Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KENALI & WASPADAI DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD)

Kelompok :
1. Fatma Ayu Pradhita (21142010011)
2. Ervina Rizki Wulan S (21142010010)
3. Pujiani (211420100)12
4. Ata Robicha Dakiya (21142010022)
5. Safira Oktaviana (21142010029)

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES RAJEKWESI
BOJONEGORO
2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Kenali & Waspadai Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sasaran : Pasien Anak di ruang Nusa Indah

Target : Pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui bila terjangkit Dbd

Hari/Tanggal : Rabu tanggal 7 Februari 2024

Waktu : 30 Menit

Tempat : Ruang Nusa Indah RSUD Padangan

Penyuluh : Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Rajekwesi Bojonegoro

1. Fatma Ayu Pradhita

2. Ervina Riski Wulan S

3. Pujiani

4. Ata Robicha Dakiya

5. Safira Oktavia
A. LATAR BELAKANG

DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk
yang berkembang paling pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi
terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue
(Kemenkes RI, 2011).

Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai vektor
DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan
tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal
ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus
dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai
vektor DBD ditekan, maka jumlah media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).

Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka morbiditas DBD
sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun
2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk
yang berkembang paling pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi
terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue
(Kemenkes RI, 2011).

Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai vektor
DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan
tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal
ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus
dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai
vektor DBD ditekan, maka jumlah media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka morbiditas DBD
sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun
2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami tentang bagaimana mengenali


penyakit dbd dan cara menjaga lingkungan agar terhindar dari dbd

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan tentang waspada demam berdarah dengue


diharapkan sasaran mampu :
a. Memahami definisi dari demam berdarah dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
b. Menyebutkan penyebab dari demam berdarah dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
c. Menyebutkan tanda dan gejala dari demam berdarah dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
d. Menyebutkan cara pengobatan dan pencegahan dari demam berdarah dengan benar tanpa
melihat catatan/leaflet

D. GARIS BESAR MATERI

1. Pengertian Demam berdarah dengue

2. Penyebab Demam berdarah dengue

3. Tanda dan gejala Demam berdarah dengue

4. Pengobatan Demam berdarah dengue

5. Pencegahan Demam berdarah dengue

E. MEDIA

Lembar leaflet (terlampir)

F. METODE

Ceramah
G. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

1. Protokol / Pembawa acara : Fatma Ayu Pradhita

2. Penyuluh / Pengajar : 1. Safira Oktaviana

2. Ervina Rizki Wulan Suci

3. Fasilitator : Ata Robicha Dakiya

4. Observer : Pujiani

H. PROSES PELAKSANAAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

Pembukaan: Membuka kegiatan dengan Menjawab salam


1 5 Menit mengucapkan salam Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan serta memperhatikan
kontrak waktu dengan audient
Pelaksanaan :

Menjelaskan pengertian penyakit


Meningitis Memperhatikan penjelasan

Memperhatikan dan
Menjelaskan Penyebab Penyakit Meningitis
memberikan pertanyaan
2 15 Menit Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
Meningitis

Menjelaskan cara pengobatan penyakit


Meningitis

Menjelaskan cara pencegahan penyakit


Meningitis
Evaluasi : Tanya Jawab dan Memberikan
3 5 Menit Menjawab pertanyaan
pertanyaan akhir sebagai evaluasi
Mendengarkan
4 5 Menit Terminasi : Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan Menjawab salam

I. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur selalu difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan boleh perawat. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
a) Peserta hadir tepat waktu ditempat penyuluhan
b) Pelaksanaan penyuluhan di Ruang Obgyn
c) Perencanan pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dalam menjalankan tugasnya
memberikan menjalankan langkah evaluasi dengan tepat.
a) Peserta sangat antusias dengan materi penyuluhan
b) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku pasien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil.
a) Klien dapat mengerti dan memahami materi tentang penyakit Meningitis dan cara
pencegahan Meningitis
J. PENGORGANISASIAN

Pembawa acara : Selvi Umma Nur A.

Pemateri : 1. Rizka Puji Nur L. 2. Syani Laily A.

Fasilitator : Selvi Umma Nur A.

Observer : Syani Laily A.

Pembimbing : 1. Ibu Siti Patonah S. Kep.Ns.M.Kes

2. Ibu Yulia Aris Sinta, S.Tr.Keb

K. SUMBER

Andriyanto, P. 1991. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta:


EGC___.___. \https://id.scribd.com/document/262237018/SAP-Tonsilitis, Diakses
tanggal 25 Mei 2017

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedomanuntuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, IMade
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,Yasmin
asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah


Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi
bahasaIndonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
L. MATERI MENINGITIS

 Pengertian

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
media spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Semltzer
2018).
Meningitis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang pada orang dewasa
biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas
sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empisema subdural sebagai suatu
efusi atau empisema subdural (leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak
(meningoensefalitis). (Satyanegara 2018).

 Penyebab

- Penyebab pada orang dewasa yaitu, bakteri diplococcus pneumoniadan neiseria,


stafilokokus dan gram negative
- Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, nesseria meningitis dan
diplococcus pneumonia (Satyanegara 2018).

 Tanda dan Gejala

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :


- Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
- Perubahan pada tingkat kesadaran, dapat terjadi letargik, tidak responsive dan
koma.
- Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut :
a. Rigiditas nukal ( kaku leher )
b. Tanda kernik positif : Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ektensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ektremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ektremitas yang berlawanan.
- Mengalami foto pobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya
- Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudatpurulen dan edema serebral dengan tanda tanda perubahan karakteristik
tanda tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan brakikardi), pernafasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
- Adanya ruam, merupakan ciri menyolok pada meningitis.
- Infeksi fulminating dengan tanda – tanda septikimia : demam tinggi, tiba tiba
muncul lesi purpura yang menyebar dan syok.

 Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.

Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologisintrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.

 Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme penyebab,
banyaknya mikroorganisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit
sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian, penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh
persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan
berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami
kematian.

 Factor Predisposisi

Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya meningitis antara lain


kontak erat dengan orang terinfeksi, pemukiman padat penduduk, paparan asap rokok
(aktif dan pasif), tingkat sosial ekonomi rendah, perubahan iklim, dan riwayat infeksi
saluran napas atas. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara infeksi saluran
pernapasan akut dan meningitis meningokokus baik di daerah beriklim sedang dan
beriklim tropis. Di sub-Sahara Afrika, penyebaran infeksi mungkin karena peningkatan
kondisi iklim khusus (kekeringan

dan badai debu). Epidemi meningokokus umumnya berhenti dengan turunnya hujan.

Pelaku perjalanan dalam jumlah besar (seperti perjalanan ke negara terjangkit)


berperan penting dalam penyebaran penyakit. Wabah di Mekkah pada tahun 1987 saat
periode akhir ibadah haji menyebabkan banyak jemaah haji terjangkit dibandingkan
dengan penduduk Saudi. Epidemi mungkin dapat dipicu strain meningokokus serogrup
A yang berpotensi menyebabkan kematian. Tidak seorangpun pembawa meningokokus
(carrier) dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya epidemi.

 Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlahsel darah


putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positipterhadap beberapa
jenis bakteri.

b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, seldarah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal

6. ESR/LED : meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat


infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak


ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intrakranial.

 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat


perlumenyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
bergunasebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barierdarah
otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untukmenghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau
sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberianantimikroba lebih efektif
digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kg BB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.

2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.


3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga

2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari

3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB,


atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam,
3 x sehari.

2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.

3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk


mengobati edema serebri.

4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.

5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan


volume cairan intravena.

 Komplikasi

1. Hidrosefalus obstruktif

2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)

3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)

5. Efusi subdural

6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral

8. Cerebral palsy

9. Gangguan mental

 Pengobatan

Pengobatan meningitis disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penjelasan


dan cara mengobati meningitis:

1. Meningitis Virus

Meningitis virus yang parah biasanya akan di tangani dengan konsumsi obat
golongan antivirus. Pengobatan ini perlu dilengkapi juga dengan cukup beristirahat
dan banyak minum air putih.

2. Meningitis Bakteri

Pada kondisi ini, pengobatan ini dilakukan dengan konsumsi antibiotik atau
kortikosteroid untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.

3. Meningitis Jamur

Peradangan yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan konsumsi obat anti
jamur. Dan jangan lupa untuk melengkapinya dengan istirahat dan menerapkan gaya
hidup sehat.

 Pencegahan

1. Vaksin
Para medis menyarankan melakukan vaksinasi ketka berusia 11-12 tahun atau
16-21 tahun. Karena usia-usia seperti ini rawan terkena meningitis.
2. Jangan menggunakan barang yang sama dengan orang lain
Meningitis diseabkan oleh bakteri dapat menular melalui : nafas, air liur, serta
ingus penderita. Oleh karena itu hindarilah kontak fisik dengan penderita ditempat
umum dan tidak dianjurkan menggunakan benda benda terutama peralatan makanan
yang sama dengan penderita.
3. Jaga jarak dengan penderita
Menjaga jarak dengan penderita meningitis sangat diperlukan. Karena bakteri
yang dapat menular terdapat pada cairan hidung maupun mulut dan dapat menular
Ketika bersin atau batuk.
4. Rajin cuci tangan
Rajin cuci tangan merupakan salah satu cara pencegahan dari penyakit
meningitis.
5. Jaga kekebalan tubuh
Mengkonsumsi makanan sehat seperti, sayur,buah dan makanan berprotein dapat
membantu menjaga kekebalan tubuh dan juga di imbangi dengan rajin berolahraga.
6. Pola hidup sehat
 Dokumentasi
Leaflet Penyuluhan
Daftar Hadir Peserta

Anda mungkin juga menyukai