Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Ilmu Keperawatan


Topik : Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
Sasaran : Pasien An “Q” dan Keluarga
Tempat : Ruang IRNA I RSUD P3 Gerung
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Maret 2019
Waktu : 15.00 WITA

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit Dengue
Hemorhagic Fever (DHF) dan perawatan klien Dengue Hemorhagic Fever (DHF),
klien dan keluarga mengerti mengenai penyakit Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
dan dapat mengetahui cara perawatan yang perlu diberikan kepada klien yang
menderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF).

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit Dengue
Hemorhagic Fever (DHF) dan perawatan pasien Dengue Hemorhagic Fever (DHF),
diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian DHF.
2. Menyebutkan penyebab DHF.
3. Menyebutkan tanda dan gejala DHF.
4. Menjelaskan cara pencegahan DHF.
5. Menjelaskan komplikasi DHF.
6. Menjelaskan Penatalaksanaan DHF.

III. SASARAN
Penderita Dengue Hemorhagic Fever (DHF) dan keluarga
IV. MATERI (Terlampir)
1. Pengertian DHF.
2. Penyebab DHF.
3. Tanda dan gejala DHF.
4. Cara penanggulangan/pencegahan DHF.
5. Komplikasi DHF.
6. Penatalaksanaan DHF.

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
a. Leaflet

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

No Fase Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu


1. Pra a. Menyiapkan Satuan Acara 3 menit
Interaksi Penyuluhan & bahan.
b. Menentukan kontrak
waktu & materi dengan
klien dan keluarga

2. Kerja c. Membuka kegiatan f. Menjawab salam 1 menit


dengan mengucapkan
salam.
d. Memperkenalkan diri g. Mendengarkan 1 menit
e. Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan 1 menit
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang  Memperhatikan 1 menit
akan diberikan. 1 menit
 Menggali pengetahuan  Memperhatikan
pasien dan keluarga
tentang Dengue 10 menit
Hemorhagic Fever  Memperhatikan
(DHF). 5 menit
 Menjelaskan konsep  Bertanya dan
Dengue Hemorhagic menjawab pertanyaan
Fever (DHF) yang diajukan.
 Memberi kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mengajukan pertanyaan
kemudian didiskusikan
bersama & menjawab
pertanyaan.
3. Evaluasi :  Menanyakan kepada  Menjawab pertanyaan 5 menit
peserta tentang materi
yang telah diberikan
4. Terminasi :  Mengakhiri pertemuan &  Mendengarkan 2 menit
mengucapkan terimakasih
atas partisipasi pasien dan  Menjawab salam
keluarga
 Mengucapkan salam
penutup

VIII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : leaflet
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang IRNA I RSUD P3
Gerung.
f. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Pasien dan keluarga dapat :
a. Menjelaskan pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
b. Menjelaskan penyebab Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
c. Menjelaskan tanda dan gejala Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
d. Menjelaskan cara pencegahan Dengue Hemorhagic Fever (DHF) di rumah
e. Menjelaskan komplikasi Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
f. Menjelaskan penatalaksanaan Dengue Hemorhagic Fever (DHF) di rumah

IX. PENGORGANISASIAN
Yang menyampaikan penyuluhan : Kelompok 1 dan 2
MATERI PENYULUHAN

DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue (Saroso,
2007).
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999).
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkanoleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak (Nursalam, 2005).

B. Penyebab/etiologi
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang dibawa
oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B
Arthropod borne virus (arbovirusess) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus,
family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak
sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan melibatkan tiga factor yaitu manusia,
virus dan virus perantara. Nyamuk-nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue
kepada manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang
mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa
inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari
atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam,
2005).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali
dapat member gejala sebagai demam dengue. Apabila orang itu mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang
berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama
kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2000).

C. Tanda dan gejala


Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinis yang bervariasi mulai
dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam berdarah dengue sampai sindrom
syok dengue. Walaupun secara epidemiologi infeksi ringan lebih banyak tetapi
pada awal penyakit hamper tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Biasanya ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan
kegagalan sirkulasi. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal
sindrom trias dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan
(kepala, bola mata, punggung dan sendi) dan timbul ruam makulopapular. Tanda
lain menyerupai damam dengue yaitu anoreksia, muntah dan nyeri kepala
(Mansjoer, 2000).
Standar DHD menurut WHO (1997) yang telah ditetapkan tanda klinis, yaitu :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab yang
jelas).
2. Menifestasi perdarahan, termasuk paling tidak setelah di uji dengan tourniquet
positif dan tampak bentuk lain perdarahan atau perdarahan spontan (petechia,
purpura, echimosis, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis menelan)
3. Pembesaran hati
4. Syok, yang ditandai nadi cepat dan lemah (130x/menit), disertai oleh tekanan
darah menurun (tekanan systole menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan
kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.
Penderita mengalami gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.

D. Derajat/klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut
(Mansjoer, 2005).
1. Derajat I (ringan)
Terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan
manifestasi perdarahan teringan yaitu uji tourniquet positif.
2. Derajat II (sedang)
Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan yang lebih hebat
seperti : ptikie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
3. Derajat III
Didapatkan perdarahan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan menurun
(20mmHg)/hipotensi, sionosis disekitar lutut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV
Terdapat Dengue Syok Syndrom (DSS) dengan nadi dan tekanan darah yang
tidak terukur.

E. Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi
vector nyamuk demam berdarah. Inisiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang
sudah tidak digunakan (misalnya pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol
penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan
membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah
Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari
penyakit demam berdarah, sebagai berikut :
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, rutin olahraga, dan
istirahat yang cukup.
2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu
menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena
dapat menyebabkan polusi tanah. Akan tetapi lebih baik bila barang-barang bekas
tersebut didaur ulang.
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan
bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk
memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk.
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami
demam atau panas tinggi.

F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah (Hidayah, 2004) diantaranya :
1. Perdarahan gastrointestinal karena trombositopenia serta terganggunya fungsi
trombosit disamping difisiensi yang ringan.
2. Syok hipovolemik karena kekurangan volume plasma sampai 20% atau lebih,
menghilangnya plasma melalui endhotelium ditandai dengan peningkatan
hematokrit yang menyebabkan asidosis metabolic, bahkan menimbulkan
kematian.
3. Efusi pleura terjadi karena kerusakan dinding pembuluh darah bersifat sementara,
dengan pemberian cairan yang cukup. Syok dapat diatasi dari efusi pleura
biasanya menghilang setelah beberapa kali perawatan.
4. Kegagalan sirkulasi darah terjadi karena kerusakan system vaskuler dengan
adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah terhadap protein plasma dan
efusi pada ruang serosa di bawah peritoneal pleura.
G. Penatalaksanaan
1. SOP : penanganan klien DHF di rumah
Kondisi klinis Asuhan Keperawatan
1. Panas hari ke 1 – 3 a. Istirahatkan klien (bedrest)
Fase waspada →kode kuning b. Observasi tingkat kesadaran
Keluhan DHF sesuai criteria c. Observasi tanda-tanda perdarahan
WHO pada gusi, hidung, kulit dan saluran
Derajat I : panas mendadak dan cerna
rumple leed (+) d. Ukuran tanda-tanda vital tiap 4 -6
jam
e. Monitor ulang keluhan klien,
kembung dan nyeri perut
f. Bantu kebutuhan hygiene dan
eliminasi
2. Panas hari ke 4 – 7 Segera Bawa Ke Rumah Sakit
Fase kritis → kode merah a. Istirahatkan klien (bedrest)
b. Observasi tingkat kesadaran
Keluhan DHF sesuai criteria c. Observasi tanda-tanda perarahan
WHO pada gusi, hidung, kulit dan saluran
Derajat II : cerna
a. Demam d. Ukur tanda-tanda vital tiap 4-6 jam
b. Rumple leed (+) e. Monitor ulang keluhan klien,
c. Perdarahan spontan (+) kembung dan nyeri perut
f. Bantu kebutuhan hygien dan
eliminasi
g. Berikan minum banyak
1. Anak : 1 – 2 L/hari
2. Dewasa : >2 L/hari
h. Berikan makanan lunak atau sesuai
diet, porsi kecil dan sering
i. Berikan kompres air biasa atau tepid
spong pada anak-anak
j. Berikan cairan infuse sesuai
1. Anak : criteria BB anak
2. Dewasa : RL 4 jam/kolf
k. Ukur intake output cairan tiap 4 – 6
jam, hitung balance cairan /24 jam
l. Ambil darah untuk pemeriksaan DL
sesuai SOP medis
m. Lapor hasil lab dan bila ada
perdarahan
n. Kolaborasi antipiretik dan
antitematic
o. Komunikasi terpeutik dengan klien
dan keluarga
3. Panas hari ke 4 – 7 Intervensi :
Fase kritis → kode merah a. Istirahatkan klien bedrest total
b. Observasi tingkat kesadaran,
Keluhan DHF sesuai criteria perdarahan lebih lanjut dan ukur TTV
WHO tiap 15 menit
Derajat III dan IV : c. Bebaskan jalan napas
a. Syok berat d. Berikan O2 2 – 4 L/menit
b. Nadi tidak teraba e. Pasang monitor TTV, infuse, dower
c. Tekanan darah tidak teratur kateter dan alat bantu napas/gudel
d. Pernapasan tidak teratur f. Puasakan klien
e. Ekstremitas dingin g. Berikan cairan infuse sesuai SOP
f. Berkeringat dan kulit medis
tampak biru h. Monitor tetesan infuse secara ketat
i. Ukur dan catat intake output cairan
tiap 3 jam dan hitung balance cairan
j. Kolaborasi : transfuse darah,
pemeriksaan darah lengkap, AGD,
elektrolit, ureum, kreatinin dan
hemostase
k. Lapor hasil lab pada dokter
l. Observasi reaksi trnsfusi dan lapor
segera pada dokter bila terjadi
komplikasi transfusi.
4. Panas lebih dari hari ke 7 Intervensi :
Fase penyembuhan → kode a. Observasi tingkat kesadaran dan
hijau perdarahan
b. Ukur TTV tiap 8 jam
Keluhan : c. Monitor ulang keluhan klien
a. Tidak demam d. Istirahatkan klien (mobilisasi tetap)
b. Trombosit meningkat e. Bantu kebutuhan personal hygiene
c. Nadi dan tekanan darah dan eliminasi
kembali normal f. Berikan minum banyak
d. Nafsu makan membaik 1. Anak : 1 – 2 L/hari
2. Dewasa : >2 L/hari
Berupa air putih, teh manis, sirup, jus
buah dan susu
g. Berikan makanan sesuai diit
h. Berikan pengurangan infuse sesuai
program medis
i. Waspadai resiko kelebihan cairan
j. Ukur intake output cairan tiap 6 jam
k. Ambil darah untuk pemeriksaan
darah lengkap sesuai SOP medis
l. Lapor pada dokter hasil Lab bila ada
kondisi klien menurun
m. Pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga
n. Discharge planning

2. Terapi
a. Grade I + II :
1) Oral (minum)
Pemasukan cairan :
a) Infuse cairan RL dengan dosis 75 ml/kg/BB/hari untuk anak dengan
BB<10 kg atau 50 ml/kgBB/hari untuk anak dengan BB > 10 kg
bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
b) Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin
c) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infuse yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB < 25 kg
 75 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg
 60 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg
 50 ml/kgBB/24jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg
Kebutuhan cairan untuk dehidrasi sedang
Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kgBB/hari
<7 220
7 – 11 165
12 – 18 132
>18 88

Kebutuhan cairan rumatan


Berat waktu masuk (kg) Jumlah cairan ml/kgBB/hari
10 100/kgBB
10 – 20 1.000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
>20 1.500 20 x kg (diatas 20 kg)

b. Grade III
1) Berikan cairan infuse RL 20 ml/kgBB/1jam.
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur > 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi < 120x/menit dan akral hangat) lanjutkan dengan rL 10
ml/kgBB/1jam
2) Apabila 1 jam setelah pemakaian cairan infuse RL 20 ml/kgBB/1 jam
keadaan tensi masih terukur < 80 mmHg, maka penderita tersebut harus
memperoleh cairan plasma atau plasma expander (dekstran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/kgBB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/kgBB
dalam kurun waktu 24 jam.

c. Grade IV
1) Berikan cairan infuse RL sebanyak 30 ml/kgBB/1 jam, bila keadaan
membaik (tensi > 80 mmHg, nadi < 120x/menit dan akral hangat)
dilanjutkan dengan pemberian cairan infuse RL sebanyak 10 ml/kgBB/1
jam)
2) Apabila setelah pemberian cairan infuse RL 30 ml/kgBB/1 jam keadaan
umum masih buruk, maka penderita harus dipasang infuse pada dua tempat
dengan maksud satu tempat untuk cairan infuse RL 10 ml/kgBB/1 jam dan
satu tempat lainnya untuk pemebrian cairan plasma atau plasma expander
(dekstran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam.
3) Apabila keadaan umum masih buruk maka penderita tersebut sebaiknya
diberikan cairan plasma sebanyak 20 ml/kgBB/1 jam
4) Apabila setelah pemberian cairan infuse RL 30 ml/kgBB/1 jam keadaan
umum membaik tetapi tensi terukur < 80 mmHg dan nadi <120x/menit,
akral hangat atau dingin maka penderita ini sebaiknya diberikan cairan
plasma sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30
ml/kgBB/24 jam.
5) Jika tatalaksana grade IV setelah dua jam plasma sebanyak 20 ml/kgBB/1
jam dan cairan infuse RL 10 ml/kgBB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan
(tensi = 0, nadi = 0) maka penderita ini perlu dikonsultasikan ke bagian
anastesi untuk dievaluasi tentang kebenaran cairan yang dibutuhkan apakah
sudah sesuai dengan yang masuk
6) Jika tatalaksana grade IV setelah dua jam sesudah memperoleh cairan infuse
RL 30 ml/kgBB/1 jam dan cairan plasma atau plasma expander sebanyak 20
ml/kgBB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (tensi < 80
mmHg, nadi >120x/menit) maka penderita ini perlu diberikan cairan plasma
sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam.
7) Jika tatalaksan grade IV setelah dua jam sesudah memperoleh cairan infuse
RL 30 ml/kgBB/1 jam dan cairan plasma atau plasma expander (dekstran L
atau lainnya) sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam belum menunjukkan perbaikan
yang optimal (tensi > 80 mmHg, nadi < 120x/menit, akral dingin) maka
penderita ini perlu diberikan cairan plasma atau plasma expander (dekstran
L atau lainnya) sebanyak 10 ml/kgBB/1 jam dan dapat diulangi maksimal
30 ml/kgBB/1 jam pikirkan bahwa overload dan kemampuan kontraksi yang
kurang. Dalam hal ini penderita perlu diberikan lasix 1 mg/kgBB/1 jam dan
dopamine.
3) Obat-obat lain :
a. Antibiotic apabila terdapat infeksi sekunder
b. Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh
c. Darah 15 cc/kgBB/hari bila perdarahan hebat

4) Penatalaksanaan DHF tanpa penyulit adalah :


a. Tirah baring
b. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam, dengan air teh, gula atau susu
c. Berikan paracetamol bila demam
d. Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan)
e. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
The First International Conference on Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever,
“Abstract Book”. Chiang Mai, Thailand 2000.

Depkes RI. 1992. Petunujuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD.
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menukar dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. Bhakti Husada : 13-5
Soeroso, Thomas. 1983. Tinjauan Keadaan dan Dasar-dasar Dalam Pemberantasan
Demam Berdarah di Indonesia. Jakarta : Sub. Dit Arbovirus Dit P2B2
Direktorat P3M

Anda mungkin juga menyukai