Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK DAN TASAWUF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu:
Hj. Ida Firdaus, M.Pd. I

Disusun Oleh:
Ayu Septiani (2031060027)
Kelas/Prodi: 2A, Psikologi Islam

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT. atas segala Rahmat dan taufik-Nya, sehingga tugas makalah dapat
saya selesaikan dengan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
Muhammad Saw. yang telah membimbing manusia ke jalan yang lurus dan di ridhai Allah SWT.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf, yang berupa
penjelasan tentang sejarah perkembangan Tasawuf dari masa kebudayaan Hindu, Yunani, Persia
dan Arab serta sejarah Tasawuf sampai datangnya Islam. Saya menyadari bahwa penyajian
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.

Demikian yang dapat saya sampaikan, berharap laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Atas bantuannya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

Lampung, April 2021

Ayu Septiani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ............................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................ii
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tasawuf pada masa Kebudayaan Hindu.....................................................
2.2 Sejarah Tasawuf pada masa Persia..........................................................................
2.3 Sejarah Tasawuf pada masa Yunani........................................................................
2.4 Sejarah Tasawuf pada masa Arab............................................................................
2.5 Sejarah Tasawuf pada masa Islam…..…………………………………………….

BAB III PENUTUPAN


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah pertumbuhan dan perkembangan tasawuf sesungguhnya sama saja dengan
pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri. Mengingat keberadaan tasawuf adalah
sama dengan keberadaan agama Islam. Pada hakikatnya agama islam itu ajarannya hampir bisa
dikaitkan bercorak tasawuf.
Kehidupan tasawuf mulai tumbuh dan berkembang sejak zaman nabi Muhammad SAW., sebab
misi kerasulannya meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan/keimanan (aqidah),
ibadah dan akhlak. Bahkan sebelum beliau diangkat secara resmi oleh Allah SWT. Sebagai rasul-
Nya, kehidupan beliau sudah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku kehidupan shufi, yang bisa
dilihat dari kehidupan sehari-hari beliau yang sangat sederhana, disamping menghabiskan
waktunya dalam beribadat dan bertaqarrub pada tuhannya.
Akhlak sebagai bagian ajaran Rasulullah SAW., ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau
melalui pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau. Pengajaran dan
pembinaan dilalukan melalui internalisasi nilai-nilai dan ajaran al-Qur’an serta al-Hadits.
Dari ayat-ayat al-Qur’an itulah, Rasulullah SAW. mengajarkan tasawuf kepada umatnya. Di
penjelasan ayat-ayat al-Qur’an itulah beliau menuntun akhlak para sahabatnya baik dengan
perkataan maupun perbuatan beliau. Penanaman akhlak pada masa Rasulullah SAW. meliputi
berbagai dimensi kehidupan yang lebih memfokuskan kepada keteguhan dan kebasaran umat
islam untuk menghadapi tekanan dan himpitan oleh kaum kafir Quraisy.Pada saat Rasulullah
SAW. berada di Madinah, pembinaan akhlak lebih ditekankan pada aspek kemasyarakatan.
Pembinaan masa ini lebih mengarah pada pola interaksi umat islam kepada sesama muslim dan
kepada kaum non muslim (Yahudi dan Nasrani). Ajaran tasawuf pada masa ini meliputi kasih
sayang, saling menghargai dan menghormati, menolong, berbuat baik kepada orang tua,
solidaritas antar sesama dan lain-lain. Ajaran-ajaran inilah yang dilandasi atas cinta kasih antar
mereka sehingga tercipta persaudaraan sesama umat Islam.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tasawuf pada masa Kebudayaan Hindu

2.2 Sejarah Tasawuf pada masa Yunani

2.3 Sejarah Tasawuf pada masa Persia

2.4 Sejarah Tasawuf pada masa Arab

2.5 Sejarah Tasawuf pada masa Islam


Sejarah perkembangannya Tasawuf didunia islam dapat di kelompokkan dalam beberapa
tahap:
Perkembangan Tasawuf pada abad Ke-1H dan Ke-2H
Sejarah perkembangannya tasawuf di dunia islam dapat di kelompokan dalam beberapa tahap:
1). Pada masa Sahabat
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasulullah SAW yang sederhana semuanya hanya
semata-mata karna tuhannya.
Sahabat-sahabat yang dimaksud antara lain:
a. Abu Bakar As-Siddiq (wafat 13 H)
Abu Bakar adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk Islam, ia menjadi
orang yang sangat sederhana dengan memberikan seluruh harta bendanya di jalan
Allah. Diriwayatkan bahwa selama enam hari dalam seminggu, Abu Bakar selalu dalam
keadaan kelaparan.
Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia berkata “Jika
seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT membencinya sampai
meninggalkan hiasan itu”. Oleh karena itu Abu Bakar memilih takwa sebagai “pakaian”.
Ia selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ibadah dan dzikir.
b. Umar bin Khattab (wafat 23 H)
Umar bin Khatab adalah aahabat Nabi SAW terdekat dan khalifah kedua Al-Khulafa’ A-
rasyidun. Ia termasuk orang yang tinggi kasing sayangnya terhadap sesama manusia.
Ketika menjadi khalifah, ia selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan
rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap malam ia berkeliling mengamati keadaan
rakyatnya, ia takut bila ada yang mengalami kesulitan, seperti sakit atau kelaparan.
Suatu hari ketika Umar mendapati seorang ibu yang berpura-pura memasak untuk
meredakan tangis anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyeledikinya, ia
melihat bahwa yang dimasak itu adalah batu. Umar bertanya kepada wanita itu:
mengapa anda tidak memasak roti, tetapi hanya memasak batu?” wanita itu menjawab,
“saya tidakmempunyai gandum” mendengar jawaban wanita miskin itu, Umar langsung
pergi ke Baitul Mal mengambil gandum dengan memanggulnya sendiri kemudian
menyerahka kepada wanita miskin tadi.
Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslimin tanpa alasan yang kuat. Ia
berpakaian sangat sederhana, bahkan tak pantas untuk dipakai seorang pembesar
seperti dia. Umar meneladani sikap Rosulullah SAW dalam seluruh kehidupannya.
Prinsip hidup sederhana ini juga diterapkan Umar dilingkungan keluarganya. Istri dan
anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apapun dari pembesar atau
rakyatnya.
c. Usman bin Affan (wafat 35 H)
Utsman merupakan khalifak ketiga dan sahabat yang sangat berjasa pada periode awal
perkembangan Islam, baik pada saat Islam dikembangkan secara sembunyi-sembunti
maupun secara terbuka. Ia dijuluki Dza An-Nurain (memiliki dua cahaya) karena menikah
dengan dua orang putri Nabi SAW yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kulum.
Sebelum masuk Islam, Utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan
terpandang. Kekayaannya melimpah ruah. Setelah masuk Islam, dengan penuh kerelaan
ia menyerahkan sebagian besar hartanya untuk perjuangan Islam dan membela orang-
orang miskin yang teraniaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya, ia selalu hidup
sederhana. Dengan hal ini, jelaslah bahwa pada diri Utsman terdapat jiwa-jiwa sufi yang
tidak tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi.
d. Ali bin Abi Thalib (Wafat 40 H)
Ali merupakan khalifah keempat dan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan
anak-anak, sepupu Nabi SAW yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu
Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd Manaf adalah kakak kandung ayah Nabi
SAW, Abdulah bin Muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim bin Abd
Manaf. Sewaktu lahir ia diberi nama Haidarah oleh ibunya, kemudian diganti ayahnya
dengan Ali.
Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari tidak tampak
perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat
sebagai khalifah, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya
“mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek?” Ali
menjawab “aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga
mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia”. Sikap dan
pertanyaan inilah yang menandakan dirinya seorang sufi.
e. Abu Dzar Al Ghafary (wafat 22 H)
Ia adalah seorang sufi yang selalu mngamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu
BAkar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah merasa
menderita apabila ditimpa cobaan. Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai
cobaan dari Allah SWT karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan perhatian
Tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali merasa dicoba oleh Allah, ia
mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.
f. Ammar bin Yasir (wafat 37 H)
Ia seorang sufi yang sangat setia kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terlihat
ajaran tasawufnya sama dengan ajaran tasawuf yang telah diamalkan oleh Ali
sebelumnya. Ia pun termasuk salah seorang dari ahlus suffah yang pernah menyatakan
bahwa apabila amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, harta benda
itu merupakan kebanggan bagi pemuka-pemuka masyarakat Mekah yang telah
diberantas oleh agama Islam. Menurutnya, seorang hamba yang menginginkan
kemuliaan dari Allah SWT harus menghiasi dirinya dengan amalan zuhud, dan
menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda. Ini berarti tidak mengulangi sikap
dan perilaku orang-orang Mekah yang telah diberantas oleh ajaran Islam.
g. Salman Al-Farisy (wafat 32 H)
Di kalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisy dikenal sebagai seorang sahabat yang suka
hidup keras (menderita) dan zuhud, bahkan dikatakan termasuk ahl as-suffah (penganut
tasawuf) dan pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni (ilmu yang dianugerahkan
Allah SWT. kepada orang-orang tertentu secara langsung, tanpa melalui proses belajar
mengajar). Dikatakan juga bahwa ia adalah orangpertama yang melontarkan ide tentang
khilafah (wakil guru Sufi) dan nur muhammad. Ia melontakan pemikiran itu kepada
Sa’sa’ah bin Suhan, yang kemudian menegaskan bahwa khilafah pertama adalah
Muhammad SAW. lalu Ali.

2). Perkembangan Tasawuf pada masa Tabiin


Ulama-ulama Sufi dari kalangan Tabiin, adalah murid dari ulama-ulama Sufi dari kalangan
sahabat. Diantara tokoh-tokohnya:
a. Al-Hasan Al-Bashry (wafat 110 H) berguru kepada Huzaiifah bin Al-Yaman

Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di Madinah pada
tahun 21H/624 M dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H/728 M. ia adalah putra Zaid bin
Sabit, seorang budak yang tertangkap di Maisan, kemudian menjdai sekretaris Nabi
Muhammad SAW. Ia memperoleh pendidikan di Basarah, dan ia sempat bertemu dengan
sahabt-sahabat Rosul termasuk tujuh puluh di antara mereka adalah yang turut serta dalam
perang Badar.
Ia mendapat ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap
dan perilaku dalamkehidupan sehari-harinya, sehingga ia dikenal sebagai ulama sufi yang
sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yangter kandung dalam ajaran Islam dan sangat
menguasai ilmu batin.
Memang banyak pengakuan yang menyebutkan kelebihan dan keutamaan Hasan Al-Basri
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama, seperti yang dikatakan oleh Abu Qatadah
“bergurulah kepada syeikh ini! Saya sudah menyaksikannya sendiri, tidaklah ada orang tabiin
yang menyerupai sahabat Nabi Muhammad SAW, kecuali beliau”.
Dasar pendirian Hasan Al-Basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahan, hanya
menuju kepada Allah SWT, tawakal, khauf, dan raja’. Janganlah semata-mata takut kepada
Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan harapan. Takut akan murka-Nya, tetapi mengharap
rahmat-Nya.Kemudian, kita harus meninggalkan kenikmatan dunia karena hal itu merupakan
Hijab (penghalang) dari keridhaan Allah SWT.
Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Hudzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu
mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Maka ia dikenal sebagai
ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung dalam ajaran
Islam, dan sangat menguasai ilmu batin. Dalam mengamalkan ajaran zuhud, ia berpendapat
bahwa kita harus lebih dahulu memperkuat perasaan tawakal kepada Allah, khauf (takut)
terhadap siksaan-Nya dan raja’ (mengharapkan) karunia-Nya. Kemudian kita harus
meninggalkan kenikmatan dunia, karena hal itu merupakan hijab (penghalang) dari keridhaan
Allah SWT.
b. Rabi'ah Al-adawiyah (wafat 185 H)
Ia dikenal sebagai ulama sufi wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita pula.
Rabi’ah menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah hubb (cinta) dan syauq (rindu)
kepada Allah SWT.
c. Sufyan bin Said Ats-Tsaury (wafat161 H)

Sufyan Ats-Tsaury selama hidupnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf, dan aktif
mengajarkan ilmu yang ada padanya. Ia pun selalu menyerukan kepada sesama ulama, agar
menjauhkan dirinya dari godaan dunia yang sering membawa manusia lupa mengabdikan
dirinya kepada Allah SWT.
d. Daud Ath-Thaiy (wafat 165 H)

Semula ia belajar Fiqh pada Imam Abu Hanifah, kemudia tertarik mempelajari Ilmu Tasawuf,
sampai dikenal sebagai ulama sufi yang senang uzlah (menyepi) di tempat yang sunyi. Ia
melakukan zuhud dengan cara mengurangi makannya, serta menjauhkan dirinya dari pakaian
uang bagus.
Inilah perkembangan tasawuf pada abad kepertama dan pada abad ke2 H.

B). Perkembangan Tasawuf pada Abad ketiga Hijriyah.


Pada abad ini para sufi cenderung memperbincangkan konsep-konsep yang sebelumnya tidak
dikenal, misalnya tentang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh
seorang penempuh jalan menuju Allah SWT. yang dikenal dengan istilah maqam (tingkatan)
dan hal (keadaan), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fana’, dan hulul (penyatuan).
Dapat dikatakan bahwa abad ketiga adalah abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti
yang luas. Selan itu, karakteristik tasawuf mulai tampak jelas. Kondisi ini berlangsung sampai
abad keempat, sehingga tasawuf pada kedua abad ini bisa dipandang sebagai tasawuf yang
perkembangannya telah mencapai kesempurnaan. Tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ini,
antara lain:

a.         Abu Sulaiman Ad-Darani (w. 215 H)


Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh Sufi terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya
sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan kebersihan jiwa dan kesucian pribadi.
Pandangannya dalam tasawuf mengandung makna dan ‘ibrah yang menjadi panutan bagi
penganut ajaran tasawuf selanjutnya. Dalam sejarahnya, ia dikenal sebagai salah seorang sufi
yang banyak membahas ma’rifat dan hakikat.

b.        Ahmad bin Al-Hawary (w. 230 H)


Ia dilahirkan di Damaskus dan dikenal oleh penduduk negeri Syam (Siria) sebagai ahli psikologi
dan ilmu akhlaq. Ia merupakan salah seorang murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat dekat Abu
Sulaiman Ad-Darani. Ketika salah seorang bertanya kepadanya tentang ilmu akhlaq dengan cara
yang sopan, ia menguraikan keterangan, yang didahului dengan perkataan, “Perbuatan ini tidak
(dapat dikatakan baik), sampai tampak kebaikan akhlaqmu.

c.         Dzun An-Nun Al-Misri  (155–245 H)


Dialah yang dianggap oleh orang-orang Mesir sebagai seorang Sufi yang pertama-tama yang
memperkenalkan istilah maqam (tingkatan kejiwaan) dalam ilmu tasawuf. Ajaran tasawuf yang
dianutnya cenderung bercorak filsafat kimia, sehingga ia pernah dituduh oleh fuqaha Mesir
sebagai orang zindiq. Ia pun sangat mrnghargai ilmu yang bersumber dari filsafat karena
menganggap bahwa hal itu sesuai dengan hati nurani dan akal yang sehat.

Pada abad perkembangan ini Tasawuf pesat, hal ini bertambah dengan adanya segolongan ahli
Tasawuf yang mencoba inti ajaran Tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga mereka
membaginya ke dalam tiga macam ilmu yakni: Tasawuf ilmu yang berintikan ilmu, akhlak, dan
Metafisika.
1. Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa; Yaitu tasawuf yang berisi suatu metode yang
lengkap tentang pengobatan jiwa, yang dapat mengatasi dengan baik.
2. Tasawuf yang berintikan Ilmu Akhlak; yaitu didalamnya petunjuk petunjuk-petunjuk
tentang cara-cara petunjuk baik serta cara-cara menghindari keburukan.
3. Tasawuf yang berintikan Metafisika; yaitu di dalamnya berikan ajaran tentang ajaran
yang menggambarkan hakikat Ilah i, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian
yang mutlak.
C). Perkembangan Tasawuf pada Abad keempat Hijriyah.
Pada abad ini, kemajuan ilmu tasawuf lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga, karena
usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Sehinga kota Baghdad yang hanya satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan
tasawuf yang paling besar sebelum masa itu, tersaing oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa
ulama tasawuf, antara lain:
a. Musa Al-Anshary, mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan dan wafat disana tahun 320 H.
b. Abu hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkannya disalah satu kota di Mesir, dan
wafat disana tahun 322 H.
c. Abu Zaid Al-Adamy mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah, dan wafat disana tahun
314 H.
d. Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy, mengajarkannya di Naisabur dan kota
Syaraz, hingga ia wafat disana tahun 328 H.
D). Perkembangan Tasawuf Abad kelima Hijriyah.
Pada abad ke lima hijriyah sebagaimana yang telah jelaskan bahwa abad ketiga dan keempat
muncul dua aliran yaitu aliran sunni dan aliran semilosofis. Pada abad kelima, aliran yang
pertama terus tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, Aliran kedua mulai tenggelam dan baru
muncul kembali berbentuk lain yaitu pribadi-pribadi para sufi dan filosof Abad keenam dan
setelahnya. Diantara tokoh-tokoh Tasawuf abad ini adalah sebagai berikut: Al-Qusyairi (W.
376-465 H), Al- Harawi (W. 751 H), Al-Ghazali (W. 505 H).
Disamping adanya pertentangan yang ditemukan antara ulama sufi dengan ulama fiqih, maka
abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika berkembangnya mazhab yang hendak
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib.

E). Perkembangan Tasawuf A bad keenam Hijriyah.


Perkembangan tasawuf pada abad keenam ini, banyak ulama tasawuf yang sangat berpengaruh
dalam perkembangan tasawuf, antara lain Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy wafat tahun
587 H. Ia awalnya belajar filsafat dan ushul fiqh pada Asy-Syekh Al-Iman Majdudin Al-Jily di
Aleppo. Bahkan sebagian besar ulama dari berbagai disiplin ilmu agama di negeri itu, telah
dikunjunginya untuk menimba ilmu pengetahuan dari mereka.
Abad ini suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama Tasawuf memburuk karena
dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran Al-Huluul, para ulama yang sangat berpengaruh pada
zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, Al-Ghaznawy.

F). Perkembangan Tasawuf abad ketujuh Hijriyah.


Pada abad ini tercatat dalam sejarah bahwa masa menurunnya gairah masyarakat
islam untuk belajar Tasawuf karena: [7]
Sebuah). Semakin gencarnya serangan ulama syariat ahli penyelesaian Tasawuf, yang diiringi
dengan serangan golongan Syiah yang menekuni ilmu kalam dan fiqih.
b) . Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan ajaran Tasawuf didunia
Islam karena kegiatan itu menjadi sumber perpecahan umat Islam.
Ada beberapa ahli Tasawuf yang berpengaruh di abad ini antara lain: Umar Abdul Faridh,
Ibnu Sabi'iin, Jalaluddin Ar-Ruumy, dll.
G). Perkembangan Tasawuf Abad kedelapan Hijriyah.
Dengan terlewatnya abad ketujuh hingga memasuki abad kedelapan, tidak terdengar lagi
perkembangan dan pemikiran baru dalam Tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi
yang mengemukakan pemikirannya tentang ilmu Tasawuf, mereka kurang memperhatikan
perhatian yang sungguh-sungguh dari umat islam sehingga boleh dikatakan nasib sama dengan
abad ketujuh Hijriyah.

H). Perkembangan Tasawuf Abad kesembilan, kesepuluh serta sesudahnya.


Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran Tasawuf sangat sunyi di dunia islam, artinya
nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyah.
Faktor yang menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini antara lain: Ahli Tasawuf sudah
kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam, serta adanya penjajah bangsa eropa
yang beragama nasrani yang menguasai seluruh negeri Islam.
Disini tasawuf sangat sunyi dalam Islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada
abad keenam, ketujuh, kedelapan hijriyah. Faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya
ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
1. Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat
islam, sebab banyak diantara mereka yang terlalu menyimpang di ajaran Islam yang
sebenarnya.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama Nasrani sudah menguasai
seluruh negeri islam. Tentu paham-paham selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan
ajaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sejarah muncul dan perkembangan tasawuf dalam
Islam dimulai pada akhir abad kedua atau ada yang mengatakan pada awal abad ketiga hijriyah
pada zaman nabi. Secara garis besar, perkembangan tasawuf ini sangat dupengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan keadaan sosial politik umat Islam saat itu.
Sejarah munculnya tasawuf terdiri dari beberapa fase yaitu:
1. Pada abad pertama dan kedua hijriyah
2. Pada abad ketiga dan keempat hijriyah
3. Pada abad kelima hijriyah
4. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan hijriyah
5. Pada abad kesembilan, kesepuluh dan sesudahnya.
Sebenarnya tidak perlu ada pertentangan pada ajaran tasawuf yang tidak sepenuhnya ada
dalam ajaran Islam. Hal yang penting adalah bagaimana kita bisa selalu berupaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman untuk
mencapai hakikat.

Saran
Demikian makalah sejarah muncul dan berkembangnya tasawuf yang saya susun. saya
menyadari masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah yang saya susun. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi terciptanya kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihun. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Mustofa, A. Akhlak Tasawuf.Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Nasution, Ahmad Bangun, dan Riyani Hanum Siregar. Akhlak tasawuf. Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada, 2015.
Senali, Moh Saifullah Al Aziz. Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf. Surabaya: Terbit Terang,
1998.
Solichin, Mohammad Muchlis. Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana Kontemporer. Surabaya: Pena
Salsabila, 2013.

Anda mungkin juga menyukai