Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“MENINGITIS”

Oleh :

KADEK TRISNAWATI 223221380


T.NI MADE DEWI ERAWATI 223221381
TUTIK SUSIYAWATI 223221382
JIHAN FAHIRA 223221383
I MADE ENDRA ARYANA 223221384

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA

DENPASAR

2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENINGITIS

Topik Penyuluhan : Meningitis


Pokok Bahasan : Meningitis
Sasaran : Nyonya A
Hari/tanggal : Rabu, 15 Februari 2023
Waktu : 50 menit.
Tempat : Ruang B2 RSPAL Surabaya

1. Tujuan Instruksional Umum


Peserta penyuluhan dapat mengerti tentang penyakit meningitis dan cara pencegahannya.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan peserta dapat:
a. Menjelaskan tentang pengertian meningitis
b. Menyebutkan penyebab dari meningitis
c. Menyebutkan tanda dan gejala pada meningitis
d. Menyebutkan pencegahan pada meningitis

3. Sasaran
Nyonya A

4. Materi
Materi terlampir

5. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
6. Media
 Leaflet
 PPT

8. Jadwal Rencana Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1 5 menit Pekenalan  Mengucapkan salam Mendengarkan
 Memperkenalkan diri
 Menyampaikan tujuan
penyuluhan yang akan di
capai
2 20 menit Penyuluhan  Memberi penjelasan Memperhatikan,
 Menerangkan mencatat dll
3 20 menit Evaluasi  Memberi pertanyaan Menjawab pertanyaan,
 Menjawab pertanyaan mengajukan pertanyaan,

 Klarifikasi jawaban dll

4 5 menit Penutup  Menarik kesimpulan Memperhatikan,


 Beri motivasi menjawab salam penutup

 Salam penutup dll

9. Evaluasi
Prosedur evaluasi: Peserta dapat menjawab pertanyaan
a. Apa pengertian meningitis ?
b. Apa saja penyebab dari meningitis?
c. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis ?
d. Bagaimana pencegahan pada meningitis ?

10. Kriteria Evaluasi


 Evalusi struktur
- Menyiapkan SAP
- Menyiapkan materi dan media
- Kontrak waktu dengan sasaran
- Menyiapkan tempat
- Menyiapkan pertanyaan

 Evaluasi proses
- Sasaran memperhatikan
- Aktif bertanya
- Dapat menjawab atau mengulang kembali

 Evaluasi hasil
- Pendidikan kesehatan di katakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab lebih
dari 80% pertanyaan yang di berikan
- Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu menjawab
50-80% pertanyaan yang di berikan
- Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya mampu
menjawab kurang 50% pertanyaan yang diberikan

11. Hasil Evaluasi


Klien mampu menjawab pertanyaan antara 50-80% dan pendidikan kesehatan
dikatakan cukup berhasil.
Lampiran
MATERI PROMOSI KESEHATAN
MENINGITIS

A. Pengertian Meningitis
Meningitis merupakan inflamasi meningen otak dan medula spinalis yang disebabkan
oleh mikroorganisme patogen yang masuk ke dalam sistem saraf pusat. (Chang, Daly, Elliott
2009). Mikroorganisme masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui darah dari infeksi yang
sudah ada (bakteremia, pneumonia) atau infeksi virus (virus echo, parotitis, campak, dan
kadang-kadang herpes simpleks), atau melalui perluasan infeksi yang berasal dari sumber
ekstrakranial. Sumber ekstrakranial meliputi sinus, telinga tengah, prosesus mastoideus,
tulang tengkorak, atau tulang wajah. Infeksi dapat juga terjadi melalui jalur langsung, seperti
cedera yang menembus kepala, fraktur dasar tengkorak, atau tindakan bedah saraf.
Secara ringkas pengertian dari meningitis adalah radang pada meningen atau
membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula spinalis.

B. Penyebab Meningitis
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:

1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama


meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza
2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi
3. Organisme jamur

Meningitis dapat ditularkan melalui :


 Batuk
 Bersin
 Berbagi makanan 1 sendok
 Pemakaian sikat gigi bergantian
 Merokok bergantian dalam satu batangnya
C. Tanda dan Gejala Meningitis
 Sakit kepala
 Kaku kuduk
 Tanda kernig
 Brudzinski
 Fotofobia
 Peningkatan TIK
 Demam
 Perubahan kesadaran
 Kejang
 Anoreksia
 Petekie atau ruam
 Tekanan CSS > 180
(glukosa menurun, protein dan leukosit meningkat)

D. Pencegahan Meningitis

Tingkat pencegahan meningitis dapat diupayakan melalui primary prevention


(pencegahan primer atau utama), secondary prevention (pencegahan sekunder), tertiary
prevention (pencegahan tersier). Tingkat pencegahan meningitis dapat diuraikan sebagai
berikut: 

1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar dapat
membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae
type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide
vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan
Rubella). Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2
bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan
MMR. Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib
hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada
bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2
dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis
imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum
dapat membentuk antibodi. Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan
penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.
Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi
syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20%
dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara
mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis
juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang
bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga
untuk mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan
dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi
test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru. Selain itu juga dapat dilakukan surveilans
ketat terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya
untuk menemukan penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan
memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :
 Meningitis Purulenta
a. Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim, seftriakson.
b. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin, seftriakson.
c. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan seftriakson.
 Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat dapat
ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa prednison digunakan
sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema
otak.

3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau
mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan
untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli
atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
mencegah dan mengurangi cacat.
Daftar Pustaka

 Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.
 Chang, Daly, Elliott. 2009. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta. EGC.
 Doengoes, Moorhouse, Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta.
EGC.
 Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
NANDA NICNOC. Jakarta. EGC.
 Widiastuti, Rahayu. 2012. Kamus Keperawatan. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai