Anda di halaman 1dari 10

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

“PENCEGAHAN DAN POPULASI HIV/AIDS”

Disusun oleh :
Kelompok 4

1. Amelza Pramita (1710142010002)


2. Dwi Indah Lestari (1710142010005)
3. Fitra Suci Ayuni Titania (1710142010008)
4. Livia Permata Gita (1710142010012)
5. Mesi Kartika Sari (1710142010016)
6. Rahmat Besli Permata (1710142010026)
7. Rahmi Adiati Angina (1710142010027)
8. Ririn Sovia (1710142010034)
9. Tesya Nandra Cimberly (1710142010039)
10. Zainul Efina (1710142010044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2018/2019


SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Pendidikan dan Promosi Kesehatan HIV

B. Sub Topik : “Pencegahan dan Populasi Resiko Tinggi HIV/AIDS”

C. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendengar penyuluhan, yang dilakukan di Sekolah
Menengah Atas 02 Bukittinggi Dalam memahami tentang pencegahan,
penularan serta populasi resiko tinggi HIV
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan , peserta penyuluhan dapat:
1) Menjelaskan apa pengertian dari HIV
2) Menyebutkan cara pencegahan HIV
3) Menjelaskan siapa saja yang memiliki resiko tinggi terhadap HIV
E. Perencananan Penyuluhan
Waktu : 09.00 – 09.30
Hari/Tanggal : SELASA , 09 APRIL 2019
Tempat : SMA 02 Bukittinggi
Sasaran : Siswa dan Siswi Usia Remaja

Metode : Ceramah dan diskusi


Media : PPT, leaflet

Anggota : 1. Penyaji Materi :


2. Fasilitator :
3. moderator :
4. Observer :
5. Dokumentasi :
6. operator :

E. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu

Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 2


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan menit
3. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 10
a. Pengertian HIV
2. Menanyakan Diskusi menit
b. Cara pencegahan
HIV materi yang
c. Populasi resiko
belum
tertinggi HIV
dimengerti
Penutup 1. Sesi Tanya jawab dan 1. Menjawab Tanya 5
evaluasi pertanyaan jawab menit
2. Menutup penyuluhan 2. Menjawab salam (diskusi)
(salam)

F. Materi Penuyuluhan ( Terlampir)


1. Pengertian Hiv
2. Pencegahan Hiv
3. Populasi resiko tinggi terhadap Hiv
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan peserta penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan
c) Kesiapan penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (Alat peraga dan ppt)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan (individu)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab
c) Peserta memperhatikan materi yang disampaikan
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b) 85% target peserta bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.

H. Setting Tempat

Note
= Moderator
= Penyaji Materi

V
= Siswa dan Siswi
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit.HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan
yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini
juga akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup
dengan normal. Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap
HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus
HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.

B. Pencegahan Dan Penularan HIV/AIDS

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya agar orang
sehat tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer
merupakan hal yang paling penting, terutama dalam merubah perilaku.

Ada 3 pola penyebaran virus HIV, yakni :


a. Melalui hubungan seksual.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seks pria ke wanita, wanita ke
pria maupun pria ke pria. Hubungan melalui seks ini dapat tertular melalui
cairan tubuh penderita HIV yakni cairan mani, cairan vagina dan darah.
Upaya pencegahannya adalah dengan cara, tidak melakukan hubungan
seksual bagi orang yang belum menikah, dan melakukan hubungan seks
hanya dengan satu pasangan saja yang setia dan tidak terinfeksi HIV atau
tidak berganti-ganti pasangan. Juga mengurangi jumlah pasangan seks
sesedikit mungkin. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko
tinggi menular AIDS serta menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seksual dengan kelompok risiko tinggi tertular AIDS dan
pengidap HIV.
b. Melalui darah.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara transfusi yang
mengandung HIV, penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya
(akupuntur, tato, tindik) bekas digunakan orang yang mengidap HIV tanpa
disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pisau cukur, gunting kuku, atau
sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Upaya pencegahannya dengan cara, darah yang digunakan untuk
transfusi diusahakan terbebas dari HIV dengan memeriksa darah donor.
Pencegahan penyebaran melalui darah dan donor darah dilakukan dengan
skrining adanya antibodi HIV, demikian pula semua organ yang akan
didonorkan, serta menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan
invasif lainnya yang kurang perlu.
Upaya lainnya adalah mensterilisasikan alat-alat (jarum suntik,
maupun alat tusuk lainnya) yang telah digunakan, serta mensterilisasikan
alat-alat yang tercemar oleh cairan tubuh penderita AIDS. Kelompok
penyalahgunaan narkotika harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat
ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan menggunakan jarum
suntik bersamaan. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable).
c. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih berada dalam
kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan serta pada
saat menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah
terinfeksi pada saat mengandung maka ada kemungkinan bayi yang
dilahirkan sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap
menyusui anaknya sekalipun HIV.
Bayi yang tidak diberikan ASI berisiko lebih besar tertular penyakit
lain atau menjadi kurang gizi. Bila ibu yang menderita HIV tersebut
mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan
kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat pengobatan.

WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan vertikal


dari ibu kepada anak yaitu dengan cara mencegah jangan sampai wanita
terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah terinfeksi HIV/AIDS mengusahakan
supaya tidak terjadi kehamilan, bila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya
tidak menular dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi diberikan
dukungan serta perawatan bagi ODHA dan keluarganya.

2. Pencegahan Skunder
Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara
progresif sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat
berakhir pada kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat
maupun vaksin yang efektif. sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi
dalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat
simptomatik dan pemberian vitamin.
b. Pengobatan infeksi opurtunistik merupakan pengobatan untuk mengatasi
berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. 28
Jenis-jenis mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder adalah protozoa
(Pneumocystis carinii, Toxoplasma, dan Cryptotosporidium), jamur
(Kandidiasis), virus (Herpes, cytomegalovirus/CMV, Papovirus) dan
bakteri (Mycobacterium TBC, Mycobacterium ovium intra cellular,
Streptococcus, dll). Penanganan terhadap infeksi opurtunistik ini
disesuaikan dengan jenis mikroorganisme penyebabnya dan diberikan
terus-menerus.
Pengobatan antiretroviral (ARV), ARV bekerja langsung menghambat enzim
reverse transcriptase atau menghambat kinerja enzim protease. Pengobatan
ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup, menjadikan infeksi
opurtunistik Universitas Sumatera Utara menjadi jarang dan lebih mudah
diatasi sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini, tetapi ARV belum
dapat menyembuhkan pasien HIV/AIDS ataupun membunuh HIV

3. Pencegahan Tersier

ODHA perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar


penderita dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mungkin.
Misalnya :

a. Memperbolehkannya untuk membicarakan hal-hal tertentu dan


mengungkapkan perasaannya.
b. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau
mengenang masa lalu yang indah.
c. Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya.
d. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain.
Selain itu perlu diberikan perawatan paliatif (bagi pasien yang tidak dapat
disembuhkan atau sedang dalam tahap terminal) yang mencakup, pemberian
kenyamanan (seperti relaksasi dan distraksi, menjaga pasien tetap bersih dan
kering, memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien atau
keluarga), pengelolaan nyeri (bisa dilakukan dengan teknik relaksasi,
pemijatan, distraksi, meditasi, maupun pengobatan antinyeri), persiapan
menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang keadaan
penderita, dan bantuan mempersiapkan pemakaman.
C. Populasi Resiko Tinggi HIV/AIDS
HIV/AIDS patut diwaspadai tapi bukan untuk dihindari. Jangan sampai
karena ketakutan yang belebihan Anda justru buta informasi. Agar Anda tidak
selalu merasa cemas, berikut adalah 7 orang yang berisiko tinggi tertular virus
HIV:
1. Pekerja Seks Komersial
Virus HIV menular melalui cairan tubuh, salah satunya adalah sperma
dan cairan vagina. Seorang pekerja seks komersial mengharuskan dirinya
berganti-ganti pasangan. Perilaku ini sangat rentan untuk tertular HIV AIDS.
Perilaku berganti-ganti pasangan atau seks bebas adalah perilaku berisiko
tinggi. Jika Anda khawatir untuk terkena HIV AIDS maka jauhilah perilaku
seperti ini.
2. Pemakai Narkoba
Pemakaian narkoba dan zat psikotropika lainnya menjadi salah satu cara
penularan HIV AIDS. Salah satunya adalah karena pemakaian jarum suntik
secara bersama-sama. Narkoba sudah pasti merusak jiwa dan raga. Ditambah
risiko tertular HIV AIDS yang menyertainya, maka sebaiknya Anda jauh-jauh
menghindarinya.
3. Perilaku Seks Bebas
Istilah seks bebas tentu mengacu pada perilaku seks ke pada lebih dari satu
pasangan. Entah itu dengan pekerja seks komersial atau bukan, perilaku seks
bebas atau berganti-ganti pasangan sama tinggi risiko. Untuk itu, setialah pada
pasangan Anda.
4. Orang yang Memiliki Orientasi Seks Sesama Jenis
Selain dilarang oleh agama dan menentang nilai-nilai moral yang berlaku
di masyarakat, perilaku seks pecinta sesama jenis juga berisiko menularkan
HIV AIDS. Tingkatkan keimanan dan ketakwaan untuk menghindari godaan.
Serta jangan lupa, isi pikiran dan kegiatan dengan hal-hal positif.
5. Mendapat Tranfusi Darah yang Tercemar HIV
Ada banyak prosedur yang harus dilewati ketika seseorang akan
mendonorkan darahnya atau menerima tranfusi darah. Pastikan Anda hanya
menerima tranfusi darah dari lembaga yang sudah teruji, seperti PMI. Anda
juga disarankan tidak sembarangan melakukan donor darah kecuali yang
diadakan oleh lembaga-lembaga kesehatan yang resmi.
6. Ibu Hamil yang Menularkan Virus kepada Bayinya
Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang positif HIV sudah pasti bayi
tersebut tertular virus HIV. Akan tetapi, bukan berarti bayi tersebut tidak
memiliki harapan hidup. Pastikan ibu memperoleh obat secara rutin. Pastikan
pula bayi tetap mendapatkan ASI. Sang ibu bisa didampingi untuk bisa
memberikan ASI dan mengurus bayinya.
7. Orang yang Bekerja di Lingkungan Penderita HIV AIDS
Siapa bilang tenaga kesehatan bisa luput tertular HIV AIDS. Seorang
dokter, suster, perawat, atau pekerja rumah sakit rentan tertular HIV AIDS
karena tuntutan pekerjaan mengharuskan mereka berada di lingkungan orang
yang terjangkit virus HIV AIDS. Dengan mengikuti SOP yang benar maka
risiko tersebut bisa jauh diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai