Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapakan kepada kehadirat Allah


Yang Maha Esa, karena berkat karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah Agama Islam ini yang mengangkat
topik “ Perbuatan Tercela Zalim.”

Didalam makalah ini saya mencantumkan pengertian dari


zalim, macam-macam atau bentuk-bentuk zalim, contoh-contoh
dari perbuatan zalim, kategori perbuatan zalim, akibat dan cara
menghindari dari perbuatan zalim, jauhi perbuatan zalim, hati-
hati terhadap perbuatan zalim, takabur dan zalim dibenci allah,
bentuk perbuatan zalim.

Semoga makalah yang saya tulis ini dapat berguna bagi


pembaca. Amin

Pekanbaru, 5 Mei 2012

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................1
ZALIM.............................................................................3
Zalim dalam Al-Qur'an dan Hadits.................................4
Macam-macam zalim.....................................................6
Akibat Perbuatan Zalim................................................15
Cara menghindari Zalim...............................................16
Jauhi Perbuatan  Zalim.................................................16
Hati-hati terhadap perbuatan zalim............................19
Takabur dan Zalim Dibenci Allah.................................24
Bentuk Perbuatan Zalim...............................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................30

2
ZALIM
Zalim (Arab: ‫ظلم‬, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada
tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah
adil.

Etimologi

Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (‫ ) ظ ل م‬yang
bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga
digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar
haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas maknanya
ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu
memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.

Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis,
tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan
kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta
benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat
zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji
dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang
seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

Ancaman bagi orang yang zalim dan tidak

Menurut syariat Islam, orang yang tidak berbuat zalim bisa saja terkena
siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah satu ayat. Allah berfirman:

“ "Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya." (Al-Anfaal 8:25). ”

Ayat tersebut berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan azab yang tidak
hanya menimpa yang zalim saja, tetapi menimpa secara umum baik yang zalim
maupun yang tidak zalim. Karena itu secara syar’i, wajib hukumnya bagi orang
yang melihat kezaliman/kemunkaran dan mempunyai kesanggupan, untuk
menghilangkan kemunkaran itu.

3
Zalim dalam Al-Qur'an dan Hadits
 Al-Qur'an

Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, di antaranya dalam


beberapa surah sebagai berikut:

Al Baqarah 165 dan Huud 101, orang-orang yang menyembah selain Allah.

Al Maa-idah 47, karena menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain.

Al Kahfi 35, zalim pada ayat ini sebuah sifat keangkuhan dan perbuatan
kekafirannya.

Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan
diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara
cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-
kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang akan dihadapkan kepada mereka.

Al 'Ankabuut 46, Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim pada ayat ini
adalah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan
dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap
membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

 Hadits

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Sirin, Muhammad pernah
mengatakan bahwa, "Di antara bentuk kezaliman seseorang terhadap
saudaranya adalah apabila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari
saudaranya dan menyembunyikan kebaikan-kebaikannya."[1]

Dari kisah Abu Dzar Al-Ghifari dari Rasulullah sebagaimana ia mendapat wahyu
dari Allah bahwa Allah berfirman: "Wahai hambaku, sesungguhya aku telah
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya
(kezaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim."[2]

Dalam hadits lain Muhammad bersabda, "Takutlah kalian akan kezhaliman


karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat" [3]

4
Kategori

Kezaliman dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri (dosa dan maksiat)
dan orang lain (menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang
wajib ditunaikan). Kezaliman itu ada tiga macamnya di antaranya adalah:

Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.

Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang hamba


terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah.

Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-hamba-Nya di


antara sesama mereka, karena pasti dituntut pada Hari Akhir oleh mereka yang
dizalimi.

Referensi

^ Hadits shahih riwayat Ibnu Sirin.

^ Hadits riwayat Imam Muslim No.24 dalam buku Arba'in An Nawawi.

^ Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah.

zalim diambil selain dari bahasa arab juga di ambil dari bahasa suku MAYA Jal
Ala Eimi yang artinya Berbuat Kesalahan Dengan Segaja.

5
Macam-macam zalim
“Tuhan (Allah) tidak menzalimi mereka itu (maksudnya manusia), tetapi
merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (Ar Rum: 9)

Ketika berbicara mengenai zalim, maka zalim itu berperingkat-peringkat.


Tulisan ini akan membahas mengenai 7 peringkat zalim yang dilakukan oleh
manusia.

1. Zalim dengan Allah

Zalim dengan Tuhan meripakan penzaliman peringkat tertinggi, tak ada yang
lebih tinggi. Apa arti zalim dengan Tuhan? Tidak kenal Tuhan atau syirik dengan
Tuhan, tidak takut dengan Tuhan, tidak cinta dengan Tuhan, tidak peduli
dengan Tuhan, hidup ini tidak dihubungkan dengan Tuhan.

Setiap hari kita zalim dengan Tuhan tetapi hal ini jarang terpikir oleh kita.
Hidup kita sehari-hari tidak peduli Tuhan. Padahal, dalam Al Quran Allah
berfirman: “iqra bismi rabbika” Bacalah atas nama Tuhanmu.

Jadi, ketika hendak melakukan apa saja buatlah atas nama Tuhan. Berjuang,
membangun, berekonomi, mendidik, berbudaya, mengurus, dll mesti atas
nama Tuhan. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan mesti dikaitkan dengan
Tuhan, mesti ada hubungan dengan Tuhan. Kalau tidak, kita telah melakukan
penzaliman yang paling tinggi.

6
Masyaallah………
sungguh Allah telah mengabadikan jasad orang-orang / kaum terdahulu yang
berlaku zalim terhadap Allah dengan mengawetkan jasad-jasad mereka seperti
mumi fir’aun, harta qarun dan baru-baru ini di kawasan Timur tengah
ditemukan tengkorak kaum A’ad yaitu kaum nabi Hud as yang pernah
ditenggelamkan oleh Allah dengan air bah.

Kerangka tersebut tidak sengaja ditemukan oleh beberapa pekerja tambang


yang hendak menggali tanah untuk keperluan ekplorasi gas dan minyak,
setelah beberapa lama mereka menggali tanah ternya alat menggali mereka
membentur suatu benda yang cukup keras dan setelah diperdalam
penggaliannya ternyata didapatkan sebuah kerangka manusia yang berukuran
besar, setelah beberapa jam kemudian para wartawan mulai berdatangan
namun pihak pemerintah setempat melarangnya untuk mengambil gambar
tersebut, namun sebuah helikopter tidak sengaja telah memotret gambar
tersebut dari atas dan tersebar di internet hingga sampailah di weblog ini.
Setelah di teliti oleh beberapa arkeolog setempat maka dapat disimpulkan
bahwa kerangka manusia tersebut adalah manusia yang hidup dijaman nabi
Hud as.

Mudah-mudahan kita semua pandai mengambil pelajaran dari sejarah yang


telah berlalu.

7
Contoh gambar zalim kepada allah yaitu:

Berbuat syirik

kufur dan syirik yang dapat membuat seseorang murtad dari Islam.

2. Zalim dengan Fisik Pemberian Tuhan


Melihat dengan mata mesti atas nama Tuhan. Mendengar, berbicara,
bertindak, gunakan tangan, kaki mesti atas nama Tuhan. Artinya, tindakan fisik
kita selaras dengan kehendak Tuhan. Jangan sampai mata, telinga, mulut
tangan, kaki mendurhakai Tuhan. Semua gerak gerik kita jangan bertentangan
dengan kehendak Tuhan. Kalau berlaku kita melakukan penzaliman peringkat
ke-2.

3. Zalim dengan Harta Karunia Tuhan


Harta milik Tuhan, Tuhan bagi pada kita. Ada yang dapat sedikit, miskinlah dia.
Ada pula yang mendapat banyak hingga menjadi milyader. Harta yang Tuhan
bagi kepada kita janganlah digunakan sedikitpun selain karena Tuhan. Mesti
selaras dengan kehendak Tuhan. Sebab yang kita miliki itu milik Tuhan. Harta
itu tidak boleh kita gunakan sesuka hati, mesti ikut cara Tunan, baik disebut
zakat, sedekah, . Kalau tidak kita buat penzaliman yang ke-3.

8
4. Zalim kepada manusia lain
Zalim kepada manusia lain seperti: memukul, mengata, menjatuhkan,
mempermalukan dimuka umum, menghina, memfitnah, mencuri. Zalim yang
ada hubungannya dengan manusia lain ini yang dibesarkan setiap hari. Zalim
peringkat tertinggi sepi-sepi saja. Jenis yang kedua juga tidak pernah
diperbincangkan, yang ke-3 juga kurang diperkatakan oleh orang. Tetapi, yang
ke-4 ini yang sering dibicarakan orang.

“Tidak sepatutnya dia memukul saya”

“Mengapa dia menebarkan fitnah mengenai saya”

Zalim jenis ini setiap hari dihebohkan. Sehingga, perkataan zalim sudah
dipersempit maknanya.

Contoh gambar zalim kepada manusia lain yaitu:

Memukul

Mencuri

9
5. Zalim dengan Jabatan Yang diemban.

Jabatan ada bermacam-macam. Mungkin dia Presiden, Gubernur, Menteri,


Dirjen, Irjen, Kasubdit, Kabag, dll. Jabatan-jabatan ini kalau tidak diemban
selaras dengan kehendak Tuhan maka dia dikatakan zalim.

Zalim dengan jabatan ini juga selalu dibesar-besarkan orang. Nampak Presiden
zalim. Gubernur zalim. Yang terlihat adalah jabatan yang besar-besar. Kalau
jabatan-jabatan yang dibawah, jarang disebut orang mengenai kezalimannya.
Sekecil apapun jabatan, mesti selaras dengan kehendak Tuhan. Kalau tidak
selaras dengan kehendak Tuhan, itulah zalim.

6. Zalim dengan ilmu.

Soal ilmu ini, ada yang dapat banyak ilmu ada pula yang dapat sedikit. Baik
yang dapat banyak ilmu ataupun yang dapat sedikit ilmu, kalau ilmu tersebut
digunakan bukan untuk Tuhan alias untuk epentingan diri, itulah zalim.

Di zaman ini orang banyak yang menyalahgunakan ilmu ( bahkan ILMU


ISLAM ! ) bukan untuk Tuhan tapi untuk duit, kemegahan, nama, dan jabatan.
Itulah zalim. Namun, tentu saja hal ini tidak pernah masuk surat kabar. Orang
yang menggunakan ilmu untuk kepentingan diri tidak terfikir kalau dirinya
zalim. Bahkan, saat ini orang yang megah dan sombong dengan ilmu tidak
dikatakan zalim lagi. Bahkan orang menganggap dia memiliki wibawa.
Sombong dengan ilmu, “hebat, orang ini memiliki ilmu”. Aneh sekali, durhaka
dengan Tuhan dan hendak masuk neraka dikatakan memiliki wibawa?

10
7. Zalim dengan ruh/perasaan.

Hari ini, tidak ada orang yang menyebut-nyebut mengenai zalim jenis ini. Surat
kabar, radio, TV juga tidak pernah menyebutkannya. Sepatutnya ruh atau
perasaan kita adalah untuk Tuhan.

Hari ini apa yang orang rasa:

“aduh sakit, kapan ya sehatnya?”

“sedihnya hidup miskin dan melarat, kapan bisa kaya”

“Istriku kok tidak menyayayangiku ya?”

Perasaan sepatut diberi pada Tuhan. Tapi perasaan sudah disalahgunakan,


sedih karena sakit, susah karena miskin, susah karena istri yang kurang
menyayangi. Ini juga zalim. Sepatutnya perasaan sedih kita itu sedih dengan
dosa-dosa kiat. Perasaan susah kita itu karena kita tidak bisa menolong orang.
Itu namanya menggunakan perasaan seperti kehendak Tuhan.

Zalim ini luas sekali maknanya. Sayang, orang hanya membesarkan yang no 4.
Sebab tu ada ayat Qur’an yang maknanya,

“Jangan engkau campakkan diri engkau dalam kebinasaan.” (Al Baqarah : 195)

Ayat ini ditujukan ditujukan kepada orang yang tidak mendermakan harta
mereka. Orang yang tidak bersedekah artinya mencampak diri dalam Neraka,
itulah zalim. Orang yang tidak berkorban harta dianggap zalim. Tapi zalim yang
paling top adalah orang yang tidak kenal Allah, tidak takut Allah, tidak cinta
Allah.
Kalau kita bahas, zalim peringkat teratas itu ada dalam diri kita. Kalau tidak
selalu, sekali sekala kita buat juga kezaliman yang paling besar ini. Kalau orang

11
paham zalim pada Tuhan begitu luas, ia tidak akan bergaduh. Walaupun orang
zalim pada dia, dia tidak nampak kezaliman orang padanya itu, karena kita
sendiri zalim pada Tuhan. Namun, karana yang besar tidak nampak nampak,
yang nampak yang ke-4. Kezaliman jenis ini akhirnya yang dibesar-besarkan.

8. Zalim kepada diri sendiri


zalim kepada diri sendiri mengandung arti melakukan perbuatan dosa, baik
kecil ataupun besar, baik dengan sengaja ataupun tidak.

Ciri-ciri orang yang melakukan zalim terhadap dirinya sendiri :


 Sering bicara tentang nasibnya yang malang dan tidak beruntung.
Menyadari kekurangan adalah awal yang baik – bagian dari instrospeksi untuk
mengubah kekurangan menjadi kelebihan. Tetapi mengekspos nasib malang
dan kekurangan tak ubahnya pengemis di lampu merah yang mengekspos
cacat untuk kepentingan diri sendiri.
 Tidak menyukai semangat orang lain dan berusaha menahannya.
Ingatlah, perbuatan merintangi jalan beraura negatif dan akan kembali kepada
diri sendiri sebagai gelombang negatif juga. Orang yang menghambat orang
lain sebenarnya sedang menganiaya diri sendiri.

Contoh gambar zalim terhadap diri sendiri yaitu:

Berjudi

12
Memakai narkoba

Dampak negatif dari perbuatan zalim terhadap diri sendiri :


• Merasa tidak nyaman dengan keberuntungan orang lain (ujungnya adalah iri
hati dan merendahkan kemampuan orang lain)
• Selalu menganggap orang lain lebih beruntung
• Selalu melihat sisi buruk dari sebuah situasi atau keadaan (dan berujung pada
mencari pembenaran terhadap kesalahan dan kegagalan).

9. Zalim kepada binatang


Zalim kepada binatang mengandung arti memperlakukan binatang dengan
seenaknya, keji, menyakiti, dan perbuatan lainnya secara tidak manusiawi,
misalnya menjadikan binatang sebagai sasaran latihan memanah atau
menembak, menelantarkan binatang peliharaan dan menyembelih hewan
dengan senjata tumpul.

Contoh gambar zalim kepada binatang yaitu:

memanah atau menembak binatang

13
menelantarkan binatang peliharaan

10. Zalim kepada lingkungan


Zalim kepada lingkungan mengandung pengertian melakukan perbuatan yang
dapat merusak alam, seperti pencemaran air, udara dan lingkungan,
penebangan liar, pembakaran hutan dan lain sebagainya.

Contoh gambar zalim kepada alam yaitu:

pembakaran hutan

14
Penebangan liar

Pencemaran air Pencemaran udara

Akibat Perbuatan Zalim


i. Bagi penganiaya :
 Tidak akan disenangi bahkan akan dibenci masyarakat
 Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut
 Mencemarkan nama baik dirinya dan keluarga
 Orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh,
apabilaperbuatannya diketahui oleh alat negara lalu ditangkap dan diadili,
maka tentu ia akan dijatuhi hukuman, misalnya dipenjarakan.
 Para pelaku aniaya itu, jika tidak bertobat dengan tobat sesungguh-
sungguhnya, maka di alam akhiratnya ia akan dicampakan ke dalam api neraka 
ii. Bagi orang yang dianiaya :
 Orang yang dianiaya akan mengalami kerugian dan bencana sesuai dengan
jenis penganiayaan terhadap dirinya, misalnya kehilangan harta benda,
menderita sakit fisik dan mental bahkan sampai kehilangan jiwa
15
 Bila penganiaayaan itu terjadi dimana-mana maka masyarakat tidak akan
memperoleh kedamaian dan ketentraman.
 Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena mereka
dibayangi rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang zalim
 Jika dalam suatu masyarakat atau negerijumlah orang-orang yang zalimnya
mayoritas dan mereka tidak bertobat maka tidak mustahil Allah SWT akan
menurunkan adzab-Nya.

Cara menghindari Zalim


Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita
memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dan
sebagainya. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada dosa, karena Allah swt
telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi ini.

Jauhi Perbuatan  Zalim


Bagaimana ikhtiar kita membuat hati tidak berbuat zalim? Jawaban
sementara : Ikhitiar menjauhi  perbuatan zalim itu ialah  dengan menanam dan
menumbuhkan kesadaran bahwa zalim itu perbuatan Jahiliyah harus dijauhi
dan segera berbuat yang terpuji menyenangkan semua orang dengan niat yang
suci tanpa pamrih Lillahi Ta’ala penuh taqwa dan amal soleh.

Watak perbuatan zalim itu menurut ilmu jiwa termasuk perbuatan  yang
negativ, sebaliknya amal soleh itu termasuk perbuatan yang positif.

Dr Paryana dari AMY (Akademi Metafisika Yogya) dalam tulisannya Aplied


psychology menyatakan bahwa jiwa itu ada dua macam, yaitu  jiwa positif dan
jiwa negatif. Jiwa itu bergetar terus menerus, getaran jiwa yang positif 
menghasilkan pikiran-pikiran yang positif sedangkan  getaran jiwa yang negatif
menghasilkan pikiran yang negatif.

Jiwa yang positif ialah jiwa yang membangun pikiran yang membawa  segala
kesuksesan. Semua pikiran yang bergelombang  dengan kecintaan,
kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan dan keberuntungan serta keberhasilan
itulah jiwa yang positif. Dengan kata lain maka yang disebut jiwa positif  itu
ialah semua yang baik, jiwa negatif ialah yang jelek, buruk dan  jahat. Wajah
dari jiwa yang positif akan memancarkan sinar yang menarik orang menjadi
senang dan gembira. Jadi definisi BAIK itu ialah sesuatu yang menyenangkan

16
diri dan menyenangkan semua orang di manapun juga dalam semua jaman.
Sehingga diri dan seluruh masyarakat menjadi senang  dari apa yang positif 
apa yang baik itu.

Sebaliknya jiwa yang negatif bergerak untuk merusak dan melawan kesuksesan
dan kebajikan. Semua pikiran yang jahat, merugikan orang banyak, dengki,
irihati  dan kezaliman itu  menyusahkan orang banyak, menyedihkan,
menyakiti orang lain, yang menyebabkan kemelaratan, mengakibatkan
kegagalan,  kekelemahan, kemunduran semua ini adalah pikiran yang negatif.
Dan ini akan menumbuhkan  perasaan orang lain menjadi  antipati, tidak
senang, menimbulkan gerakan  untuk menentang, melawan pikiran-pikiran
yang negatif itu. Jiwa yang negatif itu menampakkan  pandangan yang tidak
menarik, meresahkan, kebencian, menimbulkan pertengkaran dan perkelaian.

Kaum rasionalis Islam Mu’tazilah dam juga  Muhammad ‘Abduh  berpendapat


bahwa yang disebut baik itu ialah sesuatu yang membawa manusia kepada
kelezatan dan kebahagiaan, sebaliknya yang disebut buruk itu ialah sesuatu
yang membawa akibat yang tidak enak dan menyengsarakan manusia.

Dan disebabkan karena manusia itu bersifat tidak sempurna hasil pikiran
manusia yang indrawi, ilmiah dan filosfis itu sangat tergantung oleh  sifat
manusia yang spekulatip kalau bejo ya untung jika salah ya celaka dan akal
manusia itu juga  bersifat hipotetis artinya  bahwa selama belum ada bukti
baru ya benar, tetapi jika ada bukti baru maka kebenaran tadi salah dan kalah
dengan yang baru ini.

Maka benar yang mutlak yang tidak dapat dikalahkan itu ialah ilmu Allah,
untuk kita orang Islam ialah Al-Quran.

Memang  Allah Ta’ala berkehendak agar supaya manusia dapat hidup dan
hidup terus, hidup yang lebih baik lagi, makin lama makin baik, hidup yang
selamat, jauh dari penderitaan, selamat dari kesengsaraan, hidup sejahtera
serba  kecukupan  segala kebutuhan hidupnya secara universal,  aman sentosa,
damai bahagia  untuk seluruh umat manusia, di mana saja dan kapanpun juga,
kekal abadi, dunia akhirat maka  Allah memberi wahyu petunjuk hidup  supaya
diikuti dan ditaatinya, maka dari itu  Allah mengirim nabi dan rasul utusan-Nya 
sedangkan  nabi terakhir–rasul penghabisan ialah Nabi Muhammad Saw.
Bertugas supaya  membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk Allah
Ta’ala ke arah hidup yang selamat, sejahtera bahagia dunia akhirat.

17
Kita renungkan dampak akibat perbuatan yang disebabkan perbuatan zalim
misanya saja jika  seseorang  memulai sesuatu urusan dengan marah-marah,
ditengah jalan muring-muring di tempat kerja pikiran  tidak dapat
berkonsentrasi, pikiran  tidak tenang,  kerjanya  jelek sekali, pulang  sampai di
rumah mengamuk sepatu naik ke meja, memecah  kaca, almari  dirobohkan,
memukul apa yang  ada di mukanya, siapa yang di rumah disiksa maka tinggal
tunggu  kiamat  dalam rumah itu, semua anggota isi rumah menjadi sedih,
susah, sakit, TBC, darah tinggi, kanker.

Usaha agar supaya kondisi kita dapat hidup dengan aman damai sejatera
bahagia untuk diri dan orang lain secara menyeluruh semua orang ialah 
bertakwa kepada Allah, menjauhi  perasaan iri, dengki dan menjauhi laku
perbuatan  zalim serta laku perbuatan yang negatif sekaligus menggalakkan
semangat tumbuhnya perasan kasih sayang maupun  amal soleh. Asas
landasan ini namanya  takwa  kepada Allah Swt.

@Kitab Lisanul ‘Arab (15h401) mengartikan Taqwa itu laku perbuatan


mencegah diri dari penyebab derita sakit yang menyerang, maka Taqwa sering
diartikan takut maksudnya ialah takut berbuat salah takut terjerumus kedalam
derita sakit. Jadi Taqwa itu ialah menjadikan diri terjaga dari apa yang
dikawatirkan dari apa yang ditakutkan akan mendatangkan derita, menjaga diri
dari penyebab kehancuran dan bencana. Menurut pengertian syara’ taqwa itu
menjaga diri dari perbuatan dosa, sedangkan dosa itu akan membawa diri
masuk neraka. Takut terjerumus masuk jalan ke neraka caranya ialah 
melakukan ketaatan dan melakukan amal soleh serta taqarrub kepada Allah.

Taqwa menurut bahasa ialah usaha mencegah  semua yang salah dan negatip
sekaligus berjuang menegakkan apa yang benar dan yang  positif. Dengan kata
lain takwa itu berbuat baik dan benar meninggalkan yang buruk dan salah,
Taqwa itu melakukan  amal soleh, amar ma’ruf nahi munkar, menjauhi
perbuatan dosa kepada manusia dan dosa kepada Allah.

Ditambahkan lagi bahwa taqwa ialah menjauhi perbuatan dosa, sedangkan


dosa ialah sesuatu yang tidak diridhoi Allah. Sehingga Taqwa itu ialah
melakukan perbuatan yang diridhoi Allah, jelas semua yang diridhoi Allah itu
akan membawa bahagia seluruh umat manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
bahkan semua makhluk.  (syamsul muin).

18
HATI-HATI TERHADAP PERBUATAN
ZALIM
Kezaliman terbagi dua, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang
lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik dan perbuatan dosa
atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain/
aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib
ditunaikan.  Zalim  secara istilah mengandung pengertian “berbuat
aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil
yang keluar dari jalur syariat Agama Islam”.

Diantara perbuatan-perbuatan zalim yang  mengotori hati yaitu, sombong,


dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan
keburukan orang lain), fitnah(menuduh tanpa bukti yang kuat), adu
domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan
orang lain), dan lain sebagainya.  Dalam pergaulan dan interaksi kita dengan
orang lain, sebaiknya benar-benar menjaga perkataan dan sikap kita agar tidak
menyinggung dan menyakiti persaan orang lain, apalagi sampai berbuat zalim.
Kalau kita tidak sengaja melakukan kesalahan kepada orang lain saja, kita harus
segera minta maaf, terlebih lagi bila kita dengan sengaja melakukannya.

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa setiap perbuatan yang
kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam
QS. Al Zaljalah : 7-8  “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar
dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa
mengerjakan kejahatan sebesar  dzarahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya juga“.

Yang lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut
tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kezaliman
yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah.
Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan zalim
yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan
mendatangi orang yang telah menzaliminya, entah itu didunia ini atau
diakhirat kelak. (lihat hadits No. 4 di bawah, tentang perbuatan zalim yang

19
tidak dibiarkan oleh Allah SWT, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang
terhadap orang lain).

Allah SWT tidak suka terhadap perbuatan zalim, perhatikan firman-Nya berikut
ini :“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala
amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”.
(QS Ali Imran [3] : 57). 

Dan perhatikan juga firman-Nya yang lain: “Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura [42] ; 40)

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari


perbuatan zalim

 “Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada
selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang zalim,” (QS. Al A’raaf  [7]: 41)

 “Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka


(dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah
memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah
kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu
menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.”
Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua
golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS :
Al A’raaf [7 ] : 44)

“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus


di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash  [28]:59)

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum


kamu, ketika mereka berbuat kezaliman…….” (QS. Yunus [10]:13)

20
“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan
kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu pelajaran bagi kaum
yang mengetahui.” (QS. An Naml [27]:52)

6.      Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk
dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan
mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42  
“Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat
azab yang pedih“.

Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya


di Surah Ibrahim ayat 42-45 :  “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira,bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang
zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang
pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas
memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka
tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan
kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada
mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri
tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang
sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-
rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu
(di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah berdiam
di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri,
dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan
telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.”.

Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim :

Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda meriwayatkan firman Allah
‘azza wa jalla, berfirman, “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas
kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian
semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah
itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-

21
hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri
makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu
kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang
tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka
mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di
malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka
mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-
hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-
Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-
hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya
bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai
hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir,
baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan
orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun
dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang
awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin,
berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi
semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang
Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang
jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu
perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku
membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan,
hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan selain itu,
hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR. Muslim)

Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah kamu menolong
saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya“, sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah, (benar) aku akan  menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana
cara menolongnya apabila  ia menganiaya?” . Beliau menjawab: “Engkau cegah
dia dari (perbuatan)  penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti
menolongnya” (HR. Bukhari)

Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang 
bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang  bangkrut
menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang“  (kemudian)

22
Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari  umatku ialah
orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala  sholat, zakat, puasa
dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa  dosa) karena memaki-
maki orang, memukul orang, dan mengambil harta  benda orang (hak–hak
orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang  menzalimi) itu diambil untuk
diberikan kepada orang-orang yang  terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang
(yang menzalimi) itu habis,  sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan,
maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di
berikan  kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi)
dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Kezaliman itu ada 3 macam: Kezaliman yang tidak
diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, dan kezaliman
yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan
Allah adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesunggahnya syirik itu kezaliman yang
amat besar!”, adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah
kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia
terhadap Allah,Tuhannya.  DAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH
ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA,
KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI.”  (HR. al-
Bazaar & ath-Thayaalisy)

Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf,
selagi kita masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti. Abu
Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa yang merasa pernah
berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta
atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga,
sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia
punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika
tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang
yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)

Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang dapat membuat kita
menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu
menjaga diri kita,  agar tidak berbuat zalim terhadap sesama.

23
Takabur dan Zalim Dibenci Allah
Oleh H. MUHTAR GANDAATMAJA

SELAIN menyekutukan Allah, ada beberapa perbuatan manusia yang dibenci


Allah, antara lain takabur (sombong) dan zalim (aniaya). Mbah dari segala
mbah makhluk yang paling takabur adalah Iblis. Kenapa Iblis pongah seperti
itu? Alasannya sepele. Gara-gara diri "merasa" tercipta dari bahan yang
menurutnya paling bagus yaitu api, ia merasa paling hebat. Iblis berkata," Aku
lebih baik daripada dia (adam), aku Kau ciptakan dari api, dia Kau ciptakan dari
tanah" (QS Shaad:76). Iblis juga "merasa" diri paling baik, paling saleh.

Perasaan semacam inilah, sumber malapetaka dan bencana bagi umat


manusia. Jika manusia dihinggapi perasaan "merasa paling" yaitu merasa
paling bisa, merasa paling pintar, merasa paling saleh, merasa palimng hebat,
merasa paling kaya, merasa paling berkuasa, celakalah kita semua. Kata orang
tua kita, mestinya kita harus "bisa merasa", bukan "merasa bisa".

Dari perasaan inilah sumbernya takabur alias sombong. Takabur atau


sombong, secara definitif yaitu i`jabul mar`i binafsihi ujub atau terpesona
kepada diri sendiri. Takabur dalam bahasa sederhana berarti merasa besar
atau membesarkan diri sendiri. Menurut istilah psikologi, gejala ini disebut ego
neurosis atau neurosa ego yang artinya ganguan ego atau kekacauan ego.

Allah sangat benci kepada siapa saja yang takabur. Orang sombong diancam
neraka. Rasulullah saw bersabda,"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam
hatinya ada sebesar biji sawi (atom) dari kesombongan" (H.R. Muslim).
Almutakabir, atau sifat jemawa adalah sifat-sifat Allah yang terdapat dalam
Asmaul Husna. "Sombong itu pakaian-Ku," Kata Allah dalam salah satu hadis
qudsi.

Sepanjang sejarah terciptanya langit dan bumi, makhluk apa pun dan manusia
macam apa pun, jika takabur, pasti akan bertabrakan dengan keakbaran atau
keagungan Allah.

Setan terhina, terusir, dan terlaknat sebab sombong (Al Araf: 13 dan 18 dan QS
Shaad ;77). Qorun, Firaun, dan Haman dibinasakan karena sombong (Al
Ankabut:39). Para raja sejak zaman Parsia, Romawi hingga zaman modern,
mereka yang jemawa dan merasa hebat, berakhir dalam keadaan hina. Di akhir
hayatnya tidak mendapat kemulyaan dan penghormatan yang layak.

24
Perbuatan lain yang dibenci Allah adalah Zalim yang artinya aniaya atau lalim.
Yang termasuk dalam pengertian ini adalah memfitnah, mencaci maki,
menyakiti perasaan, menghinakan, mengintimidasi, merampas hak-hak,
mengadu domba, pembunuh, dan lain-lain. Rasulullah saw menggelari orang
semacam ini dengan istilah muflis, orang yang bangkrut atau pailit.

Rasulullah saw bersabda, "Tahukan kamu orang yang bangkrut itu?" Para
sahabat menjawab,"Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai
dirham, dinar, dan harta benda." Rasulullah saw bersabda," Orang bangkrut
dari umatku adalah orang yang nanti pada hari kiamat datang dengan
membawa (pahala) salat, zakat, puasa, serta membawa tindakannya memcaci-
maki ini, menuduh itu, makan harta ini, menumpahkan darah itu, dan
memukul ini. Lantas kebaikannya diambil untuk membayar orang yang
dianiaya itu. Apabila amal kebaikannya telah habis padahal penganiayannya itu
belum terbayar semuanya, maka dosa-dosa orang yang dianiaya itu diambil
dan dibebankan kepadanya, yang akhirnya dia dilemparkan ke neraka." (H.R.
Turmudzi).

Ada yang menafsirkan bahwa zalim itu lawan dari adil, yang memiliki arti
pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Zalim kebalikannya yakni tidak
bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Bila yang benar kemudian dibela
dan dibenarkan, ini adil karena memang seharusnya. Tapi, kalau ada yang salah
kemudian dibela dan dibenarkan, ini adalah kezaliman, karena bukan pada
tempatnya.

Bila terjadi hal seperti ini, maka Allah menurunkan kebinasaan. Rasulullah saw
bersabda, "Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kamu karena
mereka, bila yang mencuri itu orang bangsawan, tidak diambil tindakan apa-
apa, dan apabila yang mencuri itu orang lemah, mereka menjalankan hukuman
atasnya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, tentunya
akan kami potong juga tangannya." (H.R.Mutafaq Alaih)

Alquran menerangkan arti zalim dengan banyak makna, misalnya, antara lain
surat Al-Araf 23, menyebutkan zalim artinya melanggar larangan
Allah. :"Keduanya berkata (berdoa), Ya Tuhan kami, kami telah zalim
(menganiaya) diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
merugi." (Q.S. Al-A`raf: 23).

Adam a.s. mungkin kuat menahan diri tidak melakukan pelanggaran, tetapi
tidak bisa tegas menolak semua keinginan istri tercinta. Akhirnya keduanya

25
terusir ke dunia. Mendapat hukuman Allah, ratusan tahun mereka berpisah.
Lantunan doa itu terus mereka sampaikan kepada Allah. Akhirnya di Jabal
Rahmah (Padang Arafah) mereka dipertemukan Allah. Gambaran buat kita
semua, bukankah kita pun sering tidak bisa tegas menolak permintaan istri
walaupun itu melanggar hukum?

Menurut surat Hud: 116, zalim artinya orang yang mementingkan kenikmatan
belaka. Salah satu sumber malapetaka adalah sikap hedonistik, mementingkan
kenikmatan, dan kelezatan material belaka. Orang semacam ini hanya
memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri, tidak peduli penderitaan orang lain. Ia
berdosa besar.

Setiap Idulfitri iblis bersedih, ia panggil anak buahnya, "Hai paduka, siapakah
yang membuat tuan marah, kami siap menghancurkan mereka," tanya setan-
setan anak buahnya. Iblis menjawab, " Tidak apa-apa. Tapi pada hari ini Allah
mengampuni mereka, maka tugasmu adalah supaya menggoda kembali
mereka dengan kelezatan, syahwat, minuman yang memabukkan, supaya Allah
murka kembali kepada mereka." (Durrotun Nasihin)

Negeri Saba diabadikan Allah menjadi nama surat dalam Alquran, yaitu surat
Saba. Saba dalam sejarah, secara geografis terletak disebelah selatan Jazirah
Arab. Terjadi pada 1 - 11 SM. Cerita Saba yang indah dan Saba yang hancur,
diungkapkan sejak ayat 15-19. Pada Ayat 15, Allah menggambarkan negeri
Saba yang indah dan makmur serta ada dalam ampunan Allah. Tapi, karena
mereka berpaling Allah menghancurkannya dengan banjir besar (ayat 16).
Karena mereka zalim, Allah menghancurkan mereka sehancur-hancurnya (ayat
19).

Dalam pengertian yang lebih luas, apa saja perbuatan yang menjadi penyebab
orang lain atau lingkungan madarat, adalah kezaliman (Q.S.Al-Baqarah: 231).
Membuang sampah sembarangan, aliran sungai jadi mempet, aliran air selokan
tertutup, air meluap, rumah terendam, orang sengsara karena perbuatan
sepele kita. Inilah dosa besar.

Kata Nabi Muhammad saw, "Tak ada dosa kecil, bagi orang yang menganggap
dosa itu kecil". Hutan digunduli, kayunya ditebang sembarangan, kita kaya
sendirian. Tapi, kemudian hujan datang. Tanah erosi. Bukitnya tidak kuat
menahan derasnya air. Jadilah banjir besar. Akibatnya, roda perekonomian
terganggu. Orang jadi sengsara. Inilah dosa besar. Inilah kezaliman yang
dikutuk Tuhan selama-lamanya. Wallahualam. Penulis, Ketua Majelis Taklim
dan Ketua KBIH Al-Hijaz, Ketua Forum Silaturahmi KBIH Kota Bandung.

26
Bentuk Perbuatan Zalim
Tidak ada manusia yang suka bila dizalimi, namun sifat lupa dan dikuasai oleh hawa nafsu membuat
manusia justeru melakukan kezaliman, baik disadari maupun tidak. Selain yang sudah kita bahas
pada tulisan terdahulu, akan kita bahas lagi beberapa bentuk perbuatan zalim yang penting untuk
kita ketahui agar kita tidak memiliki dan melakukannya.

1.     Mengaku Bisa Mencipta Seperti Ciptaan Allah

Manusia memang memiliki kreativitas yang tinggi sehingga ia bisa membuat sesuatu dari apa yang
ada. Kayu yang berasal dari pohon dibuat menjadi kursi, meja, lemari, bahkan rumah dan
sebagainya. Namun semua itu sebenarnya bukan mencipta (khalaqa) dalam arti membuat sesuatu
dari tidak ada sama sekali menjadi ada, tapi hal itu hanyalah membuat atau menjadikan (ja’ala). Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kian berkembangan bahkan semakin canggih membuat manusia
sudah bisa membuat sesuatu yang baru dari sebelumnya tidak ada, namun dari bahan-bahan yang
sudah ada, tembaga, besi dan sejenisnya yang sudah ada berhasil dibuat menjadi mobil hingga
pesawat terbang bahkan robot yang banyak membantu manusia, namun semua itu tidak akan
pernah bisa membuat manusia mencipta seperti yang telah dicipta oleh Allah swt.

Karena itu, ketika manusia sudah bisa mengembangkan sesuatu menjadi sesuatu yang lain,
janganlah ia merasa sudah bisa mencipta seperti Allah swt mencipta, ini merupakan kezaliman yang
sering tidak disadari oleh manusia karena merupakan suatu kesombongan yang sangat tidak pantas
dimiliki oleh manusia yang sebenarnya amat lemah, dalam satu hadits Rasulullah saw bersabda:

َ ْ‫ق كَخَ ْلقِى فَ ْليَ ْخلُقُوْ ا َذ َّرةً فَ ْليَ ْخلُقُوْ ا بَعُو‬


ً‫ضة‬ ُ ُ‫َب يَ ْخل‬ ْ َ‫َو َم ْن أ‬
َ ‫ظلَ ُم ِم َّم ْن َذه‬

Artinya: Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengaku bisa menciptakan seperti ciptaan-
Ku (kalau bisa) cobalah ia membuat sebutir biji jagung atau buatlah seekor nyamuk (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dalam kehidupan ini kita dasapi saat dimana Allah swt menunjukkan kekuasaannya dengan berbagai
kejadian seperti badai, cuaca yang sangat dingin atau panas hingga gempa bumi dan tsunami yang
kesemua itu membuat manusia tidak berdaya, sehebat apapun ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sudah berhasil dicapai, padahal itu hanyalah sebagian kecil bahkan amat kecil dari kekuasaan
Allah swt yang sangat besar.

2.     Mengambil Milik Orang Lain

Setiap orang punya hak untuk memiliki sesuatu, karenanya hak memiliki itu harus kita hormati
dengan tidak mengambilnya. Mengambil milik orang lain tanpa alas an yang bias dibenarkan
merupakan sesuatu yang sangat tidak dibenarkan di dalam Islam, jangankan banyak, sedikitpun tidak
dibolehkan karena hal ini merupakan bagian dari kezaliman yang akan dibalas oleh Allah swt dengan
balasan yang menyakitkan. Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫ض طُ ِّوقَهُ ِم ْن َسب ِْع أَِ َر‬


َ‫ض ْين‬ ِ ْ‫َم ْن ظَلَ َم قِ ْي َد ِشب ٍْر ِمنَ األَر‬
Artinya: Barangsiapa yang berbuat zalim (mengambil hak orang lain) dengan ukuran sejengkal tanah,
maka akan dikalungkan (di lehernya) dari tujuh lapis tanah (HR. Bukhari dan Muslim).

27
Salah satu yang seringkali menjadi sengketa diantara sesama manusia adalah mengubah batas-batas
tanah. Setiap orang tentu ingin memiliki tanah atau lahan yang luas, dengan lahan yang luas itu ia
bisa mendirikan bangunan yang besar dan luas untuk dijadikan sebagai tempat tinggal serta lahan
usaha. Keinginan seperti itu merupakan sesuatu yang wajar sehingga seseorang diperbolehkan
mencapainya dengan cara-cara yang benar. Namun, sangat tidak dibenarkan bila seseorang ingin
mendapatkan atau memiliki lahan yang luas, tapi dicapai dengan cara mengambil atau merampas
lahan orang lain meskipun hanya sejengkal atau dua jengkal tanah dengan cara mengubah batas-
batasnya agar tanah orang lain menjadi miliknya, ini merupakan sesuatu yang dilaknat oleh Allah swt
sebagaimana sabda Rasulullah saw:

ِ ْ‫لَعَنَ هللاُ َم ْن َغيَّ َر َمنَا َر ْاألَر‬


‫ض‬

Artinya: Allah melaknat orang yang mengubah tanda-tanda batas tanah (HR. Ahmad, Muslim dan
Nasa'i)

3.     Menunda Bayar Utang

Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan muamalah dengan sesamanya, salah
satunya adalah transaksi jual beli. Namun dalam proses jual beli tidak selalu dilakukan secara tunai
atau seseorang tidak punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun meminjam uang
untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut dengan utang. Sebagai manusia,
apalagi sebagai muslim yang memiliki harga diri, sedapat mungkin utang itu tidak dilakukan, apalagi
kalau tidak mampu membayarnya, kecuali memang sangat darurat, karena itu seorang muslim harus
hati-hati dalam masalah utang, Rasulullah saw bersabda:

ِ‫ايَّا ُك ْم َوال َّد ْي ِن فَاِنَّهُ هَ ٌّم بِاللَّي ِْل َو َم َذلَّةٌ بِالنَّهَاِر‬

Artinya: Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam
hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari (HR. Baihaki)

Bagi seorang muslim, utang merupakan sesuatu yang harus segera dibayar, ia tidak boleh
menyepelekannya meskipun nilainya kecil. Bila seorang muslim memiliki perhatian yang besar dalam
urusan membayar utang, maka ia bisa menjadi manusia yang terbaik. Rasulullah saw bersabda:

ِ َّ‫خَ ْي ُر الن‬
َ َ‫اس َخ ْي ُرهُ ْم ق‬
 ‫ضا ًء‬

Artinya: Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar utang (HR. Ibnu Majah).

Namun apabila manusia yang berutang tidak mau memperhatikan atau tidak mau membayarnya,
maka hal itu akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam kehidupan di akhirat nanti, hal
ini karena utang yang tidak dibayar akan menggerogoti nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya
di dunia, kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya, Rasulullah saw
bersabda:

 ‫ْس يَوْ َمئِ ٍذ ِد ْينَا ٌر َوالَ ِدرْ هَ ٌم‬ َ َ‫ضا َءهُ فَأَنَا َولِيُّهُ َو َم ْن َماتَ َوالَيَ ْن ِوىْ ق‬
َ ‫ضا َءهُ فَ َذالِكَ الَّ ِذىْ ي ُْؤ َخ ُذ ِم ْن َح َسنَاتِ ِه لَي‬ َ َ‫َان فَ َم ْن َماتَ َوه َُويَ ْن ِوىْ ق‬
ِ ‫اَل َّديْنُ َد ْين‬.

Artinya: Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat
akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia

28
tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di
waktu itu tidak ada emas dan perak (HR. Thabrani).

Oleh karena itu bila kita punya utang harus segera membayarnya dan bila uangnya sudah ada tapi
kita tidak segera membayarnya, maka hal itu tergolong kezaliman yang tidak disadari atau tidak
dipahami oleh manusia, karena yang lebih bagus adalah membayar utang sebelum jatuh tempo,
Rasulullah saw bersabda:

‫ط ُل ْال َغنِ ِّي ظُ ْل ٌم َوإِ َذا أُ ْتبِ َع أَ َح ُد ُك ْم َعلَى َملِ ْي ٍء فَ ْليَ ْتبَ ْع‬
ْ ‫َم‬

Artinya: Penundaan pembayaran utang oleh orang yang mampu adalah kezhaliman. Dan apabila
salah seorang dari kalian dialihkan (pembayaran utangnya) kepada orang kaya, maka hendaklah ia
menerima pengalihan itu (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).

Akhirnya menjadi tugas kita semua untuk menegakkan keadilan dan menghancurkan kezaliman
dalam berbagai bentuknya dalam kehidupan ini, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun
masyarakat dan bangsa. Semua ini harus kita mulai diri kita sehingga jangan sampai kita melakukan
hal-hal yang termasuk ke dalam bentuk kezaliman.

Oleh Drs. H. Ahmad Yani

29
DAFTAR PUSTAKA

http://renungansufi.wordpress.com/
http://ahmadfauzani.wordpress.com/
Buku Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas X penerbit
erlangga
http://www.asysyariah.com
Abu Farras Mujahid jakarta 2009
1100 Hadits Terpilih - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema
Insani Press
 

30

Anda mungkin juga menyukai