017).
12
27
Ahmad Kusaeri, “Berkah dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian tentang Objek
yang mendapatkan Keberkahan))”, (Skripsi, UIN Jakarta, 2017).
28
Teti Fatimah, “Sima’an Khataman Al-Qur’an untuk Keluarga Mendiang
(Studi living Qur’an di Desa Tinggarjaya, Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah)”, (Skripsi,
UIN Yogyakarta, 2017).
29
Anton Syarif Hidayat, “Pelaksanaan Program Membaca Al-Qur’an di SMA
Negeri 3 Palembang”, (Skripsi, UIN Palembang, 2017).
30
Syafril Fitrah Jaya, “Implementasi Program Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an
dalam Pembinaan Cinta Al-Qur’an oleh Siswa di SMP LTI IGM Palembang”, (Skripsi,
UIN Palembang, 2017).
13
31
Yadi Mulyadi, “Al-Qur’an dan Jimat (Studi Living Qur’an pada Masyarakat
Adat Wewengko Kaepuhan Lebak Banten)”, (Tesis, UIN Jakarta, 2017).
32
Zaenab Lailatul Badriyah, “Praktik Khataman Al-Qur’an di Hotel Grasia
(Studi Living Quran)”, (Skripsi, UIN Semarang, 2018).
33
Samsul Arifin, “Menggali Makna Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Giri Kesumo Demak (Studi Living Qur’an)”, (Skripsi, IAIN Salatiga, 2018).
34
Endah Supriyani, “Tradisi Khataman Al-Qur’an pada Pernikahan Suku Bugis
di Palembang (Studi Kasus di 3 Ilir Palembang)”, (Skripsi, UIN Palembang, 2018).
35
Ahmad Syauqi Alfanzari, “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Obat
(Studi Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrusysyifa’ Bagusari Jogtruman
Lumajang Jawa Timur, (Tesis, Uin Sunan Ampel Surabaya, 2018).
14
36
Dyah Maria Ulfah, Gita Permata Sari, “Efek Terapi Murottal Al-Qur’an
terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Prematur (Studi Eskperimen pada Bayi
Prematur) di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi”, jurnal, Vol. 03. No. 03.
(2018).
37
Eva Nugraha,“Ngalap Berkah Qur’an: Manfaat Membaca Al-Qur’an bagi
para Pembacanya”, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 05. No. 02. (2018).
38
Niswatun Hasanah, “Keberkahan sebagai Formulasi Mashlahah dalam
Kehidupan (Refleksi Santri di Peantren)”, Jurnal QIEMA, Vol. 04. No. 02. (2018).
15
39
Ilham Mabruri Sapari, “Keberkahan Al-Qur’an menurut Penghafal Al-Qur’an
(Studi Kasus para Penghafal di Pondok Pesantren Nur Medina)”, (Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018).
40
Muh Afif Hasyim, “Ujrah dalam Prosesi Khataman Al-Qur’an di Rumah
Duka pada Masyarakat Kab. Soppeng (Tinjauan Hukum Islam)”, (Skripsi, IAIN
Parepare, 2019).
41
Anshori, “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an sebagai Mahabbah (Studi Living
Qur’an di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur)”, (Tesis, UIN Surabaya, 2019).
42
Ahmad Zainuddin, Faiqotul Hikmah, “Tradisi Yasinan (Kajian Living Qur’an
di Ponpes Ngalah Pasuruan”, jurnal, Vol. 04. No. 01. (2019).
16
43
Nurhidayah, “Tradisi Mappanre Temme’ (Khataman Al-Qur’an) di Desa
Barania Kecamatan Sinjai Brat Kabupaten Sinjai (Studi Unsur-unsur Kebudayaan
Islam)”, (Skripsi, UIN Makassar, 2020).
44
Rapiq Hairiri, “Tradisi Khataman Al-Qur’an Pasangan Pengantin pada Acara
Pernikahan di Desa Teluk Tigo Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten
Saeolangun Provinsi Jambi (Kajian Studi Living Qur’an)”, (Skripsi, UIN Jambi, 2021).
45
Yanuar Ikbar, Metode Penelitian Sosial Kualitatif (Bandung : PT Refika
Aditama, 2012), h. 59.
17
46
I Wayan Suwendra, Metode Penelitian Kualitatif (Bali: Nilacakra Publishing
House, 2018), h. 6.
47
Lexi, Metode Penelitian Kulaitatif, Edisi Revisi (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 5.
18
b. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari informan dengan
cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face).48Adapun
wawancara dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
perekaman, lewat alat aplikasi perekam ataupun whatsapps setelah itu
hasil dari wawancara itu di tulis dan di lampirkan dalam penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu jenis metode yang sering
digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan
teknik pengumpulan datanya. Terutama sekali metode ini banyak
digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Seperti yang penulis lakukan
yakni mendatangi kelurahan dan meminta dokumen yang dibutuhkan
seperti laporan bulanan kelurahan Sawangan Baru Depok dan data
penduduk. Oleh karena studi dokumen dalam teknik pengumpulan
datanya untuk pelengkap serta menguatkan dari metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. 49
7. Teknik Pengolahan Data
48
Bagong Suyanti, Metodologi Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan,cet. III (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 69.
49
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA 2015)
21
Kesimpulan
Koding data
Pengolahan Data
Membaca data terpilih
Memilah data
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat dan memiliki tujuan untuk
memastikan kesahan data, maka penulis mengolah data sebagaimana
yang dilakukan dari tahap pemilihan data. Data akan dilacak
sebagaimana mengumpulkan hasil dari observasi ini. Berikut adalah
strategi pengolahan data yang di lakukan dalam penelitian: a.)
Mengumpulkan hasil dari wawancara, observasi dan dokumen yang
telah kita lakukan, b.) Setelah data tersebut di dapat lalu di input saya
baca yang nantinya akan di bagi ke dalam beberapa kategori yaitu
masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintahan, c) Tahap mengkoding
data ini merupakan hasil temuan yang akan penulis teliti, sehingga
menghasilkan poin-poin pembahasan yang akan di teliti yaitu sejarah,
22
50
Eva Nugraha, “Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci studi kasus usaha
penerbitan mushaf al-Qur’an di indonesia kontemporer” (Disertasi S3., Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) 23.
23
1
Supian, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Praktis (Jambi: Gaung Persada Press, 2012),
182.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedia Islam, cet IV (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), 44.
3
Abi Zakariya Yahya Asy Syafi’I, At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an (Jedah:
Haramain,tt), 82.
25
26
4
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-
Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2004), 46.
5
Allamah M.H. Thabathaba’I, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an (Bandung:
Mizan, 1993), 19.
27
َع ْن طَْل َحةَ بْ ِن, ث ٍ عن لَي, َ عن عْن بسة, حدَّثَنَا هارو ُن، حدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بن ُُحي ٍد
ْ َْ َ َ َ َْ ُ َ َ َْ ُ ْ َ
ِ إِذَا وافَق خْتم الْ ُقر: ال
آن أ ََّوَل اللَّْي ِل ٍ ٍ ِ ص َع ٍ
ْ َُ َ َ َ َب بْ ِن َس ْعد َع ْن َس ْعد ق ْ َع ْن ُم, ص ِرف َ ُم
ت َعلَْي ِه ْ َّصل ِ
َ َوإِ ْن َوافَ َق َخْت ُمهُ آخ َر اللَّْي ِل, صبِ َح
ِ ِ ْ َّصل
ْ ُت َعلَْيه الْ َمالَئ َكةُ َح ََّّت ي َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
أ َْو، َّيءُ فَيُ َؤخ ُرهُ َح ََّّت ُيُْس َي
ْ َحد ََن الش َ فَ ُرََّّبَا بَق َي َعلَى أ, الْ َمالَئ َكةُ َح ََّّت ُيُْس َي
.صبِ َحْ ُي
9 ٍ
. َه َذا َح َس ٌن َع ْن َس ْعد: ال أَبُو ُُمَ َّم ٍدَ َق
“Dari Muhammad b. Humaid, dari Hārun, dari ‘Anbasah, dari Laiṡ,
Ṭalḥah b. Muṣraf, dari Mus’ab, dari Sa’ad, beliau berkata:
“Apabila al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan
malam, maka malaikat akan bersalawat(berdoa) untuknya hingga
subuh. Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam, maka
malaikat akan bersalawat/berdoa untuknya hingga sore hari”. (HR.
Al-Darimi)
Setiap satu huruf bernilai satu kebaikan dan dilipat gandakan
sepuluh kebaikan, dalam riwayat:
9
Abū Muḥammad ‘Abdullāh b. ‘Abdurrahmān al-Dārimī, Musnad al- Dārimī
(Arab Saudi: Dār al-Mughni, 2000), 2184.
29
صالِ ٍح َ َع ْن أَِِب، ش ِ َع ِن األ َْع َم، َ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَة، ََحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أَِِب َشْي بَة
ت ٍ ما اجتَمع قَوم ِِف ب ي: ال ِ ِ َع ِن الن، َ َع ْن أَِِب ُهَريْ َرة،
َْ ٌ ْ َ َ ْ َ َ ََّب صلى هللا عليه وسلم ق
ِ ِ َ وت هللاِ تَ َع ِ ِمن ب ي
ت َعلَْي ِه ُم ْ َ إِالَّ نََزل، اب هللا َويَتَ َد َار ُسونَهُ بَْي نَ ُه ْم
َ َ يَْت لُو َن كت، اَل ُُ ْ
10
.ُيم ْن عِْن َده ِ َّ وذَ َكرهم، ُ وحفَّْت هم الْمالَئِ َكة، ُالر ُْحة ِ ِ َّ
َ اَّللُ ف ُ َُ َ َ ُ ُ َ َ َ َّ َو َغشيَ ْت ُه ُم، ُالسكينَة
“Telah menceritakan kepada kami Usmān b. Abī Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abū Mu’āwiyah dari al-A’masy dari
Abī Ṣālih, Abī Hurairah, dari beliau bersabda: “Tidaklah sebuah
kaum berkumpul di dalam rumah antara rumah-rumah Allah,
membaca kitab Allah, dan saling mempelajarinya di antara mereka
melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi
rahmat, serta dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut-nyebut
mereka di antara malaikat yang ada disisi-Nya.”
Bagi yang mahir membaca al-Qur’an ditempatkan bersama
malaikat dan yang belum mahir mendapat 2 pahala. Dalam riwayat:
ِ ِ ِ
َ َ َحدَّثَنَا قَت: َ َحدَّثَنَا ه َشامٌ َوََهَّامٌ قَاال، َخ َََبََن ُم َسل ُم بْ ُن إِبْ َراه َيم
َ َع ْن ُزَر َارة، ُادة ْأ-
َّب صلى هللا عليه وسلم ِ ِ َع ِن الن، َ َع ْن َعائِ َشة, َع ْن َس ْع ِد بْ ِن ِه َش ٍام, بْ ِن أ َْو ََف
ِ ِِ ِ الَّ ِذي ي ْقرأُ الْ ُقرآ َن وهو م: ال
َّ اهٌر بِِه فَ ُه َو َم َع
ُ َوالَّذي يَ ْقَرُؤه, الس َف َرِة الْكَرام الْ َََبَرِة َ َُ َ ْ َ َ َ َق
11 ِ
.َجَران ِ
ْ َو ُه َو يَ ْشتَ ُّد َعلَْيه فَلَهُ أ
“Telah mengabarkan kepada kami Muslim b. Ibrāhīm, kami telah
diceritakan Hisyām dan Hammām berkata: kami telah diceritakan
10
Abū Dāwūd Sulaimān b. al-Asy’at al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwūd, jilid. 2
(Damaskus: al-Risalah al-Alamiyyah,tt) 71.
11
Abū Muḥammad ‘Abdullāh b. ‘Abdurrahmān al-Dārimī, Musnad al- Dārimī,
2120.
30
12
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-Keistimewaan Al-Qur’an
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001) 182.
31
13
Abū ‘Abd Allāh Muḥammad b. Ismā‘īl b. Ibrāhīm b. al-Mughīrah b.
Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī, Ṣaḥīh al-Bukhārī, jilid 1 (Mesir: Dār al-Ḥadīṡ, tt), 440.
14
Imam Nawawi, Al-Adzkar (Intisaru Ibadah dan Amal) (Bandung: PT. al-
Ma’arif, 1984), 185.
32
إََِّّنَا: ال
َ ََل قََّ ِث إ َ َاْلَ َك ِم ق
َ بَ َع: ال ْ َع ِن، ُ َحدَّثَنَا ُش ْعبَة، الربِي ِع َّ يد بْ ُن ُ َِحدَّثَنَا َسع
اب عِْن َد َخْت ِم الْ ُقْرآ ِن
ُ ُّعاءَ يُ ْستَ َج َّ َد َع ْو ََن َك أ َََّن أ ََرْد ََن أَ ْن ََنْتِ َم الْ ُقْرآ َن َوأَنَّهُ بَلَغَنَا أ
َ َن الد
15 ٍ
. فَ َد َع ْوا بِ َد َع َوات: ال َ َق
“Sa’īd b. al-Rabī’, telah menceritakan pada kami Syu’bah, dari al-
Hakam, dari Mujahid, dia berkata: “Dikirimkan kepada-ku sebuah
undangan. Orang yang mengundang berkata, ‘Sesungguhnya kami
mengundangmu hanya karena ingin mengkhatamkan al-Qur’an.
telah sampai kabar kepada kami bahwa doa ketika pengkhataman
itu mustajab(dikabulkan).”
Terkait berdoa setelah khataman telah dipraktikan oleh sahabat
Anas b. Mālik, berdasarkan riwayat Ibnu Abū Dāwud, dengan isnad
ṣahih, bahwa Qatadah berkata: Anas b. Mālik, jika mengkhatamkan al-
Qur’an, ia pun mengumpulkan keluarganya dan berdoa. Dalam salah
satu riwayat al-Hakam b. ‘Utaibah yang sahih dijelaskan bahwasanya
rahmat itu turun di waktu mengkhatamkan al-Qur’an. sehingga sangat
dianjurkan untuk berdoa ketika mengkhatamkan al-Qur’an.16
C. Adab dan Kiat-kiat Khataman Al-Qur’an
Abdul Majid Khon dalam bukunya mengungkapkan adab-adab
membaca al-Qur’an sebagai berikut:17
a. Berguru secara musyafahah
Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat al-Qur’an
terlebih dahulu berguru dengan seorang guru yang ahli dalam
bidang al-Qur’an secara langsung.
b. Niat membaca dengan ikhlas
15
Abū Muḥammad ‘Abdullāh b. ‘Abdurrahmān al-Dārimī, Musnad al- Dārimī,
2184.
16
Imam Nawawi, Al-Adzkar (Intisaru Ibadah dan Amal), 187.
17
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an Ashim
dari Hafash (Jakarta: Amzah, 2011), 35.
33
18
Abdul Aziz b. Abdullah b. Muhammad al-Sadhan, Cara Cepat Membaca,
Memahami, dan Menghafal al-Qur’an (Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2010), 35.
36
2. Melatih diri dengan bertahap untuk dapat tilawah satu juz dalam
satu hari.
3. Mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca al-Qur’an yang
tidak dapat diganggu gugat, kecuali jika terdapat sebuah urusan
yang teramat sangat penting. Hal ini dapat membantu kita untuk
senantiasa komitmen membacanya setiap hari. Waktu yang
terbaik menurut penulis adalah ba’da subuh.
4. Menikmati lantunan bacaan yang sedang dilantunkan oleh lisan
kita. Lebih baik lagi jika kita memiliki lagu tersendiri yang
meringankan lisan kita dalam membaca.
5. Usahakan untuk senantiasa suci terlebih dahulu sebelum kita
berinteraksi dengan al-Qur’an. Karena kondisi suci sedikit
banyak akan membantu menenangkan hati.
6. Memberikan iqab atau hukuman secara pribadi jika tidak dapat
memenuhi target membaca al-Qur’an. Misalnya dengan
kewajiban infaq, menghafal surat tertentu, dan lain sebagainya.
7. Jika ada seorang anggota keluarga ada yang mengkhatamkan al-
Qur’an, maka keluarga memotivasi dengan cara bertasyakuran
atau memberikan hadiah.
19
Rokhmansyah Alfian, Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal
terhadap Ilmu Sastra (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) 111.
37
20
Fahmi Riyadi, “Resepsi Umat atas Al-Qur’an: Membaca Pemikiran Navid
Kermani tentang Teori Resepsi Al-Qur’an”. Artikel IAIN Antasari, vol.11, no.1 (2014):
150.
21
Imran T. Abdullah, “Resepsi Sastra Teori dan Penerapannya dalam Jabrohim
Teori Penelitian Sastra Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia”. Artikel Ikip
Muhammadiyah, (1994): 150.
22
Ade Amiroh, “Resepsi Al-Fatihah dan Al-Mu’awwidzat pada Masa
Rasulullah, Analisis terhadap Hadis-hadis Fadhail al-A’mal dalam Kitab Ṣahīh
Bukhārī”, (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019), 23.
38
situ jelas, secara makna rangkaian ayat surat al-Fātihah tidak ada
kaitannya sama sekali dengan sengatan kalajengking.23
Praktik-praktik semacam ini, dalam bentuk sederhana pada
dasarnya sama tuanya dengan usia al-Qur’an itu sendiri. Pada periode
lama, praktik-praktik seperti diatas belum menjadi obyek kajian
penelitian al-Qur’an. Baru pada panggal sejarah studi al-Qur’an kajian
tentang praktik-praktik ini diinisiasikan kedalam wilayah studi al-Qur’an
oleh pemerhati studi al-Qur’an kontemporer.24 Gambaran umum kaum
muslim dalam merespons al-Qur’an sebenarnya sudah tergambar sejak
jaman Rasulullah dan para sahabatnya. Al-Qur’an dijadikan objek
bacaan, simaan, dan hafalan ke berbagai daerah dalam bentuk majelis,
sehingga al-Qur’an tersimpan di dada para sahabat. Setelah umat islam
berkembang ke seluruh dunia, respons mereka terhadap al-Qur’an
semakin berkembang dan bervariasi, termasuk oleh umat Islam di
Indonesia.25
Dalam hal ini, penulis mengemukakan beberapa gambaran
khataman al-Qur’an yang sudah menjadi tradisi di Indonesia, seperti:
Pertama, khataman Al-Qur’an di pesantren penulis mengambil
contoh di dua pondok pesantren, yakni Pondok Pesantren Giri Kesumo
Demak dan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Sejarah awal khataman yang ada di kedua pondok pesantren ini sama,
23
Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.
Pabedian Kab. Cirebon”. Artikel of Qur’an and Hadis Studies, vol.4, no.2 (2015): 177.
24
M. Mansur, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Buku Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 5-6.
25
Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an
(Yogyakarta: Teras, 2007), 42-43.
39
26
Tawasul berarti menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai,
derajat, dan kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebagai wasilah (perantaraan) agar
doa dikabulkan.
27
Rātib al-‘Aṭās adalah susunan zikir yang disusun oleh Habib ‘Umar b.
‘Abdurrahman al-‘Aṭās. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadralmaut,
Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M di kota Isnat. Secara istilah Rātib adalah
kumpulan lafaz ayat al-Qur’an, zikir, dan doa yang disusun sedemikian rupa dan dibaca
secara rutin dan teratur.
28
Berisikan seluk beluk penjelasan tentang akhlak dan kemuliaan Rasulullah
dan dikemas rapih sebagai syair-syair yang indah. Maulid al-Dība‘ī dikarang al-Imām
al-Jalīl Abdurrahman al-Dība‘ī, ulama tersohor di kota Zabid.
29
Mahalu al-Qiyām merupakan qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan
menunjukan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan. Dalam
prosesi ini semua peserta berdiri dan melantunkan salawat Asyraqal Badru. Hal ini
merupakan ekspresi kegembiraan yang luar biasa.
40
30
Khatimat adalah sebutan bagi santri peserta khataman, mereka terdiri dari tiga
kriteria diantaranya: khatimat 30 juz bi al-Hifẓi, 30 juz bi al-Naẓari, dan juz amma bi
al-Hifẓi.
31
Ghirah (cemburu) adalah perubahan dalam hati, emosi dalam jiwa, dan
kemarahan yang mendorong pemiliknya untuk menghalangi orang yang menyentuh
kehormatan, harta , atau darahnya. Bisa juga berarti emosi luar biasa dan kemarahan
yang hebat yang mendorong seseorang melawan orang yang hendak menyerang diri,
harta, darah, kehormatan, atau agamanya. Arti sederhananya adalah semangat.
41
32
Endah Supriyani, “Tradisi Khataman Al-Qur’an pada Pernikahan Suku Bugis
di Palembang” (Skripsi S1., UIN Raden Fatah Palembang, 2018), 76-77.
33
Endah Supriyani, “Tradisi Khataman Al-Qur’an pada Pernikahan Suku Bugis
di Palembang” 78.
42
Living Qur’an dari segi bahasa terdiri dari dua kata yang berbeda,
living dan Qur’an. Living berarti hidup dan Qur’an berarti kitab suci.
Ditinjau dari segi istilah sederhana, Living Qur’an bisa diartikan dengan
(Teks) al-Qur’an yang hidup di masyarakat. 35 Menurut Heddy Shri
Ahimsa Putra living Quran diklasifikasikan menjadi tiga kategori.
Pertama, yang dimaksud living Qur’an adalah sosok Nabi Muhammad
karena Nabi Muhammad berakhlak dengan al-Qur’an. Kedua, living
Qur’an mengarah kepada suatu masyarakat yang di dalam kesehariannya
menggunakan al-Qur’an sebagai kitab acuannya. Al-Qur’an yang hidup
dan mewujud dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ketiga, ungkapan
tersebut juga dapat berarti bahwa al-Qur’an bukanlah hanya sebuah
kitab, tetapi sebuah kitab yang hidup. Perwujudan dalam keseharian
sehari-hari sangat terasa dan nyata. 36
Dalam penelitian ini, untuk mengungkap pemaknaan khataman al-
Qur’an serta bagaimana prosesi khataman berlangsung, maka peneliti
menggunakan kajian living Qur’an. Living Qur’an adalah kajian atau
penelitian tentang berbagai peristiwa sosial dan terkait dengan kehadiran
34
Elly Maghfiroh, “Living Qur’an: Khataman Sebagai Upaya Santri dalam
Melestarikan Al-Qur’an”. Hermeneutik: Artikel Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, vol.11,
no.1 (2017): 121.
35 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah Peneltian dalam Studi al-Qur’an dan
Hadis,” dalam Sahiron Syamsyuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis
(Yogyakarta: Teras, 2007), 14.
36 Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living al-Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi”. Jurnal Waisongo, vol. 20, no.1 (Mei 2012): 236-237.
43
37
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Th Press,
2007), 8.
38
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 7.
39
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 39.
40
Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, 37.
44
45
46
hewan kurban. Dari dua kambing betina itu, lahir dua anak kambing yang
disusui dan disimpan di dapur rumah, karena kandang ternak yang belum
disiapkan. Selama kurang-lebih tiga hari dirawat dengan ilmu yang telah
didapat dari Pondok Pesantren, ada yang menawar dua ekor anak
kambing tersebut seharga Rp. 1.000.000.00, dengan keuntungan Rp.
300.000.00.
Wilayah JABODETABEK pada tahun 2017-2018, harga kambing
per kilonya mencapai Rp. 30.000.00, dengan uang sebesar Rp.
1.000.000.00, beliau pergunakan untuk membeli tiga ekor kambing
jantan dengan bobot 10-12kg. Kemudian dari tiap ekor kambing itu,
dibanderol dengan harga jual lima ratus ribu rupiah, dan habis terjual
ketiga-tiganya. Setelahnya, beliau memulai kembali dengan modal dari
dua ekor kambing, dirawat dengan baik, hingga akhirnya menjadi 12
ekor kambing ditahun 2018. Berawal dari keuntungan yang ada, sedikit
demi sedikit mencicil pembangunan kandang permanen. Kapasitas awal
hanya muat 12 ekor, seiring berjalannya waktu sekarang bisa
menampung puluhan sampai ratusan ekor kambing.
Tahun 2018 kandang permanen sudah berdiri dan bisa memuat
banyak kapasitas kambing. Banyak usulan dari teman dan saudara agar
membuka jasa aqiqah siap saji dan jasa pembelian kambing sekaligus
potong bersih, dengan alasan agar memudahkan masyarakat sekitar
dalam beraqiqah dan menjadi usaha baru yang bisa dikembangkan. Jadi
selain usaha tahunan menjual hewan qurban, ada usaha harian atau
bulanan menjual karkas dan aqiqah siap saji.
Nama Bin Dahlan diambil dari nama orang tua pendiri peternakan,
yang artinya bahwa saham kepemilikan peternakan ini sepenuhnya
dimiliki dan dikelola oleh keluarga Bapak Dahlan beserta anak-anaknya.
48
2. Profil Peternakan
a. Visi dan Misi Peternakan Bin Dahlan
Visi
Terciptanya sistem usaha peternakan yang mudah dan
menguntungkan berdasarkan syariat Islam.
Misi
1. Melakukan upaya pengembangan SDM agar diperoleh
kemudahan dalam beternak dan hasil panen yang bagus
2. Peningkatan peran swasta dan penguatan usaha peternakan
rakyat
3. Konsisten menyediakan bakalan, pakan, pemeliharaan
hingga penjaminan hasil panen untuk membantu
optimalisasi keberlangsungan usaha serta memproteksi
sebagaian usaha ke dalam investasi lainnya
4. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing ternak dan
produk ternak
b. Logo Peternakan Bin Dahlan
b. Data Informan
Tabel 3.5: Data Informan.
No. Nama Status Informan
1. Rengga al-Pandi Pemilik/pengelola
2. Abdillah Mustopa Pemilik/pengelola
3. Jajang Mukhtar Pemilik/pengelola
4. M. Zainal Muttaqin Pemilik/pengelola
5. Naufal Aprian Santri
6. Evan Syauri Santri
7. Fajar Ahmad A Santri
8. Hafidz Aufa Kamil Santri
9. M. Insan Firdausy Santri
10. Subarkah Santri
11. M. Zidan Baihaqi Santri
12. Wais al-Khorni Santri
13. M. Raihan Azizi Santri
14. Lira Puspa R Santri
15. Mira Safira Santri
16. Anita Septiani Santri
17. Tiara Suci Ramadhan Santri
18. Septiono Vito Hendrawan Santri
19. Adinda Hanifah Santri
20. Arsya Rinaya Sofyan Santri
21. Afita Maharani Santri
22. Rahayuddin Rizki Fadhilah Santri
23. Yusuf Syahmar Andy Santri
24. Aji Santoso Santri
25. Noval Santri
26. Haris Santri
55
57
58
1
Rengga Al-Pandi, Wawancara.
2
Septiono Vito Hendrawan (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
3
Septiono Vito Hendrawan, Wawancara.
4
Aji Santoso (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh
Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
59
5
Ibnu Daelami Utufi, Wawancara.
6
Rahayudin Rizki Fadhilah, Wawancara.
7
Halilintar Jagad Satria, Wawancara.
8
Diolah dari hasil wawancara penulis dengan informan yang ada di
Peternakan Bin Dahlan
60
yang dikatakan santri putra yang biasa dipanggil Fadhil, ketika penulis
bertanya tentang tujuan, Fadhil menjawab bahwa “enak mas di sini
mengajinya rame-rame. Habis mengaji juga biasanya dikasi upah sama
bapa yang penting mengajinya sampai selesai.”9 Sejalan dengan
jawaban Fadhil, Aufa menjawab, bahwa “pas acara selesai di sini
biasanya ngeriung makan-makan liwetan.”10
Fadhil dan Aufa adalah santri termuda yang mengikuti khataman,
mereka berumur 13 dan 14 tahun. Maka dari itu, jawaban mereka berdua
masih berada diwilayah material, seperti Fadhil yang dikasi upah karena
selesai mengaji dan Aufa yang senang dengan prosesi ngeliwet. Hal ini
sesuai dengan perkataan Abdullah Khairi, bahwa “pemberian upah atau
hadiah atas ibadah harus dimulai dengan niat yang baik. Janganlah
berniat mencari upah atas ibadah untuk memperoleh kekayaan. Sesuatu
yang ikhlas, akan mendapatkan rida dari Allah.”11
Ada satu anak yang sudah berteman lama dengan pemilik
peternakan, biasa dipanggil Opal. Ketika penulis bertanya perihal tujuan
dan motivasi dia menjawab bahwa, “ga muluk-muluk bang saya mah
mintanya, semoga dagangan di sini laris manis. Kalo di sini kambing,
sapi, ayam banyak yang laku kan saya sama bocah yang lain juga
kebagian.”12 Dari jawaban mereka bertiga, penulis bisa mengetahui
tujuan dan motivasi peserta khataman ada yang bersifat material seperti,
upah, makanan, dagangan laris, dan kemudahan rezeki. Penulis hanya
9
Rahayuddin Rizki Fadhilah, Wawancara.
10
Hafidz Aufa Kamil, Wawancara.
11
Wan Muhammad Fadli Bin Wan Manan, “Penerimaan Upah dalam
Pelaksanaan Ibadah menurt Ibnu Katsir” (Skripsi S1., Universita Islam Negri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, 2019), 38.
12
Noval (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
62
13
Afita Maharani (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
14
Haikal Munzami (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
15
Subarkah, Wawancara.
16
Ihya Ulumuddin (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
63
17
Yusuf Syahmar Andy (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
18
Wais al-Khorni (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
19
Rengga Al-Pandi (Pemilik Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok),
diwawancarai oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 14 April 2021, Jawa Barat.
64
tujuan mengikuti acara ini bahwa “ngalap berkah dari apa yang kita
baca, sama ngalap berkah ke guru-guru yang dateng.”20
Haris juga mengatakan bahwa, “Tujuan saya semata-mata mencari
ridho allah melalui apa yang saya baca, mudah-mudahan dapat
memberi syafaat di hari kiamat nanti hingga masuknya saya ke
dalam surga-Nya Allah. Tidak ada tujuan lain seperti halnya saya
melakukan khataman Qur’an sendiri demi ada salah satu cita-cita
saya atau keinginan. Saya tidak pernah ada niat seperti itu, karena
untuk khataman ya kita hanya mengharap rida Allah saja.”21
Rohman menambahkan, bahwa “Pertama ingin jadi pribadi yang
dekat dengan Allah dan Nabi harapannya. Menjadi pribadi yang lebih
baik”22 Ahmad menambahkan “Tujuan saya ikut pertama menggapai
Ridho Allah, kedua mengharap syafaat Nabi, bisa menjalankan
kewajiban karena menuntut ilmu hukumnya fardu ain atau wajib, yang
terakhir ngilangin kebodohan sendiri.”23
Ada jawaban yang menarik ketika penulis bertanya kepada rezeki
perihal tujuan dan motivasinya, “Pertama, ini kan suatu tradisi
yang baik jadi harapannya ini terus bisa dilestarikan. Yang kedua,
menambah wawasan keagamaan. Semakin modern jaman kan kita
juga harus berkembang. Jangan sampe kita kebawa arus-arus
negatif yang berkembang sekarang. Jadi, kalo kita gamau kebawa
arus ya harus punya pegangan. Dengan apa? Ya dengan ngaji
khataman di sini. Tujuan selanjutnya untuk mempertebal
keimanan, disaat sedang hopeless bgt, untuk mempertebal itu biar
ga goyah ya dengan ngaji.”24
Ada juga informan yang bertujuan murajaah hafalan untuk
meningkatkan kedekatannya dengan Allah. Evan mengatakan, bahwa
20
Abdillah Mustopa, wawancara.
21
Haris (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
22
Rohman (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
23
Ahmad Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
24
Rizki Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
65
“khataman ini jadi sarana gue buat murajaah hafalan gua. Insya allah ini
cara gue buat deket sama Allah dan Nabi-Nya.”25
2. Praktik Khataman
Prosesi khataman di Peternakan Bin Dahlan merupakan kegiatan
rutin yang dilaksanakan setiap minggu di hari kamis dan kegiatan
tahunan yang dilaksanakan menjelang Hari Raya Idul Adha, Haul, dan
acara besar lainnya. Pada hari kamis khataman dimulai jam delapan
malam sampai selesai, kurang lebih jam 12 malam. Bertempat di
pelataran rumah pemilik peternakan yang bersebelahan dengan kandang
hewan ternak.26
Partisipan atau peserta yang ikut prosesi khataman di peternakan
ini terbuka untuk umum. Hasil penelusuran penulis, khataman di hari
kamis banyak diikuti oleh santri-santri yang menuntut ilmu di
peternakan tersebut dan masyarakat sekitar peternakan. Untuk acara
tahunan, banyak diikuti santri-santri dari luar daerah yang khusus
pemilik peternakan undang dan masyarakat sekitar tanpa memandang
status sosial, pekerjaan, umur, dan jenis kelamin. Jumlah jamaah malam
kamis sekitar 40 sampai 70 orang.
Metode yang digunakan dalam khataman ada dua macam, yakni
membaca serempak dan bergantian. Membaca serempak digunakan
ketika khataman mingguan, semua peserta dibagi per juz dan
membacanya dengan serempak. Metode bergantian digunakan ketika
acara khataman tahunan, mereka bergantian satu per satu dalam
membaca dari juz 1 sampai juz 30 selama seharian.
Susunan acara prosesi khataman sebagai berikut:
25
Evan (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
26
Hasil observasi pada tanggal 14 April 2021.
66
a. Tawasul
Tawasul adalah bentuk masdar dari tawassala yang mempunyai
makna wasilah. Di dalam kamus al-Misbah al-Munir yang disusun oleh
Ahmad al-Fayumi, bahwa wasilah merupakan sesuatu yang digunakan
untuk mendekatkan diri kepada yang lainnya. Telah dijelaskan pula
dalam al-Mu’jam al-Wasit memberikan perumpamaan misalnya sebuah
kapal merupakan wasilah agar sampai ke tempat tujuan, ayah bekerja
adalah wasilah untuk menghasilkan uang. Secara Terminologi tawasul
adalah mendekatkan diri kepada Allah yakni dengan melakukan sesuatu
yang diridai Allah SWT. Jika ada yang mengatakan bahwa ada
seseorang bertawasul kepada Allah, artinya ia sedang mendekatkan diri
kepada Allah dengan melakukan suatu amal kebaikan.27
b. Khataman al-Qur’an
Khataman al-Qur’an yang dilakukan di Peternakan Bin Dahlan
dibacakan oleh para santri dan masyarakat sekitar yang ingin
mengikutinya. Khataman dimulai dengan juz satu hingga juz tiga puluh.
Diawali surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.
c. Doa Khataman al-Qur’an
Doa khataman dalam kegiatan ini dibacakan oleh ustaz-ustaz yang
ada di lingkungan peternakan. Doa dibaca ketika selesai membaca al-
Qur’an sampai khatam. Dengan doa ini berarti kita sudah mengakui
akan kebenaran al-Qur’an dengan segala isinya. Selain itu berdasarkan
riwayat, bahwa rahmat Allah akan turun ketika dibacakannya doa
khatam al-Qur’an.
27
Misbahuzzulam, “Deskripsi Tawasul dan Hukumnya” Artikel Dirasat
Islamiyah al-Majalis, Volume 1, No.3, November 2014, 135.
67
d. Maulid Barzanji
Barzanji adalah suatu doa-doa, pujian, dan penceritaan riwayat
Nabi Muhammad yang biasa dilantunkan dengan irama dan nada dari
alat music hadrah.
69
e. Mahalul Qiyam
Semua jamaah berdiri untuk membaca kasidah syair-syair pujian
kepada baginda Nabi Muhammad dengan dipimpin oleh satu orang yang
memiliki suara bagus. Dengan harapan agar makna yang terkandung di
dalam kasidah itu bisa diresapi hingga membekas dalam hati.
f. Tausiyah
Selain khataman dan pembacaan maulid, ada juga tausiah agama
dari guru-guru yang datang pada acara tersebut. Materi-materi yang
disampaikan banyak mengandung manfaat untuk kehidupan sehari-hari
yang asalnya dari kandungan ayat suci al-Qur’an. Tema tausiah
disesuaikan dengan tema-tema yang sedang berkembang dilingkungan.
g. Doa
Setelah semua acara selesai, ditutup dengan doa yang dibacakan
oleh Ustaz.
h. Makan-makan
Acara yang terakhir adalah makan-makan yang sudah disediakan
oleh pihak penyelenggara. Biasanya pihak penyelenggara menyediakan
makanan yang sudah disajikan, tetapi kebanyakan santri memilih untuk
ngeliwet dengan sistem tradisional pesantren salaf.
3. Kelengkapan Sarana dan Pra Sarana
Ketika penulis menanyakan kelebihan kegiatan khataman kepada
informan, dari 29 informan yang penulis tanyakan semuanya menjawab
bahwa kelebihan utama mengikuti kegiatan ini adalah silaturahmi.
Tetapi banyak informan yang melanjutkan jawabannya setelah
menjawab silaturahmi. Seperti jawaban Dillah, dia mengatakan
“silaturahmi dengan warga sekitar, guru-guru, sekalian buat promosi
dagangan dah. Kan kalo banyak tamu otomatis banyak yang liat
70
28
Abdillah Mustopa, Wawancara.
29
Anita Septiani, Wawancara.
30
Haris (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
31
Ibnu Daelami Utufi, Wawancara.
32
Muhammad Insan Firdausy, Wawancara.
33
Muhammad Raihan Azizi, Wawancara.
34
Tiara, Wawancara.
71
35
Hafidz Aufa Kamil, Wawancara.
72
“biar dapet duit dari orang tua.” 36 Kelompok kedua, mereka yang
membaca al-Qur’an untuk mencari ketenangan hati. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Rengga, bahwa tujuan membaca untuk ketenangan
hati, “agar hati plong.”37
Kelompok ketiga, mereka yang membaca al-Qur’an untuk
menghafal. Sebagaimana yang disampaikan oleh Subarkah, bahwa
“tujuan membaca untuk belajar, menghafal, dan sekaligus menjadi
teladan bagi keluarga sendiri.”38 Kelompok keempat, mereka yang
membaca al-Qur’an untuk mencari keberkahan. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Dillah, bahwa “tujuan membaca al-Qur’an semata-
mata untuk ngalap berkah saja.” 39 Senada dengan yang dialami oleh
Tiara, dia diajari ibunya bahwa tujuan membaca al-Qur’an untuk
mencari berkah.40
36
Muhammad Zidan Baihaqi (Santri Kalong di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
37
Rengga Al-Pandi (Pemilik Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok),
diwawancarai oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 14 April 2021, Jawa Barat.
38
Subarkah (Santri Kalong di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
39
Abdillah Mustopa (Pengurus di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
40
Tiara Andini Ramadhan (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
73
31%
48% Lebih dari 7 kali
Kurang dari 7 kali
21% 7 kali dalam seminggu
41
Diolah dari hasil wawancara penulis dengan informan yang ada di
Peternakan Bin Dahlan
74
42
Jajang Mukhtar (Ustadz di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 14 April 2021, Jawa Barat.
43
Adinda Hanifah (Santri Kalong di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
75
44
Halilintar Jagad Fadhilah (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
45
Ibnu Daelami Utufi (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
76
Tidak ada
46
Diolah dari hasil wawancara penulis dengan informan yang ada di
Peternakan Bin Dahlan
47
Data diperoleh dari hasil wawancara penulis pada tanggal 14 April 202,
Jawa Barat.
77
penulis bertanya “Apa yang Anda pahami tentang isi al-Qur’an?” Ada
52% atau 15 informan memahami kandungan al Qur’an dengan
demikian.48 Sebagaimana yang dikatakan oleh Dillah ketika penulis
bertanya tentang pemahaman tentang al-Qur’an, dia menjawab bahwa
“ya pedoman kita hidup al-Qur’an mah, mau berpedoman apalagi selain
al-Qur’an”.49 Rengga menambahkan bahwa “salah satu pedoman kita ya
al-Qur’an dan Sunah.”50
Kemudian menurut Afita seorang santri putri, bahwa “al-Qur’an
adalah pedoman hidup dan sumber rujukan pertama umat Islam”51
Zainal menambahkan bahwa “yang berarti al-Qur’an memberi tuntunan
kepada kita dari mulai kita melek mata sampai tutup mata. 24 jam dalam
sehari kehidupan kita udah ada tuntunannya di al-Qur’an saking lengkap
dan baiknya Allah tuh”52
Dengan demikian dari jawaban mereka berempat di atas dapat
ditarik benang merahnya bahwa isi kandungan al-Qur’an merupakan
pedoman atau petunjuk bagi kehidupan sehari-hari khususnya umat
Islam. Al-Qur’an juga merupakan kitab rujukan pertama orang islam.
Al-Qur’an pun menjelaskan dalam Qs. āl-Imrān/ 03: 138 dan Qs. al-
Naḥl/ 16: 89 Allah berfirman:
48
Bisa dilihat pada Diagram 4.2
49
Abdillah Mustopa, Wawancara.
50
Rengga Al-Pandi, Wawancara.
51
Afita Maharani (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
52
Muhammad Zainal Muttaqin (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok),
diwawancara oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
53
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 67.
78
54
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 277.
55
Bisa lihat pada Diagram 4.2
56
Subarkah, Wawancara.
57 Ihya Ulumuddin, Wawancara.
79
sekarang. Dari jawaban mereka berempat sudah bisa kita ambil benang
merahnya bahwa al-Qur’an mengandung banyak hukum-hukum dan
kisah-kisah Nabi terdahulu yang bisa kita ambil hikmah dan
pelajarannya. Bahkan al-Qur’an merupakan penyempurna dari kitab-
kitab yang turun sebelumnya. Sebagaimana dalam firman Allah Qs. al-
Imrān/ 03: 184.
ب َِلُْم طَ ِري ًقا ِِف الْبَ ْح ِر يَبَ ًسا َّال ِ ولََق ْد أَوحي نَا إِ َ ََٰل موسى أَ ْن أَس ِر بِعِب
ْ اض ِر
ْ َادي ف َ ْ َٰ َ ُ َْ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
اف َد َرًكا َوَال ََتْ َش َٰى فَأَتْ بَ َع ُه ْم فْر َع ْو ُن ِبُنُوده فَغَشيَ ُهم م َن الْيَِم َما َغشيَ ُه ْم
ُ َََت
“Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa:
"Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam
hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu,
kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam). Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar
mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan
mereka.” (Qs. Ṭāhā/ 20: 77-78)59
َ َوس َٰى إِ ََّن لَ ُم ْد َرُكو َن ق ِ اْلمع ِ
ال َ اب ُم
ُ َص َح ْ ال أ َ َان ق َ ْ َْ ني فَلَ َّما تَ َراءَى َ وهم ُّم ْش ِرق ُ ُفَأَتْ بَ ع
ْ وس َٰى أ َِن ِ ِ
ۖاك الْبَ ْح َر َص َ اض ِرب بِ َع َ َك َّالۖ إِ َّن َمع َي َرِِب َسيَ ْهدي ِن فَأ َْو َحْي نَا إِ َ ََٰل ُم
ِ ِ ٍِ
ُوس َٰى َوَمن َّم َعه
َ ين َوأَجنَْي نَا ُمَ فَان َفلَ َق فَ َكا َن ُكلُّ فْرق َكالطَّْود الْ َعظي ِم َوأ َْزلَْفنَا ََثَّ ْاْل َخ ِر
ِ ْأ
َ ني َُثَّ أَ ْغَرقْ نَا ْاْل َخ ِر
ين َ َْجَع
58
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 74.
59
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 317.
80
60
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 369.
61
Bisa lihat pada Diagram 4.2
62
Jajang Mukhtar, Wawancara.
63
Wais al-Khorni (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 4 Mei 2021, Jawa Barat.
81
اْلَيَاةُ الدُّنْيَا َمتَاعٌ َوإِ َّن ْاْل ِخ َرةَ ِه َي َد ُار الْ َقَرا ِر َم ْن َع ِم َل َسيِئَةً فَ َال ِ َيقَوِم إََِّّنَا ه
ْ َِٰذه
َ ْ َ
ِ
ك يَ ْد ُخلُو َنَ ِصاْلًا ِمن ذَ َك ٍر أ َْو أُنثَ َٰى َو ُه َو ُم ْؤِم ٌن فَأُولََٰئ ِ ِ
َ ُُْي َز َٰى إَِّال مثْ لَ َهاۖ َوَم ْن َعم َل
ٍ اْلَنَّةَ يُرَزقُو َن فِ َيها بِغَِْري ِحس
اب َ ْ ْ
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri
yang kekal. Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia
tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan
barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.” (Qs.
Ghāfir/ 40: 39-40)64
Sebagaimana Allah telah menjelaskan sesuatu yang gaib dalam
firman-Nya Qs. al-Naml/ 27: 65, Qs. al-Naḥl/ 16: 77, dan Qs. Maryam/
19: 61 yang berbunyi:
َّ ب إَِّال ِ السماو
اَّللُۖ َوَما يَ ْشعُُرو َن أ َََّي َن يُْب َعثُو َن ِ ات َو ْاأل َْر
َ ض الْغَْي َ َ َّ قُل َّال يَ ْعلَ ُم َمن ِِف
“Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah", dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (Qs. al-Naml/ 27:
65)65
ِ الس ِ السماو ِِ
ۖب َ َاعة إَِّال َكلَ ْم ِح الْب
ُ ص ِر أ َْو ُه َو أَقْ َر ِ ات َو ْاأل َْر
َ َّ ضۖ َوَما أ َْم ُر َ َ َّ ب ُ َو ََّّلل غَْي
اَّللَ َعلَ َٰى ُك ِل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير
َّ إِ َّن
“Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit
dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti
sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. al-Naḥl/ 16: 77)66
بۖ إِنَّهُ َكا َن َو ْع ُدهُ َمأْتِيًّا ِ جن
َ َُحَ ُن عِب
ِ ادهُ ِِبلْغَْي َّ َّات َع ْد ٍن الَِِّت َو َع َد
َٰ ْ الر َ
64
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 471.
65
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 383.
66
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 275.
82
“Yaitu surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha
Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak
tampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.” (Qs.
Maryam/ 19: 61)67
Allah juga menjelaskan penciptaan manusia dalam firman-Nya
Qs. al-Mu‘minun/ 23: 12-14, yang berbunyi:
67
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 309.
68
Lajnah Pentashihan Mushaf, al-Qur’an dan Terjemahnya, 342.
83
69
Diolah dari hasil wawancara penulis dengan informan yang ada di
Peternakan Bin Dahlan
84
- Kemudaha - Berkah
n dalam hidup
berdagang - Mendapat
perlidungan
Allah
- Merasa
selalu
diawasi oleh
Allah
- Menjadi
sosok yang
baik, ikhlas,
dan sabar
- Banyak
kemudahan
yang didapat
- Kemudahan
dalam
mendapat
pekerjaan
- Rezeki
lancar
- Menemukan
jalan keluar
ketika ada
masalah
- Mendpatkan
ampunan
atas dosa
- Mendapat
pengahargaa
n
Manfaat Manfaat tidak langsung
langsung
Tabel 4.2 di atas adalah gambaran apa yang dirasakan oleh
peserta khataman al-Qur’an yang merupakan manfaat dari berinteraksi
dengan al-Qur’an. Penulis membaginya ke dalam dua jenis, rasional dan
irasional.
85
70
Haikal, Wawancara.
86
71
Ihya Ulumuddin (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara
oleh Thias Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
72
Evan Syauri, Wawancara
87
73
Siti Astini, Wawancara.
74
Rengga al-Pandi, Wawancara.
88
75
Tifah (Santri di Peternakan Bin Dahlan Depok), diwawancara oleh Thias
Anugrah Bintang P, Depok, 29 Juni 2021, Jawa Barat.
89
dimaksud. Kalo lagi berkenaan dengan hari raya Idul Adha kan
pasti yang ceramah bawain ayat-ayat tentang tema tersebut. Itu
contohnya kurang lebih.”76
Penulis memahami, mendapatkan manfaat sampai mengetahui
makna ayat tidak mungkin dilakukan dengan sekali atau dua kali
mengikuti kegiatan khataman di sini.
Selanjutnya adalah manfaat yang bersifat irasional atau tidak
logis. Seperti ketenangan hati, tidak penat, konsentrasi meningkat,
mendapatkan pahala, kemudahan dalam berdagang. Logisnya orang
membaca al-Qur’an pasti bacaan semakin lancar. Tetapi ketika penulis
bertanya kepada informan, penulis banyak mendapatkan jawaban yang
berhubungan dengan psikologis dan jawaban teratas adalah ketenangan
hati.
Seperti jawaban Haris e, bahwa “Selama mengikuti khataman jiwa
hati itu lebih adem, tenang, tenteram.”77 Haikal menambahkan,
“manfaat yang gua dapet ketika membaca al-Qur’an yaitu ketenangan
hati.”78 Selain tenang Yusuf juga menambahkan, “ketika abis khataman
juga kaya bahagia, enjoy untuk menjalani keseharian.”79 Menurut Tifah,
“Hati tenang karena kalo fisik aja yang dikasi makan, pasti rohaninya
gersang, jadi kita butuh ngasih makan rohaninya juga. Rohani terisi, hati
jadi tenang.80
Berbeda dengan mereka, Evan yang fokus pada hafalannya
merasakan pengaruh pada konsentrasinya dalam belajar setelah terus-
76
Muhammad Zaenal Muttaqin, Wawancara.
77
Haris e, Wawancara.
78
Haikal, Wawancara.
79
Yusuf Syahmar Andy, Wawancara.
80
Tifah, Wawancara.
90
81
Evan Syauri, Wawancara.
82
Eva Nugraha, “Ngalap Berkah Qur’an: Manfaat Membaca al-Qur’an Bagi
Para Pembacanya”, Ilmu Ushuluddin, vol.5, no.2 (Juni 2018): 122.
83
Rengga, Wawancara.
91
84
Jajang Mukhtar, Wawancara.
85
Siti Astini, Wawancara.
92
86
Rizki, Wawancara.
87
Rizki, Wawancara.
88
Wais al-Khorni, Wawancara.
89
Rohman, Wawancara.
90
Tifah, Wawancara.
93
91
Diolah dari hasil wawancara penulis dengan informan yang ada di
Peternakan Bin Dahlan
95
- Merasa
selalu
diawasi
oleh Allah
- Dijauhi dari
hal negatif
3. Spiritua - Bacaan - sda - sda
l Lancar - Mendapatk - Mendapat
- Bisa an ide pertolongan
berkumpul ketika Allah
dengan mengerjaka - Kemudaha
teman n tugas n dalam
- Mendapatk - Mengetahui penyelesaia
an ilmu makna ayat n masalah
- Hafalan - Konsentrasi - Menjadi
semakin meningkat pribadi
kuat - Terharu yang sabar,
ikhlas, dan
selalu
berusaha
- Mempunya
i
lingkungan
yang baik
- Merasa
dekat
dengan
Allah
- Mendapatk
an
ampunan
atas dosa
- Mendapat
penghargaa
n
- Bisa
menjadi
96
imam dan
khatib
Manfaat Manfaat Tidak Langsung
Langsung
Pada pembahasan sebelumnya penulis sudah menjelaskan tentang
klasifikasi tujuan yang diniatkan informan ketika mengikuti kegiatan
khataman di Peternakan Bin Dahlan. Klasifikasi dibagi menjadi tiga
kelompok, material, imaterial, dan spiritual. Selanjutnya pada kolom
manfaat, penulis juga membaginya ke dalam tiga tingkatan manfaat,
langsung, berkala, dan Istiqomah.
Pertama, tujuan informan mengikuti khataman yang bersifat
material. Bisa dilihat pada tabel 4.5, informan yang bertujuan material,
pada tingkatan pertama mendapatkan manfaat seperti bacaan lancar,
bisa berkumpul dengan teman, dan upah. Selanjutnya ketika secara rutin
berulang-ulang mengikuti kegiatan tersebut, maka akan menghasilkan
manfaat pada tingkatan kedua, yakni ketenangan hati, kemudahan dalam
melakukan sesuatu, kenal dan akrab dengan orang-orang saleh.
Kemudian, ketika kegiatan sudah dilakukan secara Istiqomah, maka
akan mendapatkan manfaat pada kolom ketiga, yakni rezeki lancar,
ikhlas, dapat banyak pengalaman, bahagia, menjadi pribadi yang lebih
baik.
Tentu saja telaah penulis berdasarkan hasil wawancara langsung
dengan informan yang ada di Peternakan Bin Dahlan. Seperti yang
rasakan oleh Fadhil, bahwa Fadhil mengikuti kegiatan khataman di sini
bertujuan untuk mendapatkan upah dari orang tuanya. Ketika penulis
bertanya tentang manfaat atau manfaat yang didapat setelah mengikuti
kegiatan ini, Fadhil menjawab “Bacaan ku lancar, hati jadi lebih tenang,
97
rezeki lancar, dan bisa dapat banyak banyak pengalaman.” 92 Dari contoh
di atas penulis menelaah, bahwa tujuan seseorang yang bersifat material,
bisa mendapatkan hasil diluar sesuatu yang sifatnya material, seperti
bacaan lancar, ketenangan hati, mendapat banyak pengalaman, dan lain-
lain.
Kedua, tujuan informan mengikuti khataman yang bersifat
imaterial. Bisa dilihat pada tabel 4.5 di atas, informan yang mengikuti
kegiatan khataman bertujuan imaterial, pada manfaat tingkatan 1 dan 2
mendapatkan manfaat yang sama. Yang membedakan ketika melihat
pada manfaat tingkatan 3. Pada tingkatan 3 penulis mendapatkan
jawaban informan berupa dipanggil untuk ceramah, iman semakin kuat,
kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan, kesembuhan penyakit, dan
lain-lain.
Seperti wawancara penulis dengan Tifah, Tifah mengikuti
kegiatan khataman di sini bertujuan untuk sesuatu yang bersifat
imaterial seperti bertemu orang-orang saleh dan solehah dan belajar.
Ketika penulis bertanya soal manfaat dan manfaat yang didapat, Tifah
mengatakan bahwa “Hati tenang karena kan kalo fisik doang yang dikasi
makan pasti jasmaninya gersang jadi kita butuh ngasi makan rohaninya
juga. Rohani terisi, hati jadi tenang. terus jadi pribadi yang lebih baik,
jadi sabar, ikhlas menerima ketentuan yang udah dikasi oleh allah.
Manfaat lain yang dirasakan, mudah dapet kerja alhamdulillah. Terus
misalnya ada masalah pertemanan, kerjaan, keluarga, ketemu aja gitu
jalan keluarnya. Paling itu aja si manfaat nyatanya.” 93
92
Fadhil, wawancara.
93
Tifah, wawancara.
98
94
Yusuf Syahmar Andy, wawancara.
95
Wais al-Khorni, wawancara.
99
sering dibenarkan ketika bacaan kita salah dan itu terun akan
merubah mindset kita tentang al-Qur’an dan terbuka terhadap
kesalahan-kesalahan kita. Apalagi kita tau bersama majelis
khatmul quran keberkahannya bagaimana, ribuan malaikat turun
ketika kita mengkhatamkan al-Qur’an. Hajat-hajat kita Allah
qobul walaupun tidak saat ini, ya mungkin nanti, intinya banyak
kemudahan-kemudahan yang tercipta dikemudian hari. Perubahan
yang paling besar dalam diri saya yaitu tadi, jadi ketika kita salah
dalam bacaan, diri ini tau kalo itu salah. Karna ga semua orang tau
nih kalo dirinya salah, itu nauzubillahi min dzalik jadi
kesalahannya terus mengalir tanpa ada yang membenarkan.
Manfaat duniawi ya ga muluk-muluk, kita butuh apa allah
cukupin, pokoknya hasbunallah wa nikmal wakil aja, Allah rasa,
Allah nilai itu memang hak kita, kita pantas dapatkan itu. Secara
akhirat kita dimudahin dah segala urusan kita. Allah terima dalam
majelis-majelis khatmul Qur’an yang kaya giini betapa beratnya
diluar Ramadhan bisa khatmul Qur’an, berkah dari majelis ini kita
bisa khatam al-Qur’an, paling engga itu menjadi catatan kebaikan
kita kelak.”98
Senada dengan Ihya, ketika penulis bertanya kepada Rizki, ia
mengatakan bahwa,
“Sangat-sangat bermanfaat, dari segi imaterial itu ilmu,
memperkuat keimanan, menjadi tenang. ketika kita mempunya
ilmu, bisa lebih expert lah misalnya kadang suka dipanggil
ceramah, orang minta motivasi dari kita. Nah dari situ kadang kan
diamplopi ya, memang niatnya lillah Cuma kalo uda diamplop
gitukan mau nolak juga gimana. Mungkin materialnya begitu kali
ya bang. Dengan ngaji ini juga kalo gua prbadi bisa buat jadi
tenang menghadapi sesuatu ketika mendapat masalah dan cobaan,
kita udah tau tuh cara mengatasinya. Ibaratnya kita udah tau mau
pake piso yang mana yang harus kita gunakan.” 99
Haris mengikuti khataman bertujuan semata-mata mencari ridho
Allah, ketika penulis bertanya perihal manfaat yang dirasakan atau
didapat, ia mengatakan
“Khataman sangat bermanfaat khususnya dalam kelancaran
bacaan Qur’an, semakin kita sering membaca, semakin lancar
98
Ihya Ulumuddin, wawancara.
99
Rizki, wawancara.
101
bacaan kita. Manfaat lainnya, ketika saya abis khataman itu ntah
sekali dua kali tiga kali ada aja rezeki yang dateng bisa disebut
min haitsu la yahtasib. Hampir dipastikan ada aja rezeki yang
masuk selesai saya ikut acara khataman. Manfaat lainnya bisa
berkumpul dengan ustaz habaib orang-orang yang insya Allah
saleh, dan selama saya mengikuti khataman jiwa hati itu lebih
adem, tenang, dan tenteram. Untuk manfaat secara materi
mungkin saya belum bisa merasakannya atau tidak sadar.” 100
Dari hasil wawancara mereka di atas penulis bisa menelaah bahwa
tujuan yang bersifat spiritual, mempunyai manfaat yang sangat luas.
Dari segi material, ada yang mendapatkan upah atas pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki, rezeki lancar. Dari segi imaterial sangat sekali
manfaat yang didapat, misalnya ketenangan hati, bahagia, konsentrasi
meningkat, mendapat lingkungan orang-orang baik dan lain-lain. Dari
segi spiritual, mendapat pertolongan Allah, merasa dekat dengan Allah,
mendapat ampunan atas dosa insya Allah.
Bila melihat tabel 4.6 di atas, tujuan yang memiliki hasil manfaat
terbesar dan menyeluruh adalah seseorang yang meniatkan mengikuti
kegiatan khataman ke arah spiritual, seperti ngalap berkah, mengharap
Ridho Allah, mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang mengatakan, bahwa “Semua pelaksanaan
ibadah atau dalam hal apa pun yang paling penting adalah pahala yang
merupakan ganjaran dari Allah yang diberikan kepada hambanya
disebabkan kebaikan yang dilakukan. Jadilah pelaksana ibadah tidak
dengan meletakkan sesuatu bayaran tetapi untuk melaksanakan ibadah
karena tuntutan Islam, maka apa yang dibalas tanpa diduga menjadi
pemberian dari Allah untuk kita.”101
100
Haris, wawancara.
101
Abdullah Khairi, Tuhan Bayar Cash! (Kuala Lumpur: PTS Publications,
2018), 123.
102
102
Iskandar, Ruqyah antara Syarie dan Syirik (Kuala Lumpur: Yayasan al-
Jauhari, 2017), 40.
103
2019 baru dah tuh saya jualan sapi dan kambing, alhamdulillah
sampe beberapa kali belanja barang saya sama abang saya ke
Garut sama Cianjur. Nah pada tahun 2020 mulai pandemi kan tuh,
disitu saya disini ga begitu kena imbasnya si tapi saya ngurangin
barang dagangan aja dari sapi dan kambing. Alhamdulillah
dagangan laku dan yang paling ditunggu-tunggu akhirnya saya
bisa mulai ngebangun kobong buat bocah santri pada belajar dan
tidur, dan ada sedikit hewan kurban yang ga laku. Emang tiap
tahun kan pasti ada aja sisah, tapi bisa dirawat dikandang buat
dagangan harian atau tahun depan. Nah di Tahun 2021 dah ni
pandemi makin gila, mungkin abang juga ngerasain efeknya ya.
Tapi atas izin Allah ya bang dari penjualan saya dari tahun ke
tahun akhirnya selesai juga pembangunan pesantren buat bocah
lanang dan insya Allah tahun ini juga kobong buat santri putri
selesai. Semua berkah salawat, berkah khataman, dan berkah guru.
Ada aja kemudahan yang saya rasakan khususnya buat diri sendiri
dan usaha saya.”104
Dari penjelasan Rengga diatas, bisa penulis ambil benang
merahnya bahwa kegiatan khataman bermanfaat untuk peternakannya
terutama dari segi penjualan. Pada tahun 2018, Rengga bisa menjual
hewan kurban sampai 200 ekor kambing, pada tahun 2019 juga
penjualan meningkat dan bertambah jenis hewan yang dijual. Pada
tahun berikutnya karena pandemi covid 19 Rengga mengurangi hewan
dagangannya untuk dijual, dan pada bulan Maret 2020 mulai
pembangunan kobong untuk santri putra. Pada tahun 2021, penjualan
mengalami penurunan dikarenakan efek covid 19 yang semakin
menyebar. Pada tahun ini juga kobong santri putra selesai pembangunan
dan pihak peternakan mendapat wakaf tanah untuk dibangun kobong
santri putri.
Hasil observasi penulis ketika di Peternakan Bin Dahlan dari
tahun ke tahun, penulis melihat kemajuan dari segi sarana kandang
A. Kesimpulan
Pengelola peternakan Bin Dahlan memahami kegiatan khataman
sebagai sarana untuk mencari berkah, dalam hal ini dibahasakan oleh
pengelola dengan istilah ngalap berkah. Dari uraian yang dijelaskan
mengenai manfaat yang didapatkan, penulis menyimpulkan bahwa
kegiatan khataman diyakini sebagai suatu kegiatan baik yang membawa
manfaat baik pula terhadap pribadi pengelola dan bagi perusahaan yang
dikelola terutama dari segi penjualan.
Kemudian menelaah dari ramuan penulis di tabel 4.5, tujuan
mengikuti kegiatan khataman sangat berpengaruh terhadap manfaat
yang didapat. Bila melihat pada kolom manfaat, dapat disimpulkan
bahwa semua yang dirasakan informan adalah hal positif. Semua
manfaat memiliki nilai-nilai kebaikan, manfaat, dan faedah. Tentu saja
ketiga tingkatan manfaat akan didapat ketika kegiatan khataman
dilakukan secara terus-menerus. Jadi semakin sering berinteraksi
dengan al-Qur’an, memungkinkan mengubah kualitas dan kuantitas
manfaat yang didapat.
B. Saran
Demikian paparan penulis tentang kegiatan khataman al-Qur’an
yang dilakukan di Peternakan Bin Dahlan Sawangan Baru Depok, besar
harapan penulis bisa memberi manfaat bagi kajian atas keunikan tradisi-
tradisi khataman al-Qur’an yang hidup berdampingan pada umat Islam
di Nusantara. Koreksian dan saran dari pembaca, penulis harapkan
untuk perbaikan tulisan ini.
107
108
DAFTAR PUSTAKA
109
110