Penularan HIV/AIDS)
Dosen Pembimbing :
Sri Maryuni,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Setelah melakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan masyarakat dapat mengerti dan
memahami tentang pencegahan primer pada hiv.
III. SASARAN
Masyarakat Desa Suka Damai
IV. MATERI ( TERLAMPIR)
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
3. Penularan HIV/AIDS
4. Tanda dan Gejala Klinis Penderita HIV/AIDS
5. Pencegahan HIV/AIDS
6. Penatlaksanaan HIV/AIDS
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Power Point
2. Leaflet
X. Job Description
1) Moderator
a. Membuka acara dengan mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri dan anggota
c. Menyebutkan materi yang akan disampaikan
d. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
e. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
f. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
g. Menutup acara dengan mengucapkan salam dan terimakasih
2) Fasilitator
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
b. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
3) Penyaji
a. Menggali kemampuan dan pengalaman mengenai topik yang dibicarakan.
b. Menyampaikan materi
c. Menjawab pertanyaan
4) Masyarakat
a. Memperhatikan dan memahami penjelasan dari penyaji
b. Mengajukan pertanyaan dari materi yang belum dipahami
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan
penyebab dasar AIDS.
HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang dapat menurunkan kekebalan
tubuh (BKKBN, 2007). Menurut Depkes RI (2008) menyatakan bahwa HIV adalah sejenis retro
virus-RNA yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. HIV/AIDS adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia
&Wilson, 2005).
AIDS adalah kehilangan kekebalan tubuh manusia karena dirusak oleh virus HIV. Akibat
kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering
sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limpoma yang hanya menyerang
otak (Djuanda, 2007).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS adalah suatu syndrom atau
kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat penurunan dan kekebalan tubuh yang didapat atau
tertular atau terinfeksi virus HIV.
B. Penyebab HIV/AIDS
Penyebab HIV AIDS diawali dengan tubuh yang terkena virus HIV. Human immunodeficiency
virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel kekebalan yang disebut sel CD4, yang merupakan
jenis sel T. Ini adalah sel darah putih yang bergerak di sekitar tubuh, mendeteksi kesalahan dan
anomali dalam sel serta infeksi. Ketika HIV menargetkan dan menginfiltrasi sel-sel ini, ia
mengurangi kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit lain. Segera setelah seseorang tertular
HIV, ia mulai bereproduksi dalam tubuh. Sistem kekebalan seseorang bereaksi terhadap antigen
(bagian dari virus) dengan memproduksi antibodi (sel yang melawan virus). Kebanyakan orang
mengembangkan antibodi HIV yang terdeteksi dalam waktu 23 hingga 90 hari setelah infeksi.
Penyebab HIV AIDS pada akhirnya berkembang menjadi tingkat lanjutan. AIDS merupakan
tingkat lanjutan dari HIV di mana ketika sistem kekebalan tubuh berhenti bekerja karena HIV.
Seseorang tidak dapat tertular AIDS jika mereka tidak tertular HIV. Setelah infeksi HIV
berkembang menjadi AIDS, infeksi dan kanker menimbulkan risiko yang lebih besar. Orang
sehat memiliki jumlah CD4 500 hingga 1.500 per milimeter kubik. Tanpa pengobatan, HIV terus
bertambah banyak dan menghancurkan sel CD4. Jika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200,
ia akan menderita AIDS.
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu:
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang
yang telah terinfeksi HIV.
Hubungan seks yang melibatkan penetrasi vaginal (penis ke vagina) atau penetrasi anus (penis ke
dubur) tanpa menggunakan kondom merupakan cara penularan HIV/AIDS yang paling umum.
Penularan virus HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani, cairan
vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV. Cairan tersebut bisa dengan
mudah menginfeksi tubuh orang lain ketika ada luka terbuka atau lecet pada alat kelamin.
Penularan dari seks vaginal paling umum terjadi pada kelompok pasangan heteroseksual,
sedangkan seks anal lebih berisiko menularkan HIV pada kelompok pasangan homoseksual.
Oleh sebab itu, penting untuk selalu melindungi diri Anda dengan menggunakan kondom saat
melakukan aktivitas seksual apa pun. Kondom dapat mencegah penularan HIV karena
menghalangi masuknya virus pada cairan sperma atau vagina.
Menggunakan jarum suntik bekas secara bergantian juga termasuk cara penularan HIV/AIDS
yang umum. Risiko ini tinggi khususnya di kalangan pengguna narkoba suntik. Jarum yang telah
digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut terinfeksi HIV,
darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum
selanjutnya melalui luka bekas suntikan. Virus HIV nyatanya dapat hidup di dalam jarum suntik
selama 42 hari setelah kontak pertama kali tergantung pada suhu dan faktor lainnya. Ada
kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara penularan HIV kepada banyak
orang yang berbeda. Maka dari itu, pastikan untuk selalu minta peralatan seperti jarum atau alat
kesehatan lainnya yang masih dalam kemasan baru tersegel dan belum pernah dipakai
sebelumnya.
Transfusi darah langsung dari donor darah yang terinfeksi berisiko tinggi untuk menularkan virus
HIV. Namun, penularan virus HIV melalui donor darah dan cangkok organ termasuk kurang
umum. Pasalnya, ada seleksi yang cukup ketat bagi calon pendonor sebelum melakukan donor
darah. Pendonor darah atau organ biasanya menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, termasuk tes
darah HIV. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penularan HIV dengan cara donor organ dan
darah. Risiko lolosnya darah yang terinfeksi HIV hingga digunakan untuk transfusi sebenarnya
kecil. Ini karena pendonor darah dan organ cangkok wajib melalui proses seleksi yang ketat.
Jadi, transfusi darah yang diterima dan nantinya diberikan kepada orang yang membutuhkan
darah sebenarnya aman. Jika ternyata ada satu saja donasi yang terlambat diketahui positif, darah
akan langsung dibuang sementara organ calon pencangkokan juga tidak akan dipakai.
Sayangnya, beberapa negara berkembang mungkin tidak memiliki teknologi atau peralatan
terkait untuk menguji semua darah dan mencegah penularan HIV/AIDS. Mungkin ada beberapa
sampel sumbangan produk darah yang telah diterima ternyata mengandung HIV. Untungnya,
kejadian ini terhitung langka.
4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau
melalui air susu ibu (ASI)
Ibu hamil yang terjangkit HIV sebelum maupun selama masa kehamilan dapat menularkan
infeksi kepada bayinya lewat tali plasenta di dalam kandungan. Risiko penularan virus HIV dari
ibu ke bayi juga dapat terjadi selama proses persalinan, baik melahirkan normal maupun operasi
caesar. Di sisi lain, Ibu dengan HIV yang menyusui juga bisa menularkan virus pada bayi
melalui ASI. Atas dasar itulah, tantangan bagi ibu menyusui yang mengidap HIV yakni dilaran
memberikan ASI kepada bayinya. Selain itu, penularan juga dapat terjadi pada bayi melalui
makanan yang dikunyahkan oleh ibu atau perawat yang terinfeksi HIV, meski risikonya
sangatlah rendah. Sebagai upaya menghindari penyebaran HIV dari ibu ke bayi, penting untuk
selalu berkonsultasi ke dokter saat sedang merencanakan kehamilan. Apabila HIV pada ibu bisa
dideteksi sejak awal, penularan ke bayi bisa dicegah dengan minum obat secara rutin.
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan,
berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam
renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
D. Tanda dan Gejala Klinis Penderita HIV/AIDS
Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki-laki
homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%), tetapi jarang pada orang dewasa lain
(kurang dari 2%) dan sangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah
kekuningan di kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah muda, sampai
merah coklat. Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat malam
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup nyeri kepala,
berkurangnya ingatan jangka pendek,kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan
perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non produktif, rasa lemah, dan
sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup gangguan daya ingat,
sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis
dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta malignasi. Infeksi
oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan
mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
E. Pencegahan HIV/AIDS
Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Baik pelaku
maupun penerima seks anal berisiko untuk tertular HIV, namun penerima seks anal memiliki
risiko tertular lebih tinggi. Karena itu disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman,
serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.
Pencegahan HIV yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum secara bergantian.
Selalu perhatikan penggunaan jarum yang steril jika kamu berniat untuk membuat tato atau pun
tindik.
3. Menggunakan kondom
Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu bahwa pasangan
memiliki HIV. HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke dalam tubuh, juga
melalui hubungan seksual. Ketika berhubungan seksual, lindungi diri dengan alat pengaman
ekstra untuk mencegah kemungkinan terjadinya alat pengaman/kondom yang robek dan lain
sebagainya.
Jika bekerja dengan pasien HIV, pastikan kamu melindungi diri dengan sangat hati-hati.
Pencegahan HIV yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menggunakan pakaian yang diwajibkan
oleh rumah sakit dan hati-hati dengan segala luka terbuka yang dimiliki. Terutama jika luka
terbukamu akan bersentuhan atau terkena kontak dengan pasien HIV. Karena virus tersebut bisa
menular melalui luka yang terbuka.
5. Lakukan vaksin
Pencegahan HIV yang kelima adalah melakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta
melakukan tes secara teratur sangat baik untuk melindungi diri dari HIV.
PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka
yang berisiko tinggi tertular HIV. Yaitu mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual,
memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan
terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman.
F. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk
menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini
harus diminum sepanjang hidup.
Tujuan utama dalam manajemen HIV/AID Sadalah untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas. Pengobatan diperlukan untuk menekan replica sivirus, mengatasi penyakit penyerta
(jamur,TBC,hepatitis,toksoplasma,sarkomakaposi,limfoma,kankerserviks) serta pengobatan
mendukung seperti gizi,gayahidup,dan terapi spsikososial.
Anjuran WHO:
a. Sebuah pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
b. Program penyuluhan sebaya (rekangroke atasmendidikion) untuk berbagai kelompok
sasaran
c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
d. paket pencegahan komprehensif bagi pengguna narkoba termasuk program penggandaan
jarum suntik steril
e. Program pendidikan agama dan pelatihan ketrampilan hidup ,layanan pengobatan infeksi
menular seksual(IMS),promosi kondom dilokalisasi sukadip antipijat
f. Pengadaan tempat-tempa tuntuk tes HIV dan konseling,dukungan untuk anak jalanan dan
pengerantasan prostitusianak,integrasi program pencegahan dan perawatan dan tidak
dukungan ODHA.
g. Program pencegahan penyaluran HIV dari ibu keanak dengan pemberiaan obat ARV
Pengobatan yang diberikan bagi orang yang terkena HIV yaitu dapat diberikan obat anti
Virus. Ada 2 jenis obat yang dapat diberikan bagi orang yang terinfeksi HIV yaitu
analognukleotida yang berfungsi untuk mencegah aktifitas membalik transcriptase seperti
timidin AZT, dideoksinosin dan dideoksisitidin yang dapat mengurangika darRNA HIV dalam
plasma. Biasanya obat-obat tersebut tidak berhasil dalam dihentikan kemajuan penyakit oleh
karena munculnya bentuk mutasi membaliktranskiptase yang menolak terhadap obat. Selain itu
ada juga penghambat protease virus yang sekarang digunakan untuk mencegah proses protein
prekusor menjad sayakapsid virus matangdan tidak proteininti. Selain itu dapat dilakukan
antiretroviral terapi yang sering dikenal dengan sangat aktif antiretroviral terapi(HAART) untuk
menghambat HIV.
Pengobatan ini diharapkan mampu menghambat progresivitas infeksi HIV untuk menjadi AIDS
dan penyalurannya terhadap orang lain SENI dibagi dalam doakategori yaitu:
Stadion IV menurut kriteria WHO (AIDS) tanpa memperhatikan hitung CD4 Stadion AKU AKU
AKU menurut kriteria WHO dengan CD4<350 sel/mm Stadion SAYA-II menurut kriteria WHO
dengan CD4≤ 200 sel/mm
2. Tidak ada perhitungan CD4 Stadion IV menurut WHO tanpa memperhatikan TLC Stadion
AKU AKU AKU menurut WHO tanpa memperhatikan TLC Stadionium II dengan TLC≤
1200sel/mm
Pemberian SENI ini tergantung pada tingkat progresivitas masing-masing penderita. Terapi
kombinasi SENI mampu menekan replikasi virus sampai tidak terdeteksi oleh PCR. Pada kondisi
ini penekanan virus berlangsung efektif mencegah munculnya virus yang menolak terhadap obat
dan memperlambat progersifitas penyakit. Karena itu terapi skombinasi SENI harus mengguna
kandosis dan jadwal yang tepat. Jadi tujuan utama dari terapisanti Virus ini adalah untuk
penekanan secara maksimum dan berkelanjutan jumlah virus, pemulihan atau
pemeliharaan(ataukeduanya),fungsiimunologi,perbaikan kualitas hidup dan pengurangan
morbiditas dan kematian HIV.
Terapi ARV
Tujuan terapis : mencapai supresi maksimum terhadap replikasi HIV, meningkatkan CD4
limfosit,perbaiki kualitas hidup.
IndikasiARV:
a. Sebuah HIVstadionSayadanIIdenganCD4<350
b. HIV stadion AKU AKU AKU tanpa memperhatikan CD4
c. Tanpa melihat CD4:HIV+TB/kehamilan/hepatitis Bkronis, pasangan serodiskordan,
populasi kunci (penjajaseks, pengguna narkoba suntik priahomo seksual)
d. Indikasinon-medis: kesiapan pasien.
- penurunanCD4>100/tahun
- CD4<17%
- Virusmemuat>100.000kopi/ml
- ibu hamil