Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN TASAWUF DI ZAMAN NABI DAN SAHABAT

MAKALAH
Disusun Guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : H. Asroi’e Thohir, M.Pd.I

Disusun :
1. Rindi Aningsih (1808076022)
2. Ririn Kurniasari (1808066065)
3. Rizki Awaliyah (1808076024)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Perkembangan Tasawuf di
Zaman Nabi dan Sahabat”. Selain disusun guna memenuhi tugas, penulis membuat makalah
ini untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang materi tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak H. Asroi’e Thohir, M.Pd.I
selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah berkenan membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Semarang, 10 Maret 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian tasawuf dari segi istilah disampaikan oleh para ahli. Salah satunya
Harun Nasution yang menyebutkan lima isltilah yang berhubungan dengan tasawuf
yaitu Ahl al-suffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah),
saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa Yunani : hikmat), dan suf (kain wol).
Para ulama tasawuf menyimpulkan bahwa tasawuf adalah kesadaran murni
yang mengarahkan jiwa secara benar kepada amal shalih dan kegiatan yang sungguh-
sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan dalam rangka pendekatan diri kepada Allah
SWT untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan-Nya.
Tasawuf diibaratkan jantungnya agama islam . oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mempelajarinya. Perkembangan ilmu tasawuf sejalan dengan islam itu
sendiri karena pada dasarnya akar ilmu tasawuf adalah perilaku nabi Muhammad
SAW yang ditiru oleh para sahabat. Oleh sebab itu, makalah ini akan menjelaskan
tentang pertumbuhan dan perkembangan ilmu tasawuf pada zaman Nabi dan para
sahabat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tasawuf pada zaman Rasulullah
SAW?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tasawuf pada zaman sahabat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tasawuf pada zaman
Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tasawuf pada zaman sahabat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan tasawuf di Zaman Nabi


Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf sama dengan perkembangan islam itu
sendiri. Ketika berbicara mengenai masalah tasawuf tidak bisa dilepaskan akan perbuatan
yang semata-mata hanya karena Allah SWT. Tasawuf sudah ada pada masa Nabi
muhammad SAW beserta para sahabat.1
Kehidupan Rasulullah SAW telah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku seorang tokoh
sufi yang sederhana. Selain itu, Beliau menghabiskan waktumya dalam beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meskipun Beliau belum resmi diangkat menjadi
Rasul.
Menurut pandangan kita, tahannuts Rasulullah di Gua Hiro dapat dikatakan sebagai
awal mula tasawuf. Tahannuts Rasulullah SAW di Gua Hira’ memang untuk mensucikan
rohani, tetapi tahannuts terjadi sebelum turunnya Al-Qur’an ke muka bumi dan bukan dari
ajaran Allah yang diturunkan setelah datangnya Syari’at islam. Maka tahannuts Rasulullah
di gua Hira’ itu tidak dapat kita masukkan menjadi sumber atau awal dari tasawuf islam.2
Didalam buku : “syakhshuaat shufiat”,karangan Al-ustaz Syekh Thaha Abdul Baqy
Surur, Beliau berkata : “kehidupan Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi dan Rasul,
lebih-lebih setelah beliau bertugas sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT telah dijadikan
teladan utama bagi sekalian umat manusia, dan juga sekalian orang-orang tokoh shufi yang
tidak menyeleweng ke jurusan agama-agama yang lain dari Islam.”3
Semua yang terjadi di dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW dijalani dengan iman
yang kuat dan ketabahan yang amat menggelora-gelora. Setelah beliau resmi diangkat
menjadi Rasulullah SAW , keadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan
suasana kerakyatan, meskipun beliau berada didalam kehidupan yang serba dapat
terpenuhi keinginannya. Pada waktu malam hari , sedikit sekali beliau tidur, waktunya
dihabiskan hanya untuk bertawajjuh dan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
Tempat tidurnya hanya terbuat dari balai kayu biasa dengan alas daun kurma, tidak
memakai pakaian wool meski mampu membelinya. Selain itu, mulailah Rasulullah
mengajak manusia untuk berbondong-bondong mensucikan rohaninya dari berbagai
1
Ust. Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowuf, (Surabaya: Tiga Dua, 2000), hlm. 35.
2
Drs. Yunasril Ali, Pengantar Ilmu Tashawuf, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), hlm. 53.
3
Ust. Labib Mz, op.cit hlm.89
kotoran-kotoran yang ada seperti, syirik dan amanah. Dakwah yang beliau lakukan tidak
semata-mata hanya untuk menyempurnakan atau mempertinggi akhlaknya, melainkan juga
memperteguh ilmu tauhid.
Diawal rintisan perjuangan dakwah, Rasulullah sempat merasakan kesedihan yang
amat mendalam. Kepergian Abu thalib ke alam akhirat kemudian disusul Khadijah
tentunya sangat membuat Rasul terpukul. Karena mereka berdualah yang sering
membantunya dalam berdakwah. Namun, itu tidaklah membuat semangat akan perjuangan
penyebaran dakwahnya menjadi hilang. Dia telah menerima segalanya dengan hati yang
ikhlas.
Suatu ketika beliau datang ke rumah istrinya Aisyah, ternya di rumah tersebut tidak
ada siapa-siapa dan tidak ada apa-apa. Bahkan sedikit makanan pun tidak ada untuk
mengisi dan mengganjal rasa lapar beliau. Beliau tetap menerimanya dengan sabar, lalu ia
mengerjakan puasa sunnah. Kemudian beliau pergi ke masjid, dan disana bertemu dengan
sahabatnya Abu Bakar dan Umar. “ada apakah kalian gerangan kalian berdua datang ke
masjid?”, tanya Rasulullah. Kedua sahabatnya pin menjawab: “menghibur rasa lapar.”
Lalu Rasulullah pun berkata, “akupun sama, aku keluar untuk menghibur lapar.”
Jiwa Rasulullah benar-benar telah dipenuhi dengan ajaran-ajaran kerohanian yang
murni bersumber dari Allah SWT. Kehidupan Rasulullah ini dijadikan cikal bakal
kehidupan rohani dan telah disepakati oleh para ulama sufi untuk menjadi sanad pertama
dalam penyampaian tasawuf. Rasulullah tidak membenci dunia, tetapi beliau tidak
terpengaruh oleh urusan dunia.
Para sahabatpun mengikuti praktek tasawuf sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah. Misalnya Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Abu
Dzar al-Ghifari, dan masih banyak lagi. Tasawuf mengajari manusia cinta kepada Allah
SWT dan mengajari manusia rindu kepada Tuhan. Dunia boleh dimanfaatkan, tetapi
jangan terpengaruh oleh godaannya.
Ciri tasawuf pada zaman Nabi ialah berpegang teguhnya kaum muslimin dengan Al-
Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

B. Perkembangan tasawuf di zaman sahabat


Perkembangan tasawuf pada zaman ini, sahabat mencontoh langsung bagaimana cara
hidup Rasulullah SAW, yang mana semua itu diabadikan kepada Allah SWT. Yang
diutamakan oleh mereka hanyalah urusan akhirat, dengan kata lain mereka sudah
mengesampingkan urusan dunia. Mereka merupakan manusia-manusia berakhlak mulia
yang membaktikan hidupnya untuk kepentingan agama. Sebagaimana Allah SWT memuji
mereka dalam Q.S. At-taubah(9) : 100.
‫و السا بقون اال و لون من المهاجرين واالنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي هللا عنهم ورضواعنها و اعد لهم‬
‫جنات تجري تحتها االنهار خالدين فيها ابدا ذلك الفوزالعظيم‬
“Orang-orang yang terdahulu, lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara mereka
orang-orang muhajirin dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla
kepada mereka dan merekapun ridla kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir didalamnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya, itulah
kemenangan yang besar.”4
Rasulullah SAW telah menegaskan betapa tingginya kedudukan para sahabatnya. Hal
tersebut disampaikan dalam sabda Rasulullah :”Para sahabatku bagaikan bintang, siapapun
diantara mereka yang kalian ikuti, niscaya kalian mendapatkan petunjuk”. Oleh karena itu,
para sufi memandang para sahabat sebagai suri teladan mereka.5
Beberapa sahabat yang tergolong di abad pertama dan berfungsi sebagai maha guru
bagi pendatang dari luar kota Madinah yang tertarik pada kehidupan sufi, antara lain :
1. Abu Bakar As-Siddiq
Beliau adalah saudagar yang kaya raya, akan tetapi harta kekayaannya telah habis
disumbangkan untuk kepentingan agamanya yakni agama islam. Abu Bakar memiliki
akhlak pribadi yang sangat mulia. Beliau hanya mengutamakan Allah dan Rasul-Nya
sehingga mendapatkan tempat utama dihati Rasulullah SAW. Abu Bakar as-Siddiq
wafat pada tahun 13 H.
2. Umar bin Khattab
Beliau merupakan sahabat Rasul yang sangat berbudi tinggi, rendah hati, rajin dan
setia menyediakan setiap malamnya untuk beribadah dan siangnya untuk negara.
Meskipun beliau seorang pemimpin, namun pakaian yang beliau kenakan jauh dari
kata kemewahan, sama dengan pakaian rakyatnya. Umar bin Khattab wafat pada tahun
23 H.
3. Usman bin Affan
Meskipun diberikan rizki yang lebih oleh Allah SWT, ia selalu ingin hidup sederhana.
Harta kekayaannya nya beliau gunakan untuk menolong orang-orang miskin. Beliau
tidak tertarik pada kekayaan atau kesenangan duniawi. Jika sedang berada di rumah, ia
tidak pernah melepaskan Al-Qur’an dari genggaman tangannya. Beliau seringkali
mentilawahkan Al-Qur’an dan memahami makna kandungannya.
4. Ali bin Abi Thalib
4
Q.S. At-Taubah(9) : 100
5
Dr. H. Syamsun Ni’am, M.Ag.,Tasawuf studies, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media,2014), hlm.43.
Beliau juga merupakan sahabat yang hidupnya sangat sederhana. Beliau tidak malu
mengenakan pakaian yang bertambal-tambal, bahkan ia sendiri yang menambal baju
yang robek itu. Ali bin Abi thalib memakainya agar menjadi teladan orang banyak
yang mencerminkan sikap kesederhanaan.

5. Salman Al-Farisy
Beliau sangat tekun mencontoh kehidupan nabi dalam tasawuf. Dalam kehidupannya
sebagai seorang sufi, ia tergolong dari ahlus suffah yang selalu mengajarkan ajaran
zuhud, yang pada akhir ajarannya tersebut berkembang di kota basrah di akhir abad ke
dua Hijriyah.
6. Abu Zar Al-Ghifary
Beliau lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah merasa menderita
bila tertimpa cobaan, serta selalu mengamalkan ajaran zuhud.
7. Ammar bin Yasir
Beliau sangat setia kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga ajaran tasawufnya
sama dengan ajaran tasawuf yang diamalkan sahabat Ali.
8. Huzaiah bin Al-Yaman
Sama seperti ammar bin yasir, Huzaiah bin Al-Yaman juga setia kepada Ali bin Abi
Thalib. Ia dikenal sebagai alim yang bijaksana, sehingga banyak orang yang datang
untuk belajar tasawuf kepadanya.

Dari uraian diatas, ciri-ciri tasawuf di zaman sahabat yaitu:

a) Memegang teguh ajaran kerohanian yang bersumber dari Al-Qur’an


b) Meneladani hidup Rasulullah sepenuhnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan tasawuf di zaman nabi memiliki ciri khas : berpegang teguhnya kaum
muslimin dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Perkembangan tasawuf pada zaman sahabat memiliki ciri khas : Memegang teguh
ajaran kerohanian yang bersumber dari Al-Qur’an serta Meneladani hidup Rasulullah
sepenuhnya.

B. Kritik Dan Saran


Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menuju kearah yang lebih
baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat banyak kekurangan kami mohon
maaf dan apabila terdapat sebuah kebenaran ,semoga dapat diamalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril. 1987. Pengantar Ilmu Tashawuf. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Mz, Labib. 2000. Memahami Ajaran Tashowuf. Surabaya: Tiga Dua
Ni’am, Syamsun. 2014. Tasawuf studies. Yogyakarta: Ar-Ruz Media

Anda mungkin juga menyukai