1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
i
TIAN DAN SHENG DALAM PENAFSIRAN ROHANIWAN DAN CENDEKIAWAN
MATAKIN SERTA PENGAMAT BUDAYA TIONGHOA DI INDONESIA
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag.)
Oleh
Uung Sendana L. Linggaraja
NIM: 2113032100013
Pembimbing I, Pembimbing II
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. Dr. Media Zainul Bahri. M.A.
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
INDONESIA telah diujikan dalam sidang tertutup Program Pasca Sarjana Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tanggal 1 Februari 2018 dan disetujui
Tim Penguji
Anggota,
Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, M.A. Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis, M.A.
iii
ABSTRAK
Perbedaan pandangan mengenai apakah Khonghucu agama atau bukan, hingga hari
ini belum terselesaikan, maka tesis ini mencoba menjawab penyebab timbulnya pertanyaan
tersebut dengan meneliti pemahaman mengenai dua hal pokok dalam suatu agama yaitu
Tuhan dan nabi/orang suci/orang bijaksana dalam agama Khonghucu di Indonesia, yang
dalam kitab-kitab suci agama Khonghucu, yaitu Sishu-Wujing disebut sebagai Tian dan
Sheng.
Tesis ini meneliti mengenai tian dan sheng melalui model penelitian kualitatif-
deskriptif dengan menggunakan pendekatan teologis dan sejarah. Dalam penelitian, penulis
melakukan wawancara pada dua kelompok sample, yaitu kelompok budaya Tionghoa dan
cendekiawan/ rohaniwan MATAKIN yang penulis anggap mewakili dua pandangan yang
berbeda mengenai agama Khonghucu, serta penelaahan terhadap terjemahan/tafsir Sishu
dalam Bahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan/tafsir MATAKIN dan
terjemahan/tafsir Sishu dalam Bahasa Inggris yang merupakan hasil terjemahan/tafsir James
Legge.
Dengan membaca tesis ini, dapat diketahui bahwa tian bukan semata-mata bermakna
langit/alam atau surga/heaven/Heaven namun entitas penguasa tertinggi atas alam semesta,
Tuhan Yang Maha Esa, demikian pula, sheng mempunyai makna beragam dengan alasan
berbeda-beda yang mendasari penerjemahan/penafsiran kata tersebut berdasarkan teologi dan
sejarah, yaitu orang suci, orang bijaksana (sage) dan nabi, yang membawa konsekuensi
terhadap keseluruhan cara pandang para ahli terhadap ajaran Khonghucu sebagai agama,
etika-filsafat atau kepercayaan.
iv
ABSTRACT
Different views about Confucianism as a religion has not been resolved until today,
then this thesis tries to answer the cause of the question by examining the understanding of
two main points in a religion, that is God and the prophet/sage/wise person in Confucian
religion in Indonesia, which in the holy scriptures of Confucianism, namely sishu-wujing
referred to as Tian and Sheng.
This thesis examines Tian and Sheng through qualitative-descriptive research
models using theological and historical approaches. In the research, the authors conducted
interviews on two groups of samples, the first group namely Chinese cultural groups and the
second groups namely scholars/spirituality MATAKIN, the authors consider these two
groups representing two different views about the religion of Confucianism, as well as a
review of the translation/interpretation of Sishu in the Indonesian language which is
translated/interpretated by MATAKIN and the translation/interpretation of Sishu in English
which is translated/interpretated by James Legge.
By reading this thesis, it can be seen that the meaning of Tian is not merely a sky or
heaven or Heaven, but the supreme ruling entity of the universe, God Almighty. As well as
Sheng has various meanings for different reasons underlying translation/interpretation of the
word based on theology and history, the saint, the wise and the prophet, bringing
consequences to the whole way of the scholars' view of Confucianism as religion, ethics-
philosophy or belief.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tian, atas rahmat dan ridho yang telah dilimpahkan
kepada penulis, sehingga tesis yang berjudul “Tian dan Sheng dalam Penafsiran Rohaniwan
dan Cendekiawan MATAKIN serta Pengamat Budaya Tionghoa di Indonesia” yang ditulis
Tesis ini tak mungkin selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
1. Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberi dukungan, bantuan dan
2. Dr. Atiyatul Ulya, M.A., Ketua Program Studi Perbandingan Agama Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberi dukungan, bantuan
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan kebaikan hati dan keluasan
ilmu telah membimbing penulis selama kuliah dan penulisan tesis ini hingga selesai.
4. Dr. Media Zainul Bahri, M.A., Dosen Pembimbing Program Magister, Konsentrasi
Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan kebaikan hati dan keluasan ilmu telah
membimbing penulis selama kuliah dan penulisan tesis ini hingga selesai.
5. Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Program Pasca Sarjana (S2) Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
vi
memberikan wawasan pengetahuan dan dukungan administrasi selama penulis
6. Semua nara sumber yang telah merelakan waktu dan pengetahuan yang sangat
dukungan dan merelakan waktu papa tersita untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Agnes Andriana yang telah banyak membantu dan memberi dukungan dalam prooses
Agama Republik Indonesia yang telah memberi bea siswa S2 bagi penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan perhatian, dukungan dan bantuan hingga selesainya penulisan tesis ini.
Semoga tesis ini memberi manfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu Agama
Khonghucu, tetapi dapat memberikan sumbangsih dalam upaya kita semua untuk saling
menghormati dan menghargai perbedaan dan menapaki jalan yang dikehendaki Tian. Kritik
dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENYATAAN i
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
BAB I PENDAHULUAN
D. Landasan Teori 7
E. Kajian Pustaka 13
F. Hipotesis Penelitian 17
G. Metodologi Penelitian 18
H. Sistematika Pembahasan 22
A. Agama 24
B. Tuhan 39
C. Nabi 46
viii
BAB III SELUK BELUK TENTANG TIAN DAN SHENG 51
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 215
B. SARAN 218
GLOSARIUM
LAMPIRAN
ix
PEDOMAN MEMBACA HANYU PINYIN
Buku ini menggunakan sistem ejaan resmi aksara Latin yang digunakan di
Tiongkok, yaitu apa yang disebut ejaan hanyu pinyin. Ejaan tersebut tidak sama dengan ejaan
yang lazim kita gunakan dalam bahasa Indonesia, sehingga tidak setiap huruf Latin dalam
ejaan pinyin melambangkan lafal yang sama dengan lafal huruf Latin yang digunakan dalam
bahasa Indonesia. Selain itu, ada beberapa bunyi dalam bahasa hanyu pinyin yang tidak lazim
diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia. Dalam daftar di bawah ini, di sebelah kiri adalah
ejaan hanyu pinyin, sedangkan di sebelah kanan adalah ejaan padanannya yang paling mirip
Huruf “u” setelah “y, j, q, x” dalam ejaan pinyin diucapkan seperti “u” dalam kata tu dalam
bahasa Perancis yang berarti “anda”, atau Belanda U yang juga berarti “anda” dalam
x
hubungan menghormati lawan bicara (untuk jelasnya lihat buku-buku pelajaran bahasa
Mandarin). Dalam bahasa Indonesia juga tidak ada ejaan seperti c’, sy, ts’. Penggunaan tanda
baca “ ‘ “ (apostrophe) untuk ejaan bahasa Indonesia yang digunakan di sini dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa bunyi itu ber-“prana” (aspirated dalam bahasa Inggris).
Contoh:
Keenam bunyi di atas harus diucapkan (dilafalkan) dengan tambahan udara yang
ditahan lebih lama di rongga mulut dari paru-paru, lalu “diletupkan” keluar.1 Disamping itu,
di atas tulisan ejaan hanyu pinyin biasa diberikan tanda nada ucapan datar, naik, turun, naik
1
Gondomono, Manusia dan Kebudayaan Han (Jakarta: PT. Kompas Gramedia Nusantara, 2013), h.5-6
dengan beberapa penyesuaian oleh penulis.
xi