Anda di halaman 1dari 18

TAREKAT AS-SYADZILIYYAH: SEJARAH, TOKOH, DAN AJARAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam

Yang Diampu Oleh

Prof. Dr. H. Asmawi, M.Ag dan Dr. H. Reza Ahmad Zahid, Lc, M.Ag

Oleh

Luthfi Su’aidah 12850121019

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SAYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG
PRAKATA PENULIS

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dengan Judul “Tarekat
As-Syadziliyyah: Sejarah, Tokoh, Dan Ajaran” tanpa adanya suatu halangan.
Dan tak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam yang dibimbing oleh Dr. Reza Ahmad Zahid, Lc, M.Ag dan Dr. KH. Asmawi,
M.Ag, serta menambah wawasan tentang pembuatan karya tulis yang benar.
Dengan terselesaikannya tugas ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Maftuhin, M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
2. Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
3. Prof. Dr. H. Ahmad Tanzeh, M.Pd.I selaku Ketua Prodi MPI Pascasarjana UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Dr. Reza Ahmad Zahid, Lc, M.Ag dan Dr. KH. Asmawi, M.Ag, selaku Dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih kurang sempurna untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Tulungagung, 19 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas di negara kita
Indonesia, Sebagai pemeluk suatu agama pastilah seorang makhluk mengakui kebenaran
agamanya. Agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Makkah dan tiba di Indonesia
disebarkan oleh para pedagang Arab melalui sahabat Nabi dan para Ulama.
Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin berarti agama yang membawa rahmat atau
kasih sayang untuk kita semua. Islam tidak pernah memaksa untuk mengikuti agamanya karena
ajaran Islam mengakui bahwa manusia diciptakan berbeda-beda oleh Allah SWT. Islam
merupakan agama yang luwes dan relevan untuk semua zaman dan permasalahan. Islam tidak
pernah mempersulit manusia karena dalam Islam terdapat ruqshah yang fleksibel untuk
permasalahan umat. Jadi agama Islam merupakan agama yang paling ideal untuk keutuhan umat
manusia saat ini.
Sebuah agama tentunya memiliki landasan ajaran yang bisa dianut oleh umatnya. Islam
memiliki Al-quran sebagai kitab suci dan pegangan dari segala permasalahan umatt manusia. Al-
quran langsung diturnkan ole Allah untuk Nabi Muhammad, selain itu tentu saja ada Hadist Nabi
yang bertujuan untuk memperjelas tafsiran dari Al-quran. Di dalam hadist terdapat sunnah Nabi
yang bisa diikuti oleh umatnya. Sunnah secara bahasa artinya jalan hidup yang baik atau yang
buruk. Sedangkan menurut para Ulama sunnah merupakan segala tindak tanduk yang berasal
dari Nabi Muhammad SAW baik perkataan, perbuatan, persetujuan, sikap fisik, budi pekerti,
maupun jalan hidup Nabi. Sedangkan menurut istilah fiqih, sunnah merupakan suatu hukum
syariat yang berarti segala sesuatu yang dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
tidak mendapat dosa.
Islam merupakan agama yang fleksibel kepada umatnya, pasalnya beribadah tidak melulu
hanya tentang sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah mahdah lainnya. Ibadah mahdah adalah
ibadah yang telah ditentukan oleh syariat Islam, ibadah yang langsung ditujukan vertikal kepada
Allah. Tetapi juga ada ibadah ghoiru mahdah yaitu ibadah horizontal yang ditujukkan untuk
sesama makhluk dengan niat karena Allah SWT. Jadi bisa disimpulkan segala kebaikan yang
dilakukan atas niat karena Allah maka akan dihitung ibadah. Islam sangat menjunjung tinggi rasa
sosial tehadap sesama makhluk.
Dalam makalah ini, yang akan diperdalam adalah seputar tarekat. Menurut bahasa tarekat
berasal dari bahasa Arab Thariqah yang berarti jalan, cara, keadaan. Menurut Jean Louis Michon
2002 yang dikutip oleh Ahmad Khoirul Fata 2011 tarekat berarti pengembaraan mistik pada
umumnya yatu gabungan selurh ajaran dan aturan praktis yang diambil dari Al-Quran, sunnah
Nabi SAW, dan pengalaman guru spiritual. Juga diartikan sebagai persaudaraan sufi yang
biasanya dinamai sesua dengan nama pendirinya.1

1
Ahmad Khoirul Fata. Jurnal Al—Umm vol 11 no 2. Tarekat. 2011
Image negatif tentang tarekat di Indonesia menunjukkan masih banyaknya masyarakat
yang belum mengenal apa dan bagaimana tarekat sesungguhnya. Eksklusivitas gerakan tarekat
bisa menjadi salah satu sebab ketidaktahuan publik atas gerakan mistik ini. Namun bukankah
setiap komunitas pasti memiliki sisi eksklusif dan inklusif. Pada titik ini para praktisi mistik yang
bergabung dalam tarekat perlu menyosialisasikan gerakannya untuk mengikis image yang negatif
itu. Menurut Khairul Fata, tarekat hadir sebagai institusi penyedia layanan praktis dan terstruktur
untuk memandu tahapan-tahapan perjalanan mistik yang berpusat pada relasi guru murid,
otoritas sang guru yang telah mendaki tahapan-tahapan mistik harus diterima secara keseluruhan
oleh sang murid. Ini diperlukan agar langkah murid untuk bertemu Tuhan dapat terlaksana
dengan sukses.2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis menuliskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah tarekat as-syadziliyah?
2. Siapa tokoh pendiri tarekat as-syadziliyah?
3. Bagaimana ajaran tarekat as-syadziliyah?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah ssebaa berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah tarekat as-syadziliyah
2. Untuk mengetahui tokoh pendiri tarekat as-syadziliyah
3. Untuk mengetahui ajaran tarekat as-syadziliyah

2
ibid
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Tarekat As-Syadziliyyah

Tarekat berasal dari bahasa Arab „Tariqah’ yang berarti: 1. jalan, cara; 2. keadaan; 3.
madzab, aliran; goresan/garis pada sesuatu; 5. tiang tempat berteduh, tongkat payung; atau 6.
yang terkenal dari suatu kaum.3 Secara istilahi, tarekat berarti: 1. penggambaran mistik pada
umumnya, yaitu gabungan seluruh ajaran atau aturan praktis yang diambil dari al-Qur‟an, sunnah
Nabi saw, dan pengalaman guru spiritual; 2. persaudaraan sufi yang biasanya dinamai sesuai
dengan nama pendirinya.4
Tarekat sebagai organized sufism hadir sebagai institusi penyedia layanan praktis dan
terstruktur untuk memandu tahapan-tahapan perjalanan mistik yang berpusat pada relasi guru
murid; otoritas sang guru telah mendaki tahapan-tahapan mistik harus diterima secara
keseluruhan oleh sang murid. Ini diperlukan agar langkah murid bertemu Tuhan dapat terlaksana
dengan sukses. Relasi guru-murid ini terbangun sambung menyambung hingga sampa ke
Rasulullah Muhammad saw sebagai sumbernya. Inilah yang disebut dengan silsilah (jama‟:
salasul). Silsilah kemungkinan besar merpakan copy-an dari institusi sanad yang digunakan ahli
hadis untuk menguatkan validitas dan otentitas suatu hadis kepada Rasulullah SAW.5 Abu Bakar
Aceh mendefinisikan tarekat itu sebagai jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadat sesuai
dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan
tabi‟in, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai-berantai.
Guru-guru yang memberikan petunjuk dan pimpinan ini dinamakan mursyid yang mengajar dan
memimpin muridnya sesudah mendapat ijazat dari gurunya pula sebagaimana tersebut dalam
silsilahnya. Dengan demikian, ahli tasawuf yakin bahwa peraturan-peraturan yang tersebut dalam
ilmu syariat dapat dikerjakan dalam pelaksanaan sebaik-baiknya.6
Istilah tarekat sering dianggap menjadi sinonim dengan istilah tasawuf. Sebagai istilah
khusus, tarekat sering dikaitkan dengan suatu organisasi tarekat, yaitu sekelompok organisasi

3
Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam (Bert: Dar Al Mashriq, 1992) 565
4
Jean Louis Michon, “Praktek Spiritual Tasawuf” dalam Syed Hossen Nasr (ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
terj Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 2002) 357-394
5
Fazlur Rahman, Islam (Chicago & Lonon: University of Chicago Press, 1979) 1566-157
6
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. (Jakarta: F.A.H.M. TAWI dan SON BAG,
1993) 293
yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu dan menyampaikan sumpah yang telah ditentukan
oleh organisasi tarekat.7 Dalam pesantren Jawa, istilah tasawuf dipakai dalam kaitan aspek
intelektual dari jalan (tarekat) itu, sedangkan aspek yang bersifat praktik (yang dalam pesantren
lebih penting daripada aspek intelektualnya) diistilahkan dengan tarekat.
Pada umumnya ajaran-ajaran tarekat itu meliputi istighfar, shalawat, dzikir, wasilah,
rabithah, wirid, adab murid, hizib, zuhud, uzlah, suluk, muraqabah, fida, istighasah, ratib,
mengamalkan syariat, dengan ritual–ritual seperti bai‟at, khusushiyah atau khataman, haul dan
manaqib. Dari semua ajaran tersebut, ada hal yang dianjurkan oleh mursyid, tetapi dengan
praktek yang berbeda dan ada hal yang tidak diajarkan. Bacaan hizib merupakan salah satu
ajaran-ajaran tarekat Syadziliyah yang membedakan dengan tarekat yang lain. Tarekat ini
terkenal dan popular memiliki banyak jenis hizib yang diamalkan oleh masyarakat Islam
khususnya di lingkungan pesantren, seperti hizib al-nahsr. Bahkan banyak di antara para
pengamal tidak mengetahui bahwa hizib tersebut adalah ajaran-ajaran tarekat syaziliyah yang
disusun oleh Syaikh Abu hasan al-Syadzili.
B. Tokoh Tarekat As-Syadziliyyah
Tarekat syadzili dinisbatkan pada nama sufi besar, yaitu Abu Hasan As-Syadzili. Nama
lengkapnya adalah Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ibn Abdullah Ibn Abdul Jabbar As-Syadzili.
Silsilah dari keturunannya sangat mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan
Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti Fatimah, anak
perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Syadzili sendiri pernah menuliskan silsilah keturunannya
sebagai berikut: Ali bin Abdullah bin Abd. Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Batthal bin Ahmad
bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.8
Beliau dilahirkan di Ghumarah, Maroko Utara tahun 593H/1175 M. Beliau dilahirkan di
lingkungan keluarga buruh tani. As-Syadzili mempunyai perawakan badan yang mewah, bentuk
muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya
agak panjang dengan bentuk muka yang agak memanjang pula, jari-jari langsing seakan orang
hejaz. Menurut Ibn Shibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang yang penuh

7
Fazlur Rahman, Islam,terj. Ahsin Muhammad (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 1984) 94jkhj
8
Muhammad Nasrllah. Jurnal Islam Nusantara. Tarekat Syadziliyah dan Pengaruh Ideologi Aswaja di Indonesia.
Juli-Desember 2020 Vol 04 No.02
dengan rahasia hidup. Dan ucapan-ucapannya enak didengar dan pembicaraannya memiliki arti
yang dalam.9
Abu Hasan Ali As-Syadzili sejak kecil sampai masa mudanya tinggal di Maghrib. As-
Syadzili mempelajari semua cabang ilmu agama lahir dengan penguasaan dan kemahiran yang
matang, setelah menguasai ilmu lahir maka as-Syadzili mempelajari ilmu hakikat.10 Di tempat
kelahirannya ini beliau mendapatkan bimbingan spiritual untuk menjadi seorang sufi.
Sejak kecil berguru kepada Syaikh Abi yaid al-Bazi dan beberapa tahun kemudian oleh
gurunya diperintahkan untuk pergi ke Iraq menemui Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti. As-
Syadzili belajar di Universitas Qowariyyin di Fes Maroko dan beliau bertemu dengan beberapa
sarjana yang memperkenalkannya kepada ilmu-ilmu hukum Islam. Kemudian pergi ke Iraq untuk
menemui Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti sesuai petunjuk gurunya, akan tetapi setelah bertemu
dengan Syaikh Abu Fatkhi Iraqi Washiti seorang guru tarekat, as-Syadzili diperintahkan kembali
ke negaranya untuk bertemu dengan Syaikh Abu Muhammmad Ibn Abd al-Salam al-Masysy,
seorang guru spiritual Maroko yang agung.11
Kemudian Syadzili kembali ke negaranya dan berguru kepada Syaikh Abu Muhammmad Ibn
Abd al-Salam al-Masysy dan menjadi murid yang setia pada gurunya, guru spiritualnya
mengajaknya ke jalan dzikir dan pencerahan. As-Syadzili mendapat wasiat dari gurunya:
“Bersihkanlah dirimu dari segala syirik dan setiap kali engkau merasa kotor, maka bersihkanlah
dirimu dari segala kotoran karena kecintaanmu terhadap dirimu. Apabila engkau cenderung
mengikuti syahwatmu, maka perbaiki dirimu dengan taubat kepada Allah”. Bermodal wasiat dari
gurunya, beliau pergi ke Tunisia Afrika Utara untuk menyebarkan dan mengembangkan
pandangan tasawuf, namun tidak mendapat sambutan masyarakat karena itu beliau pindah ke
Iskandariah Kairo Mesir dan mendapat sambuatan yang baik.displin dan apa yang telah
diajarkannya terkristal dalam seuah tarekat yang diambil dari namanya sendiri, yaitu Tarekat
Sadziliyah. As-Syadzili wafat tahun 1258 di Hotmaithira, suatu daerah padang pasir di wilayah
Mesir dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunakan ibadah haji.12
Ajaran-ajaran as-Syadzili kemudian diteruskan oleh muridnya yaitu Abul Abas al-Mursi
(w.686 H/1287 M) dan Ibnu Athaillah al-Iskandari (w.709 H/1309 M). Abu Hasan as-Syadzili

9
Silsilah Tarekat Syadziliyh, Dokumen Pondok Peta (Tulungagung)
10
Muhtar Sa‟roni , An-Nur Al-Hali Manaqib Syaikh, Abu al-Hasan as-Syadzili (Magelang, 1972) 22
11
Ibid 27
12
Syekh Fadlallah Haeri, Jenjang-jenjang Sufi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) 193
pada dasarnya tidak pernah menulis risalah tentang prinsip dan ajaran tarekat yang dibawanya.
Akan tetapi murid-muridnya yang senantiasa mengembangkan ajaran as-Syadzili sehingga
tarekat syadziliyah berkembang tidak hanya di Mesir akan tetapi juga di Tunisia, Aljazair,
Sudan, Suria dan semenanjunga Arab, Palestina, Afrika, dan juga di Indonesia13.
Sepeninggal Syaikh Abu al-Hasan, kekhalifahan tarekat ini kemudian dilanjutkan oleh murid
terkemuka Abu al-Hasan bernama Syaikh Syihabuddin Abu al-„Abbas Ahmad bin Umar al-
Anshari al-Mursi al-Syadzili atau lebih dikenal dengan nama Syaikh Abu al-„Abbâs al-Mursî (w.
686 H./1288 M). Di masa menjadi khalifah, Syaikh Abu al-„Abbas al-Mursi banyak memiliki
murid masyhur yang amat berpengaruh dalam dunia Islâm, di antaranya Shahibul Hikam Syaikh
Ibnu „Atha‟illah as-Sakandari (w. tahun 709 H./1309 M.), Syaikh Yaqut al-„Arsyi (w. 732
H./1331 M.), Syaikh Abu al-Fath al Maidumi, Shahibul Burdah Syaikh Muhammad bin Sa‟id al-
Bushiri (wafat 649 H./1295 M.), dan Syaikh Najmuddin al-Isfahani (w. 721 H./1321 M.).
Tiga nama pertama di atas, yaitu Syaikh Ibnu „Atha‟illah, Syaikh Yaqut al- „Arsyi, dan
Syaikh Abu al-Fath al-Maidumi di kemudian hari menggantikan kedudukan Syaikh Abu al-
„Abbâs al-Mursî sebagai khalifah tarekat Syadziliyah. Tarekat Syadziliyah yang dibawa oleh
Syaikh Ibnu „Atha‟illah, secara umum lebih banyak berkembang ke wilayah barat Mesir, mulai
dari kota Iskandaria sampai Negara Libya, Al-Jazair, Tunisia, dan Maroko. Selain itu juga ke
sebagian besar Negara-negara berpenduduk muslim lainya di daerah Afrika Barat, hingga sampai
ke spanyol dan beberapa Negara lainya di Eropa dan Amerika.14
Sedangkan perkembangan Tarekat Syadziliyah yang dibawa Syaikh Yaqut al- „Arsyi lebih
mendominasi wilayah dalam negeri Mesir sendiri dan negara-negara di sebelah selatannya,
seperti Sudan, Ethiopia, Kenya, Somalia, dan Tanzania, hingga ke daerah timur Mesir, antara
lain Yordania, Syiria, Turki, Irak, Iran, ke utara sampai ke semenanjung Balkan. Sementara itu
dakwah Syaikh al-Maidumi mendapat sambutan hangat di wilayah jazirah Arab, terutama di
kedua kota suci. Makkah dan Madinah. Justru dari kedua kota inilah pada akhirnya tarekat
Syadziliyah menyebar dengan pesat ke Negara-negara timur, mulai dari India, Pakistan,
Afganistan, hingga sampai ke Malaysia dan Indonesia.15

13
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren & Tarekat (Bandung: Mizan, 1995) 199
14
Uzlifatil Jannah. 2020. SKRIPSI. KH. Mustaqim Bin Husein Dalam Penyebaran Tarekat Syadziliyah Di Desa
Kauman, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung Tahun 1901-1970 M. UIN Sunan Ampel Surabaya
15
https://alif.id/read/redaksi/sabilus-salikin-125-perkembangan-tarekat-syadziliyah-hinggake-indonesia-b215290p/
19 september 2021
Dari jalur Syaikh al-Maidumi inilah silsilah tarekat Syadziliyah sampai ke Indonesia. Hampir
semua mursyid yang ada di jawa khususnya, mendapatkan ijazah tarekat dari Syekh Ahmad
Nahrowi Muhtarom al Jawi tsummal Makky, ulama Haramain yang berasal dari Banyumas.
Syekh Nahrowi mempunyai 6 murid yang diberi ijazah dan sekaligus menjadi mursyid Tarekat
Syadziliyah di Jawa. Antara lain : 1. Syekh Sayyid Abdul Malik bin Ilyas, Purwokerto 2. Syekh
Muhammad Dalhar bin Abdur Rohman, Watucongol 3. Syekh Sayyid Ahmad, Kadirejo,
Karanganom, Klaten 4. Syekh Ahmad Siroj, Payaman Magelang 5. Syekh Abdulllah bin Abdul
Munthalib, Kaliwungu Kendal 6. Syekh Sayyid Abdur Rohman bin Ibrohim al Jilani al Hasani,
Sumolangu Kebumen.16
Sementara Kiai Idris Jamsaren yang satu generasi lebih tua mendapatkan ijazah
kemursyidannya dari guru Syaikh Ahmad Nahrawi Muhtaram Al-Banyumasi, yakni Syaikh
Muhammad Shalih Al-Mufti Al-Hanafi. Pada masa keemasaannya, Kota Surakarta dan
sekitarnya pernah menjadi pusat pengajaran Tarekat Syadziliyah, dengan beberapa guru mursyid
yang cukup terkenal di kalangan ahli at-thariqah. Pada era abad 19, ada dua tokoh yang sangat
terkenal dan kharismatik, yaitu Kiai Idris, pengasuh Pondok Pesantren Jamsaren, dan Kiai
Ahmad, pengasuh Pesantren Ngadirejo, Klaten. Pada era selanjutnya, juga dikenal tokoh Kiai
Siradj, Panularan, Surakarta; dan Kiai Abdul Mu‟id, Tempursari, Klaten; lalu setelahnya Kiai
Ma‟ruf Mangunwiyoto, Jenengan; Kiai Abdul Ghani Ahmad Sadjadi, dan terakhir Kiai Idris,
Kacangan, Boyolali.17 Dari jalur Kiai Ahmad lah Tarekat Syadziliyah menyebar ke Tulungagung
dibawa oleh Kiai Abdur Razaq Tremas Pacitan dan di sebarkan oleh KH. Mustaqim.
Di Indonesia ulama-ulama besar yang diketahui juga berpakaian asyadziliyah, antara lain:
Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari, KH. Wahab Hasbullah, Mbah Kyai Sholeh Langitan,
Mbah Kyai Ma‟shum Lasem, Syaikh Kholil Bangkalan, Mbah Kyai Dalhar bin Abdurrahman
Watucongol magelang, KH. Abdul Hamid Pasuruan, KH. Muhamin Gunardo Parakan Magelang,
Habib Lutfi bin Ali bin Yahya Pekalongan.18
Tarekat Syadziliyah diterima oleh Syekh Mustaqim dari Syekh Abdur Razaq bin Abdillah,
Termas Pacitan. Rantai silsilah atau sanad Tarekat Syadziliyah adalah :
1. Syekh Abdul Djalil bin Mustaqim, dari

16
Buchori, Purnawan, Perjalanan sang pendekar, (Tulungagung: Pondok PETA, 2017), 163-164
17
https://maseljawi.wordpress.com/2016/02/07/revitalisasi-sufistik-sebuah-pengantar-jejaktarekat-di-nusantara/ 19
september 2021
18
Purnawan Buchori, Manaqib Sang Quthub Agung (Tulungagung: Pondok Peta, 2007) 79
2. Syekh Mustaqim bin Muhammad Husein, dari
3. Syekh Abdur Razaq bin Abdillah at Tarmasi, dari
4. Syekh Ahmad Ngadirejo Solo, dari
5. Sayyid Syekh Ahmad Nahrowi Muhtarom al Jawi tsummal Makky, dari
6. Sayyid Syekh Muhammad Sholih al Mufti al Makky al Hanafi, dari
7. Sayyid Syekh Muhammad „Ali bin Thohir al Watri al Madani al Hanafi, dari
8. Sayyid Syekh al „Allamah asy Syihab Ahmad Minatulloh al „Adawi asy Syabasi al
Azhary al Mishry al Maliky, dari
9. Sayyid Syekh al „Arif Billah Muhammad al Bahiti, dari
10. Sayyid Syekh Yusuf asy Syabasi adh Dhoriri, dari
11. Asy Syekh asy Syihab Ahmad bin Musthofa al Iskandary asy Syahir bish Shobbagh, dari
12. Syekh al „Allamah Sayyid Muhammad bin Abdul Baqi‟ az Zarqoni al Maliky, dari
13. Sayyid Syekh an Nur „Ali bin Abdurrohman al Ajhuri al Mishry al Maliky, dari
14. Sayyid Syekh al „Allamah Nuruddin „Ali bin Abi Bakri al Qorofi, dari
15. Syekh al Hafidh al Burhan Jamaluddin Ibrohim bin Ali bin Ahmad al al Qurosyi asy
Syafi‟i al Qolqosyandi, dari
16. Syekh al‟Allamah asy Syihab Taqiyyuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad bin Abu
Bakar al Muqdisi asy Syahir bil Wasithi, dari
17. Syekh al‟Allamah Shodruddin Abil Fatkhi Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim al
Maidumi al Bakry al Mishry, dari
18. Syekh al Quthbuz Zaman Sayyid Abul Abbas Ahmad bin „Umar al Mursi, dari
19. Syekh Abil Hasan Ali asy Syadzili19
20. Syaikh Sayid „Abd al-Salam al-Masyis
21. Quthb al-Syarif „Abd al- Rahman al- Hasan
22. Quthb al Auliya‟ Taqiy al-Din al-Fuqair al-Shufi
23. Syaikh Fakhr al-Din
24. Syaikh Quthb Nur al-Din „Ali
25. Syaikh Quthb Taj al- Din Muhammad
26. Syaikh Quthb Zain al-Din Qazwini
27. Syaikh Quthb Ibrahim al- Bashri

19
Buchori, Purnawan, Perjalanan sang pendekar, (Tulungagung: Pondok PETA, 2017), 90
28. Syaikh Quthb Ahmad al-Marwani
29. Syaikh Sa‟id 30. Syaikh Quthb Abu Muhammad Fath al-Sa‟udi
30. Syaikh Quthb Sa‟id al-Ghazwani
31. Syaikh Quthb Abu Muhammad Jabir
32. Awwal al-Aqthab Sayid al-Syarif al-Hasan bin „Ali
33. Sayidina „Ali bin Abi Thalib k.w
34. Sayidina wa Habibina wa Syafi‟ina Muhammad Shalla Allah Alayh Wa Sallam
35. Sayidina Jibril a.s
36. Allah Rabb al-„alamin20
C. Ajaran Tarekat As-Syadziliyyah
Para sufi menjalankan tarekat secara individu, sehingga mengakibatkan adanya
perbedaan antara satu sufi dengan sufi lannya. Sehingga pada prakteknya muncul tata cara
atau aturan yang berlanan pula. Lebih jauh munculah tarekat-tarekat dengan nama dan
kafiyat yang bermacam-macam.
Atas dasar ajaran yang diturunkan Imam As-Syadzili kepada para muridnya, sehingga
terbentuklah tarekat yang dinisbahkan kepadanya, yaitu tarekat Syadziliyah. Tarekat ini
berkembang pesat di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan, Suriah, Semenanjung Arabia, dan juga
di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tarekat Syadziliyah sudah
memasuki keberadaannya pada saat di bawah salah satu Dinasti Al-Muwahhidun, yakni
Hafsiyyah di Tunisia. Tarekat ini kemudian berkembang dan tumbuh subur di Timur (Mesir)
di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk. Dalam hal ini yang menarik, sebagaimana dicatat oleh
para pakar peneliti tarekat Al-Syadziliyah adalah sesungguhnya tarekat ini berkembang luas
di daerah Timur (Mesir), bahwa meskipun tarekat ini berkembang pesat di daerah Timur
(Mesir), walaupun awal perkembangannya adalah di Barat (Tunisia). Setelah itu, peran
daerah negeri Tunisia dalam kehidupan sudah banyak. Di atas itu semuanya merupakan
sejarah perjalanan Tarekat Syadziliyah.21
Tarekat Shadziliyah menekankan ajarannya pada sifat-sifat batiniyyah mengenai jalan
spiritual tarekat. Oleh sebab itu, untuk pengikutnya tidak boleh menggunakan kain potongan

20
Sri Mulyati, mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia ( Jakarta: Prenada Media Grub,
2004), 79
21
Muhammad Nasrullah. Jurnal Islam Nusantara. Tarekat Syadziliyah dan Pengaruh Ideologi Aswaja di Indonesia.
Juli-Desember 2020 Vol 04 No.02
yang seringkali dikenakan sebagai simbol lahiriah oleh kalangan sufi pada umumnya. Itu
semua Mereka tidak akan melepaskan sama sekali kehidupan mereka sebagai pengembara,
atau mengecam kesenangan dan kemewahan hidup, atau membenci mengenakan pakaian
yang bagus dan indah. Sedangkan menurut Imam Syadzili, pelepasan diri dari urusan
duniawi itu tidak berarti menghindarkan diri dari keindahan dan tidak mengutuk badan. Jadi,
untuk penekanan yang dipentingkan oleh Imam Syadzili adalah ma‟rifat, baik ketajaman dan
penetralisasi intelektual pada dasar realitas (alam).
Ajaran untuk Tarekat Shadziliyah kebanyakan dianut oleh para pemikir sufistik Al-
Ghazali. Menurut Ibnu Ata‟illah pernah mengungkapkan bahwa Imam Al-Ghazali itu
diagungkan oleh Syekh Abu al-Hasan al-Shadzili, untuk menyerukan kepada para muridnya
supaya mengikuti dan meneladani atas pemikiran oleh sufistik Al-Ghazali. Sampai-sampai
suatu saat Imam Al-Syadzili konon pernah mengungkapkan kepada muridnya, apabila
mereka bermunajat kepada Allah SWT untuk mengetahui suatu hal, maka dari itu
sampaikanlah bahwasannya kepada Allah melalui antaran Imam Al-Ghazali.
Tarekat Syadziliyah itu memiliki aliran berupa tarekat Sunni. Jadi saat prakteknya,
kebanyakan para organisasinya itu cukup membaca secara individual terkait dengan doa yang
panjang (hizb), dan mempunyai keyakinan yang seperti kegunaan-kegunaan m6agis. Para
pengikut tarekat ini sungguh belajar dalam berbagai doa-doa, paling tidak pemikirannya,
melewati ajaran talkin yang disuguh oleh gurunya yang benar-benar berwenang dan
menghasilkan dalam hubungan tertentu untuk memelihara dengan guru tersebut,walaupun
sama sekali tidak ada hubungannya untuk merasakannya diri ini sebagai seorang organisasi
dari sebuah tarekat.22
Ajaran hizib (doa dan dzikir) yang ada pada Tarekat Shadziliyah antara lainnya seperti
hizb al-ashfa‟, hizb al-kafi atau al-autad, hizb al-bahr, hizb albaladiyah, hizb al-barr, hizb al-
nasr, hizb al-mubarak, hizb al-salamah, hizb alnur dan hizb al-hujb. Hizib-hizib ini tidak
boleh dilakukan oleh semua orang, kecuali sudah dapat izin atau ijazah dari gurunya.telah
mendapatkan izin atau ijazah dari gurunya. Atau seorang murid yang dipilih oleh gurunya
untuk mengijazahkannya.23

22
ibid
23
ibid
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, disamping Hizib al-Hafidzah, ini bentuk salah satu Hizib
yang sangat fenomenal dari Al-Syadzilli. Menurut laporan, sebenarnya hizib ini sudah
dikomunikasikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hizib ini menganut nilai-nilai kekuatan
yang terutama digunakan sebagai melindungi selama ada di jalan. Ibnu Batutah
mempergunakan doa-doa itu selama perjalanan-perjalanan yang sangat jauh, dan sampai
berhasil. Dan di negara ini (Indonesia), doa ini sudah dihafalkan dan diamalkan yang begitu
luas, umumnya dipercaya sesungguhnya kegunaan magis dalam doa ini cukup dapat dengan
berpuasa atau pengekangan diri yang dibimbing oleh gurunya atau murshidnya. Jadi untuk
melakukan hizib-hizib ini harus membutuhkan pengawasan yang sangat ketat.24
Tarekat Syadziliyah ini merupakan salah satu tarekat yang besar disamping Tarekat
Rifa‟iyah, Qadiriyah, Suhrawardiyah, dan Naqsabandiyah. Ibn „Athailah mengemukakan
bahwa Imam Al-Syadzili ini orang yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pewaris
Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah menegaskan peranannya seorang Imam Al-
Syadzili ini melalui karamahkaramahnya yang didapatkannya hingga lanjutannya akan
menunjukkan posisinya sebagai poros spiritual (quthb) alam semesta.25
Namun, dengan demikian Imam Al-Syadzili sendiri ini tidak pernah menuliskan ajaran-
ajarannya dalam sebuah kitab apapun itu kitabnya entah dari karya tulisnya. Ajaran-
ajarannya sudah dapat diketahui oleh dari para muridnya seperti diatara lainnya misalnya
tulisan Ibn „Athaillah al-Iskandari. Begitu pula Imam Al-Syadzili ditanya perihal mengapa
beliau tidak mau menulis ajaran-ajarannya, maka ia menjawab, “Kutubi Ashlabi”, yang
sebagaimana artinya “kitab-kitabku ini adalah sahabat-sahabatku”. Adapun point-point atau
pokok-pokok pada ajarannya atau materi-materi sufistik Tarekat Syadziliyah, yaitu:
1. Tidak dianjurkan untuk murid-muridnya dapat meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam
hal ini pandangannya untuk mengenai pakaian, makanan, dan kendaraan ini begiu layaknya
dalam kehidupan ini sebagaimana dinilai yang begitu sederhana akan menumbuhkan rasa
syukur kepada Allah SWT dan mengenal atas nama rahmat ilahi.
2. Tidak melakukan keteledoran dalam melakukan syari‟at Islam. Al-Syadzili ini merupakan
salah satu orang tokoh sufi yang belajar menempuh lewat jalur tasawuf yang hampir
dengan searah Imam Al-Ghazali, yaitu suatu tasawuf atas dasar begitu berlandaskan

24
ibid
25
ibid
kepada Al-Qur‟an dan Al-Sunnah, tepatnya berarah pada asketisme, bisa juga penelusuran
dan penyucian jiwa yang sakral (tazkiyah al-nafs), dan ada juga pembinaan moral yaitu
seperti (akhlaq), kemungkinan suatu tasawuf yang kurang lebih dinilai cukup moderat
banget.
3. Zuhud juga tidak bisa berarti harus atau menjauhi duniawi. Karena, ini pada dasarnya kata
zuhud adalah mengosongkan sesuatu di hati dari selain Tuhan. Dunia yang akan dibenci
oleh para orang sufi ini adalah dunia yang melengahkan dan juga memperbudak manusia.
4. Tidak ada yang namanya larangan untuk bagi kaum salik sehingga menjadi milioner yang
kaya raya hasil sendiri, asalkan yang tidak boleh itu hatinya tidak bergantung pada suatu
harta yang akan dimilikinya. Seorang yang dikatakan salik itu juga boleh tetap mencari
yang namanya harta kekayaan, namun berusaha jangan sampai akhirya melalaikan-Nya
dan jangan juga sampai menjadikan hamba dunia, tiada diantara kesedihan ketika harta
tersebut hilang dan tiada juga kesenangan berlebihan ketika harta itu datang. Sejalan
dengan itupula, sebagai seorang salik tidak harus juga memakai baju lusuh yang seperti
tidak berharga, yang akhirnya bisanya cuman akan menjatuhkan martabatnya sendiri. Dan
katanya konon dengan konsep seperti ini, banyak dari kalangan usahawan-usahawan itu
tertarik ingin menjadi pengikut yang diajarkan ajaran Al-Syadzili.
5. Berusaha secepatnya merespon apa yang sedang mengancam terjadi dalam kehidupan umat
ini, berusaha untuk menjembatani sebagaimana antara kekeringan spiritual yang sedang
dialami oleh sekian banyak orang yang hanya terus sibuk dengan urusan duniawi, dengan
sikap sangat pasif begitu pula yang banyak dialami oleh para salik. Imam Al-Syadzili juga
menawarkan berupa tasawuf positif yang sangat ideal dalam artian bahwasannya di
samping berupaya mencari langit itu, juga harus bisa beraktivitas dalam suatu realitas
sosial di tempat bumi ini. Beraktivitaslah sosial demi kemaslahatan umat adalah bagian
terpenting integral dari hasil yang kontemplasi.
6. Tasawuf disini adalah latihan-latihan jiwa yang dimana dalam rangka ibadah dan juga
menempatkan diri sesuai apa yang dsisesuaikan dengan ketentuan Allah SWT. Tasawuf ini
memiliki empat aspek yang penting, yakni seperti berakhlak dengan Allah SWT.
Senantiasa ingin melakukan perintah-Nya, dapat mengendalikan ang namanya hawa nafsu
serta berupaya ingin selalu bersama dan berkekalan kepada dengan-Nya secara yang begitu
sungguh-sungguh.
7. Dalam keterkaitannya dengan ma‟rifah, seorang Imam Al-Syadzili ini berpendapat
bahwasannya ma‟rifah ini adalah salah satu yaitu tujuan dimana ahli tarekat atau tasawuf
yang dapat diperoleh secara dengan dua jalan. Yaitu, pertama adalah memawahibkan atau
„ain al-jud (dari sumber kemurahan Tuhan) yaitu Tuhan akan memberikannya dengan cara
tanpa usaha dan Dia akan memilihnya sendiri kepada orang-orang yang akan diberikan
anugrahi tersebut. Kedua, adalah memakasibkan atau badzi almajhud yaitu artinya
ma‟rifah ini akan dapat secara diperoleh melalui jalur usaha keras, bisa juga melalui al
riyadhah, ada lagi mulazamah al dzikr, selain itu juga mulazamah al wudlu, bisa berpuasa
juga, shalat sunnah, dan beramal saleh yang lainnya.26

26
ibid
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan yang dituliss di bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:

1. Tarekat syadzili dinisbatkan pada nama sufi besar, yaitu Abu Hasan As-Syadzili. Nama
lengkapnya adalah Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ibn Abdullah Ibn Abdul Jabbar As-Syadzili.
Silsilah dari keturunannya sangat mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan
Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti Fatimah,
anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Syadzili sendiri pernah menuliskan silsilah
keturunannya sebagai berikut: Ali bin Abdullah bin Abd. Jabbar bin Yusuf bin Ward bin
Batthal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi
Thalib.
2. Beliau dilahirkan di Ghumarah, Maroko Utara tahun 593H/1175 M. Beliau dilahirkan di
lingkungan keluarga buruh tani. As-Syadzili wafat tahun 1258 di Hotmaithira, suatu daerah
padang pasir di wilayah Mesir dalam perjalanan menuju Makkah untuk menunakan ibadah
haji.
3. Ajaran-ajaran as-Syadzili kemudian diteruskan oleh muridnya yaitu Abul Abas al-Mursi
(w.686 H/1287 M) dan Ibnu Athaillah al-Iskandari (w.709 H/1309 M). Abu Hasan as-
Syadzili.
4. Imam Al-Syadzili tidak pernah menuliskan ajaran-ajarannya dalam sebuah kitab apapun itu
kitabnya entah dari karya tulisnya. Ajaran-ajarannya sudah dapat diketahui oleh dari para
muridnya seperti diatara lainnya misalnya tulisan Ibn „Athaillah al-Iskandari. Begitu pula
Imam Al-Syadzili ditanya perihal mengapa beliau tidak mau menulis ajaran-ajarannya, maka
ia menjawab, “Kutubi Ashlabi”, yang sebagaimana artinya “kitab-kitabku ini adalah
sahabat-sahabatku”.
5. Dari jalur Syaikh al-Maidumi silsilah tarekat Syadziliyah sampai ke Indonesia. Hampir
semua mursyid yang ada di jawa khususnya, mendapatkan ijazah tarekat dari Syekh Ahmad
Nahrowi Muhtarom al Jawi tsummal Makky, ulama Haramain yang berasal dari Banyumas.
Syekh Nahrowi mempunyai 6 murid yang diberi ijazah dan sekaligus menjadi mursyid
Tarekat Syadziliyah di Jawa. Antara lain : 1. Syekh Sayyid Abdul Malik bin Ilyas,
Purwokerto 2. Syekh Muhammad Dalhar bin Abdur Rohman, Watucongol 3. Syekh Sayyid
Ahmad, Kadirejo, Karanganom, Klaten 4. Syekh Ahmad Siroj, Payaman Magelang 5. Syekh
Abdulllah bin Abdul Munthalib, Kaliwungu Kendal 6. Syekh Sayyid Abdur Rohman bin
Ibrohim al Jilani al Hasani, Sumolangu Kebumen.
DAFTAR RUJUKAN

Bakar, Abu. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. (Jakarta: F.A.H.M. TAWI
dan SON BAG)

Fadlallah Haeri, Syekh. 2000. Jenjang-jenjang Sufi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Jannah, Uzlifatil. 2020. SKRIPSI. KH. Mustaqim Bin Husein Dalam Penyebaran Tarekat
Syadziliyah Di Desa Kauman, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung Tahun
1901-1970 M. UIN Sunan Ampel Surabaya

Khoirul Fata, Ahmad. 2011. Jurnal Al—Umm vol 11 no 2. Tarekat

Louis Michon, Jean. 2002. “Praktek Spiritual Tasawuf” dalam Syed Hossen Nasr (ed),
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, terj Rahmani Astuti (Bandung: Mizan)

Ma‟luf, Louis. 1992. Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam (Bert: Dar Al Mashriq)

Mulyati, Sri. 2004. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia


(Jakarta: Prenada Media Grub)

Nasrullah, Muhammad. 2020. Jurnal Islam Nusantara. Tarekat Syadziliyah dan Pengaruh
Ideologi Aswaja di Indonesia. Juli-Desember Vol 04 No.02

Purnawan, Buchori. 2007. Manaqib Sang Quthub Agung. (Tulungagung: Pondok Peta)

Purnawan,, Buchori. 2017. Perjalanan Sang Pendekar, (Tulungagung: Pondok PETA)

Rahman, Fazlur. 1979. Islam (Chicago & Lonon: University of Chicago Press)

Rahman, Fazlur. 194. Islam,terj. Ahsin Muhammad (Bandung: PT Remaja Rosda Karya)

Sa‟roni, Muhtar. 1972. An-Nur Al-Hali Manaqib Syaikh, Abu al-Hasan as-Syadzili (Magelang)
Silsilah Tarekat Syadziliyh, Dokumen Pondok Peta (Tulungagung)
Van Bruinessen, Martin. 1995. Kitab Kuning Pesantren & Tarekat (Bandung: Mizan)

https://alif.id/read/redaksi/sabilus-salikin-125-perkembangan-tarekat-syadziliyah-hinggake-
indonesia-b215290p/ 19 september 2021

https://maseljawi.wordpress.com/2016/02/07/revitalisasi-sufistik-sebuah-pengantar-jejaktarekat-
di-nusantara/ 19 september 2021

Anda mungkin juga menyukai