Kelompok :
1. Fatma Ayu Pradhita (21142010011)
2. Ervina Rizki Wulan S (21142010010)
3. Pujiani (211420100)12
4. Ata Robicha Dakiya (21142010022)
5. Safira Oktaviana (21142010029)
Target : Pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui bila terjangkit Dbd
Waktu : 30 Menit
3. Pujiani
5. Safira Oktavia
A. LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk
yang berkembang paling pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi
terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue
(Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai vektor
DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan
tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal
ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus
dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai
vektor DBD ditekan, maka jumlah media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka morbiditas DBD
sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun
2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk
yang berkembang paling pesat di dunia. Negara beriklim tropis dan sub tropis berisiko tinggi
terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperature yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue
(Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian DBD yang terus meningkat ditambah dengan siklus hidup aedes sebagai vektor
DBD yang cepat adalah alasan pentingnya melakukan tindakan pengendalian vektor. Tindakan
tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang tidak sesuai bagi perkembangan vector. Hal
ini dikarenakan vektor berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus
dengue ke manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Apabila jumlah aedes sebagai
vektor DBD ditekan, maka jumlah media transmisi DBD menjadi minimal (Widoyono, 2011).
Demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di Indonesia karena angka morbiditas DBD
sekarang belum mencapai target pemerintah yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun
2015 angka kesakitan DBD mencapai 50,7 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).
E. MEDIA
F. METODE
Ceramah
G. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS
4. Observer : Pujiani
H. PROSES PELAKSANAAN
Memperhatikan dan
Menjelaskan Penyebab Penyakit Meningitis
memberikan pertanyaan
2 15 Menit Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
Meningitis
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur selalu difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan boleh perawat. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
a) Peserta hadir tepat waktu ditempat penyuluhan
b) Pelaksanaan penyuluhan di Ruang Obgyn
c) Perencanan pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dalam menjalankan tugasnya
memberikan menjalankan langkah evaluasi dengan tepat.
a) Peserta sangat antusias dengan materi penyuluhan
b) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku pasien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil.
a) Klien dapat mengerti dan memahami materi tentang penyakit Meningitis dan cara
pencegahan Meningitis
J. PENGORGANISASIAN
K. SUMBER
Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
media spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Semltzer
2018).
Meningitis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang pada orang dewasa
biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas
sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empisema subdural sebagai suatu
efusi atau empisema subdural (leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak
(meningoensefalitis). (Satyanegara 2018).
Penyebab
Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologisintrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme penyebab,
banyaknya mikroorganisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit
sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian, penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh
persen meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan
berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami
kematian.
Factor Predisposisi
dan badai debu). Epidemi meningokokus umumnya berhenti dengan turunnya hujan.
Pemeriksaan Diagnostik
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, seldarah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil( infeksi bakteri )
Penatalaksanaan
1. Isoniazid 10-20 mg/kg BB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
Pengobatan simtomatis:
Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
Pengobatan
1. Meningitis Virus
Meningitis virus yang parah biasanya akan di tangani dengan konsumsi obat
golongan antivirus. Pengobatan ini perlu dilengkapi juga dengan cukup beristirahat
dan banyak minum air putih.
2. Meningitis Bakteri
Pada kondisi ini, pengobatan ini dilakukan dengan konsumsi antibiotik atau
kortikosteroid untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.
3. Meningitis Jamur
Peradangan yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan konsumsi obat anti
jamur. Dan jangan lupa untuk melengkapinya dengan istirahat dan menerapkan gaya
hidup sehat.
Pencegahan
1. Vaksin
Para medis menyarankan melakukan vaksinasi ketka berusia 11-12 tahun atau
16-21 tahun. Karena usia-usia seperti ini rawan terkena meningitis.
2. Jangan menggunakan barang yang sama dengan orang lain
Meningitis diseabkan oleh bakteri dapat menular melalui : nafas, air liur, serta
ingus penderita. Oleh karena itu hindarilah kontak fisik dengan penderita ditempat
umum dan tidak dianjurkan menggunakan benda benda terutama peralatan makanan
yang sama dengan penderita.
3. Jaga jarak dengan penderita
Menjaga jarak dengan penderita meningitis sangat diperlukan. Karena bakteri
yang dapat menular terdapat pada cairan hidung maupun mulut dan dapat menular
Ketika bersin atau batuk.
4. Rajin cuci tangan
Rajin cuci tangan merupakan salah satu cara pencegahan dari penyakit
meningitis.
5. Jaga kekebalan tubuh
Mengkonsumsi makanan sehat seperti, sayur,buah dan makanan berprotein dapat
membantu menjaga kekebalan tubuh dan juga di imbangi dengan rajin berolahraga.
6. Pola hidup sehat
Dokumentasi
Leaflet Penyuluhan
Daftar Hadir Peserta