Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (2010) obat paten merupakan obat baru yang

diproduksi dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan farmasi yang memiliki hak paten

untuk membuat obat baru tersebut, yang ditemukan berdasarkan serangkaian uji klinis

yang dilakukan oleh perusahaan farmasi tersebut sesuai aturan yang telah ditetapkan

secara internasional. Obat yang telah diberi hak paten tidak boleh diproduksi dan

dipasarkan oleh perusahaan farmasi lainnya tanpa seizin pemilik hak paten. Di

Indonesia, hak paten suatu obat adalah selama 20 tahun. Bila telah habis masa patennya,

maka hak paten tidak dapat diperpanjang dan obat sudah dapat diproduksi oleh

perusahaan farmasi lain, baik dalam bentuk obat generik berlogo maupun obat generik

bermerek.

Di Indonesia, undang-undang yang mengatur tentang hak paten tercantum


dalam UU No. 14 tahun 2001 pasal 8 tentang paten. Menurut UU No. 14 Tahun 2001

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada investor kepada hasil
invesinya dibidang teknologi, yang untuk waktu tertentu melibatkan invesinya tersebut atau
diberikan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide investor yang
dituangkan ke dalam suatu kegiatan penyelesaian masalah yang spesifik di bidang teknologi
dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses. Investor adalah salah satu atau beberapa orang yang bersama-sama melakukan ide yang
dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. Masa berlaku paten di Indonesia
adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi memiliki hak eksklusif di Indonesia
untuk memproduksi obat yang didukung.”

Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang

menggunakan nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahan farmasi yang

memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk adalah obat yang

diberi merk dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya. (Ikatan Dokter

Indonesia, 2010)
Obat generik berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah

yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah kebawah akan

obat. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esencial Nasional (DOEN) yang

merupakan obat esensial untuk penyakit tertentu. (Kebijakan Obat Nasional, 2006)

Kepercayaan Siswa Kelas XI MIPA 7 SMAN 2 Sragen terhadap khasiat dari

obat generik jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat paten, karena selama ini Siswa

Kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen terbiasa mengkomsumsi obat paten yang diakui

jauh lebih baik. Selain itu juga Siswa Kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen pada

umumnya berasumsi bahwa harga obat berpengaruh terhadap kualitas suatu produk obat.

Mengingat obat merupakan komponen terbesar dalam pelayanan kesehatan,

peningkatan pemanfaatan obat generik akan memperluas akses terhadap pelayanan

kesehatan teutama bagi Siswa Kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen yang orang tuanya

berpenghasilan rendah. Selain rendahnya tingkat pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 SMA

Negeri 2 Sragen akan obat generik dan obat paten, faktor lainnya yang menyebabkan

rendahnya penggunaan obat generik berdasarkan Kebijakan Obat Nasional, adalah akses

obat kepada masyarakat umum terutama Siswa Kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen,

ketersediaan obat di berbagi daerah dan harga obat yang masih mahal (Medicastore, 2006)

Sejalan dengan pernyataan di atas, penulis sering mengamati siswa maupun siswi

SMA Negeri 2 Sragen yang berada di ruang Unit kesehatan sekolah (UKS) ketika

menggunakan atau mengonsumsi obat tanpa memerhatikan jenis dari obat paten maupun

obat generik tersebut. Pemandangan seperti itu sangat sering terjadi di SMA Negeri 2

Sragen terutama di Kelas XI IPA 7. Terkait hal ini sangat penting bagi siswa terutama

kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen selain dapat membedakan antara obat paten dan

obat generik diharapkan siswa maupun siswi tidak mengalami kesalahpahaman tentang
peredaran obat paten dan obat generik dipasaran terutama di lingkup SMA Negeri 2

Sragen.

Berdasarkan teori dan data di atas, maka penulis terarik untuk mengadakan

penelitian dengan memilih judul “Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 SMA

Negeri 2 Sragen Terhadap Obat Paten dan Obat Generik Yang Beredar di Pasaran”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen

terhadap peredaran obat paten di pasaran?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen

terhadap peredaran obat generik di pasaran?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan Siswa kelas XI IPA 7 di SMA

Negeri 2 Sragen terhadap peredaran obat paten di pasaran.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan Siswa kelas XI IPA 7 di SMA

Negeri 2 Sragen terhadap peredaran obat generik di pasaran.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa:

Sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan nantinya

dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai keuntungan dalam penggunaan

obat paten. Sebagai bahan untuk menambah ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan

nantinya dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai keuntungan dalam

penggunaan obat generik. Sebagai bahan referensi untuk siswa yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi Guru:

Sebagai bahan untuk memberikan ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan siswa dapat

mengetahui informasi tentang obat paten. Sebagai bahan untuk memberikan ilmu
pengetahuan, sehingga diharapkan siswa dapat mengetahui informasi tentang obat

generik.

c. Bagi Peneliti yang Lain:

Diharapkan peneliti yang lain dapat mengetahui perbedaan antara obat paten dan obat

generik sebagai pembelajaran serta pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu melalui

penelitian, dan diharapkan juga peneliti lain dapat memberikan informasi yang

diharapkan lebih selanjutnya.

d. Bagi Pembaca:

Diharapkan pembaca dapat membedakan antara obat paten dan obat generik. Dan

diharapkan juga pembaca dapat memanfaatkan keuntungan obat paten dan obat generik

dengan baik dan benar.

e. Bagi Sekolah:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi warga

SMA Negeri 2 Sragen tentang tingkat pengetahuan siswa Kelas XI IPA 7 SMA Negeri

2 Sragen terhadap obat paten dan obat generic di pasaran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari suatu kumpulan proses pemikiran
individu. Proses ini adalah kumpulan dari berbagai pemikiran yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan disebut suatu pengetahuan. Proses mendapatkan
pengetahuan adalah hasil individu dipengaruhi oleh pengalaman persepsi, kognisi, dan
memori yang dimiliki, sehingga pada dasarnya setiap orang memiliki
pengetahuan terhadap suatu objek yang berbeda-beda maknanya yang bersifat
sangat subjektif. Hakikat suatu pengetahuan juga bersifat derajat, maksudnya
adalah suatu fakta yang berdasar dari persepsi dan dijelaskan dengan
argumentasi yang sederhana. Pada dasarnya, usaha manusia untuk mendapatkan
pengetahuan didasarkan pada tiga pokok masalah, yakni : apakah yang ingin
kita ketahui , bagaimanakah cara kita mendapatkan pengetahuan tersebut, dan
apakah nilai pengetahuan itu bagi kita.
Kemampuan suatu individu dalam melalukan proses nalar merupakan
titik awal manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Penalaran adalah
prosesberpikir dalam menarik suatu kesimpulan dalam wujud pengetahuan. Proses
berpikir itulah merupakan kegiatan untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang
benar.Terdapat dua ciri individu berpikir dengan nalar. Pertama, adanya pola pikir
secara luas yaitu logika. Segala bentuk penalaran pasti memiliki logika sendiri. Kedua,
sifat analitik yaitu lebih mengarah pada proses berpikirnya, dimana pada saat
proses berpikir itu melibatkan diri secara sadar dalam menganalisis logika
penalarantertentu. Berdasarkan dari berbagai definisi pengetahuan, dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu hasil dari proses berpikir manusia
yang diterima oleh satu atau lebih panca indera dan menghasilkan suatu
kesimpulan yang bersifat subjektif. Bersifat subjektif, karena setiap individu memiliki
makna pengetahuan yang berbeda-berbeda berdasarkan pengelaman yang telah dialami
dan persepsi subjektif yang diterima. Terdapat dua teori yang berbeda dalam memaknai
arti dari pengetahuan. (Nurul Fajriani,2014)
Metode ini beranggapan bahwa sebenarnya manusia tidak dalam proses
belajar mengenai sesuatu hal untuk mendapatkan pengetahuan tetapi manusia
hanya menggunakan ingatannya yang lalu dalam artian “ mengingat kembali apa
yang telah dia ketahui” tentang suatu objek pengetahuan tertentu. Pengalaman
panca indera manusia memberikan pengaruh yang besar dalam merespon suatu
ingatan. Honer dan Hunt (dalam Suriasumantri) Plato dan Descartes berasumsi
bahwa pengetahuan yang benar, sebenarnya sudah ada dalam diri kita namun
dalam bentuk sebuah ide, yang didapatkan dari sifat bawaan manusia bukan
didapatkan dari porses belajar. Empirisme dalam mencari suatu pengetahuan, menurut
pandangan ini adalah hasil dari usaha manusia yang bersifat mutlak dan berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Dan didapatkan dari pengalaman setiap manusia.
Menurut pandangan empirisme suatu pengetahuan dapat di organisasikan atau
dikelompokkan berdasarkan tanda-tanda dari berbagai macam pengelaman yang
diperoleh. Dalam artian jika suatu objek memiliki sifat dan bentuk yang sama
dengan objek lain,kecenderungan kedua objek tersebut dikelompokkan merupakan
suatu pengetahuan yang sama. Locke (dalam Suriasumantri) Pengetahuan yaitu
suatu hasil dari proses neurokimiawi berasal dari objek yang ada di lingkungan,
kemudian direspon oleh salah satu atau lebih dari panca indera. Sehingga hasil
dari rangsangan tersebut menghasilkan suatu perubahan secara materi atau elektris di
dalam diri yaitu didalam otak manusia.
Pengetahuan dicakup dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recaal) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Di artikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu

objek ke dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi. Dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

a. Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang

tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang

diperoleh.

b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi

sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

c. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan

pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain

yang lebih mendesak (Anonim, 2009)

B. Hakikat Siswa

Menurut Nata (dalam Aly, 2008) kata murid diartikan sebagai orang yang
menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan
kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan
jalan belajar sungguh-sungguh. Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering
digunakan dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid ataup elajar, jamaknya
talamidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Kata lain yang
berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya pencari ilmu, pelajar, mahasiswa.
Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam
taraf pendidikan, yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik.
Sedangkan Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta
didik Muhaimin dkk (2005). Dalam hal ini siswa dilihat sebagai seseorang (subjek
didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang
mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal
dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan.
Menurut Arifin (2000) menyebut “murid”, maka yang dimaksud adalah
manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau
pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya.
Akan tetapi dalam literatur lain ditegaskan, bahwa anak didik (murid) bukanlah hanya
anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tua, bukan pula anak
yang dalam usia sekolah saja. Pengertian ini berdasar atas tujuan pendidikan, yaitu
manusia sempurna secara utuh, untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus
hingga akhir hayatnya. Maka dapat disimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang
memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan danar ahan untuk
mengembangkn potensi diri (fitrahnya) secara konsisten melalui proses pendidikan dan
pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang
bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya
sebagai khalifah di bumi (Jakarta: Kompas, 2001).
Muhaimin dkk (2005) Adapun sifat-sifat dari anak didik (siswa) memiliki sifat umum
antara lain :

1. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana statement J.J. Rousseau,


bahwa “anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan
dunianya sendiri”
2. Peserta didik (murid), memiliki fase perkembangan tertentu, seperti pembagian Ki
Hadjar Dewantara (Wiraga, Wicipta, Wirama)
3. Murid memiliki pola perkembangan sendiri-sendiri
4. Peserta didik (murid), memiliki kebutuhan. Diantara kebutuhan tersebut adalah
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pendidikan seperti, L.J. Cionbach, yakni
afeksi, diterima orang tua, diterima kawan, independence, harga diri.

Sedangkan Maslow memaparkan : adanya kebutuhan biologi, rasa aman, kasih


sayamg, harga diri, realisasi. Sedangkan menurut para ahli psikologi kognitif
memahami anak didik (murid), sebagai manusia yang mendayagunakan ranah
kognitifnya semenjak berfungsinya kapasitas motor dan sensorinya Piget (2003).
Selanjutnya hal yang sama menurut Sarwono (2007) siswa adalah setiap orang yang
secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di duniapendidikan.
Dari pendapat tersebut bisa dijelaskan bahwa siswa adalah status yang disandang oleh
seseorang karena hubungannya dengan dunia pendidikan yang diharapkan menjadi
calon-calon intelektual untuk menjadi generasi penerus bangsa.

C. Hakikat Obat Paten

1. Pengertian Obat Paten

Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama dagang

si pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang

memproduksinya. (Anief, 2004)

Obat paten hanya diproduksi oleh pabrik yang memiliki hak paten sehingga

umumnya dijual dengan harga yang tinggi karena tidak ada kompetisi. Hal ini biasanya

untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan obat tersebut serta biaya produksi

yang tidak sedikit. Tanpa izin pemilik hak paten, obat ini tidak boleh ditiru, diproduksi

dan dijual dengan nama generik dari pabrik lain. Obat paten diproduksi melalui

penelitian yang bertahap, rumit dan panjang. Setelah melewati berbagai uji baik

laboratorium, uji pada hewan percobaan maupun pada manusia dan terbukti lolos atau

memiliki efek terapi yang baik dan efek sampingnya minimal maka obat ini dipatenkan

untuk kemudian dijual. Obat paten yang sudah diproduksi dan dijual dalam waktu yang

lama akhirnya mencapai masa di luar hak paten. Jika masa berlaku hak paten ini habis,

maka obat paten dapat diproduksi oleh siapa saja dan biasanya disebut dengan obat

generik. (Putro, 2009)

2. Jenis dan Macam Obat Paten


1. Ibuoprofen

Ibuprofen termasuk jenis obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini dapat


meredakan rasa sakit ringan hingga menengah, serta mengurangi peradangan. Contoh
gejala yang dapat ditangani ibuprofen adalah nyeri otot dan sendi, migrain, nyeri
menstruasi, sakit gigi, serta nyeri setelah operasi. Di samping itu, ibuprofen juga
dipakai untuk mengurangi demam dan pegal-pegal akibat flu.

Ibuprofen bekerja dengan cara menghambat enzim yang berperan dalam produksi
prostaglandin. Prostaglandin merupakan senyawa yang dilepaskan tubuh yang
menyebabkan peradangan dan rasa sakit. (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000)

Merk dagang: Arfen, Arthrifen, Brufen, Bufect, Bufect Forte, Farsifen, Farsifen Forte,
Iprox, Ostarin, Proris, Proris Forte, Prosic, Prosinal, Rhelafen, Rhelafen Forte,
Spedifen, Yarifen

2. Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang
banyak digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga memiliki efek samping
yang merugikan bila dikonsumsi secara peroral seperti iritasi saluran cerna, mual, diare
dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak dapat meneruskan penggunaannya
(Siswandono dan Sukarjo, 2000). Berdasarkan hal tersebut dianggap perlu adanya suatu
usaha untuk mengembangkan suatu produk yang dapat mengurangi efek samping dari
obat dan diharapkan pasien dapat mengunakan obat tersebut tanpa adanya keluhan
apapun. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memformulasi obat
tersebut dalam bentuk sediaan supositoria.
Merek dagang: Allogon, Asimat, Datan, Dogesic, Femisic, Lapistan, Maxstan,
Mefinal, Pehastan, Poncofen

3. Diazepam

Diazepam adalah salah satu jenis obat benzodiazepine yang dapat memengaruhi
sistem saraf otak dan memberikan efek penenang. Diazepam bekerja dengan cara
mempengaruhi neurotransmiter, yang berfungsi memancarkan sinyal ke sel otak. Obat
ini digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, insomnia, kejang-kejang, gejala
putus alkohol akut, serta digunakan sebagai obat bius sebelum operasi.

Diazepam tidak disarankan untuk digunakan secara jangka panjang, dan maksimal
umumnya hanya sekitar 4 minggu. Efek obat ini bisa bertahan selama beberapa jam
atau bahkan beberapa hari setelah dikonsumsi. (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000)
Merek dagang: Prozepam, Valdimex, Trazep, Valisanbe

4. Piroksikam
Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh
yang panjang. Piroksikam mempunyai rumus kimia C15H13N3O4S dengan nama 4
Hidroksi - 2-metil-N-2-piridil-2H-1,2-benzoyiazin-3-karboksamida1,1-
dioksida.Piroksikam mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C15H13N3O4S (Ditjen POM,1995). Pemerian serbuk hampir putih atau coklat terang
atau kuning terang, tidak berbau, bentuk monohidrad berwarna kuning. Sangat sukar
larut dalam air, dalam asam – asam encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar
larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air. Edentifikasi spektrum
serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam asam klorida– metanol
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada piroksikam BPFI (Ditjen POM,1995).

5. Difenhidramin
Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihistamin. Dalam proses
terapi difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin
dan sedatif. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi
gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang
sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anestesi
topikal.
Diphenhydramine merupakan am ine stabil dan cepat diserap pada pemberian secara
oral,dengan konsentrasi darah puncak terjadi pada 2-4 jam. Di dalam tubuh dapat
terdistribusimeluas dan dapat dengan segera memasuki system pusat saraf, sehingga
dapatmenimbulkan efek sedasi dengan onset maksimum 1-3 jam. Diphenhydramine
memilikiwaktu kerja/durasi selama 4-7 jam. Obat tersebut memiliki waktu paruh
eliminasi 2-8 jamdan 13,5 jam pada pasien geriatri. Bioavailabilitas pada pemakaian
oral mencapai 40%-60% dan sekitar 78% terikat pada protein. Sebagian besar obat ini
dimetabolisme dalamhati dan mengalami first-pass efect , namun beberapa
dimetabolisme dalam paru-paru dansystem ginjal, kemudian diekskresikan lewat urin.
(Siswandono dan Sukarjo, 2000)
3. Mutu Obat Paten

Pada prinsipnya tіdаk ada уаng perbedaan уаng ada dalam khasiat, mutu, serta

keamanan dаrі obat generik dan obat paten, ataupun pada kandungan zat уаng dimiliki.

Karena pada dasarnya saat melakukan produksi pada obat generik јugа menerapkan

proses produksi уаng baik, seperti proses produksi obat paten. Ada уаng lebih bermutu,

ada уаng ѕаmа saja. Bеbеrара obat paten mempunyai teknologi уаng mеrеkа

kembangkan sendiri dan ѕudаh dipatenkan уаng tіdаk terdapat pada obat generik.

Misalnya ѕаја Eritromisin generik tіdаk dikunyah, nаmun Erisanbe Chewable bіѕа

dikunyah dan bagi bеbеrара orang cara іnі lebih nyaman dan efektif. Beberapa obat

paten јugа memiliki teknologi untuk mengurangi bau obat уаng mungkіn bіѕа membuat

bеbеrара orang mual. Obat paten tertentu јugа memiliki sistem “pelepasan berkala” dі

mаnа obat аkаn larut perlahan-lahan, sehingga obat уаng sebelumnya harus diminum 3

kali sehari bіѕа diminum satu kali ѕаја pada pagi hari dеngаn teknologi “pelepasan

berkala”. (Sunclinic, 2017)

4. Kebijakan Pemerintah Mengenai Obat Paten

Dalam pemasaran obat di Indonesia, masyarakat dapat memilih antaraobat


paten atau obat generik. Namun untuk meningkatkan akses terapi bagi masyarakat yang
kurang mampu, pemerintah melalui UU No. 14 tahun 2001 pasal 8 tentang paten.
Menurut UU No. 14 Tahun 2001

“Paten adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada investor kepada hasil
invesinya dibidang teknologi, yang untuk waktu tertentu melibatkan invesinya tersebut atau
diberikan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide investor yang
dituangkan ke dalam suatu kegiatan penyelesaian masalah yang spesifik di bidang teknologi
dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses. Investor adalah salah satu atau beberapa orang yang bersama-sama melakukan ide yang
dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. Masa berlaku paten di Indonesia
adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi memiliki hak eksklusif di Indonesia
untuk memproduksi obat yang didukung.”

5. Produksi dan Distribusi Obat Paten


Saat ini obat paten yang diproduksi contohnya Norvasc (Amlodipin) dimiliki
patennya oleh Pfizer. Masa patennya habis pada 31 Januari 2007, Tequin (Gatifloxasin)
di miliki patennya oleh Glaxo (GSK/ Glaxo Smith Klein) habis masa patennya 25
Desember 2007. Zyrtec (Cetirizin) juga dimiliki patennya oleh Pfizer yang habis masa
patennya 25 Desember 2007.
Asam asetilsalisilat yang ditemukan oleh Felix Hoffmann dibeli hak patennya oleh
perusahaan farmasi Jerman: Bayer pada 1897, oleh karena itu yang ber-haq
memproduksinya hanyalah: Bayer, dengan nama paten: Aspirin.
6. Harga Obat Paten

Perusahaan yang memproduksi Obat Paten/originator bisa saja memberikan izin


pada pabrik tertentu untuk memproduksi obat yang masih dalam masa paten, seperti
Sofosbuvir ini. Karena jumlah penderita Hepatitis C cukup besar dan terdiri dari
berbagai kalangan, tentunya akan sangat miris jika satu-satunya obat yang bisa
menyembuhkan penyakit tersebut tidak bisa dimanfaatkan pasien karena terbentur
biaya yang luar biasa tinggi. Obat Paten dan Branded bisa lebih mahal karena ada biaya
ekstra yang dikeluarkan untuk pemasaran (misal iklan di televisi, jenis dan desain
kemasan produk, dan sebagainya) sementara Obat Generik tidak memerlukan biaya
ekstra untuk pemasaran. Oleh sebab itu Obat Generik biasanya lebih banyak
dimasukkan ke dalam daftar tender jaminan kesehatan semacam BPJS supaya dapat
diakses seluruh pasien dari berbagai kalangan. Irmina Gultom,2017)

7. Pelayanan Obat Paten

hal yang harus selalu ditekankan adalah bahwa Obat Generik, Branded
Generik memiliki khasiat dan keamanan yang sama dengan Obat Paten.
Jadi mindset bahwa Obat Paten dan Branded lebih berkhasiat daripada Obat Generik
adalah salah, karena ketiganya telah melalui pengujian dengan standar yang sama
ketatnya sebelum dipasarkan ke masyarakat.
Obat Paten dan Branded bisa lebih mahal karena ada biaya ekstra yang dikeluarkan
untuk pemasaran (misal iklan di televisi, jenis dan desain kemasan produk, dan
sebagainya) sementara Obat Generik tidak memerlukan biaya ekstra untuk pemasaran.
Oleh sebab itu Obat Generik biasanya lebih banyak dimasukkan ke dalam daftar tender
jaminan kesehatan semacam BPJS supaya dapat diakses seluruh pasien dari berbagai
kalangan. Irmina Gultom,2017)

B. Hakikat Obat Generik


1. Pengertian obat generik

Obat generik adalah obat yang sama dengan zat berkhasiat yang dikandungnya,

sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam

Farmakope Indonesia(Cakmoki,2010). Pengertian lain dari Obat generik adalah obat

dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat

yang dikandungnya (Wahidi, 2009)

2. Mutu obat generik

Mendengar obat generic,umumnya masyarakat akan langsung

mengasumsikannya sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat

generic pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu karena harganya yang terbilang

murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat generic sama berkualitasnya

dengan obat bermerk. Kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerk karena

dalam memproduksinya perusahaan farmasi bersangkutan harus melengkapi

persyaratan ketat dalam Cara-cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang

dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). (Arif,2004)

Para ahli farmasi menyatakan bahwa obat paten dan obat generik sama sekali

tidak berbeda, kecuali pada nama dan harganya, harganya yang jauh lebih murah bukan

berarti mutunya rendah, atau dibuat dari baku yang bermutu rendah, tetapi karena

banyak factor-faktor biaya yang dapat dipangkas dalam produksi dan pemasaran

misalnya pada biaya pengemasan dan juga biaya dalam periklanan, selain itu promosi

obat ke dokter membuat obat paten mahal.

3. Jenis Obat Generik

a. Obat Generik Berlogo

Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat
jadi yang menggunakan nama zat berkhasiatnya (nama generik) yang diedarkan
dengan mencantumkan logo khusus untuk penandaanya pada kemasan obat
(Depkes RI, 1996) dan merupakan obat yang telah habis masa patennya (off
patent), sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu
membayar royalti.
Obat Generik dalam kemasan obat dapat dikenali dengan logo lingkaran hijau
bergaris- garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo
tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan
sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai
lapisan masyarakat
b. Obat Generik Bermerek
Obat Generik Bermerek adalah obat generik tertentu yang diberi nama atau
merek dagang sesuai kehendak produsen obat. Biasanya salah satu suku katanya
mencerminkan nama produsennya. Contoh: natrium diklofenak (nama generik). Di
pasaran memiliki berbagai nama merek dagang, misalnya: Voltaren, Voltadex,
Klotaren, Voren, Divoltar, dan lain-lain. Obat Generik Bermerek biasanya
mempunyai harga yang lebih mahal dari Obat Generik Berlogo namun lebih murah
dari Obat Paten. (Depkes RI, 1996)

4. Kebijakan pemerintah mengenai obat generik

Dalam pemasaran obat di Indonesia, masyarakat dapat memilih antaraobat

paten atau obat generik. Namun untuk meningkatkan akses terapi bagi masyarakat

yang kurang mampu, pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kebijakan Menggunakan Obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah (Menkes,2010).

Bila kebijakan penggunaan obat generik dapat diterapkan, maka banyak manfaat yang

dapat diperoleh, antara lain dapat menghemat biaya obat.

5. Produksi dan Distribusi Obat Generik

Saat ini obat generik diproduksi oleh perusahaan milik negara, yaitu PT Kimia

Farma, PT Indofarma, dan PT Phapros, serta beberapa perusahaan swasta sebanyak 20


perusahaan farmasi swasta yang telah ditunjuk pemerintah dan sudah mendapatkan

sertifikat CPOB (Isnawati, 2008)

Sebagai produsen obat generik utama, Indofarma dibangun pemerintah untuk

melayani kebutuhan rakyat akan obat-obatan dengan harga semurah-murahnya, karena

90 % produknya adalah obat generik (Yanfar, 2006)

6. Harga Obat Generik

Menurut Menkes, harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk

menjamin akses masyarakat terhadap obat. (Depkes, 2004)

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) akan merasionalisasikan

harga Obat Generik. Menurut Syamsul Arifin Sekretaris Jendral GP Farmasi, itu sudah

merupakan kewenangan GP Farmasi untuk melakukan rasionalisasi agar masyarakat

umum juga bisa menjangkaunya. (Anonim, 2006)

7. Pelayanan Obat Generik

Salah satu tempat yang membuka pelayanan obat generik adalah rumah sakit,

dimana seorang apoteker mempunyai peranan penting dalam pelayanan obat generik,

terutama praktek profesi kefarmasian di instalasi rumah sakit antara lain dalam bentuk

pelayanan informasi kepada masyarakat tentang obat pilihan alternatif berupa obat

generik yang lebih sesuai.

Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat, dan tidak diizinkan mengganti

oba generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (Arif M, 2007)

Kementrian Kesehatan mewajibkan seluruh fasilitas kesehatan milik

pemerintah menggunakan obat generik asensial dalam pelayanan kepada masyarakat

sesuai kebutuhan. Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/068/1/2010 yang baru saja diterbitkan, salah satu rencana aksinya

adalah Revitalisasi Permenkes tentang kewajiban menuliskan resep dan menngunakan

obat generik di sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Sedyaningsih E.R., 2010)

KERANGKA PEMIKIRAN

Siswa Kelas XI IPA 7

Obat Paten Obat Generik

Perbandingan Umum

Analisis Masalah

Solusi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jadwal dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang akan diangkat oleh peneliti berada di SMA Negeri 2 SRAGEN
yang beralamatkan di Jl. Anggrek no. 34, Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah 57212.

2. Waktu penelitian

NO Jadwal Januari Februari


1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
proposal
2. Revisi proposal
3. Pelaksanaan
penelitian
4. Analisis data
5. Penyusunan
laporan

B. Sumber Data

1. Dokumen
Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan

data Primer dan Sekunder dengan menggunakan instrumen kuesioner penelitian.

Sedangkan data sekunder berupa data yang diperoleh dari artikel tentang tingkat

pengetahuan siswa terhadap peredaran obat paten dan obat generic di pasaran atau

dokumen sudah lama yang digunakan dalam penelitian sebagai sumber data.
2. Informan

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada perwakilan Kelas XI IPA 7


di SMA N 2 Sragen. Perwakilan tersebut bukan hanya memberikan tanggapan dalam
penelitian ini, tetapi lebih kepada menyajikan data yang dapat mendukung penelitian ini.

C. Metode Penelitian
1. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan mewawancarai langsung perwakilan Kelas XI


IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen. Dengan metode ini dapat diketahui secara langsung
Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen Terhadap Obat
Generik dan Obat Paten yang Beredar Di Pasaran.

2. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang kedua dalam proses penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dengan mengumpulkan hasil jawaban

dari kuesioner tersebut kemudian dikelompokkan atas jawaban positif (mengetahui)

dan jawaban negatif (tidak mengetahui).

Pengolahan data :

Cara pengukuran menggunakan skala Guttman yaitu :

Skor jawaban positif (Mengetahui) = 1

Skor jawaban negatif (Tidak Mengetahui) = 0

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎


Presentase skor : 𝑥 100%
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

Skor ideal : jumlah responden x 1 (skor jawban mengetahui )

Data yang diperoleh berdasarkan persentase skor :

a. (≥50%) = Pengetahuan tinggi

b. (>50%) = Pengetahuan rendah


3. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang diperlukan untuk bahan


penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2
Sragen.

4. Sampel
Sampel merupakan subjek penelitian yang digunakan dalam pembuatan

penelitian ini. Sampel penelitian ini adalah perwakilan kelas XI IPA 7 di SMA Negeri

2 Sragen. Menggunakan teknik simple random sampling pengambilan sampel anggota

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu. Penentuan sampelnya adalah menggunakan tabel krejcie dan Nomogram Harry

king didasarkan dengan tingkat kesalahan 5%.

D. Prosedur Penelitian

1. Prapenelitian

Sebelum melakukan penelitian kami melakukan observasi di lingkungan sekitar


sekolah kami, tepatnya di kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen. Kami mendapatkan
beberapa masalah tentang Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri
2 Sragen Terhadap Obat Generik dan Obat Paten yang Beredar Di Pasaran. Setelah
kami mendapatkan beberapa masalah kami membuat sebuah proposal penelitian
tentang Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen Terhadap
Obat Generik dan Obat Paten yang Beredar Di Pasaran. Kemudian kami melakukan
observasi kepada pembimbing dan melakukan beberapa revisi.

2. Penelitian

Kami melakukan penelitian dengan mewawancarai perwakilan siswa kelas XI


IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen. Setelah itu, kami melakukan wawancara dengan
perwakilam siswa kelas XI IPA 7 SMA Negeri 2 Sragen. Dengan melakukan
wawancara ini, kami mendapatkan berbagai informasi tentang Tingkat Pengetahuan
Siswa Kelas XI IPA 7 di SMA Negeri 2 Sragen Terhadap Obat Generik dan Obat Paten
yang Beredar Di Pasaran.

3. Penyusunan hasil penelitian

Setelah melakukan penelitian kami mendapatkan informasi, lalu mengolah


informasi yang kami dapatkan. Setelah itu kami membuat laporan hasil penelitian
sesuai penelitian kami. Kami berkonsultasi dengan pembimbing dan melakukan
beberapa revisi agar hasil laporan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006 Kebijakan Obat Nasional, http://repository.usu.ac.id. diakses tanggal 21


Januari 2012

Anonim, 2009 Konsep Tingkat Pengetahuan


http :// id. Shvoong.com diakses tanggal 21 Januari 2012

Anonim, 2009, http :// id.wikipedia.com Obat generik diakses tanggal 31 Januari 2012

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, http://www.desentralisasi-kesehatan.net, diakses tanggal 31 Februari 2012

Anonim, 2006, Standarisasi Mutu Obat Generik Menjelang Tahun 2008,


http://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 8 Februari 2012

Anonim, 2006, Obat Generik, Obat Rasional, http//www.Yanfar.go.id, diakses tanggal 8


Februari 2012

Anonim, 2006, Harga Obat Generik Bermerek Akan Diturunkan,


http://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 8 Februari 2012

Arif, M., 2004, Ilmu Meracik Obat, Edisi XI, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hal 13

Arif, M., 2007, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Edisi V Gajah Mada University
Press, Yogyakarta. Hal 53-54

Cakmoki, 2010, Informasi Kedokteran Kesehatan, http://cakmoki86.wordpress.com


diakses tanggal 11 Februari 2012

Isnawati, A., 2008, Produksi Obat Generik Berologo,


http://www.isfination.co.ic. Diakses tanggal 7 Februari 2012.

Sedyaningsih, E.R., 2010.Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Wajib Menggunakan


Obat generik, www.KemenkesRI.com di akses tanggal 3 februari 2012

Sugiono, Statistika untuk penelitian CV Alfabeta, Bandung 2007

Wahidin Tri Widyawati 2009, “Kebijakan bat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional,
Perundangan Obat“,
Suriasumantri, J.S. (1984). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Sinar Harapan:

Jakarta.

Suriasumantri, J.S.(2015). Ilmu dalam Perspektif. (terjemahan). Yayasan Pustaka

Obor Indonesia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai