Oleh:
Zulfahmi, S.Sy.
NIM: 1520310103
TESIS
YOGYAKARTA
2017
ABSTRAK
vi
penyelenggaraan kursus pra nikah juga memiliki relevansi dengan hifẓ an-nasl
dan hifẓ al-‘irḍ.
vii
MOTTO
viii
PERSEMBAHAN
Prodi Hukum Islam Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta,
Orang tua tercinta Bapak Yuliar. H. dan Ibu Baiyar,
Adik-adik tersayang Putri Amelia, M. Riski, M. Saufi dan M. Afdhol,
Dosen Pembimbing Dr. Moh. Tamtowi, M.Ag., dan Dr. Euis
Nurlaelawati, M.A.,
Semoga Allah Menyayangi dan Meridhai kita semua,
Amin.
______________________________________
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Keterangan
Arab
Tidak
ا Alif Tidak dilambangkan
dilambangkan
ب Ba b Be
ت Ta t Te
ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim j Je
ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
خ kha kh ka dan ha
د dal d De
ذ żal ż zet (dengan titik di atas)
ر Ra r Er
ز zai z Zet
س Sin s Es
ش syin sy es dan ye
ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع Ain ʻ koma terbalik di atas
غ gain g Ge
ف Fa f Ef
ق qaf q Qi
ك kaf k Ka
x
ل Lam l El
م mim m Em
ن nun n En
و nawu w We
ه Ha h Ha
ء hamzah ' Apostrof
ي Ya y Ye
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah diserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya.
Bila diikuti denga kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis h.
2. Bila ta‟marbūtah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan ḍammah
ditulis t.
xi
زكبةانفطر ditulis Zakātul fiṭri
D. Vokal Pendek
E. Vokal Panjang
F. Vokal Rangkap
xii
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
xiii
KATA PENGANTAR
والصالة والسالم األمتان األكمالن على رسول الرمحة ومعلم،احلمد هلل رب العاملني محداً يوايف نعمه ويكافئ مزيده
... وبعد، وعلى آله وصحبه والتابعني هلم بإحسان إىل يوم الدين،األمة حممد بن عبد هللا
Segala puji bagi Allah swt., Tuhan semesta alam Yang Maha Esa, Sang
Pemilik Segala ilmu pengetahuan. KasihNya tiada pilih kasih dan sayangNya
karena dengan rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan tesis yang
diberikan kepada penyusun- dengan segenap perjuangan, usaha dan do‟a yang
ditutup dengan tawakkal. Sekali lagi alhamdulillah, dengan rasa haru dan bangga
Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam, sang
pencerah utusan Tuhan, penutup sekalian rasul yakni Nabi besar Muhammad saw.
Beliaulah sosok yang telah bersusah payah mengangkat derajat sekalian manusia
dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima
kasih dengan setulus hati penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
banyak membantu atas terselesaikannya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih
xiv
1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D selaku Rektor
2. Bapak Dr. H. Agus Moh. Najib, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
dan Hukum, beserta para Wakil Dekan I, II, dan III beserta staf-stafnya.
3. Bapak Dr. Ahmad Bahiej, SH., M.Hum, selaku Ketua Prodi dan Bapak Dr.
4. Bapak Dr. Moh. Tamtowi, M.Ag. dan Dr. Euis Nurlaelawati, M.A. selaku
5. Bapak Dr. Ibnu Muhdir, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik (PA)
Prodi Hukum Islam Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
6. Ibu Dr. Sri Wahyuni, S.Ag., M.Ag,. M.Hum. selaku dosen pembimbing
7. Orangtuaku tercinta Ayah Yuliar. H dan Ibu Baiyar, serta adekku Putri
xv
DAFTAR ISI
ASY-SYARĪ’AH
xvii
BAB III KURSUS PRA NIKAH; PEDOMAN PENYELENGGARAAN,
xviii
2. Kursus Pra Nikah dan Ḥifẓ al-‘Irḍ ........................................... 129
D. Refleksi Kursus Pra Nikah ............................................................. 133
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR TERJEMAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xix
BAB I
PENDAHULUAN
abadi (miṡāqan ghalīẓā).4 Untuk itu, suami istri perlu saling membantu dan
1
Sakinah berasal dari kata sakana yang berarti diam; tenangnya sesuatu setelah bergejolak.
itulah kenapa pisau dinamakan sikkīn karena ia adalah alat yang menjadikan binatang yang
disembelih menjadi tenang, tidak bergerak setelah tadinya meronta. Sakinah dalam perkawinan
adalah sakinah yang dinamis dan aktif karena ia tidak mati seperti binatang. Lihat Deni Sutan
Bahtiar, Ladang Pahala Cinta Berumah Tangga Menuai Berkah (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 29.
2
Mawaddah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata wadda, yawaddu, mawaddah yang
berarti mencintai. Dalam Al-Qur‟an sendiri, kata mawaddah dengan segala bentuk variannya
terulang sebanyak 29 kali. Dalam bahasa Indonesia, kata mawaddah sering diartikan dengan cinta
dan kasih sayang. Lihat Nurdhin Baroroh, “Fungsi dan Peran BP4 (Studi Kasus Kantor Urusan
Agama Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul))”, Tesis tidak diterbitkan, Program Studi Hukum
Islam Konsentrasi Hukum Keluarga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Bandingkan dengan definisi yang dikutip Mardani, mawaddah adalah kehidupan anggota
keluarga dalam suasana cinta-mencintai, hormat-menghormati dan saling membutuhkan satu sama
lain. Lihat Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 27.
3
Rahmah adalah sebagai kata ganti dari kata “anak”. Artinya, dengan adanya perkawinan
antara seorang laki-laki dan perempuan sebagaimana yang telah disyari‟atkan Tuhan atas dasar
kasih sayang dan cinta kasih, maka terjadilah hubungan badan yang menyebabkan lahirnya anak
atau keturunan sebagai akibat dari perkawinan tersebut. Atau rahmah dapat juga dimaknai dengan
orang tua atau masa tua. Lihat Nurdhin Baroroh, “Fungsi dan Peran BP4 (Studi Kasus Kantor
Urusan Agama Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul))”, Tesis tidak diterbitkan, Program Studi
Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Lihat juga
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Yogyakarta: UII Press, t.t.), hlm. 553
4
Miṡāqan Ghalīẓā dijelaskan dalam beberapa karya terdahulu, diantaranya: pertama, ia
bermakna janji yang dikokohkan dengan sekokoh-kokohnya, lihat. Ismā‟il Abu al-Fida‟, Rūh al-
Bayān (Beirut: Dar el-Fikr, t.t.), II: 316. Defenisi lain, ia adalah sebuah janji kokoh yang menjadi
1
2
kursus pra nikah bagi remaja usia nikah.5 Kursus Pra Nikah adalah pemberian
kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.6
laki dan perempuan yang dituju dalam peraturan tersebut berdasarkan usia
minimal perkawinan.7 Peraturan Dirjen tentang kursus pra nikah ini berkaitan
pengikat antara suami dan istri dengan ikatan yang paling kuat dan paling besar dampak
hukumnya, lihat Ahmad bin Musthafa al-Marāghi, Tafsir al-Marāghi (Mesir: Musthofa al-Babi,
1946), IV: 211.
5
Pertimbangan atas perlunya menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra
Nikah.
6
Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor:
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
7
Pasal 15 Ayat (1) Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 7 Ayat (1) Undang -Undang Nomor
I Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3
keluarga yang bahagia dan kekal. Kedua, perkawinan sah apabila dilakukan
hukum dan agama yang bersangkutan, seorang seorang suami dapat beristri
lebih dari satu orang. Keempat, calon suami istri harus sudah memiliki
kedudukan suami istri adalah seimbang, baik dalam kehidupan rumah tangga
bangunan, agar bangunan tersebut kuat dan tahan dari goncangan, maka ia
harus didirikan di atas pondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang
kokoh, terjamin dan bermutu. Pondasi sebuah keluarga adalah ajaran agama
yang disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon suami dan istri. 9 Kursus
pra nikah juga merupakan tahap yang harus dilalui oleh remaja usia nikah dan
8
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 48.
9
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 254.
4
adanya program kursus ini, setiap pasangan yang menikah dapat menjalani
terbangun.10
Dalam perspektif Islam, salah satu tema yang sangat diapresiasi dan
dijadikan pondasi bagi hukum Islam, itulah yang disebut falsafah hukum
Islam.12
Begitu pula dengan kursus pra nikah, di dalam aturan yang dibuat
pemerintah tersebut dapat digali nilai-nilai yang menjadi tujuan dari lahirnya
peraturan terkait. Tentu, nilai-nilai tersebut tidak otomatis secara kasat mata
10
Ahmad Rajafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Yogyakarta: Istana
Publisihing, 2015), hlm. 126.
11
Abu Yasid, Aspek-aspek Penelitian Hukum; Hukum Islam-Hukum Barat (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 80.
12
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm. 16.
5
Salah satu bunyi pasal dalam peraturan kursus pra nikah berbunyi:
Pasal 2
kursus pra nikah, yaitu mewujudkan keluarga bahagia dan tentram. Semua
tujuan yang tertera dalam bunyi Pasal tersebut tidak lepas dari upaya
yang terbaik dan bagaimana hukum itu diterapkan agar bisa mewujudkan
13
Klasifikasi tersebut di atas lebih condong kepada pengklasifikasian yang dibuat oleh ahli
maqāsid tradisional, khususnya asy-Syāṭibī. Tingkatan-tingkatan itu menurut Jasser Auda sama
dengan klasifikasi yang dibuat oleh Abraham Maslow pada abad ke-20 yang disebut hierarki
kebutuhan (hierarchy of needs). Pada tahun 1943 menyarankan lima tingkatan untuk kebutuhan-
kebutuhan itu. Lalu, pada 1970, Maslow merevisi idenya tersebut dan menyarankan kebutuhan-
kebutuhan itu menjadi tujuh tingkatan. Selanjutnya, Jasser menyebut bahwa kesamaan teori asy-
Syāṭibī dengan Abraham Maslow merupakan hal menarik, yaitu kedinamisan. Lihat Jasser Audah,
al-Maqāṣid untuk Pemula, terj. „Ali „Abdel Mon‟im, (Yogyakarta: Suka Press, t.t.), hlm. 12.
6
antara dua orientasi kandungan hukum Islam itu. Sebab, kedua aspek itu
secara nyata tidak dapat dipisahkan dalam hukum Islam. Di samping itu,
dengan pembagian tersebut kita bisa menarik garis yang jelas antara ranah
hukum yang boleh dikembangkan melalui ijtihad dan ranah hukum yang
perceraian dapat masuk dalam dua orientasi yang telah disebutkan oleh asy-
Syāṭibī. Sebab, pernikahan tidak bisa dilepaskan dari aspek dunia dan akhirat.
Contoh kecil dapat kita lihat dari pelaksanaan nikah yang dimulai dengan
14
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syari‟ah Menurut Al-Syatibi (Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa, 1996), hlm. 64.
15
Ibid., hlm. 73-74.
7
B. Rumusan Masalah
dalamnya?
D. Kajian Pustaka
nikah. Studi yang masuk dalam kelompok ini antara lain studi yang dilakukan
oleh Suci Cahyati Nasution dengan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Kursus
Pra Nikah dan Kursus Calon Pengantin oleh KUA Kecamatan Sungai Kanan
bahwa pelaksanaan kursus pra nikah dan kursus calon pengantin belum
Kecamatan Sungai Kanan kurang efektif.16 Ari Azhari dalam karya yang
materi lebih jelas dan rinci. Kedua, faktor pendukung keberhasilan kursus pra
Sleman bagi anggotanya wajib diikuti oleh setiap anggota yang ingin
16
Suci Cahyati Nasution, “Pelaksanaan Kursus Pra Nikah dan Kursus Calon Pengantin oleh
KUA Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara”,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah dan Hukum Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
17
Ari Azhari, “Pelaksanaan Kursus Pra Nikah (Studi Komparatif Di Kantor Urusan Agama
Kec. Gondokusuman Kota Yogyakarta Dengan Lembaga Pembinaan Persiapan Hidup Berkeluarga
Kevikepan DIY)”, Tesis tidak diterbitkan, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga, 2014.
10
Kedua, studi yang membahas implikasi kursus pra nikah. Studi yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain dilakukan oleh Abdi Munif Effendi
Ketiga, studi yang membahas persepsi peserta kursus pra nikah. Studi
yang masuk dalam kelompok ini antara lain dilakukan oleh Kotimah dalam
18
Isti Yuliani, “Bimbingan Pra Nikah Bagi Anggota Polri Polres Sleman Yogyakarta”,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2006.
19
Abdi Munif Effendi, “Penyuluhan Pra Nikah dan Implikasinya Terhadap Kehidupan
Rumah Tangga (Studi di KUA Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk Jawa Timur Tahun
2006-2008)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
11
pelaksanaan kursus pra nikah. Studi yang termasuk dalam kategori ini antara
lain karya Rika Nurkhusna yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah
Korem 043 Garuda Hitam Bandar Lampung, fasilitas dan sumber daya
manusia yang mendukung, metode yang efektif dan sikap pembimbing yang
dengan kegiatan lain, belum ada jadwal khusus untuk pelaksanaan bimbingan
kajian tentang kursus pra nikah, baik yang membahasa dari sudut efektifitas,
program kursus pra nikah. Namun, sejauh pengetahuan penyusun belum ada
yang membahas kursus pra nikah dari sudut maqāṣid asy-syarī‟ah. Tentunya,
20
Kotimah, “Persepsi Peserta Kursus Calon Pengantin Terhadap Bimbingan Pernikahan di
BP4 Kecamatan Depok Kabupaten Sleman DIY”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
21
Rika Nurkhusna, “Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Bintal TNI-AD Korem 043
Garuda Hitam Bandar Lampung”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
12
penelitian yang sudah ada. Ditambah lagi pendekatan dan jenis penelitian
juga berbeda.
E. Kerangka Teoritik
kehidupan rumah tangga dan keluarga.22 Pra Nikah berasal dari kata “Pra”
mengurangi angka perceraian.25 Hal ini tergambar pada materi pokok yang
22
Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor:
DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah,
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), hlm. 697.
24
Ibid., hlm. 614. Perkawinan/pernikahan secara bahasa berarti al-jam‟u dan ad-ḍommu
yang bermakna “berkumpul menjadi satu”. Sedangkan menurut istilah syarak, perkawinan adalah
suatu akad yang di dalamnya terdapat kebolehan melakukan persetubuhan dengan menggunakan
lafal “mengawinkan” atau “menikahkan”. Lihat Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, Fathu al-
Mu‟in, terj. M. Fikril Hakim dan Abu Sholahuddin, (Kediri: Lirboyo Press, 2014), hlm. 1.
materi yang terbagi dalam kelompok dasar dan kelompok inti. Semua materi
kemaslahatan umat manusia. Secara umum, tidak semua tujuan itu termuat
secara jelas dan nyata dalam teks-teks suci; Al-Qur‟an dan Hadis Nabi
tujuan mulia yang dijunjung tinggi oleh Islam akan dapat ditemukan.
suatu hukum, kedua tujuan akhir yang baik yang hendak dicapai oleh hukum,
ketiga tujuan ilahiyah dan konsep moral yang menjadi basis dari hukum, dan
merupakan metode yang luar biasa untuk mengembangkan nilai dan ruh
kawin setara dengan kuliah satu semester. Lihat Modul Keluarga Sakinah Berperspektif
Kesetaraan Bagi Penghulu, Penyuluh, dan Konselor BP4 (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kemenag RI, 2012).
26
Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, terj. Rosidin dan
„Ali „Abd el-Mun‟im (Bandung: Mizan, 2015), hlm. 31.
27
Yudian Wahyudi, Hukum Islam antara Filsafat dan Politik (Yogyakarta: Pesantren
Nawesea Press, 2015, hlm. 73.
14
akhirat. Hanya orang-orang yang ingkar kepada Allah saja yang mengabaikan
dalam dirinya. Mereka tidak mau menerima dan mensyukuri rahmat dan
pokok dalam agama merupakan keharusan yang mesti ada dalam kaitannya
manusia ingin maju dan berkembang. Kehidupan manusia akan terancam jika
Lima hal pokok tersebut adalah agama, jiwa, keturunan, akal dan
harta. Dalam usaha menjaga lima hal itu, asy-Syāṭibī membagi kepada tiga
harus dipenuhi dan tidak bisa dihindari dalam menopang kemaslahatan dunia
28
Ahmad Musṭafa al-Marāghi, Tafsir al-Marāghi, cet.ke-2 (Beirut: Dar al Kutub al-
„Ilmiyah, 2006), VI: 206.
29
Muhammad Khalid Mas‟ud, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial, terj. Yudian
Wahyudi, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hlm. 229.
30
Masruhah, “Tinjauan Maqāsid asy-Syarī‟ah Tentang Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana (Studi Analitik di Desa Sridadi Kec. Rembang Kab. Rembang)”, Skripsi tidak
diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016.
15
harus dilihat dalam wilayah yang lebih luas. Sehingga mampu menjangkau
ranah yang yang luas juga. Secara holistik juga, maqāṣid akan mampu
kontemporer.
Lima hal pokok yang harus dijaga tersebut menyangkut pangkal dan
sejarah dan perkembangan dalam konsep dan teorinya dengan harapan agar dapat
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
31
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syaria‟ah Menurut al-Syatibi (Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa, 1996), hlm. 71.
32
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga
Ukhuwah, cet. ke-2 (Bandung: Ikapi, 1994), hlm. 169.
16
2. Sifat Penelitian
3. Pengumpulan Data
berikut:
b. Bahan
1) Bahan Primer
secara langsung.
2) Bahan Sekunder
4. Pendekatan
pendekatan filosofis.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 376.
34
Ibid.
18
maupun aturan tidak pernah lepas dari dimensi nilai yang dimuat oleh
hukum dan aturan tersebut. Hal ini untuk menjelaskan bahwa aturan yang
agama mereka.
5. Analisis Data
dengan seksama sesuai referensi yang ada, melalui metode induktif yaitu
35
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 42.
36
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, hlm. 1.
19
dengan cara meneliti seluruh isi peraturan yang ada kemudian ditarik
G. Sistematika Pembahasan
titik fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian yang menjadi gambaran
penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, kerangka teori yang berisi
perkambangan maqāṣid.
20
Bab III memuat kursus pra nikah dan perkembangannya. Dalam bab
yang penyusun peroleh dari tulisan-tulisan yang terkait dengan kursus pra
nikah. Sejarah dan peran BP4 juga akan dibahas dalam bab III ini. Sehingga
akan diketahui sejauh mana peran BP4 terhadap kursus pra nikah.
ini yang akan dianalisis adalah kursus pra nikah sebagai kebutuhan primer,
relevansi kurikulum kursus pra nikah dengan tujuan perkawinan dan relevansi
kursus pra nikah dengan konsep ḥifẓ an-nasl dan konsep ḥifẓ al-„ird serta
PENUTUP
A. Kesimpulan
kepada remaja usia nikah, maka BP4 sebagai mitra kerja Kementerian
nikah menjadi sangat penting dan vital sebagai bekal bagi kedua calon
dan aspek biologis. Di samping itu, penyelenggaraan kursus pra nikah juga
141
142
adanya pernikahan yang mengacu pada tujuan nikah, dan hal itu
B. Saran
pelaksanaannya.
2. Para calon pengantin diharapkan serius dan menjadikan kursus pra nikah
masyarakat.
6. Orang tua hendaknya juga dilibatkan dalam pelaksanaan kursus pra nikah
pemahaman tentang kursus pra nikah dan juga ikut hadir dalam
pelaksanaannya.
7. Materi yang diberikan sebaiknya lebih dipilah mana yang lebih penting
I. Buku
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
„Attar Al-, Abdul Nasir Taufiq, Poligami Ditinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang-undangan, terj. Chadijah Nasution, Jakarta: Bulan Bintang, t.t.
Auda, Jasser, al-Māqāṣid untuk Pemula, terj. „Ali „Abd el-Mon‟im, Yogyakarta:
Suka Press, t.t.
Azzam, Abdul Aziz Muhamad, dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Munakahat, Khitbah, Nikah, dan Talak, terj. Abdul Majid Khon, cet. ke-1,
Jakarta: Amzah, 2009.
Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Modul Keluarga Sakinah Berperspektif
Kesetaraan Bagi Penghulu, Penyuluh, dan Konselor BP4, Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2012.
Bahtiar, Deni Sutan, Ladang Pahala Cinta Berumah Tangga Menuai Berkah, Jakarta:
Amzah, 2012.
Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqasid Syari’ah Menurut Al-Syatibi, Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa, 1996.
Basyier, Abu Umar, Mengapa Harus Bercerai..?, Surabaya: Shafa Publika, 2012.
BP4 Pusat, Hasil Munas BP4 Ke XIV/2009 Jakarta, 1-3 Juni 2009.
144
145
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqāshid al-Syāri’ah, Jakarta: Kencana, 2014.
Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, cet. ke-1, Jakarta: Kencana, 2003.
Irfan, M. Nurul, Nasab & Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah, 2012.
Linda dan Richard Eyre, 3 Langkah Menuju Keluarga yang Harmonis, terj. Alex Tri
Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. ke-2,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Maliki al-, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar, cet. ke-3,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Mas‟ud, Muhammad Khalid, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial, terj.
Yudian Wahyudi, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.
Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlaq, Jakarta : Rineka Cipta, 1994.
Mawardi, Ahmad Imam, Fiqh Minoritas Fiqh al-Aqalliyāt dan Evolusi Maqāṣid al-
Syarī’ah dari Konsep ke Pendekatan, Yogyakarta: LKIS, 2010.
Nasar, M. Fuad, H.S.M. Nasaruddin Latif Biografi dan Pemikiran, Jakara: Gema
Insani Press, 1996.
Nasution, Khoiruddin, Islam Tentang Relasi Suami dan Istri Hukum Perkawinan 1
Dilengkapi Perbandingan UU Negara Muslim, Yogyakarta:
Academia+Tazzafa, 2004.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Nuruddin, Amiur, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia
Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1 Tahun 1974
sampai KHI, cet. ke-3, Jakarta:Kencana, 2006.
Rofiq, Ahmad, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Sabbagh as-, Mahmud, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, terj. Bahruddin
Fanani, cet. ke-3, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Shiddieqy Ash-, T.M. Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2002.
Sodik, Moh., Inayah Rohmaniyah dan Waryono Abdul Ghafur, Kursus Calon
Pengantin: Membangun Keluarga Harmonis, Yogyakarta: PSW UIN Sunan
Kalijaga, 2009.
Subki as-, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, terj. Nur
Khozin, Jakarta: Amzah, 2010.
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih NIkah Lengkap, cet. ke-2,
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010.
Wahyudi, Yudian, Hukum Islam antara Filsafat dan Politik, Yogyakarta: Pesantren
Nawesea Press, 2015.
Yafie, Ali, Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga
Ukhuwah, cet. ke-2, Bandung: Ikapi, 1994.
Adji, Bayu, “Perceraian Meningkat”, dalam www. Harnas.co, diakses pada Rabu 22
Maret, pukul 11.19 WIB.
Juhar, “Persiapan Perkawinan Ditinjau dari Segi Biologis dan Psikologis”, dalam
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=537:persiapan-perkawinan-ditinjau-dari-segi-biologis-dan-
psikologis&catid=41:top-headlines. Diakses pada Sabtu, 13 Mei 2017.
148
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/16/10/03/oegjc619-tingkat-
perceraian-mengkhawatirkan
III. Artikel/Paper
Azhari, Ari, “Pelaksanaan Kursus Pra Nikah (Studi Komparatif Di Kantor Urusan
Agama Kec. Gondokusuman Kota Yogyakarta Dengan Lembaga Pembinaan
Persiapan Hidup Berkeluarga Kevikepan DIY)”, Tesis tidak diterbitkan,
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Hukum Islam
Konsentrasi Hukum Keluarga, 2014.
Baroroh, Nurdhin, “Fungsi dan Peran BP4 (Studi Kasus Kantor Urusan Agama
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul))”, Tesis tidak diterbitkan, Program
Studi Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2008.
Effendi, Abdi Munif, “Penyuluhan Pra Nikah dan Implikasinya Terhadap Kehidupan
Rumah Tangga (Studi di KUA Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk
Jawa Timur Tahun 2006-2008)”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah
Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Hidayatullah, Haris, dan Laily Hasan, “Eksistensi Badan Penasehatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam mewujudkan keluarga Sakinah di
149
Nasution, Suci Cahyati, “Pelaksanaan Kursus Pra Nikah dan Kursus Calon Pengantin
oleh KUA Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Propinsi Sumatera Utara”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah dan
Hukum Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2014.
Nurkhusna, Rika, “Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah di Bintal TNI-AD Korem 043
Garuda Hitam Bandar Lampung”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
Dakwah Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2006.
Rosyidah, Ida dan Siti Napisah, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai
Komunitas Agama di Kepulauan Seribu”, dalam Kustini (ed.), Keluarga
150
Sururin dan Moh. Muslim, “Pendidikan bagi Calon Pengantin”, Jurnal Bimas Islam,
vol. 7 no. 2, Tahun 2014.
Yendra, Nofri, “Analisa Kebijakan BP4 Tentang Kursus Pra Nikah Sebagai Upaya
Mengurangi Angka Perceraian di Kabupaten Pesisir Selatan”, Jurnal Bimas
Islam, Vol. 6 No. I, Tahun 2013.
Yuliani, Isti, “Bimbingan Pra Nikah Bagi Anggota Polri Polres Sleman Yogyakarta”,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
IV. Kitab
„Asqolāni al-, Ibnu Ḥajar, Ibānatul Aḥkām Syarḥu Bulūghi al-Marām, Beirut: Dar al-
Fikr, 2012. 4. Jil.
Fidā‟ al-, Ismā‟il Abu, Rūḥ al-Bayān, Beirut: Dar el-Fikr, t.t., 10 jil.
Ghazāly Al-, Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad, al-Mustaṣfa, Beirut: Dār al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1993.
_________, Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad, Iḥyā’u ‘Ulūmi ad-Dīn, cet. ke-
8, Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah, 2013. 4 jil.
Ḥarīrī al-, Ibrahim Muḥammad Maḥmūd, al-Madkhal ila al-Qawā’id al-Fiqhiyyah al-
Kulliyyah, Yordania: Dar „ammār, 1998.
Jaizāni al-, Muḥammad bin Ḥusain, Ma’ālim al-Uṣūl al-Fiqh ‘inda Ahli as-Sunnah
wa al-Jamā’ah, cet. ke-5, T.tp: Dar Ibnu al-Jauzi, 1997.
151
Malibari al-, Zainuddin bin Abdul Aziz, Fatḥu al-Mu’in, terj. M. Fikril Hakim dan
Abu Sholahuddin, Kediri: Lirboyo Press, 2014.
Marāghi al-, Aḥmad bin Musthafa, Tafsir al-Marāghi, Mesir: Musthofa al-Babi,
1946, 30 jil.
Suḥailī, Muḥammad Amīn, Qā’idatu Dar’i al-Mafāsid Aula min Jalbi al-Maṣalih,
Kairo: Dar as-Salām, 2010.
Syāfi‟i asy-, Abu Bakar bin Muḥammad Taqiyuddīn, Kifāyatu al-Akhyār, Damaskus:
Dar al-Khair, 1994.
Yūbi al-, Muḥammad Sa‟ad bin Aḥmad bin Mas‟ūd, Maqāṣid asy-Syarī’ah al-
Islāmiyyah wa’Alāqatuḥa bi al-Adillah asy-Syar’iyyah, Riyadh: Dar Ibnu al-
Jauziyah, 2007.
Zahrah, Abū, al-Ahwāl asy-Syakhṣiyyah, cet. ke-3, ttp.: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1957.
V. Kamus
Aripin, Jaenal, Kamus Ushul Fiqih Dalam Dua Bingkai Ijtihad, Jakarta: Kencana,
2012.
VI. Undang-undang
MEMUTUSKAN:
(2) Remaja usia nikah adalah laki-laki muslim berumur sekurang-kurangnya 19 tahun dan
perempuan muslimah 16 tahun.
(3) Keluarga sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi hajat spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana
kasih sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami,
mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul
karimah.
(4) Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan yang selanjutnya disebut BP4
adalah organisasi profesional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja
Kementerian Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.
(5) Lembaga penyelenggara kursus pra nikah adalah organisasi keagamaan Islam yang telah
memiliki akreditasi dari Kementerian Agama.
(6) Sertifikat adalah bukti otentik keikutsertaan/kelulusan dalam mengikuti Kursus pra nikah.
(7) Akreditasi adalah pengakuan terhadap badan atau lembaga yang menyelenggarakan kursus
pra nikah setelah dinilai memenuhi kriteria/persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian
Agama.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan
rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah serta
mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.
BAB III
PENYELENGGARA KURSUS
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Pasal 3
(1) Penyelenggara Kursus pra nikah adalah BP4 dan organisasi keagamaan Islam yang telah
memiliki Akreditasi dari Kementerian Agama;
(2) Kementerian Agama dapat menyelenggarakan kursus pra nikah yang pelaksanaannya bekerja
sama dengan Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau
organisasi keagamaan Islam lainnya.
(3) Dalam pelaksanaannya BP4 dan organisasi keagamaan Islam penyelenggara kursus pra nikah
dapat bekerja sama dengan instansi atau kementerian lain atau lembaga lainnya.
(4) Akreditasi yang diberikan kepada BP4 dan organisasi keagamaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berlaku selama 2 tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang dengan permohonan
baru.
Bagian Kedua
Sarana
Pasal 4
Kementerian Agama menyediakan sarana pembelajaran dalam bentuk silabus dan modul;
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 5
Pembiayaan penyelenggaraan Kursus Pranikah dapat bersumber dari APBN dan APBD;
Bagian Keempat
Sertifikasi
Pasal 6
1. Remaja usia nikah yang telah mengikuti Kursus Pra Nikah diberikan sertifikat sebagai tanda
bukti kelulusan;
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh BP4 atau organisasi
keagamaan Islam penyelenggara kursus;
3. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi syarat kelengkapan pencatatan
perkawinan;
BAB IV
PESERTA KURSUS
Pasal 7
Peserta kursus pra nikah adalah remaja usia nikah dan calon pengantin yang akan melangsungkan
perkawinan.
BAB V
MATERI DAN NARASUMBER
Pasal 8
(1) Materi Kursus Pra Nikah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok dasar
b. Kelompok Inti
c. Kelompok Penunjang
(2) Kursus pra nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan
yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.
(3) Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud pada ayat (1).
(4) Materi Kursus Pra Nikah diberikan sekurang- kurangnya 16 jam pelajaran.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 9
(1) Hal-hal teknis yang belum diatur dalam peratuan ini, akan diatur dalam Lampiran Peraturan
ini;
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal, 05 Juni 2013 10 Juni 2011
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA
NOMOR DJ.II/542 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data statistik perkawinan di Indonesia per tahun rata-rata mencapai 2 (dua) juta
pasang. Suatu angka yang sangat fantastis dan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan
adanya perubahan-perubahan sosial masyarakat. Baik buruknya kualitas sebuah keluarga
turut menentukan baik buruknya sebuah masyarakat. Jika karakter yang dihasilkan sebuah
keluarga itu baik, akan berpengaruh baik kepada lingkungan sekitarnya, tetapi sebaliknya
jika karakter yang dihasilkan tersebut jelek, maka akan berpengaruh kuat kepada
lingkungannya dan juga terhadap lingkungan yang lebih besar bahkan tidak mustahil akan
mewarnai karakter sebuah bangsa.
Suatu masyarakat besar tentu tersusun dari masyarakat-masyarakat kecil yang disebut
keluarga. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, memiliki peran penting dalam
mewujudkan harmonisasi dalam keluarga. Sebuah keluarga dapat disebut harmonis apabila
memiliki indikasi menguatnya hubungan komunikasi yang baik antara sesama anggota
keluarga dan terpenuhinya standar kebutuhan material dan spiritual serta teraplikasinya
nilai-nilai moral dan agama dalam keluarga. Inilah keluarga yang kita kenal dengan sebutan
keluarga sakinah.
Kualitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan kematangan kedua
calon pasangan nikah dalam menyongsong kehidupan berumah tangga. Perkawinan sebagai
peristiwa sakral dalam perjalanan hidup dua individu. Banyak sekali harapan untuk
kelanggengan suatu pernikahan namun di tengah perjalanan kandas yang berujung dengan
perceraian karena kurangnya kesiapan kedua belah pihak suami-isteri dalam mengarungi
rumah tangga. Agar harapan membentuk keluarga bahagia dapat terwujud, maka diperlukan
pengenalan terlebih dahulu tentang kehidupan baru yang akan dialaminya nanti. Sepasang
calon suami isteri diberi informasi singkat tentang kemungkinan yang akan terjadi dalam
rumahtangga, sehingga pada saatnya nanti dapat mengantisipasi dengan baik paling tidak
berusaha wanti-wanti jauh-jauh hari agar masalah yang timbul kemudian dapat diminimalisir
dengan baik, untuk itu bagi remaja usia nikah atau catin sangat perlu mengikuti pembekalan
singkat (short course) dalam bentuk kursus pra nikah dan parenting yang merupakan salah
satu upaya penting dan strategis.
Kursus pra nikah menjadi sangat penting dan vital sebagai bekal bagi kedua calon
pasangan untuk memahami secara subtansial tentang seluk beluk kehidupan keluarga dan
rumah tangga.
Di indonesia angka perceraian rata-rata secara nasional mencapai +200 ribu pasang per
tahun atau sekitar 10 persen dari peristiwa pernikahan yang terjadi setiap tahun. Oleh sebab
Kursus Pra Nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin merupakan salah satu solusi
dan kebutuhan bagi masyarakat untuk mengatasi atau pun mengurangi terjadinya krisis
perkawinan yang berakhir pada perceraian.
Kursus Pra Nikah merupakan proses pendidikan yang memiliki cakupan sangat luas
dan memiliki makna yang sangat strategis dalam rangka pembangunan masyarakat dan
bangsa Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk itulah akhir-akhir ini marak tumbuh badan/lembaga dari Ormas Islam dan LSM
yang menyelenggarakan kursus pra nikah, tentunya hal ini sangat menggembirakan karena
badan/lembaga/ organisasi penyelenggara tersebut ikut membantu pemerintah dalam
menyiapkan pasangan keluarga dan sekaligus ikut menghantarkan pasangan keluarga
tersebut kepada kehidupan keluarga yang diidamkan yaitu keluarga sakinah mawaddah
warahmah.
Sebagai dasar penyelenggaraan kursus pra nikah maka diterbitkan Peraturan Dirjen
Masyarakat Islam tentang Kursus Pra Nikah ini. Dalam rangka tertib administrasi dan
implementasinya, bagi lembaga/badan/organisasi keagamaan Islam yang akan menjadi
penyelenggara kursus pranikah harus sudah mendapatkan akreditasi dari Kementerian
Agama. dan untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penyelenggaran kursus pra nikah
dijabarkan melalui pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah ini.
Penyelenggaraan Kursus pra nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini berbeda
dengan kursus calon pengantin yang telah dilaksanakan pada waktu yang lalu, kursus calon
pengantin biasanya dilakukan oleh KUA/BP4 kecamatan pada waktu tertentu yaitu
memanfaatkan 10 hari setelah mendaftar di KUA kecamatan sedangkan Kursus pra nikah
lingkup dan waktunya lebih luas dengan memberi peluang kepada seluruh remaja atau
pemuda usia nikah untuk melakukan kursus tanpa dibatasi oleh waktu 10 hari setelah
pendaftaran di KUA kecamatan sehingga para peserta kursus mempunyai kesempatan yang
luas untuk dapat mengikuti kursus pra nikah kapan pun mereka bisa melakukan sampai
saatnya mendaftar di KUA kecamatan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2019);
2. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahterah ;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
4. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional;
6. Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak;
7. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
9. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang Gerakan Keluarga Sakinah;
10. Keputusan Menteri Agama Nomor 480 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota;
11. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama;
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400/54/III/Bangda perihal Pelaksanaan
Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Mewujudkan Keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah melalui pemberian bekal
pengetahuan, peningkatan pemahaman dan ketrampilan tentang kehidupan rumah tangga
dan keluarga.
Tujuan khusus :
1. Untuk menyamakan persepsi badan/lembaga penyelenggara tentang substansi dan
mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon
pengantin;
2. Terwujudnya pedoman penyelenggaran kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan
calon pengantin;
D. Pengertian Umum
1. Kursus Pra Nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah dan calon pengantin tentang
kehidupan rumah tangga dan keluarga
2. Keluarga Sakinah adalah Keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana
kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta
mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan
dan akhlak mulia dalam kehidupan bermasayarakat
3. Akreditasi Kursus Pra Nikah adalah pengakuan dari Kementerian Agama C.q
Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam terhadap badan/lembaga
penyelenggara kursus pra nikah melalui upaya penilaian, visitasi dan pengawasan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tentang penyelenggaraan kursus pra nikah yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
4. Pedoman penyelenggaraan Kursus Pra nikah adalah Pedoman tentang mekanisme
pelayanan penyelenggaraan kursus pra nikah, terkait dengan standarnisasi materi,
narasumber, badan/lembaga penyelenggara, sarana dan pembiayaan, sertifikasi dan
kurikulum / silabus yang telah ditetapkan.
BAB II
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
KURSUS PRA NIKAH
Pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah dimaksudkan sebagai pedoman untuk para
pejabat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam c.q Direktorat
Urusan Agama Islam di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan KUA Kecamatan serta
badan/lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kursus Pra nikah.
Kursus dimaksudkan adalah sebagai pembekalan singkat (shot cource) yang diberikan
kepada remaja usia nikah atau calon pengantin dengan waktu tertentu yaitu selama 24 jam
pelajaran (JPL) selama 3 (tiga) hari atau dibuat beberapa kali pertemuan dengan JPL yang sama.
Waktunya pelaksanaan dapat disesuaikan dengan kesempatan yang dimiliki oleh peserta.
Pelaksanaan Kursus Pra Nikah di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura
dilaksanakan oleh badan atau lembaga masyarakat dengan dukungan regulasi dari pemerintah.
Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) merupakan contoh negara yang menyelenggarakan
kursus pra nikah selama satu sampai tiga bulan dengan 8 kali pertemuan, sedangkan Jabatan
Kemajuan Agama Islam Malaysia (JAKIM) melaksanakan kursus pra nikah selama 3 bulan
dengan 8 sampai 10 kali pertemuan. Adapun Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu
libur yang dimiliki oleh peserta kursus yang umumnya pegawai atau buruh.
Penyelenggaraan Kursus pra nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini berbeda dengan
kursus calon pengantin yang telah dilaksanakan pada waktu yang lalu, kursus calon pengantin
biasanya dilakukan oleh KUA/BP4 kecamatan pada waktu tertentu yaitu memanfaatkan 10 hari
setelah mendaftar di KUA kecamatan sedangkan Kursus pra nikah lingkup dan waktunya lebih
luas dengan memberi peluang kepada seluruh remaja atau pemuda usia nikah untuk melakukan
kursus tanpa dibatasi oleh waktu 10 hari setelah pendaftaran di KUA kecamatan sehingga para
peserta kursus mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat mengikuti kursus pra nikah kapan
pun mereka bisa melakukan sampai saatnya mendaftar di KUA kecamatan.
BAB III
PENYELENGGARA KURSUS PRA NIKAH
Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan Dirjen Masyarakat Islam Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah: bahwa penyelenggara kursus pra nikah adalah Badan
Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan
Islam lainnya sebagai penyelenggara kursus pra nikah yang telah mendapat Akreditasi dari
Kementerian Agama.
Dengan ketentuan ini maka penyelenggaraan kursus pra nikah dapat dilaksanakan oleh
badan/lembaga di luar instansi pemerintah dalam hal ini KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya
dilakukan oleh badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam yang telah memenuhi ketentuan yang
di tetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama berfungsi
sebagai regulator, pembina, dan pengawas. Berbeda pelaksanaannya dengan kursus calon
pengantin yang dilakukan pada waktu yang lalu dilaksanakan langsung oleh KUA/BP4
kecamatan. Penyelenggaraan kursus pra nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini memberi
kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembinaan dan
pembangunan keluarga serta mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam keluarga.
Kementerian Agama sebagai regulator dan pengawas bertanggung jawab untuk memberikan
bimbingan pembinaan kepada badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam penyelenggara kursus
pranikah agar pembekalan dapat terarah, tepat sasaran dan berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, selain itu pembinaan dan pembangunan keluarga tidak lagi tertumpuk pada
tanggungjawab pemerintah secara sepihak tapi menjadi tanggungjawab bersama masyarakat
untuk bahu-membahu meningkatkan kualitas keluarga dalam upaya menurunkan angka
perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini marak di masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat, BP4 dapat berfungsi sebagai
penyelenggara sebagaimana halnya badan/lembaga swasta lainnya karena BP4 sesuai keputusan
Munas Ke XIV tahun 1999 menjadi organisasi yang mandiri, profesional dan mitra kerja
Kementerian Agama, sehingga BP4 sama kedudukan dan fungsinya seperti organisasi lainnya,
BP4 tidak lagi menjadi lembaga semi resmi pemerintah yang berbasis pada dua kaki yaitu
pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu badan/lembaga penyelenggara kursus termasuk BP4
harus mendapatkan akreditasi dari Kementerian Agama.
BAB IV
AKREDITASI BAGI PENYELENGGARA KURSUS PRANIKAH
a. Akreditasi
1. Pengertian Akreditasi
Akreditasi Kursus Pra Nikah adalah pengakuan dari Kementerian Agama C.q
Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam terhadap organisasi keagamaan Islam
penyelenggara kursus pranikah kursus pra nikah melalui upaya penilaian, visitasi dan
pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang penyelenggaraan kursus pra
nikah yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.
2. Wewenang Akreditasi
a) Akreditasi di tingkat pusat merupakan kewenangan Ditjen Bimbingan Masyarakat
Islam Cq. Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah;
b) Akreditasi di tingkat Provinsi merupakan kewenangan Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Cq. Bidang Urusan Agama Islam;
c) Akreditasi di tingkat Kabupaten/Kota merupakan kewenangan Kantor kementerian
Agama Kabupaten/Kota Cq. Kasi Urusan Agama Islam dengan melibatkan kantor
Urusan Agama Kecamatan.
3. Tujuan Akreditasi
Akreditasi bagi penyelenggara kursus pranikah bertujuan untuk :
a. Menentukan tingkat kelayakan suatu organisasi keagamaan Islam penyelenggara
kursus pranikah dalam menyelenggarakan kursus pranikah;
b. Memperoleh gambaran tentang kinerja organisasi keagamaan Islam penyelenggara
kursus pranikah;
c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kursus pranikah yang dilaksanakan oleh
badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam.
9. Hasil Akreditasi
Hasil akreditasi berupa sertifikat akreditasi penyelenggara kursus pranikah.
b. Visitasi
Visitasi merupakan rangkaian pelaksanaan akreditasi yang melekat dengan fungsi akreditasi
dan penyelenggara kursus pranikah sebagai bahan/materi kelengkapan dan ketepatan data
dan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan akreditasi. Visitasi dilaksanakan oleh
Tim. Visitasi dilaksanakan jika suatu badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam
penyelenggara kursus pranikah telah mengajukan permohonan akreditasi dengan dilengkapi
persyaratannya. Visitasi dilaksanakan segera (maksimal 1 bulan) setelah badan/lembaga
mengajukan permohonan akreditasi.
1. Pengertian Visitasi
Visitasi adalah kunjungan tim ( asesor ) ke badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam
penyelenggara kursus pranikah dalam rangka pengamatan lapangan, wawancara,
verifikasi data pendukung, serta pendalaman hal-hal khusus yang berkaitan dengan
komponen dan aspek akreditasi.
2. Tujuan Visitasi
a. Tujuan visitasi adalah sebagai berikut:
b. meningkatkan keabsahan dan kesesuaian data/informasi;
c. memperoleh data/informasi yang akurat dan valid untuk menetapkan peringkat
akreditasi;
d. memperoleh informasi tambahan (pengamatan, wawancara, dan pencermatan data
pendukung);
e. mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan tidak merugikan pihak manapun,
dengan berpegang pada prinsip-prinsip: obyektif, efektif, efisien, dan mandiri.
3. Pelaksana Visitasi
Pelaksana Visitasi adalah asesor yang memiliki persyaratan dan kewenangan, sebagai
berikut :
a) Pegawai/Pejabat dilingkungan Kementerian Agama dalam hal ini unit yang terkait
secara berjenjang yang memiliki kompetensi, integritas diri dan komitmen untuk
melaksanakan tugasnya;
b) memahami dan menguasai konsep/prinsip akreditasi termasuk mekanisme visitasi;
c) bertanggung-jawab untuk melaksanakan tugasnya sesuai prosedur dan norma;
d) bertanggung-jawab terhadap kerahasiaan hasil visitasi, dan melaporkannya secara
obyektif ke pimpinan;
e) memiliki wewenang untuk menggali data/-informasi dari berbagai sumber organisasi
keagamaan Islam penyelenggara kursus pranikah;
f) diangkat sesuai surat tugas.
6. Pembiayaan Visitasi
a) Pembiayaan visitasi bersumber dari Dipa Ditjen Bimas Islam;
b) Besarnya biaya visitasi ditentukan berdasarkan Surat Keputusan pimpinan pelaksana
akreditasi;
c) Komponen pembiayaan antara lain; honor, transportasi dan akomodasi yang memadai
dan layak bagi tim asesor;
7. Instrumen Visitasi
Instrumen visitasi adalah beberapa form isian yang harus diisi oleh
lembaga/badan/organisasi keagamaan Islam yang akan diakreditasi. Formulir isian
tersebut terdiri dari; form pernyataan, form identitas, dan questioner, sebagaimana
terlampir.
BAB V
PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH
I. Sarana Pembelajaran
Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar mengajar: silabus,
modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Silabus dan modul
disiapkan oleh kementerian agama untuk dijadikan acuan oleh penyelenggara kursus pra
nikah.
II. Materi dan Metode Pembelajaran
Materi kursus pra nikah terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok
penunjang. Materi ini dapat diberikan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, study
kasus (simulasi) dan penugasan yang pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan di lapangan.
III. Narasumber/pengajar
a. konsultan keluarga,
b. tokoh agama,
c. psikolog, dan
d. profesional dibidangnya.
IV. Pembiayaan
Pembiayaan kursus pra nikah sesuai ketentuan pasal 5 dapat bersumber dari dana
APBN, dan APBD.
Dana pemerintah berupa APBN atau APBD bisa diberikan kepada penyelenggara
dalam bentuk bantuan, bantuan kepada badan/lembaga penyelenggara dapat dibenarkan
sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan pembinaan umat sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, pemerintah dapat membantu badan/lembaga swasta dari dana
APBN/APBD.
V. Sertifikasi
Sertifikat adalah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten
yang telah diakreditasi oleh Kementerian Agama bahwa yang bersangkutan telah mengikuti
kegiatan kursus pra nikah.
Sertifikat disiapkan oleh organisasi lembaga, atau badan yang penyelenggarakan
kursus pra nikah (pasal 6 ayat 1, 2, dan 3)
Sertifikat tersebut diberikan kepada peserta kursus sebagai tanda kelulusan atau
sebagai bukti yang bersangkutan telah mengikuti kursus pra nikah.
Calon pengantin yang telah mengikuti kursus pra nikah diberikan sertifikat sebagai
tanda bukti kelulusan. Sertifikat tersebut akan menjadi syarat kelengkapan pencatatan
perkawinan yaitu pada saat mendaftar di KUA Kecamatan, sekalipun dokumen sertifikat ini
sifatnya tidak wajib tetapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat
berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang kerumahtanggaaan
dan berupaya mempersiapkan diri secara matang untuk mengarungi kehidupan baru rumah
tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk
kerumahtanggaan, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan
diantisipasi secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya.
Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh penyelenggara setelah peserta kursus dinyatakan
lulus secara meyakinkan mengikuti kursus. Sertifikat yang dimaksud merupakan syarat
pelengkap pencatatan perkawinan pada saat pendaftaran nikah di KUA Kecamatan. Bentuk
sertifikat (model, warna, dan ukuran) diserahkan kepada Badan/Lembaga penyelenggara
dengan berkewajiban mencantumkan nomor akreditasi badan/ kelembagaan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Agama.
Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal, 05 Juni 2013
Rujukan:
JUMLAH
NO. MATA DIKLAT KOMPETENSI INDIKATOR MATERI POKOK URAIAN MATERI JPL Perte
muan
A. KELOMPOK DASAR
1. Kebijakan Kementerian Agama 1
tentang Pembinaan Keluarga Sakinah
2. Kebijakan Ditjen Bimas Islam 1
tentang Pelaksanaan Kursus Pra
Nikah
3. Peraturan Perundangan tentang 1. UU Perkawinan & KHI - Konsep perkawinan 1
perkawinan dan pembinaan keluarga - Azas perkawinan
- Pembatasan poligami
- Batasan usia nikah
- Pembatalan perkawinan
- Perjanjian perkawinan
- Harta bersama
- Hak dan kewajiban
- Masalah status anak
- Perkawinan campuran
- Pengertian KDRT 1
2. UU KDRT
- Bentuk-bentuk KDRT
- Faktor-faktor Penyebab
KDRT
- Dampak KDRT
- Aturan Hukum
- Tanggungjawab
Pemerintah dan
keluarga 1
B. KELOMPOK INTI
1. Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga - Mampu memahami 1. Fungsi Agama. 1.a. Memfungsikan nilai- 2
fungsi-fungsi keluarga nilai ajaran Islam
- Mampu menjelaskan dalam kehidupan
secara kontekstual rumahtangga
fungsi-fungsi keluarga b. Fungsi pemeliharaan
dengan pengalaman fitrah manusia
kehidupan perkawinan c. Penguatan tauhid
dan keluarga dengan
- Mampu pengembangkan
mengimplementasikan akhlakulkarimah
dalam kehidupan
keluarga melalui action 2. Fungsi Reproduksi. Fungsi reproduksi yang
plan didasarkan akad pertawinan
yang suci
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Modul Kursus Calon Pengantin oleh Moh. Sodik, dkk. 137.
I
DAFTAR TERJEMAHAN
Terjemahan 1 “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kalian; mereka itu adalah pakaian bagi kalian, dan
kalian pun adalah pakaian bagi mereka”. 23.
Terjemahan 2 “Dan akan tetapi aku juga sholat, tidur, berpuasa dan berbuka, dan aku
juga menikahi perempuan, maka barang siapa yang membeci sunnahku
dia bukan bagian dari golonganku”. 24.
Tejemahan 6 “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu”. 37.
Terjemahan 7 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. 45.
Terjemahan 8 “Dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-
sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. 45.
Terjemahan 10 “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan”. 54.
II
Terjemahan 13 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. 92.
III
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Zulfahmi
Tempat/tgl. Lahir : Koto Aman, 16 Oktober 1991
Alamat Rumah : Ds. Koto Aman, RT/RW 01, Kec. Tapung Hilir,
Kab. Kampar, Prov. Riau.
Nama Ayah : Yuliar. H
Nama Ibu : Baiyar
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD : SDN 003 Koto Aman (sekarang 002) (1998-2004).
b. MTs : MTs Al-Munawwarah Pekanbaru (2005-2008).
c. MA : MA Al-Munawwarah Pekanbaru (2008-2011).
d. S1 : IAI Ibrahimy, Situbondo, Jawa Timur (2011-2015).
2. Pendidikan Non-Formal
a. MDA Darel Hikmah Koto Aman (2000-2003).
b. Ponpes Al-Munawwarah Pekanbaru (2004-2011).
c. Ma’had Aly Marhalah Ula, Situbondo, Jawa Timur (2011-2013).
C. Prestasi/Penghargaan
1. Runner up lomba MQK tingkat kota Pekanbaru.
2. Mahasiswa terbaik peringkat I prodi al-ahwal asy-syakhsiyyah fakultas syari’ah
IAI Ibrahimy.
3. Harapan II debat bahasa arab tingkat ulya tingkat provinsi Jawa Timur.
4. Peserta syarhil Qur’an tingkat kabupaten Kampar.
5. Peserta seminar Hukum Islam di Universitas Malaya, Malaysia.
IV
D. Pengalaman Organisasi
1. Ketua Departemen Pendidikan OSIS MA Al-Munawwarah.
2. Bendahara Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Munawwarah (OSPA).
3. Ketua tabloid Al-Fath Ponpes Al-Munawwarah.
F. Karya Ilmiah
1. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Larangan Perkawinan
Sesuku di Tapung Hilir, Kampar-Riau”.
2. Buku Sosiologi dan Antropologi Hukum Keluarga Islam (Zulfahmi dkk).
(Zulfahmi)