HIV/AIDS
Oleh :
Pukul : 08.00
Waktu : 40 menit
Sasaran : Masyarakat
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Definisi HIV/AIDS.
b. Tanda Gejala HIV/AIDS.
c. Konsep penularan dan Cara penularan HIV/AIDS.
d. Pencegahan HIV/AIDS.
e. Pengobatan HIV/AIDS.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi Penyuluhan : (Terlampir)
2. Sasaran Penyuluhan : Masyarakat
3. Metode Penyuluhan : Ceramah Dan Diskusi
4. Waktu dan Tempat : 08.00/Desa Bungkulan,Banjar Dauh Munduk
5. Media dan Alat : Lefleat dan Lembar Bolak balik
6. Pengorganisasian :
a. Moderator : Kadek Cindy Oktaviani
b. Presenter : Kadek Ernita
c. Observer :- Ni Made Ayu Ari Monika Maharani
- Kadek Hendra Guna Permana
d. Fasilitator :
1) Ni Kadek Ayu Ayuni
2) Ida Bagus Putu Candra Adi Manuaba
3) Komang Onik Rasmini
e. Dokumentasi :
1) Ni Luh Putu Evaliana
2) I Ketut Ari Sudewa
f. Notulen : Ni Kadek Dani Arisanti
Setting tempat
Keterangan:
Moderator
Notulen
Presenter
Observer
Fasilitator
Dokumentasi
Peserta
D. Kegiatan Penyuluhan
1. 5 menit Pembukaan :
a. Membalas salam
a. Salam
b. Mendengarkan
b. Perkenalan
c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan respon
d. Kontrak waktu
e. Menggali pengetahuan peserta
2. 25 menit Inti :
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
F. Sumber Referensi
1. Tahap Awal
Tahap awal infeksi HIV tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala
yang benar-benar mencurigakan. Gejala awal infeksi HIV dapat
berlangsung selama dua sampai empat minggu setelah seseorang telah
terinfeksi. Seseorang yang mengidap gejala HIV mungkin mengeluh
sakit kepala parah dan terus-menerus disertai demam, pembengkakan
pada kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, kulit tampak kering,
gatal dan bersisik. Gejala ini dapat dikontrol dengan bantuan vaksin
AIDS yang belum sepenuhnya preventif sekalipun.
2. Tahap Pertengahan
Gejala ini berkembang setelah delapan atau sembilan tahun serangan
pertama dari virus. Virus terus menyerang dan menghancurkan
limfosit sehingga menghambat produksi sel darah putih baru, yang
dapat menyebabkan infeksi ringan atau kronis seperti penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan, mencret, batuk disertai sesak napas.
3. Tahap Akhir
Tahapan terbaru infeksi terjadi hanya setelah sepuluh tahun dari gejala
pertama. Gejala-gejala pada tahap ini dapat diartikan sebagai AIDS, di
mana ada penurunan jumlah limfosit dan sistem kekebalan tubuh yang
benar-benar hancur. Pada tahap ini individu yang terkena mungkin
mengalami rasa menggigil dengan demam yang sangat tinggi hingga
40º C, berkeringat di malam hari, penglihatan kabur, sakit kepala
kronis dan diare, dan bintik-bintik putih di lidah dan mulut. Individu
juga mungkin terlihat benar-benar lelah dan tanda-tanda penurunan
berat badan menjadi jelas. Tahap ini juga dapat mengarah pada
perkembangan kanker seperti kanker serviks, limfoma dan sarkoma
kaposi. Tingkat kelangsungan hidup dari tahap ini sangat jarang terjadi
karena sebagian besar mengarah pada kematian individu yang terkena
dampak
c. Transfuse Darah
1) Resiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan Seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan
intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir
– akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk menggunakan pengaman saat
berhubungan intim.
4. Cara Pencegahan HIV/AIDS
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi
HIV. Namun, penularan HIV dapat dicegah dengan konsep
“ ABCDE” , yakni:
• A (Abstinence)
Bagi yang belum menikah, tidak melakukan hubungan seks di luar
nikah adalah langkah yang paling tepat untuk menghindari paparan
HIV.
• B (Be Faithful)
Bersikaplah saling setia kepada satu pasangan seks. Hindari
perilaku berganti-ganti pasangan untuk meminimalisir
kemungkinan penularan HIV.
• C (Condom)
Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik melalui
vagina maupun melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas,
pastikan memilih pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom
dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat
membuat kondom bocor.
• D (Drug No)
Menghindari penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik,
bisa mencegah seseorang terinfeksi HIV. Selain itu, menghindari
berbagi pakai jarum suntik juga dapat mencegah infeksi virus
hepatitis B.
• E (Education)
Pemberian informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan, dan pengobatannya, dapat membantu mencegah
penularan HIV di masyarakat.
5. Pengobatan HIV/AIDS
1. Farmakologi
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan
infeksi HIV perlu dilakukan. pencegahan berarti tidak kontak
dengan cairan tubuh yang tercemar HIV.
a. Pengendalian infeksi oportunistik
bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi oportunistik, nosocomial, atau sepsis. tindakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien di lingkungan perawat kritis.
3) Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/aids sangat membutuhkan vitamin dan
mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari yang
biasanya diperoleh dalam makanan sehari hari. sebagaian
besar ODHA akan mengalami definisi vitamin sehingga
memerlukan