OLEH :
PEMBIMBING :
Ns. Liza Merianti, S.Kep, M.Kep
Ns. Ade Srywahyuni, S.Kep, M.NS
Ns. Susi Nofi Miswardi, S.Kep
Oleh :
(Ns. Liza Merianti, S.Kep, M.Kep) (Ns. Ade Srywahyuni, S.Kep, M.NS)
Preseptor Klinik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Seminar Keperawatan Anak dengan judul “Asuhan Keperawatan pada By. Ny. K
dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan perinatologi RS
Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2021”.
Harapan kami makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan dengan bayi premature
dan BBLR .
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembelajaran ilmu keperawatan maternitas.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, sehingga dapat menambah
kemampuan perawat dalam melaksanakan intervensi keperawatan.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, khususnya di bidang keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
a. Tujuan Umum .............................................................................. 3
b. Tujuan Khusus ............................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ............................................................................ 4
a. Bagi Tenaga Kesehatan ................................................................ 4
b. Bagi Mahasiswa ........................................................................... 4
iii
b. Etiologi Bayi Premature ............................................................. 28
c. Manifestasi Klinis Premature ..................................................... 30
d. Klasifikasi bayi Premature ......................................................... 32
e. Patofisiologi ................................................................................ 33
f. WOC Premature .......................................................................... 36
g. Pemeriksaan penunjang bayi premature dan BBLR .................. 38
h. Penatalaksanaan bayi premature dan BBLR .............................. 38
D. Asuhan Keperawatan Teoritis ........................................................ 41
a. Pengkajian .................................................................................. 41
b. Diagnosa Keperawatan (SDKI) yang mungkin muncul ............. 48
c. Intervensi Keperawatan (SLKI,SIKI) ......................................... 48
iv
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus ................................................................................. 97
a. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 97
b. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 98
c. Intervensi Keperawatan ............................................................ 100
d. Implementasi Keperawatan ...................................................... 100
e. Evaluasi .................................................................................... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 102
B. Saran ............................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah bayi resiko
tinggi yang mengancam kehidupan. BBLR mempunyai resiko kesakitan 35 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal (Wong dkk, 2009).
Resiko kesakitan pada BBLR terjadi karena ketidakmatangan organ tubuh. Bayi ini
yang sering terjadi pada BBLR seperti gangguan tumbuh kembang, ketidakstabilan
suhu tubuh, hipertermi, asfiksia, ikterus, reflek hisap lemah, motilitas usus menurun,
encephalopathy (HIE) dan kejang, selain masasalah yang terjadi BBLR juga beresiko
Repuplic yaitu 882/ 1000 kelahiran hidup. Pada Negara Assosiation of south East Asia
Nations (ASEAN) AKB tertinggi yaitu Nepal sebanyak 258/1000 kelahiran hidup.
AKB di Indonesia yaitu sebanyak 126/1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan
(SDGs) yaitu 70/1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab AKB tinggi yaitu
1
prematuritas, sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi dilahirkan setiap
tahunnya dengan berat badan lahir rendah (Word Health Organisation, 2016)
Berdasarkan data dari dinas kesehatan Sumatra Barat (2014) menunjukan AKB
di Sumatra Barat sudah menurun dari tahun 2007 dari 47/1000 kelahiran hidup
menjadi 27/1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Jumlah kematian bayi pada tahun
2014 yaitu sebanyak 681 dan angka tertinggi yaitu pada kota Padang sebanyak 108
orang. Angka kejadian BBLR di Sumatra Barat yaitu 2.066 bayi dan tertinggi pada
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah Kota Bukittinggi tahun 2017 adalah
1,44%, dimana ditemukan 35 bayi dengan berat badan lahir rendah <2500 gram.
Anak RSI Ibnu Sina Bukittinggi 3 bulan terakhir dari bulan September 2020 sampai
November 2020 didapatkan 27 kasus BBLR. Pada bulan September terdapat 11 kasus
bayi dengan BBLR, kemudia pada bulan Oktober terjadi peningkatan kasus BBLR
menjadi 13 kasus dan terakhir pada bulan November 2020 terdapat 3 kasus BBLR
yang terjadi.
“Asuhan Keperawatan kepada By. Ny. K dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 35-
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
kepada By. Ny. K dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di
2. Tujuan khusus
dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan perinatologi RS Islam Ibnu
dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan perinatologi
By. Ny. K dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan
dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan perinatologi
3
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan kepada
By. Ny. K dengan premature dan berat badan lahir rendah (BBLR) di ruangan
C. Manfaat Penulisan
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan maksimal kepada pasien
2. Bagi Mahasiswa
keterampilan serta mampu diaplikasikan secara baik sesuai teori teori yang sudah
didapatkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep BBLR
a. Defenisi BBLR
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi (Setyo & Paramita, 2015). WHO (World Health
berdasarkan pada apakah mereka small for gestational age (SGA) atau
tidak. SGA didefinisikan sebagai berat yang tidak sesuai dengan masa
menjadi very low birth weight (VLBW) jika berat badan lahir kurang dari
1500 gram dan extremely low birth weight (ELBW) jika berat badan
oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasenta.
Faktor dari ibu meliputi berat badan yang tidak adekuat selama hamil,
merokok, dan ketuban pecah dini. Faktor janin dan plasenta yang dapat
pecah dini, cacat bawaan, insufisiensi plasenta, plasenta previa, dan solusio
5
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila
berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
2006). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR
2010).
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak
6
b. Etiologi BBLR
a) Premature Murni
1) Faktor Ibu
b) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, multi
2) Faktor janin
3) Faktor lingkungan
b) Dismature
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
dua, yaitu :
1) Proportionate IUGR
7
Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi
2) Disporpotionate
IUGR
minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini
keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
8
d) Penyebab lain iKeadaan sosial ekonomi yang rendah,
tidak diketahui.
Tanda dan gejala bayi berat lahir rendah, menurut Sukarni & Sudarti
a). Fisik
1) Bayi kecil berat badan < 2500 gram, panjang badan < 45
2) Lanugo banyak
9
4) Otot-otot masih hipotonik.
f). Genetalia
(≥259 hari)
hari)
5) Post term/ bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau
10
3) Berat lahir rendah/ Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan
kehamilan.
LGA dapat di lihat pada bayi yang ibunya mengalami diabetes, bayi
bulan (usia kehamilan > 42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis.
Bayi LGA juga berhubungan dengan peningkatan berat badan ibu saat
bawaan, khusunya perubahan pada arteri besar, displasia sel, dan etnik
tertentu (hispanik)
11
e. Patofisiologi BBLR
pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama
12
meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme
13
f. WOC BBLR
PERNAFASAN
Termoregu pencerna
lasi an
14
g. Penyakit yang berhubungan dengan BBLR
Menurut Hasan, et al (1997), penyakit-penyakit yang ada
b. Pneumonia Aspirasi
c. Perdarahan intraventrikula
d. Hiperbilirubinemia
belum sempurna.
e. Hipoglikemia
15
f. Hipotermia
yang kurang dan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu
bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang
rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan
menjadi dewasa pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita
tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus
16
b. Hipotermi
jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas
c. Asfiksia
BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio lesitin atau
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang
d. Kematian
jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Oleh
17
i. Pencegahan BBLR
kejadian BBLR ini akan lebih efisien apabila Bumil yang mempunyai
Pemantauan ibu hamil adalah 12 salah satu upaya untuk mendeteksi faktor
18
d. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering
yang dapat memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
(Handayani 2003).
j. Pemeriksaan Penunjang
c. Pemerioksaan hematokrit.
aspirasi mekonium.
k. Penatalaksanaan
kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan
19
pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.tindakan umum dan
a. Tindakan umum
a). Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR Bayi BBLR mudah dan
20
mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah
21
Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi,
Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita
b. Tindakan kusus
dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI
tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
22
dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau
dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang
23
terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory
effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.
menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar dari rahim ibu.
Kriteria 0 1 2
Appereance Seluruh tubuh Kulit kemerahan Seluruh tubuh
(warna kulit) biru atau pucat muda, tangan kaki berwarna merah muda
kebiruan
Pulse Tidak ada < dari 100x/menit > dari 100x/menit
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada respon Meringis, menangis Meringis, batuk saat
(respon refleks) terhadap lemah ketika distimulasi
stimulasi distimulasi
24
Activity Tidak ada/ lemas Sedikit gerakan Bergerak aktif atau
(tonus otot) fleksi sempurna
Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,
(pernafasan) teratur pernafasan baik dan
teratur
Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui
apakah bayi normal (Prawirohardjo, 2002).
1. Bayi normal: nilai apgar 7 – 10
2. Asfiksia ringan: nilai apgar 4 - 6
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang
menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas
3. Asfiksia berat: nilai apgar 0 - 3
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
25
Ballard Maternity Score
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan
fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut
popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati
adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia .
26
C. Konsep Prematur
a. Defenisi Premature
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan
lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).
kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
27
b. Etiologi Bayi premature
a. Faktor ibu
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
b. Faktor janin
28
toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin
c. Faktor lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor
(antepartum hemorrhage).
c) Kehamilan kembar.
29
c. Manifestasi klinis Premature
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang
dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:
k. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
l. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
30
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur
(SMK):
dengan sempurna.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
31
d. Klasifikasi bayi premature
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
prematur dan matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering
yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestational age
(SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur)
32
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi
1) Proportinate IUGR
yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR
atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang
dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan
e. Patofisiologi
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak
ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber
utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah
33
respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan
tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih
buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan
kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh
sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang
kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak
karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh
badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi lain juga mengalami
kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi anatomi,
34
yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum
kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang
relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih
banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak
dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek
35
f. WOC bayi premature
Prematuritas
Kehilangan panas
Resiko hipotermi
malnutrisi hipoglikemia
36
Icterus neonatus Konjugasi bilirubin belum baik
hiperbilirubin Hati
Deficit nutrisi
Usus
37
g. Pemeriksaan penunjang bayi premature dan BBLR
23.000- 24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada
sepsis.
2 hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix: tetes glukosa pertama
selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan
kehidupan.
berikut:
38
b. Mencegah infeksi dengan ketat
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi
d. Penimbangan ketat
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh karena itu, bayi
39
dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada
kangguru.
c. Pencegahan infeksi
serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
apapun.
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
e. Pemberian oksigen
40
waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
a. Pengkajian
Pengkajian pada bayi BBLR dan prematur dilakukan dari ujung rambut
hingga ujung kaki, meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari
a. Pengkajian umum pada bayi Pengkajian umum pada bayi antara lain
meliputi:
41
b. Masalah yang berkaitan dengan ibu
umur ibu yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar pendidikan
berat badan saat kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak
subkutan sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relative
lebih besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar
d. Kardiovaskular
bagian apikal dengan ritme yang teratur, pada saat kelahiran kebisingan
42
atelektasis paru. Pengkajian sistem kardiovaskuler dapat dilakukan dengan
icterus.
e. Gastrointestinal
43
3. Jika bayi menggunakan selang nasogastrik diskripsikan tipe
selang pengisap dan cairan yang keluar (jumlah, warna, dan pH).
f. Integument
bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum
melewati ujung jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali,
iritasi, abrasi.
bernoda.
44
g. Muskuloskeletal
sempurna yang masih lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang
rusuk lunak, gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik. Pengkajian
berikut:
usia kehamilan.
h. Neorologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak
mengisap dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tidak ada atau
45
1. Mengamati atau memeriksa reflek moro, mengisap, rooting, babinski,
i. Pernapasan
tidak.
pernapasan.
46
7. Tentukan saturasi (kejenuhan) oksigen dengan menggunakan
(tcPCO2).
j. Perkemihan
mengkaji jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil laboratorium yang
k. Reproduksi
Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia mayora yang belum
skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil dan testis
l. Temuan sikap
Tangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif dan terdapat tremor.
47
2. Diagnosa keperawatan (SDKI) yang mungkin muncul :
otot pernafasan.
48
a). penggunaan otot bantu meningkat c. berikan minuman hangat
pernafasan f. dyspnea menurun d. lakukan fisioterapi dada
b).fase ekspirasi g. penggunaan otot e. lakukan penghisapan lender
memanjang bantu nafas menurun < 15 menit
c). pola nafas abnormal h. pemajangan fase f. lakukan hiperoksigenasi
(mis. Takipnea, ekspirasi menurun g. keluarkan sumbatan benda
bradipnea, hiperventilasi, i. ortopnea menurun padat dengan forcep McGill
kussmaul, cheyne-stokes) j. pernafasan pursed lip h. berikan oksigen bila
Tanda dan Gejala Minor menurun perlu
1) Subjektif k. pernafasan cuping Edukasi
a). ortopnea hidung menurun a. Anjurkan asupan cairan
2) Objektif l. frekuensi nafas 2000ml/hari
efek agen farmakologis menurun b. Anjurkan teknik batuk
n.kecemasan m. kedalamamn nafas efektif
menurun Kolaborasi
n. eksruksi dada a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
2 Deficit nutrisi b.d Luaran Utama Manajemen nutrisi
. ketidakmampuan mencerna Kriteria Hasil: Observasi
makanan a.Pertahanan makanan a. Identifikasi status nutrisi
dimulut meningkat b. Identifikasi alergi dan
Defenisi b. refleks menelan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak cukup meningkat c. Identifikasi makanan yang
untuk memenuhi kebutuhan c. kemampuan disukai
metabolism mengosongkan mulut d. Identifikasi kebutuhan
Tanda geala mayor meningkat kalori dan jenis nutrient
Subjektif d. kemampuan e. Identifikasi perlunya
(tidak tersedia) mengunayh meningkat penggunaan selang
49
Onjektif e. usaha menelan nasogastric
1. BB neuron minimal 10% meningkat f. Monitor asupan makanan
dibawah nilai ideal f. frekuensi tersedak g. Monitor berat badan
Tanda gejala minor menurun h. Monitor hasil pemeriksaan
Subjektif g. batuk menurun laboratorium
1. Cepat kenyang setela h. muntah berkurang Terapeutik
makan refleks lambung menurun a. Lakukan oral hygiene
2. Keram atau nyeri i.produksi saliva sebelum makan, jika perlu
abdomen membaik b. Fasilitasi menentukan
3. Nafsu makan menurun pedoman diet (mis.
Objektif Piramida makanan)
1. Bising usus hiperaktif c. Sajikan makanan secara
2. Otot pengunyah lemah menarik dan suhu yang
3. Otot menelan lemah sesuai
4. Membrane mukosa pucat d. Berikan makan tinggi serat
5. Sariawan untuk mencegah konstipasi
6. Serum albumin turun e. Berikan makanan tinggi
7. Rambut rontok berlebihan kalori dan tinggi protein
8. Diare f. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
g. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
50
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
51
yang tipis membaik oksigen hangta, lavase
g. Penurunan laju l. takikardia menurun peritoneal dengan cairan
metabolism m. bradikardi menurun hangat )
h. Terapi radiasi n. takipnea menurun Edukasi
i. Tidak beraktivitas o. hipoksia menurun a/ ajarkan bagaiamana kompres
j. Transfer panas hangat
k. Trauma b.anjurkan untuk menggunakan
l. Premature pakaian yang hangat
m. Penuaan c. anjurkan untuk selimuti segera
n. BBL kolaborasi
o. BBLR a.kolaborasi pemberian analgetik
p. Efek agen b. kolaborasi pemberian cairan
farmakologis infus
52
d. Peningkatan paparan h. kultur darah membaik aseptic pada psien
mikroorganisme i. kultur urin membaik berisiko tinggi
pathogen lingkungan j. kultur sputum membaik Edukasi
e. Ketidakadekuatan k. gangguan kognitif a. Jelaskan tanda dan
pertahanan tubuh membaik gejala infeksi
primer b. Ajarkan cara mencuci
1. Gangguan tangan yang benar
peristaltic c. Ajarkan etika batuk
2. Kerusakan d. Ajarkan cara
integritas kulit memeriksa kondisi luka
3. Penurunan kerja e. Ajarkan cara
siliaris meningkatkan asupan
4. Ketuban pecah urisi
lama f. Ajarkan cara
5. Ketuban pecah dini meningkatkan asupan
6. Merokok cairan
7. Status cairan tubuh Kolaborasi
f. Ketidakadekuatan f. Kolaborasi pemberian
pertahanan tubuh imunisasi jika perlu
sekunder
1. Penurunan Hb
2. Imununosupresi
3. Leukopersia
4. Supresi respon
imflamasi
5. Vaksinasi tidak
adekuat.
53
5 Menyusui tidak efektif Luaran Utama Edukasi menyusui
b.d hambatan pada Kriteria Hasil: Observasi
neonatus (mis. a. perlekatan bayi a. identifikasi kesiapan dan
Prematuritas) pada payudara ibu kemampuan menerima
meningkat informasi
Defenisi: b. kemampuan ibu b. identifikasi tujuan atau
Kondisi dimana ibu dan bayi memposisikan bayi keinginan menyusui
mengalami ketidakpuasan dengan benar Teraupetik
atau kesukaran pada proses meningkat a. sediakan materi dan media
menyusui. c. miksi bayi lebih dari 8 pendidikan
Tanda Gejala Mayor kali/ 24 jam kesehatan
1). Subjektif meningkat b. jadwalkan pendidikan
a). kelelahan maternal d. berat badan bayi kesehatan sesuai
b). kecemasan maternal meningkat kesepakatan
2). Objektif e. suplai ASI adekat c. berikan kesempatan untuk
a). bayi tidak mampu melekat meningkat bertanya
pada payudara ibu b). ASI f. putting tidak lecet d. dukung ibu dalam
tidak menetes/ memancar setelah 2 minggu meningkatkan kepercayaan
c). BAK bayi kurang dari 8 melahirkan diri untuk menyusui
kali dalam 24 jam g. kepercayaan diri ibu e. libatkan sistem pendukung
d). nyeri dan atau lecet terus meningkat : suami, keluarga, tenaga
menerus setelah minggu h. bayi tidur setelah kesehatan, dan masyarakat
kedua menyusui Edukasi
Tanda dan Gejala Minor i. intake bayi a. berikan konseling
1). Subjektif meningkat menyusui
(tidak tersedia) j. hisapan bayi b. jelaskan manfaat
2). Objektif meningkat menyusui bagi ibu dan bayi
a). intake bayi tidak adekuat k. lecet pada putting c. ajarkan 4 posisi menyusui
b). bayi menghisap tidak terus menurun dan perletakkan (lacht on)
54
menerus l. Kelelahan maternal dengan benar
c). bayi menangis saat disusui menurun d. ajarkan perawatan
d). bayi rewel dan menangis m. Kecemasan menurun payudara antepartum
n. Bayi rewel menurun dengan mengkompres Dengan
o. Bayi menangis setelah kapas telah diberikan minyak
menyusui menurun kelapa
e. ajarkan merawat payudara
post partum ( pijat payudara,
pijat oksitosin)
55
l. Tersentak menurun terjangkau oleh bayi
m. Aritmia menurun f. Anjurkan memberikan
n. Bradikardia menurun pembatas pada area
o. Takikardia menurun beresiko (mis. Dapur,
p. Kemampuan menyusu kamar mandi, kolam)
membaik g. h. Anjurkan tidak
q. Warna kulit membaik meletakkan bayi pada
tempat tidur
56
Tanda dan Gejala Mayor menurun samping fototherapi (mis.
Hipertermi, diare, rush pada
1). Subjektif g. Perdarahan menurun
kulit, penurunan bb lebih
h. Kemerahan
(tidak tersedia) dari 8-10%)
menurun i. Hematoma
e. biarkan tubuh bayi terpapar
2). Objektif menurun
sinar foto terapi
a). profil darah abnormal j. Pigmentasi
f. ganti segera popok jika bayi
(hemolysis, bilirubin, abnormal menurun
BAB/BAK
serum total >2mg/dl, k. Jaringan
g. gunakan linen berwarna
bilirubin serum total parut menurun
putih
pada rentang risiko l. Nekrosis menurun
edukasi
tinggi menurutusia pada
m. Abrasi a. anjurkan bayi minum
rentang risiko tinggi
kornea menurun menyusui per 20cc
menurutusia pada
b. anjurkan ibu sesering
normogram
mungkin
kolaborasi
kondisi klinis terkait
a. kolaborasi pemeriksaan
a. neonates
bilirubin
b. premature
57
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ruang : Perinatologi
58
B. Pengkajian Neonatus
Keadaan Umum : Bayi lahir SC, bayi didalam incubator dengan suhu 33 C Gerak
banyak tidur, tali pusat layu, CRT < 2 detik, refleks sucking yang
Bayi memiliki reflek moro yang lemah, memiliki refleks palmar yang lemah,
memiliki relfleks plantar yang baik, refleks tonik neck (-), memiliki refleks
2. Tonus/aktifitas
Aktifitas bayi kurang aktif, menangis lemah hanya meringis dan merintih.
59
3. Kepala/Leher
I : Fontanel Anterior tidak cekung tidak menonjol, sutura tepat, wajah dan
bentuk kepala simetris, tidak ada molding, caput succedanum dan tidak
ada cephalhematoma.
P : Fontanel Anterior lunak, tidak ada masa, lesi, tidak teraba cephalhematoma
4. Mata
5. Mulut
I : Mukosa bibir kering berwarna merah muda, tidak terdapat sianosis dan
tidak ada kelainan labio palate schizis. Terpasang OGT pada mulut bayi
untuk mengetahui residu ASI dan memberikan diit ASI atau susu formula
(BAK dan BAB), tampak saliva berbusa di area bibir bayi, dan memiliki
6. THT
− Telinga :
60
− Hidung :
terpasang CPAP dengan Fi02 40, PEEP 8, terdapat lecet di area luar
7. Abdomen
lingkar perut : 29 cm
8. Toraks
9. Paru – paru
A : Suara nafas kanan dan kiri sama, Bunyi nafas disemua lapang paru
10. Jantung
61
A : Bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler
11. Ekstremitas
− Atas
I : lengkap, tidak ada kelainan, akral hangat, gerak kurang aktif, bayi
tidak tremor
− Bawah
12. Umbilikus
I : Normal. Tali pusat tampak layu, dan terpasang umbilical cord, terdapat
13. Genitalia
14. Anus
62
15. Kulit
I : kulit berwarna kemerahan, tipis, turgor kulit sedang dan elastis, tidak
16. Suhu
− Inkubator :
Ny. K melakukan kunjungan ke poli KIA RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi.
Trimester I : 1 kali
Trimester II : 1 kali
63
Ny. K memeriksakan kandungannya kepada dokter spesialis
e). Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada usia kehamilan 16
minggu.
f). Selama hamil Ny. K tidak pernah dirawat, dan saat kehamilan
hamil lagi.
D. Riwayat Persalinan
64
E. Riwayat Kelahiran
1. Lama Kala II :
1. Usaha nafas
Saat dilahirkan bayi Ny. K bernafas dibantu oleh alat bantu pernafasan oksigen
2 liter
2. Apgar score
− 5 menit ke-1 ( 6 )
− 5 menit ke-2 ( 7 )
65
G. Riwayat Sosial
1. Struktur Keluarga
− Ibu
− Anak ke – 1
− Anak ke – 2
2. Budaya
− Suku : Minang
− Agama : Islam
66
d. Anak yang lain :
H. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Labor 11/01/2021, pukul 09.31
Jenis Hasil
No Satuan Nilai
Pemeriksaan (Satuan)
Rujukan
1. Hemoglobin 17,0 g/dL 13,5-15,5
2. Leukosit 12,4 Mg/dL 4,5-11,00
3. Eritrosit 4,77 H 4,00-4,60
4. Hematokrit 47,4 % 36,0 – 41,0
5. Trombosit 172 10^3/ul 150 – 400
67
13. P-LCR 37,6 %
14. PCT 0,20 %
IMUNOSEROLOGI
Rapid Test SARS-COV-2
SARS-COV-2 IgG Non reaktif Non reaktif
SARS-COV-2 IgM Non reaktif Non reaktif
I. Terapi
68
J. Kontrol Cairan
Selasa Rabu
D5% 2 7 tpm 12/01/2021 13/01/2021 500 cc IV
K. Data Fokus
dan merintih
− Banyak tertidur
− S : 36,1 C
− BB : 2100 g
69
dan merintih
lemah
− BB : 2100 g
sianosis.
− Hematokrit 47,4 %
infus)
yang lemah
70
lemah
− Kulit kering
− BB : 2100 g.
sekret (+)
PEEP 8
pernafasan
− TTV :
N : 170 x/menit
S : 36,1
RR : 48 x/ menit
SP02 : 65 %
71
L. Analisa Data Keperawatan
PROBLEM
NO DATA ETIOLOGI
1. Ds : Hambatan upaya Pola nafas tidak
- nafas efektif
Do : (kelehamahan
- Pernafasan cuping hidung otot pernafasan).
- Tampak busa di area bibir bayi, sekret (+)
- Terpasang CPAP dengan Fi02 40, PEEP 8
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- terdapat retraksi diding dada
- CRT < 2 Detik
- Tampak saliva berbusa di area bibir bayi
- TTV :
N : 170 x/menit
S : 36,1
RR : 48 x/ menit
SP02 : 65 %
72
2. Ds : Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
- menelan makanan
Do : (refleks hisap bayi
- Bayi terpasang OGT, diberikan ASI atau tidak efektif)
Susu formula setiap 3 jam sekali sebanyak
15 cc.
- Intake : 620 cc (ASI/sufor + infus)
- Output : 60 cc (BAK dan BAB)
- Bayi terpasang infus D5% 7 tpm.
- Keadaan umum lemah
- Bayi memiliki refleks sucking yang lemah
- Bayi memiliki refleks moro yang lemah
- Kulit kering
- BB : 2100 g.
73
4. Ds : berat badan lahir Risiko hipotermia
- rendah
Do :
- Keadaan umum lemah
- Kulit agak tipis
- Gerakan bayi kurang aktif
- Menangis lemah, hanya meringis dan
merintih
- Banyak tertidur
- S : 36,1 C
- BB : 2100 g
- Gravid 35-36 minggu
M. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelehamahan otot
pernafasan)
74
N. Intervensi Keperawatan
75
h. ortopnea menurun Kolaborasi
76
2. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Nutrisi
ketidakmampuan menelan selama 3 x 24 jam diharapakan defisit Observasi
makanan (refleks hisap bayi tidak nutrisi teratasi dengan kriteria : 1. identifikasi faktor yang
efektif) Luaran Utama mempengaruhi asupan gizi
Kriteria Hasil: (refleks menghisap bayi)
a. Kekuatan otot menelan meningkat
2. identifikasi perubahan berat
b. Berat badan bayi meningkat
badan
c. Keadaan umum membaik
d. refleks sucking membaik 3. identifikasi kemampuan menelan
e. refleks moro membaik
4. monitor asupan oral
f. kulit kering bayi membaik
Teraupetik
1. timbang berat badan
4. dokumentasikan hasil
pemantauan
77
Edukasi
1. informasikan hasil pemantauan
kepada keluarga
78
3. Risiko infeksi b.d Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi
paparan organisme patogen selama 3 x 24 jam diharapakan risiko Observasi
lingkungan (system imun belum infeksi teratasi dengan kriteria : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
matang) Luaran Utama
Kriteria Hasil: Edukasi
a. Warna kulit membaik 1. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
b. Intergritas baik
dan lingkungan pasien
c. Kebersihan tangan ibu meningkat 2. Lakukan perawatan tali pusat
3. Ajarkan ibu cara cuci tangan
dengan benar
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu
79
4. Risiko hipotermia b.d berat Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipotermia
badan lahir rendah selama 3 x 24 jam diharapakan risiko Observasi
hipotermia teratasi dengan kriteria : 1. Monitor suhu tubuh
Luaran Utama 2. Monitor nadi dan pernafasan
Kriteria Hasil: 3. Pertahankan suhu tubuh bayi
a. Suhu tubuh bayi dalam rentang normal
(36,5-37,5°C) Teraupetik
b. Warna kulit merah muda 1. Selimuti bayi segera
2. Tempatkan bayi dalam inkubator
dibawah penghangat sesuai
kebutuhan
80
O. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
81
S : 36,1
RR : 60 x/menit
SP02 : 65 %
82
09.45 WIB 3. mengidentifikasi D5 % 7 Tpm
kemampuan menelan - BB : 2100 g
- Refleks sucking
4. monitoring asupan oral
monitor per masih lemah
1 jam 5. menimbang berat badan - Refleks moro
masih lemah
6. menghitung perubahan
09.45 WIB - Intake : 620 cc
berat badan
(ASI/sufor +
monitor per 7. mengatur interval waktu infus)
1 jam pemantauan sesuai - Output : 60 cc
monitor per 1 jam (BAK dan BAB)
11.00 WIB dengan kondisi pasien A : defisit nutrisi belum
teratasi
8. mendokumentasikan
setelah P : lanjutkan
hasil pemantauan
selesai implementasi poin
monitor per 9. menginformasikan hasil 2,3,4,5,6, 8,dan 9
1 jam pemantauan kepada
keluarga.
83
3. Senin, 11 Risiko infeksi Memberikan intervensi 11.00 WIB
Januari 2021 b.d Peningkatan pencegahan infeksi
paparan 14.45 WIB 1. Monitor tanda dan gejala S : -
organisme infeksi O : - keadaan umum
patogen 14.45 WIB 2. Cuci tangan sebelum dan bayi lemah
lingkungan sesudah kontak dengan - BB : 2100 G
(system imun pasien dan lingkungan - Gravid 35-36
belum matang) pasien minggu
10.05 WIB 3. Mengkolaborasikan - Kulit kering (+),
pemberian imunisasi. turgor kulit
12.05 WIB 4. Memberikan perawatan sedang, sianosis
kulit (-)
setiap 3 jam 5. Meningkatkan asupan - relfkes moro dan
nutrisi palmar sudah
pemasangan 6. Meningkatkan asupan mulai membaik
infus D5 % cairan A : Risiko infeksi belum
7 Tpm teratasi
P : lanjutkan
implementasi poin
1,2,3,4,5,dan 6
84
4. Senin, 11 Risiko Memberikan intervensi 11.00 WIB
Januari 2021 hipotermia b.d manajemen hipotermia : S:-
berat badan lahir 2. Memonitoring suhu O : - keadaan umum
rendah monitor per bayi sedang.
1 jam 3. Memonitoring nadi dan - Bayi didalam
pernafasan incubator S : 33
09.45 WIB 4. Mempertahankan suhu
tubuh bayi (bayi di - Kulit tipis (+),
incubator) - Menangis masih
lemah
- TTV :
N : 170x/menit
S : 37
RR : 60 x/ menit
A : resiko hipotermia
belum teratasi
P : lanjutkan
implementasi poin
1,2, dan 3
85
B. Selasa, 12 Januari 2021
86
efektif teratasi
sebagian
P : lanjutkan
implementasi poin
1 dan 3
87
setiap 1 jam 6. mengatur interval waktu sudah mulai
pemantauan sesuai baik
monitor per 1 jam dengan - Intake : 660 cc
kondisi pasien (ASI/sufor +
setelah infus)
7. mendokumentasikan
selesai - Output : 100 cc
hasil pemantauan
monitor per (BAK dan BAB)
1 jam 8. menginformasikan hasil
pemantauan kepada A : defisit nutrisi belum
keluarga. teratasi
P : lanjutkan
implementasi poin
1,2,3,4,5,6,7 dan 8
3. Selasa, 12 Risiko infeksi Memberikan intervensi 13.30 WIB
Januari 2021 b.d pencegahan infeksi S: -
Peningkatan 13.00 WIB 1. Monitor tanda dan gejala O : - keadaan umum
paparan infeksi bayi masih
organisme Setiap 2. Cuci tangan sebelum dan lemah
patogen sebelum sesudah kontak dengan - BB : 2400 G
88
lingkungan kontak pasien dan lingkungan pasien - Gravid 35-36
(system imun dengan bayi minggu
belum matang) 09.00 WIB 3. Mengkolaborasikan - Kulit kering (+),
pemberian imunisasi. turgor kulit
09.00 WIB 4. Memberikan perawatan kulit sedang, sianosis
setiap 3 jam 5. Meningkatkan asupan nutrisi (-)
- relfkes moro
pemasangan 6. Meningkatkan asupan cairan dan palmar
infus D5% 7 sudah mulai
Tpm membaik
- imunisai Hb 0 (-),
polio (+)
A : Risiko infeksi
belum teratasi
P : lanjutkan
implementasi poin
1,2,3,4,5,dan 6
89
4. Selasa, 12 Risiko Memberikan intervensi 10.00 WIB
Januari 2021 hipotermia b.d manajemen hipotermia : S:-
berat badan 1. Memonitoring suhu bayi O : - keadaan umum
lahir rendah monitor per 2. Memonitoring nadi dan sedang.
1 jam pernafasan - Bayi didalam
3. Mempertahankan suhu incubator S : 33
09.45 WIB tubuh bayi (bayi di - TTV :
incubator) N :
188x/menit
S : 37
RR : 68 x/
menit
A : resiko hipotermia
belum teratasi
P : lanjutkan
implementasi poin
1,2, dan 3
90
C. Rabu, 13 Januari 2021
91
A : pola nafas tidak
efektif teratasi
sebagian terapi
lanjut
P : implementasi
dilanjutkan
92
- Bayi sesekali
diajarkan
menyusu
6. mendokumentasikan melalui botol
setelah hasil pemantauan dengan cc yang
selesai rendah (20cc-
7. menginformasikan hasil
monitor per 30)
pemantauan kepada
1 jam - Refleks moro
keluarga.
sudah mulai
baik
- Intake : 740 cc
(ASI/sufor +
infus)
- Output : 200 cc
(BAK dan
BAB)
A : defisit nutrisi
belum teratasi
P : lanjutkan
93
implementasi di
lanjutkan
94
- imunisai
Hb 0 (+),
polio (+)
A : Risiko infeksi
belum teratasi
P : implementasi di
lanjutkan
4. Rabu, 13 Risiko Memberikan intervensi 19.14 WIB
Januari 2021 hipotermia b.d manajemen hipotermia : S:-
berat badan lahir 1. Memonitoring suhu bayi O : - keadaan umum
rendah monitor per 2. Memonitoring nadi dan sedang.
1 jam pernafasan - Bayi didalam
3. Mempertahankan suhu incubator S : 33
18.00 WIB tubuh bayi (bayi di - TTV :
incubator) N :
125x/menit
S : 36,5
RR : 62 x/
95
menit
A : resiko hipotermia
teratasi sebagian
P : implementasi
dilanjutkan
96
BAB IV
PEMBAHASAN
dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi.
kenyataan yang ditemukan pada pasien dilapangan terhadap By. K dengan diagnosa
Premature dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi di RS Ibnu
Sina Yarsi Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub pembahasan yaitu Pengkajian,
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
2005). Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala
pada pasien dengan Premature dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini
sesuai dengan pengkajian kelompok kepada pasien pada tanggal 11 Januari 2021
pukul 10.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Januari 2021 pukul
10.00 WIB didapatkan data, keadaan umum lemah, kulit agak tipis , gerakan bayi
kurang aktif , menangis lemah, hanya meringis dan merintih, banyak tertidur, S :
lemah, hanya meringis dan merintih, memiliki refleks palmar yang lemah,
memiliki refleks roating, BB : 2100 g, Gravid 35-36 minggu, Kulit kering, tipis,
97
turgor kulit sedang dan elastis, tidak terdapat sianosis, leukosit 12,49 Mg/dL, bayi
terpasang OGT, diberikan ASI atau Susu formula setiap 3 jam sekali, bayi
terpasang infus D5% 7 tpm, keadaan umum lemah 68, bayi memiliki refleks
sucking yang lemah, bayi memiliki refleks moro yang lemah, tampak saliva
berbusa di area bibir bayi, kulit kering, BB : 2100 g, pernafasan cuping hidung,
tampak busa di area bibir bayi, terpasang CPAP dengan Fi02 40, PEEP 8,
penggunaan otot bantu pernafasan, terdapat retraksi diding dada, CRT < 2 detik,
b. Diagnosa Keperawatan
actual, potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian , tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian
premature dan BBLR adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelehamahan otot
pernafasan.
lingkungan.
98
5. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus (mis.
Prematuritas) .
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelehamahan otot
pernafasan.
diagnosa dengan Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
makanan (refleks hisap bayi tidak efektif), Risiko infeksi b.d Peningkatan
paparan organisme patogen lingkungan, Risiko hipotermia b.d berat badan lahir
Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus (mis. Prematuritas yang
saat pengkajian tidak ditemukan gejala dan tnda mayor ASI tidak menetes, nyeri
dan/lecet terus menerus stelah minggu kedua, begitu pula dengan Risiko
99
disorganisasi perilaku bayi b.d prematuritas, Ikhterik neonatus b.d kesulitan
transisi ke kehidupan ekstra uteri, karena saat pengkajian tidak didapatkan tanda
dan gejala bahwa kulit bayi kuning, skelera kuning yang terdapat dalam buku
SDKI.
c. Intervensi Keperawatan
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
berdasarkan SLKI.
dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan
d. Implementasi keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
dilakukan.
100
b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
e. Evaluasi
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelehamahan otot pernafasan,
Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan (refleks hisap bayi tidak
Risiko hipotermia b.d berat badan lahir rendah, Keempat diagnosa diatas dua
dapat teratasi, sebagian dua diantaranya dilakukan kontrol ulang yaitu untuk
bayi tidak efektif). Karena pada saat pengkajian pada hari pertama intake berupa
(ASI/sufor +infuse ) = 620 cc per hari dan outputnya 60 cc. Pada hari kedua
intake berjumlah 660 cc dan outputnya berjumlah 100 cc, dan pada hari ketiga
intake berjumlah 740 cc dan otputnya berjumlah 200 cc. Jadi intake dan output
per harinya mengalami peningkatan. Pada hari ketiga bayi di ajarkan untuk
dalam pantauan karena system imun pada By. K masih belum sempurna yang
merintih, memiliki reflek palmar yang lemah, memiliki reflex roating, BB :2100
g, kulit krting, tipis, turgor kulit sedang dan elastic, dan leukosit 12, 49 Mg/dL.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perinatologi RSI Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 selama 8 hari, berdasarkan
sebagai berikut:
1. Dalam pengkajian By. K. Dengan BBLR, pada saat pengkajian klien dan
kurang aktif, terdapat retraksi diding dada, CRT < 2 Detik , TTV : N : 170
gerakan bayi kurang aktif, menangis lemah, hanya meringis dan merintih,
tertidur, bayi memiliki reflek moro yang lemah, memiliki refleks palmar
yang lemah, memiliki refleks roating dan refleks sucking yang lemah.
BBLR tidak dapat penulis temukan semua. Sesuai dengan data yang
otot pernafasan.
102
c. Risiko infeksi b.d Peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan.
kerjasama.
yang belum teratasi. Selain itu pemberi asuhan keperawatan tidak bisa
terlalu lama atau adanya pembatasan saat kontak dengan pasien karena
asuhan keperawatan.
B. Saran
asuhan keperawatan.
103
3. Bagi Perawat
104
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/1204/3/BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1824/3/BAB%20II.pdf
indonesia.
indonesia edisi 1 cetakan II. Jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan
indonesia edisi 1 cetakan II. Jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan
105