Anda di halaman 1dari 16

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) PENCEGAHAN ISPA RUMAH

SAKIT H. ABDUL MANAP

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 KEPERAWATAN DASAR PROFESI
1. Muhammad Nasril Lukman (G1B223013)
2. Lala Delva Santi (G1B223043)
3. Maolia Juniana (G1B223011)
4. Esa Surya Aulia (G1B223004)
5. Fera Afri Santhi (G1B223040)
6. Mita Amalia (G1B223034)
7. Rati Elvi Agustina (G1B223041)
8. Rossie Intan Komala (G1B223019)
9. Assyafiah Harnum (G1B223029)
10. Putri Dwi Azizi (G1B223021)

PEMBIMBING AKADEMIK:
Yulia Indah Permata Sari, S.Kep., Ners., M.Kep

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Levi Maryami, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit saluran
pernafasan atas maupun bawah yang termasuk penyakit menular di dunia, yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung dari patogen penyebab, faktor
lingkungan dan faktor pejamu ((Pradani et al., 2015)). Gejalanya meliputi demam,
batuk, dan sering nyeri tenggorokan, pilek, sesak nafas, mengi, atau kesulitan
bernafas.
Biasanya ISPA berlangsung selama lebih dari 14 hari (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013). Penyakit ISPA salah satu penyebab kematian
bayi yang menempati urutan pertama angka kesakitan pada balita. Penyakit ISPA
saat ini menjadi perhatian khusus baik rumah sakit maupun puskesmas yang ada
di negara maju sampai negara berkembang salah satunya yaitu negara Indonesia.
Balita yang terkena ISPA berada pada usia 1- 4 tahun dan memiliki prevalensi
tertinggi diantara penyakit menular, karena sistem pertahanan tubuh anak masih
rendah ((Vardaro et al., 2016)).
Selain itu, menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih ternyata masih
menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan para ibu. Kebanyakan ibu tidak
menyadari kebiasaan tersebut dapat memicu anaknya untuk terkena penyakit ISPA.
Contoh lainnya adalah ibu belum melakukan kebiasaan menutup mulut dan
hidung saat bersin, menggunakan masker saat flu, membuka jendela rumah saat
pagi hari, dan menjauhkan anak dari penderita ISPA. (Andarias, et al, 2018)
Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor instrinstik, faktor ekstinstik. Faktor instrinstik meliputi
umur, jenis kelamin, status gizi, status asi eklusif, status imunisasi. Sedangkan
faktor ekstrinstik meliputi kondisi fisik lingkungan rumah, meliputi yang
kepadatan hunian, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan
bahan bakar(Castanea, 2018).
Upaya nonfarmakologi yang telah dilakukan selama ini yaitu imunisasi
vaksin. Pencegah penularan ISPA dapat dilakukan dengan imunisasi, ada vaksin
tiga jenis virus utama flu yang formulanya berganti tiap tahun untuk menghindari
risiko virus kebal pada vaksin ((Solehati et al., 2018)). Sedangkan upaya lainnya
yaitu melakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit ISPA. Metode
penyuluhan yang digunakan yaitu metode individu dengan media leaflet dan
lembar balik sebagai upaya promotif, tetapi metode dan media ini tidak efektif dan
efisien dilihat dari angka kejadian ISPA yang masih lumayan tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka kelompok 1 tertarik
melakukan penyuluhan tentang Pencegahan ISPA pada pasien dan pengunjung
Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga/pengunjung pasien
mengetahui tentang pencegahan ISPA.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dan pengunjung mampu mengetahui definisi ISPA
b. Pasien dan pengunjung mampu mengetahui penyebab ISPA
c. Pasien dan pengunjung mampu mengetahui tanda dan gejala ISPA
d. Pasien dan pengunjung pasien mampu mengetahui klasifikasi ISPA
e. Pasien dan pengunjung mampu mengetahui cara penularan ISPA
f. Pasien dan pengunjung mengetahui pertolongan pertama pada
penderita ISPA
g. Pasien dan pengunjung mengetahui pencegahan penyakit ISPA

D. Manfaat
Manfaat penyuluhan pencegahan ISPA adalah meningkatkan pemahaman
masyarakat akan penyakit ISPA, dan saling menjaga untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA.
E. Sasaran Klien
1. Karakteristik/Kriteria
Pasien dan pengunjung RSUD Abdul Manap Kota Jambi
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi pengunjung yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi pengunjung yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan pengunjung yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan pengunjung yang setuju ikut penyuluhan

F. Kriteria Hasil
1. Evalusi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat terbuka, dan
memungkinkan keluarga/pengunjung untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan penyuluhan.
b. Pengunjung sepakat untuk mengikuti kegiatan.
c. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
d. Presentator, Moderator, fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
2. Evalusi Proses
a. Presentator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal
sampai akhir.
b. Presentator mampu memimpin acara.
c. Moderator membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi anak dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
3. Evalusi Hasil
Diharapkan 70% dari kelompok mampu:
a. Pasien mampu memahami dan mengaplikasikan cara pencegahan
ISPA.
SAP PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN ISPA
A. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang
pencegahan ISPA
Tujuan : Meningkatkan
pengetahuan mengenai
cara dan lengkah-langkah
pencegahan ISPA
Sasaran : Pasien rawat jalan di
RSUD H.Abdul Manap
Hari/Tanggal : Selasa, 12 September 2023
Waktu : 08.00 s/d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan
pengarahan (10 menit)
Pelaksanaan (20 menit)
Penutup (15 menit)
Tempat : Loby RSUD H.Abdul Manap
Jumlah klien : Seluruh pasien yang datang
Media : LCD, Laptop, PPT, Leaflet

B. Pengorganisasian
a. Presentator: Maolia juniana
Uraian tugas :
1) Menjelaskan tujuan dan manfaat penyuluhan
dengan jelas denganbahasa yang dipahami oleh
peserta.
2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan
memperhatikan prosespenyuluhan
3) Menjawab pertanyaan peserta
b. Moderator : Rati Elvi
AgustinaUraian tugas :
1) Membuka acara penyuluhan ini
memperkanalkan diri dan timkepada peserta
2) Mengatur proses dan lama penyuluhan
3) Memimpin jalannya penyuluhan
4) Menutup acara penyuluhan
c. Observer : Muhammad Nasril Lukman
1) Mengamati semua proses kegiatanyang
berkaitan dengan waktu,tempat dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader
dan semua angotakelompok dengan evaluasi
kelompok.
d. Fasilitator :
1) Lala Delva Santi
2) Fera Afri Santhi
3) Assyafiah Harnum Uraian
Tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan.

3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan


untuk melaksanakankegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
e. Notulen :
Esa Surya AuliaUraian
tugas :
1) Mencatat hasil diskusi
2) Mencatat pertanyaan dan jawaban selama penyuluhan
f. Perlengkapan : Mita Amalia dan Rossie
Intan KomalaUraian tugas :
1) Bertanggung jawab pada ketersediaan alat
dan media yangdigunakan selama acara
berlangsung.
2) Mampu menyelesaikan masalah yang
berhubungan denganketersediaan alat dan
media yang digunakan.
3) Memastikan semua alat dan media siap
digunakan dalam prosesdiskusi dan berfungsi
dengan baik.
g. Dokumentasi : Putri
Dwi Azizi
Uraian tugas :
1) Bertanggung jawab dalam
pendokumentasian selama acaraberlangsung.
2) Bertanggung jawab dalam publikasi hasil acara.
h. Setting Tempat
Keterangan :

Pembimbing Observer Peserta

Moderator Fasilitator Notulen

Penyuluh Dokumentasi
perlengkapan

i. Proses Pelaksanaan
1) Tujuan
Pasien mampu mengetahui langkah-langkah pencegahan
ISPA
2) Indikasi
Pasien di ruang RSUD H.Abdul Manap
3) Tema
Pendidikan kesehatan tentang
4) Persiapan alat
LCD, Laptop, PPT, Leaflet
5) Metode
6) Ceramah, Diskusi Tanya jawab
C. Rencana Kegiatan

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 10 menit Pembukaan:
1. Memberikan salam 1. Menjawab salam

2. Perkenalan 2. Mendengarkan

3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Mendengarkan

2 20 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi penyuluhan 1. Menyimak dan
mendengarkan
a. Menjelaskan tentang mengetahui
definisi ISPA.
b. Menjelaskan penyebab ISPA
c. Menjelaskan tanda dan gejala
ISPA
d. Menjelaskan klasifikasi ISPA
e. Menjelaskan cara penularan
ISPA
f. Menjelaskan pertolongan
pertama pada penderita ISPA
g. menjelaskan pencegahan
penyakit ISPA

10 Menit Evaluasi dan penutup : 1. Bertanya dan menjawab


Meminta pasien untuk menjelaskan
kembali atau menyebutkan:
1. Pasien mampu mengetahui tentang
ISPA
2. Pasien mampu mengetahui tentang
penyebab ISPA
3. Pasien mampu mengetahui tentang
gejala ISPA
4. Pasien mampu mengetahui
tentang klasifikasi ISPA
5. Pasien mampu mengetahui
tentang cara penularan ISPA
6. Pasien mampu mengetahui
tentang pertolongan pertama pada
penderita ISPA
7. Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang pencegahan penyakit ISPA

5 Menit Penutup : 1. Menjawab salam


1. Mengucapkan terima kasih dan salam

PENCEGAHAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT)


1. DEFINISI
ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
patogen penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan. (WHO,2013 )
ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan
penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran
pernafasan dan menyebabkan inflamasi (Lubis Ira, dkk.2019).
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama
14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
banyak dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai
berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan
menyebabkan Pneumonia.(Jalil, 2018)
2. PENYEBAB
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah
Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus.
Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida Albicans
Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus
dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, asap kendaraan
bermotor, bahan bakar minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing
(biji-bijian) mainan plastic kecil, dan lain-lain (Pitriani, 2020).
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat, yaitu dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita dapat
menimbulkan bermacam macam tanda dan gejala. Tanda dan gejala ISPA
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan
demam
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut
(Rosana, 2016):
a. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2 -< 5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala - gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.
4. KLASIFIKASI ISPA
a. Selesma (Common cold): Gejala klinis seperti flu biasa yang sebagian
besar disebabkan oleh respon individu terhadap infeksi, dari pada
kerusakan langsung pada saluran pernapasan dari virus.
b. Faringitis: Gejala nyeri tenggorokan yang hebat dan demam sedang sampai
tinggi, sakit kepala, mual, muntah dan nyeri abdomen.
c. Rinosinusitis: Gejala yang paling sering terjadi adalah rinorea unilateral
atau bilateral yang persisten dan muko purulen, hidung tersumbat, dan
batuk yang dapat terjadi pada siang atau malam hari.
d. Croup (Laringotrakeabronkitis): Gejala batuk keras yang dideskripsikan
seperti menggonggong ( barking cough) atau suara tiupan ( brassy), suara
serak, stridor inspirasi, demam ringan, dan gangguan pernafasan yang dapat
timbul secara lambat atau cepat.
e. Pneumonia berat: Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam ( Chest Indrawing)
f. Pneumonia: Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
g. Bukan Pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk (Sita, 2019)
5. CARA PENULARAN ISPA
ISPA dapat ditularkan melalui: (Zolanda, 2021)
a. Air ludah
b. Bersin
c. Udara tercemar
d. Darah
e. Bibit Penyakit masuk melalui saluran pernafasan
6. PERTOLONGAN PERTAMA PENDERITA ISPA
Perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yaitu dengan cara : (Harianja,
2018)
a. Mengatasi panas (demam) : Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun,
demam dapat diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi di bawah dua bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu dua
hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan
kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air
es).
b. Mengatasi batuk: Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman
misalnya ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga
kali sehari.
c. Pemberian makanan: Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi,
sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-
lebih jika terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
diteruskan
d. Pemberian minuman: Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah
dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu
mengencerkan dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah
sakit yang diderita.
7. PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA
Pencegahan utama ISPA yang dapat dilakukan: (Pareza, 2020)
a. Mencuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas ditempat
umum dan setelah kontak dengan penderita ISPA
b. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan
olahraga yang teratur
c. Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata
d. Melakukan etika batuk yang benar pada saat batuk/ bersin
e. Melakukan imunisasi lengkap
f. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik, memberikan ASI eksklusif pada bayi
g. Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin
h. Hentikan kebiasaan merokok
i. Dapatkan vaksinasi, baik vaksin MMR, Influenza, maupun pneumonia, dan
diskusikan dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan resiko dari
vaksinasi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis Ira, I., Ferusgel, 2019. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keberadaan
Perokok dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Silo
Bonto, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan . Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11, 166–173
Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka
Kabupaten Muna. Tersedia dalam http://ojs.uho.ac.id. Diakses tanggal 7
September 2023.
WHO, 2013. Tatalalaksana Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak :
Jakarta
Pitriani, K. S. (2020). Dasar Kesehatan Lingkungan. CV.Nas Media Pustaka.
Rosana,E.N. 2016. Faktor Resiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Blado1.
Tersedia dalam http://lib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 7 September 2023.
Sita, C.G., (2019) Hubungan pemberian kapsul vitamin A dengan kejadian ISPA
bagian atas pada balita di Puskesmas Satelit Bandar Lampung. Skripsi.
Universitas Lampung.
Harianja, P. T. (2018). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Balita
Penderita Ispa Nonpneumonia. Kabupaten Simalungun.
Pareza, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Ispa Dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Melati Lantai V Rsud Dr. Souekardjo
Tasikmalaya.
Zolanda, A. R. (2021). Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pada Balita Di Indonesia (Vol. 17(1)).

Anda mungkin juga menyukai