Anda di halaman 1dari 3

Bait Puisi 6.

92
Panggung Gembira Inspiring Generation

REPUBLIK KEBINGUNGAN

Perkenankan aku perkenalkan diri


Sebab di sana tak ada lagi yang mengenal apalagi peduli
Akulah orang yang tersesat kehilangan arah dari republik kebingungan

Hendak kuceritakan padamu tentang tanah airku


Perihal indah, agung, dan menawannya
Kebingungannya, dan segala tentang katanya

Terbayang dibenakku dimasa silam cerita nyata


Kala bahagia, haru, dan syukur menyatu menyongsong hari merdeka
Diiringi pekikan takbir membahana, serta kalimat menggelora “merdeka, merdeka”
Perjuangan para pahlawan, pengorbanan jiwa, dan tetes darah syuhada tak sia-sia

Inilah negri kita, republik kebingungan


Sebuah negri yang subur makmur ijo royo-royo
Negri yang aman toto tentrem karto raharjo
Republik zamrud khatulistiwa
Hutannya paru-paru dunia, kebudayaannya akar peradaban manusia
Sepenggal firdaus di permukaan dunia
Tapi segala faktanya, Cuma katanya

Seiring waktu berjalan, sekian puluh tahun kemerdekaan dalam genggaman


Tapi ikatan pancung penjajahan terasa masih mencekik kehidupan
Kita hidup di tanah surga, namum penuh lara dan sengsara
Sampai pulau-pulau tak lagi terjamah oleh kita apalagi terkelola
Tuan pengelola pasti sang sipit atau sang pirang
Hingga tak tersisa warisan untuk anak cucu kita
Selain daripada hutan yang sudah punah
Dan kekayaan alam yang terjarah

Ilir-ilir, memang kita sudah nglilir


Kita sudah bangun, sudah bangkit.
Bahkan kaki kita sudah melangkah berlari
Namun akal pikiran kita belum, hati nurani kita belum

Betapa republik kita terbelenggu


Terkepung sekularis, liberalis, komunis, is, is, is
Ditunggangi naga ber-uang
Hingga sesuatu sesakral agama bisa mengundang curiga
mungkinkah kita telah menutup telinga terhadap nasehat ulama, mengabaikan jasa kyai dan
santrinya, menutup mata pada sejarah yang nyata
Atau mungkinkah kita lebih membuka telinga dan diri terhadap penjajah,
Yang tak pernah berjuang melainkan untuk kacaukan, kuasai, kuras, dah akhirnya merekapun
kenyang dan kitapun kelaparan.

Bukanakah kita telah mendengar asal mula negri kita


Pasaknya dibangun ulama dan aulia
Pilarnya ditopang kyai dan santrinya
Atapnya disangga para cendikia
Tapi, detik ini semua telah berbeda
Ulama jadi tersangka
Kyai dan santri diintai gerak-geriknya
Pendapat cendikia tak lagi diterima

Demikianlah keadaan negara kita, republik kebingungan


Kedzaliman dianggap keadilan
Kebatilan dianggap kebenaran
Kekacauan dianggap kedamaian

Beginilah perilaku dan tingkah kita


Ketika diajak memilih pemimpin seiman, ramai kita berujar, “Elehhh... yang penting
makan, bukan iman..”
Kala orang pakai busana modis, kita komentar, “wuiihhh, mirip artis...!”
Tapi kala seorang da`I berdakwah ke pelosok, dengan sinis dan curiga kita berbisik, “Sssttt,
jangan-jangan dia teroris...!”
Ketika ada yang menista Quran, kita bilang, “Udahlah, biarkan...!”
Tapi ketika ada bendera tauhid dikibarkan, kita bilang, “Tangkap, penjarakan...!”
Saat anak band menyanyi tak karuan, ramai kita berseru, “Ayo, mari saksikan...!”
Ketika bejuta ummat menuntut keadilan, kita berseru, “Gagalkan dan bubarkan!”

Demikianlah keadaan kita


Propaganda media lebih kita percaya daripada fakta yang nyata
Ajaran agama lebih diwaspadai daripada ajaran komunis beserta antek-anteknya
Ketika seseorang membela kesucian agama bersiaplah untuk disebut pelaku makar lagi
radikal

#VideoVisual

Cukup..!
Mau sampai kapan semua ini berjalan !
Mau sampai kapan kita digerogoti kerunyaman, dilamun kegalauan, diperbudak persoalan!
Masihkah berguna asas-asas yang menopang kuat berdirinya negeri ini
Masihkah ada nilai-nilai luhur yang tinggi mulia
Masihkah kita berpegang teguh pada apa yang kita sebut ideology bangsa

Masihkah kita mengingat saat Imam Bonjol bertempur sebagai panglima


Saat Pangeran Diponegoro berperang bak singa
Saat Jendral Sudirman memimpin gerilya meski ia ditandu pasukannya
Saat Bung Tomo memekikkan takbir ke seantero langit Surabaya
Semoga kita tidak lupa

Sejatinya, negara kita adalah republik aman tenteram yang melekat dengan islam

Tidakkah kita mencintainya


Mencintai apapun kondisi dan situasinya
Sebab...
Dihamparannya kita dilahirkan
Dihamparannya kita dibesarkan
Dihamparannya kita diajarkan siapa itu Tuhan

Untung ada islam, yang bersamanya rakyat berani mengibarkan sang saka
Untung ada kyai dan ulama, yang berkorban jiwa raga, harta benda, bahkan nyawa
BONDO BAHU PIKIR, LEK PERLU SAK NYAWANE PISAN

Untung ada pesantren,


Dari rahimnya muncul embrio generasi yang mampu menginspirasi bangsa agar senantiasa
melawan segala bentuk penjajah dan penjajahan

Untung ada pesantren,


yang bersinar sebagai lentera hakiki untuk menerangi seluruh negeri

Wahai bangsa kebingungan


Ketahuilah...!
walau banyak yang membenci islam, itu karena keawaman
walau banyak yang berbuat onar tak karuan, itu karena kurangnya pendidikan
walau ketika pemilu banyak yang menerima sogokan, itu karena kurangnya gaji untuk makan
lupakanlah karena kita adalah negara kesatuan
jika kita berpecah belah, bhinneka tunggal ika dipertanyakan
maka kembalilah ke jalan Ridho Tuhanmu Wahai jiwa yang tenang
*Al-Fajr

Kawan
Sekali lagi ku sampaikan impianku
agar ia kembali ke jalan-Nya
Agar ia tak kelam
Jadilah Darussalam
Jadilah sebenar-benar penggalan firdaus di muka bumi ini

Anda mungkin juga menyukai