Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT KOMUNIKASI

“KEBENARAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI”


“Untuk memenuhi tugas makalah”

Dosen Pengampu: Fauzi Eka Putra, M.I.Kom

Disusun oleh: Kelompok 3

Dion Pratama Putra 4320046

Habibullah 4320048

Fitria Siska 4320062

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI TAHUN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dalam
bidang mata kuliah Filsafat Komunikasi dengan pembahasan pada kesempatan kali ini yaitu
“kebenaran etika dan filsafat komunikasi"

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan baik itu
dari penulisan, isi, dan lain sebagainya yang memang karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan
penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangun pembuatan makalah
untuk hari yang akan datang.

Demikian sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana
ini dapat diterima dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Sijunjung, 19 September 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................5

D. Manfaat Penulisan……………………………………………………………….……5

BAB II...............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Pengertian kebenaran...………………………......................................................7

B. Kebenaran Ilmiah dan Non……..………………………………………...……...7

C. Kebenaran Keilsafatan …………………………………………………....……...8

D. Kebenaran Fundamental..……………………………………………………..............8

E. Makna Kebenaran ………………………………………………………………………9

F. Dikotomi Kebenaran……………………………………………………………………. 9

BAB III.............................................................................................................................................10

PENUTUP .......................................................................................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................................................10

B. Saran...........................................................................................................................…11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ …...…11


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Manusia senantiasa penasaran terhadap
cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah kebenaran hidup ini. Manusia merupaan mahluk
yang berakal budi yang selalau ingin mengejar kebenaran. Kebenaran memang unik, tak pernah
terjawab secara mudah. Berbagai abstraksi sering dipakai untuk menjawab pertanyaan untuk
menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas akal budi yang bernalar tinggi. Akal budi merupakan
alat abstraksi untuk menemukan kebenaran yang lebih esensial

Manusia senantiasa penasaran terhadap citacita hidup ini. Yang hendak diraih adalah
kebenaran hidup ini. Manusia merupaan mahluk yang berakal budi yang selalau ingin mengejar
kebenaran. Kebenaran memang unik, tak pernah terjawab secara mudah. Berbagai abstraksi
sering dipakai untuk menjawab pertanyaan untuk menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas
akal budi yang bernalar tinggi. Akal budi merupakan alat abstraksi untuk menemukan kebenaran
yang lebih esensial.

Oleh sebab itu, untuk mencari berbagai macam permasalahan dan penjelasan terhadap
jawaban dan tugas ini. kami membuat sesuai dengan apa yang telah ada. Yang sifatnya lebih
kepada pemahaman yang valid(sesuai data). Dan dari ini timbulah rumusan masalah untuk
menjawab masalah tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Pengertian Kebenaran?
2. Kebenaran ilmiah dan non ilmiah?
3. Jelaskan kebenaran keislafatan?
4. Apa itu nilai kebenaran Fundamental?
5. Jelaskan Makna kebenaran?
6. Apa itu dikotomi kebenaran?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di tarik tujuan sebagai berikut;


1. Mengetahui pengertiannya.
2. Mengetahui perbedaannya
3. Mengetahui kebenaran keislafatan
4. Mengetahui nilai yang terkandung di kebenaran fundamental
5. Mengetahui maknanya
6. Mengetahui apa itu dikotomi kebenaran

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi, pengetahuan serta pelajaran tentang filsafat
dan perkembangannya.
2. Bagi penulis, untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan bapak Fauzi Eka Putra
dalam bidang “filsafat komunikasi” dan bahkan sekaligus sebagai bahan ajaran buat kita
selaku penulis mempersiapkan skripsi, tesisi, jurnal maupun lain sebagainya yang
menghadang kami nantinya di masa depan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBENARAN

Pengertian Kebenaran Secara etimologi (bahasa) kata benar mempunyai arti: Tidak salah,
lurus, dan adil. Contohnya dalam kalimat, hitungannya benar. Sungguh-sungguh, tidak bohong.
Contohnya dalam kalimat, kabar itu benar. Sesungguhnya, memang demikian halnya. Contohnya
dalam kalimat, benar ia tidak bersalah, tetapi ia terlibat perbuatan ini. Sangat, sekali. Contohnya
dalam kalimat, enak benar mangga ini.

Pengertian Kebenaran Secara epistemology (istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat


dari berbagai teori mengenai kebenaran, yang antara lain: Teori koherensi Teori, Korespondensi,
Teori pragmatis, Teori koherensi1

1 Suhartono, suparlan. Wawasan pendidikan; sebuah pengantar pendidikan. (Jogjakarta:kencana)2007


1. Teori Koherensi

Kohersensi adalah sejalan atau mempunyai persamaan antara teori, pernyataan, proposisi
atau hipotesis. Misal jika kita semua akan mati, maka saya juga akan mati. Wkwkw

2. Teori Korespondensi

Suatu pernyataan adalah benar jika ia berhubungan dengan objek yang dituju oleh
pernyataan itu, contohnya kamu adalah miliknya, sebagai buktinya apakah dia sudah menikah
atau belum bisa diliat dari KK, kartu nikah dan orang yang mengakuinya.

3. Teori Pragmatis

Suatu pernyataan dinilai benar jika konsekuensi dari pernyataan tu mempunyai kegunaan
bagi kehidupan kita. Misal contoh menggunakan helm wajib kendaraan, melakakuka wajib
vaksin agar tidak terjadi apa-apa dalam diri.

4. Teori Kohenrensi

Menurut teori ini sesuatu dianggap benar bila ia berkaitan dengan pernyataan sebelumnya
yang sudah pasti benar.

B. KEBENARAN ILMIAH DAN NON ILMIAH

Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis,
koresponden, dan koheren. Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan
penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena factor-faktor non-ilmiah.2

Berikut ini ada beberapa penjelasan terkait tentang kebenaran Non Ilmiah, sebagai berikut;

1. Kebenaran Non-ilmiah Kebenaran karena kebetulan.

Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat
diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan.
Kebenaran karena akal sehat (common sense). Akal sehat adalah serangkaian konsep yang
dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik
merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian
psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar. Kebenaran agama dan wahyu. Kebenaran
mutlak dan asasi dari Tuhan. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan pancaindra manusia, tapi
sebagian hal lain tidak dan karenanya membutuhkan keyakinan (keimanan).

2. Kebenaran Non-ilmiah adalah Kebenaran intuitif.

2 Endraswara, Suwardi. 2015, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.
Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses
berpikir. Kebenaran intuitif sekar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh
orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Kebenaran karena trial
and error. Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik,
materi, dan parameter-parameter sampa akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama
ddan biaya tinggi. Kebenaran spekulasi. Kebenaran karena adanya pertimbangan meski-pun
kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh risiko, relative lebih cepat, dan biaya
lebih rendah daripada trial-error.

3. Kebenaran Non-ilmiah Kebenaran karena kewibawaan.

Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seseorang tersebut


bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu.
Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa
benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah. Kebenaran karena kekuasaan yaitu
sesuatu menjadi benar atau salah karena adanya intervensi kekuasaan. Contohnya adalah invasi
Amerika Serikat ke Irak, yang menjadi benar karena Amerika Serikat memiliki kekuasaan
(power).

4. Kebenaran agama dan wahyu

Kebenaran ini mutlak dan asasi dari tuhan, beberapa hal masih bisa dinalar dengan
pancaindra manusia, tapi sebagian hal lain tidak dan karenanya membutuhkan
keyakinan(keimanan).

Dan masih banyak kebenaran lainnya yang mungkin tidak semua kita bahas, karena yang
ada pada tampilan di atas adalah kebenaran yang di anggap paling sering keluar dan paling
sering dibahas dalam filsafat kebenaran.

C. KEBENARAN KEFILSAFATAN

Menurut kami adalah mencari kebenaran sekuat mungkin, sejelas mungkin dan se teliti
mungkin agar suatu kebenaran tersebut bisa menjadi sebuah pemikiran yang jelas untuk bisa kita
jadikan sebagai tuntutan, pondasi, dasar dan lain sebagainya dalam berkomunikasi.

Sedangkan ada beberapa kekuatan utama yang beerkaitan dengan kebenaran kefilsafatan
yang bisa kita liat di bawah ini.3

Kebenaran Kefilsafatan Sebagai berikut;

1. Objek Materi

3 Suhartono, suparlan. Wawasan pendidikan; sebuah pengantar pendidikan. (Jogjakarta: 2007: kencana)
Dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada, sehingga dapat kita pahami bahwa
kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum-universal, yang berarti tidak terkait dengan
jenis-jenis objek tertentu.

2. Objek Forma

Kebenaran ilmu pengetahuan filsafat itu bersifat metafisika, yakni meliputi ruang lingkup
mulai dari konkretkhusus sampai kepada yang abstrak-universal.

3. Metode

Kefilsafatan terarah pada pencapaian pengetahuan esensial atas setiap hal dan
pengetahuan eksistensial daripada segala sesuatu dalam keterikatan yang utuh (kesatuan).

4. Sistem

Kebenaran bersifat dialektis, Yakni senantiasa terarah kepada keterbukaan bagi


masuknya ide-ide baru dan pengetahuan-pengetahuan baru yang semakin memperjelas
kebenaran.

D. KEBENARAN NILAI FUNDAMENTAL

Louis Alvin Day dalam bukunya yang berjudul “Ethicsin Media Communication”, 2006:
78 mengatakan bahwalawan dari kebenaran adalah bohong (lying), penipuan(deception), dan
4

ketidakjujuran (dishonesty).Deception menurutnya adalah “pesan komunikasi yang


disengajaagar orang lain mendapatkan pemahaman yang salah,atau agar mereka meyakin apa
yang kita sendiri tidakyakin akannya”. Deception, dengan demikian dihasilkantidak hanya dari
ucapan, tapi juga perilaku, gerak tubuh,hingga sebuah senyum. Bahkan pada kondisi
tertentu,menahan informasi merupakan bagian dari Deception.

Komitmen terhadap kebenaran merupakan salah sa-tu nilai fundamental dalam kehidupan
manusia, yang te-lah ada sejak zaman dahulu kala. Immanuel Kant, misal-nya mengatakan
bahwa kebenaran merupakan sesuatuyang harus ditegakkan, apapun resiko yang
ada. BahkanSocrates rela dihukum mati demi mempertahankan ke-bebasan berbicara sebagai
sebuah norma kebenaran. Se-hingga dengan demikian, sejatinya kebenaran sebagai se-buah
norma adalah bukan hal yang baru. Tidak sepertidemokrasi misalnya, norma ini tentu saja lahir
dalam ma-syarakat modern. Dalam konteks Indonesia, bahkan, de-mokrasi sebagai norma
kehidupan bernegara baru mun-cul pasca reformasi tahun 1998.
4 Yasrar, amir piliang. Keruntuhan peradaban suatu masyarakat perspektif alquran. 1999. Juz 1
E. MAKNA PENTING KEBENARAN

Dalam teori interaksi simbolis hakikat manusia ada-lah makhluk relasional. Setiap
individu pasti terlibatrelasi dengan sesamanya. Tidaklah mengherankan bilakemudian teori
interaksi simbolik segera mengedepan bi-la dibandingkan dengan teori-teori sosial lainnya.
Alasannya ialah diri manusia muncul dalam dan melalui in-teraksi dengan yang di luar dirinya.
Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol-simbol tertentu. Simbol itu biasa-nya disepakati
bersama dalam skala kecil pun skala be-sar. Simbol-misalnya bahasa, tulisan, dan
simbol lainnyayang dipakai-bersifat dinamis dan unik.5

F. DIKOTOMI KEBENARAN DALAM KOMUNIKASI

Menurut Yasraf Amir Piliang (1999), jaringan komunikasi yang berskala global telah
menggiring ke arah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat.
Peningkatan tempo kehidupan di dalamskema globalisasi informasi telah menciptakan keber-
gantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dankomunikasi. Akan tetapi, teknologi
informasi dan komu-nikasi yang kecepatannya bertumbuh secara eksponensi-al (semakin cepat,
padat, mini) telah mengondisikan polakomunikasi yang juga semakin cepat, ringkas, instan,dan
padat.

Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa diken-dalikan, komunikasi dan informasi
menjadi sebuah teror(terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxi-ety) dan kondisi
panik (panics): kecepatan pergantiancitra televisi yang tak sanggup dicerna; serbuan pesan-pe-
san e-mail, blog, atau spam Internet yang tak mampu di-maknai; kecepatan pergantian perangkat
lunak yang takmampu diikuti; gelombang pergantian gaya dan gaya hi-dup yang menjadikan
orang selalu merasa kurang (lack)dan ketinggalan zaman.

Sekian terimakasih, mungkin hanya itu sedikit pembahasan. Semoga dengan makalah
singkat ini bisa di pahami dan menjadi bahan ajaran.

5Mufid, Muhamad Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Salam, Burhaduddin
Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pengertian Kebenaran Secara etimologi (bahasa) kata benar mempunyai arti: Tidak salah,
lurus, dan adil. Contohnya dalam kalimat, hitungannya benar. Sungguh-sungguh, tidak bohong.
Contohnya dalam kalimat, kabar itu benar. Sesungguhnya, memang demikian halnya. Contohnya
dalam kalimat, benar ia tidak bersalah, tetapi ia terlibat perbuatan ini. Sangat, sekali. Contohnya
dalam kalimat, enak benar mangga ini.

Pengertian Kebenaran Secara epistemology (istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat


dari berbagai teori mengenai kebenaran, yang antara lain: Teori koherensi Teori, Korespondensi,
Teori pragmatis, Teori koherensi

Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis,
koresponden, dan koheren. Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan
penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena factor-faktor non-ilmiah. Salah satu bukti
kebenaran non ilmiah adalah:

- Kebenaran Non-ilmiah Kebenaran karena kebetulan.

Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat
diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan.
Kebenaran karena akal sehat (common sense). Akal sehat adalah serangkaian konsep yang
dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik
merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian
psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar. Kebenaran agama dan wahyu. Kebenaran
mutlak dan asasi dari Tuhan. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan pancaindra manusia, tapi
sebagian hal lain tidak dan karenanya membutuhkan keyakinan (keimanan).

Menurut kami adalah mencari kebenaran sekuat mungkin, sejelas mungkin dan se teliti
mungkin agar suatu kebenaran tersebut bisa menjadi sebuah pemikiran yang jelas untuk bisa kita
jadikan sebagai tuntutan, pondasi, dasar dan lain sebagainya dalam berkomunikasi

Louis Alvin Day dalam bukunya yang berjudul “Ethicsin Media Communication”, 2006:
78 mengatakan bahwalawan dari kebenaran adalah bohong (lying), penipuan(deception), dan
ketidakjujuran (dishonesty)

Dan pembahasan lainnya ada pada bagian isi, silahkan teman-teman semua melihat
kembali bagian pembahasan apabila kesimpulan ini tidak merangkap semuanya.

B. SARAN

Semoga bagi yang membaca makalah super singkat ini dapat dipahami dengan jelas, dan
bersama-sama saling melengkapi jikalau terjadi banyak kekurangan dan kesalahan dalam
kepenulisan makalah ini. karena dukungan, support, argument, dan komentar sangat kami
perlukan dalam makalah ini. Dan kalau bisa seperti apa yang kami sampaikan bahwa pelajaran
dan pengalaman terbaik adalah dari kekurangan dan kesalahan. Maka, kami sanagat
membutuhkan itu agar supaya kami bisa belajar darinya. Sekian terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2015, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.

Mufid, Muhamad Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Salam,
Burhaduddin Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suhartono, Suparlan, (2007),Dasar-Dasar Filsafat, Yo-gykarta: Arruz Media

Mufid, Muhamad. (2005). Komunikasi dan Regulasi Pe-nyiaran. Prenada Media. Jakarta

Suhartono, suparlan.(2007). Wawasan pendidikan; sebuah pengantar pendidikan. (Jogjakarta:kencana)

Yasrar, amir piliang. Keruntuhan peradaban suatu masyarakat perspektif alquran. 1999. Juz 1

Anda mungkin juga menyukai