Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA EDUKASI

PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)

EDUKASI
OLEH:
DENGUE HAEMORAGIC FEVER
TIM IBS - OK
(DHF)
RSU GANESHA
TAHUN 2022
2021

Jln. Raya Celuk Sukawati Gianyar,


Bali
Telp. (0361) 4710059, 4710066
Fax. (0361) 291237
Email : marketing@rsuganesha.com
EDUKASI

DENGUE HAEMORAGIC FEVER

Masalah : Edukasi penyakit Dengue Hemoragic Fever


Pokok Masalah : Kurangnya informasi akan penyakit DHF
Sub Pokok Masalah : Kurangnya informasi akan bahaya penyakit DHF
Sasaran : Seluruh lapisan masyarakat yang mempunyai media sosial
Nara sumber : Ns. Ni Putu Ari Santi, S. Kep

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, genus Flavivirus, famili
Flaviviridae (Setiati et al., 2014).Menurut data World Health Organization (WHO), virus
dengue menginfeksi sekitar 50 sampai 100 juta jiwa pertahunnya dengan 500.000
diantaranya berkembang menjadi DHF. Pada tahun 2013, diketahui ada sedikitnya 3 juta
jiwa terdiagnosis dengan infeksi virus dengue di Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.
(Sanyaolu, 2017).

Di Indonesia, infeksi virus dengue sangat sering terjadi dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan Indonesia termasuk negara endemis DHF (Setiati et al.,
2014). Menurut beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan gejala klinis antara
penderita DHF anak dan dewasa. Pada anak, seringkali ditemukan gejala anoreksia, tes
tourniquet yang positif, dan ruam kulit, serta efusi pleura dan asites yang menyebabkan
terjadinya komplikasi berupa shock (Namvongsa et al., 2013). Sedangkan pada pasien
dewasa lebih sering ditemukan mual, myalgia, atralgia, dan nyeri retro-orbita. Selain itu,
pasien dewasa cenderung mengalami penyakit yang lebih berat, memerlukan hospitalisasi
dan perdarahan mukosa yang lebih sering apabila dibandingkan dengan pasien anak. (Souza
et al., 2013).

Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi peran promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Dalam upaya promotif perawat berperawat berperan dalam
memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
penyakit sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif,
perawat memberi edukasi mengenai cara-cara pencegahan agar pasien tidak terkena penyakit
dengan membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon pasien terhadap penyakit yang
diderita, seperti : memberikan pasien istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian
terapi oksigen. Sedangkan peran perawat dalam upaya rehabilitatif yaitu memberikan edukasi
kepada pasien yang sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan (Sutrisno, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan intruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan peserta mampu memahami penyakit
dengue haemoragic fever (DHF).
2. Tujuan intruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan 45 menit di harapkan :
a. Menjelaskan pengertian penyakit DHF
b. Menyebutkan tanda dan gejala DHF
c. Menyebutkan cara pencegahan penyakit DHF
d. Menyebutkan komplikasi penyakit DHF
e. Menyebutkan penatalaksanaan penyakit DHF
C. Materi penyuluhan.
1. Pengertian penyakit DHF
2. Mengetahui tanda dan gejala DHF
3. Mengetahui cara pencegahan penyakit DHF
4. Mengetahui komplikasi dari DHF
5. Mengetahui penatalaksanaan DHF
D. Pemberian informasi
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Dokumentasi
E. Alat penyuluhan
1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Materi di media sosial
F. Sasaran Penyuluhan
Seluruh lapisan masyarakat yang mempunyai media sosial
G. Langkah- Langkah Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
NO
Penyuluh Pengunjung/Peserta Waktu
1 Pembukaan 5 menit
a. Salam pembuka a. Melakukan salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menyampaikan tujuan c. Memperhatikan
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
2 Kegiatan penyuluhan Menyimak dan memperhatikan 30 menit
Menyampaikan materi penyuluhan
a. Pengertian DHF
b. Tanda dan gejala DHF
c. Cara pencegahan DHF
d. Komplikasi DHF
e. Penatalaksanaan DHF

Memberikan kesempatan Menanyakan hal-hal yang belum


audience untuk bertanya jelas.

3 Penutup 10 menit
a. Menyimpulkan materi yang a. Bersama penyuluh
telah di berikan menyimpulkan materi
b. Melakukan evaluasi b. Audience kooperatif dalam
penyuluhan menjawab pertanyaan
c. Mengakhiri kontrak penyuluh
d. Mengakhiri kegiatan c. Audience kooperatif
penyuluhan dengan salam d. Menjawab salam

H. Pengorganisasian
1. Penyaji : Ns.Ni Putu Ari Santi,S.Kep
2. Notulen : Ns.Ni Kadek Diyah Laksmi,S.Kep
3. Observer : Ns.Ni Komang Puspadewi, S.Kep
4. Fasilitator : I Ketut Pramana, Amd.Kep

I. Hasil kegiatan
Setelah melakukan proses penyuluhan 45 menit di harapkan klien mampu
1. Menyebutkan pengertian DHF
2. Menyebutkan tanda dan gejala DHF
3. Menyebutkan cara pencegahan DHF
4. Menyebutkan komplikasi dari DHF
5. Menyebutkan penatalaksanaan DHF

J. Rencana Evaluasi
1. Struktur
a. Diharapkan alat penunjang saat dilakukan penyuluhan tersedia dan sesuai dengan
materi yang disajikan.
b. Diharapkan materi penyuluhan ringan dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
c. Materi sudah siap dan dipelajari 4 hari sebelum memberikan pendidikan kesehatan.
d. Media sudah siap 5 hari sebelum memberikan pendidikan kesehatan.
e. Tempat sudah siap 2 jam sebelum memberikan pendidikan kesehatan.
f. SAP sudah siap 5 hari sebelum memberikan pendidikan kesehatan.
2. Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan dengan lancar
b. Audience memperhatikan penjelasan perawat
c. Media dapat digunakan secara efektif
d. Diharapkan peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat pada saat penyuluhan
berlangsung.
3. Hasil
a. Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan audience mampu
memahami tentang penyakit DHF
b. Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan audience mampu :
a. Menyebutkan pengertian DHF
b. Menyebutkan tanda dan gejala DHF
c. Menyebutkan cara pencegahan DHF
d. Menyebutkan komplikasi dari DHF
e. Menyebutkan penatalaksanaan DHF
K. Kriteria Evaluasi
Prosedur : Post Test
Jenis Tes : Pertanyaan secara lisan
Pertanyaan :
1. Sebutkan pengertian DHF
2. Sebutkan tanda gejala DHF
3. Sebutkan cara pencegahan DHF
L. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
3. Lembar balik
LAMPIRAN MATERI

A. DEFINISI DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)


Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang

disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus flavivirus,

famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp, aedes aegypti, dan

aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan

dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah

WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina

terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit

ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi

oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).

B. KLASIFIKASI DHF
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji
torniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3. Derajat III
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah
turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV
Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
C. TANDA GEJALA DENGUE HAEMORAGIC FEVER
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang
mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian.
Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala
berikut: nyeri kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah,
pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah
masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor,
akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-
tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan
penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus
menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam
berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk
menghindari komplikasi dan risiko kematian.
D. KOMPLIKASI DHF
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat
pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis,
dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma,
efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ.
DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
waktu 12-24 jam.
3. Hepatomegali umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang
tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya
reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mengkibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan
adanya dipsnea.

E. PENATALAKSANAAN DHF

Dasar penatalaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas
(Rampengan, 2007).
Secara umum Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi 4 derajat, terapi yang biasa
dilakukan, yaitu :
a. Penatalaksanaan DHF tanpa Syok
1. Penggantian volume cairan pada DHF
Dasar patogenesis DHF adalah perembesan plasma yang terjadi pada fase
penurunan suhu sehingga dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma
yang hilang. Penggantian cairan awal dihitung untuk 2–3 jam pertama, sedangkan
pada kasus syok lebih sering sekitar 30–60 menit. Tetesan 24–48 jam berikutnya
harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume
urin. Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi
jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi
cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan dehidrasi untuk diare ringan sampai
sedang yaitu cairan rumatan ditambah defisit 6% (5-8%) seperti tertera tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang

Berat Badan (Kg) Jumlah Cairan (ml/kg BB/hari)

<7 220

7 – 11 165

12 – 18 132

>18 88

(Hadinegoro dkk., 2002).


Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat
badan pasien serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat hemokonsentrasi
yang terjadi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan
ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungkan
dari tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Kebutuhan cairan rumatan

Berat badan (Kg) Jumlah cairan (ml)

10 100 per Kg BB
10 – 20 1000 + 50 x BB (untuk BB diatas 10 kg)

>20 1500 + 20 x BB (untuk BB diatas 20 kg)


(Hadinegoro dkk., 2002).
Dengan melihat keterangan tabel diatas dapat diperhitungkan misalnya jika anak
dengan berat badan 40 kg maka cairan rumatan yang diberikan adalah sebanyak
2300 ml dan jumlah cairan rumatan ini diperhitungkan untuk

24 jam. Oleh karena kecepatan perembesan plasma tidak konstan (perembesan


plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu turun), volume cairan pengganti harus
disesuaikan dengan kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari
pemantauan kadar hematokrit (Rampengan, 2007).
2. Antipiretika.

Antipiretikum yang diberikan ialah parasetamol, tidak disarankan diberikan golongan


salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya pendarahan (Rampengan, 2007).
Dosis parasetamol dapat dikelompokkan menurut umur tiap kali pemberian yang
ditampilkan pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Dosis parasetamol menurut kelompok umur pada tiap kali pemberian

Umur Dosis (mg) Tablet (500mg)


(tahun)

<1 60 1/8
1-3 60-125 1/8-1/4

4-6 125-250 1/4-1/2

6-12 250-500 1/2-1


(Hadinegoro dkk., 2002)

3. Antikonvulsan
Apabila timbul kejang – kejang diatasi dengan pemberian antikonvulsan.
a. Diazepam: diberikan dengan dosis 0,5 mg/KgBB/kali secara intravena dan dapat
diulang apabila diperlukan.
b. Phenobarbital: diberikan dengan dosis, pada anak berumur lebih dari satu tahun
diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun 50 mg secara intramuscular.
Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis
3mg/Kg BB secara intramuskular (Anonim, 1985).
4. Pengamatan Penderita
Pengamatan penderita dilakukan terhadap tanda–tanda dini syok. Pengamatan ini
meliputi: keadaan umum, denyut nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan
monitoring Hb, Hct dan trombosit (Anonim, 1985).
F. PENCEGAHAN DHF
Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.
1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering
menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat
penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus
digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat
pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus
dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di
tempat kering selama 6 bulan.
2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan
mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin
kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang),
kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-
barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam
berdarah.

Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti


berikut:
1. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
2. Menggunakan obat anti nyamuk
3. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
4. Gotong Royong membersihkan lingkungan
5. Periksa tempat-tempat penampungan air
6. Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
7. Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
8. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
9. Menanam tanaman pengusir nyamuk
Wabah DHF biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal
ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran jika hampir setiap
tahunnya, wabah DHF digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB).
LAPORAN HASIL EVALUASI

EDUKASI DB

A. Struktur
1. Alat penunjang saat dilakukan edukasi tersedia dan sesuai dengan materi yang
disajikan.
2. Materi penyuluhan ringan dan mudah dimengerti oleh sasaran edukasi.
3. Materi sudah siap 5 hari dan sudah dipelajari 3 hari sebelum edukasi kesehatan.
4. Media sudah siap 5 hari sebelum edukasi kesehatan.
5. Tempat sudah siap 2 jam sebelum edukasi kesehatan.
6. SAP sudah siap 5 hari sebelum edukasi kesehatan.

B. Proses
1. Edukasi berjalan dengan lancar.
2. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
3. Peserta aktif bertanya, terjadi komunikasi dua arah.
4. Media dapat digunakan secara efektif
5. Kehadiran peserta sebanyak 12 orang.

C. Hasil
1. Setelah mengikuti proses edukasi selama 45 menit klien mampu memahami tentang
penyakit DB
2. Setelah mengikuti proses edukasi selama 45 menit klien mampu :
a. Memahami dan menyebutkan pengertian DB
b. Memahami dan menyebutkan penyebab DB
c. Memahami dan menyebutkan derajat DB
d. Memahami dan menyebutkan tanda dan gejala DB
e. Memahami dan menyebutkan tanda dan gejala DB
f. Memahami dan menyebutkan pencegahan DB.
D. Dokumentasi Penyuluhan DB
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2015.Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari. Diakses: 12 Mei
2015.www.depkes.go.id.

Doenges, Marilyn, E. 2009. RencanaAsuhanKeperawatan. AlihBahasa: I Made Kariasi,S.Kp. Ni


Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta: Sagung Seto.

Sunaryo. 2014. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis DemamBerdarah Dengue. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai