Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SIFAT KEPRIBADIAN DAN PERAN PARA SAHABAT


(ASSABIQUNAL AWWALUN)

I. PENDAHULUAN
Dalam sejarah manusia, tidak ada contoh figur yang lebih kontemplatif
maupun revolusioner daripada Nabi kita Muhammad SAW. Beliau begitu
menyibukkan diri dengan bertahannuts yaitu menyepi dan mengasingkan diri
untuk berdiam, berdzikir dan mengkhusyukan hati agar hatinya dapat terbuka
untuk Ilahi. Di dalam Gua Hira ia melakukan tahannuts tersebut, di sanalah beliau
mendengar suara jibril yang akan membimbing dalam beragam kondisi yang dia
temui dan jibril menyampaikan wahyu serta pandangan hidup. Setelah pewahyuan
tersebut kini Muhammad dapat membimbing umat manusia untuk menuju jalan
yang benar, jalan yang mulia menuju Allah SWT yaitu memeluk agama Islam.
Pada awal mulanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
menampakkan Islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota
keluarganya dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka kepada
Islam, juga menyeru siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan, yang sudah beliau
kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam Tarikh
Islam, mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun (yang terdahulu
dan yang pertama-tama masuk Islam).

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara etimologi, akar kalimat as-sabiqun dalam bahasa arab berakar dari
huruf (‫ ق‬-‫“ )س – ب‬sabaqa” sebuah kata kerja yang artinya “mendahulukan”,
“pergi sebelum” “lebih dahulu”. Kemudian kalimat Al-awwalun, terdiri dari huruf
‫ ل‬-‫ ))ا – و‬sebuah kata yang artinya “pertama” atau “awal”. Jadi, As-Sabiqun Al-
Awwalun adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk dan memeluk
Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Mereka terdiri dari kaum anshar dan
muhajirin. Mereka masuk Islam saat berada di kota Makkah sekitar tahun 610M
pada abad ke-7.
Orang-orang yang pertama masuk Islam adalah Khadijah binti Khuwailid
radhiyallahu ‘anha, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah (mantan budak
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan anak angkatnya) Abu Bakar bin Abi
Quhafah, Ummu Aiman dan lainnya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
Sifat dan Kepribadian serta Peran Sahabat Assabiqunal Awwalun yang termasuk
dalam lima orang pertama yang masuk Islam.

B. Sifat dan Kepribadian serta Peran Sahabat Assabiqunal Awwalun


1. Khadijah Binti Khuwalid
Khadijah adalah golongan wanita yang pertama memeluk Islam, sekaligus
ia juga istri dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah wahyu pertama,
saat itu ketika Muhammad pulang dari Gua Hira untuk bertahannuts, beliau
bersabda “ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba kudengar sebuah suara yang
berasal dari langit. Aku menengadahkan pandangan kearah langit. Ternyata di
sana ada malaikat yang mendatangiku di gua hira, sedang duduk di sebuah kursi,
menggantung diantara langit dan bumi.” Lalu beliau mendatangi keluarganya dan
mengatakan “Selimutilah aku, selimutilah aku!” kemudian Khadijah menyuruh
sang kekasih untuk beristirahat, kemudian Muhammad perlahan memejamkan
mata.
Khadijah pun merasakan kegelisahan yang dirasakan Muhammad lalu ia
bertekad untuk menemui Waraqah ibn Naufal saudara sepupunnya, untuk
menyampaikan apa yang pernah di dengar dan di lihat Muhammad. Waraqah
diam dan mendengarkan penuturan khadijah, wajahnya berubah sumringah dan
berkata “ Demi zat yang Maha Suci dn demi Dia yang jiwa Waraqah berada
dalam kekuasaan-Nya, wahai khadijah percayalah, ia telah menerima namus
agung seperti yang telah diterima Musa. Sungguh ia adalah Nabi umat ini dan
sampaikan kepadanya agar ia tetap tabah. Kemudian Khadijah pulang, ia berusaha
menenangkan hati Muhammad, lalu menyampaikan yang didengarnya dari
Waraqah.
Dengan penuh gairah dan semangat, Ia menyatakan atas kenabian
suaminya. Tanpa ragu Khadijah segera menyatakan keimanan dan
kepercayaannya yaitu memeluk agama islam bersama suaminya

2. Ali bin Abi Thalib


Ali bin Thalib, salah satu dari empat sahabat Nabi yang juga merupakan
sepupu Nabi Saw. Dilahirkan 10 sebelum kenabian Nabi Saw. Ali bin Abi Thalib
putra dari paman Nabi Saw Abu Thalib, yang meski hingga akhir hayatnya belum
menyatakan dirinya untuk masuk ke dalam Agama Allah, tetapi Abu Thalib
dikenal sebagai pelindung utama Nabi dalam proses dakwah dalam menyebarkan
ajaran Islam.
Ali juga tumbuh sebagai pribadi yang sangat sederhana, yang mampu
membiasakan dirinya dalam kondisi kesempitan, tidak mau makan-makanan yang
enak, berpakaian dengan sangat sederhana. Karenanya dia juga dikenal sebagai
orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia. Hal ini juga dipraktekkannya ketika
dia menjadi Khalifah sepeninggal Ustman bin Affan. Dia tetap menjadi seorang
yang sederhana tanpa pengawal dan hanya mengendarai keledai kemanapun dia
pergi.
Ali adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan remaja.
KeIslamannya ini disembunyikan dari sang ayah Abu Thalib. Namun tak lama
kemudian, Abu Thalib mengetahui jika anaknya masuk Islam, tetapi dia tidak
memarahinya dan bahkan meyuruh Ali untuk tetap berpegangteguh pada agama
yang dianutnya. Dukungan yang diberikan oleh ayahnya Abu Thalib membuat
hati Ali semakin kuat mengimani ajaran Allah. Hal tersebut juga dilakukan oleh
Abu Thalib kepada putranya yang lain Ja’far, dimana dia menyuruh Ja’far untuk
melakukan sholat di belakang Nabi Saw di saat Ja’far melihat saudanya Ali
sedang melaksanakan sholat di belakang Nabi Saw.
Masuknya Ali kedalam ajaran Allah, menambah barisan Islam semakin
kuat. Karena Ali juga dikenal sebagai seorang yang sangat pemberani. Keberanian
Ali ini dibuktikan ketika pada suatu ketika Rosulullah hendak melaksanakan
perintah Allah untuk berhijrah dari Makkah menuju Madinah bersama Abu Bakar
As-Shiddiq, Nabi Saw menyuruh Ali untuk menginap dan tidur di ranjang beliau.
Hal itu dilakukan untuk mengecoh perhatian kaum Quraish yang akan melakukan
penggrebekan dan pembunuhan di rumah Nabi Saw. Ali mengemban amanah
tersebut tanpa rasa takut. Sehingga kaum Quraish terpedaya karena tidak
mendapati Nabi Saw di ranjangnya, dan malah mendapati Ali bin Abi Thalib.
Setelah peristiwa tersebut, Ali menyusul Nabi Saw berhijrah ke Madinah dengan
banyak melakukan perjalanan pada malam hari demi keamanan dirinya

3. Zaid bin Haritsah


Zaid adalah salah satu orang yang sangat dekat dengan Rosulullah,
seorang yang bukan berasal dari golongan bangsawan dan berparas buruk. Tetapi
meski demikian Zaid bin Haritsah adalah termasuk salah satu sahabat yang sangat
dekat dengan Nabi dan ikut berjuang dalam menyebarkan ajaran Allah pada awal
perkembangan Islam, bahkan Zaid dikenal sebagai panglima yang sangat tangguh
yang memimpin berbagai peperangan dan senantiasa pulang membawa panji-panji
kemenangan.
Setelah Muhammad diangkat menjadi Rosul dan menjalankan tugas
kenabiannya, Zaid termasuk golongan orang yang pertama menyatakan dirinya
mengikuti ajaran Rosulullah. Zaid juga menjadi orang yang selalu mengawal
Rosulullah dalam setiap dakwahnya. Rosulullahpun sangat mencintainya sebagai
seorang yang jujur, berjiwa besar, serta terpelihara lidah dan tangannya. Zaid juga
merupakan panglima yang gagah berani, yang mempunyai keahlian terbaik dalam
memanah. Sehingga setiap peperangan yang diikuti oleh Zaid, sudah dipastikan
bahwa ia akan menjadi panglimanya. Diantara peperangan yang pernah diikuti
oleh Zaid adalah perang Badr, perang Uhud, perang Khandak, perang Hunain,
penaklukan Khaibar dan lain sebagainya.
Setelah Rosulullah mengizinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke
Madinah, Zaidpun turut serta berhijrah. Kemudian Rosul menikahkannya dengan
ummu Aiman yang kemudian melahirkan seorang putra bernama Usamah bin
Zaid. Dalam sejarahnya, sebagaimana ayahnya, Usamah juga tumbuh menjadi
seorang pemberani, bahkan Rosulullah pernah menunjuknya sebagai panglima di
usianya yang ke 17 tahun.

4. Abu Bakar bin Abi Quhafah


Abu Bakar Al-Shiddiq mempunyai nama asli Abdul ka’bah yang berarti
hamba ka’bah, kemudian Nabi Saw mengubahnya dengan Abdullah yang berarti
hamba Allah, yang kemudian Nabi Saw juga memberikan gelar kepadanya Al-
Shiddiq (orang yang selalu berkata benar/jujur) sehingga dikenal dengan Abu
Bakar Al-Shiddiq. Gelar Al-Shiddiq ini diberikan karena Abu Bakar selalu
menjadi orang yang membenarkan segala apa yang diberitakan oleh Rosulullah.
Abu Bakar dilahirkan dua tahun beberapa bulan lebih muda dari Nabi
Saw. Lahir dari keluarga yang terhormat yang berasal dari kafilah yang disegani
diantara kafilah-kafilah suku Quraisy di Makkah. Kafilahnya juga mempunyai
posisi terhormat di kalangan masyarakat Mekkah. Disamping itu Abu Bakar juga
hidup dengan kekayaan yang berlimpah, HIdupnya diliputi kemudahan dan
kemewahan. Hal ini karena Abu Bakar adalah seorang yang sangat pandai dalam
berdagang, dimana hal itu dilakukannya dengan penuh kejujuran. Sehingga dia
dapat meraih kesuksesan dalam berbisnis. Meski hidup dalam kecukupan Abu
Bakar adalah sosok yang lemah lembut, berpengetahuan luas, cerdas serta mudah
bergaul dengan siapapun, sehingga ruang lingkup pergaulannya sangatlah luas.
Abu Bakar juga mempunyai gaya hidup yang berbeda jauh dengan kebiasaan
pemuda Makkah pada masa itu. Dia tidak pernah minum Khamr sejak zaman
jahiliyah hingga datangnya agama Islam, sehingga dia dikenal sebagai seorang
yang bersih, jauh dari segala hal yang membuat hidupnya ternoda dan sangat
terjaga kehormatan dan muru’ahnya.
Ketika Muhammad diangkat sebagai Nabi dan menyampaikan kabar
kenabiannya, Abu Bakar juga menjadi orang yang masuk dalam golongan orang-
orang yang pertama masuk Islam. Tanpa keraguan Abu Bakar menyatakan
keislamannya dan menerima semua ajakan menuju kebenaran tanpa harus berfikir
panjang. Meski keislamannya berdampak pada rumah tangganya, dimana dia
harus menceraikan istrinya karena istrinya belum mau menerima ajaran Islam,
tetapi Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Masuknya Abu Bakar ke dalam Islam
memang mempunyai implikasi yang besar terhadap penyebaran Islam di masa
awal. Hal ini karena Abu Bakar adalah orang yang berkedudukan tinggi dan
terpandang, serta mempunyai pergaulan yang luas dan semangat dakwah yang
tinggi. Sehingga tidak mengherankan jika masuknya Abu Bakar ke dalam Islam
juga diikuti oleh beberapa orang sahabatnya yang mempunyai cakrawala berfikir
dan mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda dengannya. Diantara sahabat-
sahabat Abu Bakar yang mengikuti jejaknya untuk menerima ajaran Islam adalah
Utsman bin Affan, ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Zubair bin
al-Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan masih
banyak lagi pemuda Makkah yang terpilih mengikuti langkahnya.
Masuknya Abu Bakar ke dalam Islam memang menjadi berkah tersendiri,
jika Khadijah adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan perempuan,
Ali bin Abi Thalib menjadi orang yang pertama masuk Islam dari kalangan
remaja, dan Zaid bin Haritsah menjadi orang yang pertama masuk Islam dari
kalangan budak, maka Keislaman Abu Bakar ini mempunyai manfaat yang besar
dibandingkan dengan keislaman orang yang termasuk golongan assabiqunal
awwalun (orang yang perama-tama masuk Islam).
Abu Bakar menjadi mitra dakwah yang baik bagi Rosulullah. Abu Bakar
adalah sahabat yang banyak mengeluarkan hartanya untuk kepentingan dakwah
Islam. Abu Bakar banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena
keimanannya kepada Allah dan rosulnya. Pada suatu hari ketika Abu Bakar
sedang berjalan-jalan, Abu Bakar melihat Bilal bin Rabah al-Habsyi, muadzin
Rosulullah sedang disiksa oleh majikannya dengan sangat kejam, dipukul-pukul
dan kemudian diletakkan ketengah-tengah udukan pasir panas di bawah terik
matahari, kemudian sebuah batu besar ditimpakan kedadanya. Sang majikan
memaksa Bilal untuk meninggal keyakinannya. Tidak ada rintinhan yang keluar
dari mulut Bilal kecuali kata-kata “ahad, ahad (Tuhan yang Maha Esa)”.
Kemudian Abu Bakar memanggil sang majikan dan membeli dengan harga yang
ditentukan, dan Abu Bakar membebaskan Bilal.
5. Ummu Aiman
Ummu Aiman adalah salah seorang budak Abdullah bin Abdul Muthalib,
ayah Nabi Saw. Kemudian setelah Abdullah meninggal dunia, Rosulullah
mewarisinya, suka dan duka kehidupan beliau banyak dirasakan bersama Ummu
Aiman. Ummu Aiman adalah orang yang sangat mengetahui bagaimana
penderitaan Nabi Saw setelah meninggalnya sang ayah Abdullah, dan kemudian
disusul dengan meninggalnya sang ibunda Aminah binti wahb diusinya yang
masih sangat kecil 6 tahun, usia yang seharusnya masih sangat membutuhkan
kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kehadiran Ummu Aiman di sisi Rosulullah di setiap saat beliau
membutuhkannya, menjadikannya seorang perempuan yang sangat dihormati dan
disayangi oleh Rosulullah. Bahkan Rosulullah seringkali memanggilnya dengan
sebutan ibu, Rosulullah juga pernah menyatakan bahwa Ummu Aiman adalah
satu-satunya saudaranya yang masih tersisa. Kecintaan Rosulullah kepada
pengasuhnya ini juga ditunjukkan dengan selalu berkunjungnya Rosulullah ke
rumah Ummu Aiman secara rutin hingga di akhir hayat beliau. Dia menjadi
perempuan yang mulia, yang banyak ikut merasakan penderitaan terutama setelah
kenabian Nabi Saw. Bahkan perempuan ini juga turut serta dalam beberapa
peperangan yang terjadi di masa Nabi Saw, seperti dalam perang Uhud dan
perang Hunain.
Ketika Nabi Saw menikah dengan Khadijah Ummu Aiman juga turut ikut
bersamanya. Kemudian nabi Muhammad membebaskannya, sehingga dia menjadi
orang yang merdeka. Ketika Muhammad menerima wahyu dan diutus dengan
tugas kenabiannya, Ummu Aiman termasuk golongan orang pertama yang
menyatakan keimanannya terhadap ajaran Nabi Saw. Hal ini dilakukan bukan
karena dia adalah bekas budak Nabi yang dimerdekakan, tetapi dia sendiri melihat
bagaimana kemuliaan yang ada dalam diri Nabi Saw semenjak kecil, yang
menjadi tanda-tanda bahwa beliau akan menjadi seorang yang hebat kelak
dikemudian hari
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
As-Sabiqun Al-Awwalun adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali
masuk dan memeluk Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Mereka terdiri dari
kaum anshar dan muhajirin. Mereka masuk Islam saat berada di kota Makkah
sekitar tahun 610M pada abad ke-7.
Kalangan as-sabiqun al-awwalun terdiri dari beberapa lapisan golongan
masyarakat, terdiri dari pemuka adat, pemimpin suku, panglima perang, ibu
rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar, pengusaha, pedagang, petani,
peternak binatang, pelayan rumah tangga, orang merdeka, budak.
Para budak banyak yang tertarik dengan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu
tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, Rasulallah mempersaudarakan
sebagian muslim dari golongan aristokrat Quraisy dengan sekelompok muslim
lain yang dari golongan budak. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin,
kuat maupun lemah, merdeka maupun budak, Arab maupun non-Arab, semua
setara. Menurut kaca mata Islam, Allah tidak pernah melihat umat-Nya
berdasarkan profesi/ pangkat dan jabatan seseorang, yang Dia nilai hanya iman
dan taqwa hamba-Nya.

B. Saran
Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa
maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai