Disusun oleh:
GARUT
Jl. Aruji Kartawinata Ciawitali Depan Lap. Ciateul. Telp. 0262-232413 Tarogong Kidul Garut –
44151
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah shallawlahu ‘alayhi wasallam . Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Tafsir Tarbawi ini.
Makalah tentang tafsir Q.S. Luqman ayat mengenai peserta ini ini disusun untuk
melengkapi tugas Tafsir Tarbawi. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan secara urut.
Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep tentang tafsir mengenai peserta
didik dalam Q.S. Luqman ayat dengan penjelasan yang cukup panjang.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta
rekan-rekan dalam mengembangkan materi Tafsir Tarbawi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Peserta Didik.........................................................................................................................2
B. Tafsir Tahlili Q.S. Faathir ayat 31-32...................................................................................4
C. Korelasi Q.S. Faathir ayat 31-32 dengan peserta didik......................................................19
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, tentunya banyak hal yang berubah secara dinamis
mengikuti perkembangan zaman termasuk dalam dunia pendidikan. Dan kini pada zaman
modern abad 21, proses pendidikan semakin berkembang baik dalam aspek positif maupun
negatif. Namun dapat diketahui bahwasanya terdapat perubahan-perubahan yang sangat
memilukan. Kini peserta didik mulai kehilangan arti dari peserta didik itu sendiri, tak ayal
banyak sekali kasus mengenai peserta didik terutama dalam proses belajar mengajar. Siswa
cenderung tidak ingin menempuh proses belajar dengan sebagaimana mestinya dan ingin serba
praktis tanpa mempedulikan apakah yang dilakukannya itu benar atau tidak. Misalnya, saat
penyaji bertanya kepada rekan-rekan mengenai kecurangan dalam ujian nasional ketika dulu. 8
dari 10 orang mengatakan telah diberi jawaban ujian nasional oleh gurunya (ketika SD dan SMP)
dan merasa itu merupakan suatu hal yang sah-sah saja.1 Padahal jika kita mempelajari dan
memahami bagaimana hakikat belajar bagi peserta didik, tentunya kecurangan-kecurangan
tersebut merupakan hal yang tidak dibenarkan baik dalam agama maupun akademis. Dengan
mengacu kepada silabus mata kuliah tafsir tarbawi, penyaji akan menyajikan pembahasan
mengenai tafsir tarbawi tahlili muqaran mengenai peserta didik dalam Q.S. Faathir ayat 31-32.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Wawancara tertutup Mahasiswa STAI Persis Garut, tanggal 13 Oktober 2003 di Kampus STAI Persis Garut
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.2
Dalam istilah tasawuf peserta didik disebut dengan “murid” atau “thalib”.
Secara etimologi murid berarti orang yang menghendaki. Sedangkan menurut arti
terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan istilah thalib secara bahasa adalah orang
yang mencari. Sedang menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, di
mana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.3
a. Anak didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-
anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam keluarga.
b. Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di
lembaga formal maupun nonformal.
2
Misbakhudinmunir.wodrpress.com.
3
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 104.
2
c. Anak didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga
pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat,
pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.4
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis.5
Adapula yang mendefinisikan peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu
di lembaga pendidikan, bisa disebut sebagai murid, santri atau mahasiswa.8
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta
didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.9
Siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusia yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, peserta didiklah yang
menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di dalam proses belajar
4
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 88.
5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 77.
6
Ibid, hlm. 77.
7
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis da Praktis (Jakarta: Ciputat
Pers,2002), hlm. 47.
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 137.
9
www.sit-alkarima.com/konseppendidikanIslam.
3
mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik itu akan menjadi faktor
“penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.10 Itulah sebabnya sisa atau peserta
didik adalah merupakan subjek belajar.
Ayat ini tidak mempunyai asbabun nuzul. Ayat 32 Q.S. Faathir ini
menguraikan tentang wahyu yang disampaikan Allah subhanahu wata’ala kepada
Rasulullah shallawlahu ‘alayhi wasallam.
10
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm.111.
11
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0. Q.S. Faathir ayat 31-32
4
kebaikan dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Yang demikian itu adalah karunia
yang amat besar.(32)”
Ayat
Arti
31
5
sesungguhnya
ن
َّ ِ إ
Allah subhanahu
هَ َّ الل wata’ala
ِبِعِبَاد kepada hamba-hamba-
ِه Nya
لَخَبِي benar-benar Maha
ٌر Mengetahui
صيِ َب Maha Melihat
ٌر
Ayat 32 Arti
kemudian
َّمُث
Kami wariskan
أ َْو َر ْثنَا
اب ِ
َ َالْكت Kitab
ين ِ َّ
َ الذ
orang-orang yang
6
مِل
ٌ ظَا zalim/aniaya
ِ بِاخْل ير
ات
dengan berbuat
َ َْ kebaikan
ِ demikian itu
َ َٰذل
ك
ُه َو dia/adalah
7
a. Tafsir oleh Ibnu Katsir12
ِ ِ
Allah subhanahu wata’ala berfirman: (ك
َ الَي َ )والَّذى
اوحينَ آ َ “Dan apa yang
ِ
wasallam), (الكتب “ )ِم َنYaitu al-Kitab,” maksudnya Al-Qur’an (ُه َو احلَ ُّق ُمص ّدقا لّما
ِ “ )بنيItulah yang benar, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya,” yaitu
يديه َ
kitab-kitab terdahulu yang dibenarkannya bahwa dia diturunkan dari Allah
subhanahu wata’ala, Rabb semesta alam.
8
Demikian pula yang disebut menganiaya diri sendiri adalah ‘mereka yang
mencampuradukan perbuatan amal shalih dengan keburukan.’
ِ م
(Kedua:) (قتص ٌد
ُ منهم
ُ )وَ “Dan di antara mereka ada yang pertengahan”, yaitu
orang yang menunaikan kewajiban dan meninggalkan yang haram, walaupun
terkadang meninggalkan sebagian yang dianjurkan dan melaksanakan sesuatu yang
dimakruhkan.
Ayat 31:“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau dari al-Kitab,
itulah yang benar.” (pangkal ayat 31)
13
Malik, Abdul Abdul Karim Amrullah, 2017, Tafsir al-Azhar, Jilid 7 (Jakarta: Gema Insani).
Hal.563-565
9
“Sesungguhnya Allah (subhanahu wata’ala) terhadap hamba-hamba-Nya
adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Melihat.” (ujung ayat 31)
Arti yang terkandung di ujung ayat ini adalah mencakup turunnya syari’at.
Bahwasanya pokok hukum yang asal adalah tetap, tetapi syari’at dapat berubah-ubah.
Pokok hukum yang asal ialah iman. Tetapi cara pelaksanaan syari’at dapat berubah-
ubah, misalnya cara perkawinan, cara shalat, dan cara membayar zakat. Perubahan
syari’at terjadi karena Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui keadaan
perubahan hidup manusia, perubahan zaman dan tempat, dan Allah subhanahu
wata’ala pun Maha Melihat segi-segi kesanggupan dan kelemahan hamba-Nya.
Ayat 32:“Kemudian itu Kami wariskan al-kitab itu kepada orang yang telah
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.” (pangkal ayat 32)
10
Yaitu bahwa orang yang merasa dirinya sudah berlaku zalim dibuka Allah
subhanahu wata’ala baginya pintu buat memohon ampun. Orang yang cermat dibuka
oleh Allah subhanahu wata’ala baginya kesempatan buat mempertinggi mutu
amalnya dan orang yang dahulu sekali tampil ke muka dengan tidak merasa ragu lagi,
sampai kadang-kadang mencapai syahid di medan juang, akan dimasukkan Allah
subhanahu wata’ala dengan serba kemuliaan ke dalam surga. Demikian juga yang
zalim dan yang cermat itu. Memang itulah karunia yang amat besar dari Allah
subhanahu wata’ala kepada umat terpilih.
Kalau al-Kitab ini adalah yang haq (benar), maka sudah pasti setiap apa yang
dijelaskannya, seperti permasalahan-permasalahan ketuhanan dan hal-hal yang ghaib
serta lain-lainnya sesuai dengan apa yang terjadi dalam realita. Maka tidak boleh
diartikan dengan makna yang bertentangan dengan makna lahirnya dengan makna
yang dikandungnya.
14
Abdurrahman, asy-Syaikh bin Nashir as-Sa'di, 2006, Tafsir Al-Qur’an, Jilid VI (Jakarta: Darul
Haq). Hal. 702-704
11
tentangnya dan menginformasikannya, dan al-Kitab ini pun membenarkannya, maka
dari itu, tidak mungkin seseorang beriman kepada kitab-kitab terdahulu sementara ia
kafir kepada al-Qur’an. Sebab, diantara sejumlah khabar (informasi) kitab-kitab
tersebut adalah informasi tentang al-Qur’an, dan juga karena khabar-khabarnya sesuai
dengan khabar-khabar al-Qur’an
Ayat 32: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih diantara hamba-hamba Kami.” Mereka yang terpilih tersebut adalah umat ini.
“Lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri,” dengan
perbuatan-perbuatan maksiat selain kekafiran, “dan di antara mereka ada yang
pertengahan,” hanya melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya dan
meninggalkan yang diharamkan, “dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu
berbuat kebaikan.” Maksudnya, segera melakukannya dan bersungguh-sungguh
hingga mengalahkan orang yang lain. Dia adalah orang yang selalu menunakkan apa-
12
apa yang fardhu dan banyak mengerjakan amalan-amalan sunnah, meninggalkan
yang haram dan yang makruh.
Mereka semua dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mewarisi kitab
al-Quran ini. Yang dimaksud warisan al-Kitab adalah warisan ilmu, amal dan
mempelajari lafazh-lafazhnya, serta mengambil makna-maknanya.
“Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” Maksudnya, warisan al-
Kitab yang sangat mulia bagi orng yang dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala di
antara hamba-hambaNya itulah karunia yang sangat besar. Karena, nikmat yang
paling besar secara keseluruhan dan karunia yang paling agung adalah warisan kitab
suci al-Qur’an ini.
Kemudian Kami wariskan dan berikan Al-Qur’an kepada ulama’ yang Kami
pilih dari hamba-hamba Kami. Di antara mereka ada yang zhalim terhadap diri
sendiri dengan berbuat maksiat dan menghamburkan (diri) di dalamnya sehingga
keburukannya mengungguli kebaikannya. Di antara mereka juga ada yang sederhana
dan tengah-tengah dalam beramal. Dia banyak mengamalkan Al-Qur’an dan
mencampur amal shalih dengan yang buruk. Di antara mereka juga ada yang
mengutamakan untuk beramal shalih dengan hanya menginginkan Allah subhanahu
wata’ala dan pertolonganNya. Dialah yang terbaik di antara ketiganya. Pewarisan Al-
15
https://tafsirweb.com/7898-surat-fatir-ayat-32.html diakses pada tanggal 5 Maret 2019
13
Qur’an dan pemilihan itu adalah keutamaan besar dari Allah subhanahu wata’ala atas
mereka.
Ayat 31 : Usai memberi janji pahala yang sempurna bagi orang-orang yang
selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala lalu
menyusuli-nya dengan penegasan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu
dari Allah subhanahu wata’ala. Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu,
wahai Nabi Muhammad, yaitu Kitab Al-Qur’an, itulah yang benar; tidak ada sedikit
pun kebatilan dan keraguan di dalamnya; ia juga membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya bahwa kitab-kitab itu berasal dari Allah subhanahu wata’ala. Sungguh,
Allah subhanahu wata’ala benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat keadaan
hamba-hamba-Nya.
14
kurang memperhatikan pesan-pesan kitab tersebut sehingga lebih banyak berbuat
salah daripada berbuat baik; ada yang pertengahan, yaitu orang yang kebaikannya
setara dengan keburukannya, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Mereka itulah orang yang segera dan
berlomba berbuat kebajikan sehingga kebaikannya sangat banyak dan amat sedikit
jarang berbuat salah. Yang demikian itu, yakni pewarisan Al-Qur’an kepada umat
Nabi Muhammad dan kesegeraan mereka berbuat kebajikan, adalah karunia yang
besar.33. Mereka akan mendapat surga ‘Adn; mereka masuk ke dalamnya. Di
dalamnya mereka diberi berbagai kenikmatan jasmani dan rohani. Di antara
kemikmatan jasmani ialah perhiasan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan
pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.
h. Tafsir Jalalyn17
Ayat 31 : (Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Alkitab) yakni
Al-Qur’an (itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya) yang
diturunkan sebelumnya. (Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala benar-benar
Maha Mengetahui lagi Maha Melihat -keadaan- hamba-hamba-Nya) Dia mengetahui
apa yang tersimpan di dalam kalbu mereka dan apa yang mereka lahirkan.
Ayat 32 : (Kemudian Kami wariskan) Kami berikan (Kitab itu) yakni Al-
Qur’an (kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami) mereka
adalah umatmu (lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri)
karena sembrono di dalam mengamalkannya (dan di antara mereka ada yang
pertengahan) dalam mengamalkannya (dan di antara mereka ada -pula- yang lebih
cepat berbuat kebaikan) di samping mengamalkan Al-Qur’an, juga mempelajarinya,
mengajarkannya dan membimbing orang lain untuk mengamalkannya (dengan izin
Allah subhanahu wata’ala) dengan kehendak-Nya. (Yang demikian itu) yakni
diwariskannya Al-Qur’an kepada mereka (adalah karunia yang amat besar.)
17
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0 Translation Tafsir Indonesian: Tafsir
Jalalayn
15
i. Tafsir Lengkap Departemen Agama18
18
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0 Translation Tafsir Lengkap Departemen
Agamas
16
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud pengetahuan Allah subhanahu
wata’ala yang Maha Luas mengenai perihal hamba-Nya itu ialah Dia mengangkat
derajat para Nabi dan Rasulullah shallawlahu ‘alayhi wasallam melebihi manusia
keseluruhannya. Bahkan di antara mereka (para nabi) itu sendiri berbeda-beda tingkat
ketinggiannya, dan kedudukan Nabi Muhammad melebihi semua mereka.
2) Sabiqun bil khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang
wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh,
serta sebagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).
17
1) Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang
menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan
kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk
surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka
akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang yang menganiaya dirinya sendiri
mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami
penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian beliau membaca
"Alhamdulillah al-ladzi adhhaba 'anna al-hazana inna rabbana lagafurun syakur,"
(Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah menghilangkan duka cita dari
kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri).
(Riwayat Ahmad)
Warisan mengamalkan kitab suci dan kemuliaan yang diberikan kepada umat
Nabi Muhammad itu merupakan suatu karunia yang amat besar dari Allah subhanahu
wata’ala, yang tidak seorang pun dapat menghalangi ketetapan itu.
Disini peyaji temukan bahwasanya untuk ayat 31 lebih berfokus kepada al-
Qur’an sebagai sumber rujukan utama dalam kehidupan, bahkan ada penegasan
18
bahwasanya al-Qur’an ini merupakan kitab Allah Subhanahu wa ta’ala yang
mengakui dan menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Di ayat ini juga
menegaskan bahwasanya apa-apa yang terdapat didalam al-Qur’an merupakan suatu
kebenaran dan tidak perlu diragukan, namun tentunya tidak sembarang orang
menelan mentah-mentah isi dari al-Qur’an karena harus merujuk kepada para
mufassir yang terpercaya. Disini dapat diambil benang merah bahwasanya al-Qur’an
merupakan kurikulum, metode, dan bahkan pembelajaran yang utama juga sempurna
untuk mengajari peserta didik, namun tentunya ada pembatasan karena tidak setiap
metode dapat digunakan setiap saat. Sehingga wajib bagi kita untuk memahami al-
Qur’an secara menyeluruh dan mengamalkannya dengan tepat. Dan berlanjut kepada
ayat yang kedua, meninjau dari pengertian peserta didik dimana menekankan kepada
unsur-unsur pendidikan itu sendiri, terdapat korelasi yang penyaji temukan:
Dalam ayat ini, terdapat analogi yang menarik dimana peserta didik dapat
diilustrasikan sebagai tiga golongan orang muslim. Yang pertama adalah orang yang
menuntut ilmu namun tidak bersungguh-sungguh, bahkan senantiasa melakukan hal-
hal yang batil sehingga hasil dari belajar mereka tidak terpatri kedalam hati maupun
pikiran mereka. Kedua, orang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh namun
melakukan etika belajar yang kurang tepat seperti ghibah terhadap mudarrisnya,
meremehkan kemampuan orang lain, dan lainnya namun mereka ini tetap kembali
bertaubat walaupun tanpa disadari mengulangi kesalahan-kesalahan yang dianggap
kecil. Ketiga adalah orang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh,
mengamalkan setiap sunnah dalam belajar, meninggalkan hal-hal yang haram,
syubhat, maupun makruh dalam belajar. Mereka senantiasa mengharapkan
keberkahan dalam ilmu mereka sehingga proses belajar mereka pun dimudahkan oleh
Allah Subhanahu wa ta’ala.
19
Dalam korelasi yang kedua, untuk orang yang pertama adalah karena proses
belajarnya senantiasa dibarengi dengan perbuatan buruk dan mereka menyadari apa
yang mereka lakukan merupakan suatu keburukan, kelak ilmu mereka hanya
memberikan manfaat yang sedikit dan bahkan mencelakakan mereka karena ilmu
yang mereka dapatkan malah dilakukan untuk keburukan. Adapun orang yang kedua
adalah manfaat dari ilmu yang mereka dapatkan senantiasa tergerus oleh perbuatan-
perbuatan dosa yang mereka anggap kecil dan bahkan memanfaatkan kondisi darurat,
sehigga berkah dari ilmu yang mereka dapatkan tiada lain sangat sedikit karena
menyepelekan dosa-dosa kecil yang justru semakin membesar sehingga berkah dari
ilmu yang mereka dapatkan tanpa disadari hanya sedikit. Lalu orang yang ketiga
adalah orang yang mendapatkan keberkahan yang sangat besar dari ilmu yang mereka
dapatkan dan bahkan keberkahannya dapat dirasakan di dunia dengan begitu
melimpah (dari arah yang bahkan tidak disangka-sangka) karena mereka senantiasa
mencari ilmu yang sesuai dengan tuntunan Rosulullah Shollahu ‘alaihi wa sallam.
Tak hanya itu saja ilmu yang mereka dapatkan senantiasa mengalirkan pahala untuk
mereka karena keberkahannya yang begitu besar.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan
baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Menurut ibnu katsir, Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Dan apa yang telah kami
wahyukan kepadamu.” Hai Muhammad (Rasulullah shallawlahu ‘alayhi wasallam), “Yaitu al-
Kitab,” maksudnya Al-Qur’an “Itulah yang benar, yang membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya,” yaitu kitab-kitab terdahulu yang dibenarkannya bahwa dia diturunkan dari Allah
subhanahu wata’ala, Rabb semesta alam.
Ayat 32: Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Kemudian Kami menjadikan orang-
orang yang menegakkan Kitab yang agung, yang membenarkan Kitab-Kitab para Rasulullah
shallawlahu ‘alayhi wasallam yang telah Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.” Mereka itu
adalah ummat ini. Kemudian, Dia membagi mereka menjadi tiga golongan yaitu: (Pertama)
“Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, yaitu orang yang tidak
perhatian dalam melaksanakan sebagian kewajiban, serta bergelimang dengan sebagian yang
diharamkan. Demikian pula yang disebut menganiaya diri sendiri adalah ‘mereka yang
mencampuradukan perbuatan amal shalih dengan keburukan. Dan di antara mereka ada yang
pertengahan”, yaitu orang yang menunaikan kewajiban dan meninggalkan yang haram, walaupun
terkadang meninggalkan sebagian yang dianjurkan dan melaksanakan sesuatu yang
dimakruhkan. (Ketiga:) “Dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah subhanahu wata’ala”, yaitu orang yang melakukan kewajiban dan hal-hal
yang dianjurkan, serta meninggalkan hal yang diharamkan, yang dimakruhkan dan sebagian hal
yang mubah.
21
Lalu menurut tafsir ibnu as-sa’di Ayat 31 : Usai memberi janji pahala yang sempurna
bagi orang-orang yang selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala
lalu menyusuli-nya dengan penegasan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu dari Allah
subhanahu wata’ala. Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, wahai Nabi Muhammad,
yaitu Kitab Al-Qur’an, itulah yang benar; tidak ada sedikit pun kebatilan dan keraguan di
dalamnya; ia juga membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya bahwa kitab-kitab itu berasal dari
Allah subhanahu wata’ala. Sungguh, Allah subhanahu wata’ala benar-benar Maha Mengetahui,
Maha Melihat keadaan hamba-hamba-Nya.
Ayat 32 : Kemudian Kitab Al-Qur’an itu Kami wariskan kepada orang-orang yang benar-
benar Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu mereka terbagi menjadi tiga kelompok; di
antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, yakni kurang memperhatikan pesan-pesan kitab
tersebut sehingga lebih banyak berbuat salah daripada berbuat baik; ada yang pertengahan, yaitu
orang yang kebaikannya setara dengan keburukannya, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Mereka itulah orang yang segera dan berlomba
berbuat kebajikan sehingga kebaikannya sangat banyak dan amat sedikit jarang berbuat salah.
Yang demikian itu, yakni pewarisan Al-Qur’an kepada umat Nabi Muhammad dan kesegeraan
mereka berbuat kebajikan, adalah karunia yang besar.
Dan korelasinya pada ayat prtama bahwasanya al-Qur’an merupakan kurikulum, metode,
dan bahkan pembelajaran yang utama juga sempurna untuk mengajari peserta didik, namun
tentunya ada pembatasan karena tidak setiap metode dapat digunakan setiap saat. Sehingga wajib
bagi kita untuk memahami al-Qur’an secara menyeluruh dan mengamalkannya dengan tepat.
Sedangkan korelasi untuk ayat kedua dibagi kedalam dari segi proses belajar dan manfaatnya
ilmu yang didapatkan.
F. Saran
Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman dan dosen pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, asy-Syaikh bin Nashir as-Sa'di, 2006, Tafsir Al-Qur’an, Jilid VI (Jakarta: Darul
Haq).
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0 Translation Tafsir Indonesian: Tafsir
Jalalayn
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0 Translation Tafsir Lengkap Departemen
Agama
Add-in Ms.Office.Word, Al-Qur’anul Kariim, ver. 3.0., Q.S. Faathir ayat 31-32
Muhammad, Abdullah bin. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6, 2004, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i).
Malik, Abdul Abdul Karim Amrullah, 2017, Tafsir al-Azhar, Jilid 7 (Jakarta: Gema Insani).
Wawancara tertutup Mahasiswa STAI Persis Garut, tanggal 13 Oktober 2003 di Kampus STAI
Persis Garut
23