Optimisasi ekonomi merupakan suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau
optimal dalam perekonomian, khususnya perusahaan (nilai efektif yang dapat dicapai).
Di dalam Optimisasi Ekonomi kami akan menerangkan tentang :
(kuantitas).
Dalam pembuatan keputusan , hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah
factor-faktor yang mempengaruhi harga dan kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut
meliputi :
Pengolahan prduk
Strategi periklanan
Kebijakan harga
Sifat persaingannya
Bentuk perekonomian
penelaan
system-sistem
produksi
alterntif,
pemilihan
teknologi,
kemungkinan input yang digunakan termasuk tingkat diskonto, jenis produk (product
mix), asset-aset fisik dan struktur keuangan suatu perusahaan.
Diatas P menunjukan harga tiap unit yang terjual dan hubungan antara
variable dependen dengan variable independen ditetapkan secara tepat.
TR = Rp 125 X Q
table
dan
grafik
sering
digunakan
untuk
hubungan-hubungan ekonomi.
Hubungan Antara TR dengan
Dengan Jumlah Unit yang terjual Q
TR = 125 X Q
125
250
375
500
625
750
menyajikan
Laba Total
Laba Marginal
Laba Rata-Rata
19
19
19
52
33
26
93
41
31
136
43
34
(Q)
175
39
35
210
35
35
217
21
208
-9
26
marginal menunjukkan
perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar dari nilai
rata-rata, pasti nilai rata-rata tersebut sedang menaik. Misalnya, jika 10 pekerja
rata-rata menghasilkan 200 unit output perhari, dan pekerja ke 11 (tambahan)
menghasilkan 250 unit, maka output rata-rata dari npekerja meningkat.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara
nilai marginal dengan rata-rata juga ditunjukan pada gambar 2.2 b. Pada tingkat
output yang rendah dimana kurva laba marginal terletak di atas kurva laba
rata-rata, maka kurva laba rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal
mencapai titik maksimum pada output Q1 dan kemudian menurun, tapi kurva
laba rata-rata terus meningkat sepanjang kurva laba marginal masih di atasnya
Gambar 2.2
turunan
kedua
(second-order
derivative)
digunakan
untuk
ini merupakan turunan dari turunan pertama. Jika laba total ditunjukkan oleh
persamaan a bQ + cQ2 dQ3, seperti ditunjukkan Gambar 2.8, maka turunan
pertamanya yang merupakan fungsi laba marginal adalah:
d
M b 2cQ 3dQ 2
dQ
(2.7)
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal
(turunan persamaan 2.7) yaitu:
d 2 dM
2c 6dQ
dQ
dQ 2
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan
kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari
kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk
membedakan titik maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah fungsi
negatif maka titik yang ditentukan adalah maksimum, demikian sebaliknya.
Alasan dari hubungan yang terbalik tersebut bisa dilihat dari (Gambar 2.8).
Perhatikan bahwa laba mencapai minimum pada titik A, karena laba marginal, yang
tadinya negatif dan karena itu menyebabkan laba total turun, tiba-tiba menjadi
positif. Oleh karena itu slopenya positif. Keadaan yang berlawanan terjadi pada titik
maksimum nilai laba marginal tersebut adalah positif tetapi menurun hingga suatu
titik dimana fungsi laba total mencapai maksimum, dan negatif setelah titik
tersebut. Oleh karena itu, fungsi marginal tersebut berslope negatif pada titik
maksimum fungsi total.
Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan
fungsi laba total dalam Gambar 2.8 ditunjukkan oleh fungsi berikut:
Laba total = -3.000 2.400Q + 350Q2 8,333Q3
(2.8)
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
Laba marginal M =
d
= -2.400 + 700Q 25Q2
dQ
(2.9)
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik dimana turunan pertama
tersebut (laba marginal) sama dengan nol, maka:
d
-2.400 + 700Q 25Q2 = 0
dQ
(2.10)
d 2 dM
= 700 50Q
dQ
dQ 2
Pada tingkat output atau Q = 4:
d 2
= 700 50.4 = 500
dQ 2
d 2
= 700 50 . 24 = -500
dQ 2
Karena turunan kedua tersebut adalah negatif pada tingkat output sebesar
24, yang menunjukkan bahwa laba marginal tersebut sedang menurun, maka fungsi
laba total mencapai titik maksimum pada tingkat output sebesar 24 unit. Tingkat
output ini sesuai dengan titik B pada Gambar 2.8.
Total Cost
Total revenue
A
Marginal Cost
Output (unit/t)
Marginal revenue
TR TC
= 41,5Q 1,1Q2 (150 + 10Q 0,5Q2 + 0,02Q3)
= 41,5Q 1,1Q2 150 10Q + 0,5Q2 0,02Q3
= -150 + 31,5Q 0,6Q2 0,02Q3
Laba marginal atau turunan pertama dari fungsi laba tersebut adalah:
M
d
31,5 1,2Q 0,06Q 2
dQ
d 2 dM
1,2 0,12Q
dQ
dQ 2
Dengan menguji turunan tersebut pada Q = 15 menghasilkan nilai turunan
kedua tersebut sebesar -3, oleh karena itu Q = 15 merupakan titik laba maksimum.
Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan maksimisasi laba perhatikan
persamaan umum laba = TR TC. Dengan menggunakan kaidah penjumlahan
dan selisih dari diferensiasi, maka persamaan umum laba marginal adalah:
M
d dTR dTC
dQ
dQ
dQ
M MR MC
Sekarang, karena maksimisasi setiap fungsi mengharuskan turunan pertama
sama dengan nol, maka maksimisasi laba akan terjadi jika
M MR MC 0
atau
MR = MC
Meneruskan contoh kita di muka. MR dan MC diperoleh dengan penurunan
fungsi TR dan TC:
MR
dTR
41,5 2,2Q
dQ
MC
dTC
10 Q 0,06Q 2
dQ