Anda di halaman 1dari 240

RELEVANSI NILAI BUDI PEKERTI DALAM GEGURITAN DHARMAKERTI

KARYA I GUSTI NGURAH BAGUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :
Linda Ratna Meylia
112160908

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016

i
PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Linda Ratna Meylia
NIM : 112160908
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar- benar
hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia
bertanggungjawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 4 Maret 2016

Yang membuat pernyataan,

Linda Ratna Meylia

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO
1. “Jalani masa sekarang dengan penuh keyakinan, hadapi masa depan
dengan penuh harapan, dan songsonglah masa yang akan datang dengan
penuh kebahagiaan” (Mario Teguh).
2. “Perhatikanlah, ternyata selalu orang yang rendah hati di antara kitalah
yang hidupnya damai, sejahtera, dan terhormat. Bahwa kerendahan hati
adalah bakat untuk ditinggikan” ( Ust. Yusuf Mansyur).

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak Supriyadi dan
Ibu Sri Rahayu tercinta, yang selalu
memberikan doa, semangat, motivasi,
kekuatan dan dukungan yang tiada
terhitung demi kesuksesan hidupku
2. Saudara kembar saya Linda Dewi Meylani
yang telah banyak membantu dalam
kesuksesanku
3. Kakakku tercinta Riska Alfianto serta adik-
adikku tersayang Diah Puspitasari, Andi
Ari Prabowo, dan Nur Arifin yang telah
banyak memberikan tawa bahagia dalam
hidupku
4. Sahabat- sahabatku yang telah banyak
memberikan motivasi dan dukungan
untukku
5. Teman- teman seperjuangan kelas D FKIP
PBSJ UMP angkatan 2011 yang kusayangi
6. Almamaterku

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan

rahmat, taufik,dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Relevansi Nilai Budi Pekerti Dalam Geguritan

Dharmakerti Karya I Gusti Ngurah Bagus” ini penulis susun dalam rangka

menyelesaikan studi strata satu di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Jawa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis secara khusus ingin menyampaikan

terimakasih setulus- tulusnya kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M. Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo

2. Yuli Widiyono, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah

memberikan izin untuk penelitian.

3. Rochimansyah, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah banyak

membantu prosedur perizinan penelitian.

vi
4. Zuly Qurniawati, S. Pd., M. Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan petunjuk dalam

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik

materil, sprititual, curahan kasih sayang serta do’a hingga terselesaikannya

penulisan skripsi ini.

7. Teman- teman PBSJ angkatan 2011 yang telah banyak membantu dalam

memberikan masukan- masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik dari berbagai pihak tersebut memperoleh

balasan yang terbaik dari Allah Swt. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Purworejo, 4 Maret 2016

Penulis,

Linda Ratna Meylia

vii
ABSTRAK

Linda Ratna Meylia. Relevansi Nilai Budi Pekerti dalam Geguritan Dharmakerti
Karya I Gusti Ngurah Bagus. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan nilai budi pekerti yang
terkandung dalam Geguritan Dharmakerti, (2) Mendeskripsikan relevansi nilai
budi pekerti dalam Geguritan Dharmakerti dengan kehidupan sekarang.
Jenis penelitian dalam penelitian ini dengan menggunakan deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Geguritan Dharmakerti karya I Gusti
Ngurah Bagus, objeknya berupa nilai budi pekerti yang terkandung dalam
Geguritan Dharmakerti serta relevansinya dengan kehidupan sekarang. Instrumen
dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, alat tulis dan buku-buku terkait
yang relevan yang dapat menunjang sebagai buku acuan. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Teknik
keabsahan data menggunakan teknik validitas semantis dan ketekunan
pengamatan.Teknik analisis data menggunakan analisisisi atau “content analysis .
Metode penyajian hasil analisis menggunakan metode informal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) nilai budi pekerti yang
terdapat dalam Geguritan Dharmakerti yaitu meliputi (a) meyakini adanya Tuhan
dan menaati ajaran-Nya, yaitu: percaya adanya Tuhan, ingat kepada Tuhan,; (b)
menaati ajaran agama, yaitu: berbakti kepada Tuhan, tidak mencuri, tidak
membunuh, mensyukuri anugerah Tuhan; (c) toleransi, yaitu: tenggang rasa, tidak
mengambil hak orang lain; (d) disiplin, yaitu: taat aturan, mengelola waktu
dengan baik, tahu waktu beribadah; (e) etos kerja dan belajar, yaitu: tekun belajar,
rajin bekerja; (f) rasa tangung jawab, yaitu: bertanggung jawab; (g) rasa terbuka,
yaitu: memaafkan; (h) mengendalikan diri, yaitu: sabar, tidak mudah marah, tidak
iri dan dengki, tidak memfitnah, ikhlas mengendalikan diri dan pikiran; (i)
berpikir positif, yaitu: berhati bersih, berpikiran jernih; (j) cinta dan kasih sayang,
yaitu: kasih sayang orang tua, berbakti kepada suami, menghormati suami, setia
kepada suami,tidak membeda-bedakan, simpati, berbagi; (k) kebersamaan dan
gotong royong, yaitu: gotong royong dan tolong menolong, menjaga kebersihan;
(l) menghormati, yaitu: menghormati pendapat orang lain; (m) tata krama dan
sopan santun, yaitu: bermoral baik, bertata krama, bertutur kata halus, taat tata
tertib dan tata susila, senantiasa berbuat baik, (n) menumbuhkan kejujuran, yaitu:
berkata jujur; dan (2) relevansi nilai budi pekerti dalam Geguritan Dharmakerti
karya I Gusti Ngurah Bagus masih dapat diterapkan pada kehidupan sekarang
dalam menjalani kehidupan dengan baik.

Kata kunci: budi pekerti, relevansi, Geguritan Dharmakerti

viii
SARI PATI

Linda Ratna Meylia. Relevansi Nilai Budi Pekerti dalam Geguritan Dharmakerti
Karya I Gusti Ngurah Bagus. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2016
Ancasipun panaliten inggih punika: (1) Ngandharaken nilai budi pekerti
wonten ing saklebeting Geguritan Dharmakerti dening I Gusti Ngurah Bagus, (2)
Ngandharaken relevansi nilai budi pekerti wonten ing saklebeting Geguritan
Dharmakerti wonten ing jaman sapunika.
Jenis panaliten inggih punika deskrirptif kualitatif. Subjek panaliten inggih
punika Geguritan Dharmakerti dening I Gusti Ngurah Bagus, objek panaliten
punika nilai budi pekerti ingkang wonten ing Geguritan Dharmakerti sarta
relevansi nilai budi pekerti wonten jaman punika. Instrumen wonten ing panaliten
punika panaliti piyambak, sarana panyerat kaliyan buku- buku ingkang relevan
ingkang saged nyengkuyung minangka bahan acuan. Teknik pengumpulan data
ngagem teknik pustaka, teknik simak, kaliyan teknik catat. Teknik keabsahan data
ngagem teknik validitas semantis kaliyan ketekunan pengamatan. Teknik analisis
data ngagem “content analysis”. Penyajian hasil analisis ngagem metode
informal.
Asil panaliten punika ngandharaken bilih: (1) nilai budi pekerti ingkang
wonten saklebeting Geguritan Dharmakerti inggih punika (a) pitados kaliyan
Gusti saha ngugemi piwucalipun Gusti, inggih punika: pitados wonten
kawontenanipun Gusti, eling dhateng Gusti, pitados bilih Gusti punika Maha
Sampurna; (b) ngugemi piwucalipun agami, inggih punika: ngabektos dhateng
Gusti, mboten anjupuk, mboten mateni, tansah angucap syukur; (c) toleransi,
inggih punika: tenggang rasa, mboten anjupuk hak tiyang sanes; (d) disiplin,
inggih punika; tansah ngugemi aturan, saged ngelola wekdal kanthi sae,
mangertos wekdal ngibadah; (e) etos kerja dan belajar, inggih punika: sregep
sinau, sregep nyambut damel; (f) rasa tanggung jawab, inggih punika:
anggadhahi raos tanggung jawab; (g) rasa terbuka, inggih punika: tansah
ngapurani; (h) kendali diri, inggih punika: sareh, mboten gampil nesu, mboten
ngiri drengki, mboten mitnah, tansah rila, saged ngendaliaken angga saha
pamikiran; (i) berpikir positif, inggih punika: anggadhahi manah resik, pikiran
jernih; (j) cinta dan kasih sayang, inggih punika: tansah welas asih dhateng tiyang
sepuh, ngabekti dhateng garwa, urmat, mituhu, mboten mbentenaken, anggadhahi
raos simpati, tansah pawehan; (k) kebersamaan dan gotong royong, inggih
punika: sayuk rukun saha tansah mbantu mbiyantu, njagi karesikan; (l)
menghormati, inggih punika: angurmati pangrasanipun tiyang sanes; (m) tata
krama dan sopan santun, inggih punika: anggadhahi moral sae, anggadhahi tata
krami, alus, ngugemi tata tertib saha susila, damel kabecikan; (n) menumbuhkan
kejujuran, inggih punika: mboten ngapusi; saha (2) relevansi nilai budi pekerti
wonten ing saklebeting Geguritan Dharmakerti dening I Gusti Ngurah Bagus
taksih saged dipunagem wonten ing jaman sapunika kagem nglampahi gesang
kanthi sae.
Kata kunci: budi pekerti, relevansi, Geguritan Dharmakerti

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... viii
SARI PATI ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah....................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ............................. 10


A. Kajian Teori................................................................................ 10
1. Sastra ..................................................................................... 10
a. Pengertian Sastra ............................................................... 10
b. Fungsi Sastra ..................................................................... 11
2. Karya Sastra ........................................................................... 12
a. Pengertian Karya Sastra ..................................................... 12
1) Geguritan...................................................................... 14
a) Pengertian Geguritan ................................................ 14
2) Tembang Macapat ........................................................ 16
a) Pengertian Tembang Macapat................................... 16
b) Pathokan, Pedoman dalam Tembang Macapat .......... 18
c) Watak Tembang Macapat ......................................... 20
3. Nilai ...................................................................................... 23
a. Pengertian Nilai ................................................................ 23
1) Nilai Budi Pekerti ......................................................... 25
4. Relevansi dengan Kehidupan Sekarang .................................. 37
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 44


A. Jenis Penelitian ........................................................................... 44
B. Sumber Data dan Data Penelitian ................................................ 45
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 46

x
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 47
E. Teknik Keabsahan Data .............................................................. 50
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 51
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis ................................................. 54

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA .................................. 55


A. Penyajian Data ............................................................................ 55
1. Nilai Budi Pekerti Yang Terdapat Dalam
Geguritan Dharmakerti .......................................................... 55
a. Nilai Budi Pekerti Dalam Puh Demung .............................. 55
b. Nilai Budi Pekerti Dalam Puh Ginanthi ............................. 59
c. Nilai Budi Pekerti Dalam Puh Sinom ................................. 63
d. Nilai Budi Pekerti Dalam Puh Adri .................................... 99
2. Relevansi Nilai Budi Pekerti Geguritan Dharmakerti Dengan
Kehidupan Sekarang .............................................................. 104
a. Nilai Budi Pekerti yang Masih Relevan ............................. 104
b. Nilai Budi Pekerti yang Sudah Tidak Relevan.................... 113
B. Pembahasan Data ....................................................................... 115
1. Nilai Budi Pekerti Yang terdapat dalam Geguritan
Dharmakerti ........................................................................... 115
a. Meyakini adanya Tuhan dan menaati ajaran-Nya ............... 115
b. Menaati ajaran agama ........................................................ 121
c. Memiliki dan mengembangkan sikap toleransi................... 133
d. Tumbuhnya sikap disiplin .................................................. 136
e. Mengembangkan etos kerja dan belajar.............................. 139
f. Memiliki rasa tanggung jawab ........................................... 141
g. Memiliki rasa keterbukaan ................................................. 142
h. Mampu mengendalikan diri ............................................... 143
i. Mampu berpikir positif ...................................................... 149
j. Menumbuhkan cinta dan kasih sayang ............................... 151
k. Memiliki kebersamaan dan gotong royong ......................... 158
l. Saling menghormati........................................................... 160
m. Memiliki tata krama dan sopan santun ............................... 161
n. Menumbuhkan kejujuran ................................................... 165
2. Nilai Budi Pekerti dalam Geguritan Dharmakerti yang sudah
tidak relevan dengan kehidupan sekarang ............................... 166

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 172


A. Simpulan .................................................................................... 172
B. Saran .......................................................................................... 174

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 175


LAMPIRAN ................................................................................................. 177

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pathokan atau Pedoman Tembang Macapat ..................................... 19


Tabel 2. Instrumen Penelitian ........................................................................ 49
Tabel 3. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Demung ............................................ 55
Tabel 4. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Ginanthi ........................................... 59
Tabel 5. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Sinom................................................ 63
Tabel 6. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Adri .................................................. 99
Tabel 7. Relevansi Nilai Moral Geguritan Dharmakerti dengan Kehidupan
Sekarang ......................................................................................... 104
Tabel 8. Nilai Budi Pekerti yang Sudah tidak Relevan dengan Kehidupan
Sekarang ......................................................................................... 113

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Cover Geguritan Dharmakerti .................................................. 177

Lampiran 2. Geguritan Dharmakerti ............................................................ 179

Lampiran 3. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ............ 222

Lampiran 4. Surat Keputusan Penetapan Dosen Penguji Skripsi .................... 223

Lampiran 5. Kartu Bimbingan Skripsi ........................................................... 224

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah sebuah karya hasil dari daya imajinasi yang

dihasilkan oleh pengarang yang berupa tulisan- tulisan yang mempunyai nilai

keindahan. Karya sastra dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan

serta dapat dijadikan ide dan sumber pemikiran dalam kehidupan masyarakat.

Karya sastra sering kali erat kaitannya dengan masalah manusia dan

kemanusiaan serta kehidupan. Oleh pengarang yang mengetahui dan

memahami berbagai permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam

bentuk sebuah karya sastra yang berbentuk fiksi. Meskipun karya sastra fiksi

merupakan hasil imajinasi yang berupa khayalan, tetapi karya sastra fiksi

bukanlah hasil lamunan belaka tanpa makna. Karya sastra merupakan bentuk

penghayatan dan perenungan pengarang yang mendalam sehingga terciptalah

sebuah karya sastra. Pada dasarnya karya sastra merupakan bentuk kristalisasi

nilai-nilai dari suatu masyarakat. Meskipun karya sastra yang baik pada

umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai- nilai

tertentu, tetapi aspirasi dari masyarakat mau tidak mau tercermin dalam karya

sastra tersebut. Oleh sebab itu, karya sastra tidak terlepas dari kondisi sosial

budaya dan kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Karya sastra ditulis

atau diciptakan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan didalamnya terdapat

ide, gagasan, pengalaman dan amanat yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Dengan harapan, apa yang disampaikan tersebut dapat menjadi

1
2

masukan, bahan inspirasi, atau sekedar hiburan sehingga pembaca dapat

mengambil kesimpulan dan menginterpretasikan serta menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan yang dapat berguna di

kehidupan bermasyarakat.

Melihat perkembangan sastra Indonesia, banyak karya- karya yang

dihasilkan oleh pengarang dengan mengangkat tema dari realitas kehidupan

sosial. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dari proses imajinasi

pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Dalam menciptakan karya

sastra pengarang menyelipkan nilai-nilai tertentu yang diharapkan pembaca

dan penikmat karya sastra dapat memanfaatkan nilai tersebut dan diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu banyak bentuk karya sastra, salah

satunya adalah berupa geguritan.

Geguritan merupakan sastra kuno yang memiliki ciri sastra lama atau

klasik yang bersifat anonim. Geguritan dapat diartikan sebagai ciptaan sastra

berbentuk syair yang biasanya dilagukan dengan tembang (pupuh). Geguritan

berkembang dari tembang, sehingga dikenal beberapa bentuk geguritan yang

berbeda. Menurut Widayat (2011: 168) geguritan tidak terikat oleh aturan-

aturan, sehingga bentuknya bebas. Artinya bahwa baik jumlah baris, jumlah

suku kata, maupun persajakannya bebas.

Geguritan telah lama ada, tumbuh dan berkembang sampai saat ini.

Geguritan atau dalam bahasa Indonesia sama dengan puisi masih banyak

digunakan oleh pengarang sebagai bentuk kreatifitas. Seorang pengarang

menciptakan geguritan yang menyangkut suatu hal baik itu berdasarkan


3

kenyataan yang ada maupun yang hanya bersifat khayalan atau angan-angan

pengarangnya. Dalam membuat puisi atau geguritan pengarang dituntut untuk

dapat memunculkan daya imajinasi, kreatifitas dan jiwa seninya. Geguritan

tidak hanya merupakan kumpulan kata- kata puitis tetapi juga sarat dengan

makna dan pesan moral. Sama halnya seperti yang terdapat dalam kumpulan

geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

Dharmakerti berasal dari kata dharma dan kerti/ pekerti. Dalam kamus

Baoesastra ‘dharma berarti kewajiban, pengajaran, perbuatan baik, dan ‘kerti/

pekerti berarti perbuatan, perilaku. Dharmakerti adalah pengajaran mengenai

perbuatan atau perilaku yang baik. Dalam buku kumpulan geguritan

Dharmakerti terdapat 91 geguritan yang berupa tembang jawa. Tembang jawa

atau macapat sudah ada sejak lama, yang merupakan hasil peninggalan leluhur

yang mempunyai nilai luhur yang tinggi serta sarat makna bagi pengajaran

hidup masyarakat. Di dalam geguritan Dharmakerti terdapat 4 jenis tembang

macapat, yang masing-masing terdapat makna dan amanat yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat yang disampaikan dapat

berupa nasihat, peringatan, pitutur bahkan larangan. Secara keseluruhan, tiap

tembang mengandung amanat yang hampir sama, yaitu mengajarkan pada

arah kebaikan. Tembang atau puh demung, menceritakan nasihat orang tua

apabila kelak ia meninggal. Apabila seseorang meninggal, hanya amal

perbuatan yang akan ia bawa menghadap Tuhannya untuk di mintai

pertanggungjawaban. Namun dalam kenyataannya, banyak contoh yang

menunjukkan bahwa ketika seseorang meninggal makamnya akan diberi


4

hiasan- hiasan berupa kijing. Bahkan ada pula yang didirikan cungkup

dimakam tersebut. Di Bali yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu hal

tersebut sangat lumrah bahkan menjadi budaya bahwa dalam upacara

kematian maka akan diadakan upacara kematian dengan sangat meriah.

Namun dalam Islam masyarakatnya tampak lebih sederhana dalam

mengadakan upacara pemakaman.

Ajaran lain yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti berupa

bagaimana menjaga sikap, cara bicara, taat pada ajaran agama dan juga

tingkah laku yang baik dalam hidup bermasyarakat. Dalam geguritan

Dharmakerti juga terdapat tembang atau puh sinom yang mengajarkan

bagaimana sikap yang baik seorang istri kepada suaminya, dan bagaimana

cara berbakti kepada Tuhan serta sopan santun dalam bermasyarakat.

Geguritan Dharmakerti sebagai sebuah karya sastra yang sarat

penyampaian makna dan petunjuk hidup, merupakan salah satu media yang

dapat digunakan dalam upaya pendidikan moralitas saat ini. Begitu marak

terjadi penyimpangan dan juga penurunan nilai moral dan budi pekerti. Hal

tersebut dapat dilihat dengan adanya masalah sosial seperti tawuran pelajar,

narkoba, pornografi, pembunuhan, penganiayaan, dan lain- lain. Menurut

Budiningsih (2013: 1) akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat

lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan tersebut

sudah menjurus pada tindakan kriminal. Kondisi seperti ini sudah sangat

memprihatinkan masyarakat untuk segera melakukan tindakan yang tepat

guna menuntaskan masalah sosial seperti ini. Dalam hal ini kemajuan
5

teknologi mempunyai andil dalam mempengaruhi perubahan pola pikir dan

sikap serta perilaku masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat

memerlukan suatu aturan hidup. Aturan diciptakan untuk membentuk suatu

keadaan yang tertata dan sesuai dengan norma sehingga menghasilkan tatanan

masyarakat yang mempunyai karakter dan berbudi pekerti luhur. Manusia

pada dasarnya merupakan makhluk yang terdidik dan dapat dididik, sehingga

dalam hidupnya mereka senantiasa memerlukan nilai sebagai pegangan dalam

menyikapi kehidupan. Tanpa adanya aturan dan nilai masyarakat tidak

memiliki kendali dalam menyikapi perubahan dan perkembangan iptek yang

semakin maju, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan

penurunan kesadaran beretika dan berperilaku yang sesuai aturan dan nilai

budi pekerti.

Selain alasan ilmiah yang telah dikemukakan diatas, terdapat alasan

pendukung mengapa penulis tertarik untuk meneliti nilai budi pekerti yang ada

dalam geguritan Dharmakerti yaitu: 1) geguritan merupakan karya sastra

yang masih banyak digunakan pengarang dalam menyampaikan suatu maksud

dan makna yang ingin disampaikan, karena dalam membuat sebuah geguritan

diperlukan daya imajinasi dan jiwa seni tinggi sehingga mampu

mengembangkan potensi yang ada, 2) meskipun terkadang sebuah geguritan

menggunakan kata-kata yang agak sukar dipahami oleh beberapa pembaca

tetapi tetap menarik untuk dibaca dan dipahami, 3) secara garis besar bahwa

dalam geguritan tersebut berisi pesan moral dan budi pekerti luhur yang dapat
6

dijadikan sebagai pedoman hidup. Selain itu penulis juga berharap kajian

penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu usaha perbaikan terhadap

keadaan moral dan budi pekerti yang akhir-akhir ini begitu banyak terjadi

perubahan sikap dan tingkah laku masyarakat sekarang ini yang mengarah ke

penurunan nilai moralitas yang negatif. Hal itulah yang melatarbelakangi

penulis untuk mengkaji nilai budi pekerti dalam kumpulan geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka identifikasi masalah

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai geguritan dan minimnya

peminat geguritan sehingga eksistensinya semakin menurun sekarang ini

(2) Perkembangan teknologi yang ada dan semakin canggih mempengaruhi

pola pikir dan gaya hidup masyarakat pada umumnya. Selain berdampak

positif, perkembangan teknologi juga berdampak negatif bagi masyarakat

seperti tawuran pelajar, narkoba, pornografi, penganiayaan dan

pembunuhan. Hal tersebut sebagai contoh gambaran menurunnya nilai

budi pekerti dalam kehidupan masyarakat.

(3) Syair dalam kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah

Bagus banyak mengandung nilai- nilai estetika atau keindahan yang

memperlihatkan karya sastra tersebut layak untuk dinikmati dan diambil

manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya.


7

(4) Syair dalam kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah

Bagus banyak terdapat pesan- pesan yang mengandung nilai-nilai budi

pekerti yang dapat dijadikan pelajaran dan pedoman bagi pembacanya.

(5)Dalam penelitian kajian nilai budi pekerti dalam kumpulan geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus dimungkinkan adanya relevansi

dalam gambaran kehidupan masa zaman dahulu dengan kehidupan

sekarang.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian dibatasi pada nilai budi pekerti

yang terdapat dalam kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah

Bagus serta relevansinya dengan kehidupan sekarang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang di atas, maka

permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut :

(1) Nilai-nilai budi pekerti apa sajakah yang terkandung dalam kumpulan

geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus?

(2) Bagaimanakah relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam

kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus dengan

kehidupan sekarang?

E. Tujuan Penelitian

Tindakan penelitian dilakukan karena peneliti ingin menggali secara

luas tentang sebab akibat atau hal- hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.
8

Tujuan penelitian adalah salah satu faktor utama yang mendorong peneliti

untuk mengadakan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak

dicapai peneliti adalah sebagai berikut :

(1) Mendeskripsikan nilai- nilai budi pekerti yang terkandung dalam

kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

(2) Mendeskripsikan relevansi nilai- nilai budi pekerti yang terkandung dalam

kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus dengan

kehidupan sekarang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoretis

a. Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pengembangan sastra

Jawa berupa geguritan. Pengembangan tersebut sebagai upaya nyata

mengenai apresiasi sastra berupa geguritan terutama dari nilai budi

pekerti.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

pembaca dalam pengungkapan makna yang terkandung dalam suatu

karya sastra, salah satunya dalam bentuk geguritan.

c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan

pengetahuan serta dapat memberikan masukan tentang sistematika

dalam mengungkapkan nilai- nilai budi pekerti yang terkandung dalam

suatu karya sastra


9

2. Secara praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat

sebagai suatu pedoman dalam bertingkah laku dan beretika secara

positif.

b. Bagi masyarakat pada umumya dan mahasiswa pada khususnya

penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan

wawasan serta informasi mengenai nilai budi pekerti yang terdapat

dalam kumpulan geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

c. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan mengenai nilai-nilai budi pekerti sebuah karya sastra

terutama menyangkut karya sastra geguritan maupun tembang

macapat.

d. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

wujud pelestarian kekayaan sastra masyarakat Jawa agar tidak hilang

seiring dengan semakin berkembangnya zaman.

e. Penelitian ini diharapkan mampu menimbulkan daya imajinasi serta

kesadaran pembaca untuk dapat melestarikan karya sastra geguritan

maupun tembang macapat.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

Dalam melakukan penelitian selalu menggunakan teori. Penelitian yang

sistematis dan terorganisasi memerlukan landasan kerja yang ilmiah. Kajian

teori merupakan kumpulan materi yang diambil dari berbagai sumber untuk

digunakan sebagai acuan pokok dalam membahas permasalahan yang hendak

diteliti. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori dalam penelitian ini yaitu

pengertian sastra, pengertian geguritan, pengertian tembang, pengertian nilai

dan nilai budi pekerti serta relevansi terhadap kehidupan sekarang.

1. Sastra

a. Pengertian Sastra

Sastra merupakan salah satu bentuk karya imajinatif dari

pengarang untuk dinikmati pembaca. Sastra telah lama ada, yang terus

berkembang sesuai perkembangan manusia dan kebudayaannya, serta

berdasarkan proses kreasi manusia. Purwadi (2007: 425) berpendapat

bahwa sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar. Jadi sastra

dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau

pengajaran.

Dari pengertian di atas sastra digunakan pengarang sebagai

sarana dalam menciptakan suatu karya yang didalamnya mengandung

suatu hal yang ingin disampaikan. Sesuatu hal tersebut dapat berupa

esetetika, seni, pesan dan nilai yang ingin pengarang sampaikan

10
11

kepada pembaca atau penikmat karya. Selanjutnya Sudjiman dalam

Widayat (2011: 9) berpendapat bahwa:

Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai


ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapannya.

Sebagai karya tulis maupun lisan sastra menyajikan suatu karya

yang bersifat artistik, seni, dan juga mengandung nilai estetika atau

keindahan. Dengan memakai bahasa yang indah maka pembaca akan

merasa tertarik untuk mempelajarinya. Sehingga pesan yang hendak

disampaikan pengarang akan lebih mudah dipahami.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

sastra merupakan suatu alat atau sarana untuk pengajaran hidup yang

mempunyai nilai artistik tinggi dan estetika dan mengandung sesuatu

yang ingin disampaikan. Pada akhirnya sastra pun bisa dijadikan sebuah

ide baru untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Seperti halnya

penelitian yang dilakukan peneliti mengenai geguritan Dharmakerti yang

berupa hasil karya sastra pengarang yang berbentuk tembang macapat.

Geguritan Dharmakerti sarat makna dan ajaran hidup yang bermanfaat

dan dapat diterapkan pada generasi masa sekarang.

b. Fungsi Sastra

Menyinggung masalah sastra berarti berkaitan juga terhadap apa

itu sastra dan untuk apa. Hubungan antara sastra dan fungsinya

merupakan sesuatu yang sangat koheren. Mengenai apa itu sastra telah

dikemukakan di atas, sedangkan berkaitan dengan fungsi sastra itu


12

sendiri, Semi dalam Widayat (2011: 14) mengemukakan ada tiga

fungsi sastra, yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai alat penting para pemikir untuk menggerakkan pembaca

kepada kenyataan dan membantunya mengambil keputusan apabila

menemukan suatu masalah.

2) Sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa, baik kepada

masyarakat sezaman maupun generasi mendatang baik itu berupa

cara berpikir, kepercayaan, kebiasaan, pengalaman sejarah, rasa

keindahan, bahasa, serta bentuk- bentuk kebudayaannya.

3) Menjadikan dirinya sebagai suatu tempat dimana nilai

kemanusiaan diberi perhatian (dihargai) sewajarnya, dipertahankan

dan disebarluaskan, terutama ditengah- tengah kehidupan modern

yang ditandai dengan majunya sains dan teknologi dengan pesat.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pengarang menciptakan karya sastra untuk dinikmati pembaca. Sehingga

dalam menghasilkan karya sastra pengarang pun beorientasi pada isi dan

fungsi sastra itu sendiri. Salah satunya adalah sastra dapat berfungsi

sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada para pembaca.

2. Karya Sastra

a. Pengertian Karya Sastra

Karya sastra pada dasarnya menyangkut berbagai aspek, yakni

tentang karya sastra itu sendiri dan berbagai aspek kehidupan yang

mewarnai karya sastra yang bersangkutan. Pradopo (2012: 118)


13

berpendapat bahwa karya sastra adalah suatu struktur yang otonom

yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang bulat dengan unsur-

unsur pembangunnya yang saling berkaitan. Sependapat dengan hal

tersebut, Nurgiyantoro (2010: 36) mengemukakan bahwa karya sastra

menurut pandangan kaum struktural merupakan totalitas yang

dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya.

Karya sastra yang otonom dibangun dengan berbagai unsur

pembangun yang koherensif. Pengertian koherensi itu dapat ditafsirkan

sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi.

Antara bentuk dan isi saling berhubungan dan memiliki keterkaitan

yang erat sehingga saling menerangkan. Sedangkan otonom disini

berarti tidak mengacu pada sesuatu yang lain, namun pengarang hanya

mencari keselarasan di dalam karyanya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karya

sastra adalah sesuatu yang dihasilkan pengarang yang otonom dan

dibangun dengan unsur-unsur pembangun yang koherensif. Karya

sastra yang berupa tembang macapat yang terdapat dalam geguritan

Dharmakerti merupakan salah satu sarana pengarang untuk

menyampaikan suatu maksud tertentu. Karya sastra juga dapat

diibaratkan sebagai cermin kehidupan manusia. Karya sastra

kebanyakan dibangun berdasarkan kenyataan hidup manusia, entah itu

dari pengarang sendiri ataupun kehidupan masyarakat pada umumnya.


14

Karya sastra tembang macapat dalam geguritan Dharmakerti

dapat memperkaya khasanah kesastraan Indonesia yang mempunyai

falsafah hidup tinggi dan dapat menjadi pedoman serta ajaran hidup

manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan.

1) Geguritan

a) Pengertian Geguritan

Widayat (2011: 167) mengemukakan ada dua pendapat

mengenai asal kata guritan. Pendapat yang pertama, kata

guritan berasal dari kata ‘gurit yang artinya tulisan atau

pahatan atau senandung dan mendapat akhiran ‘an yang

kemudian mempunyai makna menggubah puisi atau

bersenandung. Pendapat kedua kata guritan berasal dari kata

‘gurita yang berarti tempat tulisan dari kayu dan mendapat

akhiran ‘an’ yang kemudian berarti pahatan tulisan dari kayu.

Sehubungan dengan hal tersebut, Purwadi (2007: 431)

menyatakan bahwa geguritan atau puisi merupakan

kesusastraan yang padat berisi dan diolah dengan bahasa yang

indah. Keindahan bahasa geguritan itu sendiri terletak pada

tiga macam yaitu wilet, wirama/ irama, dan purwakanthi yang

meliputi purwakanthi guru swara, purwakanthi guru sastra,

dan purwakanthi lumaksita.

Berkaitan dengan proses menciptakan geguritan,

terdapat aturan- aturan yang menyertainya. Subalidinata (dalam


15

Widayat, 2011: 167) berpendapat bahwa pada mulanya yang

disebut guritan mempunyai syair dengan persajakan a a a a.

Selanjutnya menurut Padmosoekotjo dalam Widayat

(2011: 167) guritan mempunyai aturan tentu, antara lain: (a)

jumlah barisnya tidak tertentu tetapi minimal 4 baris, (b)

jumlah suku katanya juga tidak tentu tetapi setiap baris jumlah

suku katanya sama, (c) persajakan pada akhir barisnya (dhong-

dhing) menggunakan purwakanthi guru swara (asonansi/ guru

lagu) yang sama, dan (d) pada banyak guritan pada awalnya

dimulai dengan ungkapan Sun nggegurit, Sun anggurit, Sun

gegurit, Sun amarna, dsb., yang bermakna ‘saya menggurit’

atau ‘saya gurit’ atau ‘saya karang’.

Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan

bahwa guritan adalah sebuah hasil ciptaan karya sastra yang

berbentuk tulisan yang indah dan dilagukan dengan senandung

yang merdu. Dalam penciptaannya disertai dengan aturan-

aturan tertentu yang sistematik.

Pada perkembangannya, kemudian muncul istilah

geguritan. Pada mulanya geguritan tidak jauh berbeda dengan

guritan, namun semakin lama aturan- aturan yang berlaku

mulai ditinggalkan, hingga menjadi bentuk puisi bebas

(Widayat, 2011: 168). Semua aturan dalam guritan tidak

digunakan lagi, seperti kebebasan pada jumlah baris, jumlah


16

suku kata, maupun pada guru lagunya. Pengarang lebih bebas

berekspresi dalam menciptakan geguritan tanpa harus terpaku

pada aturan- aturan yang ada. Dengan demikian pembaca akan

lebih memahami makna yang tersirat di dalamnya. Karya sastra

geguritan pun semakin banyak digunakan pengarang sebagai

media penyampaian pesan dan ajaran hidup.

2) Tembang Macapat

a) Pengertian Tembang Macapat

Sutardjo (2011: 1) mengemukakan bahwa :

Sastra Jawa tulis dalam masyarakat saat ini dibagi menjadi


dua bagian, yaitu sastra tradisional dan sastra modern.
Kesastraan Jawa tradisional banyak tergubah dalam bentuk
gancar atau gancaran ‘prosa’, dan basa pinathok ‘puisi,
sajak’. Bentuk Kesastraan Jawa puisi diantaranya
berbentuk puisi Jawa Kuna berupa saloka dan kakawin,
Jawa Tengahan berupa kidung, dan kesastraan Jawa
modern berupa tembang macapat, lagu dolanan dan
geguritan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis akan

berusaha untuk menguraikan teori yang berhubungan dengan

tembang macapat.

Menurut Sutardjo (2011: 8) kata tembang merupakan

bahasa Jawa ngoko, bahasa kramanya adalah sekar. Tembang

atau sekar merupakan hasil dari bahasa yang edi ‘baik’ dan

endah ‘indah’, berupa gabungan kata- kata yang terikat oleh

aturan- aturan tertentu yaitu lagu. Tembang pada dasarnya

merupakan bentuk karangan yang didasari lagu atau metrum.


17

Dengan demikian definisi mengenai tembang macapat adalah

karya sastra Jawa dengan syair yang baik dan indah yang

dibawakan dengan dilagukan atau ditembangkan.

Berkaitan dengan pengertian tembang macapat yang

tepat beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya. Namun,

pengertian dari tembang macapat sampai saat ini belum ada

kesepakatan, dan pendapat dari para ahli berbeda- beda.

Menurut Poerwadarminta dalam Sutardjo (2011: 9)

mengemukakan bahwa kata macapat berasal dari kata maca

‘membaca atau melagukan’, dan pat yang berubah menjadi mat

(proses asimilasi tunggal ditikulasi) wancahan dari kata nikmat

yang berarti ‘sangat enak, sangat terasa’. Jadi macapat berarti

senang membaca dengan penuh rasa indah atau nikmat.

Sehubungan dengan pendapat diatas, Sutardjo (2011: 10)

berpendapat macapat berasal dari kata maca membaca dan pat

yang berubah menjadi maat dalam bahasa Belanda maat yang

berarti irama, metrum, tembang. Sehingga macapat berarti

membaca dengan irama.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan

bahwa tembang macapat merupakan karya sastra jawa yang

disusun berdasarkan pathokan ‘pedoman’ tertentu dengan syair

yang indah dan dibawakan dengan cara ditembangkan atau

berirama. Dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah


18

Bagus berisi tembang macapat yang di dalamnya banyak

menyimpan nilai- nilai budi pekerti yang dapat diterapkan dalam

kehidupan manusia saat ini. Tembang macapat merupakan bagian

dari kekayaan sastra jawa yang tinggi akan makna dan ajaran

hidup yang bermanfaat sebagai pandangan hidup manusia.

b) Pathokan ‘pedoman’ dalam Tembang Macapat

Menurut Sutardjo (2011: 11) tembang macapat muncul

antara akhir abad ke-16 Masehi sampai permulaan abad ke-19

Masehi. Mengenai jumlah tembang macapat ada beragam

pendapat. Ada yang mengatakan 9 yaitu Dhandhanggula, Durma,

Kinanthi, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Asmarandana,

Pocung dan Sinom. Ada pula yang mengatakan 11, yaitu seperti

diatas di tambah Megatruh dan Gambuh. Bahkan ada yang

mengatakan 15, dengan menambahkan lagi tembang Jurudemung,

Wirangrong, Balabak dan Girisa. Namun pendapat yang

mengatakan tembang macapat ada 11 tembang dianggap paling

umum dan sering dirujuk dalam masyarakat (Sutardjo, 2011: 12-

13). Masyarakat luas sampai dengan saat ini meyakini bahwa

tembang macapat berjumlah 11, yaitu Mijil, Sinom,

Asmarandhana, Kinanthi, Durma, Pocung, Megatruh, Gambuh,

Dhandhanggula, Pangkur, dan Maskumambang.

Dalam membawakan tembang macapat ada pathokan

atau pedomannya. Menurut Sutardjo (2011: 23- 24) pedoman


19

dalam tembang macapat meliputi guru gatra, guru wilangan

dan guru lagu atau dhong- dhing. Guru gatra adalah

banyaknya jumlah baris dalam tiap bait suatu tembang. Guru

gatra dalam setiap tembang macapat bersifat baku atau tetap

pada ‘metrum (nama, pupuh) tembang yang sama.

(1) Guru wilangan. Guru wilangan ialah konvensi/ aturan

jumlah suku kata tertentu untuk nama/ pupuh (metrum)

tembang macapat dalam tiap- tiap gatra. Misalnya Pocung :

I- 12, II- 6, III- 8, IV- 12, dst.

(2) Guru lagu/ dhong- dhing dalam tembang macapat adalah

konvensi/ aturan jatuhnya suara pada tiap akhir gatra.

Misalnya Pocung : I- 12- u, II- 6- a. III- 8- i, IV- 12- a, dst.

Berdasarkan konvensi/ aturan guru gatra, guru wilangan dan

guru lagu (dhong- dhing) diatas, dapat dibuatkan tabel sebagai

berikut:

Tabel 1. Pathokan tembang macapat


Guru Wilangan dan Guru Lagu
Nama Tembang Gatra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pocung 4 12u 6a 8i 12a - - - - - -
Maskumambang 4 12i 6a 8i 8a - - - - - -
Gambuh 5 7u 10u 12i 8u 8o - - - - -
Megatruh 5 12u 8i 8u 8i 8o - - - - -
Kinanthi 6 8u 8i 8a 8i 8a 8i - - - -
Mijil 6 10i 6o 10e 10i 6i 6u - - - -
Pangkur 7 8a 11i 8u 7a 12u 8a 8i - - -
Asmarandana 7 8i 8a 8e/o 8a 7a 8u 8a - - -
Durma 7 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7i - - -
Sinom 9 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12a -
Dhandhanggula 10 10i 10a 8e 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a
20

c) Watak Tembang Macapat

Menurut Sutardjo (2011: 34- 36) tembang macapat

sebenarnya mempunyai makna yang dalam atau mengandung

filsafat hidup manusia, sejak lahir hingga meninggal, yaitu

sebagai berikut:

(1) Mijil: yaitu masa kelahiran atau mijil ‘keluar’. Tembang ini

mempunyai sifat prihatin, karena dalam menghadapi

kelahiran seorang anak biasanya orang tua prihatin agar

putranya selalu selamat, sejak di kandungan hingga lahir

selalu mendapatkan keselamatan. Selain prihatin, biasanya

juga dibarengi dengan rasa senang karena putranya telah

lahir, atau mensyukuri kelahiran anak untuk menyambung

sejarah orang tua.

(2) Maskumambang: yaitu menggambarkan masa anak- anak

yang penuh kenikmatan dalam hidupnya, belum terbebani

kehidupan, hanyalah bersenang- senang atau bermain- main.

Watak tembang maskumambang adalah nelangsa ‘prihatin,

sedih’, karena orang tua was- was dan khawatir anaknya

banyak menemui halangan atau musibah.

(3) Sinom: yaitu menggambarkan masa muda, wataknya simpatik

atau grapyak, luwes ‘supel’. Pemuda- pemudi biasanya

senang bergaul/ berteman, pandai bicara atau bergaul untuk

mencari teman/ sahabat dan simpati orang lain.


21

(4) Durma: yaitu masih menggambarkan semasa muda yang

biasanya mudah terpengaruh atau kemasukan hal- hal yang

kurang baik. Tembang ini berwatak galak ‘pemberani’,

sereng ‘tegang’, senang menceritakan masalah perkelahian

atau peperangan karena masa muda biasanya mudah

terpengaruh dan senang berkelahi atau bersaing.

(5) Asmarandana: yaitu menggambarkan masa mulai

kasmaran ‘jatuh cinta’, terpikat perasaan hati dengan lain

jenis. Watak tembang ini grapyak ‘simpatik’, gembira dan

sedih. Hal ini menggambarkan bahwa muda/ mudi

biasanya hatinya sangat senang, tetapi juga sedih karena

khawatir kekasihnya tergoda pemuda/ pemudi lain.

(6) Kinanthi: yaitu menggambarkan masa mulai berkeluarga,

hidup rukun dan damai. Wataknya serba senang, asih,

gumolong ‘bersatu’. Masa perkawinan awal, mempelai

baru biasanya memang menyenangkan, selalu kasih

sayang dan bersatu.

(7) Dhandhanggula: yaitu menggambarkan mulai merasakan

hari tua, mulai mengatur atau menyelaraskan hidup dan

kehidupan sehari- hari. Watak tembang ini manis,

ngresepake ‘meresapkan hati’, luwes. Masa tua biasanya

pandai bergaul karena telah berpengalaman, senang

bekerja sama dengan orang lain atau tetangga.


22

(8) Gambuh: yaitu menggambarkan watak seseorang yang

semakin dewasa atau semakin matang, sehingga dapat

menyesuaikan kebutuhan lahir dan batin, keluarga dan

masyarakat. Watak tembang ini memberi nasihat, selalu

memberikan penjelasan. Biasanya seseorang yang telah tua

selalu dapat menyelaraskan hidupnya dan senang menasihati

pada anak, cucu dan orang lain, hidupnya telah selaras dan

seimbang.

(9) Pangkur: menggambarkan masa usia lanjut, udzur dan

ngungkurake kadonyan ‘mengesampingkan urusan duniawi’.

Wataknya sereng ‘semangat’, prawira ‘perwira’. Pada masa

ini semangat dalam melawan nafsu yang tidak baik, gaya

hidup mewah, bersenang- senang sudah ditinggalkan dan

lebih mendekatkan diri pada Tuhan.

(10) Megatruh: menggambarkan mulai sadar akan kematiannya,

megatruh ‘pisahnya roh dengan badan’. Wataknya susah,

nelangsa, prihatin, getun ‘sedih’, ‘kecewa’. Sedih karena

akan berpisah dengan keluarga, anak, saudara, serta kecewa

akan perbuatan semasa hidupnya bahkan ketakutan.

(11) Pocung: menggambarkan masa sudah dipocong ‘mati,

meninggal’. Wataknya sembrana ‘sembarangan’, sakpenake

‘seenaknya’. Manusia yang telah meninggal akan lupa

segalanya, tidurnya seenaknya.


23

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa tembang macapat merupakan karya sastra

yang berisi ajaran- ajaran hidup yang baik. Tembang macapat

menggunakan syair yang indah dan baik karena telah disesuaikan

dengan pathokan tembang macapat. Di dalam geguritan

Dharmakerti isinya berupa tembang macapat yang banyak pesan

berupa nilai dan ajaran hidup bagi masyarakat dalam menjalani

kehidupan. Pesan yang ingin disampaikan pengarang diharapkan

mampu membuat pembacanya untuk tahu lebih dalam mengenai

bagaimana menjalani hidup yang baik untuk menjadi pribadi yang

berkarakter dan berbudi pekerti luhur. Pengarang berharap dari

karyanya tersebut masyarakat dapat mencontoh teladan yang baik

dan tidak meniru contoh perilaku yang kurang baik. Sehingga,

pesan moral dan nilai budi pekerti merupakan salah satu tujuan

yang ingin dicapai pengarang dalam menciptakan suatu karya

sastra. Masyarakat yang cerdas adalah mereka yang mempunyai

etika dan berkepribadian baik dengan berpegangan pada budi

pekerti yang luhur.

3. Nilai

a. Pengertian Nilai

Karya sastra selalu berusaha untuk menampilkan cerita- cerita

yang bersifat mendidik. Karya sastra yang demikian mempunyai andil

yang cukup besar dalam mempengaruhi dan membentuk pola pikir


24

seseorang untuk dapat menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan

contoh yang baik.

Nilai atau value berasal dari Bahasa Latin ‘valere’ yang secara

harfiah berarti baik atau buruk. Darmadi (2012: 27-28) mengemukakan

bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika

(benar-salah), estetika (bagus-buruk), etika (adil-tidak adil), agama

(dosa-dan haram halal) serta menjadi acuan dan atas sistem keyakinan

diri maupun kehidupan.

Selanjutnya menurut Rokeah (dalam Darmadi, 2012: 27) bahwa

nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang dianggap bernilai, adil,

baik dan indah serta menjadi pedoman atau pegangan diri. Sebagai

sesuatu yang dianggap bernilai maka hal tersebut dapat dijadikan

sebagai pegangan dalam menjalani kehidupan dan sebagai

pertimbangan dalam menyimpulkan suatu masalah.

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian

selanjutnya diambil keputusan. Keputusan yang diambil tersebut

berkaitan dengan nilai dari sesuatu. Dengan nilai masyarakat dapat

memutuskan apakah sesuatu tersebut benar atau salah, baik atau

kurang baik dan sebagainya. Menurut Zuriah (2011: 19) berpendapat

bahwa nilai- nilai hidup dalam masyarakat banyak jumlahnya sehingga

pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih dan

menerapkan nilai- nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai


25

landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten

dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian

manusia akan senantiasa berpegang pada aturan nilai yang benar dalam

menjalani kehidupan yang akhirnya dapat menjadi kebiasaan masyarakat

dalam menentukan langkah yang tepat untuk mengambil keputusan demi

kehidupan yang lebih bernilai dan bermanfaat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai pengertian nilai

dapat diambil kesimpulan bahwa nilai merupakan sesuatu yang penting

dan berharga dalam kehidupan manusia yang menjadi patokan atau

pegangan dalam mengambil keputusan untuk menentukan baik dan

buruk, serta benar dan salah, karena nilai itu merupakan sifat yang

melekat pada manusia baik sifat buruk maupun sifat baik. Sehingga

masyarakat akan lebih memaknai hidupnya dan menjadi manusia yang

berperilaku santun. Nilai budi pekerti dalam karya sastra merupakan

pesan pengarang kepada pembaca untuk mendidik manusia agar

mampu menjadi manusia yang bermoral dan berbudi pekerti luhur.

Karya sastra menyajikan gambaran mengenai contoh- contoh yang bisa

diterapkan dalam kehidupan, serta penggambaran sifat buruk yang

perlu dihindari. Seperti halnya dalam geguritan Dharmakerti yang

banyak mengandung pesan moral dan nilai- nilai luhur.

1) Nilai Budi Pekerti

Dalam Kamus Bahasa Indonesia ‘budi berarti bagian dari

kata hati yang dapat membedakan baik buruk sesuatu, dan ‘pekerti
26

yang berarti perbuatan, perilaku. Pekerti dapat diartikan sebagai

moralitas yang mengandung pengertian adat istiadat, sopan santun,

sikap dan perilaku. Budi pekerti mengajarkan tentang perilaku

dalam kehidupan baik itu yang baik maupun buruk. Menurut

Nurgiyantoro (2010: 320) bahwa secara umum moral menunjuk

pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai

perbuatan, sikap, akhlak, budi pekerti dan susila.

Sehubungan dengan hal tersebut, Zuriah (2011: 17)

mengemukakan bahwa pengertian budi pekerti mengacu pada

pengertian dalam bahasa Inggris, yang diterjemahkan sebagai

moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain: (a)

adat istiadat, (b) sopan santun, dan (c) perilaku. Namun pengertian

budi pekerti secara hakiki adalah perilaku. Budi pekerti akan

mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud

dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap dan kepribadian

masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas moral atau budi pekerti

merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau

patokan baik dan buruk mengenai sikap, perbuatan, dan tingkah

laku seseorang, sehingga dapat memunculkan pribadi- pribadi yang

mempunyai sikap positif dan kesadaran untuk membedakan antara

yang baik dan buruk, yang pantas dan yang tidak pantas, serta
27

dapat berpikir rasional dan mampu memperhatikan norma-norma

atau aturan yang ada dalam masyarakat.

Mengingat budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan

yang bersumber kepada masyarakat, maka konsep budi pekerti

menjadi lebih luas lagi dengan menyerap aspek budi pekerti dari

lingkungan yang makin meluas. Dengan demikian, terdapat

hubungan antara budi pekerti dengan nilai- nilai moral dan norma

hidup. Menurut Zuriah (2011: 69) nilai budi pekerti meliputi: a)

meyakini adanya Tuhan YME dan selalu menaati ajaran- Nya, b)

menaati ajaran agama, c) memiliki dan mengembangkan sikap

toleransi, d) memiliki rasa menghargai diri sendiri, e) tumbuhnya

disiplin diri, f) mengembangkan etos kerja dan belajar, g) memiliki

rasa tanggungjawab, h) memiliki rasa keterbukaan, i) mampu

mengendalikan diri, j) mampu berpikir positif, k) mengembangkan

potensi diri, l) menumbuhkan cinta dan kasih sayang, m) memiliki

kebersamaan dan gotong royong, n) memiliki rasa kesetiakawanan,

o) saling menghormati, p) memiliki tata krama dan sopan santun,

q) memiliki rasa malu, dan r) menumbuhkan kejujuran.

Adapun definisi dari nilai- nilai budi pekerti di atas adalah

sebagai berikut:

a) Meyakini adanya Tuhan dan menaati ajaran- Nya

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa meyakini adanya

Tuhan dan menaati ajaran-Nya yaitu suatu sikap dan perilaku


28

yang mencerminkan keyakinan dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Herusatoto (2008: 126) percaya ialah percaya

terhadap utusan-Nya, karena dengan percaya kepada utusan-

Nya berarti percaya pula kepada jiwa pribadinya sendiri dan

juga kepada Allah. Namun pada dasarnya manusia telah

dibekali naluri yang berkaitan dengan kepercayaan akan adanya

Tuhan. Dengan demikian, sebagai makhluk yang beragama

manusia dituntut untuk senantiasa menaati ajaran agamanya,

serta menjauhi segala larangan agama.

b) Menaati ajaran agama

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa menaati ajaran

agama yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan kepatuhan,

tidak ingkar, dan taat menjalankan perintah dan menghindari

larangan agama.

Menurut Herusatoto (2008: 127) selalu setia dan

melaksanakan segala perintah- Nya disebut mituhu. Agama

mengajarkan sesuatu yang patut dijalankan dan yang perlu

dihindari. Manusia dituntut untuk patuh dan taat menjalani ajaran

agamanya, dan menghindari segala hal yang dilarang oleh agama.

c) Memiliki dan mengembangkan sikap toleransi

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa memiliki dan

mengembangkan sikap toleransi yaitu sikap dan perilaku yang


29

mencerminkan toleransi dan penghargaan terhadap pendapat,

gagasan, tingkah laku orang lain, baik yang sependapat maupun

yang tidak sependapat dengan dirinya.

Menurut Rukiyati (2008: 152) dalam kaitan hubungan

antar pemeluk agama disebutkan formula berbeda dalam

persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan. Hellen Keller

(1880- 1968) dalam Rukiyati (2008: 152) menyatakan bahwa

hasil tertinggi dari suatu pendidikan adalah sikap toleran.

Beragam suku, ras, budaya, agama dan sebangainya menuntut

manusia untuk dapat saling memahami dan menghargai pilihan

dan pendapat orang lain.

d) Memiliki rasa menghargai diri sendiri

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa memiliki rasa

menghargai diri sendiri yaitu sikap dan perilaku yang

mencerminkan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri

dengan memahami kelebihan dan kekurangan dirinya.

Menurut Rukiyati (2008: 136) harga diri atau self

esteem berarti menilai diri sendiri. Menilai diri sendiri berarti

merasa hormat terhadap diri sendiri sehingga akan mengurangi

penyalahgunaan pikiran atau badan sendiri. Manusia

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- masing.

Dengan kita mampu memahami siapa diri kita, apa kelebihan

dan kekurangan yang ada dalam diri kita dapat menjadikan


30

seseorang lebih menghargai dirinya sendiri dengan menjadikan

kekurangan yang ada dalam diri menjadi kelebihan yang tak

dimiliki orang lain.

e) Tumbuhnya disiplin diri

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa tumbuhnya disiplin

diri yaitu sikap dan perilaku sebagai cerminan dari ketaatan,

kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan

perilaku seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku.

Menurut Rukiyati (2008: 139) disiplin diri atau self

discipline perlu ditanamkan pada para peserta didik, pendidik,

pelatih, pembimbing dan semua komponen yang terlibat dalam

proses pembelajaran. Seseorang harus mampu mengendalikan

dirinya untuk senantiasa berperilaku sesuai tata tertib yang ada.

f) Mengembangkan etos kerja dan belajar

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa mengembangkan

etos kerja dan belajar yaitu sikap dan perilaku sebagai cerminan

dari semangat, kecintaan, kedisiplinan, kepatuhan atau

loyalitas, dan penerimaan terhadap kemajuan hasil kerja dan

belajar.

Menurut Rukiyati (2008: 139) belajar adalah langkah

pertama dalam mengerjakan sesuatu dan bagaimana melakukan

sesuatu. Dalam hal ini perlu ditanamkan bahwa semua

pekerjaan adalah baik dan mulia, cara bekerja sama, memberi


31

dorongan dan apresiasi terhadap usaha- usaha mereka, bekerja

dengan penuh riang gembira, disertai dengan pemberian contoh

yang teliti dan cermat. Dengan memiliki etos kerja dan belajar

yang tinggi seseorang akan mampu memanfaatkan kesempatan

yang ada untuk dapat berbuat sesuatu yang berguna bagi

dirinya dan orang lain.

g) Memiliki rasa tanggung jawab

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa memiliki rasa

tanggungjawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia

lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Mustofa (1999: 132) tanggung jawab adalah

kesadaran manusia akan tingkah laku baik yang disengaja atau

tidak. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban.

Dengan kata lain seseorang mempunyai kewajiban masing-

masing yang harus dilakukan serta mempertanggungjawabkan

segala perilaku dan perkataannya sebagai akibat sikap tindak

sendiri atau pihak lain.

h) Memiliki rasa keterbukaan

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa memiliki rasa

keterbukaan yaitu sikap dan perilaku seseorang yang

mencerminkan adanya keterusterangan terhadap apa yang


32

dipikirkan, diinginkan, diketahui, dan kesediaan menerima saran

serta kritik dari orang lain.

Menurut Rukiyati (2008: 137) kerendahan hati adalah

bagian dari aspek afektif dari pengetahuan terhadap diri sendiri

dan merupakan keterbukaan dan ketertarikan terhadap kebenaran

serta kemampuan bertindak untuk mengoreksi kelemahan atau

kekurangan. Sikap terbuka menuntut seseorang untuk tidak

mementingkan dirinya sendiri tetapi juga memikirkan dan

menghargai perasaan orang lain. Juga harus mampu menerima

saran dan kritik orang lain terhadap diri sendiri sebagai masukan

yang bermanfaat.

i) Mampu mengendalikan diri

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa mampu

mengendalikan diri yaitu kemampuan seseorang untuk dapat

mengatur dirinya sendiri berkenaan dengan kemampuan, nafsu,

ambisi, keinginan, dalam memenuhi rasa kepuasan dan kebutuhan

hidupnya.

Menurut Rukiyati (2008: 137) kontrol diri atau self

control adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, dan hal ini

diperlukan juga untuk mengekang kesenangan diri sendiri.

Seseorang yang dapat mengendalikan dirinya terhadap nafsu,

ambisi dan segala keinginan dan kebutuhan hidupnya merupakan


33

orang yang mampu untuk berperilaku sewajarnya. Tidak perlu

berlebihan dan tidak ambisius untuk mendapatkan sesuatu.

j) Mampu berpikir positif

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa mampu berpikir

positif yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk dapat berpikir

jernih, tidak buruk sangka, mendahulukan sisi positif dari suatu

masalah.

Menurut Herusatoto (2008: 126) manusia harus dapat

bersifat hati- hati sehingga dapat memisahkan antara yang

benar dan salah, yang baik dan bukan, yang berubah dan yang

tidak berubah. Tidak berburuk sangka, tidak berpikir negatif.

Senantiasa bahwa segala sesuatu yang belum pasti

kebenarannya belum tentu buruk. Perlu dicari kepastiaannya

untuk menghindarkan diri dari pikiran yang tidak baik.

k) Mengembangkan potensi diri

Zuriah (2011: 69) menyatakan bahwa mengembangkan

potensi diri yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk dapat

membuat keputusan sesuai dengan kemampuannya mengenal

bakat, minat, dan prestasi serta sadar akan keunikan dirinya

sehingga dapat mewujudkan potensi diri yang sebenarnya.

Menurut Rukiyati (2008: 135) mengenal diri sendiri

atau self knowledge adalah kemampuan mengenal dan

memahami diri sendiri. Setiap manusia mempunyai bakat dan


34

potensi masing- masing. Dengan terus belajar mengasah bakat

dan potensi yang ada seseorang akan merasa lebih berharga dan

berusaha untuk terus berkembang.

l) Menumbuhkan cinta dan kasih sayang

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa menumbuhkan

cinta dan kasih sayang yaitu sikap dan perilaku seseorang yang

mencerminkan adanya unsur memberi perhatian, perlindungan,

penghormatan, tanggungjawab, dan pengorbanan terhadap

orang yang dicintai dan dikasihi.

Menurut Mustofa (1999: 83) cinta kasih merupakan

perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan

perasaan belas kasihan. Adanya perasaan cinta dan kasih

sayang akan menimbulkan sikap untuk selalu melindungi,

memberi perhatian, bahkan rela berkorban demi orang yang

dicintai dan dikasihi.

m) Memiliki kebersamaan dan gotong royong

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa memiliki

kebersamaan dan gotong royong yaitu sikap dan perilaku

seseorang yang mencerminkan adanya kesadaran dan kemauan

untuk bersama-sama, saling membantu, dan memberi tanpa

pamrih.

Menurut Budiningsih (2013: 82) gotong royong

merupakan bentuk perwujudan dari prinsip kerukunan, yang


35

bertujuan untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan

bersama demi kepentingan bersama. Manusia sebagai makhluk

sosial tentu membutuhkan orang lain. Sehingga dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat gotong royong dan saling

tolong menolong sangat penting demi tercapainya kepentingan

bersama dan mempererat persaudaraan.

n) Memiliki rasa kesetiakawanan

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa memiliki rasa

kesetiakawanan yaitu sikap dan perilaku seseorang yang

mencerminkan kepedulian kepada orang lain, keteguhan hati, rasa

setiakawan, dan rasa cinta terhadap orang lain dan kelompoknya.

Menurut Rukiyati (2008: 140) kesetiaan atau loyalitas

berkaitan dengan hubungan kekeluargaan, persahabatan, afilisiasi

keagamaan, kehidupan profesional, yang kesemuanya itu dapat

berubah dan dikembangkan ke arah yang baik. Setiakawan berarti

loyal, setia, memiliki rasa persatuan terhadap orang lain.

o) Saling menghormati

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa saling

menghormati yaitu sikap dan perilaku untuk menghargai dalam

hubungan antar individu dan kelompok yang berdasarkan

norma dan tata cara yang berlaku.

Menurut Rukiyati (2008: 138) rasa hormat pada

dasarnya adalah pengendalian moralitas dari gangguan


36

eksternal. Ada rasa untuk senantiasa saling menyayangi,

menghargai dan menghormati terhadap sesama tanpa

memandang status sosialnya.

p) Memiliki tata krama dan sopan santun

Zuriah (2011: 70) memiliki tata krama dan sopa santun

yaitu sikap dan perilaku sopan santun dalam bertindak dan

bertutur kata terhadap orang tanpa menyinggung atau

menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku sesuai

dengan norma, budaya dan adat istiadat.

Menurut Zuriah (2011: 84) sopan santun adalah sikap

dan peilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat. Kita hendaknya dalam

berperilaku maupun bertutur kata didasarkan pada norma tata

krama dan sopan santun. Jangan sampai orang lain merasa

tersakiti dengan perilaku maupun tutur kata yang menyinggung

perasaan orang lain.

q) Memiliki rasa malu

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa memiliki rasa

malu yaitu sikap dan perilaku yang menunjukkan tidak enak

hati, hina, rendah karena berbuat sesuatu yang tidak sesuai

dengan hati nurani, norma dan aturan.

Menurut Rukiyati (2008: 61) dalam kehidupan manusia

ada berbagai norma, dan apabila perbuatan- perbuatan manusia


37

tidak sesuai dengan norma, maka manusia dapat dikenai sanksi.

Salah satunya adalah sanksi moral berupa perasaan malu.

Perasaan malu timbul karena merasa tidak enak hati atau

terganggu karena melakukan suatu kesalahan. Sehingga

diharapkan seseorang menyadari dan mampu memperbaiki

kesalahannya.

r) Menumbuhkan kejujuran

Zuriah (2011: 70) menyatakan bahwa menumbuhkan

kejujuran yaitu sikap dan perilaku untuk bertindak dengan

sesungguhnya dan apa adanya, tidak berbohong, tidak dibuat-

buat, tidak ditambah, dan tidak dikurangi, serta tidak

menyembunyikan kejujuran.

Menurut Zuriah (2011: 83) jujur merupakan sikap dan

perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,

berkata apa adanya dan berani mengakui kesalahan. Seseorang

dinilai berdasarkan perilaku dan tutur katanya. Seseorang yang

senantiasa berkata jujur akan selalu dipercaya oleh orang lain,

menambah persaudaraan dan tali silaturahmi.

4. Relevansi dengan Kehidupan Sekarang

Nilai erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Moralitas atau

budi pekerti sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat membuatnya

mampu membedakan yang baik dan buruk. Menurut Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia (KLBI, 703) relevansi adalah kaitan, atau hubungan.


38

Karya sastra mengandung ajaran dan nilai kehidupan. Nilai yang terdapat

karya sastra biasanya berupa refleksi dari kenyataan yang ada dalam

kehidupan masyarakat. Sehingga hal tersebut tentu ada kaitannya atau

hubungannya antara nilai dalam karya sastra dengan kehidupan manusia.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang terdidik dan dapat

dididik. Pendidikan nilai adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar

lagi, khususnya yang menyangkut proses klarifikasi nilai- nilai keyakinan

dan kehidupan bagi manusia itu sendiri (Darmadi, 2012: 123). Dengan

adanya pendidikan nilai- nilai pekerti maka diharapkan manusia mampu

membedakan hal- hal yang baik dan buruk sehingga mampu menjalani

kehidupan dengan berlandaskan nilai yang baik tanpa terlepas dengan

aturan yang ada.

Manusia hidup dengan berpedoman pada ajaran atau aturan hidup

yang berlandaskan nilai untuk dapat dijadikan pegangan hidup dalam

bersikap, bertingkah laku dan bertindak. Nilai selalu menyangkut pada

tindakan atau perbuatan. Manusia sebagai makhluk yang sempurna

dibekali akal untuk digunakan dalam bersikap dan menjadi manusia yang

bermoral. Manusia mempunyai potensi untuk dapat menerima segala

aturan hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial.

Zuriah (2011: 19) mengemukakan bahwa pendidikan moral

berusaha untuk mengembangkan pola perilaku sesuai dengan kehendak

masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang

berisi nilai- nilai dan kehidupan yang ada dalam masyarakat. Dengan
39

demikian, semakin seseorang mempunyai moral yang baik maka kualitas

hidupnya akan semakin baik. Ia akan mampu menyeimbangkan antara

sikap dan perilaku bermasyarakat dengan peraturan yang ada. Melihat

perkembangan teknologi yang semakin maju yang mencakup segala aspek

kehidupan telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.

Budiningsih (2013: 82) mengatakan bahwa adanya transisi budaya

yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan

elektronika mengakibatkan terjadinya pergeseran pola interaksi remaja kearah

individual rasional. Budaya asing yang masuk dalam berbagai bentuk banyak

mengandung nilai individualistis yang lambat laun mengubah pola kehidupan

masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang cenderung masih

mengutamakan kebersamaan dan nilai sosial yang tinggi. Hal tersebut dapat

dilihat dari mulai berubahnya sikap dan perilaku, gaya hidup, dan pola pikir

masyarakat yang mulai kehilangan pegangan hidup berupa nilai moral dan

budi pekerti. Contoh budaya luar yang dapat menunjukkan kemunduran

dalam hal nilai moral dan budi pekerti adalah maraknya berita di televisi yang

memberitakan berbagai peristiwa kriminal dan amoral masyarakat seperti

pembunuhan, penganiayaan, tawuran, kisruh antar desa, pembegalan dan lain

sebagainya. Hal ini sangat jelas menggambarkan begitu tingginya penurunan

kesadaran moral masyarakat saat ini. Dengan demikian kebudayaan lokal

seperti silaturahmi, gotong royong, tata krama serta sopan santun yang

bernilai luhur perlahan mulai pudar.


40

Dalam Haricahyono ( 1995: 210) Kant menyatakan bahwa moral

mencakup makna yang begitu luas, antara lain tingkah laku membantu

orang lain, tingkah laku yang sesuai dengan norma sosial, internalisasi

norma sosial, timbulnya empati atau rasa bersalah, penalaran tentang

keadilan, dan memperhatikan kepentingan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra juga memiliki peranan

penting bagi kehidupan masyarakat. Namun, seiring dengan semakin

berkembangnya zaman dan arus globalisasi, nilai- nilai budi pekerti

tersebut mulai luntur. Masyarakat mulai mengesampingkan nilai- nilai dan

ajaran hidup yang luhur. Teknologi dan arus globalisasi yang lebih

menunjukkan sikap individual membuat nilai budi pekerti masyarakat

mulai hilang. Nilai budi pekerti yang ada seharusnya terus dijaga dan

dilestarikan serta diselaraskan, sehingga tidak luntur meskipun mendapat

pengaruh dari luar. Dengan demikian, kehidupan masyarakat akan

senantiasa tercermin dari sikap dan tingkah lakunya yang berpedoman

pada nilai budi pekerti yang luhur.

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah sebuah kajian secara kritis terhadap kajian

terdahulu sehingga dapat diketahui perbedaan yang khas antara penelitian

yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Sehingga meskipun

obyek yang diteliti sama tetapi berbeda pengkajiannya. Dalam tinjauan

pustaka ini, peneliti mengemukakan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh


41

peneliti dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian

sebelumnya, sebagai berikut :

1. Sri Wahyuni tahun 2009, mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial Jurusan

Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Semarang, dalam

penelitiannya yang berjudul Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Yang

Diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Margoyoso Kabupaten Pati .

Sri Wahyuni dalam penelitiannya membahas mengenai

implementasi pendidikan nilai budi pekerti yang diimplementasikan dalam

mata palajaran PKn di sekolah. Dalam analisisnya ditemukan nilai

pendidikan budi pekerti yang meliputi (1) menguraikan nilai- nilai

Pancasila meliputi a) beriman, b) bertaqwa, c) bersyukur, (2) menunjukkan

sikap positif pemerintahan meliputi a) percaya diri, b) tegas, c) tertib, d)

jujur, (3) menunjukkan sikap positif terhadap kehidupan manusia meliputi

a) sikap hormat, b) tenggang rasa, c) menghormati orang lain, d) saling

menolong, e) sopan santun, f) ramah, g) sikap hormat, h) sabar, i) rasa

kasih sayang, (4) menunjukkan sikap positif terhadap demokrasi meliputi

a) menghargai orang lain, b) bijaksana, dan d) demokratis.

Penelitian mengenai nilai budi pekerti dalam penelitian geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus memiliki persamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni. Persamaannya adalah sama-

sama mengkaji nilai budi pekerti, sedangkan perbedaannya terletak pada

objek penelitiannya yaitu Sri Wahyuni meneliti “Implementasi Pendidikan


42

Budi Pekerti Yang Diintegrasikan kedalam Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Margoyoso

Kabupaten Pati” sedangkan peneliti mengkaji nilai budi pekerti yang

terdapat dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

2. Siti Bariroh tahun 2014, mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan Kependidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, dalam skripsinya yang berjudul Pendidikan Budi Pekerti

(Studi Komparasi Ki Hadjar Dewantara dan Muhammad Athiyah) .

Dalam penelitiannya Siti Bariroh mengkaji mengenai ide, gagasan,

dan pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dan

Muhammad Athiyah Al- Abrasyi dalam pendidikan budi pekerti. Hal yang

melatarbelakanginya dalam melakukan penelitian ini adalah dengan

adanya kondisi pendidikan yang tidak lagi menghargai nilai- nilai moral,

pendidikan yang bersifat pragmatis dan cenderung mengedepankan nilai-

nilai keduniawian dan mengesampingkan nilai- nilai budi pekerti.

Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Siti Bariroh dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

Persamaannya adalah sama- sama mengkaji nilai budi pekerti, namun

objek kajiannya berbeda. Siti Bariroh mengkaji nilai pendidikan budi

pekerti dengan konsep yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dan

Muhammad Athiyah Al- Abrasyi, sedangkan peneliti mengkaji nilai budi

pekerti dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.


43

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas,

penelitian tentang nilai budi pekerti geguritan Dharmakerti karya I Gusti

Ngurah Bagus sepengetahuan penulis belum ada yang mengkaji, maka

penulis merasa perlu menelitinya untuk memperlengkap penelitian yang

telah ada. Kedua penelitian tersebut telah banyak memberikan manfaat

bagi penulis dalam mengkaji nilai budi pekerti.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Relevansi Nilai Budi Pekerti Dalam

Geguritan Dharmakerti Karya I Gusti Ngurah Bagus ini jenis penelitian

yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam

Ismawati (2011: 112) menyebutkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif

merupakan suatu penelitian yang dijabarkan atau digambarkan menggunakan

kata- kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategorinya untuk

memperoleh kesimpulan.

Sehubungan dengan hal diatas, Moleong (2012: 6) mengemukakan

bahwa deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan

mendesripsikannya menggunakan kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Deskripsi adalah proses penjabaran atau penggambaran suatu obyek

menggunakan kata-kata.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian

dimana dalam penyajiannya melakukan proses penjabaran atau penggambaran

suatu hal baik itu keadaan, peristiwa atau kegiatan dengan cara deskriptif

yakni digambarkan menggunakan kata-kata atau kalimat tertentu bukan angka

sehingga diperoleh kesimpulan yag dikemukakan dalam bentuk laporan

44
45

penelitian. Penelitian ini mengkaji nilai budi pekerti yang terdapat dalam

geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus, sehingga penelitian ini

tidak membutuhkan data- data berupa angka ataupun analisis statistik lainnya.

B. Sumber Data dan Data Penelitian

Dalam penelitian tentu data yang diperoleh berasal dari suatu sumber

yang disebut sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah subyek

penelitian darimana data diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Dalam hal ini

sumber data dalam penelitian ini adalah geguritan yang terdapat dalam sebuah

buku yang merupakan hasil kumpulan dari beberapa geguritan yang berbentuk

tembang yang merupakan karya dari I Gusti Ngurah Bagus yang diterbitkan

oleh Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta

pada Tahun 1979. Geguritan Dharmakerti merupakan hasil transkripsi yang

diambil dari lontar Geguritan Dharma Kerti milik Fakultas Sastra Udayana

Bali. Dalam geguritan Dharmakerti terdiri dari 4 jenis tembang atau pupuh,

yaitu pupuh atau puh Demung, Ginanthi/ Kinanthi, Adri serta Sinom yang

berjumlah 91 geguritan dengan perincian sebagai berikut: 1) puh Demung

sebanyak 6 geguritan, 2) puh Ginanti atau Kinanthi sebanyak 10 geguritan, 3)

puh Adri sebanyak 9 geguritan, dan 4) puh Sinom sebanyak 66 geguritan.

Sedangkan data penelitian menurut Siswantoro (2014: 70) adalah

sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis. Dalam

penelitian sastra memerlukan data dalam bentuk verbal yaitu berwujud kata,

frasa atau kalimat. Data penelitian ini adalah berupa kutipan- kutipan tertentu

yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti yang mana di dalamnya


46

terkandung nilai budi pekerti dan juga keseluruhan isi geguritan untuk

mengetahui relevansinya dengan kehidupan sekarang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan

suatu cara pengumpulan data atau teknik pengumpulan data. Menurut Sugiyono

(2014: 62) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari suatu penelitian adalah untuk

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik pustaka, teknik simak dan teknik catat.

1. Teknik Pustaka

Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber- sumber

tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42). Sumber- sumber

tertulis yang digunakan dipilih yang berkaitan dengan data penelitian.

Sumber-sumber tertulis itu dapat berwujud majalah, surat kabar, karya

sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, dsb. Teknik pustaka yang

dilakukan dalam penelitian ini ini dengan cara mencari geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus yang disimpan di Perpustakaan

Daerah Kabupaten Purworejo. Dalam penelitian ini menggunakan sumber

tertulis utama yaitu sebuah buku yang di dalamnya terdapat kumpulan

geguritan. Selain itu juga digunakan sumber pendukung lain yang berupa
47

buku- buku referensi yang sesuai dengan fokus penelitian sehingga dapat

menunjang dalam melakukan penelitian.

2. Teknik Simak

Menurut Subroto (1992: 41) teknik simak adalah mengadakan suatu

kegiatan menyimak yang bersifat spontan. Peneliti melakukan kegiatan

menyimak dengan cara membaca geguritan Dharmakerti karya I Gusti

Ngurah Bagus secara tekun, cermat dan teliti untuk memperoleh data.

Proses menyimak digunakan untuk mencari data- data yang mengandung

nilai budi pekerti yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti. Setelah

data tersebut diperoleh langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

mencatat data tersebut pada kartu data yang telah dibuat berdasarkan

klasifikasi atau pengelompokkan nilai budi pekerti.

3. Teknik Catat

Setelah menggunakan teknik pustaka dan teknik simak, peneliti juga

menggunakan teknik catat. Menurut Subroto (1992: 42) teknik catat adalah

pencatatan terhadap data relevan pada kartu data yang dilanjutkan dengan

klasifikasi data. Pencatatan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

alat tulis. Peneliti mengidentifikasikan bagaimana nilai-nilai budi pekerti

yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus.

Data yang diperoleh tersebut kemudian dicatat ke dalam kartu data.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
48

instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen adalah alat

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk memudahkan

pekerjaannya dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga mudah diolah.

Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2014: 60- 61) menyatakan :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan


manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,
fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak apat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba
tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti
itu sendiri sebagai alat satu- satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen

penelitian yang utama atau Human Instrument, peneliti berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014: 60).

Sebagai intrumen utama penelitian, maka peneliti itu sendiri berusaha

untuk mendeskripsikan nilai budi pekerti yang terkandung dalam kumpulan

geguritan Dharmakerti. Sebagai instrumen penunjang maka digunakan alat

tulis dan kartu data. Alat tulis digunakan untuk mencatat kutipan- kutipan data

yang diteliti, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam kartu data yang telah

dibuat untuk mencatat data nilai- nilai budi pekerti yang ada dalam geguritan
49

Dharmakerti dan mengelompokkan hasil penelitian sesuai klasifikasi guna

mempermudah penganalisisan data.

Kartu data yang digunakan untuk mencatat nilai budi pekerti yang

terdapat dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus adalah

sebagai berikut.

Tabel 1. Instrumen Penelitian

No. Nama pupuh, Data Kutipan Dan Terjemahan Nilai Budi Pekerti
bait ke-

Keterangan :

Tabel penelitian dalam penyajian data di atas terdiri atas empat kolom, setiap

kolom terperinci sebagai berikut.

1. Kolom pertama berisi nomor urut

Data diberi nomor berdasarkan urutan menulis di dalam kartu pencatat

data. Nomor ditulis dengan angka 1, 2, 3, dan seterusnya.

2. Kolom kedua berisi nama pupuh dan bait pupuh

Kolom kedua berisi nama pupuh dan bait tembang macapat dalam

geguritan Dharmakerti.

3. Kolom ketiga berisi data kutipan dan terjemahan

Kolom ketiga berisi data kutipan yang menunjukkan nilai budi pekerti

serta terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.

4. Kolom keempat berisi analisis nilai budi pekerti

Kolom keempat diisi analisis nilai moral tembang macapat yang ada

dalam geguritan Dharmakerti.


50

E. Teknik Keabsahan Data

Agar data penelitian dapat diperoleh keabsahannya, maka data tersebut

harus diuji kembali agar dapat dipercaya. Menurut Sugiyono (2014: 117)

validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang diperoleh pada obyek

penelitian dengan data yang dilaporkan peneliti. Data yang valid adalah data

‘yang tidak berbeda’ antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Moleong (2012: 321)

berpendapat bahwa keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas)

menurut ‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria,

dan paradigmanya sendiri.

Dari kedua pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

validitas merupakan konsep penting dari sebuah penelitian yang digunakan

untuk mendapatkan data yang benar- benar valid, sehingga tidak ada

perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan data sesungguhnya

yang ada pada obyek yang diteliti. Sehingga hasil penelitian tersebut dapat

dipertanggung jawabkan dari segala segi.

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas

semantis, yakni dengan mengukur tingkat kesensitifan makna simbolik yang

bergayut dengan konteks (Endraswara, 2013: 164). Data berupa peristiwa

yang mengandung nilai budi pekerti yang terdapat dalam geguritan

Dharmakerti dan dapat dimaknai sesuai dengan keseluruhan isi geguritan

dengan cara membaca berbagai buku referensi maupun hasil penelitian terkait.
51

Menurut Moleong (2012: 329) ketekunan/ keajegan pengamatan

berarti mencari interpretasi secara konsisten dngan berbagai cara dalam kaitan

dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha untuk

membatasi berbagai pengaruh, dan apa yang dapat diperhitungkan yang yang

tidak.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri- ciri dan unsur

atau yang sedang dicari dan memusatkan pada hal tersebut secara rinci. Dalam

hal ini peneliti memfokuskan penelitian untuk mencari nilai- nilai budi pekerti

yang terkandung dalam geguritan Dharmakerti. Untuk mendapatkan data

yang mengandung nilai budi pekerti peneliti melakukan fokus penelitian pada

geguritan Dharmakerti secara tekun dan teliti sehingga diperoleh data yang

benar- benar mengandung nilai budi pekerti. Setelah data diperoleh kemudian

dicatat ke dalam kartu data.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2014: 89) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh, melalui teknik pustaka, teknik

simak dan teknik catat, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data tersebut disajikan

dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan menggunakan teknik content analysis (analisis isi).


52

Menurut Ismawati (2011: 81) content analysis adalah sebuah teknik penelitian

untuk membuat inferensi- inferensi atau kesimpulan dengan mengidentifikasi

secara sistematik dan objektif karakteristik- karakteristik khusus dalam sebuah

teks. Aspek penting analisis konten adalah bagaimana hasil analisis tersebut

dapat diimplikasikan kepada siapa saja yang membacanya. Tanpa adanya

implikasi yang jelas maka kajian analisis konten menjadi kurang bermanfaat.

Karakteristik penelitian analisis isi ini secara mendasar berorientasi empiris,

bersifat menjelaskan dan bertujuan produktif.

Adapun tahapan penelitian content analysis (analisis isi) menurut

Ismawati (2011: 88) yaitu:

1. Memilih teks yang akan dianalisis.

2. Memperhatikan tujuan penelitian yang akan dicapai.

3. Mendeskripsikan isi secara objektif dan sistematik.

4. Membuat inferensi-inferensi

Berdasarkan tahapan di atas, maka langkah- langkah yang ditempuh

peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Memilih data yang akan dianalisis, yaitu memisahkan antara data yang

dapat diolah dan yang dapat diolah untuk mengklasifikasikan atau

mengelompokkan nilai budi pekerti serta relevansi isi dalam geguritan

Dharmakerti. Data yang dipilih dalam penelitian ini adalah berupa

geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus yang berisi puh Adri

sebanyak 9 geguritan, puh Demung sebanyak 6 geguritan, puh Ginanthi/

Kinanthi sebanyak 10 geguritan, dan puh Sinom sebanyak 66 geguritan


53

yang didalamnya mengandung nilai budi pekerti dan relevansinya dengan

kehidupan sekarang.

2. Memperhatikan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu untuk : (a)

mendeskripsikan nilai- nilai budi pekerti yang terkandung dalam geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus, dan (b) mendeskripsikan

relevansi nilai- nilai budi pekerti yang terkandung dalam geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus dalam kehidupan sekarang.

Dalam tahap ini dilakukan dengan mengklasifikasi atau mengelompokkan

nilai- nilai budi pekerti dan relevansi dari geguritan Dharmakerti.

3. Mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh secara objektif dan

sistematik. Pada tahap ini, langkah- langkah yang dilakukan adalah

mempelajari dan memahami teori yang berkaitan dengan nilai budi pekerti

sehingga dapat membedakan yang termasuk nilai budi pekerti dan

relevansi isi. Kemudian melakukan deskripsi data sesuai dengan

perumusan masalah yaitu pendeskripsian nilai budi pekerti yang terdapat

dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus dan juga

relevansinya dengan kehidupan sekarang.

4. Membuat inferensi atau kesimpulan, yaitu dengan memahami nilai- nilai

budi pekerti yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti karya I Gusti

Ngurah Bagus sebelum melakukan analisis. Kemudian setelah memahami

nilai budi pekerti yang terdapat dalam geguritan Dharmakerti selanjutnya

melakukan analisis sesuai dengan rumusan masalah, yaitu meliputi nilai

budi pekerti yang terkandung dalam geguritan Dharmakerti tersebut dan


54

relevansi apa saja yang ada dalam geguritan Dharmakerti yang masih bisa

diaplikasikan dengan kehidupan sekarang.

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Data hasil penelitian yang diperoleh perlu disajikan dalam bentuk

penyajian hasil penelitian. Dalam menyajikan data hasil penelitian, penulis

menggunakan teknik informal. Menurut Sudaryanto (1993: 145) teknik

penyajian informal adalah suatu bentuk penyajian hasil analisis dengan

menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol sehingga

pembaca lebih memahami karena uraiannya lebih jelas dan terperinci.

Selanjutnya penulis menyajikan hasil analisis berupa nilai budi pekerti yang

meliputi 1) meyakini adanya Tuhan YME dan selalu mentaati ajaran- Nya, 2)

mentaati ajaran agama, 3) memiliki dan mengembangkan sikap toleransi, 4)

memiliki rasa menghargai diri sendiri, 5) tumbuhnya disiplin diri, 6)

mengembangkan etos kerja dan belajar, 7) memiliki rasa tanggung jawab, 8)

memiliki rasa keterbukaan, 9) mampu mengendalikan diri, 10) mampu

berpikir positif, 11) mengembangkan potensi diri, 12) menumbuhkan rasa

cinta dan kasih sayang, 13) memiliki kebersamaan dan gotong royong, 14)

memiliki rasa kesetiakawanan, 15) saling menghormati, 16) memiliki tata

krama dan sopan santun, 17) memiliki rasa malu, dan 18) menumbuhkan

kejujuran; serta relevansi nilai budi pekerti dengan kehidupan sekarang.


BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA

A. Penyajian Data

1. Nilai Budi Pekerti yang terkandung dalam Geguritan Dharmakerti

Setelah melalui proses pembacaan, pemahaman, dan pencatatan

dengan cermat, maka ditemukan adanya nilai budi pekerti dalam

kumpulan geguritan Dharmakerti. Nilai budi pekerti dalam geguritan

Dharmakerti dapat digunakan oleh siapa saja sebagai pedoman hidupnya

dalam bertindak dan sebagai acuan dalam membina diri menjadi manusia

yang lebih baik.

Untuk mempermudah pemahaman naskah, maka nilai budi pekerti

pada kumpulan geguritan Dharmakerti secara keseluruhan disajikan dalam

bentuk tabel. Tabel tersebut berisi indikator yang menunjukkan nilai moral

yang ada pada teks tersebut dengan ditunjukkan pada pernyataan yang

dicetak tebal.

Tabel 3. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Demung

Nilai Budi
No. No. Data Data Kutipan dan Terjemahan
Pekerti
Ana prateka wayeki, Cinta dan
1. Puh Demung, Maka sarana kaskaya ngraga kasih sayang
bait ke-1 puniku, orang tua
Kang saking mamatut, kepada
Adasar sucining ati, anaknya
Aliha kenang panggrenga,
Ring kreti buana winuwus,
Sabda mpu Suruhan,
Miteketing anak neki,
Sang asadnya Bang Senetan,
Kayeki pidartan ipun.

55
56

Terjemahan :

Adalah suatu hal yang patut


dikerjakan tiap hari,
Sebagai bukti pekerjaan sendiri,
Yang berdasar kebenaran,
Berdasarkan kesucian pikiran,
Tujukan pendengaran kepada
perbuatan yang tersohor di
dunia,
Mengenai kata-kata empu
Suruhan,
Menasehati anaknya,
Yang bernama Bang Senetan,
Begini penjelasannya.
2. Puh Demung, Duh anakku rengen teki, Senantiasa
bait ke-2 Wekasing nguang ungguh mengingat
hakena ring kayun, kematian
Aja lupa sunu,
Dlaha yang ulun mati,
Aja sun ginawya kna,
Wadah- wadahan puniku,
Diastun binosanan,
Kenaka muang sarwa manik,
Tekeng wartra sarwendah,
Anglet saluir tetabuh.

Terjemahan:

Anakku dengarkanlah hal ini,


Nasehat saya camkan dalam
hati,
Janganlah lupa anakku,
Nanti kalau saya mati,
Jangan saya dibuatkan,
Balai tempat mayat, walaupun
dengan berhiaskan,
Emas dan serba manik,
Kain yang bermacam- macam,
Dengan segala bunyi- bunyian.
3. Puh Demung, Lan ilen- ilen saka luir, Sederhana
bait ke 3 Tan saika anggawe tusta tuas dan tidak
ingsun, berlebihan
Apaning puniku,
Sadayania angrewedi,
Saparan saluiring lampah,
57

Kunang pintang kwi ring sunu,


Kang mungguh ring tuas,
Bapanta sakadi iki,
Tan akeh tan akedika,
Tan ana ajinya punika.

Terjemahan:

Maupun segala upacara dan lain-


lain,
Bukan itu membikin hatiku
senang,
Sebab hal itu adalah,
Semuanya menghambat,
Perjalanan dan segala perbuatan,
Tapi adapun permintaanku
kepadamu,
Yang bisa ayah terima dalam
hati,
Seperti ini,
Tidak banyak dan tidak sedikit,
Walaupun hal itu tidak berharga.
4. Puh Demung, Nging luih argan ipun singgih, Sederhana
bait ke-4 Yan wruhan ring mas manic luir dan tidak
ipun, berlebihan
Apata luir ipun,
Lan gawenen ulun kaki,
Kang tirta dalana padang,
Gni prelina sunyeku,
Dyus kama ligiar,
Bubur pirata malih,
Ikanang ulon muah,
Kadi darta ring pungkur.

Terjemahan:

Namun luhur nilainya,


Lebih dari emas dan manik,
Apakah itu semacamnya,
Buatkanlah saya,
Air suci yang merupakan jalan
yang terang,
Api penglebur untuk pergi ke
alam sana,
Sajen dyus Kameligi,
Juga bubur pirata,
58

Ini hal yang pertama,


Dan ada lagi sebagai di bawah
ini.
5. Puh Demung, Ulon apinda ta yeki, Menghargai
bait ke-5 Atapakan surya candra pendapat
makutoku, orang lain
Sida kna puniku,
Sakadi pamitang kuiki,
Ika mangde tustaning tuas,
Rumaket ring manah ulun,
Kang maka jalaran,
Kawenang ulun umungsi,
Umunggua ring Siwa pada,
Ring moksa pada pamutus.

Terjemahan:

Balai- balai seperti ini,


Berdasarkan surya dan bulan
(kesucian),
Kerjakan hal ini sampai selesai,
Sebagai permintaanku,
Yang membikin hatiku senang,
Bersatu dengan pikiran bapak,
Akan merupakan jalan ayah
menuju,
Ke tempat berate Siwa,
Yang akhirnya sebagai orang
orang moksa.
6. Puh Demung, Banggiang amuniki riin Berbakti
bait ke-6 sesananing, kepada orang
Kang putra putri puniku, tua
Stiti bakti ring guru,
Saha ngupakara malih,
Sawaning sang ram arena,
Ring wahya pretekang wuh,
Ingater ulah trikaya,
Sida kotamaning kreti,
Ne mangkin malih kawitang,
Guru lanang guru wadu.

Terjemahan:

Biarkan sekian dulu


pelaksanaan,
Putra- putri iku,
59

Mengenai baktinya kepada


orang tua,
Juga tentang beryadnya,
Kepada mayat orang tua,
Pekerjaan tiap hari dibicarakan,
Yang berdasarkan laksana yang
disebut Trikaya,
Maka akan tercapailah pekerjaan
yang utama,
Sekarang akan dimulai,
Apa yang disebut guru lanang
guru wadu.

Tabel 4. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Ginanthi

Nilai Budi
No. No. data Data Kutipan dan Terjemahan
Pekerti
1. Puh Ginanthi, Dadi istri patut ginung, 1) Bakti istri
bait ke-1 Tingkahe maguru laki, kepada
Punika luih utama, suami
Jalarane manggih suargi,
Nyideyang manyupat somah, 2) Menyayangi
Yan somahe manggih weci. suami

Terjemahan:

Seorang istri patut dipuji,


Bila ia bisa berbakti pada
suaminya,
Itulah istri yang utama,
Yang menyebabkan ia mencapai
sorga,
Ia dapat meruat sang suami,
Kalau suami dalam
kesengsaraan.
2. Puh Ginanthi, Guru laki tatuan ipun, 1) Sabar dan
bait ke-2 Sapuniki caping aji, mampu
Tatan angkara ring swamia, mengendali
Astiti bakti ngayahin, kan diri
Satuduh tuara manulak,
Twi sayangang anak muani. 2) Bertanggung
jawab
60

Terjemahan:

Penjelasan guru laki,


Begini dikatakan dalam ilmu,
Tak marah kepada suami,
Setia dan bakti untuk meladeni,
Tak pernah menolak perintah,
Sungguh disayangi suami.
3. Puh Ginanthi, Sampun ngucap atikacuh, 1) Menghor-
bait ke-3 Wangle teken anak muani, mati suami
Yan nuju ngarepin boga,
Sampun ugi mangungkulin,
Antuk lawat tan kawenang,
Sekenang laut ngayahin.

Terjemahan:

Jangan berkata yang bukan-


bukan,
Tak berani kepada suami,
Tatkala suami sedang makan,
Jangan sampai mengatasi
kepalanya
Malahan membayangi pun
jangan,
Benar- benarlah meladeninya.
4. Puh Ginanthi, Yan suami sedeng maturu, 1) Senantiasa
bait ke-4 Sampun turun manglangkahi, menghor-
Napi buin dwa para ulah, mati
Manyorahin anak muani,
Pageh tilingang manah, 2) Setia
Purnama tilem mabersih. kepada
suami
Terjemahan:

Kalau suami sedang tidur,


Jangan dilangkahi,
Apalagi akan berbuat/ berpikiran
mendua,
Berbuat jahat terhadap suami,
Tetapkan hati dan jujur,
Membersihkan diri dan memuja
tiap hati purnama dan tilem.
5. Puh Ginanthi, Malih rikalaning campur, Mampu
bait ke-5 Sampunang campuh ring mengendalikan
muani, diri
61

Pahe sampun mabyayagan,


Ring margi- margine twi,
Nika yasan anak istriya,
Leteh ragane bresihin.

Terjemahan:

Tatkala datang bulan,


Jangan tidur bersama suami,
Karena darah berceceran,
Di jalan- jalan,
Itulah aturan pelaksanaan
sebagai perempuan,
Membersihkan segala kotoran
dalam badan.
6. Puh Ginanthi, Guru wadon teges ipun, Cinta kasih
bait ke-6 Sang suami masihing rabi, kepada istri
Ngardi trepti manah nira,
Istri guru kawengi,
Kuasa ring saluiring kekaryan,
Saingkah ingkuh jero puri.

Terjemahan:

Arti guru wadon,


Cinta kasih sang suami kepada
istri,
Membuat ketentraman hati sang
istri,
Istri terhormat,
Menguasai segala pekerjaan,
Juga segala persoalan yangada
dalam keluarga.
7. Puh Ginanthi, Tangguh saluiring pakewuh, Gotong royong
bait ke-7 Ngardi kabresihin puri,
Ngupakara putra putri,
Suami miwah kula wargi,
Twin mange ring pakraman,
Abot dangan kasrah sami.

Terjemahan:

Tahan terhadap segala


kesusahan,
Membikin kebersihan rumah,
Menjaga memelihara maupun
62

beryadnya untuk anak- anak,


Kepada suami maupun kepada
warga dan teman,
Juga di masyarakat,
Berat dan ringan menjadi
tanggungannya.
8. Puh Ginanthi, Sapunika guru wadu, Tanggung
bait ke-8 Ngranjing kekuasaning stri, jawab
Yen tepet denya ningkahang,
Tan adua ucaping adi,
Sapekuren tutu badah,
Eling nyakap karyan diri.

Terjemahan:

Begitulah namanya guru wadu,


Semua harus dikuasai oleh istri,
Kalau tepat cara melaksanakan,
Tidak berbeda dengan yang ada
dalam ilmu,
Keluarga itu akan bersatu baik,
Dan tahu tugas masing- masing.
9. Puh Ginanthi, Paringkesning karua iku, 1) Saling
bait ke-9 Guru wadon guru laki, membantu
Sami raksa arumaksa,
Susatya alaki rabi, 2) Saling setia
Saling pingit mangingetang, dan
Ne mapala manggih yukti. menasehati
satu sama
Terjemahan: lain

Pendeknya kedua hal itu,


Guru wadon guru laki,
Sama- sama saling bantu
membantu,
Amat setia bersuami istri,
Saling menasehati,
Yang menyebabkan menemui
jalan kebenaran.
10. Puh Ginanthi, Kocap yan wekas tumuwuh, 1) Cinta dan
bait ke-10 Sida dadi sanak buncing, kasih
Kina tresnan antuk jagat, sayang
Sang suami ngalem nakutin,
Madu bakti tresna pisan,
Ika palan guru laki.
63

Terjemahan:

Konon nanti kalau menjelma,


Akan bisa lahir kembar,
Disenangi oleh masyarakat,
Sang suami menyayangi,
Sangat cinta dan setia sekali,
Tilah hasil dari guru laki.

Tabel 5. Nilai Budi Pekerti dalam Puh Sinom

Nilai Budi
No. No. data Data Kutipan dan Terjemahan
Pekerti
1. Puh Sinom, Inggih ne mangkin tuturang, 1) Taat pada
bait ke-1 Tingkahning maening- ening, ajaran
Ngelaksanayang silegama, agama
Ngastiti bakti ring widi,
Tuhun skeh caran nyeki, 2) Berbakti
Antuk ida sang maweruh, kapada
Solahnya ring wahya katon, Tuhan
Nut masa ungguaning gumi,
Tujun ipuntan lian ring widi
tunggal.

Terjemahan:

Sekarang akan diceritakan,


Perihal perbuatan yang disebut
suci,
Dengan melakukan tata susila
agama,
Berbakti kepada Tuhan,
Memang banyak jalan untuk
berbakti ini,
Dikatakan oleh orang yang tahu,
Dapat dilihat dari pelaksanaan
tiap hari,
Tergantung pada tempat dan
waktu,
Tapi tujuannya juga kepada
Tuhan.
2. Puh Sinom, Sira kaniscaya adnyanan, 1) Percaya
bait ke-2 Sang murba misesa sami, akan adanya
Sehananing sarwa loka, Tuhan
Maka puser pati urip,
Yadin akeh dewa dewi,
64

Miwah betara pukulun,


Nika nama pawibagan,
Suabawan hyang parama widi,
Kang lumimbak sahananing
tumitah.

Terjemahan:

Beliau merupakan sinar dalam


hati,
Yakni Tuhan yang menguasai
bumi,
Dan segala yang di dunia ini,
Beliau merupakan sumber dari
segala yang ada,
Walaupun banyak orang
mengatakan adanya dewa- dewa
Namun itu hanya nama dari
kekuatan beliau saja,
Sebab hal itu hanya merupakan
sinar Tuhan,
Yang memenuhi, segala-
galanya adalah Tuhan.
3. Puh Sinom, Saking tunggal dados katah, 1) Berhati
bait ke-3 Ne katah mulih sawiji, suci dan
Ring ida Sang Widi Tunggal, bersih
Nging menget te sira kaki,
Mangda saking tata trepti,
Dasare pacing mangyuyu,
Maduluran manah suda,
Makepura linggan Widi,
Ring sarira malih ring Negara
krama.

Terjemahan:

Asalnya dari satu menjadi


banyak,
Yang banyak kembali menjadi
satu,
Kepada Tuhan,
Tapi ingatlah segala itu,
Supaya berdasarkan laksana
yang benar,
Dasar kita untuk mencapai
tujuan,
65

Harus dibarengi dengan hati suci


sebagai tempat Tuhan,
Pada badan maupun pada dunia
pergaulan ini.
4. Puh Sinom, Aliha knang pangrenga, 1) Bertingkah
bait ke-4 Kramaning ngastiti Widi, laku benar
Tan dadi yang tan pasila, 2) Bertutur
Sila yukti gen dasarin, kata halus
Dulurin sabda arum manis,
Minakadi budi tulus, 3) Berhati
Nanging yan tan sampun nika, suci
Doh para ida Hyang Widi,
Sweca mawug ring asing wang
tan pasila.

Terjemahan:

Sekarang akan diceritakan hal


yang lain,
Mengenai cara berbakti kepada
Tuhan,
Harus didasarkan dengan
tingkah laku,
Sebagai dasar laksana yang
benar,
Disertai kata halus,
Juga hati yang suci,
Tetapi kalau tak begitu,
Tuhan tidak akan merahmati,
Kepada orang- orang yang tidak
mempunyai tata susila.
5. Puh Sinom, Punika krana saratang, 1) Tata krama
bait ke-5 Kasusilane plajahin, dan sopan
Matata basa makenehan, santun
Ring sampune sida tunggil,
Paturu mangungsi becik,
Ilaksana munyi kayun,
Sami- sami nyukaning tuas,
Sang nyingak miwah miyarsi,
Yan saiku sampun sira
sumangsaya.

Terjemahan:

Oleh sebab itu usahakanlah,


Mempelajari tata susila,
66

Berlaksana berbahasa dan


berpikir,
Apabila sudah bisa bersatu,
Sama- sama untuk mencapai
kebaikan,
Antara laksana bicara dan
pikiran,
Semua sama- sama
menyenangkan hati,
Antara orang yang melihat dan
mendengarkan,
Kalau sudah begitu anda
tidakusah berasa khawatir.
6. Puh Sinom, Niki wenten peplajahan, 1) Nasehat
bait ke-6 Pitutur sang dwija luih, pendeta
Mungguh ring sarasamuscaya, kepada
Nyandang resep sareng sami, umatnya
Tingkah marga mahotami,
Sane patut pacang turut,
Manujuang kasampurnan,
Umedek pada Hyang Widi,
Dartan ipun becikan dewa
mirenggang.

Terjemahan:

Ini ada suatu pelajaran,


Mengenai nasehat pendeta
utama,
Yang terdapat dalam
Sarasamuscaya,
Patut sekali diketahui oleh orang
banyak,
Jalan laksana yang utama,
Yang patut dituruti,
Untuk mencapai kesempurnaan,
Bersujud kepada Tuhan yang
Esa,
Keterangannya dengarkanlah
baik- baik.
7. Puh Sinom, Sayoga nikang purana, 1) Senantiasa
bait ke-7 Ring sruti kalawan semerti, berbuat
Nika mangde ayuning rat, baik
Kayeki pidartan neki,
Purana inucap riki,
Mateges sagama puniku,
67

Sruti ngaran catur weda,


Semerti kategesang riki,
Darma sastra sampunika
kapidarta.

Terjemahan:

Sayoga pertama yang ada dalam


purana,
Pada sruti dan semerti,
Itu membuat dunia ini baik,
Penjelasannya seperti ini,
Purana dikatakan di sini,
Berarti agama,
Sruti berarti empat Weda,
Seperti dijelaskan di sini,
Yaitu perundang-undangan
(peraturan sastra), begitulah
penjelasannya.
8. Puh Sinom, Malih tikang catur weda, 1) Bertata
bait ke-8 Wenten maka dulur neki, tertib dan
Statakan iti hasa, bertindak
Maka brata aranyeki, susila
Ikang darma sastreki,
Mawug bacakan tutur,
Sesananing kasusilan,
Sampuniki daertan neki,
Ringkesi ipun ne mangkin malih
tuturang.

Terjemahan:

Mengenai empat weda,


Juga dilengkapi dengan Itihasa,
Menceritakan hal berata,
Darma dan sastra ini,
Masuk ke dalam golongan tutur,
Tata tertib dan kesusilaan,
Begini penjelasannya,
Secara ringkas sekarang akan
diceritakan.
9. Puh Sinom, Luir sane katujuan, 1) Senantiasa
bait ke-9 Ring sruti miwah ring semerti, berbuat
Yakti nora ana wanehan, baik
Murukin darma prawerti,
Sebacakan sila yukti,
68

Punika meraga ayu,


Mawak kancana mustika,
Kang yogya ginawa mati,
Tan kawenang inalap dening
dusta.

Terjemahan:

Mengenai apa yang akan dituju,


Yang ada dalam sruti dan
semerti,
Tidak ada lain,
Yang mempelajari berbuat
darma,
Segala perbuatan yang benar,
Itu merupakan hal yang baik,
Bagaikan mas manik,
Yang patut dibawa mati,
Sebab hal itu tidak bisa dicuri
oleh orang jahat.
10. Puh Sinom, Ikang prawerti punika, 1) Dapat
bait ke-10 Kadadosan saking trini, mengendali
Laksana bawos lan manah, kan diri
Nika malih niri niri,
Pada ngadakang prawerti, 2) Senantiasa
Sami Malian panuju, menjaga
Punika kni tuutang, iman
Makrana manahe paling,
Nagih kukuh turin bisa
manitahang.

Terjemahan:

Prawerti itu terdiri dari tiga,


Yaitu laksana bicara dan pikiran,
Masing- masing itu semua,
Mempunyai pelaksanaan,
Kalau semua itu dituruti,
Menyebabkan pikiran bimbang,
Tapi betul- betul dimintai
keteguhan iman,
Dan bisa mengolahnya.
11. Puh Sinom, I manah mangkin tuturang, 1) Tidak
bait ke-11 Tatiga prawerti neki, berhati iri
Pisan tan engine nadengkia, dan dengki
Ring drewening lean kaki,
69

Sampun ugi mairi, 2) Mampu


Ring anak madruwe liu, mengendali
Sampun ugi ngamledang, kan diri
Ring padruwen anake seje,
Sampunika prawertin manah
kapisan.

Terjemahan:

Sekarang akan diceritakan


mengenai pikiran,
Pikiran ini mempunyai tiga
pelaksanaan,
Kepertama tak mempunyai
dengki,
Kepada kepunyaan orang lain,
Jangan merasa iri hati,
Kepada orang yang berada,
Jangan mengingini kepunyaan
orang lain,
Begitulah pelaksanaan pikiran
yang pertama.
12. Puh Sinom, Prawertin manah kaping rua, 1) Sabar
bait ke-12 Tan kroda ring satua yoni,
Sampun ugi sira duhka, 2) Percaya
Ring sesamaning aurip, akan
Prawertining manah kaping tri, adanya
Semamituhua puniku, karma
Ring ananing karmapala,
Mangden terima ring pikolih,
Sane wetu wit saking pekarya
ngraga.
Terjemahan:

Pelaksanaan pikiran yang kedua,


Tidak marah apalagi kepada
pendeta,
Jangan marah terhadap sesama
hidup,
Pelaksanaan pikiran yang ketiga,
Percaya dengan adanya
karmapala,
Menerima segala hasil,
Yang timbul dariperbuatan
sendiri.
70

13. Puh Sinom, Yan sida asapunika, 1) Mampu


bait ke-13 Punika ne kewastanin, mengendali
Khret tuaning indria, kan pikiran
Ngret manah aranyeki,
Tikang manah pinakawit,
Wit ning indria sapuluh,
Sane tetiga sampun kucap,
Ne lian kadi puniki,
Prawertining, sabdane mangkin
tuturang.

Terjemahan:

Kalau bisa melaksanakan seperti


itu,
Itu dinamai,
Bisa mengangkat mengikat
pancaindra,
Mengekang pikiran,
Sebab pikiran pada dasarnya dari
sepuluh indria,
Yang tiga sudah dijelaskan,
Yang lain seperti ini,
Pelaksanaan bicara akan
diceritakan,
14. Puh Sinom, Prawertining sabda patpat, 1) Tidak
bait ke-14 Ujar ala kaping siki, berbicara
Bawos kawon mamisuha, kasar dan
Ujar pregas kaping kalih, mencaci
Pangandiks msngsgengin, maki
Ujar pisuna ping telu,
Pangandika misunayang,
Ping pat ujar mitya malih, 2) Tidak
Bawos linyok, sampun puput memfitnah
maka patpat. orang lain

Terjemahan:

Bicara itu ada empat 3) Senantiasa


pelaksanaannya, berkata
Kepertama adalah bicara jahat jujur
yaitu bicara yang mencaci maki,
Kata kasar dan keras,
Yang kedua,
Kalau bicara selalu keras,
Kata fitnah yang ketiga,
71

Yaitu senang memfitnah,


Keempat kata bohong,
Yaitu kata yang tak pernah
ditepati,
Jadi semua hal sudah habis.
15. Puh Sinom, Inggih punika ne patpat, 1) Menghorm
bait ke-15 Mungguing sabda manggeh ati hak
sami, manusia
Sampun ugi manglinguang, untuk
Pangucapnya ika sami, hidup
Ne mangkin malih gentyanin,
Kerta laksana tinutur,
Pinalih dadi tetiga,
Ping pisan da amati mati,
Mamademang, anak patut
ngaran ika.

Terjemahan:

Keempat itu semua pada


pembicaraan tempatnya,
Jangan sekali- kali melupakan,
Mengenai keempat pembicaraan
itu,
Sekarang lagi diganti,
Dengan perbuatan yang baik
dengarkanlah,
Dibagi menjadi tiga,
Yang kepertama disebut amati,
Artinya jangan membunuh orang
yang tak bersalah.
16. Puh Sinom, Mangaal ngaal kaping rua, 1) Tidak
bait ke-16 Mamegal teges niki, mengambil
Sipara dara kaping tiga, hak orang
Makekaruh teges niki, lain
Manyenggama dudu istri,
Saking prekosa puniku, 2) Tidak
Nahan tang tri tanulaha, melakukan
Yadin suwung sepi, tindakan
Ri pangipian, tui singgahana pelecehan
juga.

Terjemahan:

Mangaal- ngaal yang kedua,


Artinya merampas hak orang
72

lain,
Sipara dara yang ketiga,
Yaitu perbuatan senang mencari
istri,
Menyetubuhi istri orang lain,
Dengan cara memperkosa,
Itu ketiganya tak bisa dilakukan,
Walaupun dalam keadaan sepi,
Ataupun hanya dalam angan-
angan harus dihilangkan.
17. Puh Sinom, Apan ika ikang manah, 1) Mampu
bait ke-17 Wit ikang indria tui, mengendali
Yan ana wang ikang wenang, kan diri
Umret manah nika wiakti, dan pikiran
Sira nika manggeh manggih,
Suka ledang mangke ratu,
Riki rika ring jagat lian,
Sampunika kojar neki,
Dulur ipun, puniki malih
pirengang.

Terjemahan:

Sebab pikiran itu dasarnya dari


indria,
Kalau ada orang yang betul-
betul dapat menahan pikirannya,
Orang itu akan dapat,
Menemui keadaan yang
menyenangkan,
Dimana- mana walaupun di alam
sana,
Begitulah diceritakan,
Juga yang patut didengarkan
adalah sebagai berikut.
18. Puh Sinom, Puniki malih elingang, 1) Mempunyai
bait ke-18 Kasarwa bawa puniki, iman yang
Tekania martia loka, kuat
Ksamawan marga nyeki,
Ksamawan teges niki,
Sira sang pageh puniku, 2) Memiliki
Ring pekayun upasama, hati yang
Koat mgrasaning panes tis, pemaaf
Arimabawa, mawak utaman
kasugian. 3) Tenggang
rasa
73

Terjemahan:

Ingatlah juga hal ini,


Segala yang berwibawa ini,
Yang ada didunia ini,
Adanya dengan jalan yang
disebut ksamawan,
Yang artinya orang yang kuat
imannya,
Mempunyai pikiran untuk
memaafkannya,
Tahu akan penderitaan maupun
kesenangan,
Arimbawa, merupakan kekayaan
utama.
19. Puh Sinom, Satsat mas manik punika, 1) Tidak
bait ke-19 Sat Sanghyang Pretiwi jati, membeda-
Sampunika ring kakuatan, membedak
Pan ida tan pilih kasih, an terhadap
Tan wenten tan pinasihan, sesama
Nika krana dadi kukuh,
Apan sami pinasihan,
Antuk ida Hyang Pretiwi,
Jati kukuh, tan kna inuga ugah.

Terjemahan:

Hal itu bagaikan mas manik,


Sebagai daratan dunia,
Begitulah mengenai kekuatan,
Sebab beliau tidak membedakan
sesamanya,
Tak ada yang tak dikasihi,
Itulah yang menyebabkan
kekuatan,
Sebab semua disayangi,
Oleh dewa penguasa daratan ini,
Betul- betul kokoh tak bisa
tergoyahkan.
20. Puh Sinom, Sapa sira sang sang nyidayang, 1) Mampu
bait ke-20 Ngicalang kroda nireki, menahan
Paka pasedanang ksama, amarah dan
Yakti tan mewalui malih, memaafkan
Janma punarbawa malih,
Sira sang asampuniku,
Maha budi ngaran ika,
74

Manggeh sinangguh wang


wiakti,
Apan sira, wruh ring ninggalake
kroda.

Terjemahan:

Barang siapa yang bisa,


Menghilangkan marah,
Berbuat memaafkan,
Ia tidak kembali lagi,
Menjelma sebagai manusia,
Barang siapa bisa berbuat seperti
itu,
Ia disebut berbudi luhur,
Patut disebut manusia sejati,
Sebab ia tahu, menghilangkan
marah.
21. Puh Sinom, Malih ne mangkin tegesang, 1) Menahan
bait ke-21 Kang wong tan pasatru malih, amarah
Kang wruh umret kroda nyeka,
Pan kroda awak musuh jati,
Pinasihan aran asih, 2) Senantiasa
Roang timpal dadin ipun, memaafka,
Ksama tan pilih kasiha, tanpa
Geng ampura aranyeki, membeda-
Tan pasatru, sampunika dadin bedakan
nika.

Terjemahan:

Sekarang lagi dijelaskan,


Orang yang tak mempunyai
musuh,
Dia adalah orang yang bisa
menahan marah,
Sebab marah itu merupakan
musuh sejati,
Menyayangi disebut sayang,
Semua menjadi sahabat dan
kawan,
Memaafkan dengan tidak
membedakan siapa pun,
Itu namanya memberi maaf yang
amat besar,
Orang yang demikian tak akan
75

mempunyai musuh, begitulah


jadinya.
22. Puh Sinom, Ne mangkin malih kawitang, 1) Belajar cara
bait ke-22 Tingkahe manembah Widi, menyembah
Nganutin Negara karma, Tuhan
Ring Indu tatwa winarni,
Pagocara nirang kalih,
Mpu Sida Kerta winuwus,
Inuring lan sisianira,
Sang Metri pasadnya neki,
Wesman ipun, ring Sinduwati
nagara.

Terjemahan:

Sekarang dimulai cara kita


menyembah Tuhan,
Disesuaikan dengan situasi
kondisi masyarakat,
Di India diceritakan,
Perbincangan beliau berdua,
Empu Sida Kerta berkata,
Bersama murid beliau,
Yang bernama sang Metri,
Tempat tinggalnya di Negara
Sinduwati.
23. Puh Sinom, Ring sedeng malap kna, 1) Mampu
bait ke-23 Negesin tutur sejati, menerima
Irika wenten inucap, ajaran
Kramaning manembah Widi, agama
Becikang dewa miarsi,
Mangda sampun salah surup,
Antuk I dewa ngrangsukang,
Suksman tuture luih,
Madak sida, kadi pangestine
cita.

Terjemahan:

Tatkala sedang menerima ajaran,


Yang menegaskan tentang
kesusilaan
Disana ada disebutkan,
Cara menyembah Tuhan,
Dengarkanlah baik- baik,
Supaya jangan salah pengertian,
76

Oleh anda melaksanakannya,


Kebesaran dari ajaran yang
utama,
Moga- moga bisa, seperti yang
dicita- citakan.
24. Puh Sinom, Yan sira pacang manembah, 1) Meyembah
bait ke-24 Becikan dumun malinggih, Tuhan
Kadi prenamia nangkila, dengan
Mangregep mengentegan kapti, cara yang
Angkiane banban aris, baik
Tangan karua luhuring tur,
Ring sampune painganan,
Matelangkuk tangan kalih,
Saha sekar, raris unggahang
patelahan.

Terjemahan:

Kalau anda akan menyembah,


Pertama harus duduk dengan
baik,
Seperti orang bersujud,
Bersemadi mengukuhkan iman,
Nafas yang keluar masuk,
Harus pelan- pelan dan halus,
Kedua tangan diatas,
Sesudah bersatu kedua telapak
tangan,
Berisi bunga lalu dinaikkan
pelan- pelan.
25. Puh Sinom, Ping tiganing manembah, 1) Mengetahui
bait ke-25 Antuk sekar kaping kalih, cara
Kaping tiga antuk wangia, menyembah
Satunggil wusan ngabakti, yang baik
Sembah puyung mangentyanin,
Sampunika turut ipun,
Balik balikin ping tiga.
Tujun sembah ring Hyang Widi,
Dulurana, pamuji ngucaping
cita.

Terjemahan:

Banyaknya menyembah tiga


kali,
Dengan bunga dua kali,
77

Yang ketiga dengan kewangen,


Sampai menyembah,
Lalu menyembah dengan tangan
kosong,
Begitulah urutannya,
Diulang tiga kali,
Sembah itu ditujukan kepada
Tuhan,
Disertai dengan kata- kata,
memuji kepada Tuhan.
26. Puh Sinom, Ong sembah ulun betara, 1) Senantiasa
bait ke-26 Betara Hyang Prama Widi, menyembah
Rumaga puser ring jagat, Tuhan
Amesesa pati urip,
Rupeksa lan nirupeksi,
Agung sih ta maring ulun,
Yakti tan kna inarga,
Prama garjicating ati,
Madak terus, nyucayang
kaparipurnan.

Terjemahan:

Ya Tuhan sembah hamba kepada


Mu,
Tak lain Tuhan Yang Esa,
Yang merupakan sumber dari
dunia ini,
Yang menguasai hidup dan mati,
Menjaga dan menjaga,
Sangat besar kasih sayang-Mu
kepada hamba,
Sungguh tak bisa hamba nilai,
Hati hamba amat senang,
Moga- moga tetap memberkahi
kesempurnaan.
27. Puh Sinom, Tuktuking jarijining tangan, 1) Berbakti
bait ke 27 Manering bru madia singgih, kepada
Ngaran slaning lelata, Tuhan
Tan ing sor luhuring riki,
Krana sampuniki kaki,
Pan rika ungguhan ipun,
Puser nabi nabening rat,
Buana sarira nireki,
Sangke rika, sumorot anelehing
rat.
78

Terjemahan:

Ujung- ujung jari tangan,


Manering bru madia singgih,
Yaitu di antara kedua kening,
Tidak di bawah tidak di atas,
Apa sebab begitu,
Sebab di sana tempat beliau,
Pusat Tuhan penguasa jagat,
Dunia kecil ini,
Dari sana memancar menerangi
dunia.
28. Puh Sinom, Puser ngaran pupupulan, 1) Meyakini
bait ke-28 Nabi mangaraning suci, adanya
Nabe ngaran sasuunan, Tuhan
Sang sinembah sungsung sai,
Ne nguasa pati urip,
Pasaksining ala ayu,
Suba lan asuba karma,
Angawuhi nraka swargi,
Nora lian, sang Hyang Widi
amurbeng rat.

Terjemahan:

Puser bernama sumber


(kumpulan),
Nabi bernama kesucian,
Nabe berarti yang menghormati,
Yang disembah dipuja selalu,
Yang menguasai jiwa,
Yang mengetahui kebenaran,
Maupun baik buruk,
Tak lain Tuhan penguasa dunia
ini.
29. Puh Sinom, Sira swabawaning tiga, 1) Taat ajaran
bait ke-29 Buda Siwa sang Hyang Widi, agama
Brahma Wisnu Mahesuara,
Atma dewa pita reki,
Setra dalem puseh malih,
Bapa kaki kumpi iku,
Irika sami manunggal,
Ring aran mandara giri,
Yaning wruh ika ngaran tri
sandya.
79

Terjemahan:

Beliau mempunyai tiga prabawa,


Buda Siwa dan Tuhan,
Brahma Wisnu dan Mahesuara,
Atma dewa dan pitara,
Dewa Puseh Dalem,
Bapak kakek kumpi itu,
Semua disana menjadi satu,
Di gunung Mandara Giri,
Kalau tahu itulah disebut
Trisandaya.
30. Puh Sinom, Ring sampun wusan manembah, 1) Bakti
bait ke-30 Nunas banyun cokor raris, kepada
Masirat manginum tirta, Tuhan
Maraup pada ping trini,
Ring wusan raris masumping,
Nika sampun tirta puput,
Nanging yan sira pawikan,
Makidung mawarga suci,
Taler patut anggen ngaturang
pakenak.

Terjemahan:

Setelah selesai menyembah,


Lalu minta air suci,
Diperciki tirta dan
meminumnya,
Membasuh muka masing-
masing tiga kali,
Sesudah selesai membasuh
muka dengan air suci lalu
berbunga,
Berarti telah selesai,
Tapi kalau bisa,
Juga patut dibarengi dengan
kidung (nyanyian pujian untuk
Tuhan),
Untuk menambah kegembiraan.
31. Puh Sinom, Puniki malih tuturang, 1) Mengetahui
bait ke-31 Tingkahe ngastiti Widi, waktu
Wenten inucap tri sandya, ibadah
Nyurya sewana aran malih,
Nyembah Widi kaping trini,
Ne kamanggehang ring dauh,
80

Pisan das wijil Hyang Arka,


Ping ro ring das tengah ngue,
Kaping telu das surup sang
Hyang Sueya.

Terjemahan:

Sekarang lagi diceritakan,


Pelaksanaan kita menyembah
Tuhan,
Ada yang disebut trisandya,
Ada lagi yang disebut
nyuryasewana,
Yang ketiga dengan menyembah
kepada Tuhan,
Itu disesuaikan kepada waktu,
Pertama waktu munculnya
matahari,
Yang kedua waktu tengah hari,
Yang ketiga waktu matahari
terbenam.
32. Puh Sinom, Napi krana dauh ika, 1) Mengetahui
bait ke-32 Sane manggeh kang pinilih, waktu
Reh punika pangangkepan, beribadah
Patalianing rina wengi,
Ne maratepan ring bumi,
Tumus buana sarireku,
Dauh ikang maha kuat,
Rumesep ring sarira urip,
Dartan ipun, kadi inucap ring
untat.

Terjemahan:

Mengapa dalam waktu itu,


Yang patut untuk dipilih,
Sebab pada waktu itu terjadi
pertemuan waktu,
Pertemuan hari siang dan
malam,
Yang bertemu dengan bumi,
Sampai tembus ke badan kita,
Waktu itu amat kuat,
Menyusup (meresap) ke dalam
badan segala yang hidup,
Penjelasannya sebagai berikut.
81

33. Puh Sinom, Pisan ring prabata kala, Mengetahui


bait ke-33 Ring das mijil sang Hyang waktu
Rawi, beribadah
Pramaneng rat ngawit lumra,
Kesah manda maruta aris,
Dulur samirana mirir,
Kadi ngatag sira ungu,
Pada nusup rumesepa,
Pada wineh rasa suci,
Sami kumpul, nggawe
sutreptining manah.

Terjemahan:

Kepertama waktu prebata,


Artinya waktu matahari baru
terbit,
Jiwa dari bumi mulai menyebar,
Angin bertiup perlahan,
Udara menyisir,
Sebagai menyuruh orang
bangun,
Semua meresap,
Memberi rasa kesucian,
Semua menjadi satu,
menyebabkan perasaan aman
dan sentosa.
34. Puh Sinom, Ring masa kala punika, 1) Mengetahui
bait ke-34 Sua nita papareng mili, waktu
Saking genah kumpulania, beribadah
Ring awaking sarwa urip,
Saindering buana iki,
Mabriuk sami mawungu,
Saking paturuania ika,
Kapatut raris maresik,
Nabdab lungguh, ngregep
amucapeng tuas.

Terjemahan:

Pada waktu itu,


Kekuatan mengalir,
Dari tempat kumpulannya,
Ke segala badan yang hidup,
Ke segala penjuru dunia ini,
Semua serentak bangun,
82

Dari tempat tidurnya,


Sudah itu seyogyanya,
Membuat kebersihan lalu duduk
tertib,
Bersemadi sambil berkata dalam
hati.
35. Puh Sinom, Duh pukulun susuhunan, 1) Berdoa
bait ke-35 Betara Hyang perama Widi, kepada
Pukulun sinung nugraha, Tuhan
Wastu tan kna inargi,
Yakti luih ngagawokin,
Marupa katreptining hyun,
Patik betara daweg anadah,
Pitulus sih ta ring mami,
Nampa nyuwun, prama
garjitaning manah.

Terjemahan:

Ya Tuhan junjungan hamba,


Tuhan yang Esa berkahilah
hamba,
Moga- moga tak alpa,
Sungguh menakjubkan,
Membuat aman sentosa pikiran,
Ampunilah hamba,
Hamba ingin mendapatbelas
kasihan dari Mu,
Hamba amat berterimakasih,
hamba hidup bahagia.
36. Puh Sinom, Ping rua masa tengah ngueya, 1) Mengetahui
bait ke-36 Jejeg Hyang Pretanggapati, waktu
Tejan ira sedeng panas, beribadah
Nusup sarwangganing urip,
Masareng kala punika,
Ikanang rah sedeng ngabiur,
Gambra aneng sarira,
Ning sarwa bawa aneng bumi,
Mrasa lesu,muah kabyaparan
manah.

Terjemahan:

Yang kedua waktu tengah hari,


Matahari tepat di atas kita,
Sinar beliau pada waktu itu amat
83

panas,
Meresap ke segala badan yang
hidup,
Pada waktu ini,
Darah sedang panas,
Meresap ke seluruh badan,
Segala yang ada di dunia ini
diam,
Merasa letih, dan merasa ragu
dalam pikiran.
37. Puh Sinom, Rikala masa punika, 1) Berdoa
bait ke-37 Kapatut raris masuci, kepada
Nayuhin wuwun wunan, Tuhan
Tumuli raris malinggih,
Manggrepe ngucaping ati,
Betara Widi pukulun,
Patik tenuhun nugraha,
Moga panas sireng gumi,
Dados ayu, ring weletik ring
buana.

Terjemahan:

Pada waktu itu,


Kita membersihkan diri,
Menenangkan pikiran,
Lalu duduk,
Merenung sambil berkata dalam
hati,
Oh Tuhan,
Hamba minta rahmat-Mu,
Semoga panas-Mu,
Menyebabkan baiknya dunia ini,
Dan segala yang hidup di dunia
ini.
38. Puh Sinom, Tiga ring das surup surya, 1) Mengetahui
bait ke-38 Sandya awila arenyeki, waktu
Surem musnaning jagat, beribadah
Cihna pakoleman bumi,
Masareng masa puniki,
Suanita nembening surup,
Maulih maring puser nika,
Ring awaking sarwa urip,
Ring buana agung, muah ring
buana sarira.
84

Terjemahan

Yang ketiga tatkala matahari


terbenam,
Sandya awela namanya ini,
Bumi dalam keadaan gelap,
Sebagai tanda masanya akan
tidur,
Pada waktu ini,
Kekuatan gaib mulai
menyelinap,
Kembali ke tempat asalnya,
Kepada segala yang hidup,
Di dunia besar maupun di dalam
badan.
39. Puh Sinom, Ri kala masa punika, 1) Berdoa
bait ke-39 Kapatut malih maresik, kepada
Tumuli raris masila, Tuhan
Manggregep ngucap ring ati,
Duh pukulun Hyang Widi,
Ulun nyuwun ican teku,
Wet ning das sampun kumpula,
Pramananing jagat sami,
Moga ratu,
Dados treptining sua cita.

Terjemahan:

Waktu itu,
Kita mulai membersihkan diri,
Lalu duduk tertib,
Merenung dan berkata dalam
hati,
Ya Tuhan yang Maha Esa,
Hamba menerima rahmat-Mu,
Karena akan bersatu,
Semua jiwa dari bumi ini,
Semoga, pikiran hamba menjadi
aman sentosa.
40. Puh Sinom, Sampunika kang tri sandya, 1) Mengetahui
bait ke-40 Nembah Widi kaping trini, waktu
Sane sajeroning sadina, beribadah
Nanging yan tan mampuh kaki,
Lokikayang ring kapti,
Manut kamampuan ipin,
Punika dado ringkesang,
85

Yan kaping rua kaping siki,


Pinih ayu, dauh ring prabata
kala.

Terjemahan:

Begitulah trisandya itu,


Menyembah Tuhan tiga kali,
Di dalam waktu satu hari,
Tapi kalau tidak mampu,
Sesuaikan/ bijaksanai di dalam
pikiran,
Sesuai dengan kemampuan kita,
Hal itu bisa dipersedikit,
Dua atau satu kali,
Paling baik, waktu matahari
akan terbit.
41. Puh Sinom, Prade yan tan anang sekar, 1) Berdoa
bait ke-41 Aja wangde mangabekti, kepada
Bungah idepe kusumang, Tuhan
Inggasang kayang kasisi,
Danta darma aranyeki,
Suci jaba tekeng jero,
Nika pamungkasing sembah,
Bakti ring ida Hyang Widi,
Meneng nggregep, semadi yoga
aranika.

Terjemahan

Kalau tak ada bunga,


Jangan karena itu tidak jadi
menyembah,
Kesucian pikiran dipakai bunga,
Perlihatkan sampai keluar,
Sembah yang demikian,
Danta darma namanya,
Suci dalam hati maupun sampai
keluar,
Itu merupakan sembah teratur,
Sujud kepada Tuhan,
Diam bersemadi,
Yang disebut semadi yoga.
42. Puh Sinom, Walinin malih tuturang, 1) Mengetahui
bait ke-42 Duluran tri sandya teki, waktu
Ring wusing sira anembah, beribadah
86

Panembahe kaping siki,


Gelah semeng ika kari,
Pramaneng rat kadi teduh,
Mangde warasning sarira,
Rikala masa puniki,
Pineh patut, karma yogane
gelarang.

Terjemahan:

Kembali akan diceritakan,


Yang menyertai trisandya ini,
Setelah kita usai menyembah,
Sembah yang kepertama,
Yaitu pada waktu masih pagi,
Sebab keadaan dunia masih
teduh,
Yang membikin badan segar
bugar,
Pada saat ini,
Pikiran yang benar, laksanakan
yang disebut Karma Yoga.
43. Puh Sinom, Kala masa pasemengan, 1) Mempunyai
bait ke-43 Ikang para jana sami, tanggung
Agung alit tua anuam, jawab
Ne kenak tan ketaman wiadi,
Lunga kesah saking puri,
Nglaksanayang karyan ipun,
Ring genah pakaryan soang,
Alit anom pada ngranjing,
Ring sekolah, manut tatujon
ngaraga.

Terjemahan:

Waktu pagi,
Semua orang tua muda maupun
anak,
Yang sehat atau yang tak sakit,
Pergi dari rumah,
Akan melaksanakan tugasnya,
Ditempatnya masing-masing,
Di sekolah, sesuai dengan
kehendak/ tugas masing-
masing.
87

44. Puh Sinom, Sampunika sang pandita, 1) Berbuat


bait ke-44 Munggah ring pamujianyeki, baik
Sregep kramaning mamuja,
Mamujiang jagat sami,
Sakewanten ne ring bumi,
Mangda sida manggih ayu,
Ngamolihang kasobagian,
Keranjingan manah trepti,
Patuh ingkup, mamlajahin
kopasaman.

Terjemahan:

Begitulah sang pendeta,


Berada pada tempat pemujaan,
Mendoakan dunia semua,
Seadanya di bumi,
Supaya mendapat kebaikan,
Menemui kebahagiaan,
Dimasuki oleh pikiran yang
tenang,
Merasa semua bersatu,
mempelajari perdamaian.
45. Puh Sinom, Ne inucap wawu sinamian, 1) Rajin
bait ke-45 Mawug bacakan prawerti, bekerja
Prawerti inaran karya,
Sekatahing sarwa urip, 2) Ikhlas dan
Sahanan ringbumi, tanpa
Sami nenten wenten luput, pamrih
Patut napak manambut karya,
Nging jroning makarya iki,
Nora patut, ngapti palaning
pakaryan.

Terjemahan:

Semua yang tersebut di atas tadi,


Itu masuk golongan prawerti,
Prawerti berarti kerja,
Segala hidup,
Yang ada di dunia,
Semua tidak ada yang absen,
Siap untuk melakukan kerja,
Tapi dalam bekerja ini,
Tidak dibenarkan, untuk selalu
mengharapkan hasil dari
88

pekerjaan itu.
46. Puh Sinom, Yaning jantos mangaptiang, 1) Bekerja
bait ke-46 Palan pakaryane reki, dengan
Nika tan kapatut pisan, baik
Pakaryane sampun niki,
Kacampuran leteh ati,
Nika karma karya iku, 2) Berbagi
Agung alit bota dangan, dengan
Palannyane maka sami, sesama
Patut dinum, buating urip
sinarengan.

Terjemahan:

Kalau amat mengharapkan,


Hasil kerja itu,
Tidak dibenarkan sama sekali,
Pekerjaan semacam ini,
Disebut pekerjaan yang tidak
suci,
Itulah sebabnya,
Kerja itu,
Baik besar maupun kecil,
Yang berat maupun ringan,
Hasilnya semua patut dibagikan,
Guna untuk hidup bersama.
47. Puh Sinom, Majalaran dana punia, 1) Tolong
bait ke-47 Tulung ring kawelas asih, menolong
Anggen biang aji sastra,
Ring sekolah saka luir,
Ring adat pakraman malih,
Makadi mangge ring luhur,
Sapaos panca yadnya,
Nika tan dados ncakin,
Ne puniku kerti yasane utama.

Terjemahan:

Berdasarkan dengan pemberian


dana,
Menolong orang yang patut
dikasihi,
Ilmu sebagai ibu bapak,
Di sekolah maupundalam
pergaulan masyarakat,
Juga dipakai untuk diaturkan,
89

Kepada yang disebut


Pancayadnya,
Itu tidak bisa dihilangkan,
Yang begitu,
Merupakan pelaksanaan jasa
yang mulia.
48. Puh Sinom, Punika sane mangaran, 1) Ajaran
bait ke-48 Suba karma iku kaki, kebaikan
Semalih karma sanyasa,
Karma yoga iku kaki,
Kang itawasana malih,
Wesana ayu puniku,
Silayukti aranika,
Para karma yukti malih,
Ne puniku, kreti sang mataki
darma.

Terjemahan:

Itu yang bernama,


Perbuatan yang baik,
Juga Karma Sanyasa,
Yang berarti perbuatan bakti
dengan jalan yoga,
Juga yang disebut Ita wesana,
Yaitu pelaksanaan yang baik,
Itulah yang disebut tingkah laku
yang sejati,
Segala kerja yang benar,
Hal yang begitu,
Merupakan pekerjaan orang,
yang menghimpun darma.
49. Puh Sinom, Rua kang sinanggeh karya, 1) Ada
bait ke-49 Saindenging jagat iki, balasan
Suba lan asuba karma, untuk
Ayu alaning prawerti, setiap
Ne makrana papa suargi, perbuatan
Sami kalih sampun katur, baik dan
Susila lawan dursila, buruk
Darma lana darma malih,
Sami kukuh, palane tang keneng
tulak.
90

Terjemahan:

Dua karya yang tersohor,


Di seluruh dunia ini,
Yaitu perbuatan benar dan tidak
benar,
Pelaksanaan baik buruk,
Yang menyebabkan kita
mendapat papa atau sorga,
Keduanya telah dijelaskan,
Yaitu tingkah laku baik dan
buruk,
Semua dharma adalah kokoh,
Dan hasil perbuatan tak bisa
dihindari.
50. Puh Sinom, Papa yan sira karaketan, 1) Tidak
bait ke-50 Kahanan ring kapengin, berbuat
Mahyun rikang wastu mulia, dursila/
Miwah ranjingin prihatin, asusila
Branta cita iku malih,
Kroda elik ring wang iku,
Mawog bacakan dursila,
Adarma aran puniki,
Marga dudu,mangungsi wahya
sakala.

Terjemahan:

Papalah kita kalau terlalu


dipengaruhi,
Berkeinginan kepada segala
yang ada,
Berminat kepada hal- hal yang
mulia,
Atau kemasukan prihatin,
Juga kehancuran hati,
Marah dengki kepadaorang,
Itu termasuk golongan dursila,
Perbuatan tak baik namanya,
Merupakan jalan yang tak benar,
Mencari/ menginginkan
keduniawian.
51. Puh Sinom, Waya suka kapanggiha, 1) Sabar meng-
bait ke-51 Teges waya suka kaki, hadapi ke-
Ikang suka balik duhka, sengsaraan
Sampunika bulak- balik,
91

Ping kudang- kudang dumadi,


Sangsara pacang kapangguh,
Sue gelisnia punika,
Bobot ingan ipun malih,
Inggih sawuku, kadadine wus
linaksanan.

Terjemahan:

Wayasuka dijumpai,
Arti waya suka,
Suka yang berbalik duhka,
Begitu bolak- balik,
Beberapa kali menjelma,
Kesengsaraan akan djumpai,
Lama dan sebentarnya hal itu,
Berat ringannya barangkali
seminggu,
Harus dilaksanakan.
52. Puh Sinom, Inggih yening sampunika, 1) Senantiasa
bait ke-52 Napi deyaning wang mangkin, berdoa
Amisesa krodanika, kepada
Miwah prihatinnya malih, Tuhan
Tekeng kapengin ya malih,
Kang arupa neraka iku,
Lamakana sida lempas,
Ring sangsara arnawa iki,
Nora lian, masih Widi maring
sira.

Terjemahan:

Kalau demikian apa,


Dikerjakan orang sekarang,
Untuk menguasai marah itu,
Juga prihatin itu,
Dan keinginan itu lagi,
Yang merupakan neraka itu,
Sehingga bisa terhindar,
Dari lautan sengsara ini,
Tidak lain, minta belas kasihan
dari Tuhan.
53. Puh Sinom, Pisan yang sampun kahanan, 1) Berpikiran
bait ke-53 Antuk manah setia bukti, setia dan
Welas asih kaping rua, berdoa
Suka lila kaping trini,
92

Nika mawug darma sami,


Cihna marga sampun lurus, 2) Mempunyai
Umungsi ring kadiatmikan, rasa simpati
Diatmika suka pinanggih,
Dartan ipun, suka tan pabalik
duhka.

Terjemahan:

Kepertama kalau sudah


mempunyai,
Pikiran setia dan bersujud,
Yang kedua yaitu belas kasihan,
Senang yang ketiga,
Hal itu termasuk golongan
dharma,
Jalan serong dan lurus,
Untuk menuju alam niskala,
Kesenangan di alam sana akan
djumpai,
Yang berarti, tidak akan
mendapat keduhkaan lagi,
54. Puh Sinom, Malih wenten pretiwimba,
bait ke-54 Paraning idepta kaki,
Kadi anggan nikang wreksa,
Ana ring we luah pingit,
Bukania gambira suci,
Yan tan kasungsungiang laku,
Ri tepi- tepining luah,
Tanwun sigra tiba prapti,
Ring telengning, samudra tirta
pawitra.

Terjemahan:

Ada lagi contoh,


Jalan pikiran kita,
Seperti cabang pohon,
Berada dalam air sungai yang
sulit akan dicapai,
Sumbernya amat luas dan jernih,
Kalau tidak berjalan
menyongsong,
Di pinggir sungai,
Tidak cepat akan sampai,
Di tengah, lautan air suci.
93

55. Puh Sinom, Sampunika yan nargama, 1) Berpikiran


bait ke-55 Kayun sang sujana suci, jernih
Lepas tan kena inucap,
Ilang papetengning ati,
Saksana malilang ening,
Srana sraya nira iku,
Tuta tumatas kna,
Sua bawa sang prama Widi,
Kang kasumbung, nira atmaka
sunia suksma.

Terjemahan:

Begitulah kalau diumpamakan,


Kebersihan pikiran orang yang
pandai,
Tak bisa kita katakan (ceritakan)
lagi,
Kegelapan pikiran yang hilang,
Cepat bersih bercahaya,
Itulah pakai sahabat ikuti,
Dan perhatikan baik- baik,
Wibawa dari Tuhan,
Yang kesohor, beliau merupakan
Hyang Suksma.
56. Puh Sinom, Pretiwimba kang inucap, 1) Berhati
bait ke-56 Yan plutin siki- siki, bersih
Sampuniki dartan nika,
Becikang dewa miarsinin,
Pisan kabresihan diri,
Angga sarira nireku,
Idupama bukaningluah,
Gambira lua suci,
Sampuniku, pidartanikang
kapisan.

Terjemahan:

Perumpamaan sebagai tersebut,


Kalau dikupas satu persatu,
Beginilah penjelasannya,
Dengarkan dengan baik,
Kepertama mengenai hal
kebersihan diri,
Badan wadag kita itu,
Hidup seperti sumber sungai,
94

Hebat luas dan jernih,


Begitulah penjelasan yang
kepertama.
57. Puh Sinom, Kaping rua ikanang cita, 1) Mensyukuri
bait ke-57 Tuin soroning urip, anugerah
Saking sang Hyang Widi dari Tuhan
tunggal,
Kangken pangning kayu urip,
Tiga rasa budi ening, 2) Mempunyai
Pama wening luah iku, moral yang
Kapat ungguanikang rasa, baik
Pangrasa lan bencaneku,
Ne puniku, pama tepi nikang
luah.

Terjemahan:

Pikiran yang kedua,


Dan segala yang hidup,
Semua dari Tuhan Yang Maha
Esa,
Itu umpama cabang kayu yang
hidup,
Yang ketiga rasa budi yang suci,
Itu sebagai air sungai,
Yang keempat rasa,
Pendapat dan bencana itu begitu,
Diumpamakan tepi sungai.
58. Puh Sinom, Lima prawidi tunggal, 1) Meyakini
bait ke-58 Pama telenging udadi, bahwa
Samudra tirta pawitra, Tuhan
Papulan sarwa suci, Maha
Pati uriping rat sami, sempurna
Pangebning sarwa tumuwuh,
Misrra maring sakahanan,
Amenuhing loka sami,
Maka suluh, ida maraga
kasempurnan.

Terjemahan:

Yang kelima Tuhan Yang Maha


Esa,
Diumpamakan tengah-
tengahnya laut,
Laut air yang bersih,
95

Kumpulan dari segala yang


bersih,
Yang menguasai mati hidupnya
dunia semua,
Melindungi segala yang hidup,
Kasih sayang kepada yang ada,
Memenuhi dunia semua,
Sebagai penerang, sebab beliau
adalah paling sempurna.
59. Puh Sinom, Malih wantunin critayang, 1) Mengelola
bait ke-59 Lantasan nikang prawerti, waktu
Utsahan ring kaluhuran, dengan
Ring waya suksma diapi, baik
Dawuhnia patut binagi,
Nut kasenengan ipun,
Jawinang sangkala buat,
Becik daging kang prawerti,
Dados welu, kadi niki upamania.

Terjemahan:

Lagi diulang menceritakan,


Mengenai dasar perbuatan,
Yaitu usaha kepada leluhur,
Di dunia maupun di alam sana,
Waktunya sebaiknya disesuaikan
dengan kesenangan,
Kecuali mendapat rintangan yang
berat,
Sebaiknya isi perbuatan itu dibagi
delapan, sebagai ini umpamanya.
60. Puh Sinom, Ring tengah nem ngolah raga, 1) Menjaga
bait ke-60 Tur raris manresih- bresih, kebersihan
Mamresihin paumahan, rumah dan
Masiram mamargi- margi, badan
Ring tengah ptu lumaris,
Mangaji sastra puniku, 2) Tekun
Yadin mamargi makarya, Belajar
Ring tegal sawah makardi,
Nyegara gunung, madagang 3) Rajin
ngateh ubuhan. bekerja dan
berdagang
Terjemahan:

Setengah enam kita bangun,


Lalu melakukan kebersihan,
96

Kebersihan rumah,
Mandi dan sambil berjalan jalan,
Lalu setelah setengah tujuh,
Mempelajari ilmu,
Atau pergi ke tempat tugas
bekerja,
atau ke sawah ke laut,
maupun ke gunung, menjual
hewan.
61. Puh Sinom, Tengah siki marayunan, 1) Menghorm
bait ke-61 Mararian mature raris, ati orang
Dawuh lima palalian, lain
Ngolah raga saka luir,
Masiram ngrayunang raris,
Nging tingkah maplalian iku,
Punika kalarang pisan,
Yening wenten anak sakit,
Anak ngrawos, yan anak
makoleman.

Terjemahan:

Setengah satu makan,


Sudah habis lalu tidur,
Jam lima berlancong- lancong,
Melakukan pekerjaan,
Mengenai diri sendiri seperti,
Mandi sudah itu makan,
Tapi laksana bermain- main itu,
Dilarang sekali,
Sampai mengganggu kalau ada
orang sakit,
Orang bicara, orang yang sedang
tidur.
62. Puh Sinom, Patut juga kabobotang, 1) Rajin
bait ke-62 Solah tingkah tata trepti, belajar
Mangda sampun keni kacadcad,
Tata gama kang utami,
Ne sungkemin ajak sami,
Trikaya parusudeku,
Ping nem mlajah buat sekolah,
Mapacan mabasan malih,
Tatua tutur, sesoroh ane
maguna.

Terjemahan:
97

Sepatutnya dihargai,
Tingkah laku yang tenang,
Supaya jangan bisa dicela,
Keutamaan agama,
Yaitu yang disebut parisuda itu,
Yang keenam belajar disekolah,
Membaca dan belajar bahasa
filsafat,
Dan nasehat- nasehat, segala
yang berguna.
63. Puh Sinom, Ping kutus mareriptayang, 1) Rajin
bait ke-63 Miwah makayun- kayunin, belajar dan
Nggih satunggiling pakaryan, bekerja
Ne penginang pacang dadi,
Nambeh kauningan malih,
Miwah kauripan ipun, 2) Senantiasa
Tengah dasa ka pamreman, mengingat
Nging during sirep kaki, Tuhan
Ngeningang kayun, ngelingang
Hyang Widi Wasa.

Terjemahan:

Kedelapan mengarang dan


berpikir,
Masing- masing pekerjaan,
Yang kira- kira akan bisa,
Menambah pengetahuan dan
penghidupan,
Setengah sepuluh ke tempat
tidur,
Tapi belum tidur,
Lalu membersihkan pikiran,
Merenungkan Tuhan Yang Esa.
64. Puh Sinom, Sampuniki yan dartayang,
bait ke-64 Kala wengi iku kaki,
Keter kakuataning jagat,
Ngawit kumpulika smai,
Ring manusa sami ugi,
Sinarengan duk puniku,
Usiking bayu premana,
Ngawit kumpul ika sami,
Ring papusuh, kala sireping
manusa.
98

Terjemahan:

Begini kalau diceritakan,


Waktu malam itu,
Kekuatan dunia,
Bermula semua berkumpul,
Semua pada manusia,
Bersatu pada waktu itu,
Dengan getaran dari kekuatan
hidup,
Bermula semua berkumpul,
Di pepusuh, waktu manusia
tidur.
65. Puh Sinom, Punika krana manusa, 1) Sabar dan
bait ke-65 Ring kala puniki, tawakal
Jawining sang ageng brata,
Maka miwah sane sakit,
Kapatut masila tiding,
Ngregep ngeningang kayun,
Sarwi mangucaping cita,
Pukulun prama Widi,
Sira ngliput, ngawuhin angga
sarira.

Terejmahan:

Itu sebabnya manusia,


Waktu ini kecuali orang,
Yang mempunyai berata yang
besar,
Dan yang sakit,
Diharapkan duduk bersila,
Bersemedi menenangkan
pikiran,
Sambil berkata dalam hati,
Ya Tuhan Yang Esa,
Kamu memenuhi,
Memenuhi badan jasmani.

66. Puh Sinom, Malih satunggil amangan, 1) Bersyukur


bait ke-66 Ring sira das nadah kaki, atas
Patut sira mangregepang, anugerah
Tumuli ngucaping ati, Tuhan
Pukulun Hyang prama Widi,
Patik betara pukulun,
Anede sih betara,
99

Maka merta sanjiwani,


Moga ulun, pari purna urip
waras.

Terjemahan:

Juga setiap akan makan,


Kita harus mengingat kepada
beliau,
Patut kita merenung,
Lalu berkata dalam hati,
Tuhan Yang Maha Kuasa,
hambaMu makan anugrahMu,
yang merupakan Amerta,
semoga hamba, sempurna dalam
kehidupan.

Tabel 6.Nilai Budi Pekerti dalam Puh Adri

Nilai Budi
No. No. data Data Kutipan dan Terjemahan
Pekerti
1. Puh Adri, bait Ring luhur ning wang, 1) Berbakti
ke-1 Sampun umatur, kepada
Tingkah mangeninge, Tuhan
Ngastiti bakti ring Widi,
Wiakti katah cara ipun,
Antuk ida sang mawruh,
Tan bina kadi margine,
Wenten panjang bawak ipun,
Nanging tujunipun tunggal,
Ring Hyang Widi amur bengrat.

Terjemahan:

Di atas telah saya utarakan,


Hal melaksanakan kesucian,
Dengan jalan berbakti
(menyembah Tuhan),
Memang banyak caranya,
Oleh orang yang pandai bijaksana,
Tak berbeda sebagai jalan,
Ada jalan yang panjang ada yang
pendek,
Namun tujuannya satu,
Yaitu kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
100

2. Puh Adri, bait Maka dasar prawertining telu, 1) Peraturan


ke-2 Tri kaya arane, yang
Idep laksana lan munyi, meng-
Sampuniki bratan ipun, ajarkan
Tri kaya ika brata iku, pada
Tiga bratannyane soang, kebaikan
Tiga tiga nuju ayu,
Ngimpesan wecana ala,
Maka lingga manah suda.

Terjemahan:

Tiga dasar dalam


melaksanakannya,
Yang disebut Trikaya,
Yaitu pikiran pelaksanaan dan
perkataan,
Begini dasar peraturan
pelaksanaannya,
Ketiga- tiganya menuju
kebaikan,
Menjauhkan kata- kata yang
buruk,
Sebagai lambang pikiran suci.
3. Puh Adri, bait Brataning manah tinutur, 1) Sabar,
ke-3 Pisan tan krodane, mampu
Tan wawang kabangan malih, mengendali
Ping rua tan suka puniku, kan diri
Tan duhka cita puniku,
Ping tri ndatan kepingina, 2) Tidak
Miwah tan mambej prih iku, bersedih
Puput bratan ikang manah, hati
Bratan laksana tuturang.
3) Ikhlas dan
Terjemahan: tanpa
pamrih
Syarat pikiran diceritakan,
Satu tan kroda,
Yang artinya tidak cepat marah,
Kedua tan soka,
Yang berarti tidak merasa
bersedih,
Yang ketiga ndatan kapingin,
Berarti jangan berpikiran
pamrih,
Begitulah persyaratan dari
101

pikiran,
Sekarang akan diceritakan syarat
dari perbuatan.
4. Puh Adri, bait Pisan tan asta cepala tiku, 1) Tidak
ke-4 Ro tan asta corahe, bertingkah
Tan asta dusta ping trini, laku tidak
Teges cepaleku, benar
Saluir wecana tan patut,
Sedana dasa driane,
Mangawe nek wiring kayun,
Saluirne nyakitin manah,
Nika aran asta cepala.

Terjemahan:

Kepertama tan asta cepala,


Yang kedua tidak asta corah,
Tidak asta dusta yang ketiga,
Arti cepala itu,
Segala tingkah laku yang tidak
benar,
Hasil dari sepuluh indria,
Membikin hati sakit dan murah,
Segala yang menyebabkan sakit
pikiran,
Itu disebut asta cepala.
5. Puh Adri, bait Tegesning asta puniku, 1) Tidak
ke-5 Tingkahning malinge, mencuri
Sakaluir laksana maling,
Tegesning asta dusteku, 2) Tidak
Sakaluir mematiku, membunuh
Mamati ndatan padosa, sesama
Sapunika teges ipun, hidup
Kewala ringkesnya,
Nanging sampun suka terang.

Terjemahan:

Arti daripada asta corah itu,


Yaitu pelaksanaan dari si
pencuri,
Dan segala tingkah laku is
pencuri,
Arti dari dusteku,
Segala perbuatan pembunuhan,
Membunuh yang tak berdosa,
102

Begitulah artinya,
Diambil secara ringkasnya,
Tetapi itu sudah jelas.
6. Puh Adri, bait Ne mangkin bratan sabda 1) Senantiasa
ke-6 tinutur, berkata
Sampuniki luire, benar
Tan sabda mangangsul siki,
Suara magalak puniku,
Rus tan sabda pisunyeku, 2) Tidak
Tan mamisuna ujare, memfitnah
Iga tan sabda adueku,
Mamubab ring anak lian, 3) Berkata
Sampuniku dartan nika. jujur

Terjemahan:

Sekarang akan diceritakan syarat


perkataan,
Beginilah macamnya,
Yang kepertama tidak berkata
megangsul,
Artinya bicara yang salah,
Yang kedua tidak berbicara
pisunyeku,
Artinya tidak berkata
memfitnah,
Ketiga tidak berkata dueku,
Berbohong kepada orang lain,
Begitulah penjelasannya.
7. Puh Adri, bait Yaning sampun lumaca 1) Mempunyai
ke-7 kadyeku, etos belajar
Sampun doh margine, yang tinggi
Tampek ring ida Hyang Widi,
Magentos pangaranyeku,
Trikaya paramarta iku,
Trikaya pari sudane,
Kapari sudaning telu,
Idep laksana manyine,
Sampun manggeh tri suda.

Terjemahan:

Kalau sudah bisa melaksanakan


semua itu,
Ilmu orang demikian sudah
tinggi,
103

Mendekati Tuhan,
Namanya sudah disebut lain,
Yaitu paramarta namanya,
Trikaya parisuda itu,
Artinya tiga kesucian,
Yaitu kesucian pikiran,
perbuatan dan bicara,
Itulah disebut trisuda.
8. Puh Adri, bait Kang mangaran parisuda iku, 1) Berpikiran
ke-8 Kayeki tuine, jernih
Kang manah malilang ening,
Manah nirmala puniku, 2) Menyembah
Tan pata leteh puniku, hanya
Ika sida lingganira, kepada
Puranira Hyang maagung, Tuhan
Sang Hyang Widi amurbeng rat,
Sira jatining sinembah.

Terjemahan:

Yang disebut parisuda itu,


Ini sebenarnya pikiran yang suci
murni,
Pikiran yang suci,
Tak kotor itu,
Itu akan bisa merupakan,
Tempat perwujudan Tuhan,
Tempat dari Tuhan Yang Esa,
Tuhan yang menguasai
dunia,beliaulah sebenarnya yang
disembah.
9. Puh Adri, bait Punapi jua maling pacang 1) Meyakini
ke-9 ruruh, adanya
Alih saideha, Tuhan
Ne alih ia suba dini,
Ne ngalih ia suba ditu,
Makaronan pada ditu,
Sayoga tan ana karua,
Tan paarah tan pawastu,
Nira atmaka sunya nama,
Ika sajatining lingga.

Terjemahan:

Apa yang mau dicari kesana


kemari,
104

Walaupun dicari ke segala


penjuru,
Namun yang dicari sudah disini,
Yang mencari juga sudah ada
disitu,
Merupakan satu disana benar tak
ada duanya,
Tak tentu dapat dan tak
berwujud,
Beliau merupakan kosong,
Itulah sebenarnya perwujudan
beliau.

2. Relevansi Nilai Budi Pekerti dalam Geguritan Dharmakerti Dengan


Kehidupan Sekarang
a. Nilai Budi Pekerti yang Masih Relevan

Tabel 7. Relevansi Nilai Moral Geguritan Dharmakerti Dengan


Kehidupan Sekarang

Nilai Budi Relevansi


No. Fakta
Pekerti
1 Meyakini Sebagai makhluk yang Meyakini dengan
adanya Tuhan beragama manusia sepenuh hati bahwa
harus percaya dan Allah Maha Esa serta
yakin bahwa Tuhan itu meyakini keberadaan-
ada dan nyata sebagai Nya adalah wajib
Dzat yang menciptakan hukumnya bagi kita
bumi dengan segala yang beragama Islam.
isinya. Dialah Tuhan
pencipta seluruh alam
ini, satu- satunya
yang berhak untuk
disembah. Diantara
tanda- tanda
kekuasaan-Nya ialah
bergantinya siang dan
malam, terbitnya
matahari dan bulan.
Semua itu begitu
nyata dan setiap hari
kita saksikan, maka
tidak ada alasan untuk
tidak meyakini
keberadaanNya.
105

2 Berbakti Manusia sebagai Umat Islam yang


kepada Tuhan makhluk yang meyakini menjadikan Allah
akan adanya Tuhan sebagai Tuhannya harus
sudah sepatutnya untuk senantiasa berbakti
berbakti kepada-Nya kepada-Nya. Banyak
dengan cara beribadah cara berbakti kepada
dan berdoa hanya Allah, misalnya selalu
kepada Tuhan. menjalankan perintah-
Nya, menjauhi
larangan-Nya,
mendirikan sholat
wajib, senantiasa
berdoa dan berikhtiar,
membaca Al Qur’an
dan masih banyak lagi
jalan untuk berbakti
pada Tuhan. Semua itu
dilakukan semata- mata
untuk mendapatkan
pahala dan ridha Allah.
3 Bersyukur atas Bumi diciptakan Allah melimpahkan
anugerah dengan segala isinya rezeki-Nya di bumi ini
Tuhan yang bermanfaat bagi untuk orang- orang
kehidupan manusia. yang mau berusaha.
Hal tersebut semata- Segala rezeki dan
mata merupakan nikmat yang kita
anugerah Tuhan, dapatkan harus kita
sehingga sebagai syukuri berapapun yang
makhluk-Nya manusia kita dapatkan. Semakin
patut untuk selalu kita pandai bersyukur
mensyukuri segala maka Allah akan
nikmat yang semakin memudahkan
didapatkannya. jalan rezeki kita.
Banyak atau sedikit
rezeki yang kita
dapatkan patut selalu
bersyukur dan berusaha
lebih giat lagi untuk
mendapatkan nikmat
Allah yang tiada tara.
4 Cinta dan Setiap manusia Dalam Islam, cinta
kasih sayang diciptakan mempunyai seseorang haruslah
perasaan cinta dan berlandaskan ketulusan
kasih sayang terhadap dan ketaatan. Salah satu
sesama. Sehingga antar cinta yang diajarkan
makhluk hidup harus Rasulullah diantaranya
106

saling menyayangi, adalah mencintai dan


juga terhadap hewan mengasihi sesama.
dan tumbuhan. Seperti firman Allah
dalam surat Al Maidah
ayat 8 bahwa tidak
dibenarkan jika kita
berbuat tidak adil
kepada seseorang hanya
karena benci kepada
mereka. Maka dari itu,
kecintaan maupun
kebaikan harus
senantiasa diberikan
kepada semua makhluk
ciptaan-Nya.
5 Taat pada Agama sebagai ajaran Sebagai manusia yang
ajaran agama dan tutunan hidup beragama, kita harus
manusia mengajarkan selalu menaati apa yang
hal-hal yang baik. diajarkan dalam agama.
Dengan demikian Sebagaimana yang
manusia harus patuh terdapat dalam Al
dan taat pada ajaran Qur’an surat An
agama. Dan segala Anfaal: 24 yang
tingkah laku menyatakan bahwa
disesuaikan dengan sebagai manusia harus
ajaran agama selalu taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, karena
Allah tidak menyukai
orang- orang yang kafir.
6 Cinta kasih Sudah sepatutnya Pernikahan mampu
suami istri bahwa dalam hidup menutup kemungkinan
berumah tangga harus manusia untuk berzina.
saling menyayangi satu Oleh karena itu bagi
sama lain dan yang sudah mampu
mengetahui hak dan maka menikah adalah
kewajiban masing- jalan terbaik daripada
masing. berpacaran, karena
tidak ada istilah pacaran
dalam Islam. Dalam
membangun rumah
tangga harus saling
menyayangi dan
mengasihi untuk
mendapatkan ridha
Allah
107

7 Tanggung Bertanggung jawab atas Manusia hidup dengan


jawab segala kewajiban dan memiliki
segal yang dicapainya tanggungjawab yang
atas usahanya. harus dikerjakan. Ada
kewajiban yang
senantiasa wajib untuk
dilakukan. Dalam QS.
Yassin: 12 Allah
berfirman bahwa
Kamimenuliskan apa-
apa yang mereka
kerjakan dan bekas-
bekas yang mereka
tinggalkan. Dan segala
tingkah laku serta
perbuatan manusia
dengan segala hasil dari
perbuatannya tersebut
harus dapat
diperrtanggungjawabka
n, baik kepada sesama
manusia maupun
dengan Allah kelak di
akherat.
8 Mengendalikan Manusia harus mampu Manusia dibekali akal
diri dan pikiran mengendalikan hawa pikiran dan perasaan
nafsunya dengan agar dapat menimbang
mempertimbangkan baik buruk sesuatu hal.
segala konsekuensi Banyak kejadian yang
yang mungkin akan tidak terduga yang tidak
timbul. sesuai dengan yang kita
harapkan. Namun kita
harus dapat
mengendalikan diri,
dengan menerima
semuanya dengan sabar
dan ikhlas dan berusaha
untuk dapat lebih baik
lagi.
10 Tata krama dan Tata krama dan sopan Kita hidup dalam
sopan santun santun penting masyarakat yang
diterapkan agar kita beragam sifat dan
selalu bertindak sesuai kepribadian. Sehingga
dengan norma yang kita harus mempunyai
ada. tata krama serta
berperilaku sopan
108

sesuai dengan norma


yang ada. Karena
manusia diciptakan
Allah sebagai makhluk
yang paling sempurna
sehingga mampu
membedakan hal baik
dan buruk.
11 Tata tertib Tata tertib diciptakan Kita hidup
dalam untuk mengatur bermasyarakat perlu
bermasyarakat perilaku manusia agar aturan agar hiduplebih
teratur dan disiplin. teratur dan disiplin.
Karena itu tata tertib
perlu dilakukan demi
terciptanya tatanan
masyarakat yan rapi
dan disiplin. Hidup
bermasyarakat dengan
karakter manusia yang
berbeda- beda perlu
adanya suatu kendali
agar dapat seragam
sehingga tidak terjadi
kesenjangan.
13 Sabar dan Manusia diuji dengan Sabar merupakan
tawakal berbagai cobaan kemampuan menunda
sehingga harus kesenangan dan
senantiasa berusaha dan menjalani yang ada
sabar serta dengan penuh
menyerahkan segala ketekunan. Allah
hasilnya kepada Tuhan. berfirman dalam QS. Al
Ikhlas ayat 2 bahwa
Allah adalah Tuhan
yang bergantun kepada-
Nya segala sesuatu.
Maka sabar dan
menerima semua
dengan ikhlas adalah
jalan terbaik saat apa
yang terjadi tidak sesuai
dengan apa yang kita
harapkan.
14 Rajin bekerja Manusia perlu bekerja Allah memerintahkan
untuk memenuhi kepada manusia yang
kebutuhan hidupnya berkemampuan bekerja
baik kebutuhan jasmani untuk mencari karunia-
109

maupun rohani. Nya yang terhampar


begitu luas di bumi.
Seperti firman-Nya
dalam QS. Al Mulk
ayat 15 yang
menyatakan bahwa
berjalanlah di segala
penjurunya dan
makanlah sebagian dari
rezeki-Nya. Allah akan
senantiasa
membukakan
pinturezeki-Nya kepada
orang- orang yang mau
berusaha.
15 Tekun belajar Pepatah mengatakan Belajar adalah proses
bahwa tuntutlah ilmu transformasi diri
walau sampai ke negeri menuju peningkatan
Cina, oleh karena itu kapasitas intelektual,
kita harus selalu belajar moral dan lain- lain.
guna meningkatkan Allah SWT
kualitas hidup memerintahkan untuk
belajar karenabelajar
sangat penting bagi
kehidupan manusia.
Dalam HR. Muslim
menyatakan bahwa
menuntut ilmu itu
(belajar) wajib bagi
muslim dan muslimah.
Dengan belajar manusia
akan mendapat
keberkahan dan
manfaat dalam
menjalani kehidupan.
16 Jujur Berkata jujur sesuai Manusia dinilai dari
dengan keadaan yang perkataannya sehingga
sebenarnya agar kita dapatdipercaya. Seperti
selalu menjadi orang yang terdapat pada Al
yang dapat dipercaya. Qur’ an surat A-Israa’
ayat 53 yang
menyatakan bahwa
hendaknya manusia
mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar),
karena syaitan suka
110

menimbulkan
perselisihan di antara
manusia.
17 Ikhlas Mengerjakan sesuatu Ikhlas adalah
dan menerima apapun kemampuan
hasilnya dengan hati menjalankan yang ada
yang ikhlas. tanpa perlu pujian dari
manusia, semata
mengharapkan ridha
Allah. Manusia harus
selalu berusaha serta
menyerahkan semua
hasil usaha kita hanya
kepada Allah, karena
Allah tahu yan terbaik
bai umatnya yang mau
berusaha.
18 Tidak Memfitnah adalah Fitnah merupakan
memfitnah perbuatan keji yang perkataan bohong yang
sangat merugikan bagi tidak berdasarkan
diri sendiri dan orang kebenaran untuk
lain menjelekkan orang lain.
Dan dalam Al Qur’ an
Allah Swt. berfirman
bahwa fitnah itu lebih
besar bahayanya dari
pembunuhan. Oleh
karena itu Allah Swt.
tidak menyukai orang-
orang yang suka
memfitnah orang lain.
19 Memaafkan Setiap manusia pernah Bagi umat muslim
melakukan kesalahan sudah seharusnya tidak
yang mungkin sudah saling membenci karena
menyakiti perasaan semua umat muslim
oran lain. Dengan salin adalah bersaudara.
memaafkan maka dapat Meminta maaf ataupun
menjadikan keadaan memberikan maaf
menjadi lebih baik. adalah tindakan mulia
meskipun terkadang
berat memberikan maaf
kepada orang lain yang
telah berbuat salah
kepada kita. Namun ada
ganjaran dari Allah bagi
orang- orang yang mau
111

memaafkan.
20 Mengingat Segala yang hidup pastiSeperti yang telah
kematian akan kembali kepada disebutkan dalam surat
pencipta- Nya, begitu Al Qashash ayat 77
juga manusia yang akan yang mengatakan
menemui ajalnya jika bahwa kita manusia
sudah waktunya. hidup di dunia ini
Karena itu manusia jangan hanya
hendaknya senantiasa memikirkan
mengingat akan kabahagiaan dunia saja,
kematian dengan selalu tetapi kita juga perlu
mendekatkan diri mencari kebahagiaan di
kepada- Nya. akherat.
21 Menjaga Kebersihan merupakan Hati yan bersih dan
kebersihan sebagian dari iman. pikiran yang jernih
Manusia harus membuat kita selalu
senantiasa menjaga nyaman dalam
kebersihan baik itu menjalankan segala
meliputi jasmani urusan. Kebersihan
maupun rohaninya. meliputi kebersihan
badan dan hati yang
patut dijaga agar
mendapatkan
kemudahan serta ridha
Allah.
22 Berbakti Berbakti kepada orang Orang tua sangat
kepada orang tua merupakan suatu berjasa kepada kita.
tua kewajiban seorang anak Maka akan sangat
yang harus selalu berdosa apabila kita
dilaksanakan. tidak berbakti
kepadanya. Membantu
pekerjaannya dan tidak
membantah merupakan
salah satu cara berbakti
kepada orang tua dan
mendapat anjaran dari
Allah.
23 Mampu Dengan iman hidup Manusia yang beriman
menjaga iman menjadi lebih terarah, hidupnya akan selalu
sehingga hidup manusia tercermin dari nilai-
akan lebih baik karena nilai agama. Hidupnya
berpegang teguh pada menjadi lebih terarah
iman. dan mampu meng-
hindarkan dari per-
buatan buruk apabila
kita selalu berpegang
112

teguh pada ajaran


agama.
24 Tidak iri dan Tidak iri dengan milik Iri atau dengki adalah
dengki orang lain dan perasaan tidak suka
senantiasa bersyukur dengan apa yang
dengan apa yang telah dimiliki oleh oranglain.
dimiliki. Orang seperti ini berarti
hidupnya kurang
bersyukur kepada Allah
sehingga ia selalu
kurang puas dengan apa
yang dimilikinya.
25 Menghormati Salah satu cara agar Menyayangi yang muda
orang lain kita dihormati oleh dan menghormati yang
orang lain adalah lebih tua sudah diajarkan
dengan cara sejak dini. Saling
menghormati orang lain menghormati akan
terlebih dahulu menciptakan suasana
yang rukun dan damai.
26 Tolong Manusia sebagai Manusia merupakan
menolong makhluk sosial harus makhluk sosial maka
selalu tolong menolong dibutuhkan kerja sama
dengan kesusahan dan saling membantu
orang lain untuk mencapai tujuan
hidup. Allah berfirman
dalam surat Al Maidah
ayat 2 yang menyatakan
bahwa tolong
menolonglah kamu
dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa,
dan jangan tolong
menolong dalam
perbuatan dosa dan
pelanggaran.
27 Tenggang rasa Memiliki rasa Sikap tenggang rasa
menhormati dan dan memahami apa
menghargai perasaan yang dirasakan oleh
orang lain serta ikut orang lain akan mampu
merasakan apa yan menciptakan kehidupan
dirasakan oleh orang masyarakat yang damai
lain. dan mempererat tali
silaturahmi dan
persaudaraan.
28 Simpati Ikut merasakan apa Ikut merasakan apa
yang dirasakan oran yang dirasakan oleh
113

lain baik itu perasaan orang lain terutama saat


senang maupundalam orang lain mendapat
keadaan duka. musibah. Rasa simpati
dapat kita berikan
dengan cara menghibur
agar duka yang
dirasakan tidak begitu
berat.

b. Nilai Budi Pekerti yang Sudah Tidak Relevan

Tabel 8. Nilai budi pekerti yang sudah tidak relevan dengan


kehidupan sekarang

Nilai Budi
No. Tidak Relevan Fakta
Pekerti
1 Menginginkan Manusia sudah Dalam banyak kejadian
milik orang dianugerahi atas rezeki yang diberitakan di
lain masing- masing, TVmenayangkan
hendaknya senantiasa banyak terjadi kasus
mensyukurinya karena penipuan yang
kita sebagai manusia merugikan orang lain,
harus yakin bahwa bahkan penipuan ini
Allah memberikan merambah berbagai
rezeki sesuai dengan kalangan dengan iming-
kemampuan manusia. iming yang
menggiurkan. Padahal
agama mengajarkan
bahwa sebagai sesama
muslim jangan saling
memakan harta sesama
dengan cara yang tidak
baik.
2 Membunuh Tindakan saling Kasus kriminal begitu
sesama hidup menghilangkan nyawa merajalela. Saat ini
orang lain merupakan banyak sekali
hal yang keji karena diberitakan baik di
setiap manusia pada televisi maupun media
dasarnya mempunyai cetak kasus
hak untuk hidup. Oleh pembunuhan yang
karena itu membunuh sudah biasa terjadi
harus diberi hukuman dengan berbagai motif
yang setimpal. kejahatan. Sebut saja
kasus terbaru yang
begitu menghebohkan
adalah kasus kematian
114

Angeline bocah berusia


8 tahun yang
sebelumnya diberitakan
hilang namun
ditemukan sudah
meninggal terkubur di
halaman rumahnya.
Pelakunya justru orang
terdekatnya, yaitu ibu
angkatnya.
3 Melakukan Seseorang melakukan Manusia seperti tidak
tindakan tindakan pencurian pernah puas dengan apa
mencuri pada dasarnya karena yang dimilikinya dan
tidak mensyukuri keinginan yang tak ada
nikmat Allah dan selalu habisnya. Materi
merasa kekurangan dan terbatas maka mencuri
tidak puas dengan apa menjadi cara yang
yang dimilikinya. Hal ditempuh demi
tersebut dilakukan mendapatkan sesuatu
karena berbagai faktor yang diininkan. Banyak
yang mempengaruhi. terjadi kasus pncurian
baik itu berupa uang,
harta benda, dan lain-
lain
4 Tindak Tindak pelecehan Menurunnya nilai
pelecehan seksual akhir- akhir ini agama dan kurangnya
begitu marak terjadi pendidikan moral dan
yang menimpa semua budi pekerti berdampak
kalangan yang pada makin maraknya
mencerminkan makin kasus pelecehan
terpuruknya moral dan seksual. Lebih miris
tata susila manusia lagi bahwa pada
yang semakin kenyataannya pelaku
memburuk. terbanyak dalam
melakukan
penyimpangan seks ini
adalah remaja, yang
notabene adalah
generasi muda penerus
bangsa. Tak jarang
kasus pelecehan seksual
ini berakhir dengan
pembunuhan.
115

B. Pembahasan Data

1. Nilai Budi Pekerti yang Terkandung dalam geguritan Dharmakerti

a. Meyakini adanya Tuhan dan menaati ajaran-Nya

Meyakini bahwa Tuhan itu nyata dan benar-benar ada serta

mampu mennaati semua ajaran-Nya merupakan sikap dan perilaku

manusia yang mencerminkan keyakinan serta kepercayaannya

terhadap Tuhan. Sebagai manusia yang beragama manusia harus

menyadari bahwa Tuhan itu ada dalam hati manusia masing-masing

dan sebagai makhluk ciptaan-Nya manusia mempunyai kewajiban

untuk melaksanakan segala perintah-Nya sesuai dengan ajaran agama

maupun kepercayaannya.

1) Mempercayai adanya Tuhan

Dalam geguritan Dharmakerti disebutkan manusia harus

menyakini bahwa Tuhan itu ada, karena hanya Tuhan yang

menciptakan manusia dan alam semesta ini. Hal ini disebutkan dalam

puh Sinom bait ke-2. Adapun kutipannya adalah sebaagai berikut.

Sira kaniscaya adnyanan, sang murba misesa sami,


sehananing sarwa loka, maka puser pati urip, yadin akeh
dewa dewi, miwah betara pukulun, nika nama pawibagan,
suabawan hyang parama widi, kang lumimbak sahananing
tumitah

Terjemahan:

‘Beliau merupakan sinar dalam hati, yakni Tuhan yang


menguasai bumi, dan segala yang di dunia ini, beliau
merupakan sumber dari segala yang ada, walaupun banyak
orang mengatakan adanya dewa- dewa, namun itu hanya
nama dari kekuatan beliau saja, sebab hal itu hanya
116

merupakan sinar Tuhan, yang memenuhi, segala-galanya


adalah Tuhan’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah mengenai keberadaan

Tuhan sang Pencipta. Tuhan merupakan pencipta sekaligus yang

menguasai segala yang ada di bumi, sumber dari segala sumber

yang ada di dunia ini, Beliau merupakan sinar penerang jalan

kehidupan manusia. Terdapat berbagai agama dan aliran

kepercayaan yang masing- masing memiliki Tuhan untuk

disembah. Namun pada dasarnya Tuhan yang menguasai segala-

galanya di bumi ini.

Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa Tuhan lah yang

menguasai bumi dan segala isinya. Beliau menjadi sinar penyejuk

hati manusia, menjadikannya demi dan terang. Beliau menciptakan

dan menguasai bumi dan isinya agar manusia mengetahui dan

mempercayai keberadaan-Nya dalam hati masing-masing.

Kutipan lain yang menyebutkan bahwa Tuhan itu ada dalam

setiap hati manusia yang beragama ditunjukkan dalam puh Adri

bait ke-9. Adapun kutipannya sebagai berikut.

Punapi jua maling pacang ruruh, alih saideha, ne alih ia


suba dini, ne ngalih ia suba ditu, makaronan pada ditu,
sayoga tan ana karua, tan paarah tan pawastu, nira atmaka
sunya nama, ika sajatining lingga

Terjemahan:

‘Apa yang mau dicari kesana kemari, walaupun dicari ke


segala penjuru, namun yang dicari sudah disini, yang
mencari juga sudah ada disitu, merupakan satu disana
benar tak ada duanya, tak tentu dapat dan tak berwujud,
117

beliau merupakan kosong, itulah sebenarnya perwujudan


beliau’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu sebuah proses dalam

mencari keberadaan Tuhan. Manusia sebagai makhluk ciptaan

Tuhan selalu berusaha dan bertanya- tanya dimana Tuhan dan

bagaimana wujud-Nya. Mencari kesana kemari namun tiada

ditemukan wujud dan keberadaan-Nya. Namun kemanapun

manusia mencari keberadaan dan wujud-Nya manusia tidak akan

mampu menemukan-Nya karena Tuhan merupakan perwujudan

tak kasat mata namun nyata dan Ia hidup dan ada di dalam hati

makhluk-Nya yang percaya bahwa beliau benar- benar ada.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Tuhan itu memang ada

namun keberadaannya tak dapat digambarkan atau dijangkau oleh

mata dan pikiran manusia. Tuhan ada dalam hati manusia bagi

mereka yang meyakini keberadaan-Nya. Oleh karena itu manusia

harus selalu percaya dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya

agar selalu mendapatkan anugerah dari-Nya.

2) Mengingat kepada Tuhan

Senantiasa ingat kepada Tuhan merupakan salah satu wujud

bakti manusia kepada Tuhannya. Beliau yang menciptakan

manusia dan alam semesta dengan segala isinya, sehingga

manusia harus senantiasa mengingat akan kebesaran Tuhan

seperti yang terdapat dalam puh Sinom bait ke-63. Adapun

kutipannya adalah sebagai berikut:


118

Ping kutus mareriptayang, miwah makayun- kayunin, nggih


satunggiling pakaryan, ne penginang pacang dadi, nambeh
kauningan malih, miwah kauripan ipun, tengah dasa ka
pamreman, nging during sirep kaki, ngeningang kayun,
ngelingang Hyang Widi Wasa

Terjemahan:

‘Kedelapan mengarang dan berpikir, masing- masing


pekerjaan, yang kira- kira akan bisa, menambah pengetahuan
dan penghidupan, setengah sepuluh ke tempat tidur, tapi
belum tidur, lalu membersihkan pikiran, merenungkan Tuhan
Yang Esa’

Penjelasan dari kutipan di atas menjelaskan tugas- tugas

manusia dalam menjalani kehidupan yaitu senantiasa

mengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan dan

kehidupan. Dalam keadaan apapun manusia harus selalu

mengingat Tuhannya bahkan sebelum tidurpun kita harus

membersihkan pikiran dan berdoa.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa manusia

harus selalu ingat kepada Tuhannya, terlebih ketika hendak tidur.

Karena ketika tidur kita tidak tahu apakah esok masih dapat

bangun atau tidak. Bahwa kematian sangat dekat dengan kita, dan

tak seorang pun yang mengetahui kapan hal itu dapat terjadi. Oleh

karena itu manusia hendaknya terus mengingat dan semakin

mendekatkan diri dengan Tuhan.


119

3) Yakin bahwa Tuhan Maha Sempurna

Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan

hanya milik Tuhan. Tuhan menciptakan manusia lebih sempurna

daripada makhluk lainnya. Namun apapun yang telah melekat pada

diri manusia hanyalah seperti setitik tinta di samudra yang begitu

luas bila dibandingkan dengan kebesaran dan kesempurnaan-Nya.

Hal tersebut terkandung dalam geguritan Dharmakerti puh Sinom

bait ke-58 yang kutipannya adalah sebagai berikut.

Lima prawidi tunggal, pama telenging udadi, samudra tirta


pawitra, papulan sarwa suci, pati uriping rat sami,
pangebning sarwa tumuwuh, misrra maring sakahanan,
amenuhing loka sami, maka suluh, ida maraga kasempurnan

Terjemahan:

‘Yang kelima Tuhan Yang Maha Esa, diumpamakan


tengah- tengahnya laut, laut air yang bersih, kumpulan dari
segala yang bersih, yang menguasai mati hidupnya dunia
semua, melindungi segala yang hidup, kasih sayang kepada
yang ada, memenuhi dunia semua, sebagai penerang, sebab
beliau adalah paling sempurna’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah Tuhan sebagai

pencipta makhluk hidup di bumi, menguasai hidup dan matinya,

melindungi, menyayangi dan sebagai penerang jalan hidup

manusia. Menunjukkan betapa sempurnanya Beliau dibanding

makhluk- makhluk ciptaannya.

Tuhan Yang Maha Sempurna adalah yang menciptakan bumi

dengan segala isinya. Melindungi dan mengasihi kepada semua


120

makhluknya. Beliau lah yang paling sempurna sebagai penerang

jalan hidup bagi umatnya.

4) Senantiasa Menyembah Tuhan

Meyakini bahwa Tuhan itu ada harus selalu kita tanamkan

dalam hati. Oleh karena itu kita sebagai umat yang beragama harus

selalu menyembah kepada Tuhan. Seperti yang terdapat dalam puh

Sinom bait ke-26. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Ong sembah ulun betara, Betara Hyang Prama Widi,


rumaga puser ring jagat, amesesa pati urip, rupeksa lan
nirupeksi, agung sih ta maring ulun, yakti tan kna inarga,
prama garjicating ati, madak terus, nyucayang
kaparipurnan

Terjemahan:

‘Ya Tuhan sembah hamba kepada-Mu, tak lain Tuhan Yang


Esa, yang merupakan sumber dari dunia ini, yang
menguasai hidup dan mati, menjaga dan menjaga, sangat
besar kasih sayang-Mu kepada hamba, sungguh tak bisa
hamba nilai, hati hamba amat senang, moga-moga tetap
memberkahi kesempurnaan’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu doa manusia yang

senantiasa berserah diri kepada Tuhan, yang merupakan sumber

kehidupan, yang menghidupkan dan mematikan, menjaga dan

menyayangi makhluk-Nya. Dia lah Tuhan yang Maha Esa lagi

Maha Sempurna.

Kutipan di atas menerangkan bahwa sebagai makhluk

beragama kita harus selalu ingat kepada Sang Pencipta dengan

cara senantiasa beribadah kepada Tuhan. Dengan menyembah


121

Tuhan maka berarti kita adalah makhluk yang selalu mentaati

ajaran agama dengan baik.

b. Menaati ajaran agama

Menaati ajaran agama merupakan sikap dan perilaku yang

mencerminkan kepatuhan, tidak ingkar dan taat menjalankan perintah

dan menghindari larangan agama. Agama merupakan penuntun jalan

hidup manusia agar senantiasa terarah dan terhindar dari perilaku yang

buruk dan menyimpang dari ajaran agama. Dalam agama memberikan

banyak ajaran dan cara menaati ajaran agama antara lain dengan

senantiasa beribadah dan berdoa kepada Tuhan selalu mendapatkan

berkah dari-Nya.

1) Berbakti kepada Tuhan

Ada banyak cara manusia berbakti kepada Tuhan, salah

satunya adalah dengan berbakti kepada Tuhan yaitu dengan

menjalankan perintah untuk selalu menjalankan ibadah sesuai agama

dan kepercayaan masing-masing. Adapun kutipan yang

menunjukkan perintah berbakti kepada Tuhan seperti yang terdapat

dalam puh Adri bait ke-1 berikut ini.

Ring luhur ning wang, sampun umatur, tingkah


mangeninge, ngastiti bakti ring Widi, wiakti katah cara
ipun, antuk ida sang mawruh, tan bina kadi margine,
wenten panjang bawak ipun, nanging tujunipun tunggal,
ring Hyang Widi amur bengrat

Terjemahan:

‘Di atas telah saya utarakan, hal melaksanakan kesucian,


dengan jalan berbakti (menyembah Tuhan), memang
122

banyak caranya, oleh orang yang pandai bijaksana, tak


berbeda sebagai jalan, ada jalan yang panjang ada yang
pendek, namun tujuannya satu, yaitu kepada Tuhan Yang
Maha Esa’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah mengenai jalan berbakti

kepada Tuhan. Ada berbagai macam cara berbakti kepada Tuhan,

namun tujuannya hanya satu yaitu kepada Tuhan.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam

berbakti kepada Tuhan memang banyak jalannya. Menyembah

Tuhan adalah wajib bagi semua umat yang beragama. Adapun

cara berbakti kepada Tuhan antara lain beribadah, berdoa, dan

lain- lain yang semua itu dilakukan semata-mata untuk

mendapatkan ridha dari-Nya.

2) Senantiasa menjaga iman

Iman berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan dan

agamanya, serta keteguhannya dalam mempercayai adanya Tuhan

serta segala perintah agamanya. Iman mampu membuat seseorang

tidak mudah terpengaruh pada hal-hal yang buruk yang menyimpang

dari agama dan dilarang olehTuhan. Adapun kutipan mengenai hal

tersebut dijelaskan dalam puh Sinom bait ke-10 dibawah ini.

Ikang prawerti punika, kadadosan saking trini, laksana


bawos lan manah, nika malih niri niri, pada ngadakang
prawerti, sami malian panuju, punika kni tuutang, makrana
manahe paling, nagih kukuh turin bisa manitahang.

Terjemahan:

‘Prawerti itu terdiri dari tiga, yaitu laksana bicara dan


pikiran, masing-masing itu semua, mempunyai pelaksanaan,
123

kalau semua itu dituruti, menyebabkan pikiran bimbang,


tapi betul-betul dimintai keteguhan iman, dan bisa
mengolahnya’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah mengenai tata cara

berbicara dan pola pikir. Yang masing- masing mempunyai

pelaksaan dengan disertai keteguhan iman agar mampu mengelola

dengan baik.

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa ada tiga

hal yang menyangkut ajaran agama yaitu tata cara laksana,

berbicara dan pikiran. Masing- masing mempunyai aturan yang

berbeda sehingga manusia harus mampu menyeimbangkan agar

tidak menjadi bimbang yaitu dengan berpegang pada keteguhan

iman agar mampu mengelolanya dengan baik.

Selain itu hal tersebut juga terdapat dalam puh Sinom bait

ke-18 yang menyatakan bahwa manusia harus mempunyai iman

yang kuat. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Puniki malih elingang, kasarwa bawa puniki, tekania


martia loka, ksamawanteges niki, sira sang pageh puniku,
ring pekayun upasama, koat ngrasaning panes tis,
arimbawa mawak utaman kasugian

Terjemahan:

‘Ingatlah juga hal ini, segala yang berwibawa ini, yang ada
di dunia ini, adanya dengan jalan yang disebut ksamawan,
yang artinya orang yang kuat imannya, mempunyai pikiran
untuk memaafkannya, tahu akan penderitaan maupun
kesenangan, arimbawa merupakan kekayaan utama’

Penjelasan dari kutipan di atas mengemukakan perilaku

yang disebut ksamawan, yang artinya adalah orang yang imannya


124

kuat, memaafkan, serta mampu memahami akan penderitaan

maupun kesenangan orang lain.

Berdasarkan kutipan di atas mejelaskan bahwa yang disebut

ksamawan adalah orang yang mempunyai iman yang kuat,

mempunyai keteguhan dan kelapangan hati untuk memaafkan

sesama. Hal tersebut merupakan kekayaan hati yang utama.

3) Nasehat pendeta kepada umatnya

Baik pendeta maupun ulama merupakan salah satu perantara

Tuhan untuk mengajarkan nilai-nilai agama kepada umat-Nya.

Sehingga sebagai seorang penyampai syiar agama maka ia harus

memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu agama

sehingga mampu menyampaikannya kepada orang lain sehingga

orang lain tersebut tahu dan memahami ajaran agama. Hal yang

menyangkut hal tersebut seperti yang terdapat dalam kutipan puh

Sinom bait ke-6 seperti yang terdapat dibawah ini.

Niki wenten peplajahan, pitutur sang dwija luih, mungguh


ring sarasamuscaya, nyandang resep sareng sami, tingkah
marga mahotami, sane patut pacang turut, manujuang
kasampurnan, umedek pada Hyang Widi, dartan ipun
becikan dewa mirenggang

Terjemahan:

‘Ini ada suatu pelajaran, mengenai nasehat pendeta utama,


yang terdapat dalam Sarasamuscaya,patut sekali diketahui,
oleh orang banyak, jalan laksana yang utama, yang patut
dituruti, untuk mencapai kesempurnaan, bersujud kepada
Tuhan yang Esa, keterangannya dengarkanlah baik- baik’
125

Penjelasan dari kutipan di atas adalah mengenai suatu

pelajaran atau nasehat seorang pendeta atau pemuka agama. Hal

tersebut terdapat dalam Sarasamuscaya untuk diketahui oleh

orang banyak guna mencapai kesempurnaan, dengan menyembah

kepada Tuhan.

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa ada suatu

pengajaran yang disampaikan oleh seorang pemuka agama yang

utama yang mana pengajaran tersebut penting sekali untuk diketahui

dan diikuti demi mencapai kesempurnaan sebagai manusia yang

beragama, yaitu bersujud kepada Tuhan.

4) Menyembah Tuhan dengan cara yang baik

Menyembah atau beribadah kepada Tuhan merupakan

kewajiban umat beragama. Dalam beribadah tidak boleh dilakukan

secara asal-asalan, namun kita harus melakukannya dengan cara

yang baik. Seperti yang terdapat dalampuh Sinom bait ke-25.

Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Ping tiganing manembah, antuk sekar kaping kalih,


kaping tiga antuk wangia, satunggil wusan ngabakti,
sembah puyung mangentyanin, sampunika turut ipun, balik
balikin ping tiga.tujun sembah ring Hyang Widi, dulurana,
pamuji ngucaping cita

Terjemahan:

‘Banyaknya menyembah tiga kali, dengan bunga dua kali,


yang ketiga dengan kewangen, sampai menyembah, lalu
menyembah dengan tangan kosong, begitulah urutannya,
diulang tiga kali, sembah itu ditujukan kepada Tuhan,
disertai dengan kata- kata, memuji kepada Tuhan’
126

Penjelasan dari kutian di atas adalah cara menyembah

Tuhan yang baik. Hal diatas menjelaskan cara beribadah dalam

agama Hindu yaitu menyembah tiga kali kemudian bunga dua kali

dan kewangen lalu menyembah dengan tangan kosong dan

diulang tiga kali disertai dengan memuji kepada Tuhan.

Dari kutipan di atas menunjukkan cara menyembah Tuhan

dalam agama Hindu. Sedangkan dalam agama Islam cara

beribadah yang baik adalah dengan membersihkan badan terlebih

dahulu dengan cara berwudhu, kemudian mengenakan pakaian

atau kain yang bersih untuk menutup aurat. Setelah itu melakukan

gerakan beribadah disertai doa. Hal tersebut dilakukan dengan

benar dan khusyuk agar mendapat ganjaran dari Allah.

5) Berdoa kepada Tuhan

Sebagai makhluk yang beragama maka dalam keadaan

apapun manusia harus bersabar dan senantiasa berdoa kepada

Tuhan. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam puh Sinom bait

ke-35. Adapun kutipannya sebagai berikut.

Duh pukulun susuhunan, betara Hyang perama Widi,


pukulun sinung nugraha, wastu tan kna inargi, yakti luih
ngagawokin, marupa katreptining hyun, patik betara daweg
anadah, pitulus sih ta ring mami, nampa nyuwun, prama
garjitaning manah

Terjemahan:

‘Ya Tuhan junjungan hamba,Tuhan yang Esa berkahilah


hamba, moga-moga tak alpa, sungguh menakjubkan,
membuat aman sentosa pikiran, ampunilah hamba, hamba
127

ingin mendapatbelas kasihan dari Mu, hamba amat


berterimakasih, hamba hidup bahagia’

Penjelasan dari kutipan di atas menunjukkan kepasrahan

seseorang kepada Tuhannya. Manusia adalah makhluk yang lemah

dan tak luput dari kesalahan, dan hanya kepada Tuhan tempat

memohon ampunan dan berkah agar kelak hidupnya bahagia.

Kutipan di atas menyatakan bahwa manusia sebagai

makhluk yang lemah dihadapan Tuhan harus senantiasa berdoa

agar diberi kekuatan, diberi keberkahan serta selalu aman dan

sentosa. Selain itu juga memohon diampuni segala dosa dan

senantiasa hidup bahagia agar dapat dapat menjalani kehidupan

dengan baik dan penuh barokah.

6) Tidak mencuri

Mencuri adalah tindakan mengambil milik orang lain tanpa

sepengetahuan pemiliknya. Dalam ajaran agama apapun sangat

melarang perbuatan mencuri karena sangat berdosa dan

merugikan orang lain. Hal tersebut seperti yang terdapat dalam

kutipan puh Adri bait ke-5 berikut ini.

Tegesning asta puniku, tingkahning malinge, sakaluir


laksana maling, tegesning asta dusteku, sakaluir mematiku,
mamati ndatan padosa, sapunika teges ipun, kewala
ringkesnya, nanging sampun suka terang

Terjemahan:

‘Arti daripada asta corah itu, yaitu pelaksanaan dari si


pencuri, dan segala tingkah laku si pencuri, arti dari
dusteku, segala perbuatan pembunuhan, membunuh yang
128

tak berdosa, begitulah artinya, diambil secara ringkasnya,


tetapi itu sudah jelas’

Penjelasan dari kutipan di atas menerangkan perilaku dan

tingkah laku dari si pencuri yaitu asta corah, sedangkan dusteku

yaitu segala perbuatan pembunuhan atau membunuh orang yang

tidak berdosa.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan mengenai arti dari

asta corah yaitu pelaksanaan dari si pencuri dan segala hal yang

dilakukan oleh pencuri, yaitu mengambil milik orang lain. Dalam

melakukan tindakannya biasanya pencuri tidak segan-segan

menganiaya bahkan membunuh apabila perbuatannya diketahui.

Dan hal ini sangat tidak patuh dan harus dihindari. Mensyukuri

segala nikmat Tuhan sekecil apapun sangat penting untuk

menghindarkan dari perbuatan yang tidak baik.

7) Tidak membunuh

Membunuh adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang

lain, dan hal ini sangat tidak terpuji mengingat bahwa setiap individu

memiliki hak untuk hidup. Seseorang yang melakukan tindakan

pembunuhan sepantasnya dihukum untuk mempertanggung-

jawabkan hasil perbuatannya. Dalam geguritan Dharmakerti

terdapat kutipan yang menyangkut hal tersebut. Adapun kutipannya

ada dalam puh Adri bait ke-5 dibawah ini.

“Tegesning asta puniku, tingkahning malinge, sakaluir


laksana maling, tegesning asta dusteku, sakaluir mematiku,
129

mamati ndatan padosa, sapunika teges ipun, kewala


ringkesnya, nanging sampun suka terang

Terjemahan:

‘Arti daripada asta corah itu, yaitu pelaksanaan dari si


pencuri, dan segala tingkah laku si pencuri, arti dari
dusteku, segala perbuatan pembunuhan, membunuh yang
tak berdosa, begitulah artinya, diambil secara ringkasnya,
tetapi itu sudah jelas’

Penjelasan dari kutipan diatas menerangkan perilaku dan

tingkah laku dari si pencuri yaitu asta corah, sedangkan dusteku

yaitu segala perbuatan pembunuhan atau membunuh orang yang

tidak berdosa.

Dalam kutipan di atas menyatakan bahwa arti dari dusteku

adalah segala perbuatan pembunuhan. Membunuh orang yang tak

bersalah merupakan dosa besar dan harus mendapat ganjaran

yang setimpal. Pelaku pembunuhan harus diproses secara hukum.

Pembunuhan merupakan perilaku tidak terpuji yang merugikan

diri sendiri dan orang lain sehingga harus dihindari.

8) Percaya akan adanya karma

Setiap perbuatan baik dan buruk pasti akan mendapat

balasan. Perbuatan baik mendapat balasan yang baik, dan

perbuatan buruk akan mendapat balasan yang buruk pula. Itulah

yang dinamakan karma, dan manusia harus percaya akan hal itu.

Seperti yang terkandung dalam puh Sinom bait ke-12. Adapun

kutipannya adalah sebagai berikut.


130

Prawertin manah kaping rua, tan kroda ring satua yoni,


sampun ugi sira duhka, ring sesamaning aurip,
prawertining manah kaping tri, semamituhua puniku, ring
ananing karmapala, mangden terima ring pikolih, sane
wetu wit saking pekarya ngraga

Terjemahan:

‘Pelaksanaan pikiran yang kedua, tidak marah apalagi


kepada pendeta, jangan marah terhadap sesama hidup,
pelaksanaan pikiran yang ketiga, percaya dengan adanya
karmapala, menerima segala hasil, yang timbul
dariperbuatan sendiri’

Penjelasan dari kutipan di atas menceritakan pelaksanaan

pikiran yang kedua, yaitu tidak mudah marah kepada sesama

hidup, sedangkan pelaksanaan pikiran yang ketiga yaitu percaya

akan adanya karma, menerima segala hasil yang timbul akibat

perbuatan sendiri.

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa manusia tidak

boleh marah terhadap pemuka agama dan sesama hidup. Selain

itu juga percaya akan adanya karma, yaitu menerima semua hasil

yang timbul dari perbuatan yang dilakukannya sendiri.

Hasil yang timbul tersebut dapat berupa kebaikan maupun

keburukan. Seperti yang terkandung dalam kutipan puh Sinom

bait ke-49 berikut ini.

Rua kang sinanggeh karya, saindenging jagat iki, suba lan


asuba karma, ayu alaning prawerti, ne makrana papa suargi,
sami kalih sampun katur, susila lawan dursila, daarma lama
darma malih, sami kukuh, palane tang keneng tulak
Terjemahan:

‘Dua karya yang tersohor, di seluruh dunia ini, yaitu


perbuatan benar dan tidak benar, pelakanaan baik buruk,
131

yang menyebabkan kita mendapat papa atau sorga,


keduanya telah dijelaskan, yaitu tingkah laku baik dan
buruk, semua dharma adalah kokoh, dan perbuatan tak bisa
dihindari’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu ada dua macam

perbuatan di dunia ini yaitu perbuatan benar dan tidak benar serta

baik dan buruk.. Semua dharma atau perbuatan adalah kokoh dan

tak bisa dihindari.

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa setiap

perbuatan akan mendapat balasannya, baik itu perbuatan baik atau

pun perbuatan buruk. Setiap perbuatan akan maka kelak akan

mendapatkan ganjaran baik, sebaliknya tiap perbuatan buruk akan

mendapatkan ganjaran buruk.

9) Senantiasa mengingat kematian

Manusia hidup di dunia hanya sementara dan suatu saat

akan kembali kepada sang Pencipta. Sehingga manusia harus

selalu berikhtiar agar kelak meninggal dalam keadaan yang baik.

Seperti yang terdapat dalam puh Demung bait ke-2 si bawah ini.

Duh anakku rengen teki, wekasing nguang ungguh hakena


ring kayun, aja lupa sunu, dlaha yang ulun mati, aja sun
ginawya kna, wadah-wadahan puniku, diastun binosanan,
kenaka muang sarwa manik, tekeng wartra sarwendah,
anglet saluir tetabuh

Terjemahan:

‘Anakku dengarkanlah hal ini, nasehat saya camkan dalam


hati, janganlah lupa anakku, nanti kalau saya mati, jangan
saya dibuatkan, balai tempat mayat, walaupun dengan
berhiaskan, emas dan serba manik, kain yang bermacam-
macam, dengan segala bunyi- bunyian’
132

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu nasehat orang tua kepada

anaknya sebelum kematiannya. Isi dari nasehat itu adalah agar

anaknya tidak lupa jika kelak ia meninggal untuk tidak membuatkan

balai tempat mayat, apalagi sampai diberi hiasan emas dan serba

manik, kain yang bermacam-macam dan bebunyian.

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan mengenai kematian

dan proses pemakaman seseorang. Dalam konteks agama Hindu

bahwa kematian adalah bukan saatnya terlarut dalam kesedihan,

namun justru sebaliknya. Masyarakat yang bergama Hindu dalam

menghormati orang yang telah mati adalah dengan cara beramai-

ramai dan bersukacita dengan membuat singgasana yang megah

dengan dihiasi kain-kain mahal dan indah, bunyi-bunyian serta harta

peninggalan ikut dimasukkan ke dalam peti mati untuk kemudian

dilakukan upacara ngaben atau pembakaran mayat.

Namun dalam Islam kematian seseorang identik dengan

kesedihan dan kehilangan. Mereka akan bergotong royong

membersihkan dan mengurus jenasah dengan kain kafan yang bersih

kemudian dimakamkan. Sederhana namun tetap memiliki esensi

yang tinggi terhadap Tuhan.

10) Mensyukuri anugerah Tuhan

Tuhan menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk

kebutuhan hidup manusia. Dengan segala rezeki yang dimiliki

hendaknya manusia selalu mensyukurinya. Hal tersebut terdapat


133

dalam puh Sinom bait ke-66. Adapun kutipannya adalah sebagai

berikut.

Malih satunggil amangan, ring sira das nadah kaki, patut


sira mangregepang, tumuli ngucaping ati, pukulun Hyang
prama Widi, patik betara pukulun, anede sih betara, maka
merta sanjiwani, moga ulun, pari purna urip waras

Terjemahan:

‘Juga setiap akan makan, kita harus mengingat kepada beliau,


patut kita merenung, lalu berkata dalam hati, Tuhan Yang
Maha Kuasa, hamba-Mu makan anugerah-Mu, yang
merupakan Amerta, semoga hamba, sempurna dalam
kehidupan’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebuah nasehat untuk

selalu mensyukuri apapun nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

Misalnya setiap kita makan maka harus ingat kepada Tuhan yang

telah memberikan rezeki, lalu merenungkan semua pemberian

Tuhan dan semoga menjadi seseorang yang sempurna dalam

kehidupan.

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa manusia

membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidup. Dan makanan

yang ada semata-mata karena manusia mau berusaha mencari

rezeki-Nya. Karena itu mensyukuri nikmat Tuhan harus

senantiasa kita panjatkan agar hidup menjadi lebih bahagia dan

hati menjadi tentram demi mencapai kesempurnaan hidup.

c. Memiliki dan mengembangkan sikap toleransi

Sikap menghargai terhadap pendapat, gagasan, tingkah laku

orang lain, baik yang sependapat maupun yang tidak merupakan sikap
134

toleransi yang harus dimiliki setiap manusia. Dengan demikian akan

tercipta hidup yang damai tanpa ada perselisihan antar sesama.

1) Tenggang rasa

Tenggang rasa merupakan sikap ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain. Hal tersebut seperti yang terdapat

dalam puh Sinom bait ke-18 dibawah ini.

Puniki malih elingang, kasarwa bawa puniki, tekania


martia loka, ksamawanteges niki, sira sang pageh puniku,
ring pekayun upasama, koat ngrasaning panes tis,
arimbawa mawak utaman kasugian

Terjemahan:

‘Ingatlah juga hal ini, segala yang berwibawa ini, yang ada
di dunia ini, adanya dengan jalan yang disebut ksamawan,
yang artinya orang yang kuat imannya, mempunyai pikiran
untuk memaafkannya, tahu akan penderitaan maupun
kesenangan, arimbawa merupakan kekayaan utama’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebuah nasehat untuk

senantiasa menjadi seseorang yang berwibawa, memiliki iman yang

kuat, selalu memaafkan, dan memahami akan penderitaan maupun

kesenangan orang lain. Hal itu merupakan kekayaan yang utama.

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa manusia selain

harus memiliki iman yang kuat dan saling memaafkan, juga harus

memiliki perasaan tahu akan kesenangan maupun penderitaan

orang lain. Mengetahui bagaimana bersikap saat orang lain

mendapat kesenangan, dan juga mampu bersikap yang tepat disaat

orang lain mendapat kesusahan.


135

2) Tidak mengambil hak orang lain

Setiap manusia mempunyai hak dan kewajibanmasing-

masing. Hak akan diperoleh apabila ia telah menjalankan

kewajibannya. Sehingga manusia tidak patut jika harus

mengambil hak milik orang lain. Seperti yang dikemukakan

dalam bait ke-16 puh Sinom berikut ini.

“Mangaal ngaal kaping rua, mamegal teges niki, sipara


dara kaping tiga, makekaruh teges niki, manyenggama
dudu istri, saking prekosa puniku, nahan tang tri tanulaha,
yadin suwung sepi, ri pangipian, tui singgahana juga

Terjemahan:

‘Mangaal-ngaal yang kedua, artinya merampas hak orang


lain,sipara dara yang ketiga, yaitu perbuatan senang
mencari istri, menyetubuhi istri orang lain, dengan cara
memperkosa, itu ketiganya tak bisa dilakukan, walaupun
dalam keadaan sepi, ataupun hanya dalam angan- angan
harus dihilangkan’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai ajaran

mangaal-ngaal dan sipara dara. Mangaal-ngaal artinya

merampas hak orang lain yang bukan haknya. Sedangkan sipara

dara yaitu perbuatan senang mencari istri dan menyetubuhi istri

orang lain dengan cara memperkosanya. Hal semacam itu tidak

boleh dilakukan walaupun di tempat yang sepi, bahkan dalam

angan-angan pun harus dihilangkan.

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa makna dari

mangaal-ngaal dan sipara dara yaitu perbuatan merampas hak

orang lain dan senang mencari istri serta menyetubuhi istri orang
136

lain. Menyetubuhi dan memperkosa istri orang lain yang bukan

haknya adalah perbuatan tidak baik dan harus diberi ganjaran yang

setimpal.

d. Tumbuhnya sikap disiplin

Disiplin adalah sikap dan perilaku sebagai cerminan dari

ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan,dan keteraturan perilaku

seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku. Manusia hidup

perlu aturan agar tidak bertingkah laku menyimpang dari norma yang

ada di masyarakat.

1) Taat pada aturan

Aturan dibuat untuk ditaati oleh manusia. Sehingga tercipta

tatanan masyarakat yang teratur dan terhindar dari perilaku yang

kurang baik atau tidak pantas. Seperti yang terdapat dalam puh

Adri bait ke-2. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Maka dasar prawertining telu, tri kaya arane, idep


laksana lan munyi, sampuniki bratan ipun, tri kaya ika
brata iku, tiga bratannyane soang, tiga tiga nuju ayu,
ngimpesan wecana ala, maka lingga manah suda

Terjemahan:

‘Tiga dasar dalam melaksanakannya, yang disebut Trikaya,


yaitu pikiran pelaksanaan dan perkataan, begini dasar
peraturan pelaksanaannya, ketiga- tiganya menuju kebaikan,
menjauhkan kata- kata yang buruk, sebagai lambang pikiran
suci’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai trikaya yaitu

ajaran mengenai pelaksanaan, pikiran dan perkataan, yang mana


137

ketiganya mengajarkan pada kebaikan dan menjauhkan dari kata-

kata yang buruk.

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa ada

beberapa dasar pelaksanaan, pikiran dan perkataan.Yang mana hal

tersebut dimaksudkan agar manusia terhindar dari perbuatan

buruk dan selalu mendapatkan kebaikan.

2) Dapat mengelola waktu dengan baik

Manusia harus mampu mengatur dan membagi waktunya

dengan baik agar semua pekerjaannya dapat diselesaikan. Dengan

manajemen waktu yang baik maka target yang hendak dicapai

dapat dipenuhi. Adapun kutipan mengenai hal tersebut seperti

yang terdapat dalam bait ke-59 puh Sinom berikut ini.

Malih wantunin critayang, lantasan nikang prawerti,


utsahan ring kaluhuran, ring waya suksma diapi, dawuhnia
patut binagi, nut kasenengan ipun, jawinang sangkala buat,
becik daging kang prawerti, dados welu, kadi niki upamania

Terjemahan:

‘Lagi diulang menceritakan, mengenai dasar perbuatan,


yaitu usaha kepada leluhur, di dunia maupun di alam sana,
waktunya sebaiknya disesuaikan dengan kesenangan,
kecuali mendapat rintangan yang berat, sebaiknya isi
perbuatan itu dibagi delapan, sebagai ini umpamanya’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai dasar dari

perbuatan, yaitu dalam mengerjakan sesuatu hendaknya dilakukan

dengan senang hati, kecuali apabila mendapat rintangan yang

berat.
138

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa manusia di

dunia mempunyai tugas masing- masing yang harus dikerjakan.

Mengenai waktu dalam mengerjakannya sebaiknya dilakukan

disaat hati merasa senang dan semangat dan tanpa beban,

sehingga hasil yang didapat seperti yang diharapkan.

3) Mengetahui waktu beribadah

Dalam beribadah sudah ada waktunya masing-masing.

Beribadah dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun

ada kalanya dalam beribadah harus memperhatikan waktu- waktu

tertentu. Seperti yang terdapat dalam kutipan bait ke-31 puh

Sinom berikut ini.

Puniki malih tuturang, tingkahe ngastiti Widi, wenten


inucap tri sandya, nyurya sewana aran malih, nyembah
Widi kaping trini, ne kamanggehang ring dauh, pisan das
wijil Hyang Arka, ping ro ring das tengah ngue, kaping
telu das surup sang Hyang Sueya

Terjemahan:

‘Sekarang lagi diceritakan, pelaksanaan kita menyembah


Tuhan, ada yang disebut trisandya, ada lagi yang disebut
nyuryasewana, yang ketiga dengan menyembah kepada
Tuhan, itu disesuaikan kepada waktu, pertama waktu
munculnya matahari, yang kedua waktu tengah hari, yang
ketiga waktu matahari terbenam’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai pelaksanaan

menyembah Tuhan. Beribadah kepada Tuhan disesuaikan dengan

waktu, yaitu saat munculnya matahari, saat tengah hari, dan

ketika matahari tenggelam.


139

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa menyembah atau

beribadah kepada Tuhan harus disesuaikan dengan waktu. Yaitu

pada saat pagi hari, siang hari dan malam hari. Karena manusia

diciptakan untuk beribadah setiap saat.

e. Mengembangkan etos kerja dan belajar

Mengembangkan etos kerja dan belajar merupakan sikap dan

perilaku sebagai cerminan dari semangat, kecintaan, kedisiplinan,

kepatuhan dan penerimaan terhadap hasil kerja dan belajar. Dengan

kerja keras dan ilmu yang memadai manusia dapat meningkatkan

kualitas hidupnya.

1) Tekun belajar

Ilmu sangat berguna bagi manusia dan hidup manusia.

Dengan ilmu manusia akan tahu lebih banyak dan berpikiran

maju. Oleh karena itu dengan belajar manusia akan mendapat

ilmu yang bermanfaat bagi hidupnya. Seperti yang terdapat dalam

bait ke-62 puh Sinom berikut ini.

Patut juga kabobotang, solah tingkah tata trepti, mangda


sampun keni kacadcad, tata gama kang utami, ne
sungkemin ajak sami, trikaya parusudeku, ping nem mlajah
buat sekolah, mapacan mabasan malih, tatua tutur, sesoroh
ane maguna

Terjemahan:

‘Sepatutnya dihargai, tingkah laku yang tenang, supaya


jangan bisa dicela, keutamaan agama, yaitu yang disebut
parisuda itu, yang keenam belajar disekolah, membaca dan
belajar bahasa filsafat, dan nasehat- nasehat, segala yang
berguna’
140

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai ajaran untuk

belajar di sekolah, baik itu membaca maupun mempelajari ilmu

bahasa dan filsafat, serta mendengarkan nasehat- nasehat baik dan

segala yang berguna.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa perlunya

manusia untuk menuntut ilmu di sekolah atau dimanapun dengan

membaca dan mempelajari filsafat hidup serta nasehat-nasehat

yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

2) Senantiasa rajin bekerja

Manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Semakin rajin bekerja maka kebutuhan hidupnya akan

lebih mudah dipenuhi. Seperti yang terdapat dalam puh Sinom

bait ke-60 berikut ini.

Ring tengah nem ngolah raga, tur raris manresih- bresih,


mamresihin paumahan, masiram mamargi- margi, ring
tengah ptu lumaris, mangaji sastra puniku, yadin mamargi
makarya, ring tegal sawah makardi, nyegara gunung,
madagang ngateh ubuhan

Terjemahan:

‘Setengah enam kita bangun, lalu melakukan kebersihan,


kebersihan rumah, mandi dan sambil berjalan jalan, lalu
setelah setengah tujuh, mempelajari ilmu, atau pergi ke
tempat tugas bekerja,atau ke sawah ke laut,maupun ke
gunung, menjual hewan’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai rutinitas

seseorang dalam menjalani kehidupannya. Dimulai dari saat

bangun pagi, kemudian membersihkan rumah dan mandi.


141

Kemudian setengah tujuh mempelajari ilmu di sekolah, atau pergi

ke tempat bekerja, ataupun pergi ke sawah, laut maupun ke

gunung untuk bekerja atau berdagang.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa manusia

harus membiasakan diri bangun pagi, lalu melakukan kebersihan

rumah maupun badan. Setelah itu memulai aktivitas yang harus

dikerjakan, bagi siswa segera berangkat ke sekolah menimba

ilmu, dan para orang tua atau pekerja segera memulai

pekerjaannya baik bekerja disawah, laut atau berdagang.

f. Memiliki rasa tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya ia lakukan.

Tanggung jawab dapat meliputi menanggung sebab akibat, ataupun

tanggung jawab dalam hal pekerjaan atau kewajiban.

1) Bertanggung jawab

Setiap manusia memiliki tanggung jawab. Seperti yang

terdapat dalam puh Ginanthi bait ke-8 sebagai berikut.

Sapunika guru wadu, ngranjing kekuasaning stri, yen tepet


denya ningkahang, tan adua ucaping adi, sapekuren tutu
badah, eling nyakap karyan diri

Terjemahan:

‘Begitulah namanya guru wadu, semua harus dikuasai oleh


istri, kalau tepat cara melaksanakan, tidak berbeda dengan
yang ada dalam ilmu, keluarga itu akan bersatu baik, dan
tahu tugas masing- masing’
142

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai guru wadu.

Sebagai seorang istri harus menguasai semua pekerjaan rumah.

Pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik maka keluarga tersebut

akan bersatu bahkan sesama anggota keluarga akan tahu tugas

masing-masing.

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa bagi

seorang istri harus mengetahui tugasnya terhadap suami. Semua

pekerjaan sebagai istri harus ia kuasai sehingga akan tercipta

keluarga yang baik. Menguasai tugas rumah tangga merupakan

tanggungjawab seorang istri kepada suami dan keluarga.

g. Memiliki rasa keterbukaan

Memiliki rasa keterbukaan merupakan sikap dan perilaku

seseorang yang mencerminkan adanya keterusterangan terhadap apa

yang dipikirkan, diinginkan, diketahui, dan kesediaan menerima saran

dan kritik dari orang lain. Sikap terbuka menuntut seseorang untuk

mampu memahami perasaan orang lain dan tidak mementingkan diri

sendiri.

1) Pemaaf

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, baik

yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Dan sebagai manusia

harus memiliki rasa keterbukaan dengan memberikan maaf

kepada orang lain yang mungkin telah menyakiti perasaan kita.


143

Hal tersebut seperti yang terdapat dalam puh Sinom bait ke-21.

Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Malih ne mangkin tegesang, kang wong tan pasatru malih,


kang wruh umret kroda nyeka, pan kroda awak musuh jati,
pinasihan aran asih, roang timpal dadin ipun, ksama tan
pilih kasiha, geng ampura aranyeki, tan pasatru, sampunika
dadin nika

Terjemahan:

‘Sekarang lagi dijelaskan, orang yang tak mempunyai


musuh, dia adalah orang yang bisa menahan marah, sebab
marah itu merupakan musuh sejati, menyayangi disebut
sayang, semua menjadi sahabat dan kawan, memaafkan
dengan tidak membedakan siapa pun, itu namanya memberi
maaf yang amat besar, orang yang demikian tak akan
mempunyai musuh, begitulah jadinya’

Penjelasan dari kutian di atas yaitu mengenai seseorang

yang tiak punya musuh ialah seseorang yang mampu menahan

amarahnya, sebab marah adalah musuh yang sebenarnya. Dengan

demikian semua orang akan menjadi sahabat apabila saling

memaafkan tanpa membedakan siapapun.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa orang yang

tidak mempunyai musuh adalah orang yang tidak mudah marah,

menyayangi sesama, dan mau memaafkan kesalahan orang lain

dengan tidak membeda- bedakan. Orang yang seperti itulah akan

mempunyai banyak kawan, bukan lawan.

h. Mampu mengendalikan diri

Mampu mengendalikan diri adalah kemampuan seseorang untuk

dapat mengatur dirinya sendiri yang berkenaan dengan kemampuan,


144

nafsu, keinginan dalam memenuhi rasa kepuasan dan kebutuhan

hidupnya.

1) Mampu mengendalikan diri dan pikiran

Manusia dituntut untuk mampu mengendalikan sesuatu

yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Seperti yang terdapat

dalam puh Adri bait ke-3 berikut ini.

“Brataning manah tinutur, pisan tan krodane, tan wawang


kabangan malih, ping rua tan suka puniku, tan duhka cita
puniku, ping tri ndatan kepingina, miwah tan mambej prih
iku, puput bratan ikang manah, bratan laksana tuturang

Terjemahan:

‘Syarat pikiran diceritakan, satu tan kroda, yang artinya


tidak cepat marah, kedua tan soka, yang berarti tidak
merasa bersedih, yang ketiga ndatan kapingin, berarti
jangan berpikiran pamrih, begitulah persyaratan dari
pikiran, sekarang akan diceritakan syarat dari perbuatan’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu menerangkan mengenai

syarat dari pikiran. Pertama tan kroda yang artinya tidak cepat

marah, kedua tan soka yang artinya tidak merasa bersedih, dan

yang ketiga yaitu ndatan kapingin yang berarti tidak mempunyai

pemikiran pamrih. Itulah ketiga syarat dari pikiran.

Berdasarkan kutipan tersebut dijelaskan bahwa syarat dari

pikiran adalah tan kroda yang berarti tidak cepat marah, sabar,

tidak bersedih dan jangan mengharapkan balasan dari orang lain.

Manusia yang demikian berarti mampu mengendalikan dirinya

untuk menghindari diri dari perbuatan yang tidak baik.


145

2) Sabar dan tawakal

Bersikap sabar dan tawakal adalah sikap terpuji dalam

mengendalikan diri. Hal tersebut seperti yang terkandung dalam

puh Sinom bait ke-51. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

“Waya suka kapanggiha, teges waya suka kaki, ikang suka


balik duhka, sampunika bulak- balik, ping kudnag- kudang
dumadi, sangsara pang kapangguh, sue gelisnia punika, bobot
ingan ipun malih, nggih sawuku, kadadine wus linaksanan

Terjemahan:

‘Waya suka dijumpai, arti waya suka, suka yang berbalik


duhka, begitu bolak- balik,beberapa kali menjelma,
kesengsaraan akan dijumpai, lama dan sebentarnya hal itu,
berat ringannya barangkali seminggu, harus dilaksanakan’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa manusia hidup

tak selalu mendapatkan kesenangan. Ada kalanya manusia juga

mendapatkan kesengsaraan. Hal tersebut adalah lumrah karena roda

kehidupan terus berputar dan kehidupan seseorang akan berubah

selama manusia tersebut mau berusaha.

3) Tidak mudah marah

Marah adalah suatu sikap yang manusiawi. Hal tersebut

dapat terjadi karena ada suatu hal yang tidak menyenangkan atau

menyakitkan hati. Seperti yang terdapat dalam kutipan bait ke-20

puh Sinom berikut ini.

Sapa sira sang sang nyidayang, ngicalang kroda nireki,


paka pasedanang ksama, yakti tan mewalui malih, janma
punarbawa malih, sira sang asampuniku, maha budi
ngaran ika, manggeh sinangguh wang wiakti, apan sira,
wruh ring ninggalake kroda.
146

Terjemahan:

‘Barang siapa yang bisa, menghilangkan marah, berbuat


memaafkan, ia tidak kembali lagi, menjelma sebagai
manusia, barang siapa bisa berbuat seperti itu, ia disebut
berbudi luhur, patut disebut manusia sejati, sebab ia tahu,
menghilangkan marah’

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa barang

siapa yang mampu menghilangkan marah maka itu menandakan

bahwa orang tersebut memiliki budi pekerti yang luhur dan

disebut sebagai manusia sejati karena ia mampu mengetahui

bagaimana cara mengelola amarahnya.

4) Tidak iri dan dengki

Perasaan iri dan dengki adalah rasa tidak suka melihat

kebahagiaan orang lain. Hal tersebut seperti yang terdapat dalam

puh Sinom bait ke-11 berikut ini.

I manah mangkin tuturang, tatiga prawerti neki, pisan tan


engine nadengkia, ring drewening lean kaki, sampun ugi
mairi, ring anak madruwe liu, sampun ugi ngamledang,
ring padruwen anake seje, sampunika prawertin manah
kapisan

Terjemahan:

‘Sekarang akan diceritakan mengenai pikiran, pikiran ini


mempunyai tiga pelaksanaan, kepertama tak mempunyai
dengki, kepada kepunyaan orang lain, jangan merasa iri
hati, kepada orang yang berada, jangan mengingini
kepunyaan orang lain, begitulah pelaksanaan pikiran yang
pertama’

Berdasarkan kutipan di atas bahwa pikiran mempunyai tiga

pelaksanaan, yaitu tak dengki dengan kepunyaan orang lain, tidak

iri dengan orang yang berada, dan tidak menginginkan milik


147

orang lain. Masing-masing orang telah memiliki bagiannya

sendiri, sehingga kita tidak perlu merasa iri dan dengki dengan

apa yang dimiliki orang lain.

5) Tidak memfitnah orang lain

Fitnah adalah berkata tidak benar dengan tujuan

menjatuhkan orang lain. Hal tersebut terdapat dalam kutipan bait

ke-6 puh Adri berikut ini.

Ne mangkin bratan sabda tinutur, sampuniki luire, tan


sabda mangangsul siki, suara magalak puniku, rus tan
sabda pisunyeku, tan mamisuna ujare, iga tan sabda
adueku, mamubab ring anak lian, sampuniku dartan nika

Terjemahan:

‘Sekarang akan diceritakan syarat perkataan, beginilah


macamnya, yang kepertama tidak berkata megangsul,
artinya bicara yang salah, yang kedua tidak berbicara
pisunyeku, artinya tidak berkata memfitnah, ketiga tidak
berkata dueku, berbohong kepada orang lain, begitulah
penjelasannya’

Berdasarkan kutipan di atas menyebutkan bahwa manusia

dilarang berbicara pisunyeku yaitu tidak berkata memfitnah.

Fitnah tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan

diri sendiri karena orang lain tidak lagi percaya bahkan

mengucilkan kita.

6) Bertingkah laku benar

Bertingkah laku benar adalah melakukan tindakan yang

sesuai dengan aturan dan tidak menyimpang dari norma. Seperti

yang terdapat dalam puh Adri bait ke-4 dibawah ini.


148

Pisan tan asta cepala tiku, ro tan asta corahe, tan asta
dusta ping trini, teges cepaleku, saluir wecana tan patut,
sedana dasa driane, mangawe nek wiring kayun, saluirne
nyakitin manah, nika aran asta cepala.

Terjemahan:

‘Kepertama tan asta cepala, yang kedua tidak asta corah,


tidak asta dusta yang ketiga, arti cepala itu, segala tingkah
laku yang tidak benar, hasil dari sepuluh indria, membikin
hati sakit dan murah, segala yang menyebabkan sakit
pikiran, itu disebut asta cepala’

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa asta

cepala adalah segala sesuatu yang menyakiti hati. Antara lain

tingkah laku tidak benar, yang membuat sakit hati dan terlihat

tidak bernilai di mata orang lain.

7) Ikhlas dan tanpa pamrih

Melakukan segala sesuatu harus didasari dengan hati yang

ikhlas dengan tidak mengharapkan balasan apapun. Hal tersebut

seperti yang terdapat dalam puh Adri bait ke-3 sebagai berikut.

“Brataning manah tinutur, pisan tan krodane, tan wawang


kabangan malih, ping rua tan suka puniku, tan duhka cita
puniku, ping tri ndatan kepingina miwah tan mambek prih
iku, puput bratan ikang manah, bratan laksana tuturang

Terjemahan:

‘Syarat pikiran diceritakan, satu tan kroda, yang artinya


tidak cepat marah, kedua tan soka, yang berarti tidak
merasa bersedih, yang ketiga ndatan kapingin,berarti jangan
berpikiran pamrih, begitulah persyaratan dari pikiran,
sekarang akan diceritakan syarat dari perbuatan’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa syarat

pikiran salah satunya adalah jangan berpikiran pamrih.


149

Melakukan sesuatu atau membantu orang lain harus ikhlas tanpa

mengharapkan imbalan apapun.

i. Mampu berpikir positif

Mampu berpikir positif merupakan sikap dan perilaku

seseorang untuk dapat berpikir jernih, tidak buruk sangka,

mendahulukan sisi positif dari suatu masalah.

1) Berhati bersih

Mempunyai hati yang bersih tidak berburuk sangka kepada

orang lain merupakan perilaku yang baik. Hal tersebut terdapat

dalam kutipan bait ke-56 puh Sinom berikut ini.

“Pretiwimba kang inucap, yan plutin siki- siki, sampuniki


dartan nika, becikang dewa miarsinin, pisan kabresihan
diri, angga sarira nireku, idupama bukaningluah, gambira
lua suci, sampuniku, pidartanikang kapisan

Terjemahan:

‘Perumpamaan sebagai tersebut, kalau dikupas satu persatu


beginilah penjelasannya, dengarkan dengan baik, kepertama
mengenai hal kebersihan diri, badan wadag kita itu, hidup
seperti sumber sungai, hebat luas dan jernih, begitulah
penjelasan yang kepertama’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa mengenai

kebersihan diri adalah bagaikan sumber sungai, luas dan jernih.

Karena itu manusia harus memiliki hati yang bersih dan jernih

seperti air sungai.


150

2) Berpikiran jernih

Berpikiran jernih mampu menghindarkan dari pikiran-

pikiran yang buruk. Seperti yang terdapat dalam puh Sinom bait

ke-55 dibawah ini.

Sampunika yan nargama, kayun sang sujana suci, lepas tan


kena inucap, ilang papetengning ati, saksana malilang ening,
srana sraya nira iku, tuta tumatas kna, sua bawa sang prama
Widi, kang kasumbung, nira atmaka sunia suksma

Terjemahan:

‘Begitulah kalau diumpamakan, kebersihan pikiran orang yang


pandai, tak bisa kita katakan (ceritakan) lagi, kegelapan
pikiran yang hilang, cepat bersih bercahaya, itulah pakai
sahabat ikuti, dan perhatikan baik- baik, wibawa dari Tuhan,
yang kesohor, beliau merupakan Hyang Suksma’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa orang yang

pandai maka pola pikirnya pun baik, tidak ada lagi kegelapan,

namun senantiasa bersih bercahaya pikirannya. Dan perilaku

seperti ini patut diikuti dan diteladani.

3) Tidak bersedih hati

Dalam menjalani kehidupan, ada kalanya apabila manusia

menemui kesulitan atau masalah yang dapat membuatnya

bersedih hati. Namun manusia harus mampu melawan hal tersebut

karena hidup terus berputar dan masalah tidak akan selesai jika

hanya bersedih hati. Hal tersebut terdapat dalam puh Adri bait ke-

3 berikut ini.

Brataning manah tinutur, pisan tan krodane, tan wawang


kabangan malih, ping rua tan suka puniku, tan duhka cita
151

puniku, ping tri ndatan kepingina, miwah tan mambek prih


iku, puput bratan ikang manah, bratan laksana tuturang

Terjemahan:

‘Syarat pikiran diceritakan, satu tan kroda, yang artinya


tidak cepat marah, kedua tan soka, yang berarti tidak
merasa bersedih, yang ketiga ndatan kapingin, berarti
jangan berpikiran pamrih, begitulah persyaratan dari
pikiran, kekarang akan diceritakan syarat dari perbuatan’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa salah satu

syarat pikiran adalah tidak merasa bersedih karena kesedihan

akan membuat kita selalu bersusah hati.

j. Menumbuhkan cinta dan kasih sayang

Cinta dan kasih sayang merupakan sikap dan perilaku

seseorang yang mencerminkan adanya unsur memberi perhatian,

perlindungan, penghormatan dan pengorbanan terhadap orang yang

dicintai dan dikasihi.

1) Kasih sayang orang tua kepada anaknya

Hubungan antara orang tua dengan anaknya hendaknya

terjalin dengan baik dan saling mengasihi. Ada banyak cara

menunjukkan kasih sayang kepada anak, misalnya dengan

memberinya nasehat yang baik. Seperti yang terdapat dalam puh

Demung bait ke-1 berikut ini.

“Ana prateka wayeki, maka sarana kaskaya ngraga puniku,


kang saking mamatut, adasar sucining ati, aliha kenang
panggrenga, ring kreti buana winuwus, sabda mpu
Suruhan, miteketing anak neki, sang asadnya Bang
Senetan, kayeki pidartan ipun
152

Terjemahan :

‘Adalah suatu hal yang patut dikerjakan tiap hari, sebagai


bukti pekerjaan sendiri, yang berdasar kebenaran,
berdasarkan kesucian pikiran, tujukan pendengaran kepada
perbuatan yang tersohor di dunia, mengenai kata- kata empu
Suruhan, menasehati anaknya, yang bernama Bang Senetan,
begini penjelasannya’

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa seorang

bapak menasehati anaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kasih sayang orang tua terjalin baik dengan anaknya. Diharapkan

dengan menasehati maka anak akan dapat mengerti yang baik dan

buruk, serta yang pantas dan yang tidak pantas.

2) Berbakti kepada suami

Menjadi seorang istri wajib berbakti kepada suami.

Mengerjakan tugasnya dengan baik, patuh terhadap suami dan

tidak melakukan kegiatan yang tidak disukai suami. Saling

mengasihi dan memberi kasih sayang yang tulus mampu

membuat rumah tangga menjadi tentram dan terhindar dari

perselisihan. Hal tersebut seperti yang terdapat dalam puh

Ginanthi bait ke-1 dibawah ini.

Dadi istri patut ginung, tingkahe maguru laki, punika luih


utama, jalarane manggih suargi, nyideyang manyupat
somah, yan somahe manggih weci

Terjemahan:

‘Seorang istri patut dipuji, bila ia bisa berbakti pada


suaminya, itulah istri yang utama, yang menyebabkan ia
mencapai sorga, ia dapat meruat sang suami, kalau suami
dalam kesengsaraan’
153

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa berbakti

kepada sami adalah kewajiban istri. Dan istri patut dipuji apabila

ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Seorang istri harus

merawat suami apabila ia sedang dalam kesusahan. Maka hal

demikian dapat membantunya mencapai surga kelak.

3) Menghormati suami

Menghormati suami berarti tidak menolak apa yang

diperintahkan. Bersikap menghargai dan menghormati suami

harus senantiasa dijaga. Seperti yang tercantum dalam puh

Ginanthi bait ke-3 dibawah ini.

Sampun ngucap atikacuh, wangle teken anak muani, yan


nuju ngarepin boga, sampun ugi mangungkulin, antuk lawat
tan kawenang, sekenang laut ngayahin

Terjemahan:

‘Jangan berkata yang bukan- bukan, tak berani kepada


suami, tatkala suami sedang makan, jangan sampai
mengatasi kepalanya, malahan membayangi pun jangan,
benar-benarlah meladeninya.’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan ada beberapa cara

menghormati suami, antara lain berkata yang baik, tidak berlaku

lancang kepada suami, meladeni dengan sepenuh hati. Menghormati

suami akan mendapat ganjaran yang besar.

4) Cinta kasih kepada istri

Sudah sepatutnya dalam berumah tangga harus saling

mencintai dan mengasihi. Hal tersebut terdapat dalam puh

Ginanthi bait ke-6. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.


154

Guru wadon teges ipun, sang suami masihing rabi, ngardi


trepti manah nira, istri guru kawengi, kuasa ring saluiring
kekaryan, saingkah ingkuh jero puri

Terjemahan:

‘Arti guru wadon, cinta kasih sang suami kepada istri,


membuat ketentraman hati sang istri, istri terhormat,
menguasai segala pekerjaan, juga segala persoalan yangada
dalam keluarga’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa seorang

suami pun juga harus menyanyangi istrinya, menentramkan hati

istrinya, menghormati istrinya dan mampu mengatur rumah

tangganya dengan baik dan menyelesaikan semua persoalan yang

mungkin timbul dalam menjalani rumah tangga.

5) Setia kepada suami

Setia mencerminkan sikap peduli, keteguhan hati dan cinta

terhadap orang lain. Menjalani rumah tangga harus saling setia. Hal

tersebut terdapat dalam puh Ginanthi bait ke-4 sebagai berikut.

Yan suami sedeng maturu, sampun turun manglangkahi,


napi buin dwa para ulah, manyorahin anak muani, pageh
tilingang manah, purnama tilem mabersih

Terjemahan:

‘Kalau suami sedang tidur, jangan dilangkahi, apalagi akan


berbuat/berpikiran mendua, berbuat jahat terhadap suami,
tetapkan hati dan jujur, membersihkan diri dan memuja tiap
hati purnama dan tilem’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa sebagai istri

jangan mempunyai pikiran untuk berbuat perselingkuhan atau


155

berbuat jahat kepada suaminya. Saling setia harus selalu dijaga

demi rumah tangga yang damai dan bahagia.

6) Berbakti kepada orang tua

Sudah menjadi kewajiban seorang anak bahwa ia harus

berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal tersebut seperti yang

terdapat dalam puh Demung bait ke-6 berikut ini.

Banggiang amuniki riin sesananing, kang putra putri


puniku, stiti bakti ring guru, saha ngupakara malih,
sawaning sang ram arena, ring wahya pretekang wuh,
ingater ulah trikaya, sida kotamaning kreti, ne mangkin
malih kawitang, guru lanang guru wadu

Terjemahan:

‘Biarkan sekian dulu pelaksanaan, putra- putri itu, mengenai


baktinya kepada orang tua, juga tentang beryadnya, kepada
mayat orang tua, pekerjaan tiap hari dibicarakan, yang
berdasarkan laksana yang disebut Trikaya, maka akan
tercapailah pekerjaan yang utama, sekarang akan dimulai,
apa yang disebut guru lanang guru wadu’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa berbakti

kepada orang tua adalah kewajiban anak. Menghormati,

mematuhi, dan menjalankan semua perintah orang tua adalah

salah satu cara berbakti pada orang tua.

7) Tidak membeda-bedakan

Semua manusia adalah sama sehingga dalam memberikan

pertolongan atau dalam hal apapun tidak boleh membeda-bedakan

antara satu dengan yang lain. Seperti yang terdapat dalam puh

Sinom bait ke-19 berikut ini.


156

Satsat mas manik punika, sat Sanghyang Pretiwi jati,


sampunika ring kakuatan, pan ida tan pilih kasih, tan
wenten tan pinasihan, nika krana dadi kukuh, apan sami
pinasihan, antuk ida Hyang Pretiwi, jati kukuh, tan kna
inuga ugah

Terjemahan:

‘Hal itu bagaikan mas manik, sebagai daratan dunia,


begitulah mengenai kekuatan, sebab beliau tidak
membedakan sesamanya, tak ada yang tak dikasihi, itulah
yang menyebabkan kekuatan, sebab semua disayangi, oleh
dewa penguasa daratan ini, betul- betul kokoh tak bisa
tergoyahkan’

Berdasarkan kutipan di atas mejelaskan bahwa Tuhan

mengasihi dan menyayangi semua umat-Nya tanpa membeda-

bedakan. Sebagai manusia pun kita harus senantiasa saling

mengasihi dan menyayangi tanpa membeda-bedakan.

8) Memiliki rasa simpati

Memiliki rasa simpati berarti ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain. Sehingga dalam kehidupan

bermasyarakat harus senantiasa saling menghormati dan

menghargai. Hal tersebut seperti yang terdapat dalam puh Sinom

bait ke-53 berikut ini.

Pisan yang sampun kahanan, antuk manah setia bukti,


welas asih kaping rua, suka lila kaping trini, nika mawug
darma sami, cihna marga sampun lurus, umungsi ring
kadiatmikan, diatmika suka pinanggih, dartan ipun, suka
tan pabalik duhka

Terjemahan:

‘Kepertama kalau sudah mempunyai, pikiran setia dan


bersujud, yang kedua yaitu belas kasihan, senang yang
ketiga, hal itu termasuk golongan dharma, jalan serong dan
157

lurus, untuk menuju alam niskala, kesenangan di alam sana


akan djumpai, yang berarti, tidak akan mendapat keduhkaan
lagi’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa memiliki

belas kasihan kepada sesama dapat membantu mempererat tali

persaudaraan dan hal tersebut merupakan perbuatan yang baik

karena mampu membangkitkan rasa simpati dengan keadaan

orang lain.

9) Berbagi

Memberikan sebagian rezeki yang diterima untuk

membantu orang lain merupakan tindakan terpuji. Hal tersebut

terdapat dalam puh Sinom bait ke-46. Adapun kutipannya adalah

sebagai berikut.

Yaning jantos mangaptiang, palan pakaryane reki, nika tan


kapatut pisan, pakaryane sampun niki,kacampuran leteh ati,
nika karma karya iku, agung alit bota dangan, palannyane
maka sami, patut dinum, buating urip sinarengan

Terjemahan:

‘Kalau amat mengharapkan, hasil kerja itu tidak dibenarkan


sama sekali, pekerjaan semacam ini, disebut pekerjaan yang
tidak suci, itulah sebabnya, kerja itu, baik besar maupun
kecil, yang berat maupun ringan, hasilnya semua patut
dibagikan, guna untuk hidup bersama’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa manusia harus

senantiasa rajin bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun demikian, rezeki yang didapat sebagian harus dibagikan

kepada orang lain yang membutuhkan demi kemaslahatan bersama.


158

k. Memiliki kebersamaan dan gotong royong

Memiliki kebersamaan dan gotong royong adalah sikap dan

perilaku seseorang yang mencerminkan adanya kesadaran dan kemauan

untuk bersama-sama saling membantu dan memberi tanpa pamrih.

1) Gotong royong

Gotong royong dan tolong menolong merupakan salah satu

ciri kehidupan masyarakat yang terpuji dan masih berlaku hingga

sekarang. Seperti yang terdapat dalam kutipan bait ke-7 puh

Ginanthi berikut ini.

“Tangguh saluiring pakewuh, ngardi kabresihin puri,


ngupakara putra putri, suami miwah kula wargi, twin
mange ring pakraman, abot dangan kasrah sami
Terjemahan:

‘Tahan terhadap segala kesusahan, membikin kebersihan


rumah, menjaga memelihara maupun beryadnya untuk anak-
anak, kepada suami maupun kepada warga dan teman, juga di
masyarakat, berat dan ringan menjadi tanggungannya’

Dan juga yang terdapat dalam puh Sinom bait ke-47 berikut

ini.

Majalaran dana punia, tulung ring kawelas asih, anggen


biang aji sastra, ring sekolah saka luir, ring adat pakraman
malih, makadi mangge ring luhur, sapaos panca yadnya,
nika tan dados ncakin, ne puniku kerti yasane utama

Terjemahan:

‘Berdasarkan dengan pemberian dana, menolong orang


yang patut dikasihi, ilmu sebagai ibu bapak, di sekolah
maupundalam pergaulan masyarakat, juga dipakai untuk
diaturkan, kepada yang disebut Pancayadnya, itu tidak bisa
dihilangkan, yang begitu, merupakan pelaksanaan jasa yang
mulia’
159

Berdasarkan kedua kutipan di atas menjelaskan pentingnya

bergotong royong dan tolong menolong. Membantu orang lain

yang sedang kesusahan atau mengerjakan tugas secara bersama-

sama akan membuat pekerjaan yang berat menjadi ringan dan rasa

persaudaraan akan semakin erat.

2) Menjaga kebersihan

Menjaga kebersihan baik badan maupun lingkungan penting

agar keadaan lingkungan dan badan menjadi terawat dan sehat.

Seperti yang terdapat dalam kutipan bait ke-60 puh Sinom

dibawah ini.

Ring tengah nem ngolah raga, tur raris manresih- bresih,


mamresihin paumahan, masiram mamargi- margi, ring
tengah ptu lumaris, mangaji sastra puniku, yadin mamargi
makarya, ring tegal sawah makardi, nyegara gunung,
madagang ngateh ubuhan

Terjemahan:

‘Setengah enam kita bangun, lalu melakukan kebersihan,


kebersihan rumah, mandi dan sambil berjalan jalan, lalu
setelah setengah tujuh,mempelajaari ilmu, atau pergi ke
tempat tugas bekerja,atau ke sawah ke laut, maupun ke
gunung, menjual hewan’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa sebelum

memulai aktivitas sehari-hari maka harus melakukan kebersihan

terlebih dahulu dengan membersihkan lingkungan dan rumah,

kemudian kebersihan badan agar senatiasa sehat sehingga dapat

melakukan pekerjaan dengan baik.


160

l. Saling menghormati

Saling menghormati adalah sikap dan perilaku untuk

menghargai dalam hubungan antar individu dan kelompok yang

berdasarkan norma dan tata cara yang berlaku.

1) Menghormati orang lain

Rasa saling menghormati tanpa membeda- bedakan harus

selalu diingat. Siapapun berhak untuk dihormati, karena dengan

menghormati orang lain berarti kita menghormati diri kita sendiri.

Seperti yang terdapat dalam puh Sinom bait ke-61 berikut ini.

Tengah siki marayunan, mararian mature raris, dawuh


lima palalian, ngolah raga saka luir, masiram ngrayunang
raris, nging tingkah maplalian iku, punika kalarang pisan,
yening wenten anak sakit anak ngrawos, yan anak
makoleman

Terjemahan:

‘Setengah satu makan, sudah habis lalu tidur, jam lima


berlancong-lancong, melakukan pekerjaan, mengenai diri
sendiri seperti, mandi sudah itu makan, tapi laksana
bermain-main itu, dilarang sekali, sampai mengganggu
kalau ada orang sakit, orang bicara, orang yang sedang
tidur’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa kita

dilarang melakukan kegiatan atau bermain-main tetapi sampai

mengganggu orang lain yang sedang sakit, orang yang sedang

berbicara ataupun orang yang sedang tidur. Hendaknya kita lebih

mampu mengendalikan diri agar tidak mengganggu orang lain.


161

m. Memiliki tata krama dan sopan santun

Memiliki tata krama dan sopan santun merupakan sikap dan

perilaku sopan santun dalam bertindak dan bertutur kata terhadap

orang lain tanpa menyinggung atau menyakiti serta menghargai tata

cara yang berlaku sesuai dengan norma, budaya dan adat istiadat.

Jangan sampai perilaku dan tutur kata kita menyinggung atau

menyakiti orang lain

1) Mempunyai moral baik

Nilai moral yang baik harus senantiasa di jaga agar manusia

terhindar dari hal buruk yang mungkin timbul. Hal tersebut

seperti yang terdapat dalam puh Adri bait ke-2. Adapun

kutipannya adalah sebagai berikut.

“Maka dasar prawertining telu, tri kaya arane,idep laksana


lan munyi, sampuniki bratan ipun,tri kaya ika brata iku,tiga
bratannyane soang, tiga tiga nuju ayu, ngimpesan wecana
ala, maka lingga manah suda

Terjemahan:

‘Tiga dasar dalam melaksanakannya, yang disebut Trikaya,


yaitu pikiran pelaksanaan dan perkataan, begini dasar
peraturan pelaksanaannya, ketiga- tiganya menuju kebaikan,
menjauhkan kata- kata yang buruk, sebagai lambang pikiran
suci’

Berdasarkan kutipan di atas menyebutkan bahwa ada tiga

dasar trikaya, yaitu pikiran, pelaksanaan dan perkataan. Ketiga hal

tersebut membawa pada kebaikan, menjauhkan kata- kata yang

buruk. Sehingga kita harus selalu memiliki moral yang baik.


162

2) Mempunyai tata krama

Menilai seseorang dapat di lihat dari sikap dan bertutur

kata, apakah orang tersebut mempunyai tata krama atau tidak.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan bait ke-5 puh Sinom berikut

ini.

Punika krana saratang, kasusilane plajahin, matata basa


makenehan, ring sampune sida tunggil, paturu mangungsi
becik, ilaksana munyi kayun, sami- sami nyukaning tuas,
sang nyingak miwah miyarsi, yan saiku sampun sira
sumangsaya

Terjemahan:

‘Oleh sebab itu usahakanlah, mempelajari tata susila,


berlaksana berbahasa dan berpikir, apabila sudah bisa
bersatu,sama- sama untuk mencapai kebaikan,antara
laksana bicara dan pikiran, semua sama- sama
menyenangkan hati, antara orang yang melihat dan
mendengarkan, kalau sudah begitu anda tidakusah berasa
khawatir’

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan perintah kepada

manusia untuk mempelajari tata susila dan tata krama. Karena hal

tersebut akan membawa manusia untuk mencapai kebaikan,

menyenangkan hati baik bagi orang lain yang melihat atau

mendengarkan. Tata krama tersebut meliputi tata krama

bertingkah laku, berbicara dan pikiran.

3) Bertutur kata halus

Bertutur kata halus dan tidak menyakitkan dapat menjaga

perasaan orang lain. Hal tersebut seperti yang terkandung dalam

kutipan bait ke-14 puh Sinom berikut ini.


163

Prawertining sabda patpat, ujar ala kaping siki, bawos


kawon mamisuha, ujar pregas kaping kalih, pangandiks
mangagengin, ujar pisuna ping telu, pangandika
misunayang, ping pat ujar mitya malih, bawos linyok,
sampun puput maka patpat

Terjemahan:

‘Bicara itu ada empat pelaksanaannya, kepertama adalah


bicara jahat yaitu bicara yang mencaci maki, kata kasar dan
keras, yang kedua, kalau bicara selalu keras, kata fitnah
yang ketiga, yaitu senang memfitnah, keempat kata bohong,
yaitu kata yang tak pernah ditepati, jadi semua hal sudah
habis’

Berdasarkan kutipan di atas menyatakan bahwa dalam

berbicara ada beberapa tata caranya. Mencaci maki, berkata kasar

dan kalau bicara selalu keras harus dihindari, karena hal tersebut

tidak baik dan dapat menyakiti perasaan orang lain. Sehingga

dalam berbicara harus bertutur kata yang halus, baik dan lembut

agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

4) Mempunyai hati yang baik dan suci

Menjaga hati dari perbuatan buruk merupakan perilaku

yang terpuji. Hal tersebut terkandung dalam puh Sinom bait ke-4.

Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

Aliha knang pangrenga, kramaning ngastiti Widi, tan dadi


yang tan pasila, sila yukti gen dasarin,
dulurin sabda arum manis, minakadi budi tulus, nanging
yan tan sampun nika, doh para ida Hyang Widi, sweca
mawug ring asing wang tan pasila

Terjemahan:

‘Sekarang akan diceritakan hal yang lain, mengenai cara


berbakti kepada Tuhan, harus didasarkan dengan tingkah
laku, sebagai dasar laksana yang benar, disertai kata halus,
164

juga hati yang suci, tetapi kalau tak begitu,Tuhan tidak akan
merahmati, kepada orang- orang yang tidak mempunyai tata
susila’

Berdasarkan kutipan di atas menjelaskan bahwa manusia

harus berbakti kepada Tuhan. Banyak cara yang dapat dilakukan,

antara lain dengan bertingkah laku benar, senantiasa bertutur kata

halus, dan memiliki hati yang suci. Karena Tuhan tidak

merahmati orang-orang yang tidak mempunyai tata susila.

5) Senantiasa berbuat baik

Manusia hidup secara sosial dalam masyarakat yang

memiliki kepribadian beragam. Meskipun demikian sebagai

manusia kita harus selalu berbuat baik kepada orang lain. Seperti

yang terdapat dalam puh Sinom bait ke-9 berikut ini.

Luir sane katujuan, ring sruti miwah ring semerti, yakti


nora ana wanehan, murukin darma prawerti, sebacakan
sila yukti, punika meraga ayu, mawak kancana mustika,
kang yogya ginawa mati, tan kawenang inalap dening
dusta

Terjemahan:

‘Mengenai apa yang akan dituju, yang ada dalam sruti dan
semerti, tidak ada lain, yang mempelajari berbuat darma,
segala perbuatan yang benar, itu merupakan hal yang baik,
bagailan mas manik, yang patut dibawa mati, sebab hal itu
tidak bisa dicuri oleh orang jahat’

Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tujuan

manusia hidup adalah berbuat kebaikan terhadap sesama. Pepatah

mengatakan hutang budi dibawa mati. Hutang harta benda harus

dibayar dengan harta benda pula, namun amal kebaikan di dunia


165

akan selalu dikenang dan menjadi bekal kelak di akherat. Sebab

perbuatan baik tidak dilakukan oleh orang jahat.

6) Menaati tata tertib dan tata susila

Tata tertib dan tata susila perlu dibentuk guna

mengendalikan perilaku manusia agar sesuai dengan aturan norma

yang berlaku. Hal tersebut terdapat dalam puh Sinom bait ke-8

dibawah ini.

Malih tikang catur weda, wenten maka dulur neki,


statakan iti hasa, maka brata aranyeki, ikang darma
sastreki, mawug bacakan tutur, sesananing kasusilan,
sampuniki daertan neki, ringkesi ipun ne mangkin malih
tuturang

Terjemahan:

‘Mengenai empat weda, juga dilengkapi dengan Itihasa,


menceritakan hal berata, darma dan sastra ini, masuk ke
dalam golongan tutur, tata tertib dan kesusilaan, begini
penjelasannya, secara ringkas sekarang akan diceritakan’

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa darma meliputi

golongan tutur, tata tertib dan kesusilaan. Tata tertib perlu untuk

mengatur tingkah laku manusia sehingga hidup menjadi lebih

teratur dan terhindar dari penyimpangan susila dan norma dalam

menjalani kehidupan sosial.

n. Menumbuhkan kejujuran

Jujur merupakan sikap dan perilaku untuk bertindak dengan

sesungguhnya dan apa adanya, tidak berbohong dan dibuat- buat serta

tidak menyembunyikan kejujuran.


166

1) Berkata jujur

Berkata jujur atau tidak berbohong harus ditanamkan sejak

dini agar seseorang terbiasa berkata dan bertindak jujur. Hal tersebut

seperti yang terdapat dalam puh Adri bait ke-6 dibawah ini.

Ne mangkin bratan sabda tinutur, sampuniki luire, tan


sabda mangangsul siki, suara magalak puniku, rus tan
sabda pisunyeku, tan mamisuna ujare, iga tan sabda
adueku, mamubab ring anak lian, sampuniku dartan nika

Terjemahan:

‘Sekarang akan diceritakan syarat perkataan, beginilah


macamnya, yang kepertama tidak berkata megangsul,
artinya bicara yang salah, yang kedua tidak berbicara
pisunyeku, artinya tidak berkata memfitnah, ketiga tidak
berkata dueku, berbohong kepada orang lain, begitulah
penjelasannya’

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa syarat

perkataan meliputi tidak berkata yang salah, tidak memfitnah

orang lain dan berbohong. Manusia harus selalu berkata dan

bertingkah laku yang jujur dan tidak mengada-ada. Karena

manusia di nilai dari apa yang dikatakannya, dan dengan bersikap

jujur orang lain akan percaya kepada kita.

2. Nilai budi Pekerti dalam Geguritan Dharmakerti yang sudah tidak

relevan dengan kehidupan sekarang

a. Menginginkan milik orang lain

Pengendalian hawa nafsu salah satunya dengan tidak

menginginkan milik orang secara tidak sah, misalnya dengan cara

menipu orang lain demi memiliki harta benda dengan cara yang
167

mudah. Seperti yang dapat dilihat dalam geguritan Dharmakerti puh

Sinom bait ke-11 berikut.

“I manah mangkin tuturang, tatiga prawerti neki, pisan tan


engine nadengkia, ring drewening lean kaki, sampun ugi mairi,
ring anak madruwe liu, sampun ugi ngamledang, ring padruwen
anake seje, sampunika prawertin manah kapisan

Terjemahan:

‘Sekarang akan diceritakan mengenai pikiran, pikiran ini


mempunyai tiga pelaksanaan, kepertama tak mempunyai pikiran
dengki, kepada kepunyaan orang lain, jangan merasa iri hati
kepada orang yang berada, jangan mengingini kepunyaan orang
lain, begitulah pelaksanaan pikiran yang pertama’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu menceritakan mengenai pola

pikir seseorang, yang mana ada tiga pelaksanaannya atau macamnya.

Pertama tidak mempunyai pikiran iri dan dengki dengan kepunyaan

orang lain, juga dengan orang-orang yang memiliki harta berlebih,

serta jangan memppunyai pikiran untuk menginginkan barang milik

orang lain. Itu adalah pelaksanaan pikiran yang pertama.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa apabila kita tidak mampu

mengendalikan pikiran dan kurang bersyukur maka kita akan

senantiasa merasa kekurangan. Hati selalu merasa iri dan dengki

terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain yang tidak kita miliki.

Sehingga timbul perasaan ingin memiliki kepunyaan orang lain, dan

hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak baik.


168

b. Membunuh sesama hidup

Tindakan membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain

sangat dilarang oleh ajaran agama dan di mata hukum. Seperti yang

terdapat dalam puh Sinom bait ke-15 berikut ini.

Inggih punika ne patpat, mungguing sabda manggeh sami,


sampun ugi manglinguang, pangucapnya ika sami, ne mangkin
malih gentyanin, kerta laksana tinutur, pinalih dadi tetiga, ping
pisan da amati mati, mamademang anak patut ngaran ika

Terjemahan:

‘Keempat itu semua pada pembicaraan tempatnya, jangan sekali-


kali melupakan, mengenai keempat pembicaraan itu, sekarang
lagi diganti, dengan perbuatan yang baik dengarkanlah, dibagi
menjadi tiga, yang kepertama disebut amati, artinya jangan
membunuh orang yang tak bersalah’

Penjelasan dari kutipan di atas adalah mengenai sebuah

pengajaran tentang amati, yaitu jangan membunuh orang yang tidak

berdosa. Makhluk hidup memiliki hak untuk hidup sehingga

menghilangkan nyawa seseorang apapun alasannya merupakan hal

yang dilarang baik oleh agama maupun hukum. Amati merupakan

salah satu dari tiga pelaksanaan dari perbuatan.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas dijelaskan bahwa membunuh

dengan alasan apapun tetap tidak dapat dibenarkan. Terlebih

membunuh orang yang tak berdosa hanya karena menjadi pelampiasan

emosi sesaat. Saat ini motif pembunuhan sangat beragam, seperti

masalah percintaan, perselingkuhan, masalah ekonomi dan sebagainya.

Membunuh tidak hanya merugikan orang lain, namun juga merugikan

diri sendiri karena harus menjalani proses hukum untuk


169

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Penurunan nilai budi pekerti

membuat ajaran untuk tidak membunuh sesama hidup kini tidak

relevan lagi melihat pola perilaku masyarakat sekarang.

c. Melakukan tindakan mencuri

Mencuri adalah tindakan mengambil milik orang lain tanpa

sepengetahuan pemiliknya. Agama sangat melarang perbuatan mencuri

karena sangat berdosa dan merugikan orang lain. Hal tersebut seperti

yang terdapat dalam kutipan puh Adri bait ke-5 berikut ini.

Tegesning asta puniku, tingkahning malinge, sakaluir laksana


maling, tegesning asta dusteku, sakaluir mematiku,mamati ndatan
padosa, sapunika teges ipun,kewala ringkesnya, nanging sampun
suka terang

Terjemahan:

‘Arti daripada asta corah itu, yaitu pelaksanaan dari si pencuri,


dan segala tingkah laku si pencuri, arti dari dusteku, segala
pebuatan pembunuhan, membunuh yang tak berdosa, begitulah
artinya, diambil secara ringkasnya, tetapi itu sudah jelas’

Penjelasan dari kutipan yaitu mengenai arti dari asta corah, yaitu

pelaksanaan si pencuri dan segala tingkah laku si pencuri dalam hal ini

maksudnya adalah segala perilaku dan tindakan seorang pencuri dalam

melakukan hal yang buruk dengan mengambil barang milik orang lain

tanpa sepengetahuan pemilik. Ajaran ini diambil secara ringkas namun

jelas.

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan mengenai arti dari asta

corah yaitu pelaksanaan dari si pencuri dan segala hal yang dilakukan

oleh pencuri, yaitu mengambil milik orang lain. Dalam melakukan


170

tindakannya biasanya pencuri tidak segan- segan menganiaya bahkan

membunuh apabila perbuatannya diketahui. Saat ini banyak sekali

terjadi kasus pencurian yang disertai dengan penganiayaan bahkan

pembunuhan. Mensyukuri segala nikmat Tuhan sekecil apapun sangat

penting untuk menghindarkan dari perbuatan yang tidak baik. Nilai-

nilai moral dan ajaran untuk tidak mencuri sudah tidak lagi relevan

dengan kondisi saat ini.

d. Maraknya tindak pelecehan

Akhir-akhir ini begitu marak terjadi tindak pelecehan seksual

yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Bahkan hal tersebut dilakukan oleh orang- orang terdekat. Yang lebih

mencengangkan bahwa pelaku seks bebas tersebut sebagian besar

justru remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Dan yang

sudah berumah tangga pun tidak luput dari penyimpangan ini. Seperti

yang terdapat dalam kutipan puh Sinom bait ke-16 berikut ini.

Mangaal ngaal kaping rua, mamegal teges niki, sipara dara


kaping tiga, makekaruh teges niki, manyenggama dudu istri,
saking prekosa puniku, nahan tang tri tanulaha, yadin suwung
sepi, ri pangipian, tui singgahana juga

Terjemahan:

Mangaal- ngaal yang kedua, artinya merampas hak orang lain,


sipara dara yang ketiga, yaitu perbuatan senang mencari istri,
menyetubuhi istri orang lain, dengan cara memperkosa, itu
ketiganya tak bisa dilakukan, walaupun dalam keadaan sepi,
ataupun hanya dalam angan- angan harus dihilangkan’

Penjelasan dari kutipan di atas yaitu mengenai perbuatan

merampas hak orang lain seperti misalnya senang mencari istri,


171

menyetubuhi atau memperkosa istri orang lain dan berbagai tindak

pelecehan lainnya. Itu merupakan perbuatan yang sangat keji dan tak

bisa dibenarkan. Dalam keadaan apapun pikiran semacam itu harus

dihilangkan.

Berdasarkan kutipan tersebut dijelaskan bahwa perilaku

masyarakat sudah sangat jauh dari nilai- nilai moral dan budi pekerti

luhur. Perzinahan merupakan perbuatan keji dan sangat dilarang oleh

agama. Perzinahan yang dilakukan oleh remaja masa sekarang sudah

sangat sering terjadi, dan hal ini memprihatinkan sekali mengingat di

pundak para generasi muda ini lah tertumpu harapan negara demi

kemajuan bangsa. Pemerkosaan dan perselingkuhan seakan sudah

menjadi hal yang lumrah terjadi. Seperti yang banyak diberitakan di

layar televisi dan media cetak kasus pelecehan seksual menjadi momok

yang meresahkan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan penyajian serta pembahasan data

terhadap nilai budi pekerti dalam Geguritan Dharmakerti karya I Gusti

Ngurah Bagus dan relevansinya dengan kehidupan sekarang pada bab

sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Nilai budi pekerti yang terdapat dalam Geguritan Dharmakerti karya I

Gusti Ngurah Bagus dapat dijadikan sebagai ajaran hidup yang bisa

menjadi pegangan atau pedoman bagi penulis maupun pembaca dalam

menjalankan kehidupannya sehari- hari dengan baik. Dalam Geguritan

Dharmakerti karya I Gusti Ngurah Bagus terdapat geguritan yang

berbentuk tembang atau puh berupa puh Demung, puh Ginanthi, puh

Sinom dan juga puh Adri yang mengandung nilai budi pekerti luhur. Nilai

budi pekerti yang terdapat dalam puh Demung meliputi nasihat orang tua

kepada anaknya sebagai bentuk cinta kasih, dan taat pada ajaran agama.

Dalam puh Ginanthi nilai budi pekerti meliputi bakti istri kepada suami,

tanggung jawab, mampu mengendalikan diri, gotong royong, setia, saling

membantu, serta cinta dan kasih sayang suami istri. Nilai budi pekerti

dalam puh Sinom meliputi taat pada ajaran agama, mempunyai tata krama

dan sopan santun, nasihat pendeta kepada umatnya, senantiasa berbuat

baik, bertata tertib dan susila, mampu mengendalikan diri dan pikiran,

menjaga iman, sabar dan tawakal, menghormati hak hidup sesama, jujur,

172
173

cinta dan kasih sayang, tidak melakukan tindak pelecehan, tenggang rasa,

pemaaf, beribadah, meyakini akan adanya Tuhan, ikhlas dan tanpa pamrih,

serta mensyukuri nikmat Tuhan. Sedangkan nilai budi pekerti yang

terdapat dalam puh Adri meliputi berbakti kepada Tuhan, mampu

mengendalikan diri, sabar, ikhlas dan tanpa pamrih, tidak mencuri atau

membunuh, jujur, tidak memfitnah orang lain, senantiasa tekun belajar dan

bekerja.

2. Relevansi nilai budi pekerti dalam Geguritan Dharmakerti dengan

kehidupan sekarang

a. Dalam Geguritan Dharmakerti terdapat puh atau tembang macapat

yang mengandung nilai yang masih relevan dengan kehidupan

sekarang. Dalam Geguritan Dharmakerti mengandung nilai budi

pekerti yang masih relevan dengan kehidupan masa kini antara lain

meyakini adanya Tuhan dan beribadah hanya kepada Tuhan, taat pada

ajaran agama, menumbuhkan cinta dan kasih sayang, sabar dan

tawakal, ikhlas, tanpa pamrih, jujur, mampu mengendalikan diri dan

pikiran, tolong menolong, gotong royong, sopan santun, berbakti

kepada suami, tekun belajar dan bekerja, bertanggung jawab, tidak

memfitnah, serta mensyukuri nikmat Tuhan.

b. Nilai dalam Geguritan Dharmakerti yang sudah tidak relevan dengan

kehidupan sekarang meliputi menginginkan miilik orang lain,

melakukan pencurian, pembunuhan dan melakukan tindak pelecehan.


174

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka

peneliti menguraikan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi pembaca pada umumnya, agar lebih meningkatkan minatnya dalam

membaca dan mempelajari karya- karya sastra yang pada dasarnya banyak

mengandung amanat dan pesan moral yang baik yang sangat berguna

untuk dijadikan bahan ajaran hidup dan pedoman dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari, sehingga mampu membentuk akhlak dan perilaku

masyarakat yang berbudi pekerti luhur.

2. Bagi peneliti, agar lebih memperdalam pengetahuan mengenai karya satra,

khususnya sastra Jawa. Selain itu agar para peneliti lebih sering melakukan

penelitian terhadap karya sastra agar kemampuannya semakin meningkat.

3. Bagi guru sastra pada umumnya dan guru sastra Jawa pada khususnya,

agar menjadikan karya-karya sastra sebagai salah satu media untuk

memperkenalkan kepada generasi muda saat ini mengenai kekayaan

budaya dan sastra jawa pada masa lalu yang sarat pesan moral dan ajaran

hidup serta nilai budi pekerti luhur agar generasi muda sekarang

mempunyai pola pikir dan perilaku yang tercermin dari budi pekerti luhur

dan tidak menyeleweng dari kebudayaan lokal yang arif dan luhur.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Bagus, I Gusti Ngurah. 1979. Geguritan Dharmakerti. Jakarta: Proyek Penerbitan


Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah

Budiningsih, Asri. 2013. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta

Darmadi, Hamid. 2012. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta

Endrawara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS

Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak Press

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.


Surakarta: Yuma Pustaka

Moleong, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Mustofa, Ahmad. 1999. IlmuBudayaDasar. Bandung: PustakaSetia

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Pradopo, Rachmad Djoko. 2012. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Purwadi. 2007. Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka

Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press

Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Siti, Bariroh. 2014. Pendidikan Budi Pekerti (Studi Komparasi Ki Hadjar


Dewantara dan Muhammad Atiyah). Skripsi Universitas Islam Sunan
Kalijaga Yogyakarta

Sri, Wahyuni. 2009. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti yang Diintegrasikan


kedalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Margoyoso Pati. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang

175
176

Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural.


Surakarta: Universitas Negeri Semarang Press

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sutardjo, Imam. 2011. Tembang Jawa Macapat. Surakarta: Universitas Sebelas


Maret

Tim. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah


Purworejo

Wardana, Wisnu. 2015. Nilai Moral dalam Serat Nitiprana Karangan Raden
Ngabehi Yasadipura. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah
Purworejo

Widayat, Afendy. 2011. Teori Sastra Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN
177
178
179

GEGURITAN DHARMAKERTI
PUH DEMUNG
1) Ana prateka wayeki, 2) Duh anakku rengen teki,
Maka sarana kaskaya ngraga Wekasing nguang ungguh hakena
puniku, ring kayun,
Kang saking mamatut, Aja lupa sunu,
Adasar sucining ati, Dlaha yang ulun mati,
Aliha kenang panggrenga, Aja sun ginawya kna,
Ring kreti buana winuwus, Wadah- wadahan puniku,
Sabda mpu Suruhan, Diastun binosanan,
Miteketing anak neki, Kenaka muang sarwa manik,
Sang asadnya Bang Senetan, Tekeng wartra sarwendah,
Kayeki pidartan ipun. Anglet saluir tetabuh.

Terjemahan : Terjemahan:

Adalah suatu hal yang patut Anakku dengarkanlah hal ini,


dikerjakan tiap hari, Nasehat saya camkan dalam hati,
Sebagai bukti pekerjaan sendiri, Janganlah lupa anakku,
Yang berdasar kebenaran, Nanti kalau saya mati,
Berdasarkan kesucian pikiran, Jangan saya dibuatkan,
Tujukan pendengaran kepada Balai tempat mayat, walaupun
perbuatan yang tersohor di dunia, dengan berhiaskan,
Mengenai kata- kata empu Emas dan serba manik,
Suruhan, Kain yang bermacam- macam,
Menasehati anaknya, Dengan segala bunyi- bunyian.
Yang bernama Bang Senetan,
Begini penjelasannya.
180

3) Lan ilen- ilen saka luir, 4) Nging luih argan ipun singgih,
Tan saika anggawe tusta tuas Yan wruhan ring mas manic luir
ingsun, ipun,
Apaning puniku, Apata luir ipun,
Sadayania angrewedi, Lan gawenen ulun kaki,
Saparan saluiring lampah, Kang tirta dalana padang,
Kunang pintang kwi ring sunu, Gni prelina sunyeku,
Kang mungguh ring tuas, Dyus kama ligiar,
Bapanta sakadi iki, Bubur pirata malih,
Tan akeh tan akedika, Ikanang ulon muah,
Tan ana ajinya punika. Kadi darta ring pungkur.

Terjemahan: Terjemahan:

Maupun segala upacara dan lain- Namun luhur nilainya,


lain, Lebih dari emas dan manik,
Bukan itu membikin hatiku senang, Apakah itu semacamnya,
Sebab hal itu adalah, Buatkanlah saya,
Semuanya menghambat, Air suci yang merupakan jalan
Perjalanan dan segala perbuatan, yang terang,
Tapi adapun permintaanku Api penglebur untuk pergi ke alam
kepadamu, sana,
Yang bisa ayah terima dalam hati, Sajen dyus Kameligi,
Seperti ini, Juga bubur pirata,
Tidak banyak dan tidak sedikit, Ini hal yang pertama,
Walaupun hal itu tidak berharga. Dan ada lagi sebagai di bawah ini.
181

5) Ulon apinda ta yeki, 6) Banggiang amuniki riin


Atapakan surya candra makutoku, sesananing,
Sida kna puniku, Kang putra putri puniku,
Sakadi pamitang kuiki, Stiti bakti ring guru,
Ika mangde tustaning tuas, Saha ngupakara malih,
Rumaket ring manah ulun, Sawaning sang ram arena,
Kang maka jalaran, Ring wahya pretekang wuh,
Kawenang ulun umungsi, Ingater ulah trikaya,
Umunggua ring Siwa pada, Sida kotamaning kreti,
Ring moksa pada pamutus. Ne mangkin malih kawitang,
Guru lanang guru wadu.
Terjemahan:
Terjemahan:
Balai- balai seperti ini,
Berdasarkan surya dan bulan Biarkan sekian dulu pelaksanaan,
(kesucian), Putra- putri iku,
Kerjakan hal ini sampai selesai, Mengenai baktinya kepada orang
Sebagai permintaanku, tua,
Yang membikin hatiku senang, Juga tentang beryadnya,
Bersatu dengan pikiran bapak, Kepada mayat orang tua,
Akan merupakan jalan ayah Pekerjaan tiap hari dibicarakan,
menuju, Yang berdasarkan laksana yang
Ke tempat berate Siwa, disebut Trikaya,
Yang akhirnya sebagai orang orang Maka akan tercapailah pekerjaan
moksa. yang utama,
Sekarang akan dimulai,
Apa yang disebut guru lanang
guru wadu.
182

PUH GINANTHI

7) Dadi istri patut ginung, 8) Guru laki tatuan ipun,


Tingkahe maguru laki, Sapuniki caping aji,
Punika luih utama, Tatan angkara ring swamia,
Jalarane manggih suargi, Astiti bakti ngayahin,
Nyideyang manyupat somah, Satuduh tuara manulak,
Yan somahe manggih weci. Twi sayangang anak muani.

Terjemahan: Terjemahan:

Seorang istri patut dipuji, Penjelasan guru laki,


Bila ia bisa berbakti pada Begini dikatakan dalam ilmu,
suaminya, Tak marah kepada suami,
Itulah istri yang utama, Setia dan bakti untuk meladeni,
Yang menyebabkan ia mencapai Tak pernah menolak perintah,
sorga, Sungguh disayangi suami.
Ia dapat meruat sang suami,
Kalau suami dalam kesengsaraan.

9) Sampun ngucap atikacuh, 10) Yan suami sedeng maturu,


Wangle teken anak muani, Sampun turun manglangkahi,
Yan nuju ngarepin boga, Napi buin dwa para ulah,
Sampun ugi mangungkulin, Manyorahin anak muani,
Antuk lawat tan kawenang, Pageh tilingang manah,
Sekenang laut ngayahin. Purnama tilem mabersih.
Terjemahan:
Terjemahan: Kalau suami sedang tidur,
Jangan berkata yang bukan- bukan, Jangan dilangkahi,
Tak berani kepada suami, Apalagi akan berbuat/ berpikiran
Tatkala suami sedang makan, mendua,
Jangan sampai mengatasi Berbuat jahat terhadap suami,
kepalanya Tetapkan hati dan jujur,
Malahan membayangi pun jangan, Membersihkan diri dan memuja
Benar-benarlah meladeninya. tiap hati purnama dan tilem.
183

11) Malih rikalaning campur, 12) Guru wadon teges ipun,


Sampunang campuh ring muani, Sang suami masihing rabi,
Pahe sampun mabyayagan, Ngardi trepti manah nira,
Ring margi- margine twi, Istri guru kawengi,
Nika yasan anak istriya, Kuasa ring saluiring kekaryan,
Leteh ragane bresihin. Saingkah ingkuh jero puri.

Terjemahan: Terjemahan:

Tatkala datang bulan, Arti guru wadon,


Jangan tidur bersama suami, Cinta kasih sang suami kepada
Karena darah berceceran, istri,
Di jalan- jalan, Membuat ketentraman hati sang
Itulah aturan pelaksanaan sebagai istri,
perempuan, Istri terhormat,
Membersihkan segala kotoran Menguasai segala pekerjaan,
dalam badan. Juga segala persoalan yang ada
dalam keluarga.

13) Tangguh saluiring pakewuh, 14) Sapunika guru wadu,


Ngardi kabresihin puri, Ngranjing kekuasaning stri,
Ngupakara putra putri, Yen tepet denya ningkahang,
Suami miwah kula wargi, Tan adua ucaping adi,
Twin mange ring pakraman, Sapekuren tutu badah,
Abot dangan kasrah sami. Eling nyakap karyan diri.

Terjemahan: Terjemahan:

Tahan terhadap segala kesusahan, Begitulah namanya guru wadu,


Membikin kebersihan rumah, Semua harus dikuasai oleh istri,
Menjaga memelihara maupun Kalau tepat cara melaksanakan,
beryadnya untuk anak- anak, Tidak berbeda dengan yang ada
Kepada suami maupun kepada dalam ilmu,
warga dan teman, Keluarga itu akan bersatu baik,
Juga di masyarakat, Dan tahu tugas masing- masing.
Berat dan ringan menjadi
tanggungannya.
184

15) Paringkesning karua iku, 16) Kocap yan wekas tumuwuh,


Guru wadon guru laki, Sida dadi sanak buncing,
Sami raksa arumaksa, Kina tresnan antuk jagat,
Susatya alaki rabi, Sang suami ngalem nakutin,
Saling pingit mangingetang, Madu bakti tresna pisan,
Ne mapala manggih yukti. Ika palan guru laki.

Terjemahan: Terjemahan:

Pendeknya kedua hal itu, Konon nanti kalau menjelma,


Guru wadon guru laki, Akan bisa lahir kembar,
Sama- sama saling bantu Disenangi oleh masyarakat,
membantu, Sang suami menyayangi,
Amat setia bersuami istri, Sangat cinta dan setia sekali,
Saling menasehati, Tilah hasil dari guru laki.
Yang menyebabkan menemui jalan
kebenaran.

PUH SINOM

17) Inggih ne mangkin tuturang, 18) Sira kaniscaya adnyanan,


Tingkahning maening- ening, Sang murba misesa sami,
Ngelaksanayang silegama, Sehananing sarwa loka,
Ngastiti bakti ring widi, Maka puser pati urip,
Tuhun skeh caran nyeki, Yadin akeh dewa dewi,
Antuk ida sang maweruh, Miwah betara pukulun,
Solahnya ring wahya katon, Nika nama pawibagan,
Nut masa ungguaning gumi, Suabawan hyang parama widi,
Tujun ipun tan lian ring widi Kang lumimbak sahananing tumitah.
tunggal.
Terjemahan:
Terjemahan:
Beliau merupakan sinar dalam hati,
Sekarang akan diceritakan, Yakni Tuhan yang menguasai bumi,
Perihal perbuatan yang disebut suci, Dan segala yang di dunia ini,
Dengan melakukan tata susila Beliau merupakan sumber dari
agama, segala yang ada,
Berbakti kepada Tuhan, Walaupun banyak orang
Memang banyak jalan untuk mengatakan adanya dewa- dewa
berbakti ini, Namun itu hanya nama dari
Dikatakan oleh orang yang tahu, kekuatan beliau saja,
Dapat dilihat dari pelaksanaan tiap Sebab hal itu hanya merupakan sinar
hari, Tuhan,
Tergantung pada tempat dan waktu, Yang memenuhi, segala- galanya
Tapi tujuannya juga kepada Tuhan. adalah Tuhan.
185

19) Saking tunggal dados katah, 20) Aliha knang pangrenga,


Ne katah mulih sawiji, Kramaning ngastiti Widi,
Ring ida Sang Widi Tunggal, Tan dadi yang tan pasila,
Nging menget te sira kaki, Sila yukti gen dasarin,
Mangda saking tata trepti, Dulurin sabda arum manis,
Dasare pacing mangyuyu, Minakadi budi tulus,
Maduluran manah suda, Nanging yan tan sampun nika,
Makepura linggan Widi, Doh para ida Hyang Widi,
Ring sarira malih ring Negara Sweca mawug ring asing wang tan
krama. pasila.

Terjemahan: Terjemahan:

Asalnya dari satu menjadi banyak, Sekarang akan diceritakan hal yang
Yang banyak kembali menjadi lain,
satu, Mengenai cara berbakti kepada
Kepada Tuhan, Tuhan,
Tapi ingatlah segala itu, Harus didasarkan dengan tingkah
Supaya berdasarkan laksana yang laku,
benar, Sebagai dasar laksana yang benar,
Dasar kita untuk mencapai tujuan, Disertai kata halus,
Harus dibarengi dengan hati suci Juga hati yang suci,
sebagai tempat Tuhan, Tetapi kalau tak begitu,
Pada badan maupun pada dunia Tuhan tidak akan merahmati,
pergaulan ini. Kepada orang-orang yang tidak
mempunyai tata susila.
186

21) Punika krana saratang, 22) Niki wenten peplajahan,


Kasusilane plajahin, Pitutur sang dwija luih,
Matata basa makenehan, Mungguh ring sarasamuscaya,
Ring sampune sida tunggil, Nyandang resep sareng sami,
Paturu mangungsi becik, Tingkah marga mahotami,
Ilaksana munyi kayun, Sane patut pacang turut,
Sami- sami nyukaning tuas, Manujuang kasampurnan,
Sang nyingak miwah miyarsi, Umedek pada Hyang Widi,
Yan saiku sampun sira Dartan ipun becikan dewa
sumangsaya. mirenggang.

Terjemahan: Terjemahan:

Oleh sebab itu usahakanlah, Ini ada suatu pelajaran,


Mempelajari tata susila, Mengenai nasehat pendeta utama,
Berlaksana berbahasa dan berpikir, Yang terdapat dalam
Apabila sudah bisa bersatu, Sarasamuscaya,
Sama- sama untuk mencapai Patut sekali diketahui oleh orang
kebaikan, banyak,
Antara laksana bicara dan pikiran, Jalan laksana yang utama,
Semua sama- sama menyenangkan Yang patut dituruti,
hati, Untuk mencapai kesempurnaan,
Antara orang yang melihat dan Bersujud kepada Tuhan yang Esa,
mendengarkan, Keterangannya dengarkanlah baik-
Kalau sudah begitu anda tidak usah baik.
berasa khawatir.
187

23) Sayoga nikang purana, 24) Malih tikang catur weda,


Ring sruti kalawan semerti, Wenten maka dulur neki,
Nika mangde ayuning rat, Statakan iti hasa,
Kayeki pidartan neki, Maka brata aranyeki,
Purana inucap riki, Ikang darma sastreki,
Mateges sagama puniku, Mawug bacakan tutur,
Sruti ngaran catur weda, Sesananing kasusilan,
Semerti kategesang riki, Sampuniki daertan neki,
Darma sastra sampunika Ringkesi ipun ne mangkin malih
kapidarta. tuturang.

Terjemahan: Terjemahan:

Sayoga pertama yang ada dalam Mengenai empat weda,


purana, Juga dilengkapi dengan Itihasa,
Pada sruti dan semerti, Menceritakan hal berata,
Itu membuat dunia ini baik, Darma dan sastra ini,
Penjelasannya seperti ini, Masuk ke dalam golongan tutur,
Purana dikatakan di sini, Tata tertib dan kesusilaan,
Berarti agama, Begini penjelasannya,
Sruti berarti empat Weda, Secara ringkas sekarang akan
Seperti dijelaskan di sini, diceritakan.
Yaitu perundang- undangan
(peraturan sastra), begitulah
penjelasannya.
188

25) Luir sane katujuan, 26) Ikang prawerti punika,


Ring sruti miwah ring semerti, Kadadosan saking trini,
Yakti nora ana wanehan, Laksana bawos lan manah,
Murukin darma prawerti, Nika malih niri niri,
Sebacakan sila yukti, Pada ngadakang prawerti,
Punika meraga ayu, Sami Malian panuju,
Mawak kancana mustika, Punika kni tuutang,
Kang yogya ginawa mati, Makrana manahe paling,
Tan kawenang inalap dening dusta. Nagih kukuh turin bisa
manitahang.
Terjemahan:
Terjemahan:
Mengenai apa yang akan dituju,
Yang ada dalam sruti dan semerti, Prawerti itu terdiri dari tiga,
Tidak ada lain, Yaitu laksana bicara dan pikiran,
Yang mempelajari berbuat darma, Masing- masing itu semua,
Segala perbuatan yang benar, Mempunyai pelaksanaan,
Itu merupakan hal yang baik, Kalau semua itu dituruti,
Bagaikan mas manik, Menyebabkan pikiran bimbang,
Yang patut dibawa mati, Tapi betul- betul dimintai
Sebab hal itu tidak bisa dicuri oleh keteguhan iman,
orang jahat. Dan bisa mengolahnya.
189

27) I manah mangkin tuturang, 28) Prawertin manah kaping rua,


Tatiga prawerti neki, Tan kroda ring satua yoni,
Pisan tan engine nadengkia, Sampun ugi sira duhka,
Ring drewening lean kaki, Ring sesamaning aurip,
Sampun ugi mairi, Prawertining manah kaping tri,
Ring anak madruwe liu, Semamituhua puniku,
Sampun ugi ngamledang, Ring ananing karmapala,
Ring padruwen anake seje, Mangden terima ring pikolih,
Sampunika prawertin manah Sane wetu wit saking pekarya
kapisan. ngraga.

Terjemahan: Terjemahan:

Sekarang akan diceritakan Pelaksanaan pikiran yang kedua,


mengenai pikiran, Tidak marah apalagi kepada
Pikiran ini mempunyai tiga pendeta,
pelaksanaan, Jangan marah terhadap sesama
Kepertama tak mempunyai dengki, hidup,
Kepada kepunyaan orang lain, Pelaksanaan pikiran yang ketiga,
Jangan merasa iri hati, Percaya dengan adanya karmapala,
Kepada orang yang berada, Menerima segala hasil,
Jangan mengingini kepunyaan Yang timbul dari perbuatan sendiri.
orang lain,
Begitulah pelaksanaan pikiran yang
pertama.
190

29) Yan sida asapunika, 30) Prawertining sabda patpat,


Punika ne kewastanin, Ujar ala kaping siki,
Khret tuaning indria, Bawos kawon mamisuha,
Ngret manah aranyeki, Ujar pregas kaping kalih,
Tikang manah pinakawit, Pangandiks msngsgengin,
Wit ning indria sapuluh, Ujar pisuna ping telu,
Sane tetiga sampun kucap, Pangandika misunayang,
Ne lian kadi puniki, Ping pat ujar mitya malih,
Prawertining, sabdane mangkin Bawos linyok, sampun puput maka
tuturang. patpat.

Terjemahan: Terjemahan:

Kalau bisa melaksanakan seperti Bicara itu ada empat


itu, pelaksanaannya,
Itu dinamai, Kepertama adalah bicara jahat
Bisa mengangkat mengikat panca yaitu bicara yang mencaci maki,
indra, Kata kasar dan keras,
Mengekang pikiran, Yang kedua,
Sebab pikiran pada dasarnya dari Kalau bicara selalu keras,
sepuluh indria, Kata fitnah yang ketiga,
Yang tiga sudah dijelaskan, Yaitu senang memfitnah,
Yang lain seperti ini, Keempat kata bohong,
Pelaksanaan bicara akan Yaitu kata yang tak pernah ditepati,
diceritakan, Jadi semua hal sudah habis.
191

31) Inggih punika ne patpat, 32) Mangaal ngaal kaping rua,


Mungguing sabda manggeh sami, Mamegal teges niki,
Sampun ugi manglinguang, Sipara dara kaping tiga,
Pangucapnya ika sami, Makekaruh teges niki,
Ne mangkin malih gentyanin, Manyenggama dudu istri,
Kerta laksana tinutur, Saking prekosa puniku,
Pinalih dadi tetiga, Nahan tang tri tanulaha,
Ping pisan da amati mati, Yadin suwung sepi,
Mamademang, anak patut ngaran Ri pangipian, tui singgahana juga.
ika.
Terjemahan:
Terjemahan:
Keempat itu semua pada Mangaal- ngaal yang kedua,
pembicaraan tempatnya, Artinya merampas hak orang lain,
Jangan sekali- kali melupakan, Sipara dara yang ketiga,
Mengenai keempat pembicaraan Yaitu perbuatan senang mencari
itu, istri,
Sekarang lagi diganti, Menyetubuhi istri orang lain,
Dengan perbuatan yang baik Dengan cara memperkosa,
dengarkanlah, Itu ketiganya tak bisa dilakukan,
Dibagi menjadi tiga, Walaupun dalam keadaan sepi,
Yang kepertama disebut amati, Ataupun hanya dalam angan-
Artinya jangan membunuh orang angan harus dihilangkan.
yang tak bersalah.
192

33) Apan ika ikang manah, 34) Puniki malih elingang,


Wit ikang indria tui, Kasarwa bawa puniki,
Yan ana wang ikang wenang, Tekania martia loka,
Umret manah nika wiakti, Ksamawan marga nyeki,
Sira nika manggeh manggih, Ksamawan teges niki,
Suka ledang mangke ratu, Sira sang pageh puniku,
Riki rika ring jagat lian, Ring pekayun upasama,
Sampunika kojar neki, Koat mgrasaning panes tis,
Dulur ipun, puniki malih Arimabawa, mawak utaman
pirengang. kasugian.

Terjemahan: Terjemahan:

Sebab pikiran itu dasarnya dari Ingatlah juga hal ini,


indria, Segala yang berwibawa ini,
Kalau ada orang yang betul- betul Yang ada didunia ini,
dapat menahan pikirannya, Adanya dengan jalan yang disebut
Orang itu akan dapat, ksamawan,
Menemui keadaan yang Yang artinya orang yang kuat
menyenangkan, imannya,
Dimana-mana walaupun di alam Mempunyai pikiran untuk
sana, memaafkannya,
Begitulah diceritakan, Tahu akan penderitaan maupun
Juga yang patut didengarkan kesenangan,
adalah sebagai berikut. Arimbawa, merupakan kekayaan
utama.
193

35) Satsat mas manik punika, 36) Sapa sira sang sang nyidayang,
Sat Sanghyang Pretiwi jati, Ngicalang kroda nireki,
Sampunika ring kakuatan, Paka pasedanang ksama,
Pan ida tan pilih kasih, Yakti tan mewalui malih,
Tan wenten tan pinasihan, Janma punarbawa malih,
Nika krana dadi kukuh, Sira sang asampuniku,
Apan sami pinasihan, Maha budi ngaran ika,
Antuk ida Hyang Pretiwi, Manggeh sinangguh wang wiakti,
Jati kukuh, tan kna inuga ugah. Apan sira, wruh ring ninggalake
kroda.
Terjemahan:
Terjemahan:
Hal itu bagaikan mas manik, Barang siapa yang bisa,
Sebagai daratan dunia, Menghilangkan marah,
Begitulah mengenai kekuatan, Berbuat memaafkan,
Sebab beliau tidak membedakan Ia tidak kembali lagi,
sesamanya, Menjelma sebagai manusia,
Tak ada yang tak dikasihi, Barang siapa bisa berbuat seperti
Itulah yang menyebabkan itu,
kekuatan, Ia disebut berbudi luhur,
Sebab semua disayangi, Patut disebut manusia sejati,
Oleh dewa penguasa daratan ini, Sebab ia tahu, menghilangkan
Betul- betul kokoh tak bisa marah.
tergoyahkan.
194

37) Malih ne mangkin tegesang, 38) Ne mangkin malih kawitang,


Kang wong tan pasatru malih, Tingkahe manembah Widi,
Kang wruh umret kroda nyeka, Nganutin Negara karma,
Pan kroda awak musuh jati, Ring Indu tatwa winarni,
Pinasihan aran asih, Pagocara nirang kalih,
Roang timpal dadin ipun, Mpu Sida Kerta winuwus,
Ksama tan pilih kasiha, Inuring lan sisianira,
Geng ampura aranyeki, Sang Metri pasadnya neki,
Tan pasatru, sampunika dadin Wesman ipun, ring Sinduwati
nika. nagara.

Terjemahan: Terjemahan:

Sekarang lagi dijelaskan, Sekarang dimulai cara kita


Orang yang tak mempunyai musuh, menyembah Tuhan,
Dia adalah orang yang bisa Disesuaikan dengan situasi kondisi
menahan marah, masyarakat,
Sebab marah itu merupakan musuh Di India diceritakan,
sejati, Perbincangan beliau berdua,
Menyayangi disebut sayang, Empu Sida Kerta berkata,
Semua menjadi sahabat dan kawan, Bersama murid beliau,
Memaafkan dengan tidak Yang bernama sang Metri,
membedakan siapa pun, Tempat tinggalnya di Negara
Itu namanya memberi maaf yang Sinduwati.
amat besar,
Orang yang demikian tak akan
mempunyai musuh, begitulah
jadinya.
195

39) Ring sedeng malap kna, 40) Yan sira pacang manembah,
Negesin tutur sejati, Becikan dumun malinggih,
Irika wenten inucap, Kadi prenamia nangkila,
Kramaning manembah Widi, Mangregep mengentegan kapti,
Becikang dewa miarsi, Angkiane banban aris,
Mangda sampun salah surup, Tangan karua luhuring tur,
Antuk I dewa ngrangsukang, Ring sampune painganan,
Suksman tuture luih, Matelangkuk tangan kalih,
Madak sida, kadi pangestine cita. Saha sekar, raris unggahang
patelahan.
Terjemahan:
Terjemahan:
Tatkala sedang menerima ajaran,
Yang menegaskan tentang Kalau anda akan menyembah,
kesusilaan Pertama harus duduk dengan baik,
Disana ada disebutkan, Seperti orang bersujud,
Cara menyembah Tuhan, Bersemadi mengukuhkan iman,
Dengarkanlah baik- baik, Nafas yang keluar masuk,
Supaya jangan salah pengertian, Harus pelan- pelan dan halus,
Oleh anda melaksanakannya, Kedua tangan diatas,
Kebesaran dari ajaran yang utama, Sesudah bersatu kedua telapak
Moga- moga bisa, seperti yang tangan,
dicita- citakan. Berisi bunga lalu dinaikkan pelan-
pelan.
196

41) Ping tiganing manembah, 42) Ong sembah ulun betara,


Antuk sekar kaping kalih, Betara Hyang Prama Widi,
Kaping tiga antuk wangia, Rumaga puser ring jagat,
Satunggil wusan ngabakti, Amesesa pati urip,
Sembah puyung mangentyanin, Rupeksa lan nirupeksi,
Sampunika turut ipun, Agung sih ta maring ulun,
Balik balikin ping tiga. Yakti tan kna inarga,
Tujun sembah ring Hyang Widi, Prama garjicating ati,
Dulurana, pamuji ngucaping cita. Madak terus, nyucayang
Terjemahan: kaparipurnan.
Banyaknya menyembah tiga kali,
Dengan bunga dua kali, Terjemahan:
Yang ketiga dengan kewangen,
Sampai menyembah, Ya Tuhan sembah hamba kepada
Lalu menyembah dengan tangan Mu,
kosong, Tak lain Tuhan Yang Esa,
Begitulah urutannya, Yang merupakan sumber dari
Diulang tiga kali, dunia ini,
Sembah itu ditujukan kepada Yang menguasai hidup dan mati,
Tuhan, Menjaga dan menjaga,
Disertai dengan kata- kata, memuji Sangat besar kasih sayang-Mu
kepada Tuhan. kepada hamba,
Sungguh tak bisa hamba nilai,
Hati hamba amat senang,
Moga- moga tetap memberkahi
kesempurnaan.
197

43) Tuktuking jarijining tangan, 44) Puser ngaran pupupulan,


Manering bru madia singgih, Nabi mangaraning suci,
Ngaran slaning lelata, Nabe ngaran sasuunan,
Tan ing sor luhuring riki, Sang sinembah sungsung sai,
Krana sampuniki kaki, Ne nguasa pati urip,
Pan rika ungguhan ipun, Pasaksining ala ayu,
Puser nabi nabening rat, Suba lan asuba karma,
Buana sarira nireki, Angawuhi nraka swargi,
Sangke rika, sumorot anelehing Nora lian, sang Hyang Widi
rat. amurbeng rat.

Terjemahan: Terjemahan:

Ujung- ujung jari tangan, Puser bernama sumber (kumpulan),


Manering bru madia singgih, Nabi bernama kesucian,
Yaitu di antara kedua kening, Nabe berarti yang menghormati,
Tidak di bawah tidak di atas, Yang disembah dipuja selalu,
Apa sebab begitu, Yang menguasai jiwa,
Sebab di sana tempat beliau, Yang mengetahui kebenaran,
Pusat Tuhan penguasa jagat, Maupun baik buruk,
Dunia kecil ini, Tak lain Tuhan penguasa dunia ini.
Dari sana memancar menerangi
dunia.
198

45) Sira swabawaning tiga, 46) Ring sampun wusan manembah,


Buda Siwa sang Hyang Widi, Nunas banyun cokor raris,
Brahma Wisnu Mahesuara, Masirat manginum tirta,
Atma dewa pita reki, Maraup pada ping trini,
Setra dalem puseh malih, Ring wusan raris masumping,
Bapa kaki kumpi iku, Nika sampun tirta puput,
Irika sami manunggal, Nanging yan sira pawikan,
Ring aran mandara giri, Makidung mawarga suci,
Yaning wruh ika ngaran tri sandya. Taler patut anggen ngaturang
pakenak.
Terjemahan:
Terjemahan:
Beliau mempunyai tiga prabawa,
Buda Siwa dan Tuhan, Setelah selesai menyembah,
Brahma Wisnu dan Mahesuara, Lalu minta air suci,
Atma dewa dan pitara, Diperciki tirta dan meminumnya,
Dewa Puseh Dalem, Membasuh muka masing- masing
Bapak kakek kumpi itu, tiga kali,
Semua disana menjadi satu, Sesudah selesai membasuh muka
Di gunung Mandara Giri, dengan air suci lalu berbunga,
Kalau tahu itulah disebut Berarti telah selesai,
Trisandaya. Tapi kalau bisa,
Juga patut dibarengi dengan kidung
(nyanyian pujian untuk Tuhan),
Untuk menambah kegembiraan.
199

47) Puniki malih tuturang, 48) Napi krana dauh ika,


Tingkahe ngastiti Widi, Sane manggeh kang pinilih,
Wenten inucap tri sandya, Reh punika pangangkepan,
Nyurya sewana aran malih, Patalianing rina wengi,
Nyembah Widi kaping trini, Ne maratepan ring bumi,
Ne kamanggehang ring dauh, Tumus buana sarireku,
Pisan das wijil Hyang Arka, Dauh ikang maha kuat,
Ping ro ring das tengah ngue, Rumesep ring sarira urip,
Kaping telu das surup sang Hyang Dartan ipun, kadi inucap ring
Sueya. untat.

Terjemahan: Terjemahan:

Sekarang lagi diceritakan, Mengapa dalam waktu itu,


Pelaksanaan kita menyembah Yang patut untuk dipilih,
Tuhan, Sebab pada waktu itu terjadi
Ada yang disebut trisandya, pertemuan waktu,
Ada lagi yang disebut Pertemuan hari siang dan malam,
nyuryasewana, Yang bertemu dengan bumi,
Yang ketiga dengan menyembah Sampai tembus ke badan kita,
kepada Tuhan, Waktu itu amat kuat,
Itu disesuaikan kepada waktu, Menyusup (meresap) ke dalam
Pertama waktu munculnya badan segala yang hidup,
matahari, Penjelasannya sebagai berikut.
Yang kedua waktu tengah hari,
Yang ketiga waktu matahari
terbenam.
200

49) Pisan ring prabata kala, 50) Ring masa kala punika,
Ring das mijil sang Hyang Rawi, Sua nita papareng mili,
Pramaneng rat ngawit lumra, Saking genah kumpulania,
Kesah manda maruta aris, Ring awaking sarwa urip,
Dulur samirana mirir, Saindering buana iki,
Kadi ngatag sira ungu, Mabriuk sami mawungu,
Pada nusup rumesepa, Saking paturuania ika,
Pada wineh rasa suci, Kapatut raris maresik,
Sami kumpul, nggawe sutreptining Nabdab lungguh, ngregep
manah. amucapeng tuas.

Terjemahan: Terjemahan:

Kepertama waktu prebata, Pada waktu itu,


Artinya waktu matahari baru terbit, Kekuatan mengalir,
Jiwa dari bumi mulai menyebar, Dari tempat kumpulannya,
Angin bertiup perlahan, Ke segala badan yang hidup,
Udara menyisir, Ke segala penjuru dunia ini,
Sebagai menyuruh orang bangun, Semua serentak bangun,
Semua meresap, Dari tempat tidurnya,
Memberi rasa kesucian, Sudah itu seyogyanya,
Semua menjadi satu, menyebabkan Membuat kebersihan lalu duduk
perasaan aman dan sentosa. tertib,
Bersemadi sambil berkata dalam
hati.
201

51) Duh pukulun susuhunan, 52) Ping rua masa tengah ngueya,
Betara Hyang perama Widi, Jejeg Hyang Pretanggapati,
Pukulun sinung nugraha, Tejan ira sedeng panas,
Wastu tan kna inargi, Nusup sarwangganing urip,
Yakti luih ngagawokin, Masareng kala punika,
Marupa katreptining hyun, Ikanang rah sedeng ngabiur,
Patik betara daweg anadah, Gambra aneng sarira,
Pitulus sih ta ring mami, Ning sarwa bawa aneng bumi,
Nampa nyuwun, prama garjitaning Mrasa lesu, muah kabyaparan
manah. manah.

Terjemahan: Terjemahan:

Ya Tuhan junjungan hamba, Yang kedua waktu tengah hari,


Tuhan yang Esa berkahilah hamba, Matahari tepat di atas kita,
Moga- moga tak alpa, Sinar beliau pada waktu itu amat
Sungguh menakjubkan, panas,
Membuat aman sentosa pikiran, Meresap ke segala badan yang
Ampunilah hamba, hidup,
Hamba ingin mendapat belas Pada waktu ini,
kasihan dari Mu, Darah sedang panas,
Hamba amat berterimakasih, Meresap ke seluruh badan,
hamba hidup bahagia. Segala yang ada di dunia ini diam,
Merasa letih, dan merasa ragu
dalam pikiran.
202

53) Rikala masa punika, 54) Tiga ring das surup surya,
Kapatut raris masuci, Sandya awila arenyeki,
Nayuhin wuwun wunan, Surem musnaning jagat,
Tumuli raris malinggih, Cihna pakoleman bumi,
Manggrepe ngucaping ati, Masareng masa puniki,
Betara Widi pukulun, Suanita nembening surup,
Patik tenuhun nugraha, Maulih maring puser nika,
Moga panas sireng gumi, Ring awaking sarwa urip,
Dados ayu, ring weletik ring Ring buana agung, muah ring
buana. buana sarira.

Terjemahan: Terjemahan

Pada waktu itu, Yang ketiga tatkala matahari


Kita membersihkan diri, terbenam,
Menenangkan pikiran, Sandya awela namanya ini,
Lalu duduk, Bumi dalam keadaan gelap,
Merenung sambil berkata dalam Sebagai tanda masanya akan tidur,
hati, Pada waktu ini,
Oh Tuhan, Kekuatan gaib mulai menyelinap,
Hamba minta rahmat-Mu, Kembali ke tempat asalnya,
Semoga panas-Mu, Kepada segala yang hidup,
Menyebabkan baiknya dunia ini, Di dunia besar maupun di dalam
Dan segala yang hidup di dunia ini. badan.
203

55) Ri kala masa punika, 56) Sampunika kang tri sandya,


Kapatut malih maresik, Nembah Widi kaping trini,
Tumuli raris masila, Sane sajeroning sadina,
Manggregep ngucap ring ati, Nanging yan tan mampuh kaki,
Duh pukulun Hyang Widi, Lokikayang ring kapti,
Ulun nyuwun ican teku, Manut kamampuan ipin,
Wet ning das sampun kumpula, Punika dado ringkesang,
Pramananing jagat sami, Yan kaping rua kaping siki,
Moga ratu, Pinih ayu, dauh ring prabata kala.
Dados treptining sua cita.
Terjemahan:
Terjemahan:
Begitulah trisandya itu,
Waktu itu, Menyembah Tuhan tiga kali,
Kita mulai membersihkan diri, Di dalam waktu satu hari,
Lalu duduk tertib, Tapi kalau tidak mampu,
Merenung dan berkata dalam hati, Sesuaikan/ bijaksanai di dalam
Ya Tuhan yang Maha Esa, pikiran,
Hamba menerima rahmat-Mu, Sesuai dengan kemampuan kita,
Karena akan bersatu, Hal itu bisa dipersedikit,
Semua jiwa dari bumi ini, Dua atau satu kali,
Semoga, pikiran hamba menjadi Paling baik, waktu matahari akan
aman sentosa. terbit.
204

57) Prade yan tan anang sekar, 58) Walinin malih tuturang,
Aja wangde mangabekti, Duluran tri sandya teki,
Bungah idepe kusumang, Ring wusing sira anembah,
Inggasang kayang kasisi, Panembahe kaping siki,
Danta darma aranyeki, Gelah semeng ika kari,
Suci jaba tekeng jero, Pramaneng rat kadi teduh,
Nika pamungkasing sembah, Mangde warasning sarira,
Bakti ring ida Hyang Widi, Rikala masa puniki,
Meneng nggregep, semadi yoga Pineh patut, karma yogane
aranika. gelarang.

Terjemahan: Terjemahan:

Kalau tak ada bunga, Kembali akan diceritakan,


Yang menyertai trisandya ini,
Jangan karena itu tidak jadi Setelah kita usai menyembah,
menyembah, Sembah yang kepertama,
Kesucian pikiran dipakai bunga, Yaitu pada waktu masih pagi,
Perlihatkan sampai keluar, Sebab keadaan dunia masih teduh,
Sembah yang demikian, Yang membikin badan segar bugar,
Danta darma namanya, Pada saat ini,
Suci dalam hati maupun sampai Pikiran yang benar, laksanakan
keluar, yang disebut Karma Yoga.
Itu merupakan sembah teratur,
Sujud kepada Tuhan,
Diam bersemadi,
Yang disebut semadi yoga.
205

59) Kala masa pasemengan, 60) Sampunika sang pandita,


Ikang para jana sami, Munggah ring pamujianyeki,
Agung alit tua anuam, Sregep kramaning mamuja,
Ne kenak tan ketaman wiadi, Mamujiang jagat sami,
Lunga kesah saking puri, Sakewanten ne ring bumi,
Nglaksanayang karyan ipun, Mangda sida manggih ayu,
Ring genah pakaryan soang, Ngamolihang kasobagian,
Alit anom pada ngranjing, Keranjingan manah trepti,
Ring sekolah, manut tatujon Patuh ingkup, mamlajahin
ngaraga. kopasaman.

Terjemahan: Terjemahan:

Waktu pagi, Begitulah sang pendeta,


Semua orang tua muda maupun Berada pada tempat pemujaan,
anak, Mendoakan dunia semua,
Yang sehat atau yang tak sakit, Seadanya di bumi,
Pergi dari rumah, Supaya mendapat kebaikan,
Akan melaksanakan tugasnya, Menemui kebahagiaan,
Ditempatnya masing-masing, Dimasuki oleh pikiran yang tenang,
Di sekolah, sesuai dengan Merasa semua bersatu,
kehendak/ tugas masing- masing. mempelajari perdamaian.
206

61) Ne inucap wawu sinamian, 62) Yaning jantos mangaptiang,


Mawug bacakan prawerti, Palan pakaryane reki,
Prawerti inaran karya, Nika tan kapatut pisan,
Sekatahing sarwa urip, Pakaryane sampun niki,
Sahanan ringbumi, Kacampuran leteh ati,
Sami nenten wenten luput, Nika karma karya iku,
Patut napak manambut karya, Agung alit bota dangan,
Nging jroning makarya iki, Palannyane maka sami,
Nora patut, ngapti palaning Patut dinum, buating urip
pakaryan. sinarengan.

Terjemahan: Terjemahan:

Semua yang tersebut di atas tadi, Kalau amat mengharapkan,


Itu masuk golongan prawerti, Hasil kerja itu,
Prawerti berarti kerja, Tidak dibenarkan sama sekali,
Segala hidup, Pekerjaan semacam ini,
Yang ada di dunia, Disebut pekerjaan yang tidak suci,
Semua tidak ada yang absen, Itulah sebabnya,
Siap untuk melakukan kerja, Kerja itu,
Tapi dalam bekerja ini, Baik besar maupun kecil,
Tidak dibenarkan, untuk selalu Yang berat maupun ringan,
mengharapkan hasil dari pekerjaan Hasilnya semua patut dibagikan,
itu. Guna untuk hidup bersama.
207

63) Majalaran dana punia, 64) Punika sane mangaran,


Tulung ring kawelas asih, Suba karma iku kaki,
Anggen biang aji sastra, Semalih karma sanyasa,
Ring sekolah saka luir, Karma yoga iku kaki,
Ring adat pakraman malih, Kang itawasana malih,
Makadi mangge ring luhur, Wesana ayu puniku,
Sapaos panca yadnya, Silayukti aranika,
Nika tan dados ncakin, Para karma yukti malih,
Ne puniku kerti yasane utama. Ne puniku, kreti sang mataki
darma.
Terjemahan:
Terjemahan:
Berdasarkan dengan pemberian
dana, Itu yang bernama,
Menolong orang yang patut Perbuatan yang baik,
dikasihi, Juga Karma Sanyasa,
Ilmu sebagai ibu bapak, Yang berarti perbuatan bakti
Di sekolah maupun dalam dengan jalan yoga,
pergaulan masyarakat, Juga yang disebut Ita wesana,
Juga dipakai untuk diaturkan, Yaitu pelaksanaan yang baik,
Kepada yang disebut Itulah yang disebut tingkah laku
Pancayadnya, yang sejati,
Itu tidak bisa dihilangkan, Segala kerja yang benar,
Yang begitu, Hal yang begitu,
Merupakan pelaksanaan jasa yang Merupakan pekerjaan orang, yang
mulia. menghimpun darma.
208

65) Rua kang sinanggeh karya, 66) Papa yan sira karaketan,
Saindenging jagat iki, Kahanan ring kapengin,
Suba lan asuba karma, Mahyun rikang wastu mulia,
Ayu alaning prawerti, Miwah ranjingin prihatin,
Ne makrana papa suargi, Branta cita iku malih,
Sami kalih sampun katur, Kroda elik ring wang iku,
Susila lawan dursila, Mawog bacakan dursila,
Darma lana darma malih, Adarma aran puniki,
Sami kukuh, palane tang keneng Marga dudu,mangungsi wahya
tulak. sakala.

Terjemahan: Terjemahan:

Dua karya yang tersohor, Papalah kita kalau terlalu


Di seluruh dunia ini, dipengaruhi,
Yaitu perbuatan benar dan tidak Berkeinginan kepada segala yang
benar, ada,
Pelaksanaan baik buruk, Berminat kepada hal- hal yang
Yang menyebabkan kita mendapat mulia,
papa atau sorga, Atau kemasukan prihatin,
Keduanya telah dijelaskan, Juga kehancuran hati,
Yaitu tingkah laku baik dan buruk, Marah dengki kepada orang,
Semua dharma adalah kokoh, Itu termasuk golongan dursila,
Dan hasil perbuatan tak bisa Perbuatan tak baik namanya,
dihindari. Merupakan jalan yang tak benar,
Mencari/ menginginkan
keduniawian.
209

67) Waya suka kapanggiha, 68) Inggih yening sampunika,


Teges waya suka kaki, Napi deyaning wang mangkin,
Ikang suka balik duhka, Amisesa krodanika,
Sampunika bulak- balik, Miwah prihatinnya malih,
Ping kudang- kudang dumadi, Tekeng kapengin ya malih,
Sangsara pacang kapangguh, Kang arupa neraka iku,
Sue gelisnia punika, Lamakana sida lempas,
Bobot ingan ipun malih, Ring sangsara arnawa iki,
Inggih sawuku, kadadine wus Nora lian, masih Widi maring sira.
linaksanan.
Terjemahan:
Terjemahan:
Kalau demikian apa,
Wayasuka dijumpai, Dikerjakan orang sekarang,
Arti waya suka, Untuk menguasai marah itu,
Suka yang berbalik duhka, Juga prihatin itu,
Begitu bolak- balik, Dan keinginan itu lagi,
Beberapa kali menjelma, Yang merupakan neraka itu,
Kesengsaraan akan djumpai, Sehingga bisa terhindar,
Lama dan sebentarnya hal itu, Dari lautan sengsara ini,
Berat ringannya barangkali Tidak lain, minta belas kasihan dari
seminggu, Tuhan.
Harus dilaksanakan.
210

69) Pisan yang sampun kahanan, 70) Malih wenten pretiwimba,


Antuk manah setia bukti, Paraning idepta kaki,
Welas asih kaping rua, Kadi anggan nikang wreksa,
Suka lila kaping trini, Ana ring we luah pingit,
Nika mawug darma sami, Bukania gambira suci,
Cihna marga sampun lurus, Yan tan kasungsungiang laku,
Umungsi ring kadiatmikan, Ri tepi- tepining luah,
Diatmika suka pinanggih, Tanwun sigra tiba prapti,
Dartan ipun, suka tan pabalik Ring telengning, samudra tirta
duhka. pawitra.

Terjemahan: Terjemahan:

Kepertama kalau sudah Ada lagi contoh,


mempunyai, Jalan pikiran kita,
Pikiran setia dan bersujud, Seperti cabang pohon,
Yang kedua yaitu belas kasihan, Berada dalam air sungai yang sulit
Senang yang ketiga, akan dicapai,
Hal itu termasuk golongan dharma, Sumbernya amat luas dan jernih,
Jalan serong dan lurus, Kalau tidak berjalan menyongsong,
Untuk menuju alam niskala, Di pinggir sungai,
Kesenangan di alam sana akan Tidak cepat akan sampai,
djumpai, Di tengah, lautan air suci.
Yang berarti, tidak akan mendapat
keduhkaan lagi,
211

71) Sampunika yan nargama, 72) Pretiwimba kang inucap,


Kayun sang sujana suci, Yan plutin siki- siki,
Lepas tan kena inucap, Sampuniki dartan nika,
Ilang papetengning ati, Becikang dewa miarsinin,
Saksana malilang ening, Pisan kabresihan diri,
Srana sraya nira iku, Angga sarira nireku,
Tuta tumatas kna, Idupama bukaningluah,
Sua bawa sang prama Widi, Gambira lua suci,
Kang kasumbung, nira atmaka Sampuniku, pidartanikang kapisan.
sunia suksma.
Terjemahan:
Terjemahan:
Perumpamaan sebagai tersebut,
Begitulah kalau diumpamakan, Kalau dikupas satu persatu,
Kebersihan pikiran orang yang Beginilah penjelasannya,
pandai, Dengarkan dengan baik,
Tak bisa kita katakan (ceritakan) Kepertama mengenai hal
lagi, kebersihan diri,
Kegelapan pikiran yang hilang, Badan wadag kita itu,
Cepat bersih bercahaya, Hidup seperti sumber sungai,
Itulah pakai sahabat ikuti, Hebat luas dan jernih,
Dan perhatikan baik- baik, Begitulah penjelasan yang
Wibawa dari Tuhan, kepertama.
Yang kesohor, beliau merupakan
Hyang Suksma.
212

73) Kaping rua ikanang cita, 74) Lima prawidi tunggal,


Tuin soroning urip, Pama telenging udadi,
Saking sang Hyang Widi tunggal, Samudra tirta pawitra,
Kangken pangning kayu urip, Papulan sarwa suci,
Tiga rasa budi ening, Pati uriping rat sami,
Pama wening luah iku, Pangebning sarwa tumuwuh,
Kapat ungguanikang rasa, Misrra maring sakahanan,
Pangrasa lan bencaneku, Amenuhing loka sami,
Ne puniku, pama tepi nikang luah. Maka suluh, ida maraga
kasempurnan.
Terjemahan:
Terjemahan:
Pikiran yang kedua,
Dan segala yang hidup, Yang kelima Tuhan Yang Maha
Semua dari Tuhan Yang Maha Esa, Esa,
Itu umpama cabang kayu yang Diumpamakan tengah- tengahnya
hidup, laut,
Yang ketiga rasa budi yang suci, Laut air yang bersih,
Itu sebagai air sungai, Kumpulan dari segala yang bersih,
Yang keempat rasa, Yang menguasai mati hidupnya
Pendapat dan bencana itu begitu, dunia semua,
Diumpamakan tepi sungai. Melindungi segala yang hidup,
Kasih sayang kepada yang ada,
Memenuhi dunia semua,
Sebagai penerang, sebab beliau
adalah paling sempurna.
213

75) Malih wantunin critayang, 76) Ring tengah nem ngolah raga,
Lantasan nikang prawerti, Tur raris manresih- bresih,
Utsahan ring kaluhuran, Mamresihin paumahan,
Ring waya suksma diapi, Masiram mamargi- margi,
Dawuhnia patut binagi, Ring tengah ptu lumaris,
Nut kasenengan ipun, Mangaji sastra puniku,
Jawinang sangkala buat, Yadin mamargi makarya,
Becik daging kang prawerti, Ring tegal sawah makardi,
Dados welu, kadi niki upamania. Nyegara gunung, madagang
ngateh ubuhan.
Terjemahan:
Terjemahan:
Lagi diulang menceritakan,
Mengenai dasar perbuatan, Setengah enam kita bangun,
Yaitu usaha kepada leluhur, Lalu melakukan kebersihan,
Di dunia maupun di alam sana, Kebersihan rumah,
Waktunya sebaiknya disesuaikan Mandi dan sambil berjalan jalan,
dengan kesenangan, Lalu setelah setengah tujuh,
Kecuali mendapat rintangan yang Mempelajari ilmu,
berat, Atau pergi ke tempat tugas bekerja,
Sebaiknya isi perbuatan itu dibagi atau ke sawah ke laut,
delapan, sebagai ini umpamanya. maupun ke gunung, menjual
hewan.
214

77) Tengah siki marayunan, 78) Patut juga kabobotang,


Mararian mature raris, Solah tingkah tata trepti,
Dawuh lima palalian, Mangda sampun keni kacadcad,
Ngolah raga saka luir, Tata gama kang utami,
Masiram ngrayunang raris, Ne sungkemin ajak sami,
Nging tingkah maplalian iku, Trikaya parusudeku,
Punika kalarang pisan, Ping nem mlajah buat sekolah,
Yening wenten anak sakit, Mapacan mabasan malih,
Anak ngrawos, yan anak Tatua tutur, sesoroh ane maguna.
makoleman.
Terjemahan:
Terjemahan:
Sepatutnya dihargai,
Setengah satu makan, Tingkah laku yang tenang,
Sudah habis lalu tidur, Supaya jangan bisa dicela,
Jam lima berlancong- lancong, Keutamaan agama,
Melakukan pekerjaan, Yaitu yang disebut parisuda itu,
Mengenai diri sendiri seperti, Yang keenam belajar disekolah,
Mandi sudah itu makan, Membaca dan belajar bahasa
Tapi laksana bermain- main itu, filsafat,
Dilarang sekali, Dan nasehat- nasehat, segala yang
Sampai mengganggu kalau ada berguna.
orang sakit,
Orang bicara, orang yang sedang
tidur.
215

79) Ping kutus mareriptayang, 80) Sampuniki yan dartayang,


Miwah makayun- kayunin, Kala wengi iku kaki,
Nggih satunggiling pakaryan, Keter kakuataning jagat,
Ne penginang pacang dadi, Ngawit kumpulika smai,
Nambeh kauningan malih, Ring manusa sami ugi,
Miwah kauripan ipun, Sinarengan duk puniku,
Tengah dasa ka pamreman, Usiking bayu premana,
Nging during sirep kaki, Ngawit kumpul ika sami,
Ngeningang kayun, ngelingang Ring papusuh, kala sireping
Hyang Widi Wasa. manusa.
Terjemahan:
Kedelapan mengarang dan Terjemahan:
berpikir,
Masing- masing pekerjaan, Begini kalau diceritakan,
Yang kira- kira akan bisa, Waktu malam itu,
Menambah pengetahuan dan Kekuatan dunia,
penghidupan, Bermula semua berkumpul,
Setengah sepuluh ke tempat tidur, Semua pada manusia,
Tapi belum tidur, Bersatu pada waktu itu,
Lalu membersihkan pikiran, Dengan getaran dari kekuatan
Merenungkan Tuhan Yang Esa. hidup,
Bermula semua berkumpul,
Di pepusuh, waktu manusia tidur.
216

81) Punika krana manusa, 82) Malih satunggil amangan,


Ring kala puniki, Ring sira das nadah kaki,
Jawining sang ageng brata, Patut sira mangregepang,
Maka miwah sane sakit, Tumuli ngucaping ati,
Kapatut masila tiding, Pukulun Hyang prama Widi,
Ngregep ngeningang kayun, Patik betara pukulun,
Sarwi mangucaping cita, Anede sih betara,
Pukulun prama Widi, Maka merta sanjiwani,
Sira ngliput, ngawuhin angga Moga ulun, pari purna urip waras.
sarira.
Terjemahan:
Terejmahan:
Juga setiap akan makan,
Itu sebabnya manusia, Kita harus mengingat kepada
Waktu ini kecuali orang, beliau,
Yang mempunyai berata yang Patut kita merenung,
besar, Lalu berkata dalam hati,
Dan yang sakit, Tuhan Yang Maha Kuasa,
Diharapkan duduk bersila, hambaMu makan anugrahMu,
Bersemedi menenangkan pikiran, yang merupakan Amerta,
Sambil berkata dalam hati, semoga hamba, sempurna dalam
Ya Tuhan Yang Esa, kehidupan.
Kamu memenuhi,
Memenuhi badan jasmani.
217

PUH ADRI

83) Ring luhur ning wang, 84) Maka dasar prawertining telu,
Sampun umatur, Tri kaya arane,
Tingkah mangeninge, Idep laksana lan munyi,
Ngastiti bakti ring Widi, Sampuniki bratan ipun,
Wiakti katah cara ipun, Tri kaya ika brata iku,
Antuk ida sang mawruh, Tiga bratannyane soang,
Tan bina kadi margine, Tiga tiga nuju ayu,
Wenten panjang bawak ipun, Ngimpesan wecana ala,
Nanging tujunipun tunggal, Maka lingga manah suda.
Ring Hyang Widi amur bengrat.
Terjemahan:
Terjemahan:
Tiga dasar dalam
Di atas telah saya utarakan, melaksanakannya,
Hal melaksanakan kesucian, Yang disebut Trikaya,
Dengan jalan berbakti Yaitu pikiran pelaksanaan dan
(menyembah Tuhan), perkataan,
Memang banyak caranya, Begini dasar peraturan
Oleh orang yang pandai bijaksana, pelaksanaannya,
Tak berbeda sebagai jalan, Ketiga- tiganya menuju kebaikan,
Ada jalan yang panjang ada yang Menjauhkan kata- kata yang buruk,
pendek, Sebagai lambang pikiran suci.
Namun tujuannya satu,
Yaitu kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
218

85) Brataning manah tinutur, 86) Pisan tan asta cepala tiku,
Pisan tan krodane, Ro tan asta corahe,
Tan wawang kabangan malih, Tan asta dusta ping trini,
Ping rua tan suka puniku, Teges cepaleku,
Tan duhka cita puniku, Saluir wecana tan patut,
Ping tri ndatan kepingina, Sedana dasa driane,
Miwah tan mambej prih iku, Mangawe nek wiring kayun,
Puput bratan ikang manah, Saluirne nyakitin manah,
Bratan laksana tuturang. Nika aran asta cepala.

Terjemahan: Terjemahan:

Syarat pikiran diceritakan, Kepertama tan asta cepala,


Satu tan kroda, Yang kedua tidak asta corah,
Yang artinya tidak cepat marah, Tidak asta dusta yang ketiga,
Kedua tan soka, Arti cepala itu,
Yang berarti tidak merasa bersedih, Segala tingkah laku yang tidak
Yang ketiga ndatan kapingin, benar,
Berarti jangan berpikiran pamrih, Hasil dari sepuluh indria,
Begitulah persyaratan dari pikiran, Membikin hati sakit dan murah,
Sekarang akan diceritakan syarat Segala yang menyebabkan sakit
dari perbuatan. pikiran,
Itu disebut asta cepala.
219

87) Tegesning asta puniku, 88) Ne mangkin bratan sabda tinutur,


Tingkahning malinge, Sampuniki luire,
Sakaluir laksana maling, Tan sabda mangangsul siki,
Tegesning asta dusteku, Suara magalak puniku,
Sakaluir mematiku, Rus tan sabda pisunyeku,
Mamati ndatan padosa, Tan mamisuna ujare,
Sapunika teges ipun, Iga tan sabda adueku,
Kewala ringkesnya, Mamubab ring anak lian,
Nanging sampun suka terang. Sampuniku dartan nika.

Terjemahan: Terjemahan:

Arti daripada asta corah itu, Sekarang akan diceritakan syarat


Yaitu pelaksanaan dari si pencuri, perkataan,
Dan segala tingkah laku is pencuri, Beginilah macamnya,
Arti dari dusteku, Yang kepertama tidak berkata
Segala perbuatan pembunuhan, megangsul,
Membunuh yang tak berdosa, Artinya bicara yang salah,
Begitulah artinya, Yang kedua tidak berbicara
Diambil secara ringkasnya, pisunyeku,
Tetapi itu sudah jelas. Artinya tidak berkata memfitnah,
Ketiga tidak berkata dueku,
Berbohong kepada orang lain,
Begitulah penjelasannya.
220

89) Yaning sampun lumaca kadyeku, 90) Kang mangaran parisuda iku,
Sampun doh margine, Kayeki tuine,
Tampek ring ida Hyang Widi, Kang manah malilang ening,
Magentos pangaranyeku, Manah nirmala puniku,
Trikaya paramarta iku, Tan pata leteh puniku,
Trikaya pari sudane, Ika sida lingganira,
Kapari sudaning telu, Puranira Hyang maagung,
Idep laksana manyine, Sang Hyang Widi amurbeng rat,
Sampun manggeh tri suda. Sira jatining sinembah.

Terjemahan: Terjemahan:

Kalau sudah bisa melaksanakan Yang disebut parisuda itu,


semua itu, Ini sebenarnya pikiran yang suci
Ilmu orang demikian sudah tinggi, murni,
Mendekati Tuhan, Pikiran yang suci,
Namanya sudah disebut lain, Tak kotor itu,
Yaitu paramarta namanya, Itu akan bisa merupakan,
Trikaya parisuda itu, Tempat perwujudan Tuhan,
Artinya tiga kesucian, Tempat dari Tuhan Yang Esa,
Yaitu kesucian pikiran, perbuatan Tuhan yang menguasai dunia,
dan bicara, beliaulah sebenarnya yang
Itulah disebut trisuda. disembah.
221

91) Punapi jua maling pacang ruruh,


Alih saideha,
Ne alih ia suba dini,
Ne ngalih ia suba ditu,
Makaronan pada ditu,
Sayoga tan ana karua,
Tan paarah tan pawastu,
Nira atmaka sunya nama,
Ika sajatining lingga.

Terjemahan:

Apa yang mau dicari kesana


kemari,
Walaupun dicari ke segala penjuru,
Namun yang dicari sudah disini,
Yang mencari juga sudah ada
disitu,
Merupakan satu disana benar tak
ada duanya,
Tak tentu dapat dan tak berwujud,
Beliau merupakan kosong,
Itulah sebenarnya perwujudan
beliau.

Anda mungkin juga menyukai