MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Speaking
Disusun oleh:
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Tiada daya dan upaya dari pada-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah untuk
pembawa Risalah Rasulullah Shallallahualaihiwasallam, kepada para sahabatnya, tabi’in
tabiatnya, dan kita selaku ummatnya yang mengharap syafa’atnya.
Penulis menyadari jauhnya dari kesempurnaan baik isi maupun penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun untuk kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis sendiri
khususnya.
Akhirulkalam, Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Public Speaking 3
B. Tujuan Public Speaking 3
C. Konsep Public Speaking 5
D. Manfaat Public Speaking 6
E. Perbedaan Antara Public Speaking Dengan Comporsation 7
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah kita ketahui dalam abad milinium ini ciri utamanya adalah terjadinya
globalisasi pada setiap aspek kehidupan. Globalisasi mengandung arti terjadinya keterbukaan,
kesejagatan, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi penting. Salah satu yang menjadi
trend dan merupakan ciri globalisasi adalah adanya persamaan hak.
Dalam konteks pendidikan, persamaan hak itu tentunya berarti bahwa setiap individu
berhak mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya dan sebaik- baiknya tanpa memandang
bangsa, ras, latar belakang ekonomi, maupun jenis kelamin. Dengan adanya kesamaan hak
ini, terjadi kehidupan yang penuh dengan persaingan karena dunia telah menjadi sangat
kompetitif. Oleh karena itu, mau tidak mau setiap orang mesti berusaha untuk menguasai
ilmu dan teknologi agar dapat ikut dalam persaingan, dan jika tidak, maka kita akan
ditinggalkan.
Berdasarkan situasi dan kondisi pendidikan di negara kita, maka sejak beberapa tahun
terakhir ini, Departemen Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan Nasional) telah dan
terus membiayai program-program perubahan dan pengembangan sistem pendidikan. Untuk
dapat melaksanakannya, maka semua oknum yang terlibat dalam sistem pendidikan harus
memiliki kemampuan melakukan ”Discovery” atau “Penemuan” yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan pendidikan.
Untuk kemajuan bangsa dan negara kita, sehingga mampu mensejajarkan diri dengan
bangsa-bangsa lain, maka kemampuan melakukan discovery bagi masyarakat harus dimulai
dari bangku pendidikan, khsusnya pendidikan formal. Berkenaan dengan tugas makalah ini,
maka kami memusatkan pembahasan pada “discovery” sebagai metode pembelajaran yang
ditunjang oleh keterampilan proses, kreativitas, dan metode ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian public speaking?
1
3. Bagaimana konsep dari public speaking?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-
benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Anna Poejiadi (2001) memberikan penjelasan:
Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu
yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari
geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi. Nicolas Copernicus memerlukan
waktu bertahun-tahun guna melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan
bahwa bumi berputar pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi,
bahwa planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia
lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan) mengelilingi
matahari dalam bentuk lingkaran. Penemuan ini menggugah Tycho Brahe melakukan
pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data pengamatan kemudian membuat
Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Penemuan ketiga tokoh tersebut merupakan ”discovery”.
Banyak ahli pendidikan yang menyamakan arti antara discovery dan inquiry,
sedangkan yang ahli pendidikan lainnya membedakan artinya. Carin (1985) menyatakan
bahwa ”discovery” adalah suatu proses mental di mana individu mengasimilasi konsep dan
prinsip-prinsip. Dengan perkataan lain, ”discovery” terjadi apabila individu terutama terlibat
dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Misalnya, seseorang menemukan apakah energi itu?, berarti ia membangun konsep tentang
energi, selanjutnya ia menemukan suatu prinsip ilmiah ”energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (energi
listrik berubah menjadi energi gerak dan sebaliknya).
3
sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan, dan
mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan
pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Dengan demikian, keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir
dan kemampuan olah perbuatan.
Ratna Wilis Dahar (1985) mengemukakan pendapat Gagne yang menyatakan bahwa
pengetahuan hanya dapat diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan-kemampuan dasar
tertentu. Kemampuan dasar yang dimasudkan itu adalah keterampilan proses yang dapat
dibedakan atas keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi Subiyanto
(1988).
Jenis keterampilan proses dasar antara lain: (1) observasi; ((2) klasifikasi; (3)
komunikasi; (4) pengukuran; (5) prediksi; dan (6) penarikan kesimpulan. Jenis keterampilan
proses terintegrasi antara lain: (1) mengidentifikasi variabel; (2) menyusun tabel data; (3)
menyusun grafik; (4) menggambarkan hubungan antara variabel-variabel; (5) memperoleh
dan memproses data; (7) menyusun hipotesis; (8) merumuskan definisi operasional variabel;
(9) merancang eksperimen/percobaan; dan (10) melakukan eksperimen/percobaan. Berikut
ini jelaskan secara singkat mengenai beberapa jenis keterampilan prose beserta kemampuan
yang tercakup di dalamnya.
1. Observasi
4
Definisi: (1) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk;
dan (2) menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.
Perilaku individu: (1) mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci; (2)
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain; (3) mencoba atau menguji detil-detil
untuk melihat arah yang akan ditempuh; (4) mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga
tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana; dan (5) menambah garis-garis,
warna-warna, dan detil-detil terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
Definisi: (1) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; (2) mampu mengambil
keputusan terhadap sitruasi yang terbuka; dan (3) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi
juga melaksanakannya.
Perilaku individu: (1) memberikan pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri;
(2) menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal; (3) menganalisis masalah atau
penyelesaian masalah secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa ?”; (4) mempunyai
alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan; (5)
merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus; (6) pada waktu tertentu
tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis; dan (7)
menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
Ciri-ciri yang tercakup di dalam afektif adalah: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif,
merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai.
Definisi dan perilaku individu dalam ciri-ciri yang bersifat afektif adalah sebagai berikut.
5
Definisi: (1) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak; (2) mengajukan banyak
pertanyaan; (3) selalu memperhatikan orang, obyek, dan situasi; dan (4) peka dalam
pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
Perilaku individu: (1) mempertanyakan segala sesuatu; (2) sering menjajaki buku-
buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru; (3)
tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal; (4)
menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal; (5) tidak takut menjajaki bidang-
bidang baru; (6) ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian;
dan (7) ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik.
2. Bersifat Imajinatif
Definisi: (1) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau
belum pernah terjadi; dan (2) menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara
khayalan dan kenyataan.
Definisi: (1) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit; (2) merasa tertantang oleh
situasi-situasi yang rumit; dan (3) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
6
Definisi: (1) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar; (2) tidak takut
gagal atau mendapat kritikan; (3) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang
tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.
5. Sifat Menghargai
Definisi: (1) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup; dan (2)
menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.
Perilaku individu: (1) menhargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain; (2)
menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri; (3) menghargai makna orang lain; (4) menhargai
keluarga, sekolah, dan teman-teman; (5) menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan
menuntut tanggung jawab; (6) mengetahui apa yang betul-betul penting dalam hidup; (7)
menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan; dan (8) senang dengan penghargaan
terhadap dirinya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Public Speaking itu sendiri merupakan sebuah seni berbicara di depan umum dengan
arah yang sudah terstruktur dan memiliki tujuan untuk memberi informasi, memengaruhi, dan
menghibur penonton. Dalam public speaking terdapat 5 elemen dasar yaitu : who says what
to whom in which channel with what effect. Konsep tersebut merupakan definisi yang dibuat
oleh Harold Lasswell untuk menggambarkan komunikasi
Manfaat dari public speaking adalah untuk menyampaikan ide, /pemikiran kepada
orang lain dengan efektif dan respektif, juga menumbuhkan rasa self confident, leadership,
dll
E. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Kami tetap
berharap makalah ini tetap memeberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik
yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan di masa
akan datang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bybee W. Rodger & Sund B. Robert, 1982, Piaget for Educator, Charles E. Merrill
Publishing Company: Columbus
Bruner S. Jerome, 1978, The Process of Education, Harvard University Press: Cambridge
Carin A. Arthur & Sund B. Robert, 1985, Teaching Science Through Discovery,Merrill
Publishing Company: Columbus
Conny Semiawan, dkk., 1991, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, Remaja Rosdakarya:
Bandung.
De Bono’s Edaward, 1979, The Mechanism of Mind, Penguin Books: New Zaeland
Depdiknas RI., 2003, Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Dpediknas: Jakarta.
Depdiknas RI., 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas: Jakarta E.I. Lantang Harahap, 1987, Mari
Mempertinggi Kreativitas, Gunung Agung: Jakarta
Jujun S. Suriasumantri, 1985, Filsafat Imu: Sebuah Pengantar Populer, Sinar harapan:
Jakarta.
Moh. Amien, 1987, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode Discovery dan Inquiry, P2LPTK, Depdikbud: Jakarta
M. Idris Arief, 2003, Pengembangan Sistem Pendidikan Unggulan Ditinjau dari Perspektif
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Makalah: Makassar.
9
Murphy, C., 1992, Effecting School Change: the Halton Approach, School
effectiveness and school Improvement, 3(1): 1941
Nasuition S., 1986, Didaktik Azas-azas Mengajar, Jemmars: Bandung Ratna Wilis Dahar,
1989, Teori-teori Belajar, Gramedia: Jakarta
Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Bina Aksara: Jakarta.
Wellington, J., 1989, Skil and Approachrs in Science Education, A Criticl Analysis,
Routledge: New York
10