20
26/02/2013 pada 2:41 PM (Tentang Cinta, Wayang Dan Budaya Jawa)
Tags: budaya Jawa, cinta, Dewi Sekartaji, Entit, kasih sayang, kisah
cinta, langgam, moral, Panji Asmara Bangun, refleksi, renungan, Waljinah
Midhêring rat angêlangut ,
Ragil Kuning angupadi ,
mèndrané Panji Asmara ,
kang mèmba dadi wong tani ,
sang dyah ayu sru kasmaran ,
anyawang têgalan sabin ,
wus namur sang Panji ,
si Êntit kang nami ,
anêngga têgalan bindêng pisan ,
Ragil kuning ngingêti datan ngêrti ,
mulané ya ndangu si Êntit kang lagi tunggu.
• Entit : Heeh ! Kaget aku , jebul kok kowe tho Ragil Kuning , Ragil Kuning !
Kowe kok ora ketok-ketok iki nyang endi cah ayu ?
Aku wis rindu lho cah manis , cah manis.
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Entit : Adhuuuh yung . . adhuh yung. Kowe opo sido gelem tenan tha wuk ?
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Entit : Crigis ! Bocah kok crigis lho . . dikandhani aku iki yo aku !
Ora Ragil Kuning ,
kuwi gelem ora ngladeni aku sak sungsungan wae , heh ?
• Ragil Kuning : Emooooh Entiiit , aku wis ono sing nduwe , kok.
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Ragil Kuning : Gemang , gemang , Entiiit , aku mung takon wae kok.
———————————————————————————————————————-
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Ragil Kuning : Gak mau Entiiit , aku cuma bertanya saja koq . . .
Entiiiiiiit . . !!
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Ragil Kuning : Gak mau Entiiit , aku cuma bertanya saja koq . . .
Entiiiiiiit . . !!
• Ragil Kuning : Gak mau Entiiit , aku cuma bertanya saja koq . . .
Entiiiiiiit . . !!
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Entit : Criwis ! Anak koq criwis lho . . Diberitahu aku itu ya aku !
Gak , Ragil Kuning ,
kamu mau gak melayani aku satu pertemuan aja , heh ?
• Ragil Kuning : Gak mau Entiiiit , Aku sudah ada yg punya koq.
• Entit : Ach , cuma sedikit aja koq. Mumpung selagi aku mau lho anak cantik.
Kalo aku gak mau , celaka kamu !
Kalo kamu gak mau , dimana akan kutaruh mukaku ?
• Waranggana : Ha.ha.ha.ha..
• Ragil Kuning : Gak mau , gak mau , Entiiiit , aku cuma bertanya saja koq.
=================================================
Prabu Lembu Amiluhur terkejut lalu mencari tahu akan kebenaran kabar itu.
Kembalinya duta dari kerajaan Kadiri dengan nawala yg berisikan permohonan maaf ,
karena sebagai orang tua telah lalai mengawasi sang putra.
Pertunangan antara Dewi Sekartaji dan Raden Panji Asmara Bangun tidak dibatalkan ,
dan berjanji akan menyelesaikan persoalan yg ditimbulkan oleh sang putra.
Raden Panji Asmara Bangun pun pergi dari kerajaan dengan beberapa prajurit pengikut ,
mengembara untuk mencari keberadaan Dewi Sekartaji.
Apa yg telah dipersatukan oleh dewata , tak akan terpisah oleh manusia ,
hanya sang kala yg membentangkan jarak sahaja.
(Kala berarti waktu , masa.
Namun juga bermakna Bathara Kala , sang panggodha rencana , halangan).
Dalam pengembaraan ,
Raden Panji Asmara Bangun dipertemukan dengan Dewi Sekartaji.
Akhir cerita yg dipenuhi sukacita segenap kawula nagari ,
kebahagiaan kedua insan , mengiringi penyatuan kembali kedua kerajaan.
———————————————————————————————————————-
Dalam Ande-ande Lumut , Dewi Sekartaji menjadi anak angkat Klenthing Biru ,
mbok randha yg mempunyai 2 anak , Klenthing Abang dan Klenthing Ijo.
Mendengar kabar bahwa di desa seberang ,
seorang pemuda tampan yg wara-wara , menyebar kabar , mencari seorang istri.
Klenthing Kuning bersama saudara angkatnya ngunggah-unggahi , mengajukan pinangan ,
namun sang pemuda tampan memilih Klenthing Kuning.
Yg meski berpenampilan mirip orang gila ,
karena didandani oleh ibu angkatnya sedemikian rupa ,
agar bukan Klenthing Kuninglah yg bakal dipilih.
Éntit menjadi ‘gêmês’ dengan solah bawa , tingkah laku Sang Dewi ,
nyêdak êmoh digêpok , winangênan nanging ora ngadhoh ,
mendekat tapi tidak mau disentuh , membatasi tapi tidaklah menjauh.
Bisa ngêthuk bisa ngênong ,
bisa nggambang nanging ora bisa nyuling ,
bisa pêthuk bisa ngomong ,
bisa nyawang nanging ora bisa nyandhing.
Entit tak lagi bisa menahan diri ,
ia mencoba memeluk Sang Dyah Ayu Dewi Sekartaji.
Sang Dewi mengelak dan Entit yg terkena (tertusuk) oleh Cundrik Sakti ,
badhar , kembali pada wujud yg sebenarnya , yaitu Raden Panji Asmara Bangun.
Bahwa Raden Panji yg akhirnya merelakan kepergian sang istri Dewi Anggraeni ,
dan kemudian pergi mencari tunangannya Dewi Sekartaji ,
bukanlah sekedar “tèklèk kêcêmplung kalèn , timbang golèk aluwung balèn”.
Tidaklah mudah , bahkan bagi seorang lelaki ,
untuk nglêrêmaké krênthêging ati , mendiamkan gejolak perasaan ,
atas semua kenangan terhadap seseorang yg pernah dicintai ,
yg pernah sak padhangan , sak paturon , sepiring makanan , setempat tidur.
=================================================
Menurut Sejarah :
Pada tahun 1042 , Prabu Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua.
Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan wilayah barat ,
menjadi kerajaan bernama Panjalu yang berpusat di kota baru , yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur ,
menjadi kerajaan bernama Janggala yang berpusat di kota lama , yaitu Kahuripan
Epos Panji dalam Dongeng
Rakyat Nusantara
Dongeng tentang Timun Emas, Keong Mas, Bango Tong-tong, Lomaran,
Ande-ande Lumut, enthit, dan lainnya merupakan kisah pengembaran
Panji yang sedang “namur laku”(Manuaba, Setijowati, dan Karyanto 2013,
62).
Penulis
Wulan Eka
-
21/03/2021
Share
Tari topeng Jawa berkisah epos panji pad 1900-an. (Foto : KITLV).
Iklan terakota
Nyai Intan dan ketiga anaknya, Klenting Abang, Klenting Ijo dan
Klenting Biru menghalangi Klenting Kuning agar tak berangkat ke Desa
Dadapan. Mereka menyuruh Klenting Kuning mencuci pakaian kotor ke
sungai. Sementara anak-anak Nyai Intan pergi ke tempat sayembara.
Klenting Kuning terpilih karena ia dinilai masih suci, belum dicium Yuyu
Kangkang. Panji Asmarabangun membongkar penyamarannya
,Klenting Kuning kaget dan tersadar. Klenting Kuning mengubah
dirinya jadi Dewi Sekartaji dengan cambuk pemberian burung bangau.
Dongeng Entit
Dongeng bermula saat Panji Asmarabangun meninggalkan
Kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan istrinya, Dewi Candrakirana.
Kepergiannya yang tanpa sebeb membuat Dewi Candrakirana merasa
terluka, khawatir. Sang istri itu lantas jatuh sakit, tak kunjung
sembuh.
Dewi Ragil Kuning bertemu seorang buruk rupa bernama Entit di Desa
Banjarsari. Entit merupakan penyamaran Panji Asmarabangun.
Keduanya saling merasa kaget meskipun Entit belum membogkar
penyamarannya.
Tari topeng Jawa berkisah epos panji pad 1860-an. (Foto : KITLV).
Dewi Ragil Kuning sering berkegiatan bersama Entit. Kecantikan Dewi
Ragil Kuning menarik banyak pria, mereka saling memperebutkan
putri tersebut. Entit dengan kesaktiannya melindungi Dewi Ragil
Kuning dari kejahatan selama di Desa Banjarsari.
Nama Panji berasal dari kata panji, apanji, mapanji Dalam bahasa
Jawa kuna, panji merupkan gelar bangsawan tinggi. Panji Tohjaya,
putra Ken Arok dengan Ken Umang, serta Sang Mapanji Angragani,
beberapa tokoh sejarah yang menggunakan nama panji, apanji atau
mapanji.
Nama Inu berasal dari kata hino. Kata ini dalam bahasa Jawa kuna
merujuk pada golongan bangsawan tingkat tinggi, seorang putra
mahkota. Nama Panji Inu menggambarkan sosok putra mahkota
kerajaan Jenggala.
Selain itu, cerita Panji tak ditemukan bukti ditulis dalam bahasa Jawa
kuna. Pada perkembangannya, cerita Panji yang menjadi sastra Jawa
yang dikenal juga di ranah sastra Melayu, Bali, Lombok, Sulawesi
Selatan, dan bahkan hingga menyebar ke Thai dan Kampuchea.
(KESETIAAN CINTA) Enthit yang menyamar
oleh Al Khanza pada 1 Juni 2012 pukul 23:27 ·
Entit
Dipublikasi pada 1 Agustus 2012 oleh Pusaka Jawatimuran
5 Votes
Dari cerita bahasa Jawa daerah Magetan
Pada jaman dahulu di Kerajaan Jenggala, ada seorang ksatria yang sangat
tampan lagi rupawan, bernama Raden Panji Asmara Bangun. Raden Panji
Asmara Bangun adalah putra raja Jenggala, yang mempunyai seorang istri
bernama Dewi Galuh Candrakirana. Sepadan dengan sang suami yang
tampan dan rupawan, dara suntingan sang Panji Asmara Bangun ini sudah
termashur kecantikannya. Di kolong langit ini tiada bandingnya. Pasangan
yang sangat serasi ini, bagaikan Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih yang
menjelma ke mayapada, turun dari Kahyangan yang indah permai.
Konon kata sahibul hikayat, pada suatu waktu sang Panji Asmara
Bangunpergi meninggalkan Kerajaan Jenggala, tanpa diketahui oleh sang
istri. Kepergian sang suami yang tanpa memberitahu kepada dirinya ini,
membuat Galuh Candrakirana menjadi prihatin. Akhirnya karena sangat
berduka sang dewi lalu jatuh sakit. Ia selalu memikirkan kepergian sang
suami yang dicintainya. Hatinya sangat menderita, “Tega benar kakanda
Panji Asmara Bangun meninggalkan diriku”, Begitulah kata hatinya. Pada
hal cinta Galuh Candrakirana kepada suaminya tiada taranya. Tiada suatu
pun yang dapat dipakai untuk membandingkan kebesaran cinta sang putri
kepada suaminya. Dapat dibayangkan betapa sedih hati Galuh
Candrakirana, karena derita yang tiada tertahankan.
Maka, terceriteralah pada waktu itu di Taman Keputren, Sang dyah ayu
Candrakirana yang sedang gering ditunggui oleh adiknya dewi Ragil
Kuning. Betapa hancur dan duka hati dewi Ragil Kuning menyaksikan
ayunda yang sangat dicintainya itu menderita sakit yang teramat payah.
Jauh dalam dasar hatinya Ragil Kuning sangat menyalahkan kakandanya
Panji Asmaia Bangun yang begitu tega meninggalkan isteri yang
dicintainya tanpa pesan sama sekali. Tindakan gila itu telah berakibat
sangat menyedihkan. Sekarang ayunda Galuh Candrakirana menderita
gering yang amat berat, karena sangat dukanya.
Konon menurut ujar para penambang, Dewi Ragil Kuning masuk hutan ke
luar hutan naik gunung turun gunung, demi cintanya kepada ayunda Galuh
Candrakirana. Tanpa diketahuinya, Dewi Ragil Kuning telah masuk daerah
yang disebut desa Banjarsari.
Pada suatu hari, sang suami melepaskan ganjalan hatinya, sambil berkata,
“Bu, bu, kita ini sudah bertahun-tahun membangun nidup bersama-sama.
Tetapi hingga kini kita ini tidak dapat memperoleh anak”. Sang istri
kemudian menjawab, katanya, “Iya lho pak, kita sudah lama
mengharapkan kehadiran seorang anak. Aku kepingin sekali rasanya
menggendong seorang anak kecil. Anak yang lahir dari rahimku sendiri. Ya,
siapa orangnya yang tidak akan gembira, bila menyaksikan seorang ibu
dengan penuh kasih sayang menggendong anaknya. Tapi, ya nyatanya kita
tidak memperolehnya. Sedih, dan memang inilah yang selalu menjadi
ganjalan hatiku, pak”.
“Ah, ya sudahlah bu, kita harus pasrah dan mupus, Ya. kita memang
berusaha. Dan kita tidak kurang-kurang berusaha. Tapi kan semua itu
akhirnya Sang Penciptalah yang akan menentukan”, balas suaminya.
Lelaki yang muncul itu ternyata adalah semacam makhluk yang buruk
wajahnya. Lagi pula suaranya sangat mengerikan karena banyak sekali
menggunakan suara hidung. Lelaki itu ternyata, ingin ikut menghamba
pada sepasang suami istri yang tidak dikaruniai anak tersebut. Rupanya
sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Mengetahui, lelaki berujud jelek ter-
sebut ternyata diterima dengan senang hati untuk ikut pada sepasang
suami istri itu, bahkan kemudian diangkat menjadi anaknya.
Pada suatu hari Entit pergi ke sawah. Seperti biasa, alat pertanian tidak
pernah lepas dari dirinya. Pada waktu itu dia membawa cangkul untuk
menyiangi tanamannya di tegalan. Pada waktu itu dewi Ragil Kuning
tersebut sampai ke daerah pategalan desa Banjarsari. Betapa terkejut
hatinya katika menyaksikan ada makhluk yang sangat buruk dengan setan
ada di hadapannya. Ia menjerit keras-keras dan berusaha lari akan minta
bantuan.
Tidak hanya sang dewi Ragil Kuning yang sangat terkejut. Entit pun sangat
terkejut juga, ketika melihat bahwa yang ada dihadapannya adalah putri
Jenggala Dewi Ragil Kuning. Mengapa sang putri ini sampai di tlatah yang
sangat berbahaya ini? Mengapa Entit terkejut? Siapakah sebenarnya Entit
itu?.
Entit sebenarnya tiada lain adalah putra raja Jenggala, bernama Raden
Panji Asmara Bangun yang baru meninggalkan kerajaan Jenggala, dan
menyamar sebagai makhluk yang buruk rupa. Tidaklah mengherankan
kalau Entit sendiri menjadi terkejut ketika melihat sang Dewi Ragil Kuning
berada di tlatah yang rawan itu. Hatinya bagai diiris dengan sembilu,
mengingat semua yang ditinggalkannya, dan melihat tekad adiknya untuk
mencarinya. Ia merasa sangat khawatir, karena daerah Banjarsari
merupakan daerah yang sangat gawat dan rusuh. Kejahatan-kejahatan
meningkat dalam jumlah yang tinggi. Perbuatan-perbuatan maksiat,
berjudi, mencuri, berzina, menghisap candu dan lain-lain sudah merajalela
di desa Banjarsari ini. Sang Panji merasa terpanggil untuk menghancurkan
kejahatan-kejahatan ini, dan merasa mempunyai kewajiban untuk
melindungi adiknya sendiri si dewi Ragil Kuning, dari segala tindak
angkara murka.
Oleh sebab itu dengan kesaktiannya, Raden Panji Asmara Bangun mencoba
menenangkan hati adiknya dari rasa takut terhadap dirinya yang mirip
dengan setan itu. Ternyata usaha ini berhasil, dan Ragil Kuning tidak
melarikan diri lagi ataupun takut kepadanya. Bahkan ada semacam
perasaan tenang dan damai berada di sisi Entit yang jelek rupa itu.
Akhirnya mereka berdua bersahabat dengan baiknya. Sang dewi Ragil
Kuning merasa mendapatkan seorang sahabat yang sangat baik di
pengembaraan ini. Entit pun yang tidak lain adalah Panji Asmara Bangun
juga merasa sangat suka dan gembira, sebab ia dapat memberi perlindung-
an kepada adiknya tanpa diketahuinya.
Maka terjadilah pertempuran yang sengit antara dua orang sakti, yang
matang dalam segala ulah keprajuritan. Keduanya sama-sama berdarah
bangsawan yang memiliki kepandaian ulah’senjata melebihi orang
kebanyakan. Keduanya adalah putra raja Jenggala dan Kediri. Keduanya
adalah benteng-benteng kerajaan Jenggala dan Kediri. Oleh sebab itu
pertempuran mereka membuat orang-orang yang menyaksikannya,
terheran-heran. Afangkah hebat dan saktinya mereka. Alangkah trampilnya
mereka akan ulah senjata dan peperangan.
Namun pada akhir pertempuran itu tampaklah bahwa Entit yang tidak lain
adalah Panji Asmara Bangun itu ternyata memiliki kepandaian dan tataran
ilmu selapis di atas Panji Gunung Sari. Oleh karena itu pelan-pelan
akhirnya nampak bahwa Panji Gunung Sari mulai terdesak. Tidak kuat
menahan gempuran-gempuran hebat dari se Entit yang buruk rupa,
akhirnya Panji Gunung Sari mengeluarkan pusaka sakti andalannya
Dengan senjata andalannya ini kemudian ia terus mendesak Entit. Akhir-
nya si Entit terkena pusaka sakti si Panji Gunung Sari. Demikianlah tiba-
tiba langit menjadi gelap gulita dan hujan menderu-deru. Jasad Entit
lenyap dan tiba-tiba muncullah seorang ksatria tampan, yang tidak lain
adalah Raden Panji Asmara Bangun.