Anda di halaman 1dari 15

Usman Bin Affan

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...

 Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  ini dengan
judul “Khalifah Usman Bin Affan” serta tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menuju zaman yang sekarang ini yakni zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas sekolah serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa
penulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Namun, besar
harapan penulis semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Makalah ini dapat
terselesaikan atas usaha keras penulis dan bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk
mengisi kekuranganya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam penyampaian
maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu saran dan kritik dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah penulis
berikutnya.

 Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu...

April,2017

                                                                                                                        Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................            1               

DAFTAR ISI .............................................................................................         2                

BAB I ...... PENDAHULUAN..................................................................               3         

1 .Latar Belakang.....................................................................                3         

2. Rumusan Masalah...............................................................                3          

3. Tujuan Penelitian.................................................................             3             

BAB II ..... PEMBAHASAN.....................................................................                 4         

1. Biografi Usman Bin Affan ..................                          4

2. Proses Pengangkatan Menjadi Khalifah .................................................            5             

3. kebijakan dan Strategi kepemimpinan Usman bin Affan.......................            7    

4. Prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Usman bin Affan.............. 8

5. Kesulitan Atau Kehambatan Selama Menjadi Khalifah ............             11               

6. Masa-Masa Berakhirnya Khalifah................. 13

 Priode Pemerintahan Usman Bin Affan............ 13


 Kematian Usman Bin Affan............. 14

7. ibrah atau pelajaran............. 15

BAB III..... PENUTUP...............................................................................        15                

1. Kesimpulan.........................................................................              15          

2. Saran ..................................................................................           15            

DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................                                     
BAB I
PEDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari
banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita
mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun,
bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah
pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari
sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa
memotifasi kita dalam berjuan dalam kehidupan.
Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS MERAH”
Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi akibat-akibat yang
timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk
yang hidup setelah para mahluk yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan
tentang mereka yang telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita
untuk panutan uamat selanjutnya. Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia
mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang
ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Kholifah Utsman bin
Affandan Ali bin Abi Thalib, Pada masa itu mereka mengembangkan peradaban sebagai
bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan kholifah sebelumnya yaitu Abu
Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah mereka akan
mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalannya
.
2. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis menitikberatkan pembahasan mengenai ”Khalifah Ustman
Bin Affan”
3. Tujuan Penulisan
a.     Sebagai tugas untuk mengikuti mata pelajaran SKI
b.    Untuk melatih penulis agar memudahkan dalam membuat makalah.
c.     Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Khalifah Ustman Bin Affan.
BAB II
PEMBAHASAAN

1. Biografi Singkatan Khalifah Usman Bin Affan

Nama lengkap Utsman bin Affan bin al- Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf
bin Qushay al-Amawi Al- Quraisy dilahirkan pada tahun 573 M dari kelahiran Rasulullah
SAW. Ibunya bernama al-Baida binti Abdul al- Muthalib, bibi Rasulullah SAW, yakni
saudari kembar Abdullah ayah Rasulullah SAW.[3] Berdasarkan silsilah ini, Utsman bin
Affan masih memiliki jalinan keluarga dengan Rasulullah, yakni silsilah keturunan yang
bertemu pada Abdul al-Manaf bin Qushay al- Amawi al-Quraisy. Bahkan jalinan kekerabatan
ini diperkuat lagi dengan tali pernikahan yang menempatkan Dia sebagai menantu
Rasulullah. Karena itu, hubungannya dengan Rasulullah bukan hanya dalam hal
keagamaan,tetapi juga Dia dihadapan Rasulullah adalah seorang keluarga, menantu dan
saudara seagama. Utsma bin Affan masuk Islam melalui Abu Bakar dan termasuk kelompok
pertama yang masuk Islam. Rasulullah sangat mengaguminya karena keserderhanaan,
kesalehan, kedermawaan dan kepandaiannya menjaga kehormatan diri (Iffal), serta dikenal
sebagai dahabat yang terbaik dalam bacaan al-Qur’an menurut kaca mata Rasulullah SAW,
sehingga Rasulullah memberikan dua putrinya untuk dinikahi secara olehnya berurutan.
Setelah istrinya yang pertama dan ke dua meninggal dunia, Rasulullah berkata, “Seandainya
beliau mempunyai putri yang lain, pasti Dia telah menikahkannya dengan Utsman bin Affan.
[4]

Kesetiaan dan pengorbanan Utsman bin Affan terhadap  pengembangan Islam tidak dapat
diragukan, demikian pula kepada Rasulullah cintanya amat mendalam. Dia melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik bagi tujuan Islam. Ia menderita penganiyaan bersama Nabi di
tangan orang-orang Quraisy, dan Dia menyertai emigran ke Abesinia bersama istrinya,
Utsman adalah orang yang sangat kaya, dan dia menyerahkan kekayaan itu kepada
Rasulullah untuk melayani Islam, di antaranya mendanai pembangunan mesjid, sumur di
Madinah dan memberikan bantuan keuangan yang paling besar dalam peperangan Islam
setelah Abu Bakar, sehingga Dia memproleh kedudukan yang terhormat di antara para
sahabat Rasulullah.  Selama kedudukan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Utsman
merupakan salah seorang dari penasehat dan pembantu utama di dalam urusan negara.[5]

Pengorbanan Utsman bin Affan terhadap Islam dan kaum muslimin tidak hanya dalam bentuk
harta, melainkan lebih dari itu, jiwa dan pikirannya dicurahkan demi pengembangan syiar
Islam dan keselamatan kaum muslimin sehingga beliau beberapa kali ikut perang bersama
Rasulullah SAW kecuali perang Badar. Karena sedang sibuk melayani dan merawat isterinya
yang sakit keras sampai ia wafat dan dimakamkan pada hari kemenangan kaum muslimin dan
perang tersebut.[6]

Rasulullah pernah menunjuk Utsman sebagai duta Rasululah pada saat perundingan antara
pemimpin Islam dan pemuka-pemuka Quraisy pada tahun 6 H ketika kaum mislimin hendak
memasuki kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dan tersiar kabar bahwa Utsman bin
Affan dibunuh atau setidaknya telah ditahan oleh orang-orang kafir Quraisy, sebab Dia tidak
kembali sampai pada malam hari, maka kaum muslimin mengadakan sumpah setia untuk
membela Utsman bin Affan yang terkanal dengan “Bait’at al-Ridwan”.[7]

Jadi jelas bahwa pengorbanan dan perjuangan Utsman bin Affan dengan segala kemampuan,
harta benda dan jiwanya adalah semata-mata dalam rangka pengembangan risalah Islam dan
kemaslahatan kaum Muslimin.

2. Proses Pengangkatan Usman Bin Affan Sebagai Khalifah

Ketika Umar sedang sakit akibat dari tikaman seorang budak Persia yang bernama Fairuz
yang lebih dikenal dengan nama Abu Lu’lu’ah, sekelompok  sahabat datang menjenguknya
dan sekaligus menanyakan dan mendiskusikan penggantinya Dia sebagai khalifah,
pertanyaan dari para sahabat ini tidak mendapatkan jawaban pasti dari.Umar bin Khattab,
sesudah itu, sahabat beranjak meninggalkan Khalifah Umar bin Khattab.

Para sahabat Rasulullah merasa takut andai Umar wafat tanpa meninggalkan pesan tentang
penggantinya. Oleh karena itu, mereka mendatangunya lagi untuk mendesak Umar bin
Khattabmenentukan penggantinya.[8]

Di tempat tidurnya, Umar mengambil keputusan dengan menunjuk badan musyawarah yang
terdiri dari orang-orang yang diridhoi dan dijanjikan oleh Rasulullah sebagai orang-orang
yang masuk surga tanpa hisab. Mereka itu adalah Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Saad
bin Waqah, Adurahman bin Auf, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah bin Umar.
Untuk memeilih seorang khalifah diantara mereka.[9] Namun khusus untuk Abdullah bin
Umar tidak dicalonkan apalagi dipilih berdasarkn wasiat khalifah Umar. Adapun kriteria
pemilihan telah ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab yaitu :
Khalifah yang di pilih adalah dari anggota Syura kecuali Abdullah bin Umar yang tidak
punya hak pilih dan bertindak sebagai penasihat. Bilamana suara dari anggota tim sama
hendaknya keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar sebagai anggota tim tersebut.
Jika keputusan Abdullah bin Umar tidak disetujui oleh anggota mengikuti keputusan yang
diambil oleh Abdurrahman bin Auf. Bila ada anggoat tim yang tidak mau mengambil bagian
dalam pemilihan maka anggota tersebut harus dipenggal kepalanya. Bila dua calon
mendapatkan dukungan yang sama maka calon yang didukung oleh Abdurrahman bin Auf
yang dianggap menang. Apabila seorang telah terpilih dan minoritas (satu atau dua) tidak
mau mengikutinya maka kepala mereka harus dipenggal. Jadwal pelaksanaan musyawarah
selama tiga hari ke empat sudah ada pemimpin. [10]

Tatkala Umar wafat, berkumpullah orang-orang yang dipilihnya menjadi formatur dikepalai
oleh Abdurrahman bin Auf di dalam salah satu rumah kepunyaan mereka. Tiga hari lamanya
musyawarah yang amat penting itu, dan sudah tiga hari rupanya belum juga dapat diputuskan
karena sejak awal jalannya pertemuan itu sangat alot, maka Abdurrahman bin Auf berusaha
memperlancar dengan himbauan agar sebaiknya mereka dengan sukarela mengundurkan diri
dan menyerah kepada orang yang lebih pantas (memenuhi syarat) untuk dipilih sebagai
khalifah. himbauan ini tidak berhasil, tidak ada satupun yang mau mengundurkan diri,
kemudian Abdurrahman bin Auf sendiri menyatakan mengundurkan diri tetapi tidak ada
seorang pun dari empat sahabat Nabi yang mengikutinya.[11]

Dalam kondisi macet itu, Abdurrahman bin Auf berinisiatif melakukan musyawarah dengan
sahabat dan tokoh-tokoh masyarakat selain yang termasuk dalam anggota badan
musyawarah, dan suara terbelah menjadi dua kubu yaitu pendukung Ali dan pendukung
Utsman. Pada pertemuan berikutnya, Abdurrahman bin Auf menempuh cara dengan
menanyakan masing-masing angggota formatur dan di dapatlah skor suara tiga banding satu,
dimana Zubair, dan Ali mendukung Utsman, sedangkan Utsman mendukung Ali.[12]

Meskipun suara terbanyak dari anggota formatur jatuh pada Utsman, namun Abdurrahman
tidak serta merta membai’at Utsman. Tetapi pada subuh hari sesudah semalaman ia
berkaliling memantau pendapat masyarakat, ia berdiri setelah kaum Muslimin memenuhi
mesjid dan menyampaikan pengantar tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Di sini terlihat
kembali persaingan dua kubu yaitu kubu Ali dan kubu Utsman.[13]

Pada saat itu Abdurrahman menunjukkan keahliannya menghadapi masalah yang sulit ini.
Dia memanggil Ali dan Utsman secara terpisah untuk dimintai kesanggupannya bertindak
berdasarkan al- Qur’an dan sunnah Rasul-Nya serta berdasarkan langkah-langkah yang
diambil oleh dua khalifah sebelumnya. Ali bin Abi Thalib bertindak sesuai dengan
pengetahuan dengan kekuatan yang ada pada dirinya, sedangkan Utsman bin Affan
menyanggupinya, sehingga Abdurrahman mengucapkan bai’atnya dan diikuti oleh orang
banyak menyatakan bai’at, termasuk juga Ali pada akhirnya juga menyatakan bai;atnya
kepada Utsman bin Affan.[14]

Orang keenam tim formatur, Thalha bin Ubaidillah tiba di Madinah setelah pemilihan itu
berakhir. Dia juga menyatakan sumpah setia kepada Utsman bin Affan.[15]
Mencermati proses pemilihan tersebut, nampak dengan jelas upaya pemilihan khalifah
dilakukan secara musyawarah dengan memperhatikan suara dari berbagai pihak, dan hal ini
pula yang membedakan antar proses pengangkatan Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin Khattab
dan Utsman bin Affan.

Karena itu  Utsman bin Affan ditetapkan menjadi khalifah, pada hari Senin, akhir bulan
Dzulhijjah tahun 23 H. dan resmi menjadi khalifah yang ketiga dari Khulafa al-rasyidin pada
tanggal 1 Muharram tahun 24 H.[16]

3. Kebijakan Dan Strategi Usman Bin Affan


 Khalifah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah melaluiDewan Syura yang dimana
anggotanya antara lain : Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan , Saad bin Abi Waqash,
Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan.Adapun kebijakan dan
Strategi Usman bin Affan antara lain :

1. Perluasaan Wilayah
Pada masa Khalifah Usman terdapat beberapa kekuasaan islam diantaranya adalah
melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan,Azerbaijan,dan Armenia. Usaha
perluasaan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancer lagi setelah dibangunnya Armada
laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditklukannya, antara lain wilayah Asia kecil,
pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia.

Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan islam di luar kota Madinah,
khalifah Usman telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan
maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begtu juga di
Iskandariyah dan di Persia.

2. Standarisasi Al-Quran
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal secara baca Al-
quran(qiraat). Perlu dketahui telebih dahulu bahwa Al-Quran diturunkan dengan beragam
cara baca. Karena persisihan ini, hamper saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilaporkan
oleh Hudzaifah Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Quran.
Cara baca inilah yang akhirnya resmi dipakai oleh kaum muslimin.Dengan demikian,
perselisihan dan perpecahan dapat dihindari

Dalam menyusun cara baca Al-Quran resmi ini. Khalifah Usman melakukannya berdasarkan
car abaca dipakai dalam Al-Quran yang disusun oleh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai,
dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Yaman, Kufah, Basrah dan
Mekkah.Satu mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-Mushaf inilah yang dikenal
dengan Mushaf Usmani.
3.   Pengangkatan Pejabat Negara
Pemeintahan Usman berlangsung selama 12 tahun.Kepemimpinan Usman sangat berbeda
dengan kepimpinan Umar.Ini mungkin karena umurnya yang lanjut dan sifatnya
lembut.Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.

Salah satu factor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan Usman
adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.Harta kekayaan
Negara,oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.

4.Pembangunan Fisik
Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan
mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-
jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.

4. Prestasi-Prestasi Yang Dapat Di Capai Pada Masa Khalifah Usman


bin Affan

1. Kodifikasi Mushaf Al-qur’an


Seperti sudah kamu ketahui, usaha kodifikasi (pembukuan) Al-qur’an sudah dimulai
sejak khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada masa
itu dismpan oleh Hafsah Binti Umar, salah satu istri Rasulullah saw. Pada masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan, wilayah islam sudah sangat luas. Hal itu menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-Qur;an dibeberapa pelosok
wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surah-surahnya atau lafaz (dialek)nya.  Pada masa
Rasulullah saw., perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu, masih memberi kemudahan
agar Al-Qur’an dapat dihapal dengan cepat oleh semua umat Islam. Ketika wilayah islam
makin luas, perbedaan dialek satu daerah dengan daerah yang lain makin terlihat. Salah
seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam
ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara
membaca Al-Qur’an yang dilakukannya adalah yag paling baik.[8]
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada khalifah
Utsman bin Affan. Selanjutnya, khalifah Utsman bin Affanmembentuk sebuah
panitiapenyusun Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah
Abdullah bin Zubair dan Abdurahman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia
tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Penyalinan tersebut harus berpedoman pada bacaan mereka yang menghafalkan Al-Qur’an.
Apabila terdapat pebedaan dalam pembacaan, yang ditulis adalah yang dialek Quraisy. Hal
itu disebabkan Al-Qur’an diturunkan dalam dialek Quraisy.[9]
Salinan kumpulan Al-Qur’an itu disebut al-Mushaf. Oleh panitia, al-Mushaf
diperbanyak sejumlah empat buah. Sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan empat
lainnya dikirimkan diMakkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-Qur’an yang
dikirimkan ke daerah-daerah itu dijadikan sebagai pedoman dalam penyalinan beikutnya
didaerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-imam atau
Mushaf Utsmani. Adapun naskah yang berbeda dengan Mushaf al-imam dinyatakan tidak
berlaku lagi. Walaupun demikian perbedaan bacaan Al-Qur’an masih ditemukan hingga kini.
Ha lini diperbolehkan apabila diriwayatkan secara mutawatir.[10]

2. Renovasi Masjid Nabawi


Seni bangunan diterapkan pada pengembangan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini
didirikan pertama kali oleh nabi Muhammad saw. setelah tiba di Madinah. Masjid ini
kemudian tidak hanya dijadikan tempat ibadah, juga tempat musyawarah dalam memutuskan
banyak halyang berkaitan dengan pengembangan Islam keluar kota Madinah. Diperkirakan
pada tahun ke-7 H, masjid ini diperluas menjadi 50-30 meter dengan 3 buah pintu.
Kemuadian pada tahun ke-17 H pada masa khalifah Umar bin Khattab, terjadi lagi perluasan
bangunan.pengembangan ini terus di lakukan pada masa Khalifah Usman bin Affan, bahkan
diperindah. Dindingnya diganti dengan batu, dan bidang-bidang dindingnya di hiasi dengan
berbagai ukiran. Tiang-tiang di buat dengan beton bertulang dan ditatah dengan ukiran,
plafonnya dibuat dari kayu pilihan. Katika itulah mulai diperlihatkan unsur estetisitas atau
keindahan seni bangunan dalam masjid ini.[11]

3.Pembentukan Angkatan Laut


Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai ke
daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di daerah,
Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan personil dan
sarana yang memadai. Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi
serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia
mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan
dikabulkan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga
asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai Levant yang
berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat
armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga mendesak ummat
Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah
bin Qusay Al-Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima Angkatan Laut.
Istilah ini kemudian diganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika sampai di Amuria dan
Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya dapat diatasi
hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula.
Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut
juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut. Bahkan pada tahun 646
M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan
itu mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan kekuasan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah
Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut
yang besar pada tahun 651 M di Mesir (Misbach,1984:10-11). Berawal dari sinilah Khalifah
Ustman bin Affan perlu diingat sebagai Khalifah pertama kali yang mempunyai angkatan laut
yang cukup tangguh dan dapat membahayakan kekuatan lawan.

4. Peluasan Wilayah
Setelah Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah
yang membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh
pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong praja
dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah kekuasaan Islam)
ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaisar
Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan
terhadap penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya, pemerintahan Islam berhasil
memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri-negeri
Persia lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan
Turkistan jatuh menjadi wilayah kekuasaan Islam. Adapun daerah-daerah lain yang
melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islam adalah Khurosan dan Iskandariyah.
Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta
beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi
peperangan hebat, sehingga penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650
M pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan.
Adapun tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma
Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan
Islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali
di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima
Amru bin ‘Ash yang telah diberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah
bin Abi Sarroh memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam memimpin perang
dan namanya sangat disegani oleh pikak lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu
terjadilah perpecahan dan menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan. 
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini untuk
berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang
menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai
Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin
Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai
Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil
menguasai Asia kecil dan Cyprus.
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan
Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan
beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu
Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan.  Jadi Enam tahun
pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam.
Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh
daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan
negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada masa kekuasaan
Romawi atas wilayah tersebut.
5. Kesulitan Dan Hambatan Yang Di Hadapi Usman Bin Affan

1.Tersebarnya Fitnah
       Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Utsman. Banyak
penduduk yang mengeluhkan pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu. Salah satu
bentuk kekecewaan penduduk adalah mereka marah kepada Sa’d bin Abi Waqqas, dan
mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum khamar.  Melihat adanya celah untuk
memecah belah, ada beberapa tokoh yang mengambil kesempatan ini untuk
membangkitkan kebencian dalam hati orang di kota-kota itu, diantaranya apa yang telah
dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ ( seorang yahudi dari San’a di Yaman yang pada masa
Utsman kemudian masuk Islam ) yang mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan Islam
dengan berusaha membangkitkan kemarahan penduduk kepada Utsman. Di Bashrah
banyak orang awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Sesudah hal itu diketahui
oleh Abdullah bin Amir, ia dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah
menyebarkan seruan yang sama.
2. Usman Bermusyawarah
       Melihat segala propaganda jahat anti politik Utsman dikota-kota kawasan itu, pada
musim haji tahun 34 ia memanggil pejabat-pejabatnya yang di kota-kota tersebut untuk
dimintai keterangan sebab-sebab terjadinya fitnah itu. Ketika itu datang Abdullah bin
Amir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abi Sarh, Sa’id bin As dan Amr bin ‘Ash.
Utsman berkata pada mereka : “Setiap imam mempunyai pembantu-pembantu dan
penasihat-penasihat. Kalian adalah pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat saya
serta orang-orang kepercayaan saya. Seperti sudah kalian ketahui, mereka menuntut
supaya saya memecat para gubernur itu dan menarik kembali semua yang tidak mereka
senangi dan menggantinya dengan yang mereka sukai. Berikanlah pendapat dan saran
kalian kepada saya dengan sungguh-sungguh
3. Tragedi Pengepungan
     Setelah mereka betul-betul telah mengepung rumah Utsman , mereka menuntut
Utsman untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan atau mereka akan membunuhnya.
Dan orang-orang yang berdemo dan menuntut tersebut adalah orang-orang yang sangat
rendah agama, akhlak maupun keilmuannya, mereka bukanlah para ulama (ahlul halli
wal ‘aqdi). Dengan adanya tuntutan mereka ini, maka sungguh benarlah apa yang telah
disabdakan oleh Nabi , dan telah tiba saatnya untuk mengamalkan wasiat beliau . Oleh
karena itulah, Utsman menolak untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan, seraya
berkata : “Aku tidak akan melepaskan pakaian yang telah Allah berikan kepadaku”.
Beliau mengisyaratkan kepada wasiat Rasul untuk beliau. 
Para pemberontak tersebut  melarang Utsman untuk shalat di masjid Nabawi dan
melarang beliau makan serta minum dari sumur Rumah yang beliau beli sendiri dari
harta beliau untuk orang yang sedang dalam perjalanan.
Pada saat Utsman berada dalam rumah dan para pemberontak berada didepan rumah
beliau, beliau mendengar suara dari para pengepung tersebut yang mengancam untuk
membunuh beliau. Dan yang nampak, bahwa Utsman tidak mengira perkara ini akan
seperti itu. Kemudian beliau keluar dari tempat masuk dan masuk lagi bersama sebagian
para sahabat, sedangkan raut wajah beliau telah berubah.
Ia berkata : Sesungguhnya mereka mengancam akan membunuhku tadi. Para sahabat
menjawab : Semoga Allah melindungi anda, wahai amirul mukminin. Beliau berkata :
Kenapa mereka ingin membunuhku ?! Padahal aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda : “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal
berikut : Seseorang yang kafir setelah beriman, atau dia berzina setelah menikah atau
membunuh jiwa tanpa haq”. Demi Allah, aku tidak pernah berzina baik di zaman
Jahiliyah atau Islam, dan tidak pernah terbesit dalam diriku untuk aku mengganti
agamaku sejak Allah memberi hidayah kepadaku, dan tidak pernah aku membunuh jiwa,
maka mengapa mereka ingin membunuhku ?” 
Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama 40 hari. Sekali-kali Utsman
mengingatkan kaum pemberontak itu akan bahaya fitnah dan menyebutkan beberapa
ayat al-Qur’an. Tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukannya. Tak lama kemudian
para pemberontak itu maju menyerang rumah Utsman, membakar pintu dan
berandanya, yang kemudian terjadi pertempuran sengit antara para sahabat-sahabat
Utsman dan para pemberontak. Yang diakhiri dengan terbunuhnya Utsman secara kejam
oleh Muhammad bin abu Bakr. 
4. Terbunuhnya Usman
Tragedi terbunuhnya Utsman telah direncanakan pada malam hari oleh para
pemberontak yang melampaui batas kejahatan. Mereka merencanakannya dengan
matang untuk membunuh seorang Khalifah Ar-Rasyid dan untuk menghancurkan agama
Islam. Mereka ini merupakan kelompok gabungan dari musuh-musuh Islam dan
bukanlah perorangan. Dan pemimpin  mereka adalah seorang yahudi pendusta Abdullah
bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu As-Sauda’. 
Para pemberontak ini memprovokatori orang-orang awam dari seluruh penjuru negri
untuk melengserkan sang Khalifah . Mereka datang dari Mesir dan Irak ke Kota Madinah
lalu bertemu dengan Utsman untuk berunding. Orang-orang itu keluar dari Mesir
menuju ke Kota Madinah dan bertemu dengan Utsman . Setelah terjadi dialog serta
perundingan, mereka pun puas dengan ucapan Utsman . Beliau membantah tuduhan-
tuduhan mereka dengan bukti dan keterangan yang nyata dan mereka setuju untuk
berdamai, kemudian mereka kembali ke Mesir dan Irak.
Setelah terjadinya perdamaian yang agung ini dan kembalinya mereka ke tempat tinggal
mereka masing-masing dalam keadaan ridha, para penyulut api fitnah merasa gagal dan
tujuan mereka yang keji telah kandas ditengah jalan. Oleh karenanya, mereka membuat
makar kembali untuk menyalakan api fitnah agar perdamaian tersebut menjadi hancur
dan musnah.
6. Masa-Masa Berakhirnya Usman Bin Affan

 Periode Terakhir Pemerintahan Usman bin Affan

Setelah melewati masa-masa gemilang, pada masa paruh terakhir kekuasaanya, Khalifah
Utsman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang
dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan beberapa
kebijaksanaan pemerintahannya. Akan tetapi kekacauan sudah dimulai sejak pertama tokoh
ini terpilih menjadi khalifah.
Utsman adalah orang yang baik dan saleh namun dalam banyak hal kurang menguntungkan.
Karena Utsman terlalu terikat dengan kepentingan-kepentingan orang Mekah, khususnya
kaum Quraisy dari kalangan Bani Umayyah. Kemenangan Utsman sekaligus adalah suatu
kesempatan yang baik bagi sanak saudaranya dari keluarga besar Bani Umayyah. Utsman
berada dalam pengaruh dominasi seperti itu maka satu persatu kedudukan tinggi di duduki
oleh anggota keluarganya.
Ketika Utsman mengangkat Marwan bin Hakam, sepupu khalifah yang dituduh sebagai orang
yang mementingkan diri sendiri dan suka intrik menjadi sekertaris utama, segeralah timbul
mosi tidak percaya dari rakyat. Begitu pula penempatan Muawiyah, Walid bin Uqbah dan
Abdullah bin Sa’ad masing-masing menjadi gubernur Suriah, Irak dan Mesir, sangat tidak
disukai oleh masyarakat umum di tambah lagi tuduhan-tuduhan bahwa kerabat khalifah
mendapat harta pribadi dengan mengorbankan harta umum dan tanah negara. Hakam, ayah
Marwan mendapatkan tanah Fadah, Marwan sendiri menyalah gunakan harta baitul mal,
Muawiyah mengambil alih tanah Negara Suriah dan khalifah mengizinkan Abdullah untuk
mengambil seperlima dari harta rampasan perang.
Situasi politik semakin mencekam bahkan berbagai usaha yang bertujuan baik dan
mempunyai alasan yang kuat untuk kemaslahatan umat disalah pahami dan melahirkan
perlawanan dari masyarakat. Pemushafan Al-Qur’an misalnya, yang dimaksudkan untuk
menyelesaikan kesimpangsiuran bacaan Al-Qur’an sehingga perselisihan mengenai Al-
Qur’an dapat dihindari. Tetapi lawan-lawannya Utsman menuduh bahwa Utsman sama sekali
tidak memiliki otoritas  untuk menerapkan edisi Al-Qur’an yang di bukukan itu. Dengan kata
lain, mereka mendakwa Utsman secara tidak benar telah menggunakan kekuasaan agama
yang tidak di milikinya.
Terhadap berbagai kecaman tersebut, Utsman telah berupaya untuk membela diri dan
melakukan tindakan politisi sebatas kemampuannya. Tentang pemborosan uang misalnya,
Utsman menepis keras tuduhan keji ini. Memeng benar dia membantu saudara-saudaranya
dari bani Umayyah, tetapi itu diambil dari kekayaan pribadinya bukan dari kas Negara
bahkan Utsman tidak mengambil gajinya yang menjadi haknya. pada saat menjadi khalifah
Utsman jatuh miskin. Karena hartanya digunakan untuk membantu sanak familinya, juga
karena seluruh waktunya digunakan untuk mengurusi permasalahan kaum muslimin,
sehingga tidak ada waktu lagi untuk mengumpulkan harta seperti sebelum menjadi khalifah.
Dalam hal ini Utsman berkata: “pada saat pencapaianku menjadi khalifah, aku adalah pemilik
unta dan kambing terbanyak di Arab. Hari ini aku tidak memiliki unta dan kambing kecuali
yang digunakan dalam ibadah haji. Terhadap penyokong, Aku memberikan kepada mereka
apa pun yang dapat aku berikan dari milikku pribadi. Tentang kekeayaan Negara, aku
menganggapnya tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun bagi orang lain. Aku tidak
mengambil apa pun dari kekayaan Negara, apa yang aku makan adalah hasil nafasku sendiri.
Rasa tidak puas terhadap Khalifah Usman semakin besar dan menyeluruh. Di Kufah dan
Basrah, yang dikuasai oleh Thalhah dan Zubair, rakyat bangkit menentang gubernur yang di
angkat oleh khalifah. Hasutan yang lebih keras terjadi di mesir, selain ketidaksetiaan rakyat
terhadap Abdullah bin Sa’ad, saudara angkat khalifah, sebagai pengganti gubernur ‘Amr bin
Ash juga karena konflik sosial pembagian ghanimah. Pemberontak berhasil mengusir
gubernur yang diangkat khalifah, mereka yang terdiri dari 600 orang mesir itu menuju ke
madinah. Para pemberontak dari Kufa dan Basrah bertemu dan bergabung dengan kelompok
mesir. Wakil-wakil mereka menuntut khalifah untuk mendengarkan keluhan mereka.
Khalifah menuruti kemauan mereka dengan mengangkat  Muhammad bin Abu Bakar
menjadi gubernur di Mesir. Dam merekapun puas terhadap kebijaksanaan khalifah dan
mereka ulang  kenegri masing-masing. Tetapi ditengah perjalanan mereka menemukan surat
yang dibawa oleh utusan khusus yang menerangkan bahwa para wakil itu harus dibunuh
setelah sampai di Mesir. Menurut mereka surat tersebut ditulis oleh Marwan bin Hakam,
sekertaris khalifah. Sedangkan Ali bin Abi Thalib ingin menyelesaikan persoalan tersebut
dengan jalan damai, tetapi mereka tidak dapat menerimanya. Mereka mengepung rumah
khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman sedang membaca Al-Qur’an, pada tahun
35 H/17 juni 656 M. menurut Lewis, pusat oposisi sebenarnya adalah di Madinah sendiri. Di
Madinah Thalhah, Zubair dan ‘Amr membuat perlawanan rahasia melawan khalifah, dengan
memanfaatkan para pemberontak yang dating ke Madinah untuk melampiaskan rasa
dendamnya yang meluap-luap itu.
Menurut Ahmad Al-Usairy dalam bukunya yang berjudul Sejarah Islam, salah satu faktor
yang menyebabkan pemberontakan dan pembangkangan adalah berkobarnya fitnah besar di
tengah kaum muslimin yang di kobarkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang yahudi asal
yaman yang berpura-pura masuk islam. Orang ini telah berkeliling ke berbagai kota
kemudian menetap di Mesir. Kemudian dia menaburkan keraguan di tengah manusia tentang
akidah mereka dan mengecam Utsman dan para gubernurnya. Dia dengan gencar mengajak
semua orang untuk menurunkan Utsman dan para gubernurnya. Dengan gencarnya dia
mengajak semua orang untuk menurunkan Utsman dan menggantinya dengan Ali sebagai
usaha menaburkan fitnah dan perpecahan.
Mulailah pecah fitnah di Kufah pada tahun 34 H/ 654 M. mereka mulai menuntut kepada
khalifah untuk menggati gubernur kufah. Akhirnya Utsman menggantinya untuk memenuhu
tuntutan mereka dan sebagai uapya untuk meredam fitnahyang lebih besar. Setelah itu ada
sejumlah besar manusia yang datang dari kufah, basrah, dan mesir untuk mendebat khalifah.
Ali mencegah mereka dan menerangkan apa yang mereka lakukan adalah kesalahan besar.
Dan khalifah melakukan pembelaan yang masuk akal. Maka pulanglah mereka dengan tangan
hampa.
Abdullah bin Saba’ paham bahwa kesematanya yang telah ia bangun selama bertahun-tahun
akan lenyap begitu saja. Maka ia mencari siasat licik dan mengatur strategi. Dia membuat
surat palsu atas nama khalifah akan mengundurkan diri dan Ali akan naik. Disebutkan bahwa
siapa saja yang tidak setuju akan dibunuh.

 Kematian Usman Bin Affan


Khalifah usman kemudian di kepung oleh pemberontak selama 40 hari di mulai dari bulan
ramadhan hingga dzulhijah. Dia di beri 2 ulimatum oleh pemberontak (ghafiki dan sudan) ,
yaitu mengundurkan diri atau di bunuh. Meski usman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat
islam. Usman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan dzulhijah 35 H ketika para
pemberontak berhasil memasuki rrumahnya dan membunuh usman saat sedang membaca
Al-Qur’an . persis seperti apa yang di saampaikan rasululllah. Perihal kematian usman yang
syahid nantinya, peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman
oleh para pemberontak selama 40 hari. Usman wafat pada hari jum’at 18 dzulhijah 35 H. Ia
di makamkan di kuburan baqi di madinah.

7. Ibrah Atau Pelajaran


 Khalifah usman bin affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah
lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka
mengadakan pendekatan persuasif jikaterjadi gejolak

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan  Pembai’atan dirinya dilakukan melalui
pemilihan salah satu di antara 6 orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib, Utsman bin affan,
Sa’at bin abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan Tholhah bin
Ubaidillah , merupakan kejadian pertama dalam sejarahkekhalifahan umat Islam. Khalifah
Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum muslimin. Khalifah Umar bin Khattab r.a.
ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu Bakar r.a. Utsman bin Affan adalah khalifah ke
3 setelah Umar bin Khattab. Saat dia menjadi khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi
khalifah selama 12 tahun. Prestasi yang dicapai pada masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-
Qur’an, renovasi masjid Nabawi, pembentukan angkatan laut, dan peluasan wilayah. Gaya
kepemimpinanya Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan
mhumanis.  Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu
munculnya nepotisme.

2. Saran dan Kritik


Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun mengetahui
kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika ada salah dalam
penulisan kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.

Anda mungkin juga menyukai