OLEH:
ADE RAMAYANA
OLEH:
ADE RAMAYANA
E 31108010
Karnay, M.Si, selaku Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan penuh
kesabaran membimbing, menyertai dan mendorong penulis sehingga dapat
menyelesaikan sripsi ini.
2. Segenap Dosen, pegawai dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi dan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.
3. Saudara-saudaraku yang tercinta, Kamaruddin, Daud S.Ip, Handayani,
Tajuddin S.Ip, Mira Natalia S.KM serta kemenakan-kemenakanku
tersayang Rani Eka Pratiwi (Rani), Ade Herdin Aprilia (Herdin), Fadil
Muhammad (Fadil), Rieke Agustien Ramadhani (Rieke) dan Rubi serta
seluruh keluarga yang senantiasa mendukung penulis.
4. Saudara-saudara seperjuanganku Exist 08 yang selalu memberikan
semangat yang tak henti-hentinya, menemani hari-hari penulis serta
memberikan kehangatan dan arti persaudaraan bagi penulis selama
dibangku kuliah. Pengalaman, kenangan, suka duka, susah senang, dan
perjalanan (mulai dari mandi, makan, tidur dan kerasukan bareng) selama
empat tahun ini bersama kalian takkan terlupakan bagi penulis.
5. Sahabat sekaligus saudara tercinta dan tersayang Albertin Vivi, Finthya
Sari Ramadhani, dan Evy Novianti Syam yang telah memberikanku
semangat, masukan, kehangatan persaudaraan dan menerimaku apa adanya
selama empat tahun ini. Semoga ini semua tetap berlanjut sampai maut
memisahkan *spekkk.
6. Kakak-kakak dan adik-adik kosmik yang penulis tidak bisa sebutkan satupersatu.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.
HALAMAN PENGESAHAN...
ii
ABSTRAK .....................
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI..............
vii
DAFTAR TABEL. .
ix
DAFTAR LAMPIRAN. .
BAB 1
PENDAHULUAN..... .
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
BAB III
Pengertian Komunikasi. 20
Pengertian Budaya 22
Komunikasi Antar Budaya. 24
Unsur-unsur Kebudayaan...
27
Komunikasi Verbal dan Nonverbal 28
Prilaku Komunikasi. 35
Peran Komunikasi dalam Mempermudah Akulturasi. 39
Komunikasi dan Akulturasi 40
Potensi Akulturasi.. 44
BAB IV
A.2.
Hasil penelitian 65
B. Pembahasan...
119
132
132
133
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
10
11
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas maka penulis
mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:
a.
b.
C.
Tujuan Penelitian
a.
D.
Kegunaan Penelitian
1.
Secara Teoritis
Sebagai masukan terhadap ilmu komunikasi dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi
budaya.
2.
Secara Praktis
13
antar
Kerangka Konseptual
Pada dasarnya prilaku komunikasi merupakan interaksi dua arah, dimana
menanggapi
pesan
14
15
Bahasa
Sistem ilmu pengetahuan
Organisasi sosial
Sistem peralatan hidup dan teknologi
Sistem mata pencaharian hidup
Religi
Kesenian
16
Gambar 1.1
Budaya A
Budaya B
A&B
17
merupakan hasil peretemuan antara budaya A dan budaya B dimana budaya baru
digambarkan dalam bentuk lingkaran. Penyadian-penyadian balik pesan antara
budaya A dan B dilukiskan oleh panah-panah yang menhubungkan antara dua
budaya. Panah-panah ini menunjukkan pesan komunikasi antar dua budaya yang
berbeda. Selanjutnya anak panah budaya A dan budaya B menuju ke bentuk
lingkaran dimana budaya A dan budaya B bertemu sehingga terjadi proses
akulturasi yang dapat menimbulkan suatu budaya baru pada penduduk lokal atau
budaya transmigran.
Dari model diatas menunjukkan bahwa bisa terdapat banyak ragam
perbedaan dan persamaan budaya dalam komunikasi antar budaya. Komunikasi
antar budaya terjadi dalam bentuk ragam situasi yakni dari interaksi-interaksi
antara orang-orang yang berbeda budaya.
Dalam komunikasi antarbudaya ada beberapa hal penting yang harus
dikembangkan yakni, sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai antara
satu budaya dengan budaya yang lainnya. Untuk mengembangkan sikap saling
mengerti tersebut maka dalam proses akulturasi, seorang individu atau kelompok
sosial harus berusaha mengembangkan persepsi tidak atas dasar persepsi
budayanya namun haruslah memahami bagaimana budaya lain yang sedang
dihadapinya dalam melakukan persepsi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menggambarkan proses
akulturasi yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan penduduk asli sebagai
berikut:
18
Gambar 1.2
Bagan Kerangka Konseptual
Etnis Jawa
Komunikasi antar
budaya
Etnis Muna
Proses
akulturasi
Prilaku
komunikasi
Komunikasi verbal
Komunikasi
Pembauran
F.
Defenisi Operasional
Etnis pendatang jawa adalah orang yang datang dari daerah lain
yang ingin tinggal atau menetap didaerah Kecamatan Kabangka
yang memiliki cirri khas sendiri.
19
budaya.
Proses akulturasi adalah suatu proses yang dilakukan transmigran
untuk menyesuaikan diri yang interaktif dan berkesinambungan
yang berkembang melalui komunikasi dengan penduduk lokal
G.
Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian ini berlangsung mulai dari Maret
20
sampai April 2012 selama dua bulan. Dimana observasi telah dilakukan
oleh peneliti sejak bulan Januari 2012.
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk
menggambarkan
suatu
fenomena
sosial.
Penelitian
ini
akan
21
Menganalisa
data
yang
telah
dikategorikan,
akan
dilakukan
yang
berfokus
23
pada
pemilihan,
penyederhanaan,
penyajian data.
Tahap kedua adalah penyajian data yaitu penyusunan
sekumpulan informasi menjadi pernyataan yang memungkinkan
penarikan kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk teks naratif
yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang
dianalisis dalam bentuk komponen-komponen sebagaimana
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
25
A Pengertian Komunikasi
Di dalam kehidupan sehari-hari khususnya kehidupan pasangan suami istri
yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda, komunikasi memiliki
peran yang sangat penting. Dengan komunikasi ini menentukan apakah hubungan
pasangan ini berjalan secara harmonis atau malah sebaliknya.
Sejak manusia masih dalam kandungan, ia sudah mengadakan komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Komunikasi juga merupakan topik yang amat sering diperbincangkan bukan
hanya dikalangan praktisi komunikasi akan tetapi juga dikalangan orang-orang
awam.
Kata komunikasi sebernarnya berasal dari bahasa Latin communis yang
berarti sama, istilah inilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata
komunikasi. Berkomunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan
sesuatu yang mempunyai arti lalu ditangkap oleh lawan bicaranya dan dimengerti
pesan-pesan itu tercermin melalui prilaku manusia seperti berbicara secara verbal
atau nonverbal, gestura (gerakan isyarat) seperti melambaikan tangan ke orang
lain, menggelengkan kepala, menarik rambut. Semua itu menunjukkan bahwa kita
sedang berkomunikasi.
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu juga
menciptakan kesamaan makna, dengan kata lain mengerti bahasa saja belum tentu
mengerti maksud yang dibawakan oleh bahasa tersebut, proses komunikasi bisa
26
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
27
28
lain
yang
didapat
seseorang
sebagai
anggota
masyarakat.
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak
hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana
komunikasi berlangsung tetapi budaya juga mentukan bagaiman orang menyandi
pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk
mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh
perbendaharaan prilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila
budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula paktek-praktek kumunikasi.
B. Komunikasi Antarbudaya
29
antarbudaya
sendiri
sebenarnya
merupakan
proses
komunikasi yang biasa saja, hanya saja mereka yang terlibat didalamnya
mempunyai latarbelakang budaya yang berbeda, dalam komunikasi yang terjadi
antara dua budaya yang berbeda itu, maka aspek budaya seperti bahasa, isyarat
non verbal, sikap, kepercayaan, watak, nilai dan orientasi pikiran akan lebih
banyak ditemukan sebagai perbedaan yang besar yang seringkali mengakibatkan
terjadinya distori dalam komunikasi. Namun dalam masyarakat yang bagaimana
pun berbeda kebudayaannya tetap saja akan terdapat kepentingan-kepentingan
bersama untuk melakukan komunikasi.
Selama masa perkembangan, komunikasi antarbudaya telah banyak para
ahli yang mencoba untuk mendefenisikan komunikasi antarbudaya ini antara lain:
30
1991:5).
Samovar dan Porter juga menyatakan komunikasi antarbudaya terjadi
diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang
kebudayaannya berbeda. (1976:4).
Saat ini keberadaan komunikasi antarbudaya semakin penting dan vital
Mobilitas
Mobilitas masyarakat tidak pernah berhenti, bahkan karena kemajuan
transportasi, mobilitaspun semakain meningkat. Perjalanan dari suatu
tempat ke tempat lain pun kerap dilakukan, saat ini pula orang
serigkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah
baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluangpeluang eknomis. Hal ini menyebabkan hubungan antarpribadi
Amerika
khususnya
di
bidang
teknologi
yang
tersebut.
Teknologi Komunikasi
Perkembangan teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang
ada kalanya asing masuk ke rumah kita, film-film impor yang
ditayangkan di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan
dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari membaca di
media-media ketegangan rasia, pertentangan agama, diskriminasi seks,
32
berupa tulisan.
System pengetahuan, berupa pengetahuan mengenai sesuatu hal, misalnya
Kesenian berupa seni suara, seni rupa, seni musik, seni tari, seni patung
dan sebagainya.
34
komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau
perasaannya.
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita
lakukan sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita
sadari termasuk ke dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan
sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah
sarana utama untuk menyatakan fikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata-kata yang mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu
kita. Dengan kata lain, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu
menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili
kata-kata itu.
Komunikasi verbal terlihat pada proses seconding-transmisi informasideconding-feedback. Proses econding merupakan langkah awal komunikator
merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu disebarkan
pesan/informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga isi informasi
dimengerti kemudian oleh komunikan direspons berupa jawaban yaitu umpan
balik. Proses komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya umpan-balik
antara komunikator dengan komunikan sangat besar. Sehingga pesan yang
diterima oleh komunikator lebih jelas dan langsung dimengerti.
35
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi dimana pesan tidak
disampaikan dengan kata-kata melainkan menggunakan bahasa tubuh, gerak
isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, penggunaaan objek (pakaian, potongan
rambut, simbol-simbol) serta cara berbicara (intonasi, penekanan, kualitas suara,
gaya emosi dan gaya berbicara).
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan katakata. Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan
verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga
tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita
mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut
bermakna pada orang lain.
Pesan-pesan
nonverbal
sangat
berpengaruh
dalam
komunikasi.
36
interpersonal.
Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
37
artinya
memberikan
informasi
tambahan
yang
38
- Affect Display.
Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan
emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau
senang.
Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting.
Ekman, 1956; Knapp, 1956 (Devito 2011 : 193) mendefenisikan enam fungsi
utama komunikasi nonverbal yaitu:
Untuk menekankan.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk menonjolkan atau menekankan
beberapa bagian dari pesan verbal.
Untuk melengkapi (complement).
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memperkuat warna atau sikap
yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.
Untuk menunjukkan kontradiksi.
39
Untuk mengulangi.
Kita juga dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan
verbal. Milanya mengatakan pernyataan verbal apa benar? dengan
dari satu budaya ke budaya lain seperti juga sistem verbal. Di beberapa negara,
suatu anggukan kepala berarti tidak, di sebagian negara lainnya, anggukan
kepala sekedar menunjukkan bahwa orang mengerti pertanyaan yang diajukan.
Petunjuk-petunjuk nonverbal ini akan lebih rumit lagi bila beberapa budaya
memperlakukan faktor-faktor nonverbal seperti penggunaan waktu dan ruang
secara berbeda. Isyarat-isyarat vokal seperti volume suara digunakan secara
berbeda dalam budaya-budaya yang berbeda, begitu juga dengan ekspresi emosi.
40
41
42
43
disebabkan
kurangnya
percaya
diri,
atau
keraguan
akan
kemampuan sendiri.
Selektivitas, Anita Taylor (Rakhamat, 1996 : 109) menyatakan
konsep diri mempengaruhi kepada pesan, apa kita bersedia
membuka diri, bagaiman kita mempersepsikan pesan itu, dan apa
yang kita ingat.
kekuatan
akulturatif-komunikasi
komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus,
tapi akan bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan
asimilasi yang sempurna.
Jika seorang transmigran ingin mempertinggi kapasitas akulturasinya dan
secara sadar berusaha mempermudah proses akulturasinya, maka ia harus
menyadari pentingnya komunikasi sebagai mekanisme penting untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Dan memiliki suatu kecakapan komunikasi dalam budaya
lokal, kecakapan kognitif, afektif, dan perilaku dalam berhubungan dengan
lingkungan masyarakat lokal.
Karena proses akulturasi adalah suatu proses interaktif mendorong dan
menarik antara seorang transmigran dan lingkungan masyarakat lokal. Maka
transmigran tak akan pernah mendapatkan tujuan akulturatifnya sendirian. Tapi
anggota-anggota masyarakat lokal dapat mempermudah akulturasi transmigran
dengan menerima pelaziman budaya asli transmigran, dengan memberikan situasisituasi komunikasi yang mendukung kepada tranmigran, dan dengan menyediakan
diri secara sabar untuk berkomunikasi antarbudaya dengan transmigran.
Masyarakat lokal dapat lebih aktif membantu akulturasi transmigran dengan
mengadakan program-program latihan komunikasi. Dan nantinya segala program
45
46
47
48
49
masyarakat lokal. Berikut ini potensi akulturasi ditentukan oleh beberap faktorfaktor yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Amalgamasi
Toleransi
Kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
Usia pada saat berimigrasi
Sikap menghargai orang asing dan kebudayaanya.
Perkawinan campuran (amalgamation) merupakan faktor yang paling
menguntungkan bagi kelancaran proses akulturasi. Hal ini terjadi, apabila seorang
warga dari etnis tertentu menikah dengan warga etnis lain, baik itu terjadi antar
etnis minoritas dengan mayoritas ataupun sebaliknya. Keadaan seperti ini dapat
pula terjadi pada masyarakat yang dikunjungi. Proses akulturasi dipermudah
dengan adanya perkawinan campuran dan memerlukan waktu waktu yang cukup
lama. Hal ini disebabkan kerena antara transmigran dengan masyarakat yang
dikunjungi terdapat perbedaan-perbedaan ras dan kebudayaan. Transmigran pada
mulanya tidak menyetujuiperkawinan campuran dan ini memperlambat proses
akulturasi. Seiring berjalannya waktu, transmigran biasanya mempeistri wanitawanita warga masyarakat yang ia kunjungi.
Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang
berbeda dengan kebudayaan sendiri hanya mungkin tercapai dalam suatu
akomodasi. Apabila toleransi tersebut mendorong terjadinya komunikasi, maka
faktor tersebut dapat mempercepat terjadinya akulturasi dan asimilasi.
50
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
52
Sebagai salah satu Kecamatan yang berada di Kab. Muna, Kabangka ini
merupakan Kecamatan yang terbentuk dari pemekaran Kecamatan Kabawo pada
tahun 2003.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kian berkembang dengan pesat, begitu pula daerah-daerah yang ada di negri kita
ini. Masyarakat semakin pandai dalam menerima dan mengelola informasi yang
mereka terima baik itu yang bersifat politik, sosial, budaya maupun dibidang ilmu
pengetahuan lainnya. Walaupun berada di pedesaan, bukan berarti mereka tidak
mengetahui perkembangan yang ada. Begitu pula dengan masyarakat yang ada di
Kecamatan Kabangka pun mengalami pertumbuhan yang pesat terutama dibidang
ekonomi.
Peningkatan dibidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini telah
membawa dampak yang positif bagi perubahan prilaku masyarakat diberbagai
kalangan dan lapisan sosial di desa-desa di Kecamatan Kabangka, khususnya di
desa Sarimulyo dan desa Wakobalu agung. Kedatangan etnis Jawa di Kecamatan
Kabangka ini perlahan-lahan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat
lokal baik itu dari segi material maupun ilmu pengetahuan terutama dibidang
pertanian yang tidak menutup kemungkinan, pada akhirnya nanti penduduk lokal
(etnis Muna) akan kehilangan identitas budayanya.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabangka merupakan sebuah Kecamatan yang terdiri dari 9 desa. Sebagai
unit pemukiman, secara administratif Kecamatan Kabangka ini berada di
53
54
Desa Sarimulyo
Dusun Sidorejo
Dusun Sukowono
Desa Wakobalu Agung ini terdiri dari dua dusun, dimana dusun Pua Jaya,
dan dusun Cendana Juru merupakan dusun yang mayoritas penduduknya
merupakan masyarakat lokal (etnis Muna). Sedangkan di desa Sarimulyo yang
terdiri dari dua dusun yakni dusun Sidorejo dan dusun Sukowono yang dihuni
oleh kedua etnis (etnis Jawa dan etnis Muna), dimana masyarakatnya sudah
saling berbaur dan hidup bersama dalam satu lokasi yang sama. Desa Wakobalu
Agung dan desa Sarimulyo ini merupakan 2 desa dari 9 desa yang mayoritas
dihuni oleh etnis Jawa yang tinggal dan menetap yakni berasal dari Jember, Jawa
Timur tetapi ada juga yang berasal dari, Trenggalek, Madura, dan Kalaten.
2. Keadaan Demografi Kecamatan Kabangka
Penduduk merupakan faktor yang sangat penting, artinya dalam kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Faktor penduduk menempati
55
posisi yang paling utama karena kegiatan pembangunan ini merupakan suatu
usaha yang bersumber dan dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan, baik itu
yang sifatnya sebagai subjek maupun sebagai objek dari pembangunan. Dengan
kata lain berhasil tidaknya pembangunan pada suatu daerah terletak pada sampai
sejauh mana partisipasi masyarakatnya.
Data penduduk di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo sesuai
laporan pendataan penduduk menurut jenis kelamin dan tingkat umur dapat dilihat
pada table dibawah ini yaitu:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Dan Jenis Kelamin
Di Desa Sarimulyo dan Desa Wakobalu Agung
A. Jumlah Penduduk di Desa Wakobalu Agung
Jenis Kelamin (Orang)
Laki laki
Perempuan
a.
b.
c.
d.
1.
0 12 bln
2
3
2.
13 bln 4 tahun
50
52
3.
5 6 tahun
26
30
4.
7 12 tahun
90
90
5.
13 15 tahun
60
43
6.
16 18 tahun
54
46
7.
19 25 tahun
127
121
8.
26 35 tahun
160
149
9.
36 45 tahun
129
114
10.
46 50 tahun
68
57
11.
51 60 tahun
57
67
12.
61 75 tahun
58
41
13.
Lebih dari 76 tahun
7
11
Jumlah
888
824
Sumber: Papan Informasi Desa Wakobalu Agung
No.
Golongan Umur
56
Jumlah
(Org )
e.
5
102
56
180
103
100
248
309
243
125
124
99
18
1712
57
Umur
Pria
0 4 tahun
159
5 14 tahun
162
15 24 tahun
186
25 54 tahun
172
55 tahun keatas
168
Jumlah
847
Sumber: Papan Informasi Desa Sarimulyo
Wanita
135
134
146
126
128
669
Jumalah
294
296
332
298
296
1.516
58
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persen
.
1.
Tidak sekolah
190
11,1 %
2.
Tidak Tamat
294
17,17%
3.
SD
454
26, 51%
4.
SLTP
269
15,71%
5.
SLTA
425
24,87%
6.
Perguruan tinggi
80
4,67%
Jumlah
1712
100%
Sumber : Papan Informasi Desa Wakobalu Agung
59
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah
Jumlah
415
150
425
255
230
41
Tidak Tamat
SD
SLTP
Persen
27, 3 %
9,9 %
28,0 %
16, 8 %
15, 2 %
2,7 %
SLTA
Perguruan tinggi
Jumlah
1.516
100%
Sumber : Papan Informasi desa Sarimulyo
Dari daftar tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD
yang terbanyak yakni berjumlah 425 jiwa atau sekitar 28,0 persen,
kemudian menyusul Tidak Sekolah berjumlah 415 jiwa atau 27,3 persen
lalu SLTP dengan 255 jiwa atau 16,8 persen, SLTA berjumlah 230 jiwa
atau 15,2 persen menyusul Tidak tamat berjumla 150 jiwa atau 9,9 persen
dan terakhir Perguruan Tinggi berjumlah 41 jiwa atau 2,7 persen.
Dengan melihat angka-angka dari tabel diatas menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sarimulyo masih sangat minim,
dimana sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk tidak bersekolah
karena mereka lebih memilih untuk mengolah lahan pertanian untuk
menghidupi keluarganya. Minimnya pengetahuan tetang pendidikanlah
yang menyebabkan sehingga mereka lebih memilih untuk tidak
bersekolah.
3. Potensi Ekonomi
60
Daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki struktur tanah yang
subur, dimana kekayaan yang dimiliki oleh daerah ini baik yang sudah diolah
maupun yang belum diolah yang merupakan kebutuhan bagi penduduk baik
dimasa sekarang dan dimasa akan datang.
Peranan potensi sangat menentukan tingkat pendapatan dan tingkat
kesejahteraan suatu daerah bila digarap seoptimal mungkin sesuai dengan
kebutuhan, tetapi pengolahan tersebut ditentukan juga oleh tingkat pengetahuan
suatu daerah serta partisipasi masyarakat yang sangat mendukung. Perlu pula
diketahui bahwa dalam pengolahan alam ini harus memperhatikan alam
disekitarnya atau dengan kata lain pembangunan yang berwawasan lingkungan,
agar pembangunan tersebut tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan
dampak yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu, kerjasama pemerintah
setempat dengan masyarakat sangat diperlukan untuk membangun daerah di
Kecamatan Kabangka ini.
Tabel 4.4
Jenis Tanaman Komoditi di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo
Tahun 2012
No
Desa Sarimulyo
.
1.
Coklat
Coklat/kakao
2.
Jeruk
Jeruk
3.
Pepaya
Pisang
4.
Pisang
Sayur-sayuran
5.
Sayur-sayuran
Tanaman pangan dan Holtikultura.
Sumber: Papan Potensi Desa Wakobalu Agung
dan Desa Sarimulyo
61
Tabel 4.5
Jumlah Mata Pencaharian
Di Desa Sarimulyo dan Desa Wakobalu Agung
a. Mata Pencaharian di Desa Wakobalu Agung
No.
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Petani/perkbunan
880
2.
Pedagang/industry kecil
382
3.
Pegawai
59
62
4.
Jumlah
Sumber: Kantor Desa Wakobalu Agung
70
1391
Mata Pencaharian
Jumlah
Petani
1.039
Pedagang
54
Pegawai
12
Tukang (batu & kayu)
16
Jumlah
1.121
Sumber: Kantor Desa Sarimulyo
Persen
92,7 %
4,8 %
1,1 %
1,4 %
100 %
63
1. Lembaga pemerintahan yang tediri atas satu kantor camat, satu kantor
polisi, dan 9 kantor desa.
2. Lembaga desa, yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD).
3. Organisasi kepemudaan yakni Karangtaruna yang berada dimasingmasing desa.
4.
Lembaga Kesehatan yang meliputi, PUSKESMAS, PUSTU
(Puskesmas pembantu), dan POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu).
5. Lembaga Pendidikan , yang terdiri dari 2 taman Kanak-Kanak (TK),
15 buah Sekolah Dasar (SD), 2 buah SLTP, 1 Tsanawyah serta 1 SLTA.
6. Lembaga Agama berupa satu buah Kantor Urusan Agama (KUA).
7. Lembaga Ekonomi berupa satu buah Pasar, 2 Usaha Dagang Kakao
jelata), diikuti oleh kelas budak dan keturunan merka. Masing-masing kelas
memiliki hak-hak istimewa tertentu, perhiasan, pakaian, dan lagu.
Dalam prosesi penikahan, bila pasangan muda-mudi Muna bertunangan,
keluarga pengantin membayar kepada keluarga Si gadis. Pembayaran tambahan
juga dilakukan pada saat pesta pernikahan. Nilai mahar tergantung pada tingkatan
sosial dari pengantin. Sebelum perkawinan, Si pemuda juga diharuskan bekerja
untuk jangka waktu tertentu pada calon mertuanya. Kebiasaan seperti ini
memperkuat tingkatan pertunangan yang lebih tinggi. Dahulu, para budak dan
turunan mereka tidak diperbolehkan menikah satu sama lain, meskipun mereka
bisa hidup bersama. Poligami (memiliki istri lebih dari satu) umum terjadi antar
bangsawan, tetapi sekarang tidak lagi dipraktekan.
Etnis Muna pada prakteknya merupakan Muslim Sunni, meskipun
kepercayan tradisonal masih amat penting, terutama kepercayaan akan roh jahat.
Animisme (kepercayaan akan benda-benda non-manusia memiliki roh) dianut
oleh suku-suku yang tinggal di daerah terpencil.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dan dijamin kualitasnya, maka
sebelum menentukan subyek/informan penelitian akan dilakukan overview atau
penjajakan
terhadap
anggota
masyarakat
yang
dianggap
representative
66
istri yang melakukan perkawinan antar etnis (etnis Jawa dan etnis Muna) yang
bertempat tinggal di Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo di Kecamatan
Kabangka dengan perincian sebagai berikut:
A.1
Profil Informan
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap 5 (lima)
pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda etnis yakni pernikahan
antara etnis Jawa dan tnis Muna yang berada di desa Wakobalu Agung dan desa
Sarimulyo Kecamatan Kabangka, Kabupaten Muna. Berikut data kelima pasangan
informan tersebut:
Pasangan Informan Pertama
Nama
Pekerjaan
Usia Penikahan
: 4 Tahun
Agama
: Islam
Suku
Pendidikan
: Strata 1
Tempat tinggal
Pekerjaan
67
Pendidikan
Usia Penikahan
: 7 Tahun
Agama
: Islam
Suku
Tempat Tinggal
Pekerjaan
Pendidikan
Usia Penikahan
: 14 Tahun
Agama
: Islam
Suku
Tempat Tinggal
Pekerjaan
Pendidikan
Usia Penikahan
: 8 Tahun
Agama
: Islam
Suku
Tempat Tinggal
(30)
68
Pekerjaan
Pendidikan
Usia Penikahan
: 10 Tahun
Agama
: Islam
Suku
Tempat Tinggal
: Desa Sarimulyo
A.2
Hasil Penelitian
Berikut ini hasil wawancara penulis mengenai hubungannya pasangan
Suami istri yang memiliki perkawinan beda suku dengan masyarakat yang ada di
Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo.
1. Prilaku komunikasi dalam akulturasi antar etnis pendatang Jawa dan
etnis Muna di Kecamatan Kabangka.
Hasil wawancara:
Pasangan Informan Pertama
Informan A
Informan pertama, penulis melakukan wawancara kepada Bapak Amrin
Badi Sp.t selaku kepala Desa Wakobalu Agung, yang baru 8 bulan menjabat
sebagai kepala Desa Wakobalu Agung atau yang sering disebut SPA. Pak Amrin
adalah penduduk asli Muna yang tinggal di Kec. Kabangka merupakan seorang
alumni Unhas jurusan peternakan yang meraih gelar sarjananya pada tahun 2003.
69
70
rata masyarakat disini memiliki TV. Bahasa yang saya gunakan ketika
berkomunikasi biasanya mamakai bahasa Muna, bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia tergantung dengan siapa saya berbicara begitu pula
masyarakat yang ada di desa Wakobalu Agung ini.
Kepala desa Wakobalu Agung, ketika berkomunikasi bersama dengan suku
Jawa menggunkan bahasa Jawa walaupun kadang tidak terlalu fasih, itupun jika
dia berkomunikasi dengan orang Jawa yang bahasa Indonesianya kurang Lancar.
Jika berkomunikasi dengan penduduk lokal tentunya menggunakan bahasa sendiri
dan juga bahasa Indonesia tergantung dengan situasi dan kondisi dimana kita
berada. Selama ini hubungan komunikasi dengan suku Jawa berlangsung efektif
tidak ada hambatan. Semuanya sesuai dengan yang di inginkan baik yang sifatnya
individu atau kelompok.
Pendatang yang mayoritas di desa Wakobalu Agung berasal dari suku
Jawa, memiliki kebudayaan yang berbeda dengan penduduk setempat. Walaupun
berbeda, tidak ada budaya yang menonjol dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Mata pencaharian penduduk lokal sebgaian besar disektor pertanian, peternakan
dan juga pedagang. Sebagai etnis pendatang, suku Jawa memiliki beberapa
kesamaan seperti terlihat pada pembukaan lahan baru saat berkebun. Sama halnya
dengan etnis Muna, mereka juga melakukan ritual-ritual tertentu sebelum
membuka lahan baru dengan mengadakan ka ago-ago yang dalam istilah suku
Muna yang berarti meminta izin kepada roh-roh halus yang menempati tempat
tersebut. selain itu fungsi ka ago-ago ini juga untuk mengusir roh-roh jahat yang
menghunu tempat tersebut. Ritual ini dipimpin oleh seseorang yang mempunya
keahlian khusus (paranormal) atau orang tua yang dituakan dan dianggap mampu
dalam menjalankan ritual ini.
71
Namun seiring berjalannya waktu ritual ini dari tahun ketahun sudah
jarang dilakukan oleh penduduk lokal karena mungkin acara ritual tradisional
seperti ini sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan jaman sekarang sehingga
sudah jarang betul dilakukan. Tetapi ritual ini tidak pula ditinggalkan karena
masih ada beberapa yang masih mempercayainya.
Menyangkut kerja sama di desa Wakobalu Agung sudah merupakan suatu
kewajiban untuk saling membantu apalagi menyangkut kepentingan umum,
seperti kerja bakti pembersihan lingkungan, mendirikan panggung hiburan setiap
17 Agustus, pembersihan lapangan bola pada saat kegiatan sepak bola antar
kecamatan diadakan, pada saat kerja bakti, pembuatan WC umum dan sumbangan
mesjid mereka dengan suka rela membantu baik berupa moril atau materil. Kerja
sama juga bisa dilakukan bila ada yang mau menikah, penduduk setempat
membantu mendirikan tenda dan membuat baruga atau ada yang meninggal
mereka membantu menggali kuburan. Jelasnya, pendatang suku Jawa di
Wakobalu Agung mengerti dan berkorban untuk membangun desa Wakobalu
Agung dan Kec. Kabangka. Kerja sama ini dilakukan semata-mata merupakan
wujud dari adanya rasa kebersamaan dan kegotong-royongan.
Sebelum kepala desa Wakobalu Agung menjabat, pernah terjadi
perkelahian antar kelompok anak muda. Perkelahian ini terjadi karena adanya
provokasi dari luar yang sengaja ingin membuat keributan di Kec. Kabangka.
Masalah ini ditangani langsung oleh kapolsek dan tokoh masyarakat. Di desa
Wakobalu Agung dari dahulu sampai sekarang hubungan antar sesama masyarakat
berjalan dengan aman dan damai, tidak pernah terjadi konflik antar suku Jawa dan
72
penduduk lokal. Secara pribadi kepala desa Wakobalu Agung tidak pernah punya
masalah dengan suku Jawa karena suku Jawa yang ada di desa Wakobalu Agung
menghargai kita sebagai penduduk lokal dengan sendirinya tercipta suasana
kekeluargaan. Suku Jawa terkenal dengan streotip yang sifatnya lemah lembut,
sopan dan halus sehingga mereka mengutamakan keharmonisan dan tepa selira
(tenggangrasa). Sedamgka suku Muna terkenal dengan dialeknya yang agak keras,
dan jika orang luar yang mendengarnya kasar namun sebenarnya tidak demikian,
cuma cara bicaranya penuh dengan tekanan-tekanan, tetapi sebenarnya tidak
kasar.
Keberadaan etnis pendatang Jawa di desa Wakobalu Agung diterima
secara baik tanpa ada masalah, system yang kita gunakan di desa Wakobalu
Agung bersifat keterbukaan. Dengan kedatangan suku Jawa dengan sendirinya
bisa betukar pikiran, saling bekerja sama seperti sekarang ini penduduk lokal
banyak yang meniru tata cara pengolahan lahan pertanian yang modern dan tata
cara perdagangan yang lebih baik. Dengan demikian, masyarakat dapat menata
kehidupan yang lebih baik sekarang dan yang akan datang.
Menurut kepala desa Wakobalu Agung, pada prinsipnya suatu daerah tidak
akan berkembang apabila daerah tersebut hanya di tempati oleh satu suku yang
tinggal di suatu daerah maka pembangunan dan sumber daya manusianya yang
lambat berkembang sebagai akibat kurangnya interaksi dengan orang luar atau
kurangnya budaya baru yang masuk didaerah tersebut. Bagi pendatang Jawa, pak
desa Wakobalu Agung secara pribadi bisa dikatakan sudah sperti saudara sendiri,
73
74
75
menghargai, bertenggang rasa dan saling bertoleransi sehingga budaya masingmasing tetap terjaga kelestraiannya.
Kerjasama yang sering dilakukan di desa Wakobalu Agung dengan
penduduk lokal biasanya dalam bidang social, seperti arisan bersama ibu-ibu
setempat, mengadakan pengajian dimesjid dengan membentuk majelis talim,
mengadakan pelatihan pembuatan kue dan sebagainya. Dengan senag hati,
penduduk lokal turut berpartisipasi menyumbangkan moril dan materil begitupula
dengan pendatang Jawa, bekerja bersama-sama membangun desa Wakobalu
Agung.
Dalam bidang ekonomi penduduk lokal bekerja sama dalam pengolahan
lahan pertanian dan perdagangan. Kerjasama ini tidak lain dimaksudkan untuk
mempererat hubungan baik selain itu dapat saling bertukar pengalaman, juga
sebagai tanggung jawab sosial masyarakat.
Di desa Wakobalu Agung pernah terjadi dua kali perkelahian anak muda,
perkelahian ini dipicu oleh adanya sekelompok anak muda dari daerah lain yang
sengaja ingin membuat keonaran di Kec. Kabangka. Waktu itu dua kelompok
anak muda saling menyerang dan langsung ditangani pihak kepolisian dan anak
muda yang memprovokasi langsung dipenjarakan. Setiap ada masalah di usahakan
dengan cara musyawarah dan mufakat kecuali tindakan pidana itu harus ditangani
pihak kepolisian, tindak pidana di desa Wakobalu Agung jarang sekali terjadi.
Antara penduduk lokal dan suku Jawa tidak ada masalah semua bisa diataur
konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik.
76
Ibu desa Wakobalu Agung menilai penduduk lokal berpikiran positif tidak
mempermasalahkan setiap orang yang datang dan cepat beradaptasi dengan orang
dari luar sehingga orang-orang yang datang tidak mangalami hambatan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi.
Hubungan saya dengan penduduk lokal sangat dekat, bisa dikatakan
hubungan saudara terutama dengan para tetangga dan warga-warga
disini, begitupula dengan hubungan sosial dimasyarakat.
Ibu desa merasa bersyukur mendapat tempat dihati penduduk lokal, atas
dukungan penduduk lokal sehingga bisa mempercayai suaminya
menjadi
77
78
79
setempat. Kebetulan juga istri saya orang Muna asli, bagi saya
perkawinan beda suku tidak menjadi masalah karena dalam keluarga
tidak melihat apakah dia penduduk lokal atau bukan. Yang terpenting
dalam hal ini adalah kita saling mencintai, menghargai dan hidup
bahagia.
Jadi boleh dikatakan bahwa saya sudah merupakan bagian dari orang
Muna. Kedekatan psikologis sudah jelas karena saya pribadi menikah
dengan penduduk asli, begitu juga hubungan sosial dimasyarakat, saya
pikir tidak ada masalah karena kami saling mengenal satu sama lain.
Informan B
Informan keempat, bernama Masriah, seorang ibu rumah tangga, yang
tinggal di dusun Pua Jaya, desa Wakobalu Agung. Ibu Masriah merupakan
penduduk lokal yang peristri oleh bapak Bambang. Selain menjadi ibu rumah
tangga, ia juga membantu suaminya dalam berdangang untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Bertetangga dengan etnis Jawa, hubungan
dengan tetangga rukun-rukun saja. Setiap harinya Ibu Masriah berinteraksi dan
berkomunikasi mengenai kehidupan sehari-hari misalnya sebagai seorang
pedagang, Ibu Masriah sering membahas mengenai kenaikan harga barang di
pasar, membicarakan cerita sinetron, resep kue dan masakan dengan tetangganya.
Saya biasa juga berkomunikasi diluar rumah, kalau saya keluar atau
diacara pesta yang diadakan suku Jawa, ketika ada kematian, arisan
sesama istri-istri guru SMA I Kabangka dan di pasar .
Ibu
Masriah
secara
pribadi
tidak
mengalami
hambatan
dalam
berkomunikasi, selain ia seorang penduduk lokal yang fasih berbahasa Muna dan
80
bahasa Indonesia, beliau juga sering berinteraksi dengan etnis Jawa, sehingga
tidak menyulitkannya dalam berkomunikasi dengan warga pendatang. Bahasa
yang sering digunakan, bahasa Indonesia karena Ibu Masriah seorang pedagang
yang sering melayani pembeli baik itu dari masyarakat pendatang maupun
penduduk setempat dan kadang juga sekali-kali bahasa bahasa Muna tergantung
kepada siapa ia berbicara.
Berbicara memngenai budaya, antara etnis Muna dan etnis Jawa agak
jauh berbeda baik itu dari bahasa maupun pada tata cara pernikahan.
Tetapi dalam prosesi perkawinan ada sedikit kesamaan yakni pada acara
pingitan. Itupun budaya etnis Muna memiliki beberapa kerumitan pada
saat dipingit. Pingitan yang dilakukan oleh masyarakat Muna yakni, calon
pengantin yang akan dipingit dimasukan kedalam suatu ruang yang gelap
dan kosong serta tidak boleh ada cahaya sedikitpun, dimana di dalam
ruangan tersebut ditutupi oleh beberapa lapis kain sehingga cahaya
sekecil apapun itu tidak masuk kedalam ruamgan tersebut. Di dalam
ruangan tersebut hanya terdapat calon pengantin dan Pomantoto.
Pomantoto ini merupakan seorang nenek yakni tokoh adat yang akan
memandu jalannya prosesi berlangsung sampai selesai. Calon pengantin
yang sedang dipingit, tidak boleh keluar dari ruangan tersebut selama
empat hari empat malam, hanya memakai sehelai sarung berwarna putih
dan tidak mengenakan pakaian dalam, tidak boleh bersuara dan
berbincang dengan orang lain, pada saat tidur tidak mengenakan bantal
sebagai pengganti bantal calon pengantin akan tidur diatas pucuk pohon
pinang, tidak boleh buang air besar dan hanya diberi makan ketupat dan
telur rebus, itupun cuma setengahnya saja. Sedang budaya pingitan pada
etnis Jawa yakni calon pengantin hanya tidak diperbolehkan keluar
rumah dan bertemu dengan calon pengantin sampai pada acara Ijab
Qabul dilaksanakan.
Masyarakat pendatang juga sekarang cenderung menggunakan budaya
Muna pada acara pernikahan. Bila ada penduduk lokal yang menikah dengan suku
Jawa, adat yang dipakai itu biasanya mengikuti adat suku Muna, namun tidak
jarang mereka memadukan kedua budaya tergantung kesepakatan kedua belah
81
ibu-ibu, mereka
arisan Dharma Wanita dan arisan pengajian al-hidayah. Kerja sama dengan suku
Jawa tidak ada masalah semuanya berjalan dengan baik, mengenai puas tidaknya
itu semua dikembalikan kepada masing-masing individu. Orang yang yang dapat
menilai, tetapi Ibu Masriah pribadi tidak ada masalah. Kerjasama yang
dimaksudkan agar lebih mempererat rasa persaudaraan dengan etnis Jawa agar
tidak terjadi yang namanya kecemburuan atau yang lainnya.
Ibu Masriah selama bertetangga denga etnis Jawa tidak prnah terlihat
cekcok mulut atau kesalahpahaman yang membuat hubungannya renggang,
semuanya berjalan dengan baik hanya perbedaan pendapat yang biasa terjadi antar
ibu masriah dengan suku Jawa. Namun semua bisa diselesaikan dengan baik-baik,
diatur dan dibicarakan secara kekeluargaan, sehingga tidak membuat hubungan
mereka renggang tetapi kembali tetap seperti biasa.
Keberadaan etnis Jawa di desa Wakobalu Agung ini merupakan salah satu
faktor yang sangat mengutungkan, karena etnis Jawa rata-rata ahli dalam hal
perkebunan dan dapat dipercaya karena apa yang kita inginkan betul-betul
dikerjakan dengan baik dan hasilnya tergantung dari kesepakatan bersama.
82
83
warga setempat sampai pada saat dia menikahi seorang gadis Muna dan akhirnya
merekapun memilih untuk tinggal terpisah dengan warga yang sudah dianggapnya
sebagai orang tua angkatnya. Pak Harjo menikahi gadis Muna tersebut ketika
gadis ini tamat di bangku SLTA.
Di dusun Siderejo pak Harjo dan istrinya tinggal, tidak memiliki kesulitan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan para warga setempat. Hubungan
dengan beberapa etnis Muna yang tinggal dilingkungannya sangat akrab.
sebagai seorang polisi, saya harus pandai-pandai menempat diri dalam
masyakat, karena saya harus bisa memberikan contoh yang baik sehingga
saya dan kawan-kawan saya sesama anggota kepolisian dapat
menciptakan suasana yang aman, tentram dan terjaga diKec. Kabangka
ini.
Sebagai penduduk pendatang, pak Harjo merasa tetangga-tetangganya
sudah seperti saudara sendiri, terutama dengan orang-orang tua disekitar
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam berkomunikasi umumnya membicarakan
maslah-masalah yang disiarkan di TV dan radio, tentang keamanan,
membicarakan masalah yang terjadi disekitar Kec. Kabangka terutama dalam hal
bagaimana eksistensi Kabangka kedepan, serta lebih banyak membahas kehidupan
sehari-hari. Komunikasi dengan suku Muna terjadi disekitar rumah, dimesjid
setiap selesai sholat berjamaah, di acara pesta, dikantor ketika ada beberapa warga
yang mengalami masalah dan dijalan ketika bertemu dengan suku Jawa saling
menyapa sekedar menanyakan kabar.
Dalam menangani kasus, saya jarang mendapatkan kasus-kasus tentang
perkelahian antara etnis Jawa dan etnis Muna atapun etnis lainnya yang
ada di Kec. Kabangka ini. Justru malah sering saya mendapatkan kasus
perkelahian sesame orang Muna sendiri, kasus pencurian dan
sebagainya. Kalaupun ada kasus perkelahian antar kedua etnis ini, paling
84
85
tanpa ada yang merasa dirugikan. Secara pribadi pak Harjo tidak pernah berselisih
paham dengan suku Muna.
Kedatangan etnis Jawa sangat diterima dengan baik sepanjang tidak
melakukan hal-hal yang
lokal
dalam
meningkatkan
pendapatan
perkapitanya
dan
86
Ibu Handayani adalah seorang penduduk asli etnis Muna yang tinggal di
dusun Siderejo yang menikah dengan seorang warga pendatang. Sekarang mereka
sudah memiliki dua orang anak yang pertama kini sudah berusia 13 tahun dan
anak mereka yang kedua berusia 3 tahun.
Hanya ada beberapa penduduk lokal di sekitar rumah yang mereka tempati
saat ini karena dusun sidorejo bisa dikatakan hampir semuanya penduduk
pendatang. Sebagai penduduk lokal Komunikasinya dengan warga-warga
setempat sangat harmonis dan terjalin dengan baik, sehingga banyak penduduk
pendatang yang sering berkunjung ke rumah mereka beitupun sebaliknya.
Ibu Handayani sering berkomunikasi dengan etnis Jawa di rumah maupun
diluar atau bila ada etnis Jawa yang datang berbelanja dirukonya, dipasar, maupun
di jalanan dan ditempat lain bila bertemu dengan etnis Jawa. Komunikasi dengan
etnis tidak dapat dihindari.
Kemana saja kita pergi pasti bertemu dengan etnis Jawa karena populasi
etnis Jawa di desa ini lebih banyak jika dibandingkan dengan populasi
penduduk etnis Muna. Hubungan interaksi dan komunikasi terjadi setiap
harinya disekitar tempat tinggal sesama tetangga, dipasar yakni
komunikasi antara saya sebagai penjual sembako dan pembeli, diacara
pesta perkawinan, di acara syukuran jika diundang, diacara arisan
sesama ibu bayangkara, majelis talim.
Hal-hal biasa diperbincangkan oleh Ibu Handayani yakni masalah
kenaikan harga-harga sembako, biasa juga bergosip, kadang-kadang mengenai
sinetron yang lagi ngerten, mengenai artis yang sering muncul di Televisi dan
lain-lain. Sehari-hari Ibu Handayani berkomunikasi dengan penduduk pendatang
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa daerah Muna kadang juga digunakan
dalam keadaan tertentu jika ia berkomunikasi dengan para orang tua dan anak-
87
anaknya. Walaupun mereka pasangan berbeda etnis, tetapi Ibu Handayani tetap
mengajarkan bahasa daerah Muna kepada anak-anaknya, karena Ibu Handayani
tidak mau kelak anaknya tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri.
Sebagaimana layaknya hidup dimasyarakat, sudah pasti terjadi yang
namanya interaksi dan komunikasi untuk lebih saling mengenal lebih jauh dan
saling bertukar pikiran.
Mengenai adat istiadat, sepengetahuan saya penduduk lokal memiliki
budaya yang berbeda dengan etnis jawa seperti pada acara perkawinan,
sekarang ini masyarakat pendatang lebih banyak menyesuaikan dengan
penduduk lokal. Seperti pada perkawinan saya, suami saya yang lebih
banyak menyesuaikan.
Kerjasama yang yang sering dilakukan oleh Ibu Handayani dengan
penduduk pendatang lebih banyak dalam bidang perdagangan yakni dengan saling
bertukar pengalaman bagaimana cara meningkatkan pelanggan, cara berbisnis
yang menguntungkan dan tentunya sebagai pedagang hubungan kerjasama penjual
dan pembeli. Apabila Ibu Handayani mengadakan acara, para tetangga disekitar
tempat tinggalnya turut membantu seperti mengedarkan undangan, membantu
membuat masakan, ikut dalam arisan Ibu Bayangkari dan arisan pengajian yang
diadakan setiap bulannya secara.
Hubungan kerjasama dengan penduduk pendatang sampai saat ini tidak
pernah mengecewakan semuanya berjalan dengan harmonis dan secara
kekeluagaan. Kerjasama yang kami jalin bukan semata-mata hanya ingin
menghasil uang, tetapi dengan adanya arisan-arisan dan penjagajian
kami juga dapat mempererat tali silahturahmi dan hubungan kekerabatan
diantara kami. Intinya, setiap ada acara atau kegiatan kami saling
melibatkan satu sama lain karena kami sudah merupakan satu rumpun
keluarga besar kec. Kabangka khususnya di desa Desa Sarimulyo ini.
Selama Ibu Handayani tinggal di dusun Sidorejo ini sangat jarang terjadi
kesalahpahaman baik itu dalam kehidupan sehari-hari ataupun kerjasama karena
88
mereka sudah menganggap penduduk pendatang itu adalah bagaian dari keluarga
mereka sendiri. Ibu Handayani juga menganggap penduduk bukan lagi sebagai
pendatang.
Saya merasa senang bila ada orang luar yang datang atau berkunjung
didaerah kami. Ini memandakan bahwa kampung saya dikenal dan
disukai oleh orang lain khusunya di desa Sarimulyo. Bagi kami penduduk
lokal, tidak ada masalah dengan keberadaan etnis Jawa di desa ini, kita
senang dengan keberagaman yang ada dan hidup didalam suasana
kekeluargaan karena mereka tidak pernah melakukan hal-hal yang bisa
membuat kami sebagai penduduk lokal merasa terganggu atau
sebagainya. Mereka datang secara resmi dan sudah memiliki KTP
setempat, bahkan keberadaan mereka dapat membantu penduduk lokal
dalam sektor pertanian dan perikanan demi pembangunan di Kec.
Kabangka Secara emosional hubungan kami selalu dalam suasana
kekeluargaan baik individu dan sosial dimasyarakat.
Pasangan informan ke Empat
Informan A
Informan ketujuh, bapak Agus Sunarioto, suku Jawa tepatnya Jember Jawa
Timur, yang berprofesi ganda yakni sebagai petani juga sebagai staf pengajar
disekoalah swasta Madrasah sanawiah Kec. Kabangka. Pak Agus ini tinggal
didusun Sukuwono Desa Sarimulyo, sekitar 10 tahun yang lalu. Pertama beliau
menginjakkan kaki di Kecamatan Kabangka, karena pada saat itu di banyak
orang-orang Jember yang hijrah dan berhasil di Desa ini.
Dengan alasan ini, saya pun datang mencari kerja, hingga akhirnya bisa
diterima menjadi pegawai negri sipil dan mengajar mengajar di sebuah
sekolah Madrasah Aliah. Berhubung saya tinggalnya di Sulawesi, jadi
yang jaraknya sangat jauh dengan kampong saya, untuk pulang
kekampung halaman saya hanya menunggu waktu libur atau pada saat
lebaran.
89
Selain menjadi guru, pak Agus juga memiliki perkebunan coklat untuk
menambah penghasilan. Kebun ini dikelola bersama istrinya. Di Desa Sarimulyo
ini masih banyak lahan produktif yang belum diolah, jadi lahan tersebut dapat
dapat diolah atas seizin pemerintah setempat dan penduduk lokal selaku tuan
rumah.
Saya tinggal di tengah-tengah penduduk lokal juga etnis Jawa lainnya
yang bertransmigrasi diDesa ini. Sesama penduduk lokal saya beserta
istri cukup akrab dengan tetangga disekitar tempat tinggal serta warga
yang lainnya.
Sehari-hari Pak Agus berinteraksi dan berkomunikasi berlangsung setiap
harinya diluar rumah dan biasanya ada yang datang bertamu di rumah bila perlu
sesuatu misalnya meminta tolong membawakan ceramah dimasjid atau acara
malam tasiah bila ada yang meninggal. Dimana saja kalau bertemu pasti kita
saling menegur, kadang membicarakan masalah pekerjaan kebun. Setiap harinya
mengajar disekolah yang merupakan salah satu tempat yang biasanya pak Agus
berkomunikasi dengan penduduk lokal. Masalah politik jarang dibicarakan di sini
kita cuma membicarakan masalah kehidupan yang sesuai dengan apa yang kita
sama-sama kerjakan seperti masalah ekonomi, sosial dan budaya.
Saya tidak ada masalah dengan bahasa yang digunakan kalau
berkomunikasi dengan penduduk lokal, saya bisa menggunakan bahasa
Jawa atau bahasa Indonesia, kadang kalau saya di rumah sekali-kali
berbahasa Muna dengan keluarga, saya sudah bisa sedikit demi sedikit
berbahasa Muna dan tahu artinya. Bahasa Muna sulit dipelajari dengan
cepat karena penduduk lokal banyak yang tidak berbahasa Muna, disini
kita kebanyakan mendengar orang berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia
sehingga sulit dibedakan mana penduduk lokal dan mana yang bukan
penduduk lokal. Inilah salah satu daerah yang mempunyai kelebihan
tersendiri karena biar orang tuanya juga bisa berbahasa Indonesia
sehingga orang dari luar tidak repot berinteraksi dengan penduduk
lokal.
90
mengajari tata cara bertani dengan, maka ia dengan senag hati membantunya.
Namun bentuk kerjasama dengan penduduk lokal hampir dibidang lainnya
juga ia lakukan, seperti dibidang ekonomi, pak Agus sebagai anggota koperasi
KOPPAK (Koperasi Pedagang Pasar Kambawuna).
Adapun kerjasama dalam bidang politik nanti pada saat menjelang
pemilihan umum. Mungkin selama ini penduduk lokal merasa apa yang saya
kerjakan ada baiknya sehingga kalau ada kegiatan yang dilakukan pasti saya
dilibatkan.
Secara pribadi pak Agus tidak pernah terjadi keslahpahaman apalagi
terkait dengan penduduk lokal. Kadang kala terjadi selisih pendapat yang
91
92
bercocok tanam dan tentunya sebagai pedagang, Ibu Sumiati memiliki hubungan
kerjasama penjual dan pembeli. Apabila ibu Sumiati mengadakan pesta para
tetangga turut membantu seperti mengedarkan undangan.
Hubungan kerjasama saya dengan penduduk pendatang Jawa
Alhamdulillah sampai sekarang ini tidak pernah mengecewakan
semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Dengan badanya kerjasama
tersebut kami juga dapat mempererat tali silahturahmi diantara kita.
Sebagai penduduk lokal tentunya saya selalu bekerjasama dan saling
membantu baik itu sesame penduduk lokal ataupun dengan etnis
pendatang Jawa.
Sejauh ini Ibu Sumiati tidak pernah terjadi kesalahpahaman
dengan
Pak Purwanto datang dan tinggal di Desa Sarimulyo dengan maksud untuk
mengadu nasib dan mencari rezeki di Desa Sarimulyo ini untuk memperbaiki
kehidupannya. Pada awalnya ia datang di desa ini karena mengikuti orang tuanya
yang bertransmigrasi. Menurut Pak Purwanto di Desa ini memiliki tanah yang
subur sehingga cocok untuk dijadikan lahan perkebunan. Untuk itu orang tuanya
menyarankan Pak Purwanto untuk berkebun setelah menamatkan sekolahnya
(SMA). Menurutnya, oramg tuanya memutuskan untuk tinggal di Desa Sarimulyo
karena warga di kampung ini sangat senang dengan kedatangan orang luar. Pak
Purwanto memiliki lahan perkebunan yang cukup luas dan juga mengerjakan
sebagaian lahan penduduk lokal.
Pak Purwanto memiliki tempat tinggal disekitar rumah penduduk lokal
dan penduduk etnis Jawa lainnya. Sehari-hari ia sering berhubungan dengan
beberapa penduduk lokal dikebunnya, karena sebagian pekerjaanya adalah
penduduk setempat. Disinilah hubungan mereka terjalin dan saling mengenal
dengan baik.
warga yang bantu-bantu dikebun saya sangat ramah. Kami bertemu
setiap hari dikebun jadi saya sudah mengangga mereka itu sudah seperti
keluarga sendiri, saya juga cukup akrab dengan anak-anak muda didesa
ini.
Sebagaian besar waktuku tersita untuk bekerja diperkebunan mulai dari
pagi sampai sore kadang juga saya bermalam dikebun kalau menjelang
panaen. Istri saya juga kadang suka bantu-bantu dikebun kalo pekerjaan
rumah sudah selesai.
Hubungan komunikasi dengan penduduk lokal biasa di kebun sambil
bersantai-santai, biasa juga terjadi saat pak Purwanto bertemu dijalan, kadang jika
ada warga lokal yang sedang mengadakan hajatan. Bila ada undangan pesta
95
perkawinan, syukuran bahkan kalau ada kematian Pak Purwanto sering datang
menghadiri acara tersebut bersama istrinya.
Komunikasi saya dengan penduduk lokal kebanyakan membicarakan
masalah perkebunan, perdagangan dan menyangkut masalah kehidupan,
misalnya kenaikan dan turunnya harga coklat, mahalnya harga bibit
dipasaran dan lain-lain.
Pak Purwanto sehari-harinya memakai bahasa Indonesia dengan penduduk
lokal jarang menggunakan bahasa daerah Muna tapi meneganai artinya sudah
banyak diketahui apabila mendengar penduduk lokal
dalam berkomunikasi
sesama penduduk lokal. Pak Purwanto sering belajar menggunakan bahasa daerah
Muna pada istrinya tetapi sampai sekarang belum bisa diucapkan hanya sepatah
dua kata yang ia ketahui karena tidak setiap hari Pak Purwanto mendengar bahasa
daerah Muna disekitar rumahnya kebanyakan memakai bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia. Hubungan komunikasi tidak ada kendalanya semuanya dapat saya
pahami dengan jelas.
Pak Purwanto membantu penduduk lokal biasanya menyangkut dalam hal
tata cara pembibitan tanaman coklat dan jeruk, pemupukan tanaman,
penyemprotan dan pemeliharaan tanaman. Dengan senang hati Pak Purwanto
membantu penduduk lokal, sesama tetangga tentunya saling membantu kalau
tidak mampu mengerjakannya sendiri. Saling membantu dengan penduduk lokal
sudah pasti dilakukan karena pasti ada pekerjaan yang tidak mampu diselesaiakn
sendiri serta suatu saat pasti kita juga membutuhkan orang lain untuk membantu
kita, begitu pula sebaliknya.
Syukurnya sampai sekarang saya tidak pernah melakukan sesuatu hal
yang membuat penduduk lokal jadi marah dan bertengkar begitu juga
dengan mereka.
96
Pak Purwanto selalu menjaga setiap apa yang ia kerjakan atau yang ia
ucapkan jangan sampai merusak hubungan dengan penduduk lokal dan sebagai
pendatang ia harus bersikap baik agar hubungan mereka tetap baik.
Menurut Pak Purwanto penduduk lokal mempunyai sifat saling
menghargai dan menghormati, tidak hanya sesama penduduk lokal tetapi hal ini
juga dilakukan terhadap penduduk etnis pendatang Jawa dan tidak menganggap
rendah orang lain.
satu hal yang paling saya sukai dari penduduk lokal adalah tidak
membeda-bedakan kita sebagai pendatang dengan penduduk lokal.
Penduduk lokal yang membantu saya dikebun sudah begitu dekat dan
akrab dengan saya.
Informan B
Ibu Saipa, seorang wanita yang menikah dengan Pak Purwanto tinggal
Desa Sarimulyo dan juga penduduk lokal.
Di sarimulyo sudah banyak pendatang pendatang Jawa yang ditemani
bertetangga dan sudah saling mengenal, hubungan saya dengan
pendatang Jawa sangat akrab sebagai teman bicara dalam segala hal.
Kami sudah jelas berkomunikasi terjadi tiap harinya karena kalau kita
tidak berkomunikasi pasti kita tidak saling mengenal dengan pendatang
Jawa.
Menurut Ibu Saipa komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar
dalam kehidupan masyarakat.
Saya sering berkomunikasi dengan orang Jawa disekitar rumah saya,
bila bertemu dijalan, pada saat dikebun dan pada acara-acara yang
sering diadakan dikampung ini. kami sering bercerita denga orang Jawa
menyangkut pengalaman-pengalaman pribadi, gossip-gosip, dan masih
banyak hal-hal yang lain yang dibicarakan.
Ibu Saipa berbahasa daerah Indonesia bila berkomunikasi dengan
pendatang Jawa, namun banyak dari pendatang Jawa yang sudah bisa
97
98
interaksi dan komunikasi kita disini berjalan apa adanya. Walaupun ada
masalah yang terjadi, itu selalu diselesaikan secara kekeluargaan.
Setidaknya kedatangan suku Jawa di Kec. Kabangka yang menetap di
Desa Sarimulyo ini mendatangkan kerjasama yang baik serta kita dapat saling
bertukar pengalaman. Secara pribadi Ibu Saipa lebih banyak kenalan atau teman
yang dapat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
Pendatang Jawa saya kira semuanya baik-baik saja tidak ada masalah,
menghargai kita sebagai penduduk lokal dan mengerti keberadaannya
sebagai pendatang. Hubungan sosialnya dimasyarakat sangat dekat
apalagi hubungan pribadi sesama tetangga bisa dikatakan sudah seperti
keluarga sendiri.
2. Untuk mengetahui proses akulturasi antar etnis Jawa dengan etnis
Muna dapat berjalan dengan baik dalam hal perkawinan antara etnis
Jawadan etnis Muna di Kec. Kabangka
Untuk menenutkan keberhasilan sebuah perkawinan antar dua budaya, ada
beberapa faktor dalam mengefektifkan komunikasi dalam sebuah keluarga.
Factor-faktor tersebut meliputi keterbukaan,dukungan, dan sikap positif.
1. Keterbukaan
Berikut ini adalah hasil wawancara pasangan pertama:
Pasangan Informan Pertama:
Informan pertama, penulis melakukan wawancara kepada Bapak Amrin
Badi Sp.t selaku kepala Desa Wakobalu Agung, yang baru 8 bulan menjabat
sebagai kepala Desa Wakobalu Agung yang menikah dengan seorang wanita yang
berbeda etnis dengannya. Pak Amrin adalah penduduk asli Muna yang tinggal di
99
100
memahami dan dewasa dalam arti lebih keibuan untuk menjalani sebuah
keluarga.
Ibu Sriwahyuni:
sukanya banyak karena dia pilihan saya. Kalo duka mungkin karena
awalnya dulu dia tidak kerja dan saya juga tidak kerja, namun setelah dia
menjadi kepala desa Alhamdulillah keuangan kami sedikit terbantu.
Namun sampai saat ini semua bisa dilewati.
Selama pernikahan mereka memiliki suka duka sama seperti pasangan
suami istri lainnya. Pada saat Pak Amrin belum menjabat sebagai kepala desa ada
beberapa hambatan-hambatan kecil seperti pada saat kekurangan materi untuk
memenuhi keperluan hidup, seperti disaat memerlukan uang untuk memenuhi
kebutuhan anak dan sebagainya. Namun Pak Amrin tidak berdiam diri saja, iaa
terus berusaha untuk mencari kerja hingga akhirnya dia dipilih dan dipercaya oleh
masyarakat di Desa Wakobalu Agung untuk menjadi seorang kepala desa.
Sukanya yakni Pak Amrin merasa tidak salah memilih pasangan idup karena Ibu
Sri merupakan sosok seorang wanita yang memiliki sifat keibuan. Sedangkan Ibu
Sri sendiri sangat bahagia, karena dia tidak menyesal telah memilih Pak Amrin,
selain orangnya pekerja keras, dia juga adalah seorang pria yang bertanggung
jawab dalam keluarga.
Pak Amrin:
masalah komunikasi dengan Istri saya pribadi pastinya kalau kami
sedang di rumah dan lebih sering kami lakukan pada saat beristrahat.
Kami sering membicarakan mengenai masalah-masalah sepele sampai
pada pembicaraan mengeni masa depan kami, misalnya bertanya apa
saja yang dilakukan oleh anak kami, dia sudah makan atau belum,
bagaimana sekolahnya, kebutan apa-apa saja yang belum terpenuhi
didalam rumah, membahas mengenai masa depan pendidikan anak kami
dan lain sebagainya. Kalau boleh dibilang kami sangat sering
membicarakan hal-hal tersebut. walaupun kadang kala kelihatan sepele,
101
namun ini sangat penting. Selain hal tersebut, kami juga sering bercanda
dan tertawa bersama karena istri dan anak saya juga senang bercanda.
Ibu Sri:
saya berkomunikasi dengan suami sangat sering, mulai dari kebutuhan
rumah tangga sampai pada masalah pekerjaan suami, apalagi kalau
menyangkut buah hati kami. Walaupun kadang kami berbeda etnis, namun
itu bukan penghalan, bagi kami perbedaan itu merupakan hal yang sangat
indah.
Berdasarkan wawancara diatas, baik dari pak Amrin maupun Ibu Sri
mereka sangat intens dalam berkomunikasi, mulai dari hal-hal yang sifatnya kecil
sampai pada masalah-masalah yang sifatnya serius. Mereka sering kali membahas
mengenai apa-apa saja yang telah dilakukan sehari-hari seperti apa saja yang
sudah mereka lakukan dalam waktu seharian. Ibu Sri sangat terbuka kepada Pak
Amrin, tidak ada satupun yang dia tutup-tutupi. Dengan keadaan seperti ini,
mereka satu sama lain merasa lebih merasa nyaman.
Pasangan Informan Kedua:
Informan selanjutnya, yakni bapak Bambang S.Pd berasal dari Jember
Jawa Timur, tinggal di dusun Cendana Juru, desa Wakobalu Agung, bekerja
sebagai staf pengajar di SMA 1 Kec. Kabangka. Pak Bambang sudah lama tinggal
di Kecamatan Kabangka, sekitar 27 tahun. Pada awalnya datang di kecamatan
Kabangka karena pada waktu itu kedua orang tuanya. Pak Bambang juga menikah
dengan seorang perempuan yang berbeda etnis dengan dirinya, namun hal ini
bukan merupakan sesuatu yang sangat sulit mereka lalui.
Pak Bambang:
saya dijodohkan dengan oleh kedua orang tua saya. Wanita yang
dijodohkan adalah anak warga setempat (etnis Muna) yang merupakan
sahabat semenjak pertama bertransmigrasi didaerah ini. Awalnya saya
tidak menyetujui hal ini. Namun setelah saya bertemu dengan calon istri
102
saya perlahan-lahan hati saya mulai luluh, dan setelah beberapa bulan
kemudian, kami pun dinikahkan.
Ibu Masriah:
Saya bertemu dia ketika orang tua saya mengenalkan anak dari seorang
temannya untuk dijodohkan, mereka sudah membuat kesepakatan terlebih
dahulu sebelum member tahu kami berdua. Sama halnya seperti suami
saya, awalnya saya tidak terlalu merespon perjodohan ini. Tetapi seiring
berjalannya waktu sayapun luluh dan mengikuti kemauan orang tua
saya.
Berdasarkan penuturan keduanya, awalnya Pak Bambang dan Ibu Masriah
tidak saling mengenal satu sama lain. Mereka dipertemukan oleh kedua orang tua
masing-masing yang sebelumnya sudah memiliki rencana untuk menjodohkan
mereka. Walaupun awalnya mereka tidak setuju, namun waktulah yang membuat
mereka luluh dan kemudian setuju untuk dinikahkan.
Pak Bambang:
suka duka dalam menjalani penikahan kami, pertama, kami harus
menyesuaikan perbedaan-perbedaan, seperti sifat-sifat, kebiasaankebiasan, kegemaran dan pola pikir. Sukanya, walaupun dijodohkan tetapi
kami sangat menikmati hal tersebut, proses yang kami lalui hingga kami
bisa bertahan sampai saat ini.
Ibu Masriah:
sukanya misalnya kita ada masalah dapat kita selesaikan berdua, tidak
saya saja yang menyelesaian, saya juga curhat sama suami jadi bisa
diselesaikan bersama. Kalo dukanya pada saat tahun pertama perkawinan
kami, saya agak susah menyesuaikan. Namun seiring berjalannya waktu,
alhamdulilah sayapun bisa melaluinya dengan baik.
Semenjak menikah, Pak Bambang dan Ibu Masriah juga mengalami suka
duka dalam proses penyesuaian diri pada awal-awal penikahan dimana, harus
menyesuaikan
perbedaan-perbedaan
seperti
sifat-sifat,
kebiasaan-kebiasan,
kegemaran dan pola pikir, berbeda dengan pasangan yang menikah sejak awalnya
berpacaran dan sudah saling mengenal sifat satu sama lain. Namun pak Bambang
103
menikmati proses perjodohan ini, sehingga tidak sulit baginya untuk menerima
perjodohan tersebut. Begitupula dengan Ibu Masriah, yang awalnya agak sedikit
susah menyesuaikan diri, tetapi hal ini tidak membuatnya putus asa, ketika ia
sedang memiliki masalah, sang suami ikut membantu menyeselesaikan.
Pak Bambang:
komunikasi dengan istri saya biasa terjadi pada saat kami sore hari,
setelah selesai istrahat. Berhubung istri saya pendiam, jadi saya yang
lebih agresif. Hal-hal yang biasa kami perbincangka seputar masalah
rumah tangga. Namun kadang-kadang kalau ada masalah istri saya juga
bercerita dan selalu meminta pendapat saya mengenai hal tersebut.
Ibu Masriah:
saya lebih sering berkomunikasi dengan suami ketika sore hari, saat
saya dan suami sedang bersantai-santai, hal-hal yang kami
perbincangkan kadang, mengenai hal-hal pribadi, kadang juga mengenai
berita-berita yang sedang hangat diperbincngkan di Tv. Kalaupun ada
masalah, baik saya ataupun suami saya tidak membiarkannya berlarutlarut, kami langsung menyelesaikan pada saat itu juga.
Menurut penuturan dari Pak Bambang dan Ibu Masriah mereka sering
berkomunikasi pada saat sore hari ketika mereka selesai bekerja. Walaupun Ibu
masriah pendiam, namun ketika ada masalah yang ia hadapi, tetap meminta
suaminya untuk memberikan solusi. Mereka juga membahas mengenai masalah
pribadi, namun tidak hanya itu, mereka juga kadang membicangkan isu-isu yang
sedang hangat diberitakan di televisi. Jika sedang mempunyai masalah, mereka
tidak membiarkannya terlalu lama untuk menyelesaikannya.
Pasangan Informan Ketiga:
Pasangan informan ketiga yani, bapak Raharjo dan Istri Ibu Handayani.
Pak Raharjo ini merupakan penduduk pendatang yang berasal dari Klaten Jawa
104
105
Pak Raharjo:
sebenarnya selama pernikahan lebih banyak sukanya daripada dukanya,
karena sejak awal kami mempunyai perasaan yang sama satu sama lain.
Jadi setelah kami menikah kami sangat senang dan menikmatinya, kalau
mau melakukan sesuatu sekarang sudah ada yang membantu, apalagi
pernikahan kami dilengkapi dengan hadir dua orang putri.
Ibu Handayani:
suka duka yang saya alami selama pernikahan, saya selalu bersyukur
kepada Allah SWT, karena orang yang saya cintai akhirnya menjadi
suami, bapak dari anak-anak saya. Dukanya yaa,. Pas suami lagi kerja,
kadang-kadang suka nginap dikantor untuk jaga malam, karena dia
adalah seorang polisi.
Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Raharjo dan Istrinya, pasangan ini
merasa bahagia dimana Pak Raharjo sudah sejak awal mencintai istrinya, sehingga
hal-hal apapun yang mereka lakukan berdua, terasa sangat indah, apalagi mereka
mereka telah dikaruniai oleh dua orang putri. Dengan begitu Ibu Handayani selalu
bersyukur, karena telah diberi kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka. Namun
tidak jarang, Ibu Handayani kadang merasa sedih karena harus ditinggal kerja
oleh suaminya. Tetapi hal itu tidak dijadikan sebuah permasalahn karena sudah
mengerti dengan pekerjaan suaminya.
106
Pak Raharjo:
saya selalu mengkonikasikan segala sesuatunya dengan istri sebelum
saya melalakukan suatu pekerjaan mulai dari hal-hal kecil sampai kepada
masalah penting agar tidak terjadi kesalah pahaman diantara kami
berdua, karena kami sadar kami berasal dari dua etnis yang berbeda.
Kejujuran bagi kami berdua sangat penting. Saya sebagai seorang kepala
keluarga harus membincangkan segala sesuatunya, jika anak kami sedang
mengalami masalah atau tidak sepaham dengan kami berdua, saya dan
istri selalu memberikan pengertian sehingga mereka mengerti.
Ibu Handayani:
komunikasinya didalam keseharian kami sangat lancar, terutama yang
menyakut anak-anak. Kadang saya tidak sepaham dengan anak saya,
masalah hobinya namun kadang-kadang suami saya memberi pengertian.
Tapi saya berusaha memahaminya karena masa-masa remaja seperti ini
merupakan masa transisi bagi seorang perempuan yang emosinya belum
labil.
Berdasarkan penuturan keduanya dapat dilihat baik Pak Raharjo maupun
Ibu Handayani merasa komunikasi mereka sangat baik. Dengan keterbukaan,
mereka selalu saling mengingatkan memberikan satu sama lainnya, terutama
dalam hal perkembangan anak mereka, jika ada masalah yang tidak bisa
diselesaikan oleh sang istri, Pak Bambang selalu memberikan solusi dan semangat
begitupula sebaliknya. inilah yang membuat keluarga mereka tetap harmonis,
karena hal apapun yang mereka lakukan pasti selalu dikomunikasikan secara
bersama-sama.
Pasangan Informan Keempat:
Pasangan informan keempat, adalah bapak Agus Sunarioto, suku Jawa
tepatnya Jember Jawa timur, yang berprofesi ganda yakni sebagai petani juga
sebagai staf pengajar disekoalah swasta Madrasah sanawiah Kec. Kabangka. Pak
Agus ini tinggal didusun Sukuwono Desa Sarimulyo, sekitar 10 tahun yang lalu.
107
Pertama beliau menginjakkan kaki di Kecamatan Kabangka, karena pada saat itu
di banyak orang-orang Jember yang hijrah dan berhasil di Desa ini.
Pak Agus:
Kita pada saat itu waktu karang taruna mengadakan pembentukan
panitian untuk sebuah lomba, kebetulan para pemuda dan pemudinya
semua dilibatkan dalam kegiatan tersebut awalnya hanya saya hanya
main-main saja tapi lama kelamaan ada rasa, lalu timbul rasa suka itu
dan kebetulan juga dia adalah tetangga saya juga, jadi kami semakin
sering bertemu.
Ibu Sumiati:
namanya juga satu kampung sudah pasti sering ketemu apalagi
semenjak ada karang taruna sering ketemu sering rapat segala macam,
akrab dan sering bercerita, sering keluar juga, dan melakukan
pendekatan hingga akhirnya lanjut sampai menikah.
Pasangan suami istri ini bertemu pada suatu kepanitiaan yang diadakan
oleh organisasi kepemudaan didesa ini. Pada saat itu mereka juga ikut terlibat
didalamnya sebagai panitian pelaksaan sebuag lomba. Namun diluar acara
tersebut ternyata Pak agus memiliki tujuan lain selain dari kepanitiaannya
diorganisasi ini. Seperti kata pepatah yang menyatakan bahwa sambil menyelam
minum air begitupula yang dilakukan oleh Pak Agus. Walaupun niat Pak Agus
ini hanya sebatas iseng semata, tapi lama kelamaan ada rasa, lalu timbul rasa suka
itu. Sama halnya dengan pengakuan Ibu Sumiati, karena intensitas yang mereka
jalin dengan seriangnya cerita dan keluar bersama sehingga menimbulkan
keakraban setelah 2 tahun pacaran merekanpun memutuskan untuk menikah
walaupun mereka berbeda etnis.
Pak Agus:
dukanya waktu kita tidak punya uang yaa walaupun saya sebagai staf
pengajar namun saya masih staf honorer yang gajinya tidak sama seperti
108
pegawai tetap yang selalu menerima gaji tiap bulannya. Apalagi kita
sudah punya anak mau tidak mau anak kami harus makan dan minum
susu ya..ya saling menjaga kekurangan masing-masing.. sukanya kalau
saya pulang kerja lihat anak terus hilang gitu..rasa jenuh langsung
hilang.
Ibu Sumiati:
Ya sukanya kalo sama-sama makan seadanya juga, kadang tidak ada
saya yang mengatur trus suami juga terima apa adanya juga.. dukanya
masalah uang... siapa pun pasti klo keuangannya menipis akhirnya
bertengkar.
Sama seperti keluarga yang lainnya, didalam pernikahan pasangan beda
etnis ini juga memiliki suka duka dalam menjalani pernikahannya. Ketika mereka
harus kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan biaya yang pas-pasan
hasil kerja dari pak Agus. Tetapi dengan keadaan tersebut membuat mereka
semakin saling memahami satu sama lain. Namun hal tersebut tertutupi melihat
buah hati mereka. Bagi pasangan ini anak merepakan suatu kebahagiaan yang
tidak tergantikan oleh apapun.
Pak Agus:
hubungan komunikasi dengan istri saya terjalin dengan baik kalau ada
masalah pribadi atau masalah keluarga dia cukup terbuka, misalnya jika
sedang kekurangan uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari,
atau masalah yang menyangkut anak kami. Kami juga kadang
membicarakan mengenai kegiatan yang kami lakukan diluar rumah.
Ibu Sumiati:
Kami juga sering membahas, bagaiman cara mencari tambahan untuk
membeli keperluan sehari-hari. Saya juga sangat senang ketika saya
menyarankan untuk berkebun, saya pikir dia akan menolak, tapi ternyata
dia malah sangat antusias. Kadang-kadang saya juga sering meceritakan
mengenai keluarga saya dan diapun tidak jarang memberikan solusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut. dan sampai sekrang komunikasi kami
terus berjalan dengan lancar sampai sekarang.
109
Berdasarkan penuturan dari bapak Agus dan Ibu Sumiati dapat dilihat
bahwa komunikasi yang mereka jalin dengan dengan baik. Mereka sangat terbuka
satu sama lain, saling memngingatkan bahkan saling memberi saran. Ibu Sumiati
kadang tidak sungkan lagi keadaan keluarganya kepada sang suami karena dia
menganggap suaminya merupakan bagian yang terpenting dalam hidupnya.
110
awal ketemu dengan istri itu kurang lebih 13 tahun lalu tepatnya tahun
1999 waktu masih sekolah SMA trus setelah itu kita jadian tgl 30-3-2000
awal kami berpacaran, pada saat itu dibantu oleh teman saya. Ketika itu
saya masih remaja, setelah tamat SMA, saya tidak melanjutkan sekolah,
malah saya dikasih modal oleh bapak saya untuk membeli lahan untuk
berkebun.
Ibu Saipa:
saat itu kami satu sekolah di SMA 1 kabawo, kami sering pergi bersama
disekolah karena sering bertemu dan sering pergi disekolah bersama,
suami saya ini melalui temannya menyatakan cintanya. Dia tidak berani
bicara secara langsung, karena takut saya akan menolaknya.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, pasangan ini bertemu sejak 13 tahun
yang lalu. Mereka bersekolah di sekolah yang sama, karena seringnya bertemu
dan pak Purwanto sering bersama saat kesekolah, disinilah Pak Purwanto mulai
tertarik dengan Ibu Saipa. Walaupun Pak Purwanto menyatakan cinta melalui
temannya, namun Ibu Saipa tetap menerimanya. Hal tersebut dimaklumi oleh Ibu
Saipa karna Pak Purwanto ini tidak berani bicara secara langsung, karena takut
saya akan menolaknya.
Pak Purwanto:
suka duka dalam menjalani penikahan sebenarnya saya lebih banyak
merasakan sukanya dimana istri saya sangat telaten mengurus saya. Saya
juga senang dengan perbedaan kami. Saya juga dapat belajar banyak
melalui istri saya, kesabaranya, ketelitiannya dalam membantu mengurus
perkebunan saya. Saya kebetulan orangnya kurang sabaran dalam
melakukan pekerjaan, jadi istri sayalah yang berperan banyak dalam
membantu mengelola perkebunan ini. Dukanya mungkin karna kami
belum mempunyai anak. Ini tidak menjadikan saya putus asa, saya cuma
pasrah kepada Allah SWT, mungkin saat ini kami belum dipercaya untuk
memiliki seorang anak.
Ibu Saipa:
sama seperti bapak, saya banyak merasakan sukanya dalam perkawinan
ini. Biarpun sifat bapak yang kurang sabaran, tapi saya tetap
memakluminya. Kami mengurus perkebunan berdua, walaupun dibantu
111
oleh karyawan dan saya senang bisa ikut membantu bapak. Dukanya
ketika saya belum bisa menyenangkan hati bapak dengan memberikan
momongan, namun bapak tidak menuntuk saya terlalu jauh tentang hal
itu.
Wawancara diatas menggambarkan bahwa pasangan ini lebih banyak
menikmati sukanya jika dibandingkan dukanya. Meskipun mereka berbeda etnis,
tidak menjadikan hal itu sebagai penghambat, justru Pak Purwanto senang dengan
keadaan seperti itu, ia dapat belajar dengan perbedaan seperti itu. Mereka
mengolah kebun secara besama-sama, dengan adanya sang istri, Pak Purwanto
merasa sangat terbantu dalam mengelola perkebunan coklat yang mereka miliki.
Namun mereka juga tidak bisa memungkiri bahwa mereka juga merindukan
kehadiran seorang anak ditengah keluarga mereka. Tetapi Pak Purwanto tidak
pernah menuntuk akan hal tersebut, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada
Tuhan Sang Maha Pencipta.
Mengenai komunikasi, pasangan ini tiap saatpun mereka salalu lakukan,
baik itu dirumah maupun ditempat kerjaan mereka tiap hari bertemu. Jika dirumah
mereka membahas masalah rumah tangga dan jika dikebun mereka membahas
masalah perkebunan seperti bagaimana meningkatkan produktifitas pertanian,
masalah pembibitan serta masalah karyawan.
Dari hasil wawancara dengan 5 (lima) keluarga, kesemuanya merupakan
pasangan yang terbuka satu sama lainnya baik itu hal-hal yang kecil sampai
masalah yang serius sekalipun.
2. Dukungan
112
mendukung dalam
keluarganya:
Pasangan Informan Pertama:
Pak Amrin:
kalo masalah bantu-bantu kebetulan istri saya banyak membantu,
apalagi selama saya menjabat sebagai kepala desa seperti misalnya, jika
ada suatu acara dan saya tidak bisa menghadirinya, maka dia yang
menggantikanku. Begitupun jika ada masalah, kadang dia juga ikut
membantu, entah itu memberikan saran ataupun dia cuma mendegarkan
ceritaku. Saya juga bersyukur, karena dia tidak melupakan tugasnya
sebagai seorang istri dirumah.
Ibu Sriwahyuni:
113
Alhamdulillah sampai saat ini walaupun kerjaan saya sebagai Ibu desa,
tapi saya masih meluangkan waktu untuk membantu suami saya.
Untungnya kalau dia ada masalah diluar, dia selalu bercerita dan kadang
juga sekali-kali dia juga meminta saran untuk mencari jalan keluarnya.
Kalau dia tidak bisa menghadiri acara pasti selalu menyuruh saya jika
dia tidak bisa menghadirinya. Tapi bagi dia dengan mengurus rumah
tangga dengan baik, itu sudah sangat cukup.
Melihat penuturan keduanya dapat diketahui bahwa di dalam rumah
tangga, mereka itu saling membantu dan saling mendukung dalam pekerjaan
masing-masing satu sama lain. Jika ada permasalahan-permasalahan kadang Pak
Amrin meminta pendapat Ibu Sri jika ia memerlukan pendapatnya. Tidak hanya
dalam keluarga, pasangan ini juga memiliki solidaritas dalam masyarakat.
Kerjasama yang sering dilakukan di desa Wakobalu Agung dengan
penduduk lokal biasanya dalam bidang social, seperti arisan bersama-sama ibuibu setempat, mengadakan pengajian dimesjid dengan membentuk majelis Talim,
mengadakan pelatihan pembuatan kue dan sebagainya. Dengan senang hati,
penduduk lokal turut berpartisipasi dalam kegiatan ini begitupula dengan
pendatang Jawa. Hal ini tidak lain dilakukan untuk mempererat hubungan baik
dengan penduduk sekitar selain itu juga dapat bertukar pengalaman, serta sebagai
tanggung jawab social dimasyarakat.
Pasangan Informan kedua:
Mengenai kerjasama dengan penduduk lokal, beragam bentuk kerja sama
yang biasa dilakukan sehari-hari sesama tetangga, sebagai pengajar disekolah
misalnya mengadakan kerja bakti bersama siswa-siswi, kegiatan sosial dan
keagamaan misalnya, Maulid Nabi, Halal bi Halal, diacara pesta, berpartisipasi
dalam acara 17 agustusan dan kerjasama di sektor ekonomi yaitu perdgangan
114
115
116
117
dukungan yang diberikan kepada Ibu Saipah, begitupula dengan Ibu Saipa yang
selalu membantu pekerjaan suaminya.
3. Bersikap Positif
Pasangan Informan Pertama:
Sebagai kepala desa sudah pasti setiap hari berinteraksi dan berkomunikasi
dengan penduduk sekitar desa Wakobalu Agung terlebih lagi dengan penduduk di
dusun Cendana Juru. Di jalan ketika bertemu dengan suku Jawa saling bertegur
sapa, di acara pesta yang diadakan oleh masyarakat misalnya, pesta pernikahan,
pesta syukuran, rapat pertemuan dikantor dan tempat-tempat umum. Dengan
sifatnya yang ramah, Pak Amrin ini sangat disenangi oleh masyarakat sehingga ia
dipilih oleh masyarakat untuk memimpin desa ini. Tidak saja dimasyarakat, tetapi
dilingkungan keluarganyapun seperti itu.
Pak Amrin:
Alhamdulillah orang tua saya merespon dengan baik perbedaan dengan
istri saya. Orang tua saya sudah tidak heran lagi kenapa saya menikah
dengan dia, karena boleh dibilang, disini banyak pernikahan yang beda
etnis. Dan keluarga saya sangat senang dengan istri saya karena menurut
keluarga saya, istri saya sangat perhatian dengan saya dan bebrbeda
dengan cewek cewek yang sebelumnya pernah saya kenali dengan
keluarga saya sebelumnya.
Ibu Sriwahyuni:
bagi saya saling menghargai dalam sebuah perbedaan itu sangat cukup.
Banyak hal-hal positif yang saya suka dalam dirinya seperti
pengertiannya kepada saya, sikap dewasanya, cara dia memperlakukanku
dan sebagainya. Apalagi dukungan orang tuanya kepada saya itu sudah
lebih daricukup. Tidak hanya dalam kelunduarga, tapi masyarakat begitu
memndukungku.
Ibu Sri sering berbincang-bincang dengan tetangganya mengenai hal-hal
seputar kehidupan sehari-hari, membicarakan mengenai resep-resep kue dan
118
119
mengenai sifat,. Saya selalu mencoba untuk memahami dengan pelanpelan karena saya sama pak bambang dijodohkan sama orang tua kami
masing-masing. Sifatnya yang selalu membantu jika ada masalah.
Berdasarkan hasil penuturan keduanya dalam wawancara, sikap positif
memang terlihat. Walaupun ada pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka,
hal tersebut tidak sampai berlarut-larut. Sama dengan Ibu Masriah, dia selalu
mecoba berfikir positif terhadap perbedaan mereka.
Mengenai hubungannya dengan warga pendatang, selama bertetangga
dengan dengan mereka sejauh ini tidak pernah terjadi kesalahpahan yang
membuat hubungan diantara mereka menjadi rengggang. Sejauh ini semuanya
berjalan dengan baik, jika ada perbedaan pendapat semuanya diselesaikan dengan
baik-baik diatur dan dibicarakan secara kekeluargaan.
Pasangan Informan Ketiga:
Bapak Raharjo:
perlakuannya istriku itu sampai saat Alhamdulillah sangat baik sangat
baik skali, apalagi kalau maumi saya pergi ke kantor pasti dia buatkan
sarapan dulu. Kadang juga dia jengkel, karna saya tinggal untuk jaga
malam. Tapi saya selalu coba kasih perngertian sama dia. Awalnya dia
masih jengkel tapi lama-kelamaan dia mengerti sendiri.
Ibu Handayani:
pertama saya menikah dengan suami saya awalnya agak tidak suka
karena jadwal piketnya yang selalu pulang pagi, tapi perlahan-lahan saya
sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. dia juga selalu membantu saya
kalau sewaktu-waktu ada masalah. Sikapnya yang selalu menghargai saya
walaupun saya beda etnis dengan dengan dia.
Berdasarkan hasil wawancara, keduanya memiliki hubungan yang terjalin
dengan baik, saling membantu, mengerti, dan saling menhargai perbedaan satu
120
sama lain. Sikap Ibu Handayani yang awalnya tidak menerima pekerjaan piket
yang selalu pulang pagi, namun akhirnya dengan kondisi pekerjaan Pak Raharjo.
Mengenai hubungan dengan penduduk pendatang sampai saat ini tidak
pernah mengecewakan semuanya berjalan dengan harmonis dan secara
kekeluagaan. Mereka sudah saling menganggap seperti saudara sendiri, apalagi
kalau ada acara yang diadakan acara yang diadakan oleh warga pasti Ibu
Handayani selalu dipanggil. Ini membuktikan bahwa hubungan tali silahturami
antar warga di desa ini sangat erat.
Pasangan Informan Keempat:
Pak Agus:
berbicara mengenai sikap, sejauh ini saya melihat sikap istri tidak ada
masalah, yang saya tidak senangi dari dia itu, kalau pergi cerita kadang
suka lupa waktu. Tapi sebenarnya saya malas pusing, yang penting dia
tidak lupa dengan urusan anak dan rumah tangga. Namun saya juga
senang, karena dia tidak menuntut banyak pada saya, dia cukup
mengerti.
Ibu Sumiati:
kalo suamiku sebenarnya santai orangnya, sabar.. kadang saya juga
sadar kalau pergi dirumahnya tetanggaku itu pasti lama. Untungnya dia
selalu tidak ambil pusing. Saya juga bersyukur karena suami saya
orangnya pekerja keras, walaupun hidup kami pas-pasan.
Berdasarkan hasil wawancara dari Pak Agus dan Ibu Sumiati, penulis
menyimpulkan bahwa pasangan ini hampir sama dengan pasangan-pasangan yang
sebelumnya, walaupun sifat Ibu Sumiati yang suka lupa waktu kalau sedang
bercerita dengan tetangganya, namun Pak Agus tetap memakluminya. Walaupun
demikian, Ibu Sumiati tetap merasa diri, bahwa tindakannya tersebut salah.
121
Dengan sikap Pak agus yang merupakan seorang pekerja keras, perlahan-lahan
dapat merubah Ibu Sumiati.
Pasangan Informan Kelima:
Pak Purwanto:
kalau sikap sebenarnya salama dia masih menghargai dan menghormati
saya sebagai kepala keluarga saya sudah senang. Bukannya saya memuji
istri, tapi dia sangat memahami saya, dia tidak malu dengan pekerjaan
saya yang hanya seorang petani, justru dia malah membantu saya.
Ibu Saipa:
sikap-sikap yang ditunjukkan selama pernikahan kami cukup baik,
walaupun adalah hal-hal kecil yang kadang kita cekcok. Sebenarnya halhal yang seperti itu lumrah, namanya juga perkawinan, tidak mungkin
selama perkawinan berjalan dengan mulus-mulus saja. Sikap yang saling
pengertian dan saling mendukung menurut saya itu sudah cukup.
Menurut penuturan keduanya dalam wawancara, mereka tidak dapat
memungkiri bahwa dalam sebuah perkawinan itu tidak selalu berjalan mulus
sesuai dengan apa yang diinginkan. Pasangan ini cukup memahami pastilah ada
pertengkaran-pertengkaran kecil didalamnya, sikap yang selalu menerima apa
adanya, saling pengertian dan saling mendukung inilah yang membuat
perkawinan beda suku ini menjadi langgeng.
B. Pembahasan
1. Prilaku Akulturasi antar Etnis Jawa dengan etnis Muna dapat berjalan
dengan baik
Hasil penelitian akan membahas prilaku komunikasi dalam proses
akulturasi antara pendatang Jawa dan etnis Muna yang dilakukan oleh pasangan
122
suami istri yang berbeda etnis. Pada pembahasan ini ada tiga faktor yang membuat
prilaku akulturasi antara etnis Jawa dengan etnis Muna berjalan dengan baik.
a. Keterbukaan
Keterbukaan dalam suatu pernikahan merupakan salah satu faktor agar
terciptanya keharmonisan dalam sebuah keluarga sehingga tetap terjaga, apalagi
menyakut pernikahan yang melibatkan dua etnis yang berbeda. Antara mereka
harus ada keterbukaan satu sama lain dalam menerima pesan dan keinginan untuk
menyampaikan pesan dari diri dirinya. Dengan demikian pesan yang diberikan
baik oleh suami atau istri akan ditanggapi secara maksimal oleh pihak yang
menerima pesan sehingga pesan tersebut dapat dimengerti dengan jelas.
Keterbukaan ini bisa bersifat pribadi dimana kedua belah pihak dapat
berkomunikasi secara bebas dan saling membagi masalah-masalah hidup yang
sedang dialami.
Berdasarkan penjelasan diatas, sebagian besar pasangan suami istri selalu
terbuka dengan pasangannya, namun ada juga beberapa pasangan yang kurang
terbuka dengan pasangannya. Menurut De Vito menyatakan bahwa keterbukaan
itu merupakan adanya kesediaan untuk membuka diri untuk mengungkapkan
informasi yang biasa disembunyikan. Dari kelima pasangan suami istri yang
diteliti oleh penulis, empat diantara saling terbuka satu sama lain. Biasanya
seorang isrti lebih terbuka jika dibandingkn dengan suami.
Seorang wanita dan seorang istri selalu bercerita atau curhat mengenai halhal yang dia alami baik itu kepada sahabat, saudara, orang tua, maupun kepada
suami. Seperti yang diungkapkan oleh pasangan informan yang pertama yakni pak
123
Amrin dann Ibu Sri. Disini mereka sangat intens dalam berkomunikasi, mulai dari
hal-hal yang sifatnya kecil sampai pada masalah-masalah yang sifatnya serius.
Mereka sering kali membahas mengenai apa-apa saja yang telah dilakukan seharihari seperti apa saja yang sudah mereka lakukan dalam waktu seharian. Ibu Sri
sangat terbuka kepada Pak Amrin, tidak ada satupun yang dia tutup-tutupi.
Dengan keadaan seperti ini, mereka satu sama lain merasa lebih merasa nyaman.
Berbeda dengan istri dari informan yang kedua, Ibu masriah pendiam, namun
ketika ada masalah yang ia hadapi, tetap meminta suaminya untuk memberikan
solusi.
Pada pasangan yang ketiga ini dilihat baik Pak Raharjo maupun Ibu
Handayani memiliki komunikasi yang baik denga istrinya. Keterbukaan mereka
yang selalu saling mengingatkan memberikan satu sama lainnya, merupakan
faktor yang sangat penting apalagi dengan perbedaan yang mereka miliki. Inilah
yang membuat keluarga mereka tetap harmonis, karena hal apapun yang mereka
lakukan pasti selalu dikomunikasikan secara bersama-sama.
Pasangan suami istri yang keempat ini adalah pasangan yang terbuka sama
dengan pasnagan yang pertama. Bapak Agus dan Ibu Sumiati dapat dilihat bahwa
komunikasi yang mereka jalin dengan dengan baik. Mereka sangat terbuka satu
sama lain, saling memngingatkan bahkan saling memberi saran. Ibu Sumiati
kadang tidak sungkan lagi untuk cerita tentang keadaan keluarganya kepada sang
suami karena dia menganggap suaminya merupakan bagian yang terpenting dalam
hidupnya.
124
keluarga dapat dilihat dari hal-hal kecil seperti menyiapkan sarapan yang
dilakukan oleh Ibu Handayani, yang dilakukan oleh Ibu Masriah yang
menyiapkan peralatan mengajar sang suami, hingga mereka saling membantu,
saling mendukung dan saling menyemangati dalam pekerjaan masing-masing satu
sama lain. Jika dari pasangan-pasangan suami istri ini mempunyai permasalahanpermasalahan, mereka saling memberikan solusi satu sama lain. Ini menunjukkan
bahwa walaupun mereka berbeda suku, namun perbedaan tersebut bukanlah
masalah.
Dari kelima pasangan suami istri ini menunjukkan bahwa sikap dan
prilaku saling mendukung satu sama lain seperti hal-hal kecil, sperti bantuan
125
yang sifatnya fisik yakni saling membantu dalam pekerjaan sehari-hari sampai
hal-hal besar yang rumit untuk dipecahkan sangat terlihat terlihat dengan jelas
melalui hasil wawancara penulis.
c. Bersikap Positif
Sikap positif merupakan sikap yang harus dimiliki oleh manusia dimana
dalam berkomunikasi setiap manusia harus memiliki sikap postif baik kepada diri
sendiri maupun kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari selalu dibutuhkan
sikap dan pikiran yang positif sehingga apapun pesan yang diterima dapat
ditanggapi dengan positif. Dengan adanya sikap positif ini, kita menghadapi
segala masalah yang dengan baik tanpa ada perpecahan.
Pada pasangan informan pertama, terlihat sifat-sifat positif yang
ditunjukkan oleh orang tua Pak Amrin yang menerima menantunya baik tanpa
menghiraukan perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Selain orang tua, mereka
juga diterima dengan baik oleh warga-warga setempat.
Berdasarkan wawancara dari pasangan informan kedua, sikap positif
memang terlihat. Walaupun ada pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka,
hal tersebut tidak sampai berlarut-larut serta selalu mecoba berfikir positif
terhadap perbedaan mereka.
126
127
perbedaan itu akan dilewati dengan baik. Sebaliknya jika dalam sebuah keluarga
tidak memiliki ketiga sifat tersebut, maka tidak berjalan dengan baik.
2. Proses Akulturasi Antar Etnis Jawa dan etnis Muna di Kecamatan
Kabangka dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, observasi dan wawancara penulis dilapangan
menggambarkan bahwa proses akulturasi terhadap pasangan suami istri yang
berbeda etnis yang terjadi di Kecamatan Kabangka ditandai dengan tiga proses
yang mendasar yang ditinjau dari variabel-variabel komunikasi dalam akulturasi
yang bermanfaat dalam menganalisis akulturasi seorang transmigran dari
perspektif komunikasi yang dielaborasi oleh Ruben dimulai oleh:
a. Komunikasi Antar Personal
Merupakan komunikasi yang terjadi dari dalam diri masing-masing
individu dari pasangan suami istri yang merupakan gabungan dari etnis pendatang
Jawa maupun penduduk lokal (etnis Muna). Komunikasi intra pribadi ini
merupakan proses mental dari dalam diri etnis pendatang Jawa untuk
menyesuaikan diri dan mengatur lingkungan sosio budayanya seperti melihat
langsung kondisi masyarakat dan lingkungannya, mendengar setiap pembicaraan
penduduk lokal memahami dan merespons keadaan yang terjadi dalam
lingkungan sekitar.
Bukan hal yang sulit bagi etnis Muna ketika mempunyai niat untuk
menikahi seorang wanita yang merupakan penduduk penduduk pendatang Jawa di
Kecamatan Kabangka. Penduduk etnis Muna tentunya sudah mengenal terlebih
128
dahulu watak dan karakter perempuan yang akan dinikahinya nanti begitu pula
sebaliknya. Sebelum mereka menikah, mereka sudah saling melakukan
pendekatan satu sama lain kondisi penduduk lokal dan lingkungannya, sudah ada
hubungan psikologis diantara mereka, sehingga dalam benak mereka tidak muncul
berbagai macam pertanyaan-pertanyaan.
Dari penjelasan Pak Amrin diatas, sebelum memutuskan menikah dengan
Ibu Sri, beliau sudah mengenal kepribadian Ibu Sri dan dan mengetahui
bagaimana kondisi keluarganya (penduduk etnis pendatang Jawa) pada saat
mereka berpacaran.
Selain sudah saling mengenal terlebih dahulu, diantara mereka secara
pribadi bisa dikatakan sudah seperti saudara sendiri, terjalin hubungan psikologi.
Adapun hubungan persahabatan secara psikologis dan emosional diatas
merupakan salah satu indikator yang mempererat akulturasi, dimana membantu
memudahkan etnis pendatang Jawa dan penduduk lokal memasuki tahap yang
pribadi sehingga dalam benak mereka tidak ada rasa saling curiga.
b. Lingkungan Komunikasi
Lingkungan komunikasi pasangan suami istri yang beda etnis ini dilokasi
penelitian diakui oleh informan berjalan intens sama seperti pasangan suam istri
yang menikah sesama etnis Jawa ataupun sesama etnis Muna. Pergaulan atau
interaksi itu dimulai dari lingkungan pertetanggaan, kerja, serta dalam lingkungan
rumah tangga itu sendiri. Lingkungan dimana mereka bertemu dan berkumpul
saling berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok.
129
c. Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial berkaitan dengan komunikasi antar personal (antar
pribadi), dimana melibatkan dua orang atau lebih yang berbeda budaya saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan ini terjadi proses saling
mempengaruhi, proses saling mempengaruhi dalam kegiatan pergaulan antar
individu ini disebut komunikasi. Setiap harinya etnis pendatang Jawa dan
penduduk lokal melakukan interaksi dan komunikasi antar pribadi berdasarkan
130
kebutuhan
atas
informasi,
pengetahuan
yang
dimilikinya,
pengalaman-
Bahasa
131
132
bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan etnis pendatang
Jawa. Keberadaan etnis pendatang Jawa setidaknya telah menggeser penggunaan
bahasa daerah Muna sebagai bahasa asli penduduk lokal.
Organisasi Sosial
diatas,
dimana
mereka
turut
ikut
berpartisipasi
dalam
133
masing untuk suatu tujuan yang baik. Dari kesepuluh informan semua melibatkan
diri untuk bekerjasama dalam organisasi social kemasyarakatan.
System Peralatan
134
(pasangan informan ke dua). Sama halnya juga yang diungkapkan oleh bapak
Agus Sunaryoto (pasangan informan keempat) seperti berkebun ataupun menjual
sembako.
Hal ini disebabkan karena kondisi yang memungkinkan para informan
diatas untuk bekerja dalam bidang pertanian diluar pekerjaannya sebgai staf
pengajar. Selain itu, mereka juga memiliki skill dan banyaknya terobosan baru
dalam teknologi pertanian yang dapat memudahkan pekerjaan mereka.
Religi
Kesenian
135
Setiap etnis dan suku bangsa memiliki cirri khas tersendiri mengenai
kesenian atau budaya masing-masing. Kesenian yang dilakukan oleh penduduk
lokal seperti, Ewa wuna ini terdiri dari empat orang yakni dua orang laki-laki dan
dua orang perempuan dan Ewa wuna ini merupakan symbol penyambutan
terhadap mempelai pria yang akan melakukan ijab Kabul.
Namun tarian ini sudah beberapa tahun sudah tidak lagi dilaksanakan atau
ditampilkan pada acara-acara tersebut sudah tidak lagi dilaksanakan atau
ditampilkan pada acara-acara tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 5 (lima) pasangan
informan, yang terdiri dan 5 informan etnis pendatang Jawa yang melakukan
136
penelitian yang pada pasangan suami istri yang melakukan pernikahan beda etnis
dan menganalisis prilaku komunikasi yang terjadi didalamnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1
137
keluarga,
memberikan
kontribusi
yang
sangat
besar
dalam
masyarakat.
Sikat keterbukaan
dalam
hubungan
pernikahan
sebaiknya
perlu
138
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2002. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persaja
Ardianto, Elvinaro & Q. Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama.
Budayatna, M., Nina Mutmainah. 1994. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Surabaya: Prenada Media Grup.
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakata: Karisma Publishing
Group.
Harsyo, 1997. Pengantar Antropologi. Bandung : Bina Cipta
139
Irmaniar, 1998. Proses Akulturasi antara Etnik Pendatang Bugis dan Penduduk
Asli Wotu.
Koentjaraningrat, 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Littejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta Selatan:
Salemba Humanika.
Maleung, J, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedy & Rakhnat, Jalaluddin. 1990. Komunikasi Antar Budaya.
Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2000. Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
----------. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Offset
----------. 2007. Ilmu Komunikasi Sebagai Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset
----------. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Rakhmat, Jalaluddin. 1996 . Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Rumondor, Alex dkk. 1995. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Saefullah, Ujang. 2007. KAPITA SELEKTA KOMUNIKASI Pendejatan Agama
dan
Budaya. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Soerhartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
140
Subiayantoro, Arief & Suwarto, FX. 2006. Metode & Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif
Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumber dari internet:
http://blackfishboy.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi.html
http://galihredevils.blogspot.com/2010/10/akulturasi.html
http://blackfishboy.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi.html
http://sites.google.com/site/kuliahkab/halaman-2
http://hub.iibn-id.org/gdl.php?mod=browse&op=read&id=hubptain-gdlsukarnobo6-7359&q=Urban
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html
http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-prosessosial-dan-interaksi-sosial/
http://rinakhaa.wordpress.com/2011/05/24/dampak-modernisasi-terhadapakulturasi-budaya/
http://www.scribd.com/doc/77100950/Akulturasi-Dan-Culture-Shock
Lampiran I
Daftar Pertanyaan Responden
a
Jawa ?
1 Sudah berapa lama tinggal di Kecamatan Kabangka ?
2 Pertama kali datang di Kecamatan Kabangka, apa yang ada dalampikiran
bapak/ibu mengenai penduduk asli Muna ?
3 Apa tujuan bapak/ibu datang dan menetap di Kecamatan Kabangka ?
4 Apakah lingkungan tempat tinggal bapak/ibu ada penduduk lokal yang
tinggal ?
5 Dalam kehidupan sehari-hari apakah bapak/ibu sering berkomunikasi
dengan penduduk lokal ?
6 Dimana saja bapak/ibu berkomunikasi dengan penduduk lokal ?
141
7 Apa saja yang sering dibicarakan dengan penduduk lokal ? (politik, sosial
dan budaya)
8 Bahasa apa yang bapak/ibu gunakan dalam berkomunikasi dengan
penduduk lokal ?
9 Apakah hubungan komunikasi bapak/ibu berjalan efektif ?
10 Bagaiman menurut bapak/ibu tentang penduduk lokal ?
b Proses akulturasi komunikasi antar budaya, dimana informannya
penduduk asli Muna
1 Apakah dilingkungan tempat tinggal bapak/ibu ada yang tinggal etnis
Jawa ?
2 Apakah yang bapak/ibu pikirkan ketika pertama kali melihat etnis Jawa
datang di Kecamatan Kabangka ?
3 Dalam kehidupan sehari-hari apakah bapak/ibu sering berkomunikasi
dengan etnis Jawa ?
4 Dimana saja bapak/ibu berkomunikasi dengan etnis Jawa ?
5 Apa saja sering yang dibicarakan dengan etnis Jawa ?
6 Bahasa apa yang bapak/ibu gunakan dalam berkomunikasi dengan etnis
Jawa?
7 Apakah hubungan komunikasi bapak/ibu berjalan efektif ?
8 Bagaimana menurut bapak/ibu dengan keberadaan etnis Jawa di
kecamatan Kabangka ?
c
etnis
Jawa/penduduk lokal ?
5 Apakah ada kemiripan budaya etnis Jawa dengan penduduk lokal ?
6 Apakah dikeluarga bapak/ibu ada yang menikah dengan etmis Jawa atau
penduduk lokal ?
7 Apakah bapak/ibu
sering
melakukan
kerjasama
dengan
etnis
Jawa/penduduk lokal? Dalam hal apa saja dan mengapa kerjasama tersebut
dilakukan ?
8 Apakah selama ini bapak/ibu pernah berselisih paham dengan penduduk
lokal/etnis Jawa?
9 Bila ada masalah yang terjadi, bagaimana cara penyelesaiannya ?
142
Lampiran II
Foto-foto Kantor Camat dan Kantor Desa Wakobalu Agung
serta Desa Sarimulyo di Kecamatan Kabangka.
A. Foto Kantor kecamatan Kabangka sebagai Pusat pemerintahan yang ada di
Kec. Kabangka
B. Foto Kantor Desa Sarimulyo sebagai Pusat pemerintahan di Desa ini yang
berada di Kec. Kabangka
143
144
Lampiran III
Beberapa foto hasil komoditi yang merupakan hasil perkebunan dari masyarakat
Desa Wakobalu Agung dan Desa Sarimulyo
145
Tanaman Jeruk
Diantara beberapa hasil perkebunan yang ada, jeruklah yang memiliki
hasil yang terbesar, dimana hasilnya dipasok dibeberapa daerah diluar Kec.
Kabangka bahkan dipasarkan di beberapa daerah yang ada dipulau Sulawesi.
Tanaman Jagung
146
Tanaman Pepaya
Tanaman Coklat
147
Tentang Penulis .
Ade Ramayana yang akrab di sapa Ade merupakan anak bungsu dari Bapak La
Kenda dan Wa Ape. Terlahir disebuah desa yang sangat sederhana yang terletak di
Kec. Kabawo Kab. Muna, Sulawesi tenggara. Semasa hidup, penulis mulai
menempuh pendidikan pada TK DW. Oebhalano pada tahun 1996, SDN 10
Kabawo pada tahun 1997, kemudian pada tahun 2003 pada SLTP 1 Kabawo dan
di SMAN 1 Kabawo pada tahun 2005. Hingga pada tahun 2008 penulispun hijran
ke Makassar untuk melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Hasanuddin Jurusan
Ilmu Komunikasi program studi Public Relations. Pada saat ini penulis dalam
proses penyelesaian tugas akhir (SKRIPSI).
Apabila ada saran dan kritik ataupun masukan mengenai hal-hal yang
berhubungan dangan Skripsi ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui
148
149