Oleh :
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh :
MUHAMMAD ARIEF SIGIT MUTTAQIEN
NIM. 105051001976
Pembimbing :
Desember 2009.Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Anggota,
Pembimbing,
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah dari lisan
penulis untuk beribadah kepadaNya dan untuk ber Sholawat kepada kekasihnya,
serta dengan izinnya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang
bagus ucapannya, yang luhur bedi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk
mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan
Abdillah
skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi,
baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam
diri penulis. Sungguh sesuatu yang sangat anugrah terindah yang diberikan Allah
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini
dengan ketegaran hidupnya telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup
bagi penulis dan kepada ibu (Hartini) yang air susunya telah menjadi daging
dalam tubuh ini, yang dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa
penulis. Kakakku Muchammad Choirul Khamsani dan kak Purwa Ningsih serta
keponakan ku Nada Thifalya Azzahra dan adik Nur Rahmawati Handayani yang
selalu mendoakan penulis serta menghibur penulis dikala kesedihan datang
kepada penulis.
1. Kepada bapak Dr. Arief Subhan MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
dan Komunikasi bapak Drs. Wahidin Saputra, MA dan juga Bapak Drs.
Jumroni. M.si sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar
masa perkuliahan.
5. Keluarga besar penulis di Pringapus kepada Pakde Ud, mas pipit dan mbak
Yuli, serta keluarga Mbah Sukinah, mbak Umi, Om Yon, Intan dan elok,
skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat yang ada dikampus, Ahmad Fawzi yang senantiasa
Rahmat Hidayat
Putra, Ahmad Rifa’i, Sendi Prabowo dan Rohiman Sunandar yang selalu
berikan..
Geary, Novi, Irma Iztarizkizra, Zaini yang sudah membantu penulis serta
besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang
Alamin
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
E. Tinjauan Pustaka.............................................................. 9
F. Sistematika Penulisan....................................................... 9
1. Proses Komunikasi..................................................... 16
Setempat .......................................................................... 46
PRINGAPUS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... 70
B. Saran................................................................................ 72
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Data Penduduk Desa Pringapus Berdasarkan Usia .................... 41
Tabel 02 Mata Pencaharian masyarakat Pringapus................................... 43
Tabel 03 Tingkat Pendidikan Warga Desa Pringapus............................... 44
Tabel 04 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama ....................... 45
Tabel 05 Tabel Keagamaan ..................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN
hidup, yaitu sebagai makhluk pribadi dan sosial. Sebagai makhluk pribadi,
!"
)*!☺
( #$%&'
0☺12
/ -.
: 56$)89 !☺3
4
(5 – 1 : )ا
Artinya: ”(1). (Tuhan) yang Maha pemurah (2)Yang Telah mengajarkan Al
Quran.(3)Dia menciptakan manusia (4) Mengajarnya pandai
berbicara (5) Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”
kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya dan semua itu
dan pesan tapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan
berasal dari kelompok, ras, etnik atau budaya lain. Berinteraksi atau
sehari-hari yang sangat popular dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia.
dipakai untuk berkomunikasi, untuk itu kita akan merasa betapa pentingnya
keretakan hubungan antara orang tua dan anak, bahkan sampai konflik antar
suku budaya.
kemajemukan yang ada pada kehidupan manusia. Yaitu bahwa manusia dapat
1
Asnawir dan Basyirudin Ustman, media pembelajaran (Jakarta; Ciputat Press, 2002)
2
Alo Liliweri, “dasar-dasar komunikasi antar budaya”, (Jogjakarta: Pustaka {Pelajar
Press, 2000)
dibedakan berdasarkan suku, agama dan ras. Bahkan terhadap individu pun
dapat pula dibedakan dalam hal pemikiran atau dalam persepsi tertentu.
kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
pendekatan analisisnya.
untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena itu melalui pengaruh
berasal dari Jawa, Jakarta atau dari Medan belajar berkomunikasi. Seperti
dipelajari dan diketahui dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang
Hanya yang membedakannya adalah latar belakang budaya yang berbeda dari
melakukan komunikasi. 5
tengah masyarakat yang pluralistik secara religius sejak semula memang telah
sebagai berikut:
I II
pusat pusaran untuk bermakna. Dalam budaya I integrasi itu terletak di luar
5
Alex. H. Rumondor dkk, komunikasi antar Budaya, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2001), h. 117
pelaku, dalam satuan yang lebih besar, yaitu komunitas. Seorang budaya I
dan hari yang ditentukan sendiri (misalnya pernikahan), tidak harus bersamaan
Dari uraian di atas yang singkat ini dengan mudah kita ketahui bahwa
melihat ada bias desa, masyarakat agraris, dan masa lalu dalam NU.
Sebaliknya kita dapat melihat ada bias kota, masyarakat industrial dan masa
proposal skripsi dengan judul Komunikasi Antar Budaya (study pada pola
komunikasi antara masyarakat Muhammadiyah dan masyarakat NU di
masyarakat NU ini, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada pola
sehari-hari?
masyarakat NU ?
dari proses penyampaian pesan baik secara verbal maupun non verbal dalam
suatu komunikasi.
1. Tujuan Penelitian
masyarakat NU.
D. Metodologi Penelitian
Jawa Tengah. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pola dari komunikasi
2. Analisis Data
penelitian ini ,maka penulis akan mengolah dan menganalisa data dengan
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti dengan objek pada pola
desa Pringapus dan penulis telah melakukan tinjauan Pustaka, penulis melihat
judul yang ada di perpustakaan, penulis melihat ada satu mahasiswa yang
seperti menjiplak atau mengambil dari hasil karya orang lain, maka penulis
membahas bagaimana pola komunikasi antar budaya antara dua suku yang
Tengah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
BAB I : PENDAHULUAN
setempat.
PRINGAPUS
Adalah penyajian data-data yang diperoleh dari hasil Penelitian,
BAB V : PENUTUP
KERANGKA TEORI
berkomunikasi dengan orang lain maka kita dan orang yang menjadi
komunikan kita akan menafsirkan pesan yang diterima baik berupa pesan
verbal maupun non verbal dengan standar penafsiran dari budayanya sendiri.
Kita pun dalam memaknai dan menyandikan tanda atau lambang yang akan
kita jadikan pesan menggunakan standar budaya yang kita punyai. Pada
berbeda dalam hal latar belakang budayanya. Ada banyak pengertian yang
di antaranya adalah :
sebagai kelompok.8
budaya yang berbeda. Ada beberapa istilah yang sering disepadankan dengan
berbeda atau dapat saja komunikasi antar etnik terjadi di antara anggota
etnik yang sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau
sub kultur yang berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang
ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Komunikasi antar etnik
8
Ibid. 2.
9
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. xi
10
Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication konteks-konteks komunikasi
antar budaya, (Bandung:PT. Remaja Rosda karya buku ke-2, 2001),h. 182
11
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003)., h.16
juga merupakan bagian dari komunikasi antar budaya, namun komunikasi
2. Komunikasi antar ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan arti-
arti biologis yang sama. Dapat saja orang yang berasal dari ras yang
berbeda memiliki kebudayaan yang sama, terutama dalam hal bahasa dan
antar budaya, karena secara umum ras yang berbeda memiliki bahasa dan
terhadap orang yang berbeda ras dengannya. Dalam hal ini tentunya
berkomunikasi.
12
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2003). h. xii
13
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 186
negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan
makna lainnya. Maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang
penjelasannya masing-masing.
Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia15 artinya bentuk atau
sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap, yang mana pola dapat dikatakan
Jhon model dapat diterapkan pada setiap representasi simbolik dari suatu
benda.17
14
Bakrie Abbas, Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya, (Jakarta;
Yayasan Kampus Tercinta- ISIIP), h. 2
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), h. 778
16
Dikutip dari Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Gramedia
Widiasavina:2004), h.9
17
Ibid.
atau pertukaran pikiran. Maka hakiki dari communicatio ini adalah Communis
dimana-mana.”19
melakukan komunikasi itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide
atau sikap. Jadi, esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim
pesan.20
1. Proses Komunikasi
18
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju, 1992), cet
ke-1, h-4
19
Phill Astrid Susanto, Komunikasi dalam teori dan Praktek, (Bandung, Bina Cipta,
1998)cet ke-3, h-1
20
Onong Uchjana Effendi, Dinamika komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992), cet ke-22, h. 6
keduanya tidak dapat dipisahkan, karena menjadi sebuah kesatuan. Tanpa
komunikasi maka kita tida dapat mengetahui pola komunikasi apa yang
digunakannya,
21
Onong Uchjana Efendi,Imu Komunikasi Teori dan Praktek, ,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1990), h.11-13.
pengalamannya masing-masing, karena komunikasi berlangsung
balik baik dari perasaan kita sendiri maupun dari seorang komunikan
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
komunikasi berlambang gambar dan warna. Akan tetapi oleh para ahli
Proses Komunikasi22
Sender Massage Receiver
enkoding Decoding
Noise
Gambar 01
Bagan/ skema proses komunikasi
sejumlah orang.
lambang.
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet ke-19. hal 18
4. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
2. Bentuk-bentuk Komunikasi
sesuai dengan arti pola di atas lebih tepat untuk mengambil kesimpulan adalah
23
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1998),
h. 39
b. Komunikasi Antar Pribadi (Antarpersonal Communication) adalah proses
maksud.26
berbeda ini dalam kehidupan sehari-hari, maka penyampaian pesan nya pun
24
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6 h. 60
25
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6, h-62
26
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993), h-5
C. Pengertian Masyarakat
lingkungannya. 27
adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ
sendiri.
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana dia
saling menghormati.
30
Ibid, h. 159
mereka meliputi urusan-urusan yang merupakan tanggungjawab bersama dan
bersama.
dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan
dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih
sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan
a. Sederhana
b. Mudah curiga
31
http://prayudi.staff.uii.ac.id/2008/09/22/karakteristik-masyarakat-desa/
2) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
d. Guyub, kekeluargaan
sanubari mereka.
e. Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat
desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi
orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga
dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut
dengan “ngajeni”.
Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka
20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.
j. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh
bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi
k. Demokratis
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan
dari warga.
l. Religius
kata yang tergabung dan memiliki makna yang saling terkait, sehingga
menyatakan bahwa:
sendiri”.
bervariasi dari tiga atau empat, sampai dengan ribuan anggota. Organisasi
32
Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication
KOnteks-konteks Komunikasi, (Bandung; Remaja Risdakarya, 2005) h. 164
Dan untuk mencapai tujuan,organisasi membuat norma aturan yang
suatu entitas besar dengan struktur kendali yang terdiri dari prosedur dan
33
H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta; KENCANA, 2006), h. 272
34
Stewart L. Tubbs. Sylvia Moss, pengantar Deddy Mulyana, Human Communication
KOnteks-konteks Komunikasi, (Bandung; Remaja Risdakarya, 2005) h. 164
35
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, (Bandung; Rosda Karya, 2006), h. 17
36
Ibid, h 17
37
Ibid, h 18
pandangan lebih luas mengani orgnisasi. Misalnya, mendefinisikan
a. Organisasi Sosial
38
Ibid
39
H. M. Burhan Bungin. S.sos. M.Si. Sosiologi Komunikasi, Teori,Paradigma dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta; KENCANA, 2006), h. 255
orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka, alih-alih oleh
kelompok.
orang yang berstatus jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah.
40
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 41
41
Ibid, h. 42
duduki dalam sistem. Seperti yang diringkas Berlo, “meskipun kita
yang mencapai bentuk tertentu dan yang selaras satu sama lain, hingga
b. Organisasi Formal
42
Ibid, h. 43
43
J. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (Jakarta: Rajawali Pers,
2006), h. 34
44
Ibid, h, 9
Istilah komunikasi formal dapat kita gunakan dalam arti bahwa
antara jabatan-jabatan.
45
Ibid, h. 80
46
Ibid, h. 77
47
R. Wayne Pace dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi, h. 44
kewajiban resmi. Ketentuan kewajiban dan tanggung jawab
supermasi hukum.
sempit.
5) Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang
kehidupan organisasi.
koneksi lainnya.
1. Prasangka Sosial
48
Ibid, h. 44-47
49
Ibid, h. 48
orang. Prasangka itu sendiri bremacam-macam. Dan yang paling populer
berlainan dengan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial itu tertadri
diprasangkai. 52
50
Deddy Mulyana, Ilmu KOmunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja
Rosadakarya, 2000)h. 224
51
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung. PT. ERESCO, 1996) cet ke-13. h. 167
52
Ibid
53
Ibid, 124
54
Ibid, 176-177
c. Faktor Frustasi dan Agresi. Prasangka sosial dapat menjelma ke dalam
agresif yang akan ditumpahkan kepada orang lain. Hal ini yang
2. Stereotip
sifat dan watak pribadi orang-orang atau golongan lain yang negatif.
55
Deddy Mulyana, Ilmu KOmunikasi Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja
Rosadakarya, 2000)h.218
objek-objek berdasarkan kategori yang dianggap sesuai, alih-alih
56
Ibid, h 218
BAB III
A. Kondisi Geografis
itu berasal dari perang apus yang berarti “perang apus-apusan” atau dalam
bahasa Indonesianya adu argumen, dahulu ada dua orang pengembara yang
itu bernama Kyai Kalang dan Pangeran Benowoyang. Akhirnya pada suatu
untuk memberi nama wilayah yang telah mereka singgahi itu. Karena
sampai perang fisik, keduanya hanya terlibat adu argumen yang pada akhirnya
yang saat itu menjadi daerah kekuasaan pangeran Benowo. Peristiwa tersebut
di abadikan oleh masyarakat setempat sebagai nama desa Pringapus yang
ini objek penelitian lebih dimaksudkan kepada Pringapus dalam lingkup desa
ini penulis tetap menggunakan istilah desa karena perubahan status tersebut
hanya bersifat administratif semata tanpa ada pengaruh terhadap data pada
terbesar sebagai lahan pemukiman penduduk yaitu 642 km2 atau 64.202 km2
di sekitar kaki gunung Ungaran dengan ketinggian tanah 600 meter dari
permukaan laut. Selain itu, wilayahnya terdiri dari 7 dusun yaitu Krajan Barat,
Krajan Timur, Ngabean, Tangkil, Ngetuk dan Wahyurejo atau Trembel yang
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa tanah sawah dan ladang di Desa
Pringapus berprofesi sebagai pegawai negeri, dan tanah ladang dan sawah
mereka di garap oleh orang lain dengan system bagi hasil saat musim panen
tiba.
B. Kondisi Demografis
1. Penduduk
Tabel 01
Data Penduduk Desa Pringapus Berdasarkan Usia
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-14 716 855 1.581
15-20 447 651 1.098
21-25 527 596 1.123
26-30 205 401 606
31-35 178 375 553
36-40 127 379 506
41-45 217 253 470
46-50 162 596 758
51-55 69 142 211
56 ke atas 318 446 764
Jumlah 3.099 4.287 7.386
contoh warga dusun Krajan Barat tetap tahu dalam artian mengenal warga
masyarakat desa Pringapus satu sama lain masih tinggi, sebagai contoh
warga lainnya akan dating dan memberikan sumbangan. Dengan kata lain
pola kekerabatan masyarakat tidak terpengaruh oleh pola masyarakat
hal ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas dalam setiap acara
2. Mata Pencaharian
sesuai usia kerja, yaitu 15-60 tahun adalah buruh atau swasta (659 orang
pedagang dan lain sebagainya. Hal itu sesuai dengan data yang disebutkan
dalam monografi Desa Tahun 2008 yang dicatat pada semester I periode
kelilingi area persawahan, namun sangat sedikit sekali warga desa Pringapus
orang lain dengan sistem bagi hasil panen, menurut mereka dengan
membantu tetangga mereka atau bahkan saudara mereka yang tidak memiliki
pekerjaan tatap.
mencapai 109 orang. Namun demikian, masih banyak penduduk yang hanya
lulusan SD, sebagian lulusan SLTA. Di luar itu, berdasarkan data monografi
desa, masih juga ada penduduk yang tidak tamat SD, sebagaimana gambaran
Tabel 03
Tingkat Pendidikan Warga Desa Pringapus
No Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 890 orang
2 Tamat SD 2.672 orang
3 Tamat SLTP / sederajat 1.877 orang
4 Tamat SLTA /sederajat 1.817 orang
5 D1 /D2 / D3 81 orang
6 S1 28 orang
7 S2 - orang
8 S3 - orang
Jumlah 7.365 orang
hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Biasanya hal ini disebabkan karena faktor
4. Agama
telah di anut oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Hal ini dapat
terlihat dari tidak adanya bangunan atau rumah ibadat agama lain. Sepertu
gereja atau biara atau kuil atau pura atau bahkan klenteng. Yang ada hanya
TABEL 05
Tabel Keagamaan
Dari beberapa masjid yang ada di desa Pringapus, terdapat satu buah
masjdi ini tempat menyimpan satu pusaka yaitu Qur’an Blawong, bentuknya
Sesuai dengan data tabel di atas bahwa sebagian besar penduduk desa
berjumlah 7.386 orang adalah Muslim. Oleh karena itu, sudah dapat dipahami
corak kehidupan yang islami. Keislaman menurut faham yang dilakukan oleh
Muhammadiyah tidak ada perbedaan yang tajam, akan tetapi pada tataran
terutama dalam hal pandangan dan cara menyingkapi ritual ziarah kubur
dianjurkan Karena tidak dianggap menyalahi syariat Islam. Akan tetapi, bagi
(segala sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad). Contoh lain
adalah pada saat perayaan hari raya Islam yang kaitannya dengan sholat sunat
mentradisi.
Tradisi dalam Masyarakat Pringapus
1. Yasinan
Yasin dan Tahlil serta doa yang biasanya dilaksanakan setiap malam
(nelung dina), hari ke-7 (mitung dina), hari ke-40 (matang puluh), hari ke-
hitungannya 365 hari disebut mendak pisan (1), tahun kedua disebut
mendak pindho (2), dan tahun ketiga hitungannya hari ke-1000 disebut
2. Nariyahan
Sholawat Nariyah. Kegiatan ini biasanya diikuti oleh pada ibu maupun
ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari
Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu
Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon,
masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu
makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton
bayi.
4. Punggahan
atau ambengan (berupa nasi dengan sayur-sayuran, lauk telur rebus, ikan
asin,dll), akan tetapi menu tersebut saat ini, diganti dengan makanan
berupa makanan kudapan dengan alasan agar lebih praktis dan diangap
lebih modern.
BAB IV
MASYARAKAT NU
generasi tua mereka. Namun hal ini sangat berbeda sekali saat penulis melihat
pernah juga ada keluarga dari NU yang tidak jadi menikahkan anaknya setelah
tahu calon menantunya itu dari keluarga Muhammadiyah. Namun saat ini
Contohnya dalam perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, kedua
Pernah juga pada perayaan hari raya Idul Fitri dua tahun yang lalu
Muhammadiyah merayakan hari raya Idul Fitri pada tanggal tiga puluh pada
pada tanggal satu Syawal. Namun hal ini rupanya sudah tidak menjadi suatu
saat itu merayakan hari raya Idul fitri lebih dulu memlilih untuk menunda
mereka merayakannya hanya di dalam rumah saja, atau masih dalam konteks
satu keluarga. Jadi setelah mereka melaksanakan sholat Ied mereka kembali
besoknya mereka merayakan hari raya Idul Fitri bersama dengan masyarakat
57
Wawancara dengan bapak Saeri 1 Juli 2009
Meskipun demikian, seperti apa yang sudah penulis katakan di atas,
saat ini memang keadaan masyarakat desa Pringapus sudah jauh lebih baik,
namun penulis masih menemukan beberapa orang dari generasi tua yang
hanya dari beberapa konteks tertentu saja, biasanya dari konteks ekonomi dan
konteks sosial:
1. Konteks Ekonomi
lokasi tanahnya bisa dibilang sangat baik sekali digunakan untuk lahan
desa, namun luas lahan untuk pertanian masih sangat luas. Kendati
dari mereka yang berprofesi sebagai petani sendiri, atau mereka mengolah
untuk dikelola oleh orang lain, dengan sistem bagi hasil. Yaitu mereka
membagi hasil panen dari lahan yang dikelola saat musim panen nanti.
penjual dan orang dari NU kebanyakan sebagai pembeli, dan dalam hal ini
singkat dan hanya dalam konteks jual beli, di mana jika telah tercapai
kesepakatan harga, maka komunikasi pun terhneti dan selesai. Tidak ada
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, ada lima indikasi dari komunikasi yang
efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
dalamnya. Pengaruh pada sikap, yaitu bagaimana komunikasi itu tidak saja
komunikannya.
2. Konteks Sosial
Salah satu ciri khas masyarakat desa pada umunya yang juga
mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik
bergotong royong jika salah satu warga memiliki hajat atau musibah saja,
tetapi dalam semua konteks sosial, di antaranya adalah di saat ada program
sarana dan prasana untuk umum, bahkan sekarang BKM Mandiri yang ada
satu dari pola komunikasi kelompok yang lebih tepatnya adalah kelompok
seorang ustadz atau kiyai. Pada umumnya yang bertindak sebagai ustadz atau
komunikasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok ini adalah pola Linear,
Gambar 02
Model komunikasi Masyarakat daei kalangan Muhammadiyah dengan
Masyarakat NU dalam konteks keagamaan
Meskipun berjalan satu arah dan ada sebagian warga dari kalangan
namun menurut penulis komunikasi dengan model seperti ini jauh lebih
memiliki efek pada komunikan daripada proses komunikasi yang terjadi dalam
orang yang dianggap memiliki kredibilitas, dipercaya dan dapat diterima oleh
warga masyarakat. Maka apa yang disampaikan lebih didengar dan dipatuhi
desa Prigapus.
a. Sikap kekeluargaan
dalam hati sanubari mereka. Hal ini pun terlihat dalam kehidupan
digunakan saat mereka berbicara dengan orang yang lebih tua dari
itu jika mereka berpapasan dengan orang yang lebih tua, biasanya
di kemudian hari.
d. Sikap Gotong-royong
e. Sikap Demokratis
paham akan sesuatu masalah maka cara yang ditempuh adalah dengan
penengah.
f. Religius
hukum positif dari suatu negara. Hal ini terlihat dalam kegiatan
perayaan hari raya. Misalnya pada saat merayakan hari raya idul fitri,
berbeda, namun itu bukanlah suatu halangan bagi mereka untuk tetap
menyambung silaturahmi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari adalah pada saat
masyarakat dari kalangan NU, namun saat ini tidak sedikit masyarakat
menaruh curiga kepada orang lain tentang sesuatu hal dan sesuatu hal
dianggap asing. Hal ini adalah salah satu faktor yang menjadikan
tertentu.
kidang, pada masa itu kondisi masyarakat Kali kidang bisa dikatakan
tokoh agama yang menonjol. Selain itu banyak masyarakat kali kidang
pada umumnya tidak ingin dikatakan bahwa mereka itu dari kalangan
mencerminkan bahwa mereka itu seperti orang NU, seperti salah satu
contohnya dengan adanya kegiatan rebanaan tersebut. Dengan adanya
kurang setuju jika masjid yang di bangun mereka itu digunakan selain
58
Wawancara deengan bapak Umar (beliau adalah warga sepuh dari kalangan NU)
Kedua organisasi ini memiliki berbagai perbedaan pandangan.
ketika dahulu pada masanya Wali Songo, tepatnya pada masa Sunan
apabila ada salah satu warga mereka yang meninggal maka mereka
Hindu, maka di dalam kegiatan ibadah itu apabila masih ada kaitannya
maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu amal yang
sholih, shodaqoh zariyah dan anak yang sholih, meskipun tidak sedikit
c. Prasangka sosial
apa yang diajarkan oleh nabi Muhammad dan apa yang telah di
lakukan oleh nabi Muhammad SAW. Menurut mereka yang
Rasulullah SAW, sebab yang tahu betul masalah ibadah itu hanya
teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat, keduanya itu
yang bukan dari Kitabullah dan bukan dari Sunnah Rasul, maka
mereka cenderung tidak mengerjakan atau bahkan meninggalkan,
orang yang masih hidup tidak dapat melakukan ritual kirim doa
untuk sanak family atau kerabatnya yang telah meninggal dunia hal
konflik batin,
hanya sebatas konflik batin namun tetap saja hal ini merugikan
kesepakatan para ulama ini terdapat pada salah satu hadist nabi, maka
satu hadist nabi dan apabila perkataan ulama tersebut ada dalam hadist
nabi tapi hadist tersebut dinilai Dhaif atau lemah, maka cenderung
mereka tinggalkan.
d. Stereotip
dan lain sebagainya mereka jarang hadir dan kalaupun mereka ikut
hadir mereka tidak ikut serta membaca yasin , mereka hanya sekedar
PENUTUP
A. Kesimpulan
NU
tinggal di desa itu jauh lebih baik daripada masyarakat yang tinggal
di kota.
B. Saran-
Saran-saran
tahu, agar tidak adanya lagi sikap mudah curiga dan konflik-konflik
suatu kaum karena boleh jadi kaum yang kamu hina itu lebih baik
dari kamu.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, “komunikasi antar budaya”. (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung). Cet-9, 2005)
Phill Astrid Susanto, Komunikasi dalam teori dan Praktek, (Bandung, Bina Cipta,
1998)cet ke-3,