Anda di halaman 1dari 146

RIWAYAT ISRĀĪLIYYĀT; STUDI BUKU KISAH

TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA IZZAH


ANNISA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Penyusun:
Oleh :
Shivi Mala Ghummiah
11170340000015

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/ 1443 H

i
ii

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :
Shivi Mala Ghummiah
NIM 11170340000015

Pembimbing

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA


NIP. 19560221196021001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/ 1443 H
iii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul RIWAYAT ISRĀĪLIYYĀT; STUDI BUKU


KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA IZZAH
ANNISA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 26 Oktober 2021
Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag dcFahrizal Mahdi, Lc., MIRKH


NIP. 19740510 200501 1 009 NIP. 19820816 21503 1 004

Anggota,
Penguji I, Penguji II,

Dr. M. Suryadinata, M.A.


Maulana, MA.
NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 1965027 199903 1 001

Pembimbing,

Vľ Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA


NIP. 19560221 199602 1 001

iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Shivi Mala Ghummiah


Nim : 11170340000015
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Riwayat Isrāīliyyāt; Studi Buku Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul Karya Izzah Annisa
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Riwayat
Isrāīliyyāt; Studi Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul Karya Izzah
Annisa” merupakan karya asli penulis yang dapat dipertanggung
jawabkan. Skripsi ini bukan hasil plagiasi maupun jiplakan dari karya
orang lain. Adapun sumber-sember yang dipakai dalam skripsi ini, telah
dicantumkan sebagaimana mestinya. Jika suatu hari ditemukan bukti
bahwa karya ini adalah hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
penulis bersedia mendapatkan sanksi dari pihak yang bersangkutan.

Lamongan, 28 Juli, 2021


Penulis

Shivi Mala Ghummiah

v
vi
ABSTRAK
SHIVI MALA GHUMMIAH, Nim 11170340000015.
“Riwayat Isrāīliyyāt Studi Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
Karya IzzahAnnisa’”
Kisah para nabi merupakan salah satu elemen penting dalam
ajaran Islam. Dalam kisah para nabi terdapat berbagai macam teladan
bagi umat Islam. Namun, bayang-bayang riwayat isrāīliyyāt masih sulit
dilepaskan dari topik tentang kisah para nabi sehingga perlu ditelaah
lebih lanjut tentang keabsahan kisah yang beredar di masyarakat.
Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk menelaah sumber dari
kisah-kisah yang tertulis dalam buku tersebut guna mengetahui infiltrasi
riwayat isrāīliyyāt yang mencemari buku kisah para Nabi. Beberapa
kisah yang disorot dalam penelitian ini adalah kisah dua anak Nabi
Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud dan Ja>lu>t,
dan kisah Nabi Isa.
Penelitian ini menggunakan metode Library Research atau
penelitian kepustakaan. Dalam sebuah penelitian, terdapat sumber-
sumber yang terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Adapun
sumber primer dalam penelitian ini adalah al-Qur’an, buku “Kisah
teladan 25 Nabi dan Rasul”, dan kitab Tafsir. Sedangkan sumber-
sumber sekunder beradal dari jurnal, skripsi, tesis, wawancara kepada
penulis buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” dan buku-buku yang
mendukung penelitian ini.
Analisis riwayat isrāīliyyāt pada buku “Kisah Teladan 25 Nabi
dan Rasul” menemukan hasil bahwa dalam buku tersebut, terdapat
kontaminasi riwayat isrāīliyyāt pada kisah dua anak Nabi Adam, kisah
Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud, dan kisah Nabi Isa. Hal
ini didapat setelah mencari ayat-ayat yang terkait dengan kisah, mencari
riwayat isrāīliyyāt dalam kitab-kitab tafsir, mencari argumen yang
menguatkan bahwa kisah tersebut bersumber dari riwayat isrāīliyyāt,
kemudian memastikan keberadaan kisah yang tercemar riwayat
isrāīliyyāt tersebut dalam buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”.

Kata Kunci : Kisah, Riwayat Isrāīliyyāt, Buku Kisah Teladan 25 Nabi


dan Rasul.

vii
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillāhi rabb al-‘ālamīn
Puji syukur tidak henti-hentinya tercurahkan kepada Allah SWT.
Atas segala bentuk nikmat yang telah diberikan-Nya pada kehidupan
umat manusia. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
hidayah, taufiq, dan rahmān rahīm-Nya sehingga penulis bisa
mengenyam pendidikan jenjang S1 hingga akhir dan menyelesaikan
penelitian skripsi sebagai jalan menuju kelulusan. Semoga keberkahan
ilmu senantiasa melekat pada hidup penulis.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, tauladan seluruh umat manusia, pembawa ajaran
yang mulia yaitu agama Islam. Beliaulah motivator untuk terus
mempelajari serta menelaah lebih dalam ajaran Islam dalam berbagai
macam cabangnya. Semoga selalu mengalir syafaat beliau kepada
penulis dan seluruh umat muslim.
Menyelesaikan pendidikan sarjana adalah salah satu impian
penulis sejak kecil. Masa sekolah dan pesantren penulis jalani dengan
sungguh-sungguh agar dapat mencapai jenjang ini, dan Alhamdulillah,
kesempatan itu ada dan penulis manfaatkan pula dengan baik hingga
masa akhir studi, penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul
“Analisis Riwayat Isrāīliyyāt pada Buku ‘Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul’” yang penulis ajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) dari Fakultas Ushuluddin,
Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Dalam menjalani masa studi dari awal hingga penulisan skripsi,
tidak lepas dari dukungan dan arahan berbagai pihak. Oleh karena itu,

ix
x

dengan besar hati, penulis ucapkan terima kasih terhadap beberapa


pihak berikut ini :
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A,
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin
yang telah memberi kesempatan dan arahan dalam
melaksanakan perkuliahan di fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., Ketua Prodi Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak arahan dan motivasi terkait penulisan
skripsi.
4. Bapak Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, Sekretaris Prodi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Uin Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan kemudahan dalam hal administrasi kepada penulis.
5. Bapak Dr. Ahsin Sakho Muhammad ibn Asyrofuddin, MA.,
dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi penulis
yang telah meluangkan waktu, membagi ilmu dan memberi
arahan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.
6. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA, dosen konsultasi penulis
yang telah memberi masukan dalam penulisan proposal skripsi
penulis.
7. Bapak/Ibu Segenap dosen Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang
telah membagikan ilmu, pengalaman, dan motivasi kepada
penulis baik dalam proses belajar mengajar maupun di luar
proses belajar mengajar. Semoga menjadi amal jariyah beliau
dan bermanfaat bagi banyak orang.
xi

8. Ibu Izzah Annisa, selaku penulis buku Kisah Teladan 25 Nabi


dan Rasul, yang telah menyambut baik penelitian penulis
terhadap buku karya beliau. Semoga senantiasa menghasilkan
karya-karya yang bermanfaat.
9. Teman-teman penulis di Lamongan, yang telah memberikan
semangat, motivasi, dan menjadi teman diskusi selama masa
penulisan skripsi. Khususnya kepada Nayla, Nisak, Izza, Lia,
Ria Echek, Reza, Ari, Luthfi, Fida, dan lain-lain. Jazakumullah.
10. Teman-teman IAT 2017 yang telah menemani penulis sejak
proses perkuliahan. Terima kasih banyak untuk Shinta, Zahro,
Jara, Ayu, Dea dan Nani yang senantiasa menjadi kawan diskusi
dan berproses bersama dalam melaksanakan penulisan skripsi.
11. Teman-teman Pesantren Luhur Sabilussalam; terutama teruntuk
Mbak Luluk, Ainun, Malika, Nizam, Iqbal, Mbak Umi, yang
sering menjadi tempat berkeluh kesah. Terima kasih supportnya.
Lemah teles, Allah sing bales.
12. Teman-teman lain dari berbagai organisasi dan komunitas,
diantaranya FORMALA (Forum Mahasiswa Lamongan), CIB
(Club Informasi Beasiswa), FLP (Forum Lingkar Pena) Ciputat,
Helpnona, IPNU-IPPNU ranting Karangrejo, PAC IPNU-
IPPNU Karang Geneng, dan lain-lain. Terima kasih telah
memberi banyak pengalaman kepada penulis.
Penulisan skripsi ini juga tidak akan berjalan lancar tanpa
dukungan dan doa dari keluarga besar penulis, khususnya orang tua
penulis, yakni Bapak Samsul Hadi dan Ibu Umu Wahidah. Pun,
untuk Adik Muhammad Kafin Maulana dan Adik Salma Salsabila
xii

yang senantiasa mendoakan dan menemani penulis dalam


pengerjaan skripsi.
Akhirnya, sekali lagi, penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di Fakultas
Ushuluddin, Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah memberi balasan atas kebaikan
pihak-pihak terkait, dan semoga skripsi yang telah penulis tulis
dapat memberi manfaat pada diri sendiri maupun orang lain yang
membaca. Amin.

Lamongan, 20 Agustus 2021


Penulis,

Shivi Mala Ghummiah


NIM 11170340000015
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................ix


DAFTAR ISI .................................................................................. xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Permasalahan ......................................................................... 16
1. Identifikasi Masalah ............................................................ 16
2. Pembatasan Masalah ........................................................... 17
3. Perumusan Masalah ............................................................ 17
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 17
1. Tujuan Penelitian ................................................................ 17
2. Manfaat Penelitian .............................................................. 18
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 18
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 25
1. Jenis Penelitian ................................................................... 25
2. Sumber Data ....................................................................... 26
3. Metode Pengumpulan Data ................................................ 26
4. Metode Analisis Data............................................................23
5. Teknik Penulisan...................................................................25
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 29
BAB II .............................................................................................. 31
TINJAUAN UMUM TENTANG ISRĀĪLIYYĀT ............................... 31
A. Pengertian Kisah Isrāīliyyāt. ................................................... 31
B. Kemunculan Isrāīliyyāt dalam Tafsir ..................................... 37
C. Macam-Macam dan Contoh Kisah Isrāīliyyāt ......................... 45
D. Dampak Riwayat Isrāīliyyāt Terhadap Islam .......................... 55
BAB III............................................................................................. 61
KISAH PARA NABI DALAM BUKU KISAH TELADAN 25 NABI
DAN RASUL” .................................................................................. 61
A. Data Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” ...................... 61
1. Profil Penulis ...................................................................... 61
2. Sinopsis Buku ..................................................................... 62
3. Identitas Buku ..................................................................... 64

xiii
xiv

B. Kisah Para Nabi dalam Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan


Rasul” ........................................................................................... 65
1. Kisah Dua Anak Nabi Adam ............................................... 65
2. Kisah Nabi Nuh dan Kapalnya ............................................ 67
3. Kisah Kesabaran Nabi Ayyub ............................................. 68
4. Kisah Nabi Daud dan Jalut .................................................. 69
5. Kisah Kenaikan Nabi Isa ..................................................... 70
BAB IV ............................................................................................ 73
ANALISIS RIWAYAT ISRĀĪLIYYĀT PADA BUKU KISAH
TELADAN 25 NABI DAN RASUL ................................................. 73
A. Analisis Riwayat Isrāīliyyāt buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul” ........................................................................................... 73
1. Kisah Dua Anak Nabi Adam ............................................... 73
2. Kisah Nabi Nuh dan Kapalnya ............................................ 85
3. Kisah Kesabaran Nabi Ayyub ............................................. 89
4. Kisah Nabi Daud dan Jalut .................................................. 98
5. Kisah Kenaikan Nabi Isa ................................................... 106
B. Pandangan Penulis Tentang Riwayat Isrāīliyyāt Pada Buku
“Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”............................................. 115
BAB V ............................................................................................ 119
PENUTUP ...................................................................................... 119
A. Kesimpulan .......................................................................... 119
B. Saran .................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 123
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang dipakai merupakan hasil
keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan Nomor
0543b/U/1987
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Huruf Arab Huruf Latin Nama

‫ا‬ Tidak dilambangkan

‫ب‬ b be

‫ت‬ t te

‫ث‬ ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ j je

‫ح‬ ḥ ha ( dengan titik di bawah)

‫خ‬ kh ka dan ha

‫د‬ d de

‫ذ‬ ż zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ r er

‫ز‬ z zet

‫س‬ s
es

xv
xvi

‫ش‬ sy es dan ye

‫ص‬ ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ ḍ de (dengan titik di bawah)

‫ط‬ ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘ apostrof terbalik

‫غ‬ g ge

‫ف‬ F ef

‫ق‬ q qi

‫ك‬ k ka

‫ل‬ l el

‫م‬ m em

‫ن‬ n en

‫و‬ w we

‫ه‬ h ha

‫ء‬ ̓ apostrof

‫ي‬ y ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda ( ̓ ).
xvii

B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut juga dengan diftong. Untuk
vokal tunggal sebagai berikut :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ a Fathah

َ i Kasrah

َ u Dammah

Adapun vokal rangkap, sebagai berikut :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫َى‬ ai a dan i

َ‫و‬ au
a dan u

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang


(mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

‫َا‬ ā a dengan topi di atas

ْ‫اِي‬ ī i dengan topi di atas

ْ‫اُو‬ ū u dengan topi di atas

C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“ yang diikuti huruf
syamsiyah dan qamariyah.
xviii

Al-Qamariyah ْْ‫اَل ُمنِي‬ Al-Munīr


Al-Syamsyiyah ‫ال ِر َجال‬ Al-Rijāl

D. Syaddah (Tasydid)

Dalam bahasa Arab, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan ‫ﹽ‬


ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu
:

Al-Qamariyah ُ‫اَل ُق َّوْة‬ Al-Quwwah

Al-Syamsyiyah ُ‫اَلض َُّروَرْة‬ Al-Ḍarūrah

E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta’ marbūṭah ada dua macam, yaitu ta marbūṭah
yang hidap atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dhammah,
transliterasinya adalah [t]. sedangkan ta marbūṭah yang mati atau
mendapat sarakat sukun, transliterasinya adalah [h]. kalau pada kata
yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang al- serta bacaan yang kedua kata itu terpisah, maka ta
marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf, awal nama, tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Jika
nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata
sandangnya. Contoh : Abu> Ha>mi>d, Al-Ghazali>, dan Al-Kindi>.
xix

Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang


berasal dari Indonesia sendiri, disarankan untuk tidak dialih-aksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-palimbani, tidak “Abd Al-Samad Al-Palimba>ni>.
Nuruddin Al-raniri, tidak Nu>r Al-Di>n Al-Rani>ri>.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa


Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,


istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.
Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam
tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di
atas. Misalnya kata al-Qur’an (dari al-qur’a>n), Sunnah, khusus dan
umum. Bila harus ditransliterasi, maka secara utuh, contoh : Fī Ẓilāl al-
Qur’ān dan Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā khuṣūṣ al-sabab.
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menyampaikan ajarannya dengan berbagai bentuk.
Ayat-ayat al-Qur’an sebagian berbentuk perintah dan larangan sebagai
suatu ajaran dan pedoman bagi umat Muslim. Sebagian merupakan ayat
yang berbentuk perumpamaan (tamṡīl), dan sebagian lain adalah ayat-
ayat yang berbentuk kisah.
Dalam al-Qur’an, ayat-ayat kisah memiliki posisi yang penting
dalam penyampaian ajaran dari Allah SWT untuk umat manusia.
Menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Nihāyah al-Zain Fī
Irsyād al-Mubtadīn menyebutkan bahwa jumlah ayat kisah dan kabar-
kabar (al-Qaṣhaṣ wa al-Akhbār) adalah seribu ayat. Begitu juga menurut
pandangan Al-Zuhaily dalam al-Tafsīr al-Munīr Fi al-‘Aqīdah wa al-
Syarī’ah wa al-Manhāj mengatakan bahwa ayat kisah dalam al-Qur’an
berjumlah seribu ayat.1 Meskipun terdapat berbagai pendapat mengenai
jumlah ayat dalam al-Qur’an, tidak dapat dipungkiri bahwa ayat-ayat
tentang kisah menempati bagian yang besar dalam al-Qur’an. Kisah
tidak akan lekang oleh masa, sehingga akan dirasakan manfaatnya dan
diambil pelajarannya hingga masa kini dan masa depan.
Kisah al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal iḥwal
umat yang telah lalu, cerita kenabian yang terdahulu dan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. al-Qur’an banyak memberikan

1
Zaenal Arifin M, “Mengenal Jumlah Hitungan Ayat dalam Al-Qur’an”,
2013. Diakses, Minggu, 17 Januari 2021, pukul 16.18.
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/246-mengenal-jumlah-hitungan-ayat-dalam-al-
qur-an

1
2

keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,


keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. al-Qur’an
menceritakan kisah-kisah dengan cara yang sangat menarik dan
memesona.2
Kisah adalah salah satu media yang menarik untuk menyampaikan
nasihat. Nasihat yang disampaikan dalam bentuk kisah akan
memberikan perhatian dan kesan pada hati pendengarnya. Dan pada
gilirannya, nasihat dan pelajaran yang tersirat pada kisah-kisah akan
tersampaikan pada pembaca atau pendengarnya.
Dalam dunia pendidikan, metode kisah, menurut al-Abrāsyi
merupakan metode untuk pendidikan akhlak. 3 Hal ini bisa dibuktikan
dengan banyaknya penggunaan kisah sebagai bahan ajar agar para
pelajar senantiasa meneladani akhlak-akhlak baik para Nabi seperti
ketakwaan, kesabaran, kedermawanan, dan lain-lain. Selain daripada
itu, untuk mengetahui kecurangan dan kebatilan yang dilakukan oleh
penentang para Nabi pada masa dahulu.
Kisah dalam al-Qur’an juga mengandung seni yang dikemas
dengan menarik sebagai sarana membentuk kepribadian umat Islam
serta untuk memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada umat Islam.
Oleh sebab itu, Data dan fakta sangat diperlukan dalam menyampaikan
kisah-kisah; baik kisah para nabi maupun umat-umat terdahulu agar
terhindar dari kebohongan.4

2
Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Mabāhīṡ fī Ulūm al- Qur’ān. Terj. Dr. Mudzakir
As (Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2013), 435.
3
Sehat Sulthoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Anak (Yogyakarta : CV.
Budi Utama, 2016), 205.
4
Sehat Sulthoni Dalimunthe, “Metode Kisah dalam Perspektif Al-Qur’an”.
JURNAL TARBIYAH. vol.23, no.2 (Juli-Desember 2016): 227.
3

Al-Qur’an mencantumkan banyak sekali kisah-kisah umat


terdahulu sebagai bentuk perhatian Islam terhadap besarnya pengaruh
kisah umat terdahulu pada kehidupan umat di masa yang akan datang.
Kisah bisa merasuk pada psikologis pembaca atau pendengar. Sehingga
berpengaruh pada kisah bisa menjadi metode yang istimewa dalam
memberikan nilai-nilai pendidikan pada pembaca atau pendengar. Kisah
akan memberikan visualisasi tentang tokoh serta situasi yang ada pada
kisah tersebut. Hal ini akan lebih membekas di benak pembaca atau
pendengar.5
Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu banyak terdapat pada
al-Qur’an sebagai pedoman dan pelajaran untuk umat di masa sekarang
dan masa yang akan datang. Sebagaimana firman Allah SWT pada QS.
Yūsūf /12 : 111 :

ْ‫ىْوٰل ِكن‬ ِ ‫ابْماْ َكا َن‬ ِِۗ ِ ِ ِ َ‫لَ َقدْ َكا َن ِِْفْق‬
َ ‫ْحدي ثًاْيُّف َ َٰت‬َ َ َ‫صص ِهمْع َْبةٌ ِّْلُ ِوِلْاّلَلب‬ َ
ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
‫ىْوَرْحَةًْلِ َقومْيُّؤمنُ و َنْْࣖ ۝‬
َّ ‫ْشيء َّْوُه ًد‬ َ َ‫تَصدي َقْالَّذيْب‬
َ ‫ْيْيَ َديه َْوتَفصي َلْ ُك ِِل‬

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi


orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya,
menjelaskan segala sesuatu dan (sebagai) petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yūsūf /12 : 111).6

Kitab-kitab terdahulu, yaitu Taurat dan Injil, banyak mengandung


kisah-kisah nabi dan umat terdahulu seperti apa yang dikisahkan dalam
al-Qur’an. Pengungkapan kisah-kisah nabi dalam al-Qur’an kebanyakan
menggunakan gaya bahasa yang global tanpa menyebutkan nama,

5
Mamik Rosita, “Membentuk Karakter Siswa Melalui Metode Kisah
Qur’ani”. FITRAH. vol.2, no.1 (Januari- Juni 2016): 59.
6
Al-Qur’an KEMENAG RI (Jakarta : Maghfirah Pustaka)
4

tempat atau alur kejadian dengan rinci. Hal ini berbeda dengan kitab-
kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil yang bisa memaparkan secara
rinci kejadian kisah-kisah terdahulu.7
Begitu juga tentang penafsiran Rasulullah terhadap ayat-ayat al-
Qur’an, nabi tidak menafsirkan keseluruhan ayat dalam al-Qur’an,
sehingga ijtihad sahabat diperlukan untuk memberikan pemahaman dan
penjelasan kepada umat muslim. Para sahabat menggunakan
kemampuan bahasa Arab dan pengetahuan mereka untuk dapat
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang belum dijelaskan secara rinci oleh
Rasulullah. Namun, pengetahuan sahabat yang terbatas terkadang
menyebabkan perbedaan pendapat dan kontaminasi pendapat ahli kitab
dalam memberikan penafsiran ayat al-Qur’an.8 Dalam hal ayat-ayat
kisah, tidak sedikit ayat- ayat yang tercampur dengan pendapat ahli kitab
yang lebih banyak memberi perincian mengenai kisah-kisah nabi dan
umat terdahulu sehingga riwayat ahli kitab-pun banyak dipakai oleh
para sahabat dan masuk pada tafsir-tafsir. Riwayat inilah yang kemudian
disebut dengan riwayat isrāīliyyāt.
Secara bahasa, kata isrāīliyyāt merupakan bentuk jamak yang
dinisbatkan pada kata Isrāīl yang berasal dari bahasa Ibrani. Isra berarti
hamba dan Īl berarti Tuhan. Jadi, kata Israil mempunyai arti hamba
Tuhan. Dalam sejarahnya, Israil merujuk pada Nabi Ya’qub ibn Ishaq
ibn Ibrahim, yang mana keturunannya yang berjumlah tiga belas orang

7
Ahmad Zarnuji, “Isrāīliyyāt dalam Menceritakan Kisah-Kisah Al-Qur’an”.
Fikri, vol.1, no.2 (Desember 2016): 451.
8
Abizal Muhammad Yati, “Pengaruh Kisah-Kisah Isrāīliyyāt terhadap Materi
Dakwah”. Jurnal al-Bayan, vol.22, no.31.(Januari- Juni 2015): 3.
5

disebut sebagai bani Israil yang dinisbatkan kepada Yahudi. 9 Sebagian


ulama tafsir dan hadis memberi definisi isrāīliyyāt, yaitu cerita-cerita
lama yang direka dan dimasukkan pada tafsir dan hadis yang
disandarkan pada kaum Yahudi dan Nasrani. Bahkan sebagian ulama
lain berpendapat bahwa isrāīliyyāt adalah cerita yang dibuat-buat oleh
musuh Islam yang bertujuan untuk merusak akidah umat Islam. 10
Dalam perkembangannya, riwayat isrāīliyyāt mulai masuk dalam
penafsiran al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh pengambilan riwayat
mufasir tidak selalu dari orang-orang Islam. Riwayat isrāīliyyāt diambil
dari ucapan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dalam hal ini, terdapat
penekanan bahwa Yahudilah yang menjadi sumber utama periwayatan
isrāīliyyāt sebagaimana tercermin pada perkataan isrāīliyyāt itu
sendiri. 11 Selain itu, penjelasan al-Qur’an yang ringkas dalam
memaparkan kisah nabi serta rasulullah yang tidak menafsirkan semua
ayat al-Qur’an membuat para sahabat penasaran sehingga mereka pun
menanyakan kepada ahli kitab tentang kisah-kisah nabi dan umat
terdahulu berdasarkan apa yang mereka ketahui.
Dalam hal meminta pendapat Ahli Kitab mengenai kisah-kisah
nabi dan umat terdahulu, para sahabat berpegang pada sabda Rasulullah
:

9
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, terj. Didin
Hafidhuddin (Jakarta : PT. Litera AntarNusa, 1993), 8.
10
Mohd. Nazri Ahmad, Mohd Najib Abdul Kadir, “Isrāīliyyāt, Pengaruh
Dalam Kitab Tafsir”. (Kuala Lumpur : SANON PRINTING CORPORATION SDN
BHD, tth), 38.
11
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an. (Bandung : Mizan, 1995), 46.
6

ْ‫ْبلعِ َْبانِيَّ ِة َْويَُف ِِس ُروََنَا‬


ِْ ‫ْ َكا َنْأهلْالكتابْيقرؤونْالتَّوَرا َة‬:‫ال‬ َّ ‫ْهَري َرَة َْر ِض َي‬
َ ُ‫ْاَّلل‬
َ َ‫ْعنهُْق‬ ُ ‫َو َعنْأَِِب‬
ْ‫ص ِِدقُواْأَه َل‬ َ ُ‫ْ«َّل ْت‬:‫ْعلَيه َْو َسلَّ َم‬
ِ ‫ىْاَّلل‬
َ َُّ َّ‫ْصل‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫ْاَّلل‬ ُ ‫ال َْر ُس‬ ِ ‫ِبل َعربِيَّ ِة ِِْلَه ِل‬
َ ‫ْفَ َق‬.‫ْاْلس ََلِم‬ َ
ْ‫ي‬ ِ
ِْ ‫ْرَواهُْالبُ َخار‬.‫ة‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫وهم َْوْ(قُولُواْآمناْب ََّّلل َْوَماْأنزلْإلَي نَا»ْاْلي‬ ُ ُ‫الكتَاب َْوَّلْتُ َك ِذب‬
“Dari Abū Hurairah RA : Suatu hari, Ahli kitab membaca Taurat
dengan bahasa Ibrani, dan menafsirkannya dengan bahasa Arab
kepada orang-orang Islam. Maka Rasulullah SAW bersabda :
Jangan kalian benarkan pendapat Ahli Kitab dan jangan pula
kalian dustakan. Tetapi katakanlah, kami beriman kepada Allah
dan dengan apa yang telah diturunkan (kitab-kitab).”12
Perbedaan metode penyampaian al-Qur’an dengan Taurat dan
Injil tentang kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu mempengaruhi
penyerapan riwayat ahli kitab terhadap penafsiran al-Qur’an oleh para
sahabat. Pada zaman sahabat, ahli kitab juga menjadi salah satu sumber
penafsiran. Kisah-kisah yang penjelasannya masih musykīl, dijelaskan
rinci oleh ahli kitab yang memeluk Islam. Namun, para sahabat pun
tidak serta merta menelan mentah pendapat ahli kitab. Para sahabat lebih
dulu mengkaji dan meneliti pendapat ahli kitab sebelum disampaikan ke
umat muslim. Jika para ahli kitab memberikan cerita yang salah, para
sahabat akan membenarkannya. Sedangkan Cerita-cerita yang tidak
sesuai dengan akidah dan syariat Islam akan ditolak oleh para sahabat.
Kehati-hatian periode sahabat dalam menafsirkan ayat-ayat kisah adalah
untuk mencegah masuknya cerita isrāīliyyāt yang batil. 13
Dari masa ke masa setelah periode sahabat, mulai banyak masuk
riwayat isrāīliyyāt dalam penafsiran. Berawal dari banyaknya ahli kitab
yang masuk Islam pada masa tabiin dan para tabiin banyak mengambil

12
Abū Abdillāh Muḥammad ibn Ismāīl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Jilid 1,
(Kairo : Maṭba‘ah al-Salafiyah), 26.
13
Mohd. Nazri Ahmad dan Mohd Najib Abdul Kadir, Isrāīliyyāt, 44.
7

periwayatan cerita dari mereka tanpa seleksi yang seketat pada periode
sahabat. Tidak hanya sampai di situ, pengaruh riwayat isrāīliyyāt terus
berlanjut dan semakin membayang-bayangi proses awal pembukuan
tafsir.
Di antara penyebab banyaknya riwayat isrāīliyyāt yang masuk
dalam tafsir adalah pada masa pembukuan tafsir ada beberapa ulama
yang meringkas sanad hadis yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat
al-Qur’an. Beberapa ulama juga menukil pendapat mufasir tanpa
menyandarkan pada orang yang meriwayatkan.14 Hal yang demikian
menjadikan rancunya riwayat penafsiran, sehingga sulit diidentifikasi
kredibilitas riwayatnya. Dalam hal penafsiran ayat-ayat kisah, Perlu
kehati-hatian dan perhatian lebih untuk bisa menentukan status riwayat
penafsiran agar tidak terjerumus pada riwayat isrāīliyyāt yang tidak
sesuai dengan syariat agama Islam.
Adapun secara umum, kategori riwayat isrāīliyyāt terbagi menjadi
tiga macam, yaitu :
a. Riwayat isrāīliyyāt yang diketahui kebenarannya. Dalam hal ini,
riwayatnya dapat diterima.
b. Riwayat isrāīliyyāt yang diketahui merupakan sebuah
kebohongan. Riwayat yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam semacam ini tentu ditolak, kecuali apabila disertai dengan
menyebutkan status riwayatnya.
c. Riwayat isrāīliyyāt yang tidak diketahui status periwayatannya.
Hal ini menjadi perdebatan di antara beberapa ulama karena

14
Mohd. Nazri Ahmad, dan Mohd Najib Abdul Kadir, Isrāīliyyāt, 44.
8

tidak diketahui dalil yang menegaskan kebenaran atau


kebohongan riwayat tersebut.15
Kisah para nabi sudah sangat familiar di telinga masyarakat luas.
Sumber penyampaian kisah pun berbagai macam, di antaranya adalah
kitab-kitab tafsir, ceramah atau buku-buku kisah yang tersebar luas di
masyarakat. Beriringan dengan semakin berkembangnya media
pembelajaran, kisah para nabi dikemas dengan lebih simpel agar bisa
menarik perhatian anak-anak dalam belajar.
Kisah para nabi memiliki dua aspek penting, yaitu aspek dakwah
dan aspek pendidikan. Seiring perkembangan teknologi, selain ceramah
secara langsung seperti pada umumnya, pendakwah dan penceramah
pada zaman sekarang bisa menyampaikan kisah-kisah para nabi dalam
pidato atau di sosial media sehingga bisa didengar oleh lebih banyak
orang. Kanal YouTube, Instagram, Facebook dan banyak media sosial
lain bisa menampung kreativitas pendakwah dalam menyampaikan
ajaran agama, termasuk mengaungkan kisah para nabi dalam materi
dakwahnya.
Dalam aspek pendidikan, buku-buku berisikan kisah para nabi
membludak di pasaran dengan berbagai macam variasinya. Dengan
banyaknya buku-buku kisah yang dijual di pasar, toko buku, maupun e-
book, hal ini merupakan kemajuan yang pesat dalam dunia pendidikan,
terutama kaitannya dengan pendidikan anak. Sasaran penjualan buku
kisah para nabi mayoritas adalah anak-anak atau guru sebagai media
belajar-mengajar anak-anak. Bahkan buku kisah para nabi tergolong

15
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik al-Dākhīl fī al-Tafsīr, (Jakarta Selatan
: PT Qaf Media Kreativa, 2019), 138.
9

laris di pasaran sebab harganya yang terjangkau dan memuat pendidikan


dasar yang penting untuk anak-anak.
Industri penerbit buku anak terus berlomba untuk memberikan
versi terbaik dari bukunya. Buku kisah para nabi selalu bervariasi untuk
meningkatkan minat baca dan belajar anak-anak. Pemberian ilustrasi
dan warna-warna yang menarik serta pemakaian bahasa yang mudah
dimengerti menjadi nilai tambah untuk hadirnya buku-buku kisah nabi
sebagai sarana pembelajaran.
Zaman pembukuan kitab tafsir dan penulisan buku kisah 25 nabi
untuk anak-anak tentu terlampau jauh. Bisa dibayangkan, ketika zaman
pembukuan tafsir, gejolak masuknya isrāīliyyāt dalam tafsir sudah
mulai muncul dan mengontaminasi penafsiran, terutama pada bagian
kisah para nabi. Masuknya riwayat-riwayat isrāīliyyāt pada kitab-kitab
tafsir membuat riwayat tersebut semakin berkembang bebas dan susah
dikendalikan. Sedangkan keilmuan umat muslim dalam mendeteksi
riwayat isrāīliyyāt juga sangat terbatas.
Seiring berkembangnya zaman, kisah para nabi pun diangkat
dalam buku-buku cerita anak. Salah satu buku kisah para nabi yang
menarik perhatian penulis adalah buku berjudul “Kisah Teladan 25 Nabi
dan Rasul” karya Izzah Annisa. Dalam buku karya Izzah Annisa
tersebut, dilengkapi dengan konten-konten yang menarik seperti adanya
lembar aktivitas dan ilustrasi yang berbeda agar memudahkan pembaca
dalam memahami cerita sehingga diharapkan anak-anak yang membaca
buku tersebut bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah
para nabi, misalnya tentang kesabaran, kejujuran, ketaatan, keberanian
dan lain-lain. Menurut Izzah Annisa, buku kisah 25 nabi untuk anak-
anak masih sangat diminati pembaca di pasaran. Terbukti dengan
10

penjualan buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul yang cukup laris di
tengah banyaknya buku-buku lain yang sejenis. 16
Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul merupakan sebuah buku
yang menyajikan kisah-kisah para nabi agar dikenal dan dijadikan
teladan oleh anak-anak. Meneliti kisah para Nabi dari sisi dunia anak
sangat diperlukan untuk menjaga keotentikan kisah para nabi agar
terhindar dari kesalahan atau ketidak-telitian penyampai kisah.
Bayang-bayang riwayat isrāīliyyāt bukan hanya sampai pada kitab
tafsir. Lebih jauh, penulis mengkaji tendensi riwayat isrāīliyyāt yang
masuk pada buku kisah para nabi segmentasi anak, yaitu pada buku
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Izzah Annisa.
Tanpa mengurangi apresiasi penulis terhadap kepenulisan buku
kisah nabi sebagai bahan pembelajaran anak-anak, penulis merasa perlu
melakukan telaah terhadap bahan bacaan anak, khususnya pada buku
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul terkait riwayat isrāīliyyāt yang masuk
di dalamnya. Sebab tidak sedikit riwayat isrāīliyyāt yang tak kasat mata
sehingga terkadang sulit dibedakan dengan riwayat yang benar.
Hemat penulis, kisah para nabi yang dikenal anak-anak sedari
kecil akan dibawa hingga dewasa, maka perlu perhatian khusus agar
kisah yang disampaikan merupakan kisah yang benar, yang bersumber
dari al-Qur’an dan riwayat yang benar serta terhindar dari riwayat
isrāīliyyāt. Dengan menjaga orisinalitas kisah para nabi, hikmah dan
pelajaran yang terkandung dalam kisah tersebut-pun akan terjaga dari
hal-hal yang melenceng dari ajaran Islam.

16
Izzah Annisa ‘Penulis Buku Kisah Teladan 25 nabi dan Rasul”
Diwawancarai oleh Shivi Mala Ghummiah, Lamongan, 25 januari 2021, Jawa Timur.
11

Dalam hal ini penulis akan melakukan kajian pada lima kisah
dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, yaitu pada Kisah Dua
Anak Nabi Adam, Kisah Nabi Nuh dan Kapalnya, kisah kesabaran Nabi
Ayyub, kisah Nabi Daud dan Jalut, dan kisah tentang kenaikan Nabi Isa.
Penulis tertarik meneliti kisah Nabi-Nabi tersebut karena kisah tersebut
cukup populer dan familiar di kalangan masyarakat. Selain itu, buku
Kisah teladan 25 Nabi dan Rasul sudah sangat baik memfilter kisah-
kisah para Nabi yang dimuat di dalamnya, sehingga hanya sedikit kisah
yang tercampur dengan riwayat isrāīliyyāt, yaitu kisah-kisah yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang kisah
para Nabi. Begitu juga kisah dua anak Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi
Ayyub, Nabi Daud, dan Nabi Isa yang menjadi fokus pembahasan dalam
penelitian ini.
Adapun ayat yang menerangkan tentang kisah Qābīl dan Hābīl
pada Qs Al-Māidah/5 : 27-31 adalah sebagai berikut :

ْ‫ال‬َ َ‫ْم َنْاْل َخ ِرْق‬ِْ ‫اْوََلْيُتَ َقبَّل‬ ِ ‫ْبْل ِقْإِذْق ربْق ربًنْف ت قبِل ِْمنْأَح ِد‬
‫ِه‬ ِ َ ‫ْعلَي ِهمْنَبأَْاب ََن‬
َ ََ َ ُِ ُ َ ً َ ُ َ َّ َ ِ َ ‫ْآد َم‬ َ َ ‫َوات ُل‬
ِ ََّ ِ‫ت ْإ‬ ِ ِ ِ َّ ْ ‫ال ْإََِّّنَاْي ت َقبَّل‬
َ ‫َل ْيَ َد َك ْلتَ قتُ لََِن‬
ْ‫ْماْأ ًََن‬ َ ‫)ْلَئن ْبَ َسط‬27(ْ ‫ْي‬ َ ‫اَّللُْم َن ْال ُمتَّق‬ ُ ََ َ َ‫َّك ْق‬
َ ‫َِلَق تُ لَن‬
ْ‫يدْأَنْتَبُوءَِْبِِْثِي‬ ُ ‫)ْإِِِّنْأُِر‬28(ْ‫ْي‬ ِ َّ ‫ْاَّللْر‬ ِ ‫اس ٍطْي ِديْإِلَي‬ ِ ‫بِب‬
َ ‫بْال َعالَم‬ َ ََّ ‫اف‬ ُ ‫َخ‬ َ ‫كْإِِِّنْأ‬ َ َ‫كِْلَق تُ ل‬َ َ َ َ
ِِ ِ ِ ‫كْفَتَ ُكو َن ِْمنْأَصح‬
َ ‫ابْالنَّا ِْرْ َو َذل‬
ِ
َ ‫َوإِْث‬
ْ‫)ْفَطََّو َعتْلَهُْنَف ُسهُْقَت َل‬29(ْ‫ْي‬ َ ‫ْجَزاءُْالظَّالم‬َ ‫ك‬ َ
ِ ِ ‫ْاَّللْ ُغرابْي بحث ِِْفْاِلَر‬ ِ ِ ِِ
ْ‫ف‬ َ ‫ضْل ُِييَهُْ َكي‬ ُ َ َ ً َ َُّ ‫ث‬ َ ‫)ْفَبَ َع‬30(ْ‫ين‬ َ ‫أَخيهْفَ َقتَ لَهُْفَأَصبَ َحْم َنْاْلَاس ِر‬
ْ‫ْسوءَ َةْأ َِخي‬ َ ‫ي‬ ِ ِ
َ ‫ْه َذاْالغَُرابْفَأ َُوار‬
ِ
َ ‫تْأَنْأَ ُْكو َنْمث َل‬ ُ ‫َْي َْوي لَتَاْأ ََع َجز‬
َ ‫ال‬ َ َ‫يْسوءَ َةْأ َِخ ِيهْق‬
َ ‫يُ َوا ِر‬
ْ )31(ْ‫ْي‬ ِِ ِ
َ ‫فَأَصبَ َحْم َنْالنَّادم‬
“Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam (Hābīl dan
Qābīl) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mem-
persembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Hābīl) dan tidak diterima dari yang
12

lain (Qābīl). Ia (Qābīl) berkata, "Aku pasti membunuhmu!"


Berkata Hābīl, "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh,
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar
kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dari
dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maka hawa nafsu Qābīl menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah
menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qābīl) bagaimana seharusnya dia
menguburkan mayat saudaranya. Berkata (Qābīl), "Aduhai,
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?"
Karena itu, jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal” (Qs Al-Māidah/5 : 27-31)
Kisah Nabi Nuh dan kapalnya juga menjadi topik penelitian ini,
ayat yang terkait adalah QS. Hūd/11 : 38 :

‫الْاِنْتَس َخ ُروا‬ ِ ‫ويصنَعْال ُفل ِۗكْوُكلَّماْمَّرْعلَي ِهْمَلٌَ ِْمنْقَوِمهْس ِخرو‬


َ َ‫اْمنهُِْۗق‬ َ َ َ َ َ ُ ََ
ُ َ ِۗ ِ َ
ْ ‫ْ ِمنَّاْفَاًِنَّْنَس َخ ُر ِْمن ُكمْ َك َماْتَس َخ ُرو َنْ۝‬
“ Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali
pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya.
Dia (Nuh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun)
akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami).” (QS.
Hūd/11 : 38)
Sedangkan kisah Nabi Ayyub terdapat pada QS. Ṣād/11 ayat 41-
44 dan QS. al-Anbiyā’/ 21 ayat 83-84. :
Qs. Ṣād/ 11: ayat 41-44 :

ِ
َ ‫ابْ۝ْارُكضْبِ ِرجل‬
ْ‫ك‬ ٍ ‫بْو َع َذ‬ ٍ ِ
َ ‫َنْالشَّيطَا ُنْبنُص‬ ِ َ ‫َّن‬
َ ‫ْم َّس‬ ِِ‫ىْربَّهُْأ‬ َ ‫وبْإِذ‬
َ ‫ًْن َد‬ َ ُّ‫ْعب َد ًَنْأَي‬
َ ‫َواذ ُكر‬
ِ ‫َّاْوِذكر‬
ْ‫ىِْلوَل‬ ِ ِ
ٌ ‫ْب ِرٌد َْو َشَر‬
َ َ ‫ْم َع ُهم َْرْحَةً ْمن‬
َ ‫اب ْ۝ ْ َوَوَهب نَاْلَهُ ْأَهلَهُ َْومث لَ ُهم‬ َ ‫اْمغتَ َس ٌل‬
ُ ‫َه َذ‬
13

ُْ‫ْصابًِراْنِع َم ْال َعب ُد ْإِنَّه‬ ِ ‫اب ْ۝ ْوخذْ ْبِي ِد َك‬


َ ‫ْضغثًاْفَاض ِرب ْبِِه َْو‬ ِ ‫اِللب‬
َ ُ‫ّلَْتنَث ْإِ ًَّن َْو َجد ًَنه‬ َ َُ َ
‫ابْ۝‬
ٌْ ‫أ ََّو‬
“Dan ingatlah tentang hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru
Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan
dan siksaan’. (Allah berfirman), ‘hentakkanlah kakimu, inilah air
yang sejuk untuk mandi dan untuk minum’. Dan (Kami) anugerahi
dia (dengan mengumpulkan) keluarganya dan (Kami tambahkan)
pada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan
ambillah dengan tanganmu (seikat rumput, maka pukullah dengan
itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami
dapati dia (Ayyub) sebagai orang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia amatlah taat (pada Tuhannya).” (Qs.
Ṣād/ 11: ayat 41-44)
QS. al-Anbiyā’ (21) ayat 83-84 :

ِِ‫ْٱلر‬ َ ‫وبْإِذ‬
ْ‫اْما‬
َ َ‫ْيْ۝ْفَٱستَ َجب نَالَهُۥْفَ َك َشفن‬ َْ ‫ْح‬ َّٰ ‫َنتْأَر َح ُم‬ ِ َ ‫َّن‬
َ ‫ِنْٱلضُُّّر َْوأ‬
َ ‫ْم َّس‬ ِِ‫ًْن َد ٰى َْربَّٓهُۥْأ‬ َ ُّ‫َوأَي‬
‫ين ۝‬ َْ ‫ند ًَن َْوِذكَر ٰىْلِل َٰعبِ ِد‬
ِ ‫ْع‬
ِ ‫ۦْمنْض ٍرْْۖوءاتَي ٰنَهْأَهلَهۥْوِمث لَهمْ َّمعهمْرْحةً ِْمن‬
ِ َ َ ُ َ ُ َ ُ ُ َ َ ُِ
ِ ‫بِِه‬
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya : ‘
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan yang maha penyayang di antara semua
penyayang. Maka Kami kabulkan (doanya), lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya, dan (Kami lipat-
gandakan) jumlah mereka sebagai suatu rahmat dari Kami dan
untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”
(QS. QS. Al-Anbiya’ (21) ayat 83-84).
kisah Nabi Daud dan Raja Jalut yang berkaitan dengan penelitian
ini terdapat pada Q.S. al-Baqarah /2 : 249- 251.

َّْ ‫س ِْم ِِِن َْوَم‬ ِ ‫نْش ِر‬ ِ ِ ‫ْٱَّلل‬ ِ َ َ‫ودْق‬ِ ‫فَ لَ َّماْفَصلْطَالُوتْبِٱْلن‬
ْ‫نَْل‬ َ ‫بْمنهُْفَ لَي‬ َ َ ‫ْمب تَلي ُكمْبنَ َه ٍرْفَ َم‬ ُ ًََّۢ ‫الْإ َّن‬ ُُ ُ ََ
ِ ِ ِ ۟ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ‫اْج َاوَزهُۥ‬
َ ‫ْمن ُهمْْۚفَ لَ َّم‬ ِ ‫ف ْغُرفَةًْبيَدهۦْْۚفَ َش ِربُوا ْمنهُْإَِّّلْقَل ًيَل‬ َ ‫ْم ِن ْٱغ َََت‬َ ‫يَط َعمهُْفَإنَّهُۥْم ِِِٓن ْْإَّّل‬
ْ‫ينْيَظُنُّو َْنْأ َََّنُم‬ ِ َّ‫الْٱل‬
‫ذ‬ َ ‫ق‬
َ ْۚ ْ‫ۦ‬ ِ ‫هوْوٱلَّ ِذينْءامن ۟واْمعهۥْقَالُ ۟وا َّْلْطَاقَةَْلَناْٱلي وم ِِْبالُوتْوجن‬
ِ‫وده‬
َ ُ ُ َ َ َ َ ًۢ َ َ ُ َ َ َُ َ َ َ َ ُ
ِ ِ‫ْٱلص‬
ٰ ‫ْم َع‬ ِ‫ْٱَّلل‬ ِ ‫مْمنْفِئَ ٍة ْقَلِيلَ ٍة ْغَلَبت ْفِئَةًْ َكثِيةً ِْبِِذ‬ِ ‫ٱَّللِْ َك‬ ۟ ٰ
ْ‫ين ْ۝ ْ َولَ َّم ا‬ َ ‫ْب‬ َّ َُ َ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ِْۗو‬ ْ َّ ‫ن‬ َ َ ِ َّ ْ ْ
‫ا‬
‫و‬ ‫ُّملَ ُق‬
ْ‫ْوثَ بِِت ْأَق َد امَ نَ ا‬ ِِ ِ
َ ‫ْربَّ نَ ا ْأَف رِغ ْعَ لَي نَ ا ْصَ ْبًا‬ َ ‫ْو ُج نُود ه ْ قَا لُوا‬ َ ‫وت‬ َ ُ‫بَ َر ُزوا ْْلَا ل‬
14

ْ ُ‫اوود‬ َِّ ‫وان ص ر ًَن ْع لَ ى ْال قَ و ِم ْال َك افِْ رِين ْ ۝ ْ فَ ه زم وه م ْ ِبِِذ ِن‬
ُ َ‫ْوقَ تَ لَ ْد‬
َ ‫ْاَّلل‬ ُ ََُ َ َ ُ َ
ْ ِ‫ْاَّلل‬ ِ ِ ‫ْاَّلل ْال م ل ك‬
َّ ُ‫ْولَوَّل ْدَ ف ع‬ َ َ‫ْوعَ لَّ َم هُ ِْمَّا ْي‬
َ ِۗ ُْ‫ش اء‬ َ َ ُ ُ َّ ُ‫آَت ه‬
َ َ‫ْواْل ك َم ة‬ َ ‫ْو‬
َ ‫وت‬َ ُ‫َج ا ل‬
ْ‫ْاَّللَ ْ ذُ و ْ فَض ٍل ْعَ لَى‬َّ ‫ْولَٰ كِ َّن‬
َ ‫ض‬ ُ ‫س َد ت ْاِلَر‬
ِ ٍ ‫َّاس ْبَ ع ضَ ُه م ْ بِبَ ع‬
َ ‫ض ْ لَ َف‬ َ ‫ال ن‬
‫ْيْ ْ ۝‬ ِ
َ ‫ال عَ ا لَْم‬
“ Ketika Ṭālūt telah keluar membawa tentara-tentaranya, ia
berkata : ‘sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu
sungai. Siapa diantara kalian yang meminumnya, maka ia
bukanlah pengikutku. Dan siapa yang tidak meminumnya kecuali
seteguk, maka ia pengikutku. Maka mereka meminum (air)
kecuali beberapa dari mereka. Maka tatkala Ṭālūt dan orang-orang
yang beriman telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata : ‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini
untuk melawan Jālūt dan tentaranya’. Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akna menemui Allah berkata : ‘Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang
sabar.
Dan tatkala Jālūt dan tentaranya telah nampak oleh mereka
(Ṭālūt dan tentaranya), merekapun berdoa : ‘Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
Maka mereka (tentara Ṭālūt), mengalahkan tentara Jālūt
dengan izin Allah, (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jālūt,
kemudian Allah memberikan padanya pemerintahan dan hikmah
(sesudah meninggalnya Ṭālūt) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain,
maka rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia atas
semesta alam.” (QS. al-Baqarah/2 : 249-251).
Sedangkan ayat yang menceritakan kisah penyaliban Nabi Isa
adalah QS. an-Nisā’/4 : 157-158 :

ْ‫ْومَ ا‬ َِّ ‫وقَ وِلِِم ْ إِ ًَّن ْقَ ت ل ن ا ْال م ِس يح ْعِ يس ى ْاب ن ْم رَي ْرس و َل‬
َ ُ‫ْومَ ا ْقَ تَ لُوه‬َ ‫ْاَّلل‬ ُ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ
ِ ‫ك‬ ِ ِ ِ َّ ِ ْ ‫ص لَب وه ْولَٰ كِ ن ْش بِ ه ْ َِل م‬
ْ ‫ْم ن هُْ ْۚمَ اْ َِلُم‬ َ ‫ين ْاخ تَ لَ فُ واْف يهِ ْ لَف‬
ٍِ ‫يْش‬
َ ‫ْۚوإ َّن ْا ل ذ‬
َ ُ َ ُِ َ ُ ُ َ
15

ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ُْ‫ْاَّلل‬
َّ ُ‫ْرفَ عَ ه‬ َ ۚ ْ ِ‫ب ه ْم ن ْع ل ٍم ْ إ َّّل ْا تِ بَ اعَ ْال ظَّ ِن‬
َ ‫ ) ْ بَل‬1٥7 ( ْ ْ ‫ْومَ ا ْ قَ تَ لُوهُ ْيَق ينً ا‬
) ١٥٨ ( ْ ‫يم ا‬ ِ ‫ْاَّلل ْع زِيز‬ ِ ِ
ً ‫اْح ك‬َ ً َ ُ َّ ‫ْۚو َك ا َن‬ َ ْ ‫إ لَي ه‬
“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah
membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. tidak memiliki keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa mereka membunuh itu adalah Isa. Tetapi
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Nisā’/4
: 157-158)
Dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, kisah dua Anak
Nabi Adam terdapat pada halaman 7 sampai 9 dari tujuh halaman utuh
yang menceritakan tentang kisah Nabi Adam. Kisah Nabi Nuh terdapat
pada halaman 13 sampai 17. Selanjutnya, kisah Nabi Ayyub terdapat
pada halaman 61 sampai 65. Selanjutnya, kisah Nabi Daud terdapat pada
halaman 97 sampai 101, dan terakhir kisah Nabi Isa terdapat pada
halaman 122 sampai 127.
Penyampaian kisah nabi pada buku bacaan anak-anak tentunya
harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan umurnya. Hal ini sangat
berbeda dengan penulisan kisah para nabi dalam kitab-kitab tafsir.
namun yang perlu digaris bawahi adalah kedua produk karya tersebut
memiliki kepentingan yang sama, yakni menyampaikan kebenaran
kisah para nabi sebagai teladan umat manusia.
Rekam jejak al-Dakhīl (penyusupan) dalam riwayat penafsiran
ayat-ayat kisah menjadi catatan tersendiri dalam dunia penafsiran. Jika
isrāīliyyāt bisa masuk pada produk-produk tafsir, lalu bagaimana
16

dengan buku-buku cerita di masa sekarang? Apakah kisah yang sampai


pada telinga anak-anak dan masyarakat luas adalah kisah yang benar?
Dengan semakin majunya zaman, Apakah infiltrasi riwayat isrāīliyyāt
sudah bisa dikendalikan? oleh sebab itu, penulisan kisah para nabi pada
buku kisah yang orientasi penikmatnya adalah anak-anak perlu
diperhatikan agar dampak buruk riwayat isrāīliyyāt tidak terus menerus
menghantui pemahaman umat muslim terhadap kisah para nabi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul : RIWAYAT ISRĀĪLIYYĀT; STUDI BUKU
KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA IZZAH
ANNISA
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan riwayat isrāīliyyāt
yang tersebar di buku cerita anak, dalam hal ini buku “Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul”, yaitu :
a. Buku cerita anak menjadi buku bacaan yang sangat populer
di kalangan masyarakat. Dengan adanya buku seperti ini,
kisah para nabi tetap terdengar di telinga masyarakat. Namun,
bayang-bayang riwayat isrāīliyyāt tidak bisa lepas dari pasal
kisah para nabi. Sehingga perlu ditinjau ulang mengenai
riwayat kisah-kisah yang tertulis dalam buku cerita anak
tersebut.
b. Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Izzah Annisa
masih memuat kisah-kisah Nabi yang tercampur dengan
riwayat isrāīliyyāt. Diantaranya terdapat pada kisah dua anak
17

Nabi Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah nabi
Daud, dan kisah Nabi Isa.
2. Pembatasan Masalah
Setelah penulis memaparkan identifikasi masalah penelitian,
maka penulis akan menegaskan bahwa pembahasan penelitian akan
penulis batasi pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Izzah
Annisa. Adapun kisah yang akan diteliti berfokus pada bagian kisah dua
Anak Nabi Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud
dan kisah Nabi Isa.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan penelitian, yaitu : “Bagaimanakah status
riwayat isrāīliyyāt dalam kisah dua anak Nabi Adam, kisah Nabi Nuh,
kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud, dan kisah Nabi Isa pada buku
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Izzah Annisa?”
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
penelitian berkaitan tentang riwayat isrāīliyyāt pada kisah nabi
segmentasi cerita anak-anak di buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui dan menganalisa riwayat isrāīliyyāt kisah nabi yang
menjadi objek penelitian penulis; yaitu kisah dua anak Nabi
Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud, dan
kisah Nabi Isa pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
18

b. Memenuhi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Strata 1


(S1) Fakultas Ushuluddin, prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Setelah tercapainya tujuan yang penulis inginkan dalam penelitian
ini, maka diharapkan bisa memberi manfaat sebagai berikut :
a. Secara akademis, agar bisa memberi kontribusi di bidang ilmu
pengetahuan, terutama pengetahuan tentang isrāīliyyāt.
b. Secara praktis, Agar pembaca lebih memberi perhatian
terhadap riwayat-riwayat isrāīliyyāt yang masih tersebar di
masyarakat luas.
c. Agar pembaca lebih berhati-hati dalam memilih buku bacaan,
terutama yang berkaitan dengan pembelajaran agama pada
anak-anak.
d. Lebih lanjut, untuk memberi gambaran pada kalangan
akademisi untuk menulis buku kisah 25 nabi versi baru, yang
target pembacanya adalah kalangan pengajar dan masyarakat
luas, bukan hanya untuk anak-anak. Sehingga kisah nabi bisa
dijadikan teladan bagi semua masyarakat, bukan hanya jadi
dongeng untuk anak-anak.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, Tidak akan bisa lepas dari menelaah
kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan kajian penulis. Relevansi
kajian adalah teori yang dikemukakan sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. 17 Dalam hal ini, kajian terdahulu yang menjadi fokus penulis

17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet. 11.
(Bandung : Penerbit Alfabeta, 2010), 291.
19

adalah kajian tentang isrāīliyyāt kisah Nabi Adam, dan kajian tentang
buku kisah para nabi. Berikut penulis sertakan literatur-literatur
terdahulu yang berkaitan dengan kajian penulis :
Pembahasan tentang isrāīliyyāt bukanlah hal yang baru di dunia
penelitian, sehingga bisa ditemukan banyak literatur yang mengkaji
tentang isrāīliyyāt Diantaranya adalah artikel karya Ahmad Zarnuji 18
yang berjudul “Isrāīliyyāt dalam Menceritakan Kisah-Kisah al-
Qur’an”. Dalam jurnal tersebut membahas tentang seluk beluk
isrāīliyyāt yang dijelaskan secara kompleks. Mulai dari macam-macam
isrāīliyyāt sejarah, hingga pendapat para ulama’ mengenai isrāīliyyāt
beserta contoh-contohnya.
Pada artikel tersebut dikemukakan bahwa kisah-kisah dalam al-
Qur’an disampaikan secara global, kemudian para mufasir memberikan
penafsiran yang sumbernya tidak selalu dari orang Islam, melainkan dari
Yahudi dan Nasrani, baik yang kemudian masuk Islam maupun tidak.
Periwayatan semacam itu kemudian masuk pada kitab-kitab tafsir
sehingga menurut penulis perlu disaring kembali riwayat-riwayat
tentang kisah nabi. Dalam artikel tersebut juga memaparkan perbedaan
antara isrāīliyyāt dan maudhū’āt. Riwayat isrāīliyyāt adalah riwayat
yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani, sedangkan maudhū’āt adalah
cerita yang muncul disebabkan fanatik terhadap suatu mazhab, boleh
jadi tidak berkaitan dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Pada artikrl
tersebut memberikan beberapa bahan yang berkaitan dengan penelitian
penulis yaitu pada teori-teori riwayat isrāīliyyāt Penelitian ini fokus
pada teori-teori terkait dengan riwayat isrāīliyyāt tanpa spesifik

18
Ahmad Zarnuji, “Isrāīliyyāt dalam Menceritakan Kisah-Kisah Al-Qur’an”.
Fikri, vol.1, no.2 (Desember 2016): 449- 466.
20

membahas kisah tokoh yang tercampur dengan isrāīliyyāt. Berbeda


dengan penelitian penulis yang berfokus pada beberapa kisah Nabi
sebagai tokoh yang dibahas dalam penelitian.
Pembahasan mengenai kisah isrāīliyyāt juga terdapat pada skripsi
yang ditulis oleh Hasnil Ummi19 yang berjudul “Muatan Isrāīliyyāt
dalam Kisah Musa, Harun dan Sāmirī Telaah Terhadap Tafsir al-
Ṭabarī”. Pada skripsi tersebut, pembahasan isrāīliyyāt mempunyai
fokus pada kisah Musa, Harun dan Sāmirī yang terdapat dalam QS.
Ṭāha ayat 85-91 dan ayat 95-98. Skripsi karya Hasnil Ummi ini relevan
dengan penelitian penulis, sebab menggunakan bahan yang sama
dengan penelitian penulis, yaitu tentang isrāīliyyāt sebuah kisah Nabi.
skripsi tersebut menjelaskan dengan detail penafsiran ayat kisah Musa,
Harun dan Samiri dari perspektif Ibn Jarīr al- Ṭabarī. Selain dari al-
Ṭabarī, terdapat beberapa pendapat mufasir lainnya, yaitu al-Qurṭūbī, M.
Quraish Shihab, dan Buya HAMKA. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah penelitian ini tidak menggunakan buku cerita
anak sebagai bahan penelitian, sedangkan penelitian penulis
menggunakan buku cerita anak yaitu buku Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul.
Penelitian terdahulu yang membahas tentang isrāīliyyāt juga
terdapat pada skripsi Maria Ulfa Annisa 20 yang berjudul “Studi Kritik
Kisah Isrāīliyyāt Adam dan Hawa dalam Tafsir al-Ṭabarī.”. Pokok
pembahasan pada skripsi tersebut adalah riwayat isrāīliyyāt kisah Adam

19
Hasnil Ummi, “Muatan Isrāīliyyāt dalam Kisah Musa, Harun dan Sāmirī
Telaah Terhadap Tafsir al-Ṭabarī”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, 2019)
20
Maria Ulfa Annisa, “Studi Kritik Kisah Isrāīliyyāt Adam dan Hawa dalam
Tafsir Al-Ṭabarī”, (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2019)
21

dan Hawa, tepatnya pada godaan iblis ketika Adam dan Hawa memakan
buah khuldi dan turunnya Adam dan Hawa ke bumi. Di samping itu,
skripsi ini juga memberikan keterangan yang detail mengenai seluk
beluk riwayat isrāīliyyāt secara umum. Hal ini relevan dengan kajian
yang akan penulis teliti. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah penelitian ini berfokus pada studi riwayat
isrāīliyyāt pada Tafsir al-Ṭabarī, sedangkan penelitian penulis tidak
menggunakan fokus kitab tafsir secara spesifik. Selain itu, dari segi
kisah yang diteliti pun berbeda.
Literatur lain yang relevan dengan pembahasan penulis adalah
artikel karya Raihanah21 yang berjudul “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya
terhadap Tafsir Al-Qur’an”. Dalam artikel tersebut memaparkan
tentang isrāīliyyāt dari berbagai sisi, yaitu jenis, contoh, hukum, dan
beberapa pendapat-pendapat ulama’. Pembahasan dalam penelitian ini
sangat relevan dengan penelitian penulis sehingga dapat diperoleh
banyak wawasan terkait riwayat isrāīliyyāt. Artikel ini berfokus pada
teori-teori tentang riwayat isrāīliyyāt dan hubungannya dengan al-
Qur’an. Berbeda dengan penelitian penulis yang membahas riwayat
isrāīliyyāt yang hubungannya dengan buku cerita anak, yaitu buku
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
Penelitian lain yang sejalan dengan kajian penulis adalah skripsi
oleh Zia Ul Haq22 yang berjudul “Penafsiran Isrāīliyyāt t tentang Kisah
Nabi Ayyub AS. dalam Kitab Tafsir Ibn Kaṣīr”. Skripsi ini menganalisis
riwayat isrāīliyyāt pada kisah nabi Ayyub. Skripsi ini fokus membedah

21
Raihanah, “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya terhadap Tafsir Al-Qur’an”
Tarbiyah Islamiah, vol 5, no.1, (2015).
22
Zia Ul Haq, “Penafsiran Isrāīliyyāt tentang Kisah Nabi Ayyub As. dalam
Kitab Tafsir Ibn Kasīr” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Palopo, 2018)
22

riwayat isrāīliyyāt kisah nabi Ayyub pada tafsir Ibn Kaṣīr, yangmana
kisah nabi Ayyub juga akan menjadi salah satu fokus penulis pada
penelitian ini. Pada skripsi tersebut diinformasikan pula terkait
penafsiran isrāīliyyāt sehingga dapat menambah referensi penulis.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis dari segi obyek kisah
yang dibahas. Penelitian ini hanya fokus membahas kisah nabi Ayyub,
sedangkan penelitian penulis mengkaji beberapa kisah Nabi yang lain.
Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian penulis
yaitu skripsi dari Siti Nafisah23 yang berjudul “Studi Analisis Kisah Nabi
Sulaiman AS dalam Buku Cerita Anak : Komparasi Atas Kisah Nabi
Sulaiman dalam Al-Qur’an”. Penelitian ini menggunakan analisis
komparasi antara kisah nabi Sulaiman yang ditulis dalam buku cerita
anak dan kisah yang terdapat dalam al-Qur’an. Dalam skripsi ini,
pembahasan teori kisah dijelaskan dengan gamblang, terutama substansi
kisah dalam dunia anak. Buku cerita anak merupakan bagian dari salah
satu penyebaran kisah para nabi dengan bentuk karya sastra. Pokok
pembahasan skripsi ini adalah tentang kisah nabi Sulaiman, yang mana
kisah nabi Sulaiman termasuk salah satu kisah yang diceritakan dengan
panjang dalam al-Qur’an.
Skripsi ini menyoroti kemajuan teknologi di zaman sekarang di
bidang keilmuan, termasuk di dalamnya penyampaian kisah nabi dalam
buku cerita anak. Penelitian tersebut dilengkapi dengan memaparkan
kisah nabi Sulaiman dalam buku cerita anak, kemudian dipaparkan pula
ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah nabi Sulaiman beserta
pandangan para mufasir. Selain itu, disampaikan pula kritik terhadap

23
Siti Nafisah, “Studi Analisis Kisah Nabi Sulaiman AS dalam Buku Cerita
Anak : Komparasi Atas Kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2020)
23

buku cerita anak karya Iwok Abqary dan diakhiri dengan menjelaskan
hikmah-hikmah yang dapat diambil dari kisah nabi Sulaiman. Skripsi ini
sangat baik dan menarik sebab memiliki sudut pandang yang unik, yaitu
kisah para nabi segmentasi anak. Pembahasan dalam skripsi ini
mendukung penelitian penulis dari segi penggunaan buku cerita anak
sebagai media penelitian. Analisis komparasi dalam skripsi tersebut juga
memberikan pandangan bahwa ada ruang kosong dalam penelitian kisah
para nabi dalam dunia anak.
Secara konsep, penelitian ini sejalan dengan penelitian penulis.
Perbedaannya adalah penelitian ini tidak membahas mengenai riwayat
isrāīliyyāt kisah Nabi yang diteliti. Sedangkan penelitian penulis
membahas tentang riwayat isrāīliyyāt pada kisah para Nabi. Tokoh
yang dibahas pun berbeda. Dalam penelitian ini membahas kisah Nabi
Sulaiman, sedangkan penelitian penulis membahas kisah dua anak Nabi
Adam, Nabi Nuh, Nabi Ayyub, Nabi Daud, dan Nabi Isa.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah
skripsi karya Jumadi Suherman24 yang berjudul “Ketidak sesuaian
Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku Anak dengan Al-Qur’an (Studi Literasi
Buku Cerita bergambar 25 Nabi dan Rasul”. Pada skripsi milik Jumadi
Suherman ini fokus pada kisah nabi Ibrahim dalam al-Qur’an dan dalam
buku cerita anak. Skripsi tersebut diawali dengan menjelaskan tentang
kisah dan segala aspek yang meliputinya, seperti manfaat kisah, macam-
macam kisah, karakteristik kisah, dan lain-lain. Skripsi ini mengambil
sudut pandang buku cerita anak sebagai objek penelitian mengenai kisah

24
Jumadi Suherman, “Ketidaksesuaian Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku Anak
dengan Al-Qur’an (Studi Literasi Buku Cerita bergambar 25 Nabi dan Rasul”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2017)
24

para nabi. Pada skripsi ini, kisah nabi Ibrahim dalam buku cerita anak
karya Irsyad Zulfahmi, S.Pd. dianalisa menggunakan metode komparasi
dengan kisah nabi Ibrahim yang ada dalam al-Qur’an. Skripsi tersebut
juga memaparkan ayat-ayat tentang kisah nabi Ibrahim beserta
penafsiran secara singkat dari ayat-ayat tersebut. Penyusunan ayat-ayat
pada skripsi tersebut adalah dengan tematik, yaitu mengelompok kan
ayat-ayat yang berada dalam satu lingkup pembahasan.
Skripsi karya Jumadi Suherman ini memberikan cukup banyak
penjelasan yang dibutuhkan penulis. Skripsi tersebut juga sejalan
dengan penelitian penulis, yaitu menggunakan buku cerita anak sebagai
objek penelitian terhadap ayat-ayat kisah para nabi dalam al-Qur’an.
Namun, skripsi ini tidak menyinggung pembahasan riwayat isrāīliyyāt
pada kisah yang diteliti.
Dari sekian banyak literatur yang telah penulis baca, tidak
dipungkiri bahwa penelitian mengenai isrāīliyyāt dan kisah para nabi
sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perhatian lebih dari para peneliti terhadap
kisah para nabi agar kisah yang tersampaikan pada telinga masyarakat
merupakan kisah yang benar sumbernya dan sesuai dengan ajaran Islam.
Penelitian tentang isrāīliyyāt juga selalu menarik dari masa ke masa
karena riwayat isrāīliyyāt mulai kabur dari pandangan masyarakat,
terutama orang awam sehingga selalu perlu adanya penjelasan dan
penelitian mengenai isrāīliyyāt utuk menjaga keotentikan kisah para
nabi.
Seiring perkembangan zaman, kisah para nabi disampaikan dalam
bentuk yang lebih menarik dan mengikuti perkembangan zaman, yaitu
melalui buku cerita anak. Penelitian mengenai kisah para nabi dalam
25

buku cerita anak masih tergolong sedikit. Penelitian yang sudah ada,
baru berkutat pada komparasi antara kisah yang ada dalam al-Qur’an
dan yang tersebar di buku cerita anak. Dari penelitian-penelitian yang
sudah ada, hemat penulis, belum ada peneliti yang membahas tentang
isrāīliyyāt kisah nabi menganalisa pada buku cerita anak, khususnya
buku Kisah Teladan 25 nabi dan Rasul karya Izzah Annisa.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yaitu kegiatan
keilmuan didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan
sistematis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data
yang empiris dan mempunyai kriteria tertentu yang valid.25 Berdasarkan
hal tersebut, perlu diketahui metode penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Adapun metode penelitian penulis adalah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Pembahasan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang aIbnpa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah. 26 Dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode
induktif, yaitu dengan melakukan pengamatan dan penelitian terlebih
dahulu kemudian menarik kesimpulan.

25
Sugiyono, Metode Penelitian, 2.
26
Lexy D. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif” ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), 6
26

Diantara tujuan metode penelitian kualitatif adalah untuk


mencari arti (meaning) dan mengerti gejala, peristiwa, fakta dan realita
yang terjadi. Metode ini ingin memahami arti yang terdalam (Indepth)
dan hakiki (Essence) dari suatu peristiwa, gejala, fakta dan realita yang
terjadi. 27
2. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama adalah kata-kata
dan tindakan. Selain itu, ditunjang dengan data tambahan berupa
dokumen-dokumen. Berdasarkan hal tersebut, jenis data terbagi pada
beberapa bagian, yaitu kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto
dan statistik. 28
Dalam sebuah penelitian, terdapat sumber data primer dan
sekunder. Dalam penelitian ini, yang termasuk sumber data primer
adalah al-Qur’an, buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Izzah
Annisa, Kitab- kitab tafsir, diantaranya adalah Tafsir Al-Qur’ān al-Aẓīm
karya Ibn Kaṡīr, Tafsir al-Jāmi’ li ahkām al-Qur’ān karya Imam Al-
Qurṭūbī, tafsir Jami’ al-bayān fi> Ta’wīl al-Qur’ān karya Ibn Jarīr al-
Ṭabarī dan tafsir al-Azhār karya Buya HAMKA.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi yang terkait dengan penelitian
penulis. Selain itu, wawancara kepada penulis buku Kisah Teladan 25
nabi dan Rasul” yaitu Izzah Annisa juga menjadi salah satu sumber data
sekunder dalam penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data

27
Raco, “Metode Penelitian Kualitatif. Jenis, Karakteristik dan
keunggulannya (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), 54.
28
Lexy D. Moleong, Metode Penelitian, 157.
27

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian


kepustakaan (Library Research). Yaitu mencari literatur-literatur yang
terkait dengan topik penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengelompokkan literatur-literatur yang sesuai dengan tema penelitian
penulis baik dalam karya tafsir, buku, jurnal dan dokumen-dokumen
tertulis lainnya. Dengan mengelompokkan literatur-literatur yang
relevan, penulis kemudian mengkaji data yang ada untuk kemudian
dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Pada proses
pengumpulan data ini penulis juga menganalisa apakah penelitian yang
akan dilakukan pernah diteliti oleh orang lain sebelumnya, bagaimana
kesamaan dan perbedaannya serta hal-hal yang terkait dalam
keberlanjutan penelitian.
4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
analitik, yaitu memaparkan dengan kata-kata, data, dan gambar. Dalam
hal ini, penulis akan menjelaskan teori tentang tentang riwayat-riwayat
isrāīliyyāt. Selanjutnya, penulis juga akan memaparkan riwayat-
riwayat isrāīliyyāt tentang beberapa kisah Nabi yang diteliti. Penulis
akan menganalisis kisah tersebut dalam buku cerita anak, kemudian
ditarik kesimpulan pada penjelasan bagian cerita mana saja yang
termasuk isrāīliyyāt pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
Pembahasan akan dipaparkan dengan teks naratif dan mendeskripsikan
menggunakan kata-kata yang merujuk pada data-data yang sudah ada,
baik data primer maupun sekunder. Selanjutnya penulis akan
menganalisis data-data tersebut untuk mendapatkan jawaban dari
masalah penelitian.
28

Analisis data dimulai dengan mengecek data yang ada pada buku
cerita anak, yaitu buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, kemudian
mengelompokkan ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang kisah
Nabi yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mencari landasan kisah yang
tersebar dalam buku cerita anak. Selanjutnya, penafsiran-penafsiran dari
ulama klasik juga perlu diketahui untuk mendukung analisis data pada
penelitian ini. Kemudian penulis menganalisis argumen-argumen ulama
tentang riwayat kisah nabi tersebut agar diketahui status riwayatnya.
Penafsiran ulama’ dalam kitab-kitab tafsir sangat dibutuhkan dalam
penelitian ini untuk mengungkap riwayat-riwayat isrāīliyyāt kisah Nabi
yang ada dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
Proses penting dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan
mengenai isrāīliyyāt pada buku cerita anak. Dalam hal ini, penulis akan
menganalisis buku dengan judul Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya
Izzah Annisa agar diperoleh pemahaman mengenai kisah Nabi
segmentasi anak dan analisis isrāīliyyāt yang terdapat dalam buku cerita
anak tersebut. Untuk efektifitas penelitian, dari semua kisah yang
tertulis dalam buku tersebut, penulis akan berfokus pada beberapa kisah,
yaitu kisah dua anak Nabi Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub,
kisah Nabi Daud dan kisah Nabi Isa. Wawancara dengan penulis buku
juga sangat diperlukan untuk memahami perspektif penulis buku
mengenai kisah nabi yang ditulisnya dalam buku tersebut.
5. Teknik Penulisan
Penulisan dan penyusunan skripsi ini mengacu pada Buku
Pedoman Akademik 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun
dalam penulisan terjemah al-Qur’an, penulis menggunakan al-Qur’an in
Word dari Lajnah Pentashih Qur’an Departemen Agama Republik
29

Indonesia. Selain itu, penulis juga menggunakan “Qur’an Tajwid;


Dilengkapi Terjemah”, cetakan Maghfirah Pustaka, 2016.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran umum dalam penyusunan skripsi,
penulis perlu memaparkan garis besar dalam penyusunan skripsi ini.
Maka penulis akan mengemukakan sistematika penulisan skripsi yang
terdiri dari lima, yaitu :
Bab pertama yaitu pendahuluan. Bab ini merupakan bagian
penting dalam sebuah penelitian karena di dalamnya tertuang pondasi
dan gambaran umum sebuah penelitian. Pada bab ini terdapat latar
belakang yang mendasari penelitian, identifikasi masalah penelitian,
kemudian dijelaskan juga perumusan dan pembatasan masalah agar
fokus penelitian lebih terarah, lalu disebutkan manfaat dan tujuan
penelitian. Pada bab pertama pula dipaparkan tinjauan pustaka yang
berisi literatur-literatur terdahulu dengan tujuan mencari tahu persamaan
serta perbedaan penelitian ini di antara penelitian serupa yang lain.
Bagian pendahuluan diakhiri dengan penjelasan metode penelitian dan
sistematika penulisan penelitian ini.
Bab kedua yaitu tinjauan umum tentang isrāīliyyāt. Bab ini
berfungsi menjelaskan landasan umum berupa teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian. Pada bab ini dipaparkan teori-teori tentang isrāīliyyāt
yang mendukung penelitian penulis. Di antaranya adalah definisi
isrāīliyyāt sejarah singkat tentang isrāīliyyāt macam-macam isrāīliyyāt
contoh-contoh periwayatan yang mengandung isrāīliyyāt, dan
masuknya isrāīliyyāt dalam ranah tafsir al-Qur’an.
Bab ketiga menjelaskan tentang profil buku Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul serta kisah para nabi yang menjadi fokus pembahasan
30

penelitian ini, yaitu kisah dua anak Nabi Adam, Kisah nabi Nuh, kisah
nabi Ayyub, kisah nabi Daud dan kisah Nabi Isa. Setelah mengupas teori
tentang isrāīliyyāt di bab kedua, perlu juga dipaparkan kisah-kisah yang
menjadi fokus penelitian berdasarkan data pada buku Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul karya Izzah Annisa. Hal ini dilakukan untuk
menganalisa bagian mana yang termasuk kisah isrāīliyyāt.
Bab keempat menguraikan tentang hasil dari penelitian, berupa
jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian. yaitu
mengenai riwayat isrāīliyyāt pada buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul”. Dalam bab ini dipaparkan riwayat isrāīliyyāt kisah dua anak
Nabi Adam, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ayyub, kisah Nabi Daud, dan
kisah Nabi Isa. Pada bab ini dipaparkan riwayat isrāīliyyāt yang terdapat
pada kitab tafsir dan disandingkan dengan konten yang tertulis pada
buku cerita anak. Pada bab ini juga diakhiri dengan penjelasan penulis
buku mengenai riwayat isrāīliyyāt dalam buku “Kisah Teladan 25 Nabi
dan Rasul”.
Bab keenam adalah penutup. Bab penutup berisi tentang
kesimpulan yang bisa ditarik dalam penelitian yang sudah dilakukan,
saran dan masukan untuk peneliti selanjutnya dengan tema yang
berkaitan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ISRĀĪLIYYĀT
A. Pengertian Kisah Isrāīliyyāt.

Secara etimologi, kata isrāīliyyāt )‫ ْ(ْاسرائيليات‬adalah bentuk plural

dari kata Isrāīl )‫ (اسرائيل‬yang merupakan nisbah kepada bani Israil.


Kata isrāīliyyāt merujuk pada bahasa Ibrani (Hebrew) yang tersusun
dari kata isrā yang bermakna Hamba dan Īl bermakna Allah. Dengan
begitu, Israil memiliki arti hamba Allah. Merujuk pendapat tersebut,
yang dimaksud hamba Allah ialah Nabi Ya’qub ibn Ishaq ibn Ibrahim.1
Pendapat dari al-Qaffa>l mengatakan bahwa kata isrā memiliki makna

insān, dan Īl mempunyai makna Allah. Maka kata Isrāīl bermakna ْ‫رجل‬

ْ‫( هللا‬makhluk Allah).2


Selanjutnya, para ulama menggunakan istilah isrāīliyyāt untuk
menyebut kisah-kisah yang berkaitan dengan kebudayaan Islam yang
bersumber dari keterangan para ahli kitab, baik Yahudi maupun
Nasrani. 3 Yahudi ialah golongan umat yang beriman kepada nabi Musa,
dan percaya bahwa Taurat adalah kitab mereka. Syariat yang mereka
anut disebut dengan Ahl al-Qadīm atau perjanjian lama. Sedangkan
Nasrani adalah umat yang beriman kepada nabi Isa dan menjadikan Injil
sebagai kitab kepercayaan mereka. Syariat yang mereka anut dan

1
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik al-Dākhīl fī al-Tafsīr, (Jakarta Selatan
: PT Qaf Media Kreativa, 2019), 131.
2
Mohd. Nazri Ahmad, Mohd Najib Abdul Kadir, “Isrāīliyyāt, Pengaruh
Dalam Kitab Tafsir”. (Kuala Lumpur : SANON PRINTING CORPORATION SDN
BHD), 34
3
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik al-Dākhīl fī al-Tafsīr, 131

31
32

mereka jalankan dinamakan dengan Ahl al-Jadiīd atau Ahl al-Qadīm


yang bermakna perjanjian lama dan perjanjian baru.4
Mereka menisbahkan kisah-kisah tersebut kepada Israil, atau yang
lebih dikenal dengan nabi Ya’qu>b ibn Isha>q. Penyebutan nisbah Israil
kepada nabi Ya’qu>b ibn Isha>q diterangkan pada hadis riwayat Abū
Dāwūd al- Ṭayālīsī dalam Tafsirnya Ibn Abī Hātim:

ْ‫يْهللاِْ َْعْلَيْ ِْهْ َْو َْسْلِ َْم‬


ْ َّ‫صْل‬َْ ِْ‫هللا‬
ْ َْْ‫ب‬ ِْ ‫ص ْابَْةٌْ ِْم َْنْالْيَْ ُْه ْوِْد‬
ِْ َِ‫يْْن‬ َْ ‫ضَْرتْْ َْع‬ َْ ‫ْح‬: َْ ْْ‫اس‬ ِْ َّ‫الْ َْعبْ ُْدْهللاْابْ ِْنْ َْعْب‬ َْ َ‫ْق‬
ْ:ُْْْ‫ب‬ ِ َْ ْ‫ ْفَْ َق‬.ْ‫ب ْ؟ ْفَْ َْقاْلُْوا ْالْلِ ُْه ِْمَْْنَْ َْعم‬
ِ َّ‫ال ْالْن‬ َْ ‫ْهلْ ْتَْعْْلَ ُْم ْو َْن ْْأَ ِْنَْْْاِسَْْرْائِيْ َْل ْيَْعْ ُْق ْو‬
َْ :ْ ْ‫ال ْ َِْلُم‬ َْ ‫فَْ ًْق‬
ُْ ‫ْاَلْلَّ ُْه ِْمَْْْاَشْ َْه‬
.‫د‬
“Abdullah Ibn Abba>s berkata : “sekumpulan kaum Yahudi
bertemu dengan nabi Muhammad SAW kemudian beliau
bersabda kepada mereka : “apakah kalian mengetahui bahwa
Israil adalah nabi Ya’qu>b?”, kemudian mereka menjawab :
“Ya”. Maka Nabi Muhammad bersabda : “Ya Allah,
bersaksilah.”5
Al-Qur’an tidak menyebutkan kata isrāīliyyāt secara langsung
di dalamnya. Tetapi penyebutan menggunakan kata Bani Israil terdapat
pada 49 tempat, kata Yahudi terdapat pada 4 tempat dan Yahūdiyyan
terdapat pada 1 tempat dalam al-Qur’an. Kata Nasrani tertulis sebanyak
14 kali dalam al-Qur’an, diantaranya adalah pada QS. al-Baqarah dan
al-Māidah. Sedangkan kata Ahli Kitab terdapat pada 31 tempat dalam
al-Qur’an.6
Di antara ayat-ayat yang menyebutkan kata-kata di atas adalah
QS. al-Māidah /5 : 78 :

4
Ahmad Zarnuji, “Isrāīliyyāt dalam Menceritakan Kisah-Kisah Al-Qur’an”.
Fikri, vol.1, no.2 (Desember 2016): 452.
5
Mohd. Nazri Ahmad, Mohd Najib Abdul Kadir, Isrāīliyyāt , Pengaruh
Dalam Kitab Tafsir, 35.
6
Raihanah, Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya terhadap Tafsir Al-Qur’an. Jurnal
Tarbiyah Islamiyah, vol.5, no.1 (Januari-Juni 2015): 99.
33

َ َ َّ ُ
َ َ َ َ ٰ َ ٗ َ
‫اود َو ِع ْي َسى ْاب ِن َم ْر َي َمۗذ ِلك ِبما عص ْوا‬ ‫ان د‬ ‫س‬َ ‫لع َن الذيْ َن ك َف ُر ْوا م ْنْۢ َبن ْي ا ْس َراۤء ْيل َع ٰلى ل‬
ِ ِ ِ ِ ْٓ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َّ
‫وكانوا يعتدون ۝‬
"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan
(ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS. al-Māidah /5 :
78(
Selain ayat di atas, penyebutan bani Israil juga terdapat dalam QS.
al-Naml/27 : 76 :

ْ ‫َْيتَلِ ُفو َنْ۝‬


َ ‫ْهمْفِي ِه‬ ِ َّ‫صْع ٰلىْب َِٓنْاِس ۤرا ِءيلْاَكث رْال‬ ِ
ُ ‫ي‬‫ذ‬ َ َ َ َ َ َ ُّ ‫ا َّن ْٰه َذاْال ُقراٰ َنْيَ ُق‬
“Sungguh, Al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian
besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan. (QS. al-Naml/27
: 76(
Perkara isrāīliyyāt berkaitan erat dengan Yahudi dan Nasrani.
Penyebutan Yahudi dan Nasrani dalam al-Qur’an juga terdapat pada
beberapa tempat, di antaranya adalah :
Salah satu penjelasan tentang kaum Yahudi terdapat pada QS. al-
Māidah / 5 : 13 :

ْْۙ‫اضعِهِۦ‬
ِ ‫نْمو‬ ِ ُ ًْ‫وَبُمْ ٰقَ ِسيَة‬ ِ ِ
َ َّ ‫ْع‬َ ‫ُْۖيَِِرفُو َنْٱل َكل َم‬ َ ُ‫مْم ٰيثََق ُهمْلَ َعٰنَّ ُهم َْو َج َعلنَاْقُل‬
ِ ‫فَبِ َماْنَقض ِه‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ‫اِْمَّاْذُِكِر ۟واْبِِهۦْْۚوَّلْتَز ُالْتَطَّلِعْعلَى‬ ِ ًّ‫ونس ۟واْحظ‬
ِ ‫ْمن ُهمْإَِّّلْقَل ًيَل‬
ْْۖ‫ْمن ُهم‬ ِ ‫ْخآئنَة‬
َ ٰ َ ُ َ َ ُ ِ َ ُ ََ
ِِ ُِ ‫ْٱَّلل‬ ِ
‫ْيْ۝‬ َ ‫بْٱل ُمحسن‬ ُّ ‫ُْي‬ ََّ ‫ْْعن ُهم َْوٱص َفحْْۚإ َّن‬ َ ‫ف‬
ُ ‫فَٱع‬
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami mengutuk
mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka
merubah perkataan Allah dari tempatnya, dan mereka sengaja
melupakan sebagian apa yang telah diingatkan kepada mereka. Dan
kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kehianatan dari
mereka, kecuali sedikit (yang tidak berkhianat). Maka maafkanlah
mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Māidah/ 5 : 13)
Sedangkan penjelasan tentang Nasrani terdapat pada Qs. al-
Māidah/5 : 14 :
34

۟ ۟ ۟
ِِ ًّ‫ْحظ‬
ْ‫اِْمَّاْذُِكِ ُرواْبِِهۦْفَأَغَري نَا‬ ِ
َ ‫َخذ ًَنْم ٰيثََق ُهمْفَنَ ُسوا‬ َ ‫ىْأ‬ َ َ‫ينْقَالُٓواْإًِنَّْن‬
ٰٓ ‫صَٰر‬ ِ َّ ِ
َ ‫َوم َنْٱلذ‬
۟ ِ
‫ْٱَّللُ ِِْبَاْ َكانُوْا‬ َ ‫ضآءَْإِ َ ِٰلْيَومْٱل ِقيَ َٰم ِةْ َْۚو َسو‬
َّ ‫فْيُنَ بِِئُ ُه ُم‬ َ ‫بَي نَ ُه ُمْٱل َع َد َاوَة َْوٱلبَ غ‬
‫ن۝‬ َْ ‫ْيَصنَ ُعو‬
“Dan diantara orang-orang yang mengatakan “sesungguhnya
kami adalah orang-orang Nasrani” ada yang telah kami ambil
perjanjian mereka tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian
dari apa yang mereka diberi peringatan dengannya. Kami
timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai
hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka
apa yang mereka kerjakan”. (Qs. al-Māidah/5 : 14)
M. Quraish Sihab menyatakan bahwa hampir seluruh ulama’
bersepakat bahwa Yahudi dan Nasranilah yang disebut dengan Ahli
kitab.7 Dalam QS. al-Māidah (5) ayat 15 Allah memberi perintah kepada
dua kaum tersebut, dan pada ayat tersebut penyebutan kaum Yahudi dan
Nasrani menggunakan kata Ahl al-Kitab :
QS. al-Māidah/5 : 15 :
۟ ِ َ‫ُْت ُفو َن ِْمنْٱل ِكٰت‬
ْ‫ب َْويَع ُفوا‬ َ ِِ ‫ْيْلَ ُكمْ َكثِ ًي‬
ُ ‫اِْمَّاْ ُكنتُم‬ ُ َِِ‫ْجآءَ ُكم َْر ُسولُنَاْيُب‬ ِ َ‫ََٰٓيَهلْٱل ِكٰت‬
َ ‫بْقَد‬ َ
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ
‫ْيْ۝‬ ٌ ‫ْمب‬ ٌ َ‫ور َْوكٰت‬
ُّ ‫ب‬ ٌ ُ‫ْٱَّللْن‬
َّ ‫مْم َن‬
ِ ‫ْجآءَ ُك‬
َ ‫ْعنْ َكثيْْۚقَد‬َ
“Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul
Kami, menjelaskan padamu isi dari Al-Kitab yang kamu
sembunyikan, dan (banyak pula) yang dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
kitab yang menerangkan.” (QS. al-Māidah/5 : 15)
Selain keterangan dalam al-Qur’an, al-kitab-pun menjelaskan
tentang penamaan nabi Ya’qūb yang disebut juga dengan nama Isrāīl.
Hal ini disebutkan dalam kitab Kejadian, 35 : 9-10 :
a. Setelah Ya’qūb datang dari padang Aram, maka Allah
menampakkan diri kepadanya dan memberkati dia.

7
Raihanah, “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya, 98.
35

b. Maka firman Allah padanya : adapun namamu Ya’qūb itu tiada


lagi dipanggil Ya’qūb, melainkan Israil menjadi namamu. Maka
Allah menamai dia Israil. 8
Menurut Husain al-Żahabī, isrāīliyyāt memiliki arti budaya
Yahudi dan Nasrani yang mempengaruhi penafsiran. Menurut al-
Żahabī, isrāīliyyāt bisa dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : (a)
penyusupan cerita-cerita kuno yang dimasukkan ke dalam tafsir dan
hadis yang mana sumber periwayatan tersebut adalah dari kaum Yahudi
dan Nasrani. Dan (b) cerita-cerita yang dibuat oleh musuh Islam
kemudian diselundupkan pada tafsir dan hadis yang mana cerita tersebut
tidak jelas sumber periwayatannya. 9 M. Quraish Sihab pun menyatakan
bahwa hampir seluruh ulama’ bersepakat bahwa Yahudi dan Nasrani lah
yang disebut dengan Ahli kitab.
Pengertian isrāīliyyāt menurut A>min al-Khulli> adalah
tercampurnya kisah-kisah dari agama selain Islam, yang masuk ke
jazirah Arab dan ke agama Islam. Kisah-kisah tersebut dibawa oleh
orang-orang Yahudi yang berkelana ke daerah Babilonia, Mesir dan
sekitarnya. Ketika mereka kembali ke negara asalnya, mereka
membawa cerita-cerita yang mereka dengar dari negara-negara yang
mereka singgahi.
Pendapat lain tentang pengertian isrāīliyyāt datang dari
Muhammad Sayyid Ahmad Khalil. Beliau berpendapat bahwa
isrāīliyyāt adalah cerita yang dibawa oleh kaum Yahudi dan Nasrani

8
Basri Mahmud, “Isrāīliyyāt dalam Tafsir al-Ṭabarī”, Munzir, vol.8, no.2
(November 2015), 160.
9
Raihanah, “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya, 98.
36

baik berhubungan dengan agama maupun tidak. Cerita ini umumnya


dibawa oleh kaum Yahudi dan nasrani yang masuk Islam. 10
Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa pengertian
isrāīliyyāt secara terminologi yaitu cerita-cerita yang sumbernya datang
dari kaum Yahudi dan Nasrani, yang masuk ke dalam tafsir maupun
hadis. Lebih lanjut, riwayat isrāīliyyāt bisa berupa hal-hal yang
berkaitan dengan agama maupun tidak berkaitan dengan agama.
isrāīliyyāt juga termasuk pada cerita-cerita yang riwayatnya tidak
diketahui sumbernya. 11 Bahkan sebagian ulama’ berpendapat bahwa
isrāīliyyāt ialah kisah yang dimasukkan ke dalam tafsir dan hadis oleh
para kaum yang memusuhi Islam dengan niatan merusak akidah umat
muslim. Kisah-kisah itu dibawa oleh orang Yahudi dan Nasrani yang
masuk Islam ataupun yang hanya pura-pura masuk Islam. 12
Dalam sejarah, bangsa Yahudi adalah bangsa yang maju dan
memiliki peradaban yang tinggi. Di masa nabi, Islam dan Yahudi
memiliki interaksi yang cukup dekat, namun kelicikan Yahudi tak
terelakkan untuk memusuhi dan menghancurkan Islam. Kaum Yahudi
gemar menebar fitnah dan cerita kesesatan, salah satunya adalah
Abdullāh ibn Saba’.13

10
Maria Ulfa Annisa, Studi Kritik Kisah Isrāīliyyāt Adam dan Hawa dalam
Tafsir al-Ṭabarī. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2019), 10.
11
Mohd. Nazri Ahmad dan Mohd Najib Abdul Kadir, “Isrāīliyyāt Pengaruh
dalam Kitab Tafsir, 38.
12
Moch. Tholhah, Aneka Pengkajian Studi al-Qur’an, (Bantul : LkiS Pelangi
Aksara, 2016), 69.
13
Abdullah Ibn Saba’ adalah seorang Yahudi dari Yaman yang memeluk
Islam pada masa Khalifah Usman ibn Affan. Pengikut Abdullah ibn Saba’ disebut
Saba’iyyah. Beberapa ulama’ menyebutnya sebagai zindiq yang sesat dan
menyesatkan.
37

Kaum Yahudi menyebar cerita-cerita tentang kehidupan


Rasulullah agar bisa masuk ke dalam diskusi kaum muslim namun
dengan niatan menghasut dan menodai ajaran Islam. Itulah sebabnya
kaum Yahudi mempunyai peran yang besar terhadap merembesnya
riwayat isrāīliyyāt dalam tafsir dan hadis. 14 Selain itu, dalam sejarahnya,
orang Arab juga kerap bertanya kepada kaum Yahudi terkait hal-hal
yang terjadi dahulu karena kaum Yahudi dianggap memiliki
pengetahuan yang didapat dari kitab-kitab terdahulu. Ada kalanya
mereka ditanyai tentang penciptaan alam, sejarah masa lalu, tokoh-
tokoh tertentu di masa lalu atau peristiwa di masa lalu dan lain-lain. 15
Keingin tahuan umat Islam tentang hal-hal yang tidak dijelaskan dalam
al-Qur’an, ternyata memancing adanya celah bagi musuh-musuh Islam
untuk bisa menghancurkan Islam, yaitu dengan menyusupi cerita-cerita;
baik kisah Nabi atau umat terdahulu dengan riwayat isrāīliyyāt.
B. Kemunculan Isrāīliyyāt dalam Tafsir
Sejak zaman dahulu, kaum Yahudi sangat dekat dengan umat
Islam. Tidak bisa dipungkiri, diantara penyebab masuknya isrāīliyyāt ke
dalam tafsir adalah dari hubungan sosial dan budaya masyarakat Arab.
Pada masa itu, peradaban Yahudi adalah peradaban yang maju. Mereka
banyak yang berhijrah ke semenanjung Arab dan membawa ajaran-
ajaran dari kitab mereka.16 Pertemuan dua budaya yaitu Islam Arab dan
Yahudi Arab tidak terhindarkan. Tak sedikit pengaruh yang disebabkan

14
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, terj. Didin
Hafidhuddin (Jakarta: PT. Litera AntarNusa, 1993), 10.
15
Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Mabāhīṡ fī Ulūm al- Qur’ān. Terj. Dr. Mudzakir
As (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2013), 438.
16
Nursyamsu, Masuknya “Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an”, Jurnal Al-
Irfani, vol.3, no.1 (2015), 6
38

oleh akulturasi budaya tersebut, termasuk pengaruh di ranah ajaran


Islam.
Bangsa Yahudi melakukan perpindahan besar-besaran ke jazirah
Arab pada tahun 70 M. Hal itu terjadi dikarenakan kecaman dan siksaan
yang dilakukan oleh panglima Romawi yang bernama Titus. 17 Mereka
datang dan berbaur dengan masyarakat Arab sehingga apa yang mereka
bawa sedikit demi sedikit menyatu dengan bangsa Arab. Baik dari segi
kebudayaan maupun ajaran dari kitab-kitab mereka. Para ulama muslim
bersepakat bahwa mereka kerap menyebarkan cerita-cerita yang berasal
dari kitab mereka. Para ulama’ juga menggolongkan mereka sebagai
pendusta sebab sering menyebarkan berita dan cerita yang palsu untuk
menodai agama Islam.
Ketika Rasulullah sudah hijrah ke Madinah, masjid dijadikan
sebagai tempat berdakwah dan melakukan diskusi antara umat Islam dan
Yahudi. Dengan perantara itulah, banyak diantara orang-orang Yahudi
yang masuk Islam, baik dari kalangan biasa maupun para tokohnya.
Seperti Abdullāh ibn Salām, Abdullāh ibn Suriya, Ka’ab ibn Akhbār,
dan lain-lain. 18
Tingginya intensitas hubungan antara umat muslim dan Yahudi di
Arab menyebabkan terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan di antara
dua kaum tersebut. Rasulullah sering mendatangi orang Yahudi untuk
berdakwah dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Sebaliknya, orang
Yahudi juga sering bertemu Rasulullah untuk menyelesaikan masalah,

17
Muḥammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 10.
18
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an; Asal-
usul dan Hukumnya”. Al-DZIKRA, vol.14, no.2 (Desember 2020), 226.
39

mengajukan pertanyaan, atau menguji kerasulan nabi Muhammad


dengan pertanyaan-pertanyaan yang rumit dan menyudutkan Islam. 19
Pada zaman Rasulullah, sebenarnya cerita-cerita isrāīliyyāt sudah
ada, namun pada saat itu belum menjadi masalah yang serius sebab
segala sesuatu masih bisa dikembalikan fatwanya kepada Rasulullah.
isrāīliyyāt menjadi masalah yang serius mulai zaman para tabi’in. 20
Tafsir dan hadis banyak terpengaruh dengan riwayat-riwayat isrāīliyyāt
yang berisikan berita kebohongan. Banyak juga yang diterima oleh
masyarakat umum padahal sudah jelas bahwa isrāīliyyāt memiliki
kemungkinan untuk memberi dampak buruk dalam ajaran Islam.
Adapun kontaminasi isrāīliyyāt dalam tafsir terjadi pada dua
periode, yaitu periode periwayatan dan periode pembukuan tafsir. 21
periode periwayatan berkisar sejak zaman sahabat hingga tabiin,
sedangkan periode pembukuan terjadi pada masa setelahnya.
Isrāīliyyāt sudah banyak menyebar ketika periode sahabat, namun
ketelitian para sahabat terhadap riwayat yang menyalahi syariat bisa
menjadi benteng dalam melindungi ajaran Islam dari hal-hal yang salah.
isrāīliyyāt yang berkembang pada zaman sahabat masih dalam batas
wajar dan tidak banyak berita yang dilebih-lebihkan.22 Para sahabat pun
menerima sebagian riwayat isrāīliyyāt apabila tidak bertentangan
dengan Islam, kemudian hal itu menjadi bahan diskusi di kalangan ahli
kitab dan para sahabat.

19
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 10.
20
Ali al-Sahbūny, Kamus al-Qur’an, Qur’anic Explorer, (Jakarta : Shahih,
2016), 775.
21
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 11.
22
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Penyimpangan dalam Penafsiran al-Qur’an
(Jakarta: Rajawali, 1986), 24.
40

Ketika Rasulullah masih hidup, Rasulullah memberi penjelasan


atas ayat al-Qur’an, para sahabat menghafal penjelasan Rasulullah,
kemudian menyampaikan pada orang-orang yang tidak hadir di majlis
dan meriwayatkan kepada para tabi’in. Begitu pula para tabi’in
meriwayatkan pada generasi tābi’ al-tābi’īn. Namun, seiring
perkembangannya, karakter penyebaran riwayat tafsir memiliki
perbedaan di setiap periode, berikut juga tantangan yang dihadapinya.
Pada masa hidupnya Rasulullah, isrāīliyyāt juga belum masuk ke
ranah tafsir, karena Rasul-lah yang memiliki wewenang penuh dalam
menafsirkan ayat-ayat dalam al-Qur’an. Setelah Rasulullah wafat, tidak
ada orang yang bisa menjelaskan wahyu seperti Rasulullah memberi
penjelasan. Para sahabat kemudian mencari hadis-hadis sebagai
keterangan, dan apabila tidak ditemukan hukumnya, maka para sahabat
berijtihad. Pada masa itu, ahli kitab juga dianggap sebagai salah satu
sumber berita.23 Karena terdapat berbagai macam kesamaan dalam al-
Qur’an dengan Taurat dan Injil, misalnya tentang kisah para nabi.
Periwayatan tafsir di periode sahabat, sangat diperhatikan
kesahihan riwayatnya, baik ketika menerima maupun menyampaikan
riwayat. Wujud kehati-hatian sahabat terhadap periwayatan tafsir pada
masa itu adalah melalui saksi ataupun sumpah. Para sahabat mempunyai
akhlak yang mulia, hafalan yang kuat, sifat yang amanah, serta adil
dalam tindakannya sehingga mereka sangat berhati-hati dalam
meriwayatkan sesuatu.24 Pada zaman ini, apa yang diterima sahabat
dibandingkan dengan keterangan dalam al-Qur’an dan dikembalikan

23
Abd. Kahar, “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt dalam Tafsir, FURQANIA”.
vol.2, no.1 (Februari 2016), 20.
24
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 13.
41

kepada Rasulullah, sehingga riwayat isrāīliyyāt masih sedikit dan tidak


menyentuh ranah akidah dan hukum Islam.
Di antara sahabat yang terlibat dalam periwayatan isrāīliyyāt
adalah Abū Hurairah, Ibn Mas’ūd, Ibn Abbās, dan Amr ibn ‘Aṣ. 25
Namun periwayatan mereka masih dapat ditolerir dan tidak dilebih-
lebihkan.
Meskipun para sahabat mengambil cerita yang bersumber dari
orang-orang bani Israil, tetapi para sahabat tidak sampai keluar terlalu
jauh melampaui hal-hal yang telah ditetapkan oleh Rasulullah. Para
sahabat sangat selektif dalam menelaah riwayat yang bersumber dari
Bani Israil. Mereka hanya ingin menyatakan dan mempertegas apa yang
telah dijelaskan dalam al-Qur’an. Dalam hal ini, Rasulullah SAW
bersabda :

ِ ِ ‫ىْاَّلل‬ َِّ ‫ول‬ َِّْ ‫عنْعب ِد‬


َ ‫ْ«بَلِغُو‬:‫ْعلَيه َْو َسلَّ َم‬
ْ‫اْع َِِن‬ َ َُّ َّ‫ْصل‬
َ ‫ْاَّلل‬ ُ ‫ال َْر ُس‬ َ َ‫ْعم ٍروْق‬
َ َ‫ْق‬:‫ال‬ َ ‫ْاَّللْب ِن‬ َ َ
ُْ‫ْمق َع َده‬ ِ ‫ولَوْآيةًْوح ِِدثُواْعنْب َِنْإِسرائِيلْوَّلْحرجْومنْ َك َذبْعلَي‬
َ ‫ْمتَ َع ِم ًداْفَ ليَ تَ بَ َّوأ‬
ُ َّ َ َ ََ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َْ ُ‫ْ َرَواهُْالب‬.ْ»‫ِم َنْالنَّا ِْر‬
ِْ ‫خا ِر‬
‫ي‬
“Dari Abdulla>h ibn Umar berkata : Rasulullah SAW bersabda
Sampaikanlah (oleh kalian semua) dariku walau satu ayat, dan
ceritakanlah apa yang berasal dari Bani Israil, itu tidak berdosa.
Dan barang siapa yang berbohong kepadaku, maka bersiaplah
dirinya untuk mendapatkan tempat di dalam neraka”26 (HR.
Bukhārī)
Kemudian pada masa tabi’in, sekitar tahun 41 H, mulai banyak
muncul hadis-hadis palsu, sehingga banyak ditemukan riwayat-riwayat
yang disandarkan pada Rasulullah, padahal sebenarnya tidak dari

25
Abd. Kahar, “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt, 21.
26
Abū Abdillāh Muḥammad ibn Ismāīl al-Bukhārī, Ṣahīh al-Bukhārī, Jilid 1,
(Kairo : Maṭba‘ah al-Salafiyah, tth), 52.
42

Rasulullah. Penyebaran hadis-hadis palsu sangat memibngungkan dan


semakin banyak cerita-cerita yang menyesatkan. Dengan banyaknya
riwayat-riwayat palsu, para tabi’in berusaha menghentikannya dengan
cara bertanya sanad kepada periwayatnya agar dapat diketahui kejelasan
mutu riwayatnya, serta dapat mudah ditentukan hukum diterima atau
tidaknya riwayat tersebut.
Berbeda dengan periode tabi’in, periode tābi’ al-tābi’īn mulai
longgar dalam masalah periwayatan. Pada masa itu, mereka
meriwayatkan tanpa menyebutkan sanadnya. Hal seperti itu menjadi
musibah yang besar dalam fase periwayatan tafsir dan hadis sebab
samarnya riwayat yang benar dan palsu, terutama bagi orang-orang yang
masih awam dalam agama Islam. 27
Masa pembukuan tafsir terjadi pada masa pemerintahan Umar
ibn Abd al-Azīz pada abad ke 2 H. Pada masa itu Umar ibn Abd al-Azīz
memerintahkan seluruh ulama di dunia untuk mengumpulkan hadis-
hadis yang shahih. 28 Pembukuan tafsir dan hadis masih bercampur
menjadi satu. Tafsir dan hadis sangat berkaitan, sehingga berita dan
cerita-cerita bohong tentang tafsir al-Qur’ an juga menjadi bagian dari
hadis.
Lebih jauh dari itu, kitab tafsir; mulai tafsir klasik hingga modern,
tidak serta merta bisa lepas dari pengaruh riwayat isrāīliyyāt. Adapun
beberapa kitab tafsir yang memuat isrāīliyyāt di dalamnya adalah tafsir
Ibn Kaṡīr (Tafsir al-Qur’ān al-Aẓīm), Tafsir al-Ṭabarī (Jāmi’ al-bayān
fī Ta’wīl al-Qur’ān), Tafsir al-Khāzin, Tafsir Muqātil Sulaiman, Tafsir
al-Baiḍāwī29, dan lain-lain. Namun demikian, pengaruh isrāīliyyāt juga

28
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 16.
29
Abd. Kahar, “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt, 29.
43

menyusup pada tafsir-tafsir kontemporer, hal ini sebab mufasir modern


juga merujuk pada tafsir-tafsir klasik, bahkan yang memuat isrāīliyyāt.
Isrāīliyyāt berhubungan erat dengan kisah masa lalu yang
bersumber dari ahli kitab. Kisah-kisah umat terdahulu yang tidak
dijelaskan dalam al-Qur’an, kemudian disandarkan pada mereka. Tidak
sedikit pula para mufasir yang semakin mempermudah penyebaran
isrāīliyyāt ini dengan menambahkan pendapat-pendapat ahli kitab
dalam tafsirnya. 30 Dengan hal ini, isrāīliyyāt masih subur terawat dalam
kitab-kitab tafsir, bahkan pada cerita mulut ke mulut orang muslim.
Ahli kitab yang menjadi sumber periwayatan isrāīliyyāt biasanya
adalah orang-orang yang tinggal di dusun. Tidak ada tahqīq
(penegasan) atas apa yang mereka katakan, sehingga tidak mudah
disimpulkan mengenai kebenarannya. Menurut M. Husain al-Żahabī,
mengutip dari Ibn Khaldūn mengatakan, bahwa hanya karena derajat
mereka lebih tinggi dan karena mereka lebih dahulu beragama, hal ini
menyebabkan berita-berita yang mereka sampaikan bisa mudah
diterima.
Adapun tokoh yang masyhur meriwayatkan isrāīliyyāt terdapat
pada beberapa generasi, mulai dari sahabat hingga Tābi’ al-tābi’īn.
Diantara perawi yang terkenal meriwayatkan isrāīliyyāt adalah :
a. Abū Hurairah
Salah satu dari golongan sahabat yang terkenal banyak
meriwayatkan riwayat isrāīliyyāt adalah Abū Hurairah. Hal ini berasal
dari banyaknya tudingan yang mengarah pada Abu> Hurairah yang
dianggap meluaskan dan melariskan riwayat-riwayat dari bani Isra>i>l.

30
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 21.
44

Tidak dipungkiri, bahwa Abu> Hurairah juga termasuk sahabat


yang meriwayatkan isrāīliyyāt. Meskipun begitu, ia tidak serta merta
menerima tanpa menyeleksi terlebih dahulu. Tuduhan bahwa Abu>
Hurairah seorang yang lugu hingga Ka’ab ibn Akhbār memanfaatkan
kesahajaannya untuk menyebarkan cerita-cerita bohong bukanlah hal
yang benar.
b. Tamīm al-Dārī
Tamīm al-Dārī adalah seorang Nasrani yang kemudian masuk
Islam. Menurut prasangka pada umumnya, dia adalah seorang ahli cerita
yang cerdik dan mahir. Namun, pada kenyataannya, ia adalah seorang
yang suka menebarkan cerita-cerita bohong. Bahkan, Umar ibn Khaṭṭāb
yang merupakan seorang yang sangat teliti dan hati-hati dalam
menerima riwayat-pun tertipu olehnya dan mengizinkannya untuk
menceritakan-kisah-kisah; termasuk kisah yang bohong kepada orang-
orang.
c. Ka’ab al-Akhbār
Ka’ab al-Akhba>r adalah seorang dari golongan tabiin yang banyak
meriwayatkan isrāīliyyāt dan riwayat isrāīliyyāt banyak disandarkan
padanya. Penisbatan tersebut sebagian ada yang bisa dipercaya
sumbernya, namun ada juga yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Muawiyah berpendapat bahwa Ka’ab al-Akhbār adalah seorang
ulama yang jujur dan terpercaya. Ia adalah seorang yang terkenal dengan
keilmuannya yang luas. Tetapi, sebagian riwayat-riwayatnya adalah
termasuk khurāfāt dan kisah yang dipenuhi dengan kebatilan. Hal ini
adalah ulah musuh-musuh Islam yang menggunakan kebesaran nama
Ka’ab al-Akhbār agar dongengnya laris dan dapat diterima.
45

d. Wahab ibn Munabbih


Wahab ibn Munabbih juga termasuk seorang yang sangat terkenal
dalam meriwayatkan isrāīliyyāt. Seperti halnya Ka’ab al-Akhbār,
banyak pula riwayat isrāīliyyāt yang disandarkan pada Wahab ibn
Munabbih. Riwayat-riwayat tersebut sebagian ada yang berharga,
sebagian lagi tidak. Sebagian bisa ditelusuri sumbernya, sebagian tidak.
Sebagian sahih, sebagian cacat. Hal ini dijadikan argumen untuk
mencela dan menuduhnya sebagai pembohong dan perusak agama
Islam.
Karena kemasyhuran ilmunya dan pemahamannya sebagai Ahli
Kitab, banyak yang menisbahkan riwayat-riwayat isrāīliyyāt padanya
agar kisah yang bohong dari Bani Israil tersebut laris dan diterima oleh
umat Islam
e. Muqātil ibn Sulaiman
Muqa>til ibn Sulaiman adalah salah satu dari golongan sesudah
tabiin yang banyak meriwayatkan isrāīliyyāt. Oleh banyak ulama’,
Muqa>til ibn Sulaiman dianggap sebagai perawi yang sangat cacat.
Keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Dalam kitab
tafsirnya pun memuat banyak riwayat-riwayat isrāīliyyāt.31
C. Macam-Macam dan Contoh Kisah Isrāīliyyāt.
Al-Qur’an banyak menceritakan kisah-kisah umat terdahulu, baik
kisah para nabi atau bangsa-bangsa terdahulu. al-Qur’an tidaklah cukup
dipahami secara tekstual, sehingga diperlukan penafsiran untuk
memudahkan pemahaman pembaca, terutama orang-orang awam.
Perihal kisah umat terdahulu, riwayat isrāīliyyāt cukup mengambil

31
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 85..
46

banyak tempat pada tafsir, sehingga keberadaannya perlu diwaspadai


agar tidak mengkontaminasi akidah umat muslim.
Adapun riwayat isrāīliyyāt terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 32:
a. Berdasarkan derajat riwayatnya
Isrāīliyyāt jika dipandang dari derajat riwayatnya, terbagi
menjadi dua bagian, yaitu periwayatan yang sahih dan daif. Derajat
periwayatan sangat berpengaruh dalam kekuatan penafsiran, 33oleh
sebab itu, riwayat isrāīliyyāt perlu ditinjau derajatnya agar lebih mudah
dalam klasifikasi periwayatan.
Contoh riwayat isrāīliyyāt yang shahih dipaparkan Ibn Kasir
dalam tafsirnya dari Ibn Jarīr al-Ṭabarī, dari al-Muṡannā, dari Uṡmān ibn
Umar, dari Fulaih, dari Hilāl ibn Ali, dari Athā’ ibn Abi Rabbah, Athā’
berkata :
“ Aku telah bertemu dengan Abdullah ibn Amr dan berkata
padanya : ceritalah kamu padaku tentang sifat Rasulullah SAW. yang
diterangkan dalam kitab Taurat! Ia berkata : Demi Allah, sesungguhnya
sifat Rasulullah di dalam Taurat sama seperti apa yang diterangkan
dalam al-Qur’an. “ Wahai Nabi, sesungguhnya Kami telah mengutusmu
sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan” dan
pemelihara orang-orang yang ummi. Engkau adalah hamba-Ku dan
rasul-Ku, namamu yang dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak pula
keras. Allah tidak akan mencabut nyawanya sebelum agama Islam tegak
dan lurus, yaitu dengan ucapan “lā ilāha illallāh” (tiada Tuhan selain
Allah). Dengan itu Allah akan membuka hati yang tertutup, telinga yang
tuli, dan mata yang buta.34

32
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 33.
33
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 227.
34
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 227.
47

Athā’ berkata : “Kemudian aku bertemu dengan Ka’ab, aku


bertanya tentang masalah tersebut, dan tidak ada perbedaan kata apapun
dari Ka’ab kecuali pada bagian akhirnya. Ka’ab berkata : telah sampai
padanya kata Qulūban ghaulufiyan (hati yang tertutup), berbeda dengan
riwayat sebelumnya yang menggunakan kata Qulūban ghulfan.35
Menurut Imam Ibn Kaṣīr, riwayat ini adalah riwayat yang sahih.
Imam Bukhārī meriwayatkan dari sanad Muhammad ibn Sinān,
dari Fulaih, dari Hilāl ibn Alī. Tetapi ia menambah setelah kalimat
“Nabi itu tidak kasar dan keras” dengan kalimat “ dan bagi sahabat-
sahabatnya di pasar, ia tidak pernah membalas keburukan dengan
keburukan, namun memaafkan dan mengampuni” 36
Bagian lain dari derajat riwayat isrāīliyyāt yaitu riwayat yang
daif. Dalam hal ini, riwayat yang mauḍū’ masuk ke dalam bagian
riwayat dhaif. Salah satu contoh periwayatan cerita yang daif adalah
as}ar yang dinukil oleh Ibn Kas\ir> dalam kitab tafsirnya sebagai
penjelasan Pada Qs. Qāf (50) ayat 1. Cerita ini merupakan riwayat dari
Abū Muhammad ibn Abdurrahmān dari Abū Ḥātim al-Rāzī.
Ibn Abī Ḥātim berkata : ayahku berkata : Aku mendapat berita
dari Muhammad ibn Ismāīl al-Makhzūmi, Abu Lais\ telah menceritakan
kepadaku dari Muja>hid dari Ibn Abba>s RA. Ia berkata : Allah telah
menciptakan di dasar laut sebuah gunung yang melingkupinya. Gunung
itu disebut gunung Qaf. Di atas gunung tersebut ditegakkan langit dunia
sedangkan di bawahnya terdapat bumi seperti bumi ini sebanyak tujuh
lapis. Kemudian di bawahnya, Allah menciptakan laut lagi yang
melingkupinya, kemudian di bawahnya terdapat gunung yang sama

35
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 33.
36
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 33.
48

bernama gunung Qaf . Kemudian di bawahnya diciptakan hal yang


serupa hingga menjadi tujuh lapis; tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh
lapis langit dan tujuh gunung”.Lalu ia berkata bahwa hal ini merupakan
penjelasan bagi firman Allah “ ditambahkan lagi (padanya) tujuh lautan
setelah keringnya”.37
Ibn Kas\i>r menjelaskan bahwa sanad dari as\ar ini terputus dan
menyebut bahwa as\ar ini adalah atsar yang gharib sehingga tidak
tergolong shahih. As\ar ini juga dianggap sebagai cerita hayalan
(khurāfāt) yang dibuat-buat oleh bani Israil. 38 Selanjutnya, Imam Ibn
Kaṡīr juga menjelaskan bahwa Qaf adalah salah satu dari huruf hijaiyah
yang disebutkan pada awal surat sebagaimana Ṣād, Nūn, Ṭāhā, dan lain-
lain.hal ini sebagaimana riwayat Mujāhid dan ulama’- ulama’ lainnya. 39
Pendapat kedua adalah pendapat yang sahih dan tentunya sangat jauh
ceritanya dengan pendapat pertama tentang pemaknaan lafal Qāf.
b. Berdasarkan kesesuaian dengan syariat
Isrāīliyyāt juga dapat digolongkan berdasarkan kesesuaiannya
dengan syariat Islam. Ada tiga kriteria dalam golongan ini, yaitu :
pertama, Isrāīliyyāt yang sesuai dengan syariat Islam, kedua, Isrāīliyyāt
yang bertentangan dengan syariat Islam, dan ketiga, Isrāīliyyāt yang
riwayatnya didiamkan.40
Contoh riwayat isrāīliyyāt yang sesuai dengan syariat Islam
adalah apa yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhāri dari Yahya ibn
Bukhair, dari Laiṣ, dari Sa‘īd ibn Abū Hilāl, dari Zaid ibn Aslam, dari

37
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 229.
38
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 35.
39
Ismā’īl Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibn Kaṡīr, jilid 7, terj. Abdul
Ghaffar dan Abu Ihsan Al-Atsari (Bogor : Pustaka Imam Syafi’i, 2004), 504.
40
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 35.
49

Athā’ ibn Yasār, dari Abū Sa‘īd al-Khuḍrī, ia berkata bahwasanya


Rasulullah bersabda : “Pada hari kiamat nanti, bumi seperti sebuah roti.
Allah yang maha perkasa-lah yang memegangnya dengan kuasa-Nya,
seperti halnya seseorang memegang roti ketika dalam perjalanan
sebagai kabar gembira para penghuni surga. Kemudian datang seorang
Yahudi dan berkata :
“Semoga Allah memberkatimu, Wahai Abū al-Qāsim. Sungguh,
aku ingin memberitahumu kabar gembira tentang penghuni surga
nanti. Rasulullah berkata “Ya, silakan”, kemudian orang Yahudi
tersebut berkata : “ sesungguhnya pada hari kiamat bumi bagaikan
sebuah roti”. (perkataan ini) sebagaimana apa yang telah
diucapkan oleh Rasulullah. kemudian Rasulullah memandang
kami semua sambil tertawa hingga terlihat giginya. 41
Apa yang diucapkan oleh orang Yahudi tersebut termasuk riwayat
isrāīliyyāt, namun sesuai dengan syariat Islam sebab perkataan Yahudi
tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah sehingga
tidak mungkin bertentangan dengan syariat.
Kemudian contoh tentang riwayat isrāīliyyāt yang bertentangan
dengan Islam adalah riwayat Ibn Jarīr al- Ṭabarī dalam memberi
penjelasan tentang QS. Ṣād [38] ayat 34. Yaitu tentang kisah setan yang
menduduki singgasana nabi Sulaiman, setan itu menyerupai nabi
Sulaiman dan menggauli istri nabi Sulaiman ketika haid sedangkan istri
nabi Sulaiman tidaklah mengetahui hal tersebut.42 Hal ini juga
bertentangan dengan QS. al-Baqarah (1) ayat 222 :

41
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 230.
42
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 36.
50

ْ‫ض‬ ِۙ ‫ِْف ْال َم ِح ي‬ ِ ‫ْه و ْاَذً ۙى ْ فَاع تَزِلُوا ْالنِِ س ۤا ء‬ ِ ‫ك ْعَ نِ ْال َم ِح ي‬
َ َ َ ُ ‫ض ْ ِۗ ْ قُل‬ َ َ‫َويَس َلُون‬
ِ ِ
ِٰ ُ‫ث ْاَمَ َر ُك م‬
ِْۗ ُْ‫ْاَّلل‬ َ ‫ْح ِّٰت ْيَط ُه ر َن ْ ْۚ فَا ذَ اْ تَطَ َّه ر َن ْ فَأ تُ و ُه َّن ْم ن‬
ُ ‫ْح ي‬ َ ‫َوَّل ْ تَ ق َربُ و ُه َّن‬
222 ْ ‫ب ْال ُم تَ طَ ِهِ رِي َن‬ ُّ ِ‫ْو ُُي‬ ِ َّ ‫ب ْالت‬ ُّ ِ‫ُْي‬ ِ
َ َ‫َّوا ب ْي‬ ِٰ ‫ا َّن‬
ُ َ‫ْاَّلل‬
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu
jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah
mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. al-baqarah (1) ayat
222)
Riwayat semacam ini tentu bertentangan dengan syariat Islam
sebab dalam etika Jima’ dalam Islam melarang bersetubuh ketika
sedang Haid. Aisyah bahkan menyatakan larangan ini berlaku juga pada
istri yang sedang istihāḍah, sebab hukumnya diqiyaskan.43
Riwayat isrāīliyyāt yang didiamkan (maskūt anhu) yaitu riwayat
yang tidak diketahui tentang kebenaran atau kebohongannya, tidak pula
diketahui hukumnya dalam syariat Islam. Sebagai contohnya adalah
riwayat Ibn Abi> Ha>ti>m tentang seorang wanita dari bani Israil yang
mandul dan memiliki banyak harta. Keponakannya adalah ahli
warisnya. Keponakannya membunuh wanita tersebut, kemudian
menaruh mayatnya di pintu lalu menuduh orang-orang telah membunuh
wanita itu, sehingga orang-orang berselisih tentang siapa pembunuhnya.
Perkara itu kemudian dibawa kepada nabi Musa. Atas perintah Allah,
nabi Musa memerintahkan mereka untuk memotong sapi betina. Setelah
mendapatkan sapi dan memotongnya, nabi Musa mengambil sebagian
potongannya dan dipukulkan pada mayat wanita itu seraya berkata

43
Muh. Adil Makmur dan Siti Aisyah, “Etika Jima’ Menurut Imam
Madzhab”. Shautuna, vol.1, no.2 (Mei 2020), 162.
51

“siapa yang membunuhmu?” lalu dengan izin Allah, mayat itu


menjawab “ itu, (keponakanku)”. Kemudian jasad itu kembali menjadi
mayat setelah menjawab pertanyaan tentang pelaku pembunuhannya.
Dari situ, keponakan yang membunuhnya tidak bisa mewarisi
hartanya. 44
c. Berdasarkan materinya.
Klasifikasi isrāīliyyāt yang ketiga adalah ditinjau dari segi
materinya. Hal ini dibedakan menjadi tiga, yaitu : pertama,
berhubungan dengan akidah, kedua, berhubungan dengan hukum, dan
ketiga, tidak berhubungan dengan keduanya, melainkan berkaitan
dengan nasihat-nasihat.45
Contoh isrāīliyyāt yang berhubungan dengan akidah adalah
sebuah riwayat dalam menjelaskan Qs. Al-zumar [39] : 67.
Telah menceritakan kepada kami, Syaibān dari Mansyūr, dari
Ibrahim, dari Abīdah, dari Abdillāh. Ia berkata : telah datang kepada
Rasulullah seorang umat Yahudi seraya berkata : Sesungguhnya kami
mendapati bahwa Allah memegang langit pada satu jari, memegang
bumi pada satu jari, pohon-pohon pada satu jari, air dan ibntang pada
satu jari, dan makhluk-makhluk lainnya pada satu jari, dan Allah berkata
“ Akulah penguasa!” maka Rasulullah tertawa sebab mendengar ucapan
orang tersebut hingga terlihat gigi serinya. Kemudian Rasulullah
membaca ayat46 :

ْ ِ‫َْجِ يعً اْقَ ب ضَ تُهُْيَ و مَ ْال قِ يَ امَ ة‬


َ ‫ض‬ ُ ‫ْواِلَر‬ ِِ
َ ‫ْح َّق ْ قَد ره‬
َ َ‫اْاَّلل‬
َّ ‫َومَ اْ قَ َد ُرو‬
ْ‫اِلٰ ْعَ َّم اْيُش رُِك و َن‬َ َ‫ْوتَ ع‬ ِ ِ ِ ِ ‫الس م اوات ْم ط وِ ََّي‬
َ ُ‫ح انَه‬َ ‫ْۚس ب‬
ُ ْ ‫ت ْب يَم ين ه‬
ٌ َ ُ َ َ َّ ‫َو‬

44
M Yasin dan Suhandi, Riwayat “Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 232.
45
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, \, 38.
46
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 38.
52

“Dan mereka t idak mengagungkan Allah dengan


pengagungan yang semest inya, padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan
langit digulung dengan tangan kanannya. Maha suci
Allah atas apa yang mereka sekutukan”.
Kemudian contoh isrāīliyyāt yang berkaitan dengan hukum adalah
apa yang diriwayatkan Imam Bukha>ri dari Abdulla>h ibn Umar terkait
hukum rajam yang terdapat pada kitab Taurat. Orang Yahudi
menghukum orang yang berzina dengan seenaknya sendiri seolah tidak
ada hukum dalam kitabnya, hingga Rasulullah memerintahkan mereka
untuk membaca apa yang ada pada kitabnya tanpa ditutup-tutupi.47
Sedangkan contoh isrāīliyyāt yang tidak berkaitan dengan hukum
dan akidah adalah keterangan dari Imam Ibn Kas\i>r dalam menjelaskan
firman Allah pada QS. Hūd/11: 37 :

ُّ ‫اطب َِن ِِْفْالَّ ِذي َنْظَلَ ُمواْۚاِ ََّنُم‬


٣٧ ‫ْمغَرقُو َْن‬ ِ َ‫ُْت‬
ُ ‫اْوَّل‬ ِ َ‫ْبَعيُنِن‬
َ َ‫اْوَوحين‬
َ
ِ‫ك‬ َ ‫َواصنَ ِعْال ُفل‬

“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu


Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang
orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan.” QS. Hūd/11: 37
Muhammad ibn Ishāq menerangkan bahwa dalam kitab Taurat
terdapat penjelasan bahwa Allah telah menyuruh nabi Nuh untuk
membuat kapal yang terbuat dari kayu jati. Panjang kapal itu adalah
delapan puluh hasta dan lebarnya lima puluh hasta. Luar dan dalamnya
dipenuhi dengan kaca serta dilengkapi dengan alat yang tajam untuk
bisa berlayar di air. 48

47
Umaiyatus Syarifah, “Manhaj tafsir dalam Memahami Ayat-Ayat Kisah
dalam Al-Qur’an”. Ulul Albab, vol.13, no.2. (2010), 152.
48
Ismā’īl Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibn Kaṡīr, jilid 6, 346.
53

Adapun ketetapan hukum periwayatan isrāīliyyāt yaitu : apabila


riwayat tersebut sesuai dengan ketentuan syariat dan dapat dibenarkan,
maka boleh untuk diriwayatkan dan bisa kita terima. Akan tetapi riwayat
yang bertentangan dengan syariat Islam, maka harus tegas ditolak sebab
keharaman meriwayatkannya, kecuali untuk menerangkan kesalahan
riwayat isrāīliyyāt itu. Sedangkan riwayat isrāīliyyāt yang didiamkan
dalam syariat atau tidak terdapat keterangan benar atau salahnya, maka
janganlah dihukumi apapun. isrāīliyyāt yang didiamkan oleh syariat
boleh untuk diriwayatkan untuk sekadar mengemukakan cerita dan
berita di masa lalu.49
Sejalan dengan pendapat Husain al-Żahabī yang telah
dikemukakan di atas, Ibn Taimiyah berpendapat bahwa hukum
periwayatan isrāīliyyāt terbagi pada tiga bagian, yaitu : pertama,
isrāīliyyāt yang sesuai dengan syariat Islam. Isrāīliyyāt yang termasuk
golongan ini hukumnya boleh diterima. Kedua, isrāīliyyāt yang
bertentangan dengan Islam. Isrāīliyyāt yang termasuk bagian ini maka
harus ditolak. Isrāīliyyāt ini boleh dipakai hanya untuk menjelaskan
status isrāīliyyātnya.. Ketiga, isrāīliyyāt yang didiamkan. Isrāīliyyāt
yang termasuk bagian ini maka tidak boleh diimani ataupun didustakan.
Isrāīliyyāt yang didiamkan tidaklah memberi faidah dalam agama,
maka tidak perlu terus menerus dipakai. 50
Pembagian jenis isrāīliyyāt menjadi tiga bagian tersebut
merupakan ijtihad para ulama yang mengacu pada keterangan
Rasulullah. Dari pemahaman ulama ketika Rasulullah melarang atau
menolak suatu riwayat, maka disimpulkan riwayat tersebut tidak sejalan

49
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 58.
50
Raihanah, “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya terhadap Tafsir Al-Qur’an, 108.
54

dengan ajaran Islam. Begitupun pada klasifikasi isrāīliyyāt yang lain. 51


Para ulama merumuskan adanya klasifikasi riwayat isrāīliyyāt melalui
sebuah ijtihad, sehingga hal tersebut bukanlah keputusan mutlak yang
mengikat sebab bukan fatwa langsung dari Nabi, namun selama
perkembangan keilmuan hingga dewasa ini, pembagian isrāīliyyāt
menjadi tiga bagian masih menjadi patokan dasar para penggali
informasi tentang riwayat isrāīliyyāt.
Riwayat isrāīliyyāt menjadi diskursus yang yang menarik di
kalangan ulama’ sehingga banyak pendapat yang muncul, baik yang
ketat maupun longgar terhadap adanya riwayat isrāīliyyāt dalam tafsir.
Diskursus yang muncul tidak hanya berkisar pada penafsiran al-Qur’an
saja, melainkan sikap kritis ulama ini melebar juga pada hadis-hadis
yang menjadi salah satu sumber penafsiran al-Qur’an.
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha adalah di antara mufasir
yang ketat dalam menyeleksi riwayat isrāīliyyāt dalam tafsirnya.
Muhammad Abduh kerap melontarkan kritik terhadap mufasir-mufasir
klasik yang banyak memasukkan riwayat isrāīliyyāt. Muhammad
Abduh bahkan menentang kebiasaan ulama’ tafsir generasi pertama
yang menjadikan tafsir seolah-olah berhubungan dengan isrāīliyyāt.
Begitu juga dengan Rasyid Ridha, beliau berpendapat bahwa
periwayatan isrāīliyyāt sebenarnya sudah keluar dari konteks al-Qur’an.
Penolakan Rasyid Ridha terhadap isrāīliyyāt muncul sebab ia
menganggap bahwa riwayat isrāīliyyāt adalah sesuatu yang ditransfer
ahli kitab dengan tujuan menipu orang-orang Arab pada masa itu.52

51
Abd. Kahar, “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt dalam Tafsir, 22.
52
Abd. Kahar, “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt dalam Tafsir, 32.
55

Sementara itu, sebagian ulama tidak menolak mutlak periwayatan


isrāīliyyāt. Ibn Jarīr al- Ṭabarī banyak mencantumkan riwayat isrāīliyyāt
namun beliau menuliskan pula sanad-sanad riwayat tersebut. Begitu
juga dengan al-Baghawī, beliau mencantumkan riwayat-riwayat
isrāīliyyāt disertai sanadnya, namun terkadang juga tidak disertai sanad.
Sedangkan Ibn Kas\ir> , ia mencantumkan banyak riwayat isrāīliyyāt
dalam tafsirnya namun setelahnya dijelaskan pula derajat riwayat yang
dicantumkan. 53 Meskipun begitu, seiring berlalunya waktu, riwayat-
riwayat isrāīliyyāt tetap perlu diwaspadai dan umat Islam senantiasa
harus memiliki sikap kritis dan waspada dalam menyikapi penafsiran
ayat-ayat kisah-kisah yang termaktub dalam al-Qur’an.
D. Dampak Riwayat Isrāīliyyāt terhadap Islam
Menyebarnya riwayat isrāīliyyāt sejak zaman Rasulullah
disebabkan adanya kesenjangan umat Islam dengan penganut agama-
agama sebelum Islam. Ajaran Rasulullah yang berkembang pesat, baik
dalam segi kualitas maupun kuantitas penganutnya, membuat para
musuh Islam ketakutan, sehingga mereka berupaya melemahkan ajaran
Islam yang dibawa Rasulullah.
Musuh-musuh Islam, seperti kaum Yahudi, mencari celah untuk
menghancurkan Islam dan pemeluknya. Banyak diantara mereka terang-
terangan masuk Islam, namun hatinya mendustakan Islam, dalam
hatinya penuh kebencian dan dendam terhadap Islam. Mereka masuk
pada Ahlu Bait Rasulullah agar mendapat simpati umat muslim yang
sangat mencintai Rasulullah. Kaum Yahudi memiliki perkataan yang
manis dan lihai memutarbalikkan fakta. Mereka membuat hadis-hadis

53
M Yasin dan Suhandi, “Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an, 235.
56

palsu dan kisah-kisah aneh yang berlebihan. Mereka kemudian


menyebarkan kisah-kisah tersebut pada orang-orang awam, sehingga
sangat mudah menyebar dan diterima. Sedangkan, orang muslim yang
masih awam menganggap bahwa cerita-cerita yang mereka bawa
berasal dari Rasulullah. 54
Pada masa sahabat, muncul banyak tukang-tukang cerita yang
menyebarkan keragu-raguan terhadap pemuka umat Islam. Tukang
cerita tersebut menyebabkan kecenderungan dalam hati umat muslim
yang masih awam dengan menyebarkan kisah-kisah yang aneh dan
janggal. Problem tentang tukang cerita coba diatasi oleh para sahabat
seperti Ali ibn Abī Ṭālib, Abdullāh ibn Umar, dan lain-lain dengan cara
mengusir tukang-tukang cerita yang berada di masjid serta melarang
orang-orang muslim untuk duduk dan mendengar kisah yang keluar dari
mulut mereka. 55 Namun ternyata, problematika riwayat isrāīliyyāt tidak
berhenti sampai di situ, melainkan dampaknya masih terasa hingga
zaman yang jauh dari masa Rasulullah.
Orang-orang yang memusuhi menyebarkan kisah-kisah yang
dusta namun sebagian riwayatnya disandarkan pada rasulullah atau para
sahabat. Kedustaan periwayatan ini merupakan hal yang sangat tercela
dan mencemarkan sebagian nama muhaddis atau sahabat yang disandari
riwayat tersebut. Adapun dampak-dampak yang bisa muncul karena
adanya kisah-kisah dari riwayat isrāīliyyāt diantaranya adalah56 :
1. Kisah-kisah isrāīliyyāt bisa merusak akidah umat muslim.
Riwayat isrāīliyyāt banyak mengandung tasybīh dan tajsīm
(penyerupaan) pada Allah SWT, serta menyifati Allah dengan sifat yang

54
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 22.
55
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 22.
56
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 26.
57

tidak sesuai dengan keagungan Allah. Selain itu, banyak riwayat


isrāīliyyāt yang menciderai Iṣmah (terjaga)-nya para Nabi dari dosa dan
perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, seperti kisah-kisah yang
menonjolkan syahwat seorang Nabi.
Di antara kisah isrāīliyyāt yang tidak pantas dan berpotensi
merusak pemahaman umat Islam adalah sebuah kisah yang tertulis
dalam kitab Safar al-Takwīn, bahwa ketika Allah selesai menciptakan
dunia, Ia beristirahat pada hari ketujuh. Hari yang diberkati dan
disucikan, karena pada hari itu, Ia beristirahat dari semua amal
perbuatan yang dilakukan-Nya. Penisbatan sifat lelah pada Allah
merupakan hal yang bertentangan dengan al-Qur’an, Allah berfirman
dalam QS. Qāf /50 : 38 :

ِ َ‫ْست َِّةْأ َََّيٍمْوماْم َّسن‬


ْ‫اْمن‬ ِ ‫اِْف‬
ِ ‫ضْوماْب ي نَ ُهم‬ ِ َّ َ‫ولَ َقدْخلَقن‬
َ ََ َ َ َ َ َ ‫اْٱلس َٰم َٰوت َْوٱِلَر‬ َ َ
ٍ ُ‫لُّغ‬
‫وبْ۝‬
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami
sedikitpun tidak ditimpa keletihan” (QS. Qāf /50 : 38)
Di antara contoh lain yang mencederai iṣmah Nabi adalah pada
kisah tentang Nabi Luth, bahwasanya kedua putri Nabi Nuh memberi
khamr padanya. Kemudian, Nabi Luth berbuat zina pada kedua putrinya
hingga keduanya hamil. Keduanya kemudian memiliki anak yang
bernama Abd al-Mawāib dan Ab al-Amūn. 57

Penggambaran perilaku Nabi Luth yang berbuat zina pada


anaknya merupakan perbuatan yang amat tercela dan seorang Nabi
tentunya dijaga dari melakukan hal yang tercela dan menurunkan derajat
kenabiannya. Hal ini juga bertentangan dengan al-Qur’an yang telah

57
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 29.
58

menjelaskan bahwa Nabi Luth sangat membenci perbuatan zina yang


dilakukan kaumnya, maka tidak mungkin bahwa dirinya sendiri
melakukan perbuatan zina sebab seorang nabi adalah makhluk Allah
yang ma‘ṣūm.
2. Kisah-kisah isrāīliyyāt memberikan pandangan bahwa Islam
adalah agama yang penuh dengan khurāfāt58.
Banyaknya riwayat isrāīliyyāt yang menyebar, menyababkan
kabur akan pemahaman yang murni tentang riwayat kisah para Nabi,
sehingga menimbulkan anggapan bahwa Islam adalah agama yang di
dalamnya terdapat kebohongan-kebohongan dan cerita yang mengada-
ada tentang umat terdahulu.
Di antara contoh yang berkaitan dengan hal ini adalah riwayat
bahwa Nabi Adam adalah sesosok manusia yang memiliki tinggi hingga
langit, kepala Nabi Adam menyundul langit hingga botak. Ketika Nabi
Adam diturunkan ke bumi, air matanya bagaikan lautan yang bisa
dipakai untuk kapal berlayar.59 Cerita tersebut adalah pemberian sifat
pada Nabi Adam yang sangat berlebihan dan hanya hayalan sesat dari
mereka yang hendak mengontaminasi pemahaman umat Islam dengan
kisah-kisah yang tidak kebohongan.
3. Kisah-kisah isrāīliyyāt menyebabkan menurunnya kepercayaan
pada ulama.
Kisah-kisah isrāīliyyāt banyak yang disandarkan pada para
sahabat maupun tabiin., baik kisah tersebut sejalan atau bahkan yang
tidak sejalan dengan Islam. Tidak sedikit pula penyandaran riwayat
isrāīliyyāt pada ulama yang telah dikenal keadilan dan keimannya,

58
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 30.
59
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 30.
59

sehingga para ulama tersebut harus menanggung pandangan buruk dari


umat muslim sendiri.
4. Isrāīliyyāt berpotensi memalingkan manusia dari al-Qur’an.
Jika umat Islam terlalu fokus terhadap angan-angan yang
dihadirkan oleh kisah-kisah isrāīliyyāt, maka manusia semakin jauh
dari maksud dan tujuan al-Qur’an. Umat Islam akan lupa memikirkan
dan meneladani ayat-ayat al-Qur’an beserta nasihat, hukum, dan hikmah
yang terdapat dalam al-Qur’an.
60
BAB III
KISAH PARA NABI DALAM BUKU “KISAH TELADAN 25
NABI DAN RASUL”
A. Data Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”
1. Profil Penulis
Izzah Annisa adalah penulis buku anak yang berdomisili di
Bandar Lampung. Sarjana Pendidikan Biologi ini telah menulis puluhan
buku dan komik anak, di antaranya adalah Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul. Karya beliau yang lain berjudul Birrul Wālidain yang melegenda
pernah dinominasikan sebagai pemenang IBF (Islamic Book Fair) pada
tahun 2018, untuk kategori Buku Non Fiksi Anak Islami Terbaik dan
Ilustrasi Terbaik.
Penulis kelahiran 13 Maret 1984 ini juga pernah beberapa kali
memenangi lomba kepenulisan, diantaranya juara 1 Sayembara
Penulisan Cerita Rakyat Kantor Bahasa Lampung Tahun 2018. Penulis
juga suka menulis buku bermuatan kearifan lokal ini juga menjadi salah
satu penulis terpilih dalam pembuatan Buku Seri Kebudayaan
Kemendikbud 2017 dan buku untuk PAUD dan SD pada Gerakan
Literasi Nasional (GLN) 2019.1
Izzah Annisa adalah penulis yang produktif menulis bacaan anak
setiap tahunnya. Diantara karya-karya beliau adalah :
a. Birrul Walidain
b. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
c. Hus! Hus!

1
Izzah Annisa ‘Penulis Buku “Kisah Teladan 25 nabi dan Rasul”’
Diwawancarai oleh Shivi Mala Ghummiah, Lamongan, 3 Maret 2021, Jawa Timur.

61
62

d. Amazing Islam : Mengukuhkan Kecintaan Anak pada 5 Pilar


Islam
e. Manfaat Puasa Bagi Tubuh Manusia,
f. It’s Toilet Time,
g. 12 Ilmuan Muslim yang Terkenal di Dunia
h. Pekerjaan yang Hebat
i. Komik Asmaul Husna 1, 2 dan 3
j. Serial Indahnya Kejujuran
k. 25 Kisah Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an.
l. Pedagang Dermawan Ahli Surga, dan lain-lain. 2
2. Sinopsis Buku
Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” adalah salah satu karya
dari Izzah Annisa. Buku ini menceritakan kisah para Nabi sebagai bahan
bacaan dan bahan belajar untuk anak-anak. buku ini diterbitkan oleh
Penerbit Ibntang Belia dan didistribusikan juga oleh Mizan Media
Utama. Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” bisa didapatkan versi
cetak dan versi Elekrtonic Book. Adanya E-Book juga memudahkan
pembaca di seluruh Indonesia untuk menjangkau bacaan anak-anak
yang berkualitas.
Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” dibagi menjadi 25
bagian, dengan rincian kisah satu nabi menjadi satu bab. Dalam satu bab
terdapat beberapa sub bab sesuai dengan kisah kehidupan para Nabi.
Misalnya dalam kisah Nabi Adam, terdapat empat sub bab di dalamnya,
yaitu Kisah Penciptaan Nabi Adam, Kisah Iblis Tidak Mau Bersujud

2
Izzah Annisa, “Profil Izzah Annisa,” www.izzahannisa.com diakses pada
kamis, 6 Mei 2021
63

kepada Nabi Adam, Kisah Nabi Adam dan Hawa Dikeluarkan dari
Surga, dan Kisah Dua Anak Nabi Adam.
Selain memaparkan tentang kisah para nabi, buku tersebut
dilengkapi juga dengan kuis-kuis untuk anak-anak, seperti menentukan
perbedaan dua gambar, mencocokkan pernyataan yang benar tentang
kisah nabi, teka-teki mencari jalan, dan lain-lain. Dalam buku tersebut
juga dilengkapi ilustrasi agar lebih menarik dan membantu pemahaman
pembaca atas cerita yang disampaikan.
Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” memaparkan kisah para
Nabi dengan menjadikan buku “Kisah Para Nabi” karya Imam Ibn Kas\i>r
dan buku “Sirah Nabawiyah” karya Syaikh Shafiyurrahman al-
Mubarakfury sebagai rujukan penulisan. Kisah yang ditulis dalam buku
ini mayoritas sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh al-Qur’an
dan tafsir. Namun sebagian kecil ditemukan kisah yang terpapar
pengaruh riwayat isrāīliyyāt.
Buku ini memberikan penjelasan yang global, disesuaikan dengan
target pembacanya sehingga lebih mudah dipahami. Dilengkapi dengan
percakapan-percakapan singkat untuk menambah kesan nyata dan
memberi gambaran lebih pada kisah yang tertulis di dalamnya. Buku ini
sangat cocok untuk dibaca anak usia Sekolah Dasar (SD) karena usia
anak-anak sangat mudah menerima informasi, apalagi dalam bentuk
kisah yang disampaikan dengan menarik. Harapannya adalah agar anak-
anak bisa mengenal dan meneladani sifat terpuji para nabi untuk
kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
64

3. Identitas Buku

Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul adalah salah satu dari
puluhan karya Izzah Annisa. Adapun informasi tentang identitas buku
“Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” akan dipaparkan sebagai berikut :

No. Identitas Buku Keterangan


1. Judul Buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
2. Nama Penulis Izzah Annisa
3. Nama Ilustrator Agus Willy Kristy
4. Nama Penyunting M. Iqbal Dawami
5 Pemeriksa Aksara Achmad Muchtar
6. Penata Letak Dini Ariesta, refresh. atalier,
Nuruzzaman.
7. Desain Sampul Agus Budi Sulistya
8. Nama Penerbit Penerbit Ibntang Belia (PT.
Bentang Pustaka)
9. Tempat Terbit Sleman, Yogyakarta
10. Tahun Terbit 2017
11. Penerbit Distributor Mizan Media Utama
12. Nomor ISBN 978-602-430-139-2
13. Harga 69.000,00
14. Jumlah Halaman Vi + 142 halaman; 24 cm.

Selain informasi data buku di atas, informasi lain yang dapat


penulis sampaikan terkait buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”
adalah :
65

Alamat redaksi : PT. Bentang Pustaka. Jln. Plemburan No.1


Pogung Lor, RT 02, Rw 48 SIA XV, Sleman, Yogyakarta. 55284. Telp
: (0274)889248.
Surel : info@bentangpustaka.com
Surel redaksi : redaksi@bentangpustaka.com
Website : www.bentangpustaka.com
Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul ini juga didistribusikan
oleh Mizan Media Utama.
Alamat redaksi : Jln. Cinambo (Cisantren wetan) No. 146,
Ujungberung, Bandung, 40294. Telp : (022) 7815500.
Surel : mmubdg@mizanmediautama.com
Buku ini juga bisa didapat via e-book di website Mizan Online
Bookstore : www.mizan.com atau www.mizanstore.com.

B. Kisah Para Nabi dalam Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan


Rasul”

Kisah yang hendak dipaparkan penulis adalah sebagian kisah-


kisah para Nabi yang teridentifikasi tercampuri oleh riwayat isrāīliyyāt.
Penulis melakukan analisis terhadap kisah-kisah Nabi dalam buku
“Kisah Teladan 25 Nabi dan rasul” untuk mengetahui jejak infiltrasi
isrāīliyyāt dalam buku bacaan anak. Kisah-kisah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Kisah Dua Anak Nabi Adam
Kisah dua anak Nabi Adam merupakan bagian dari bab kisah Nabi
Adam. Kisah Nabi Adam terletak pada halaman 3 sampai 9 yang mana
terbagi menjadi empat sub babb , yaitu : Kisah Penciptaan Nabi Adam,
66

Kisah Iblis Tidak Mau Bersujud Kepada Nabi Adam, Kisah Nabi Adam
dan Hawa Diturunkan dari Surga, dan Kisah Dua Anak Nabi Adam.
Adapun kisah Dua Anak Adam terdapat pada halaman 7 sampai
9. Pokok pembahasan pada kisah tersebut adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh salah satu anak Nabi Adam terhadap saudaranya.
Redaksi kisah dua anak Adam dalam buku “Kisah teladan 25 Nabi dan
Rasul” adalah sebagai berikut :
“ketika anak Nabi Adam beranjak dewasa, Allah memerintahkan
untuk menikahkan mereka. Adapun syaratnya adalah tidak boleh
menikah dengan saudara kembarnya sendiri. Maka, Nabi Ada
memutuskan untuk menikahkan Qābīl dengan saudara kembar
Hābīl, serta Hābīl dengan saudara kembar Qābīl.
Akan tetapi, Qābīl tidak terima dengan keputusan Nabi Adam
karena ia menginkan untuk menikahi saudari kembarnya sendiri
yang lebih cantik daripada saudari kembar Hābīl. Oleh sebab itu,
Nabi Adam kemudian memerintahkan keduanya untuk memberikan
persembahan kepada Allah. Barang siapa yang persembahannya
diterima, maka dialah yang akan menikah dengan saudara kembar
Qābīl.
Qābīl dan Hābīl menyiapkan persembahan mereka. Hābīl
menyiapkan domba yang sehat dan gemuk sedangkan Qābīl
menyiapkan buah-buahan yang layu dan busuk. Lalu mereka
meletakkan persembahan itu di atas batu gunung. Ternyata, Allah
hanya menerima persembahan dari Hābīl. Hal itu berarti Hābīl -lah
yang akan menikah dengan kembaran Qābīl.
Qābīl tidak terima dengan hal itu, kemudian iblis pun menggoda
Qābīl. Qābīl yang telah dikuasai amarah itu menyerang Hābīl hingga
terbunuh. Melihat saudaranya telah meninggal, Qābīl pun merasa
keibngungan dan takut perbuatannya ketahuan.
Allahpun mengutus dua ekor burung gagak di hadapan Qābīl.
Dua gagak tersebut berkelahi hingga salah satunya mati. Gagak yang
masih hidup menggali tanah untuk menguburkan gagak yang mati.
Qābīl lalu meniru apa yang telah dilakukan gagak tersebut”. 3

3
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. (Sleman : Penerbit Bintang
Belia, 2017), 3-9.
67

Di akhir pemaparan kisah, penulis selalu menyertakan hikmah


dari kisah yang telah disampaikan. Adapun hikmah dari kisah dua anak
Adam adalah peringatan bahwa menuruti hawa nafsu dan kemarahan
akan membawa pada kerugian dan penyesalan.
2. Kisah Nabi Nuh dan Kapalnya
Kisah selanjutnya yang akan penulis bahas dalam buku “Kisah
Teladan 25 Nabi dan Rasul” adalah kisah Nabi Nuh dan kapalnya. Kisah
Nabi Nuh terdapat pada halaman 13 sampai 17. Dalam bab kisah Nabi
Nuh, terdapat tiga sub bab, yaitu : Nabi Nuh Menyeru Kaumnya, Nabi
Nuh Membuat Kapal, dan Azab Allah Berupa Air Bah.
Adapun kisah Nabi Nuh membuat kapal untuk kaumnya terdapat
pada halaman 15. Adapun redaksi pemaparan kisah pembuatan kapal
Nabi Nuh dalam buku karya Izzah Annisa tersebut adalah :
“ Setelah mendapat perintah untuk membuat kapal, Nabi Nuh dan
para pengikutnya mengumpulkan banyak papan dan pasak. Papan
dan pasak itulah yang nantinya akan mereka gunakan untuk
membuat kapal. Hal itu mengundang rasa penasaran kaum Nabi
Nuh. Setelah mengetahui bahwa Nabi Nuh akan membuat Kapal,
mereka menertawai dan menghinanya.
‘ Hahaha. Hei Nuh! Apa kau dan para pengikutmu tidak bisa
melihat bahwa tempat ini adalah dataran tinggi? Kok, bisa-bisanya
kalian membuat kapal. Memangnya kalian mau berlayar di mana?
Di pohon?’
Nabi Nuh tidak memedulikan ejekan kaumnya. Ia dan para
pengikutnya tetap bekerja siang malam untuk menyelesaikan
kapal secepatnya. Kapal yang dibuat Nabi Nuh dan pengikutnya
sangat besar. Kapal itu terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama
akan diisi berbagai ibnatang peliharaan, tingkat kedua diisi oleh
manusia, dan tingkat ketiga untuk berbagai jenis burung 4.”
Dalam kisah Nabi Nuh, kisah pembuatan kapal dan visualisasinya
menjadi hal yang disorot penulis untuk dibahas lebih lanjut. Mengingat,

4
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. 15.
68

Alquran hanya menyebutkan hal-hal global terkait sebuah kisah,


sedangkan penyebutan-penyebutan yang rinci terkait penyebutan terkait
bentuk kapal, dan isi kapal bukanlah hal yang perlu untuk dibahas lebih
lanjut karena sarat akan kontaminasi riwayat isrāīliyyāt.
3. Kisah Kesabaran Nabi Ayyub
Kisah tentang Nabi Ayyub terdapat pada halaman 61 sampai 65
pada buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”. Kisah Nabi Ayyub
terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Nabi Ayyub Menderita Penyakit yang
Mengerikan, Nabi Ayyub Diusir, dan Allah Menyembuhkan Penyakit
Nabi Ayyub.
Kisah tentang kesabaran Nabi Ayyub yang disoroti penulis
terdapat pada sub bab “Nabi Ayyub Diusir”. Sub bab kedua dari bab
kisah Nabi Ayyub itu membahas tentang kejadian setelah Iblis tidak
berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayyub dengan menggunakan
kekayaan Nabi Ayyub agar lalai kepada Allah. Selain itu, Iblis juga
membuat Nabi Ayyub menderita penyakit yang mengerikan. Namun
kedua hal itu tidak menggoyahkan iman Nabi Ayyub, bahkan Nabi
Ayyub semakin rajin beribadah.
Adapun redaksi kisah tentang kesabaran Nabi Ayyub dalam buku
“Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul” adalah sebagai berikut :
“Kesalehan Nabi Ayyub membuat iblis dengki. Berkali-kali iblis
mencoba menggoda Nabi Ayyub agar berpaling dari Allah, namun
usaha tersebut selalu menemui kegagalan.
Karena iblis merasa gagal menggoda pribadi Nabi Ayyub, iblis
pun menggoda orang-orang di sekelilingnya. Iblis membuat
orang-orang merasa jijik pada Nabi Ayyub. Nabi Ayyub pun
mulai dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk para
pembantu dan anak-anaknya. Hanya istrinya yang masih bertahan
untuk merawat Nabi Ayyub.
Semakin hari, penyakit Nabi Ayyub semakin parah. Bau busuk
yang ditimbulkan pun semakin menyengat. Karena jijik dan
69

khawatir tertular, para penduduk kemudian mengusir Nabi Ayyub


untuk keluar dari kampung.”5
Pada kisah Nabi Ayyub terdapat hikmah yang sangat mendalam,
yaitu perihal kesabaran menjadi seorang hamba Allah. Bahkan Nabi
Ayyub mulanya enggan meminta kesembuhan kepada Allah karena
menyadari bahwa nikmat Allah lebih banyak dan lebih lama daripada
cobaan yang sedang menimpanya. Karena sejatinya Allah-lah yang
memberikan nikmat dan cobaan untuk manusia, sehingga manusia harus
bisa meneladani kesabaran Nabi Ayyub ketika mendapat cobaan.
4. Kisah Nabi Daud dan Jālūt
Kisah lain yang menjadi perhatian penulis adalah kisah tentang
Nabi Daud dan Raja Jālūt. Dalam buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul”, kisah Nabi Daud tertulis pada halaman 97 sampai 101. Kisah
Nabi Daud ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : Keistimewaan Nabi
Daud, Nabi Daud mengalahkan Raja Jālūt, dan Nabi Daud Menjadi
Raja. Adapun kisah Nabi Daud mengalahkan Raja Jālūt terdapat pada
halaman 98 sampai 100.
Adapun kisah Nabi Daud dan Jalut dalam buku “Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul” adalah sebagai berikut :
“ Nabi Daud adalah seorang Nabi yang berasal dari Bani Israil.
Pada masa itu, Bani Israil dipimpin oleh raja yang beriman, yaitu
Raja Ṭālūt. Suatu ketika, Raja Ṭālūt hendak memerangi Raja Jālūt.
Raja Jālūt adalah Raja Palestina yang terkenal zalim dan kejam.
Raja Jālūt sangat senang menindas dan membuat rakyatnya
menderita.
Akan tetapi, kekuasaan Raja Jālūt sangatlah besar. Ia
memiliki pasukan bersenjata lengkap yang banyak dan kuat.
Untuk menambah kekuatan, Raja Ṭālūt membuat sayembara,
barang siapa yang bisa mengalahkan Raja Jālūt, maka akan

5
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, 62.
70

dinikahkan dengan putrinya dan diberi kedudukan yang penting di


istana.
Pemuda Bani Israil banyak yang mengikuti sayembara ini,
dan mendaftarkan diri menjadi pasukan Raja Ṭālūt, termasuk Nabi
Daud. Nabi Daud berangkat ke medan perang bersama pasukan
Raja Ṭālūt lainnya dengan membawa senjata Mikla. Mikla adalah
sebuah senjata batu yang diikat dengan tali. Cara penggunaannya
adalah dengan cara memutar-mutar tali yang mengikat batu.
Setelah batu tergabung menjadi satu, maka batu dilemparkan ke
arah musuh.
Ketika sudah menghadapi pasukan Raja Jālūt, pasukan
Raja Ṭālūt merasa gentar. Sebaliknya, Nabi Daud maju ke
hadapan Raja Jālūt dengan gagah berani. Raja Jalut menertawakan
Nabi Daud serta meremehkannya. Ia memandang enteng Nabi
Daud yang sudah memulai memutar-mutar Mikla-nya.
Ctar!
Mikla Nabi Daud mengenai kepala Raja Jālūt dan
menyebabkan Raja Jālūt tumbang dan meninggal. Pasukan Raja
Ṭālūt dan Jālūt terpana melihat kejadian itu, kemudian
kemenanganpun diraih oleh pasukan Raja Ṭālūt.”6
5. Kisah Kenaikan Nabi Isa

Kisah selanjutnya yang menarik perhatian penulis adalah kisah


tentang kenaikan Nabi Isa. Secara keseluruhan, kisah Nabi Isa terdapat
pada halaman 122 sampai 127. Kisah Nabi Isa terbagi menjadi empat
bagian, yaitu : kisah tentang Maryam ibnti Imran, Kelahiran Nabi Isa,
Bayi yang Bisa Berbicara, dan Kisah tentang Nabi Isa diangkat ke langit.

Adapun kisah kenaikan Nabi Isa dalam buku Kisah Teladan 25


Nabi dan Rasul terdapat pada halaman 126 sampai 127 dengan redaksi
sebagai berikut :
“ Setelah Nabi Isa dewasa, ia diangkat menjadi nabi oleh Allah
dan diutus untuk meluruskan kaumnya.

6
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, 98-100.
71

‘Wahai, Kaumku. Aku adalah Rasul yang diutus Allah


kepadamu. Berimanlah kepada-Nya dan hanya kepada-Nya
hendaklah kamu menyembah.’
Bani Israil meminta Nabi Isa untuk memperlihatkan bukti bahwa
ia benar-benar rasul utusan Allah. Nabi Isa kemudian
memperlihatkan mukjizat yang diberikan kepadanya. Mukjizat
Nabi Isa diantaranya adalah dapat menghidupkan orang mati,
menghidupkan tanah berbentuk burung, menyembuhkan penyakit
buta, dan menyembuhkan penyakit kusta.
Tak sedikit kaum Bani Israil yang beriman setelah melihat
mukjizat Nabi Isa. Namun, banyak pula diantara mereka yang
justru malah bertambah kekafirannya. Orang-orang itu kemudian
berencana menghentikan dakwah Nabi Isa dengan cara
membunuh dan menyalibnya.
Rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh Bani Israil
diketahui oleh Nabi Isa. Ia dan para pengikutnya kemudian
melarikan diri dan bersembunyi di dalam gua. Namun, seorang
pengikut Nabi Isa berkhianat dan memberitahukan letak tempat
persembunyiannya kepada Bani Israil.
Allah kemudian memberikan pertolongan. Nabi Isa diangkat ke
langit oleh Allah. Sementara itu, pengikut Nabi Isa yang
berkhianat diubah wajahnya dan diserupakan dengan wajah Nabi
Isa. Bani Israil yang mengira bahwa ia adalah Nabi Isa, kemudian
menangkap dan menyalibnya.”7
Kisah pengangkatan Nabi Isa ini menjadi simpang siur perihal
kebenarannya sebab cerita yang tersebar di masyarakat terdapat
beberapa versi yang memibngungkan dan tidak bisa dipastikan
kebenarannya. Yang perlu umat Islam yakini adalah bahwa Nabi Isa
adalah Nabi Allah yang pasti dijaga oleh Allah dari perilaku buruk
manusia seperti membunuh dan menyalibnya.

7
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, 126-127.
72
BAB IV
Analisis Riwayat Isrāīliyyāt pada Buku “Kisah Teladan 25 Nabi
dan Rasul”
A. Analisis Riwayat Isrāīliyyāt buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul”
Pada bagian ini, akan mengulas tentang analisa kisah-kisah nabi
yang menjadi objek pembahasan penelitian. Data dari buku Kisah
Teladan 25 Nabi akan disandingkan dengan data-data dari kitab tafsir
dan buku-buku yang relevan agar mendapat penjelasan tentang riwayat
kisah-kisah yang dinukil oleh buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
Adapun rincian pembahasannya adalah sebagai berikut :
1. Kisah Dua Anak Nabi Adam
Kisah tentang dua anak Nabi Adam adalah salah satu kisah yang
masyhur dalam agama Islam. Secara historis, kisah tersebut sangat
menarik perhatian, sebab dikaitkan dengan kasus kriminal dan
pembunuhan pertama di muka bumi. Kisah tentang dua anak Nabi
Adam ditulis dengan redaksi yang global dalam suatu rangkaian ayat
pada Qs. al-Māidah ayat 27-31.
Al-Qur’an menjelaskan tentang kisah dua anak Nabi Adam tanpa
menyebutkan waktu, tempat, bahkan nama pelaku dalam kisah tersebut.1
Sehingga berbagai penafsiran muncul untuk menjelaskan makna yang
dikehendaki oleh ayat tersebut. Baik dalam segi alur terjadinya kisah,
nama, waktu dan tempat terjadinya kisah dua anak Adam tersebut.

1
Muhammad Haramain, “Analisis Pesan Dakwah pada Kisah Dua Putra
Adam dalam Al-Qur’an”, KOMUNIDA: Media Komunikasi dan Dakwah, vol 9, no.1,
126.

73
74

Adapun ayat yang menerangkan tentang kisah Qābīl dan Hābīl


pada Qs al-Māidah /5 : 27-31 adalah sebagai berikut :

ْ‫ال‬َ َ‫ْم َنْاْل َخ ِرْق‬ِْ ‫اْوََلْيُتَ َقبَّل‬ ِ ِ ‫ْبْل ِقْإِذْق ربْق ربًنْف ت قبِل ِْمنْأ‬ ِ َ ‫ْعلَي ِهمْنَبأَْاب ََن‬
َ َ‫َحدِه‬
َ َ ُِ ُ َ ً َ ُ َ َّ َ ِ َ ‫ْآد َم‬ َ َ ‫َوات ُل‬
ِ ََّ ِ‫ت ْإ‬ ِ ِ ِ َّ ‫ال ْإََِّّنَاْي ت َقبَّل‬
َ ‫َل ْيَ َد َك ْلتَ قتُ لََِن‬
ْ‫ْماْأ ًََن‬ َ ‫)ْلَئن ْبَ َسط‬27(ْ ‫ْي‬ َ ‫ْاَّللُْم َن ْال ُمتَّق‬ ُ ََ َ َ‫َّك ْق‬
َ ‫َِلَق تُ لَن‬
ْ‫يدْأَنْتَبُوءَِْبِِْثِي‬ ُ ‫)ْإِِِّنْأُِر‬28(ْ‫ْي‬ ِ َّ ‫ْاَّللْر‬ ِ ‫اس ٍطْي ِديْإِلَي‬ ِ ‫بِب‬
َ ‫بْال َعالَم‬ َ ََّ ‫اف‬ ُ ‫َخ‬ َ ‫كْإِِِّنْأ‬ َ َ‫كِْلَق تُ ل‬َ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ِ ‫كْفَتَ ُكو َنْمنْأَصح‬ ِ
ْ‫)ْفَطََّو َعتْلَهُْنَف ُسهُْقَت َل‬29(ْ‫ْي‬ َ ‫ْجَزاءُْالظَّال ْم‬
َ ‫ك‬ َ ‫ابْالنَّا ِر َْو َذل‬ َ َ ‫َوإِْث‬
ِ ِ ‫ْاَّللْ ُغرابْي بحث ِِْفْاِلَر‬ ِ ِ ِِ
ْ‫ف‬ َ ‫ضْل ُِييَهُْ َكي‬ ُ َ َ ً َ َُّ ‫ث‬ َ ‫)ْفَبَ َع‬30(ْ‫ين‬ َ ‫أَخيهْفَ َقتَ لَهُْفَأَصبَ َحْم َنْاْلَاس ِر‬
ْ‫ْسوءَ َةْأ َِخي‬ َ ‫ي‬ ِ ِْ ‫ْه َذاْالغُر‬
َ ‫ابْفَأ َُوار‬ َ
ِ
َ ‫تْأَنْأَ ُكو َنْمث َل‬ ُ ‫َْي َْوي لَتَاْأ ََع َجز‬
َ ‫ال‬ َ َ‫يْسوءَ َةْأ َِخ ِيهْق‬
َ ‫يُ َوا ِر‬
ْ )31(ْ‫ْي‬ ِِ ِ
َ ‫فَأَصبَ َحْم َنْالنَّادم‬
“Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam (Hābīl dan
Qābīl) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mem-
persembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Hābīl) dan tidak diterima dari yang
lain (Qābīl). Ia (Qābīl) berkata, "Aku pasti membunuhmu!"
Berkata Hābīl, "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh,
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar
kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dari
dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maka hawa nafsu Qābīl menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah
menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qābīl) bagaimana seharusnya dia
menguburkan mayat saudaranya. Berkata (Qābīl), "Aduhai,
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?"
Karena itu, jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal” (Qs al-Māidah 5 : 27-31)
75

Dalam penafsiran tentang ayat di atas, terdapat perbedaan


pendapat diantara para ulama’ terkait siapa dua anak Nabi Adam yang
dimaksud sebagai tokoh dalam kisah ini. menurut Ḥasan al-baṣrī, lafaz
Bani Adam dalam ayat di atas bukanlah menunjukkan makna anak nabi
Adam secara biologis, melainkan merujuk pada dua orang dari Bani
Israil. 2 Sebab pada masa Bani Israil-lah peristiwa kurban mulai
dilakukan, bukan pada masa Nabi Adam.
Pendapat tersebut sekaligus membari argumen tentang waktu
kejadian peristiwa pembunuhan Bani Adam yang dimaksud oleh Qs. al-
Māidah ayat 27, yaitu terjadi pada masa Bani Israil. Namun, menurut
Ibn Aṭiyyah, beliau berkata bahwa pendapat tersebut adalah pendapat
yang keliru, sebab tidak mungkin manusia yang hidup di masa Bani
Israil tidak mengetahui tata cara untuk menguburkan orang yang mati,
hingga ia meniru pada apa yang dilakukan oleh burung gagak.3
Mayoritas mufasir; seperti Ibn Abbās dan Ibn Umar berpendapat serupa
seperti pendapat Ibn Aṭiyyah. Sehingga, tokoh yang dimaksud dalam
peristiwa ini adalah dua anak kandung Nabi Adam yang bernama Qābīl
dan Hābīl.
Dalam tafsir Ibn Kaṡīr dijelaskan bahwa kisah tentang Qābīl dan
Hābīl telah banyak diceritakan oleh ulama’, baik ulama salaf maupun
ulama modern (Khalāf). Diantara kisah yang diceritakan ulama’ adalah
bahwasanya Allah mensyariatkan kepada Nabi Adam untuk
menikahkan putri-putri Nabi Adam dengan putra-putranya.4 Menurut

2
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī, takhrij,
Mahmud Hamid Utsman, Jilid. 6, (Bogor : Pustaka Azzam), 320.
3
Abū Abdillāh ibn Muḥammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī, Jilid. 6, 320.
4
Ismā’īl Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibn Kaṡīr, jilid 6, terj. Abdul Ghaffar
dan Abu Ihsan al-Atsari, (Bogor : Pustaka Imam Syafi’i, 2004), 67.
76

riwayat, hal tersebut dilakukan sebab keadaan yang sangat mendesak,


namun tidak disebutkan hal mendesak yang dimaksud.
Para ulama mengatakan, bahwa ketika istri Nabi Adam
mengandung, ia selalu melahirkan sepasang anak kembar laki-laki dan
perempuan. Kemudian Nabi Adam menikahkan anak-anaknya secara
silang, yaitu menikahkan Qābīl dengan saudari kembar Hābīl, begitu
pula menikahkan Hābīl dengan saudari kembar Qābīl. Saudari kembar
Hābīl adalah perempuan yang tidak terlalu cantik, sedangkan paras
saudari kembar Qābīl sangatlah cantik. Qābīl meninginkan untuk bisa
menikahi saudari kembarnya sendiri yang cantik itu. Qābīl pun enggan
dinikahkan dengan saudari kembar Hābīl. Namun, Nabi Adam menolak
permintaan Qābīl tersebut, kecuali mereka mempersembahkan kurban
terlebih dahulu. 5
Dalam riwayat kisah ini, kurban dilakukan untuk merebutkan
perempuan cantik saudari kembar Qābīl. Barangsiapa yang kurbannya
diterima, maka ia lah yang berhak menikahi perempuan cantik tersebut.
Kemudian kurban Hābīl diterima, sedangkan kurban milik Qābīl tidak
diterima.6 Diterimanya salah satu diantara dua kurban milik anak Nabi
Adam tentu berkaitan dengan cerminan budi pekerti mereka. Qābīl
merupakan anak yang serakah, terbukti dengan keinginannya menikahi
saudarinya yang cantik. Sedangkan sebaliknya, Hābīl adalah anak yang
penurut dan taat, terbukti dengan ia mau melaksanakan kurban untuk
menuruti ego Qābīl, tidak serakah atas apa yang sudah diberikan Nabi
Adam padanya.

5
Ismā’īl Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibn Kaṡīr, jilid 6, 67.
6
Ismā’īl Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibn Kaṡīr, jilid 6, 67.
77

Perihal kurban dua anak Nabi Adam, al-Qurṭubī menjelaskan


bahwa kurban milik Qābīl adalah segenggam ṣunbulah (benih), karena
Qābīl berprofesi sebagai petani. Namun, Qābīl memilih tanaman-
tanaman yang paling jelek untuk dikurbankan, sedangkan ṣunbulah
yang baik, ia malah memakannya sendiri. Adapun kurban milik Hābīl
adalah seekor kamibng kibasy. Hābīl adalah seorang peternak kamibng,
ia mengambil kamibng yang paling baik dari peliharaannya untuk
dikurbankan. Kemudian kurban kamibng milik Hābīl diterima oleh
Allah dan kamibng itupun diangkat ke surga.7 Aṡar ini juga disebutkan
oleh Saīd ibn Zubair dalam tafsir karya Ibn Aṭiyyah.
Riwayat senada diutarakan dari Ibn Mas’ūd, Ibn Umar, dan
beberapa sahabat lain, bahwa dua anak Nabi Adam salah satunya adalah
seorang penggembala, dan satunya adalah petani. Si penggembala
memilih kambing yang gemuk, sehat, tambun, yang mana hati
pemiliknya pun senang ketika mengurbankannya. Sedangkan si petani
memilihkan hasil ladangnya yang tidak berarti untuk kurban, yang
mana pemiliknya sendiri pun merasa barang itu tidak berharga untuk
dijual, maka ia mengurbankannya.
Tafsir semacam ini memiliki versi yang beragam dan banyak qīl
qāl (menurut kata orang), sehingga menunjukkan bau-bau isrāīliyyāt di
dalamnya, sebab dalam hadis sahih-pun tidak ditemukan riwayat
semacam ini. 8
Dari sumber yang berbeda, disebutkan keterangan yang serupa
namun mencantumkan penjelasan yang lebih rinci. Dalam tafsir al-
Qurṭūbī dijelaskan bahwa Hawa melahirkan Qābīl dengan saudari

7
Abu Abdillah ibn Muhammad al-Qurthu>bi, Tafsir al-Qurt{u>bi, Jilid. 6, 321.
8
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 3,
(Singapura : Pustaka Nasional PTE LTD), 1705.
78

kembar seorang perempuan yang cantik jelita, ia bernama Iqlima.


Sedangkan Hābīl memiliki saudari kembar perempuan yang tidak
cantik, namanya Layuża. Nabi Adam harus menikahkan silang anak-
anaknya, tidak halal menikah saudara laki-laki dengan saudari
perempuan yang merupakan kembarannya sendiri. Ketika Adam hendak
menikahkan Hābīl dengan Iqlima, Qābīl berkata “Aku lebih berhak
terhadap saudariku” Nabi Adam kemudian melarangnya, namun Qābīl
acuh terhadap larangan Nabi Adam. Kemudian mereka bersepakat untuk
melakukan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah. 9 Beberapa
mufasir memaparkan tentang kisah ini dalam kitab tafsirnya,
diantaranya adalah Ibn Mas’ūd.
Kedengkian Qābīl terhadap Hābīl pun muncul karena kurban
milik Hābīl diterima sedangkan miliknya tidak diterima oleh Allah.

Pada Qs. al-Māidah/5 : 27, lafaz ‫َّك‬


َْ ‫( َِلَق تُلَن‬aku pasti membunuhmu)

dilontarkan oleh Qābīl terhadap Hābīl sebab sifat ḥasūd yang


menguasai dirinya. Qābīl berkata “ Apakah engkau berjalan di muka
bumi dimana manusia melihatmu lebih baik dariku?” ‫َّك‬
َْ ‫( َِلَق تُلَن‬aku pasti

akan membunuhmu).10
Ja’far al-Ṣadīq berpendapat mengenai pernikahan saudara
sebagaimana dalam cerita ini, bahwa Allah melarang Nabi Adam untuk
menikahkan anak perempuan dengan anak laki-lakinya. 11 Hal inilah
yang kemudian menjadi syariat dalam agama Islam, yaitu dilarangnya
pernikahan dengan saudara sekandung. Rasulullahpun tidak menyukai
hal tersebut dalam agama Islam.

9
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī, Jilid. 6, 321.
10
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī Jilid 6, 321.
11
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī, Jilid 6, 321.
79

Riwayat lain mengenai kisah ini adalah riwayat al-Qurṭubī dari


Ja’far al-Ṣadīq, tanpa diketahui sanad periwayatannya, ia menjelaskan
bahwa, ketika Qābīl telah mencapai usia balig, Allah menampakkan
padanya anak perempuan yang dilahirkan oleh Jin yang bernama
Jamma>lah, jin tersebut memiliki bentuk seperti manusia. Allah
kemudian menurunkan wahyu kepada Nabi Adam agar menikahkan
Qābīl dengannya (Jammālah), Nabi Adam pun menikahkan Qābīl
dengan perempuan keturunan jin tersebut.
Sedangkan ketika Hābīl sudah menginjak usia balig, Allah
menurunkan seorang peri yang memiliki wujud seperti manusia,
perempuan itu bernama Bazlah. Selain memiliki wujud seperti manusia,
Bazlah juga telah dikaruniai rahim oleh Allah. Hābīl pun mencintai
Bazlah semenjak pertama kali melihatnya. Kemudian Nabi Adam
menerima perintah dari Allah agar menikahkan Hābīl dengan Bazlah.
Qābīl yang memang memiliki tabiat kurang baik, tidak terima
dengan keputusan Nabi Adam yang menikahkan Hābīl dengan Bazlah.
Qābīl berkata pada Nabi Adam :
“Wahai ayahku, tidakkah aku lebih tua daripada saudaraku?”
Nabi Adam menjawab, “Ya!”.
Qābīl kemudian berkata “Berarti aku lebih berhak atas apa yang
engkau lakukan daripada Hābīl”
Nabi Adam pun berkata “Wahai anakku, sesungguhnya Allah
telah memerintahkan padaku untuk melakukan hal ini. Karunia itu ada
di tangan Allah dan diberikan pada siapa saja yang dikehendaki-Nya”
Qābīl masih menyanggah terhadap apa yang diucapkan Nabi
Adam dan menyangka bahwa Nabi Adam lebih mengutamakan Hābīl
80

daripada dirinya. Nabi Adam-pun membuat kesepakatan untuk


menyikapi keadaan ini, Nabi Adam berkata
“Berkurbanlah kalian berdua! Siapa yang diterima kurbannya,
maka ia berhak menerima karunia itu.” Maksudnya adalah, barang siapa
yang kurbannya diterima, maka ia berhak memiliki makhluk perempuan
berasal dari seorang peri, bernama Bazlah. 12 Imam al-Qurṭubī
berpendapat di dalam kitab tafsirnya, bahwa kisah yang diriwayatkan
dari Ja’far tersebut bukanlah kisah yang sahih.
Dua riwayat kisah yang telah dipaparkan memiliki konteks yang
sama, yaitu berkaitan dengan kurban yang dilakukan oleh dua anak Nabi
Adam. Dua kisah di atas mengindikasikan bahwa kurban yang
dilakukan oleh dua anak Adam adalah disebabkan oleh seorang
perempuan cantik yang diperebutkan oleh mereka. Kurban menjadi
jalan tengah untuk permasalahan yang dihadapi oleh Nabi Adam terkait
hal tersebut. Siapa yang kurbannya diterima oleh Allah, maka ia berhak
memiliki perempuan cantik tersebut. Dalam satu riwayat, perempuan
tersebut adalah saudari kembar Qābīl, dalam riwayat lain disebutkan
bahwa perempuan itu adalah jelmaan peri yang hendak dinikahkan Nabi
Adam pada Hābīl. Meskipun memiliki detail cerita yang sedikit berbeda,
dua riwayat tersebut memaparkan alur kisah yang sama, yaitu tentang
perebutan perempuan menjadi muasal terjadinya kurban.
“Maka hawa nafsu Qābīl menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi”

12
Syaikh Hamīd Ahmad al- Ṭāhir al-Bāsyūnī, Ṣaḥīḥ Qaṡaṡ al-Qur’ān, terj.
Muhyiddin Mas Rida, Muhammad Khalid Al-Sharih, ( Jakarta Timur : PUSTAKA
AL-KAUTSAR), 110.
81

Sebab kedengkian Qābīl tersebut, hawa nafsu dan amarah


menguasai diri Qābīl hingga menjadikan ia tega membunuh saudaranya
sendiri.baru setelah Hābīl terbunuh, Qābīl merasa menyesali
perbuatannya. Nafsu yang tidak bisa ia kendalikan, membuatnya merasa
merugi karena adiknya telah meninggal.
Setelah Hābīl meninggal, Qābīl merasa keibngungan sebab mayat
Hābīl yang kian lama makin membusuk. Pada QS. al-māidah ayat 31
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi
untuk memperlihatkan kepadanya (Qābīl) bagaimana seharusnya dia
menguburkan mayat saudaranya.”, menunjukkan bahwa kejadian ini
benar terjadi di masa Nabi Adam, bukan berkaitan dengan Bani Israil.
Ayat ini menjadi pertanda adanya peristiwa kriminal pertama di muka
bumi, yaitu pembunuhan Qābīl terhadap saudaranya, Hābīl, dimana
pada masa itu, ia bahkan belum tahu bagaimana caranya menguburkan
mayat.13 Pada riwayat lain, disebutkan bahwa Qābīl memasukkan mayat
Hābīl dalam karung dan menggotongnya selama seratus Tahun dengan
penuh penyesalan. Sedangkan menurut Ibn Abbās, Qābīl menggendong
Hābīl dalam kurun waktu satu tahun.
Suatu pendapat mengatakan, bahwa Allah mengutus dua ekor
burung gagak agar berkelahi di hadapan Qābīl hingga salah satunya
terbunuh, lalu burung gagak itu menggali tanah untuk menguburkan
gagak yang mati. Hal itulah yang kemudian ditiru oleh Qābīl untuk
menguburkan saudaranya.
Riwayat kisah yang telah dipaparkan di atas, sangat masyhur di
kalangan dunia Islam, baik dari mulut ke mulut atau dari sumber tertulis.

13
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 3,
1707.
82

Beberapa riwayat yang telah dipaparkan mengenai kisah ini, datang dari
Ibn Mas‘ūd dan beberapa sahabat yang lain. Mufasir-mufasir yang
datang belakangan, kemudian menyalin riwayat-riwayat serupa dengan
apa adanya tanpa ketelitian mendalam mengenai riwayatnya. 14
Pada tafsir al-Azhār terdapat keterangan mengutip dari pendapat
seorang ulama ahli tafsir bernama Abū Muslīm al-Aṣbahānī, beliau
menyatakan bahwa tafsir demikian tidak kuat dipegang karena tidak ada
tafsiran atau penjelasan langsung dari Nabi Muhammad, sehingga
mungkin sekali tergolong sebagai isrāīliyyāt atau dongeng-dongeng
Bani Israil saja. Cerita ini diterima apa adanya oleh Ibn Mas’ūd,
kemudian diriwayatkan terus menerus. 15
Selain bagian kisah tentang kurban dua anak Nabi Adam, kisah
tentang burung gagak juga menarik perhatian penulis. Dalam al-Qur’an,
tidak ada ayat yang menerangkan tentang burung gagak yang berkelahi
hingga salah satunya terbunuh. Burung gagak yang masih hidup
kemudian menggali tanah untuk menguburkan yang mati. Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (HAMKA), berpendapat dalam tafsirnya, bahwa
tafsiran tentang riwayat kisah ini, meskipun terdapat pada banyak kitab
tafsir, tidak serta merta dijadikan pokok. Sebab banyaknya terdapat
dalam kitab tafsir bukan berarti kisah tersebut memiliki banyak sumber
periwayatan. Sumber periwayatan kisah tersebut hanya satu, kemudian
para mufasir menyalin dan terus menyalin hingga terkesan menjadi
banyak penafsiran yang serupa.16

14
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār,Jilid 3,
1708.
15
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 3,
1708.
16
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 3,
1708.
83

Setelah memaparkan riwayat-riwayat terkait kisah anak Nabi


Adam, yang menurut Abū Muslīm al-Aṣbahānī merupakan isrāīliyyāt,
dapat dianalisa bahwa penafsiran-penafsiran terkait kisah pembunuhan
yang dilakukan oleh anak Nabi Adam menyebutkan bahwa asal-usul
terjadinya kurban yang mereka lakukan adalah sebab memperebutkan
seorang wanita cantik yang ingin dinikahi oleh Qābīl, padahal
perempuan tersebut seharusnya adalah untuk Qābīl. Akar masalah ini
merambat hingga timbullah rasa dengki Qābīl terhadap saudaranya
hingga ia melakukan perbuatan keji terhadap saudaranya sendiri yaitu
dengan membunuh Hābīl. perbuatan ini tercatat dalam sejarah sebagai
peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi.
Pada sebuah riwayat dijelaskan bahwa Qābīl ingin menikahi
saudara kembar Hābīl yang bernama Leodza, yangmana Leodza lebih
cantik daripada saudara kembarnya sendiri. Sedangkan pada riwayat
lain disebutkan bahwa Qābīl ingin menikah seorang perempuan jelmaan
peri yang cantik bernama Bazlah.
Adapun riwayat pertama lebih banyak didengar daripada riwayat
kedua, namun keduanya memiliki esensi yang sama, yaitu kurban
dilakukan oleh anak Nabi Adam karena memperebutkan perempuan.
Dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul-pun memaparkan hal
sedemikian rupa, yang sejalan dengan riwayat pertama, yaitu :
“Ketika anak Nabi Adam beranjak dewasa, Allah
memerintahkan untuk menikahkan mereka. Adapun syaratnya adalah
tidak boleh menikah dengan saudara kembarnya sendiri. Maka, Nabi
Ada memutuskan untuk menikahkan Qābīl dengan saudara kembar
Hābīl, serta Hābīl dengan saudara kembar Qābīl
Akan tetapi, Qābīl tidak terima dengan keputusan Nabi Adam
karena ia menginkan untuk menikahi saudari kembarnya sendiri yang
lebih cantik daripada saudari kembar Hābīl. Oleh sebab itu, Nabi
Adam kemudian memerintahkan keduanya untuk memberikan
84

persembahan kepada Allah. Barang siapa yang persembahannya


diterima, maka dialah yang akan menikah dengan saudara kembar
Qābīl.”
Kurban dalam Islam merupakan ibadah tertua yang masih
dilakukan hingga masa kini. Esensi kurban bagi umat muslim pada
dasarnya adalah untuk mencari keridhaan Allah. Kurban memiliki
tujuan agar dapat mempertebal dan memperkuat ketakwaan seorang
hamba. Dengan ibadah ini, Allah menilai kualitas ketakwaan seorang
hamba terhadap Tuhannya.17 Berkaitan dengan esensi kurban yang
sakral ini, riwayat yang menyebutkan bahwa terjadinya kurban
disebabkan oleh perebutan perempuan memalingkan dari makna kurban
dari asalnya, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul yang menjadi objek
kajian penulis, pada bagian kisah tentang dua anak Nabi Adam yang
mempersembahkan kurban, memberikan keterangan bahwa sebab
terjadinya kurban adalah untuk memperebutkan seorang wanita cantik
yang ingin dinikahi oleh Qābīl. Tidak sampai situ saja, perebutan
perempuan oleh Qābīl dan saudaranya memicu perbuatan keji Qābīl
terhadap Hābīl. Hemat penulis, kisah yang diceritakan dalam buku
tersebut berpotensi menimbulkan pemahaman yang terus menerus
melenceng dari tujuan kurban yang dilakukan oleh dua anak Nabi Adam
atas perintah Allah, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
menguji ketakwaan seorang hamba terhadap Tuhannya.
Masuknya unsur kisah isrāīliyyāt dalam buku Kisah Teladan 25
Nabi dan Rasul, mengindikasikan masih luasnya pengaruh riwayat
isrāīliyyāt dalam khazanah keilmuan Islam. Pada kenyataannya, buku

17
Choirul Mahfud, “Tafsir Kontekstual Ibadah Kurban dalam Islam”.
Humanika : Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 5.
85

kisah Nabi untuk anak-anak memiliki andil yang cukup besar dalam
memberikan pemahaman dasar agama Islam pada anak usia dini.
Bahkan, metode kisah merupakan metode yang ampuh untuk
menyalurkan pendidikan, selain dari teks perintah dan larangan dalam
Islam. Memberikan edukasi dengan metode kisah memiliki
keistimewaan berdampak pada psikologis pendengar. Selain itu, dari
kisah-kisah pula, manusia bisa termotivasi untuk mengikuti perilaku
yang diambil sebagai pelajaran sebuah kisah yang diceritakan. 18 Oleh
sebab itu, kepedulian umat muslim terhadap riwayat isrāīliyyāt sangat
perlu ditingkatkan untuk menyelamatkan generasi muslim, utamanya
anak-anak dari kisah-kisah yang menyalahi ajaran Islam.
2. Kisah Nabi Nuh dan Kapalnya
Bagian selanjutnya dari penelitian penulis adalah kisah tentang
Nabi Nuh dan kapalnya. Kisah ini tidak kalah masyhur dari kisah dua
anak Nabi Adam. Kisah Nabi Nuh yang berkaitan dengan kapalnya ini
tercantum dalam QS. Hūd/11 : 38 :

ْ ‫الْاِنْتَس َخ ُروا‬ ِ ‫ويصنَعْال ُفل ِۗكْوُكلَّماْمَّرْعلَي ِهْمَلٌَ ِْمنْقَوِمهْس ِخرو‬


َ َ‫اْمنهُِْۗق‬ َ َ َ َ َ ُ ََ
ُ َ ِۗ ِ َ
ْ )38(ْ‫ْ ِمنَّاْفَاًِنَّْنَس َخ ُر ِْمن ُكمْ َك َماْتَس َخ ُرو َن‬
“Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin
kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh)
berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan
mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami).” (QS. Hūd /11
: 38)
Kisah Nabi Nuh terdapat pada QS. Hūd/11 : 37-44, yang
memaparkan tentang pembuatan kapal hingga azab yang menimpa

18
Mamik Rosita, “Membentuk Karakter Siswa Melalui Metode Kisah
Qur’ani”. FITRAH. vol.2, no.1 (Januari- Juni 2016): 59.
86

kaum Nabi Nuh yang enggan beriman kepada ajaran Nabi Nuh. Salah
satu bagian kisah Nabi Nuh ini disorot penulis terkait keabsahan kisah
yang tertulis dalam buku kisah substansi anak yang berjudul Kisah
Teladan 25 Nabi dan Rasul. Sebagian kisah yang dimaksud adalah
tentang Nabi Nuh dan kapalnya yang terdapat pada QS. Hūd/11 : 38.

Menurut Muhammad Husain al-Żahabī dalam bukunya,


Isrāīliyyāt dalam Kitab Tafsir dan Hadis, menjelaskan bahwa dalam
Tafsir karya Ibn Jarīr al-Ṭabarī banyak mengandung kisah-kisah yang
menurutnya aneh serta tidak diikuti dengan penelitian dan dianggap
cukup hanya dengan memaparkan sanad kisahnya. 19 Yang termasuk
dalam kisah ini adalah penafsiran terhadap kisah Nabi Nuh dan kapalnya
pada Qs. Hūd/11 ayat 38.
Untuk memberi penafsiran terhadap kisah ini, al-Ṭabarī
mengemukakan riwayat isrāīliyyāt yang bersumber dari Ibn Abbās. 20
Riwayatnya adalah sebagai berikut :
Al-Qāsim menceritakan kepada kami, ia berkata al-Hajjāj
menceritakan kepada kami dari Mufaḍḍal ibn Faḍālah, dari Ali ibn Zaid
ibn Ja’dan dari Yūsūf ibn Miḥran dari Ibn Abbas>. Ia berkata : Al-
ḥawāriyyūn berkata pada Nabi Isa ibn Maryam, “Jika engkau adalah
orang yang diutus pada kami dan mengetahui tentang perahu Nabi Nuh,
maka ceritakanlah pada kami”
Ia berkata, “beliau (Nabi Isa) kemudian pergi dan mengajak
mereka menuju sebuah bukit pasir, lalu beliau mengambil debu dan
meletakkannya di atas telapak tangannya, lalu beliau berkata ‘ini adalah

19
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, terj. Didin
Hafidhuddin (Jakarta: PT. Litera AntarNusa, 1993), 112.
20
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt dalam Tafsir al-
Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kaṡīr, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 103.
87

Ka’ab Ham ibn Nuh. Beliau kemudian memukul tanah di telapak


tangannya tersebut dnegan tongkatnya dan berkata ‘Bangunlah atas izin
Allah!’. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki berdiri sambil mengibaskan
debu di atas kepalanya, ia masih muda. Nabi Isa kemudian bertanya
padanya, ‘apakah seperti ini cara kamu mati?’, ia menjawab, ‘Tidak, aku
mati saat masih muda. Aku mengira bahwa saat terjadi hari kiamat, aku
akan menua.”
Nabi Nuh berkata, “ ceritakanlah pada kami tentang perahu Nabi
Nuh!”. Ia kemudian menjelaskan “panjang kapal itu seribu dua ratus
hasta, lebarnya enam ratus hasta, dan kapal itu memiliki tiga tingkatan.
Tingkatan pertama ditempati oleh ibnatang ternak dan ibnatang buas,
tingkat kedua ditempati oleh manusia, dan tingkat ketiga ditempati oleh
burung-burung21.”
Dalam buku Melacak Unsur-Unsur isrāīliyyāt dalam Tafsir al-
Ṭabarī dan tafsir Ibn Kaṡīr disebutkan bahwa kisah ini termasuk dalam
riwayat isrāīliyyāt yang mauqūf.22 Isrāīliyyāt yang mauqūf adalah
isrāīliyyāt yang tidak sejalan tapi tidak juga bertentangan dengan Islam.
Isrāīliyyāt yang mauqūf berarti didiamkan karena keberadaannya tidak
memiliki faidah dalam ajaran Islam sehingga tidak ada kepentingan
untuk terus menerus disebarkan.
Isrāīliyyāt mauqūf sejenis kisah Nabi Nuh tersebut diantaranya
adalah riwayat Ibn Abbaās dari Ka‘ab al-Akhbār dan Qatādah dari Wahb
ibn Mubhabbih tentang kisah orang yang pertama kali membangun
ka’bah, yaitu Nabi Syits. 23

21
Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, vol.14, terj. Ahmad Muhammad Syakir
dan Mahmud Muhammad Syakir, (Jakarta: Pustaka Azzam), 5-6.
22
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt , 102.
23
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt , 32
88

Selain riwayat yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa


riwayat lain dalam tafsir. Namun menurut HAMKA, dalam tafsirnya,
beliau berpendapat bahwa tidak perlu memaparkan banyak riwayat
kisah Nabi Nuh terkait hal ini seperti halnya dipaparkan dalam tafsir-
tafsir lain, karena banyak diantaranya yang ditambah-tambah dan
dilebih-lebihkan. Agaknya, hal riwayat semacam ini termasuk ke dalam
dongeng-dengan isrāīliyyāt.24
Sehubungan dengan penelitian penulis terhadap riwayat
isrāīliyyāt pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, maka penulis
melakukan tinjauan terhadap buku tersebut pada kisah Nabi Nuh ini.
Menurut analisa penulis, kisah Nabi Nuh pada buku kisah 25 Nabi
mengandung riwayat isrāīliyyāt yang dicantumkan di dalamnya, yaitu
pada bagian cerita kisah tentang Nabi Nuh dan kapalnya.
Pada halaman 15 buku tersebut, dipaparkan penjelasan mengenai
pembuatan kapal Nabi Nuh, yang menyebutkan juga mengenai
perincian kapal Nabi Nuh. Redaksi kisah yang dimaksud telah
disebutkan oleh penulis pada bab yang telah lalu.
“Nabi Nuh tidak memedulikan ejekan kaumnya. Ia dan para
pengikutnya tetap bekerja siang malam untuk menyelesaikan
kapal secepatnya. Kapal yang dibuat Nabi Nuh dan pengikutnya
sangat besar. Kapal itu terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama
akan diisi berbagai ibnatang peliharaan, tingkat kedua diisi oleh
manusia, dan tingkat ketiga untuk berbagai jenis burung.”
Hal-hal rinci pada sebuah kisah, seperti penyebutan jumlah
tingkatan pada kapal tersebut, ukuran kapal, bentuk kapal, dan lain-lain
sarat akan riwayat isrāīliyyāt yang ditambah-tambahkan padahal ada
atau tidak adanya penambahan tersebut masih akan tetap bisa dipahami

24
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhār, juz 12, (Singapura:
Pustaka Nasional PTE LTD), 3478.
89

maknanya. Adapun penambahannya pun tidak memberikan faidah yang


berarti karena al-Qur’an pun hanya menyebutkan secara global.

Dengan demikian, pada buku Kisah 25 Nabi dan Rasul, pada


bagian kisah Nabi Nuh memuat sebagian riwayat isrāīliyyāt di dalamya,
yaitu tentang kisah detail ukuran kapal Nabi Nuh. Isrāīliyyāt tersebut
tergolong sebagai isrāīliyyāt yang mauqūf atau didiamkan. Isrāīliyyāt
semacam ini tidak diketahui kebenaran dan kepalsuannya. Menurut al-
Baqā‘i dalam al-Aqwāl al-Qawīmah fī Hukmi al-Naqli, hukum
meriwayatkan riwayat mauqūf yang berasal dari Bani Israil adalah
boleh, dengan catatan hanya untuk mengetahui semesta bukan untuk
dijadikan sandaran. 25 Oleh sebab itu, isrāīliyyāt ini tidak boleh
didustakan keberadaannya namun tidak pula boleh mengimaninya.

3. Kisah Kesabaran Nabi Ayyub


Kisah selanjutnya yang akan dibahas penulis adalah kisah tentang
Nabi Ayyub. Nabi Ayyub adalah salah satu Nabi yang terkenal dengan
kesabarannya menghadapi ujian dari Allah berupa penyakit. Kisah Nabi
Ayyub sangat masyhur dan dijadikan teladan oleh umat muslim agar
mencontoh kesabaran Nabi Ayyub. Kisah yang relevan dengan kajian
penulis ini terdapat dalam al-Qur’an yaitu pada QS. Ṣād/11 ayat 41-44
dan QS. al-Anbiyā’/ 21 ayat 83-84.
Qs. Ṣād/ 11: 41-44 :

ِ
َ ‫ابْ۝ْارُكضْبِ ِرجل‬
ْ‫ك‬ ٍ ‫بْو َع َذ‬ ٍ ِ
َ ‫َنْالشَّيطَا ُنْبنُص‬ ِ َ ‫َّن‬
َ ‫ْم َّس‬ ِِ‫ىْربَّهُْأ‬ َ ‫وبْإِذ‬
َ ‫ًْن َد‬ َ ُّ‫ْعب َد ًَنْأَي‬
َ ‫َواذ ُكر‬
ِ ‫َّاْوِذكر‬
ْ‫ىِْلوَل‬ ِ ِ
ٌ ‫ْب ِرٌد َْو َشَر‬
َ َ ‫ْم َع ُهم َْرْحَةً ْمن‬
َ ‫اب ْ۝ ْ َوَوَهب نَاْلَهُ ْأَهلَهُ َْومث لَ ُهم‬ َ ‫اْمغتَ َس ٌل‬
ُ ‫َه َذ‬

25
Rofiq Junaidi, “Al-Āṣil wa al-Dākhil fi al-Tafsīr”, Al-A’raf, Jurnal
Pemikiran Islam dan Filsafat, vol.11, no.2, (Juli-Desember 2014): 85.
90

ُْ‫ْصابًِراْنِع َم ْال َعب ُد ْإِنَّه‬ ِ ‫اب ْ۝ ْوخذْ ْبِي ِد َك‬


َ ‫ْضغثًاْفَاض ِرب ْبِِه َْو‬ ِ ‫اِللب‬
َ ُ‫ّلَْتنَث ْإِ ًَّن َْو َجد ًَنه‬ َ َُ َ
‫ابْ۝‬
ٌْ ‫أ ََّو‬
“Dan ingatlah tentang hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru
Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan
dan siksaan’. (Allah berfirman), ‘hentakkanlah kakimu, inilah air
yang sejuk untuk mandi dan untuk minum’. Dan (Kami) anugerahi
dia (dengan mengumpulkan) keluarganya dan (Kami tambahkan)
pada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan
ambillah dengan tanganmu (seikat rumput, maka pukullah dengan
itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami
dapati dia (Ayyub) sebagai orang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia amatlah taat (pada Tuhannya).” (Qs.
Ṣād / 11: 41-44)
QS. al-Anbiyā’/21 : 83-84 :

ِِ‫ْٱلر‬ َ ‫وبْإِذ‬
ْ‫اْما‬
َ َ‫ْيْ۝ْفَٱستَ َجب نَاْلَهُۥْفَ َك َشفن‬ َْ ‫ْح‬ َّٰ ‫َنتْأَر َح ُم‬
َ ‫ِنْٱلضُُّّر َْوأ‬ِ َ ‫َّن‬
َ ‫ْم َّس‬ ِِ‫ًْن َد ٰى َْربَّٓهُۥْأ‬ َ ُّ‫َوأَي‬
‫ين ۝‬ َْ ‫ند ًَن َْوِذكَر ٰىْلِل َٰعبِ ِد‬
ِ ‫ْع‬
ِ ‫مْمعهمْْرْحةً ِْمن‬
ِ َ َ ُ َ َّ ‫ۥْومث لَ ُه‬
ِ ‫ۦْمنْض ٍرْْۖوءاتَي ٰنَهْأَهلَه‬
َ ُ ُ َ َ ُِ
ِ ‫بِِه‬
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya : ‘
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan yang maha penyayang di antara semua
penyayang. Maka Kami kabulkan (doanya), lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya, dan (Kami lipat-gandakan) jumlah
mereka sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (QS. al-
Anbiyā’/21 : 83-84)
Dalam riwayat Wahab ibn Muhabbih, dikatakan bahwa Nabi
Ayyub memiliki nama asli Ayyub ibn Amuṣ ibn Tārikh ibn Rūm ibn Aṣ
ibn Ishāq ibn Ibrāhīm. Ibunya merupakan keturunan dari Nabi Luth ibn
Haran. 26 Allah memilihnya sebagai Nabi dan telah melimpahkan
kekayaan dunia yang amat banyak dalam berbagai jenis. Nabi Ayyub
adalah orang kaya yang dermawan yang kerap memberi makan anak

26
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 158.
91

yatim dan janda serta memberi bekal pada orang yang bepergian (Ibn
Sabīl). Dari berbagai kekayaan yang dimiliki Nabi Ayyub ini, beliau
menjadi hamba yang sangat taat pada Allah dan selalu bersyukur pada-
Nya.
Kisah tentang kesengsaraan dan cobaan yang menimpa Nabi
Ayyub telah banyak diceritakan dalam berbagai versi, baik versi kisah
yang panjang maupun pendek. Kisah-kisah tersebut tersebar dalam
banyak tafsir, namun tidak sedikit pula yang menceritakan kisah dengan
berlebihan dan mengutip dari riwayat isrāīliyyāt. Kesimpulan dari
berbagai kisah yang beredar adalah tentang asal mula kehidupan Nabi
Ayub yang kaya raya dan dermawan, namun tetap taat pada Allah.
Kemudian keadaan menjadi berbalik ketika Nabi Ayyub ditimpa
musibah. dari keadaan ini, banyak muncul kisah yang dilebih-lebihkan
mengenai hilangnya kenikmatan Nabi Ayyub, bagaimana kekayaan
yang dimilikinya bisa lenyap, mengidap penyakit yang menjijikkan
hingga tidak ada lagi orang yang mendekatinya. Semua orang
meninggalkannya kecuali istrinya.
Dalam tafsir al-Ṭabarī terdapat riwayat yang sangat panjang
terkait dengan musibah yang menimpa Nabi Ayyub. Diantara riwayat
tentang kisah Nabi Ayyub yaitu diriwayatkan oleh Muhammad ibn
Sahal ibn Askar al-bukhārī dari Ismāīl ibn Abd al-Karīm ibn Hisyam, ia
mendapat kisah dari Abd al-Ṣamad ibn Ma’qal, ia berkata bahwa ia
mendengar riwayat dari Wahab ibn Muhabbih. 27
Dalam tafsir al-Azhār juga disebutkan bahwa al-Rāzī mengutip
dalam tafsirnya riwayat tentang penyakit Nabi Ayyub, riwayat tersebut

27
Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, 187
92

datang dari sumber yang sama, yaitu Wahab ibn Munabbih. Dari dua
riwayat tersebut menceritakan hal yang serupa, meskipun memiliki
penambahan-penambahan yang berbeda. Ketika penulis menyoroti
bagian kisah tentang kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi
musibah berupa penyakit, penulis menemukan kesamaan yaitu
penjelasan detail tentang kekejian penyakit yang menimpa Nabi Ayyub.
Tentu saja hal tersebut terkesan berlebihan dalam membumbui sebuah
kisah. Hemat penulis, pemaparan-pemaparan kisah tentang penyakit
yang menjijikkan yang menimpa seorang Nabi, hanya akan memberikan
kesan yang buruk pada seorang Nabi.
Dalam Tafsir al-Azhār, Wahab ibn Munabbih meriwayatkan
tentang kisah bahwa iblis meminta pada Allah agar menguji Nabi Ayyub
dengan memberi kesengsaraan dengan harapan agar ketakwaan Nabi
Ayyub menjadi goyah. Kemudian Allah memberi kuasa pada iblis atas
harta Nabi Ayyub. Iblis pun melenyapkan harta benda Nabi Ayyub
dengan berbagai cara, mematikan ternak-ternaknya, menghancurkan
ladang dan sawahnya hingga habis tak tersisa hartanya. Namun, tujuan
iblis untuk menggoyahkan iman Nabi Ayyub tidaklah berhasil, dan iblis
masih tidak puas dengan apa yang dicapainya.
Setelah tidak berhasil menguji Nabi Ayyub dengan hartanya,
maka iblis meminta pada Allah agar diberi kuasa untuk menyakiti anak-
anak Nabi Ayyub. Iblis menghancurkan tempat tinggal Nabi Ayyub dan
anak-anaknya dengan adanya gempa hingga semua anak Nabi Ayyub
meninggal dengan keadaan yang keji karena tertimpa rumah. Namun hal
ini juga tidak mampu mempengaruhi keimanan Nabi Ayyub, bahkan
93

Nabi Ayyub semakin mengingat Tuhannya, bahwa semua yang


dimilikinya akan kembali pada Tuhannya. 28
Sebab ketidak berhasilan iblis menggoda Nabi Ayyub dari harta
benda dan anak-anaknya, iblis kemudian meminta pada Allah untuk
diberi kuasa bisa menyakiti jasad Nabi Ayyub. Allah pun mengizinkan
permintaan iblis untuk menyakiti Nabi Ayyub, kecuali hati, akal dan
lidahnya. Dan inilah kisah yang paling masyhur diantara berbagai
cobaan yang menimpa nabi Ayyub. Kisah tentang kesabaran Nabi
Ayyub atas penyakit yang menimpanya sangat dikenang oleh umat
muslim. Namun dibalik itu, ternyata riwayat isrāīliyyāt masih
membayang-bayangi kisah yang telah beredar luas tersebut.
Masih dalam Tafsir al-Azhār, mengutip dari kisah yang ditulis al-
Rāzī dalam tafsirnya, setelah mendapat izin dari Allah untuk menyakiti
Nabi Ayyub, ketika Nabi Ayyub sedang sujud, saat itulah iblis
menghembuskan melalui paruhnya, lalu Nabi Ayyub merasakan gatal-
gatal di seluruh tubuhnya. Ketika beliau menggaruknya, maka kukunya
lepas. Beliau mencoba menggaruk rasa gatalnya dengan benda-benda
yang kesat, dengan tembikar, bahkan dengan batu, namun rasa gatalnya
tak kunjung mereda. Tanpa disadari, dagingnya telah luka-luka dan
robek hingga hingga keluar nanah yang memiliki bau sangat busuk.
Karena keadaan Nabi Ayyub dengan penyakitnya, penduduk desa tidak
betah dengan bau busuk yang menjalar pada tubuh Nabi Ayyub ,
kemudian penduduk negeri pun mengusir Nabi Ayyub. Semua orang

28
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 6,
(Singapura : Pustaka Nasional PTE LTD), 4624.
94

menolak dan mengasingkannya, kecuali istrinya; Siti Rahmah binti


Afraim ibn Yūsūf. 29
Bukan hanya riwayat di atas saja, bahkan dalam Tafsir al-Qurṭūbī
disebutkan bahwa ketika Nabi Ayyub sedang sujud, iblis meniupkan
tiupan di hidungnya hingga badan Nabi Ayyub merasa seperti terbakar.
Dagingnya terasa hancur, tumbuh kutil-kutil di kulitnya yang
menyebabkan gatal. Nabi Ayyub menggaruknya hingga dagingnya
habis terpotong dan berjatuhan, kulitnya rusak dan baunya busuk. Hal
30
itu menyebabkan Nabi Ayyub diasingkan oleh penduduk desa.
Imam al-Qurṭūbī merujuk pada kalam Ibn Arabi, berpendapat
bahwa kisah isrāīliyyāt yang berkaitan tentang penyakit Nabi Ayyub
itu bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah, maka wajib ditolak dan
berpaling dari kisah tersebut. Karena kisah semacam itu tidak
mendatangkan manfaat, tetapi hanya akan menambah kebimbangan
umat muslim. 31
Menurut HAMKA, dalam tafsir al-Azhār, penjelasan tentang
penyakit Nabi Ayyub tidak ada sumber yang bisa dipegang. Namun
kisah-kisah yang masuk pada kitab tafsir, diulang berkali-kali tanpa
pertimbangan akal sehingga akan mempengaruhi pemikiran orang yang
masih awam. Riwayat tentang sakit yang diderita Nabi Ayyub banyak
bersumber dari Wahab ibn Munabbih. Adapun riwayat-riwayat dari
Wahab ibn Munabbih dalam berbagai kitab tafsir merupakan riwayat

29
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, jilid 6,
4624.
30
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī 194.
31
Abdul Wasik, Ahmad Baijuri, Cermin Wanita; Kisah Inspiratif tentang Istri
para Nabi, (Pamekasan : Duta Media Publishing), 69
95

yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, sebab bercampur antara yang


haq dan yang batil. 32
Syaikh Muhammad Roji Kinaas berkata bahwa kisah yang
berkaitan dengan kondisi tubuh Nabi Ayyub yang membusuk dan
menjijikkan sangatlah tidak pantas menurut banyak ulama. Para ulama’
menganggap bahwa kisah semacam ini termasuk pada golongan kisah
isrāīliyyāt yang bertentangan dengan Islam. Kisah ini tidak dapat
diterima dan dikonsumsi oleh umat muslim karena hal semacam ini
termasuk pada merendahkan derajat seorang Nabi. 33
Yang dimaksud ujian yang dihadapi para Nabi agar mereka
bersabar adalah seumpama Nabi Nuh yang dakwah dengan waktu yang
lama dan anak kandungnya enggan beriman, kekerasan hati Bani Israil
dalam menerima wahyu, bukan iblis mendapat kuasa dari Allah untuk
berbuat keji pada seorang Nabi. 34 Allah yang mengutus seorang Nabi
pada hamba-hambanya dan seorang Nabi adalah orang yang Ma’ṣhūm
(dijaga) oleh Allah, maka hal semacam ini keluar dari akal sehat
manusia. Kalau seorang Nabi yang notabene sebagai utusan pada suatu
kaum untuk menyebarkan dan mengajak mengesakan Allah diceritakan
sedemikian rupa, maka umat enggan untuk menerima dakwahnya.
Imam al-Qurṭūbī meminjam kalam Ibn Arabi, berpendapat bahwa
kisah isrāīliyyāt yang berkaitan tentang penyakit Nabi Ayyub itu
bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah, maka wajib ditolak dan
berpaling dari kisah tersebut. Karena kisah semacam itu tidak

32
Muhammad Erpian Maulana, “Dakhīl al-Naqli Kisah Nabi Ayyub pada
Tafsir Al-Qur’an Al-Azzim Karya Ibn Kaṡīr”, Al-Bayan, : Studi Al-Qur’an dan
Tafsir, vol. 4, no.2, (Desember 2019), 149.
33
Abdul Wasik, Ahmad Baijuri, Cermin Wanita,, 68.
34
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhār, 4624.
96

mendatangkan manfaat, tetapi hanya akan menambah kebimbangan


umat muslim. 35 Menurut pendapat al-Żahabī menggolongkan kisah
semacam ini termasuk pada kisah yang bertentangan dengan akidah dan
tidak sejalan dengan pokok-pokok syariat Islam. 36 Sedangkan Abu
Syahbah berpendapat bahwa penisbatan sakit yang diderita Nabi Ayyub
merupakan bagian dari perbuatan para pemalsu hadis yang
menunggangi sanad dengan matan atau memanfaatkan kelemahan
perawi hadis sehingga riwayat semacam ini termasuk isrāīliyyāt.
kebenaran pada riwayat ini bersifat nisbi, yang berarti bahwa shahihnya
sanad tidak menjamin apa yang diriwayatkan dalam matan bukanlah
berasal dari isrāīliyyāt.37
Dalam buku Cermin Wanita menyebutkan bahwa al-Marāghī
berpendapat dalam tafsirnya, bahwa riwayat yang mengatakan bahwa
penyakit yang diderita Nabi Ayyub sampai pada kondisi yang
menjijikkan sehingga membuat kaumnya menjauh, kecuali istrinya,
riwayat tersebut adalah bagian dari riwayat isrāīliyyāt yang wajib
diyakini kebohongannya. hal ini dikarenakan riwayat-riwayat tersebut
tidak memiliki sanad yang sahih dan bertentangan dengan syarat
kenabian, yaitu seorang Nabi tidak akan ditimpa penyakit yang
menyebabkan tanfīr (ditinggal kaumnya). Jika itu terjadi, maka seorang
Nabi tidak akan bisa menyampaikan risalah kenabiannya. 38
Sehubungan dengan keterkaitan penelitian dengan buku kisah
Nabi berjudul Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, penulis melakukan
analisa dan menyimpulkan bahwa dalam buku tersebut memuat unsur

35
Abdul Wasik, Ahmad Baijuri, Cermin Wanita,, 69.
36
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ 158
37
Muhammad Erpian Maulana, “Dakhīl al-Naqli Kisah Nabi Ayyub, 155.
38
Abdul Wasik, Ahmad Baijuri, Cermin Wanita,, 69.
97

isrāīliyyāt. Dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul tersebut


memuat redaksi kisah yang memberikan pemahaman bahwa iblis
berhasil menguji Nabi Ayyub dengan membuat orang-orang di sekitar
beliau merasa jijik atas penyakit yang diderita Nabi Ayyub. Redaksi
dalam buku tersebut menyebutkan bahwa :
“Karena iblis merasa gagal menggoda pribadi Nabi Ayyub, iblis
pun menggoda orang-orang di sekelilingnya. Iblis membuat
orang-orang merasa jijik pada Nabi Ayyub. Nabi Ayyub pun
mulai dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk para
pembantu dan anak-anaknya. Hanya istrinya yang masih bertahan
untuk merawat Nabi Ayyub.
Semakin hari, penyakit Nabi Ayyub semakin parah. Bau busuk
yang ditimbulkan pun semakin menyengat. Karena jijik dan
khawatir tertular, para penduduk kemudian mengusir Nabi Ayyub
untuk keluar dari kampung.” 39
Redaksi kisah yang sedemikian rupa dalam buku tersebut terlihat
sejalan dengan riwayat-riwayat isrāīliyyāt yang menceritakan bahwa
Nabi Ayyub menderita penyakit yang menjijikkan hingga dijauhi
kaumnya sendiri. Padahal riwayat-riwayat tentang kisah ini banyak
sekali berasal dari riwayat isrāīliyyāt yang menurunkan derajat
kenabian Nabi Ayyub. Seperti halnya riwayat kebanyakan isrāīliyyāt,
biasanya diceritakan berulang-ulang dalam kitab tafsir, namun
kebenarannya perlu diteliti ulang, sebab tidak semua mufasir
mengemukakan status atau memberi catatan atas riwayat tersebut. Sebab
banyaknya terdapat dalam kitab tafsir, bukan berarti banyak pula orang
yang meriwayatkan kisah tersebut.
Pemberian sifat sakit kulit yang parah kepada seorang Nabi dan
Rasul, bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Abdurrahman ibn Saqaf
berpendapat bahwa : “Sifat jaiz bagi Rasul adalah semua tabiat manusia

39
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, 62.
98

yang tidak menunjukkan sisi kelemahan dalam martabatnya yang tinggi,


seperti penyakit yang ringan, makan, minum, merasakan panas dan
dingin, lapar, dan sejenisnya.”
4. Kisah Nabi Daud dan Jālūt
Kisah selanjutnya adalah kisah tentang Nabi Daud dan Raja
Jālūt. Nabi Daud adalah seorang Raja bagi Bani Israil. Selain itu, Nabi
Daud juga salah satu Nabi yang menerima wahyu dari Allah berupa
kitab Zabur. Semua agama samawi di dunia mengakui bahwa Nabi Daud
terkenal dengan suara yang merdu ketika membaca ayat-ayat wahyu dari
Allah, bahkan Nabi Muhammad-pun memuji suara Nabi Daud. 40
Nabi Daud adalah seorang Nabi dari Bani Israil. Nasabnya adalah
Daud ibn Yahuza ibn Ya’qūb ibn Ishūq ibn Ibrahim. Salah satu kisah
Nabi Daud yang terkenal di kalangan umat muslim adalah tentang
keberaniannya melawan seorang Raja yang gagah perkasa yaitu Raja
Jālūt. Keberanian itu membawanya pada kemenangan mengalahkan
Raja Jālūt di usia yang masih kecil.
Nama Daud dalam al-Qur’an disebut dalam 16 tempat pada QS.
Al-baqarah, An-Nisā’, al-Māidah, al-Anbiyā’, An-Naml, Saba’, dan
Ṣād. Rangkaian tentang kisah Nabi Daud dan Raja Jalut diceritakan
dalam al-Qur’an pada Q.S. Al-baqarah /2 : 249- 251.

ْ‫س ِْم ِِِن‬ ِ ‫نْش ِر‬ ِ ِ ‫ْٱَّلل‬ ِ َ َ‫ودْق‬ ِ ‫فَ لَ َّماْفَصلْطَالُوتْبِٱْلن‬


َ ‫بْمنهُْفَ لَي‬ َ َ ‫ْمب تَل ًۢي ُكمْبنَ َه ٍرْفَ َم‬ ُ ََّ ‫الْإ َّن‬ ُُ ُ ََ
ِ ِ ِ ۟ ِ ِ ِ ِ
ْ‫ْهمْْۚفَ لَ َّما‬ ِ ‫فْغُرفَةًْبيَدهۦْْۚفَ َش ِربُواْمنهُْإَِّّلْقَل ًيَل‬
ُ ‫ْمن‬ َ ‫ْم ِنْٱغ َََت‬ ِ ِ
َ ‫نَْلْيَط َعمهُْفَإنَّهُۥْم ِِِٓنْإَّّل‬َّ ‫وَم‬
َ
ِ ِ ِ
َّ َ َ‫وتْو ُجنُودهۦْْۚق‬ ِ ۟ ۟ ِ َّ ‫ۥْهو‬
ْ‫ين‬ َ ‫الْٱلذ‬ َ َ ُ‫ْم َعهُۥْقَالُوا َّْلْطَاقَةَْلَنَاْٱليَ وَم ًِْۢبَال‬َ ‫ينْءَ َامنُوا‬ َ ‫ْْوٱلذ‬ َ َ ُ ُ‫َج َاوَزه‬
۟
ْ‫ين‬ ِ َِّٰ ‫ْم َع‬
َ ‫ْْٱلصْب‬ َّ ‫ْٱَّللِْ َِْۗو‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َّ ‫مْمنْفِئَ ٍةْقَلِيلَ ٍةْغَلَبَتْفِئَةًْ َكثِ َيةًِْبِِذ ِن‬
ِ َِّ ‫مْم ٰلَ ُقوا‬
ِ ‫ْٱَّللْ َك‬ ُّ ُ‫يَظُنُّو َنْأ َََّن‬

40
Muhammad Thaib Muhammad, “Kisah Daud A.S. dalam Perspektif Al-
Qur’an”, Al-Mu’ashirah, vol.15, no. 2, (Juli 2018), 191.
99

ْ ‫اْوثَ بِِت‬ ِِ ِ
َ ً‫اْربَّ نَ اْأَف رِغ ْعَ لَي نَ اْصَ ْب‬
َ ‫ْو ُج نُود ه ْ قَا لُو‬
َ ‫وت‬ َ ُ‫۝ْولَ َّم اْبَ َر ُزواْْلَا ل‬
َ
ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ َ‫ْوقَ تَ ل‬
َ ‫ْاَّلل‬
َّ ‫وه م ْ ِب ذ ن‬ُ ُ‫ين ْ۝ْفَ َه َزم‬ َ ِ‫اْوان صُ ر ًَن ْعَ لَىْال قَ وم ْال َك اف ر‬
َ َ‫أَق َد امَ ن‬
ِ ِ ‫ْاَّلل ْال م ل ك‬
ْ ‫ِْۗولَوَّل‬ َ َ‫ْوعَْ لَّ َم هُِْمَّاْي‬
َ ُْ‫ش اء‬ َ َ ُ ُ َّ ُ‫آَت ه‬
َ َ‫ْواْل ك َم ة‬ َ ‫ْو‬َ ‫وت‬َ ُ‫ْج ا ل‬
َ ُ‫اوود‬ ُ َ‫د‬
َّ ‫ْولَٰ كِ َّن‬
ْ ‫ْاَّللَْ ذُ وْ فَض ٍل‬ ِ ٍ ‫َّاس ْبَ ع ضَ ُه م ْ بِبَ ع‬ َِّ ‫د ف ع‬
َ ‫ض‬
ُ ‫س َد ت ْاِلَر‬ َ ‫ض ْ لَ َف‬ َ ‫ْاَّلل ْال ن‬ ُ َ
‫ْيْ ْ ۝‬ ِ
َ ‫عَ لَىْال عَ ا لَم‬
“ Ketika Ṭālūt telah keluar membawa tentara-tentaranya, ia
berkata : ‘sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu
sungai. Siapa diantara kalian yang meminumnya, maka ia
bukanlah pengikutku. Dan siapa yang tidak meminumnya kecuali
seteguk, maka ia pengikutku. Maka mereka meminum (air)
kecuali beberapa dari mereka. Maka tatkala Ṭālūt dan orang-orang
yang beriman telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata : ‘ Tak ada kesanggupan kami pada hari ini
untuk melawan Jālūt dan tentaranya’. Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akna menemui Allah berkata : ‘ Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang
sabar.
Dan tatkala Jālūt dan tentaranya telah nampak oleh mereka
(Ṭālūt dan tentaranya), merekapun berdoa : ‘Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
Maka mereka (tentara Ṭālūt), mengalahkan tentara Jal>u>t
dengan izin Allah, (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut,
kemudian Allah memberikan padanya pemerintahan dan hikmah
(sesudah meninggalnya Ṭālūt) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain,
maka rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia atas
semesta alam.” (QS. Al-Baqarah/2 : 249-251).

Kisah tentang Nabi Daud membunuh Raja Jālūt dikisahkan dalam


al-Qur’an dalam satu rangkaian ayat. Bermula dari kisah kepemimpinan
Ṭālūt, hingga kisah kemenangan Nabi Daud terhadap Raja Jālūt. Kisah
ini berkaitan erat dengan kepemimpinan dua kelompok, yaitu kelompok
100

Bani Israil dengan pimpinan Raja Ṭālūt melawan kelompok penyembah


berhala yang dipimpin oleh Raja Jālūt. al-Qur’an telah mengisahkan
sejarah keberanian Nabi Daud pada ayat di atas.
Dalam menghadapi Jālūt, Ṭālūt membawa pasukan dari Bait al-
Maqdīs berjumlah delapan puluh ribu orang. Tidak ada kaum Bani Israil
yang menolak ajakan rajanya untuk melawan Jalut kecuali sedikit orang
yang sakit atau sudah terlalu tua.
Dalam tafsir al-Ṭabarī terdapat beberapa riwayat yang menyajikan
pemaparan tentang kisah ini. diantaranya adalah riwayat Ibn Humaid. Ia
berkata, Salamah menceritakan kepadaku dari Ishaq, beberapa ulama
memberitahu kepada kami, dari Wahab ibn Munabbih. Ia berkata : “
Ṭālūt keluar bersama mereka saat mereka mengikutinya dan tidak ada
yang menolak kecuali orang-orang tua yang sakit, atau orang cacat atau
orang yang sedang berada dalam pekerjaan yang tidak bisa
ditinggalkan”.
Dalam perjalanan menuju peperangan, pasukan Ṭālūt diuji dengan
adanya sungai, seperti yang telah disebutkan dalam QS. al-Baqarah ayat
249. Abū Ja’fār berkata, orang-orang yang meminum sungai itu akan
merasa haus, sedangkan siapa yang mengambil seciduk dengan tangan,
maka dia akan merasa kenyang. Namun pasukan Raja Ṭālūt mayoritas
meminum air di sungai itu. 41 Dalam beberapa riwayat, sungai tersebut
berada di perbatasan Palestina dan Yordania.
Riwayat-riwayat yang menceritakan tentang pasukan Bani Israil
yang melanggar ujian dengan meminum air sungai, diantaranya adalah
: “ Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata : Yazīd menceritakan

41
Ibn Jarīr al-Ṭabarī,, Tafsir al-Ṭabarī, Jilid. 4, 373.
101

kepada kami, ia berkata : Saīd menceritakan kepada kami, dari

Qatādah, tentang firman Allah : ْ‫ِنْإَِّّل‬ ِ ِ َّ ِ ِ ‫نْش ِر‬


ِِٓ ‫بْمنهُْفَلَيسْم ِِِن َْوَمنَْلْيَط َعمهُْفَإنَّهُۥْم‬
َ َ َ ‫فَ َم‬
ِ ‫ف ْغُرفَ ًۢةً ْبِي ِد ِهۦْۚ ْفَ َش ِربو۟ا ِْمنه ْإَِّّل ْقَلِ ًيَل‬
ْ‫ْمن ُهم‬ َ ‫ َم ِن ْٱغ َََت‬maka kaum itu meminum
ِ ُ ُ َ
berdasarkan keyakinan mereka. Adapun orang-orang kafir, mereka
meminumnya tetapi tidak merasa kenyang, sedangkan orang-orang yang
beriman, meminum dengan menciduk dengan tangannya. Itu sudah
mengenyangkannya.”42
Adapun orang-orang yang melanggar pantangan untuk tidak
meminum air sungai, mereka memisahkan diri dari Ṭālūt dan orang-
orang yang teguh untuk memerangi Jālūt. Dalam Tafsir al-Qurṭubī
disebutkan bahwa ada sekitar tujuh puluh enam ribu orang yang tidak
meneruskan perjalanan dan kembali ke kampungnya, sedangkan yang
meneruskan perjalanan tinggallah orang-orang yang beriman. Sebagian
dari mereka ada yang minum seciduk dari sungai, dan sebagian lagi ada
yang tidak minum sama sekali. 43 Sedangkan pada riwayat yang berbeda,
dari Ibn Abbās dan al-Sūdi mengatakan bahwa jumlah personil yang
menyeberangi sungai bersama Ṭālūt berjumlah empat ribu orang.
Namun ketika melihat Jālūt dan tentaranya yang berjumlah seratus ribu
orang dengan membawa senjata berupa pedang, tentara Ṭālūt banyak
yang melarikan diri. Pasukan Ṭālūt berkurang dalam jumlah yang sangat
banyak hingga merasa ragu dalam menghadapi pasukan Jālūt yang jauh
lebih banyak.

42
Ibn Jarīr al-Ṭabarī,, Tafsir al-Ṭabarī, Jilid. 4, 378.
43
Abū Abdillāh ibn Muhammad al-Qurṭūbī, Tafsir al-Qurṭūbī, jilid 2, 549.
102

Dalam sebuah riwayat dari al-Ḥasan ibn Yaḥya menceritakan


kepada kami, ia berkata : “Abd al-Razzāq memberitahukan kepada
kami, ia berkata :
Ma’mar memberitahukan kepada kami, dari Qatādah, tentang
ًۢ
firman Allah ِ‫ْٱَّلل‬
َّْ ‫مْمنْفِئَ ٍةْقَلِيلَ ٍةْ َغلَبَتْفِئَةًْْْ َكثِيةًِْبِِذ ِن‬
ِ
ِ ‫‘ َك‬berapa banyak terjadi
َ
golongan yang sedikit bisa mengalahkan golongan yang banyak,
dengan izin Allah’. Maksudnya adalah berkaitan dengan sabda
Rasulullah pada sahabatnya pada perang badar.

ْ.ٍ‫ابْطَالُوتْثَلَثُ ِمأَة‬
ِ ‫أَن تُمْبِعِدَّةِْأَصح‬
َ
‘Jumlah kalian adalah sejumlah tentara Ṭālūt, yaitu tiga ratus
orang’. Qatādah berkata, bahwa yang berperang bersama Nabi pada
perang badar adalah tiga ratus lebih belasan orang. 44
Ketika tentara Ṭālūt hendak menghadapi tentara Jālūt. yang,
mereka berdoa kepada Allah agar diberi kesabaran, seperti halnya

terdapat pada QS. al-Baqarah ayat 50. ْ ‫قَا لُواْربَّ نَ اْأَف رِغْعَ لَ ي نَ اْصَ ْب اْوثَ بِِ ت‬
َ ً َ
ِ ِ
َ ِ‫اْوان صُ ر ًَن ْعَ لَ ىْال قَ وم ْال َك اف ر‬
ْ‫ين‬ َ َ‫أَق َد امَ ن‬ mereka memint a agar diberi

kesabaran, kokohnya pendirian, kekuatan dalam menghadapi


mereka, serta memint a pertolongan kepada Allah dari orang -
orang kafir.
Ayat 51 pada QS. al-Baqarah mengisahkan tentang Nabi Daud
yang membunuh Ṭālūt. Penjelasan ayat tersebut dalam tafsir al-Ṭabarī
menyebutkan bahwa Allah mengabulkan doa pasukan Jālūt dengan
melimpahkan kesabaran pada mereka, meneguhkan kaki mereka dan

44
Ibn Jarīr al-Ṭabarī,, Tafsir al-Ṭabarī, Vol. 4, 383.
103

menolong mereka dari orang-orang kafir, yaitu dari pasukan Jālūt. Pada
ayat tersebut, seorang Nabi Allah-lah yang berhasil menyebabkan
pimpinan Palestina itu terbunuh. Diantara riwayat yang menyebutkan
tentang kisah Nabi daud membunuh Raja Jālūt adalah :
Al-Ḥasan ibn Yaḥya menceritakan kepada kami, ia berkata : “ Abd
al-Razzāq memberitahukan kepada kami, ia berkata : aku mendengar
Wahab ibn Munabbih berbicara, ia berkata : ketika Ṭālūt keluar, atau
ketika Ṭālūt berhadapan dengan Jālūt, Jālūt berkata : Hadapkan
kepadaku orang yang menantangku. Jika dia bisa membunuhku maka
kalian berhak memiliki kerajaanku, dan jika aku bisa membunuhnya,
maka aku berhak memiliki kerajaan kalian. Kemudian Nabi Daud
datang menghadap Ṭālūt, lalu Ṭālūt menjanjikan akan menikahkan
Nabi Daud dengan putrinya dan akan diberi sebagian hartanya jika ia
bisa membunuh Jālūt. Ṭālūt memberi senjata yang mana Nabi Daud
tidak suka menggunakan senjata tersebut. Lalu Nabi Daud berkata : jika
Allah tidak menolongku mengalahkannya, maka senjata tidak berarti
apa-apa. Nabi Daud kemudian keluar dengan ketapel dan kantong yang
berisi batu. Kemudian beranjak menghadap pada Jālūt.
Jālūt bertanya pada Nabi Daud : ‘Apa engkau yang akan bertarung
denganku?’ nabi Daud menjawab : ‘Ya’. Jālūt berkata : ‘ Celaka kau.
Kau tidak keluar kecuali seperti akan mengusir anjing dengan ketapel
batu? Pasti aku akan cerai beraikan dagingmu dan hari ini burung dan
ibnatang akan memakanmu.
Nabi Daud berkata : ‘ Wahai engkau musuh Allah, engkau bahkan
lebih buruk dari anjing. Lalu Nabi Daud mengambil sebuah batu dan
melontarkannya dengan ketapel hingga mengenai antara kedua mata
104

Jalut sampai menembus otaknya. Maka Jālūt terjatuh. Kemudian


pasukannya pun menyerah dan Nabi Daud memenggal kepalanya.
Ketika pasukan Ṭālūt telah kembali pada rajanya, mereka berebut
mengaku telah membunuh Jālūt. di antara mereka ada yang membawa
pedang milik Jālūt, membawa bagian tubuhnya, sedangkan Nabi Daud
menyembunyikan kepalanya. Maka Ṭālūt berkata : ‘ siapa yang datang
dengan membawa kepalanya, maka dialah yang telah membunuh Jalut’.
kemudian Nabi Daud berkata untuk menagih janji yang diucapkan
Ṭālūt. ‘Berikan apa yang telah engkau janjikan kepadaku’. Maka Ṭālūt
pun menyesali janjinya”.45
Riwayat terbunuhnya Jālūt oleh Nabi Daud masih memiliki
kelanjutan dengan Ṭālūt menyesali janjinya hingga ia memberikan
syarat lagi kepada Nabi Daud dengan dalih seorang putri raja tidak
mungkin menikah tanpa ada maharnya. Maka Ṭālūt meminta untuk
dibawakan tiga ratus ghilfah (ujung kelamin laki-laki) musuh kita. Lalu
Nabi Daud berperang lagi melawan tiga ratus pasukan Jālūt untuk
memenuhi syarat dari Ṭālūt. Nabi Daud melakukan syarat-syarat yang
diberikan Ṭālūt hingga memberikan apa yang telah dijanjikannya.
Kisah tentang syarat-syarat yang diajukan Ṭālūt pada Nabi Daud
sudah semakin jauh dan mengada-ada untuk dikisahkan kepada seorang
Nabi yang dijaga oleh Allah wibawa dan kemuliaannya. Banyak riwayat
lain memberi sorotan pada hal yang sama pada kisah ini. Riwayat-
riwayat yang ada tidak jauh berbeda dengan yang telah dipaparkan, yaitu
Nabi Daud yang melakukan berbagai cara untuk bisa menikahi anak
perempuan raja Ṭālūt.

45
Ibn Jarīr al-Ṭabarī,, Tafsir al-Ṭabarī, Jilid. 4, 390.
105

Dalam buku kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, dipaparkan tentang


kisah Nabi Daud yang berhasil membunuh Jalut. kisah yang dipaparkan
dalam buku tersebut sejalan dengan penafsiran yang telah disebutkan di
atas. Redaksi kisah yang berkaitan dengan hal ini adalah sebagai berikut
:
“ Nabi Daud adalah seorang Nabi yang berasal dari Bani Israil.
Pada masa itu, Bani Israil dipimpin oleh raja yang beriman, yaitu
Raja Ṭālūt. Suatu ketika, Raja Ṭālūt hendak memerangi Raja
Jālūt. Raja Jālūt adalah Raja Palestina yang terkenal zalim dan
kejam. Raja Jālūt sangat senang menindas dan membuat rakyatnya
menderita.
Akan tetapi, kekuasaan Raja Jālūt sangatlah besar. Ia memiliki
pasukan bersenjata lengkap yang banyak dan kuat. Untuk
menambah kekuatan, Raja Ṭālūt membuat sayembara, barang
siapa yang bisa mengalahkan Raja Jālūt, maka akan dinikahkan
dengan putrinya dan diberi kedudukan yang penting di istana.”

Kisah tentang Nabi Daud dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan
Rasul tertera pada halaman 97- 101. Bagian kisah yang penulis sorot
dalam pembahasan kali ini adalah tentang Nabi Daud yang membunuh
untuk mendapat imbalan menikah dengan putri Raja Ṭālūt. Sikap
mengejar hal duniawi yang digambarkan tentunya menodai kemuliaan
seorang utusan Allah. Menurut al-Żahabī, sesuatu yang menjadi
panutan, apalagi seorang Rasul, maka harus memiliki sifat-sifat lahiriah,
disamping moral yang menunjukkan kekaguman pada mereka. 46
Buku Karya Rosihon Anwar berjudul Melacak Unsur isrāīliyyāt
dalam al-Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kaṡīr juga membahas tentang kisah
Nabi Daud dan Jālūt yang penafsiran ayatnya merujuk pada riwayat
Wahab ibn Munabbih seperti riwayat yang telah dipaparkan penulis di

46
Muhammad Ḥusain al- Żahabī, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, 161.
106

atas. Seperti diketahui, bahwa Wahab ibn Munabbih adalah salah


seorang yang terkenal dengan riwayat isrāīliyyāt nya.
Dalam buku Melacak Unsur isrāīliyyāt dalam Tafsir al-Ṭabarī
dan Tafsir Ibn Kaṡīr, kisah Nabi Daud membunuh Jālūt dan diberi
imbalan putri Jālūt dikelompokkan pada kisah isrāīliyyāt yang tidak
sejalan dengan Islam. Penafsiran al-Ṭabarī tentang riwayat kisah Nabi
Daud yang telah penulis kemukakan di awal, tidak diberi penjelasan
apapun oleh al-Ṭabarī , baik secara matan maupun sanadnya. Padahal
menurut Syuhbah dalam kitab Isrāīliyyāt wa Al-Maudhū’āt fī kutubi al-
tafsīr kisah di dalamnya terdapat kebohongan-kebohongan. al-Ṭabarī
tidak mengomentari bagaimana bisa Nabi Daud dapat diperbudak oleh
Ṭālūt, padahal ia adalah seorang utusan Allah. Bahkan dalam riwayat
kisah tersebut digambarkan bahwa Nabi Daud membunuh Jālūt adalah
untuk menikahi putri Raja. Hal ini tidak pantas untuk dinisbatkan pada
seorang Nabi. 47 Bahkan hemat penulis, esensi dan hikmah kisah Nabi
Daud membunuh Jālūt bisa hilang karena dalam riwayat yang beredar
sama sekali tidak menyebutkan bahwa Nabi Daud membunuh Jālūt
adalah sebagai jihadnya melawan orang kafir dan menenteramkan
bangsanya, yaitu Bani Israil yang semula ditindas terus menerus oleh
kaum Jālūt.
5. Kisah Kenaikan Nabi Isa
Nabi Isa adalah salah satu Nabi yang terkenal bukan hanya
dikalangan umat muslim, melainkan pada umat kristiani hingga masa
kini. Kisah Nabi Isa lekat dengan kisah penyaliban dan diangkatnya
Nabi Isa ke langit. Penulis merasa perlu membahas hal yang menarik ini
sebab banyaknya pendapat yang muncul atas kisah ini. Korelasi

47
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt , 87.
107

pembahasan pada buku buku kisah anak-pun menjadi perlu untuk


menyunting kisa-kisah yang beredar di kalangan anak-anak muslim.
Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menceritakan kisah penyaliban
Nabi Isa adalah QS. al-Nisā’/4 : 157-158 :

ْ‫ْومَ ا‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫وقَ وِلِِم ْ إِ ًَّن ْقَ ت ل نَ اْال م ِس‬


َ ُ‫ْومَ اْقَ تَ لُوه‬
َ ‫ْاَّلل‬ َ َ‫يس ىْاب َن ْمَ ر ََي‬
َ ‫ْر ُس‬ َ ‫يح ْع‬ َ َ َ َ
ِ ‫ك‬ ِ ِ ِ َّ ِ ْ ‫ص لَب وه ْولَٰ كِ ن ْش بِ ه ْ َِل م‬
ْ‫ْم ن هُْ ْۚمَ ا‬ َ ‫ْين ْاخ تَ لَ فُ واْف يهِ ْ لَف‬
ٍِ ‫يْش‬
َ ‫ْۚوإ نَّ ْا ل ذ‬
َ ُ َ ُِ َ ُ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ُْ‫ْرفَ عَ ه‬
َ ‫)ْبَل‬1٥7(ْْ‫ْۚومَ اْقَ تَ لُوهُ ْيَق ينً ا‬ َ ْ ِ‫َِلُم ْ ب ه ْم ن ْع ل ٍم ْ إ َّّل ْا تِ بَ اعَ ْال ظَّ ِن‬
)١٥٨( ْ ‫يم ا‬ ِ ‫ْاَّلل ْع زِيز‬ ِ ِ َّ
ً ‫اْح ك‬ َ ً َ ُ َّ ‫ْۚو َك ا َن‬ َ ْ ‫اَّللُْ إ لَي ه‬
“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah
membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. tidak memiliki keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa mereka membunuh itu adalah Isa. Tetapi
(yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Nisā’/4
: 157-158)
Ayat lain yang menceritakan kisah tersebut adalah QS. Ali
Imrān/3 : 54-55 :

‫ْاَّللُْ يٰ عِي ٰسٓ ى‬ ِ ِ


ِٰ ‫ ) ْ ا ذْ ْ قَا َل‬٥٤ ْ ( ࣖ ْ ‫ْخ يُْال ٰم ك رِي َن‬ َ ُ‫اَّلل‬ ِٰ ‫اْومَ َك َر‬
ِٰ ‫ْاَّللُْ َِۗو‬ َ ‫َومَ َك ُرو‬
ْ ‫ْو َج اعِ لُ ْا لَّذِ ي َن‬ ِ َّ ِ ِ ِ ‫ْ اِ ِّن ْم ت وفِِي ك ْورافِ ع‬
َ ‫ْومُ طَ ِه ُر َك ْم َن ْا ل ذ ي َن ْ َك َف ُروا‬ َ َّ‫ك ْا ََل‬ َ ُ ََ َ َ َُ ِ
ْ ُ‫اتَّبَ عُ و َك ْفَ و َق ْا لَّذِ ي َن ْ َك َف ُر ٓو ا ْاِ ِٰل ْيَ و ِم ْال قِ ٰي َم ةِ ْ ۚ ْ ُثَُّ ْاِ ََلَّ ْمَ ر ِج عُ كُ م ْ فَاَح كُ م‬
ْ ) ٥٥ ْ ( ْ ْ‫ُْت تَ لِ فُْ و َن‬َ ِ‫بَ ي نَكُ م ْفِ ي َم اْكُ ن تُم ْفِ ي ه‬
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas
tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku
akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat
kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang
108

yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di


atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya
kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu
tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya" (QS. Ali
Imrān/3 : 54-55)
Kisah tentang kehidupan Nabi Isa banyak diceritakan baik di
kalangan umat Islam maupun Kristen. Kisah Nabi Isa bahkan sangat
terkenal pada beberapa bagian kisah kehidupannya. Peristiwa-peristiwa
penting Nabi Isa sebagaimana menurut Prof. Dr. H. Rasyidi adalah
sebagai berikut :
“Ayat-ayat yang berhubungan dengan Nabi Isa baik secara
langsung maupun tidak, terdapat sekitar 75 ayat yang tersebar pada
beberapa surat. Pokok penting dalam pembahasan kisah Nabi Isa adalah
: (1) Kisah kelahirannya, (2) Kisah Nabi Isa dituhankan oleh Bani Israil,
(3) kisah kematian Nabi Isa yang disalib. 48
Eksistensi Nabi Isa di kalangan umat muslim adalah sebagai
seorang Nabi atau utusan Allah yang membawa ajaran agar manusia
selalu pada jalan yang diridhai Allah. Nabi Isa adalah hamba Allah yang
istimewa, yang memiliki mukjizat dari Allah sebagai pengukuh
kenabian dan kerasulannya. Lain halnya dikalangan orang Nasrani, Nabi
Isa dianggap sebagai perwujudan firman Tuhan dalam bentuk manusia.
Nabi Isa menurut umat Nasrani bukan hanya manusia biasa, melainkan
memiliki pengaruh yang penting sehingga umat Nasrani begitu
memuliakannya dan menjadikannya Tuhan. 49
Kisah akhir kehidupan Nabi Isa juga menjadi pembahasan yang
menarik dalam Islam maupun Nasrani. Kisah tentang penyaliban Nabi

48
Nurhidayat, Kisah Nabi Isa dalam al-Qur’an (Suatu Kajian Sejarah, (Tesis
S2: UIN Alauddin Makassar, 2017), 18.
49
Nurhidayat, “Kisah Nabi Isa dalam Al-Qur’an, 18.
109

Isa menjadi kontroversial di kalangan dua agama. Tentang kebenaran


orang yang disalib di akhir hidup Nabi Isa, apakah benar Nabi Isa atau
bukan. Sebagai umat Islam, apa yang disampaikan al-Qur’an harus
dijadikan patokan utama dalam mencari kebenaran.
Menurut Ibn Jarīr al-Ṭabarī dalam menafsirkan Qs al-Nisā’/4 :
147, para mufasir berbeda pendapat terkait maksud dari “penyerupaan”
Yahudi terhadap Nabi Isa.
Sebagian berpendapat bahwa ketika orang Yahudi mengepung
Nabi Isa dan sahabat-sahabatnya, mereka sendiri tidak mengetahui jelas
bagaimana rupa Nabi Isa. Ketika mereka sampai di tempat Nabi Isa,
mereka tidak mengenali yang mana Nabi Isa, sebab semua yang berada
di sana berubah bentuk menyerupai Nabi Isa. Sehingga, ketika salah
seorang sahabat yang berada pada rumah tersebut keluar, ia langsung
dibunuh dan disalib oleh kaum Yahudi.
Sebagian lain berpendapat bahwa penyerupaan itu hanya terjadi
pada satu orang. Ketika Nabi Isa bersama dengan sahabat-sahabatnya,
Nabi Isa bertanya kepada orang-orang yang berada bersamanya tentang
siapa yang bersedia untuk diserupakan menjadi dirinya. Kemudian
terdapat seseorang yang rela mengorbankan dirinya untuk diserupakan
dengan Nabi Isa. Laki-laki itu terbunuh dan disalib, sedangkan Nabi Isa
diangkat oleh Allah. 50
Pendapat-pendapat tersebut datang bukan tanpa dasar, melainkan
dari riwayat-riwayat yang beredar di kalangan mufasir dalam
menjelaskan ayat di atas. Di antara riwayat-riwayatnya adalah sebagai
berikut :

50
Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, Jilid 8, 95.
110

“Dari Ibn Humaid, ia menceritakan kepada kami : Ya’qūb al-


Qummī menceritakan kepada kami, dari Harun ibn Antarah, dari Wahab
ibn Munabbih, ia berkata : ‘Nabi Isa datang bersama tujuh belas orang
sahabatnya (al-Hawāriyyūn), kemudian mereka masuk ke dalam rumah.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah terkepung dalam rumah
tersebut. Ketika kaum Yahudi masuk ke dalam rumah untuk menemui
Nabi Isa dan para sahabatnya, Allah mengubah semua rupa wujud
sahabat Nabi Isa menjadi seperti wujud Nabi Isa. Maka, kaum Yahudi
tersebut berkata pada orang-orang yang ada disitu : ‘kalian telah
menyihir kami! Perlihatkan Isa kepada kami, atau kami bunuh kalian
semua’
Sebelum penyerangan itu terjadi, nabi Isa berkata kepada para
sahabatnya, ‘siapa diantara kalian yang ingin menukar dirinya pada hari
ini dengan surga?’, salah seorang diantara mereka lalu berkata “ aku
yang akan keluar menemui mereka’. Laki-laki itu pun berseru pada
kaum Yahudi “Akulah Isa’.
Padahal Allah telah mengubah wujudnya menjadi menyerupai
Nabi Isa. Kaum Yahudi kemudian menawan, membunuh, dan
menyalibnya. Padahal sebenarnya yang ditawan itu bukanlah Nabi Isa,
namun mereka menyangka bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa.” 51
Kaum Nasrani pun demikian. Mereka beranggapan bahwa orang
yang terbunuh dan disalib pada malam itu adalah Nabi Isa, padahal pada
malam itu, Nabi Isa tidak dibunuh dan disalib melainkan Allah telah
mengangkatnya, sebagaimana sesuai dengan firman Allah pada Qs. al-
Nisā’/4 : 158.

51
Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, jilid 6. 691.
111

Pendapat kedua yang menyatakan bahwa yang diserupakan


sebagai Nabi Isa datang bersandar pada riwayat sebagaimana di bawah
ini :
“Bisyr ibn Mu‘āż menceritakan kepada kami,m ia berkata : Yazīd
menceritakan kepada kami, ia berkata :
Said menceritakan kepada kami, dari Qatādāh tentang firman
َِّ ‫ول‬ ِ ِ ِ
Allah ْ‫ْومَ ا‬
َ ُ‫ْومَ ا ْقَ تَ لُوه‬
َ ‫ْاَّلل‬ َ ‫ْر ُس‬
َ َ‫يس ى ْاب َن ْمَ ر ََي‬ َ ‫إ ًَّن ْقَ تَ ل نَ ا ْال َم س‬
َ ‫يح ْع‬
‫ْولَٰ كِ ن ْشُ بِِ هَْ َِلُم‬
َ ُ‫صَ لَبُوه‬ mereka adalah kaum Yahudi yang menjadi

musuh Allah. Mereka memberikan perintah untuk membunuh


Isa putra Maryam, utusan Allah. Mereka mengira telah
membunuh dan menyalibnya.
Disebutkan kepada kami, bahwa Nabi Isa berkata pada sahabatnya
: ‘siapakah di antara kalian yang bersedia untuk diserupakan denganku
untuk kemudian dibunuh?’ seorang laki-laki diantara mereka kemudian
berkata : ‘aku wahai Nabi Allah.’ Laki-laki itu kemudian terbunuh
sedangkan Nabi Isa diangkat Allah ke langit.”52
Riwayat serupa datang dari Al-Hasan ibn Yahya, Muhammad Ali
ibn Husain, al-Mutsannā, Ibn Humaid, Muhammad ibn Amr dan lain-
lain. Kesamaan periwayatannya adalah bersumber dari Qatādah yang
mengemukakan riwayat bahwa penyerupaan Nabi Isa hanya terjadi pada
salah seorang sahabatnya saja.
Al- Ḥasan ibn Yaḥya menceritakan kepada kami, ia berkata : Abd
ar-Razzāq mengabarkan kepada kami, ia berkata : Ma’mar mengabarkan

52
Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī, jilid 6. 696.
112

kepad kami dari Qatādah, tentang firman Allah ْ ُ‫ْومَ اْصَ لَ بُ وه‬
َ ُ‫َومَ اْقَ تَ لُوه‬
‫َولَٰ كِ ن ْشُ بِِ هَ ْ َِلُم‬ ia berkata, ‘seorang laki-laki dari golongan al-

hawāriyyūn bersedia untuk diserupakan dengan Nabi Isa lalu


dibunuh.
Sebelum pembunuhan it u, Nabi Isa mengajukan hal it u
kepada mereka, beliau berkata : ‘siapakah diantara kalian yang
bersedia untuk diserupakan dengan diriku? Jika ada yang
bersedia maka baginya surga’. Seorang laki-laki kemudian
berkata : ‘aku bersedia’.
Berkaitan dengan hal ini, seperti yang telah dipaparkan di atas, al-
Ṭabarī dalam tafsirnya mengemukakan beberapa riwayat yang didukung
oleh banyak sanad. Riwayat pertama bersumber dari Wahab ibn
Munabbih, dari beberapa jalur yang berbeda. Riwayat dari Wahab ibn
Munabbih mengatakan bahwa yang diserupakan adalah keseluruhan
sahabat Nabi Isa yang berada bersamanya. Sehingga kaum Yahudi
membunuh dan menyalib salah seorang diantara mereka dan menyangka
bahwa telah membunuh Nabi Isa.
Sedangkan pendapat lain bersumber dari Qatādah, yang terdapat
beberapa sanad juga, pendapat ini mengatakan bahwa yang diserupakan
hanyalah salah satu saja diantara sahabat-sahabat Nabi Isa. Ketika
memasuki rumah, kaum Yahudi langsung membunuh sahabat yang
diserupakan tersebut, dan Nabi Isa diangkat ke langit.53
Al-Qur’an memang tidak menyebutkan secara rinci tentang
penyerupaan Nabi Isa. Siapa yang diserupakan, satu orang atau semua

53
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt , 111.
113

orang yang berada di sana yang diserupakan, sehingga pembahasan ini


kerap menjadi perdebatan dan kontroversi. Pemahaman tentang ayat
penyerupaan Nabi Isa inipun terbelah menjadi dua pendapat, seperti
yang telah dipaparkan di atas. Padahal kenyataannya, umat Islam
mempercayai bahwa Nabi Isa tidaklah dibunuh dan tidak pula disalib.
Penjelasan tentang perbedaan pendapat penyerupaan Nabi Isa ini
dapat ditemukan juga pada buku Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt
dalam Tafsir al-Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kaṡīr. Dalam penjelasannya,
Rosihon Anwar mengungkapkan bahwa jika saja masih terdapat
perselisihan tentang berapa banyak orang yang diserupakan menjadi
Nabi Isa untuk kemudian dibunuh dan disalib oleh orang Yahudi, maka
sudah dipastikan uraian tersebut berasal dari riwayat isrāīliyyāt.54 Jadi
bisa disimpulkan, riwayat-riwayat yang telah penulis sebutkan di atas
merupakan riwayat isrāīliyyāt.
Untuk memenuhi kelengkapan penelitian penulis, setelah
mengemukakan riwayat isrāīliyyāt tentang kisah penyaliban Nabi Isa
dalam Tafsir, komparasi kisah yang beredar di masa kini juga menjadi
pokok pembahasan penulis. Dalam hal ini, merujuk pada kisah nabi
untuk dimensi anak-anak pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul.
Pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, mengenai kisah
penyaliban Nabi Isa disajikan kisah sebagai berikut :
“Rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh Bani Israil
diketahui oleh Nabi Isa. Ia dan para pengikutnya kemudian melarikan
diri dan bersembunyi di dalam gua. Namun, seorang pengikut Nabi Isa
berkhianat dan memberitahukan letak tempat persembunyiannnya
kepada Bani Israil.

54
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt , 111.
114

Allah kemudian memberikan pertolongan. Nabi Isa diangkat


ke langit oleh Allah. Sementara itu, pengikut Nabi Isa yang
berkhianat diubah wajahnya dan diserupakan dengan wajah Nabi
Isa. Bani Israil yang mengira bahwa ia adalah Nabi Isa, kemudian
menangkap dan menyalibnya.” 55
Kisah penyaliban Nabi Isa dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi
digambarkan bahwa yang disalib hanyalah salah seorang pengikut Nabi
Isa yang berkhianat. Bukan semua orang yang berada bersama Nabi Isa.
Seperti yang telah penulis sebutkan, bahwa kedua riwayat baik yang
mengatakan bahwa yang diserupakan hanya satu atau semua orang yang
bersama Nabi Isa, keduanya adalah sama berasal dari riwayat
isrāīliyyāt.
Dalam tafsirnya, al- Ṭabarī juga memberi kritik terhadap riwayat-
riwayat yang dikemukakannya. Dari dua pendapat tentang penyaliban
Nabi Isa tersebut, al-Ṭabarī memilih riwayat yang bersumber dari
Wahab ibn Munabbih, riwayat tersebut dianggap paling masuk akal.
Karena apabila yang diserupakan hanya satu orang, tentu kaum Yahudi
tidak merasa bingung mereka telah membunuh Nabi Isa atau bukan.
Namun,> al- Ṭabarī tidak serta merta menerima mutlak dan yakin
terhadap pilihannya, sebab masih mungkin terdapat isrāīliyyāt -
isrāīliyyāt lain yang lebih mendekati kisah yang sebenarnya terjadi. 56
Rosihon Anwar, dalam buku Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt
dalam Tafsir al- Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kasīr mengelompokkan kisah ini
pada bagian kisah isrāīliyyāt yang mauqūf.57 Oleh sebab itu, perdebatan
tentang siapa yang diserupakan tidaklah memberi faidah untuk terus
menerus dibahas. Namun kisah tersebut sudah melekat pada episode

55
Izzah Annisa, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, 126-127.
56
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt, 111.
57
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat, 111.
115

kehidupan Nabi Isa sehingga pada buku kisah untuk anak-pun masih
tercantum. Yang perlu diyakini bagi umat Islam adalah Nabi Isa
bukanlah orang yang dibunuh dan disalib pada saat itu.
Diantara alasan yang menguatkan bahwa Nabi Isa tidak dibunuh
adalah : Nabi Isa adalah utusan Alah, bukan orang yang dilaknat
sehingga harus menebus dosa dengan cara disalib seperti apa yang
diyakini umat Nasrani hingga saat ini. Peristiwa penyaliban ini pun tidak
boleh diyakini oleh umat muslim karena tidak dapat dibenarkan baik
secara naqli maupun aqli.
A. Pandangan Penulis Tentang Riwayat Isrāīliyyāt Pada Buku
“Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”
Infiltrasi masih terjadi bahkan dalam buku modern seperti buku
kisah para Nabi untuk anak-anak. Riwayat-riwayat isrāīliyyāt masih
terus berkembang dan menyusup pada elemen-elemen keilmuan Islam
sehingga perlu kehati-hatian dalam menyaring yang telah jauh beredar.
Jarak waktu penulisan tafsir hingga saat ini terpaut sangat jauh. Bagian
positif dari dimensi waktu tersebut adalah semakin banyaknya
perkembangan keilmuan terkait tafsir di seluruh dunia sehingga semakin
banyak referensi untuk bahan belajar umat Islam. Salah satu sisi
negatifnya adalah perkembangan yang tidak terkendali, menyasar pada
hal-hal yang kurang baik untuk ajaran Islam, diantaranya adalah riwayat
isrāīliyyāt yang turut berkembang mengiring perkembangan ilmu tafsir.
Buku Kisah Teladan 25 Nabi sangat dikemas dengan bahasa yang
ringan dan menarik untuk belajar agama usia anak-anak. Sudah tentu,
bahwa pembelajaran agama berdasarkan kisah-kisah lebih mudah
diserap anak-anak. Tak jarang, ingatan dari pembelajaran masa kecil
itulah yang akan dibawa hingga dewasa nanti. Adapun untuk
116

melengkapi penelitian ini, penulis merangkum keterangan didapat dari


penulis buku Kisah Teladan 25 Nabi, yaitu Ibu Izzah Annisa terkait
riwayat isrāīliyyāt yang terdapat pada buku tulisannya.
Menurut penulis buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, kisah
para Nabi sangat penting untuk dipelajari anak-anak karena terdapat
teladan yang bisa dijadikan pelajaran untuk kehidupan anak-anak.
Misalnya adalah tentang kesabaran, ketaatan, kejujuran, dan keimanan
dan keberanian para Nabi. 58
Penulis mengafirmasi pernyataan Izzah Annisa terkait manfaat
mengetahui kisah para Nabi bagi anak-anak. Sebab pada kenyataannya,
ingatan anak akan lebih menempel jika diberikan pembelajaran dengan
metode kisah yang bisa diimajinasikan oleh anak-anak.
Terkait penelitian penulis yang membahas tentang isrāīliyyāt
kisah para Nabi, dalam hal ini Kisah dua anak Nabi Adam, Kisah Nabi
Nuh, Kisah Nabi Ayyub, Kisah Nabi Daud, dan Kisah Nabi Isa, penulis
juga meminta tanggapan Ibu Izzah Annisa tentang riwayat isrāīliyyāt.
Ibu Izzah Annisa menjelaskan bahwa, karena al-Qur’an hanya
menyebutkan kisah Nabi secara global dan tidak menyebutkan
detailnya, maka kita boleh berpacu pada penafsiran ulama yang
terpercaya. Dalam penulisan buku tersebut-pun merujuk pada kitab-
kitab ulama, diantaranya adalah Tafsir Ibn Kaṡīr .
Pemaparan tentang isrāīliyyāt kisah beberapa Nabi yang telah
dijelaskan pada penelitian ini, memberi gambaran bahwa begitu sulitnya
melepaskan diri dari riwayat isrāīliyyāt yang membayangi aspek-aspek
keilmuan dan ajaran Islam. Terlepas dari beberapa kisah isrāīliyyāt

58
Izzah Annisa ‘Penulis Buku “Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul”’
Diwawancarai oleh Shivi Mala Ghummiah, Lamongan, 22 Februari 2021, Jawa
Timur.
117

yang terdapat pada buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dan telah
dibahas pada penelitian kali ini, perlu diketahui bahwa buku Kisah
Teladan 25 Nabi dan Rasul telah mengemas kisah para Nabi dengan
sangat baik. Bahkan bisa dibilang hanya sedikit yang tercampur dengan
riwayat-riwayat isrāīliyyāt diantara banyaknya riwayat isrāīliyyāt
tentang kisah para Nabi.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan penelitian tentang isrāīliyyāt yang terdapat pada
buku Kisah Teladan 25 Nabi telah tuntas dipaparkan penulis pada bab-
bab sebelumnya. Dari pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada buku cerita anak berjudul Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
karya Ibu Izzah Annisa terdapat kisah-kisah Nabi yang di dalamnya
terdapat infiltrasi riwayat-riwayat isrāīliyyāt. Kesimpulan ini didapat
penulis setelah mengkaji beberapa kisah Nabi dalam buku tersebut,
yaitu pada kisah dua anak Adam, Nabi Nuh, Nabi Ayyub, Nabi Daud,
dan Nabi Isa.
Pada kisah-kisah yang dibahas di penelitian ini, terdapat
kontaminasi cerita yang berasal dari riwayat isrāīliyyāt. Kontaminasi
riwayat isrāīliyyāt pada buku tersebut terdapat pada beberapa tempat
dengan beberapa jenis isrāīliyyāt. Sebagian termasuk pada isrāīliyyāt
yang bertentangan dengan Islam, dan sebagian termasuk pada riwayat
isrāīliyyāt yang didiamkan.
Riwayat isrāīliyyāt kisah dua anak Nabi Adam terdapat pada
sebab terjadinya kurban oleh Qa>bil dan Ha>bil, yaitu untuk menikahi
perempuan cantik. Riwayat isrāīliyyāt pada kisah Nabi Nuh terdapat
pada penjelasan detail ukuran kapal Nabi Nuh. Riwayat isrāīliyyāt kisah
Nabi Ayyub terdapat pada penjelasan penyakit Nabi Ayyub yang
berlebihan dan menurunkan derajat kenabian. Riwayat isrāīliyyāt kisah
Nabi Daud terdapat pada alasan Nabi Daud mengalahkan Ja>lu>t, yaitu
demi menikah dengan putri raja dan mendapatkan kekuasaan. Riwayat

119
120

isrāīliyyāt kisah Nabi Isa terdapat pada penyerupaan orang yang disalib
dan dibunuh, sedangkan Nabi Isa diangkat oleh Allah.
Terlepas dari itu, buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul tetaplah
buku yang sangat bagus dan menarik. Menurut Izzah Annisa, penulis
buku Kisah teladan 25 Nabi dan Rasul, dalam penulisan buku tersebut
penulis menggunakan referensi buku dan kitab karya ulama, termasuk
tafsir Ibn Kaśīr. Maka tidak heran jika diantara semua pembahasan kisah
para Nabi dalam buku tersebut, hanya ditemukan sedikit kisah
isrāīliyyāt yang mencampuri di dalamnya, yaitu kisah-kisah yang
dibahas dalam penelitian ini.
B. Saran
Kisah para nabi bukanlah dongeng anak-anak semata, melainkan
salah satu bagian dari ajaran Islam. oleh sebab itu, seiring perkembagan
zaman dan mudahnya akses pendidikan, penyebaran riwayat isrāīliyyāt
pada kisah Nabi harus segera diminimalisir agar bayang-bayang
khura>fa>t tidak melekat pada ajaran Islam.
Untuk pembaca, baik dari kalangan orang tua, guru, maupun
anak-anak, hendaknya selalu slektif dalam memilih buku bacaan anak,
terutama yang berkaitan dengan ilmu agama. Agar anak-anak bisa
mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah.
Begitu juga untuk penulis buku-buku anak, agar lebih berhati-hati dalam
memilih referensi tulisan, agar bisa menyajikan informasi yang valid
dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Penelitian ini tentu masih terdapat kekuarangan, sehingga untuk
peneliti selanjutnya diharap bisa menyempurnakan sisi yang belum
dibahas dalam penelitian ini. Diantaranya adalah kisah Nabi-Nabi lain
yang belum dibahas, baik dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
121

atau buku kisah yang lain. Penelitian tentang riwayat isrāīliyyāt masih
sangat perlu untuk dilanjutkan oleh para akademisi. Dengan harapan,
kisah-kisah isrāīliyyāt yang berkembang di masyarakat bisa berkurang.
122
DAFTAR PUSTAKA

Buku/Kitab
Annisa, Izzah. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Yogyakarta: PT.
Bentang Pustaka, 2017.
Anwar, Rosihon. Melacak Unsur-Unsur Isrāīliyyāt dalam Tafsir al-
Ṭabarī dan Tafsir Ibn Kas{i>r . Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
al-Bāsyūnī, Syaikh Hamīd Ahmad al- Ṭāhir, Ṣaḥīḥ Qaṡaṡ al-Qur’ān,
terj. Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Khalid Sharih,
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Dalimunthe, Sehat Sulthoni. Filsafat Pendidikan Anak. Yogyakarta:
CV. Budi Utama, 2016.
(HAMKA), Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Tafsir al-Azhār.
Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2008.
Ibn Kaṡīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibni Kaṡīr, Terj. Abdul Ghaffar dan Abu
Ihsan Al-Atsari. Bogor: Pustaka Imam Syafi'i, 2004.
KEMENAG RI. “Al-Qur’an Tajwid dilengkapi Terjemah’, Jakarta :
Maghfiroh Pustaka, 2016.
Mohd Nazri Ahmad, Mohd Najib Abdul Kadir. Isrāīliyyāt, Pengaruh
dalam Kitab Tafsir. Kuala Lumpur: SANON PRINTING
CORPORATION SDN BHD, t.thn.
Moleong, Lexy D. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdyakarya, 2011.
al-Qaṭṭān, Mannā’ Khalīl, Mabāḥīṡ Fī Ulūm al-Qur'ān, terj. Mudzakir
As. Bogor : Lintera AntarNusa, 2013.
al-Qurṭūbī, Abū Abdillāh ibn Muhammad. Tafsir al-Qurṭūbī, jilid 6.
Bogor: Pustaka Azzam, t.thn.
Raco. Metode Penelitian Kualitatif. Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010.
al-Sahbuny, Ali. Kamus Al-Qur’an, Qur'anic Explorer. Jakarta: Shahih,
2016.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Ulumul Qur'an . Bandung: Mizan,
1995.
......., M. Quraish. Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta: Pustaka, 2016.

123
124

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010.
al-Ṭabarī, Ibn Jarīr. Tafsir al-Ṭabarī, Terj. Ahmad Muhammad Syakir
dan Mahmud Muhammad Syakir. Jakarta : Pustaka Azzam,
t.thn.
Tholhah, Moch. Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an. Bantul: LkiS
Pelangi Aksara, 2016.
Ulinnuha, Muhammad. Metode Kritik al-Dakhīl Fī al-Tafsir. Jakarta
Selatan : PT. Qaf Media Kreativa, 2019.
al- Żahabī, Muhammad Husein, Isrāīliyyāt fī Tafsīr wa al-Hadīṡ, terj,
Didin Hafidhuddin, Jakarta: PT. Litera AntarNusa)1993.

Artikel Jurnal
Aisyah, Muh. Adil Makmur dan Siti. “Etika Jima' Menurut Imam
Madzhab.” Shautuna, (Mei 2020): 149-167.
Amin, Muhammad. “Kisah Adam dalam al-Qur’an dan Al-kitab serta
Pengaruhnya dalam Tafsir.” Jurnal Ilmu Agama, vol. 21, no. 22
(2020): 276-289.
Dalimunthe, Sehat Sulthoni. “Metode Kisah dalam Perspektif al-
Qur’an.” JURNAL TARBIYAH, 2016: 274-293.
Haramain, Muhammad. “Analisis Pesan Dakwah pada Kisah Dua Putra
Adam dalam al-Qur’an.” KOMUNIDA : Media Komunikasi dan
Dakwah, t.thn: 120-135.
Kahar, Abd. “Memahami Eksistensi Isrāīliyyāt dalam Tafsir.”
FURQANA, vol. 2, no.1. ( Februari 2016): 17-24.
Mahfud, Choirul. “Tafsir Kontekstual Ibadah Kurban dalam Islam.”
Humanika : Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, (M2014): 1-16.
Mahmud, Basri. “Isrāīliyyāt dalam tafsir Al-Thaba>ri.” Munzir, vol. 8,
no. 2, (November 2015): 157-178.
Muhammad, Muhammad Thaib. “Kisah Daud A.S. dalam Perspektif al-
Qur’an.” Al-Mu'ashirah, vol. 15, no. 2 ( Juli 2018): 191-205.
Najib, Muhammad. “Kisah Nabi Adam As. Dalam Al-Qur’an.” Al-
Itqan, vol.1, no. 1 (Juli 2015) : 105-125.
Nursyamsu. “Masuknya Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an.” Jurnal Al-
Irfani, vol. 3, no. 1 (2015): 1-29.
Raihanah, “Isrāīliyyāt dan Pengaruhnya terhadap Tafsir Al-Qur’an”
Tarbiyah Islamiah, vol. 5, no. 1 (Juni 2015): 96-116.
125

Rosita, Mamik. “membentuk Karakter Siswa melalui Metode Kisah


Qur'an.” FITRAH, vol. 2, no. 1, (Juni 2016): 53-72.
Syarifah, Umaiyatus. “Manhaj Tafsir dalam Memahami Ayat-Ayat
Kisah dalam Al-Qur’an.” Ulul Albab, vol. 13, no. 2. (2010).
Yasin, M, Suhandi, " Riwayat Isrāīliyyāt dalam Tafsir Al-Qur’an; Asal-usul
dan Hukumnya". Al-DZIKRA, vol. 14, no. 2 (Desember 2020): 221-
238.
Yati, Abizal Muhammad. “Pengaruh Kisah-Kisah Isrāīliyyāt terhadap
materi Dakwah.” Jurnal Al-Bayan, vol. 22, no. 31 (Juni 2015) : 1-
11.
Zarnuji, Ahmad. “Isrāīliyyāt dalam Menceritakan Kisah-Kisah Al-
Qur’an.” Fikri, vol. 1, no. 2 (Desember 2016) : 450-466.

Skripsi/Tesis/Disertasi
Annisa, maria Ulfa, “Studi Kritik Kisah Isrāīliyyāt Adam dan Hawa
dalam Tafsir al-Ṭabarī” Skripsi S1., UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, 2019.
Haq, Zia Ul “Penafsiran Isrāīliyyāt tentang Kisah Nabi Ayyub
As.dalam Kitab Tafsir Ibn Katsir” Skripsi S1., IAIN Palopo, 2018.
Nafisah, Siti. “Studi Analisis Kisah nabi Sulaiman As dalam Buku
Cerita Anak : Komparasi atas Kisah Nabi Sulaiman dalam Al-
Qur’an.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Nurhidayat. “Kisah Nabi Isa dalam Al-Qur’an.” Tesis S2., UIN
Alauddin Makassar, 2017.
Suherman, Jumadi. “Ketidaksesuaian Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku
Anak dengan Al-Qur’an.” Skripsi S1., UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017.
Ummi, Hasnil. “Muatan Isrāīliyyāt dalam Kisah Nabi Musa, Harun,
dan Samiri Telaah Terhadap Tafsir Al-Thaba>ri.” Skripsi., S1 UIN
Syarif Kasim Riau, 2019.

Wawancara
Annisa, Izzah, "Penulis Buku "Kisah 25 Nabi dan Rasul" Diwawancarai
oleh Shivi Mala Ghummiah. Lamongan, 25 Januari 2021, Jawa
Timur.

Website
126

M, Zainal Arifin. mengenal Jumlah Hitungan Ayat dalam Al-Qur’an. 17


januari 2021. https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/246-mengenal-
jumlah-hitungan-ayat-dalam-al-qur-an.

Anda mungkin juga menyukai