Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Pernyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Aldi Haryo Sidik
NIM : 109051000024
Di Bawah Bimbingan
Drs. M. Sungaidi, MA
NIP: 1960 08 03 1997 03 1006
Sidang Munaqasyah
Penguji I Penguji II
Pembimbing
Drs. M. Sungaidi, MA
NIP. 19600803 199703 1 006
ABSTRAK
Aldi Haryo Sidik, Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah (Pendekatan
Komunikasi Antarbudaya Pada Pementasan Wayang Kulit Ki Yuwono di Desa
Bangorejo Banyuwangi) Pembimbing: Drs. M. Sungaidi, MA
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang
paling menonjol di anatara karya budaya lainnya di Indonesia. Budaya wayang
meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tuur, seni sastra, seni lukis, seni
pahat dan juga seni perlambangan. Wayang sebagai titik temu nilai budaya Jawa
dan Islam adalah suatu momentum yang sangat berharga bagi perkembangan
khasanah budaya Jawa. Wayang bagi masyarakat Jawa tidak hanya sekedar
hiburan, juga merupakan alat komunikasi yang mampu menghubungkan kehendak
dalang lewat alur cerita, sehingga dapat menginformasikan ajaran-ajaran Islam.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah Bagaimana
akulturasi narasi pakem Jawa Tengah pada pementasan wayang kulit Ki Yuwono
di desa Bangorejo Banyuwangi Jawa Timur? Kemudian minornya Bagaimana
pesan dakwah dikemas dalam kekuatan bahasa (signing), kekuatan fakta
(framing), dan kekuatan tata waktu (priming) pada pementasan wayang kulit
dalang Ki Yuwono? Bagaimana faktor penghambat dan pendukung perilaku
komunikasi antar budaya dalam penyampaian pesan dakwah di pementasan
wayang kulit Ki Yuwono?
Dilihat dari apa yang di teori kegunaan dan kepuasan (Uses and
Grafications Theory) yang di perkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz
(1974), bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber
media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya
pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskritif. Peneliti
menggambarkan dan menguraikan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan
dari objek penelitian ini. Penulis berupaya untuk menghimpun, mengolah dan
menganalisa secara kualitatif dan terwujudkan dalam konsep. Sedangkan data
yang penulis peroleh dengan cara, observasi, wawancara, study dokumentasi.
Pendekatan dakwah melalui media wayang kulit sebagai hasil kebudayaan,
mempunyai kelebihan yang langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyrakat
Indonesia sampai saat ini. Wayang kulit sudah mendarah daging bagi masyarakat
Jawa. Dalam pementasan atau pertunjukan wayang kulit banyak membawa
pengaruh bagi para penggemarnya dan masyarakat Jawa. Karena di dalam
pementasan atau pertunjukan wayang kulit banyak mengandung falsafah
kehidupan dan tata nilai yang luhur.
Keyword: Wayang, Akulturasi, Media, dan Dakwah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
kepada setiap makhluk ciptaan-Nya sehingga atas izin-Nya akhirnya penulis dapat
Shalawat serta salam kita haurkan kepada hamba Allah yang paling manis
tutur katanya, yang paling banyak sujudnya dan yang paling bijaksan kepada
strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul
Banyuwangi”.
merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Peneliti juga
merasa bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan, terutama disebabkan
karena keterbatasan penulis sebagai manusia, untuk itu saran dan kritikan yang
terima kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan dan bantuannya, semoga
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
i
1. Dr. H. Arief Subhan,MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Saputra, M.A. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
2009, terima kasih atas ilmu, motivasi dan saran yang telah diberikan
kepada saya.
dan Ibu Hj. Sriwiyati yang saya cintai, terima kasih telah merawat,
Miratin, dan Ika Istiani yang selalu mendukung penulis dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih sudah menjadi teman
10. Semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang
iii
Semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
v
2). Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat
Desa Bangorejo ................................................................ 79
BAB V KESIMPULAN
vi
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sejarah adalah mata rantai kehidupan dan kita adalah bagian dari mata rantai
kehidupan tersebut. Hanya orang yang pandai menangkap semangat zaman, yang
akan menjadi pelita dan membuat kehidupan lebih bermakna. Maka sudah
sepatutnya setiap pribadi dari kita memperhatikan waktu dan lingkungannya. Hari
kemarin adalah pelajaran hari esok, hari ini adalah kenyataan dan hari esok adalah
harapan perjuangan untuk mewujudkan harapan. Hal ini dapat dimengerti karena
berbicara masalah sejarah tidak lepas dari tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu,
makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia memiliki
banyak tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya, di mana setiap individu
memiliki kebutuhannya sendiri dan juga berbeda satu dengan yang lain.
Sedangkan makhluk sosial, manusia tidak lepas dengan berinteraksi dengan yang
lain dan memiliki kehidupan yang dinamis bersama orang lain di sekitarnya
kebiasaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
merupakan suatu unsur yang terpenting dan dapat memberikan ciri serta identitas
1
2
ciri dan inti kehidupan budaya masyarakat. Kedudukan local genius ini sentral,
datang dari luar dan yang mampu pula berkembang untuk masa-masa mendatang.
berkembang menunjukan pula kepribadian suatu masyarakat itu. Dalam pada itu,
kita pun perlu menyadari bahwa hubungan dan pergaulan dengan masyarakat dan
berbagai corak ragam kesenian yang ada di Indonesia terjadi karena adanya
kesinian, masyarakat Jawa memiliki ragam kesenian tersendiri dan tumbuh sesuai
Dari sekian banyak jenis kesenian Jawa, seni pewayangan yang hidup sejak
ribuan tahun yang lalu. Seni pewayangan merupakan sebuah tuntutan hidup bagi
1
Soerjanto Poespowardojo, Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis,(Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1993).h.122
3
masyarakat Jawa, sarat akan kandungan nilai-nilai yang sampai sekarang masih
Wali dapat berpikir rasional. Mereka sadar bahwa peertujukan wayang telah
berakar kuat di masyarakat dan tidak mungkin untuk dihilangkan begitu saja.
kulit dikemas dalam bentuk pasemon, simbol atau perlambang, sehingga tentunya
kesenian wayang tersebut. Hal ini sudah menjadi kewajaran dalam masyarakat
jawa, sebab dalam setiap kali memahami filsafat, mereka memberikan suatu
2
Suwaji Bastomi, Nilai-Nilai Seni Pewayangan, (Semarang: Dahara Prize,1993) h.iv
4
dengan menggunakan suatu simbol tertentu yang penuh penjiwaan, cipta, dan rasa
yang tinggi.3
ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalaui usaha individu dan
menjadikan islam sebagai pola pikir dan pola hidup agar tercapai kehidupan
Pementasan wayang kulit termasuk salah satu media yang efektif untuk
leluhur yang sudah berumur berabad-abad dan kini masih lestari di masyarakat,
luhur/moral, etika, dan relegius. Dari zaman kedatangan islam digunakan para
3
Ridin sofwan, dkk, Merumuskan Kembali Interelasi Islam-Jawa (Yogyakarta: Gama
Media, 2004), h. 80.
4
Deddy Mulyana, Jalaludin Rakhmat Komunikasi Antar Budaya. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1993,) h. 19
5
Rosid, Dakwah Sufistik Kang Jalal, (Jakarta: Paramadina, 2004), Cet . Ke-1, h.1
6
Hazim Amir, Nilai-nilai Etis dalam Wayang, (Jakarta: CV. Mulia Sari, 1991, Cet. Ke-1),
h. 16
5
perwatakan yang ada di dalam kehidupan manusia. Ada tokoh jahat adapula yang
jujuran, dan lain sebagainya. Ada sifat dan perilaku tokoh yang patuh ditiru atau
dicontoh, tetapi ada pula sifat yang tak perlu untuk di ditiru atau dijauhi. Berbagai
yang ada dalam pementasan wayang kulit. Cerita dalam pewayangan tidak hanya
sebagai pertunjukan seni semata, juga berfungsi sebagai media dakwah atau
sesungguhnya bukan seorang juru penerang yang serba bisa, tetapi dituntut harus
bisa, tetapi berperan sebagai budayawan, guru, kritikus, dan seorang juru bicara
yang bisa mengartifikasi isi hati, alam pikiran dan alam rasa.
media yang masih digunakan dalam aktifitas berdakwah. Dengan kesenian budaya
dari leluhur sebagai media berdakwah yang dilakukan para ulama dan wali,
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian dan memberi arah yang tepat dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada daerah pementasan wayang kulit pada
2. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Yuwono.
kulit Ki Yuwono.
D. Manfaat Penelitian
b. Manfaat praktis :
yang berkaitan dengan sejarah islam yang berasal dari tanah Jawa ini.
E. Tinjauan Pustaka
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
cetak memang sudah banyak yang diteliti khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah
1. “Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah (Studi Pada Wayang Kulit Dalang
Tahun 2010. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam skripsi ini
soisal.8
Namun, dari hasil penelusuran ini tidak membuat peneliti berhenti untuk
melanjutkan penelitian ini. Karena, ada beberapa hal yang peneliti anggap sebagai
kelebihan sekaligus pembeda dari penelitian yang lain. Salah satu perbedaannya
berbeda tempat.
F. Kerangka Teori
Subjek dari penelitian ini adalah Ki Yuwono. Dan objek dari penelitian ini
oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974), bahwa pengguna media memainkan
peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain,
7
Yogyasmara. P. Ardhi, Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah (Studi Pada Wayang Kulit
Dalang Ki Sudardi di Desa Pringapus Semarang, 2010
8
Moh. Rois. Fathurohim, Pertunjukan Wayang Sebagai Media Pendidikan, 2007
9
pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna
media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha
komunikasi yang terjadi antara Sumber dan Penerima antara dalang dengan
penonton.
G. Metodologi Penelitian
ditanyakan. 10
tata cara yang berlaku dalam masyarakat. Penelitian ini tidak menceritakan dan
9
Mc Quail, Dennis, Teori Komunikasi Massa (terj), (Jakarta: Airlangga, 1986). h. 126
10
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan
Penelitian), (Bandung; ALFA BETA, 2005), cet. 1, h. 17.
10
(dispersion).11
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.13
H. Tahapan Penelitian
Ada pun teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitiam ini adalah :
a. Observasi
11
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.
41
12
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1989), h.192
13
Masri Singarimbun, Op.Cit. h. 193
14
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, Dengan Pendekatan Kualitatif
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 8
11
b. Wawancara
c. Dokumentasi
yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.”16
2. Pengolahan data
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
3. Analisis Data
Tahap analisis data adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap
15
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknk Penelitian Sosial, (Yogyakarta,
ANDI, 2007), h.97
16
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: : Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2008), Cet.1. h.70.
12
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
I. Sistematika Penulisan
skripsi ini dengan lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab,
yaitu:
17
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1991), Cet. XI, h. 264
18
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembang Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta, Kencana, 2010), h.287
13
dakwah, subjek dan objek dakwah, metode dakwah, materi dakwah, dan tujuan
dakwah. Ruang lingkup wayang kulit dan dalang sebagai juru dakwah.
dari riwayat hidup, pendidikan, prestasi dan pengalaman beliau serta aktifitas
BAB IV dalam bab ini berisikan data penelitian dan analisa data
Banyuwangi.
Penulis akan menguraikan dalam bentuk kesimpulan dan juga saran penulis atas
TINJAUAN TEORITIS
A. Paradigma Penelitian
akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990).1
as a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first
dasar (atau yang berada di balik fisik, yaitu metafisik) yang bersifat pokok atau
prinsip utama). Sementara itu, adapula yang berpendapat bahwa ilmu sosial dapat
1) Ontologi adalah asumsi yang penting tentang inti dari fenomena dalam
individu.
1
Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, (Jakarta; PT. Bumi
Aksara, 2013), h. 25
2
Iman Gunawan. h.25
14
15
sosial.3
metode yang utama dalam sosiologi dari Max Weber adalah verstehen atau
pemahaman (jadi bukan eklaren atau penjelasan). Menurut Supardan (1997; 95)
untuk memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka seseorang
peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan harus dapat
memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat pemahaman
yang diamatinya.4
percaya bahwa fakta hanya berada dalam kerangka teori. Basis untuk menemukan
3
Iman Gunawan h.27
4
Iman Gunawan. h.34
16
“sesuatu benar-benar ada” dan “benar-benar bekerja” adalah tidak. Realitas hanya
ada dalam konteks suatu kerangka kerja mental (kontruk) untuk berpikir tentang
itu tidak bebas nilai. Jika “realitasí” hanya dapat dilihat melalui jendela teori,
maka itu hanya dapat dilihat semua melalui jendela nilai. Banyak pengonstruksian
dimungkinkan. Hal ini berarti penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas
nilai. Realitas hanya dapat diteliti dengan pandangan (jendela/kaca mata) yang
berdasarkan nilai. 5
bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka
Grafications Theory) yang di perkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz
(1974), bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber
5
Iman Gunawan. h.49
6
Mc Quail, Dennis, Teori Komunikasi Massa (terj), (Jakarta: Airlangga, 1986). h. 126
17
di Jawa. Wayang berasal dari kata 'MaHyang' yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang
adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena
penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya
saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalangyang juga menjadi narator
dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang
memainkan wayang kulit di balikkelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih,
sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan
wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon),
boneka atau semacamnya dari kulit sebagai alat pertunjukan dengan diiringi
Jawa agar mencerminkan usaha yang memiliki karakteristik dan nilai-nilai simbol
7
Bambang Sugito, Op.Cit, h.31
18
filsafat yang dalam dan memberi peluang untuk melakukan pengajian filsafat dan
keinsyafan akan sangkan-parannya, bukan manusia yang hanya hidup dan tidak
mati. Gambaran yang jelas dapat dilihat dari struktur lakon yang dibawakan oleh
memiliki makna simbolis. Kayon menyerupai bentuk masjid, apabila dibalik akan
mengapresiasikan wayang, orang Jawa tidak pernah berhenti pada aspek formal
ceritanya saja, melainkan mereka akan selalau menarik makna esoterik yang
terkandung di dalamnya. Karena itu, persepsi orang Jawa, antara satu dengan yang
gambaran simbolis mengenai bentuk fisik wayang yang tembus pada kondisi batin
merupakan kreasi Wali songo, khususnya Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dari
8
S. Haryanto, Bayang-bayang Adiluhung, (Semarang, Dahara Prize, 1992), h. 77
9
Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga. (Jakarta: Menara Kudus, 1960), h. 65
10
Suyanto Sidik, Makalah; Membaca Ayat-Ayat Semesta, Kearifan Lokal dan Islam
Jawa”, dalam Diskusi Panel dan Sarasehan; “Membaca Alam Dalam Kearifan Lokal
Berdasarkan Nilai-Nilai Spiritual Jilid 2”,2013, Banyuwangi.
19
Cerita wayang yang berasaldari kesusasteraan India, di ubah oleh para wali
dakwah.
perkembangan Islam di Jawa. Selain itu para wali juga berjasa dalam
salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah berakar jauh ke masa lalu dan
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut
sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan
orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah
dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di
dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan
di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena
waktu pengertian itu berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan
panggung atau teater atau dapat pula berarti aktor dan aktris. Wayang sebagai
seni teater berarti pertunjukan panggung di mana sutradara ikut bermain. Jadi
berbeda dengan sandiwara atau film di mana sutradara tidak muncul sebagai
Jawa, wayang purwa atau wayang ramayana di Bali dan wayang banjar di
lampau di nusantara ini telah tumbuh dan berkembang berbagai macam dan
wayangtelahmenemukanbentuknya.Bentukwayangpadaawalnyamenyerupai
Borobudur.Pagelaranwayangsangatdigemarimasyarakat.Setiappementasannyas
elaludipenuhipenonton. 12
11
Pandam Guritno, Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. (Jakarta: UI Press,
1988), h. 11
12
Bambang Murtiyoso, dkk, Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Pertunjukan
Wayang, (Surakarta: Etnika Surakarta, 2004). h. 1
21
nusantara yang telah mengarungi jalan panjang sejak sejarah mencatat seni
wayang nusantara di abad ke-9. Bahkan dipercaya seni ini sudah menjadi bagian
berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini
selain dianut dan dkemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia,
Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.13 Alasan ini cukup kuat karena seni wayang
masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa
Indonesia, khususnya orang Jawa, yakni Punakawan tokoh yang terpenting dalam
Indonesia dan tidak ada di Negara lain. Selain itu nama dan istilah teknis
pewayangan semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna) dan bukan bahasa lain.14
Pendapat kedua diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama
Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga
Indonesia, sejak abad X. Antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin
berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-
910) yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India,
13
http://www.tempokini.com/2014/09/kenalilah-wayang-maka-anda-akan-mencintai-nya/
14
Sri Mulyono,Wayang; Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya (Jakarta: ALDA, 1965).,
h.21
22
kedalamnya.15Menurut Dr. Hazeu, wayang telah ada sejak zaman Airlangga (950
caka = 1028 M permulaan abad XI sesudah Masehi) didalam kerajaan Kediri yang
Wayang sebagai satu pergelaran dan tontonan sudah dimulai ada sejak
zaman pemerintahan raja Airlangga. Kata “wayang” diduga berasal dari kata
awal jaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak
berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak itulah cerita-cerita Panji
ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi
Wayang telah dikenal sejak zaman purba yang merupakan perwujudan dari
suatu kepercayaan yang dianut masyrakat pada zaman itu berkaitan dengan roh
nenek moyang yang telah lama mati menjadi pelindung bagi manusia yang masih
benda-benda lainnya.
15
http://mediaonlinenews.com/dunia/asal-usul-wayang-kulit dikases pada Kamis, 17 Juli
2014.
16
Sri Mulyono,Wayang; Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya (Jakarta: ALDA, 1965).,
h.28
17
Bram Palgunadi, Tinjauan Tentang Wayang Kulit, (bulletin PSTK-ITB, Edisi 1 Tahun
ke-2 1978).
23
sudah ada berabad-abad sebeluh Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita
wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya
sastra India, yaitu Ramayan dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam
Sumber ilmu dakwah tidak bisa terlepas dari Al-Quran dan Sunnah
ilmu, tidak cukup dengan hanya satu mazhab tetapi multimazhab yang lahir
kepada umat manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa “dakwah” dan “Ilmu
maka ilmu dakwah harus tunduk dan patuh pada kaidah-kaidah ilmu yang
sosial. Pada masa lampau (sebelum tahun 1965-an), wayang bagi masyarakat
Jawa bukanlah sekedar ekspresi seni dan hiburan, melainkan juga sebagai
18
Sri Mulyono,Wayang; Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya. (Jakarta: ALDA, 1965).,
h.14
19
Nasir Mahmud, Bunga Rapai epistemology dan Metode Studi Islam, (Cet.1; IAIN
Alauddin Press, 1988), h. 39
20
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000). h.49
24
sumber acuan hidup, sebuah frame of reference, mitologi, dan cermin budaya
pekerti luhur (tuntunan). Menurut para ahli budaya Jawa, lakon-lakon wayang
kenegaraan, sehingga tak pelak bila Umar Kayam pernah mensinyalir bahwa
untuk mengetahui kehidupan negara perlu melihat wayang. Oleh karena itu
penanggapnya.
mungkin bisa bergerak sendiri tanpa adanya dalang, maka jelas sekali bahwa
dunia pewayangan. 21
yaitu dengan upaya mengakulturasikan budaya – budaya yang sudah ada dengan
susunan budaya asli yang sudah melekat pada tatanan masyarakat Jawa,
21
Wawan Susetya, Dhalang, Wayang, dan Gamelan, (Jakarta; Narasi; 2007) h.28
25
Pernyataan ini akan sesuai jika membaca sedikit sejarah masyarakat Jawa. Adanya
budaya masyarakat Jawa yang sudah berhasil di input oleh ajaran Islam
diantaranya adalah upacara Selametan yang berkaitan dengan orang mati pada
hari ketiga, ketujuh, dan hari keempat puluh yang didalamnya sudah terdapat
lafal-lafal Allah dan wirid-wirid Islam lainnya. Padahal kalau ditelusuri budaya
tradisi lama secara otomatis sudah mendapat cap Islam. Demikian pula upacara
selamatan akbar yang dilaksanakan oleh Sultan dengan nama gunungan dalam
upacara Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar , disamping mendapat
cap Islam namun juga memang untuk merayakan hari besar Islam.
terjadi bukan semata-mata karena perombakan oleh dunia Islam, akan tetapi
karena adanya toleransi dari Islam untuk mengakulturasikan budaya yang telah
Kebudayaan Jawa berupa Wayang sudah ada sejak zaman dahulu sebelum
kata wayangan yang berarti sumber Ilham dalam menggambar wujud tokoh dan
22
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, ( Yogyakarta: Gama Media, 2000). h.22
26
ini biasanya diperoleh dari bakat turun - temurun dari leluhurnya. Seorang
anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan
dimainkan.
beranekaragam.23
Dalang berasal dari kata : dal adalah kependekan dari kata ngudal =
masyarakat.24
23
Yoyo Rismayan, Tuntunan Praktek Pedalangan Wayang Golek Purwa Gaya Sunda,
(Bandung, STSI, 1983). h. 24
24
Yoyo Rismayan, h. 24
27
1960.
juga).Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini adalah
Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang
penutur kisah, penyanyi lagu (suluk) yang mengajak memahami suasana pada
manusianya.
Pada zaman dahulu, peranan dalang tidak terbatas sampai disitu. Sesuai
dengan fungsi pewayangan sebagai upacara ritual dan keagamaan, yaitu untuk
Lalu bagaimana posisi dan peranan dalang saat ini? Sesuai dengan
perubahan dan perkembangan wayang yang saat ini telah beralih menjadi
Drama, dalang pun mendapat peran baru yang tetap tidak menghilangkan
utama dan sentral, sudah sewajarnya dapat tampil dalam berbagai peranan,
27
Victoria M. Clara van Groenendael, Dalang Dibalik Wayang, ( Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1987) h. 55
29
pedalangan, yang mencakup seni drama, seni rupa, seni kriya, seni sastra, seni
suara, seni karawitan dan seni gaya. Dalang pun harus menguasai 12 bidang
Radya, Faham Parama Kawi, Faham Parama Sastra, dan Faham Awi
Carita.28
detail tentang agama. Karena dapat dikatakan bahwa dalang setingkat dengan
Kiai atau pemuka agama. Dan juga dalang harus sebagaiseorang komunikator,
penyuluh, atau juru penerang. Karena wayang tersebut tidak mungkin bergerak
sendiri tanpa ada dalang. Maka jelas sekali bahwa peranan dalang sangat
a) Pengertian Dakwah
mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa
Arab, kata dakwah adalah bentuk dariisim masdar yang berasal dari kata kerja
28
Victoria M. Clara van Groenendael. h. 56
30
orang lain memenuhi ajakan tersebut yag berpedoman kepada Al-Qur‟an dan As-
Sunnah.29
Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al-Qura‟an yaitu pada
surat Yusuf; 33 dan Surat Yunus; 25. Dalam Al-Qur‟an , dakwah dalam arti
mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam
dan kebaikan, 7 kali ditemukan dalam makna mengajak kepada mereka dan
kejahatan.
mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini
manusia pada tataran kegiatan individual dan sosio kultural dalam rangka
29
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 2000) h.23
30
A. Hasmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997). h. 18
31
keinsyafan atau usaha megubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
Jadi dakwah adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan dengan sadar
dan terencana, dengan mengajaknya umat manusia ke jalan Allah. Usaha dan
proses tersebut untuk memperbaiki situasu dan juga untuk mencapai tujuan
tertentu, yaikni agar manusia hidup dengan penuh kebahagian dunia akhirat tanpa
Dalam Al-Quran, pengertian dakwah seperti yang terdapat dalam surat Al-
Imran: 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung”
b) Bentuk-Bentuk Dakwah
antara lain :
31
Amrullah Ahmad,ed. Dakwah dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Prima Duta, 1983), h.
2.
32
Qurasih Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung Mizan, 1996), cet ke-XIX, h. 194.
32
Dakwah bil hal, yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan
berdakwah melalui perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai pada
kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah,
rumah ibadah, dan lain-lain.33 Dakwah bil hal merupakan upaya dakwah dengan
bantuan yang diberikan pada orang lain baik bantuan moril maupun materiil
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-
anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami
dari negeri ini (Mekkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami
pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kamu penolong dari sisi
Engkau!””.
33
Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta; al-Mawardi, 2004), h.75
33
Dalam ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin
c) Unsur-unsur Dakwah
1) Subjek dakwah
ajaran Islam). Seorang da‟i selaku subyek dakwah adalah unsur terpenting
34
Hamzah Ya‟kub, Publisistik Islam, (Bandung: Diponogoro, 1981), h.13
34
dijadiakan contoh.35
dakwah Islam. Obyek dakwah adalah amat luas, ia adalah masyarakat yang
35
HM. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1993).
h.105-106
35
dengan mutu ibadahnya. Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih
untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Sudah barang tentu da‟i
yang bertugas di kalangan buruh atau petani atau lainnya haruslah mereka
yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dunia buruh dan tani.
Dalam hal ini, khutbah atau tabligh perlu disesuaikan dengan persoalan
buruh dan petani. Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang lebih
memasarkan hasil tani. Lapangan kerja apa saja yang sedang dibutuhkan
3) Metode Dakwah
Metode ini adalah satu skema, satu rancangan bekerja untuk menyusun satu
36
Rafiudin, Maman Addul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; CV. Pustaka
Setia, 1997), cet. Ke-1. h. 47
36
metode berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata ”metodos” yang berarti
cara atau jalan. Dengan demikian, metode berarti ilmu pengetahuan yang
suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Tidak semua metode
cocok untuk setiap sasaran dakwah untuk setiap sasaran yang akan
dipengaruhi. Begitu pula dalam hal dakwah. Dalam hal ini Allah
4) Materi Dakwah
rasul-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada Qadla dan qadar.
muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya, mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana
yang mubah dan sebagainya, dan ini juga menyangkut hubungan manusia
- Ibadah, (dalam arti khusus) yaitu: thaharah, sholat, zakat, puasa, haji.
dakwah, tidak ada lain adalah bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadits. Oleh
masalah yang erat hubungannya dengan rukun Iman. Di bidang aqidah ini
“dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
Termasuk orang-orang yang merugi.”(Q.S. Az-Zumar – 65)
Sumber-sumber materi dakwah adalah :
yakni al-qur‟an dan al-hadits rasulullah saw yang mana kedua ini
syari‟at islam.37
37
HM. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya; Al-Ikhlas,
1993). h.105
39
alqur‟an dan al-hadits dengn kata lain penemuan baru yang tidak
dari asas hidup islam yang dituturkan wahyu. Bersumber kepada wahyu kita
kita buat rumus, pola dan formula, cetakbiru dari materi yang hendak kiata
dakwahkan, kita susun materi dakwah. Bertlak dari asas hidup dan
pandangan hidup islam, kita bentuk maddah perjuangan, kita letakan qoidah
khitthah yang terang dan qo‟idah yang kuat akan memahirkan kita dan
menuntun kita dalam memiliki khid‟ah dan maidah perjuangan. Jika semua
itu didukung oleh pemikir dan pejuang yang berwatak yang bermoral dan
wijhah, khid‟ah dan makidah, semua itu tidak boleh lepas dari sumbernya.
5) Tujuan Dakwah
kesesatan kepada keridhaan Allah SWT. Tanpa adanya tujuan tertentu yang
40
yang benar yaitu jalan Allah SWT. Disamping itu, dakwah bertujuan untuk
Allah Berfirman;
“Dan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran”
terjadi, apa yang terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi, dan akhirnya apa
kejadian tersebut.
Komunikasi adalah suatu proses yang di mana dua orang terlibat dalam
mengerti bahasa saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa
pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-
atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain; (4)
pengalihan informasi dari seorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna
antar pribadi dengan sistem simbol; (6) proses pengalihan pesan melalui
which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan
38
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung;CV Remadja
Karya, 1985). h.11
39
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta,LKiS,
2002). h. 4
42
simbol, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
disebut komunikasi.)40
„ritual yang mengemukakan informasi dua model, yaitu: (1) model transisi,
pesan dalam ruang, tetapi diarahkan untuk mengelola masyarakat dalam satuan
dalam informasi, untuk menarik orang lain agar turut serta dalam
kebersamaan.41
orang lain dan sebagai konsekuensinya, kita mengalami perubahan yang terus
mengimplikasikan dua orang atau lebih yang membawa latar belakang dan
peristiwa komunikasi.
meliputi objek-objek fisik tertentu seperti mebel, alat musik, karpet atau tidak
kepada seseorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara dengan siapa dan drajat
kegugupan atau kepercayaan diri yang diperlihatkan orang, semua itu adalah
sosial. 42
Saat ini harus paham, bahwa komunikasi manusia tidak terjadi dalam
tindakan-tindakan sosial yang rumit dan saling berinteraksi, serta terjadi dalam
Lingkungan sosial ini adalah budaya, dan bila ingin benar-benar memhami
politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang
budaya mereka.
42
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi AntarBudaya; Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,1993)
h. 17
44
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep
alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar
orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya
suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.43
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena itu budaya
tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana
orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-
43
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat. h.19
44
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat. h. 20
45
dan akal. Hal ini juga berarti kebudayaan adalah hal-hal yang berhubungan
karya manusia berbentuk sesuatu yang indah seperti karya seni. Wujud
kebudayaan ada tiga macam, yaitu kebudayaan ideal, lalu sistem sosial dan
yang terakhir kebudayaan fisik. Beberapa unsur universal yang ada di dalam
kebudayaan adalah sistem religi dan juga upacara keagamaan, sistem dan
45
Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya. ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2004). h.19
46
Bakker, JWM. Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar. ( Yogyakarta: Kanisius, 1999).
h.57
46
seseorang bisa belajar komunikasi adalah melalui kebudayaan yang ada. Begitu
kehidupan seperti nilai baik dan buruk, sesuatu yang harus dilakukan, atau
daerah tersebut.47
makna, simbol, nilai-nilai, aturan, dan tata upacara yang memberikan batasan
47
Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya. ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2004). h.147
47
kepada orang lain. Selain itu, melalui proses komunikasi kita bisa menjelaskan
berbagai macam kendala dan masalah yang timbul tentang kebudayaan ataupun
sangat penting bagi kita agar kita melek teknologi dan bisa menggunakan
Komunikasi tentang kebudayaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Komunikasi ini bisa terjadi baik secara verbal maupun nonverbal. Pada
kenyataanya, terdapat berbagai macam budaya yang menjadi ciri khas dan
yang baik di dalam masyarakat baik di dalam suatu negara maupun di seluruh
seperti budaya timur dan barat. Budaya berdasarkan negara seperti budaya
atau ras di dalam suatu negara seperti budaya Cina Indonesia, budaya Amerika,
48
dan Asia. Budaya berdasarkan strata sosial seperti budaya rakyat bawah atau
juga dengan komunikasi yang terjadi di dalam lingkup sosial yang lainnya
tergantung dari konteks sosial kebudayaan yang ada di sana. Berbagai macam
latar belakang mempengaruhi isi komunikasi budaya yang terjadi. Faktor yang
budaya yang ada. Latar belakang budaya yang berbeda-beda secara otomatis
akibat adanya suatu persepsi dan pemaknaan terhadap suatu realitas yang
secara logis atau tidak. Misalkan saja, kebudayaan mempercayai bahwa berdoa
48
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta,LKiS,
2002). h. 12
49
Alo Liliweri. h.14
49
antarbudaya. Kita tidak bisa memvonis suatu kepercayaan itu benar atau salah.
Hal terpenting yang harus kita lakukan adalah membangun komunikasi yang
baik dengan orang lain ketika memiliki kebudayaan yang berbeda dan
tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita percayai. Kepercayaan yang
Komunikasi dan budaya akan selalu berkaitan. Budaya tidak akan bisa
terbentuk tanpa adanya komunikasi. Pola komunikasi yang terjadi pun sesuai
dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat
kepercayaan, nilai, sikap, dan pandangan dunia dari budayanya itu. Nilai-nilai
50
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta,LKiS,
2002). h. 19
50
dan esensi suatu budaya mampu diperkuat dengan adanya komunikasi yang
Bahasa Verbal :
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua
rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal
dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu
sistem kode verbal. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
individual kita.52
perasaan, niat dan keinginan kepada orang lain. Kita belajar tentang orang-
mengatakannya, kita belajar tentang diri kita melalui cara-cara orang lain
51
Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya. ( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2004). h.150
52
Mulyana, Deddy. KomunikasiAantarbudaya. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993).
h.33
51
bereaksi terhadap apa yang kita katakan dan kita belajar tentang hubungan kita
dengan orang lain melalui take and give dalam interaksi yang komunikatif .53
tidak ada tanpa bahasa. Bahasalah yang telah memberikan makna terhadap
Bahasa Nonverbal
ia sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering
tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan
53
Samovar, Porter dan Mc. Daniel, Komunikasi AntarBudaya.(Jakarta; Salemba Humanika,
2007). h. 164
52
perilaku verbal.
verbal.
kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan
pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
Pada dasarnya, bahasa verbal dan nonverbal tidak terlepas dari konteks
budaya. Tidak mungkin bahasa terpisah dari budaya. Dalam arti yang
paling dasar, Rubin mengatakan, bahasa adalah satu set karakter atau elemen
dan aturan yang digunakan dalam hubungan satu sama lain. Karakter atau
elemen tersebut adalah simbol bahasa yang beragam secara budaya, mereka
berbeda satu dengan yang lain. Tidak hanya kata-kata dan suara untuk simbol-
54
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2008). h.121
55
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta,LKiS,
2002). h. 12
53
dan suara-suara tersebut. Budaya memberi pengaruh yang sangat besar pada
bahasa karena budaya tidak hanya mengajarkan simbol dan aturan untuk
menggunakannya, tetapi yang lebih penting adalah makna yang terkait dengan
simbol tersebut.
budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan
yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau
konsep yang diwakilkan dari kata-kata itu. Bila budaya disertakan sebagai
rumit. Ketika berkomunikasi dengan seseorang dari budaya yang sama, proses
menyulitkan.
Sebagaimana bahasa verbal yang tidak terlepas dari budaya, begitu pula
pengertian- pengertian yang harus dimiliki bersama. Dilihat dari ini, dapat
c) Akulturasi
dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga
56
Dadan Anugrah. Winny Kresnowiati, Komunikasi Antar Budaya; Konsep dan
Aplikasinya, (Jakarta, Jala Permata, 2008) h. 88
55
Semesta Raya.
budaya tersebut. Misalnya. proses percampuran dua budaya atau lebih yang
diset dalam gerakan dari pertemuan sistem budaya yang otonom. Hal
bermusuhan.
pengetahuan.
Kontak budaya dapat terwujud dalam ketiga wujud budaya baik sistem
budaya lainnya. Salah satu contoh dari proses akulturasi di Indonesia adalah
57
Nana, Mamat dan Kosim, Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosoiologi),
(Jakarta, PT. Grafindo Media Pertama, 2006) h.87
57
pada akhirnya budaya memiliki pengaruh lebih kuat akan berperan besar
komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan
antara seorang imigran dan lingkungan pribumi. Imigran tidak akan pernah
menerima pelaziman budaya asli imigran. Hal tersebut dapat terjadi dengan
perilakunya lewat belajar. Apa yang kita pelajari pada umumnya dipengaruhi
oleh kekuatan- kekuatan sosial dan budaya. Dari semua aspek belajar
58
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2005), h.149
59
sosial kita.
komunikasi individual yang lahir dan diasuh dalam budaya itu. Budaya
sistem saraf dan menjadi bagian kepribadian dan perilaku individu. Proses
59
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat. h.155
60
kehidupan yang sering tidak diharapkan dan tidak diketahui. Sebagai seorang
anggota baru dalam budaya pribumi, imigran harus menghadapi banyak aspek
afektif dan perilaku dalam penyesuaian diri dengan budaya baru. Schultz
arena petualangan, bukan merupakan hal yang lazim tetapi suatu topik
penyelidikan yang meragukan, bukan suatu alat untuk lepas dari situasi-
membentuk siapa dan bagaimana diri ini akan membahas teori-teori yang
kelompok masyarakat. 60
1) Komunikasi Persona
lingkungan pribumi.
2) Komunikasi Sosial
massa adalah suatu proses komunikasi sosial yang lebih umum, yang
individu-individu tertentu.
60
Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta, Kencana Prenada Media
Group; 2013), h. 266
62
3) Lingkungan Komunikasi
semua aspek penyesuain diri lainnya, tapi juga penting bagi masyarakat
saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem
61
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antar Budaya. (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1996.) h. 200
63
(waktu relatif yang mana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau
kelompok)
1. Knowledge (pengetahuan)
2. Persuasion (kepercayaan)
3. Decision (keputusan)
5. Confirmation (penegasan/pengesahan)
64
Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan
knowledge stage ini. Selama tahap ini individu akan menetapkan “ Apa
terjadi ketika individu memiliki sikap positif atau negatif terhadap inovasi.
Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan apakah individu
tersebut akan menerima atau menolak suatu inovasi. Suatu individu akan
membentuk sikap ini setelah dia tahu tentang inovasi , maka tahap ini
perasaan individu, karena itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh
keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena
65
tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap
inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna
inovasi ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius
terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena
dalam sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan
inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini
Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti
keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial.
66
62
http://dwikartikawati.blogspot.com/2011/02/diffusion-of-innovations-teori-difusi.html
BAB III
Kabupaten Banyuwangi, yang biasa disapa dengan panggilan Ki Yuwono ini lahir
Juni 1978. Ki yuwono merupakan seorang putra ke dua dari pasangan bapak
Suparman dan ibu Surtiani. Lahir dari keturunan seniman wayang, mengikuti
jejak sang ayah sebagai dalang wayang kulit. Dan ibu Surtiani adalah seorang rias
pengantin. Kedua orang tua Ki Yuwono ini cukup dikenal oleh masyarakat
Pesanggaran pada saat itu. Memiliki 3 keturunan, Wahyu Adi Prasetyo, Dyah Ayu
Indriani, dan Hapsari Putri Rahayu, yang dimana darah seniman mengalir kepada
secara tidak langsung darah seniman mengalir dalam dirinya. Begitu pula pada
anak ketiganya yang dapat “menyinden”, dijuluki sinden cilik oleh teman-teman
dalang Ki Yuwono, Hapsari tidak lah malu untuk menampilkan bakat keturunan
mendengarkannya.
seni pedalangan itu melibatkan Seni Karawitan, Seni Kriya, Seni Tatah Sungging.
67
68
Seni dalam pembuatan Wayang Kulit yang telah terwujud ya itu Dua buah Buto
Yuwono dikenal mudah bergaul. Pada usia 11 tahun, Ki Yuwono sudah mengikuti
ayahnya untuk pentas kesenian wayang. Dari sinilah bakat Ki Yuwono tampak,
dan sang ayah giat untuk mengajaknya saat sang ayah mendapat panggilan
didampingi sang ayah di belakangnya, pada saat khitanan teman SMP-nya waktu
dan percaya pasti bisa, Ki Yuwono memberanikan diri untuk tampil pertama
kalinya. Dengan terus meminta bimbingan dari sang ayah di kemudian harinya.
tempat tinggal dari Pesanggaran ke desa Stembel, Kecamatan Jajag. Dari desa
hijrah ke kota, begitu beliau menyebutnya. Disaat inilah beliau di uji kesetiannya
dengan wayang kulit, saat bertemu dengan teman-teman sebayanya saat duduk
berbeda pada masa kali ini, Ki Yuwono lebih senang dengan Cangkruk
menghilang pada saat itu, tetapi masih ada 25% menyukai wayang. Saat itu, ada
Sudarsono saat pentas didaerah itu, beliau menghiraukan begitu saja. Lepas dari
dalang, Ki Guntur Carito adalah „guru‟ saat beliau lepas dari SMA. Sebagai
wayang kulit yang akan di tampilkan oleh sang dalang), disinilah Ki Yuwono
memperdalam dunia dalang. Tidak hanya dengan satu sahabat ayahnya saja, tetapi
Ki Yuwono juga belajar dengan Ki Sukarno Kondho Wahono. Tidak ada praktek
atau belajar dalang secara formal yang dilakukan oleh Ki Yuwono, hanya
pernah di raih oleh beliau adalah menjadi 5 besar pada tingkat provinsi Jawa
Timur pada tahun 2003, penyaji terbaik se-Jawa Timur tingkat Provinsi pada
tahun 2011, penghargaan penyaji terbaik dari Dinas Pariwisata Provinsi Jawa-
Timur pada tahun 2012, dan penghargaan Seniman Berbakat dari Bupati
1
Wawancara Pribadi dengan Ki Yuwono pada tanggal 27 Juli 2014 Pukul 11.16 WIB
70
a. Pengertian Wayang
Menurut pendapat Dr. G.A.J. Hazeu, wayang dalam bahasa Jawa, yang
dari wayang adalah “yang”. Akar kata ini bervariasi dengan “yung, yong”, antara
lain terdapat kata layang – “terbang”, doyong – “miring”, tidak stabil; royong –
selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain; poyang – payingan “ berjalan
Awalan “wa” di dalam baha Jawa modern tidak mempunyai fungsi. Tetapi
dalam bahasa Jawa kuno awalan tersebut masih jelas memiliki fungsi tata bahasa.
Seperti terdapat pada kata: Wahairi yang berarti “iri hati, cemburu”, sejajar
dengan kata: bahiri dalam bahas Daya. Jadi bahasa Jawa wayang yang
substansi bayang-bayang),” telah terbentuk pada waktu yang amat tua ketika
: “boneka tiruan yang dibuat dari kulit yang telah diukir, kayu yang dipahat, dan
berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini
2
Sri Mulyono, Wayang; Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya,Jakarta: ALDA, 1975.
H. 11
3
Ibid.
4
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia. H.1010
71
selain dianut dan dkemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia,
Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan ini cukup kuat karena seni wayang
masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa
Indonesia, khususnya orang Jawa, yakni Punakawan tokoh yang terpenting dalam
Indonesia dan tidak ada di Negara lain. Selain itu nama dan istilah teknis
pewayangan semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna) dan bukan bahasa lain.
Pendapat kedua diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama
Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga
Indonesia, sejak abad X. Antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin
berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-
910) yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India,
Wayang sebagai satu pergelaran dan tontonan sudah dimulai ada sejak
zaman pemerintahan raja Airlangga. Kata “wayang” diduga berasal dari kata
awal jaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak
berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak itulah cerita-cerita Panji
72
ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi
pengaruh besar pada budaya wayang, terutama konsep religi dari falsafah wayang
itu. Sejak zaman Kartasura, pengubahan cerita wayang yang berinduk pada
Ramayana dan Mahabarata semakin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah
b. Jenis-Jenis Wayang
Pertunjukan wayang kulit sudah berumur lebih dari 1000 tahun atau
sudah lebih dari 3000 tahun, namun masih tetap digemari dan tetap mendarah-
daging bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan suku Jawa pada khususnya.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui UNESCO pada tanggal 7 November 2003,
sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan
warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).5
5
S. Haryono, Pratiwimba Adiluhung, Sejarah dan Perkembangan Wayang, (Yogyakarta:
Djambatan, 1998), h.5-6
73
Pada zaman penyebaran Islam di Jawa, juga telah digunakan sebagai alat
melakukan gubahan cerita pakem wayang kulit. Cerita wayang yang mulanya
mereferensi pada keyakinan Hindu dan berasal dari daratan India lalu disesuaikan
dengan ajaran Islam di Jawa. Sebut saja lakon Jimat Kalimasada yang dinilai
terbukti efektif sebagai media siar Islam pada zaman kerajaan Demak
Wayang kulit merupakan paling populer di kalangan masyarakat local hingga kini.
Dalang wayang kulit biasanya biasanya di tanggap oleh keluarga – keluarga yang
mengadakan pesta hajatan perkawinan dan khitanan. Dalam prosesi pesta hajatan
agar mereka yang memiliki hajat selalu dilindungi dari segala bencana.
negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Salah satu karya
walisanga adalah tentang konsep Panakawan yang selalu ditampilkan dalam setiap
pementasan wayang yang beliau dalangi. Para tokoh Panakawan ini selalu beliau
tersebut adalah :
1. Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Mismar. Mismar berarti
2. Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam
pengucapan lidah jawa, kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini
berarti memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para aulia
(umat) agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan
yang baik.
3. Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk. Kata ini merupakan kata pangkal dari
Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para aulia dan mubaligh pada
waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong
hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas,
4. Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yaitu berontak
terbuat dari kulit lembu.Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit
6
Rizal Firdaus Al-Sam, “Wayang Sebagai Media Dakwah,” artikel diakses pada 16
Agustus 2014 dari http://rizalalsam.blogspot.com/2011/01/wayang-sebagai-media-dakwah.html
75
kerbau yang ditatah dan diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan
wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang
diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding
dan gapit. Ditinjau dari bentuk bangunnya wayang kulit purwa dapat
terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk
wayang jujudan.
wayang biasa.
kreasi baru. Pada zaman Keraton Surakarta masih berjaya dibuat wayang
dalam ukuran yang sangat besar yang kemudian diberi nama Kyai
kerbau besar dan masih harus disambung lagi. Karya ini yang kemudian
76
ditiru oleh Dalang Muda lainnya termasuk Ki Entus dari Tegal, Ki Purbo
Asmoro dari Surakarta, Ki Sudirman dari Sragen dan masih banyak lagi
dalang lainnya. Penyaduran sumber cerita dari Ramayana dan Maha barta
Jayabaya .pujangga yang terkenal pada masa itu ialah empuSedah ,empu
rakyat, seperti kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji.
juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro
wayang klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan
wayang ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang
yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada
Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya,
terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-
dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari
negara Bali. Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan
oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada
untuk tokoh Panji tua , Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan
(STSI) yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih
Di Jawa Barat, selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah
Wayang golek . Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna, sebagai
80
kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek
terbuat dari kayu. Jenis wayang ini paling populer di Jawa Barat. Ada 2
macam wayang golek, yaitu wayang golek papak cepak dan wayang
golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal orang adalah wayang
Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, Darmawulan, dan Amir
yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan
yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka
a. Gambaran Umum
administratif pada desa atau kelurahan untuk nama lain dari „desa‟, terjadi di akhir
tahun 2000. Penyebutan „desa‟ hanya sebuah istilah oleh peneliti agar mudah
1.034.446 m2. Dengan luas persawahan 7,16472 Ha, luas permukiman 10,9541
7
Artikel di akses pada 16 Agustus 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang
8
Arsip Desa Bangorejo Tahun 2013
82
Ha, dan sebagaian luas wilayahnya adalah perkantoran dan prasaran umum
Kecamatan Tegalsari
Desa Bangorejo berada didataran rendah, bukan dataran tinggi dengan ketinggian
40 meter diatas permukaan laut. Desa Bangorejo terdiri dari 4 (empat) Dusun,
Tamansuruh.10
9
Arsip Desa Bangorejo Tahun 2013
10
Arsip Desa Bangorejo Tahun 2013
83
1. Penduduk
Berdasarkan data pada arsip Desa Bangorejo tahun 2013, penduduk Desa
Bangorejo adalah 8.949 jiwa dengan perbandingan laki-laki 4.426 jiwa sedangkan
tahun keatas. 11
satu dengan yang lain. Begitu pula dengan interaksi antar dusun, dalam artian
mengenal warga dusun yang ada dalam ruang lingkup desa Bangorejo. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan masih eratnya hubungan antar masyarakat yang
berbeda dusun, walaupun jaraknya tidak dekat. Begitupula dengan sifat gotong
royong serta slidaritas sesama masyarakat desa, sebagai contoh ketika salah satu
warga ada yang mengadakan hajat (perkawinan, sunatan atau selamatan) tanpa
harus di undang untuk membantu, maka dengan sendirinya akan datang untuk
Biasanya untuk urusan dapur adalah perempuan, dan urusan yang agak berat laki-
laki, begiu pula dengan mengantar undangan untuk saudara atau kerabat si
yang biasa mereka sebut “Tonjoan”. Dengan saling membantu, masyarakat desa
11
Arsip Desa Bangorejo Tahun 2013
84
jauh dari hal tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bagaimana masyarakat
Bangorejo bersosialisasi.
Tidak tampak perbedaan dalam hal status sosial pada masyarakat desa
karena selayaknya dibedakan jenjang sosialnya, seperti dengan pejabat desa, dan
tokoh agama.
a. Pendidikan
kelulusan pada masyarakat Bangorejo adalah SLTA dan SLTP, adapula hanya
b. Mata Pencaharian
petani dan buruh tani, adapula yang menjadi Pegawai Negeri Sipil tetapi hanya
c. Agama
memeluk agama Islam, sekitar 8.871 jiwa yang memeluk agaman Islam. Sudah
terbayang bagaimana suasana Islami yang ada pada masyarakat Desa Bangorejo.
12
Arsip Desa Bangorejo Tahun 2013
85
diantara keduanya. Tidak ada pemisah diantara kedua faham tersebut, membaur
menjadi satu kesatuan, faham itu hanya sebuah ajaran yang di dapatkan oleh
diri kita sendiri dan lingkungan materiil. Hubungan kita dengan keempat bidang
berkepercayaan diri, dan seseorang bisa saja percaya kepada ramalan nasib, pada
segi-seginya. Contohnya, orang yang baik percaya kepada Tuhan, taat kepada
Islam tidak saja dilihat sebagai unsur yang universal, tetapi juga
yang harus mengalah kepada Islam. “Sinkretisme Islam” tidak lagi dipandang
1
Niels Mulder, “Kebatinan dan Hidup Sehari-Hari Orang Jawa (Kelangsungan dan
Perubahan Kulturil)”, (Jakarta, PT. Gramedia; 1983). h.118
2
Purwadi, “Tasawuf Muslim Jawa”, (Yogyakarta, Damar Pustaka, 2004). Cet. 1. h.7
86
87
keadaan geografis dan sosiologis yang ada. Sementara itu, pandangan Islam
terhadap budaya Wayang adalah salah satu budaya pemula yang mampu
agar mampu mengambil I‟tibar dari perjuangan para ulama terdahulu dalam
dakwah islam di tanah Jawa itu tidak bisa lepas dari metode dakwah yang
dipakai kala itu.Yang mana di dalam Al-Qur‟an Allah SWT telah memberikan
walaupun sebenarnya itu semua sudah keluar dari pakem pewayangan, namun
untuk kepentingan yang lebih besar hal tersebut bisa diterima oleh masyarakat
luas. Dan untuk perkembangan dunia dakwah, hal tersebut juga bisa menjadi
salah satu alternatif media dakwah yang bisa digunakan untuk menyampaikan
pagelaran wayang, dalang menempati peran dan posisi yang sangat sentral.
sekaligus tokoh utama dalam pagelaran. Ia adalah penutur kisah, penyanyi lagu
perubahan dan perkembangan wayang yang saat ini telah beralih menjadi
upacara modernisasi.
perlu menguasai bermacam-macam tingkat tutur yang cocok bagi status setiap
tokoh. Sebab bila tidak menguasai aspek ini, sudah dipastikan permainan wayang
akan terlihat jelek dan tidak mampu memikat penonton. Karena itu dhalang adalah
kata-kata yang penuh perasaan, yang mampu memikat penonton, dan sarat dengan
pesan moral.3
dimensional, maka para dalang sebagai figur utama dan sentral, sudah
3
Purwadi, “Seni Pedhalangan Wayang Purwa” (Yogyakarta: Panji Pustaka; 2007), h.
35.
89
sosial.
yang digerakan oleh sang dalang. Dan verbalnya sebuah kata-kata yang
pertunjukan wayang kulit terlihat menarik. Dan dalam tata kata, hal ini juga
penting, karena dalang harus menjadi pengisi suara disetiap lakon wayang
yang ditampilkan. Penguasaan kedua hal ini sangat penting bagi pertunjukan
wayang kulit.
sekitar Tasawuf dan akhlaqul karimah, untuk melemahkan masyarakat yang pada
waktu itu beragama Hindu dan Budha yang ajarannya berpusat pada kebatinan.
Pada masa itu saat Majapahit masih cukup berkuasa, Sunan Kalijaga berusaha
kepercayaan atau aqidah, ibadah dan juga akhlaqul-karimah. Sehingga pada masa
itu wayang dijadikan sebuah alat metode dakwah Islam oleh para wali dan
4
Wawancara pribadi dengan Ki Yuwono
90
unsur-unsur Islam:
raja yang arif bijaksana, adil dalam ucapan dan perbuatan, sebagai
penuh suka duka dan kasih sayang. Demikian pula kalimah Syahadat
namun apabila tak menjalankan rukun Islam yang pertama maka semua
hanya dapat berdiri saja, karena memang tidak dapat duduk. Tidur dan
Islam dan jangan lupa sholat adalah tiang agama. Nabi Muhammad
Arjuna. Nama Arjuna diambil dari kata “jun” yang berarti jambangan.
Padahal semua itu dilakukan agar tidak menyakiti hati orang lain.
sholat lima waktu dan zakat merupakan dua rukun Islam yang tidak
Demikian pula dengan puasa Ramadhan dan Haji tidak setiap hari
Puasa Ramadhan dan Haji lahir pada bulan tertentu, tidak demikian
tiap hari.
tokoh tasawuf. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang
kosmopolitan.5
Meskipun disatu pulau, pulau Jawa memiliki beberapa suku, suku Sunda, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Nama Jawa tidak menjadi patokan sebagai satu
bahasa, memiliki sebuah perbedaan. Begitu pula dengan wayang kulit yang
Jawa Timur-an. Jika ditelaah pakem Surakarta lebih lembut dalam tata bahasa
wayang kulit.
5
Purwadi, “Tasawuf Muslim Jawa”, (Yogyakarta, Damar Pustaka, 2004). Cet. 1. h.11
93
air. Pada umumnya dalam menyebarkan agama Islam dan dalam memberikan
pendidikan Islam, para ulama cenderung pada aliran tasawuf. Hal ini menunjukan
bahwa mereka datang dari Gujarat, sutau tempat yang banyak dipengaruhi oleh
aliran tasawuf. Di Jawa, terutama di pesisir utara, para pemimpin madrasah dan
kebudayaan yang melekat pada masyarakat Jawa. Perubahan yang terjadi bukan
6
Wawancara Pribadi Dengan Ki Yuwono, tanggal 27 Juli 2014
7
M. Abdul Karim. Islam Nusantara, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007) cet.1,
h. 148
94
semata-mata karena perombakan oleh dunia Islam, akan tetapi karena adanya
toleransi dari Islam untuk mengakulturasikan budaya yang telah ada. Dalam
demikian. Di satu sisi bukti dari adanya satu budaya hibrid di mana menjadi orang
Jawa dan orang muslim sekaligus tidak dipandang sebagai hal yang problematis,
suatu budaya di mana isltilah-istilah lokal yang lebih tua, misalnya Tuhan,
sembahyang, surga, dan jiwa dipakai, bukan istilah-istilah dari bahasa Arab.8
karena dalam keseharian manusia ada dua hal yaitu baik dan buruk. Begitu pula
yang disampaikan oleh dalang sangatlah penting dalam hal pesan dakwah. Ketika
Yuwono dalam pementasan juga menjadi sebuah pesan dakwah. Dengan cara
8
M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa (terj), (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2013).
Cet. 1. h.30
95
untuk disampaikan kepada penonton.9 Cangian adalah termasuk pra acara dalam
suatu pagelaran wayang kulit, bentuknya seperti nyanyian yang didalamnya ada
penyampaian sesuatu pesan yang dianggap sangat perlu, karena dalam cangian
kita adalah makhluk sempurna, kita bisa sempurna karena kekuasaan Allah SWT.
Dengan cara mensucikan diri dan mendekatkan diri kepada Allah, wajiblah kita
Sejauh makna yang terkandung dalam wayang, dalam arti kata yang
bernafaskan ke-Islaman. Wayang kita saksikan sekarang ini adalah wayang hasil
gubahan para wali, falsafah Islam yang lain juga kita dapati dalam Gunungan.
Gunungan dibuat pada zaman kerajaan Demak oleh Raden Patah sekitar tahun
yang merupakan titik pusat para penonton. Gunungan ini merupakan gambaran
simbol dari “Mustika Masjid”. Jika dibalik gunungan tersebut akan berbentuk
seperti jantung manusia, yang terdiri dari bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan,
dan serambi kiri. Makna tersebut mengandung falsafah Islam yang berarti,
seorang hidup, jantung hatinya harus selalu ada berada di Masjid, jika orang itu
9
Wawancara Pribadi dengan Ki Yuwono pada tanggal 27 Agustus 2014 Pukul
10.21 WIB
96
belum mempunyai niat untuk ke Masjid maka orang tersebut Imannya belum
mempunyai arti bahwa yang harus diperhatikan pertama-tama dalam hidup ini
tersebutlah yang menjadi sebuah pesan inti atau tujuan yang ingin disampaikan
tahun baru Islam, atau Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam setiap pergelaran
Jawa. Bagi seorang Jawa, nilai-nilai moral wayang dapat ditangkap sebagai ajaran
Dalam pertunjukan wayang kulit juga terdapat pesan Aqidah, Akhlak dan
Syariah, yang merupakan nilai-nilai luhur fundamental wajib dimiliki oleh setiap
umat muslim.
10
RM Ismunandar K. h.103
11
Tedi Sutardi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya¸ (Bandung; PT Setia
Purna Inves; 2007) h.57
12
Wawancara Pribadi dengan Ki Yuwono
97
1. Nilai-nilai Aqidah
Do‟a sebuah perwujudan dari iman kepada Allah, Tuhan Yang Maha
mengatakan :
2. Nilai Akhlak
13
Wawancara Pribadi dengan Ki Yuwono
98
14
Wawancara Pribadi dengan Ki Yuwono
99
3. Nilai Syari‟ah
lakon-lakon berikut:
dan lahir dari Kunti. Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh.
yang kedua yaitu Shalat luma waktu. Dalam kisah pewayangan, Bima
“Bahasa Ngoko” atau bahasa Jawa kasar baik itu kepada dewa, kyai,
101
atau siapaun itu. Sifat seperti itu melambangkan rukun Islam yang
jagad” (lelaki pilihan). Nama Arjuna berasal dari kata “jun” yang
lainnya). Maka agar harta itu berfungsi sosial dan pembersih maka
yang keempat dan kelima yaitu berpuasa di bulan Ramadhan dan Haji.
Kedua tokoh ini hanya bertemu pada saat-saat tertentu saja. Demikian
juga dengan puasa Ramadhan dan Haji, tidak setiap hari dikerjakan.
setahun sekali pada bulan Ramadhan, dan Haju juga setahun sekali
tokoh yang dibuat sebagai cerita sejarah dan seni keindahan teater
15
RM Ismunandar K, “Wayang; Asal-Usul dan Jenisnya”, (Semarang; Dahara Prize,
1994) h.98-102
103
kebudayaan itu berlangsung melalui hati sanubari dan pikiran bangsa Indonesia
sendiri, tidak ada paksaan dari luar dan tidak ada kekuatan militer yang menyertai
16
masuk dan berkembangannya Islam di Indonesia.” Dalam buku Sejarah
Nasional Jilid III juga dinyatakan bahwa kedatangan Islam dan penyebarannya di
Indonesia yang mengadopsi aspek-aspek budaya Arab.18 Dalam konteks Jawa, hal
ini berarti menjadi Muslim tetapi tetap menjadi wong Jowo. Keadaan ini sering
di Jawa sesungguhnya baru di mulai pada akhir abad 19, yaitu ketika terjadi
yang tak kunjung usai antara tiga model: Arabisasi yang di bawa kalangan
16
Zamakhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 2011, Cet.9). h.6
17
Marwati Djoened Poeponegoro (ed.), “Sejarah Nasional Indonesia”, (Jakarta, Balai
Pustaka, 2010, Jilid III), h. 45
18
Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 2011, Cet.9). h. 28
19
M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa (terj), (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2013).
Cet. 1. h.50
104
identik dengan Arab, sehingga masyarakat luar yang mau memahami dan
menjalankan ajaran Islam harus mengikuti model yang lahir dari budaya
budaya Arab. Budaya lokal dibiarkan selama tidak bertentangan dengan substansi
Islam. Inilah unsur signifikansi Al-Qur‟an yang dalam istilah Abdurahman Wahid
Pembahasan membaca alam, kearifan lokal dan Islam Jawa ada penghampiran
seperti yang digagas dalam pribumisasi Islam, meskipun lokalitas dan etniisitas
20
Aksin Wijaya, “Relasi Al-Qur’an dan Budaya Lokal”, UIN Sunan Kalijaga, Jurnal
Kajian Islam Interdisipliner, 2005, Vol.4, h. 7
21
Aksin Wijaya, Ibid, h.252
105
sebagai obyeknya. Begitu eratnya kaitan jiwa dan alam semesta dapat diibaratkan
sebagai suatu organisma yang memiliki dua wajah. Pertalian erat ini menimbulkan
adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung
Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan
hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta
semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan
orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas-dunia
manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu
pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan. Sikap dan
kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam
mengahdapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada
kekuatan batin dan jiwanya. Bagi orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan
alam. Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi
alam adalah; alam diciptakan untuk manusia, sementara manusia diciptakan untuk
22
Suyanto Sidik, “Makalah; Membaca Ayat-Ayat Semesta, Kearifan Lokal dan Islam
Jawa”, dalam Diskusi Panel dan Sarasehan ; “Membaca Alam Dalam Kearifan Lokal Berdasarkan
Nilai-Nilai Spiritual Jilid 2”,2013, Banyuwangi. h.31
107
kedua; pengetahuan tentang budaya setempat. Tentu hal ini tidak mudah, karena
dituntut menggabungkan hasi pembacaan Kitab Semesta dan Hidayah dari Kitab
oleh Walisongo, antara lain pada saat mengubah wayang kulit agar sesuai dengan
dakwah untuk kalangan kebanyakan, tetapi juga dimanfaatkan sebgai sarana untuk
menerangkan ilmu-ilmu sir (lembut) yang terdapat dalam tasawuf, yang sulit
23
Suyanto Sidik, Op.Cit h. 32
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
dimengerti oleh masyarakat, maka dari itu dalang harus memahami apa
Tak ada proses akulturasi bahasa yang begitu sulit untuk Ki Yuwono
Bangorejo.
107
108
atau umat Islam seluruhnya menaruh rasa hormat kepada beliau. Sebab
beliau, entah kebejatan moral apa yang dilakukan oleh umat manusia.
Pesan Akhlak, Akidah dan Syariah juga disampaikan oleh beliau. Saat
bahasa yang beberapa istilah antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur
B. Saran
wayang kulit jangan lah luntur dari budaya Jawa yang sudah dari
ribuan tahun ini, agar anak cucu kita nanti dapat merasakan bagaimana
cerita kesenian wayang kulit ini dapat mendidik dan dapat membawa
apa yang telah didapat dari sebuah pelajaran yang telah didapat dari
pesan moral, akhlak, akidah, dan syariah yang ada pada setiap
agar kita bangga menjadi bangsa Indonesia. Jangan hanya meniru dari
sendiri.
apapun itu dan kebudayaan yang ada di negeri ini, khususnya kesenian
Amir, Hazim. Nilai-nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: CV. Mulia Sari,
1991.
107
108
Media Online
http://www.tempokini.com/2014/09/kenalilah-wayang-maka-anda-akan-
mencintai-nya/.
http://mediaonlinenews.com/dunia/asal-usul-wayang-kulit.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
109
110
Transkip Wawancara
Nama : Ki Yuwono
Ki Yuwono : Karena dari keturunan seniman wayang saya lahir, dan leluhur
saya menggunakan pakem Surakarta, dengan sendirinya saya
mengikuti arus yang mengalir di dalam kehidupan seni saya.
Penulis : Menurut bapak, apakah wayang kulit sebagai media yang tepat
untuk melakukan dakwah?
Penulis : Dengan materi apa yang bapak sampaikan saat mendalang agar
dapat mudah dimengerti oleh masyarakat?
Ki Yuwono : materi tentang sosial dan keagaaman yang pasti saya sampaikan
kepada masyarakat. Karena kita hidup bersosialisasi dan
beragama tentunya. Pada saat pentas di sebuah acara, misalnya
peringatan Maulid Nabi, menceritakan bagaimana sejarah
Rasulullah memperjuangkan agama Islam. Atau setelah perayaan
Hari Raya Idul Fitri, menceritakan tentang cintanya Nabi Ibrahim
dengan anaknya dan mendapat utusan dari Allah untuk
menyembelih anak semata wayang tercintanya. Penempatan cerita
tergantung saat acara apa saya pementasan wayang kulit.
Ki Yuwono : Untuk ritual saya hanya serahkan semuanya kepada Sang Pencipta
alam semesta ini, tidak ada ritual mistis, misalnya. Karena hidup
saya ini Allah yang mengatur, saya hanya bisa meminta dengan
do’a agar apa yang saya sampaikan, saya ajarkan, dan saya
mengajak masyarakat untuk berbuat kebaikan, tersampaikan
dengan baik. Dan juga, saya mengharapkan tidak adanya
hambatan dalam segi apapun itu. Tetapi, ketika Allah
memutuskan apa yang di inginkan-Nya, saya hanya bisa pasrah
dan meminta ampun jika saya mempunyai kesalahan. Lalu saya
juga mengajak masyarakat untuk bershalawat Nabi sebelum
melakukan pentas, agar diberikan hal yang postif.
Penulis : Nilai-nilai pesan dakwah apa yang bapak sering bapak gunakan
saat pementasan?
114
segi agama, menjadi lebih baik dari hari kemarin, ambil sisi
positif dari semua kehidupan kita, dan buang jauh-jauh sisi
negatif yang kita miliki.
Ki Yuwono : Semoga kesenian wayang kulit ini tak berhenti di tangan saya,
warisan budaya ini harus di lestarikan, dijaga,dan harus memiliki
penerusnya.
Mengetahui,
Pewawancara Responden