Anda di halaman 1dari 12

SENI PERTUNJUKAN KETOPRAK

Ditulis oleh :

1. Aldi Farhan F (02 / X MIPA 7)


2. Deby Yanuar (10 / X MIPA 7)
3. Ema Aprilia S.H (12 / X MIPA 7)
4. Fitri Ramadhina (17 / X MIPA 7)
5. Rendi Aprilio (29 / X MIPA 7)
6. Riska Sulistyowati (31 / X MIPA 7)

Tugas ini ditulis untuk melengkapi tugas

Mata Pelajaran Seni Budaya tahun pelajaran 2017 / 2018

Dibimbing Oleh :

Leonardo Putu Prahanta

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 2 SRAGEN

Tahun Pelajaran 2017 / 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyeleasaikan makalah yang berjudul “SENI PERTUNJUKAN KETOPRAK”.
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dan penulis dapat memperluas pemahaman
tentang Ketoprak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karna itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir penyelesaian.

Sragen, 07 Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENYERAHAN……………..……………………………………………01
KATA PENGANTAR………………..………………………………………………02

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………03

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah…………………………………………...…………………04
Rumusan Masalah…………………………...………………………………………..04
Tujuan Penulisan…………………………………………...…….…………………..04
Manfaat Penulisan…………………………………………...……………………….04

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ketoprak……………………………………………………….…………05
Sejarah Ketoprak……………………………………………………………….……..05
Jenis-Jenis Ketoprak…………………………….…………………………...……….06
Pembagian Iringan Musik…………………………………………………………….08
Fungsi Musik Pada Ketoprak…………………………………………………………08
Perkembangan Seni Pertunjukan Ketoprak…………………………………………..09

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………….………………..11
Saran………………………………………………………………………………….11

LAMPIRAN………………………………………………………………………….12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ketoprak (bahasa jawa:Kethoprak) adalah sejenis seni pentas drama
tradisional yang diyakini berasal dari Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta,
oleh karena itu, kesenian ini sering disebut sebagai Ketoprak Mataram.
Pada awal mulanya, ketoprak menggunakan iringan lesung(tempat menumbuk
padi) yang dipukul secara berirama sebagai pembuka, iringan saat pergantian adegan,
dan penutup pertunjukan sehingga terkenal disebut sebagai Ketoprak Lesung. Dalam
perkembangannya, Ketoprak kemudian menggunakan iringan jawa, dan penggarapan
cerita maupun iringan yang lebih rumit.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan Ketoprak bermacam-macam. Biasanya
diambil dari cerita legenda atau sejarah jawa, meski juga ada cerita fiksi. Banyak pula
diambil cerita dari atau berseting luar negeri (yang terkenal adalah cerita sampek
engtay).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1) Apa yang dimaksud Ketoprak?
2) Bagaimana sejarah Ketoprak?
3) Apa saja jenis-jenis Ketoprak?
4) Apa saja pembagian iringan musik pada Ketoprak?
5) Apa fungsi musik pada Ketoprak?
6) Bagaimana perkembangan Ketoprak?

C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi atau gambaran mengenai :
1) Pengertian Ketoprak
2) Sejarah Ketoprak
3) Jenis-jenis Ketoprak
4) Pembagian iringan musik pada Ketoprak
5) Fungsi musik pada Ketoprak
6) Perkembangan Ketoprak

D. MANFAAT PENULISAN
Makalah yang penulis susun ini diharapkan akan memperluas pengetahuan pembaca
dan penulis tentang Seni Pertunjukan Ketoprak. Manfaat yang lain adalah :
1) Dapat mengetahui pengertian Ketoprak
2) Dapat mengetahui sejarah Ketoprak
3) Dapat mengetahui jenis-jenis Ketoprak
4) Dapat mengetahui pembagian iringan musik pada Ketoprak
5) Dapat mengetahui fungsi musik pada Ketoprak
6) Dapat mengetahui perkembangan Ketoprak

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KETOPRAK
Ketoprak yang sering dipentaskan tentu berbeda dengan pementasan lainnya.
Ketoprak tidak sama dengan ludruk, tidak sama dengan drama bahasa jawa, dan juga
berbeda dengan pementasan teater. Ada banyak pandangan mengenai pengertian
Ketoprak. Tetapi pada intinya pandangan-pandangan tersebut mengacu pada
pengertian yang sama.
Ketoprak adalah sebuah bentuk teater yang berlakon dengan unsur-unsur
utama dialog, tembang, dan dagelan. Pelaku-pelakunya terdiri dari pria dan wanita.
Sedangkan pertunjukannya diiringi dengan gamelan. Gerak laku pemain cenderung
realistik walaupun pada awal perkembangannya ada sedikit unsur tari didalamnya.
Ada kalanya peranan pria harus dilakukan oleh pemain wanita, tetapi sebaliknya pada
masa lalu para pemain pria memerankan peran wanita (Bandem, 1996:30)
Tulisan Kuswadji Kawindrasusanta dalam kertas kerjanya yang disampaikan
pada Lokakarya Ketoprak Tahap I tanggal 7 sampai 9 Februari 1974 di Yogyakarta,
yang menyatakan bahwa kata Ketoprak berasal dari nama sebuah alat, yaitu tiprak.
Kata tiprak ini bermula dari prak. Sebab bunyi tiprak adalah prak, prak, prak.
(Sudyarsana, 1989:23)
Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R.Ng. Ranggawarsita,
diterbitkan Kolfbuning tahun 1923 halaman 9-10 menyebutkan:
“…tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan.”
Dalam buku itu pun, pada bagian Sri Tumurun diceritakan, Sri bersedia turun ke
dunia apabila disambut dengan prak ketiprak tanpa gending (Sudyarsana, 1989:23)
Demikian pengertian ketoprak yang berbeda-beda. Dengan pengertian
tersebut, ketoprak dapat membedakan dirinya dengan pertunjukan-pertunjukan lain.
Didalam ketoprak terdapat pemeranan dan juga pernaskahan. Pemeranan menunjuk
lakon yang akan bermain dalam ketoprak. Bagaimana mereka memerankan ketoprak
tersebut. Apakah menjiwai atau tidak. Kemudian penaskahan biasanya dikerjakan
oleh skenografer. Naskah ini dapat juga dikerjakan oleh sutradara tetapi lebih baik
dikerjakan oleh skenografer. Sehingga sutradara dapat fokus terhadap pekerjaannya
menyutradarai Ketoprak dan menyeleksi para pemain/lakon Ketoprak.

B. SEJARAH KETOPRAK
Ketoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat
bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun
mencapai puncaknya di Jogja pada sekitar tahun 1950-an.
Semula ketoprak merupakan hiburan rakyat yang diciptakan oleh seseorang di
luar kerajaan. Mereka menyiapkan panggung dan berlagak menjadi raja, pejuang,
pangeran, putri, dan siapa pun yang mereka inginkan. Pada perkembangannya,
hiburan ketoprak juga diminati oleh anggota kerajaan, dan disetiap penampilannya
selalu ada pelawak yang membuat ketoprak terasa semakin hidup.
Kesenian yang dalam penyajian atau pementasannya menggunakan bahasa
jawa ini memiliki cerita yang beragam dan menarik. Mirip dengan teater, pertunjukan
ini diisi dengan dialog-dialog yang membawa penonton merasakan atmosfir dunia
Jawa pada masa raja-raja berkuasa.

5
Ceritanya diambil dari mana saja, baik dari sejarah tanah Jawa hingga cerita-
cerita fantasi. Penampilannya juga selalu disertai tembang-tembang Jawa yang
disisipkan dibeberapa bagian cerita, sehingga dapat juga dibilang Ketoprak disatu
pihak mirip dengan operet. Kostum dan dandanannya menyesuaikan dengan adegan
atau lakon.
Pada awalnya, Ketoprak menggunakan iringan suara lesung dan alu yang biasa
digunakan sebagai alat penumbuk padi. Alat-alat ini menimbulkan suara prak, prak,
prak, yang merupakan asal dari kata ketoprak. Namun saat ini jalan cerita ketoprak
diiringi oleh irama gamelan dan keprak yang tak henti. Dan ini sangat menarik
dinikmati, terutama apabila memang pertunjukan ketoprak yang disuguhkan
mengangkat cerita humor yang dapat mengundang tawa.

C. JENIS-JENIS KETOPRAK
1. Ketoprak Lesung
Sesuai dengan namanya, alat musik yang dipergunakan dalam Ketoprak ini
terdiri dari lesung, kendang, dan seruling. Cerita yang dibawakan adalah kisah-
kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan di pademangan - pademangan, ketika
para demang membicarakan masalah penanggulangan hama yang sedang melanda
desa mereka atau cerita-cerita tentang Pak Tani dan Mbok Tani dalam mengolah
sawah mereka. Oleh karena itu kostum yang dipakaipun seperti keadaan mereka
sehari-hari sebagai penduduk pedesaan, ditambah dengan sedikit make up yang
bersifat realis.
Untuk mementaskan Ketoprak Lesung dibutuhkan pendukung sebanyak ± 22
orang, yaitu 15 orang untuk pemain (pria dan wanita) dan 7 orang sebagai
pemusik. Dalam pertunjukan ini tidak dikenal adanya vokalis khusus atau
waranggana. Vokal untuk mengiringi musik dilakukan bersama-sama baik oleh
pemusik maupun pemain.
Pertunjukan Ketoprak Lesung ini menggunakan pentas berupa arena dengan
desain lantai yang berbentuk lingkaran. Sampai sekarang Ketoprak Lesung yang
ada masih mempertahankan alat penerangan berupa obor, tetapi ada juga
pertunjukan Ketoprak Lesung yang menggunakan lampu. Salah satu perbedaan
Ketoprak Lesung dengan Ketoprak Gamelan adalah adanya unsur tari. Pada waktu
masuk atau keluar panggung atau kegiatan lain pemain Ketoprak Lesung
melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi. Lama pertunjukan
Ketoprak Lesung ini tergantung pada kebutuhan. Bila diminta bermain semalam
suntuk maupun setengah malam pemain ketoprak ini akan menyesuaikan diri
dengan mengambil lakon yang tepat untuk itu, akan tetapi dengan catatan bahwa
pertunjukan hanya dilakukan pada malam hari.

2. Ketoprak Gamelan(Mataram)
Meskipun merupakan perkembangan lebih lanjut Ketoprak Lesung akan tetapi
fungsi pertunjukan Ketoprak Gamelan ini tidak berubah, yaitu sebagai hiburan
bagi masyarakat, yang kadang-kadang menyelipkan penerangan(nasihat) dari
pemerintah kepada mereka. Hanya saja cerita yang dimainkan dalam Ketoprak
Gamelan ini lebih banyak diambil dari cerita babad tentang kerajaan-kerajaan
yang pernah ada, terutama di Jawa. Untuk mementaskan Ketoprak diperlukan
pendukung sebanyak kurang lebih 34 orang pemain, penabuh gamelan,
waranggana, dan dalang.

6
Lama pertunjukan untuk setiap pementasan mencapai 7 sampai 8 jam, dan bisa
dilakukan baik siang maupun malam hari. Dalam pertunjukan Ketoprak ini para
aktor biasanya berpedoman pada naskah singkat yang dibuat oleh dalang. Naskah
ini hanya memuat pedoman tentang adegan apa saja yang harus ditampilkan dari
inti dan cerita yang dipentaskan. Dialog, blocking dan lain-lain permainan di
panggung sepenuhnya dilakukan oleh pemain secara improvisasi. Ketoprak ini
menggunakan alat musik yang berupa gamelan Jawa lengkap pelog dan slendro,
atau slendro saja.
Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up yang bersifat realis
sesuai dengan peran dan waktu ketika mereka tampil. Tempat pertunjukan berupa
panggung dengan dekorasi (latar belakang) yang bersifat realis (sesuai dengan
lokasi kejadian, misalnya di hutan, di kraton dan lain-lain). Demikian juga dialog
yang diucapkan para pemainnya. Ketoprak Gamelan dapat dikatakan sebagai
drama tradisional yang biasanya mengambil cerita tentang kerajaan-kerajaan
tempo dulu. Sebelum permainan utama ketoprak dimulai, biasanya disuguhkan
terlebih dahulu pertunjukan extra berupa tari-tarian yang tidak ada hubungannya
dengan cerita yang akan dimainkan.

3. Ketoprak Dor
Ketoprak Dor adalah seni pertunjukan rakyat dengan gaya opera. Ketoprak
Dor merupakan warisan tradisi hiburan orang-orang Jawa Deli di Sumatera bagian
Timur. Seni pertunjukan ini lahir di tengah-tengah situasi perbudakan terburuk
dalam sejarah Asia Tenggara dan menjadi bagian sejarah kuli kontrak di tanah
Deli.
Ketoprak Dor merupakan produk asimilasi kesenian dengan kemasan yang
tidak lagi 100 persen Jawa. Ada percampuran budaya seperti Melayu, India,
Tionghoa dan Jawa dalam kesenian ini. Ciri khas pertunjukan ini yaitu bahasa,
lakon dan musik. Lakon-lakon yang dibawakan tidak selalu tentang kisah-kisah
kepahlawanan, ksatria Jawa tetapi hikayat dari tanah Deli dan cerita keseharian
yang disampaikan lewat bahasa Melayu (Indonesia). Ketoprak Dor banyak
mengangkat persoalan para kuli kontrak di kawasan perkebunan. Pendekatan
Ketoprak Dor tidak mengabarkan derita, melainkan dagelan (humor), sebagai
semacam penawar kerinduan pada kampung halaman. Perlengkapan alat musik
pada pertunjukan ini menggunakan akordion atau harmonium (alat musik khas
Melayu), keyboard, drum, bas elektrik, alat tiup dan perkusi dari tanjidor (sebagai
pengiring), dan balok kayu yang dilubangi seperti kentongan. Balok kayu ini
menghasilkan bunyi Prak dan Dor. Dari suara musik inilah, pertunjukan ini diberi
nama Ketoprak Dor. Pakaian yang digunakan terpengaruh budaya Melayu seperti
penggunaan kain ikatan atau songket, budaya Timur Tengah dan India seperti kain
sutra yang penuh pernak pernik, budaya Belanda dan Portugis seperti pakaian
pembesar kerajaan.
Ketoprak Dor lahir pada akhir abad ke-19, ketika Belanda mulai menanam
tembakau. Saat itu Belanda mengusung puluhan ribu buruh perkebunan dari Jawa.
Hal ini dikarenakan kuli dari India dan Tingkok tidak mencukupi, meskipun para
kuli rekrutan dari Tiongkok lebih ahli karena memiliki tradisi tanam tembakau.
Perlakuan brutal tuan kebun Belanda membuat jengkel dan frustasi para kuli
kontrak. Situasi ini menimbulkan rasa kerinduan akan hiburan sebagai pelipur
lara. Tembang dan nyanyian yang pernah didengar atau tontonan yang pernah
menghibur ketika mereka masih tinggal di kampung halaman, muncul kembali
dalam kenangan mereka dan berperan menjadi pereda menghilangkan rasa sakit di

7
hati. Rasa kesepian dan kerinduan terhadap kampung halaman membuat mereka
ingin bergembira dan tertawa saat menonton Ketoprak. Akhirnya mereka pun
membuat sebuah pertunjukkan kesenian, meskipun menemui kesulitan dalam
memadukan gerak tari, nyanyian, dialog, cerita, dan musik. Mereka menggunakan
berbagai perlengkapan yang ada sebagai adaptasi dari ketoprak yang asli.

D. PEMBAGIAN IRINGAN MUSIK


Secara umum, bentuk musik pada pertunjukan Ketoprak terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu musik pembuka atau panembromo, musik sampak, dan musik asal-asalan.
 Musik Panembromo(Pembuka)
Panembromo adalah ‘tembang’ atau nyanyian selamat datang yang dilakukan
oleh pemimpin rombongan Ketoprak. Panembromo biasa digunakan untuk
menyambut tamu atau kata sambutan yang ditembangkan. Bentuk komposi
musik ini adalah tembang macapat mijil.
 Musik Sampak
Sampak digunakan untuk adegan sedih, tegang dan perpindahan antar adegan.
Pada pertunjukan Ketoprak, musik sampak dimainkan hanya untuk pengiring
adegan tanpa vokal.
 Musik Asal-Asalan
Musik asal-asalan dipergunakan untuk adegan perkelahian. Istilah asal-asalan
berasal dari melodi yang dimainkan oleh pemain harmonium atau keyboard
elektrik. Inti dari permainan motif ini ialah penonton dapat merasakan adegan
peperangan dengan penuh ketegangan dan dilakukan berulang-ulang hingga
pemain selesai berimprovisasi.

E. FUNGSI MUSIK PADA KETOPRAK


1) Sebagai Musik Pembuka (overture)
Berfungsi untuk memusatkan perhatian penonton pada pertunjukan yang akan
disajikan, sekaligus memberitahukan bahwa pertunjukan akan dimulai. Karena
fungsinya untuk memusatkan perhatian penonton, maka komposisi musik
pembuka harus dapat menarik perhatian penonton.

2) Sebagai Musik Pergantian Babak/Adegan


Setiap pergantian adegan pada pertunjukan Ketoprak memiliki komposisi musik
yang relatif pendek, berfungsi sebagai pengalihan suasana. Komposisi musik ini
berfungsi untuk menjaga stabilitas emosi penonton dalam menghantarkan suasana
ke adegan selanjutnya, juga sebagai persiapan pada aktor dan aktris untuk adegan
selanjutnya.

3) Sebagai Musik Ilustrasi


Musik yang berfungsi membantu mengungkapkan suasana batin aktor dalam
penokohan yang ada dalam cerita pada babak atau adegan tertentu. Jika adegan
perkelahian biasanya bertempo cepat ataupun sebaliknya jika adegan percintaan
biasanya bertempo sedang.

8
4) Sebagai Musik Aksentuasi
Berfungsi untuk memperjelas maksud dari gerakan aktor dan aktris. Meskipun
pada kenyataanya suatu gerakan manusia tidak berbunyi secara jelas, misalnya
ketika dalam sebuah cerita seseorang dikisahkan memukul lawannya, untuk
memperjelas gerakan tersebut maka dipertebal dan diperjelas melalui musik
aksentuasi.

5) Sebagai Musik Penutup


Musik yang berfungsi untuk memberitahukan penonton bahwa pertunjukan telah
selesai. Musik penutup ini memungkinkan sekali terjadi kesamaan bentuk
komposisinya dengan musik pembuka atau dengan musik lainnya.

F. PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN KETOPRAK


Awalnya, Ketoprak hanya dipertunjukan di lingkungan Keraton saja, baru
pada kisaran tahun 1922 di masa Kerajaan Mangkunegaran di Surakarta, kesenian ini
mulai bisa dinikmati oleh umum. Saat itu, pementasannya masih sangatlah sederhana
dengan diiringi oleh gamelan, lesung, alu, kendang, dan seruling.
Sehubungan dengan ceritanya juga, seiring perkembangannya pada tahun
1942, kesenian ini sempat dilarang untuk dipentaskan oleh pemerintahan Jepang.
Pelarangan tersebut berkaitan dengan pantun-pantun serta alur cerita yang banyak
menyindir pemerintahan Jepang. Dalam perjalanannya, Seni Kethoprak diwarnai
banyak perubahan, terlebih sehubungan dengan bentuk maupun istilahnya. Berikut ini
adalah periodisasi perkembangan Ketoprak dari masa ke masa :
 Periode Gejog atau Lesung (1887-1908) : Ini adalah masa-masa awal lahirnya
Ketoprak. Dimulai oleh beberapa pemuda yang memainkan lesung sambil
menari dan melantunkan tembang atau lagu-lagu dolanan. Dari sini mulailah
tercipta sebuah seni pertunjukan yang menghadirkan alur cerita sederhana
seputar kehidupan di desa.
 Periode Wreksadiningrat (1908-1925) : Periode masa kejayaan Kethoprak di
Kraton Surakarta adalah K.R.M.T.H Wreksadiningrat yang memboyong
kesenian ini ke dalam Keraton dengan memoles beberapa bagian termasuk
lesung yang berubah menjadi gamelan, penambahan kendang dan seruling.
Lagu dolanan diganti dengan tembang macapat dan tembang tengahan.
Semuanya cenderung disesuaikan dengan keagungan keraton.
 Periode Wrektasama (1925-1927) : Pada masa inilah, Ketoprak dipentaskan di
luar tembok keraton setelah periode sebelumnya berakhir tanpa ada yang
meneruskan. Sang Pendiri, Ki Wisangkara adalah mantan pemain Ketoprak
Wreksadiningrat. Perubahan dalam periode ini adalah penambahan iringan-
iringan musik seperti saron, gitar, biola, mandolin, kenong, kempul, dan gong.
Meskipun gending-gendingnya masih sama, namun alur cerita menjadi lebih
berani dengan menampilkan cerita babad atau kisah berdirinya suatu kerajaan.
 Periode Krida Madya Utama (1927-1930) : Berbeda dengan kelompok-
kelompok sebelumnya yang menetap di suatu daerah, kelompok ini secara
rutin berkeliling mementaskan Ketoprak dari kota ke kota. Sejak masa inilah,
kesenian ini menjadi sangat terkenal. Menyebar dan memasyarakat di
lingkungan pedesaan dan pesisir Jawa Tengah, termasuk di Yogyakarta.

9
 Periode Gardanela (1930-1955) : Pada masa ini kesenian Ketoprak kembali
mengalami perubahan dan penyempurnaan. Alat pengiring telah berubah
menjadi seperangkat gamelan lengkap berlaras pelog serta tata busana yang
digunakan tidak lagi menyamai aslinya, yakni pakaian kebesaran keraton.
Sementara itu, beberapa alur cerita sudah ada yang diadaptasi dari luar negeri
seperti Sampek Engtay, Johar Manik.
 Periode Ketoprak Modern (1955-1958) : Salah satu keunikan dalam periode
ini adalah terlahirnya grup-grup Ketoprak kecil di masing-masing daerah.
Menariknya, setiap grup telah memiliki penggemar sendiri-sendiri.
 Periode Gaya Baru (1958-1987) : Seiring perkembangannya dari masa ke
masa, pada periode ini mulai diadakan perlombaan Ketoprak. Perlombaan
tersebut diikuti dan diramaikan oleh beberapa grup dari Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur.
 Periode Masa Kini : Pada kurun waktu 1980-1990an, Ketoprak tumbuh
menjadi Ketoprak Plesetan. Pertunjukan dikemas lebih bebas lagi dalam hal
cerita, dialog, serta tokoh-tokoh yang dimainkan.
 Pada tahun 1995-an, kesenian ini lebih menonjolkan sisi humornya sehingga
lahirlah istilah Ketoprak Humor.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketoprak merupakan Seni Pertunjukan khas Indonesia yang berkembang seiring
dengan berjalannya era globalisasi. Tetapi walaupun Ketoprak terus mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya waktu, ciri khas dari Ketoprak itu sendiri tidak
pernah berubah. Jadi, kita sebagai generasi penerus bangsa, harus melestarikan Seni
Pertunjukan Ketoprak, agar kesenian itu tidak menghilang/punah.

B. SARAN
Sebaiknya, pemuda-pemudi Indonesia lebih sering menampilkan Ketoprak di daerah-
daerah, agar menumbuhkan rasa ketertarikan anak Indonesia pada Ketoprak. Karena
para remaja Indonesia sudah tidak tertarik dengan kesenian ini, Ketoprak bisa
ditampilkan dengan dikolaborasi dengan sesuatu yang sedang trend pada masa kini.
Tetapi, tidak boleh menghilangkan ciri khas dari Ketoprak itu sendiri.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai