Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Susi Nurlita
NIM 104051001882
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Susi Nurlita
NIM 104051001882
Pembimbing
Sidang Mnnaqasyah
Ketua Sekretaris
___ .. "'la~
Dr. Murodi, MA
-
NIP 150 254 102
Anggota
Penguji I Penguji II
I
~~
DR. Asep Usman Ismail, MA
NIP 150 246 393
Bak4n Pir4mic/ cf4ri Temh4g4
Bak4n pa/4 B4ta Nis4n cf4ri Perangga
Mere/<4 B4ngan antak Dit'iny4
. Cam4 Talis4n cf4n Aj4r4n Merek4
W4s1"4tk4n
(Puisi Mesit Kuno)
LEMBAR PERNYATAAN
I. Skripsi ini rnerupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnernenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di U!N Syarifl-lidayatullah Jakmta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarifl-lidayatullah Jakarta.
3. Jika di kernudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
rnerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarifl-lidayatullah Jakarta.
Susi Nurlita
ABSTRAK
Susi Nurlita
Konsep Dakwah Syekh Nawawi al-Bantani: Telaah atas Pemikirannya dalam
Kitab Tafsir Marah Labid dan Qatr al-Ghaits
Syekh Nawawi al-Bantani merupakan sosok ulama asal Banten yang telah
menghabiskan masa hidupnya di Mekkah dan berhasil membuktikan pada dunia
Islam akan karier keilmuannya. Kemashuran namanya pun disamakan dengan
kebesaran tokoh ulama klasik "Imam Nawawi'', dengan gelar Imam Nawawi kedua
(Nawawi als-Tsani). Nama beliau juga tercatat dalam kitab al-Murifid di samping
nama Soekamo. Selain itu, namanya disejajarkan pula dengan Karl Mark, Lenin, dan
Lincoln, sebagai tokoh dunia.
Syekh Nawawi yang dikenal sebagai penulis Muslim Prolific (menghasilkan
banyak karya), telah menulis ratusan karya pada abad 19 M. Melalui karya-karyanya
tersebut, namanya terns melambung walaupun beliau telah tutup usia 111 tahun yang
lalu (tahun 1314 H/I 897 M), bahkan, hasil karyanya itu menjadi rujukan utama
berbagai pesantren di tanah air dan masih banyak dikaji di luar negeri.
Konsep dakwah beliau mengenai pokok dakwah, terdapat dalam kitab
tafsimya Marah Labid yaitu menyeru ber-tauhid, amar ma 'ruf, nahyi munkar, dan
pelakunya akan mendapatkan kebahagiaan. Sasaran dakwah yang berdasarkan respon
mad'u-nya atas pesan Allah terbagi kepada orang beriman dan orang kafir.
Sedangkan berdasarkan respon mad'u dari tingkatan ilmu terbagi tiga, yaitu orang
yang cemerlang otaknya, orang yang memiliki aka! tetapi tidak cemerlang, dan orang
yang tidak memiliki aka! dan tidak cemerlang. Metode dakwahnya terbagi tiga yaitu,
hikmah. mau 'izhah hasanah. dan mujadalah. Mengenai konsep amar ma 'ruf nahyi
munkar wajib dilakukan atas setiap mukallaf, dengan dimulai dari diri sendiri.
Selain itu, Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama penulis kitab
saja, tetapi juga sebagai mahaguru sejati. Beliau telah banyak berjasa meletakkan
landasan teologis di lembaga-lembaga pesantren di tanah air dan turut mengajar di
Masjid al-Haram dalam bentuk halaqoh (diskusi).
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nya kita memuji,
memohon pertolongan, dan bertaubat hanya kepada-Nya saja. Kita berlindung kepada
Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada qudwah hasanah kita, baginda Rasulullah Muhammad SAW
beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh umatnya yang tulus
Pemikirannya dalam Kitab Tafsir Marah Labid dan Qatr al-Ghaits" ini merupakan
upaya sumbangsih penulis untuk menekankan bahwa dakwah tidak hanya dapat
dilakukan dalam bentuk ceramah, seperti stigma yang sudah terbentuk di masyarakat.
Tetapi dakwah dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas dan konsep yang dituangkan
dalam bentuk menulis yang pada akhimya menghasilkan sebuah karya sekaligus
karya ilmiah ini, penulis ingin menggugah kesadaran umat Islam untuk
menggalakkan tradisi menulis yang telah diteladankan secara gemilang oleh ulama-
ulama kita di berbagai belahan dunia, termasuk di negeri kita sendiri, Indonesia.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan itu dapat penulis hadapi.
Selanjutnya penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam
kepada:
I. Bapak Dr. H. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta para pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
2. Bapak Drs. H. Wahidin Saputra, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik, dan Ibu Umi
3. Bapak DR. H. Asep Usman Ismail, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika
5. Pimpinan Perpustakaan, para staff, dan para karyawan, baik perpustakaan Utama
yang telah membantu penulis selama studi dan khususnya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Orang tuaku, ayahanda (Alm) "H. Muhammad Shiddiq" dan ibunda "Hj.
telah menjadi teman-teman yang baik. Peserta KKS "Cilubang" 2007: neng Inc,
bundo Dian, nyak Dede, teh Yuli, mpo' Nida, de Eka, jeng Tina, mba' Ulfa, mas
Hilmy, bang Herdi, papi Anwar, ka Yayan, aa' Ical, akang Yusuf, dan uda
bang Fadli, terimakasih atas do'a dan dukungannya. The Best Friend "Dina" yang
8. Aan Saputra, terimakasih atas do'a, dukungan dan motivasinya selama dalam
9. Khairuddin, terimakasih atas do'a, dukungan dan motivasinya sehingga skripsi ini
maka tentu saja banyak ha! khilaf dan salah di dalam skripsi ini. Maka, koreksi dan
kritik konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikkan karya ilmiah ini ke
depan. Selanjutnya penulis ucapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Amiin.
DAFTARISI
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... .5
D. Tinjauan Pustaka......................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ................................................. 9
F. Sistematika Penelitian ............................................... 13
PENDAI-IULUAN
Dunia dakwah tidak akan pernah lepas dari unsur-unsur dakwah itu
sendiri, yang salah satunya adalah subjek dakwah. Pentingnya sosok seorang
pendakwah (da'i) sangat menentukan maju atau mundurnya agama Allah ini.
dalam bidang-bidang lain, ekonomi, sosial, seni budaya, ilmu pengetahuan, olah
raga, dan sudah barang tentu lapangan hidup kekeluargaan. Secara ideal,
kepemimpinan seorang da'i seperti Rasulullah SAW atau seperti al-khulafa al-
rasyidin, yakni dapat berperan dalam semua aspek kehidupan keagamaan, sosial
kemasyarakatan, dan bahkan politik. 2 Di antara sekian banyak da'i adalah Syekh
1
Munzier Suparta dan Harjani Hefui (ed), Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), cet.
ke-1, h. 175.
2
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), cet. ke-3, h.
200-20 I. .
2
yang memiliki intelektual keilmuan yang mapan dan tipikal. Beliau memegang
teguh mempertahankan keilmuan klasik, suatu tradisi keilmuan yang tidak bisa
agama Islam. Besar pengaruh pola pemahaman dan pemikiran beliau terhadap
para tokoh ulama di Indonesia. Beliaulah yang selama ini menjadi salah satu poros
4
dari akar tradisi keilmuan pesantren.
ajaran Islam. Pemikirannya tentu berdasarkan konsep yang lahir dari aqidah
Jslamiyah dan hati nurani yang bersih yang pada akhimya membawa manfaat
besar bagi kehidupan di zamarmya, di masa kini, maupun untuk masa-masa yang
akan datang.
yang menjadi sumbangan bagi kemajuan Islam, tetapi aktivitas beliau juga cukup
Suatu aktivitas dakwah tidak akan sukses tanpa adanya unsur-unsur atau
komponen-komponen tertentn yang terkait antara satu dengan yang lain yang
merupakan satn bangunan dalam membentuk suatu sistem dakwah yang sukses.
Sistem dakwah tak ubahnya seperti sistem tubuh manusia, bila salah satu anggota
4
. Mamat Salamet _Burhanuddin, "Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi (3): al-Ghazali
3
sakit maka sakitlah semuanya. !tu berarti bahwa keberhasilan suatu aktivitas
dakwah tidak mungkin disukseskan atas dasar satu komponen atau dua komponen
satu dengan yang lain. Subjek dakwah (da'i), objek dakwah (mad'u), materi
nahyi munkar, maka aktivitas dakwah beliau merupakan segala kegiatan yang
sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi segala larangau-Nya. Banyak yang
telah beliau lakukan, mulai dari mengajar di Pondok Pesantren milik sang ayah,
Belanda, beliau sudah berhasil berbicara dalam forum mimbar dunia yang
dakwah melalui tulisan. Beliau telah berhasil menulis beberapa kitab besar,
memaksa kita untuk mengakui betapa luas dan besarnya gudang ilmu dan
5
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian !!mu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,
h. 31.
5
I. Pembatasan Masalah
dari karyanya, yaitu kitab Tafsir Marah Labid dan Qatr al-Ghaits, karena
angkat. Selain itu, penulis juga membatasi masalah pada aktivitas dakwah
2. Perumusan Masalah
munkar?
I. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
dakwahnya.
2. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat dari penelitian yang dilakukan, yaitu dari segi
akademis dan praktis. Untuk itu manfaat dari penelitian ini adalah:
Akademis
Praktis
selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
penyelidikan konsep dakwah Syekh Nawawi al-Bantani yang tertuang dalam kitab
Tafsir Marah Labid dan Qatr al-Ghaits, dan aktivitas dakwahnya untuk
Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber bacaan yaitu sumber
acuan umum dan sumber acuan khusus. I I Sumber acuan umum berupa buku-
buku, kamus, dan sejenisnya yang ada kaitannya dengan masalah penelitian
merupakan hasil penelitian terdahulu, seperti skripsi dan tesis yang berhubungan
dengan permasalahan yang penulis angkat yang mempunyai objek dan subjek
penelitian yang sama ataupun hampir sama dengan yang penulis teliti.
Sebagai sumber acuan umum berupa buku, penulis merujuk pada buku
yang ditulis oleh Chaidar yang berjudul Sejarah Pujangga Islam Syech Nawawi
8
a/-Bantani Indonesia, yang diterbitkan oleh CV. Sarana Utama-Jakarta pada tahun
1978. Isi buku tersebut hanya mengulas tentang perjalanan sang penulis "Chaidar"
yang mencari jejak tentang Syekh Nawawi melalui sanak saudara dan keturunan
aktivitas beliau semasa hidup, namun tidak ditemukan bahasan khusus mengenai
banyak infonnasi serta ide cemerlang dari tulisan beliau yang dijadikan referensi
menemukan satu kajian yang mengulas tentang kitab Ilmu Tasrif yang dikarang
oleh Syekh Nawawi al-Bantani pemah dilakukan oleh Hazbini dalam tesisnya
IAIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tahun 1416 H/1996 M. Tesis ini mengulas
dua karya dari lima karya Syekh Nawawi dalam cabang ilmu-ilmu bahasa Arab,
(komentar atas kitab ar-Raudah al-Bahiyah karangan Abdul Mun'im 'Iwad al-
Mesir pada tahun 1299. Sedangkan ketiga lainnya yaitu Fathu Ghajir al-
(Penerbit Syaraf, 1298). Tesis tersebut hanya membandingkan antara ketiga kitab
tersebut, baik syara):t (komentar) maupun karya beliau, dari segi cakupan isi
9
(materi tasrit), penafsiran, pembagian matan (teks), dan dari segi peruntukan
angkat.
Tinjauan pustaka ini dilakukan agar dapat diketahui bahwa apa yang
penulis tulis dalam karya ilmiah sekarang tidak sama dengan penelitian-penelitian
terdapat skripsi, tesis ataupun tulisan lain tentang "Konsep Dakwah Syekh
Nawawi Al-Bantani: Telaah atas Pemikirannya dalam Kitab Tafsir Marah Labid
dan Qatr Al-Ghaits." Dengan demikian, judul skripsi ini belum pemah diteliti oleh
orang lain.
E. Metodologi Penelitian
Research), juga sering disebut dengan studi pustaka. Adapun studi pustaka adalah
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 12 Sesuai dengan masalah
pokok yang dibal1as, maka penelitian diawali dengan upaya menemukan konsep-
konsep dakwah yang dituangkan Syekh Nawawi al-Bantani dalam dua kitabnya
(Tafsir Marah Labid dan Qatr Al-Ghaits) dan aktivitas dakwah beliau untuk
l'- .. I ... ,_ • • I
11
penelitian.
2. Memilih masalah, untuk menentukan masalah mana yang paling layak dan
selanjutnya.
akan dilakukan.
untuk diterapkan.
2. Somber Penelitian
J) Data primer (Primary Resources) yaitu karya yang ditulis tangan oleh
Zhalam.
adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Data yang terkumpul dari
mcndetail.
5. Teknik Penulisan
Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif
Cet.ke-1.
F. Sistematika Penulisan
dakwah (pengertian aktivitas dakwah dan ruang lingkup aktivitas dakwah), dan
konsep amar ma 'ruf nahyi munkar (pengertian amar ma 'ruf nahyi munkar dan
Bab III Biografi Syekh Nawawi al-Bantani, yang memuat tentang profil
dakwah, sasaran (objek) dakwah, metodologi dakwah, dan amar ma 'rl!f nahi
TINJAUAN TEORITIS
A. Konscp Dakwah
I. Pengertian Dakwah
masdar. Sedang bentuk kata kerja atau fi'ilnya l_,c.l;l - le.~ yang berarti
oleh Prof. H. Mahmud Yunus, dakwah berasal dari •_,c~ - l_,c.l;l - le.~ yang
orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah di
Dalam bahasa Arab, dakwah bisa digunakan dalam arti undangan, ajakan,
1
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet.
ke-3, h. 8.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjernah
n~-~~1.'"~~-- .l I..-.. ____ ,_ •"'-""" . • • • ·--
16
mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai
yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad'u, dikemukakan oleh Ahmad
sebagai berikut:
waktu dan tempat dengan berbagai metode dan media yang sesuai
dakwah). " 5
4
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), cet. ke-3, h. 19.
<; • - - • • • -· - •
17
dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha untuk
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik
yang benar yang sesuai dengan perintah Tuban untuk kemaslahatan dan
Allah, yakni kembali kepada hakikat fitri, sesuai dengan Q.S. Ar-
Ruum/30: 30 :
Art inya:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
6
Ibid, h. 34.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur 'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
18
sederhana saja.
Masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama juga terhadap
da'i setelab melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain (misalnya
secara positif. 9
Artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal."(Q.S. al-Hujuraat/49: 13).
bangsa, dan bahasa sebagai tanda kebesaran Allah yang perlu diteliti
yang berbeda. Mengenal tipologi manusia adalah salah satu faktor penentu
21
tentang jumlah dari rumpun mad 'u, namun, ada beberapa pendapat tentang
dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir, dan tiga belas ayat
M. Natsir, kelompok mad'u ada tiga, yaitu " ... kawan yang setia
sehidup semati, dari awal sampai akhir; dan lawan yang secara terang-
14
Ibid, h. 115.
15
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet. ke-1, h.
79.
22
1. Para ulama.
c. Abdul Karim Zaidan dalam Ushul al-Da 'wah mengelompokkan mad 'u
kelompok, yaitu:
dua, yaitu:
muslim.21
klasifikasi masyarakat.
kemasyarakatan.
dan desa.
terbelakang. 23
22 !hid h 107-lOR
25
a) lvfad 'u ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran Islam,
b) Mad 'u ditinjau dari segi tingkat pengamalan ajaran agmanya, terbagi
Mustadh 'afin).
muslim.
c) Status sosial, pada dasarnya stratifikasi sosial ini terbagi pada: pejabat,
"M. •• • • • • - -
26
berbagai jenis antara dia dengan mereka serta berbagai kondisi psikologis
menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi suatu golongan
dan cara pandang mad 'u sehingga di sinilah dilemanya. Di satu sisi
dakwah tidak boleh keluar dari koridor mengajak. Di sisi lain dakwah
Maka peranan seorang da'i clituntut untuk membaca mad'u dari berbagai
dimulai. Dengan kata lain, da 'i harus mampu mencari titik temu, sehingga
3. Mctode Dakwah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan yaitu meta
(melalui) dan hodos (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab
disebut thariq. Apabila kita artikan secara bebas, metode adalah cara yang
telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.28
dakwah adalah cara yang dilakukan oleh para da'i untuk mencapai suatu
tujuan tertentu atas dasar hikmah, kasih sayang, dan persuasif. Artinya,
berikut:
Artinya:
"Serulah (manusia) kepada Jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan tutur kata yang baik serta berdebatlah dengan mereka dengan
apa yang paling baik, sesungguhnya Tuhanmu paling mengetahui
siapa yang sesat dari jalan-Nya dan paling mengetahui orang-orang
yang dapat petunjuk." (Q. S. an-Nahl/ 16: 125).
menjadi tiga:
a. Pcrtama, Hikmali
Ibnu Faris berkata, bahwa hakama terdiri dari huruf ha, kaf dan
Fairuz Abady berkata, "pokok dari pengertian kata ini adalah pencegahan
agama secara mendalam dan pengalamannya, rasa takut, wara ', aka!,
Allah dan mengikutinya. Maka orangnya disebut hakim, adil, lembut dan
seterusnya. 30
menjadi hakikat atau prinsip dasar dari metode dan semua perangkat
tepat Kata Hikmah dalam Al-Qur 'an disebut sebanyak 20 kali, baik
30
Zaid Abdul Karim Az-Zaid, Dakwah Bi/-Hikmah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993),
cet. ke-1, h. 14-15.
31
Ki Moesa A. Machfoeld & Nawari Ismail (ed), Filsafat Dakwah I/mu Dakwah dan
n·-----·---------- ,,_1__ -• ,,.,. • .... - . --
29
atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang memiliki hikmah berarti
orang yang mempunyai kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal
yang kurang bemilai atau menurut Ahmad bin Muni1 al-Muqri al-Fayumi
Dalam kitab Tafeir Al-Qur 'an al- 'Azhim karya Jalalain, makna bi
jelas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran
rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap ha!. Hikmah juga digunakan dalam
arti ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak makna ataupun
yang mulia, .dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian kepada
33
Ibid., h. 9.
34
Muhyiddin, Dakwah dalam PerspektifAl-Qur 'an, h. 163.
"" - - -- - . -
"
30
tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang
satu metode, akan tetapi beberapa pendekatan yang multi dalam sebuah
strata mad'u, akan tetapi juga bila harus bicara, bila harus diam. Hikmah
bukan hanya mencari titik temu akan tetapi juga toleran yang tanpa
kehilangan sibghah. Bukan hanya dalam konteks memilih kata yang tepat,
31
Ibid, h. 10.
'l!! - - • • • •• -
31
akan tetapi juga cara berpisah, dan pada akhimya pula bahwa, hikmah
40
adalah Uswatun Hasanah serta Lisan al-Haal.
ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad'u dengan tepat.
Artinya:
"Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang
dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari
firman Allah)." (Q.S. Al-Baqarah/2: 269).
Secara bahasa, mau 'izhah hasanah terdiri dari dua kata, mau 'izhah
dan hasanah. Kata mau 'izhah berasal dari kata :U:.C - lli.c. J - 1_,l;..y- .J;.....
hasanah merupakan kebalikan dari sayyi 'ah yang artinya kebaikan lawan
dari kejelekan. 41
lain:
subjek dakwah dengan cara mengajak objek dakwah melalui nasihat secara
dimengerti.
41
Ibid., h. 15-16.
,t') -·
33
Tutur kata yang baik (mau 'izhah hasanah), termasuk sifat dari
cahaya hikmah. Jika tutur kata yang baik dimiliki da'i maka ia dapat
bahwa mau 'izhah hasanah adalah salah satu metode yang digunakan untuk
pada huruf jim yang mengikuti wazan Je.1..9 "J.J~" dapat bermakna
upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa
47
Ibid., h. 18.
48
Ibid., h. 19.
JO.-.•··---
35
juga digunakan ketika orang yang dihadapi cenderung kritis dan bahkan
51
menolak terhadap pesan-pesan dakwah.
dilakukan dua pihak, dengan tujuan agar pihak lawan menerima pendapat
yang diajukan, tentunya dengan argumentasi dan bukti yang kuat sehingga
B. Aktivitas Dakwah
keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi
umum.
51
..., -Machfoeld dan Ismail (ed), Filsafat Dakwah, h. 39
- -· -·· - - . - -~ ... . --
36
pemeluk yang taat pasti akan melakukan segala aktivitas sesuai clengan
tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pacla masa sekarang
ini, clakwah harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran Islam seeara
clakwah, baik dakwah islamiyah (da 'wah ila Allah) maupun dakwah setan
mengubah sasaran clakwah agar berseclia masuk jalan Allah SWT clan
~1. - • • • - - •
37
dakwah adalah scgala kegiatan yang mengajak manusia kepada jalan Allah
tanyajawab.
38
menan"k k es1mpu
. I an. 55
dalam majalah atau surat kabar, brosur, bulletin, buku dan sebagainya.
dalam waktu yang lebih lama serta luas jangkauannya, di samping itu
memahaminya sendiri. 56
55
Adi Sasono, So!usi Islam Atos Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan don Dakwah
(Jakarta: Gema lnsani Press, 1998), h. 49.
56
Ibid,. h. 50.
<:? -· - -
39
nilai-nilai ajran Islam, sebagai isi pesan dakwah yang perlu dipahami
pembangunan.
Amar ma 'ruf nahyi munkar terdiri dari empat kata, menurut kamus
bahasa Arab, amar berasal dari kata ( ~ J...i .U... c,.ill.) lyl_, lyl - yl
(&l y 'l/l <\.,i w _jk... JP) fi.Wl yang artinya yang tak dikenal, perkara
yang keji. 63
larangan ). 68
dari tiga pecaban kata: al-amr, bi, dan al-ma 'ruf. Perkataan al-amr berasal
dari kata kerja amara, bentuk jamaknya awamir yang berarti "menyurnh
60
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 38.
61
Ibid, h. 919.
62
Bid., h. 1471.
63
Ibid., h. 1462.
64
Depdiknas, KBBI, h. 35.
65
Ibid, h. 704.
66
Ibid, h. 771.
67 11..!.1 1. "'ll':A
41
yang diartikan "dengan, serta, sebab". Kata w j_);.;Jf berasal dari kata
dapat diartikan dengan menyuruh atau perintah dengan cara yang baik,
maknanya ialah segala sesuatu yang diketahui oleh hati, dan jiwa tenteram
kepadanya. Secara syar 'i, ma 'ruf maknanya adalah segala sesuatu yang
dicintai oleh Allah SWT seperti taat kepada-Nya dan berbuat baik kepada
hamba-hamba-Nya. 70
yang diingkari oleh jiwa, tidak disukai dan tidak dikenalnya. Munkar
adalah lawan dari ma 'ruj dan secara syar 'i maknanya adalah segala
sesuatu yang dikenal keburukannya secara syar 'i dan aka!, seperti maksiat
a. Standar untuk mengetahui ma 'ruf dan munkar itu bukanlah adat dan
69
Ensiklopedi Dakwah, "Al-Amr bi al-Ma'ruf," Dakwah I, no. 2 (1999): h. 33-34.
0
' Salman al-Audah dan Fadli Ilahi, Amar Ma 'ruf Nahi Munkar. Penerjemah Rakhmat
.... - . -· ....
42
mereka. Karena adat manusia itu tidak tetap, boleh jadi sekarang
suatu masyarakat. 73
antara amar ma 'ruf dan nahyi munkar. Istilah itu berulang sampai
Kata ma 'ruf sendiri, baik dalam rangkaian kata amar ma 'ruf nahyi
kali dalam 12 surat. 75 Kata ini memiliki arti harfiah sebagai "yang dikenal
atau yang dapat dimengerti dapat dipahami serta dapat diterima oleh
dapat dipahami oleh manusia, dan dipuji karena begitulah yang patut
72
Ibid., h. 11.
73
Ibid, h. 14.
74
Lihat Q.S. al-A'raf(7): 157; Q.S. Luqman (31): 17; Q.S. Ali Imran (3): 104, 110, 114;
Q.S. al-Hajj(22): 41.
75
Kedua belas surat yang dimaksud adalah: (I) S. al-Baqarah sebanyak lima belas ayat;
(2) S. Ali lmran sebanyak tiga ayat; (3) S. an-Nisa' sebanyak enam ayat; (4) S. al-A'raf sebanyak
satu ayat; (5) S. at Taubah sebanyak tiga ayat; (6) S. al-Hajj sebanyak satu ayat; (7) S. an-Nur
sebanyak satu ayat; (8) S. Luqman sebanyak dua ayat; (9) S. al-Ahzab sebanyak dua ayat; (I 0) S.
J,,r •• l - - - - - - . . 2 --•---- -• - . - -
44
Nya.
SWT. 82
81
Ibid., h. 14.
82
Rachmat Syafe'i, Al-Hadits, Aqidah, Akhlak, Sosia/, dan Hukum (Bandung: Pusaka
Setia, 2003), h. 242-243 .
., lbnu Taymiyah, Amar Ma 'nif Nahi Munkar; Mengajak Kepada Kebaikan dan
45
ma 'rl!l dan pencegahan pada yang munkar, menurut Prof. DR. Hamka,
Nurcholish Madjid, al-ma 'ruf berarti yang telah diketahui, yakni yang
mencegah dari perbuatan munkar sesuai dengan ajaran Islam yang tertuang
bukan pula karena kekayaan yang melimpah ruah dan bukan pula karena
R4...., •• •
46
Dengan kata lain, amar ma 'ruf nahyi munkar yang dilandasi iman
kepada Allah inilah yang perlu dipegang dan dijalankan terus sebagai
kepada hakikat fitri, hakikat fungsi, dan hakikat tujuan hidupnya. Secara
umum dakwah dapat diartikan sebagai ajakan kepada yang baik dan
masyarakat pada umumnya. Dakwah atau ajakan seperti ini telah ada sejak
manusia ada di bumi, atau jika dikaitkan dengan dakwah Islam maka itu
termasuk dalam kategori amar ma 'ruf nahyi munkar. Oleh karena itu
dinamakan dakwah. 87
muatan dan tugas amar ma 'ruf nahyi munkar atau paling tidak, menurut
86
Anwar Harjono, Da 'wah dan Maso/ah Sosial Kemasyarakatan (Jakarta: Serial Media
" - , ____ 1_ 1 no'"'" __ _._ '- - • •- .. ...,
47
pendapat yang lain lagi, ada hubungan yang tak terpisahkan antara kedua
88
terma tersebut, sesuai firman Allah SWT sebagai berikut:
Artinya:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, 89 merekalah orang-orang yang
beruntung."(Q. S. Ali-Imran/3: 104).
Jadi, pada kedua macam kegiatan tersebut ada makna dakwah atau ajakan
dakwah, karena dakwah adalah amar ma 'ruf dan nahyi munkar. Dakwah
dalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan, baik oleh orang yang belum
88
Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah da/am Al-Qur 'an (Jakarta:
Lentera, 1997), cet. ke-1, h. 9.
8
• . • ~ Ma'ruf: segala perbuatan yaug mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar
48
Nya:
~ ~ ~<-
r-
, .,,
. • II
Artinya:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik .. "(Q. S. Ali-Imran/3: llO).
91
Roudhonah, "Amar Ma'ruf dalam Perspektif Hadits," Dakwah X, no. 2 (Desember
2003): h.0]25.
49
Ada hubungan yang selaras antara dakwah dan amar ma 'ruf nahyi
dari perbuatan jelek agar mereka dapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
dikutip oleh Suparta dan Hefni bahwa amar ma 'ref nahyi munkar adalah
sebab inti dari dakwah itu sendiri adalah mengajak manusia untuk
Nusantara karena nama Indonesia kala itu belum dikenal. 2 Sebab, kata Jawah
itulah yang digunakan orang Arab untuk merujuk pada seluruh kepulauan di Asia
Syaikh al-Fakih itu sebagai Nawawi Banten. 4 Beliau lebih senang dengan
Banten, 6 pada tahun 1230 H/1813 M. 7 Wafat pada usia 84 tahun, yaitu pada tahwi
1
Heri Sucipto, "Syaikh al-Nawawi al-Bantani al-Jawi (!):Guru Para Ulama Indonesia,"
artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://muslimdelft.nl/titian-ilmu/biografl/syaikh-nawawi-
al-bantani-al-jawi-l-guru-para-ulama-indonesia
2
"Penghulu Para Ulama," diakses pada 16 Februari 2008 dari
http://bantencorner.wordpress.com/2008/0 l /09/syekh-nawawi-al-bantani/
3
Asep Muhammad Iqbal, Yahudi dan Nasrani da/am Al-Qur'an: Hubungan Antaragama
Menurut Syaikh Nawawi Banten (Jakarta: TERAJU, 2004), cet. ke-l, h. 21.
4
"Penghulu Para Ulama," diakses pada 16 Februari 2008 dari
http://bantencorner.wordpress.com/2008/0 l/09/syekh-nawawi-al-bantani/
5
Chaidar, Sejarah Pujangga Islam SYECH NAWAWI ALBANTENI Indonesia (Jakarta:
CV. Sarana Utama, l 978), h. 65.
6
Agus Zainal Arifin, "Syaikh Nawawi al-Bantani (2-3) Syaikh Nawawi al-Bantani al-
.
Jawi (2): Karya dan Karomahnya," artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari
. .
5I
pada saat sedang menyusun sebuah tulisan yang menguraikan dan menjelaskan
0
Minhaj ath-1/ialibin-nya Imam Yahya bin Hujam an-Nawawi. '
Dari silsilahnya, Syekh Nawawi adalah keturunan dari Sultan yang ke "I2
dari Maulana Syarif Hidayatuliah (Sunan Gunung Jati, Cirebon) yaitu keturunan
bernama Pangeran Sunyararas (Ta 'ju/ 'Arasy), nasabnya bersambung dengan Nabi
Syekh Nawawi --+ Kyai Umar--+ Kyai Arabi --+ Kyai Ali-+ Ki Jamad --+ Ki Janta
--+ Ki Masbugil --+ Ki Masqun --+ Ki Masnun --+ Ki Maswi --+ Ki Tajul Arusy
Tanara --+ Mauiana Hasanuddin Banten --+ Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon
--+ Raja Amatuddin Abdullah --+ Ali Nuruddin --+ Maulaua Jamaluddin Akbar
Husain -> Imam Sayyid Ahmad Syah Jalal --+ Abdullah Adzmah Khan --+ Amir
Abdullah Malik--+ Sayyid Alwi --+ Sayyid Muhammad Shahib Mirbath--+ Sayyid
Ali Khali' Qasim --+ Sayyid Alwi --+ Imam Ubaidillah --+ Imam Ahmad Muhajir
Ilallahi --+ Imam Isa an-Naqib -> Imam Muhammad Naqib--+ Imam Ali Aridhi--+
Imam Ja'far ash-Shaddiq --+ Imam Muhammad al-Baqir --+ Imam Ali ZainaI
Abidin -> Sayyiduna Husain --+ Sayyidatuna Fatimah Zahra --+ Muhammad
Rasulullah SAW. 12
8
Didin Flafidhuddin, '1Tinjauan Atas Tafslr al~Munir Karya Imam Muhammad Nawawi
Tanara," dalam Ahmad Rifu'i Hasan, fVarisan lnte/ektual lslan1 Indonesia Te/aah Alas Ka1ya-
karya K/asik (Jakat1a: Mizan, 1987), cet. ke-1, h. 39.
9
Ibid, h. 39.
0
' Ibid., h. 39.
11
"Napak Tilas Syeh Nawawi al-Bantani," artikel diakses pada 16 Februari 2008 dari
http://madnor2007.blogspot.com/2007/1 O/napak-tilas-syeh-nawawi-al-bantani .html
12
Hafidhuddin, "Tinjauan Atas Tafsir al-Munir, h. 40.
52
Silsilah keturunan Syekh Nawawi dari garis ibu adalah sebagai berikut:
13
Syekh Nawawi----) Nyi Zubaidah----) Muhammad Singaraja.
Bila dilihat dari silsilah keturunan dari garis ayah, maka Syekh Nawawi
Ayah Nawawi adalah Haji Umar bin 'Arabi, seorang guru agama di
Tanara dan seorang penghulu, pemimpin agama yang diangkat secara resmi oleh
Tanara, 15 juga dilaporkan sebagai seorang yang religius, perhatian, dan penuh
cinta kasih. 16
Ahmad, Said, Tamim, Abdullah, dan dua saudara perempuan, Syakilah dan
Syahriyah. 17 Dari Ahmad Syihabuddin diperoleh Iima orang anak yaitu Saleh, H.
Husen, H. Hasan, H. Rais, dan H. Ramli. Said mempunyai tiga orang anak yaitu
Kasim, Arbi, dan Syarifah. Dari Tamim diperoleh tiga keturunan yaitu Sulaiman,
13
Ibid., h. 40.
"' Chaidar, Sejarah Pujangga Islam, h. 9.
15
Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur'an, h. 49.
16
Abdurrahlnan Mas'ud, Dari Hara1nain Ke Nusantara: Jejak lntelektual Arsitek
53
Barangkali, Syekh Nawawi menikah kedua kalinya di saat usianya hampir senja,
1885. 19 Isteri Syekh Nawawi itu tercatat dalam buku Intelektualisme Pesantren, A.
Muji DKK (Diva Pustaka Jakarta. Cet. Pertama 2003, Vol. ke-2) masih hidup
Asnawi Kudus.
adalah Ruqayyah, Nafisah, dan Maryam. 20 Dari Ruqayyah diperoleh empat orang
anak, yaitu Abdul Haq, Abdul Malik, Salmah, dan Abdul Majid. Dari Abdul
Salmah yang menikah dengan KH. Najihun diperoleh empat orang anak yaitu
memiliki lima orang anak yaitu Ismail, Mu'tuqoh, Umar, 'Aisyah, dan Ahmad.
Dari Umar, Syekh Nawawi memperoleh cucu lima orang yaitu Barkat 'Ali, Abu
18
Chaidar, Sejarah Ptljangga Islam, h. I 0.
19 T~t..-1 1f~1~-- -'' -' ~' ' ' ' •• - •
55
Pada usia 15 tahun, dua tahun sepeninggal ayahnya, Syekh Nawawi al-
24
Bantani mcndapat kcscmpatan untuk pergi haji ke Makkah al-Mukaramah. Di
sana beliau memanfaatkan untuk belajar ilmu kalam, sastra Arab, ilmu hadits,
tafsir, dan tcrutama mcndalami ilnrn fiqh. 25 Menurut Snouck Hurgronje yang
mengenal Nawawi secara pribadi selama beliau tinggal di Makkah tahun 1885,
Setelah menunaikan ibadah haji, beliau tidak kembali ke tanah airnya. Beliau
Setelah tiga tahun belajar, beliau kembali lagi ke daerah asalnya pada
tahun 1833 M dengan membawa ilmu keagamaan yang relatif cukup untuk
kecerdasannya dan karena kecerdasannya itu beliau mendapat banyak simpati dari
membludak sampai pelosok tanah air, tetapi beliau hanya beberapa tahun saja dan
memutuskan untuk kembali lagi ke Makkah dan menetap di sana. Karena beliau
merasa kalau ilmunya beltun cukup dan akhirnya beliau memperdalam ilmu lagi
Indonesia) dan Syekh Abdul Gani Duma, ulama asal Indonesia yang bermukim di
sana. Setelah itu, beliau belajar pada Sayyid Ahn1ad Dimyati dan Ahn1ad Zaini
24
Husein Muhammad, Fiqh Peretnpuan: Rejleksi Kiai alas Wacana Agama dan Gender
(Yogyakarta: LKiS, 2002), cet. ke-3, h. 171.
25
"Napak Tilas Syeh Nawawi al-BantaniP', artikel diakses pada 16 Februari 2008 dari
1 - i i __ II ___I __ """'""' I ' """'"'-- •• ~' • • • •
56
dan Syam (Syiria). 28 Menurut penuturan Ustadz Abdul Jabbar, bahwasanya Syekh
Nawawi al-Bantani juga pernah belajar di Mesir. Ada juga gurunya yang berasal
dari Menara Seribu seperti Syekh Yusuf Sumbulawini dan Syekh Ahmad
. 29
Nahraw1.
Islam itu temyata tcrhambat. Pihak penjajah Belanda yang saat itu menduduki
wilayah Indonesia selalu memantau dan mengawasi segala aktivitas dan gerak-
gerik Syekh Nawawi. Ini yang membuat beliau tidak betah, kemudian beliau
pengetahuan Islam. 30
dan masih dikaji oleh santri-pesantren. Nama beliau seakan masih hidup dan
memberi wejangan ajaran Islam yang menyejukkan bagi kaum muslim. Di setiap
Majlis Ta'lim, karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu; dari
27
"Napak Ti/as Syeh Nawawi al-Bantani, "artlkel diakses pada 16 Februari 2008 dari
htto://madnor2007 .blogspot.com/2007/1 O/napak-tilas-syeh-nawawi-al-bantani.html
"Chaidar, Sejarah Pzljangga Islam, h. 5. Sejauh ini tidak terdapat nama klmsus di Mesir
dan Syiria yang disebut-sebut sebagai guru Nawawi oleh para penulis. Namun, adalah sangat
mungkin bahwa Nawawi mengikuti sejumlah kelas yang dibuka oleh ulama yang beda di dua
tempat. Ciri pendidikan pada periode ini memungkinkan siswa dapat aktif untuk menemui para
guru di beberapa tempat yang berbeda.
29
"Napak Ti/as Syeh Nawawi al-Bantani, " artikel diakses pada 16 Februari 2008 dari
htt... •/J...-.,,,..j..,,,,, ..")f\(\"f t..1,-,...,.,_-~4- ~~~/""Jf'lf\,.,f1Af----1- L!1-- ----1- -·---·----' _1 1 - -• 0
1 • 1
57
ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam
pesantren, beliau tidak hanya dikenal dengan penulis kitab, tetapi beliau juga
31
dijuluki sebagai maha guru sejati (The Great Scholar).
prolific (yang menulis banyak karya) pada abad-19. Menurut Wijoyo, sekitar
berbagai penerbit di Kairo dan Makkah. Yang pertama kali menerbitkan tulisan-
antaranya adalah Bulaq Press dan Wahhabiyyah Press. Kemudian, penerbit lain
menyusul, seperti Dar al-Jhya' al-Kutub al- 'Arabiyyah, Wadi al-Nil, al-
juga menerbitkan karya-karya Nawawi. Pada abad 20, penerbit-penerbit lain ikut
menunjukkan bahwa hak cipta bukan persoalan yang penting di kalangan penulis
Muslim dan penerbit pada abad sembilan belas dan separuh kedua abad dua puluh.
31
Mama! Salamet Burhanuddin, "Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi (3): al-Ghazali
Modem,
., bagian-1, " artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://muslimdelft.nl/titian-
58
Pada tahun 1970-an, dua penerbit Halabi, Mustafa al-Babi al-Halabi dan Isa al-
Arab juga menerbitkan beberapa tulisan Nawawi. Edisi Indonesia karya Nawawi
kebanyakan berupa reproduksi dari edisi Halabi. Semua ini menunjukkan bahwa
Berikut ini adalah daftar karya Nawawi yang disusun oleh Asep
Muhammad Iqbal yang dikutip dari daftar Wijoyo dan klasifikasi Brockelmann:
diketahui, komentar atas Risa/at al-Jami 'ah karya Sayyid Ahmad Zain al-
Habashi.
pengarang anonim.
2. Tafsir Al-Qur'an
Ta 'wil, juga dikenal sebagai Marah Labid Ii Kash/ Ma 'na Qur 'an Majid.
3. Hadits Nabi
4. Fiqh
c. Kasyffat al-Shija ', 1292/1875, penerbit tak diketahui, komentar atas a!-
Safinat al-Naja karya seorang Hadrami, Salim bin Samir dari Shihr.
60
Sul/am al-Tawjiq ila Mahabbat Allah 'ala al-Tahqiq karya Abdullah al-
Ba'lawi.
diubah dalam bentuk sajak oleh sejawatnya, Mustafa bin Utsman al-Jawi
tak diketahui, anotasi atas fath al-Qarib karya Muhammad bin Qasim al-
Shuja' al-Isfahani.
al-Sanhaj i.
karya al-Sanhaji.
6. Tasawuf
Malibari.
karya 'Ali bin Husam al-Din al-Hindi (w. 975/1567), al-Manhaj al-Atamm
fl Tabwib al-Hukm.
7. Retorika
8. Biografi Nabi
a. Fath al-Samad al- 'Alim 'ala Maw/id al-Shaykh Ahmad ibn al-Qasim wa
Bu/ugh al-Fawzi Ii Bayan A/faz Maw/id ibn al-Jawzi, juga dicetak dengan
judul lain, Bughyat al- 'Awwam fl Syarh Maw/id Sayyid al-Anam Ii ibn al-
Jawzi, 1292/1875, Bulaq, komentar atas Mau/id al-Nabi berjudul al- 'Arus
yang dinisbahkan oleh sebagian sebagai karya Ibn al-Jawzi dan oleh
al-Su 'ud, 1296/1878, anotasi atas Maw/id karya Ja'far al-Barzanji (w.
1179/1765).
Dari daftar yang dikutip dari Wijoyo dan Brockelmann didapati jumlah
karya Syekh Nawawi sebanyak 39 buah berdasarkan delapan disiplin ilmu, yaitu
ushul al-din, tafsir, hadits, fiqh, tata bahasa Arab, tasawuf, retorika, dan biografi
nabi. Ini menunjukkan bahwa beliau menguasai berbagai ilmu agama sehingga
Syqfi 'iyah. Di Kairo, Mesir, beliau sangat terkenal. Terutama tafsir Murah Labib
sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama al-Azhar. Syekh Nawawi
atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal yang bernafaskan
pendidikan Islam, serta peminat kajian Islam nama Syekh Nawawi tentu saja
pemikirannya menjadi kajian para sarjana, baik yang dituangkan dalam skripsi,
36
tesis, disertasi, atau paper-paper ilmiah, di dalam maupun luar negeri, termasuk
skripsi yang saya susun ini. Ini menunjukkan bahwa karya-karya beliau telah
35
"Penghulu Para Ulama," artikel diakses pada 16 Februari 2008 dari
J.,;+ ..... /11...-. ... +.-. .. ,,,--~- •··---1----- _ --·- 1,..nr..n ,,... • ,,.._,,..'
64
keberagamaan di Indonesia. 37
66
menyakini bahwa Allah SWT itu adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-
Nya. Sebab, iman adalah perbuatan yang paling utama, yaitu meyakini adanya
segala sesuatu yang ghaib yang telah dijelaskan Allah SWT, baik itu
merupakan benteng yang kokoh bagi pemiliknya agar tidak terjerumus pada
beriman akan adanya Allah SWT, maka mereka termasuk kepada golongan
67
orang-orang kafir, yang dosanya tidak dapat diampuni. Bila ditelaah pada
suatu kebaikan. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah semestinya ada
di antara kita yang menyeru untuk menyembah kepada Allah SWT semata.
Sebab Nabi, para sahabat, dan generasi penerusnya telah memberikan contoh
kepada kita untuk meng-esakan-Nya. Jadi, definisi dakwah bila diambil dari
simbolisasi dari ber-tauhid, percaya kepada Allah SWT semata dart tidak
perintah dengan mengikuti segala perkara yang Allah SWT telah perintahkan,
yang telah dicontohkan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Perintah itu
adakalanya wajib, seperti: menghormati kedua orang tua, tidak menyakiti hati
sebagainya, maka kita wajib mentaati perintah tersebut. Begitu pula bila
perintah itu sunnah, maka kita boleh memilih untuk mengerjakannya atau
pahala, dan bila kita tidak mengerjakannya, maka tidak ada ganjaran dosa bagi
kita.
yaitu mencegah dari perbuatan yang bisa menimbulkan mudharat bagi kita
sendiri maupun bagi orang lain. Seperti: membunuh jiwa yang diharamkan
Allah SWT, mengurangi ukuran, takaran dan timbangan, merampas hak anak
yatim, mencuri sesuatu milik orang lain. Sebab sumber bahaya itu berasal dari
dilakukannya.
merupakan fitrah yang terdapat dalam j iwa manusia, setiap manusia tidak bisa
memerintah dan melarang dirinya sendiri. Sebab, dalam jiwanya tetap saja ada
dari fardhu.jardhu kifayah. Jika ketiganya tidak ada yang menegakkan, maka
seluruh umat akan berdosa dan apabila telah dilakukan oleh sebagian orang,
maka sebagiannya lagi gugur kewajibannya, dan seluruhnya akan lepas dari
dosa. Namun harus digaris bawahi, bahwa orang yang melakukan periritah
tersebut adalah orang yang berkemampuan, karena itu wajib atas semua
munkar) hanya akan sanggup dilakukan oleh orang yang berilmu, sebab orang
berilmu itu tentunya sudah memahami segala situasi yang akan dihadapinya
titik kemungkaran dan kema'rufan, dan mengetahui cara yang baik untuk
pada porsinya. Sedangkan orang yang tidak berilmu hanya akan menambah
kasar pada saat yang seharusnya dan bersifat lembut pada saat yang
selayaknya tegas.
70
Berarti orang tersebut telah menjalani peran kehidupannya dengan benar dan
orang pilihan, ini berarti bahwa orang yang menjalankan ketiga perintah
komentar atas al-Masa 'ii karya Abu al-Laits as-Samarqandi. Dalam kitab
Imam Hanafi atas firman Allah SWT ( QS. An-Nisa/4: I, QS. Al-Hajj/22: I,
Artinya:
Berdasarkan atas (argumentasi) bahwa penafsiran ayat ini
menurut Imam Hanafi adalah: "Wahai orang-orang yang beriman
taatlah kalian, wahai orang-orang yang kafir berimanlah kalian, wahai
orang-orang munafik ikhlaslah kalian. Karena sesungguhnya manusia
itu atas tiga golongan, yaitu
I. Orang beriman yang ikhlas dalam keimanannya, yaitu orang yang
menyatakan dengan lisan, dan ia membenarkan dengan hati, dan ia
beramal dengan seluruh anggota tubuh.
2. Orang kafir, si pengingkar dalam kekufuran yaitu orang yang tidak
menyatakan dengan lisannya dan ia tidak beriman dengan hatinya.
3. Orang munafik, si penjilat dalam kemunafikannya yaitu orang
yang telah menyatakan dengan lisannya, namun ia tidak beriman
dengan hatinya, dan menjilat (bermuka dua) terhadap orang-orang
beriman." 3
sasaran dakwah (mad'u) terbagi kepada tiga golongan (orang beriman, orang
orang munafik, dan tingkatan mad 'u yang paling mulia d1sandarkan kepada
taat kepada Allah SWT, sebab ketaatan akan mendatangkan ganjaran padanya,
ikhlas, sebab apa yang mereka kerjakan mempunyai tujuan tertentu. Lisan dan
hati mereka bertolak belakang. Perlu digaris bawahi, dari ketiga golongan
4
Nawawi, Qathral-Ghaitsji a/-Masa"il Abi a/-Laits, h. 13.
73
Artinya:
"Dan kesimpulannya adalah sesungguhnya manusia itu terdiri
dari dua macam, ( l] orang beriman dan [2] orang kafir. Lalu orang
kafir akan kekal di dalam neraka, sedangkan orang beriman itu terbagi
dua, yaitu [I] yang taat, [2] yang durhaka. Maka mukmin yang taat itu
di dalam surga, sedangkan mukmin yang durhaka itu terbagi dua, yaitu
[I] yang bertaubat, dan [2] yang tidak bertaubat. Maka yang bertauliat
itu di dalam surga, sedangkan yang tidak bertaubat itu dalam kehendak
Allah ta'ala, jika Allah berkehendak, maka akan memaafkan dirinya
dan memasukkannya ke surga dengan karunia-Nya dan kemurahan-
Nya. Dan ha! itu terjadi dengan sebab keberkahan iman dan ketaatan,
atau dengan syafa'at sebagian orang-orang pilihan. Dan jika Allah
berkehendak, maka Dia akan menyiksanya seukuran dosanya, yang
kecil atau yang besar, selanjutnya akhir urusan orang itu adalah surga,
maka ia tidak akan kekal di neraka."5
Jadi, sasaran (objek) dakwah menurut beliau dalam kitab ini terbagi
dua, yaitu orang-orang yang kafir dan orang-orang yang beriman. Mengenai
orang-orang kafir tersebut ada perbedaan pendapat antara para ulama mazhab
kafir tersebut untuk beriman atau untuk beribadah. Menurut para ulama
pendapat Imam Hanafi dimana beliau berkata: "Sesungguhnya orang kafir itu
utama diperintahkan untuk orang kafir adalah perintah untuk beriman, karena
sesungguhnya bila iman telah melekat dalam hatinya, maka ibadah yang
5
Nawawi, Qathr al-Ghaits (Rintik Hujan), h. 45-46.
6
/bid, h. 51.
75
Yahudi, (5) Neraka Saqor untuk orang-orang Majusi (penyembah api), (6)
orang beriman dalam hati mereka terdapat keyakinan, tetapi perbuatan mereka
apa yang mereka yakini dengan perbuatan lahiriah mereka. Selanjutnya orang-
orang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka, sesuai kekufuran yang mereka
dibuktikan dengan menciptakan neraka. Mengapa demikian, jelas ha! ini tidak
sendiri yang berusaha lari (menjauh) dari sentuhan kasih sayang-Nya, untuk
kemudian terjun ke kobaran api neraka, sebagaimana jalan yang lebih dipilih
1
Ibid.. h. 46.
76
tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri." (Q.S. Yunus/l 0: 44).
menjadi dua golongan, yaitu orang-orang yang taat dan orang-orang yang
durhaka. Terhadap orang-orang yang beriman dengan taat, Allah SWT akan
menjadi dua, yaitu orang-orang durhaka yang bertaubat dan yang tidak
bertaubat.
dalam agama Islam, maka mereka dijamin kekal di dalam surga. Ganjaran
orang beriman yang durhaka dan tidak bertaubat sampai akhir hayat, maka
semua itu atas kehendak-Nya saja, apakah ia akan dimasukkan ke dalam surga
atas keberkahan iman dan ketaatan atau dengan syafa 'at dari orang-orang
pilihan, atau sebaliknya, Allah SWT akari meriyiksanya sesuai dengan apa
yang telah ia perbuat. Namun ditegaskan bahwa orang beriman yang durhaka
dan tidak bertaubat sekalipun, tempat terakhimya adalah surga, sebab ia tidak
kekal di neraka.
dosa tentunya ingin kembali suci dari dosa yang telah ia lakukan. Karena
77
sesungguhnya hakikat manusia adalah fitri, suci dari dosa. Untuk kembali
kepada kesucian, Allah SWT memberi peluang hingga hari kiamat kepada
orang-orang yang ingin bertaubat dengan membuka lebar pintu taubat bagi
mereka.
Syekh Muhyiddin Ibnu al-' Arobiy al-Maghribiy, taubat itu terbagi tiga
bagian:
Artinya:
"Taubat terbagi tiga bagian: yang pertamanya adalah taubat
{penyesalan), pertengahannya adalah inabah {konsisten dalam
ketaatan) dan akhimya adalah aubah (kembali suci dari dosa)." 9
Beliau juga mengutip dari Syekh Muhyiddin Ibnu al-' Arobiy al-
yaitu:
8
Syekh Muhammad Nawawi, K!fayah a/-Atqiya • wa Minhqj a/-Ashfiya • (Indonesia: Daar
lhya al-Kutub al-'Arabiyyah, tth), h. 14.
9
Syekh Muhammad Nawawi, Sala/im a/-Fudhala. Penerjemah Nasrullah dan Zainal Arifin
Yahya (Jakarta: Pustaka Mampir, 2006), h. 23.
78
Artinya:
"Siapa saja yang bertaubat karena takut siksa, maka ia
termasuk golongan pelaku pertaubatan (Shohib al-Taubah), siapa saja
yang bertaubat karena mengharapkan ganjaran (pahala dari Allah
SWT) maka ia termasuk golongan pelaku yang konsisten dalam
ketaatan (Shohib al-Inabah), dan siapa yang bertaubat karena mertjaga
atau konsisten melakukan ibadah bukan karena menyukai pahala dan
bukan karena terancam siksa, maka ia termasuk pelaku yang kembali
suci dari segala dosa (Shohib al-Aubah), demikian faidah dari Syekh
Muhyiddin ibnu al-'Arobiy al-Maghribiy." 11
takut akan siksa Allah S WT, merupakan tingkatan tau bat paling bawah.
Taubat semacam ini, dikarenakan ada rasa takut dalam hatinya akan siksa-
Nya, masih ada sesuatu yang diharapkan dari pertaubatannya itu. Masih
karena ada rasa penyesalan dalam dirinya dan rasa takut akan azab·Nya yang
demikian, perbuatannya tidak lagi seperti yang lalu, ini bisa dilihat dengan
semakin taatnya orang tersebut dari hari ke hari. Sedangkan yang ketiga, yaitu
ganjaran pahala atau takut akan siksa-Nya, tetapi ia sudah mampu menjaga
akan pahala atau siksa yang akan ia dapatkan, ini tercermin dari ketaatannya
~ ~I 0-4 ..::...1.9 t... ~ 4...1.i.;ly t.....ih- ~fi J6. :4tl.. .....alS..11 4-;1 ylbl 1.5!
~ t... j\.c. _,1 4-! t.....ih- Wj$ ul J\..:JI ~ .,_,;:ill UC. WA.. c!.bfi JhJ . w~I
~_ji I"~ t.....ih- c!.bfi Jb.J ..::...YWI ~I~ J\..:JI ~ !".Ji:iJ ...S.fa u4'Yl1 .i_,....11
o~l.>.Y t.....ih- c!.bfi Jb._, ..::...1.iWI ~ 0-4 ;_...J. ._..11.:i_,L; y ul ('Jt.J ~ l.. .,_,;~I
adalah penyesalan, sebab orang yang tidak menyesal atas dosanya, ia akan
terus berada dalam kubangan dosa yang telah ia perbuat. Sedangkan bagi
hatinya untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu, sehingga tidak tergelincir
lagi ke dalam dosa. Karena orang yang telah menyesal, kemudian ia bercita·
cita mengulangi perbuatan dosa sesudah itu, maka ia sama saja dengan orang
yang tidak menyesali dosanya, maka ia akan terus berada dalam kubangan
dosa. Selanjutnya, orang yang bertaubat dapat dilihat dari perubahan dari
dirinya (baik itu ucapan maupun tingkah lakunya) ke arah yang lebih baik.
Apabila perbuatan dosanya menyangkut hak orang lain, seperti harta atau
harta itu jika masih ada. Bila sudah tidak ada, maka ia berhutang dan harus
dibebaskan dari hal itu. Adanya ketulusan dalam taubat, ini bisa dilihat dari
keinginannya untuk berubah dan kebulatan tekadnya untuk lebih baik lagi.
13
Nawawi, Sa/alim a/-Fudhala, h. 24.
81
beriman dan orang-orang kafir, hal ini didasarkan respon terhadap pesan Allah
SWT, dalam hat ini Al-Qur'an, yang dibawa oleh para nabi dan para pewaris
nabi.
3. Metode Dakwah
beliau Marah Labid Ii Kash/ Ma 'na Qur 'an Majid yang beliau tafsirkan dari
."'-i,iJ ~I ..sl (i!l,i.J J.w.. c)I) ~\g :l.',11 <.)A ~I ~<.)A J..,.)1 u_;..!.ly (e.ll)
tS I (ll.....:..11 ~··'I
.,- .J ) .I~
..~< I.J:l!"· is'•.J I iil ~I ..::.,•~ LY'
· .J '-"'
~ -~
. i <.s'IL..:J .&1
<.)A -,£_;.a J;l.i.i ..sl (~I~ Jl.14 e+J.l\.:i-.J) .~\.j§",)\ Jj',1.lll.J ~I wl_)..',11
u~ LJ,!:ill :i,J" ...11 J_,h.11 yb.....I JJYl :i"Ul ~~ ~ W"Ul~ .4.1.J-!i. wl....li.
~I .l.>.. 1.Y-l,;i ...i LJ,!:ill ~I _);.lll yb.....I ~ ..-illil.J .~lb.~ ,.YJ.";114.9.Y'-"
.....il.b";I
.
~l.:i....ll w. <.s'"',_ wli:i
~ • •
. :ill Willi\ .J
U:l .(,)·L..:.iiJl u ;.,,,
- ;,., I\ 1J'·'~
<.s'
.. ('"'
_\.J
LJ,!l..\Sll ..y_,9Y1 tJI ol.k.. eJl ~'-! ~.J ~ ~1 tJl ~t..:; 4.lfa .4i'J"i;ll i"_,kll
<..>"'
Iy... ,-
~..
- . ..WYl
.J 1.:·,lb,., - 1.:J"""'-J
· L. - ~I ~1
~ - - - -
'"Y.l!Li•
U"
<-11 u;""
<.;>"""
... ,,, I\
<.s'
~.J 4...)l..J\ y\.i) F°"'.J ~I ~\.j§",)\ JjY.ll'-! cJ.l;JI l"l_ic. tJl.J F°"'...#-J 4.;6....:Jl
1'6-"WI ~~I ~ .J ~YI <.Y=-YI t>.i_;.b.11 ~ J~\.i LJ,!,!C.Lli.Jl t"' eJS:l.J ojlSJI
4-lY o_ic..lll Yli WC J~I ~ "..i.. J_,....wl Ji o_ic..lll Yl.i <.)A~ ~l.J 1'6-"ljll.J
t5:ill ~I 0:!; (':!"I yl t \+>y ~.J "'-:ilc. .di I .)..... I~ .dil yl W.J ..sl <I.; ~y
;\J;.c _,..Jl.J ~I ~ .J :ij~I J_;.b.11 o~ .l.>..l,i W"Ull_ic..l:l <.JI .J" .J 4.,i9 ~\l.; o_;..ol
82
~Y' ~~' (~ uc- J..;. ~~I .JI\ ~.Jul) .~':i' "'1_,.bl4 •..i.:.4....n_, ~'
o_,c-ll4 UlS.. ..!lil <.SI <\,!ll (6.1.i:if..Jl:! ~I ,jl\.J) 4.1~ UC- LJ'oy::- I__, <\,!ll ,jl.:JI o_,c ~
t1WI ~ .)L..:i <U\.9 4i ~';/ ~\~I JY-"""'J d.mll '-'_,hi\ •*.> .)l.W Ail .)1
'"4#l....JI 4.!_µ1 (.)"fall ~1~4__, o.J~I Wl:.JI (.)"fall~
Artinya:
"(Serulah) wahai Rasul termulia yang diutus kepada mereka
dari umat seluruhnya (kepada Jalan Tuhanmu) yakni ke Oalan] agama-
Nya (dengan hikmah) yakni alasan yang pasti yang dapat memberikan
pengertian tentang keyakinan'aqidah dan ini merupakan derajat
termulia, sebagaimana yang telah Allah katakan di dalam susunan-
Nya, barang siapa memberikan hikmah, maka sungguh ia akan
diberikan kebaikan yang melimpah (dan nasihat-nasihat yang baik)
yakni seruan-seruan pikiran dan argumen-argumen yang dapat
memberikan kepuasan (serta berdebatlah dengan mereka dengan apa
yang paling baik) yakni dengan alasan-alasan yang tersusun dari
mukaddimah-mukaddimah yang dapat diterima. Adapun manusia
terbagi kepada tiga golongan: [!] Ahli Fikir atau intelektual yang
benar, yang mencari definisi sesuatu berdasarkan hakikatnya, [2] Ahli
Fikir yang positif yang tidak akan mencapai batasan kesempumaan
dan tidak akan berhenti pada titik terendah yang kurang, [3] orang-
orang yang menguasai ilmu pengetahuan [tidak melalui] menuntut
ilmu-ilmu keyakinan. Firman Allah Ta'ala c:;JI ~ c!l;.; ~ .)1 t,1
maknanya adalah mengajak dengan sekuat tenaga [keras] secara
sempuma ke agama yang hak [benar] dengan argumen yang pasti serta
meyakinkan, sehingga rnereka mengajarkan sesuatu dengan hakikat-
haikatnya dan mereka termasuk golongan sahabat yang khusus dan
selain mereka, dan berdakwah kepada makhluk pada umumnya dengan
argumen yang dapat rnernberikan kepuasan yang zhaniyyah dan
mereka itu adalah orang-orang yang cerdik dan mereka termasuk
mayoritas. Berbicara dengan para penghasut adalah dengan perdebatan
dengan cara yang baik lagi sempurna yaitu dengan memberikan
pengertian berupa pemahaman dan pemaksaan. Adapun perdebatan
bukan termasuk dari bab dakwah, bahkan yang dimaksudkan,
perdebatan itu terpisah dari bab dakwah karena tidak menghasilkan
[apa-apa] dengan perdebatan itu, yakni ketika Allah memerintahkan
Nabi Muhammad SAW mengikuti Nabi Ibrahim diantara sesuatu yang
diperintahkan padanya kepada para pengikutnya yaitu menyeru
manusia dengan salah satu dari tiga cara ini, yaitu: hikmah, mau'izhah
hasanah [nasihat-nasihat yang baik], mujadalah [berdebat] dengan cara
14
Nawawi, al-Tqfeir al-Munir,juz ke-1, h. 469.
83
Metode dakwah dalam ayat ini beliau tafsirkan terbagi tiga, yaitu
kata hikmah dengan alasan yang pasti yang dapat memberikan pengertian
menge1ti dengan jelas dari argumentasi yang dilontarkan oltJh da 'i. Seseorang
yang rnarnpu meraih hikrnah berarti ia mempunyai derajat yang mulia, sebab
yang masuk aka! dan bukti yang kuat sehingga pihak lawan perdebatan dapat
menerimanya.
kebenaran dari tingkat ilmu, yang terbagi menjadi tiga golongan: [I] orang
[3] orang yang tidak memiliki akal dan tidak cemerlang, ia senang berdebat
dan bersikap tidak peduli, ia tidak akan pernah mencapai batas kepuasan
bahwa golongan pertama, yaitu orang yang memiliki akal yang cemerlang,
metode hikmah. Terhadap golongan kedua, yaitu orang yang memiliki aka!
tetapi tidak cemerlang, akan sesuai bila menghadapi orang tersebut dengan
orang yang tidak memiliki aka! dan tidak cemerlang, lebih cocok bila
Syekh Nawawi al-Bantani yang berjudul Qatr al-Ghaits (Rintik Hujan) yang
Konsep ini terdapat pada mas 'a/ah 12 yang yang ditulis sebagai berikut:
ul) J_fo ul (Yl-*11.i) (~ ..'ill LJ4 o~_g o» .JJi.14 LJ.o_j:l U:!S.J ~ J.ii \j\)
1s_,,,,,,wy.JI UC. (~.J) wl.c.UJ\.; (J4l.J ~I l§lii.) ...,ll.t:i (.311
Artinya;
(Apabila dikatakan kepadamu: "Bagaimana engkau beriman
kepada takdir yang baiknya dan buruknya itu dari Allah ta' ala?"),
(Maka jawabnya) hendaklah engkau ucapkan: (Sesunggguhnya Allah)
Ta'ala (telah menciptakan makhluk-makhluk dan telah
memerintahkan) dengan berbagai ketaatan (dan telah melarang) dari
berbagai kejahatan .... 16
munkar, dalam hal ini perintah untuk taat kepada-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Karena, ha! yang demikian itu merupakan salah satu dari cara kita
Amar ma 'ruf nahyi munkar juga merupakan salah satu dari perkara-
perkara agama, sebagaimana dijelaskan beliau dalam kitab yang sama pada
15
Nawawi, Qathr al-Ghaitsfi al-Masa 'ii Abi al-Laits, h. 12.
16
Nawawi, Qathr al-Ghaits (Rintik Hujan), h. 47.
86
'"II"'"' ~l....JI ~
."'-le:'. • • l)w.l.o..!1 ....,\.i:i....\\
· • •
• - ·I
• - - ..)J
Artinya:
"Ketahuilah bahwa perkara-perkara agama itu ada empat.
Perkara pertama adalah sahnya keyakinan, dengan engkau meyakini
dengan keyakinan yang benar, lagi bebas dari keragu-raguan dan
kesamaran dari berbagai kesesatan para pengikut hawa nafsu. Perkara
kedua adalah benarnya niat, dengan adanya engkau sebagai orang
yang benar dalam niatmu, berdasarkan sabda Nabi SAW :
"Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung kepada niat." Perkara
ketiga adalah tepat janji. Maka apabila engkau berjanji dengan suatu
janji, maka tunaikan janji itu, agar supaya tidak ada pada dirimu satu
perilaku kemunafikan, karena sesungguhnya di antara perilaku orang
munafik adalah apabila berjanji maka melanggar janji. Dan keempat
adalah meajauhi segala batasan, dengan engkau meajauhi segala
kemaksiatan seluruhnya." 18
lni menjelaskan bahwa amar ma'rufnahi munkar, dalam ha! ini lebih
Perintah untuk melakukan amar ma 'ruf nahi munkar ini telah Allah
SWT tugaskan kepada para Nabi dan Rasul-Nya untuk disampaikan pada
kitabnya "Nur Al-Zalam" yang merupakan syarah atas al- 'Aqidat al- 'Awwam
17
Nawawi, Qathr al-Ghaitsfi a/-Masa 'ii Abi a/-Laits, h. 14.
18
Nawawi, Qathr al-Ghaits (Rintik Hujan), h. 56.
87
Artinya:
"(Peringatan) perkataan Nazhim (Syekh Ahmad Marzuqi)
kullun muttaba', yakni setiap nabi dan rasul tersebut telah
mewajibkan kepada umat mereka untuk mengikuti perintah Allah
maupun larangan-Nya dan mewajibkan bagi setiap orang mukallaf
untuk meyakini sifat kenabian dan kerasulan. Kata (kullun mutaba)
sebagai penyempuma bait."20
Jadi, setiap mukallaf wajib meyakini para Nabi dan Rasul yang telah
diutus Allah, beserta segala sifatnya, sebab percaya kepada Rasul merupakan
salah satu dari rukun iman (tepatnya rukun iman ketiga). Bila seseorang
ma 'ruf nahyi munkar, sebagaimana yang telah mereka wajibkan kepada kita
sebagai umatnya untuk mengikuti perintah dan larangan Allah SWT, patut
kita kerjakan. Sebab, para Nabi dan Rasul yang merupakan manusia pilihan
tetap melakukan amar ma 'ruf nahi munkar, sebagaimana yang dilakukan oleh
nabi kita Muhammad SAW, walaupun beliau imam kita, orang yang ma 'sum,
umatnya malu dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan yang patut
dicontoh.
19
Syekh Muhammad Nawawi, Nur al-Zha/am (Indonesia: Daar lhya al-Kutub al-' Arabiyyah,
tth),h.14.
20
Syekh Muhammad Nawawi, Nur al-Zhalam (Penerang Kegelapan). Penerjemah Team
Terjemah Pustaka Mampir (Jakarta: Pustaka Mampir, 2006), h. 61.
88
Syekh Nawawi dalam kitab yang sama mengutip pendapat Syekh 'Audh al-
Ghomrowiy, yaitu:
Artinya:
"Syekh 'Audh al-Ghomrowiy berkata: "Dan mewajibkan kamu
membenarkan orang yang dipercaya dalam semua masalah yang ia
bawa dalam agama, begitu juga mengerjakan perintah ketika
diperintah dan menjauhi larangan dari suatu perkara."22 Adapun al-
Amin ialah Rasulullah SAW, makna al-Amin adalah orang yang
diselamatkan dari maksiat. Dinamakan dengan al-Amin karena beliau
tidak mempunyai sifat khianat. Ucapan Nazhim (Syekh Al-
Ghomrowiy) imtitsalnl Amri 'indal Amri adalah lawan dari an-
Nahyu (larangan). Jamak kata amr adalah awamir. Ucapan beliau bi-
nahyihi 'an amri yakni ha! (keadaan) dan jamaknya amr adalah
umurun.23
percaya kepada para Nabi dan Rasul, terutama mengkhususkan kepada Nabi
kita Muhammad SAW, sebab hanya beliaulah yang mendapat gelar al-Amin,
karena apa yang beliau sampaikan kepada kita adalah kebenaran. Kita
diwajibkan pula melakukan ajaran yang telah dibawanya, yaitu Islam, serta
21
Nawawi, Nur al-Zhalam, h. 23.
22
Nawawi, Nur a/-Zha/am (Penerang Kegelapan), h. I 03.
23
Ibid., h. 104.
89
ma 'rl!f"nahyi munkar merupakan salah satu dari apa yang telah Allah berikan
kepada Nabi SAW, hal ini tertulis dalam kitab yang sama, yaitu:
Artinya:
"Dan Aku telah memberikanmu delapan bagian: Islam, Hijrah,
Jihad, Shadaqah, Shalat, Puasa di Bulan Ramadhan, Amar Ma'ruf dan
Nahyi Munkar. " 25
sebagian dari delapan perkara yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi
SAW sebagai misi yang harus dijalankan di muka bumi ini. Kita sebagai
ma 'ruf nahyi munkar tertuang dalam karya beliau yang berjudul "Mirqat
tl4 <.Si (i....ilS.. JS~ ~) *wL._;:...Ji ~JlJ c:.t,..;.i_,li ~bl Y..P--J ..,! (J...:ii)
~.JJ ~=··HJ l'y.aliJ •tsjliJ •~ts (~) .)L.:i (.&1 ~_,11... ~ p.\.il) Jal,.,.
.uLS.J4 ul+i'il u.. ~ .&1 b.)411... ~ .i.,i.i)i ul) L..:..,il (~ '":"H.J) .rJl.lWi
<.Si (~ ·.·ii?:IJ) .~iJ y.;.._,L. ..6~1_, ~i_, y.;.._,L. ()S:.)1.i .(<l.l:i_,_,..!,_,
,jl.5._/Ji <.Si (t+l4 ~ cl.)t:i ol.) U.o.JAI) .....is.. JS. <.SI (~ ....,....J) -~~
~_;b <.Si (l.ff?..J _;:P ~ ~ ~Y) ()S:l ~4 ~ 4.J. ~.fa. (.JI) .Ub4 ..6J~IJ
<.Si.J ,J..._, .yle. ..iii ,_...I.... .Ui U;~i ._..9 w; .~ 4..1.§i ~ ~J'!•••l\J tfi.JI wl,;.i1S
24
Nawawi al-Jawi, Nur al-Zhalatn, h. 40.
25
Nawawi, Nur a/-Zhalam (Penerang Kegelapan).. h. 185.
90
I~ wL._;l F.J 4,!lc .ilil ~ JW .~ .JA.J •.lY-'-"' ~ _faJ_, ~fi_; ~'1 ')\;..._;
.i.,ik .ilil ~ JJI ~I .y!_, ·F_, .i.,ik .&I ~ ,i...,... :U. Ji:. ...-\c. wL. .i..16. ...-\c.
.u\ ~1 .yS_, .·.i~_, ~fi.J ..:;,µ, ~ ~'1 ~•)I..... ..,.11 ..lil~'J Jl§ F-'
..&I J_,... ):1 I}1.9 ~ 0.o JY":l <.S~I :\.§Y" (j>l\.ill 1_,...1 J1,§ FJ 4,!lc ..&I ~
~l'.ill_, ~1_;,i.bll J_,'JI <.5.J.J .U..i~'J_, \.e.<> fi_; ~'1 Jl§ 'O)l....JI 0.o JY":l '-¥
<....AlS.. JS; <.SI ('\1-k> ~...J) ,.).._)I~ .it.ii ;\.,.;Y.., 011 ~~<!..!\.'.ill_, .i..:..I i"L.'11
i).o 4.i;_;.1. Ji:. ...-\c. _..:ilL._,1 ~4 d_,fa ~,.bl <.SI (dlil ~) <.S) yi4 (oJfl)
fa. ('lll.;) ...i&i\I J .)A'JI 0.o _;fa.WI <,SI ('\1-k> _;.1i ul) 4.i;_;.l:.; ..6_,~IJ u\S._;'JI
(.fo~ 6 1~) J..Oll ~ uc. c.s+>11.,, A...i.1.fi.11 <.51 (.JLS.i"lt '\1-k> ~) ~m ..,.1o
<,SI (ul....J'll ("Jl:I I.. Jil c.SI ul..,i'll ~I) ylil4 _;\S.;'JI <,SI (..tlli.; .)o"'il.; .J&l.11
~ ~->'} <....AlS.. JS; .,..Jc <.SI(~).~ UC. U:....l:JI <.SI (.»-JI~) 4,!lc y.;..,iL.
ujll_, 4.)1 JS;I_, ~I J:;;_, ~I yySi_, i""'YI ~-' ~1_;11 J_,i..S (C.::.l..~I
J..:...bU..J :i.S,i.l!I U)i""J ..61.,,Jll is"J M-1_,;~ .)t...:i ..&I ~I U:!i\1..b_;l (") Jl,..91.S_,
. _._... 1...Ail
..,,.,-, •
w.:...i
• ·• "'
( •) .,.,, ...!.
•.)~ f'
WI J .:r-J
.;. ' Ufi""J
· 1 ',,·'I . ti .c 'I u• l....:.i.lJ
u~ ~
.•Lc11
Joli ul) ..:.L.y..oll <,SI~ l,)fA O..U...;) .~_;!_,~ts <,SI wL.y..oll <,SI ~.Jo"
.ti!~ ..i&i\I C"' &JI_, c.s+'ll UC. ~ u4 (lll.;) ul..u.ll4_,I ¥4 &JI_, c.s+'ll <.SI ('\1-k>
<.51 ~u_, ..::.L.y..J1 0.o _;fi:WI <.51 (.m.l Aul)~ uc -»WI <,SI ('\1-k> ~.J)
Jl9 .u1 .we. ..iii~_; <,SpiJI ~ (S/1 uc. F <.SJ.J w .('-Ai).~.,, 4Afa. 0 1
,Juli·~•.# lfo ~<,SI_; 0.o J,,i,i F-' .i.,ik ..&1 ~ ..&1 J_,..._;..::..........
·
(,)A r- - ..iiil
.LJ .uJc, ~
I .;;o .(,)·Lu'JI
-.i..\,;- • u.....;.I ~
J .uli.i9. I..~ ..... I '\.i JJL...\..a .1..~ ....
. . c;--"" ("' (,) • c::--"'
..bi! ~\:..JI '1 4-.':/I .~ i).o <.SI ~ .U)J ,y,)1 11'_, ,Jc.1_,I ~I <.SI <.51.J
.U_,9_, .•.l....<o u_,y.JI_, J.,9_,I J_,9 i).o .)t...:i ..!JI L..<..J .y! ~L. .JI'> fo .U_,9_,
.i..\J!"J •~.I..'\,,., .I (,)
. . c--:: ("' ·\j <UL...\..a
. J-"" • I..'\,,...("'1 (,)·ts •.lJJ
.<:\Lu• :\JI _)'':/I c--:: '-'• <.S I•~
.. .ij~ .. <.lo
~I_,_; <..-i <-4" .Ii_, ,.bi! A.Al.fill .yi'.ll ul..:i'>'I ..:.I~ J§I <,SI ul..:i':/I ....a.....;..1 .tll::..J
<U'J <.SY.I 4+iyi 4+i.,;.J1 .~ ,.l.JJ Ji:! ,J <.SI J.iy.. :\.i.:o. ul..:i':ll i).o .ti!::. ,.I_;_, ~J
.u1 .ti!::. 0.o ,.i...a ul..:i'il uW. 0.o ~ ~-' ~4 ~_;.ii! 4./lii 4Afa. ,-11::.1
91
.wLJl4 ~I ....k .J.l! w..J c,..Jill ~lfi',IJ ~4 <Ulljl ...&I w..J .1:.c. _,JI ~'1
•y..1 ...11 •.H 1fo ~ <..51.) 04 FiJ 4,ik ..&1 .)....o .u) W:l; i.f.t:>.).,UY eJ! ii)
.w.....~1 _.:y.i:ib.I l:il J...;,. 04 f.~Y ~I~ 1_,.;..I ~I 4-:11\o ..JW .U) W:l-!J
.~I .l.4:..1 o..i\.91 I~ J.Jfo!I '1 y':/I 4,ik W\.9 .4,ik.L. <.S..il .Ufil Jc.I.ill ....k c!.ll:i
L...._,......;.. ~_,.JI u-14-.- y.i;-.J <.SI (~I~_,.. 4.i.Jl.i..) ~ ~ ....k ~ (..9)
1_,JSI rlyJ!J 1_,l.ic. ~I WCJ 1_,J~ ~I ~_,.JI~~ o_,..t.JJ J.6\.;llJ .JJJll uJ~
)4 4.k\.9 <.SI (~.>4 ii!I ~jit..) ;i....y...ly .U.....J ~ 04 (e.!..1:...!I_,) .~I .U\.9
yl.WI J.l-..4 ~ ~J ..Jt...:i .U.. 'j.ic. o_j>.'11 ~ yl.WI t)_,; <.SI (Yt:A..14) fa
'ilii..1 <.SI (....S.Jl.:i ~..9..9) •...-h--ll o..i\.91 •Y-6 wc _,a..11 <':"' ol..,..,JI 04 .l:i..l_,l o.l~J
- -1L. u:ll.:...i• t Y"'
4.!>.)Jy ·•.ii ~· .r l.ll {"IY"-' · ~ ~• W
·- 11LJ'> · L• .:r · tt~~ ·'1\.9 • ('-'I
... U'"'""' ·~ 1 1.i\
• _,... •1
Artinya:
"(Fasal) tentang kewajiban mengerjakan perkara-perkara yang
diwajibkan dan meninggalkan perkara-perkara yang
diharamkan*(Wajib atas tiap-tiap mukallaf) yaitu telah mencapai
[usia] baligh dan berakal (melaksanakan segala perkara yang telah
diperintahkan oleh Allah) ta'ala (atasnya) seperti shalat, zakat,
puasa, haji, dan mengembalikan kezhaliman [tidak mengerjakan
perbuatan zhalim]. (Dan wajib atasnya) juga (melaksanakan segala
sesuatu [kewajiban itu] yang telah Allah perintahkan dengan
memenuhi rukun-rukuunya dan syarat-syaratnya). Adapun [yang
dimaksud] dengan rukun adalah sesuatu yang wajib ada dan menjadi
putus [jika tidak ada sesuatu itu] dan [yang dimaksud] dengan syarat
adalah sesuatu yang wajib ada dan terus berlangsung. (Dan
menjauhkan dari setiap yang dapat membatalkannya) yaitu
menjauhkan dari sesuatu yang dapat membatalkannya. (Dan wajib
pula atasnya) yaitu setiap mukallaf (menyeru kepada orang yang
telah meniuggalkan sesuatu darinya) yaitu rukun-rukun dan syarat-
26
Syekh Muhammad Nawawi, Mirqat Su 'ud al-Tashdiqfi Syarh Sul/am al-Taufiq (Surabaya:
Syirkah Bungkul Indah, tth), h. 15-16.
92
27
Syekh Nawawi Banten, Su/lam a/-Taufiq. Penerjemah Moch. Anwar dan Anwar Abubakar
L.C. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), cet. ke-5, h. 32-34.
95
(4) Memaksa dengan perintah keras atas demikian itu jika mampu, jika
tidak mampu, maka wajib atasnya mengingkari dengan hatinya, itulah
selemah-lemahnya iman.
(5) Meninggalkan seluruh perkara yang diharamkan, seperti: menyakiti
kedua orang tua, memutuskan tali silaturrahmi, meminum arak,
membunuh seseorang, memakan harta riba, zina, homosex, senang
berkelahi, mengadu domba, mengurangi takaran dan timbangan, dan
masuk ke tempat pemandian tanpa mengenakan busana.
(6) Mencegah perbuatan yang diharamkan walaupun perbuatan maksiat itu
kecil.
(7) Melarang orang lain secara paksa melakukan perkara-perkara yang
diharamkan. Jika ia mampu mencegah dengan tangan,jika tidak mampu,
maka dengan lisan, dan jika (masih) tidak m::mpu, maka bencilah
dengan hati. Lakukanlah perbuatan tersebut sesuai dengan kadar
kemampuan, apabila kita mampu melakukannya dengan tangan, maka
lakukanlah dengan tangan, bukan dengan lisan.
(8) Tidak ada pertentangan antara sabda Nabi SAW:
~lfa ~ _1 ·ts .Ut....L9 • t..~ ...• _1 • \.9 o.l.u o · .~ .1q .<, - .<:. I ·
• t..~ .... r'
.J . . c;--:: u . c;--:: r' u -· ~ J - " r - r.S .) 0-4
ul...:i')II U.......I
dengan firman Allah Ta' ala:
,.:¥..l1.l. I 1~1 J....:.. c.)A fi. y.:.,.; 'J ~I ~ 1_,i..I c.'.J:!'.lll 4,il; menurut
pendapat para haqiqoh bahwa jika kalian mengetahui sesuatu yang
dibebani kepada kalian [untuk mencegah kemaksiatan] tidak menjadi
bahaya jika kalian meringankannya (berbuat sesuai kemampuan), dan
apabila keadaannya seperti itu, maka tidak dibebani untuk amar ma 'ruf
nahyi munkar, apabila telah melakukannya (tetapi) belum sampai
(kepada orang yang dituju) tujuannya, maka tidak bersalah orang
tersebut setelah melakukan hal itu, karena ia telah melaksanakan
96
untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, haji dan
dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah yaitu hams terpenuhi syarat dan
SWT baru memerintahkan kita untuk menyem kepada orang lain melakukan
sebelum kita menyumh orang lain untuk melakukan amar ma'ruf nahyi
dengan tangan, bila tidak mampu maka cegahlah dengan lisan, bila hal itu
tidak mampu juga diaajurkan untuk mencegahnya dengan hati yaitu dengan
iman. Karena apabila ia tidak mengingkari hal itu, berarti ia meridhai adanya
maka ia bukan termasuk dalam keadaan beriman. Sebab, orang beriman akan
untuk menyuruh orang lain melakukan amar ma 'ref nahyi munkar, bukan
definisi haram, sebab nahyi mun/car dalam bahasan ini adalah mencegah
sesuatu dari yang diharamkan Allah SWT. Mengenai perbuatan haram ini,
karena ia sadar itu adalah larangan syar 'i, maka Allah akan memberikan
larangan Allah SWT itu karena rasa takutnya pada oran;; lain, atau karena rasa
nahyi mun/car adalah cabang dari iman, hal ini terdapat pada mas 'alah ke-15
..clJi ul 1:is;J 1.c.41 _)IS ~ 4-1.»J <...-9 \SLli JI tytll \.ij\..... 4SJi ulJ wl .)JAWI
0.JJy.:.14 ~P..bl .:,,.. :i...._,l.... ~";/ •~ 4-1- i.l:>.I __,
28
Artinya:
(Apabila dikatakan kepadamu: "Shalat) yakni yang lima
waktu (dan puasa) yakni di bulan Ramadhan (dan Zakat) yakni
untuk berbagai harta dan badan (dan mencintai para malaikat dan
mencintai kitab-kitab) yakni Kitab Samawiy yang telah diturunkan
oleh Allah kepada sebagian para Rasul (dan mencintai para Rasul)
dan para Nabi, semoga tercurah kepada mereka rahmat dan
kesejahteraan Allah (dan menyukai takdir yang baiknya dan
buruknya dari Allah ta'ala, dan Iain sebagainya, bernpa perintah
dan larangan dan mengikuti sunnah Nabi SAW, apakah itu) yakni
semua yang disebutkan itu (termasuk hakikat iman) yakni termasuk
hakikat iman dan pokok iman (atau tidak?"). (Maka jawabnya)
hendakny<t engkau berkata: (Tidak) yakni sesungguhnya ha! itu bukan
termasuk hakikat iman dan pokok iman, tetapi hal itu adalah cabang
iman (karena sesungguhnya iman itu adalah simbolisasi dari ber-
tauhid) sebagaimana penjelasan terdahulu (dan segala selain itu)
yakni yang disebutkan itu (adalah satn syarat dari berbagai syarat
iman) dan satu cabang dari berbagai cabang iman, karena
sesungguhnya diantara syarat sahnya iman adalah mencintai Allah,
para malaikat-Nya, para Nabi-nya, dan para wali-Nya, dan merasa
takut terhadap siksa Allah, dan mengharapkan rahmat Allah, dan
mengagungkan perintah Allah dan larangan-Nya, dan membenci
musuh-musuh Allah yaitu orang-orang kafir. Adapun shalat, puasa,
zakat dan haji, maka ha! itu adalah syarat penyempurna [iman],
menurut pendapat dipilih di kalangan Ahlus Sunnah [wal Jarna'ah].
Maka siapa saja yang meninggalkan ha! itu [shalat, puasa, zakat, dan
haji], sedangkan ia meyakini wajibnya atas dirinya, atau ia
meninggalkan salah satu darinya, seperti demikian juga, maka orang
itu adalah orang beriman yang sempurna dalam pemberlakuan hukum-
hukum orang-orang beriman di dunia dan di akhirat. Karena tempat
kembalinya adalah ke surga, meskipun ia akan masuk neraka jika ia
tidak memperoleh syafa'at dari salah seorang pemberi syafa'at, atau
ampunan dari Allah ta' ala. Dan orang itu adalah orang beriman yang
kurang dari sisi lemahnya iman, karena ia meninggalkan sebagian ha!
yang diperintahkan. Dan jika ia meninggalkan hal itu [shalat, puasa,
zakat dan haji] sebagai penentang syari'at, atau peragu dalam
wajibnya ha! itu, maka ia adalah orang kafir menurut kesepakatan para
ulama. Begitupun [ia kafir] jika ia meninggalkan salah satu darinya
seperti demikian alasannnya. Karena sesungguhnya ha! itu adalah ha!-
ma 'rz1f nahi munkar merupakan salah satu cabang iman, dari berbagai cabang
iman (seperti shalat, puasa, zakat, mencintai para malaikat, Nabi dan Rasul,
mencintai kitab-kitab, mencintai takdir baik dan buruk dan sebagainya), bukan
termasuk hakikat iman dan pokok iman. Karena, sesungguhnya hakikat dan
pokok iman itu hanyalah simbolisasi ber-tauhid, pengesaan kita hanya kepada
Allah SWT semata. Selain dari itu hanya merupakan syarat sahnya iman,
29
Nawawi, Qathr a/-Ghaits(Rintik H1efan), h. 54-56.
0
' Nawawi, Nur al-Zhalam, h. 4.
IOI
Artinya:
"Memungkinkan menggambarkan contohnya tentang orang
yang membawa jenazah yang berfikir akan ciptaan-ciptaan Allah
merenung apa yang sedang dihadapi, agar tidak tergelincir dengan
membawa mayit. Berjalan kaki ke kuburan, lisannya sibuk dengan
dzikir, telinganya berusaha mendengarkan bisikan yang mengandung
pahala seperti [pahala] amar ma'ruf nahi munkar," sebagaimana
31
telah dijelaskan oleh Syekh Ahmad Al-Malawiy.
Artinya:
Akan tetapi Syekh Al-Barowi berkata: "Jika engkau
berpendapat tidak bisa menggambarkan serempaknya semua anggota
tubuh melakukan ketaatan dalam satu waktu [seka!igus]. Engkau
mengatakan ha! demikian dapat digambarkan dalam melakukan ihsan
yang diperintahkan dalam hadits: 33 Engkau menyembah Allah
seakan-akan engkan melihat-Nya dan berupaya menghadirkan
Allah bahwa Dia melihatmu. Maka jika seorang hamba beribadah
seperti itu, maka jadilah seluruh anggota tubuh dan panca inderanya
melakukan perintah Allah. Dan tidak dapat digambarkan dalam bentuk
ibadah yang lainnya, berbeda dengan pendapat ulama yang
menganggap hal demikian dapat dilakukan."34
Dari kedua pendapat tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa amar
ma 'ruf nahyi munkar adalah upaya untuk melaksanakan perintah Allah SWT
31
Nawawi, Nur al-Zhalam (Penerang Kegelapan), h. I 0.
" Nawawi, Nur al-Zha/am, h. 4.
33
Shohih Bukhori, dari Abu Hurairah, hndits ke 48 (Kitab al-Iman, Bab Su-ali Jibrila an
Nabiyya SAW 'an al-Imani wa al-Islami wa al-Ihsan) dan Hadits ke 4404 (Kitab Tqfeir Qur'ani, Bab
Qou/ihi Innallaha 'Indahu 'I/mu as-Sa 'ah).
34
Nawawi, Nur al-Zhalam (Penerang Kegelapan), h. I 0.
102
Nya.
melakukan amar ma 'ruf nahyi munkar telah dikemukakan oleh Ibnu Abbas,
y.1~4 '..........y ..,_..i..lll u-i yl.J:I ~ u~ :4k:- .&I ~.J U"'-!c- LJ:I JI!
0.lk_yJI_, ~4,U'A'I yl) y. .&\ J_,....,.J ~ .&I 'All <\.!I'll J_,'l/I y\.;ll uk y.f;S..
yl) ..!Jllill y\.;ll_, _;;)l,,...J\ ~ ~I y4 ...-iilll y\.;ll_, ,().!.:...!\....JI_, ~1~1_,
35
Nawawi, Nur al-Zhalam, h. 20.
36
Di dalam Kitab Durrotun Nashihin, Majelis ke-52 Fi Bayan al-Jannah, h. 202, baris ke 6-
13, ucapan Ibnu Abbas, dengan beberapa kalimat agak sedikit berbeda.
37
Nawawi, Nur al-Zha/am (Penerang Kegelapan, h. 88-89.
103
Dari penjelasan Ibnu Abbas yang dikutip oleh Syekh Nawawi, dapat
disimpulkan bahwa Allah SWT telah menyediakan pintu khusus bagi orang-
orang yang melakukan amar ma 'ruf nahyi munkar, yaitu pintu yang keempat.
shalat, zakat, haji, umrah, jihad, dan mencegah nafsu syahwat. Amar ma 'ruf
1. Mengajar
Jawa Barat, dan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Kepulangan Nawawi dari
kawasan pantai Tanara. Beliau mengajar di desanya itu selama tiga tahun
38
Asep Muhammad Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur "an: Hubungan Antal"Ggama
Menurut Syaikh Nawmvi Hanten (Jakarta: TERAJU, 2004), cet. ke-1, h. 53.
104
pusat dunia Islam dengan membawa ilmu keagamaan yang luas menjadi daya
tarik bagi pemuda di desanya untuk belajar di kepadanva. Tidak ada aktivitas
lain yang dilaporkan tentang Nawawi muda ini selain belajar dan mengajar
selama dua dekade ini. Pada saat inilah Nawawi mempunyai peluang untuk
°
Nawawi merasa tidak betah. 4 Kemudian, sekitar tahun 1855 M, beliau
sana. 42 Sebab, beliau hid up dalam periode yang diwarnai dengan intervensi
39
Abdurrahman Mas'ud, Dari Haramain Ke Nusantara: Jejak Jntelektual Arsitek Pesantren
(Jakarta: Kencana, 2006). ed. ke-1, cet. ke-1, h. 112-113.
'° Chaidar, Sejarah Pu}angga Islam SYECH NAWAWJ ALBANTENI Indonesia (Jakarta: CV.
Sarana Utama, 1978), h. 30-31.
41
Carl Brockelmann~ "Al-Nawawi, Muhammad b. 'Urnar b. 'Arabi Al-Jawi," dalam The
Encyclopedia <if Islam, New Edition, Vol. VII (New York: EJ. Brill, 1993), h. 1040.
42
Mas'ud, Dari Haramain Ke Nusantara. h.113.
105
.!awa di satu sisi, dan munculnya jati diri dan penghargaan di kalangan
43
penduduk yang "tertindas" di sisi lain.
Mekkah untuk berhaji ternyata lebih besar dibanding mereka yang kembali ke
tanah air mereka. Pada periode antara tahun 1853-1858, misalnya,jumlah haji
yang kembali dari Mekkah kurang dari setengah jumlah mereka yang
berangkat haji. Sejumlah alasan bisa menjelaskan data ini seperti banyaknya
demikian, penjelasan terbaik yang bisa diberikan untuk perbedaan ini adalah
tinggal mereka di Kota Suci dan banyak dari mereka menetap secara
. 44
permanen d1 sana.
Nawawi di Mekkah:
I. Biasa bagi orang seperti Nawawi untuk pergi ke Mekkah dengan tujuan
menetap di sana.
mewujudkan tujuannya.
43
Ibid., h. 114
44
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning. Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995), h.
49-50.
106
3. Beliau ingin menjaga sebuah tradisi panjang yang dimulai sejak periode
salah satu murid yang terpandang di Masjid al-Haram. Ketika Syekh Ahmad
Khatib Sambas, guru beliau, uzur menjadi Imam Masjid al-Haram, beliau
ditunjuk menggantikannya. Sejak saat itulah beliau menjadi Imam Masjid al-
muridnya. 47
Bagi Nawawi, seharusnya dunia ini diisi oleh lebih banyak guru dan
lainnya adalah hamaj (seekor lalat kecil). Sebagai seorang pendidik, beliau
adalah orang yang penuh cinta, penyabar, dan penyayang. Sebaliknya, jika
tidak demikian, beliau tidak memiliki begitu banyak murid di luar negeri.
45
Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur 'an, h. 54.
46
Heri Sucipto, "Syaikh al-Nawmvi a/-Bantani a/-jawi(l): Guru Para Ulama Indonesia,"
artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://m11slimdell\.nl/titian-ilmu/biografi/syaikh-nawawi-al-
bantani-al-jawi- J-guru-para-ulama-indonesia
47
Ibid.
107
Dalam situasi di mana murid bebas memilih guru yang mereka inginkan,
48
murid-muridnya berjumlah tidak kurang dari 200 orar.g. Abdul Sattar al-
orang murid."49
berasal dari Jawa, terutama Jawa Barat dan Banten. Hal ini berkaitan dengan
ikatan kedaerahan pada masa itu yang cukup kuat di antara Muslim asal
Nusantara. Pada masa itu, seorang murid biasanya cenderung untuk belajar
!ni berarti bahwa jumlah keseluruhan muridnya sekitar 3000 muslim yang
sebagian besar dari negara asalnya itu. Ketika Nawawi mengaja~, khususnya
48
Mas'ud, Dari Haran1ain Ke Nusantara, h.122~123.
49
Alex Susilo Wijoyo, "Syaikh Nawawi ofBanten: Text, Authority, and Gloss Traditionai,"
(PhD dissertation, Columbia University, 1997), h. 78.
50
Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur'an, h. 57.
51
Mas'ud, Dari Haramain Ke Nusantara, h. 123.
108
kerabat Nawawi yang juga asal Tanara; Haji Arsyad bin Alwan, juga dari
Tanara; Haji Arsyad, anak Imam As'ad Banten, yang menjadi pembimbing
haji di saat musim haji tiba; Haji Tubagus Muhammad Asnawi Caringin; Haji
Idrus Caringin, yang ahli hadits dan pengikut tarekat Qadariyah atas
bimbingan Syekh Abdul Karim Banten; dan Abdullah, saudara Nawawi yang
Jawa Barat. Murid yang datang dari wilayah ini adalah: Kyai Haji
Hasan Mustafa dari Garut, penulis Sunda terkemuka pada awal abad dua
yang mempunyai Hubungan dekat dengan Snouck Hurgronje; Haji Arsyad bin
Alami dari Sukapakir, Bandung; Haji Zakaria dari Jumbrung, Cipaganti; Haji
Khalil dari Kampung Lembur Tengah, Cianjur; Haji Anwar bin Kyai
Gandaria dari Jangarang, Cianjur; Haji Muhammad Salih bin Ithhar dari
52
Alex Susilo Wijoyo, "Syaikh Nawawi ofBanten," h. 80-88.
109
diberi nama; dan Haji Zainal Muttaqin bin Kyai Kadu Gede, yang mengasuh
Jawa Tengah. Murid paling penting dari wilayah ini adalah Kyai Haji
Jawa Timur. Murid paling terkemuka dari wilayah ini adalah: Kyai
kemudian dikenal sebagai salah satu pendiri Nahdatul Ulama; Kyai Haji
(Madura), yang menarik banyak santri dari Jawa Barat. Ia dikenal atas
dalam bahasa Jawa 'Awamil karya Jurjani, sebuah kitab tata bahasa Arab yang
aimya, Indonesia, bahkan rela meninggalkan keluarga dan orang tuanya untuk
pergi ke Mekkah, yang niat awalnya adalah menunaikan ibadah haji, namun
110
karena melihat sistem belajar dan mengajar di sana berbeda dengan yang ada
di Indonesia, membuat bulat tekadnya untuk menetap di sana. Selain itu, ada
tekanan dari Koloni Belanda membuat tekadnya semakin bulat untuk menetap
di sana.
banyak muridnya yang berasal dari Mekkah maupun Juar Mekkah. Bahkan,
hadir tidak kurang dari 200 orang. Dari kebanyakan muridnya berasal dari
Jawa, terutama Jawa Barat dan Banten. Karena saat itu ada ikatan yang kuat
untuk belajar kepada guru yang berasal dari daerah yang sama dengannya.
sehari, dari pukul setengah delapan pagi sampai sekitar pukul dua betas siang.
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menghargai ilmu pengetahuan dan lebih
2. Mengarang Kitab
dalam menulis buku. Akibatnya, beliau tidak memiliki waktu lagi untuk
dikenal sebagai ulama dan pemikir yang memiliki pandangan dan pendirian
yang khas. Syekh Nawawi amat konsisten dan berkomitmen kuat bagi
Tetapi, itu tak berarti beliau kooperatif dengan mereka. Syekh Nawawi tetap
lebih suka memberikan perhatian kepada dunia ilmu dan para anak didiknya
serta aktivitas dalam rangka menegakkan kebenaran dan agama Allah SWT. 53
Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, dan lain-lai11. Tetapi, guru yang
setengah delapan pagi sampai sekitar pukul dua be/as siang, ia memberikan
. kal'1 pengapan.
t1ga .. .. .,54
yang beliau tulis ini dapat dijadikan bukti bahwa memang Syekh Nawawi
Tokoh asal Tanara ini merupakan penulis kitab yang lebih condong
Karim Jilli, dan lain-lain, tetapi lebih condong kepada tasawuf ajaran Al-
telah nyata mazhabnya yaitu pengikut Ahli Sunnah wal Jama 'ah dan mazhab
Syafi'i.~ 6
(komentar) atas berbagai kitab yang ditulis para ulama lain dalam bidang
ushuluddin, jiqh, dan tasawuf. Selain itu, beliau juga menulis karyanya di
bidang Tafsir Al-Qur'an, yaitu Tafsir Marah Labid atau populer disebut
mengungkap bahwa tafsir ini menduduki tempat teratas dalam daftar karya
Nawawi yang dipakai pada kurikulum pesantren, yakni pada urutan kedua
setelah Tijan al-Darari, karya lain Nawawi tentang doktrin Islam. Pada situasi
di mana tafsir belum dianggap sebagai subjek yang penting pada kurikulum
pesantren, Marah Labid muncul pada urutan kedua dalam tafsir Al-Qur'an
yang banyak digunakan, di bawah tafsir karya Al-Jalalayn dan di atas tafsir
penghargaan dari para ulama Mekkah dan Mesir. Ketika selesai menulis
naskahnya hari Selasa malam Rabu (5 Rabiul Akhir 1305 H), beliau
kemudian setelah itu diteliti pula oieh ulama-ulama MP,sir, untuk kemudian di
cetak. Di Mesir, para ulama memberikan gelar kepadanya "Sayyid 'Ulama al-
57
Wijoyo, "Syaikh Nawawi of Ban ten."
58
Ibid.. h. 109.
114
Hijaz" (Pemimpin Ulama Hijaz). 59 Beliau tennasuk salah satu dari sedikit
adalah KH. Ihsan Jampes (Kediri, Jatim) melalui karya ulasan (syarh) atas
kitab Imam al-Ghazali, Minhaj al- 'Abidin dan KH. Mahfudh at-Turmusi
dan luas sekali, mulai dari ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu fiqih,
ilmu tauhid, ilmu akhlak, ilmu tasawuf dan ilmu bahasa. Hampir semua
ushul al-din (dogma Islam), tasawuf (mistisme Islam), biografi Nabi, tata
59
Didin Hafidhuddin, "Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Imam Muhammad Nawawi
Tanara," dalam Ahmad Rifa'i Hasan, Warisan Intelektual lslan1 Indonesia Telaah Atas Karya~karya
Klasik (Jakarta: Mizan, 1987), eel. ke-1, h. 44.
60
l-fusein Muhammad, Fiqh Peretnpuan: Rejleksi Kiai atas Wacana Agan1a dan Gender
(Yog)•akarta: LKiS, 2002), cet. ke-3, h. 172.
61
Hafidhuddin, "Tinjauan Atas Ta/sir al-Munir, " h. 43-44.
62
Muhammad, Fiqh Pere1npuan, h. 173.
63
Brocke!mann, "Al-Nawawi," ,h. 1040-1041.
114
Hijaz" (Pemimpin Ulama Hijaz). 59 Beliau tennasuk salah satu dari sedikit
adalah KH. Ihsan Jampes (Kediri, Jatim) melalui karya ulasan (syarh) atas
kitab Imam al-Ghazali, Minhaj al- 'Abidin dan KH. Mahfudh at-Turmusi
dan luas sekali, mulai dari ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu fiqih,
ilmu tauhid, ilmu akhlak, ilmu tasawuf dan ilmu bahasa. Hampir semua
ushul al-din (dogma Islam), tasawuf (mistisme Islam), biografi Nabi, tata
59
Didin Hafidhuddin. HTinjauan Atas Tqfsir al~Munir Karya Imam Muhammad Nawawi
Tanara," dalam Ahmad Rifa'i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia Telaah Atas Karya-karya
Klasik (Jakarta: Mizan, 1987), cet. ke-1, h. 44.
60
Husein Muhammad. Fiqh Perempuan: Rejleksi Kiai alas Wacana Agama dan Gender
(Yog;•akarta: LKiS, 2002), cet. ke-3, h. 172.
61
Hafidhuddin, "Tinjauan Atas Tafsir al-Munir," h. 43~44.
62
Muhammad, Fiqh Perernpuan, h. 173.
63
Brockelmann, "Al-Nawawi," ,h. 1040-1041.
115
menunjukkan bahwa dari tiga puluh sembilan karya Nawawi, delapan karya
Hilyar al-Sibyan, dan Dzari'at al-Yaqin, dicetak dua kali selama peride
Arab, terbit tiga kali pada periode itu. Karya-karya ini tidak mengalami cetak
ulang setelah selesai tahun 1900 dan barangkali tidak pemah sampai ke
bahwa kitab-kitab Nawawi yang sering dibaca antara lain: Ats-Tsimnr al-
Uqud al-Lujain. Seiain itu, masih ada kitab lainnya, seperti Nur adh-Dhalam,
tanpa catatan kaki dan bahkan daftar referensi seperti itu memang telah lazim
dalam karya-karya tulis yang berkembang pada masa itu. Oleh karena itu,
dibaca dan dipahami secara literal. Sikap kritis dan rasional dalam pola
ini dalam tulisan beliau sangat kuat. Dua hal inilah agaknya yang
68
Ibid.. h. 173.
69
Ibid.. h. 173-174.
118
terjadi perubahan besar dalam kehidupan sosial dewasa ini. Namun, secara
umum, sampai hari ini masyarakat pesantren yang sering diidentikkan dengan
kaum tradisional itu, masih memberikan apresiasi yang tinggi terhadap karya-
karya Syekh Nawawi ini. Mereka juga sangat menghindari kritisisasi atas
70
karya-karyanya.
yang tekun, menulis, gigih pendiriannya, memiliki otak yang cerdas, narnun
tetap rendah hati. Ini terlihat dari jumlah karangannya yang mencapai ratusan,
selarna 15 tahun sebelum wafatnya dengan beragam disiplin ilmu yang beliau
ilmu tersebut, mulai dari fiqh, tauhid, nahwu, tata bahasa Arab, hingga beliau
'Ulama al-Hijaz ". Dengan karya-karyanya itulah yang membuat nama beliau
JO Ibid., h. 174.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
menyimpulkan bahwa Syekh Nawawi merupakan sosok da'i yang memiliki konsep
tentang pengertian dakwah, sasaran dakwah, metodologi dakwah dan amar ma 'ruf
nahi munkar yang sistemik. Sistematika konsep dakwah beliau secara lengkap
adalah:
3. Sasaran dakwah.
4. Metodologi dakwah.
Keem pat konsep dakwah terse but saling berkesinambungan, yaitu dakwah
yang menurut beliau adalah tauhid sangat berkaitan erat dengan upaya melakukan
amar ma 'rt{f nahi munkar kepada sasaran dakwahnya, baik itu orang-orang kafir agar
tenttmya dengan menggunakan salah satu dari ketiga metode dakwahnya, yaitu
dakwahnya yaitu dengan mengajar dan menulis kitab. Secara rinci akan dijelaskan
sebagai berikut:
120
2. Menulis kitab merupakan dakwah bi al-Qalam, hasil karyanya ini ditujukan untuk
B. Saran
1. Para da' i agar berdakwah dengan lebih mengutarnakan kepada tauhid dan
menegakkan amar ma 'ruf nahi munkar dengan metode yang disesuaikan dengan
sasaran dakwah yang dlhadapi. Selain itu, para da'i dapat mencontoh sosok beliau
yang tidak hanya pandai berdakwah bi al-Lisan, tetapi juga berdakwah bi al-
Hikmah.
2. Lembaga Dakwah, seperti FPI (Front Pembcla Islam), HT! (Hizbut Tahrir
Indonesia), dan lain sebagainya, agar melakukan amar ma'ruf nahi munkar
dengan benar sesuai dengan konsep dakwah beliau yang tidak menginginkan
menjadi wadah yang bisa melahirkan tokoh Rijalu Da 'wah yang bisa menegakkan
4 Para sarjana dakwah agar bisa menjadi tokoh yang tidak hanya intelek, tetapi bisa
Al-Audah, Salman dan Ilahi, Fadli. Amar Ma 'ruf Nahi Munkar. Penerjemah
Rakhmat dan Abdul Rosyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993.
Ari fin, Agus Zainal. "Syaikh Nawawi al-Bantani (2-3) Syaikh Nawawi al-Bantani al-
Jawi (2): Karya dan Karomahnya." Artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari
http://sabrial.wordpress.com/syaikh-nawawi-al-bantani I
Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tare/rat. Bandung: Mizan,
1995.
Machfoeld, Ki Moesa A. dan Ismail, Nawari (ed). Filsafat Dakwah llmu Dakwah
dan Penerapannya. Jakarta: Bulan Bintang, 2004.
Muhammad, Husein. Fiqh Perempuan : Rej/eksi Kiai atas Wacana Agama dan
Gender. Yogyakarta: LKiS, 2002.
"Napak Ti/as Syeh Nawawi al-Bantan." Artikel diakses pada 16 Febniari 2008 dari
http://madnor2007.blogspot.com/2007I1 O/napak-ti las-syeh-nawawi-al-
bantan i. html
-------· --------. Kifayah al-Atqiya' wa Minhaj al-Ashfiya ·. Indonesia: Daar lhya al-
Kutub al-' Arabiyyah, tth.
123
------------------. Qathr al-Ghaits fl al-Masa 'ii Abi al-Laits. Indonesia: Daar Ihya al-
Kutub al-' Arabiyyah, tth.
------------------. Salalim al-Fudhala. Penerjemah Nasrullah dan Zainal Ari fin Yahya.
Jakarta: Pustaka Mampir, 2006.
Sasono, Adi. Solusi Islam Atas Problematika Umat Elwnomi; Pendidikan dan
Dakwah. Jakarta: Gema lnsani Press, I 998.
Shaleh, Abdul Rasyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Sucipto, Heri. "Syaikh al-Nawawi al-Bantani al-Jawi (I): Guru Para Ulama
Indonesia." Artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari
http ://must imdel ft.n l/tiiian-i lmu/biografi/syaikh-nawawi-al-bantan i-al-j awi- J-
guru-para-ulama-indonesia
Suparta, Munzier dan Hefni, Harjani (ed). Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.
Susanto,Musyrifah. "Huruf Arab Melayu dan Karya Tulis di Indonesia ". Laporan
Penelitian Fakultas Ushuluddim dan Filsafat, lnstitut Agama Islam Negeri
Jakarta, 1994
Syafe'i, Rachmat. Al-Hadits, Aqidah, Akh/ak, Sosial, dan Hukum. Bandung: Pusaka
Setia, 2003.
"Syekh Nawawi al-Bantani." Artikel diakses pada 24 Januari 2008 dari http://
daniel ibrania.blogspot.corn/28/0 l/syekh-nawawi-al-bantani-syekh-
nawawi.html
Taymiyah, lbnu. Amar Ma'ruf Nahi Munkar; Mengajak Kepada Kebaikan dan
Mencegah Keburukan. Penerjemah Penerbit Aras Pustaka Jakarta. Jakarta:
Aras Pustaka, 1999.
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan karya Rmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance), 2007.
Usmani, Ahmad Rofi'. "Kiainya Para Kiai Terkemuka di Indonesia,," artikel diakses
pada 24 Januari · 2008 dari ht!R;.
//www.rumahdunia.net/wmprint.php?ArtID= I 077
Wijoyo, Alex Susilo. "Syaikh Nawawi ofBanten: Text, Authority, and Gloss
Traditional." PhD dissertation, Columbia University, 1997.
Kepada Yth.
Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Dasen Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jusan:
'kan
tua Jurusan KPI
l!as Dakwah dan Komunikasi
/