No. 354D/Stikes.R/VII/2021
Menugaskan kepada :
Nama : 1. Siti Patonah, S.Kep., Ns., M.Kes
2. Innani Wildania Husna, S.Kep., Ns., M.Kep
3. Eva Riantika R P, S.Kep., Ns., M.Kep
4. Retno Puji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
5. Titik Nuryanti, S.Kep., Ns., M.Kep
Keperluan : Menyusun Modul
Judul : Modul Keperawatan Maternitas I
Waktu : Ganjil 2021/2022
Demikian Surat Tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.
KEPERAWATAN
MATERNITAS 1
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
DAN PROFESI NERS
KEPERAWATAN MATERNITAS
Penyusun:
Penerbit
STIKES Rajekwesi Bojonegoro
i
MODUL KEPERAWATAN MATERNITAS
PENYUSUN
Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M.Kep
Titik Nuryanti, S. Kep., Ns., M. Kep
Eva Riantika Ratna P., S. Kep., Ns., M. Kep
Innani Wildania Husna, S. Kep., Ns., M. Kep
EDITOR
Retno Puji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
ISBN :
Hak Cipta @2021, Pada Penerbit
Hak publikasi pada STIKES Rajekwesi Bojonegoro
Dilarang menerbitkan atau menyebarluaskan sebagian atau seluruh isi modul ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanis termasuk
memfotocopy, merekam, atau system penyimpanan dan pengambilan informasi
tanpa seizin tertulis penerbit.
Penerbit
STIKES Rajekwesi Bojonegoro
Jalan Raya Dander, Ngumpak Dalem, Dander, Kec. Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kode Pos 62171
Telp. (0353) 882197
Email: stikes@rajekwesi.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
Modul Keperawatan Maternitas dapat diselesaikan. Modul ini diharapkan dapat
menjadi panduan dalam pelaksanaan praktikum. Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M. Kes, selaku Ketua STIKES Rajekwesi
Bojonegoro.
2. Rahmawati, M. Kes, selaku Wakil Ketua 1 STIKES Rajekwesi Bojonegoro.
3. Evita Muslima IP, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Wakil Ketua 2 STIKES
Rajekwesi Bojonegoro.
4. A. Maftukhin, M. Kes, selaku Wakil Ketua 3 STIKES Rajekwesi
Bojonegoro.
5. Para Dosen dan Staf STIKES Rajekwesi Bojonegoro yang telah mendukung
dan memberikan sarannya kepada kami.
Modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi pembaca terutama bagi mahasiswa.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................ i
Lembar Balik ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................ iii
Daftar Isi .................................................................................................. iv
Tata Tertib ............................................................................................... vi
Tata Cara Praktikum.............................................................................. vii
Panduan Modul ....................................................................................... viii
Panduan Pertemuan
Pertemuan 1
1.1 Manuver Leopold ................................................................................ 1
1.2 Penghitungan Denyut Jantung Janin ................................................... 6
1.3 Mengukur Tinggi Fundus Uteri Kehamilan ........................................ 9
1.4 Menentukan Usia Kehamilan .............................................................. 15
1.5 Menghitung Taksiran Partus ............................................................... 21
1.6 Menghitung Taksiran Berat Janin ....................................................... 26
1.7 Periksa Dalam (Vagina Toucher) ....................................................... 33
Pertemuan 2
Senam Hamil ............................................................................................. 37
Pertemuan 3
Partograf .................................................................................................... 45
Pertemuan 4
4.1 Observasi Kontraksi ............................................................................ 51
4.2 Tindakan Amniotomi .......................................................................... 54
4.3 Tindakan Episiotomi ........................................................................... 58
4.4 Tindakan Menjahit Perineum .............................................................. 65
Pertemuan 5
5.1 Tindakan Menolong Persalinan Normal ............................................. 70
5.2 Tindakan Melahirkan Plasenta ............................................................ 79
5.3 Tindakan Manajemen Kala IV ............................................................ 84
Pertemuan 6
6.1 Tindakan Membersihkan Jalan Nafas Bayi Setelah Lahir .................. 90
6.2 Tindakan Menghitung Apgar Score .................................................... 93
6.3 Tindakan Bounding Attachment ......................................................... 97
Pertemuan 7
CTG ........................................................................................................... 104
Pertemuan 8
Pemeriksaan Umum Nifas ......................................................................... 109
Pertemuan 9
9.1 Teknik Menyusui................................................................................. 114
9.2 Perawatan Perineal .............................................................................. 120
9.3 Manajemen Laktasi ............................................................................. 124
Pertemuan 10
10.1 Memandikan Bayi Baru Lahir dan Merawat Tali Pusat .................... 129
10.2 Perawatan Bayi Sehari-Hari .............................................................. 135
iv
Pertemuan 11
Senam Nifas .............................................................................................. 140
Pertemuan 12
Manajemen Nyeri ...................................................................................... 147
Pertemuan 13
Pendidikan Kesehatan Perawatan Bayi Baru Lahir ................................... 155
Pertemuan 14
Konseling Keluarga ................................................................................... 159
Penutup .................................................................................................... 181
Daftar Pustaka ......................................................................................... 182
v
TATA TERTIB
vi
TATA CARA PRAKTIKUM
vii
PANDUAN MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MATERNITAS
1. Deskripsi Modul
Modul berisi tentang upaya meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan
usia subur, ibu hamil, melahirkan, nifas, diantara dua masa kehamilan dan
bayi baru lahir fisiologis dengan penekanan pada upaya preventif dan
promotif yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan
memperhatikan aspek legal dan etis di tatanan klinik maupun komunitas.
2. Tujuan
Modul Keperawatan Maternitas untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan dalam membantu memenuhi
berbagai kebutuhan manusia. Melalui modul ini, diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melakukan tindakan manuver leopold, penghitungan denyut jantung
janin, mengukur tinggi fundus uteri kehamilan, menentukan usia
kehamilan, menghtuung taksiran oartusm menghitung taksiran berat
janin, dan vagina toucher.
b. Melakukan tindakan senam hamil.
c. Melakukan tindakan partograf.
d. Melakukan tindakan observasi kontraksi, tindakan amniotomi, tindakan
episiotomi, dan tindakan menjahit perineum.
e. Melakukan tindakan menolong persalinan normal, melhirkan plasentam
dan manajemen kala IV.
f. Melakukan tindakan membersihkan jalan nafas bayi setelah lahir,
menghitung aogar skor, dan bounding attachment.
g. Melakukan tindakan CTG (Cardiotocography).
h. Melakukan tindakan pemeriksaan umum nifas.
i. Melakukan tindakan teknik menyusui, perawatan perineal, dan
manajemen laktasi.
j. Melakukan tindakan memandikan bayi baru lahir dan merawat tali pusat
serta perawatan bayi sehari-hari.
k. Melakukan tindakan senam nifas.
viii
l. Melakukan tindakan manajemen nyeri.
m. Melakukan tindakan pendidikan kesehatan perawatan bayi baru lahir.
n. Melakukan tindakan konseling keluarga.
3. Sasaran
Modul Keperawatan Maternitas untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam membantu meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan usia subur,
ibu hamil, melahirkan, nifas, diantara dua masa kehamilan dan bayi baru lahir
fisiologis dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memperhatikan aspek
legal dan etis di tatanan klinik maupun komunitas.
4. Waktu
Modul Keperawatan Maternitas ini dilakukan melalui 14 kali pertemuan
dengan mahasiswa dengan rincian waktu sebagai berikut:
Pertemuan 1: Minggu 1, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 2: Minggu 2, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 3: Minggu 3, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 4: Minggu 4, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 5: Minggu 5, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 6: Minggu 6, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 7: Minggu 7, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 8: Minggu 8, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 9: Minggu 9, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 10: Minggu 10, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 11: Minggu 11, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 12: Minggu 12, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 13: Minggu 13, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 14: Minggu 14, selama 170 menit (efektif)
5. Tempat
Laboratorum Maternitas
6. Bentuk Aktifitas
a. Pertemuan pertama merupakan kegiatan tindakan manuver leopold,
penghitungan denyut jantung janin, mengukur tinggi fundus uteri
ix
kehamilan, menentukan usia kehamilan, menghtuung taksiran oartusm
menghitung taksiran berat janin, dan vagina toucher.
b. Pertemuan kedua merupakan kegiatan senam hamil.
c. Pertemuan ketiga merupakan kegiatan mengisi partograf.
d. Pertemuan keempat merupakan kegiatan observasi kontraksi, tindakan
amniotomi, tindakan episiotomi, dan tindakan menjahit perineum.
e. Pertemuan kelima merupakan kegiatan menolong persalinan normal,
melhirkan plasentam dan manajemen kala IV.
f. Pertemuan keenam merupakan kegiatan membersihkan jalan nafas bayi
setelah lahir, menghitung aogar skor, dan bounding attachment.
g. Pertemuan ketujuh merupakan kegiatan CTG (Cardiotocography).
h. Pertemuan kedelapan merupakan kegiatan pemeriksaan umum nifas.
i. Pertemuan kesembilan merupakan kegiatan teknik menyusui, perawatan
perineal, dan manajemen laktasi.
j. Pertemuan kesepuluh merupakan kegiatan memandikan bayi baru lahir
dan merawat tali pusat serta perawatan bayi sehari-hari.
k. Pertemuan kesebelas merupakan kegiatan senam nifas.
l. Pertemuan keduabelas merupakan kegiatan manajemen nyeri.
m. Pertemuan ketigabelas merupakan kegiatan pendidikan kesehatan
perawatan bayi baru lahir.
n. Pertemuan keeempatbelas merupakan kegiatan konseling keluarga.
7. Alat dan Bahan
a. Modul
b. Format evaluasi dan dokumentasi
c. Alat Tulis
8. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
c. Demonstrasi
d. Redemonstrasi
x
9. Setting
Dilaksanakan di ruang Laboratorium Maternitas, membentuk forum diskusi
dengan kelompok-kelompok kecil.
xi
PANDUAN PERTEMUAN 1
MANUVER LEOPOLD
1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MANUVER LEOPOLD
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan manuver leopold.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan manuver leopold
2. Menjelaskan tujuan tindakan manuver leopold
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan manuver leopold
4. Menjelaskan prosedur tindakan manuver leopold
5. Mengimplementasikan tindakan manuver leopold dengan tepat
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan untuk mencari tahu posisi janin di dalam kandungan
dalam empat tahap dengan meraba rahim melalui perut ibu.
Manfaat 1. Menentukan umur kehamilan
Tindakan 2. Mengetahui presentasi janin
Indikasi Ibu hamil dengan usia kehamilan bulan ke-5 atau minggu ke-20
Kontraindikasi 1. Ibu hamil dengan usia kehamilan < 19 minggu SKOR
2. Sulit dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding
perut tebal)
3. Ibu hamil yang mengalami polihidramnion
4. Ibu tidak hamil
Persiapan Alat 1. Tempat tidur 15
dan Bahan 2. Bantal
3. Alat ukur (medline)
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi klien 15
(Fase Orientasi) dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir, dan
cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Anjurkan klien untuk buang air kecil terlebih dahulu.
7. Atur posisi klien aman dan nyaman.
8. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon dan masker.
2
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal
di bagian kepala dan lutut agak ditekuk, kemudian tutupi bagian
tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan diperiksa.
5. LakukanManuver Leopold I
3
7. Lakukan Manuver Leopold III
4
9. Bereskan peralatan
10. Buka sarung tangan dan cuci tangan
11. Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan manuver leopold pada Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
5
PENGHITUNGAN DENYUT JANTUNG JANIN
6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGHITUNGAN DENYUT JANTUNG JANIN
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan penghitungan denyut jantung janin.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan penghitungan denyut jantung janin
2. Menjelaskan tujuan tindakan penghitungan denyut jantung janin
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan penghitungan denyut jantung
janin
4. Menjelaskan prosedur tindakan penghitungan denyut jantung janin
5. Mengimplementasikan tindakan penghitungan denyut jantung janin dengan tepat
Pengertian Menghitung denyut jantung janin dalam satu menit penuh dengan menggunakan alat
tertentu.
Manfaat Untuk mengetahui status kesehatan janin
Tindakan
Indikasi Denyut jantung janin dengan menggunakan doppler (12 minggu), fetoscope (18-20
minggu), atau ultrasound stetoskope (awal timester).
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Fetoskope atau stetoskop laennec 15
dan Bahan 2. Doopler
3. Jam tangan
4. Buku catatan
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi klien 15
(Fase Orientasi) dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir, dan
cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Anjurkan klien untuk buang air kecil.
7. Atur posisi klien aman dan nyaman.
8. Persilahkan pasien untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal
di bagian kepala, lutut diluruskan.
9. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
7
Pelaksanaan 9. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 10. Pakai handscoon dan masker.
11. Dekatkan alat di samping klien.
12. Tutupi dengan selimut bagian tubuh pasien yang tidak termasuk area
yang akan di periksa.
13. Lakukan perhitungan denyut jantung janin.
14. Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan posisi
punggung janin atau area garis tengah fundus 2-3 cm di atas simpisis
pubis terus kearah kuadran bawah kiri (puctum maximum).
15. Letakkan fetoskope/ doopler diatas area yang telah ditentukan untuk
mendengarkan DJJ.
16. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. DJJ normalnya 120-160x/ menit.
17. Bereskan peralatan.
18. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
19. Rapikan kembali klien.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan penghitungan denyut jantung janin pada Ny.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
8
MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI KEHAMILAN
9
Tabel 1. Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald (dalam Tafsiran Usia
Kehamilan)
Umur Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu ½ simfisis – pusat
20 minggu 3 jari dibawah simfisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu ½ pusat – processus xifoideus
36 minggu Setinggi processus xifoideus
40 minggu 28 jari dibawah processus xifoideus
Sumber : Prawirohardjo (2009)
10
Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari
simfisis, maka diperoleh:
Tabel 2. Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold (dalam cm)
Umur Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
22-28 minggu 24-25 cm diatas simfisis
28 minggu 26, 7 cm diatas simfisis
30 minggu 29,5 – 30 cm diatas simfisis
32 minggu 29,5 – 30 cm diatas simfisis
34 minggu 31 cm cm diatas simfisis
36 minggu 32 cm diatas simfisis
38 minggu 33 cm diatas simfisis
40 minggu 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : Sari, Anggita dkk. (2015)
11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI KEHAMILAN
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tinggi fundus uteri kehamilan.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan pengukuran tinggi fundus uteri kehamilan
2. Menjelaskan tujuan tindakan pengukuran tinggi fundus uteri kehamilan
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan pengukuran tinggi fundus uteri
kehamilan
4. Menjelaskan prosedur pengukuran tinggi fundus uteri kehamilan
5. Mengimplementasikan tindakan pengukuran tinggi fundus uteri kehamilan
dengan tepat
Pengertian Pengukuran yang dilakukan pada perut ibu hamil dengan cara palpasi atau dengan
menggunakan metline
Manfaat Menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu, hasilnya bisa dibandingkan
Tindakan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT), dan kapan gerakan janin
mulai dirasakan.
Indikasi Ibu hamil
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Mettelin (pita ukur) 15
dan Bahan 2. Buku catatan
3. Bantal
4. Selimut
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi klien 15
(Fase Orientasi) dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir, dan
cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Persilahkan klien untuk mengosongkan kandung kemih.
7. Atur posisi klien aman dan nyaman.
8. Persilahkan klien untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal
dibagian kepala, kemudian tutupi bagian klien yang tidak termasuk
area yang akan diperiksa.
12
9. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon dan masker.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Posisi petugas menghadap ke kepala klien.
5. Pakai selimut dan buka pakaian atas ibu untuk diperiksa.
6. Lakukan pengukuran dengan menggunakan pita ukur.
a. Tentukan bagian tertinggi fundus memakai tangan kiri, sedikit
menekan dinding atas perut ibu.
b. Bila menggunakan meteran, ukur tinggi fundus uteri dengan
menggunakan meteran dari bagian fundus ke simfisis pubis,
tinggi fundus dinyatakan dalam satuan cm.
c. Bila menggunakan jari pemeriksa ukur dengan jari kanan berapa
jari diatas atau dibawah pusat.
7. Lakukan Pengukuran Mc Donald
a. Letakkan ujung alat ukur (meteran) di bagian atas simpisis
pubis.
b. Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas
mengikuti kurve fundus (atau tanpa mengikuti kurve fundus
bagian atas).
c. Tentukan tinggi fundus uteri.
d. Hitung perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan rumus
Mc Donald
Usia Kehamilan (Hitung Bulan) = TFU (cm) x 2/7
Usia Kehamilan (Hitung Minggu) = TFU (cm) x 8/7
8. Bereskan peralatan.
9. Buka sarung tangan dan cuci tangan.
10. Rapikan kembali klien.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan mengukur tinggi fundus uteri kehamilan pada
Ny. …… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil
yang didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
13
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
14
MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
Lamanya hamil normal yang dimulai dari ovulasi sampai partus adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan seluruhnya dibagi
menjadi 3 periode. Masing–masing periode lamanya 3 bulan (12 Minggu)
(Adriaansz, et. Al, 2007).
1. Trimester I (0-12 Minggu)
Periode trimester I merupakan masa atau fase yang kritis. Pada fase ini embrio
tumbuh tulang belakang, otak syaraf tulang belakang, jantung, sirkulasi darah
dan pencernaan. Jantung mulai memompa darah, bagian utama otak dapat
dilihat, telinga dibentuk dari lipatan kulit, ginjal memproduksi urine.
Kehamilan pada fase ini mudah terjadi keguguran. Selain itu pada fase ini
sering terjadi gejala mual dan muntah. Serta berbagai reaksi adaptasi tubuh
karena adanya hormon kehamilan.
2. Trimester II (12-28 Minggu)
Periode trimester II merupakan periode paling stabil, pada periode ini
kehamilan sudah terbentuk sempurna. Aktifitas janin sudah dimulai, gerakan
janin aktif, pernafasan mulai aktif, mulai terbentuk surfaktan. Ibu sudah mulai
beradaptasi sehingga tidak sensitif lagi, ibu merasa senang, sehat dan segar.
Secara psikologis ibu sudah menginginkan kehamilan dan ayah sudah
mendambakan kehadiran anaknya.
3. Trimester III (28-40 Minggu)
Periode trimester III janin sudah mempunyai simpanan lemak yang
berkembang dibawah kulit, mulai menyimpan zat besi, kalium, dan phosphor,
sehingga kondisi ibu kembali menjadi rawan. Kehamilan semakin berat dan
seluruh tubuh akan membengkak. Ini adalah beban berat bagi si ibu, sehingga
ibu sering menjadi cepat lelah dan lemah. Ibu hamil sering terasa panas dan
banyak berkeringat.
Menentukan usia kehamilan yang akurat dapat dilakukan dengan 3 metode
yaitu sebagai berikut:
15
1. Metode Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
HPHT adalah hari pertama haid terakir seorang wanita sebelum hamil. Cara
menentukan HPHT adalah dengan melakukan anamnesis pada ibu secara tepat
karena apabila terjadi kesalahan, maka penentuan usia kehamilan juga menjadi
tida tepat. Haid terakir tersebut harus normal, baik dari lamanya maupun dari
banyaknya. Jadi beberapa pertanyaan yang bisa diajukan adalah sebagai
berikut: kapan ibu mengeluarkan haid terakir sebelum haid, apakah pada
tanggal tersebut sudah bersih atau masih baru keluar darah haidnya, berapa
lama menstruasinya, berapa banyak menstruasinya (jika hanya sedikit maka
kemungkinan sudah terjadi nidasi. Dihitung secara rinci hari-hari yang sudah
dilalui dimulai dari HPHT sampai tanggal waktu perhitungan.
2. Perhitungan dari tafsiran persalinan
Di hitung secara rinci hari-hari yang belum dilalui secara mundur dimulai dari
TP sampai tanggal waktu perhitungan, kemudian mengurangi dari 40 minggu
(bulan aterm) dengan hasil perhitungan. Perhitungan ini dapat ditentukan
setelah HPHT didapatkan TP (jika bulan >4-12) = tanggal HPHT +7, bulan - 3,
tahun HPHT +1 dan TP (jika bulan >1-3) = tanggal HPHT +7, bulan +9, tahun
HPHT +0.
3. Gerakan pertama fetus
Diperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada usia kehamilan 16 minggu
terdapat perbedaan. Namun, perkiraan ini tidak tepat karena perbedaan
merasakan gerakan antara primigravida dengan multigravida. Pada
primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu, sedangkan pada
multigravida sekitar 16 minggu.
4. Metode Pengukuran TFU
Metode pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dapat dilakukan dengan
menggunakan pita ukur. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas
simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai
puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu
kehamilan.
16
Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simpisis atau 3 jari di atas simpisis 12 minggu
½ simpisis-pusat 16 minggu
2/3 di atas simpisis atau 3 jari di bawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas pusat 28 minggu
½ pusat –procesus xipoideus 32 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari (4cm)di bawah PX 40 minggu
17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGHITUNG USIA KEHAMILAN
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menentukan usia kehamilan.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan menentukan usia kehamilan
2. Menjelaskan tujuan tindakan menentukan usia kehamilan
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan menentukan usia kehamilan
4. Menjelaskan prosedur menentukan usia kehamilan
5. Mengimplementasikan tindakan menentukan usia kehamilan dengan tepat
Pengertian Metode untuk menentukan usia kehamilan pada ibu hamil.
Manfaat Menentukan usia kehamilan
Tindakan
Indikasi Ibu hamil trimester 1, 2, dan 3
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Kertas 15
dan Bahan 2. Pulpen/ pensil
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi klien 15
(Fase Orientasi) dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir, dan
cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Menentukan usia kehamilan dengan Metode Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT)
Tanyakan kepada pasien hari pertama haid terakhir.
Hitung sampai klien memeriksakan kondisinya.
3. Menentukan usia kehamilan dengan Metode Pengukuran TFU
Letakkan titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis
pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen
sampai puncak.
18
Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-
24 minggu kehamilan.
19
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan menentukan usia kehamilan pada Ny. …… pada
hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan
…. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
20
MENGHITUNG TAKSIRAN PARTUS
21
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu
kehamilan.
3. Metode Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan bagian-bagian dalam tubuh manusia, dimana
dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan
jaringan sekitarnya. Penentuan usia kehamilan dengan USG menggunakan 3
cara yaitu:
d. Mengukur diameter kantong kehamilan pada kehamilan 6-12 minggu.
e. Mengukur jarak kepala bokong pada kehamilan 7-14 minggu.
f. Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12 minggu.
22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGHITUNG TAKSIRAN PARTUS
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menghitung taksiran partus/ persalinan.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan menentukan taksiran partus/ persalinan
2. Menjelaskan tujuan tindakan menentukan taksiran partus/ persalinan
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan menentukan taksiran partus/
persalinan
4. Menjelaskan prosedur menentukan taksiran partus/ persalinan
5. Mengimplementasikan tindakan menentukan taksiran partus/ persalinan dengan
tepat
Pengertian Suatu tindakan untuk menghitung taksiran partus/ persalinan
Manfaat Menghitung taksiran partus/ persalinan
Tindakan
Indikasi Ibu hamil trimester 1, 2, dan 3
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Kertas 15
dan Bahan 2. Pulpen/ pensil
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi klien 15
(Fase Orientasi) dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir, dan
cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Menentukan usia kehamilan dengan Metode Rumus Neagle (Hari
Perkiraan Lahir/ HPL)
Tanyakan kepada pasien hari pertama haid terakhir.
Apabila HPHT pada bulan Januari dan pertengahan Maret
(Sebelum dari tanggal 25) menggunakan rumus = +7 +9 +0
Contoh: HPHT : 6 Januari 2020
23
= 6 / 1 / 2020
= +7 +9 +0
Jadi HPLnya = 13 / 10 / 2020 (13 Okt 2020)
Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret (Dari tanggal 25 dan
selebihnya) dan bulan seterusnya sampai akhir Desember
menggunakan rumus = +7 -3 +1
Contoh: HPHT : 8 Juli 2013
= 8 / 7 / 2020
= +7 -3 +1
Jadi HPLnya = 15 / 4 / 2021 (15 Apr 2021)
3. Menentukan taksiran partus dengan Metode Pengukuran TFU
Letakkan titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis
pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen
sampai puncak.
Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-
24 minggu kehamilan.
24
3. Beri reinforcement positif
4. Buat kontrak pertemuan berikutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan menghitung taksiran partus pada Ny. …… pada
hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan
…. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
25
MENGHITUNG TAKSIRAN BERAT JANIN
Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir berat janin ketika masih
di dalam uterus. Apabila mengetahui berat badan janin yang akan dilahirkan,
maka penolong persalinan dapat menentukan saat rujukan, sehingga tidak terjadi
keterlambatan penanganan. Berat badan bayi yang sangat kecil atau sangat besar
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi selama masa persalinan dan nifas.
Selain itu, dengan mengetahui taksiran berat janin, penolong persalinan dapat
memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan atau tidak
(Kusmiyati, 2008).
Taksiran berat janin berguna untuk memantau pertumbuhan janin dalam
rahim, sehingga diharapkan dapat mendeteksi dini kemungkinan terjadinya
pertumbuhan janin yang abnormal (Kusmiyati, 2008). Selain itu, taksiran berat
janin mempunyai arti yang sangat penting. Berat bayi yang sangat kecil atau
sangat besar berhubungan dengan meningkatnya komplikasi selama masa
persalinan dan nifas. Hal yang paling sering terjadi pada janin dengan berat lahir
besar (makrosomia) salah satunya adalah distosia bahu. Sedangkan pada ibu dapat
terjadi perlukaan jalan lahir, trauma pada otot-otot dasar panggul dan perdarahan
pasca persalinan. Pada bayi dengan berat lahir rendah dapat terjadi respiratory
distress syndrom atau hipoglikemi (Winkjosastro, 2008).
Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin. Namun yang
paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan
pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang berpengarauh terhadap
pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat dikoreksi dalam penaksiran berat
badan janin ialah seperti tumor rahim, polihidramnion, plasenta previa, kehamilan
ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput
ketuban, penurunan bagian terbawah janin (Bioeman, 2005).
a. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ
berdasarkan gambaran eko dari gelombang uktrasonik dan dipantulkan oleh
26
organ (Prawirohardjo, 2009). Penentuan berat badan janin dengan USG
menggunakan beberapa parameter, seperti Biparietal Diameter (BPD), Femur
Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC), Cross Sectional Area of Thigh
(CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para penyedia pelayanan kesehatan
telah banyak digunakan untuk memantau tumbuh kembang dan merupakan
suatu cara yang modern dalam memprediksi kesejahteraan janin dalam uterus.
Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan. Pemeriksaan ultrasonografi masih
terbatas pada PMB tertentu. Alat ini diperlukan untuk mendeteksi adanya
kelainan pada janin, termasuk memantau suatu cara alternatif untuk memantau
pertumbuhan berat janin. Dengan demikian diperlukan suatu cara alternatif
untuk memantau pertumbuhan berat badan janin dimana fasilitas USG tidak
tersedia. Pada prinsipnya pengguna USG baik 2D, 3D bahkan 4D, tidak
menimbulkan efek samping pada kehamilan. Pemakaian alat USG baik 2D, 3D
dan 4D pada pemakai (user) yang mengerti dan paham akan membawa arah
diagnosis ke suatu kelainan janin atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi
USG yang dilakukan hanya untuk koleksi perkembangan janin (Morse, 2009).
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari 10T yaitu
kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, dimana
pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin.
Tinggi fundus uteri (TFU) dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan
atau menentukan taksiran berat badan janin (TBJ). TFU diukur dengan
methelin dari fundus ke simfisis pubis. Cara pengukurannya dengan
menggunakan methelin, dengan titik nol diletakkan di atas simfisis pubis, lalu
ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil (Kamariyah, 2014). Penentuan taksiran
berat badan janin berdasarkan TFU adalah pemeriksaan yang sederhana dan
mudah serta dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan yang belum tersedia
pemeriksaan ultrasonografi.
27
Berikut rumus untuk menentukan taksiran berat janin adalah :
a. Rumus Johnson
Tausack Johnson dan Tausack (1954) menggunakan suatu metode untuk
menaksirkan berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU),
yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis sampai puncak
fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita pengukur
dalam centimeter dikurangi 11, 12, atau 13 hasilnya dikalikan 155, didapatkan
berat badan bayi dalam gram. Pengurangan 11, 12, atau 13 tergantung dari
posisi kepala bayi. Jika kepala sudah melewati tonjolan tulang
(spinaischiadika) maka dikurangi 12, jika belum melewati tonjolan tulang
(spinaischiadika) dikurangi 11 (Varney, 2004).
Rumus Johnson adalah sebagai berikut :
TBJ = (TFU – N) x 155
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum masuk PAP
12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
b. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda untuk
taksiran berat janin. Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai
berikut :
TBJ = TFU -13 x 453,6 3
13
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
c. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak
28
digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari HI, 2012). Rumus
Risanto ditemukan oleh Risanto Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan
tinggi fundus uteri berupa persamaan garis regresi linier. Rumus Risanto
adalah sebagai berikut:
TBJ = 127.6 x TFU – 931,5
Keterangan:
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
d. Formula Dare
TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi dengan berat badan bayi
baru lahir (S. Swain et al, 1993). Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu
formula yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin,
yaitu perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa
pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan dengan
ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin
(Irianti, 2015). Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan
dan memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi
symphysial-fundal. Rumus Formula Dare adalah sebagai berikut :
TBJ = TFU x LP
Keterangan:
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
29
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TAKSIRAN BERAT JANIN
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu menghitung taksiran berat janin.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tindakan menghitung taksiran berat janin
2. Menjelaskan tujuan tindakan menghitung taksiran berat janin
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi menghitung taksiran berat janin
4. Menjelaskan prosedur menghitung taksiran berat janin
5. Mengimplementasikan tindakan menghitung taksiran berat janin dengan tepat
Pengertian Suatu tindakan untuk menghitung taksiran berat janin
Manfaat Tindakan Menghitung taksiran berat janin
Indikasi Ibu hamil trimester 1, 2, dan 3
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Kertas 15
Bahan 2. Pulpen/ pensil
Pelaksanaan 1. Berikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon dan masker.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Posisi petugas menghadap ke kepala klien.
5. Pakai selimut dan buka pakaian atas ibu untuk diperiksa.
6. Lakukan pengukuran fundus uteri.
7. Rumus mengjitung taksiran berat janin
30
a. Rumus Johnson
TBJ = (TFU – N) x 155
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N = 13: bila kepala belum masuk PAP
12: bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
11: bila kepala berada di bawah spina ischiadika
b. Rumus Niswander
TBJ = TFU -13 x 453,6 3
13
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
c. Rumus Risanto
TBJ = 127.6 x TFU – 931,5
Keterangan:
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
d. Formula Dare
TBJ = TFU x LP
Keterangan:
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
8. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Evaluasi respon klien
3. Beri reinforcement positif
4. Buat kontrak pertemuan berikutnya
5. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan menghitung taksiran berat janin pada Ny.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil
yang didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
31
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
32
PERIKSA DALAM (VAGINA TOUCHER)
33
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERIKSA DALAM (VAGINA TOUCHER)
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan periksa dalam (vagina toucher)
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tindakan pemeriksaan dalam (vagina toucher)
2. Menjelaskan tujuan tindakan pemeriksaan dalam (vagina toucher)
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dalam (vagina toucher)
4. Menjelaskan prosedur tindakan pemeriksaan dalam (vagina toucher)
5. Mengimplementasikan tindakan pemeriksaan dalam (vagina toucher) yang
tepat
Pengertian Pemeriksaan genetalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks
menggunakan 2 jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran
jari (lebar 1 jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks
(pembukaan serviks atau portio).
Manfaat Tindakan 1. Menentukan faktor janin dan panggul
2. Menentukan perkiraan persalinan
3. Menilai vagina
4. Menilai keadaan serta pembukaan serviks
5. Menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
Indikasi 1. Ketuban pecah sedangkan bagian depan masih tinggi
2. Pembukaan lengkap
3. Bila ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan misalnya karena ibu kurang
baik atau keadaan anak yang kurang baik
4. Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin
5. Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau tali pusat
6. Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan
untuk melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik) dan
menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat
mengganggu jalannya proses persalinan pervaginam
Kontraindikasi 1. Perdarahan SKOR
2. Hymen intake
3. Infeksi vagina
4. Perdarahan
5. Plasenta previa
34
6. Ketuban pecah dini
7. Persalinan preterm
Persiapan Alat 1. Sarung tangan steril / DTT 15
dan Bahan 2. Kapas steril / DTT
3. Air DTT dalam Waskom
4. Alas bokong
5. Bengkok
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Atur posisi pasien dorsal recumbent.
5. Buka pakaian bawah secukupnya.
6. Bersihkan vulva dengan kapas dan air DTT.
7. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina searah sumbu
panggul, diikuti jari telunjuk.
8. Raba dan rasakan :
Adanya tumor / oedem pada vagina
Cerviks / portio : konsstensi, effacement, pembukaan, posisi
uteri
Masuk ke dalam portio, raba presentasi terbawah, selaput
ketuban, presentasi janin, denominator, bagian terendah janin,
bidang hodge
9. Lakukan pemeriksaan panggul dalam :
Promotorium teraba / tidak
Linea inominata teraba berapa bagian (N=2/3)
Spina isciadica menonjol / tidak
Sacrum cekung bikonkaf / tidak
Arcus pubis lebih besar / < 90°
Distantia tuberosum > /< 1 kepal
10. Keluarkan kedua jari, perhatikan cairan yang keluar (darah + lender
atau ketuban).
11. Celup sarung tangan dalam klorin 0,5%, lepas, rendam dalam posisi
terbalik.
12. Rapikan peralatan.
13. Sketsel dibuka.
14. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
15. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
35
16. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan periksa dalam (vagina toucher) pada Ny. ……
pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
36
PANDUAN PERTEMUAN 2
SENAM HAMIL
Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu hamil.
Oleh karena itu senam hamil memiliki prinsip gerakan khusus yang disesuaikan
dengan kondisi ibu hamil. Latihan pada senam hamil dirancang khusus untuk
menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul
selama kehamilan serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi
persalinan. Tujuan dari program senam hamil adalah membantu ibu hamil agar
nyaman, aman dari sejak bayi dalam kandungan hingga lahir. Senam hamil
merupakan latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu yang mengalami kehamilan
sejak 23 minggu sampai dengan masa kelahiran dan senam hamil ini merupakan
salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care) (Manuaba,
2015).
37
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SENAM HAMIL
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan senam hamil.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tindakan senam hamil
2. Menjelaskan tujuan tindakan senam hamil
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan senam hamil
4. Menjelaskan prosedur tindakan senam hamil
5. Mengimplementasikan tindakan senam hamil yang tepat
Pengertian Suatu bentuk latihan untuk memperkuat dan mempertahankan elastisitas dinding
perut, ligamen-ligamen, otot-otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan.
Manfaat Tindakan 1. Memperbaiki sirkulasi
2. Meningkatkan keseimbangan otot-otot
3. Mengurangi bengkak-bengkak
4. Mengurangi risiko gangguan gastrointestinal, termasuk sembelit
5. Mengurangi kejang kaki
6. Menguatkan otot perut
7. Mempercepat penyembuhan
Indikasi 1. Ibu hamil yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh
dokter atau bidan
2. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai lebih dari 23 minggu
3. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu
dan sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah
pimpinan instruktur senam hamil
Kontraindikasi 1. Ibu dengan penyakit myocardial aktif SKOR
2. Ibu dengan kelainan jantung 3
3. Ibu dengan thromboplebitus (radang otot dan gumpalan darah beku)
4. Ibu dengan pulmonary embolism (gumpalan darah pada paru-paru)
5. Ibu dengan isoimunisasi akut (misalnya jika Rh-negatif ibu,
antibodi akan berkembang dan merusak Rh- positif pada sel darah
bayi)
6. Ibu yang rentan terhadap kelahiran prematur
7. Ibu dengan perdarahan pada vagina/selaput membran pecah
8. Ibu dengan gangguan pada perkembangan rahim
9. Ibu dengan adanya tanda-tanda kelainan pada janin
38
10. Ibu yang mengalami bengkak mendadak pada muka dan tangan,
sakit kepala dan pusing.
Persiapan Alat Alas 15
dan Bahan
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama
klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien)
secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pasang alas.
3. Latihan I
a. Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang
b. Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka
c. Gerakan latihan: gerakan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke
belakang, putar persendian kaki melingkar kedalam dan keluar,
bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua tangan dan
ujung telapak tangan, kembangkan dan kempiskan otot dinding
perut, kerutkan dan kendorkan otot dubur
d. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 setiap gerakan
4. Latihan II
a. Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan
dibelakang badan
b. Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat
c. Bentuk latihan: tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah
kiri silih berganti, kembangkan dan kempiskan otot dinding
perut bagian bawah, kerutkan dan kendurkan otot liang dubur
d. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali.
e. Tujuan latihan: melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi
39
optimal saat persalinan, meningkatkan peredaran darah ke alat
kelamin bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta makin
sempurna
5. Latihan III
a. Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan di belakang,
tungkai dirapatkan
b. Tidur terlentang dengan kedua kaki merapat
c. Bentuk latihan: pada sikap duduk, angkat tungkai bawah silih
berganti ke atas dengan tinggi semaksimal mungkin, angkat
tungkai bawah silih berganti kanan dan kiri dengan tinggi
semaksimal mungkin
d. Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali
e. Tujuan latihan: memperkuat otot dinding perut sehingga dapat
berfungsi saat persalinan, meningkatkan sirkulasi darah menuju
kelamin bawah, sehingga darah menuju janin dapat ditingkatkan
6. Latihan IV
a. Sikap duduk bersila dengan tegak
b. Tangan di atas bahu sedangkan siku di samping badan
c. Bentuk latihan: lengan diletakkan di depan dada, putar lengan
ke atas dan ke samping, ke belakang, dan selanjutnya ke depan
tubuh (dada)
d. Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali
e. Tujuan latihan: melatih otot perut bagian atas, meningkatkan
kemampuan
40
7. Latihan V
a. Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain
b. Badan agak relaks dan paha lemas
c. Kedua tangan di persendian lutut
d. Bentuk latihan: tekan persendian lutut dengan berat
badan sebanyak 20 kali
e. Badan diturunkan ke depan semaksimal mungkin
f. Tujuan latihan: melatih otot punggung agar berfungsi dengan
baik, melatih agar persendian tulang punggung tidak kaku
8. Latihan VI
a. Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar
b. Tangan di samping badan
c. Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengan sudut
tungkai bagian bawah sekitar 80-90 derajat
d. Bentuk latihan: angkat badan dengan topangan pada ujung
telapak kedua kaki dan bahu, pertahankan selama mungkin di
atas dan selanjutnya turunkan perlahan-lahan
e. Tujuan latihan: melatih persendian tulang punggung bagian atas,
otot perut, dan otot tulang belakang
9. Latihan VII
a. Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar
b. Badan seluruhnya relaks
41
c. Tangan dan tungkai bawah harus rileks
d. Bentuk latihan: badan dilemaskan pada tempat tdur, tangan dan
tungkai bawah membujur lurus, pinggul diangkat ke kanan dan
ke kiri sambil melatih otot liang dubur, kembang kempiskan
otot bagian bawah
e. Lakukan latihan ini sedikitnya 10-15 kali
f. Tujuan latihan: melatih persendian tulang punggung dan
pinggul, meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui
plasenta
10. Latihan Pernafasan
a. Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur atau matras yang
datar
b. Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk
pada lutut dan santai
c. Satu tangan dilekatkan di atas perut
d. Bentuk latihan: tarik napas perlahan dari hidung serta
pertahankan dalam paru beberapa saat, bersamaan dengan
tarikan napas tersebut, tangan yang berada di atas perut ikut
serta diangkat mencapai kepala, keluarkan napas melalui perut
secara perlahan, tangan yang diangkat ikut serta diturunkan
e. Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8-10 kali dengan tangan
silih berganti
f. Bentuk gerakan lain: tangan yang berada di atas perut dibiarkan
mengikuti gerakan saat melakukan tarikan dan saat
mengeluarkan napas, tangan tersebut seolah-olah memberikan
pemberat pada perut untuk memperkuat diafragma
g. Tujuan latihan: meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu
dan janin, menghilangkan rasa takut dan tertekan, mengurangi
nyeri saat kontraksi.
11. Latihan Relaksasi
Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot
tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau dengan
relaksasi total. Teknik relaksasi antara lain :
a. Sikap tubuh seperti merangkak
b. Bersikap tenang dan relaks
c. Badan disangga pada persendian bahu dan tulang paha
d. Bentuk latihan: tubuh disangga persendian bahu dan tulang
paha, lengkungkan dan kendurkan tulang belakang,
kembangkan dan kempiskan otot dinding perut, kerutkan dan
kendorkan otot liang dubur
e. Lakukan latihan ini 8-10 kali
f. Bentuk latihan yang lain: tidur miring dengan kaki membujur,
terlentang dengan disangga bantal pada bagian bawah lutut,
tidur terlentang dengan kaki ditekuk, tidur miring dengan kaki
ditekuk
g. Tujuan latihan kombinasi: melatih dan melemaskan persendian
pinggul dan persendian tulang paha, melatih otot tulang
belakang, otot dinding perut
42
12. Latihan relaksasi dengan posisi duduk telungkup
a. Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi
b. Kedua tangan disandaran kursi
c. Kepala diletakkan diatas tangan
d. Bentuk latihan: tarik napas dalam dan perlahan hembuskan,
dilakukan pada kala I (pertama)
e. Tujuan latihan: meningkatkan ketenangan, mengendalikan dan
mengurangi rasa nyeri, latihan ini dapat dilakukan pada kala I
(masa pembukaan pada proses persalinan) sehingga mengurangi
nyeri
13. Latihan menurunkan dan memasukkan kepala janin ke PAP (pintu
atas panggul). Pada primigravida kepala janin sudah turun dan
masuk PAP pada minggu ke 36, bila kepala janin belum masuk
pintu atas panggul, terdapat beberapa faktor antara lain: tali pusat
pendek, terdapat lilitan tali pusat, kelainan bentuk kepala janin,
panggul ibu sempit atau sebab lainnya. Dengan masuknya kepala
janin ke pintu atas panggul terutama pada ibu primigravida
memberikan petunjuk
bahwa tidak terdapat kesempitan panggul, untuk mengusahakan agar
kepala janin masuk pintu atas panggul, dapat dilakukan latihan
sebagai berikut:
a. Sikap tubuh berdiri tegak dan jongkok
b. Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau
kursi dan jongkok
c. Tahan beberapa saat sehingga tekanan pada Rahim mencapai
maksimal untuk memasukkan kepala janin ke pintu atas panggul
d. Bentuk latihan lain: membersihkan lantai sambil bergerak
sehingga tahanan sekat rongga tubuh dan tulang belakang
menyebabkan masuknya kepala janin ke dalam pintu atas
panggul
14. Latihan koordinasi persalinan
a. Tubuh melengkung menyebabkan dorongan maksimal sekat
rongga tubuh terhadap rahim. Saat mengejan, kontraksi otot
dasar panggul mencapai hasil maksimal sebagai pendorong
janin dalam proses persalinan, dan persendian antara tulang
selangkang dan tulang tungging akan melebar sehingga
meluaskan jalan lahir.
b. Napas dalam dan menahannya beberapa waktu untuk mengejan,
43
dapat mengurangi rasa sakit saat kontraksi, dan hasil kekuatan
mempercepat persalinan.
c. Latihan koordinasi persalinan adalah untuk membiasakan diri
saat proses persalinan berlangsung. Urutan latihan koordinasi
persalinan adalah: sikap badan dan bahu diletakkan kearah dada
sampai menyentuhnya, tulang punggung dilengkungkan,
pinggul ditarik ke atas, paha ditarik kearah badan dengan jalan
menarik persendian lutut dengan tangan mencapai siku, badan
melengkung sedemikian rupa sehingga terjadi hasil akhir his
untuk mengejan dan sambil tarik napas dalam.
15. Rapikan peralatan.
16. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
17. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan senam hamil pada Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
44
PANDUAN PERTEMUAN 3
PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Penggunaan partograf secara rutin
dapat memastikan banwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,
adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya pertus lama.
3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang di berikan dimana semua itu di catatkan secara rinci pada atau
rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir jika digunakan dengan tepat dan
konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan.
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d. Menggunakan informasi yang tercatat dan untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan untuk:
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I pesalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus di gunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan
45
klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan
penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik, bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis Obsterti, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
46
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PARTOGRAF
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan observasi kemajuan persalinan (partograf)
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tindakan partograf
2. Menjelaskan tujuan tindakan partograf
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan partograf
4. Menjelaskan prosedur tindakan partograf
5. Mengimplementasikan tindakan partograf yang tepat
Pengertian Alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala 1 persalinan dan memberikan
informasi untuk membuat keputusan klinik
Manfaat Tindakan 1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks dengan periksa dalam
2. Medeteksi apakah proses persalinan berjalan normal
3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan
Indikasi 1. Semua wanita hamil dalam proses persalinan tanpa memperhatikan tempat
melahirkan
2. Semua wanita hamil dalam proses persalinan fase aktif pada saat serviks
mengalami 4 cm dilatasi
Kontraindikasi 1. Perdarahan antepartum: tidak memungkinkan untuk mendapatkan SKOR
data seperti dilatasi serviks, penurunan bagian terbawah janin dan
pemeriksaan air ketuban
2. Intrauterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim
3. Ibu hamil yang sudah menjalani 2 kali operasi sectio caesarea elektif
4. Kelainan letak seperti presentasi bokong (frank breech)
5. Prolaps tali pusat
6. Kehamilan gemeli
Persiapan Alat 1. Lembar partograf 15
dan Bahan 2. Alat tulus (pulpen)
3. Penggaris
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama
klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien)
secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
47
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Halaman Depan Partograf
a. Isi data informasi tentang ibu meliputi nama, umur, gravid, para,
abortus, nomor medis, tanggal dan waktu mulai dirawat serta
waktu pecahnya selaput ketuban.
b. Hitung denyut jantung janin setiap 30 menit. Beri tanda () lalu
sambung dengan garis lurus setiap pencatatan.
c. Pencatatan air ketuban. Penyusupan dan air ketuban ditulis
setiap melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam sekali.
Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
U : selaput Utuh
J : selaput pecah, air ketuban Jernih
M : air ketuban bercampur Mekonium
D : air ketuban bernoda Darah
K : tidak ada cairan ketuban/ Kering
d. Pencatatan perubahan bentuk kepala janin (molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat /
bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
e. Pencatatan pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) pada garis
waktu atau pada garis waspada yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
Sambung pencatatan pembukaan dengan garis lurus setiap
melakukan pencatatan.
f. Pencatatan penurunan kepala janin
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda lingkaran (O).
Penulisan penurunan disesuaikan dengan pembukaan serviks
lalu sambung dengan garis lurus setiap melakukan
pencatatan
g. Pencatatan waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah
dijalani sesudah pasien diterima.
Penulisan waktu disesuaikan dengan pembukaan serviks atau
sejajar dengan pembuakaan serviks.
Setiap kotak menyatakan satu jam dimulainya fase aktis
persalinan.
h. Pencatatan jam.
i. Pencatatan kontraksi. Dicatat setiap ½ jam untuk mengetahui
48
seberapa kuat dan lama kontraksi yang dialami.
Beri titik-titik pada kotak jika lama kontraksi < 20 detik.
Bari garis-garis pada kotak jika lama kontraksi 20-40 detik.
Isi penuh kotak jika lama kontraksi > 40 detik.
j. Pencatatan pemakaian oksitosin. Catatlah banyaknya oksitosin
pervolume cairan infuse dan dalam tetesan per menit yang
diberikan.
k. Pencatatan obat yang diberikan.
l. Pencatatan nadi, suhu, dan tekanan darah
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
() pada kolom waktu yang sesuai.
Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam dan beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Catat temperatur tubuh setiap 2 jam pada kotak yang sesuai.
Sambung pencatatan nadi dengan garis lurus setiap
melakukan pencatatan.
m. Pencatatan protein, aseton dan volume urin
Catat tiap kali ibu berkemih.
Catat paling sedikit 2 jam atau setiap kali ibu berkemih.
Jika memungkinkan lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urine.
5. Halaman Belakang Partograf
Pencatatan hal – hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran, serta tindakan - tindakan yang di lakukan sejak pesalinan
kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Nilai dan catat asuhan
yang di berikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala IV. Penulisan pada kala IV dilakukan setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada
pada satu jam berikutnya.
a. Tulis informasi dengan jelas pada bagian yang kosong
b. Bari tanda ( ) pada kotak disamping jawaban yang sesuai
c. Catat pada kolom sebelah kanan pada bagian pembukaan serviks
d. Catat keterangan lahir dengan lengkap dan jelas
6. Rapikan peralatan.
7. Sketsel dibuka.
8. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
9. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
10. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan partograf pada Ny. …… pada hari …. Tanggal
…. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon
Klien ……
49
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
50
PANDUAN PERTEMUAN 4
OBSERVASI KONTRAKSI
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir
dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang
disebut his pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari pada kontraksi Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur
dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan
nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.
Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan,
malahan sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan
majunya waktu bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat.
Yang paling penting ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh
pada serviks.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan adalah:
1. Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik.
2. Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai 35
mmHg.
3. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita
dapat menekan dinding rahim ke dalam.
4. Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi menjadi:
1. His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari serviks.
2. His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His pengeluaran
biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
3. His pelepasan uri yang melepaskan uri.
51
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
OBSERVASI KONTRAKSI
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan observasi kontraksi.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tindakan observasi kontraksi
2. Menjelaskan tujuan tindakan observasi kontraksi
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan observasi kontraksi
4. Menjelaskan prosedur tindakan observasi kontraksi
5. Mengimplementasikan tindakan observasi kontraksi yang tepat
Pengertian Menilai frekuensi his yang merupakan indikator kemajuan persalinan.
Manfaat Mengetahui nilai frekuensi his.
Tindakan
Indikasi Ibu yang memasuki fase laten persalinan
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Pensil/ pulpen 15
dan Bahan 2. Kertas
3. Jam tangan
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Bagian yang terbuka ditutup dengan selimut.
5. Letakkan kedua tangan diatas uterus sambil melihat jam selama 10
menit.
6. Nilai frekuensi his: ada berapa his dalam 10 menit dan durasi his.
7. Nilai kesimetrisan, dominansi, relaksasi, interval dan intensitas his.
52
8. Laporkan hasil pemeriksaan. Contoh laporan: his 4 kali/ 10 menit,
durasi 45-44 detik, simetris fundus dominan, relaksasi, interval, dan
intensitas his cukup.
9. Selimut diangkat.
10. Rapikan peralatan.
11. Sketsel dibuka.
12. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
13. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
14. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan observasi kontraksi pada Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
53
TINDAKAN AMNIOTOMI
54
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
AMNIOTOMI
55
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Kontrak waktu
5. Meminta kesediaan Klien
6. Mendekatkan alat-alat
Pelaksanaan Cuci tangan sebelum prosedur dilakukan 55
(Fase Kerja) Menjaga privasi klien (tutup tirai, pintu, atau pasang
sketsel)
Mengatur posisi klien
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
Ttd
56
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
57
TINDAKAN EPISIOTOMI
58
3. Pada persalinan prematur, dimana untuk melindungi kepala janin yang
prematur dari perineum yang ketat sehingga tidak terjadi cedera dan
pendarahan intrakranial
4. Pada Perineum kaku, sehingga di harapkan dengan melakukan epistomi dapat
mengurangi luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan
dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi.
5. Jika terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan
bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum), dimana episiotomi merupakan
bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum.
6. Pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di
belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk persalinan yang aman
untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi
7. Adanya Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.
59
1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah
yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih
mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
3. Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
4. Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.
5. Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
6. Dispareuni jarang terjadi
Kelemahannya adalah adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani
(laserasi median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III
inkomplet atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum),
sehingga terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah
lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
60
2. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan
penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
3. Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar
pelvis.
4. Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya sulit),
sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik
5. Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang – kadang
diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)
6. Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran
introitus vagina
61
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
EPISIOTOMI
62
4. Kontrak waktu
5. Meminta kesediaan Klien
6. Mendekatkan alat-alat
Pelaksanaan Cuci tangan sebelum prosedur dilakukan 55
(Fase Kerja) Menjaga privasi klien (tutup tirai, pintu, atau pasang
sketsel)
Mengatur posisi klien
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
63
perdarahan
16. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hat-hati
apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami
perluasan atau iaserasi, lakukan penjahitan jika ferjadi
perluasan episiotomi atau laserasi tambahan
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
64
TINDAKAN MENJAHIT PERINEUM
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa
daerah perenium, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir vagina akan mengalami
peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan
tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bias berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau haemoroid
yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Derajat 1 : laserasi mengenai mukosa dan kulit perenium, tidak perlu dijahit
Derajat 2 : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perenium
Derajat 3 : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan spinkter ani
Derajat 4 : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perenium dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rectum.
65
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENJAHIT PERINEUM
66
Mengatur posisi klien
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
1. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur
dengan posisi litotomi
2. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
3. Atur lampu sorot/senter ke arah vulva / perineum Ibu
4. Pakai satu sarung tangan
5. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1%
tanpa epinefrin
6. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
7. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka
dari darah atau
8. bekuan darah dan nilai kembali luas dan dalamnya
robekan pada daerah perineum
9. Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin timbul rasa
kurang nyaman
10. Tusukkan Jarum suntik pada ujung luka/robekan
perineum masukkan
11. Jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap. Bila ada darah tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan. Ulang lagi aspirasi (cairan lidokain yang
masuk dalam pembuluh darah dapat menyebabkan
denyut jantung tidak teratur)
13. Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum
suntik pada tepi luka perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan
jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina
lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidoka 1% sambil
menarik jarum suntik. (Bila robek besar dan dalam
anestesi daerah bagian dalam robekan – alur suntikan
anestesi akan berbentuk seperti kipas. Tepi perenium
dalam luka tepi mukosa vagina
15. Langkah lanjutkan ke no 11 – 14 untuk kedua tepi
robekan
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dan anestesi
17. Lakukan inspeksi vaqina dan perenium untuk melihat
robekan
18. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka
episiotomi pasang tampon atau kasa ke dalam vagina
(sebaiknya menggunakan tampon berekor benang)
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum,
kemudian kunci pemegang jarum
20. Pasang benang jahit pada pemegang jarum kemudian
kunci pemegang jarum
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
22. Lakukan penjahitan pertama sekitar 1 cm diatas puncak
luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama
67
dengan simpul mati.
23. Potong ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa
jarum sehingga tersisa sekitar cm)
24. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan
jelujur hingga tepat belakang lingkaran himen.
25. Bila menggunakan benang plain cat gut buat simpul
mati pada jahitan jelujur di belakang lingkaran himen.
26. Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang
lingkaran hymen hingga menembus luka robekan
bagian perineum
27. Bila robekan yang terjadi sangat dalam :
- Lepaskan jarum dari benang
- Ambil benang baru dan pasang pada jarum
- Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam
untuk menghindari rongga bebas/dead space
- Gunting sisa benang
- Pasang kembali pada benang jahitan jelujur semula
28. Teruskan jahitan jeiujur pada luka robekan perineum
sampai ke bagian bawah luka robekan
29. Jahit jaringan subcutis kanan kiri ke arah atas hingga
tepat dimuka lingkaran hymen
30. Tusukkan jarum dari depan lingkaran himen ke mukosa
vagina dibelakang lingkaran himen. Buat simpul mati
di belakang lingkaran hymen dan potong benang
hingga tersisa sekitar 1 cm
31. Bila menggunakan tampon/kasa di dalam vagina
keluarkan tampon/kasa
32. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan rabalah
dinding atas rectum. (Bila teraba jahitan ganti sarung
tangan dan lakukan penjahit ulang). Nasehati Ibu agar :
- Membasuh perineum dengan sabun dan air terutama
setelah buang air besar ( arah basuhan dari bagian
muka ke belakang)
- Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1
minggu untuk pemeriksaan jahitan dan nektum
(Segera rujuk jika terjadi fistula )
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan 15
(Fase Terminasi) jika ada)
2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi Tanyakan keadaan Klien
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan menjahit perineum pada Ny.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam
…. Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……
68
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
69
PANDUAN PERTEMUAN 5
TINDAKAN MENOLONG PERSALINAN NORMAL
70
anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran
bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi
ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti
misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum
terjadi pembukaan lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus,
penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan
pascapersalinan.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali
tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan
kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara
dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir
dan mengambil tindakan yang sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda
bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir.
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
71
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENOLONG PERSALINAN NORMAL
72
Persiapan Alat 1. Partus Set 15
dan Bahan 2. Heacting set
3. Kapas dan air DTT
4. Kasa steril
5. Depress
6. Penghisap lendir delle
7. Obat : oxytocin dan spout
8. Doek / alas bokong
9. Handuk dan kain pembungkus bayi
10. Larutan clorin 0,5% dalam Waskom
11. Air DTT dalam Waskom
12. Tempat sampah medis dan Non Medis
13. Tempat pakaian kotor
14. Pakaian Ibu dan Pembalut
15. Bengkok
16. Gelas Ukur dan tempat plasenta
17. Tensimeter dan stetoskop
18. Fetoskope
19. APD (Celemek, sepatu boot, masker, topi / nurse cap,
kacamata google)
Pelaksanaan 1. Mengucapkan salam dan perkenalkan diri (sebutkan 15
(Fase Orientasi) nama panggilan anda)
2. Validasi Klien dengan cara tanyakan nama Klien,
tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang
Klien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Kontrak waktu
5. Meminta kesediaan Klien
6. Mendekatkan alat-alat
Pelaksanaan Cuci tangan sebelum prosedur dilakukan 55
(Fase Kerja) Menjaga privasi klien (tutup tirai, pintu, atau pasang
sketsel)
Mengatur posisi klien
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
73
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
6. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi
7. Menyiapkan oksitosin 10 Unit dan lat suntik steril
sekali pakai didalam partus set
8. Pakai celemek
9. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
10. Pakai Sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam
11. Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik
(gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT atau steril pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik)
74
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu
Proses Bimbingan Meneran
21. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
22. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase
aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
23. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar
24. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran, bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman)
25. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
26. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif
27. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
28. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama)
29. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
30. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
31. Berikan asupan cairan per-oral (minum)
32. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaicted
33. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir selama 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
34. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
75
Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya Kepala
1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
tangan yang lain menahan kepala bayi, untuk menahan
posisi defleksi perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
2. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
3. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara
spontan
Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi,
dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
76
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau ketuban bercampur
mekoniurn dan atau bayi tidak bernapas atau megap-
megap dan atau bayi lemas, lakukan manajemen bayi
dengan asfiksia.
Bonding Attachment
1. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada / perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dan putting payudara ibu
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi.
3. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
4. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu
untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
77
5. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasill menyusu
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan 15
(Fase Terminasi) jika ada)
2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi Tanyakan keadaan Klien
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan menolong persalinan normal pada
Ny. …… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun ….
Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
78
TINDAKAN MELAHIRKAN PLASENTA
79
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MELAHIRKAN PLASENTA
80
tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang
Klien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Kontrak waktu
5. Meminta kesediaan Klien
6. Mendekatkan alat-alat
Pelaksanaan Cuci tangan sebelum prosedur dilakukan 55
(Fase Kerja) Menjaga privasi klien (tutup tirai, pintu, atau pasang
sketsel)
Mengatur posisi klien
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
81
steril untuk mengeluarkan bagian selaputnya yang
tertinggal.
MENILAI PERDARAHAN
1. Peniksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Melakukan perjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan .
3. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif
segera melakukan penjahitan
EVALUASI
1. Pastikan kandung kemih kosong
2. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
3. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
4. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu
baik
5. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit). Jika bayi sulit bernapas,
merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk
ke rumah sakit. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak
napas, segera rujuk ke RS rujukanJika kaki teraba dingin,
pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit
ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
82
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan 15
(Fase Terminasi) jika ada)
2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi Tanyakan keadaan Klien
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan melahirkan plasenta pada Ny.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam
…. Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
83
TINDAKAN MANAJEMEN KALA IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post
partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat
perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post
partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum.
Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir
dan 30 menit kedua setelah persalinan. selama 1 jam pertama setelah persalinan,
tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum, dan kandung kemih dipantau dan
dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam kisaran normal.
1. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
Tekanan darah normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/
menit (terjadi masalah), Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau
perdarahan. Sedikit berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat
sedikit hingga 4 hari post partum.
Suhu
S 3 (identifikasi masalah) Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
Normal 3 , 24 jam pertama dapat mencapai 3 karena efek dehidrasi
persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau ada infeksi
Nadi
Setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang
cepat atau semakin meningkat >100 x/mnt dapat menunjukkan hipovolemia
karena perdarahan
Pernafasan
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya
Pernapasan normal, teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal
kembali ke status sebelum hamil setelam 6 bulan post partum.
Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari
abdomen kira-kira 3⁄4 naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilicus. Untuk
84
membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus tidak
menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Menyusui merupakan
metode efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu dapat dilakukan
dengan cara mempertahankan massase ringan yang juga dapat mengurangi
perdarahan. Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab ( dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu
pembalut perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang
banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih
sering dan penyebab – penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada
laserasi pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah
kandung kencingnya kosong.
Lochea
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
yang dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang
ada pada vagina normal. Lochea ini biasanya berbau anyir / amis.
Perineum
Perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema, memar dan pembentukan
hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perineum
Kandung Kemih
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini
biasanya merupakan pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk
bangun dan coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil,
bantulah ia agar merasa rileks dengan meletakkan jari – jarinya di dalam air
hangat, mengucurkan air ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia
tetap tidak dapat kencing, lakukan katerisasi. Setelah kandung kencing kosong,
uterus akan dapat berkontraksi dengan baik. Kandung kemih dikaji sekali lagi
85
menjelang akhir waktu ini dan harus dikosongkan jikakandung kencing penuh,
uterus berkontraksi tidak baik akan mengganggu proses involusi.
Perkiraan darah yang hilang
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain
atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui
penghitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan
mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah.
Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah,
bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan
sayang ibu karena berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan
menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusukan bayinya. Satu cara untuk
menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul
dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah
tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah.
Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu
lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari
10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500
ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50%
dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).
86
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TINDAKAN MANAJEMEN KALA IV
87
vital)
MENILAI PERDARAHAN
1. Peniksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Melakukan perjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan
3. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif
segera melakukan penjahitan
Ttd
88
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
89
PANDUAN PERTEMUAN 6
TINDAKAN MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS BAYI SETELAH LAHIR
90
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS BAYI SETELAH LAHIR
91
Menanyakan keluhan dan kaji klien (utamanya tanda tanda
vital)
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
92
TINDAKAN MENGHITUNG APGAR SCORE
Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai
keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo : 2002). Penilaian ini
perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai
adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot
(muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to
stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas
dibersihkan (Prawirohardjo : 2002). Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil
penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai
apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
(Prawirohardjo : 2002).
93
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGHITUNG APGAR SCORE
94
ekstremitas , dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh
badan (Biru atau putih semua).
Respiration ( pernafasan )
Kemampuan bayi bernafas di nilai dengan mendengarkan
tangis bayi. Jika ia menangis dengan kuat begitu lahir, itu
tandanya paru-paru bayi telah mantang dan mampu beradap
tasi dengan baik.berarti nilai 2. Sedangkan bayi yang hanya
merintih- rintih, nilainya 1. Nilai 0 di berikan pada bayi
yang terlair tanpa tangis (diam).
95
oksigen secara terkendali
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
96
TINDAKAN BOUNDING ATTACHMENT
Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus,
sedangkan attachment adalah sentuhan. Bounding attachment adalah istilah dalam
psikologi yang artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan
belaian. Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu
dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
Konsep ikatan perlahan berkembang mulai dari awal kehamilan dan berlanjut
selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan mungkin seumur hidup setelah
melahirkan. Bounding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan
dirangsang menurut permintaan atau pesanan. Perasan kehangatan yang dimulai
kadang sudah dirasakan, bakan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan
akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah
kelahiran (Elisabeth, Endang 2015).
Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan ketertarikan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses
dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua
yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan.
97
Faktor-faktor yang mempengaruhi bounding attachment antara lain:
a. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu
akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak
menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif ini dapat
membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
b. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu
dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki
masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan
semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
c. Dukungan sosial dari keluarga, teman, terutama pasangan
Dukungan sosial dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor
yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari
orang- orang terdekat akan memberikan suatu semangat atau dorongan positif
yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada
bayinya.
d. Kedekatan orang tua dan anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin
secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara
keduanya.
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika
keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan
anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama
dan melewati saat-saat kritis dalam proses persalinan membuat keduanya
memiliki hubungan yang unik.
98
Tahap-tahap bounding attachment menurut Elisabeth dan Endang (2015)
yaitu:
1. Perkenalan (acquaintance) dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan). Sejak bayi masih dalam kandungan sebenarnya ikatan
batin ini sudah terbentuk. Ikatan ini terjadi apabila ada ketertarikan, respon dan
kepuasan serta dapat dikembalikan dengan interaksi yang terus menerus setelah
bayi dilahirkan.
3. Attachment, kasih sayang merupakan hasil dari interaksi saat ibu hamil dan
terus menerus konsisten antara orang tua dan bayi serta makin menguat pada
periode awal pascapartum.Adapun interaksi yang menyenangkan, misalnya:
- Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu
- Sentuhan pada pipi dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya
gerakan muka bayi ke arah muka ibu atau payudara sehingga bayi akan
mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya dan terjadilah
rangsangan untuk sekresi prolaktin.
- Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang menimbulkan perasaan saling
memiliki antara ibu dan bayi.
- Tangis bayi.
99
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan
terlindungi merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari
(Elisabeth, Endang 2015). Rawat gabung antara ibu dan bayi setelah
melahirkan akan menimbulkan kasih sayang, rasa cinta, dan kehangatan antara
ibu dan bayi. Rawat gabung juga memberanikan seorang ibu untuk dapat
memberikan air susu ibu, menyentuh dan melakukan perawatan pada bayi
(Girsang, 2016).
c. Kontak Mata
Kontak mata merupakan komunikasi verbal yang dilakukan oleh dua orang
dengan saling melihat satu sama lain dan sangat diperlukan ibu dalam
mengembangkan komunikasi dengan bayinya. Kontak mata yang dilakukan
oleh ibu dan bayinya akan membuat mereka lebih dekat sehingga bayi dapat
mengenali ibunya dan sebaliknya (Lowdermilk,dkk. 2013).
d. Suara
Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya sangat
penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang.
Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.
Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat
mendengar suara-siara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotic
dari rahim yang melekat pada telinga (Elisabeth, Endang 2015). Seperti yang
dinyatakan oleh Procelli dalam Suryani, dkk.(2011) bahwa ibu postpartum
menyusui yang diberi terapi musik mengalami penurunan kecemasan dan
perubahan perilaku terhadap bayinya selama menyusui secara bermakna
dibandingkan dengan ibu postpartum menyusui yang tidak diterapi musik.
Kondisi ibu yang demikian dapat mendukung terjadi bounding attachment
yang baik. Kondisi ini ada kaitannya dengan pengaruh musik sebagaimana
yang dinyatakan oleh Rosch dan Koeditz bahwa musik memengaruhi sistem
limbik diotak yang menekan fungsi poros hipotalamus, hipofisis dan kelenjar
adrenal sehingga menghambat pengeluaran hormon stres.
100
e. Aroma Orang tua dan bayi akan melakukan perilaku untuk menjalin kedekatan
yaitu dengan cara merespon bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa
anaknya memiliki aroma yang unik dan bayi belajar mengetahui bau ibu
dengan cepat dari aroma air susunya (Stainton dalam Lowdermilk, dkk. 2013).
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan
masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
f. Gaya Bahasa(Entrainment)
Setiap bayi yang baru lahir akan bergerak mengikuti struktur pembicaraan
orang yang didengarnya. Bayi akan meniru apa yang dilakukan oleh orang
tuanya seperti menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendangkan
kaki seperti sedang berdansa, saat itulah bayi telah dapat berkomunikasi secara
nonverbal kepada orang tuanya. Hal tersebut sangat positif dalam proses
pembentukan karakter seorang anak (Lowdermilk, dkk. 2013).
g. Bioritme
Anak yang masih berada di dalam kandungan dan ketika baru lahir akan senada
dengan ritme alamiah seorang ibunya. Karenanya, salah satu adaptasi fisiologis
bayi dengan cara menangis dan dapat ditenangkan dengan dipeluk sehingga
dapat mendengar denyut jantung ibunya. Salah satu tugas bayi yang lahir
adalah membentuk ritme personal (bioritme). Kasih sayang yang konsisten dari
orang tua dapat membantu proses ini dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif sehingga dapat meningkatkan
interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar (Lowdermilk, dkk. 2013).
h. Kontak dini
Kontak dini merupakan suatu yang penting bagi orang tua dan anak untuk
membangun suatu pola hubungan namun sampai saat ini belum ada penelitian
yang mampu membuktikan, diketahui bahwa kotak dini memiliki banyak
manfaat diantaranya yaitu fisiologis, dapat meningkatkan kadar oksitosit dan
prolaktin, merangsang reflek hisap sejak dini, akan munculnya kekebalan aktif,
dan dapat mempercepat bonding atau ikatan batin antara orang tua dan anak.
Kontak dini juga berfungsi sebagai body warm (kehangatan tubuh) dimana ada
kontak langsung antara ibu dan bayi sehingga bayi merasa kehangatan saat
101
berada dalam dekapan ibu, serta akan menambah lebih banyak kasih sayang
ibu dan sebagai stimulasi hormon. (Klaus, Kenel dalam Wahyuni, 2018).
i. Timbal Balik dan Sinkroni
Timbal balik adalah gerakan tubuh atau perilaku yang memberikan isyarat
kepada pengamat. Pengamat akan mengartikan petunjuk tersebut dan
meresponnya. Timbal balik sering kali butuh beberapa minggu untuk
berkembang pada bayi. Contohnya ketika bayi rewel dan menangis, ibu akan
merespons dengan mengangkat dan menimang bayi, bayi akan diam, bangun
dan melakukan kontak mata, ibu akan bicara, berdecak dan menyanyi
sementara bayi menjaga kontak mata. Istilah sinkron menunjukkan kecocokan
isyarat bayi dan respon orang tua. Ketika orang tua bayi mengalami interaksi
yang sinkron, hal ini akan sangat membanggakan bagi keduanya. Orang tua
butuh waktu untuk mengisyaratkan bayi dengan benar (Lowdermilk, dkk.
2013).
Menurut Elisabeth dan Endang (2015), upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan bounding attachment adalah:
a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama)
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak
d. Kesehatan emosional orang tua
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan
f. PersiapanPNC(post natal care)sebelumnya
g. Adaptasi
h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak
i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberikan
kehangatan ada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
j. Fasilitasuntukkontaklebihlama
k. Penekanan pada hal-hal positif
l. Perawatmaternitaskhususataubidan
m. Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari keluarga, teman,
dan pasangan
102
n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
103
PANDUAN PERTEMUAN 7
CTG (CARDIOTOCOGRAPHY)
CTG atau juga disebut Fetal Monitor merupakan salah satu alat elektronik
yang digunakan untuk melakukan pemantauan kesejahteraan dan kondisi
kesehatan janin. Syarat Pemeriksaan CTG yaitu usia kehamilan mulai 28 minggu,
ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan), punktum maksimun
denyut jantung janin (DJJ) diketahui dan prosedur pemasangan alat sesuai dengan
petunjuk penggunaan.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia
kehamilan 28 minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
1. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dan lain-lain)
2. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
3. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
4. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
Pemeriksaan CTG meliputi:
1. Hitungan Gerakan Janin
2. Penilaian Biofisikal
3. Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movement – FBM)
4. Gerakan tubuh kasar
5. Tonus janin
6. Volume cairan amnion
Persiapan Pemeriksaan CTG meliputi:
1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
3. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai.
5. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
104
KATEGORI I : Pola DJJ Normal
1. Frekuensi dasar normal : 110 – 160 dpm
2. Variabilitas DJJ normal : moderat (5 – 25 dpm)
3. Tidak ada deselerasi lambat dan variabel
4. Tidak ada atau ada deselerasi dini
5. Ada atau tidak ada akselerasi
KATEGORI II : Pola DJJ EkuivokalFrekuensi Dasar dan Variabilitas
1. Frekuensi dasar : Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai
hilangnyavariabilitas (absent variability)
2. Takhikardia (>160 dpm)
3. Variabilitas minimal (1 - 5 dpm)
4. Tidak ada variabilitas tanpa disertai deselerasi berulang
5. Variabilitas > 25 dpm (marked variability)
Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi
2. Deselerasi variabel berulang yang disertai variabilitas DJJ
minimal ataumoderat
3. Deselerasi lama (prolonged deceleration) > 2 menit tetapi < 10
menit
4. Deselerasi lambat berulang disertai variabilitas DJJ moderat
(moderatebaseline variability)
5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal kembalinya
DJJ kefrekuensi dasar lambat atau overshoot
KATEGORI III : Pola DJJ abnormal
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability) disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang
2. Deselerasi variabel berulang
3. Bradikardia
4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
105
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
CTG (CARDIOTOCOGRAPHY)
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pemasangan CTG
106
5. Hidrops fetalis
6. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
7. Mekoneum dalam cairan ketuban
8. Riwayat lahir mati
9. Kehamilan ganda
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Stetoskop Laennec/Dopller 15
Bahan 2. Kertas CTG dan Mesin CTG
3. Belt
4. Transduser (Cardiometer dan Tokometer)
5. Jelly
6. Handscoon
7. Tissue/Kain Lab
8. Formulir CTG
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda, dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) :
a. Menjelaskan indikasi
b. Cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat.
c. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
5. Kontrak waktu dengan klien.
6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
7. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
8. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Kosongkan kandung kemih.
5. Bagian yang terbuka ditutup dengan selimut.
6. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
7. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-
plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi
oksigen 4 liter / menit.
8. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak,
presentasi dan punktum maksimum DJJ
9. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum
dan segera setelah kontraksi berakhir.
10. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan
DJJ di daerah punktum maksimum.
11. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin
terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung
berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman
107
CTG.
12. Hidupkan komputer dan Cardiotocography.
13. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin
dan hasil yang ingin dicapai).
14. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk
rumah sakit).
15. Matikan komputer dan mesin Cardiotocography. Bersihkan dan
rapikan kembali
16. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
17. Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab
atau paramedik membantu membacakan hasil interpretasi
komputer secara lengkap kepada dokter.
18. Rapikan peralatan.
19. Sketsel dibuka.
20. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
21. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
22. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan pemeriksaan umum nifas pada Ny. ……
pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
108
PANDUAN PERTEMUAN 8
PEMERIKSAAN UMUM NIFAS
109
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN UMUM NIFAS
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pemeriksaan umum
nifas
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian pemeriksaan umum nifas
2. Menjelaskan tujuan tindakan pemeriksaan umum nifas
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan umum nifas
4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan umum nifas
5. Mengimplementasikan pemeriksaan umum nifas
Pengertian Salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu
nifas dengan mengumpulkan data objektif dengan dilakukan pemeriksaan kepada
pasien.
Tujuan dan 1. Untuk mengumpulkan data
Manfaat 2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Meniai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
Indikasi Ibu dalam masa nifas
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Alat pelindung diri petugas 15
Bahan 2. Baki beralas 1 buah
3. Tensimeter dan stetoskop
4. Botol 3 buah
5. Tissue
6. Lampu senter
7. Hammer
8. Spatel lidah
9. Kapas dan air DTT
10. Hand scoen 1 pasang
11. Pinset
12. Bengkok
13. Tempat sampah
14. Larutan klorin 0,5%
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda, dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
110
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Minta ibu berbaring terlentang diatas tempat tidur pemeriksaan.
Berikan selimut.
5. Pemeriksaan umum Memeriksa TTV : tekanan darah, suhu
tubuh, nadi dan pernapasan
6. Pemeriksaan fisik pada ibu
a. Muka dan mata
Periksa apakah ada oedema pada wajah
Periksa tingkat anemia ibu dengan memeriksa warna
kulit muka (wajah) dan konjungtiva
Periksa pisio untuk menilai ada tidaknya pisiot atau
kuning
Konjungtiva yang pucat manandakan ibu anemis
b. Pemeriksaan pada leher
Minta ibu sedikit mendongak
Lakukan palpasi kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Perhatikan adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar limfe
c. Pemeriksaan pada payudara
Melakukan inspeksi terlebih dahulu mengenai
bentuk payudara (simetris atau tidak),
kemerahan/tidak, keadaan putting pecah/tidak.
Pasien berbaring terlentang dengan lengan kiri diatas
kepala,kemudian palpasi payudara kiri secara
sistematis melingkar searah jarum jam sampai axilla
Catat adanya massa, benjolan yang membesar,
pembengkakan atau abses, periksa pengeluaran ASI,
ada pisio/tidak
Ulangi prosedur yang sama untuk payudara sebelah
kanan
d. Pemeriksaan fisik pada perut
Lakukan inspeksi pada perut apakah ada luka beka
operasi/tidak
Palpasi untuk menilai kontraksi uterus, melakukan
pengukuran TFU
Lakukan pemeriksaan diastasis rektus abdominalis
dengan cara menganjurkan ibu untuk
membungkukkan kepalanya kemudian 2 jari petugas
diletakkan di bagian linea nigra. Apabila terdapat
111
jarak lebih 2 jari menunjukkan adanya peregangan
otot rectus abdominalis.
e. Pemeriksaan fisik pada genetalia
Mengatur posisi ibu dorsal recumbent
Memakai sarung tangan
Memberitahu ibu tentang prosedur pemeriksaan
genetalia
Memeriksa jahitan episiotomi ada atau tidaknya
REEDA ( Redness (kemerahan), Edema (bengkak),
Ecchymosis (Ekimosis), Discharge (discharge),
Aproximation (pendekatan) )
Memeriksa lokea yang keluar
Memeriksa adanya hemoroid dengan cara
menganjurkan pasien dalam posisi sims, yaitu posisi
seperti memeluk guling dan keudian melakukan
pemeriksaan pada anus
Meletakkan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%
f. Pemeriksaan fisik pada kaki
Adanya oedema dengan cara menekan daerah mata
kaki apabila dalam waktu >3 detik tidak kembali
lagi berarti mengalami oedema
Lihat adanya varises yaitu dengan cara meminta ibu
untuk posisi sims dan melihat ada tidaknya varises
pada betis
Memeriksa ada tidaknya tromboflebitis dengan cara
menekuk kedua kaki ibu kemudian tekan betis/
meminta klien menghentakkan kaki kearah tangan
petugas dan tanyakan apakah ada nyeri atau tidak
(tanda Homan)
Melakukan pemeriksaan reflek patella
7. Selimut diangkat.
8. Rapikan peralatan.
9. Sketsel dibuka.
10. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
11. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
12. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan pemeriksaan umum nifas pada Ny. ……
pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
112
Ttd
113
PANDUAN PERTEMUAN 9
TEKNIK MENYUSUI
114
Tanda perlekatan yang benar adalah sebagai berikut:
1. Mulut bayi terbuka lebar
2. Bayi menyusu pada bagian areola payudara (bagian yang berwarna
gelap), BUKAN hanya pada puting
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu, hidung mengahadap ke atas
4. Suara bayi terdengar pelan. Bila terdengar keras, maka posisi belum
benar
115
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TEKNIK MENYUSUI
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan Teknik Menyusui
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian Teknik Menyusui
2. Menjelaskan tujuan tindakan Teknik Menyusui
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi Teknik Menyusui
4. Menjelaskan prosedur Teknik Menyusui
5. Mengimplementasikan Teknik Menyusui
Pengertian Cara memberikan ASI kepada bayi dengan pelekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar yang dilakukan terhadap ibu dalam tiga tahap, yaitu pada masa
kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit
(perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur
2 tahun (postnatal).
Tujuan dan 1. Putting susu tidak lecet
Manfaat 2. Pelekatan penyususan pada bayi kuat
3. Bayi menjadi tenang
4. Tidak terjadi refluk/gumoh
Indikasi Ibu menyusui, ibu perinatal
Kontraindikasi Keganasan payudara (Tumor/kanker) SKOR
Persiapan Alat dan 1. Handuk 2 buah 15
Bahan 2. Waslap
3. Sarung tangan
4. Baskom 2 buah berisi air hangat dan air dingin
5. Kapas
6. Minyak kelapa atau baby oil
7. Bengkok
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
116
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Bersihkan payudara sebelum menyusui (Breast care)
a. Pasang handuk di bagian perut bawah dan bahu sambil
melepas pakaian atas
b. Kompres kedua putting dengan kapas yang dibasahi dengan
minyak kelapa atau baby oil selama 2-3 menit
c. Angkat kapas sambil membersihkan putting dengan gerakan
memutar dari dalam keluar
d. Bersihkan daerah tengah putting dari sentral keluar (bila
putting invertet, dilakukan penarikan) dengan kapas minyak
yang baru
e. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan
lakukan pengurutan dengan gerakan keatas, kesamping,
kebawah, kedepan sambil menghentakkan payudara,
pengurutan dilakukan sebanyak 20-30 kali
f. Pengurutan kedua: tangan kiri menopang payudara kiri dan
tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan
sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-30 kali. Lakukan pada
kedua payudara kanan-kiri.
g. Pengurutan ketiga dengan menggunakan sendir-sendir jari.
Posisi tangan mengepal. Tangan kiri menopang payudara dan
tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal kearah
putting. Dilakukan sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara.
h. Letakkan baskom dibawah payudara dan gunakan waslap
yang dibasahi air hangat. Guyur payudara sebanyak 5 kali
kemudian di lap dengan waslap tersebut dan bergantian
dengan air dingin. Masing-masing 5 kali guyuran (diakhiri
dengan air hangat).
i. Keringkan payudara dengan handuk yang dipasang di bahu.
j. Pakai BH dan pakaian atas pasien dan anjurkan pada pasien
pakai BH yang menopang.
5. Pilih posisi yang nyaman yaitu duduk, bersandar maupun
berbaring (posisi kaki tidak menggantung dan punggung
bersandar pada kursi dalam posisi duduk)
6. Keluarkan ASI sedikit dan dioleskan pada putting dan sekitar
areola
7. Posisikan pada satu lengan kepala bayi pada lengkung siku ibu
dan punggung serta pantat bayi berada pada lengan bawah ibu
8. Tempelkan perut bayi perut ibu dengan meletakkan salah satu
lengan bayi dibelakang badan ibu dan lengan lainnya di depan
dengan kepala bayi menghadap payudara ibu
9. Posisikan telinga dan lengan bayi pada satu garis lurus
10. Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari lainnya
menopang dibawah
11. Merangsang mulut bayi untuk membuka dengan
menyentuh sudut mulut bayi
117
12. Setelah membuka mulutnya dekatkan kepala bayi ke payudara
dan masukkan putting susu serta sebagian areola ke mulut bayi
118
15. Rapikan peralatan.
16. Sketsel dibuka.
17. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
18. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
19. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan manajemen laktasi pada Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
119
PERAWATAN PERINEAL
120
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN PERINEAL
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan perineal
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian perawatan perineal
2. Menjelaskan tujuan tindakan perawatan perineal
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi perawatan perineal
4. Menjelaskan prosedur perawatan perineal
5. Mengimplementasikan perawatan perineal
Pengertian Membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai
42 hari pasca persalinan dan masih menjalani rawat inap di rumah sakit
Tujuan dan Vulva dan perineum bersih, mencegah iritasi dan infeksi dan meningkatkan rasa
Manfaat nyaman ibu
Indikasi Ibu perinatal
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Handscoon 15
Bahan 2. Kapas
3. Air DTT
4. Perlak dan pengalas
5. Pembalut Wanita
6. Bengkok
7. Kassa steril
8. Betadin
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan dan pakailah handscoon. 55
(Fase Kerja) 2. Dekatkan alat di samping klien.
121
3. Pasang perlak dibawah pantat klien.
4. Anjurkan ibu melepas celana dalam dan pembalutnya.
5. Inspeksi keadaan lokea : warna, jumlah dan bau
6. Pasang perlak
7. Ambil kapas air DTT, bersihkan vulva dan perineum sebagai
berikut:
a. Ambil kapas, bersihkan mulai lipatan paha atas menuju kea rah
luar paha kiri, sampai seluruh permukaan kulit bagian dalam
bersih
b. Lakukan langkah (a) untuk paha kanan
c. Ambil kapas DTT, bersihkan labia mayora kiri dari arah atas
ke bawah
d. Lakukan Langkah © untuk labia mayora kanan
e. Buka labia minora dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
f. Ambil kapas DTT, bersihkan mulai klitoris menuju kebawah
sampai anus
8. Inspeksi keadaan perineum, adakah lepas jahitan/jahitan longgar,
bengkak dan kemerahan
9. Rawat luka jahitan dengan kassa steril yang diberi betadin
10. Pasang celana dalam dan pembalutnya
11. Angkat perlak
12. Anjurkan ibu untuk ganti pembalut jika penuh
13. Rapikan peralatan.
14. Sketsel dibuka.
15. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
16. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
17. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan perawatan perineal pada Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
122
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
123
MANAJEMEN LAKTASI
124
b. Masa setelah persalinan (prenatal)
1. Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan
bayi selanjutnya. Dalam hal ini, bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang
dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun
cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
2. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan.
c. Menyusui (postnatal)
1. Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus
menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah lahir. Saat
itu, bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman lainnya.
2. Ibu mesti mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusi
agar bayi tumbuh sehat. Saat menyusui ibu memerlukan makanan 1½ kali
lebih banyak daripada biasanya, dan minum minimal 8 gelas sehari.
3. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya. Ibu perlu
ketenangan pikiran, serta menghindarkan diri dari kelelahan yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk Posyandu atau
Puskesmas) bila ada permasalahan yang terkait penyusuan.
5. Ibu memperhatikan gizi/makanan anak, terutama pada bayi berusia 4 bulan.
Sebaiknya, bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik.
125
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MANAJEMEN LAKTASI
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan manajemen laktasi
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian manajemen laktasi
2. Menjelaskan tujuan tindakan manajemen laktasi
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi manajemen laktasi
4. Menjelaskan prosedur manajemen laktasi
5. Mengimplementasikan manajemen laktasi
Pengertian Usaha atau cara yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan menyusui.
126
Pelaksanaan 1. Cuci tangan dan pakailah handscoon. 55
(Fase Kerja) 2. Dekatkan alat di samping klien.
3. Bersihkan payudara sebelum menyusui dengan menggunakan
kapas hangat.
4. Pilih posisi yang nyaman yaitu duduk, bersandar maupun
berbaring (Posisi kaki tidak menggantung dan punggung
bersandar pada kursi dalam posisi duduk
5. Keluarkan ASI sedikit dan dioleskan pada putting dan sekitar
areola
6. Posisikan pada satu lengan kepala bayi pada lengkung siku ibu
dan punggung serta pantat bayi berada pada lengan bawah ibu
7. Tempelkan perut bayi perut ibu dengan meletakkan salah satu
lengan bayi dibelakang badan ibu dan lengan lainnya di depan
dengan kepala bayi menghadap payudara ibu
8. Posisikan telinga dan lengan bayi pada satu garis lurus
9. Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari lainnya
menopang dibawah
10. Merangsang mulut bayi untuk membuka dengan
menyentuh sudut mulut bayi
11. Setelah membuka mulutnya dekatkan kepala bayi ke payudara
dan masukkan putting susu serta sebagian areola ke mulut bayi
12. Untuk melepas isapan bayi dengan cara masukkan jari
kelingking ibu ke mulut bayi atau tekan dagu bayi ke bawah
13. Menyendawakan bayi dengan digendok tegak bersandar pada
bahu ibu lalu punggung ditepuk perlahan samapai bayi
bersendawa bila tidak bersendawa tunggu sampai bersendawa
14. Rapikan peralatan.
15. Sketsel dibuka.
16. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
17. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
18. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan manajemen laktasi pada Ny. …… pada hari …. Tanggal
…. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon
Klien ……
Ttd
127
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
128
PANDUAN PERTEMUAN 10
MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR DAN MERAWAT TALI PUSAT
129
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMANDIKAN BAYI
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan memandikan bayi
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian memandikan bayi
2. Menjelaskan tujuan tindakan memandikan bayi
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi memandikan bayi
4. Menjelaskan prosedur memandikan bayi
5. Mengimplementasikan memandikan bayi
Pengertian Upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar, dan
mencegah kemungkinan infeksi.
Tujuan dan 1. Memberikan rasa nyaman
Manfaat 2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Mencegah infeksi
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
5. Menjaga dan merawat integritas kulit.
Indikasi Bayi baru lahir
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Bak mandi berisi air hangat 15
Bahan 2. Satu set pakaian (baju bayi, popok, dan lain-lain)
3. Satu set alat perawatan, seperti bedak, sabun, kapas minyak, kapas
air matang, cotton but, minyak telon bila perlu
4. Handuk dan waslap
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Dekatkan alat di samping klien.
130
3. Pastikan suhu ruangan cukup hangat (±24 0C) dan tidak berangin
4. Pastikan suhu air untuk memandikan bayi tetap hangat dan ukur
suhu airnya dengan siku ibu/pergelangan tangan ibu bagian
dalam
5. Jika terdapat kotoran bayi, bersihkan terlebih dahulu dengan
kapas yang sudah dibasahi air atau tisu basah
6. Lepaskan pakaian bayi, dan setelah dilepas selimuti tubuh bayi
dengan handuk agar tetap hangat
7. Bersihkan mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air
hangat dari kantus dalam ke arah luar. setiap kali usap, kapas
harus diganti untk mencegah kontaminasi pada mata
8. Bersihkan hidung, dan telinga bayi dengan kapas atau cotton but
9. Bersihkan dan keringkan wajah dan kepala bayi dengan waslap
tanpa membuka handuk di badan bayi
10. Bersihkan dengan sabun bagian depan (dada, abdomen) dan
punggung, kemudian seluruh tubuh
11. Bersihkan lipatan kulit (dagu, lengan, paha)
12. Bilas dengan air dengan cara memasukkan bayi ke dalam bak
mandi, topang punggung dan kepala dengan lengan ibu dan
lengan yang lain menahan bokong bayi
13. Setelah selesai, angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan
seluruh tubuh dengan handuk, terutama semua lipatan kulit
karena sisa air bisa menyebabkan iritasi dan luka
14. Beri bedak pada bayi, tidak secara langsung namun usapkan
dengan tangan anda, jika bedak dihirup oleh bayi bisa berbahaya
dan dapat menyebabkan masalah pernapasan
15. Pakaikan kembali pakaian bayi dengan pakaian yang baru
16. Rapikan peralatan.
17. Sketsel dibuka.
18. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
19. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
20. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan memandikan bayi pada By. Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
131
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
132
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MERAWAT TALI PUSAT
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan merawat tali pusat
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian merawat tali pusat
2. Menjelaskan tujuan tindakan merawat tali pusat
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi merawat tali pusat
4. Menjelaskan prosedur merawat tali pusat
5. Mengimplementasikan merawat tali pusat
Pengertian Tindakan keperawatan tali pusat dimana tindakannya sangat sederhana dengan
membersihkan daerah sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Tujuan dan 1. Mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini
Manfaat 2. Tali pusat cepat lepas dan kering
Indikasi Bayi baru lahir
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Kain kassa 15
Bahan 2. Cotton bud/kapas lidi
3. Air bersih dan sabun
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Dekatkan alat di samping klien.
3. Bersihkan daerah sekeliling pangkal tali pusat atau tempat tali
pusat menyatu dengan kulit sampai ke ujung tali pusat dengan
menggunakan kassa atau cotton bud yang telah dicelupkan
dengan air hangat atau air sabun atau sesuai instruksi dokter
133
4. Bilas dan keringkan dengan kasa
5. Pertahankan tali pusat tetap terbuka, agar tali pusat lebih cepat
kering dan lebih mudah lepas jika terpajan dengan udara
6. Jika tali pusat ditutup akan menyebabkan tali pusat lembab, dan
menyebabkan resiko tinggi infeksi
7. Jika terpaksa harus ditutup, tutup dan ikat tali pusat secara
longgar dengan kasa steril
8. Jika tali pusat terkena feses atau urin, cuci bersih dengan sabun
dan air, kemudian keringkan
9. Rapikan peralatan.
10. Sketsel dibuka.
11. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
12. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
13. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Jelaskan bahwa tali pusat terlepas lebih kurang setelah satu minggu
sampai 10 hari setelah bayi lahir, yang akan membentuk jaringan
granulasi dan setelah sembuh membentuk umbilikus. Tali pusat yang
terlepas akan terlihat beberapa tetes darah saat bayi menangis, tetapi
hal ini tidak perlu ditakuti karena akan pulih dengan sendirinya
3. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
4. Mengevaluasi respon klien
5. Memberi reinforcement positif
6. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
7. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan memandikan bayi pada An. Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
134
PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI
Perawatan Mata
Perawatan mata bayi merupakan bagian penting dari perawatan bayi secara
keseluruhan. Perawatan mata yang benar bisa menghindari bayi terkena infeksi
mata, karena bayi baru lahir sangat rentan terjadi infeksi, pastikan penolong
melakukan tindakan perawatan mata dengan benar. Merawat bayi, apalagi bayi
yang baru lahir merupakan hal yang belum tentu mudah dilakukan oleh setiap ibu.
Padahal jika tidak dirawat dengan benar dan kebersihannya tidak dijaga, tubuhnya
bakal rentan terhadap banyak penyakit. Salah satu bagian tubuh dari bayi baru
lahir yang penting dan perlu dirawat dan dijaga kebersihannya adalah mata. Pada
mata terdapat sumber air mata yang terletak di atas mata. Dari hasil penelitian
sebelumnya membuktikkan bahwa setiap 3 detik, sumber air mata akan
mengeluarkan air mata, yang kemudian mengalir ke saluran di ujung tengah mata
dekat hidung. Pada bayi baru lahir, karena di kandungan belum pernah menangis,
maka sumber air mata belum bisa berproduksi. Jadi, salurannya masih tertutup.
Bisa juga, kadang terbuka tapi lalu menutup lagi, sehingga air mata yang
seharusnya sudah mengalir jadi tergenang. Tujuan perawatan mata adalah
menjaga kebersihan mata dan mencegah terjadinya infeksi pada mata karena
kurang dibersihkan di daerah sekiar mata.
135
dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan merah. Penyakit ini
biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi
kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, pasien yang telah menjalani
pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di
mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan
sistem kekebalan.
Gejala oral trush adalah sebagai berikut:
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusui.
3. Mukosa mulut mengelupas.
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang
sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun
akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius.
7. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan
gelisah terus.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan
rewel.
136
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan bayi sehari-hari
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian perawatan bayi sehari-hari
2. Menjelaskan tujuan tindakan perawatan bayi sehari-hari
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi perawatan bayi sehari-hari
4. Menjelaskan prosedur perawatan bayi sehari-hari
5. Mengimplementasikan perawatan bayi sehari-hari
Pengertian Tindakan keperawatan untuk membersihkan bayi agar tetap bersih dan kering
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Tujuan dan Mencegah terjadinya infeksi
Manfaat
Indikasi Bayi baru lahir
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat dan 1. Bak mandi berisi air hangat 15
Bahan 2. Satu set pakaian (baju bayi, popok, dan lain-lain)
3. Satu set alat perawatan, seperti bedak, sabun, kapas minyak, kapas
air matang, cotton but, minyak telon bila perlu
4. Handuk dan waslap
5. Obat diaper rush
6. Larutan garam fisiologis
7. Obat oral trush (Gention Violet 0,25% atau 1 ml Suspensi Nistatin)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Dekatkan alat di samping klien.
137
3. Perawatan Mata
a. Celupkan cutton bud kedalam air mata
b. Bersihkan mata bayi dengan cotton bud
c. Lakukan usapan dari mata tengah ke pinggir, jangan bolak
balik
d. Lakukan satu kali usapan
e. Ulangi usapan dari tengah ke pinggir (apabila mata masih
kotor)
f. Buang cutton bud di bengkok
g. Pijat secara halus pangkal hidung bayi (apabila air mata
keluar terus)
h. Segera konsultasi ke dokter, bila setelah pemijatan air mata
tetap keluar atau mata merah dan keluar banyak tahi mata
atau bila kondisinya tambah parah seperti
conjunctiva mata bengkak
4. Perawatan diaper rush
a. Lepaskan popok dan biarkan kulit bayi kena angin
b. Ganti popok bayi dan basuh bokong bayi dengan
mengeringkannya sebelum memakaikan popok baru
c. Bersihkan bokong bayi, alirkan air ke arah bokong dan
jangan menggosok bokongnya yang kemerahan
d. Keringkan dengan handuk lembut dengan menepukkan
handuk ke permukaan kulit secara lembut
e. Angin-anginkan bokong bayi sebentar hingga mengering
sendiri
f. Oleskan krem khusus ruam popok yang mengandung zinc
oxide seperti krem ruam popok untuk membantu
menghilangkan iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok
g. Biarkan agak mengering terlebih dahulu sebelum ditutup
dengan popok baru
h. Ganti merk popok bayi, jika bayi alergi dengan merk popok
tertentu
i. Segera konsultasi ke dokter, bila ruam popok tidak hilang
dalam waktu 3 hari atau bila kondisinya tambah parah seperti
bintik merah, melepuh atau keluar nanah
5. Perawatan oral trush
a. Bersihakan lebih dulu dengan jari yang dibungkus kain
bersih yang telah dibasahi dengan larutan garam
b. Olesi mulut dengan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi
nistatin
c. Bereskan alat-lat
d. Buang kain sehabis dipakai, dan buang di tempat sampah
e. Segera konsultasi ke dokter, bila oral trush bertambah parah
seperti (mukosa mulut kelihatan putih bertambah, bertambah
merah)
6. Rapikan peralatan.
7. Sketsel dibuka.
8. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
9. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
10. Cuci tangan.
138
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan memandikan bayi pada By. Ny. …… pada hari ….
Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
139
PANDUAN PERTEMUAN 11
SENAM NIFAS
140
1. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal.
2. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih
lanjut.
3. Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi
stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan .
Kontraindikasi senam nifas pada ibu yang mengalami komplikasi selama
persalinan tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang
keadaan umumnya tidak baik misalnya hipertensi, pasca kejang dan demam,
Demikian juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat
penyakit jantung dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas. Waktu
dilakukan senam nifas pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi
obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pascakejang, demam).
Senam nifas dapat dilakukan setelah persalinan untuk ibu melahirkan yang
sehat dan tidak ada kelainan, dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus dirumah. Senam nifas
sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah
makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya
jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas, senam
nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.
Apabila tidak melakukan senam nifas bisa menyebabkan kerugian
diantaranya:
1. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan.
2. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus tidak baik sehingga resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
3. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah)
4. Timbul varises
141
Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya petugas kesehatan mengajarkan
kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat
dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak -
gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kejang otot selama melakukan gerakan senam nifas. sebelum melakukan senam
nifas ada halhal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga
2. Persiapkan minum, sebaiknya air putih
3. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur
4. Ibu yang melakukan senam nifas dirumah sebaiknya mengecek denyut nadinya
dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut nadi
kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah
60-90 kali per menit.
5. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan.
Petunjuk untuk petugas kesehatan yang mendampingi ibu untuk
melakukan senam nifas adalah:
1. Perhatikan keadaan umun ibu dan keluhan- keluhan yang dirasakan
2. Pastikan tidak ada kontraindikasi dan periksa tanda-tanda vital secara lengkap
untuk memastikannya pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu,
pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan sebelum dan setelah senam nifas.
3. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika
tampak berat dan kelelahan.
4. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan
142
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SENAM NIFAS
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan Senam Nifas
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian Senam Nifas
2. Menjelaskan tujuan tindakan Senam Nifas
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi Senam Nifas
4. Menjelaskan prosedur Senam Nifas
5. Mengimplementasikan Senam Nifas
Pengertian Latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-
otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat
kembali kepada kondisi normal seperti semula.
Tujuan dan 1. Memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami penguluran
Manfaat 2. Meningkatkan ketenangan dan memperlancar sirkulasi darah
3. Menghindari odema kaki
4. Memperlancar BAB dan BAK
5. Mengembalikan uterus pada posisi semula
6. Mempertahankan postur tubuh
7. Membantu melancarkan ASI
Indikasi Ibu postnatal
Kontraindikasi 1. Hipertensi SKOR
2. Pascakejang dan demam
3. Anemia
4. Riwayat penyakit jantung dan paru-paru
Persiapan Alat dan 9. Bantal 15
Bahan 10. Matras
11. Musik
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase Orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
143
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 2. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 3. Pakai handscoon.
4. Dekatkan alat di samping klien.
5. Latihan panggul
Pasien dianjurkan untuk berbaring terlentang dan lutut
ditekuk. Rapatkan kedua kaki, lutut terpisah dengan jarak
sekitar 1 kaki. Kencangnkan otot vagina, uretra dan anus
(seperti menahan bak/bab).
144
8. Latih punggung dan perut
Pasien dianjurkan todur terlentang dan tekuk lutut.
Kecangkan otot pinggul dan punggung bawah. Angkat
pinggul untuk meluruskan pinggul bawah tahan beberapa saat
(8 detik) dan turunkan pinggul
145
12. Rapikan peralatan.
13. Sketsel dibuka.
14. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
15. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
16. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan senam nifas pada Ny. …… pada hari …. Tanggal
…. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon
Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
146
PANDUAN PERTEMUAN 12
MANAJEMEN NYERI
147
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan
panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam
persalinan, effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan
lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi
usahakan ujung jari tidak lepas dar permukaan kulit. Teknik effluerage adalah
pemijatan berupa usapan lembut, panjang, dan tidak terputus-putus. Teknik ini
menimbulkan relaksasi. Dalam persalinan, teknik effluerage dilakukan dengan
menggunakan ujung jari yang ditekan lembut atau ringan tanpa tekanan kuat
dengan tidak melepaskan jari pemijat dari permukaan kulit.
Teknik effluerage dilakukan pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti :
bahu dan punggung. Teknik effleurage artinya menekan degan lembut memijat
atau melutut dengan tangan untuk melancarkan peredara darah. Dengan teknik
memijat dan tenang berirama, bertekanan lembut kearah distal atau kearah bawah
suatu rangsangan pada kulit abdomen dengan melakukan usapan menggunakan
ujung-ujung jari telapak tangan dengan arah gerakan membentuk pola geraka
seperti kupu-kupu abdomen seiring degan pernafasan abdomen. Kedua tekik
tersebut bertujuan untuk meingkatkan sirkulasi darah, member tekanan,
menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik
148
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MANAJEMEN NYERI FISIOLOGI:
PEMBERIAN MASSAGE COUNTERPRESSURE
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan Pemberian Massage Counterpressure
149
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Tawarkan pasien mau dipijit atau tidak
5. Posisikan pasien duduk atau telungkup dengan nyaman.
6. Pasangan dari wanita melakukan tekanan yang terus-menerus
selama kontraksi pada tulang sakrum wanita dengan pangkal
atau kepalan salah satu telapak tangan (gambar a dan b). Wanita
mengatakan kepada pasangan dimana harus menekan (letak rasa
nyeri paling kuat) dan seberapa keras
7. Jika perlu, pasangan menempatkan tangan yang satunya di
depan pinggul wanita (di atas spina iliaka anterior superior)
untuk membantu menjaga keseimbangan wanita. Teknik ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan posisi pasien
berdiri dan duduk
8. Rapikan peralatan.
9. Sketsel dibuka.
10. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
11. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
12. Cuci tangan.
Pelaksanaan (Fase 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
150
Dokumentasi Telah dilakukan Pemberian Massage ounterpressure pada Ny. ……
pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
151
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)MANAJEMEN
NYERI FISIOLOGI:
PEMBERIAN MASSAGE EFFLUERAGE
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika R P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan Pemberian Massage Effluerage
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian Pemberian Massage Effluerage
2. Menjelaskan tujuan tindakan Pemberian Massage Effluerage
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi Pemberian Massage Effluerage
4. Menjelaskan prosedur Pemberian Massage Effluerage
5. Mengimplementasikan Pemberian Massage Effluerage
Pengertian Teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus
untuk menimbulkan efek relaksasi dengan menggunakan ujung jari yang ditekan
lembut dan ringan.
Tujuan dan 1. Melancarkan sirkulasi darah
Manfaat 2. Menurunkan respon nyeri punggung
3. Menurunkan keteganggan otot
Indikasi 1. Klien dengan keluhan kekakuan dan keteganggan otot di punggung
2. Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri punggung pada ibu hamil inpartu
Kontraindikasi 1. Nyeri pada daerah yang akan di massage SKOR
2. Luka pada daerah yang di massage
3. Gangguan atau penyakit akut
4. Jangan melakukan pemijatan langsung pada daerah tumor
5. Jangan melakukan massage pada daerah yang mengalami ekimosis
atua lebam
6. Jangan melakukan massase pada daerah yang mengalami
tromboplebitis
7. Hati-hati saat melakukan massase pada daerah yang mengalami
gangguan sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia
Persiapan Alat dan 1. Baby oil atau Virgin oil 15
Bahan 2. Bantal
3. Tissue
4. Handuk kecil
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
152
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Atur posisi tidur ibu dengan posisi tidur terlentang rileks dengan
menggunakan satu atau dua bantal, kaki diregangkan 10 cm
dengan kedua lutut refleksi membentuk 45 derajat Posisikan
pasien duduk atau telungkup dengan nyaman.
Ttd
153
Evaluasi dan Penilaian
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
154
PANDUAN PERTEMUAN 13
PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus pertama di
luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir di semua sistem (Cunningham, 2012). Bayi baru lahir
(BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan virus dan
kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir. Perawatan
BBL yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sampai
kematian. Kesalahan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesiapan
ibu dalam perawatan BBL. Perawatan BBL yang dimaksud antara lain perawatan
tali pusat, memandikan bayi, memberi minum, membersihkan telinga,
membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan menggunting kuku.
155
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan bayi baru lahir.
Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian tindakan perawatan bayi baru lahir
2. Menjelaskan tujuan tindakan perawatan bayi baru lahir
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi tindakan perawatan bayi baru lahir
4. Menjelaskan prosedur tindakan perawatan bayi baru lahir
5. Mengimplementasikan tindakan perawatan bayi baru lahir yang tepat
Pengertian Suatu tindakan memberikan perawatan pada bayi baru lahir selama jam pertama
setelah kelahiran.
Manfaat 1. Tindakan pencegahan infeksi
Tindakan 2. Melakukan penilaian segera pada bayi baru lahir
3. Mekanisme dan cara pencegahan kehilangan panas
4. Menjelaskan cara memotong,mengikat dan perawatan tali pusat
5. Menjelaskan cara inisiasi menyusu dini pemberian ASI dalam jam pertama
setelah bayi lahir
Indikasi Bayi baru lahir
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan Alat 1. Kertas 15
dan Bahan 2. Alat tulis
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase Orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir,
dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
6. Mengatur posisi klien aman dan nyaman.
7. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase Kerja) 2. Pakai handscoon.
3. Dekatkan alat di samping klien.
4. Bagian yang terbuka ditutup dengan selimut.
5. Pecegahan infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah bersentuhan
156
dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama
klem,gunting,penghisap lendir,alat resusitasi dan benang tali
pusat telah di Desinfeksi Tingkat Tinggi
d. Pastikan semua pakaian,handuk dan kain yang digunakan sudah
dalam keadaan bersih
6. Penilaian segera setelah lahir
Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab pertanyaan
berikut:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis atau bernafas?
d. Apakah tonus otot bayi baik?
7. Cara pencegahan kehilangan panas
a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
b. letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
8. Cara memotong, mengikat, dan merawat tali pusat
a. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir
b. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke
arah ibu. Kemudian jepit tali pusat pada bagian yang isinya
sudah dikosongkan berjarak 2 cm dari jepitan pertama.
c. Pegang tali pusat diantara klem tersebut.
d. Ikatkan tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan
mengikatnyadengan simpul kunsi pada sisi lainnya.
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalamlarutan klorin 0,5 %
f. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apapun kepuntung tali pusat
g. Mengoleskan alcohol atau povidin iodine masih
diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah.
9. Inisiasi menyusui dini
a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit ibunya segera
setelah lahirselama paling sedikit satu jam.
b. Bayi harus meggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan
inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya untuk
menyusui
c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan
kepada bayi baru lahir sehingga menunda inisiasi menyusu
selesai dilakukan
10. Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah
satu jam kontak ke kulit dan bayi selesai menyusui
157
11. Selimut diangkat.
12. Rapikan peralatan.
13. Sketsel dibuka.
14. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
15. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
16. Cuci tangan.
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase Terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Memberi reinforcement positif
5. Membuat kontrak pertemuan berikutnya
6. Mengakhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan.
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan perawatan bayi baru lahir
pada Ny. …… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam ….
Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……
Ttd
Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang
praktikum.
158