1
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................................12
B. Saran dan kritik ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTA ................................................................................................... iii
3
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan kita lihat.
Dari banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi
dunia. Kita mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik
dengan cara apapun, bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain
sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak
ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu
kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam
berjuan dalam kehidupan.
Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS
MERAH” Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi
akibat-akibat yang timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik.
Terutama kita sebagai mahluk yang hidup setelah para mahluk yang terdahulu,
tentunya sangat memerlukan pengetahuan tentang mereka yang telah sukses
dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita untuk panutan uamat
selanjutnya. Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi
perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang
ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Kholifah Utsman
bin Affandan Ali bin Abi Thalib, Pada masa itu mereka mengembangkan
peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan
kholifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai
umat yang hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti
perjalannya
.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis menitikberatkan pembahasan mengenai ”Khalifah
Ustman Bin Affan”
C. Tujuan
a. Sebagai tugas untuk mengikuti mata pelajaran pendidikak
Ketamansiswaan.
b. Untuk melatih penulis agar memudahkan dalam membuat makalah.
c. Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Khalifah Ustman Bin Affan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia pada hari rabu waktu subuh, 4
Dzulhijjah 23 H karena ditikam oleh Abu Lu’luah saat menjadi imam shalat
shubuh. Abu Lu’luah adalah seorang bangsa Peria yang tidak rela dikalahkan oleh
Islam. Dia mempunyai dendam pribadi kepada khalifah Umar Bin Khattab.
Menjelang wafatnya Setelah ditikam oleh abu Lu’luah dan merasa dirinya akan
meninggal dunia, maka Umar bin Khattab memilih tujuh orang sahabat
terkemuka sebagai fomatur unntuk menetapkan siapa yang paling pantas menjadi
pemimpin umat islam.mereka yang diangkat sebagai anggota formatur yang
terdiri dari enam orang yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan, Sa’at bin abi
Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin Ubaidillah.
Keenam orang tersebut memiliki kewajiban memilih dan berhak untuk dipilih.
Untuk melengkapi anggota tim, Umar bin Khattab menunjuk putranya Abdullah
bin Umar. Yang terakhir ini mempunyai hak pilih, tetapi ia tidak memiliki hak
untuk dipilih karena khalifah Umar bin Khattab melarangnya menjadi anggota
formatur. Khalifah Umar bin Khattab tidak menginginkan Abdullah bin Umar
menjadi khalifah karena hal itu dapat menimbulkan anggapan bahwa ia mewarisi
kekhalifahan kepada putranya.
6
ini, Abdur Rahman bin Auf langsung memegang tangan Utsman bin Affan dan
membaiatnya sebagai khalifah. Segenap yang hadir kemudian ikut pula memberi
baiat kepadanya.
Ali bin Abi Talib dan para sahabat Rasul Allah s.a.w. lainnya, dan semua
yang hadir dalam masjid itu tanpa ragu-ragu menerima Utsman bin Affan r.a.
yang sudah berusia lanjut itu sebagai pemimpin tertinggi mereka yang
baru. Pembai’atan seorang Khalifah melalui pemilihan salah satu di antara 6 orang
Ahlu Syuro, merupakan kejadian pertama dalam sejarah kekhalifahan umat Islam.
Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum muslimin. Khalifah Umar
bin Khattab r.a. ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu Bakar r.a. Akan
tetapi sejalan dengan pembai’atan Utsman bin Affanr.a. sebagai Khalifah, banyak
sekali orang bertanya-tanya tentang jawaban yang diberikan Ali bin Abi Talib
kepada Abdurrahman bin Auf. Mengapa ia mengatakan “Tidak?”. Tidak ada
seorang pun yang dapat memberikan jawaban pasti. Ali bin Abi Talib sendiri tidak
pernah mengemukakan secara terbuka alasan apa yang melandasi jawabannya.
Yang pasti, Ali bin Abi Talib tidak pernah menyesal karena ia gagal menjadi
Khalifah disebabkan jawabannya itu. Dengan ikhlas ia menerima Utsman bin
Affanr.a. sebagai Amirul Mukminin.
Sementara itu ada yang menafsirkan, bahwa perkataan “Tidak!” itu bukan
ditujukan kepada pertanyaan Abdurrahman bin Auf yang berkaitan dengan
keharusan berpegang kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul Allah, melainkan
tertuju kepada keharusan mengikuti jejak Khalifah Abu Bakar r.a. dan Khalifah
Umar r.a. Ali r.a. tidak dapat membenarkan kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar
r.a. dalam mengambil keputusan tentang tanah Fadak. Yaitu tanah hak-guna Rasul
Allah s.a.w. yang dicabut oleh Khalifah Abu Bakar r.a. sepeninggal beliau dan
dijadikan hak milik kaum muslimin (Baitul Mal). Demikian juga terhadap
kebijaksanaan Khalifah Umar r.a. yang mengadakan penggolongan-penggolongan
dalam membagi-bagikan kekayaan Baitul Mal kepada kaum muslimin.
Saat terpilih menjadi khalifah Utsman bin Affantelah berusia 70 tahun.
Beliau menjadi khalifah selama 12 tahun.
7
C. Strategi kepemimpinan Utsman bin Affan
Sesudah Utsman bin Affandi baiat sebagai khalifah, ia mulai mengatu siasat
dan strategi kepemimpinannya. Dalam kebijakan politiknya, Utsman bin
Affanmulanya mengikuti khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada pauh
pertama masa pemerintahanya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan
kelanjutan darikebijakan sebelumnya. Namun pada paruhkedua Utsman
mengubah gaya kepemimpinanya. Hal itu tampak dengan pegantian gubernur
yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena
penguasa baru menetapkan peraturan yang memberatkan mereka, terutama di
Mesir. Selain Mesir, daerah yang bergejolak adalah Azerbaijan dan Armenia.
Kesewenangan pimpinan bau ini telah menimbulkan pemberontakan penduduk
setempat.
Pada awalnya, kekuatan rakyat yang kecewa atas kebijakan Utsman dapat
mengalahkan pasukan pemerintah. Namun, akhirnya mereka dapat ditundukan
kembali. Azebaijan diamankan oleh tentara yang dipimpin Abdullah bin Suhail
dan al-Walid bin Ukbah, sedangkan Armenia dikuasai kembali oleh panglima
salman bin Rabi’ah. Di tinjau dari strategi kepemimpinannya, Utsman bin Affan
tidak jauh berbeda dengan Umar bin Khattab. Yang menjadi perbedaan adalah
pergantian berberapa gubernur sehingga menimbulkan beberapa gejolak dan di
nilai lebih mementingkan hubungan kerabat dalam pengangkatannya. Meskipun
demikian, strategi kepemimpinan Utsman bin Affan dalam melanjutkan
penaklukan Asia Tengah telah memperluas wilayah kekuatan di Madinah. Pada
masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Utsman bin Affan membentang dari
Tripoli dibarat sampai seluruh Asia Tengah di Timur dan dari Yaman diselatan
sampai Armenia Utara, Azerbaijan, dan Turkistan Utara. [6]
Kelemahan Utsman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari Bani
Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapaorang dari Bani Umayyah menjadi
gubernur dibeberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering
dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuangan. Ia
kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
8
agar Al-Qur’an dapat dihapal dengan cepat oleh semua umat Islam. Ketika
wilayah islam makin luas, perbedaan dialek satu daerah dengan daerah yang lain
makin terlihat. Salah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman melihat
perselisihan antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan.
Masing-masing pihak menganggap cara membaca Al-Qur’an yang dilakukannya
adalah yag paling baik.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada
khalifah Utsman bin Affan. Selanjutnya, khalifah Utsman bin Affanmembentuk
sebuah panitiapenyusun Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit.
Anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurahman bin Haris. Tugas yang
harus dilaksanakan oleh panitia tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-
Qur’an dalam sebuah buku yang disebut mushaf. Penyalinan tersebut harus
berpedoman pada bacaan mereka yang menghafalkan Al-Qur’an. Apabila terdapat
pebedaan dalam pembacaan, yang ditulis adalah yang dialek Quraisy. Hal itu
disebabkan Al-Qur’an diturunkan dalam dialek Quraisy.
Salinan kumpulan Al-Qur’an itu disebut al-Mushaf. Oleh panitia, al-Mushaf
diperbanyak sejumlah empat buah. Sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan
empat lainnya dikirimkan diMakkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-
Qur’an yang dikirimkan ke daerah-daerah itu dijadikan sebagai pedoman dalam
penyalinan beikutnya didaerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah
disebut Mushaf al-imam atau Mushaf Utsmani. Adapun naskah yang berbeda
dengan Mushaf al-imam dinyatakan tidak berlaku lagi. Walaupun demikian
perbedaan bacaan Al-Qur’an masih ditemukan hingga kini. Ha lini diperbolehkan
apabila diriwayatkan secara mutawatir.
9
usul Gubernur di daerah, Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang
dilengkapi dengan personil dan sarana yang memadai. Pada saat itu, Mu’awiyah,
Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi
di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan
kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan oleh
Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan
tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai
Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk
membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang
pertama dalam sejarah Dunia Islam. Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus
yang melalui lautan, juga mendesak ummat Islam agar membangun armada
angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-
Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima Angkatan Laut. Istilah
ini kemudian diganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika sampai di Amuria
dan Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya
dapat diatasi hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula.
Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir
melalui laut juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut.
Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan
penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan
kekuasan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah Ustman, Amr bin Ash dapat
mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada
tahun 651 M di Mesir (Misbach,1984:10-11).
4. Peluasan Wilayah
Setelah Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-
daerah yang membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut
ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan
perkataan lain pamong praja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum
daerah itu masuk ke daerah kekuasaan Islam) ingin hendak mengembalikan
kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaisar Yazdigard yang berusaha
menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap
penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya, pemerintahan Islam berhasil
memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke
negeri-negeri Persia lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul,
Gasna, Balkh dan Turkistan jatuh menjadi wilayah kekuasaan Islam. Adapun
daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islam
adalah Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash
bersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke
negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan hebat, sehingga
penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650 M pasukan
Muslim berhasil menguasai Khurazan.
10
Adapun tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari
Roma Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandariyah dengan mendadak,
sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah bin
Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman
untuk mengangkat kembali panglima Amru bin ‘Ash yang telah diberhentikan
untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah bin Abi Sarroh memandang
panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam memimpin perang dan namanya
sangat disegani oleh pikak lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu
terjadilah perpecahan dan menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini
untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk
Armenia, bagi yang menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum
muslimin dapat menguasai Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika
Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum
kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja
pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan
Cyprus.
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam
kekuasaan Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri
Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah
melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan
Gzaznah di Turkistan. Jadi Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan
ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam
pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan,
Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus.
Atas perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada masa
kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
11
Ketika Utsman mengangkat Marwan bin Hakam, sepupu khalifah yang
dituduh sebagai orang yang mementingkan diri sendiri dan suka intrik menjadi
sekertaris utama, segeralah timbul mosi tidak percaya dari rakyat. Begitu pula
penempatan Muawiyah, Walid bin Uqbah dan Abdullah bin Sa’ad masing-masing
menjadi gubernur Suriah, Irak dan Mesir, sangat tidak disukai oleh masyarakat
umum di tambah lagi tuduhan-tuduhan bahwa kerabat khalifah mendapat harta
pribadi dengan mengorbankan harta umum dan tanah negara. Hakam, ayah
Marwan mendapatkan tanah Fadah, Marwan sendiri menyalah gunakan harta
baitul mal, Muawiyah mengambil alih tanah Negara Suriah dan khalifah
mengizinkan Abdullah untuk mengambil seperlima dari harta rampasan perang.
Situasi politik semakin mencekam bahkan berbagai usaha yang bertujuan
baik dan mempunyai alasan yang kuat untuk kemaslahatan umat disalah pahami
dan melahirkan perlawanan dari masyarakat. Pemushafan Al-Qur’an misalnya,
yang dimaksudkan untuk menyelesaikan kesimpangsiuran bacaan Al-Qur’an
sehingga perselisihan mengenai Al-Qur’an dapat dihindari. Tetapi lawan-
lawannya Utsman menuduh bahwa Utsman sama sekali tidak memiliki
otoritas untuk menerapkan edisi Al-Qur’an yang di bukukan itu. Dengan kata
lain, mereka mendakwa Utsman secara tidak benar telah menggunakan kekuasaan
agama yang tidak di milikinya.
Terhadap berbagai kecaman tersebut, Utsman telah berupaya untuk membela
diri dan melakukan tindakan politisi sebatas kemampuannya. Tentang pemborosan
uang misalnya, Utsman menepis keras tuduhan keji ini. Memeng benar dia
membantu saudara-saudaranya dari bani Umayyah, tetapi itu diambil dari
kekayaan pribadinya bukan dari kas Negara bahkan Utsman tidak mengambil
gajinya yang menjadi haknya. pada saat menjadi khalifah Utsman jatuh miskin.
Karena hartanya digunakan untuk membantu sanak familinya, juga karena seluruh
waktunya digunakan untuk mengurusi permasalahan kaum muslimin, sehingga
tidak ada waktu lagi untuk mengumpulkan harta seperti sebelum menjadi khalifah.
Dalam hal ini Utsman berkata: “pada saat pencapaianku menjadi khalifah,
aku adalah pemilik unta dan kambing terbanyak di Arab. Hari ini aku tidak
memiliki unta dan kambing kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Terhadap
penyokong, Aku memberikan kepada mereka apa pun yang dapat aku berikan dari
milikku pribadi. Tentang kekeayaan Negara, aku menganggapnya tidak halal, baik
bagi diriku sendiri maupun bagi orang lain. Aku tidak mengambil apa pun dari
kekayaan Negara, apa yang aku makan adalah hasil nafasku sendiri.
Rasa tidak puas terhadap Khalifah Utsman semakin besar dan menyeluruh.
Di Kufah dan Basrah, yang dikuasai oleh Thalhah dan Zubair, rakyat bangkit
menentang gubernur yang di angkat oleh khalifah. Hasutan yang lebih keras
terjadi di mesir, selain ketidaksetiaan rakyat terhadap Abdullah bin Sa’ad, saudara
angkat khalifah, sebagai pengganti gubernur ‘Amr bin Ash juga karena konflik
sosial pembagian ghanimah. Pemberontak berhasil mengusir gubernur yang
diangkat khalifah, mereka yang terdiri dari 600 orang mesir itu menuju ke
madinah. Para pemberontak dari Kufa dan Basrah bertemu dan bergabung dengan
12
kelompok mesir. Wakil-wakil mereka menuntut khalifah untuk mendengarkan
keluhan mereka. Khalifah menuruti kemauan mereka dengan
mengangkat Muhammad bin Abu Bakar menjadi gubernur di Mesir. Dam
merekapun puas terhadap kebijaksanaan khalifah dan mereka ulang kenegri
masing-masing. Tetapi ditengah perjalanan mereka menemukan surat yang
dibawa oleh utusan khusus yang menerangkan bahwa para wakil itu harus
dibunuh setelah sampai di Mesir.
Menurut mereka surat tersebut ditulis oleh Marwan bin Hakam, sekertaris
khalifah. Sedangkan Ali bin Abi Thalib ingin menyelesaikan persoalan tersebut
dengan jalan damai, tetapi mereka tidak dapat menerimanya. Mereka mengepung
rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman sedang membaca Al-
Qur’an, pada tahun 35 H/17 juni 656 M. menurut Lewis, pusat oposisi sebenarnya
adalah di Madinah sendiri. Di Madinah Thalhah, Zubair dan ‘Amr membuat
perlawanan rahasia melawan khalifah, dengan memanfaatkan para pemberontak
yang dating ke Madinah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang meluap-luap
itu.
Menurut Ahmad Al-Usairy dalam bukunya yang berjudul Sejarah Islam,
salah satu faktor yang menyebabkan pemberontakan dan pembangkangan adalah
berkobarnya fitnah besar di tengah kaum muslimin yang di kobarkan oleh
Abdullah bin Saba’, seorang yahudi asal yaman yang berpura-pura masuk islam.
Orang ini telah berkeliling ke berbagai kota kemudian menetap di Mesir.
Kemudian dia menaburkan keraguan di tengah manusia tentang akidah mereka
dan mengecam Utsman dan para gubernurnya. Dia dengan gencar mengajak
semua orang untuk menurunkan Utsman dan para gubernurnya. Dengan
gencarnya dia mengajak semua orang untuk menurunkan Utsman dan
menggantinya dengan Ali sebagai usaha menaburkan fitnah dan perpecahan.
Mulailah pecah fitnah di Kufah pada tahun 34 H/ 654 M. mereka mulai
menuntut kepada khalifah untuk menggati gubernur kufah. Akhirnya Utsman
menggantinya untuk memenuhu tuntutan mereka dan sebagai uapya untuk
meredam fitnahyang lebih besar. Setelah itu ada sejumlah besar manusia yang
datang dari kufah, basrah, dan mesir untuk mendebat khalifah. Ali mencegah
mereka dan menerangkan apa yang mereka lakukan adalah kesalahan besar. Dan
khalifah melakukan pembelaan yang masuk akal. Maka pulanglah mereka dengan
tangan hampa.
Abdullah bin Saba’ paham bahwa kesematanya yang telah ia bangun selama
bertahun-tahun akan lenyap begitu saja. Maka ia mencari siasat licik dan
mengatur strategi. Dia membuat surat palsu atas nama khalifah akan
mengundurkan diri dan Ali akan naik. Disebutkan bahwa siapa saja yang tidak
setuju akan dibunuh.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan Pembai’atan dirinya dilakukan melalui
pemilihan salah satu di antara 6 orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib, Utsman
bin affan, Sa’at bin abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan
Tholhah bin Ubaidillah , merupakan kejadian pertama dalam sejarahkekhalifahan
umat Islam. Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum muslimin.
Khalifah Umar bin Khattab r.a. ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu
Bakar r.a. Utsman bin Affan adalah khalifah ke 3 setelah Umar bin Khattab. Saat
dia menjadi khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi khalifah selama 12 tahun.
Prestasi yang dicapai pada masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-Qur’an, renovasi
masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan peluasan wilayah. Gaya
kepemimpinanya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang
familier dan mhumanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak
kurang baik, yaitu munculnya nepotisme.
14
DAFTAR PUSTAKA
15