Anda di halaman 1dari 8

TASAWUF PADA MASA NABI MUHAMMAD SAMPAI SAHABAT

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Akhlak Tasawuf”

Dosen Pembimbing:
Muzayyana

Oleh:

1. Imam Muhtadi (A72211095)


2. Mohd Akmal bin Ali (A42211086)
3. Amaliya Isa Yulianti (A82211102)
4. Indah Sulistyoningsih (A82211111)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
A. Pendahuluan

Ilmu tasawuf diibaratkan jantungnya agama Islam oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mempelajarinya. Perkembangannya sejalan dengan Islam itu sendiri
karena pada dasarnya akar ilmu tasawuf adalah perilaku nabi Muhammad selama
menjadi Rasul. Tidak luput dari ingatan bahwa perilaku nabi Muhammad juga ditiru
oleh para sahabatnya. Untuk menguak misteri itu maka dibuatlah makalah ini agar
dapat menjelaskan sejarah dan contoh-contoh perilaku yang dapat ditiru.

B. Perkembangan tasawuf pada masa nabi Muhammad SAW

Kalau berbicara soal tashawuf tidak akan bisa di lepaskan akan perbuatan yang
semata-mata untuk Allah. Tapi apa kalian tahu bahwa tashawuf sudah ada pada masa Nabi
Muhammad s.a.w. beserta para sahabatnya. Kalau kalian ingin tahu akan hal itu mari kita
simak beberapa bukti dan sejarah tashawwuf pada masa Nabi Muhammad s.a.w. beserta para
sahabat.
Bila berbicara mengenai masalah sejarah pertumbuhan dan perkembangan
Tashawwuf dalam Islam. Maka sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan Tashawwuf
itu sama saja dengan perkembangan Islam itu sendiri.1
Kehidupan Rasulullah s.a.w. telah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku kehidupan
seorang Tokoh Sufi yang sangat sederhana dan menderita disamping itu beliau menghabiskan
waktunya dalam berIbadat dan berTaqarrub kepada Allah S.W.T. meskipun beliau belum
resmi diangkat sebagai Rasul-Nya. Rasulullah sering kali melakukan ‘uzla di Gua Hira’
selama berbulan-bulan sampai beliau menerima wahyu pertama.
Bahwa yang memberi dasar tentang Tashawwuf ialah Nabi Muhammad s.a.w. sendiri
yang berdasarkan pada wahyu dari Allah S.W.T. Kalau berbicara soal awal mula Tashawwuf
dapatlah dilihat dari Tahannuts Rasulullah s.a.w di Gua Hira’. Tahannuts Rasulullah s.a.w.
memang untuk mensucikan Rohani akan tetapi karena hal itu bukan Ajaran Allah maka hal
tersebut tidak bisa dikatakan sebagai awal mula lahirnya ajaran Thasawwuf.
Di dalam buku : “Syakhshuaat Shufiat”, milik dari Al-Ustaz Syekh Thaha Abdul
Baqy Surur, beliau telah berkata : “Bahwa kehidupan Rasulullah s.a.w. sebelum menjadi
Rasul dan Nabi, lebih-lebih setelah beliau bertugas menjadi Nabi dan rasul dari Allah s.w.t.
1
Ust.Labib Mz, Memahami Ajaran Tashowuf, (Surabaya:Tiga Dua,2000), hlm.35.
Telah dijadikan teladan utama bagi sekalian ummat manusia, dan juga sekalian orang-orang
tokoh shufi yang tidak menyeleweng ke jurusan Agama-agama yang lain dari Islam. ”2

Setelah beliau resmi diangkat menjadi Rasul dan Nabi Utusan Allah S.W.T., keadaan
dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan suasana kerakyatab, meskipun beliau
berada didalam lingkaran hidup yang serba dapat terpenuhi keinginannya. Pada waktu malam
hari, sedikit sekali beliau tidur, waktunya dihabiskan hanya untuk bertawajjuh kepada Allah
dan memeperbanyak dzikir kepada Allah.
Tempat tidurnya hanya terbuat dari balai kayu biasa dengan alasnya dari daun kurma,
tidak pernah memakai pakaian yang terdiri dari wool meski mampu mebelinya. Beliau lebih
cinta dalam suasana hidup sederhana daripada hidup bermewah-mewahan. Peri hidup Nabi
Muhammad s.a.w. sudah cukup menjadi suri tauladan bagi para tokoh Shufi yang ingin
menempuh jalan kebenaran.
Selama di Gua Hira’ yang ia kerjakan hanyalah tafakkur, beribadah dan hidup sebagai
seorang yang zahid. Beliau hidup sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak
memakan makanan atau memium minuman kecuali halal, dan setiap malam senantiasa
beribadah kepada Allah SWT.
Di kalangan para sahabat pun ada pula orang yang mengikuti praktek bertasawuf
sebagaimana diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash-Shiddiq misalnya
berkata: “Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan, kefanaan dalam keagungan dan
rendah hati. Demikian pula khalifah Umar Ibn Khattab pada suatu ketika pernah berkhutbah
di hadapan jamaah kaum muslimin dalam keadaan berpakaian yang sangat sederhana.
Selanjutnya khalifah Usman Ibn ‘Affan banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan
membaca al-Qur’an, Baginya al-Qur’an ibarat surat dari kekasih yang selalu dibawa dan
dibaca ke manapun ia pergi. Demikian pula sahabat-sahabat lainnya seperti Abu Dzar al-
Ghiffari, Tamin Darmy, dan Huzafah al-Yamani.3
Tashawwuf adalah yang mengajari manusia cinta kepada Allah s.w.t. dengan cinta
hamba kepada Tuhannya, dan yang mangajari manusia rindu kepada Tuhan Rahman dan
Rahim. Dunia boleh dimanfaatkan, tetapi jangan terpengaruh oleh godaannya. Orang yang
telah mengingkari patokan dari Rasulullah s.a.w. adalah orang yang sesat bukan termasuk
ummat Muhammad s.a.w.

2
Ibid.,hlm. 89.
3
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2003 ), hlm. 183-184
Jadi ciri khas Tashawwuf dimasa Rasulullah ialah berpegang teguhnya kaum
muslimin dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad s.a.w.

C. Perkembangan tasawuf pada masa sahabat

Demikian pula peri kehidupan para sahabat yang telah mencontoh langsung cara
hidup Nabi Muhammad s.a.w. Mereka adalah manusia-manusia yang berakhlak mulia dan
telah membaktikan hidupnya untuk kepentingan agama Islam.
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai maha
guru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan sufi, para
sahabat-sahabat tersebut antara lain: Salman Al-Farisiy, Abu Zar Al-Ghifary, Umar bin
Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As- Siddiq, Usman bin Affan dll.4Ciri lain yang
terdapat pada perkembangan tasawuf di abad pertama dan kedua Hijriyah, adalah
kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian Tasawuf di abad- abad sesudanya. Karena
pada abad abad itu, ajaran Tasawuf sesudah mulai ternodai oleh filsafat berserta tradisi agama
dan keprcayaan yang dianut oleh manusia sebelum islam. Maka pada abad sesudanya, sudah
mulai terlihat adanya perbedaan ajaran Tasawuf dengan corak Teologi dan Filsafi, yang lama
kelamaan perbedaan ajarannya semakin jauh sehingga kecurigaan antara suatu penganut
Tasawuf dengan yang lainnya semakin menonjol, yang pada akhirnya permusuhan antara
mereka tidak dapat dielakan. Ditambah lagi dengan mulai timbulnya kecurigaan Ahli Fiqih
terhadap Tasawuf, baik yang penganut corak Tasawuf Teologi, lebih- lebih terhadap
penganut Tasawuf Flsafat.5 Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba
sederhana, di mana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhannya. Beberapa
sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai Mahaguru bagi pendatang
dari luar kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan sufi.
Sahabat-sahabat yang dimaksudkannya, antara lain:

a) Abu Bakar As-Siddiq; wafat pada tahun 13 H.

Beliau adalah saudagar yang kaya-raya ketika masih berada di Mekah. Tetapi
ketika ia Hijrah ke Madinah, harta kekayaannya telah habis disumbangkan untuk

4
Ibid, h.210
5
Ibid, h.219
kepentingan tegaknya agama Allah, sehingga ia dan keluarganya mengalami
kemiskinan dalam hidupnya.

b) Umar bin Khattab; wafat tahun 23 H.


Beliau orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. Maka
ketika ia menjadi khalifah, beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap
keadaan rakyatnya.

c) Usman bin Affan, wafat tahun 35 H.

Meskipun ia diberikan kelapangan rizki oleh Allah, namun ia selalu ingin


hidup sederhana. Sedangkan harta kekayaannya yang melimpah ruah, selalu dijadikan
sarana untuk menolong orang-orang miskin, hal ini bergambar pada dirinya bahwa ia
termasuk sufi karena beliau tidak tertarik kepada kekayaan atau kesenangan duniawi.

d) Ali bin Abi Thalib, wafat tahun 40 H.


Beliau juga orang yang senang hidup sederhana, sehingga diriwayatkan bahwa
ketika sahabat lain berkata kepadanya: mengapa khalifah senang memakai baju itu,
padahal sudah robek-robek? Ali menjawab, aku senang memakainya agar menjadi
teladan kepada orang banyak, sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana
merupakan sikap yang mulia.

e) Salman Al-Farisy
Sejak Salman masih beragama Masehi, ia sudah dikenal sebagai orang yang
sangat arif dan mengetahui secara mendalam ilmu-ilmu gaib. Ia pernah meramalkan
akan datangnya seorang Rasul yang terakhir (Nabi Muhammad). Ia pun tergolong ahli
zuhud orang-orang Masehi yang senang mengembara ke berbagai negeri dengan cara
hidup yang miskin, padahal ia adalah seorang putera bagi penguasa yang kaya raya di
suatu negeri. Ketika bertemu dengan Rasulullah, ia langsung mempercayai ajarannya,
karena telah melihat tanda-tanda yang pernah diberitakan sebelumnya dalam kitab
injil.mdan ketika ia menganut agama islam, ia tertarik kepada ajaran Tasawuf,
sehingga sangat sangat tekun mencontohi kehidupan nabi dalam bidang tersebut.
Dalam kehidupannnya sebagai seorang sufi, maka ia tergolong dari “Ahlus Suffah”
yang selalu mengamalkan ajaran zuhud; yang pada akhir ajarannya tersebut
berkembang di kota Basrah di akhir abad ke dua Hijriyah.
f. Abu Zar Al-Ghifary
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah di
rintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin, dan tidak
pernah merasa menderita bila di timpa cobaan.
g. Ammar bin Yasir
Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada Khalifa Ali bin Abi Thalib,
sehinggah terlihat ajaran Tasawufnya sama dengan ajarn Tasawuf yang tlah di
amalkan oleh Ali sebelumnya.
h. Huzaiah bin Al- Yaman
Ia juga seorang salah satu sufi yang setia kepada Ali bin Thaib. Sebagaimana
halnya Ammar bin Yasir. Ia tergolong pula sebagai alim yang bijaksana,
sehinggah banyak orang ynag datang belajar Tasawuf kepadanya.
i. Niqdad bib Aswad tahun 33 H
Ia adalah seorang sufi yang berpegang teguh kepada ajaran zuhud, dan termasuk
salah seorang Ulama Sufi yang sangat menentang kebijakan politik yang di
jalanan oleh Khalifa Usman.Tetapi setelah ia wafat, bhkan Khalifa Usman sering
mengemukakan kekagungannya dan memuji cara hidup miqad, yang di nilainya
sebagai salah seorang Ulam Sufi yag termuka.
Tentang keutamaan pribadi para sahabat, telah banyak dicatat didalam sejarah.
Mereka telah meneladani langsung perilaku atau pribadi Nabi Muhammad s.a.w.
Sebab pribadi mereka telah digembleng dan dikaderkan oleh Rasulullah s.a.w. agar
menjadi manusia-manusia utama yang akan dicontoh dan ditiru oleh ummat yang
dibelakang mereka.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, para sahabat tetap
berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur’an dan telah meneladan Rasulullah s.a.w. yang
telah baru saja meninggalkan mereka semua atau baru saja menghilang di tengah-
tengah mereka.
Bahwa ciri-ciri Tashawwuf di masa sahabat ini dapatlah dikatakan sebagai berikut :
a) Memegang teguh Ajaran kerohanian yang dipetik dari Al-Qur’an

b) Meneladani peri hidup Rasulullah s.a.w. sepenuhnya


D. KESIMPULAN

Jadi ciri khas Tashawwuf dimasa Rasulullah ialah berpegang teguhnya kaum
muslimin dengan Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad s.a.w. Sedangkan pada masa
para sahabat mereka tetap berpegang teguh kepada ajaran Alquran dan meneladani
Rasulullah s.a.w. yang telah baru saja meninggalkan mereka semua atau baru saja
menghilang di tengah-tengah mereka.

Bahwa ciri-ciri Tashawwuf di masa sahabat ini dapatlah dikatakan sebagai berikut :
a) Memegang teguh Ajaran kerohanian yang dipetik dari Al-Qur’an

b) Meneladani peri hidup Rasulullah s.a.w. sepenuhnya


DAFTAR PUSTAKA

- Aceh, Abu Bakar, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Solo, Ramadhani,1984.

- Al-Taftazani, Abu al-Wafa, al-Ghanimi, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islamy,


Qahirah, Dar al-Tsaqafah , 1979.

- Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1993.

- Hasan, Abd-Hakim, al-Tasawuf fi Syi’r al-Arabi,Mesir,al-Anjalu al-


Misriyyah,1954.

- Mustofa A,Akhlak Tasawuf, Bandung:Pustaka setia.2010.

Anda mungkin juga menyukai