Skirpsi
Oleh
NIM: 109051000058
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai
3. Jika kemudian terbukti bahwa karya ini bukan karya asli peneliti atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima
Kitab Kabanti Bula Malino adalah syair yang ditulis oleh Muhammad Idrus
Kaimuddin pada tahun 1824 M, sebagai bentuk upaya melestarikan kebudayaan Islam
di masa itu. Dalam perkembangan kajiannya, kitab ini megandung ajaran-ajaran
dakwah serta ajaran religionitas. Salah satu syair agama Sultan Buton ke-29 tersebut
memuat tentang cerita manusia yang pasti akan mati sehingga menasehati dirinya
agar cenderung pada kebajikan dan jauh dari kemungkaran untuk sebuah tujuan
menjadi manusia yang husnul khatimah.
Dari pernyataan di atas, muncul pertanyaan penelitian, bagaimana narasi
dakwah dalam cerita pengarang dalam kitab tersebut? Bagaimana rangkaian atau
relasi petanda perstiwa dalam narasi kitab tersebut dilihat dari karakteristik narasi?
Apa pesan dakwah dalam baris 332-383 dalam kitab yang berbentuk tulisan aksara
arab-wolio tersebut. Adapaun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
aktan Greimas dalam narasi kitab dan mengetahui pesan dakwah apa yang terkandung
dalam baris 332-383.
Teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah Model Atan Algridas
Julian Greimas yang akan melihat enam petanda dan bagaimana keterkaitan tanda
tersebut dalam narasi yang koheren serta bersifat logis dalam kitab yang dikaji.
Komunikasi naratif tersebut akan memunculkan peran-peran apa saja dalam syair
agama tersebut. Sedangkan metodologi yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah kualitatif, yaitu melakukan wawancara langsung kepada para praktisi syair
juga pemegang naskah syair tersebut. Kemudian mengumpulkan, menyusun,
menerjemahkan kembali dan menganalisis naskah kitab tersebut.
Upaya Idrus, sebagai narator, menulis rangkaian nasehat untuk dirinya yang
relevan dengan perintah QS Ali Imran [3]: 104 mengenai amar ma’ruf dan nahi
munkar. Kita Bula Malino memuat rangkaian narasi yang mempunyai koherensi
dengan logika kehidupan nyata yang mana alur narasinya tidak acak (random).
Secara terstruktur dan teratur penulis kitab menarasikan perjalanan manusia agar
mencapai tujuan husnul khatimah. Sehingga, pembaca akan terkonstruk masuk ke
dalam isi kitab yang narasinya memukau tersebut.
Kabanti Bula Malino merepresentasikan dakwah melalui narasi dalam tulisan
kitab kepada masyarakat buton. Media dakwah dalam bentuk kitab ini sudah
merambah ke masyarakat baik berbentuk buku transliterasi maupun dalam bentuk
kaset VCD. Bukti kefamiliaran syair tersebut diperkuat dengan adanya kajian dalam
bentuk buku. Namun, seyogyanya kitab tersebut dapat diformulasikan dengan
gerakan dakwah masa kini hingga bisa dikembangkan dalam bentuk Ebook bahkan
menjadi sebuah aplikasi telepon genggam “Andrioid”.
Key word: Bula, Dakwah, Kabanti, Kitab, Malino, Narasi, dan Syair.
i
KATA PENGATAR
Bismillahhirahmanirrahim
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan limpahan nikmat yang begitu
banyak. Sehingga dengan segala ridho Allah SWT peneliti dapat merampungkan
skripsi ini. Tanpa semua nikmat yang diberikan oleh-Nya, penelitian dan
SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya, yang telah
mengalirkan syiar dakwah hingga terasa sampai saat ini. Proses perkembangan
gerakan dakwah pada zamannya menjadi inspirasi sejumlah ulama untuk menulis
dan membukukannya pada konteks dakwah masa khilafah hingga saat ini.
Kaimuddin di Buton pada tahun 1824 M. Pesan dakwah yang berkaitan dengan
amar ma’ruf dan nahi munkar dalam syair tersebut menjadi encoding peneliti
Bula Malino. Sebab, budaya kabanti ini sangat diyakini sebagai ajaran
religionitas paripurna pada masa kesultanan Buton. Kitab tersebut akan sangat
Ebook atau bahkan bisa dibuat dalam aplikasi Android seperti Al-Qur’an dan
Hadits.
ii
Hasil karya ini penulis persembahkan secara khusus kepada kedua orang
tua kedua Ayahanda La Ode Chalid dan (almh) Ibunda Wa Ode Zafia.
Dengan segala keberkahan dari Allah SWT sehingga do’a yang terus mengalir,
dukungan yang tak pernah padam baik moral maupun materil, serta kasih sayang
dari keduanya yang begitu besar menjadi motor penggerak untuk lebih optimis.
Kak Zahid Alqaf, Kak Wahyu Hidayat, Kak Iman Wahyuddin, Kak Muh.
Tsauban, Kak Wahiduddin Ridha, Kak Wa Ode Istqomah, dan Adik Ahmad
seperti mentari pagi yang membawa aura spirit tiap hari, sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
Atas usainya pendidikan S-1, penelitian, dan penulisan skripsi ini, saya
berhutang budi dan ingin menyampaikan juga ucapan terima kasih yang
1. Keluarga Besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
ini, yaitu: Dr. H. Arief Subhan, M.A (Dekan FIDKOM), Dr. Suparto, S
M.Ed, Ph.D (Wadek I), Drs. Jumroni, M. Si (Wadek II), Drs. Sunandar
Ibnu Noor, M.A (Wadek III), Rahmat Baikhaky, M.A (Kajur KPI), Fita
iii
2. Kepada Dosen Pembimbing skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, yang telah
serta Bapak Syaifuddin, Bapak Lambalangi dan Ibu Hj. Siti Suhura,
5. Buat sahabat sekaligus sebagai keluarga Peneliti (di Jakarta) yaitu, Kak
Falah Sabirin, Kak Rasid Ante Amiruddin, Kak Sabir Laluhu, Kak Hamid
Harsin Hamid, Muh. Awaluddin, Mujahidin Nur, Yudi Asfar, serta rekan-
Bersatu-Jakarta lainnya, dan juga buat Abdul Hanafi yang lebih dari
pekerjaan Tukang Ojek telah membuat peneliti lebih dari sekedar terbantu
6. Tak terlupakan dalam benak serta sanubari peneliti, yaitu luapan terima
filsafat keislaman, hingga saat ini. Juga terimakasih kepada (alm) KH.
iv
Abd. Rasyid Sabirin, Lc, M.A, Ust. Jafar Karim, Ust. Jamhur Baeda, Ust.
Faisal Islami Ust. Amir, Para pengajar, dan seluruh santri Pndok
7. Terimaksih juga untuk Siti Musfiroh, (alm) Ahmad Riyadh Firdaus, dan
Muhammad Rifki serta teman Jurusan KPI B 2009 dan KKS DIMENSI
Jakarta, sebagai ibu yang mengajarkan cara menulis dengan baik. LAPMI
hasrat musik.
Penelti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penlitian .................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ............................................................. 6
1. Pendekatan Kualitatif ........................................................ 6
2. Paradigma Penelitian ......................................................... 6
3. Metode Penelitian.............................................................. 7
4. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 7
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 7
6. Teknis Analisis Data ........................................................ 9
7. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 10
vi
4. Materi Dakwah .................................................................. 36
D. Semiotik dalam Syair .............................................................. 40
1. Semiotika .......................................................................... 40
2. Semiotika dalam Studi Sastra Narasi ................................ 42
E. Komunikasi Naratif dan Sastra ............................................... 47
1. Karakteristik Narasi .......................................................... 47
F. Aktan Algridas Greimas dalam Narasi ................................... 50
1. Enam Aktan Greimas ........................................................ 52
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 214
B. Saran ....................................................................................... 217
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
secara ilmiah tentang kabanti sudah menipis bahkan belum berkembang pesat.
Bukan hanya itu, pemahaman bahwa semua kabanti yang ditulis oleh Ulama
dahulu di Buton merupakan upaya penyampaian dakwah tidak lagi urgent dibahas.
Entah karena kurangnya keterpanggilan hati atau efek dari globalisasi informasi,
yang jelas, jika naskah-naskah agama ini tidak diselamatkan maka akan menjadi
(masyarakat perkotaan).
daerah di Indonesia mengandung tradisi nyanyian atau syair daerah. Tari saman
Kabanti (syair) Buton yang ditulis oleh Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin.
Kabanti merupakan nyanyian atau syair tertulis yang tersimpan dan terjaga
oleh masyarakat Buton hingga saat ini. Kabantai Wolio atau syair buton telah
1
2
(wolio dictionary) oleh J.C. Anceaux, kabanti bermakna puisi syair, nyanyian,
Kaimuddin menjabat sebagai Sultan, Seni Budaya Islam berbentuk kabanti mulai
diperkenalkan kepada masyarakat. Seni Budaya Islam di Buton pada masa itu
dimaksudkan sebagai sarana dakwah Islam. Tiga bentuk seni budaya yang
dikembangkan pada masa itu adalah. Pertama, Kabanti Wolio atau Syair Buton,
Muhammad Idrus Kaimuddin membuat syair tidak kurang dari 30 judul. Antara
lain yang terkenal adalah Bula Malino (purnama yang cerah). Beberapa penyair
ternama juga membuat kabanti di masa itu, termasuk Hatibi Bula dengan judul
berbentuk buri wolio (tulisan wolio) dengan model aksara Arab (bahasa Wolio).
Dalam hal ini, kabanti termasuk dalam karya yang bersifat sufistik. Sebagaimana
Supriyanto, MA; 2009), terdapat dua jenis tradisi sastra Buton yaitu sastra tulisan
dan lisan. Namun, di era modern ini, kabanti sungguh hampir tidak punya nilai
1
Sebenarnya nama Buton hanya lazim digunakan orang luar untuk sebutan
Kesultanan Buton. Penduduk setempat terbiasa menggunakan sebutan Wolio. Yunus,
Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (2011: 379).
2
J. C. ANCEAUX, Wolio Dictionary-wolio-english-indonesia, (Foris Publication
Holland: 1987), Hal. 51.
3
Dikutip dari catatan Hj. Siti Surah di kediamannya, Kaobula (Maret, 2013). Ia
mencatat dari ungkapan almarhum saudaranya yang interview langsung sebelum beliau
wafat.
3
lagi. Sebab, sudah mulai digeser oleh budaya-budaya modern seperti yang kita
Pada masa Kerajaan Islam Buton, keberdaan sastra lisan tidak begitu
berkembang dalam lingkungan keraton. Umunya, sastra jenis ini dari segi sisinya
hanya memuat tradisi lokal. Sastra tulisan buton identik dengan sastra islam.
Sastra ini ditulis dalam aksara arab. Sastra tulisan ini ada yang berbentuk puisi
dan ada yang berbentuk prosa. Sastra yang berbentuk puisi atau syair, masyarakat
dan nyanyian inspiratif bagi umat Islam khususnya di Buton. Contoh penggalan
Namun, para praktisi kabanti seperti Ibu Suhurah mengakui bahwa kabanti
wolio sudah ditelan masa. Beberapa faktor penyebab antara lain adalah:
Walaupun pada tahun 2012 oleh Wali Kota Bau-Bau pernah menggelar
lomba Kabanti antar Instansi Departemen Pendidikan. Namun, setelah itu belum
4
Supriyanto, Sejarah Kebduayaan Islam, Icv. SHADRA: 2009), Hal. 86.
5
Lamra, Bula Malino:Syair Wolio (Tarafu: 1994), h. 5.
4
terdengar lagi lantunan syair Buton tersebut dalam bentuk lomba maupun dalam
ajaran dan ilmu spiritual yang cukup dahsyat. Pada bulan Mei 2013, Ibu Surah
putrinya.
Syair Bula Malino terdiri dari 382 suku kata. Lamrah, salah satu yang
dasar kosa kata dalam hukum intonasi. Sehingga, penulis ingin menerjemahkan
sebagaimana dikutib dalam buku Eriyanto, Aanalisis Naratif (2013: 9). Analisis
naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi (novel, puisi, cerita
rakyat, dongeng, film, komik, musik, dan sebagainya) ataupun fakta-seperti berita.
sesuai dengan karakterisitiknya. Artinya, dalam syair ada sebuah narasi yang
Peneliti hanya akan mengkaji pesan dakwah pada baris 332-383. Tema
tersbut telah menjadi kajian yang menarik seperti yang dipublikasikan melalui
skripsi mengenai kitab ini hanya pada baris 332-383. Selain baris ini populer, juga
6
Lihat di Lamra Tarafu, Syair Wolio, Alih Aksara dan Bahasa, (Buton), hal. 72.
5
disebabkan adanya faktor lain berupa kekurangan bagi peneliti sendiri dalam hal
skripsi dengan judul Komunikasi Naratif Kitab Bula Malino dan Pesan
permasalahan pada Syair Karya Muhammad Idrus Kaimuddin dengan judul Bula
dengan Tradisi Berlayar. Adapu rumusan masalah pada penelitian skripsi ini
adalah:
C. Tujuan Penelitian
pada narasi Syair Bula Malino dilihat dari model aktan Greimas.
7
http://pusatstudiwakatobi.blogspot.com/2011/04/mengungkap-ketokohan-
muhammad-idrus.html (diakses 25 September 2014). (Belum menunjukkan makna
berimbang dari apa yang ditulis dalam blog tersebut, tidak jauh berbeda dengan tulisan La
Niampe dalam Nasehat Muhammad Idrus Kaimuddin (Kendari, 2009).
6
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
datang.
2. Secara Praktis
awam.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Kualitatif
2. Paradigm Penelitian
melahirkan interpretasi yang baik serta menemukan apa saja yang menjadi
3. Metode Penelitian
upaya (penguraian) untuk memberi penjelasan dari teks yang dikaji oleh
dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kekeliruan tulisan dan
berbagai faktor.
dari beberapa Tokoh Adat Buton serta menganalisis isi teks yang
mana hasil temuan dan fakta yang diperoleh dari proses wawancara,
Penulis melakukan penelitian pada bulan Februari dan Maret 2014 dan
F. Tinjauan Pustaka
diterbitkan oleh FKIP Unhalu (UHO), Kendari: 2009 karya La Niampe. Pada
disertakan dengan pedoman Transliterasi dari buri (tulisan) wolio (buton) ke huruf
latin. Bedanya dengan skripsi yang dibuat dengan peneliti pada penggunaan teori
baris dari kitab tersebut perkata secara keseluruhan (tidak hanya menafsirkan
Sastra Indonesia dan Daerah tahun 1983 (cetakan 1961) karya La Ode Malim.
Buku tersebut merupakan terjemahan dan penghayatan La Ode Malim atas Syair
Bula Malino yang kemudian terangkai dalam sebuah buku. Peneliti sangat
termotivasi dengan adanya buku yang mula-mula hanya bisa didapatkan di Alden
penelitian berbeda serta kajian teori dakwah yang kiranya bisa diformulasikan
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, peneliti membagi lagi ke beberapa bagian, yaitu: Latar
Penulisan.
sebagai Media Dakwah, Semiotik dalam Syair, Komunikasi Naratif dan Sastra,
Syair Bula Malino, Penulis Syair Bula Malino, Bentuk Pengamalan Syair
Greimas pada Baris 332-383 dan Pesan Dakwah dalam syair Bula Malino pada
Baris 332-383.
11
BAB V PENUTUP
penelitian dan hasil penelitian serta saran untuk berbagai pihak yang terkait
TINJAUAN TEORITIS
A. Syair di Nusantara
Syair adalah jenis puisi lama. Syair terdiri dari empat baris, setiap baris
dua belas suku kata. Syair juga tidak mempunyai unsr-unsur sindiran di dalamnya.
Aturan sanjak akhir ialah aaaa dan sanjak dalam (internal rhyme) (A. Teeuw,
Melayu pada abad ke-15 dalam Syair Ken Tambuhan. Bukti-bukti yang
kata Jawa seperti ngambara dan ngulurkan, perbendaharaan kata yang kaya, mitos
Hindu dan satu gaya yang klasik (R. O. Winsted, 1958: 152).
Ken Tambuhan baru ditulis pada abad ke-17 atau ke-18; unsur-usnur Jawa yang
terdapat dalam Syair Ken Tambuhan belum tentu langsung berasal dari bahasa
Jawa oleh penulisnya. Ia mungkin berasal dari cerita Panji dan wayang yang
tersebar luas di alam Melayu sejak zaman dahulu kala; tambahan pula, kita juga
tidak boleh menafsirkan adanya hubungan langsung dengan Jawa sesudah zaman
1
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 562.
12
13
lebih awal daripada abad ke-16. Sekitar tahun 1600, syair masih berarti puisi
secara umum dan bukan sesuatu jenis puisi tertentu.. dalam Tajus Salatin yang
tertulis pada tahun 1602/1603 tidak terdapat sekuntum pun puisi yang mirip
dengan struktur syair sekarang. Syair sebagai jenis puisi yang berbaris empat dan
bersanjak aaaa baru tersebar sesudah Hamzah Fansuri menamai puisi yang
ditulisnya ruba‟i (puisi yang berbaris empat). Tetapi ruba‟i Hamzah Fansuri
merupakan bagian dari sebuah puisi yang lebih panjang, sedangkan ruba‟i sebagai
Mula-mula puisi Hamzah itu terdiri atas beberapa kesatuan yang disebut
ruba‟i, kadang-kadang bait dan sekali-sekali syi‟r atau sya‟ir. Bila puisi-puisi
jenis ini tersebar luas dan digemari orang, ia mendapat nama baru, yaitu syair.
Penyair-penyair lain juga menulis puisi jenis ini (syair), tetapi tidak membatasi
diri pada puisi tasawuf lagi. Semua perkara disyairkan dalam bentuk ini.
Pengaruhnya juga kian meluas. Dalam sastra Jawa muncul sejenis puisi yang
berasal dari syair, yaitu sangir. Pada tahun 1670, seorang Melayu di Makassar
menggunakan bentuk ini untuk menulis sebuah sysair sejarah, yaitu Syair Perang
jenis ini untuk menulis puisi romantik seperti Syair Ken Tambuhan.
2
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 563.
14
Melayu yang mula-mula mungkin ditulis oleh Hamzah Fansuri. Alasan yang
c. Pada paruh pertama abad ke-17, puisi Hamzah Fansuri tidak dikenal
Bukan itu saja. Ar-Raniri yang dalam hal agama, adalah saingan
278).
risalah (Syed Naguib Al-Attas, 1968, 1971), menyerang A. Teeuw karena ketidak
atau bentuk asal puisinya dari puisi Arab, syi’r yang berbaris empat, seperti syi‟r
15
yang dikarang Ibnul Arabi dan Iraqi yang banyak dikutipnya (Syed Naguib Al-
Hamzah Fansuri mendapat pengaruh yang kuat dari nyanyian rakyat (pantun)
seperti yang terdapat dalam Sejarah Melayu. Ia sampai kepada kesimpulan ini
sesudah menyelidiki ciri-ciri syair, yaitu irama (metre), sanjak akhir (rhyme),
Irama syair adalah sama seperti irama pantun. Bukan saja pantun kadang-
kadang muncul dalam syair, baris-baris syair juga kadang-kadang terdapat dalam
disertasinya bahwa beberapa baris syair Hamzah Fansuri adalah sama seperti yang
dipakai dalam pantun. Dalam sebaris pantun atau syair selalu ada semacam
dalam sebaris pantun atau syair yang mengundang empat perkataan itu. Sanjak
akhir yang dipakai dalam syair Hamzah Fansuri adalah aaaa. Ini adalah pola
Seandainya Hamzah mencontoh puisi Arab, setiap bait Fansuri pasti hanya
terdiri dari dua baris saja dan bukan empat baris. Bait yang berbaris empat tidak
dikenal dalam puisi arab. Nyatalah yang menjadi contoh syair Hamzah bukan
puisi arab melainkan nyanyian (pantun) empat baris yang terdapat dalam Sejarah
3
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 564.
16
mengembangkan suatu tema atau cerita. Dalam puisi Arab, satu kesatuan (bait)
yang dua baris itu merupakan satu keseluruhan (Amin Sweeney, 1971: 58-66).
menggunakan Istilah puisi Arab, bait, syair, ruba‟i, syair Hamzah Fansuri
bukanlah tiruan dari puisi Arab. Pengaruh nyanyian (pantun) pada syair Hamzah
Fansuri jauh lebih besar dari puisi Arab. Syair Melayu, biarpun memakai istilah
bahasa Arab adalah puisi Melayu asli juga (C. Hooykas, 1947: 72).4
a. Sayir Panji
Syair panji sebagian besar adalah olahan dari bentuk prosanya, misalnya
Syair Panji Semirang adalah olahan dari Hikayat Panji Semirang, Syair Angreni
adalah saduran dari Panji Angreni. Sering hanya isinya saja yang diambil dan
bukan judulnya. Satu lagi antara perbedaan hikayat Panji dan syair Panji ialah
bahwa hikayat panji berbelit-belit plotnya, sedang syair Panji lebih sederhana
plotnya. Biasanya satu syair hanya menceritakan satu cerita utama saja. Misalnya
Menteri dan Ken Tambuhan; Syair Undakan Agung Udaya hanya menceritakan
kisah Panji tinggal di Daha dan memakai nama Undakan Agung Udaya. Contoh
syair Panji adalah; Syair Ken Tambuhan, Syair Angreni, Syair Damar Wulan,
4
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 565.
5
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 566.
17
b. Syair Romantis
Syair romantis adalah jenis syair yang paling digemari. Harun Mat Piah
Malaysia (1989) dan mendapati bahwa 70 buah (47 persen) adalah syair romantis.
Ini tidak mengherankan karena sebagian besar syair romantik menguraikan tema
yang biasa terdapat di dalam cerita rakyat, penglipur lara dan hikayat. Contoh dari
syair romantis adalah; Syair Bidasari, Syair Yatim Nestapa, Syair Abdul Muluk,
Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair Cinta Berahi, Syair Raja Mambang
Jauhari, Syair Tajul Muluk, Syair Sultan Yahya, dan Syair Putri Akal.
c. Syair Kiasan
antara ikan, burung, bunga, atau buah-buahan. Hans Overbeck menemani syair
jenis ini sebagai syair binatang dan bunga-bungaan (Malay animals and fllower
shers, 1934). Menurut Overbeck lagi, syair jenis ini biasanya mengandung kiasan
atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Misalnya Syair Ikan Terubuk adalah
syair yang menyindir peristiwa anak raja Malaka meminang putri Siak. Syair
gadis yang lebih tinggi kedudukannya. Ada juga syair yang menyindir
pendengarnya. Contoh judul syair kiasan adalah; Syair Burung Pungguk, Syair
Kumbang dan Melati, Syair Nuri, Syair Bunga Air Mawar, Syair Nyamuk dan
Lalat, Syair Kupu-kupu dengan Kembang dan Balang, dan Syair Buah-buahan.
18
d. Syair Sejarah
peristiwa sejarah yang paling penting ialah peperangan, dan karena itu, syair
perang juga merupakan syair sejarah yang paling banyak dihasilkan. Peristiwa
sejarah itu mungkin juga merupakan kisah raja yang memerintah atau residen
kehidupan Sultan Mahmud Syah beserta keluarganya, Syair Residen De Brau pula
Perdana Menteri dari Palembang ke tanah Jawa. Contoh judul syair kiasan adalah;
Syair Perang Mengkasar, Syair Kompeni Welanda Berperang dengan Cina, Syair
Perang di Banjarmasin, Syair Raja Siak, Syair Sultan Ahmad Tajuddin, dan Syair
e. Syair Agama
Syair agama adalah golongan syair yang paling penting. Telah dijelaskan
bahwa Hamzah Fansurilah orang pertama menulis puisi dalam bentuk syair yang
Hasan Fansuri dan beberapa orang penyair-penyair yang tidak bernama. Abdul
Rauf sendiri juga pernah menulis sebuah syair yang berjudul Syair Makrifat (Van
Berdasarkan isinya, syair agama dapat dibagi pula kepada beberapa jenis.
1) Jenis pertama ialah syair sufi yang dikarang oleh Hamzah Fansuri
Syair Ibadat, Syair Sifat Dua Puluh, Syair Rukun Haji, Syair
riwayat hidup para nabi, misalnya Syair Nabi Allah Ayub, Syair
Nabi Allah dengan Firaun, Syair Yusuf, Syair Isa, dan lain-lain.
Contoh judul syair agama adalah; Syair Hamzah Fansuri, Syair Perahu,
Syair Dagang, Bahr An-Nisa‟, Syair Kiamat, Syair Takbir Mimpi, dan Syair
Raksi.6
terpenting di istana, menulis karya-karya ilmu hukum Syafi’i dan juga ilmu
6
Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, (YOI: 2011), h. 611.
20
tasawuf. Tetapi, masih bertahannya cerita-cerita Hindu seperti Hikayat Seri Rama
yang berbahasa Jawa Kuno mencerminkan peranan penting yang dimainkan Bali
dalam memelihara warisan kesastraan pra-Islam Jawa setelah Jawa menjadi Islam.
beruhungan dengan kesastraan Bali terbaibagi menjadi tiga kelompok atas dasar
buku yang berbahasa Jawa Kuno masih dapat ditemukan di Jawa, namun sebagian
besar hanya dikenal dalam bentuk salinan-salinan dari Bali atau Pulau Lombok
Islam dan tetap mempertahankan warisan kesastraan dan agama yang di Jawa
telah berubah (namun tidak pernah terhapus sama sekali) sebagai akibat
islamisasi.
Sunda). Orang-orang Bali juga menulis dalam bahasa mereka sendiri, terutama
kesastraan yang berkaitan erat, baik prosa maupun sajaknya. Kesastraan mereka
menggunakan tulisan asli yang nyata-nyata berbeda dari tulisan Arab maupun
Jawa, yang mempunyai kesamaan dengan tulisan tersebut adalah beberapa tulisan
21
Sumatera yang pada dasarnya berasal dari India. Selain itu, masih ada tradisi-
atas.7
ke-16 dan awal abad ke-17. Lebih lanjut Yunus mengemukakan, bahwa ajaran
yang tampak di Buton pada pertengahan abad ke-17 adalah ajaran Martabat Tujuh
diri-Nya di dunia yang fana ini, yang mencapai puncaknya pada manusia
Terdapat dua jenis tradisi sastra Buton yaitu sastra tulisan dan sastra lisan.
Pada masa kerajaan Islam Buton, tampaknya keberdaan sastra lisan tidak begitu
berkembang dalam lingkungan Keraton. Umumnya sastra jenis ini dari segi isinya
hanya memuat tradisi lokal; pada masa kesultanan dibersihkan dari kehidupan
dunia keraton. Sastra tulisan di Buton identik dengan sastra Islam. Selain isinya
memperlihatkan pengaruh atau alam pemikiran islam, sastra ini juga ditulis dalam
aksara Arab yang oleh masyarakat pendukungnya menyebutnya buri wolio. Sastra
7
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Gajah Mada University Press,
Cetakan kesepuluh: Yogyakarta, 2011), hal. 77-87.
8
M. Alifuddin, Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal, (Badan
Litbang dan Dilat Departemen Agama, 2007), hal. 148-149.
22
tulisan ini ada yang berbentuk, prosa, dan syair. Sastra dalam bentuk puisi atau
syair masyarakat lokal lebih mengenalnya dengan istilah kabanti atau nazamu.
Sastra tulisan di Buton secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin, Syeikh Haji Abdul Ganiu (kenepulu bula),
Abdul Hadi, Haji Abdul Rakhim, dan La Kobu. Mereka adalah para ulama lokal
terhadap sufisme. Salah satu Kabanti (syair) yang cukup populer pada masanya
sastra Islam dalam bahasa melayu atau karya-karya ciptaan baru yang
terjemahan dari hikayat Nur Muhammad, tula-tulana koburu terjemahan dari syair
Kabanti merupakan nyanyian atau syair yang tersimpan dan terjaga oleh
masyarakat Buton. Kabantai Wolio atau syair wolio/buton telah menjadi tradisi
9
La Ode Muh. Syukur, Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, (CV.
Shadra: 2009), Hal. 86.
10
Ibid, h. 90.
11
Sebenarnya nama Buton hanya lazim digunakan orang luar untuk sebutan
Kesultanan Buton. Penduduk setempat terbiasa menggunakan sebutan Wolio. Yunus,
Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (2011: 379).
23
oleh J.C. Anceaux, kabanti bermakna puisi syair, nyanyian, sajak.12 Pada
pertengahan abad ke-19, Haji Abdul Gani menulis naskah syair (kabanti). Di
antaranya yang diterjemahkan oleh Abdul Mulku Zahari adalah Ajonga Yinda
Idrus Kaimuddin membuat kabanti pada saat itu. Kata para orang tua dulu ada 100
lebih judul kabanti yang tertulis. Namun, hingga saat ini sudah 21 tahun yang
daerah telah pula menciptakan sastra dalam bahasa Melayu seperti Aceh,
Minangkabau Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, dan Maluku. Bahasa itu
kenegaraan, seperti Hikayat Aceh (Aceh), Bo‟ Sangaji Kai (Bima), Hikayat Tanah
Hitu (Ambon), Istiadat Tanah Negeri Butun (Buton). Di lingkungan bahasa Sunda
12
J. C. ANCEAUX, Wolio Dictionary-wolio-english-indonesia, (Foris
Publication Holland: 1987), h. 51.
13
Achadiati Ikram, Katalok Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari,
(Jakarta, Yayasan Obor Indonesia: 2002), Hal. 5.
14
Lihat juga Ikram (2002:2) Kanturuna Mohelana menjadi syair yang dianggap
sebuah sejarah yang mengungkap latar belakang nama Buton.
15
Wawancara Pribadi dengan Lambalangi, Tanggal 25 Maret 2014
(dikediamannya, Tarafu, Baubau, Sulawesi Tenggara).
24
dan Jawa tetap dihasilkan sastra agama Islam dalam bahasa daerah dengan tata
C. Mengenal Aksara
keseluruhan, aksara yang ditemukan dalam naskah tulisan tangan mempunyai dua
sumber, yaitu India dan Arab, meliputi kurun waktu abad ke-9 sampai abad ke-20.
dengan cara pendidikan formal bersama kedatangan bangsa Eropa dan terutama
tulis tangan.17
teknologi yang lebih mudah. Bukan hanya itu, aksara daerah akan terdesak oleh
jenis tulisan yang sudah lazim dipakai di dunia para penguasa dari Eropa.
Pertarungan yang tidak seimbang akhirnya menggeser aksara kea lam sejarah.
Begitupun bahasa daerah untuk tulisan, kini dalam proses kepunahan. Walau
masih ada juga masyarakat yang tetap memilih menggunakan dan memelihara
16
Achadiati Ikram dkk, Mukhlis PaEni:Editor Umum, Sejarah Kebudayaan
Indonesia: Bahasa, Sastra, dan Aksara, (Rajawali Pers, Jakarta: 2009), h. 78-79.
17
Lihat Ikram, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Bahasa, Sastra dan Aksara,
(2009: 270). Tidak semua komunitas manusia memerlukan aksara atau tulisan, kata Ong,
bahasa hakikatnya adalah lisani (oral). Itu terbukti dalam penelitian bahwa di antara
puluhan ribu bahasa yang pernah digunakan di dunia hanya sekitar 106 yang memiliki
sistem tulisan yang menghasilkan kepustakaan. Artinya, sebagian besar tidak mengenal
tulisan (Ong, 1980:7). Kemduian, di antara kurang lebih 3000 bahasa yang kini hidup
hanya kira-kira 78 yang mempunyai kesusastraan tertulis. Sehingga, dari tempat-tempat
rekayasa sistem tulisan yang disebut di atas itulah, dan terutama dari Asia Minor
kemudian pengenalan aksara menyebar sehingga banyak bangsa dapat mengambil alihnya
dan mentransformasikannya tanpa perlu menciptakannya sendiri.
25
aksara daerah dan tulisan tangan untuk tujuan-tujuan tertentu (lihat Ikram, 2009:
279-280).
Secara etimologi, kata Da‟wah berasal dari bahasa Arab yang berarti:
panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab
berikut:
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
akhirat.19
keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik
18
Drs. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
Hal. 1.
19
Prof. H. M. Thoha Yahya Umar. MA, Imu Dakwah, (Jakarta: CV. Al-Hidayah,
2002), Hal. 7.
20
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Hal. 194.
26
pemaksaan.21
“menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil (jalan) Allah SWT bukan
untuk mengikuti da’i atau sekolompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa
mengikuti Islam. Abdul al Badi Shadar membagi dakwah membagi dua tataran
yaitu dakwah fardiyah dan dakwah ummah. Sementara itu, Abu Zahroh
menyatakan bahwa dakwah itu dapat dibagi menjadi dua hal; pelaksana dakwah,
bahwa hakikat dakwah adalah kebebasan, universal, dan rasional. Kebebsan akan
menunjukkan dakwah itu bersifat universal (berlaku untuk semua umat dan
sepanjang masa).22
dakwah yang telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: pertama, ajakan
untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah SWT. Keempat, sasaran
bisa secara fardiyah atau jama‟ah. Dalam konteks dakwah istilah amar ma‟ruf
nahi munkar secara lengkap dan populer dipakai adalah yang terekam dalam Al-
21
M. Arifin, Paikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000) Cet. Ke-5, Hal. 6.
22
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Rosdakarya: Bandung, 2010), hal. 14.
27
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada
kebajikan, menyuruh pada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar;
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ciri khas materi dakwah menurut Anwar Arifin adalah al-khair, al-ma‟ruf,
secara umum adalah keyakinan dan pandangan hidup Islam yang bersifat
universal dan sesuai dengan fitrah dan kehanifaan manusia. Semua pandangan itu
dan subjek sasaran dakwah dengan menggunakan metode, media, dan materi
dakwah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Kutipan Ilaihi tersebut juga
sasaran dakwah.
sasaran dakwah.
sasaran dakwah.
religionitas sendiri.
23
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Graha Ilmu,
Yogyakarta: 2011), h.20-21.
28
menurut Cik Hasan Bisri adalah unsur substansial ilmu dakwah yang terdiri dari
enam komponen yaitu: dai’i, mad’u, metode, materi, media, dan tujuan dakwah.
Sedangkan objek forma ilmu dakwah adalah sudut pandang tertentu yang dikaji
2. Metode Dakwah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui)
diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methods artinya jalan
telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang (Tasmara, 1997:43). Hal ini
manusia.
24
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Rosdakarya: Bandung, 2010), h. 29.
29
1) Bil-Hikmah
tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang
2) Al-Mau‟idza Al-Hasanah
100).
25
Acep Aripuddin, Pengembangan Metode Dakwah, (PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta: 2011), h. 84.
31
3) Al-Mujadalah
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang
kebenaran tersebut.26
26
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.
242-255.
32
3. Media Dakwah
Berbicara soal media, kata “media” merupakan jamak dari bahasa Latin
yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (lihat
Syukir, 1993:163). Seorang Da‟i dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat
manusia tidak akan lepas dari sarana atau media (wasilah) dakwah. Kepandaian
untuk memilih media dakwah yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan
dakwah.
Bagi Tarmizi Taher, internet juga merupakan media dakwah Islam. Pada
masa kini dakwah telah menggunakan medium bit, binary dan digital. Dakwah
kian hari kian bertambah. Fenomena dakwah digital tersebut berkembang seiring
dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
27
Nurul Badru Tamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo
Khazanah Ilmu, 2005), h. 157-158.
33
Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu
dan sebagainya.28
berikut ini:
dan lain-lain.
lain.
Beberapa media dakwah yang dikutip oleh Asmuni Syukur (Syukur: 168-
28
Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al-Ikhlas), h.
163.
Taufik al-Wa’iy, “Da‟wah Ilallah” Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Saran,
29
b. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak atau kesatuan sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang
yang disegani.
c. Organisasi-organisasi Islam
media dakwah.
e. Media Massa
f. Seni Budaya
4. Materi Dawkah
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u.
Pada dasarnya, pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum
serta mu’amalah.
waris,
Indonesia sebelum masa penjajahan, baru pada abad ke-9 H/14 M, penduduk
pribumi memeluk islam secara massal. Menurut para pakar sejarah, bahwa masuk
saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu,
30
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Rosdakarya: Bandung, 2010), h. 20.
37
Dalam literatur yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya
Arab, Persia, ataupun Gujarat. Walaupun ada penemuan Slamet Mulyana bahwa
Islam di Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan Timur Tengah,
akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan. Setelah armada Tiongkok Dnasti
Ming yang pertama kali masuk Nusantara melalui Palembang tahun 1407 M,
Ampel dan Nyai Ageng Malina. Pemilik julukan Prabu Nyokrokusumo itu adalah
termasuk penyokong dari Kerjaan Demak dan ikut pula membantu pendirian
Masjid Agung di kota Bintaro Demak. Selain mendirikan pendidikan dan dakwah
jawa yang sarat dengan misi pendidikan dakwah Islam (Hefni, 2007: 177). Seperti
halnya Idrus Kaimuddin membuat syair (kabanti) buton, tembang ciptaan Sunan
Bonang juga membuat seperti Simon, Dandang Gulo, Pangkur, dan lain-lain.
kodifikasi atau pembukuan dakwah yang diandili oleh murid-muridnya. Kitab itu
ada yang berbentuk puisi maupun prosa yang sampai saat ini dikenal sebagai
31
Harjani Hefni, Lc, M.A, Pengantar Sejarah Dakwah (Kencana: Jakarta, 2007),
h. 171-172.
38
Suluk Sunan Bonang (Hefni, 2007). Berkenaan dengan hal tersebut, syair yang
dibuat dengan pendekatan tasawuf atau religionitas adalah juga merupakan saran
dakwah Islam.
dakwah dengan kalimat thayibah (baik), pergaulan yang baik dan keteladanan.
Selain itu, ada lagi bentuk dakwah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas material
demi kemaslahatan dakwah, bahkan dakwah melalui seni, baik seni suara maupun
seni musik.32
Menurut Esa Poetra, yang dikutip Aripudin, bahwa lagu-lagu dan puji-
ketenangan dan keberanian. Pada masa Nabi Muhammad saw, pernah suatu ketika
dua kali pasukan tentara Islam dipukul tentara Quraisy, Rasulullah sempat
memanfaatkan seni budaya lokal (seni suara, seni karawitan, dan wayang) sebagai
tembang gede, sebuah seni suara Jawa-Hindu. Karena tembang tersebut dirasa
32
Acep Aripuddin, Dakwah Antarbudaya, (Rosdakarya, Bandung: 2012), h. 137.
39
kurang menarik dan kurang praktis, maka Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Sunan
lagu, di antaranya lagu Kinanti karya Sunan Kalijaga, isi syairnya sebagai berikut:
Artinya:
Bismillahi aku memberi wejangan
Wewejang merupakan laku selamat
Di dunia sampai akhirat
Hanya taat kepada Tuhan
Pantang melakukan perbuatan durhaka
Kasih sayang kepada sesama manusia33
Islam telah memberikan acuan moral (akhlak) bagi para penyair untuk
muslimin dengan kata-kata dan membantah setiap tipu daya para pendusta. Al-
Qur’an juga mencela cara-cara yang dilakukan para penyair sesat, yang membuat
kalimat-kalimat tak berakhlak dan berisi khayalan, mimpi-mimpi dan tipu daya
yang menjauhkan pembacanya dari hakikat kebenaran. Seperti firman Allah QS.
Asy-Syu’ara: 224-227)
keutamaan dan nilai-nilai yang terpuji. Sebuah riwayat yang menyebutkan: beliau
bersabda, “Sesungguhnya dari syair itu terdapat hikmah” juga “Dengan syair itu,
33
Nawari Ismail, Filsafat Dakwah: Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (PT. Bulan
Bintang, Jakarta: 2004), h. 113-114.
40
1. Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
2001:53).
sendiri, dan makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda
(Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang
maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda
34
Muhammad Amahzun, Manhaj Dakwah Rasulullah, (Qisthi Press, Jakarta:
2004), h.201-202.
41
Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang
berarti “tanda” (Sudjiman dan van Zoest, 1996: vii) atau seme, yang berarti
“penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1999:4). Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan, 2001:49).
“Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya
Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak
memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti
(strukturalisme) dan hubungan antara tanda dan apa yang ditandakan (semantik).
Sebuah teks, apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, pidato
presiden, poster politik, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin menjadi
“tanda” bisa dilihat dalam aktivitas penanda: yakni, suatu proses signifikasi yang
dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi
35
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya: 2009) h. 15-17.
42
berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?” Ada narasi yang hanya
bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Di samping itu, ada juga narasi yang
disusun dan disajikan sekian macam, sehingga mampu menimbulkan daya khayal
melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.
informasi yang semakin berkurang menuju tingkat daya khayal yang semakin
bertambah.
d. Narasi Ekspositoris
peristiwa. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat
menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja,
yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah
e. Narasi sugestif
dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan
adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu
menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit.
tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang
36
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 135-
138.
44
Table 2.1
Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Sugestif
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan. 1. Menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi 2. Menimbulkan daya khayal
mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran 3. Penalaran hanya berfungsi
untuk mencapai kesepakatan sebagai alat untuk menyampaikan
rasional. makna, sehingga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke 4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informative dengan titik bahasa figuratif dengan menitik-
berat pada penggunaan kata- beratkan penggunaan kata-kata
kata denotatif. konotatif.
terhadap dua atau lebih situasi yang secara logikal terhubung, baik dari segi waktu
maupun tempat, dan terkait dengan konsistensi sebuah subjek dari keseluruhan
teks atau pesan untuk melihat narasi atau perubahan cerita dari tanda; termasuk
untuk mengungkap makna tersembunyi dari tanda (lihat Stam, Burgoyne, &
adalah “the orientation towards a goal, and therefore a sense of closure and
Sobur juga menulis, bahwa dalam lapangan sastra, karya sastra dengan
suatu bentuk, karya sastra secara tulis akan memiliki sifat kerungan (Santosa,
1993:36). Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung
tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna semiotika. Dari dua tataran (level)
37
Rulli Nasrullah, Jurnal Semiotika Naratif Graimas dalam Iklan Busana
Muslim, (www.kangarul.com), h. 3.
45
antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mitis) sebuah karya
1997:77).
pengarang, (ii) wujud sastra sebagai sistem tanda, dan (iii) pembaca.
Sasaran kajian sastra secara ilmiah bukan pada maujud konkret wacananya,
melainkan pada metadiscourse atau bentuk dari ciri kewacanaan yang tidak
melainkan unsur-unsur yang secara potensial teremban dalam karya sastra itu
sendiri secara internal. Karena itulah komunikasi dalam wacana sastra juga dapat
disebut sebagai bentuk komunikasi dalam wacana sastra juga dapat disebut
Referensial
Puitik
Emotif Fatis Konotatif
konteks perututran, (iii) pesan, (iv) kontak, (v) kode sebagai wahana encoding,
fungsi bahasa ditentukan meliputi fungsi (Jakobson, 1987:71-76): (i) emotif, (ii)
referensial, (iii) puitik, (iv) fatis, (v) metalingual atau metabahasa, dan (vi)
konatif.38
1. Karakteristik Narasi
Sebuah narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa, di mana peristiwa satu dan
tidaklah random (acak), tetapi mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat
38
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Rosdakarya: 2009), h. 141-143.
47
tertentu sehingga dua peristiwa berkaitan secara logis. Jika peristiwa tersebut tidak
disusun menurut logika tertentu, maka tidak bisa disebut sebagai narasi.
cerita. Dalam narasi, selalu terdapat proses pemilihan dan penghilangan bagian
tertentu dari peristiwa. Bagian mana yang diangkat dan bagian mana yang
dibuang dalam narasi, berkaitan dengan makna yang akan disampaikan atau jalan
pikiran yang hendak ditampilkan oleh pembuat narasi (Eriyanto, 2013: 2-3).
naratif? Jawabanannya adalah, analisis naratif melihat teks berita, sebuah cerita,
sebuah dongeng yang mana di dalamnya ada plot, adegan, tokoh, dan karakter.
Narasi adalah bentuk teks yang paling tua dan paling dikenal, karena sesuai
dengan pengalaman hidup manusia. Kitab suci, selain berisi tentang ajaran agama,
juga berisi tentang cerita-cerita (lihat Eriyanto, 2013: 8-9). Nampaknya ini seperti
yang dipinjam dari ilmu-ilmu alam dan kemudian ditransfer pada bidang-bidang
artefak tertulis yang asing melainkan berasal dari ruang lingkup bahasa itu
48
sendiri. Juga melalui pemindahan analogis dari unit-unit yang lebih besar
dan dakwah nyaris tidak Nampak sebab memang tidak begitu tajam. Justru,
dalam Al-Qur’an yaitu salah satunya dengan qawlan maisura (kata yang muda).
menggunakan bahsa yang ringan, sederhana, pantas, atau yang muda diterima
oleh mad’u (mitra dakwah) secara spontan tanpa harus melalui pemikiran yang
berat.
Namun, menurut Zaimar (lihat Sobur, 2014: 12) sesuai tekanan bahasa
yang digunakan pada waktu tuturan (komunikasi verbal), maka fungsi bahasa
39
Sobur, Komunikasi Naratif: Paradigma, Analisis, dan Aplikasi (Rosdakarya
Bandung, 2014), h. 4.
49
d. Fungsi fatik, fungsi ini akan muncul apabila dalam tuturan ada
huruf besar semua, atau huruf miring, atau yang lainnya, sementara
pada lisan akan nampak pada perubahan suara seperti perubahan suara
bahasa lain.
karya sastra atau tradisi lisan. Dengan penelitian fungsi bahasa yang
50
Bagian yang penting dalam analisis naratif menurut Nick Lacey dan Van
Dijk adalah cerita (story) dan laur cerita (plot). Kedua aspek tersebut berperan
dalam memahami suatu narasi, bagaimana narasi bekerja, bagian mana dari suatu
peristiwa yang ditampilkan dalam narasi, dan bagian mana yang tidak
ditampilkan. Cerita aliur (plot) berbeda, ia adalah suatu yang ditampilkan secara
eksplisit dalam sebuah teks. Sementara cerita (story) adalah urutan kronologis dari
suatu peristiwa, di mana peristiwa tersebut bisa di tampilkan dalam teks juga tidak
Narasi sering disamakan dengan cerita dongeng. Narasi berasal dari kata
Latin narte, yang artinya “membuat tahu”. Dengan demikian, narasi berkaitan
dengan upaya untuk memberitahu sesuatu peristiwa. Tetapi tidak semua informasi
jalan, jadwal kereta api di surat kabar, dan iklan lowongan pekerjaan meskipun
(semantic structure). Mirip sebuah kalimat yang terdiri atas rangkaian kata-kata,
(sebagai subjek, objek, predikat, dan seterusnya). Kata yang satu juga mempunyai
relasi dengan kata yang lain sehingga membentuk kesatuan yang koheren dan
mempunyai makna. Narasi menurut greimas juga harus dilihat seperti sebuah
struktur kemasyarakatan seperti pada fiksi media populer (Sobur, 2014: 229).
penting dari posisi itu adalah relasi dari masing-masing karakter. Sebuah narasi
dikarakterisasi oleh enam peran, yang disebut oleh Greimas sebagai aktan
Karena itu, analisis Greimas ini kerap juga disebut sebagai model aktan (Eriyanto,
2013:95-96).
bisa berupa orang, tetapi bisa juga sebuah keadaan atau kondisi
yang dicita-citakan.
52
cerita.
mencapai tujuan.
lain. Dari fungsi-fungsi karater dalam sebuah narasi, secara sederhana bisa dibagi
a. Relasi struktural antara subjek versus objek. Relasi ini disebut juga
tujuan yang ingin dicapai oleh subjek. Menurut Cohan dan Shires,
bisa diamati secara jelas dalam teks. Relasi antara subjek dan objek ini
yang ditawan oleh seorang penyihir. Objek dari cerita ini adalah
sebagainya.
54
seperti berikut:
Pengirim Penerima
(Destinator)
Objek
(Receiver)
Pendukung Penghambat
(Adjuvant) Subjek
(Traitor)
antara karakter satu dengan karakter lain. Menurut Luc Herman and Bart
Vervaeck (dikutip Eriyanto, 2013:98), model aktan dari Greimas ini mempunyai
interaksi di antara karakter yang satu dengan yang lain. Tetapi kelemahannya
adalah mereduksi kompleksitas karakter dari suatu narasi hanya menjadi enam
karakter saja.42
42
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis
Teks Berita Media, (KENCANA Jakarta, 2013), h. 95-98.
BAB III
KITAB KABANTIBULAMALINO
diperkirakan lahir pada akhir abad ke-18, karena ia menduduki jabatan sebagai
Sultan Buton pada tahun 1824 atau sekitar berusia 40 tahun. Di masa kecilnya, ia
menerima pendidikan Islam dari kakeknya, La Jampi, yang juga pernah menjadi
Sultan dengan gelar Sultan Qa’im al-Din Tua (1763-1788). Sampai pada tahun
1974, orang Buton masih menemukan jejak tempat ia dibina oleh kakeknya dalam
Guru Muhammad Idrus yang lain adalah Syekh Muhammad bin Syais
sufistik.3
1
La Ode Muh. Syukur, Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, (CV.
Shadra: 2009), h. 86.
2
La Niampe, Nasihat Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin Ibnu Badaruddin Al-
Buthuni, (Kendari, FKIP Unhalu/UHO 2009), h. 9.
3
La Ode Muh. Syukur, Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, (CV.
Shadra: 2009), h. 90.
55
56
budaya tak benda dari masa kesultanan.4 Tidak sedikit yang masih memegang
teguh dan mempercayai kandungan kabanti secara tekstual. Belum lagi berbicara
latar belakang dan sejarah mengapa kabanti dibuat dan membuming di masa itu.
Begitu banyak paham yang berbeda mengenai profil Kabanti Bula Malino.
menghadapi kematian. Hal ini sudah merupakan takdir Tuhan kepadanya sebagai
hamba-Nya.Tidak ada satupun hamba Tuhan semata. Oleh karena itulah, di kala
Semua jenis kabanti mengandung ajaran baik-buruknya tingkah laku kita dan
mengetahui jati diri kita.Termasuk sejarah dan keadaan Benteng Buton ini
untuk menuju pada kesalehan dan beradab bagi manusia itu sendiri.6Dalam kamus
4
www.baubaupos.com/page.php/diakses 10 September 2014. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan menghimbau ada Penyuluh Budaya dan mengharapkan agar
kebudayaan yang belum tersentuh bisa diselamatkan. Serta memotivasi masyarakat akan
pentingnya melestarikan suatu kebudayaan bagi bangsa dan negara.
5
La Niampe, Nasihat Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin Ibnu Badaruddin Al-
Buthuni, (Kendari, FKIP Unhalu, 2009), h. 20.
6
Al Mujazi, wawancara tanggal 13 Maret 2014 (di kediamannya, Sambali,
Baubau, Sulawesi Tenggara).Al Mujazi adalah seorang pemerhati dan penjaga naskah-
naskah asli Wolio. Aktivitas hariannya menjaga Museum Kebudayaan Woliodi Badhia.Ia
juga menyimpan dan memelihara peninggalan kebudayaan Wolio yang benda dan tak
benda dengan rapihdan terjaga. Ia adalah putra dari pasangan Abdul Mulku Zahari dan
Syamsiah Ma Faoka.
57
wolio (wolio dictionary) oleh J.C. Anceaux, kabanti bermakna puisi syair,
nyanyian, sajak.7
Beberapa pendapat yang diutarakan oleh Tokoh Adat lainnya bahwa narasi
narasi kabanti oleh Guru, dalam arti mengajarkan langsung kepada Murid atau
sistim tata cara pelaksanaan pemahaman daripada narasi kabanti tersebut. Kabanti
Objek atau kunci akhir daripada kabanti ini adalah untuk betul-betul menjadi
seorang insan kamil di hadapan Allah swt.Pada waktu itu kabanti merupakan
7
J. C. ANCEAUX, Wolio Dictionary-wolio-english-indonesia, (Foris Publication
Holland: 1987), h. 51.
8
Syafiuddin, wawancara tanggal 13 Maret 2014 (di kediamannya Bataraguru,
Baubau, Sulawesi Tenggara).Syafiuddin adalah seorang Tokoh Adat Kebudayaan Wolio.
Selain mengkaji kabanti, ia sekaligus pemerhati budaya pernikahan wolio (buton) dalam
hal ini oleh masyarakat disebut Boka. IaGuru Besar di Universitas Dayanu Ihsanuddin
Baubau.
58
tergantikan dengan dangdut, serta nyanyian modern lainnya.Saat ini,kita kita bisa
melihat akidah sebagian masyarakat buton sudah mulai longgar. Masyarakat patut
berhati-hati karena longgarnya akidah itu akhirnya kabanti akan menjadi hal yang
tidak penting lagi. Mulai dari kurangnya mencintai al-Qur’an hingga sudah tidak
peduli lagi dengan peninggalan budaya islam ini. Seperti halnya, banyak manusia
Salah satu penyebab mengapa kabanti sudah tidak dilestarikan lagi adalah
1. Masa Kesultanan
Di satu sisi, fungsikabanti bagi orang tua, ketika ingin membacakan atau
9
Lambalangi, wawancara tanggal 25 Maret 2014, (dikediamannya, Tarafu,
Baubau, Sulawesi Tenggara).Ia memutuskan menjadi penyalin kabanti dan membukukan
kabanti setelah pensiun pada 1992 sebagai upaya melestarikan budaya kabanti. Ia menulis
kabanti dengan tulisan woilo dan tulisan latin.
59
kabantiakan menjelaskan makna dari kandungannya sesuai judul dan tema kabanti
yang akan dikaji. Semua akan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sejauh
Bahkan mereka menilai hal tersebut sangat sakral. Sehingga, masyarakat kadang
mengarang kabanti.
Di sisi lain, Kabanti yang dibuat kadang dinyanyikan pada waktu masyarakat
Sepertiyang dilakukan oleh Siti Surah pada pernikahan putri mantan Walikota
10
Al Mujazi,wawancara tanggal 13 Maret 2014 (di kediamannya, Sambali,
Baubau, Sulawesi Tenggara).
11
Lambalangi, wawancara tanggal 25 Maret 2014 (dikediamannya, Tarafu,
Baubau, Sulawesi Tenggara).
60
Baubau tahun 2012. Selain itu, saat ini kabanti dibaca pada pertemuan-pertemuan
Selain itu, saat ini belum ada lagiaktivitas kabanti di buton.Kabanti ini
memang tidak rutin lagi pelaksanaannya.Dalam hal ini, bagi siapa saja yang
melaksanakannya.13
Naskah asli Kitab Bula Malino tidak ditemukan oleh peneliti. Karena
keterbatasan waktu dan kondisi naskah yang memang sulit ditemukan sehingga
12
Siti Surah, wawancara di kediamannya, Kaobula (Maret, 2013). Ia melantukan
kabantiMomondona Ruamiaana (Terjalinnya dua sejoli). Syair ini menceritakan tentang
hukum dan syarat nikah dan membangung rumah tangga.
13
Syafiuddin, wawancara tanggal 13 Maret 2014 (di kediamannya Bataraguru,
Baubau, Sulawesi Tenggara).
14
(http://myrepositori.pnm.gov.my/bitstream/123456789/1627/1/PAMM2014_Pa
per09.pdf). Ayah dari Abdul Mulku Zahari adalah La Wungu, dan buyutnya bernama Ma
Zahari sebagai pejabat kerajaan Buton yang dikenal suka menulis. Nama belakang
Muluku diambil dari buyut yang diyakini mewariskan bakat menulisnya itu. Karena hobi
menulis itulah Abdul Mulku Zahari mendapat warisan untuk memelihara berbagai jenis
arsip dan naskah kerajaan. Jabatan Mulku Zahari yang terakhir sebagai pembantu utama
(semacam asisten pribadi) Sultan Falihi 1960 memberi kesempatan luas baginya untuk
menghimpun naskah. Abdul Mulku Zahari kerap kali menyalin beberapa naskah dan
menerjemahkannya.
61
penulis transliterasi naskah Wolio, tercatat beberapa syair Buton yang telah
Syair Jilid I
1. Bula Malino
2. Tazkiri Momampodo
3. Nuru Molabi
4. Jauharana Amala
5. Maiyati
6. Kaokabi
7. Kaokabi Mainawa
8. Pakeana Arifu
Syair Jilid II
1. Kamainawa Arifu
2. Kalipopo Mainawa
3. Kaluku Panda
1. Jagugu/Kanturuna Mohelana
4. Tula-tulana Nabi
63
5. Paiyasa Mainawa
Syair Jilid IV
1. Wa Iyati/Wahadini
2. Bunga Malati
3. Bunga Dalima
Syair Jilid V
1. Bunga-bungana Wameo
2. Taguna Nua
3. Bunga Cengkeh
4. Lele Matapa
5. Kalipopo Niyzani
6. Kanturuna Mohelana
8. Qoburu
Kemudian, ada syair yang paling tebal di antara syair-syair lainnya yaitu
Kabanti Ajonga Indaa Malusa (Pakaian yang Tidak Pernah Kusut).15 Penelitian
ini hanya fokus pada syair Jilid I nomor 1 yaitu Bula Malino (Purnama yang
15
Data yang diperoleh dari Lambalangi, sebagai penulis transliterasi sejumlah
Kabanti Wolio (Buton), (25, Maret 2014).
BAB IV
Analisis dengan Model Aktan Greimas ini akan dilakukan dengan cara
melihat struktural narasi yang terangkai dalam baris-baris melalui petanda (aktan)
yang mengarahkan jalannya cerita. Pada bab ini peneliti akan memaparkan pesan-
pesan dakwah yang terkandung dalam Kitab tersebut khususnya pada baris 332-
383.
1. Aktan Subjek
sebuah cerita.1 Subjek yang terdapat dalam baris yang dibahas ini yaitu
Tabel 4.1
Aktan Subjek
Baris Transliterasi Terjemahan
64
65
mobancule kembali
337 Osiitumo bose mosatotuuna Dan itulah pelayaran yang
hakiki
338 Indamo ambuli paimia Tidak kembali semua yang telah
molingkana pergi
339 Moporopena i dala incia Yang menuju di jalan itu
siitu
340 Matemo itu intaana alimu Mati itu yang dinantikan orang
alim
341 Itoku-tokuna paimia saalihi Yang diharap-harapkan orang
saleh
karoku, mate, pada, aumba, -mo, ngalu, hela, padaaka, atumpu, dan –
membayangkan adanya dua zat yaitu karo dan aku (jiwa dan jasad).
Akhiran –mo pada kata aumbamo (akan tiba) mengaskan tibanya waktu
waktu (masa).3
3
Pada kalimat baris 333 merupakan analogi dari kalima pada baris 333 yaitu
mate=ngalu hela pada=padaaka, aumbamo=atumpumo.
66
na, hela, kasangka, -na, sawika, -mu, pentaa, -ka, wakutu, -na, hela,
yang tengah bersiap untuk melakukan sesuatu. Akhiran –na pada kata
Mu adalah kata gantu dari kamu (komunikan). Akhiran –ka pada kata
Metaforis kalimat pada baris 336-337 tersusun dari kata mate, -mo,
yitu, hela, iinda, mo-, bancule, osiitu, -mo, bose, mo-, satotu, dan –na.
mendayung. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata mosatotuna (yang
mo, ambuli, paimia, mo-, lingka, -na, mo-, porope, -na, i, dala, incia,
dan siitu. Akhiran –mo pada kata iindamo (tidal bakal) menegaskan
mo- dan akhiran –na pada kata molingkana (yang telah pergi)
(mate). Awalan mo- dan akhiran –na pada kata moporopena artinya
kepada jalur mate (kematian). Siitu berarti itu, menunjuk pada dala atau
mate.4
Kalimat pada baris 340-341 dibentuk dari kata mate, -mo, yitu,
intaa, -na, aalimu, itoku-toku, -na, paimia, dan salihi. Akhiran –mo
(itu) kata ganti dari (berkorelasi dengan) kematian. Akhiran –na pada
4
Penulis memaknai kata dala sebagai mate (kematian). Sebab, secara logika,
sebuah jalan yang di mana manusia tidak akan bisa kembali ke belakang, sangat lekat
dengan makna kematian. Sehingga, sintaksis dari pada dala adalah kematian.
68
kematian tersebut.
2. Aktan Objek
subjek. Objek bisa berupa orang, tetapi bisa juga sebuah keadaan atau
kondisi yang dicita-citakan.5 Objek yang dicapai dalam narasi ini adalah
Tabel 4.2
Aktan Objek
Baris Transliterasi Terjemahan
waopu, pa-, tumpu, -a, inca, -ku, opoaro, -ku, kutonto, maka, zatu, dan
5
Eriyanto, Aanalisis Naratif, (Jakarta: 2013), h. 96.
69
–Mu. Kata ee merupaka seruan artinya wahai. Waopu atau Opu artinya
terhubung dengan kata ganti dari yaku (aku) yaitu -ku. Kutonto
dan –ka dua akhiran yang sering didapatkan pada akhiran kata kerja, ia
menjelaskan makna agar dan supaya. Akhiran –Mu pada kata zatMu
Metaforis kalimat pada baris 382-383 tersusun dari kata tee, iimani,
mo-, topene, -na, karosa, ka-, pupu, -a, -ku, tee, husnul, dan hatima.
serta memahami Rukun Iman. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata
6
Pemakaian kata wa pada Opu dalam bahasa wolio seperti kata Allah yang pasti
menggunakan kata yaa dalam bahasa arab. Yang benar adalah Yaa Allah bukan Yaa
Ilaahu dan jika menggunakan Yaa Ilaah maka harus ditambah dhamir anaa yaitu Yaa
Ilaahii. Apabila wa dihilangkan dari Opu namun di depannya ada kata ee (wahai), ia
mengandung makna lancang. Sehingga, wa pada Opu mengekspresikan makna
mengagungkan.
70
kuat. Kata karosa sama dengan karosii yang berasala dari kata karo dan
husnul hatima. Kedua kata yang diadopsi dari bahasa arab tersebut
husnul khatimah.
3. Destinator (Pengirim)
7
Eriyanto, Analisis Narasi, (Jakarta: 2013), h. 96.
71
Tabel 4.3
Aktan Destinator
Baris Transliterasi Terjemahan
sebuah seruan. Pada kata karoku membayangkan adanya dua zat yaitu
karo dan aku (jiwa dan jasad). Kata mate artinya kematian yang
Dan pada baris 380, dibentuk dari kata ee merupaka seruan, artinya
adanya kata ee di depan Opu.8 Awalan pa- dan akhiran –a pada kata
4. Receiver (Penerima)
8
Pemakaian kata wa pada Opu dalam bahasa wolio seperti kata Allah yang pasti
menggunakan kata yaa dalam bahasa arab. Yang benar adalah Yaa Allah bukan Yaa
Ilaahu dan jika menggunakan Yaa Ilaah maka harus ditambah dhamir anaa yaitu Yaa
Ilaahii. Apabila wa dihilangkan dari Opu namun di depannya ada kata ee (wahai), ia
mengandung makna lancang. Sehingga, wa pada Opu mengekspresikan makna
mengagungkan.
72
adalah bisa seorang narator sendiri, bisa juga untuk manusia yang lain
menunjukkan adanya upaya narator agar kitab yang ditulis bisa dibaca
Tbel 4.4
Aktan Receiver
Baris Transliterasi Terjemahan
Pada baris 361 disusun dari kata tawakala diadopsi dari bahasa
penegasan pada kata tawakala. Kata poaro berasasl dari kata aro
artinya hadap, awalan po- berfungsi pada awalan kata kerja, sehingga,
9
Eriyanto, Analisis Narasi, (Jakarta: 2013), h. 96.
73
nama Allah SWT. Kata laa, ilaaha, Illa, dan Allah merupakan kesatuan
kalimat tentang ucapan zikir yang artinya tiada Tuhan Selain Allah.10
tersebut didasari dengan lafaz Laa Ilaaha Illallah (tiada Tuhan selain
Allah).
porope, -na, bangka, yitu, pangaawa, -na, boli, utaurake, dan -a.
dan –na makasudnya kapal (haluan kapal). Kata bangka artinya perahu
dari kalimat tersebut bahwa, jika setan mulai menghasud saat sedang
10
Hubungan lafaz Laa Ilaaha Illallah sangat lekat dengan makna sebuah
keputusan seorang manusia saat hendak menyatakan kalimat syahadat. Selain itu, ia juga
diucapkan saat manusia menjelang sakratulmaut. Seorang yang mengucapkan lafaz
tersebut akan memutuskan dirinya untuk meyakini dan mempelajari Islam. Jadi, cukup
relevan ketika Idrus membuat analogi bahwa jika telah siap waktu berlayar (mati)
ucapkanlah lafaz tersebut sebagai keputusan husnul khatimah.
11
Taurakea berasal dari kata tauraka lekat dengan tauaka artinya (menurunkan
untuk). Pada Wolio Dictionary tertulis, arti kata dari tauraka adalah; menurunkan,
menaruh, menempatkan, meninggalkan (juga warisan), dan mas kawin atau mahar
(Anceaux: 179).
74
5. Adjuvant (Pendukung)
berikut:
Tabel 4.5
Aktan Adjuvant
Baris Transliterasi Terjemahan
12
Eriyanto, Analisis Narasi, (Jakarta: 2013), h. 96.
75
mo-, topene, -na, kalape, oimani, tasdiiki, mo-, dan matangka. Pada
makna sebuah kapal. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata
luar biasa bagusnya. Kata oimani artinya adalah sebuah iman, yang
kokombu, -na, alakea, haufu, pangaawa, -na, bakea, -kea, rijaa. Pada
kata kokombu secara berarti tiang pada kapal. Akhiran -na kata ganti
dari kapal. Kata alakea merupakan kata kerja perintah artinya ambilkan
dijadikan sebagai tiang kapal. Pada kata pangaawa artinya adalah layar.
Akhiran –na kata ganti dari kapal. Kata tersebut membayangkan adanya
adalah layar. Kata rijaa merupakan analogi yang artinya raja yaitu
adalah rajaa.13
diadopsi dari bahasa arab yang berarti rendah hati. Betao berarti untuk.
pada layar terdepan. Akhiran -na adalah kata ganti dari kapal. Kata
seorang yang berjiwa Jihad di jalan Allah SWT. Betao artinya telah
kamondo, -na, rabuta, -na, kina’ati, kasangka, -na, kaboke, -na. Pada
kata riyaadhati diadopsi dari bahasa arab yaitu riyaadhotu yang artinya
kelengkapan pada kapal (akhiran –na). Rabuta artinya temali atau tali
temali kapal adalah riyadhati. Pada kata kina’ati juga diadopsi dari
bahasa arab yaitu qonaa’ah yang artinya adalah mersa cukup dari apa
Pada kalimat pernyataan baris 350-351 dibangun dari kata uli, -na,
yitu, mo-, patoto, -na, porope, oihilasi, toto, -na, yinca, dan mangkilo.
Kata uli-na menegaskan seorang kemudi kapal. Kata yitu berarti itu,
maksdunya adalah kapal. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata
tujuan yang mana ditentukan oleh sang kemudi kapal. Awalan o- pada
berkorelasi dengan ihilasi. Kata inca berarti hati atau perasaan pada
manusia. Kata mangkilo menyatu dengan kata yinca yaitu hati yang
bersih. Interpretasi dari kalimat tersebut adalah, status hati yang bersih
dan ikhlas harus dimiliki oleh sang pengemudi (kemudi) kapal yang
mosusaka, -na, dala, okuru’ani, tee, hadisi, -na, dan Nabii. Kata
kata ganti dari kapal. Awalan mo- dan akhiran –na pada kata
qur’an). Tee menunjukkan makna dengan atau dan. Kata hadisi artinya
Hadis).
-na, sulaake-a, zuhudu, tombi-tombi, -na, zikiri, tee, dan tasubehe. Pada
dari bahasa arab yaitu zuhud yang artinya adalah sifat berpaling dan
makna kapal. Kesatuan kata zikiri tee tasubehe maknanya adalah zikir
14
Kata tombi-tombi berasal dari kata tombi artinya bendera umbul-umbul. Karena
yang dipakai oleh Idrus adalah kata yang berulang maka ia membayangkan adanya
jumlah umbul-umbul yang lebih dari satu (jamak).
80
sebagai bendera kapal beserta zikir dan tasbih sebagai sebagai bendera
umbul-umbulnya.
batuna, syara’i, zaahiri, juru, mudina, ilimu, dan baatini. Pada kata
juru dan batu merupakan kesatuan kata yaitu jurubatu. Dalam kapal
bahasa arab yaitu syaraa’i jamak dari syariat. Zahiri adalah zahir, kata
bagian belakang kapal.17 Maksud dari ilmu baatini adalah ilmu batin
yang juga disebut sebagai ilmu ma’rifat. Batin lebih peka terhadap
isyarat alama seperti jika akan terjadi bencana atau kejadian masa depan
15
Pengguna bahasa wolio memaknai jurubatu sebgai mojaganina rope (yang
menjaga kapal di bagian depan) atau petugas bagian luar depan kapal. Tugasnya adalah
untuk memastikan keselamatan kapal dari benturan batu karang dan kemungkinan
menabrak kapal lain. Selain itu, jurubatu juga bertugas untuk memantau rute agar tidak
salah arah.
16
Zahir syariat merupakan ilmu zahir yaitu tentang perintah dan larangan serta
hukum-hukum. Zahir secara terminologi berhubungan dengan yang nyata atau terlihat.
Sehingga, zahir lebih fokus terhadap pandangan mata (bukan mata batin), sebab manusia
memiliki keduanya zahir dan batin.
17
Jurumudi bertugas untuk mengemudikan kapal. Ia selalu berkonfirmasi dengan
jurubatu jika ingin membelokkan kapal (kapal tradisional). Berbeda dengan kapal modern
yang dilengkapi dengan alat teknologi. Bahkan, sesekali jurumudi akan diintruski oleh
jurubatu untuk memutar balik arah.
81
juru batu harus memiliki zahir syariat. Begitu juga pada seorang juru
Kalimat pada baris 358-359 dibentuk dari kata mo-, polume, -na,
seorang yang mengeluarkan air dari dalam kapal harus konsisten bagai
18
Chy Rohmanah menulis, bahwa ilmu tersebut mempelajari bagaimana
mengubah batin agar lebih dekat dengan Allah SWT hingga mendapatkan ketenangan
serta membangkitkan hal positif dalam diri manusia. Tujuannya adalah untuk menguatkan
iman agar lebih yakin terhadap kehadiran Tuhan serta menjadikan-Nya tuntunan
kehidupan (blogging.co.id/ilmu-kebatinan. diakses pada 25-08-2014).
82
-ka, ka-mondo, -na, hela, yitu, tawakala, -mo, poaro, -mu, i, Opu, dan –
mu. Pada kata asangkaa artinya sempurna. Akhiran –ka kata pendek
dari jika yang mengandung makna sudah. Awalan ka- pada kata
mengekspresikan kata hela yaitu kapal (berlayar). Kata yitu artinya itu,
bahasa arab artinya tawakal atau berserah diri. Akhiran –mo bermakna
penegasan pada kata tawakala. Kata poaro berasasl dari kata aro
artinya hadap, awalan po- berfungsi pada awalan kata kerja, sehingga,
-ka, ngalu, ihelaaka, -mu, patoto, mea, porope, -na, bangka, dan yitu.
19
Selazimnya, air laut bisa setiap detik masuk ke dalam kapal apalagi diterpa
gelombang yang besar. Keuletan dan kesabaran mopolumena sangat dipertaruhkan dalam
aktifitas ini. Sehingga secara sintaksis, relevanlah analogi modadi mina i guru dengan
kata mopolumena.
83
seperti dijelaskan di atas artinya jika. Kata ngalu artinya angin, karena
berlayar. Akhiran –na adalah kata ganti untuk persona (tunggal). Kata
kapal mu.
Kalimat pada baris 364-365 dibentuk dari kata botu-ki, mea, lipu,
mbooresa, musiraha, -mu, tee, anto, -na, banua, dan –mu. Akhiran –i-
mea pada kata botukimea merupakan kata perintah yang artinya adalah
putuskanlah. Kata lipu berarti negeri atau kampung. Pada konteks lain,
kenalan, teman, dan orang lain entah laki-laki atau perempuan. Akhiran
–mu kata pendek dari ingko (kamu) entah laki-laki atau perempuan.
Kata tee artina juga (dan). Anto artinya isi dan akhiran –na artinya nya,
20
Kapal yang diceritakan dalam syair adalah kapal layar. Kata angina sangat
relevan dengan kapal layar. Jika arah angin laut sudah bagus dan sesuai dengan arah
tujuan berlayar, maka bersipalah untuk berlayar.
84
Retoris kalimat pada baris 366-367 tersusun dari kata pepuu, mea,
kambotu, mo-, topene, -na, zikrillahu, laa, ilaaha, illa, Allah. Pada kata
pepu artinya mulai dihubungkan dengan kata mea sebagai akhiran kata
SWT. Kata laa, ilaaha, Illa, dan Allah merupakan kesatuan kalimat
tersebut didasari dengan lafaz Laa Ilaaha Illallah (tiada Tuhan selain
Allah).
21
Begitupun saat berlayar, ia membayangkan sebuah kejadian terpisahnya
manusia dengan pulau tempat tinggalnya beserta rekan (family) beserta isi rumahnya.
22
Hubungan lafaz Laa Ilaaha Illallah sangat lekat dengan makna sebuah
keputusan seorang manusia saat hendak menyatakan kalimat syahadat. Selain itu, ia juga
diucapkan saat manusia menjelang sakratulmaut. Seorang yang mengucapkan lafaz
tersebut akan memutuskan dirinya untuk meyakini dan mempelajari Islam. Jadi, cukup
relevan ketika Idrus membuat analogi bahwa jika telah siap waktu berlayar (mati)
ucapkanlah lafaz tersebut sebagai keputusan husnul khatimah.
85
6. Traitor (Penghambat)
berikut:
Tabel 4.6
Aktan Traitor
Baris Transliterasi Terjemahan
akawa, -ko, garura, -na, seetani, tangaasana, dangia, -po, dan uhela.
Akhiran –ko adalah kata ganti ingko sebagai objek (maf’uulunbih). Kata
tanga yang berarti tengah. Akhiran –po pada kata dangiapo lekat
porope, -na, bangka, yitu, pangaawa, -na, boli, utaurake, dan -a.
dan –na makasudnya kapal (haluan kapal). Kata bangka artinya perahu
87
dari kalimat tersebut bahwa, jika setan mulai menghasud saat sedang
Metaforis kalimat pada baris 372-373 tersusun dari kata osiitu, -mo,
uso, i, mapasaa, -ka, nee, atosala, porope, -na, bangka, dan yitu.
yang artinya itulah. Kata uso artinya badai (angina rebut). Awalan i dan
tersebut adalah gangguan dan bisikan setan. Pada kata neatosala artinya
jika salah haluan, melekat dengan kata poropena yang berarti haluan
berubah. Kata bangka dan yitu sudah sering dijelaskan, artinya adalah
24
Taurakea berasal dari kata tauraka lekat dengan tauaka artinya (menurunkan
untuk). Pada Wolio Dictionary tertulis, arti kata dari tauraka adalah; menurunkan,
menaruh, menempatkan, meninggalkan (juga warisan), dan mas kawin atau mahar
(Anceaux: 179).
88
setan diibaratkan badai yang menerpa kapal. Kapal akan pecah jika
amapasaa, -ka, bangka, incia, siitu, too, karugi, -mu, naile, muri-muri,
dan na. Akhiran –ka pada kata amapasaaka mengandung makna jika
telah yang artinya jika telah pecah. Bangka adalah yang dimaksud telah
pecah artinya kapal. Kata incia menyatu dengan siitu, artinya yang itu
(menunjuk sebuah kapal). Awalan to- dan akhiran –mu pada kata
(oleh godaan setan). Kata naile artinya besok, berkorelasi dengan kata
itulah. Kata kampadaa adalah gabungan dari dua kata yaitu kaa dan
padaa. Kata ka- di sini merupakan awalan kata kerja yang dihubungkan
(bad ending). Kalimat menegaskan bahwa bagi siapa yang tidak mampu
khatimah.
Retoris kalimat pada baris 378-379 tersusun dari kata alapa, -mo,
be-, umati, -na, Nabii, asala, mea, millati, dan isilamu. Akihran –mo
bahwa umatina adalah umat Nabi Muhammad saw. Kata asala berarti
telah lepas dari golongan umat Nabi Muhammad saw. Sebab, ia telah
narasi yang dibangun dalam kitab tidaklah random, ia relevan dengan logika
kehidupan (tidak acak). Kemudian pada baris tersebut, Idrus telah menulis hal
25
Akhiran –i dan akhiran ngi memiliki makna yang sama yang berfungsi sebagai
akhiran kata kerja transitif (Anceaux: 44).
90
yang penting dan tidak memasukkan hal yang tidak penting. Sebagai narator,
Kemudian menampilkan fenomena kehidupan dunia yang terdiri dari amar ma’ruf
nahi munkar atau ajakan kebaikan dan larangan keburukan. Baru setelah itu
dari baris tersebut. Realitas yang diceritakan dalam syair memang tidak tertuju
pada wanita atau pria, tua atau muda, dan entah di mana tempatnya. Namun,
susunan bait syair yang saling berkorelasi antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya sangat relevan dengan kehidupan manusia secara universal. Ikon juga
merepresentasikan amal saleh dan amal fasik yang akan diperankan oleh manusia.
Indeks dalam syair tersebut ditampilkan melalui tiga tanda, yakni melalui
bait-bait (tema) yang berkaitan dengan peringatan berupa ajaran kebaikan (seperti;
zuhud, khauf, raja, dan lain-lain), melalui bahasan tentang menjelang kematian
yang husnul khatimah atau su’ul khatimah, dan juga pada baris yang menjelaskan
Sementara simbol yang muncul dari syair adalah manusia yang meliputi
Qur’an, Hadits, zikir, tasbih, syara’i zahir, imlu batin, hidayah, dan tawakkal.
91
Kata- kata tersebut merupakan konatif dari sifat manusia, yang mana dalam hal ini
Tabel 4.7
Tanda-tanda dalam Baris 332-383
Jenis Tanda Contoh Tanda
Ikon Pengarang, Kematian
(Kapal), dan Tuhan
Indeks Dunia, husnul khatimah,
su’u; khatimah, dan
Melihat Zat Tuhan
Simbol Manusia
sender. Pengarang adalah aktan yang berperan menarasikan cerita syair tersebut.
Semua ikon, indeks, maupun simbol pada syair tersebut merujuk pada pengarang.
Penegasan melalui indeks kata diriku menunjukkan ada peran subjek dalam
menjadi pribadi yang baik dan mempersipakan dirinya untuk kematian dengan
Indeks pada tema syair yang berkaitan dengan ajaran (nasehat) pada diri sendiri
adalah bisa Idrus itu sendiri, bisa juga sebagai manusia (pembaca kitab) seperti
dijelaskan di mukas.
Idrus akan menerima segala macam ajaran dari subjek untuk memenuhi
pelayaran yang tidak bisa lagi untuk kembali (ke dunia), ucapan baris 336
tersebut menandakan bahwa ada sepsifikasi yang dibutuhkan sender agar terbantu
92
untuk mencapai Objek yang diingikan. Objek dalam syair tersebut adalah sebuah
harapan agar menjadi golongan yang husnul khatimah sehingga dapat melihat
(bertemu) Zat Allah SWT. Ketika waktu pencapaian objek telah tiba, itu artinya
Untuk mencapai objek tersebut, tidak akan muda bagi hamba yang
bersarang di dunia yang penuh dengan tipu muslihat ini kecuali ia harus menelusri
kehidupan dengan berada di jalan yang lurus hingga mencapai akhir yang husnul
(husnul khatimah/rahmat di sisi Allah) tersebut yaitu amal saleh yang ditandai
saleh tersebut adalah Ibadah meliputi iman, tasdiq, kahuf, rajaa, tawadhu’,
mujahid, riyadhat, kona’at, Qur’an, Hadits, zikir, tasbih, syara’i zahir, imlu batin,
hidayah, dan tawakkal. Artinya, untuk menjadi hamba yang husnul khatimah
maka kualitas amal harus diperhatikan. Berkenaan dengan hal tersebut, penekanan
untuk meninggalkan yang buruk dan lebih dekat kepada kebajikan pada dasarnya
dalam konsistennya menjalankan kebaikan. Dalam baris 372, hal ini diibaratkan
sebagai angina topan yang datang menerpa kapal hingga pecah. Jika manusia
layar perjalanan hakikinya bisa menobatkan dia sebagai manusia yang su’ul
Malino yang ditulis oleh Idrus. Subjek berfungsi sebagai media tertulis yang
di dunia akan menuntun hamba menjadi makhluk yang husnul khatimah (happy
ending). Tanda-tanda dalam baris syair tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Model Aktan dari Narasi Bula Malino (Baris 332-383)
Peran Idrus untuk menyiapkan bekal berlayarnya (kematian) agar dapat bertemu
Dalam QS Al-Nahl [16]: 125 disebutkan ada tiga macam metode dakwah
dilakukan Idrus melalui syair tersebut sangat relevan dengan yang kedua (Al-
lembut melalui kisah-kisah dan sebagainya. Media yang digunakan oleh Idrus
yaitu tulisan melalui kertas atau selebaran seperti yang disebutkan oleh Taufik Al-
Wa’iy (2010:352) bahwa sarana dakwah di antaranya bisa melalui majalah, koran,
buku, kertas, selebaran, dan lain-lain yang disebut sebagai saranan maqru’ah.
terakhir saja. Peneliti menemukan 17 tema yang terbangun dari kitab tersebut.
Sehingga, karena keterbatasan waktu yang membuat skripsi pesan dakwah dalam
kitab ini, peneliti hanya bisa mengkaji pesan dakwah di satu tema saja yaitu pada
baris 332-383. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu adanya kritik dan
Pada baris 332 sampai baris 343 menjelaskan tentang kematian yang pasti
akan datang bagai perjalanan berlayar. Kematian itu adalah pelayaran yang tidak
bisa kembali lagi ke dunia atau ke pulau negerinya. Sehingga, wajib bagi hamba
yang bernyawa untuk bersipa menghadapi kematian tersebut. Beberapa ayat Al-
kepada Allah SWT) serta layar kapal bagaikan raja.26 Ini merupakan ekspresi rasa
takut kepada Allah SWT dan mengharapkan raja dan keridhoan kepada Allah
SWT. Khauf dan Rajaa adalah dua tali kekang yang berguna untuk
26
Lihat Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jkarta,
2012:431). Ar-Rajaa ialah merenungkan nikmat Allah SWT kepada manusia yang berupa
kesehatan tubuh serta anggota tubuh yang berfungsi dengan baik. Lalu merenungkan
sebab diutusnya para Nabi sebagai pemberi petunjuk dan diciptakannya makanan,
minuman, dan obat-obatan yang semua itu demi untuk dirinya.
27
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
432.
96
“Barang siapa yang takut kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada
Allah dan bertakwa kepada-nya, maka mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan kemenangan”. (QS. An-Nur [24]: 52).
Pada baris 346-347 menegaskan bahwa layar depan harus dengan sifat
hanya kerena ingin dipuji orang.” (HR. Ahmad).28 Seperti dalam Al-Qur’an
dengan riyadhat dan pengikatnya harus dengan kinaa’at. Maksud riyadhat adalah
mengoreksi diri (olah batin) atau menggembleng diri serta mengkaji diri. Manusia
mempunyai dua cara untuk mengawasi dan mengoreksi diri yaitu dengan cara
menegur diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan dan bermunajat kepada Allah
28
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
382.
97
SWT.29 Kinaa’at maksdnya merasa cukup atas apa yang diterima. Beberapa dalil
untuk ke mana haluan kapal diarahkan. Untuk itu, agar haluan kehidupan tetap
pada jalan yang lurus ia harus menyandang ketulusan hati yang bersih. Seperti
dalam Hadits Riwayat Muslim, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dalam tubuh
manusia ada segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan
jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itulah hati”.30 Beberapa dalil juga
29
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
517.
30
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
273.
98
dan Hadits. Penunjuk haluan adalah Qur’an dan Hadits sebagaimana keduanya
bendera umbul-umbul kapal yaitu zikir dan tasbih. Menurut Al-Ghazali, hakikat
zuhud adalah meninggalkan sesuatu dan menginginkan sesuatu yang lain. Orang
orang yang zuhud terhadap dunia.31 Zikir dan tasbih bermakna berzikir dan
bertasbih kepada Allah SWT. Sehingga, bendera yang dibawa oleh kapal
31
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
450.
99
Pada baris 356-357 dikatakan bahwa Jurubatu kapal yaitu syara’i dan
zahir yaitu terlatih secara mata zahir untuk melihat mana yang baik dan mana
yang batil. Begitupun Jurumudi kapal, yaitu dengan ilmu batin yang ia miliki
mampu marasakan secara firasat apa saja yang akan menempa kehidupan (kapal).
Begitupun dalam alqur’an, ada makna zahir da nada makna batin. Sebagai mana
dalil tersebut:
yang masuk ke dalam kapal harus memiliki semangat seolah dia sedang diperintah
oleh gurunya. Nahkoda kapal diibaratkan sebuah hidayah dari Allah SWT yang
32
http://ssarifin.blogspot.com/2012/02/menghormati-orang-dan-guru.html
(diakses 24 September 2014).
101
SWT saat semua perlengkapan berlayar telah siap. Hakikat tawakkal bisa
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-
benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah [5]: 23).
kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan kelular.” Serta dalam
akan memberi rezeki sebagaimana Ia memberi rezeki kepada burung yang pada
pagi hari pergi dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut
serta sanak saudara dan harta benda di dunia. Ini menggambarkan untuk tidak
keduniaan itu tercela34 seperti firma Allah SWT dalam QS. Al-Munaafiqun [63]: 9
33
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
457.
34
Lihat Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali (Jakarta, 2012:
362)
102
anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat
berzikir kepada Allah SWT bahwa tiada Tuhan selain Dia. Imam Al-Ghazali
mengutip sebuah riwayat dikatakan, “Suatu kaum yang duduk (di suatu majelis),
tetapi selama itu tidak pernah mengingat Allah SWT (berzikir) dan tidak pula
bershalawat kepada Nabi saw, maka mereka akan merugi pada hari kiamat kelak.”
HR. Ahmad.35
Pada baris 367-379 menegaskan bahwa akan ada godaan setan dalam
perjalana hidup seorang hamba. Namun, dianjurkan dalam syair tersebut agar
tetap pada haluan dan tidak tergoda oleh tipu daya setan. Jangan turunkan layar
sebagai semangat raja sebab itulah godaan yang dahsyat yang datang dari mana
ia akan merugi, sebab telah tergolong sebagai orang-orang yang su’ul khatimah.
Sehingga, hamba tersebut dinilai terputus dari ajaran agama Islam. Beberapa dalil
35
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
168.
103
pada garis-garis agama Islam sehingga bisa menghadap kepada Zat Allah SWT. Ia
ajal, beliau berkata, “Dudukkanlah aku,” maka beliau didudukkan. Lalu beliau
mulai berzikir dan bertasbih. Setelah itu beliau menangis sejadi-jadinya, lalu
berkata, “Ya Rabb, kasihanilah orang tua renta yang banyak dosa dan berhati
berikanlah kelembutan-Mu pada orang yang tidak pernah berharap kepada selain
104
diri-Mu dan tidak percaya pada siapapun selain Engkau.”36 Seperti Firman Allah
SWT berikut:
Seperti yang dilakukan Suhurah, salah satu pelantun kabanti wolio wanita,
telah direkam dalam bentuk audio (MP3) dan bahkan telah dikembangkan dalam
bentuk karya ilmiah seperti buku hingga Ebook. Semua itu menunjukkan bahwa
kabanti diterima oleh masyarakat sebagai karya yang urgent. Selain itu, kabanti
dunia seperti ungkapan amar ma’ruf nahi munkar. Beberapa tema dalam syair
36
Abdurraziq, Ringkasan Ihya’ulumuddin:Imam Al-Ghazali, (Jakarta: 2012), h.
546.
37
Sastra tulisan dibuton identik dengan sastra dunia keraton. Lihat Supriyanto
dalam Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, (Kendari: 2009), h. 86.
105
cerita hari kiamat menjadi topik dominan dalam kitab tersebut. Seperti halnya
para Ustadz atau Ulama saat ini, dakwah yang dilakukan tidak jauh berbeda
kini, di mana metode dakwah telah sejalan dengan perkembangan teknologi dan
mudah diakses. Pada saat yang sama, seseorang bisa mendengar atau membaca
Gerakan dakwah masa kini sudah sangat jauh dengan apa yang ditulis oleh
Idrus. Tidak hanya dalam bentuk tulisan aksara Arab, namun kuantitas isinya yang
cukup banyak akan tersaingi dengan dakwah melalui media televisi, radio, atau
metode dan media kontemporerlainnya yang bersifat lisan dan tulisan. Namun,
kreatifitas yang menjadi instrument kabanti ini bisa jadi senjata ampuh untuk
kitab yang ditulis oleh Idrus bukan untuk disimpan dalam lemari buku tua
kemudian hangus begitu saja. Instrument tersebut adalah nyanyian (nada) kabanti
wolio secara khusus. Berkenaan dengan upaya Suhura, seorang praktisi kabanti
Syair-syair yang nadanya satu model tersebut, sadar atau tidak sadar telah
bergerak sebagai dakwah, entah dalam bentuk kaset (audio) maupun karya ilmiah.
Di satu sisi, pendengarnya “mungkin” memahami arti dan makna dari kabanti
tersebut. Di sisi lain, masyarakat mengoleksinya hanya sebatas untuk identitas diri
agar lebih merasa menjadi masyarakat buton dan sebagainya. Namun, menurut
106
peneliti, kedua konsumen atau mitra dakwah tersebut tidak akan memahami
secara komprehensif maksud dan tujuan dakwah dalam syair tersebut jika tidak
memiliki kecakapan dalam bahsa Wolio serta pengetahuan agama yang baik.
Gerakan dakwah model syair tersebut akan diapresiasi di era digital ini
penghambat Kitab Bula Malino atau syair lainnya dapat diformulasikan dengan
1. Faktor Pendukung
Kondisi kitab serta syair lainnya masih sangat perlu diteliti. Bentuk
tulisan aksara Arab Wolio tentu akan sulit bagi masyarakat saat ini. Bukan
hanya perkara budaya bahasa daerah (Wolio) yang mulai pudar, namun
gaya hidup masyarakat yang konsumtif dan populer bisa menjadi motivasi
Membara di Api Tuhan (La Ode Malim: 1983) dan Nasiha Sultan
elektronik) dan dapat diakses serta didownload oleh siapa saja dan kapan
saja. Begitupun yang dilakukan oleh Laniampe dan peneliti sendiri, secara
107
ilmiah, kitab tersebut akan menjadi topik populer di ruang diskusi pelajar,
peneliti menilai bahwa gerakan dakwah ini akan mendapat antusias khusus
seperti halnya pada selera food, fashion, dan fun masyarakat saat ini.
kepada khalayak atau mitra dakwah. Apalagi pada gerakan dakwah masa
Seirama dengan QS Ali Imran [3]: 104, Idrus sabgai da’i telah
dakwah yang diekspresikan penulis dalam kitab Bula Malino tersebut bisa
2. Faktor Penghambat
katalain “terhenti”, maka untuk memaknai kitab syair Bula Malino dan
syair lainnya yang harus dengan keahlian bahasa Wolio serta ruang waktu
dan membutuhkan waktu yang lama, di mana pada era globalisasi ini gaya
38
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Sinar Grafika Offset, Jakarta:Amzah,
2009), h. 267-268.
108
seperti itu sudah tidak memungkinkan lagi. Sebab, Tokoh kabanti seperti
Bula Malino. Belum lagi ditambah dengan fenomena bahasa wolio yang
tidak lagi menjadi high culture. Fenomena tersebut tidak bisa disalahkan,
agama tersebut akan musnah begitu saja jika para pemegang naskahnya
yang belum dikaji akan digerogoti hewan jika terus berdiam di dalam peti
sampai akhirnya tidak satupun lagi yang bertahan. Kajian Islam yang
dongeng belaka jika apa yang dilakukan Nabi yaitu menyampaikan wahyu
naskah tersebut.
ilimiah. Bisa meniru seperti pada buku Membara di Api Tuhan yang telah
pemerintah agar naskah yang tersimpan dapat terjaga dan bisa bertahan
lama. Sebab, jika tidak, itu akan menjadi penghambat besar kitab dakwah
layak akan saling kejar dengan upaya sejumlah peneliti atau mitra dakwah
yang Cerah), syair yang tebal adalah Ajonga Indaa Malusa (Pakaian yang
masyarakat dan bisa dibilang sangat berlaku ucapan “siapa yang tidak tahu
familiar dengan nama Bula Malino namun tidak mengerti isi kitabnya
Wolio.
Jika dilihat dari prespektif dakwah, tidak ada klasifikasi mana yang
bagus dan mana yang tidak di antara semua kitab kabanti yang ada di
Suhura, peneliti menilai bahwa, perlu adanya kajian berikutnya pada syair
(kitab) lain selain Bula Malino. Dari seluruh Manuskrip yang ada di
Buton, dalam hal ini berkaitan yang dengan syair agama, kitab yang dikaji
oleh peneliti ini merupakan satu-satunya syair yang lebih dominan ditulis
dan dikaji secara ilmiah. Namun demikian, sangat perlu bagi peneliti serta
ilmiah pula.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Aktan Greimas dalam narasi Kitab Bula Malino khususnya pada
baris 332-383 menunjukkan adanya rangkaian hubungan antar satu kalimat (bait)
dengan kalimat lainnya. Dalam hal ini, Idrus sebagai destinator (pengirim)
menulis sebuah kitab syair. Dalam baris tersebut mengandung pesan peringatan
kematian. Topik kematina dikirim oleh Idrus dalam syair sebagai subjek agar
(penerima) adalah bisa seorang narator namun bisa juga manusia. Sebab, kitab ini
akan dibaca oleh khalayak, secara tidak langsung, pesan yang dinaraskan dalam
dalam kajian baris tersebut adalah harapan agar menjadi manusia yang husnul
mencapai objek tersebut maka wajib bagi hamba untuk membekali perjalanan
hidupnya dengan keimanan dan tasdiq yang tetap. Kualitas amal saleh yang serta
Qur’an dan Hadits yang dijadikan pedoman oleh hamba selama di dunia akan
Dalam perjalanan hidup ini, sudah tentu ada yang namanya ujian dan
cobaan. Dalam hal ini, cobaan dan ujian yang dimaksud adalah suatu yang
111
112
bahwa, akan ada godaan setan bagai angin topan yang kencang datang menerpa
yang menghalai seorang hamba untuk mencapai tujuannya (objek) yaitu bertemu
Ada tiga rangkain cerita dalam kitab tersebut. Pertama, bagian awal yaitu
menarasikan tentang keimanan dan konsistensi amal saleh. Ketiga, bagian akhir,
narasi tentang kematian yang dalam perjalanannya akan menuju husnul khatimah
dan bisa saja menuju pada su’ul khatimah. 332-383 (Tabel 4.17).
Dalam gerakan dakwah masa kini, materi dakwah yang dinarasikan oleh
Idrus merupakan topik-topik urgent bagi setiap kalangan. Sudah lazim bagi
masa kini. Dakwah secara tulisan (al-mau’idza al-hasanah) ilmiah tersebut tidak
hanya didapati pada kitab Bula Malino. Masih banyak media dakwah berbentuk
tulisan syair yang serupa dengan kitab Idrus tersebut. Tidak hanya pada
masyarakat buton, secara umum, karya ilmiah ini dapat dibaca semua kalangan.
pesan dakwah tersebut seperti yang di tulis di bab sebelumnya. Pada batasan
rangkaian 16 tema lainnya. Artinya, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai
Pesan dakwah yang takandung dalam baris 332 sampai baris 383 sangat
dunia. Kematian dinantikan oleh orang alim dan diharapkan oleh orang
saleh.
khauf dan layarnya adalah rajaa. Layar paling depan adalah tawaduh’
berhati bersih dan tulus serta. Kompas kapal menggunakan Qur’an dan
mengeluarkan air dalam kapal harus berjiwa seorang murid yang taat
pada gurunya dan Nahkoda kapal harus seperti sebuah hidayah dari
Allah SWT.
telah dibentuk. Sebab, jika tidak bertahan, maka seorang hamba akan
B. Saran
Kitab atau buku adalah salah satu media dakwah dalam bentuk tulisan
yang ditulis oleh seorang yang telah wafat ratusan tahun silam. Kondisi tersebut
kitab tersebut harus dikaji lebih tajam dengan pendekatan ilmiah yang
tentang ajaran agama. Kitab lain seperti Ajonga Inda Malusa, Momondona
Ruamiana, dan kitab lainnya masih dalam bentuk transliterasi dan belum
dikembangkan seperti Bula Malino dalam buku Membara di Api Tuhan serta
yang diteliti oleh penulis lainnya. Sebagai upaya menambah khazanah kelimuan,
perlu juga bagi kitab yang lain untuk dikaji dengan penelitian ilmiah. Tentunya
itu akan mudah dilakukan jika didukung oleh sumber yang open minded
didapat. Dalam buku misalnya, atau karya ilmiah lainnya, penulis harus
menghindari sifat egois atau lupa menulis bagaimana sumber (kitab) bisa didapat
115
atau dari manakah manuskrip tersebut ditemukan. Demikian itu telah menjadi
pemerintah agar karya dakwah ini menjadi sumber yang dapat diakses semua
orang dalam bentuk Ebook dan sebagainya. Sebab gerekan dakwah di era digital
(Android).
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal, Badan Litbang
dan Dilat Departemen Agama, 2007.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah, Penertib, Sinar Grafika Offset, Jakarta: Amzah,
2009.
Al-Wa’iy, Taufik. “Da’wah Ilallah” Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Saran, dan
Tujuan, Jakarta: Robbani Press, 2010.
Fang, Liaw Yock. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jakarta Yayaysan Obor
Indonesia, 2011.
Hefni, Harjani. Pengantar Sejarah Dakwah, Kencana Prenada Meida Group: Jakarta,
2007.
Ikram, Achadiati. Katalok Naskah Buto: Koleksi Abdul Mulku Zahari, Jakarta,
Yayasan Obor Indonesia, 2002.
Ikram, Achadiati. Katalok Naskah Buto: Koleksi Abdul Mulku Zahari, Jakarta,
Yayasan Obor Indonesia, 2002.
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern, Gajah Mada University Press, Cetakan
kesepuluh: Yogyakarta, 2011.
Sobur, Alex. Komunikasi Naratif: Paradigma, Analisis, dan Aplikasi PT. Remaja
Rosdakarya Bandung, 2014.
Sobur, Alex. Komunikasi Naratif: Paradigma, Analisis, dan Aplikasi, PT. Remaja
Rosdakarya Bandung, 2014.
Syukur, La Ode Muh, dkk. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara, CV.
Shadra, 2009.
http://ssarifin.blogspot.com/2012/02/menghormati-orang-dan-guru.html (diakses 24
September 2014).
Rulli Nasrullah, Semiotika Naratif Graimas dalam Iklan Busana Muslim,
www.kangarul.com.
http://myrepositori.pnm.gov.my/bitstream/123456789/1627/1/PAMM2014_Paper09.
pdf (diakses 25 September 2014).
Naskah Kabanti Bula Malino (Tulisan Abdul Mulku Zahari) Ayah dari Al-
Mujazi sebagai Pemegang naskah.
Narasumber : Al Mujazi
keraton buton)
(J) “Seharusnya apa yang telah kita awali dari kabanti tetap kita lanjutkan, jangan
diputuskan.”
Kabanti semua mengandung ajaran. Baik buruknya tingkah laku kita dan
mengetahui jati diri kita. Termasuk sejarah dan keadaan benteng Buton ini
untuk menuju pada kesalehan dan beradab bagi manusia itu sendiri.
(J) “Bagi orang tua ketika ingin membacakan kabanti, mereka mengumpulkan
tertentu sesuai judul yang akan dikaji. Semua akan diamalkan dalam kehidupan
(J) “Pernah ada seorang peneliti yang datang ke Buton, kemudian sebagian yang
Mengetahui,
Al-Mujazi
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Syafiuddin
Sulawesi Tenggara
(J) “Narasi dari Kabanti Bula Malino adalah sistim pemahaman di dalam
pelaksanaan tasawuf. Salah satu tarekat yang digemari oleh orang tua dahulu.
Pemahaman narasi kabanti oleh guru, dalam arti mengajarkan langsung kepada
murid atau memberikan petunjuk makna dari naskah oleh guru kepada murid.
Begitulah sistim tata cara pelaksanaan pemahaman daripada narasi kabanti itu.
Kabanti adalah sistim pengamalan tarekat. Kabanti Bula Malino ini adalah
tarekat.
(J) “Bula Malino adalah etika Islam, yang mana ajarannya ini adalah ajaran
tasawuf. Kabanti dipakai setiap kali oleh mereka di samping pengkajian, mereka
langsung mengamalkan isi dari pada kabanti. Karena cerita dalam kabanti
(T) Apa yang Anda pahami dari seluruh nasehat pengarang kitab tersebut?
(J) “Objek atau kunci akhir daripada kabanti ini adalah untuk betul-betul menjadi
seorang insan kamil di hadapan Allah SWT. Pada waktu itu kabanti merupakan
Mengetahui,
Syafiuddin
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Lambalangi
Tenggara
(T) Bgaimana gerakan kabanti yang dilakukan oleh masyarakat saat ini dan apa
(J) “Salah satu penyebab mengapa kabanti sudah tidak dilestarikan lagi adalah
berkurangnya orang Wolio asli. “Orang Wolio sudah berkurang tapi Orang di Wolio
sudah semakin banyak”. Karena memang masyarakat Buton sekarang sudah kurang
mengerti berbahasa Wolio. Oleh karena itu, setelah beberapa lama pensiun, pada
tahun 1992 saya berpikir apa yang harus saya kerjakan? Pada saat yang sama saya
dibayang-bayangi akan makin punahnya bahasa wolio. Sehingga, saya menyalin dan
menyetak beberapa kabanti. Semua kabanti yang saya cetak ini ada tujuh buku, ada
(T) “Kata para orang tua dulu ada 100 lebih judul kabanti yang tertulis. Namun,
hingga saat ini sudah 21 tahun yang ditemukan baru 35 judul kabanti.
Apa latar belakang ditulisnya kabanti wolio?”
(J) “Pada 1824 di masa Diponegoro, karena pergaulan di Buton sudah jauh dari
saat itu. Kabanti yang dibuat kadang dinyanyikan pada waktu masyarakat lagi
meminum khamar dan berjudi serta aktivitas yang menyimpang lainnya. Aktivis
kabanti saat itu tidak menegur secara langsung orang-orang yang telah menyimpang
dari norma-norma agama. Akan tetapi justru mereka menyanyikan kabanti agama di
(J) “Saat ini sudah longgar akidah, jadi cukup berhati-hati. Akhirnya kabanti akan
menjadi hal yang tidak penting lagi. Masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan
peninggalan budaya Islam ini. Seperti halnya, banyak manusia yang ingin belajar
ilmu renang tapi melupakan Ilmu menyelam. Saati ini sudah banyak lagu dangdut dan
Mengetahui,
Lambalangi
Bersama Bapak Al-Mujazi
Praktisi Kabanti sekaligus salah satu pemegang manuskrip karya Muhammad
Idrus Kaimuddin. Sejumlah manuskrip yang dimilikinya adalah warisan dari
Ayahnya, Abdul Mulku Zahari (lihat Bab III, h. 60).
Museum Kebudayaan Wolio, Baadhia, Baubau Sulawesi Tenggara.