Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah
kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah KMB III yang berjudul
kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu,
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengampu mata
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik serta
saran, yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengkajian merupakan salah satu urutan/bagian dari proses keperawatan yang sangat
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan. Tanpa pengkajian yang baik,
maka rentetan proses selanjutnya tidak akan akurat, demikian pula pada pasien dengan gangguan
persarafan.
Gangguan persarafan dapat berentang dari sederhana sampai yang kompleks. Beberapa
gangguan persarafan menyebabkan gangguan/hambatan pada aktifitas hidup sehari-hari bahkan
berbahaya.
Komponen utama pengkajian persarafan adalah :
1. Riwayat kesehatan klien secara komprehensif
2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan status persarafan
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengkajian Pada Sistem Persarafan
2. Mengetahui Pengkajian Neurologi Berdasarkan II Pola Fungsi
3. Mengetahui Pengkajian Fisik Sistem Persarafan
4. Memahami Pemeriksaan Khusus Sistem Persarafan
5. Memahami Test Diagnostik Sistem Persyarafan
6. Mengetahui Angiografi
7. Mengetahui Elektro Encephalografi (EEG)
8. Mengetahui Elektromyegrafi (EMG)
9. Memahami Computerized Axial Tomografi (CTScan)
C. Tujuan
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengkajian pada system persarafan.
BAB II
PEMBAHASAN
Termasuk diantaranya adalah identitas klien, sumber informasi (klien sendiri atau orang
terdekat/significant other).
2. Keluhan utama :
Perawat memperoleh gambaran secara detail pada kondisi yang utama dialami klien.
Memperoleh informasi tentang perkembangan, tanda-tanda dan gejala-gejala : onset (mulainya),
faktor pencetus dan lamanya. Perlu menentukan kapan mulainya gejala tersebut serta
perkembangannya.
3. Riwayat kesehatan masa lalu :
Mencakup penyakit yang pernah dialami sebelumnya, penyakit infeksi yang dialami
pada masa kanak-kanak, pengobatan, periode perinatal, tumbuh kembang, riwayat keluarga,
riwayat psikososial dan pola hidup. Penyakit saraf sering mempengaruhi kemampuan fungsi-
fungsi tubuh. Perawat perlu menanyakan perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala, kejang-
kejang, pusing, vertigo, gerakan dan postur tubuh.
4. Masalah kesehatan utama dan hospitalisasi :
Berbagai penyakit yang berhubungan dengan perubahan akibat gangguan persarafan
misalnya diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kanker, berbagai penyakit infeksi dan hipertensi.
Penyakit hati dan ginjal yang menahun akan mengakibatkan gangguan metabolisme misalnya
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa akan mempengaruhi fungsi mental.
Perawat juga akan memperoleh informasi mengapa klien dirawat di rumah sakit,
kecelakaan atau pembedahan sehubungan dengan sistem persarafan seperti trauma kepala,
kejang, stroke atau luka akibat kecelakaan.
5. Pengobatan :
Perawat akan memperoleh informasi sehubungan dengan obat-obatan yang diperoleh klien.
Banyak obat-obat anti alergi dan pilek yang bisa dikomsumsi dapat mengakibatkan klien
mengantuk.
Perawat harus mengkaji obat yang digunakan, jenis obat, efek terapinya, efek samping yang
ditimbulkan dan lamanya digunakan.
6. Riwayat keluarga :
Perawat akan menanyakan pada keluarga sehubungan dengan gangguan persarafan guna
menentukan faktor-faktor resiko / genetik yang ada. Misalnya epilepsi, hipertensi, stroke,
retardasi mental dan gangguan psikiatri.
7. Riwayat psikososial dan pola hidup :
Perawat mengajukan pertanyaan sehubungan faktor psikososial klien seperti yang
berhubungan dengan latar belakang pendidikan, tingkat penampilan dan perubahan kepribadian.
Perawat memperoleh informasi tentang aktifitas klien sehari-hari. Juga menanyakan adanya
perubahan pola tidur, aktifitas olahraga, hobi dan rekreasi, pekerjaan, stressor yang dialami dan
perhatian terhadap kebutuhan seksual.
2. Elimination
a. Apakah klien mengalami perubahan pada kebiasaan BAK atau BAB
b. Apakah klien menggunakan laksatif, suppositoria, bantuan enema, jenis apa dan
seberapa sering.
c. Apakah klien mampu berjalan ke kamar mandi dengan bantuan atau tanpa
dibantu. Uraikan kebiasaan rutin klien
3. Activity - Exercise
a. Jelaskan jenis aktifitas kliens selama 24 jam
b. Apakah klien memiliki kesulitan terhadap keseimbangan, koordinasi atau
berjalan.
c. Apakah klien menggunakan alat bantu jalan
d. Apakah klien menaglami kelemahan pada lengan atau kaki
e. Apakah klien mampu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya
f. Jika klien kejang, apakah klien mampu mengidentifikasi faktor pencetusnya.
Bagaimana perasaannya setelah kejang
g. Apakah klien memiliki pengalaman tremor/gemetar. Dimana bagian mana?
4. Sleep - Rest
a. Apakah masalah kesehatan ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan tidur dan
isitrahat. Jika demikian, bagaimana ?
b. Apakah klien pernah memilki nyeri yang timbul pada malam hari, Jelaskan
c. Uraikan tentang tingkat energi. Apakah tidur dan istirahat menyimpan kekuatan dan
energy.
5. Cognitive - Perceptual
a. Uraikan tentang pengalaman sakit kepala klien termasuk frekuensi, jenis, lokasi dan
faktor pencetusnya
b. Pernahkah klien merasakan pingsan atau pusing. Pernahkah klien merasakan berada di
ruangan pemintalan
c. Apakah klien pernah mengalami perasaan kebas, terbakar atau perasaan geli. Dimana
areanya dan kapan
d. Apakah klien pernah mengalami masalah visual seperti penglihatan ganda, penglihatan
seperti dibatasi embun
e. Apakah klien pernah mengalami masalah pendegaran
f. Apakah klien mengalami perubahan pada pengecapan dan pembauan
g. Apakah klien mneglami kesulitan mengingat
6. Self Perception – Self Concept
a. Bagaimana masalah neurologik mempengaruhi perasaanmu tentang dirimu
b. Bagaimana masalah neurologik mempengaruhi perasaanmu tentang hidupmu
c. Bagaimanaperasaannmu tentang kelemahan yang mungkin disebabkan dari masalah
neurologic.
7. Role - Relationship
a. Adakah riwayat masalah neurologik keluarga seperti alzheimer disease, tumor otak,
epilepsi
b. Apakah klien sulit mengekspresikan dirinya.
c. Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap perannya dalam keluarganya.
Bagaimana
d. Apakah masalah neurologik berpengaruh terhadap interaksi dengan anggota keluarga
yang lain, dengan teman-temannya, pekerjaannya, dan aktifitas sosialnya
e. Apakah maslah neurologik berpengaruh terhadap kemampuan kerjanya
8. Sexuality - Reproductive
a. Apakah aktifitas sexual klien mengalami gangguan oleh adanya masalah neurologik
b. Apakah klien pernah menerima informasi tentang cara lain dalam mengekspresikan
aktifitas sexual jika klien mengalami gangguan neurologik
c. Uraikan bagaimana masalah neurologik membuat klien merasakan dirinya laki–laki
atau wanita
9. Coping - Stress
a. Uraikan apa yang klien lakukan untuk mengatasi stress
b. Bagaimana gangguan neurologik mempengaruhi cara klien mengatasi stress
c. Apakah dengan stres yang meningkat semakin memperburuk masalah neurologik
d. Siapa dan apa yang dapat membantu klien dalam mengatasi stres dengan masalah
neurologik
b. Registration (memori)
Perlihatkan 3 benda yang berbeda dan sebutkan nama benda-benda tersebut
masing-masing dalam waktu 1 detik. Kemudian suruh orang coba untuk mengulang
nama-nama benda yang sudah diperlihatkan. Berikan point 1 untuk masing-masing
jawaban benar.
Untuk orang coba yang tidak bisa menghitung dapat menggunakan kata yang
dieja. Contoh kata JANDA, huruf ke 5, ke 4, ke 3 dst. berikan skor 1 unuk masing-
masing jawaban benar.
f. Pengulangan kata
Ucapkan sebuah kalimat kemudian Suruh Orang coba mengulang kalimat
tersebut. Contoh ‘saya akan pergi nonton di bioskop’ (skor 1)
i. Menulis
Suruh Orang coba menulis sebuah kalimat pada kertas kosong (skor 1)
j. Mengkopi(menyalin)
Gambarlah suatu objek kemudian suruh orang meniru gambar tersebut (nilai 1).
Skor maksimun pada test ini adalah 30, sedangkan rata-rata normal dengan nilai 27.
<7 : koma
15 : composmentis
Adapun scoring tersebut adalah :
RESPON SCORING
1. Membuka Mata = Eye open (E)
Spontan membuka mata
4
Terhadap suara membuka mata
Terhadap nyeri membuka mata 3
1
2. Motorik = Motoric response (M)
Menurut perintah
Dapat melokalisir rangsangan sensorik di kulit (raba) 6
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak
5
Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal)/postur
dekortikasi 4
1
3. Verbal = Verbal response (V)
Berorientasi baik
5
Bingung
Kata-kata respon tidak tepat 4
3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan
tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba.
Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)
1 = gerakan kontraksi.
Aktifitas refleks :
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks hammer. Skala
untuk peringkat refleks yaitu :
0 =Tidak ada respon
1 =Hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 =Normal ( ++ )
3 =Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal ( +++ )
4 =Hyperaktif, dengan klonus ( ++++).
Refleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 300. Tendon
patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer.
Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah ditopang
pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas
lipatan siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan
gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan
dan jari-jari atau sendi bahu.
3. Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok dengan refleks
hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan
hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin
ada klonus yang sementara.
4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang
diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi
kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores seperti
itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari
tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski
timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang
normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m.
ischiadicus.
a. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal. Nampak kedua
lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan dan jari fleksi,
kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar fleksi.
b. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon.
Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi dan menutup
kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
1. Lumbal Pungsi
a. Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah lumbal.
b. Tujuan
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik maupun
kepentingan therapi
c. Indikasi
1) Untuk diagnostik
2) kecurigaan meningitis
3) Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
4) Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
5) Evaluasi hasil pengobatan
6) Untuk Therapi
7) Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
8) Pemberian anesthesi spinal
9) Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
d. Persiapan
1) Persiapan pasien
a) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan
hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi
hal-hal tersebut
b) Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan
dilakukan tindakan lumbal pungsi.
c) Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat
Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi kapas, botol
kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong.
d) ( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
e) ( ++++ )Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh
f) Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen
pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah
ada kekeruhan.
12) Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien dengan
hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
13) Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet jarum
lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
f. Setelah Prosedur
1) Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
2) Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
3) Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi,
bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.
g. Komplikasi
1) Herniasi Tonsiler
2) Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
3) Sakit pinggang
4) Infeksi
5) Kista epidermoid intraspinal
6) Kerusakan diskus intervertebralis
2. Angiografi
1. Pengertian
Melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Zat kontras dimasukkan melalui arteri.
Biasanya pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin juga pada arteri brchialis dan
arteri femoralis
2. Angiografi dapat mendeteksi :
a. sumbatan pada pembuluh darah cerebral seperti pada stroke
b. Anomali congenital pembuluh darah
c. Pergeseran pembuluh darah yang mungkin mengindikasikan SOL (Space Ocupaying
Lession)
d. Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisma atau angioma
3. Persiapan Pasien
Menciptakan rasa aman dan nyaman pada diri klien. Persiapan ini meliputi :
a. Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat penyuntikan
zat kontras yang lama kelamaan akan menghilang).
b. Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan.
c. Surat izin tindakan telah ditandatangani klien.
4. Komplikasi
a. Hematom pada daerah suntikan. Dapat dicegah dengan melakukan balut tekan pada
daerah suntikan.
b. Keracunan zat kontras. Dapat dicegah dengan pemberian anti alergi sesuai program.
5. Setelah prosedur
a. observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil.
b. Kompres es pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
mengurangi/mencegah hematom.
c. Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam.
d. Jika penyuntikan dilakukan pada daerah femoralis, tungkai harus tetap lurus selama 6-8
jam.
e. Catat perubahan-perubahan neurologi setelah tindakan angiografi.
2. Prinsip Kerja
Dengan elektroda yang ditempelkan pada berbagai daerah tengkorak, potensial
permukaan otak direkam. Perekaman ini berlangsung terus menerus untuk beberapa
menit. Tegangan yang tercatat pada kertas yang bergerak berupa gelombang-gelombang.
Dengan memasang 16 elektroda pada tengkorak aktivitas seluruh otak dapat di tekan dan
diselidiki. Tegangan otak sebesar 50 mikrovolt agar dapat direkam harus diperkuat
sampai 1 juta kali. Oleh karena itu aliran listrik dari sumber lain seperti gerakan otot
kepala atau generator listrik juga ikut tercatat (artefak)
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang diproduksi pada ujung-ujung
dendrit. Tegangan potensial neuron pada setiap waktu berbeda sehingga potensial dendrit
juga berubah-ubah. Fluktuasi ini yang tercatat pada kertas EEG.
3. Macam-macam EEG
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang mencerminkan adanya gaya listrik
yang diproduksikan pada ujung-ujung dendrit, sebagai fenomena potensial aksi neuron-
neuron yang disalurkan kedndrit-dendritnya dikorteks serebri. Potensial dendrit pada
korteks selalu berubah-ubah juga. Fluktuasi inilah yang tercatat pada kertas EEG. Dari
sekian banyak fluktuasi, maka dapat dibedakan menurut frekuensinya dan menurut pada
gelombangnya.
Pasien dianjurkan untuk melakukan hiperventilasi dengan cara mengambil nafas 30-
40 nafas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat kenaikan PH
serum kira-kira 7,8 akan menaikkan rangsangan neuron dan akan menyebabkan
serangan aktivitas pada pasien epilepsi
Photic stimulasi :
Cahaya yang silau difokuskan kepasien dimana pasien dianjurkan untuk menutup
matanya . stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang
mempunyai kecenderungan mendapat serangan
Tidur :
Pasien dianjurkan untuk tidur, jika pasien tidak bisa tidur dapat diberikan hipnotik
yang bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari aktifitas listrik tersebut
diinterpretasikan oleh neurologi
4) Setelah tindakan
a) bersihkan dan cuci rambut pasien
b) ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang
c) berikan posisi tidur yang baik dan perhatikan pernafasan pasien terutama yang
menggunakan obat hipnotik
d) observasi aktivitas kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapat serangan
kejang.
4. Elektromyegrafi (EMG)
1. Pengertian
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengukur dan mencatat aliran listrik yang
ditimbulkan oleh otot-otot skeletal. Dalam keadaan istirahat otot tidak melepaskan listrik,
tetapi bila oto berkontraksi secara volunter potensial aksi dapat direkam.
2. Tujuan
a. membantu membedakan antara gangguan otot primer seperti distrofi otot dan
gangguan sekunder
b. membantu menetukan penyakit degeneratif saraf sentral
c. membantu mendiagnosa gangguan neuromuskular seperti myestania grafis
3. Penatalaksanaan
a. Persiapan pasien
1) Menginformasikan kepada pasien seluruh pemeriksaan prosedur ini akan
menyebabkan gangguan rasa nyaman sementara. Khususnya bila pasien sendiri
diberi rangsangan listrik.
2) Pastikan bahwa pasien tidak menggunakan obat-obat depresan atau sedatif 24
jam sebelum prosedur.
3) Cegah terjadinya syok listrik
4) Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
b. Prosedur
1) prosedur dapat dilakukan disamping tempat tidur atau diruang tindakan khusus.
2) elektroda ditempatkan pada syaraf-syaraf yang akan diperiksa.
3) Dimulai dengan dosis kecil rangsangan listrik melalui elektorda kesaraf dan otot,
apabila konduksi pada saraf selesai maka otot akan segera berkontraksi.
4) Untuk mengetahui potensial otot digunakan macam-macam jarum elektroda dari
nomor 1,3 – 7,7 cm.
5) Pasien mungkin dianjurkan untuk melakukan aktifitas untuk menukur potensila
otot selama kontraksi minimal dan maksimal
6) Derajat aktifitas saraf dan otot direkam pada osiloskop dan akanmmemberikan
gambaran grafik yang dapat dibaca.
7) Perawat berusaha memberikan rasa nyaman dan memantau daerah penusukan
tarhadap kemungkinan terjadinya hematoama.
c. Setelah tindakan
1) Berikan kompres es pada daerah hematoma untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Ciptakan lingkungan yang memudahkan klien untuk beristirahat.
4. Prinsip kerja
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat
semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan dengan mengkombinasikan
tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menmbus tubuh dan
yang satunya berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen
yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga titik,
menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
5. Penatalaksanaan
Persiapan pasien
Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi gambaran tentang alat
yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran dengan menggunakan kaset video
atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian pada pasien dengan
demikian mengurangi stress sebelum waktu prosedur dilaukuan. Test awal yang
dilakukan meliputi: kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 detik;
melakukan pernafasan dengan aba-aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk
melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.; mengikuti aturan untuk memudahkan
injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah penyuntikan zat kontras wajah akan nampak
merah dan terasa agak panas pada seluruh badan. Hal ini merupakan hal yang normal dari
reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinik klien apakah pasien mengalami alergi
terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila
pasien merasa cemas dapat diberikan minor transqualizer. Bersihkan rambut pasien dari
jelli dan obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai wig.
6. Prosedur
a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali
b. Meja elektronik masuk kedalam meja scanner
c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa
sudut yang dicurigai adanya kelainan.
d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit
e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan
memakai protektif lead approan.
g. Sesudah pengambilan gambarpasien dirapihkan.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila terjadi alergi
dapat diberikan benadryl 50 mg.
b. mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin akan kelelahan selama prosedur
berlangsung.
c. ukur intake dan output. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat
kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan
fungsi ginjal. Memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Kepada tenaga kesehatan agar dapat mengkaji dengan tepat dan benar pada pasien yang
mengalami gangguan sistem persayarafan sehingga tidak terjadi komplikasi yang
berlanjut.
2. Kepada pembaca agar memahami bagaimana pengakajian sistem persayarafan sehingga
pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton anda Hall, 2007. Buku aar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Akarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi
8. Jakarta : EGC