Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIV/AIDS

Oleh :

1. I Ketut Ari Sudewa (20089014005)


2. Ni Kadek Ayu Ayuni (20089014008)
3. Ni Made Ayu Ari Monica Maharani (20089014007)
4. Ida Bagus Putu Candra Adi Manuaba (20089014014)
5. Kadek Cindy Oktaviani (20089014015)
6. Ni Kadek Dani Arisanti (20089014016)
7. Kadek Ernita (20089014023)
8. Ni Luh Putu Evaliana (20089014024)
9. Kadek Hendra Guna Permana (20089014025)
10. Komang Onik Rasmini (20089014032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : HIV/AIDS

Hari/Tanggal : Rabu, 19 April 2023

Pukul : 08.00

Waktu : 40 menit

Sasaran : Masyarakat

Tempat : Desa Bungkulan, Banjar Dauh Munduk

A. Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi


virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS adalah sekumpulan
gejala penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah, 2014). Orang yang telah di
diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang tersebut
disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Diatmi dan Diah, 2014).
Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981,
namun kasus HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul selama tahun 1970-
an di Amerika Serikat dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, afrika,
dan eropa. (Dinas Kesehatan, 2014). UNAIDS (2017) menunjukkan terjadi
peningkatan jumlah orang yang menderita HIV dari 36,1 millyar di tahun
2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang memiliki tingkat prevalensi HIV/AIDS yang cukup
tinggi. Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun
1987. Kasus HIV/AIDS telah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota (80%)
di seluruh provinsi di Indonesia hingga saat ini (Ditjen P2P, 2016).
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Tahun 2016 jumlah kasus HIV dilaporkan sebanyak
41.250 kasus dan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sedikit meningkat
dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 7.491 kasus. Secara kumulatif, kasus
AIDS sampai dengan tahun 2016 sebanyak 86.780 kasus (Kementerian
Kesehatan RI, 2017). Persentase HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2017
tercatat dari triwulan 1 (yaitu dari bulan januari hingga Maret) dengan jumlah
kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Maret 2017 sebanyak
242.699 orang. Dan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan
Maret 2017 sebanyak 87.453 orang (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2017).
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi HIV/AIDS
yang cukup tinggi setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, dan
Jawa Tengah adalah provinsi Bali. Total Kasus HIV dan AIDS pada tahun
2016 di bali tercatat 2581 kasus baik yang hidup maupun yang telah
meninggal. Tahun 2017 yang tercatat hingga bulan juni, jumlah kasus HIV
dan AIDS mencapai 1291 kasus. Kabupaten/Kota di bali yang memiliki
jumlah penderita HIV dan AIDS terbanyak adalah kota Denpasar dengan
jumlah kumulatif yang tercatat dari tahun 1987 hingga bulan juli 2017
sebanyak 6764 (39,1%) total kasus HIV dan AIDS yang didominasi oleh
kelompok umur (20-29) tahun (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data teranyar orang terkena HIV atau odha di Indonesia
mencapai 519.158 orang per Juni 2022. Parahnya lagi, dalam laporan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) sekitar 1.188 anak di Indonesia positif HIV.
Data ini diperoleh selama Januari-Juni 2022.
Oleh karena itu kami membuat satuan acara penyuluhan ini adalah
untuk mengedukasi masyarakat terhadap penularan & pencegahan HIV/AIDS
sehingga masyarakat dapat mengetahui lebih dalam mengenai virus HIV/
AIDS.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit diharapkan peserta dapat


mengetahui dan memahami mengenai penularan dan pencegahan
HIV/AIDS

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan peserta penyuluhan dapat mengetahui dan


menjelaskan tentang :

a. Definisi HIV/AIDS.
b. Tanda Gejala HIV/AIDS.
c. Konsep penularan dan Cara penularan HIV/AIDS.
d. Pencegahan HIV/AIDS.
e. Pengobatan HIV/AIDS.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi Penyuluhan : (Terlampir)
2. Sasaran Penyuluhan : Masyarakat
3. Metode Penyuluhan : Ceramah Dan Diskusi
4. Waktu dan Tempat : 08.00/Desa Bungkulan,Banjar Dauh Munduk
5. Media dan Alat : Lefleat dan Lembar Bolak balik
6. Pengorganisasian :
a. Moderator : Kadek Cindy Oktaviani
b. Presenter : Kadek Ernita
c. Observer :- Ni Made Ayu Ari Monika Maharani
- Kadek Hendra Guna Permana
d. Fasilitator :
1) Ni Kadek Ayu Ayuni
2) Ida Bagus Putu Candra Adi Manuaba
3) Komang Onik Rasmini
e. Dokumentasi :
1) Ni Luh Putu Evaliana
2) I Ketut Ari Sudewa
f. Notulen : Ni Kadek Dani Arisanti

Setting tempat

Keterangan:
Moderator
Notulen
Presenter
Observer
Fasilitator
Dokumentasi

Peserta
D. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH RESPON PESERTA

1. 5 menit Pembukaan :
a. Membalas salam
a. Salam
b. Mendengarkan
b. Perkenalan
c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan respon
d. Kontrak waktu
e. Menggali pengetahuan peserta
2. 25 menit Inti :

a. Definisi HIV/AIDS. a. Menyimak materi

b. Tanda Gejala HIV/AIDS. b. Bertanya materi


yang belum jelas
c. Konsep penularan dan Cara
penularan HIV/AIDS.
d. Pencegahan HIV/AIDS.
e. Pengobatan HIV/AIDS.

Sesi diskusi (tanya – jawab)


Pembagian Doorprise untuk 3
peserta yang aktif.
3. 10 menit Penutup : a. Mendengarkan
b. Menjawab
1. Evaluasi
pertanyaan yang
2. Menyimpulkan
diberikan
3. Menutup penyuluhan

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan peserta penyuluhan


b. Kesiapan media pelaksanaan
c. Kesiapan penyaji
d. Kesiapan meteri penyaji
e. Kesiapan media (Leaflet dan Lembar balik)

2. Evaluasi Proses

a. Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan (individu)


b. Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab
c. Peserta memperhatikan materi yang di sampaikan
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan
b. 90% target peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.

F. Sumber Referensi

Astutik, E., Wahyuni, C. U., Manurung, I. F. E., & Ssekalembe, G.


(2021). Integrated model of a family approach and local support in
tuberculosis case finding efforts in people with HIV/AIDS. Kesmas:
National Public Health Journal, 16(4), 250– 256.
Marlinda, Y., & Azinar, M. (2017). Perilaku pencegahan penularan
HIV/AIDS. JHE (Journal of Health Education), 2(2), 185-193.
Nurwati, Nunung, and Binahayati Rusyidi. "Pengetahuan Remaja Terhadap
Hiv-Aid." Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. 5.3 (2019): 288-293
Sumartini, S., & Maretha, V. (2020). Efektifitas Peer Education Method
dalam Pencegahan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Remaja.

Yuliyanasari, N. (2018). Faktor Resiko yang Mempengaruhi Terjadinya


HIV/AIDS. Epidemiologi HIV/AIDS Host, Agent. Environmet,
G. Lampiran
1. Pengertian HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi


sel darah putih dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO,
2014 dalam Pusdatin Kemenkes, 2014). Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala kerusakan sistem kekebalan
tubuh bukan disebabkan oleh penyakit bawaan namun disebabkan oleh
infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
(Ovany et al., 2020).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang
tergolong familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV
pada penderita yang terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang
berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh (Satiti et al., 2019).
Akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV,
seseorang sangat rentan terhadap berbagai macam peradangan seperti
tuberkulosis, kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak dan
kanker. Stadium AIDS memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV)
untuk mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh, sehingga kesehatan
penderita dapat pulih kembali (Ramni et al., 2018).
Orang yang terkena virus HIV akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju virus, namun penyakit ini belum benar
– benar bisa disembuhkan. Penularan HIV dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan tubuh
tersebut (Wibowo & Marom, 2014).
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS
merupakan virus yang dapat menyerang system kekebalan tubuh manusia
yang akan menyebabkan seseorang lebih rentan terkena penyakit. Pada
stadium AIDS, virus HIV berkembang biak dalam limfosit yang terinfeksi
dan menghancurkan sel-sel ini, mengakibatkan kerusakan pada sistem
kekebalan dan penurunan sistem kekebalan secara bertahap, sedangkan
limfosit sendiri merupakan sel utama yang menjaga system kekebalan
tubuh untuk mengantisipasi masuknya penyakit kedalam tubuh.
2. Tanda & Gejala HIV/AIDS
Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

a. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan


b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
e. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala Minor :

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan


2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin Wanita
Adapun tahap-tahapan gejala HIV/AIDS (Periode Jendela) yaitu :

1. Tahap Awal
Tahap awal infeksi HIV tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala
yang benar-benar mencurigakan. Gejala awal infeksi HIV dapat
berlangsung selama dua sampai empat minggu setelah seseorang telah
terinfeksi. Seseorang yang mengidap gejala HIV mungkin mengeluh
sakit kepala parah dan terus-menerus disertai demam, pembengkakan
pada kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, kulit tampak kering,
gatal dan bersisik. Gejala ini dapat dikontrol dengan bantuan vaksin
AIDS yang belum sepenuhnya preventif sekalipun.
2. Tahap Pertengahan
Gejala ini berkembang setelah delapan atau sembilan tahun serangan
pertama dari virus. Virus terus menyerang dan menghancurkan
limfosit sehingga menghambat produksi sel darah putih baru, yang
dapat menyebabkan infeksi ringan atau kronis seperti penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan, mencret, batuk disertai sesak napas.

3. Tahap Akhir
Tahapan terbaru infeksi terjadi hanya setelah sepuluh tahun dari gejala
pertama. Gejala-gejala pada tahap ini dapat diartikan sebagai AIDS, di
mana ada penurunan jumlah limfosit dan sistem kekebalan tubuh yang
benar-benar hancur. Pada tahap ini individu yang terkena mungkin
mengalami rasa menggigil dengan demam yang sangat tinggi hingga
40º C, berkeringat di malam hari, penglihatan kabur, sakit kepala
kronis dan diare, dan bintik-bintik putih di lidah dan mulut. Individu
juga mungkin terlihat benar-benar lelah dan tanda-tanda penurunan
berat badan menjadi jelas. Tahap ini juga dapat mengarah pada
perkembangan kanker seperti kanker serviks, limfoma dan sarkoma
kaposi. Tingkat kelangsungan hidup dari tahap ini sangat jarang terjadi
karena sebagian besar mengarah pada kematian individu yang terkena
dampak

3. Konsep Penularan & Cara Penularan HIV/AIDS


Konsep penularan HIV/AIDS adalah konsep E.S.S.E, yaitu:
a. Exit : Ada jalan keluar virus dari tubuh penderita HIV/AIDS
(luka, cairan kelamin, Asi).
b. Sufficient : Jumlah virus yang keluar harus cukup untuk
mampu menginfeksi manusia yang lain.
c. Survival : Kemampuan virus untuk bertahan hidup sampai
dapat menginfeksi orang lain.
d. Entry : Ada jalan masuk kedalam tubuh yang akan di infeksi.
Menurut Widoyono (2011), penyakit ini menular melalui
berbagai cara antara lain, melalui cairan tubuh, seperti darah, cairan
genetalia, dan ASI. HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan
keringat. Pria yang sudah sirkumsisi memiliki resiko HIV yang lebih
kecil dibandingkan dengan pria yang tidak sirkumsisi. Selain melalui
cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:
a. Ibu Hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI).
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui asi ASI dilaporkan lebih dari
sepertiga
4) Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI
adalah 11-29%
5) Bayi normal dengan Ibu HIV bisa memperoleh antibody
HIV dari ibunya selama 6-15 bulan
b. Jarum Suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui
jarum
suntik karena penyalahgunaan obat.

c. Transfuse Darah
1) Resiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan Seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan
intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir
– akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk menggunakan pengaman saat
berhubungan intim.
4. Cara Pencegahan HIV/AIDS

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi
HIV. Namun, penularan HIV dapat dicegah dengan konsep
“ ABCDE” , yakni:

• A (Abstinence)
Bagi yang belum menikah, tidak melakukan hubungan seks di luar
nikah adalah langkah yang paling tepat untuk menghindari paparan
HIV.
• B (Be Faithful)
Bersikaplah saling setia kepada satu pasangan seks. Hindari
perilaku berganti-ganti pasangan untuk meminimalisir
kemungkinan penularan HIV.
• C (Condom)
Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik melalui
vagina maupun melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas,
pastikan memilih pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom
dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat
membuat kondom bocor.
• D (Drug No)
Menghindari penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik,
bisa mencegah seseorang terinfeksi HIV. Selain itu, menghindari
berbagi pakai jarum suntik juga dapat mencegah infeksi virus
hepatitis B.
• E (Education)
Pemberian informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan, dan pengobatannya, dapat membantu mencegah
penularan HIV di masyarakat.
5. Pengobatan HIV/AIDS

1. Farmakologi
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan
infeksi HIV perlu dilakukan. pencegahan berarti tidak kontak
dengan cairan tubuh yang tercemar HIV.
a. Pengendalian infeksi oportunistik
bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi oportunistik, nosocomial, atau sepsis. tindakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien di lingkungan perawat kritis.

b. Terapi AZT obat ini menghambat replikasi antiviral human


immunodeficiency virus dengan menghambat enzim pembalik
traskiptase.

c. Terapi antivirus baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun


dengan menghambat replikasi virus/ memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. vaksin dan rekonstruksi virus upaya rekontruksi
imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawat kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan enelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi HIV.
2. Non Farmakologi
A. Fisik
Aspek fisik pada PHIV adalah pemenuhan kebutuhan
fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi.
Aspek perawat fisik meliputi:
1) Universal pricautions
universal precautions adalah tindakanpengendalian
infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien setiap saat,pada semua tempat
pelayanan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.
selama sakit, penerapan universal precautions oleh perawat,
keluarga, dan pasien sendiri sangat penting. hal ini di tunjukkan
untukmencegah terjadinya penularan virus HIV.
Prinsip prinsip universal precautions meliputi:
a. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh, bila
mengenai cairan tubuh pasien menggunakan alat
pelindung,seperti sarung tangan, masker, kaca mata pelindung,
penutup kepala, apron dan sepatu boot. penggunaan alat
pelindung di sesuaikan dengan jenis tindakan yang di lakukan.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
termasuk setelah melepas sarung tangan.
c. Dekontaminasi cairan tubuh klien
d. Memakai alat sekali pakai dan mensterilisasiakan semua alat
yang di pakai.
2) Peran Perawat dan Pemberian ARV
Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombiasi adalah:
a. Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi.
b. Meningkatkan efektifitas dan lebih menekankan aktivitas
virus. bila timbul efek samping, bisa diganti dengan obat
lainnya, dan bila virus mulai rasisten terhadap obat yang
sedang digunakan bisa memakai kombinasilain.
Efektivitas obat ARV kombinasi :

a) ARV kombinasi lebih efekti karena


memiliki khasiat ARV yang lebih tinggi
dan menurunkan viral load lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan satu
jenis obat saja
b) Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil,
akan tetapi bila pasien minum obat dapat
menimbulkan terjadinya resistensi.
c) Kombinasi menyebabkan dosismasing
masing obat lebih kecil, sehingg
kemungkinan efek samping lebih kecil.

3) Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/aids sangat membutuhkan vitamin dan
mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari yang
biasanya diperoleh dalam makanan sehari hari. sebagaian
besar ODHA akan mengalami definisi vitamin sehingga
memerlukan

makanan tambahan. HIV menyebabkan hilangnya nafsu


makan dan gangguan penyerapan nutrient. Hal ini
berhubungan dengan penurunannya atau habisnya
cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Definisi
vitamin dan mineral pada ODHA dimulai sejak masih
dalam stadium dini. Walaupun jumlah makanan odha
sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat, tetapi akan
tetap terjadi defisiensi vitamin dan mineral
4) Aktifitas dan istirahat
Manfaat olahraga terhadap imunitas tubuh, hampir semua
organ merespons stress olahraga. pada keadaan akut,
olahraga akan berefek buruk pada kesehatan, olahraga
yang dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi
organ tubuh yang berefekmenyehatkan
5) Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh
a. Perubahan system tubuh
b. Sistem pilmoner
c. Metabolisme
6) Psikologis
Mekanisme koping tebentuk melalui proses dan
mengingat. belajar yang dimaksud adalah kemampuan
menyesuaikan diri pada pengaruh interal dan exsternal.
7) Sosial
Dukungan social sangat diperlukan PHIV yang kondisinya
sudah angat parah. individu yang termasuk dalam dan
memberikan dukungan social meliputi pasangan, orang tu,
anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan
konselor.

Anda mungkin juga menyukai