Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh :
TANTYA LEGYSTANIA
NIM. 11170510000037
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos.)
Oleh
Tantya Legystania
NIM. 11170510000037
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahhmanirrahim
ii
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabbudin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, Dr. Cecep Sastrawijaya,
MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dr. H. Edi Amin, M.A selaku Sekertaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Dosen Penasehat
Akademik yang telah membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama melakukan studi.
4. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah bersedia membimbing dan banyak
memberikan masukan serta saran kepada penulis selama
proses penulisan ini berlangsung. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Beliau, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah
SWT dan senantiasa diberikan keberkahan, kesehatan,
dan kebaikan kepada dirinya beserta keluarganya.
5. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah berperan penting dalam proses perkuliahan,
memberikan ilmu serta wawasan dan pengalaman yang
mempermudah pada masa studi.
iii
6. dr. Galianti Prihandayani, Sp.KJ selaku Direktur SDM,
Pendidikan dan Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan yang telah memberikan izin penulis untuk
melakukan penelitian terkait skripsi yang penulis susun.
7. Ners. Ahmad Qofrawi, S.Kep selaku Pembimbing
Lapangan yang telah memberikan waktu dan tenaganya
untuk membimbing penulis selama penelitian
berlangsung.
8. Ners. Fahrudin, S.Kep, Ners. Darmoko, S.Kep, Ners.
Adlan Baduwi, S.Kep, Dzulfan, Am.K, Asep Aris
Muwandar, Am.K, dan Magdalena Verita Intan Manik,
Am.K, selaku perawat RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
sekaligus informan dalam penelitian ini. Terima kasih
telah berkenan untuk penulis wawancarai dan
memberikan informasi terkait penelitian yang penulis
lakukan.
9. Bapak Pendi dan Ibu Yuli selaku orang tua penulis,
penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk
semua cinta, kasih dan sayang yang selalu penulis
dapatkan. Terima kasih untuk selalu percaya kepada
penulis, dan selalu menjadi support system sejak hari
pertama. Semoga Allah SWT selalu memberikan Bapak
dan Ibu keberkahan, kesehatan dan umur yang panjang
agar bisa terus menemani penulis sampai tua nanti.
10. Kakak- kakak tercinta, Mba Ita, Mba Pipi, Kak Roki,
Mas Arif, Mamas Aal yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis .
iv
11. Keponakan-keponakan penulis, Zavi, Azky, dan Alana
yang selalu memberikan canda tawa serta menguras
emosi di kehidupan penulis.
12. Grup Arisan Sosyalita, Friska Atrelia, Khoirunnisa,
Nila Cilvia, Farah Maulida, Jeihan Hafiyah, Ratu Vega
Alfira, Fardia Irma, Citra Novianti dan Raihanna
Ummu Kulsum selaku sahabat penulis yang selalu
memberikan tawa, canda, tangis, dukungan dan
membuat warna di kehidupan perkuliahan penulis.
Kalian semua Amazing! Penulis sangat bersyukur bisa
bertemu dan mengenal kalian semua, semoga kita bisa
sukses di jalan kita masing masing dan pertemanan ini
akan terus lanjut sampai tua nanti.
13. Friska Atrelia dan Khoirunnisa selaku sahabat dekat
penulis yang selalu bersedia menyediakan telinga dan
bahunya kapanpun penulis butuhkan. Terima kasih
untuk semua yang sudah diberikan kepada penulis
semoga Allah membalas kebaikan kalian berdua.
14. Nafan Hudzaifi dan Zainy Hulwany selaku sahabat
cowok yang sangat amat baik dan menjaga penulis.
Terima kasih sudah menemani malam-malam penulis
dengan video call dan obrolan yang random.
15. Teman seperjuangan skripsi dan tempat bertukar pikiran
Yovita Widiyafitri, Zahra Nur Afifah, Hadi Al-Habsyi,
Fardia Irma, Bayu Muhardianto, dan Adilah Bagus.
16. Teman-teman KPI A 2017 yang telah membantu serta
bekerja sama dalam proses perkuliahan di dalam kelas.
v
17. Sahabat baik penulis Sinta Pricilla, Ananda Aidil,
Dzihan Nabilah, Andina Sari, Mardiyah, dan Revino
Pramestu yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis sejak penulis duduk di bangku SMA.
18. Teruntuk semua pihak yang telah memberikan
kontribusi serta doa selama penulis berada dalam masa
studi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
19. Dan terakhir ucapan terima kasih untuk diri sendiri.
Terima kasih Tantya sudah berjuang sekeras ini,
melewati puluhan malam dengan tangisan, selalu
percaya bahwa diri kamu bisa dan tetap berdiri di
kakimu sendiri. Kamu sangat hebat!
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………….ii
vii
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik …………32
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik …………………33
3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik …………34
4. Teknik Komunikasi Terapeutik …………………35
5. Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik ………38
6. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik ……39
C. Anxiety Disorder ………………………………………43
1. Pengertian Anxiety Disorder ………………………43
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan 44
3. Ciri-ciri Gangguan Kecemasan ………………45
4. Jenis-jenis Gangguan Kecemasan ……………46
5. Tingkat Kecemasan ……………………………48
D. Teori Penetrasi Sosial ………………………………50
1. Pengertian Teori Penetrasi Sosial ……………50
2. Tahapan Proses Penetrasi Sosial ………………52
viii
B. Teknik Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dengan
Pasien Anxiety Disorder………………………………110
C. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik Antara Perawat
Dengan Pasien Anxiety Disorder Di RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan ………………………………………113
D. Peran Dakwah Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Kepada Pasien Anxiety disorder …………………..118
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GRAFIK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Vardiansyah D, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004),h.12
2
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta: Graha Ilmu,
2011),h.3
1
2
3
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta: Graha Ilmu,
2011),h.3
4
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.63
5
Shiela L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, (Jakarta:
Keperawatan, 2008), h.4
3
6
WHO, Depression and Other Common Mental Disorders, Global
Health Estimates, (Geneva: World Health Organization, 2017)
7
http://pdskji.org/home diakses pada tanggal 22 Agustus 2020.
8
Tristiadi Ardi & Noor Rochman, Psikologi Abnormal, (Bandung:
Lubuk Agung, 2011),h.13
4
9
Kathleen Koenig Blais, Praktik Keperawatan Profesional Konsep &
Praktik, (Jakarta: Kedokteran EGC, 2007),h.64
10
Christina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002),h. 48
5
11
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Shahih Bukhari Muslim, No.4084,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017),h.829
12
Christina Lia Uripni, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002),h. 48
6
13
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Al
Mubarok, 2018)
7
B. Identifikasi Masalah
Anxiety disorder adalah gangguan berupa perasaan
khawatir, cemas yang berat, menyeluruh dan menetap
hingga bertahan lama dan disertai dengan gejala somatik
(motorik & otomotik) yang menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan juga fungsi pekerjaan. Gangguan kecemasan ini
tentu berbeda dengan kecemasan sehari hari yang biasanya
ditemui. Gangguan kecemasan ini tidak terkendali dan tidak
proporsional dengan bahaya sebenarnya yang mungkin
dihadapinya.
Pasien dengan gangguan kecemasan pada umumnya
memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap suatu hal,
cenderung menutup diri, dan emosi yang tidak stabil yang
mana berpengaruh pada kesehariannya. Tidak sedikit kasus
pasien dengan gangguan kecemasan memilih untuk
menyakiti dirinya atau bahkan mengakhiri hidupnya. Hal ini
tentu tidak bisa dianggap sepele karna menyangkut nyawa
seseorang.
Maka banyak pasien anxiety disorder yang
dimasukkan ke rumah sakit jiwa guna untuk mendapatkan
asuhan keperawatan yang tepat sehingga pasien dapat
mencapai tujuan pemulihan. Rumah sakit jiwa menjadi
sarana atau wadah dimana pasien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan dan mengurangi permasalahan
pasien. Untuk menunjang proses pemulihan, perawat harus
9
C. Batasan Masalah
Membatasi masalah penelitian merupakan upaya
pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang
lingkup dan batasan yang akan diteliti. 14
Dari latar belakang diatas, peneliti membatasi masalah
kedalam beberapa poin :
a. Masalah gangguan mental hanya pada pasien yang
mengidap anxiety disorder saja, tidak mencangkup
gangguan mental secara luas.
b. Pasien yang menjadi informan penelitan adalah kategori
anxiety disorder dengan tingkat kecemasan yang sedang
sampai pada tingkat kecemasan panik.
c. Penelitian ini dilakukan pada perawat dan pasien anxiety
disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan,
Jakarta.
14
Andi Prastomo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-ruz
Media, 2016), h.134
10
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik yang terjadi
antara Perawat dengan Pasien anxiety disorder di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?
b. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan
Perawat kepada Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?
c. Apa saja faktor penghambat komunikasi terapeutik yang
terjadi antara Perawat dengan Pasien anxiety disorder di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan komunikasi
terapeutik yang terjadi antara Perawat dengan Pasien
anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana teknik
komunikasi terapeutik yang dilakukan Perawat kepada
Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat
komunikasi terapeutik yang terjadi antara Perawat
dengan Pasien anxiety disorder di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan penelitian disiplin ilmu
komunikasi terkhususnya komunikasi interpersonal.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan referensi serta dapat
mengembangkan bidang ilmu komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi khalayak dalam bagaimana berkomunikasi
dengan pasien gangguan mental terutama anxiety
disorder.
G. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti melakukan
tinjuan pustaka terlebih dahulu untuk menambah kajian dan
referensi dalam penelitian. Adapun beberapa penelitian
seputar komunikasi interpersonal yang relevan dengan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dengan judul KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KONSELOR LAKTASI TERHADAP KLIEN
RELAKTASI DALAM JURNAL KAJIAN
KOMUNIKASI, Volume 3, No. 2, Desember 2015,
Halaman 192-211 oleh Retasari Dewi. Universitas
Padjajaran, 2015. Hasil penelitian jurnal ini berupa
proses komunikasi terapeutik konselor laktasi yang
12
H. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
15
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial
Empirik Kalasik, (Jakarta: Dapartemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia,2003),h.3
16
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan yang beralamatkan di Jl. Prof. Dr.
latumenten No. 1, RT.1/RW.4, Jelambar, Grogol
Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 11460.
16
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Prenada Media Group, 2006),h.106
17
17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007), h.108
18
18
Dr.J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grasindo,
2010),h. 111
19
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: buku sumber tentang
metode-metode baru, (jakarta: Penerbit Universitas Indonesia),h. 52
19
I. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh pembahasan skripsi secara
sistematis, peneliti membagi penulisannya ke dalam enam
bab yang terdiri atas sub-sub bab. Adapun sistematika
penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
1
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2011),h.3
23
24
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT
Remajaja Rosdakarya, 2008),h.81
3
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal,
(Jakarta: Kanius, 2003),h. 85
25
4
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011),h.7
26
5
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011),h.14
28
6
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011),h.11
29
7
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005),h.168
31
8
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005),h.168
9
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011),h.21
10
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005),h.168
32
B. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan
kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien.
Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan
salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang
dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk
membantu proses penyembuhan pasien. 11 Menurut
Priyanto, komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. 12
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi
biasanya, pada komunikasi terapeutik selalu dapat tujuan
atau arah yang lebih spesifik untuk berkomunikasi.
Stuart dalam buku Suciati menyatakan bahwa
untuk komunikasi ini menggunakan prinsip hubungan
interpersonal. Istilah ini juga sering dipakai dalam
psikologi konseling dalam hubungan antara psikolog dan
klien. Klien secara sukarela akan mengekspresikan
perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan
11
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.11
12
Priyanto, Farmakoterapi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan
Farmasi, (Jakarta: Leskonfi, 2009),h.143
33
13
Suciati, Psikologi Komunikasi sebuah Tinjauan Teoritis dan Perspektif
Islam, (Yogyakarta: Buku Literia Yogyakarta),h.199
14
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007),h.51
15
Nurjannah, Komunikasi Terapeutik (Dasar-dasar komunikasi bagi
perawat), (Yogyakarta: Mocomedia,2005),h. 42
34
16
Arwani, Komunikasi Dalam Keperawatan, (Jakarta: ECG, 2002),h.24
35
17
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.14
37
f. Memfokuskan (Focusing)
Teknik ini bertujuan untuk membatasi bahan
pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti.
g. Menyatakan hasil observasi
Perawat harus memberikan umpan balik kepada
pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya
sehingga pasien dapat mengetahui apakah pesannya
diterima dengan benar.
h. Menawarkan informasi
Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untuk pasien.
i. Diam (Silence)
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat
dan klien untuk mengorganisikan pikirnanya.
j. Meringkas
Teknik meringkas ini membantu mengingat topik
yang telah dibahas sebelum meneruskan pembahasan
selanjutya.
k. Humor
Dengan menghadirkan humor akan mengurangi
ketengangan dan rasa sakit akibat stress dan
meningkatkan keberhasilan perawat.
l. Menempatkan kejadian secara berurut
Menempatkan kejadian secara urut akan membantu
perawat dan pasien untuk melihat masalah dari suatu
perspektif.
38
18
Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21
39
c. Fase Kerja
Pada fase kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan
yang dilakukan adalah memberi kesempatakan pada
pasien untuk bertanya. Tahap ini merupakan inti dari
keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Pada tahap
ini para perawat mengatasi masalah yang dihadapi
oleh pasien, perawat akan mengeksplorasi dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan, dan perilaku
pasien.
d. Fase Terminasi
Pada tahap ini yang dilakukan perawat adalah
menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
19
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.3
40
C. Anxiety Disorder
1. Pengertian Anxiety Disorder
Anxiestas atau kecemasan adalah suatu keadaan
aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Kecemasan merupakan suatu keadaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
atau adanya rasa tidak nyaman. Perasaan yang tidak
menentu pada umumnya tidaklah menyenangkan yang
mana nantinya akan menimbulkan perasaan fisiologis
dan psikologis.20 Menurut Craig, kecemasan dapat
diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak tenang, rasa
khawatir atau ketakutan terhadap seseuatu yang tidak
jelas dan tidak diketahui. 21 Dari pernyataan beberapa ahli
tersebut dapat disimpulkan kecemasan adalah respon
pribadi terhadap situasi yang tidak menyenangkan tanpa
rasa aman yang ditandai dengan perubahan perilaku.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah
suatu gangguan yang dialami dari adanya perasaan takut
dan cemas yang tingkatannya tidak sebanding dengan
proporsi ancaman. Gangguan ini dapat berupa perasaan
khawatir, cemas yang berat menyeluruh dan
menetap/bertahan lama, dan disertai dengan gejala
20
Nevid, Jeffrey S, dkk, Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2005),h.163
21
Diyan Indriyani & Asmuji, Buku Ajar keperawatan Martenitas,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006),h.12
44
22
Tristiadi Ardi & Noor Rochman, Psikologi Abnormal, (Bandung:
Lubuk Agung, 2011),h.13
23
Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan, (Jakarta: EGC,2008),h.53
45
1. Threat (Ancaman)
Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu yang benar-
benar realistis dan juga yang tidak realistis,
contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa dan psikis.
2. Conflict (Pertentangan)
Timbul karena adanya dua keinginan yang bertolak
belakang.
3. Fear (Ketakutan)
Ketakutan akan segala sesuatu yang dapat
menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian
atau ketakutan adanya penolakan.
4. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Kebutuhan manusia sangatlah kompleks dan jika ada
yang tidak terpenuhi maka rasa cemas itu timbul.
24
Atkinson, Rita, Dkk, Pengantar Psikologi Jilid 2. Alih Bahasa:
Nurdjanah Taufik, (Jakarta: Erlangga,1983),h.212
25
Nevid, Jeffrey S, dkk, Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 2005),h.164
46
e. Banyak keringat
f. Pingsan
g. Sulit bicara
h. Anggota tubuh mati rasa
i. Mual
j. Panas dingin
2. Ciri-Ciri Behavioral dari Kecemasan
a. Perilaku menghindar
b. Perilaku melekat dan dependen
c. Perilaku terguncang
3. Ciri-Ciri Kognitif dari Kecemasan
a. Khawatir tentang sesuatu
b. Perasaan terganggu akan ketakutan di masa depan
c. Keyakinan sesuatu yang buruk akan segera terjadi
d. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa
e. Berfikir bahwa semuanya tidak bisa dikendalikan
f. Semua hal terasa membingungkan
g. Sulit berkonsentrasi
h. Ketakutan menghadapi masalah
26
A. King, Laura, Psikologi Umum, (Jakarta : Salemba
Humanika,2010),h.301-307
47
5. Tingkat Kecemasan
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas
berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan.
Rentang respon kecemasan menggambarkan suatu
derajat perjalanan cemas yang dialami individu, seperti
gambar dibawa ini:
2. Kecemasan sedang
Kecemasan ini memungkinkan individu untuk
berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan sedang ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Kecemasan berat
Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang
persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area
lain.
27
Stuart dan Sundden, Buku Saku Keperawatan Edisi Jilid 5, (Jakarta:
EGC,2007)
50
28
Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.196
29
Morissan, Teori Komunikasi Individual Hingga Massa, (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2013),h.296
30
Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.199
52
31
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1994),h.80
32
Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.205
54
33
Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.200
BAB III
GAMBARAN UMUM
56
57
1
Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.
2
Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.
58
3
Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.
59
4
Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2019.
60
5
Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.
61
c. Klinik Gigi
d. Klinik Neurologi
e. Klinik Penyakit Dalam
f. Klinik Psikogeriatri
g. Klinik TB Dots
h. Terapi ECT
3. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap dapat menampung pasien sebanyak
300 orang, yang terbagi atas 12 ruangan dengan
perawatan intensif, perawatan intermediate dan
rehabilitasi. Kelas perawatan terdiri dari : Kelas VIP, I,
II, dan III.
a. Ruang Rawat Akut
b. Ruang Rawat Intermediate
c. Ruang Rawat Rehabilitasi
d. Ruang Rawat Komorbid Psikiatri dan Fisik
4. Pelayanan dan Kesehatan Jiwa Masyarakat
a. Memberikan edukasi kesehatan jiwa kepada
masyarakat sebagai upaya promotif dan preventive.
b. Melakukan promosi pelayanan yang tersedia di
RSJSH.
c. Kegiatan:
- Penyuluhan
- Penjemputan Pasien Dinas Sosial
- Car Free Day
- MMHS (Mental Mobile Health Service)
- Deteksi Dini Gangguan Jiwa
64
j. Pelayanan Farmasi
k. Pelayanan Gigi
l. Pelayanan Gizi
7. Pelayanan Diklat dan Litbang
Pelayanan Diklat mencakup kegiatan Pendidikan,
pelatihan dan penelitian bagi calon dokter umum,
spesialis, tenaga keperawatan, psikolog, dan juga
kegiatan penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan jiwa yang diselenggarakan oleh pihak internal
rumah sakit maupun pihak luar rumah sakit (kalangan
akademisi perguruan tinggi, praktisi kesehatan, lembaga
profesi dll).
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan bekerjasama
dengan 5 Institusi Pendidikan Kedokteran, yaitu :
1. Universitas Trisakti
2. Universitas Yarsi
3. UKRIDA
4. UIN Syarif Hidayatullah
5. UPN Veteran
D. Ketenagakerjaan
Jumlah ketenagakerjaan di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan ada sebanyak 500 pegawai yang terbagi
atas:
Tabel 3.1
Ketenagakerjaan RSJSH6
Jenis Jumlah
Tenaga Medis 45 Orang
Tenaga Keperawatan 192 Orang
Tenaga Farmasi 20 Orang
Tenaga Kesehatan 5 Orang
Masyarakat
Tenaga Kesehatan 3 Orang
Lingkungan
Tenaga Gizi 5 Orang
Tenaga Keterapian 10 Orang
Fisik
Tenaga Teknik 18 Orang
Biomedika
Tenaga Keteknisan 26 Orang
Medis
Psikolog 3 Orang
6
Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.
67
JUN
OKT
APR
JUL
FEB
MEI
SEP
NOV
JAN
DES
7
Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.
68
Tabel 3.2
10 Besar Penyakit Gangguan Jiwa Tahun 2019 8
Kode Diagnosa Jumlah
ICDX
F20.0 Paranoid schizophrenia 16.822
F20.5 Residual schizophrenia 4.102
F20.9 Schizophrenia, unspecified 1.742
F31.9 Bipolar affective disorder, 1.476
unspecified
F31.0 Bipolar affective disorder, 1.217
current episode hypomanic
F90.0 Disturbance of activity and 939
attention
F09 Unspecified organic or 916
symptomatic mental disorder
F20.3 Undifferentiated 816
schizophrenia
8
Data Kearsipan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, 2020.
69
70
71
1
Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21
2
Wawancara Penelitian dengan Ibu Magdalena, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021
75
2. Fase Orientasi
Setelah fase pra-interkasi, perawat akan masuk ke fase
orientasi. Fase ini dimulai ketika perawat bertemu
dengan pasien untuk pertama kalinya. Pada tahap ini
perawat mencoba untuk menggali informasi singkat
tentang pasien, seperti menanyakan namanya, kegiatan
yang ia lakukan sehari-hari dan sebagainya.3 Dari temuan
penelitian, informan perawat yang penulis wawancarai
mengatakan bahwa semua praktek atau prosedur
komunikasi terapeutik yang terjadi di lapangan sama
dengan teorinya, seperti pernyataan Perawat Aris yaitu:
“Tahapan sama sih seperti yang lain dan tidak ada
perbedaannya. Kalau di kejiwaan ini kan kita
melakukan SP ya, dan kalau ke pasien baru
pastinya semua perawat harus mencari tau dulu
data tentang pasien, baru setelah itu kita lakukan
pertemuan pertama dengan perkenalan, kontrak
dan masuk ke tahap kerja itu sampai akhirnya
tahap terminasi ya mba”4
Dari pernyataan di atas, kita ketahui bahwa perawat jiwa
dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan memerlukan suatu perangkat instruksi atau
langkah-langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini
bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan
memenuhi standar pelayanan. Langkah-langkah kegiatan
tersebut berupa Standar Operasional Prosedur (SOP),
3
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.23
4
Wawancara Penelitian dengan Bapak Aris, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021
76
5
Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21
77
6
Wawancara Penelitian dengan Bapak Fahrudin, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020
78
3. Fase Kerja
Fase kerja pada komunikasi terapeutik merupakan inti
hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 8
Dari hasil penelitian, penulis mengobservasi dan
menganalisa langsung bagaimana fase kerja yang
dilakukan perawat kepada pasien anxiety disorder.
Berikut ini adalah penggalan komunikasi terapeutik yang
dilakukan Perawat Magdalena kepada Pasien S:
7
Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020
8
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.25
79
9
Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021
80
10
Percakapan Perawat Darmoko Dengan Pasien D Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Kamis, 17 Desember 2020
81
4. Fase Terminasi
Pada tahap ini yang dilakukan perawat adalah
menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.11
11
Christina dkk, Komunikasi Kebidanan, (Jakarta: EGC, 2003),h. 21
12
Percakapan Perawat Darmoko Dengan Pasien D Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Kamis, 17 Desember 2020
82
13
Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021
83
14
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.14-15
84
15
Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020
16
Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020
85
17
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.15
18
Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020
86
4. Mengulang
Maksud dari mengulang adalah teknik mengulangi
kembali ucapan pasien dengan bahasa perawat. Melalui
pengulangan kembali kata kata pasien, perawat
19
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.15
20
Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021
87
…
Pasien S: wudhu
Perawat Magdalena: oh wudhu ya, berarti spritual
ya pak
21
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18
22
Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020
23
Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021
88
24
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18
25
Percakapan Perawat Dzulfan Dengan Pasien W Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Rabu, 18 November 2020
26
Damaiyanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.18
89
…
Perawat Dzulfan: oh jadi emang emosi bapak ga
bisa dikontrol ya. Dari situ kamu mulai merasa
takut, cemas gitu kamu ngeliat bokap? Kalo ada
yang bisa diceritain certain aja, saya akan
dengerin. Tapi kalo ga mau gapapa
Pasien W: saya bingung
Perawat Dzulfan: oke baik. kalo mas dibawa kesini
dengan keadaan dagu luka mas inget ga?
Pasien W: saya di bawa oleh temen saya pake
motor ke rumahnya, terus disana saya coba cerita
cerita terus sampai nangis, terus gatau tiba tiba
saya merasa kaya time travel gitu, saya ditonjokin
bokap terus denger suara suara yang buat saya jd
lebih takut. Terus tiba tiba saya udah disini. Saya
dibawa teman saya sama nyokapnya teman saya.
Dari percakapan ini perawat dapat mengetaui penyebab
atau pencetus dari gangguan mental pasien.
27
Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan
Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020
28
Wawancara Penelitian dengan Bapak Aris, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021
91
29
Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan
Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020
30
Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 18 November 2020
92
31
Wawancara Penelitian dengan Ibu Magdalena, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021
32
Wawancara Penelitian dengan Bapak Dzulfan, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 5 Januari 2021
93
33
Wawancara Penelitian dengan Bapak Adlan, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 7 Januari 2021
34
Wawancara Penelitian dengan Bapak Darmoko, Perawat Kejiwaan
Poli Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 17 Desember 2020
35
Wawancara Penelitian dengan Bapak Fahrudin, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Rabu, 18 November 2020
94
36
Wawancara Penelitian dengan Bapak Adlan, Perawat Kejiwaan Poli
Rawat Inap RSJ Soeharto Heerdjan, Pada Selasa, 7 Januari 2021
95
37
Percakapan Perawat Magdalena Dengan Pasien S Saat Melakukan
Komunikasi Terapeutik, Pada Selasa, 5 Januari 2021
97
PEMBAHASAN
98
99
tujuan dari
pertemuan.
Apakah
pengkajian/observ
asi/pemantauan/ti
dakan
keperawatan
terminasi.
2 Fase Orientasi Pada fase ini penulis
a. Memberikan salam mengambil penggalan
b. Memperkenalkan nama percakap yang dilakukan
perawat Perawat Dzulfan kepada
c. Menanyakan nama Pasien W. Hal ini
panggilan kesukaan dikarenakan Perawat
pasien Dzulfan untuk pertama
d. Menjelaskan tanggung kalinya bertemu dengan
jawab perawat Pasien W.
e. Menjelaksan kegiatan Dari hasil analisis
yang akan dilakukan penulis, Perawat Dzulfan
f. Menjelaskan waktu yang telah melakukan semua
dibutuhkan hal yang ada pada fase
orientasi sesuai dengan
teori yang ada.
Pasien D: iya
Dari penggalan
percakapan diatas,
Perawat Darmoko dengan
Pasien D sudah mencapai
salah satu tujuannya yaitu
melaksanakan pendidikan
kesehatan pada pasien.
Jika dilihat dari
percakapan di atas,
Perawat Darmoko
mencoba memberikan
pengetahuan pendidikan
kesehatan tetang obat
yang dikonsumsi Pasien
D.
1
Richard West, Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika 2012),h.196
107
a. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk
komunikasi dalam dua aspek, yaitu tingkat
perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk
menggunakan teknik komunikasi tertentu dan untuk
mempersepsikan pesan yang disampaikan.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh
harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
c. Gender
Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi
yang berbeda dan memiliki interpretasi yang berbeda
2
Damayanti, Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2010),h.3
116
3
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Al
Mubarok, 2018)
119
kedekatan perswat
dnegan pasien jga
diukur dengan
teori penetrasi
sosial.
2. Ada enam teknik Tahapan komunikasi yang
komunikasi komunikasi dilakukan perawat
terapeutik yang terapeutik dengan pasien
dilakukan antara perawat melibatkan
perawat kepada dengan pasien komunikasi verbal
pasien anxiety anxiety dan komunikasi
disorder disorder nonverbal dengan
terintegrasi enam teknik yang
pada dakwah diterapkan
fardiyah perawat,
melalui profesi diantaranya:
perawat mendengarkan
dengan metode dengan penuh
dakwah Bil perhatian,
Lisan. menanyakan
pertanyaan terkait,
pertanyaan
terbuka,
mengulangi
ucapan pasien,
memberi
122
kesempatan untuk
pasien memulai
pembicaraan, dan
yang terakhir
mengurutkan
kejadian secara
kronologis.
3. Faktor Tahapan Komunikasi
penghambat komunikasi terapeutik yang
komunikasi terapeutik dilakukan perawat
terapeutik antara antara perawat dengan pasien
perawat dnegan dengan pasien jalannya tidak
pasien anxiety anxiety selalu mulus,
disorder disorder banyak ditemukan
terintegrasi hambatan yang
pada dakwah memperlambat
fardiyah proses komunikasi
melalui profesi terapeutik. Dari
perawat data yang
dengan metode ditemukan ada tiga
dakwah Bil hambatan yang
Lisan. sering ditemui
perawat saat
berkomunikasi
dengan pasien
anxiety disorder,
123
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis data
yang penulis dapatkan mengenai “Komunikasi Terapeutik
Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder Di Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan” maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Tahapan komunikasi terapeutik antara perawat dengan
pasien anxiety disorder di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
sama seperti tahapan komunikasi terapeutik pada
umumnya yaitu akan selalu melewati empat tahap,
dimulai dari tahap pa-interaksi, tahap orientasi, tahap
kerja dan terkahir tahap terminasi. Dimana semua
tahapan mempunyai tujuan untuk membentuk hubungan
serta melakukan pertukaran informasi yang sekiranya
dapat membantu pasien dalam proses pemulihan. Adapun
hal yang bisa dilakukan perawat di setiap tahapan sebagai
berikut:
a. Tahap Pra-interkasi
- Mengumpulkan data tentang pasien sebelum
melakukan kontrak pertama
- Penetapan tahap hubungan interaksi
124
125
b. Tahap Orientasi
- Memberikan salam
- Memperkenalkan nama perawat
- Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
- Menjelaskan tanggung jawab perawat
- Menjelaksan kegiatan yang akan dilakukan
- Menjelaskan waktu yang dibutuhkan
c. Tahap Kerja
- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
- Menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin
berkaitan dengan kelancaran pelaksaan kegiatan
- Melaksanakan rencana tindakan keperawatan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
d. Tahap Terminasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan
- Memberikan reinforcement positif
- Merencakana tindak lanjut dengan pasien
- Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai “Komunikasi
Terapeutik Antara Perawat Dengan Pasien Anxiety Disorder
Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan” penulis
memiliki beberapa saran untuk pihak RSJ dan juga perawat
RSJ terkhusunya ruangan Elang:
1. Kepada perawat yang merawat pasien tekhususnya
perawat ruangan Elang disarankan agar lebih banyak
berinteraksi dengan pasien, agar pasien lebih merasa
diperhatikan.
2. Dalam menerapkan teknik-teknik komunikasi terapeutik
para perawat hendaknya melakukan teknik secara
menyeluruh. Hal ini dilakukan agar tujuan dari
komunikasi terapeutik dapat tercapai secara maksimal.
Sehingga dapat mengetahui apakah teknik yang
digunakan oleh perawat sudah tepat atau belum di dalam
proses kesembuhan pasien.
3. Kepada pihak RSJ diharapkan dapat menambahkan
tenaga kerja lebih banyak lagi, mengingat banyaknya
jumlah pasien yang membuat perawat kewalahan
sehingga tidak dapat memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
128
129
Sumber Internet
Sumber Informan
LAMPIRAN
134
LAMPIRAN 1
TRANSKIP WAWANCARA
pemulihan? Jika ada pasien yang tidak mau terbuka, apa yang
biasanya perawat lakukan?
Informan: Banyak sekali pasien yang tidak mau terbuka ya,
namanya pasien baru, baru kenal dengan orang apalagi pasien
anxiety disorder kan biasanya disertai degan rasa curiga juga
ya. Hampir rata rata pasien dengan diagnose kecemasan itu
tidak mau membuka diri dengan resiko perilaku kekerasan.
Pasti mereka akan jaga jarak, dan mereka akan mengalanisa
terlebih dahulu siapa orang yang mendekatinya ini, apakah
berbahaya atau tidak. Tetapi biarpun begitu kita akan
melakukan pendekatan terus menerus tanpa memaksa dia untuk
terbuka dengan kita. Jadi misalnya hari ini dia ga mau
berinteraksi, contoh saat pertama kita memberi salam,
memperkenalan diri terlihat dari gesture atau caranya menolak
maka sebaiknya kita tidak melanjutkan lagi, pamit aja.
“Baiklah pak kalau sekarang bapak tidak mau berinteraksi
dengan saya, saya akan datang lagi besok di waktu yang sama”
nah begitu terus menerus sampai pasiennya yakin bahwa kita
ini emang tidak berbahaya untuk mereka.
Mengetahui,
TRANSKIP WAWANCARA
Mengetahui,
Dzulfan, Am.K
140
TRANSKIP WAWANCARA
Mengetahui,
TRANSKIP WAWANCARA
Mengetahui,
TRANSKIP WAWANCARA
Mengetahui,
TRANSKIP WAWANCARA
Mengetahui,
LAMPIRAN 2
TRANSKIP PERCAKAPAN PERAWAT SAAT
MELAKUKAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN
PASIEN ANXIETY DISORDER
Perawat: Halo mas, selamat pagi. mas kalo kita ngbrol bisa ga?
Atau masih susah untuk berkomunikasi?
Pasien W: Bisa
Pasien W: W aja..
Perawat: Oke baik mas W, Kemarin pas mas W masuk sini kan
ada saya tuh
petugas disini, saya mau tanya mas W kenapa kesini? Siapa yang
bawa mas ke sini? Masih inget ga?
Pasien W: Ini saya lompat dari pagar rumah terus lari dari bokap
Pasien W: Ya gatau ya, tapi mungkin mau bikin syaa macho kali
ya.
Perawat: Bapak suka mukulin itu dari umur berapa? Mas masih
inget?
Perawat: Baik, apakah bapak kalo mukul kamu karena ada sebab
yang lain terus melampiaskan ke kamu? Seinget kamu perna ga
gitu?
152
Perawat: Apa bapak dari dulu emang suka berlaku kasar? Sama
ibu gitu juga ga?
Pasien W: Mungkin mau tapi bakal nambah dihajar lagi, jadi saya
diam aja.
Perawat: Oke baik. kalo mas dibawa kesini dengan keadaan dagu
luka mas inget ga?
lebih takut. Terus tiba tiba saya udah disini. Saya dibawa teman
saya sm nyokapnya teman saya.
Perawat: Oh jadi pas saat mas cerita mas mulai merasa kaya ada
pusaran pusaran panggilan suara dan time travel ya? Terus pas
sampe sini apa masih merasakan hal yang sama
Pasien W: Iya
Pasien W: Plong sih, lega dan lebih bisa buat belajar hal yang
baru
Perawat: Lebih plong ya, terus sikap apa yang akan kamu
tunjukukan kalo misal bapak nemui kamu? Apa kamu masih takut
atau cemas menemuinya?
Pasien W: Cemas sm takut pasti akan ada tapi saya coba untuk
menghadapinya
Mengetahui,
Dzulfan, Am.K
155
Pasien D: Sore
Pasien D: Kenal
Pasien D: Gatau
Perawat: Oke kita kenalan lagi aja ya mas, salaman dulu boleh.
Nama saya Darmoko, saya perawat di sini. Bagaimana kabar nya
hari ini?
Pasien D: Baik
Pasien D: Udah
156
Pasien D: Gatau
Pasien D: Ngga
Perawat: Belum tau ya, nanti kita belajar lagi ya. Kalau abis
minum obat gimana perasaannya mas? mas bisa lihat saya dulu,
kan saya yang berbicara disini (disini pasien tidak bisa fokus saat
diajak berbicara)
Pasien D: Iya
Perawat: Masih suka denger suara ga? Merasa takut dan cemas
ga?
Pasien D: masih
157
Perawat: Oh masih ya, kalo ada suara atau bisikan terus perasaan
mulai takut dan cemas, mas jangan iktuin ya suaranya. Jadi mas
harus menerapkan apa yang sudah diajarkan, kalo misal ada suara
suara mas cepat cari teman buat ngbrol agar tidak merasa
sendirian dan tidak cemas lagi. Mas bisa lihat saya dulu? Kan saya
disini, kalo mas menghadap sana tar ga keliatan sm saya.
Pasien D: Iya
Pasien D: Iya
Perawat: Baik, mas mau dimana tempatnya? Di sini lagi aja mau?
Pasien D: iya
Mengetahui,
Diagnosa : Anxiety
Perawat: Halo pak, kenalin saya Perawat Lena, sebentar kita akan
ngbrol ngbrol sekitar 10 menit bisa ga saya minta waktunya?
Perawat: Oke kalo gitu saya duduk di depan bapak ya, kita harus
berhadapan
Pasien S: Ah gamau
Pasien S: Sedih
Pasien S: Oh gitu
Perawat: Iya bapak, terus apa yang bapak rasain selain sedih?
Perawat: Oh giu ya. Bapak masih suka dengar dengar suara gitu
ga?
Pasien S: Wudhu
Perawat: Oh iya obat ya, pinter bapak. Terus apa lagi pak?
Perawat: Iya benar, jadi bapak bisa buat jadwal kegiatan aktivitas
harian mulai dari bapak bangun pagi sampai tidur lagi
Pasien S: iya saya juga harus minum obat untuk otak saya, supaya
mengurangi kecemasan saya. Saya pernah motong leher saya bu
160
Pasien S: Iya bu, saya takut sama pulpen, pensi, pisau, cutter sm
spidol juga bu. Itu tajem bisa bunuh orang loh bu.
Mengetahui,
LAMPIRAN 3
162
163
164
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
(Tempat Wudhu)
168