Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN, TUJUAN, KONSEP, MANFAAT PUBLIC

SPEAKING DAN PERBEDAAN ANTARA PUBLIC


SPEAKING DENGAN COMPORSATION

MAKALAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Speaking

Analisis Materi PGMI: Public Speaking

Dosen Pengampu: Sholihin, S.Pd.I, M.Ag.

Disusun oleh:

Asa Robby Azizan 17.3.002

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PERSATUAN ISLAM
GARUT
Jl. Aruji Kartawinata Ciawitali Depan Lap. Ciateul. Telp. 0262-232413 Tarogong Kidul
Garut – 44151
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Tiada daya dan upaya dari pada-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah untuk
pembawa Risalah Rasulullah Shallallahualaihiwasallam, kepada para sahabatnya, tabi’in
tabiatnya, dan kita selaku ummatnya yang mengharap syafa’atnya.

Dalam pembahasan makalah ini menjelaskan mengenai Analisa Pengertian Public


Speaking merupakan salah satu materi yang sedang dipelajari dalam mata kuliah Public
Speaking.

Penulis menyadari jauhnya dari kesempurnaan baik isi maupun penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun untuk kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis sendiri
khususnya.

Akhirulkalam, Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Garut, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Public Speaking 3
B. Tujuan Public Speaking 3
C. Konsep Public Speaking 5
D. Manfaat Public Speaking 6
E. Perbedaan Antara Public Speaking Dengan Comporsation 7
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Telah kita ketahui dalam abad milinium ini ciri utamanya adalah terjadinya
globalisasi pada setiap aspek kehidupan. Globalisasi mengandung arti terjadinya keterbukaan,
kesejagatan, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi penting. Salah satu yang menjadi
trend dan merupakan ciri globalisasi adalah adanya persamaan hak.
Dalam konteks pendidikan, persamaan hak itu tentunya berarti bahwa setiap individu
berhak mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya dan sebaik- baiknya tanpa memandang
bangsa, ras, latar belakang ekonomi, maupun jenis kelamin. Dengan adanya kesamaan hak
ini, terjadi kehidupan yang penuh dengan persaingan karena dunia telah menjadi sangat
kompetitif. Oleh karena itu, mau tidak mau setiap orang mesti berusaha untuk menguasai
ilmu dan teknologi agar dapat ikut dalam persaingan, dan jika tidak, maka kita akan
ditinggalkan.
Berdasarkan situasi dan kondisi pendidikan di negara kita, maka sejak beberapa tahun
terakhir ini, Departemen Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan Nasional) telah dan
terus membiayai program-program perubahan dan pengembangan sistem pendidikan. Untuk
dapat melaksanakannya, maka semua oknum yang terlibat dalam sistem pendidikan harus
memiliki kemampuan melakukan ”Discovery” atau “Penemuan” yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan pendidikan.
Untuk kemajuan bangsa dan negara kita, sehingga mampu mensejajarkan diri dengan
bangsa-bangsa lain, maka kemampuan melakukan discovery bagi masyarakat harus dimulai
dari bangku pendidikan, khsusnya pendidikan formal. Berkenaan dengan tugas makalah ini,
maka kami memusatkan pembahasan pada “discovery” sebagai metode pembelajaran yang
ditunjang oleh keterampilan proses, kreativitas, dan metode ilmiah.

B.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian public speaking?

2. Apa Tujuan dari public speaking?

1
3. Bagaimana konsep dari public speaking?

4. Apa saja manfaat dari public speaking?

5. Apa perbedaa antara public speaking dengan comporsation?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian public speaking

6. Untuk mengetahui Tujuan dari public speaking

7. Untuk mengetahui konsep dari public speaking

8. Untuk mengetahui manfaat dari public speaking

9. Untuk mengetahui perbedaa antara public speaking dengan comporsation

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apakah Discovery itu

Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-
benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Anna Poejiadi (2001) memberikan penjelasan:
Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu
yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari
geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan
waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan
bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi,
bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia
lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi
matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan
pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat
Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.

Banyak ahli pendidikan yang menyamakan arti antara discovery dan inquiry,
sedangkan yang ahli pendidikan lainnya membedakan artinya. Carin (1985) menyatakan
bahwa ”discovery” adalah suatu proses mental di mana individu mengasimilasi konsep dan
prinsip-prinsip. Dengan perkataan lain, ”discovery” terjadi apabila individu terutama terlibat
dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Misalnya, seseorang menemukan apakah energi itu?, berarti ia membangun konsep tentang
energi, selanjutnya ia menemukan suatu prinsip ilmiah ”energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (energi
listrik berubah menjadi energi gerak dan sebaliknya).

D. DISCOVERY DAN KETERAMPILAN PROSES

Untuk dapat melakukan discovery , seseorang mengimplementasikan proses mental


yang tergolong ”keterampilan proses”. Secara umum, keterampilan proses dapat diartikan

3
sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan, dan
mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan
pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Dengan demikian, keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir
dan kemampuan olah perbuatan.

Ratna Wilis Dahar (1985) mengemukakan pendapat Gagne yang menyatakan bahwa
pengetahuan hanya dapat diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan-kemampuan dasar
tertentu. Kemampuan dasar yang dimasudkan itu adalah keterampilan proses yang dapat
dibedakan atas keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi Subiyanto
(1988).

Jenis keterampilan proses dasar antara lain: (1) observasi; ((2) klasifikasi; (3)
komunikasi; (4) pengukuran; (5) prediksi; dan (6) penarikan kesimpulan. Jenis keterampilan
proses terintegrasi antara lain: (1) mengidentifikasi variabel; (2) menyusun tabel data; (3)
menyusun grafik; (4) menggambarkan hubungan antara variabel-variabel; (5) memperoleh
dan memproses data; (7) menyusun hipotesis; (8) merumuskan definisi operasional variabel;
(9) merancang eksperimen/percobaan; dan (10) melakukan eksperimen/percobaan. Berikut
ini jelaskan secara singkat mengenai beberapa jenis keterampilan prose beserta kemampuan
yang tercakup di dalamnya.

1. Observasi

Disadari sepenuhnya bahwa pada hakekatnya dalam berbicara dengan bahasanya


sendiri, yaitu dalam bentuk global, bentuk detil, warna, pola, gejala, dan sebagainya. Semua
itu dapat kita peroleh dengan menggunakan salah satu atau beberapa indera yang disebut
hasil observasi (pengamatan).

Mengamati adalah keterampilan mengambil informasi/data dari obyek atau peristiwa


dengan cara memperhatikan obyek atau peristiwa itu melalui salah satu atau beberapa indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan). Memperhatikan obyek
atau peristiwa mengandung arti bahwa pengamatran buka semata-mata kerja alat indera,
tetapi juga melibatkan kerja pikiran.

4. Keterampilan Mengelaborasi (Memerinci)

4
Definisi: (1) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk;
dan (2) menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.

Perilaku individu: (1) mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci; (2)
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain; (3) mencoba atau menguji detil-detil
untuk melihat arah yang akan ditempuh; (4) mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga
tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana; dan (5) menambah garis-garis,
warna-warna, dan detil-detil terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

4. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)

Definisi: (1) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; (2) mampu mengambil
keputusan terhadap sitruasi yang terbuka; dan (3) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi
juga melaksanakannya.

Perilaku individu: (1) memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri;
(2) menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal; (3) menganalisis masalah atau
penyelesaian masalah secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa ?”; (4) mempunyai
alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan; (5)
merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus; (6) pada waktu tertentu
tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis; dan (7)
menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Ciri-ciri yang tercakup di dalam afektif adalah: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif,
merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai.
Definisi dan perilaku individu dalam ciri-ciri yang bersifat afektif adalah sebagai berikut.

1. Rasa Ingin Tahu

5
Definisi: (1) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak; (2) mengajukan banyak
pertanyaan; (3) selalu memperhatikan orang, obyek, dan situasi; dan (4) peka dalam
pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

Perilaku individu: (1) mempertanyakan segala sesuatu; (2) sering menjajaki buku-
buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru; (3)
tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal; (4)
menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal; (5) tidak takut menjajaki bidang-
bidang baru; (6) ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian;
dan (7) ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik.

2. Bersifat Imajinatif

Definisi: (1) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau
belum pernah terjadi; dan (2) menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara
khayalan dan kenyataan.

Perilaku individu: (1) memikirkan/membayangkan jika melakukan sesuatu yang


belum pernah terjadi; (2) memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan orang lain; (3) meramalkan apa akan dikatakan atau dilakukan orang lain; (4)
mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi; (5) melihat hal-hal dalam suatu
gambar yang tidak dilihat oleh orang lain; dan (6) membuat cerita tentang tempat-tempat
yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3. Merasa Tertantang oleh Kemajemukan

Definisi: (1) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit; (2) merasa tertantang oleh
situasi-situasi yang rumit; dan (3) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

Perilaku individu: (1) menggunakan gagasan untuk memecahkan masalah-masalah


yang rumit; (2) melibatkan diri dalam tugas-tugas majemuk; (3) tertantang oleh situasi yang
tidak dapat diramalkan keadaannya; (4) mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain; (5)
tidak cenderung mencari jalan tergampang; (6) berusaha terus menerus agar berhasil; (7)
mencari jawaban- jawaban yang lebih rumit/sulit daripada menerima yang mudah; dan (8)
senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

4. Sifat Berani Mengambil Resiko

6
Definisi: (1) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar; (2) tidak takut
gagal atau mendapat kritikan; (3) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang
tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

Perilaku individu: (1) berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun


mendapat tantangan dan kritikan; (2) bersedia mengakui kesalahan- kesalahannya; (3) berani
menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal; (4) berani mengajukan
pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan oleh orang lain; (5) tidak
mudah dipengaruhi oleh orang lain; (6) melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak
disetujui oleh sebagian orang; (7) berani mencoba hal-hal yang baru; dan (8) berani mengakui
kegagalan dan berusaha lagi.

5. Sifat Menghargai

Definisi: (1) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup; dan (2)
menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Perilaku individu: (1) menhargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain; (2)
menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri; (3) menghargai makna orang lain; (4) menhargai
keluarga, sekolah, dan teman-teman; (5) menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan
menuntut tanggung jawab; (6) mengetahui apa yang betul-betul penting dalam hidup; (7)
menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan; dan (8) senang dengan penghargaan
terhadap dirinya.

F. DISCOVERY DAN METODE ILMIAH

Metode yang dipakai dalam menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan dikenal


dengan “metode ilmiah”. Metode ilmiah adalah suatu pola

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Public Speaking merupakan sebuah rumpun keluarga Ilmu Komunikasi (Retorika)


dimana mencakup berdiskusi, berdebat, pidato, memimpin rapat, moderator, MC dan
presenter serta kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok
maupun perseorangan yang perlu menggunakan strategi dan teknik berbicara yang tepat
tujuan public speaking adalah untuk mempengaruhi, menginformasikan, menghibur,
memotivasi, ataupun mengubah kepada audience

Public Speaking itu sendiri merupakan sebuah seni berbicara di depan umum dengan
arah yang sudah terstruktur dan memiliki tujuan untuk memberi informasi, memengaruhi, dan
menghibur penonton. Dalam public speaking terdapat 5 elemen dasar yaitu : who says what
to whom in which channel with what effect. Konsep tersebut merupakan definisi yang dibuat
oleh Harold Lasswell untuk menggambarkan komunikasi

Manfaat dari public speaking adalah untuk menyampaikan ide, /pemikiran kepada
orang lain dengan efektif dan respektif, juga menumbuhkan rasa self confident, leadership,
dll

Meskipun Public Speaking dan percakapan sehari-hari memiliki beberapa persamaan.


Tetapi public speaking dan percakapan sehari-hari tidaklah sama. Karena public speking
cenderung lebih terstruktur, menggunakan bahasa formal, dan metode yang berbeda dalam
menyampaikan

E. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik
yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan di masa
akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anna Poedjiadi, 1989, Filsafat dan Sejarah Sains, Rajawali: Bandung

Bybee W. Rodger & Sund B. Robert, 1982, Piaget for Educator, Charles E. Merrill
Publishing Company: Columbus

Bruner S. Jerome, 1978, The Process of Education, Harvard University Press: Cambridge

Carin A. Arthur & Sund B. Robert, 1985, Teaching Science Through Discovery,Merrill
Publishing Company: Columbus

Conny Semiawan, dkk., 1988, Pendekatan Keterampilan Proses, Gramedia: Jakarta

Conny Semiawan, dkk., 1991, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, Remaja Rosdakarya:
Bandung.

De Bono’s Edaward, 1979, The Mechanism of Mind, Penguin Books: New Zaeland

Depdiknas RI., 2003, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Dpediknas: Jakarta.

Depdiknas RI., 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas: Jakarta E.I. Lantang Harahap, 1987, Mari
Mempertinggi Kreativitas, Gunung Agung: Jakarta

Juharia Adang, 1993, Mengembangkan Kreativitas dalam Berpikir melalui Pengajaran


Sains, Jurnal Pengajaran MIPA, IKIP Bandung: Bandung

Jamaluddin Kafie, 1989, berpikir Apa dan Bagaimana, Indah: Surabaya

Jujun S. Suriasumantri, 1985, Filsafat Imu: Sebuah Pengantar Populer, Sinar harapan:
Jakarta.

Kartini Kartono, 1984, Psikologi Umum, Alumni: Bandung

Moh. Amien, 1987, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode Discovery dan Inquiry, P2LPTK, Depdikbud: Jakarta

M. Idris Arief, 2003, Pengembangan Sistem Pendidikan Unggulan Ditinjau dari Perspektif
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Makalah: Makassar.

9
Murphy, C., 1992, Effecting School Change: the Halton Approach, School
effectiveness and school Improvement, 3(1): 1941

Nasuition S., 1986, Didaktik Azas-azas Mengajar, Jemmars: Bandung Ratna Wilis Dahar,
1989, Teori-teori Belajar, Gramedia: Jakarta

S. C. Utami Munandar, 1987, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,


Gramedia: Jakarta.

Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Bina Aksara: Jakarta.

Subiyanto, 1988, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, P2LPTK, Depdikbud: Jakarta.

Wellington, J., 1989, Skil and Approachrs in Science Education, A Criticl Analysis,
Routledge: New York

10

Anda mungkin juga menyukai