Anda di halaman 1dari 22

Optimisasi Ekonomi

By:
Irwanto
M Mahbubi
KEL - 1
Optimisasi Ekonomi
 

 Optimisasi ekonomi merupakan suatu proses untuk mencapai hasil


yang ideal atau optimal dalam perekonomian, khususnya perusahaan
(nilai efektif yang dapat dicapai).

Di dalam Optimisasi Ekonomi kami akan menerangkan tentang :


 Maksimisasi Nilai Perusahaan
 Metode penyajian Hubungan-hubungan Ekonomi
 Marginal Sebagai Derifatif Fungsi
 Memaksimalkan dan Meminimalkan fungsi
I

A. Maksimisasi Nilai Perusahaan

Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan nilai


perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan mencakup factor-faktor penentu
penerimaan, biaya dan tingkat diskonto (discount rate) untuk setiap tahun pada masa
yang akan datang. Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan
oleh jumlah produk yang terjual dan harga jual. Ini berarti TR = P (harga produk) x Q
(kuantitas).
Dalam pembuatan keputusan , hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah factor-
faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut meliputi :

• Pemilihan prooduk yang dirancang oleh perusahaan


• Pengolahan prduk
• Strategi periklanan
• Kebijakan harga
• Sifat persaingannya
• Bentuk perekonomian
B. Metode Penyajian Hubungan Ekonomi
 

Hubungan ekonomi seringkali disajikan dalam bentuk persamaan, table


dan grafik. Tetapi jika hubungan nya kompleks maka model persamaan
diperlukan agar seseorang bisa menggunakan alat analisis matematis dan
simulasi computer dalam memecahkan masalah tersebut.
1. Model persamaan
Perhatikan hubungan antara jumlah produk yang terjual (Q) dengan
penerimaan total (TR). Dengan menggunakan notasi fungsional kita bisa
menunjukan hubungan tersebut sebagai berikut :
TR = f(Q)
Persamaan diatas dibaca “ penerimaan total (TR) merupakan fungsi dari
jumlah produk yang terjual “Suatu hubungan fungsional yang lebih khusus
diberikan oleh persamaan :
TR = P X Q
Diatas P menunjukan harga tiap unit yang terjual dan hubungan antara variable dependen
dengan variable independen ditetapkan secara tepat. TR = Rp 125 X Q
2. Model Tabel dan Grafik
Model table dan grafik sering digunakan untuk menyajikan hubungan-
hubungan ekonomi.
Hubungan Antara TR dengan Dengan Jumlah Unit yang terjual Q TR = 125 X Q
Jumlah unit yang terjual
C. Hubungan Antara Nilai Total, Rata-Rata,
dan Marginal

Hubungan Antara Nilai Total, Rata-Rata, dan Marginal sangat


berguna dalam analisis optimisasi.
Hubungan Marginal adalah perubahan variable dependen dari
suatu fungsi yang disebabkan oleh perubahan salah satu
variable independen sebesar satu unit.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan nilai dari
variabel-variabel independen yang bisa mengoptimalkan
fungsi tujuan dari para pembuat keputusan.
1.Hubungan Nilai Total dengan Marginal

Hubungan antara nilai marginal dengan nilai total dalam analisis


pengambilan keputusan berperan penting karena jika nilai marginal
tersebut positif maka nilai total akan meningkat, dan jika nilai
marginal tersebut negative maka nilai total akan menurun.Maksimisasi
fungsi laba, atau fungsi apa saja, terjadi pada titik dimana hubungan
marginal bergeseser dari positif ke negative.
0

  2.Hubungan antara nilai rata-rata dengan marginal


Hubungan antara nilai rata-rata dengan marginal juga penting dalam
pembuatan keputusan manajerial. Karena nilai marginal menunjukkan
perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar dari
nilai rata-rata, pasti nilai rata-rata tersebut sedang menaik. Misalnya, jika 10
pekerja rata-rata menghasilkan 200 unit output perhari, dan pekerja ke 11
(tambahan) menghasilkan 250 unit, maka output rata-rata dari npekerja
meningkat.
3. Penggambaran hubungan antara nilai total,
marginal dan rata-rata

Slope adalah suatu ukuran kemiringan sebuah garis, dan didefinisikan sebagai
tingginya kenaikan (penurunan) per unit sepanjang sumbu horisontal. Slope dari sebuah
garis lurus yang melalui titik asal ditentukan dengan pembagian koordinat Y pada setiap
titik pada garis tersebut dengan koordinat X yang cocok.
Hubungan geometris antara nilai total, marginal dan rata-rata terlihat pada kurva 2.2b
laba total naik dari titik asal menuju titik C. karena garis yang digambarkan
bersinggungan dengan kurva laba total menjadi lebih curam jika titik singgung tersebut
mendekati titik C, maka laba menaik sampai titik singgung tersebut.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara nilai marginal
dengan rata-rata juga ditunjukan pada gambar 2.2 b. Pada tingkat output yang rendah
dimana kurva laba marginal terletak di atas kurva laba rata-rata, maka kurva laba rata-
rata sedang menaik. Walaupun laba marginal mencapai titik maksimum pada output Q1
dan kemudian menurun, tapi kurva laba rata-rata terus meningkat sepanjang kurva laba
marginal masih di atasnya
Gbr 2.2
4. Penurunan kurva total dari kurva marginal atau
rata-rata

Penurunan laba total dari kurva laba rata-rata (b). Laba total adalah laba
rata-rata dikalikan jumlah output. Laba total yang sesuai dengan output Q1,
misalnya adalah laba rata-rata (A) dikalikan output (Q1). Laba total tersebut
sama dengan luas bidang segi empat OABQ1.
Hubungan yang sama terjadi antara laba marginal dengan laba total. Secara
geometris, laba total tersebut ditunjukan oleh daerah Y sampai kuantitas
output yang ditentukan. Tingkat output Q1 laba total sama dengan bidang
bawah kurva laba marginal yaitu bidang OCQ1.
D. Pembedaan Nilai Maksimum dengan Nilai Minimum

Masalah akan muncul jika turunan digunakan untuk menentukan nilai maksimum atau
minimum. Turunan pertama sebuah fungsi total menunjukkan suatu ukuran apakah
fungsi tersebut sedang menaik atau menurun pada titik tertentu. Agar suatu fungsi
menjadi maksimum atau minimum, maka fungsi tersebut harus tidak dalam keadaan
menaik atau menurun. Oleh karena itu slopenya harus sama dengan nol. Namun
demikian, karena nilai marginal akan menjadi nol baik untuk nilai maksimum maupun
minimum dari suatu fungsi, maka analisis selanjutnya perlu untuk menentukan apakah
nilai maksimum atau minimum tersebut telah ditemukan.
Keadaan tersebut dilukiskan dalam Gambar 2.8 di mana tampak bahwa slope dari
kurva laba total adalah nol, baik pada titik A maupun titik B. Namun demikian, titik A
menunjukkan tingkat output yang meminimumkan laba, sedangkan titik B
menunjukkan tingkat output yang memaksimumkan laba.
Konsep turunan kedua (second-order derivative) digunakan untuk membedakan nilai
maksimum dengan minimum dari suatu fungsi. Turunan kedua ini merupakan turunan
dari turunan pertama. Jika laba total ditunjukkan oleh persamaan p=a – bQ + cQ 2 –
dQ3, seperti ditunjukkan Gambar 2.8, maka turunan pertamanya yang merupakan
fungsi laba marginal adalah:

Dp
=Mp=-b+2cQ-3dQ (2.7)
dQ
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba
marginal (turunan persamaan 2.7) yaitu:

D2p. dMp
= = 2Q- 6dQ dQ
dQ2 dQ
 Gambar 2.8 Penentuan Nilai Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka
turunan kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut
yakni slope dari kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan
kedua tersebut untuk membedakan titik maksimum dan minimum. Jika
turunan kedua dari sebuah fungsi negatif maka titik yang ditentukan
adalah maksimum, demikian sebaliknya.
Alasan dari hubungan yang terbalik tersebut bisa dilihat dari (Gambar
2.8). Perhatikan bahwa laba mencapai minimum pada titik A, karena laba
marginal, yang tadinya negatif dan karena itu menyebabkan laba total
turun, tiba-tiba menjadi positif. Oleh karena itu slopenya positif. Keadaan
yang berlawanan terjadi pada titik maksimum nilai laba marginal tersebut
adalah positif tetapi menurun hingga suatu titik dimana fungsi laba total
mencapai maksimum, dan negatif setelah titik tersebut. Oleh karena itu,
fungsi marginal tersebut berslope negatif pada titik maksimum fungsi
total.
Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan fungsi laba total dalam Gambar
2.8 ditunjukkan oleh fungsi berikut:
Laba total (p) = -3.000 – 2.400Q + 350Q2 – 8,333Q3 (2.8)
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
dp 2
(2.9)
Laba marginal (Mp)= = -2.400 + 700Q – 25Q dQ
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik dimana turunan pertama tersebut (laba
marginal) sama dengan nol, maka:
dp
=-2.400 + 700Q – 25Q2 = 0 (2.10) dQ
Dengan menggunakan rumus abc, kita akan menemukan nilai-nilai output yang memenuhi persamaan
2.10 yaitu 4 dan 24. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut merupakan titik-titik laba maksimum atau
minimum.
Pengujian terhadap turunan kedua dari fungsi laba total pada masing-masing tingkat output tersebut akan
menunjukkan apakah nilai-nilai tersebut minimum ataukah maksimum. Turunan kedua dari fungsi
laba total tersebut didapatkan dengan mencari turuan dari fungsi laba marginal (persamaan 2.9):
d2p dMp
2
= dQ = 700 – 50Q
dQ
Pada tingkat output atau Q = 4:
d 2p
2
= 700 – 50.4 = 500 dQ
Karena turunan kedua tersebut positif, yang menunjukkan bahwa laba marginal sedang menaik, maka laba
total adalah minimum pada tingkat output sebesar 4 unit. Dengan kata lain, laba total pada tingkat output
sebesar 4 sesuai dengan titik A pada Gambar 2.8.
Dengan menilai turunan kedua pada tingkat output sebesar 24 unit, kita memperoleh.
d2p
2
= 700 – 50 . 24 = -500 dQ
Karena turunan kedua tersebut adalah negatif pada tingkat output sebesar 24, yang menunjukkan bahwa
laba marginal tersebut sedang menurun, maka fungsi laba total mencapai titik maksimum pada tingkat
output sebesar 24 unit. Tingkat output ini sesuai dengan titik B pada Gambar 2.8.
Penggunaan Turunan untuk Memaksimumkan Selisih Antara Dua Fungsi
Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro yaitu MR harus sama dengan MC agar laba maksimum bisa
dicapai, sebenarnya timbul berdasarkan pada asas optimisasi kalkulus tersebut. Asas tersebut timbul dari
adanya kenyataan bahwa jarak antara dua fungsi akan maksimum pada titik dimana slope kedua fungsi
tersebut adalah sama. Gambar 2.9 menggambarkan titik tersebut. Disini fungsi penerimaan dan fungsi
biaya hipotesis ditunjukkan. Laba total sama dengan TR dikurangi TC, dan oleh Karen aitu sama dengan
jarak vertical antara kedua kurva tersebut pada setiap tingkat output. Jarak tersebut akan maksimum pada
tingkat output QB dimana slope dari kurva TR dan TC tersebut sama. Karena slope kurva TR dan TC
masing-masing menunjukkan MR dan MC, maka MR = MC.
Alasan bahwa QB merupakan tingkat output yang memaksimumkan laba bisa tampak dengan memperhatikan
bentuk dari kurva TR dan TC disebelah akan titik A. Pada titik A, TR = TC, berarti di situ terjadi titik
impas (break even point), dan oleh karena itu titik A tersebut menunjukkan tingkat output yang
menghasilkan laba sama dengan nol.
Gambar 2.9 TR, TC, dan Laba Maksimum

Rp/t

Total Cost

Total revenue

Marginal Cost

Output (unit/t)

Marginal revenue
Pada tingkat-tingkat output QA, TR meningkat lebih cepat dari TC dengan
kata lain, MR > MC. Jika slope TR sama dengan slope TC, maka kedua kurva
tersebut akan sejajar. Keadaan tersebut terjadi pada tingkat output Q B. Setelah
melampaui QB. Setelah melampaui QB slope kurva TC lebih besar slope kurva TR
(MC > MR), maka jarak antara kedua kurva tersebut mengecil dan laba total
menurun.
Suatu contoh dengan angka akan memperjelas penggunaan turunan ini.
Perhatikan fungsi-fungsi penerimaan, biaya, dan laba berikut ini. Misalkan:
Total Revenue (TR) = 41,5Q – 1,1Q2
Total Cost (TC) = 150 + 10Q – 0,52 + 0,02Q3
Laba Total = p = TR – TC
Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh dengan
mensubstitusikan fungsi TR dan TC kedalam fungsi laba, kemudian menganalisis
turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut.
TR – TC

= 41,5Q – 1,1Q2 – (150 + 10Q – 0,5Q2 + 0,02Q3)

= 41,5Q – 1,1Q2 – 150 – 10Q + 0,5Q2 – 0,02Q3

= -150 + 31,5Q – 0,6Q2 – 0,02Q3

Laba marginal atau turunan pertama dari fungsi laba tersebut adalah: `

dp 2

Mp= = 31,5-1,2Q-0,06Q dQ

Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan rumus abc kita bisa menemukan kedua akarnya yaitu Q 1 = -35
dan Q2 = + 15. Karena output yang negatif tidak mungkin terjadi, maka Q 1 bukan merupakan tingkat output yang bisa
digunakan.

Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada tingkat Q = 15 akan menunjukkan apakah ini merupakan titik
laba maksimum atau titik laba minimum. Turunan kedua tersebut adalah:

d2p dMp

= =-1,2-0,12Q dQ2 dQ

Dengan menguji turunan tersebut pada Q = 15 menghasilkan nilai turunan kedua tersebut sebesar -3, oleh karena itu Q = 15
merupakan titik laba maksimum.

Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan maksimisasi laba perhatikan persamaan umum laba p = TR – TC. Dengan
menggunakan kaidah penjumlahan dan selisih dari diferensiasi, maka persamaan umum laba marginal adalah:

Mp=dp=dTR-dTC dQ dQ dQ

Jika dTR/dQ merupakan MR, dan dTC/dQ merupakan MX, maka

Mp=MR-MC

Sekarang, karena maksimisasi setiap fungsi mengharuskan turunan pertama sama dengan nol, maka maksimisasi laba akan terjadi
jika
Mp=MR-MC=0

atau
MR = MC
Meneruskan contoh kita di muka. MR dan MC diperoleh dengan penurunan fungsi TR dan TC:
dTR
MR= = 41,5-2,2Q dQ
dTC 2

MC= =10-Q+0,06Q dQ
Pada tingkat output yang memaksimumkan laba, MR = MC, maka:
MR = 41,5 – 2,2Q = 10 – Q + 0,06Q2 = MC
Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, kemudian diperoleh -31,5 + 1,2Q + 0,06Q 2
=0
Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukkan bukti bahwa MR – MC pada
tingkat output yang menghasilkan laba maksimum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai