Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA NY. G 27 TAHUN G1P0A0 GRAVIDA 40 MINGGU FISIOLOGIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGESREP
KOTA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


dalam Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif

Disusun oleh :

SISKA FEBRINA FAUZIAH


NIM. P1337424716013

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA NY. G 27 TAHUN G1P0A0 GRAVIDA 40 MINGGU FISIOLOGIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGESREP
KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

SISKA FEBRINA FAUZIAH


NIM. P1337424716013

Disetujui Pembimbing Lahan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif pada


tanggal 3 November 2017

Mengetahui,
Bidan Koordinator KIA
Puskesmas Ngesrep

Sri Minarti, S.Tr.Keb.


NIP. 197801282007012009

ii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan Laporan Asuhan kebidanan Holistik ini

dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada

junjungan alam Nabiyullah Muhammad SAW.

Laporan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik pada Ny.

G 27 tahun G1P0A0 Gravida 40 Minggu Fisiologis” ini merupakan penerapan

asuhan holistik yang didasarkan pada hasil studi literatur dari jurnal-jurnal

penelitian terkait untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil. Penerapan asuhan

holistik ini didukung dengan sertifikasi yang penulis peroleh melalui Short-

Training in Applied Thai Traditional Medicine di Siriraj Hospital, Thailand dan

Pelatihan Basic dan Advance Mom, Kids and Baby SPA yang diselenggarakan

Budi Nersalindo bekerja sama dengan Yayasan Rumah Sehat Bunda.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa penghargaan

setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya

penulisan makalah ini, terutama kepada :

1. dr. Ahnaf, selaku Kepala Puskesmas Ngesrep yang senantiasa mendukung

setiap program kerja yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan

pemanfaatan kearifan lokal.

2. Ibu Sri Minarti, S.Tr.Keb., selaku Bidan Koordinator KIA yang dengan tulus

memfasilitasi penulis untuk melaksanakan asuhan kebidanan holistik dan

asuhan kebidanan berdasarkan evidence based midwifery terkini dalam

upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja Puskesmas

Ngesrep.

iii
3. Petugas Surveilans Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep yang

telah membantu kami mewujudkan asuhan kebidanan holistik dan asuhan

kebidanan berdasarkan evidence based midwifery terkini yang penuh cinta.

4. Rekan-rekan Magister Terapan Kebidanan yang senantiasa meluangkan

waktu untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam melaksanakan asuhan

kebidanan yang penulis lakukan.

5. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun

spiritual sehingga menguatkan penulis untuk memberikan kinerja terbaik.

atas bantuan yang telah diberikan, mudah-mudahan Allah SWT membalasnya

dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tentu banyak

terdapat kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat

penulis harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang. Akhirnya hanya

kepada Allah segala sesuatu dikembalikan. Mudah-mudahan penulisan laporan

ini menjadi sumbangsih yang bermanfaat khususnya bagi penulis.

Semarang, November 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................. 3

C. Manfaat ........................................................................... 3

D. Ruang Lingkup ................................................................ 4

E. Sistematika Penulisan .................................................... 4


BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS NGESREP ................. 6
A. Visi dan Misi .................................................................... 6
B. Motto dan Tata Nilai ........................................................ 6
C. Letak Geografis .............................................................. 6
D. Topografi ......................................................................... 7
E. Akses dan Mutu Pelayanan ............................................ 7
F. Jumlah Tenaga Kesehatan ............................................. 9
G. Struktur Organisasi.......................................................... 10
H. Keadaan Penduduk ........................................................ 11
I. Keadaaan Pendidikan ..................................................... 12
J. Program KIA di Puskesmas Ngesrep ............................. 13
BAB III KAJIAN KASUS DAN TEORI ................................................ 14

A. Kajian Kasus ................................................................... 14

v
B. Kajian Teori ..................................................................... 21

1. Kehamilan ................................................................ 21

2. Kecemasan Menjelang Persalinan .......................... 26

3. Pemeriksaan Kehamilan .......................................... 27

4. Holistic Care dalam Pelayanan Kebidanan ............. 32


5. Hot Herbal Compress untuk Mengurangi
Kecemasan dalam Kehamilan ................................. 33
6. Induksi Persalinan Alami ......................................... 35

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................... 38

BAB V PENUTUP ............................................................................... 41

A. Kesimpulan ..................................................................... 41

B. Saran .............................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep ......................... 7

Gambar 2 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Ngesrep .. 8

Gambar 3 Struktur Organisasi Puskesmas Ngesrep ......................... 10

Gambar 4 Pegukuran LILA ................................................................ 28

Gambar 5 Pengukuran Tekanan Darah ............................................. 29

Gambar 6 Pengukuran TFU dengan Menggunakan Pita Pengukur .. 29

Gambar 7 TFU Berdasarkan Usia Kehamilan ................................... 29

Gambar 8 Cara Melakukan Palpasi Abdomen (Leopold I – IV) ......... 30

Gambar 9 Hot Herbal Compress ....................................................... 34

Gambar 10 Titik Akupresur Li-4 ........................................................... 36

Gambar 11 Titik Akupresur SP-6 ......................................................... 37

Gambar 12 Titik Akupresur BL-67 ....................................................... 37

Gambar 13 Pijat Oksitosin ................................................................... 37

vii
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Binaan Puskesmas Ngesrep ................... 7

Tabel 2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ngesrep .......................... 9


Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Tabel 3
Tahun 2016 ........................................................................... 11
Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur .................... 12
Tabel 5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Ibu yang Belum
Pernah Imunisasi atau Tidak Diketahui Status
Imuniasasinya ........................................................................ 31
Tabel 6 Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Ibu yang Pernah
Imunisasi TT .......................................................................... 31

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada setiap tahapan kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses


kejiwaan yang berbeda. Pada trimester III yang sudah mendekati hari
persalinan akan timbul gejolak baru untuk menghadapi persalinan dan
perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan
dilahirkan. Saat ini kehidupan psikologis dan emosional ibu hamil dipenuhi
oleh pikiran dan perasaan mengenai persalinan dan tanggung jawab sebagai
ibu1.
Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 37-40 minggu disebut
persalinan normal. Pada masa ini baik tubuh bayi maupun ibu sudah siap
memasuki proses persalinan. Untuk itu, persiapan mental menuju persalinan
sudah harus dimulai2. Walaupun persalinan adalah sebuah proses alami
yang sekaligus menakjubkan dan sudah menjadi kodrat bagi seorang wanita
untuk menjalaninya, tetapi seringkali ibu hamil tidak dapat menghilangkan
rasa khawatir dan takut dalam menghadapi proses persalinan tersebut3.
Proses melahirkan pada setiap ibu pasti berbeda-beda. Ternyata,
selain penyebab yang bersifat klinis, suasana psikologis sang ibu yang tidak
mendukung juga ikut andil mempersulit proses persalinan. Seperti ibu dalam
kondisi cemas, khawatir dan takut yang berlebihan, hingga akhirnya
berujung pada stress. Itulah sebabnya menjelang proses persalinan, ibu
hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar
tanpa hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi proses persalinan maka
persalinan akan berjalan semakin lancar4.
Perasaan takut, kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan
tidak menyenangkan adalah manifestasi cemas yang dapat dialami oleh
setiap orang terutama pada ibu hamil yang menantikan proses persalinan1, 2.
Rasa cemas, takut dan sakit menimbulkan stres yang mengakibatkan
gangguan proses persalinan, sehingga menghilangkan rasa cemas dan takut
selama proses persalinan menjadi sangat penting4.

1
Pada saat melakukan pengkajian di Puskesmas Ngesrep, penulis
menjumpai ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam kehamilan
dikarenakan menjelang taksiran persalinan ia belum juga merasakan tanda-
tanda persalinan. Sekalipun peristiwa tersebut adalah hal yang normal, jika
tidak diberikan asuhan yang tepat maka gangguan psikis ibu justru dapat
menghalangi timbulnya kontraksi uterus yang adekuat untuk mengawali
proses persalinan. Dengan demikian, dikhawatirkan ibu akan mengalami
kehamilan lewat waktu yang tentu dapat meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas bagi ibu dan janinnya.
Ada banyak pendekatan farmakologis dan non-farmakologis untuk
mengurangi kecemasan baik pada masa antenatal maupun dalam proses
persalinan. Pendekatan non-farmakologis dipandang lebih aman bagi ibu
dan janin karena tidak menimbulkan efek samping5, 6. Hot herbal compress
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress
melalui efek relaksasi yang berasal dari kompres hangat dan minyak atsiri
yang terkandung dalam ramuan herbal di dalamnya7, 8. Hot herbal compress
ini aman digunakan bagi ibu hamil dan menyusui.
Adapun upaya untuk menginduksi persalinan secara alami dapat
dilakukan dengan merangsang pelepasan hormon oksitosin yang berperan
dalam proses terjadinya kontraksi uterus9. Pelepasan hormon oksitosin
dapat distimulasi melalui pijatan yang dilakukan di sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam. Selain itu,
pelepasan hormon oksitosin juga dapat distimulasi dengan melakukan
akupresur pada titik-titik meridian tertentu5, 6.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan holistik melalui pendekatan personal, edukasi dan
konseling, serta pemberian terapi holistik yakni oxytocin massage, akupresur
dan hot herbal compress untuk mengurangi kecemasan dan menginduksi
persalinan secara alami. Diharapkan melalui asuhan holistik yang diberikan,
ibu dapat menjalani kehamilannya dengan sehat dan melahirkan dengan
selamat.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif di Puskesmas
Ngesrep Kota Semarang ini bertujuan untuk memperkenalkan dan
mengimplementasikan asuhan kebidanan holistik dalam pelayanan
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan asuhan hot herbal compress untuk relaksasi dan
mengurangi kecemasan pada ibu hamil
b. Memberikan asuhan oxytocin massage dan akupresur untuk
menginduksi persalinan secara alami
c. Memberdayakan ibu hamil dan keluarga untuk menjaga
kesehatannya secara mandiri

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif ini memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan asuhan kebidanan
holistik dalam pelayanan kebidanan yang didasarkan pada evidence
based midwifery dan didukung oleh sertifikasi yang diperoleh melalui
Short-Training in Applied Thai Traditional Medicine di Siriraj Hospital,
Thailand dan Pelatihan Basic dan Advance Mom, Kids and Baby SPA
yang diselenggarakan Budi Nersalindo bekerja sama dengan Yayasan
Rumah Sehat Bunda.
2. Bagi Puskesmas
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif ini mendukung
terwujudnya misi Puskesmas Ngesrep yang berupaya untuk mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Dengan menerapkan
asuhan kebidanan holistik, masyarakat diajak untuk dapat
memberdayakan diri dengan memanfaatkan bahan alam yang berbasis
kearifan lokal.
3. Bagi Masyarakat
Asuhan kebidanan holistik menawarkan cara menjaga kesehatan
yang mudah dan murah yang dapat dilakukan secara mandiri dengan

3
tetap mengedepankan asas manfaat, keamanan dan kenyamanan dalam
pelaksanaannya.

D. Ruang Lingkup
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif ini dilaksanakan di
Puskesmas Ngesrep Kota Semarang selama dua pekan, mulai tanggal 23
Oktober 2017 sampai tanggal 3 November 2017. Adapun materi yang
dibahas dalam Laporan Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif ini
meliputi kehamilan, pemeriksaan kehamilan, kecemasan menjelang
persalinan, holistic care dalam pelayanan kebidanan, hot herbal compress
untuk mengurangi kecemasan dampak kecemasan dalam kehamilan, dan
induksi persalinan alami dengan pijat oksitosin dan akupresur.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
ini adalah sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang, tujuan dan
manfaat dilakukannya Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
yang berkaitan dengan asuhuan kebidanan holistik yang
diberikan. Selain itu, juga dipaparkan mengenai ruang lingkup
dan sistematika penulisan Laporan Praktik Klinik Kebidanan
Komprehensif yang telah dilaksanakan.
BAB II : PUSKESMAS NGESREP
Bab ini berisi tentang gambaran umum Puskesmas Ngesrep
yang merupakan tempat praktikan melaksanakan kegiatan
Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif.
BAB III : KAJIAN KASUS DAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang pengkajian data subjektif dan
objektif serta pemberian asuhan kebidanan holistik pada Ny. G
yang disajikan dalam bentuk SOAP. Selain kajian kasus,
dipaparkan pula kajian teori yang relevan baik yang diperoleh
dari textbook ataupun jurnal penelitian yang relevan.

4
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan tentang analisis kajian kasus yang
dibandingkan dengan kajian teori yang diuraikan sebelumnya.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut. Selain keberhasilan-keberhasilan yang
perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan rumusan solusi
yang direkomendasikan demi perbaikan upaya kesehatan di
Kota Semarang.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS NGESREP

A. Visi dan Misi


Visi Puskesmas Ngesrep10 adalah “Terwujudnya Pelayanan
Kesehatan Berkualitas Menuju Masyarakat Kecamatan Banyumanik
Sehat dan Mandiri”. Guna mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Ngesrep
merumuskan misi sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kesehatan yang berkualitas
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
4. Meningkatkan kualitas SDM agar memiliki kinerja yang tinggi. mandiri dan
profesional dan benanggung jawab dalam bidang kesehatan.

B. Motto dan Tata Nilai


Motto Puskesmas Ngesrep adalah “Kesembuhan Anda Harapan
Kami, Sehatnya Anda Tujuan Kami". Motto tersebut menggambarkan
semangat dalam memberikan pelayanan paripurna untuk pasien yang
direalisasikan ke dalam tata nilai yang terangkum dalam kata RESEP.
Adapun makna dari kata RESEP adalah Ramah, Empati, Sabar, Edukatif
dan Profesional.

C. Letak Geografis
Puskesmas Ngesrep merupakan Puskesmas terletak di Kelurahan
Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dengan batas wilayah:
 Utara : Kelurahan Jatingaleh
 Timur : Jalan Tol
 Selatan : Kelurahan Srondol Wetan
 Barat : Sungai Kaligarang
Puskesmas Ngesrep dibangun pada tahun 1971, dengan luas
wilayah 6,23 Km2 yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Ngesrep,
Kelurahan Sambiroto dan Kelurahan Tinjomoyo dengan jarak tempuh
terjauh dari desa ke Puskesmas 5 Km. Tiap desa dapat dijangkau dengan

6
kendaraan roda dua atau empat. Jumlah penduduk binaan Puskesmas
Ngesrep adalah 33.473 jiwa, terdiri dari jumlah penduduk pria sebesar
16.470 dan jumlah penduduk wanita sebesar 17.003.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Binaan Puskesmas Ngesrep

Kel. Kel. Kel.


Uraian Jumlah
Ngesrep Sumurboto Tinjomoyo
Jumlah Jiwa
7.216 4.405 4.849 16.470
Laki-laki
Jumlah Jiwa
7.276 5.022 4.705 17.003
Wanita
Jumlah KK 3142 2.666 2.017 7.752
Jumlah RT 82 46 46 174
Jumlah RW 11 5 8 24

Gambar 1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

D. Topografi
Wilayah Puskesmas Ngesrep secara topografi memiliki
karakteristik kontur wilayah berbukit dengan perbedaan ketinggan yang
sangat curam pada ketinggian antara 0,75-2,45 mdpl dan memiliki posisi
astronomis antara 7o2’1”S Lintang Selatan dan 110o25’6” Bujur Timur.

E. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Kunjungan rawat jalan
Kunjungan rawat jalan kunjungan baru dan kunjungan lama di
sarana pelayanan kesehtaan di Puskesmas Ngesrep Tahun 2016

7
mengalami penurunan dari tahun 2015. Pada tahun 2015 tercatat
sebanyak 29.063 orang saja yang dating melakukan rawat jalan.

29500
29400
29300
29200
29100
29000
28900
28800
2015 2016

Gambar 2 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Ngesrep

2. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan


Puskesmas Ngesrep telah memiliki sarana pelayanan kesehatan
dengan kemampuan laboratorium kesehatan sederhana. Terdiri dari
pemeriksaan hematologi, kimia klinik, serologi, urinalisa, bekteriologi dan
faeces. Terjadi peningkatan angka kunjungan laboratorium sebnayak
18% pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015. Kunjungan
laboratorium pada tahun 2015 mencapai angka 2.423, sedangkan pada
tahun 2016 mencapai angka 2.954.

3. Ketersediaan Obat Esensial dan Generik Sesuai Kebutuhan


Ketersediaan obat didapatkan dari Instalasi Farmasi sesuai
dengan stok dan kebutuhan obat di Puskesmas. Dari data yang berasal
dari Puskesmas rata-rata ketersediaan obat esensial yang dibutuhkan
sebanyak 100 item, sedangkan rata-rata obat esensial yang tersedia
adalah sebesar 100%. Ini berarti secara umum kebutuhan obat esensial
telah dapat tersedia seluruhnya dan telah mencapai target 2016 sebesar
100%. Untuk ketersediaan obat generic, rata-rata item obat generic yang
dibutuhkan sebanyak 150 item, sedangkan yang tersedia rata-rata
sebanyak 150 item (100%). Ini berarti secara umum kebutuhan obat
generic dari segi jenis obat telah dapat terpenuhi sesuai harapan target
2016 kebutuhan dan ketersediaan obat generik dapat terpenuhi 100%.

8
4. Ketersediaan obat narkotika dan psikotropika
a. Obat Narkotika
Ketersediaan obat narkotika disesuaikan dengan kebutuhan
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat satu
sehingga hanya tersedia 1 item obat narkotika. Jumlah ketersediaaan
obat selama tahun 2015 dan tahun 2016 tercapai 100%.
b. Obat Psikotropika
Ketersediaan obata psikotropika di Puskesmas Ngesrep terdiri
dari 6 item, yaitu diazepam, haloperidol, luminal, THP (Tryhexilpenidil),
CPZ (Chlorpromazine), dan anti migren/ergotamine cafein. Jumlah
ketersediaan obat selama tahun 2015 dan tahun 2016 tercapai 100%.

F. Jumlah Tenaga Kesehatan


1. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Ngesrep
Tabel 2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ngesrep
Jumlah
No Jenis Tenaga Laki-laki Perempuan Jumlah
PNS Non-PNS PNS Non-PNS
1. Dr. Umum 2 - 2 4
2. Dr. Gigi - - 1 - 1
3. Perawat - - 4 - 4
4. Perawat Gigi - - 1 - 1
5. Bidan - - 7 7 14
6. Apoteker - - 1 4 5
7. Ass. Apoteker - - 1 - 1
Analis
8. - - 1 1
Kesehatan
9. Sanitarian 1 1 2
10 Promkes - - 1 1
11. Ka. TU 1 - - 1
12. Staf 1 - 3 - 4
13. Gizi - - 1 1
Jumlah 4 0 24 5 40

2. Sarana Kesehatan swasta di lingkungan wilayah kerja puskesmas


Di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep terdapat berbagai sarana
kesehatan selain puskesmas, di antaranya 6 Balai Pengobatan dan
BPM, 12 dokter praktik swasta, 2 praktik dokter gigi, 5 praktik dokter
spesialis, 1 Rumah Bersalin, 6 apotik, 1 optik, dan 9 pengobat
tradisional.

9
G. Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS
dr. Ahnaf
Ka. Sub. Bagian Tata Usaha
Sanyoto

Bagian Perencanaan Bagian Keuangan Bagian Administrasi Umum


dr. Sri Sadono Leni Karlina Koesmini

Penanggung Jawab UKP, Penanggung Jawab UKM dan Penanggung Jawab Jaringan Pelayanan Puskesmas
Kefarmasian dan Laboratorium Keperawatan Masyarakat dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dr. Astri Dahliana drg. Sujiati dr. Sri Sadono

Rawat Jalan Farmasi Laboratorium


Jaringan Jejaring
Yulia Siti Rochyati Siti Bandiyah

Pusling

Promkes KIA / KB Kesling P2M Perkesmas UKS


Hendrasar Sri Minarti Hastuti Yunita Leni K. Silvia D.

Klinik Apotek Dokter/


BPM
Gambar 3 Struktur Organisasi Puskesmas Ngesrep 10
H. Keadaan Penduduk
Puskesmas Ngesrep dalam Bagian Wilayah Kota (BWK) Semarang
merupakan Wilayah Kota VII sebagai Kawasan Campuran dimana wilayah
Puskesmas Ngesrep ditetapkan untuk fungsi primer sebagai kegiatan
permukiman dalam kepadatan sedang-rendah, perkantoran, kegiatan
pendidikan, perdagangan dan jasa.
1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Tabel 3 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep
Tahun 2016
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Ngesrep 7.216 7.276 14.492
2 Sumurboto 4.405 5.022 9.427
3 Tinjomoyo 4.849 4.705 9.554
Jumlah Total 16.470 17.003 33.473
2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data Statistik Kecamatan Banyumanik jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep Tahun 2015 adalah
33.119 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 33.473 jiwa,
telah terjadi pengurangan jurnlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Ngesrep sebanyak 646 jiwa atau turun sebesar 1,9%. Dengan luas
wilayah sebesar 6,23 km2
3. Rasio Jumlah Kelamin Penduduk
Perkembangan rnenurut jenis kelamin dapat dilihat perkembangan
Rasio Jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki - laki dengan
penduduk perempuan. Berdasarkan data statistik Kecamatan
Banyumanik jumlah penduduk laki-laki dan perernpuan relative lebih
besar perempuan yakni sebesar 17.003 jiwa (50,79%) penduduk
perempuan dan 16.470 jiwa (49,2%) laki-laki.
4. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Struktur/komposisi penduduk wilayah kerja Puskesmas Ngesrep
tahun 2016 dirinci menurut golongan umur dan jenis kelamin
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan
proporsi terbesar berada pada kelompok umur 0-4 tahun.

11
Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 tahun 1.721 1.602 3.323


5-9 tahun 1.227 1.352 2.579
10-14 tahun 1.255 1.246 2.501
15-19 tahun 1.310 1.011 2.321
20-24 tahun 1.201 1.277 2.478
25-29 tahun 1.240 1.220 2.460
30-34 tahun 1.376 1.332 2.708
35-39 tahun 1.415 1.418 2.833
40-44 tahun 1.446 1.499 2.945
45-49 tahun 1.310 1.567 2.877
50-54 tahun 1.194 1.299 2.493
55-59 tahun 1.060 1.044 2.104
60-64 tahun 418 735 1.153
> 65 tahun 309 430 739

5. Angka Beban Tanggungan


Berdasarkan Jumlah renduduk menurut kelompok umur, maka
angka tanggungan (dependency ratio) penduduk wilayah kerja
Puskesmas Ngesrep tahun 2016 sebesar 37,5%, artinya penduduk usia
produktif (usia 15 — 64 tahun) tahun 2016 sebanyak 24.372 harus
menanggung sekitar 9,142 penduduk usia tidak produktif (usia 0 - 14
tahun dan usia 65 tahun keatas)

I. Keadaan Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan rnenyerap
dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memllikl pendidikan lebih
tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi serta ikut
berperan aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

12
Kemampuan baca tulis penduduk tercermin dari angka melek huruf
penduduk yang melek huruf atau dapat membaca dan menulis huruf latin
dan huruf lainnya di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep tahun 2016 sebesar
100%. Sedangkan yang buta huruf sebesar 0%.

J. Program KIA di Puskesmas Ngesrep


Program KIA di Puskesmas Ngesrep di antaranya pendataan ibu
hamil, pemantauan ibu hamil dan bayi, pemantauan ibu nifas Drop Out (DO),
pemantauan neonatus drop out (DO), pembinaan di TK dan SD IT setiap
bulan. Skrining kespro di SMP, kelas ibu hamil dilaksanakan setiap bulan di
puskesmas untuk ibu hamil risiko tinggi, dilakukan oleh bidan puskesmas.
Sementara kelas ibu hamil normal di kelurahan ada 5 kelas, dilakukan
minimal 3 kali dalam setahun dan ada juga kelas ibu hamil yang
diselenggarakan oleh FKK (Forum Kesehatan Kelurahan) setiap satu bulan
sekali di tingkat RW yang diisi oleh gasurkes KIA ataupun kader posyandu.
Program kelas balita diadakan setiap bulan sekali. Program
pemeriksaan yang dilaksanakan di ruang KIA yaitu pemeriksaan ANC pada
ibu hamil yang dijadwalkan pada hari senin, sistem pelayanan ANC
menggunakan pelayanan ANC terpadu, pelayanan KB (suntik, IUD, pil,
implant, kondom ) dijadwalkan pada hari selasa dan sabtu.

13
BAB III
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK
PADA NY. G G1P0A0 GRAVIDA 40 MINGGU FISIOLOGIS

Pengkajian : 25 Oktober 2017


Tempat Pengkajian : Puskesmas Ngesrep
Pengkaji : Siska Febrina Fauziah

1. Data Subjektif
a. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ny. G Tn. H
Umur : 27 tahun 30 tahun
Pendidikan : D-III SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta TNI
Agama : Islam Islam
Gol. Darah : A -
Alamat : Jangli Perbalan, Ngesrep
b. Keluhan Utama
Ibu merasa khawatir karena belum ada tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat Obstetri
1. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun. Ibu haid
teratur sebulan sekali, lamanya 6 hari dan ganti pembalut 2 – 3
kali sehari.
2. Riwayat kehamilan saat ini
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama yang
direncanakan.dan belum pernah keguguran. Saat ini usia
kehamilannya 40 minggu. Ibu mengatakan hari pertama haid
terakhirnya tanggal 20 Januari 2017 dan menurut Bidan taksiran
persalinannya tanggal 27 Oktober 2017. Ibu rutin memeriksakan

14
kehamilannya setiap bulan ke tenaga kesehatan (Bidan dan
DSOG) dan sudah dua kali imunisasi TT serta dua kali cek
laboratorium (Hb dan protein urin, hasilnya normal). Ibu
merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 18 minggu,
gerakan janin dirasakan aktif dan berkurang seiring
bertambahnya usia kehamilan. Ibu mengatakan mengalami
ketidaknyamanan saat kehamilan seperti nyeri punggung, kram
dan kesemutan, sering berkeringat, dan sering buang air kecil.
Keluhan tersebut dapat berkurang dengan melakukan istirahat.
d. Riwayat Ginekologi
Ibu tidak memiliki penyakit yang berkaitan dengan alat kandungan
dan sistem reproduksi seperti kista, myom, dsb.
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit berat ataupun penyakit
keturunan seperti penyakit jantung, TBC, hipertensi, diabetes
mellitus, asma, malaria, campak, penyakit ginjal, hepatitis,
penyakit ginjal, gangguan mental, HIV/AIDS, dsb.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan di keluarganya juga tidak ada yang memiliki
penyakit berat ataupun penyakit keturunan seperti penyakit
jantung, TBC, hipertensi, diabetes mellitus, asma, malaria,
campak, penyakit ginjal, hepatitis, penyakit ginjal, gangguan
mental, HIV/AIDS, dsb.
f. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnya.
g. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan pertama bagi dirinya dan
suami. Lama pernikahan + 1 tahun. Usia ibu saat menikah adalah 26
tahun dan suami 29 tahun.
h. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung
kehamilannya dan menunggu kelahiran anak pertamanya. Suami dan

15
keluarga senantiasa membantu pekerjaannya dan memberikan
dukungan emosional pada ibu untuk menjalani kehamilan dengan
sehat.
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Aktivitas sehari-hari
Ibu mengatakan baru cuti dari pekerjaannya selama 1 bulan dan
jatah cutinya hanya 2 bulan, tapi bisa diperpanjang. Saat ini ibu
tinggal di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah saja.
1) Pola istirahat dan tidur
Ibu mengatakan akhir-akhir ini ibu sulit tidur malam, tetapi
menyempatkan diri untuk tidur siang sekitar setengah sampai
satu jam.
2) Pola nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi, tidak ada
makanan yang dipantang. Ibu mengkonsumsi makanan yang
kaya akan zat besi untuk memenuhi kebutuhannya karena ibu
tidak mengkonsumsi tablet penambah darah. Ibu minum 6 – 8
gelas per hari. Ibu tidak merokok ataupun mengkonsumsi
minuman beralkohol.
3) Pola eliminasi dan defekasi
Ibu mengatakan sering BAK, warnanya jernih. Ibu BAB rutin
setiap hari, tidak ada keluhan.
4) Personal hygiene
Ibu mandi dan ganti pakaian minimal dua kali sehari karena
sering berkeringat.
5) Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual selama
kehamilan.

2. Data Objektif
a. Keadaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Emosi : stabil

16
b. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan saat ini : 63 kg
Berat Badan sebelum hamil : 52 kg
Pertambahan Berat Badan : 11 kg
Tinggi Badan : 153 cm
c. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 360C
d. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada kelainan
Wajah : Tampak segar, tidak ada cloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : Letak simetris, sklera putih, konjungtiva
merah muda
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada kelainan
Mulut : Bibir simetris dan tidak kering, selaput
lendir tidak pucat, gigi bersih, tidak ada
tonsilitis
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan
kelenjar tiroid
Dada : Payudara simetris, puting susu menonjol,
tidak ada benjolan, telah ada pengeluaran
kolostrum
Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, bentuk
bulat memanjang, terdapat striae
gravidarum dan linea nigra. TFU
pertengahan PX – pusat, Mc Donald 30
cm, teraba bagian keras memanjang di
sisi kanan ibu dan bagian-bagian kecil di
sisi kiri ibu. Pada leopold III teraba bagian

17
keras, tidak melenting, sudah masuk PAP.
TBJ : 2945 gram dan DJJ : 148 x/’
Ekstremitas atas : Kuku bersih dan tidak pucat, tidak ada
oedem
Ekstremitas bawah : Kuku bersih dan tidak pucat, tidak ada
varises, terdapat oedem
Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Analisis Data
Ny. G 27 tahun G1P0A0 gravida 40 minggu fisiologis

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami
b. Memberikan pengertian kepada ibu dan suami bahwa proses
persalinan dapat lebih cepat atau lebih lambat dari taksiran
persalinan dengan jarak normal 2 minggu. Ibu dan suami dapat
memahaminya.
c. Membimbing ibu dan suami untuk melakukan pijat oksitosin dan
akupressur pada titik BL 67 untuk menginduksi persalinan secara
alami. Ibu dan suami dapat memahami cara melakukan pijat oksitosin
dan akupresur pada titik BL 67. Ibu merasa rahimnya berkontraksi
setelah dilakukan pemijatan. Ibu dan suaminya sangat antusias untuk
melakukannya secara rutin di rumah.
d. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak aktivitas fisik seperti senam
dan berjalan kaki secara rutin. Ibu dan suami bersedia untuk
melakukannya.
e. Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada ibu dan suami
f. Menyepakati jadwal kunjungan ulang yakni tanggal 2 November 2017
atau jika ibu mengalami keluhan.

18
CATATAN PERKEMBANGAN 1

Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2017


Tempat Pengkajian : Puskesmas Ngesrep
Pengkaji : Siska Febrina Fauziah

1. Data Subjektif
Ibu mengatakan ia dan suaminya melakukan pijat oksitosin secara rutin di
rumah dan ia merasa mules-mules setelah dilakukan pemijatan. Ibu ingin
memeriksakan diri kalau-kalau waktu persalinannya sudah dekat. Suami
mengatakan bahwa ibu sering menangis karena khawatir sudah melewati
taksiran persalinan ia belum juga melahirkan.

2. Data Objektif
a. Keadaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Emosi : cemas
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 360C
c. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, bentuk bulat
memanjang, terdapat striae gravidarum dan linea
nigra. TFU pertengahan PX – pusat, Mc Donald
30 cm, teraba bagian keras memanjang di sisi
kanan ibu dan bagian-bagian kecil di sisi kiri ibu.
Pada leopold III teraba bagian keras, tidak
melenting, sudah masuk PAP. TBJ : 2945 gram
dan DJJ : 140 x/’
Anogenital : Vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tebal
kaku, belum ada pembukaan, blood slym (-)

19
3. Analisis Data
Ny. G 27 tahun G1P0A0 gravida 40 – 41 minggu dengan kecemasan dalam
kehamilan

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan
b. Memberikan dukungan emosional dan spiritual
c. Memotivasi ibu untuk melakukan relaksasi
d. Memberikan edukasi pada ibu bahwa kecemasan dapat berdampak
negatif pada proses persalinan
e. Memberikan pengertian pada ibu bahwa setiap anak telah memiliki
takdirnya sendiri terkait dengan waktu dan caranya terlahir ke dunia
f. Menginformasikan pada ibu tentang manfaat, cara membuat dan
menggunakan hot herbal compress untuk mengurangi stress dan
membuat ibu lebih rileks
g. Memotivasi ibu untuk tetap melakukan aktivitas fisik untuk persiapan
persalinan
h. Memotivasi ibu untuk tetap melakukan induksi persalinan alami dengan
oxytocin massage dan akupresur pada titik BL 64

CATATAN PERKEMBANGAN 2

Tanggal : 1 November 2017

Ibu mengatakan ia melakukan aktivitas fisik, pijat oksitosin dan akupresur serta
mengaplikasikan hot herbal compress sesuai anjuran. Ibu merasa lebih tenang
dan bersemangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

20
CATATAN PERKEMBANGAN 3

Tanggal : 5 November 2017

Ibu mengatakan tanggal 3 November 2017 ia akan dirujuk karena belum ada
tanda-tanda persalinan. Namun, keesokan harinya keluar lendir bercampur darah
dan proses persalinan berlanjut di Puskesmas Ngesrep. Sayangnya, ibu tetap
harus dirujuk karena setelah pembukaan 7 cm, tidak ada lagi kemajuan
persalinan. Ibu dirujuk ke RSUD Kota Semarang dan kemudian persalinannya
dipacu. Masih di hari yang sama, yakni pada tanggal 4 November 2017 ibu
melahirkan spontan per vaginam. Bayi lahir langsung menangis, jenis kelamin
perempuan dengan berat lahir 3300 gram.

B. Kajian Teori
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir11. Kehamilan dapat
terjadi karena hubungan seksual ataupun bantuan teknologi
reproduksi.
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, trimester pertama
dimulai sejak konsepsi sampai usia kehamilan 12 minggu, trimster
kedua mulai dari 13 – 27 minggu, dan trimester ketiga mulai dari 28 –
42 minggu. Idealnya, bayi lahir pada usia kehamilan aterm, yakni 37
– 42 minggu. Persalinan prematur terjadi pada usia kehamilan < 37
minggu, sementara persalinan pada usia kehamilan > 42 minggu
disebut sebagai persalinan postmatur atau serotinus. Kedua jenis
persalinan di luar waktu normal dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bayi1, 2, 11.
b. Perubahan Fisik dan Psikologis
Pada umumnya, selama periode kehamilan akan terjadi
perubahan fisik dan psikologis yang dialami oleh ibu. Sekalipun

21
merupakan hal yang normal, perubahan yang dialami oleh ibu tidak
jarang menimbulkan ketidaknyamanan yang jika tidak diatasi secara
cepat dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi ibu maupun
janinnya.
Perubahan fisik yang umumnya dialami oleh ibu hamil
sebagian besar disebabkan oleh faktor hormonal dan pertumbuhan
dan perkembangan janin intrauterine1, 2, 11
. Adapun perubahan fisik
yang dialami oleh ibu hamil diuraikan sebagai berikut.
1) Sistem Reproduksi
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada organ-organ
reproduksi seperti uterus, serviks, vagina dan payudara akibat
peningkatan hormon progesteron2. Uterus akan mengalami
pembesaran akibat dari pertumbuhan janin, pertambahan cairan
amnion dan perkembangan plasenta. Sementara payudara
mengalami pembesaran akibat hipertrofi dan hipervaskularisasi
untuk persiapan laktasi.
Selain itu, terjadi pula perlunakan isthmus uteri (tanda
hegar), perlunakan pada serviks (tanda goodel), pembesaran
plasenta pada salah satu sisi uterus (tanda piskaseck), dan
perubahan warna pada mukosa vagina menjadi keunguan (tanda
chadwick)11. Pada masa kehamilan juga dapat terjadi
peningkatan sekresi lendir pada serviks dan vagina yang
menyebabkan keputihan1. Akibat terjadinya kehamilan, tidak
terbentuk folikel baru pada ovarium dan hanya terlihat
2
perkembangan korpus luteum .
2) Sistem Pencernaan
Akibat peningkatan hormon progesteron, terjadi
hipervaskularisasi pada pembuluh darah kapiler gusi sehingga
terjadi oedem dan hiperplastis, ketebalan epitelial berkurang
sehingga gusi menjadi lebih rapuh1, 2, 11. Kebutuhan kalsium ibu
pada masa hamil meningkat. Ketika kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, ibu memperoleh kalsium dari tulang dan gigi,
akibatnya ibu hamil rentan mengalami sakit gigi.

22
Pada awal kehamilan, kadar HCG yang tinggi menyebabkan
ibu mengalami mual muntah. Sementara hormon progesteron
yang kadarnya dipertahankan tinggi selama kehamilan
berpengaruh terhadap relaksasi otot-otot pencernaan. Akibatnya,
waktu pencernaan menjadi lebih lama dan tidak jarang ibu hamil
mengalami konstipasi2.
3) Sistem Perkemihan
Pada awal kehamilan, uterus masih berada dalam rongga
panggul. Pembesaran uterus dapat menekan kandung kemih
sehingga menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung
kemih hanya sedikit terisi urine. Pada trimester III kehamilan,
bagian terendah janin, terutama apabila telah masuk rongga
panggul, kembali mendesak kandung kemih sehingga ibu hamil
lebih sering buang air kecil1, 2, 11.
4) Sistem Integumen
Peningkatan hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit, terutama di bagian
wajah (cloasma gravidarum), perut (linea nigra), dan areola
mammae1, 2, 11
. Pembesaran uterus dan pertambahan berat
badan yang signifikan juga dapat menimbulkan stretchmark atau
striae gravidarum pada bagian tubuh yang membesar seperi
perut, payudara, panggul dan paha. Selain perubahan warna,
produksi keringat ibu hamil juga meningkat yang dapat
menyebabkan ibu gatal-gatal terutama pada daerah timbul
stretchmark2.
5) Sistem Kardiovaskular
Volume darah selama kehamilan akan meningkat sekitar 40
– 50% untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi darah ibu dan janin2.
Terjadi peristiwa hemodilusi yaitu pertambahan volume plasma
lebih banyak daripada pertambahan volume sel darah merah
mulai usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada
usia kehamilan 30 – 34 minggu1, 2, 11
. Akibatnya dapat terjadi
pseudoanemia di mana kadar hemoglobin pada ibu hamil lebih
rendah dari nilai normal. Hal inilah yang menyebabkan ibu cepat

23
lelah dan merasa pusing. Suplementasi tablet Fe pada masa
kehamilan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan zat besi
dan mencegah terjadinya anemia patologis12, 13.
6) Sistem Pernafasan
Respon terhadap peningkatan hormon estrogen dan
progesteron juga terjadi pada saluran pernafasan. Pembesaran
kapiler pada saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya
oedema dan hiperemia pada hidung, laring, trakea dan bronkus.
Akibatnya, ibu hamil dapat megalami hidung tersumbat atau
bahkan mimisan11. Selain itu, pembesaran uterus seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan juga dapat mendesak diafragma
sehingga ibu mengalami sesak nafas.
7) Sistem Muskuloskeletal
Pembesaran uterus akibat pertumbuhan dan perkembangan
janin intauterin menyebabkan terjadinya pergeseran pusat titik
gravitasi pada tubuh ibu hamil dan terhambatnya aliran darah
terutama dari tungkai kembali ke jantung. Akibatnya, ibu
mengalami hiperlordosis yang dapat menyebabkan nyeri
punggung. Sementara terhambatnya aliran darah ke kaki dapat
menyebabkan terjadinya oedem, pegal pada kaki dan
kesemutan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa ibu hamil tidak
hanya mengalami perubahan fisik selama hamil tetapi juga
mengalami perubahan psikologis. Kondisi psikologis ibu berubah-
ubah seiring dengan bertambahnya usia kehamilan2, 11, 14, 15.
1) Perubahan Psikologis pada Trimester I
Pada periode awal kehamilan perubahan psikologis yang
paling menonjol adalah perasaan cemas bercampur bahagia. Ibu
masih belum memahami apa yang sedang dialami, mencari tahu
kebenaran tentang kehamilannya, merasa ragu akan
kemampuan dan kesiapannya untuk menjalani kehamilan
dengan sehat, serta mengalami pergolakan batin mengenai
status dan peran barunya14.

24
Berbagai perubahan fisik yang timbul secara bersamaan
menimbulkan ketidaknyamanan yang juga mempengaruhi
kondisi psikologis ibu sehingga emosinya menjadi labil dan
terjadi penurunan libido. Ibu hamil merasa lemah dan ingin
diperhatikan. Ia hanya berfokus pada dirinya sendiri untuk
mencari cara agar dapat menjalani kehamilannya dengan
nyaman15.
2) Perubahan Psikologis pada Trimester II
Trimester II kehamilan dikenal sebagai periode kesehatan
yang baik yakni periode di mana ibu hamil merasa nyaman dan
terbebas dari ketidaknyamanan yang normal dialami pada masa
hamil15. Pada periode ini, ibu hamil mulai bisa menerima
kondisinya. Ibu mulai merasakan pergerakan janin yang
membuatnya semakin tertarik pada kehamilannya. Kondisi
emosionalnya menjadi stabil, libido meningkat dan ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan nyaman14.
Kadar HCG mulai menurun sehingga keluhan mual muntah
umumnya telah berkurang. Uterus yang semakin membesar
akhirnya terdorong ke luar panggul menuju rongga abdomen. Hal
ini menyebabkan keluhan sering buang air kecil menjadi
berkurang. Meskipun demikian, pembesaran uterus pada periode
ini belum memberikan beban berat pada ibu sehingga ibu tidak
mengalami berbagai keluhan akibat perubahan bentuk tubuh
yang signifikan seperti nyeri punggung, bengkak pada kaki, kram
dan kesemutan2.
3) Perubahan Psikologis pada Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan14. Pada periode ini wanita mulai menyadari
kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak
sabar menanti kehadiran bayinya.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas
dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti bagaimana
proses persalinannya terjadi, akankan proses persalinannya
berjalan dengan lancar, apakah bayinya lahir tanpa ada kelainan,

25
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat ibu takut dan
khawatir14, 15.
Ibu juga mengalami proses duka karena perutnya tiba-tiba
akan mengempis, ibu takut perhatian keluarga dan hak istimewa
selama ia hamil menjadi terenggut. Perubahan fisik yang
signifikan pada periode ini juga dapat membuat ibu merasa tidak
cantik dan merasakan berbagai ketidaknyamanan lagi. Hal ini
mengakibatkan kondisi emosional ibu kembali labil sehingga
libido juga menurun15.

2. Kecemasan Menjelang Persalinan


Persalinan adalah proses alamiah yang merupakan peristiwa
normal. Namun, apabila tidak dikelola dengan tepat, persalinan dapat
menjadi abnormal5, 14
. Proses persalinan seringkali mengakibatkan
aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan
psikologis bagi ibu hamil yang salah satunya adalah kecemasan.
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh ibu
hamil menjelang persalinan.
Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan
suatu rasa yang tidak terekspresikan karena suatu sumber ancaman
atau pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi, cemas sangat
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam11.
Pada trimester III, ibu hamil mengalami gejolak karena dihadapkan
pada peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu15. Terdapat
berbagai faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu hamil,
beberapa diantaranya yaitu usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
paritas ibu hamil, ekonomi, pengalaman, dukungan keluarga serta
dukungan suami.
Kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil apabila tidak
ditangani dengan serius akan membawa dampak dan pengaruh terhadap
fisik dan psikis16. Fisik dan psikis adalah dua hal yang terkait dan saling
mempengaruhi. Jika kondisi fisiknya kurang baik, maka proses berpikir,
suasana hati, tindakan yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari

26
akan terkena imbas negatifnya. Begitu pula sebaliknya, jika kondisi psikis
kurang baik, maka kondisi fisik juga tidak akan optimal14.
Kecemasan menyebabkan pelepasan hormon stres, yang
menyebabkan kortisol dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Kadar
kortisol yang tinggi menyebabkan penurunan aliran darah ke uterus.
Akibatnya, kontraksi uterus tidak adekuat4, 5, 14, 17
. Penurunan efisiensi
kontraksi uterus akan memperpanjang durasi persalinan. Persalinan
lama dapat meningkatkan komplikasi baik untuk ibu maupun bayinya17.
Selain itu, perdarahan saat persalinan yang lebih banyak serta
pengeluaran ASI yang tertunda terjadi pada wanita yang mengalami
kecemasan4.

3. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu dan
janinnya secara berkala untuk memonitor kondisi kesehatan ibu dan
pertumbuhan dan perkembangan janin guna persiapan persalinan dan
pemberian ASI pada bayi yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan13. Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil untuk memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang
sehat1, 2, 13.
Berdasarkan standar minimal pelayanan kebidanan, setiap ibu
hamil memperoleh pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama
kehamilannya13. Kontak minimal dengan petugas kesehatan tersebut
dilakukan sebagai berikut.
a. 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum usia kehamilan 14
minggu.
b. 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama usia kehamilan 14 – 28
minggu.
c. 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28 – 36 minggu
dan setelah usia kehamilan 36 minggu.

27
Setiap kehamilan dalam perkembangannya memiliki risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan
antenatal harus rutin dilakukan sesuai standar. Pemeriksaan kehamilan
bisa dilakukan lebih dari 4 kali bergantung pada kondisi ibu dan janin
yang dikandungnya13. Dalam melakukan pemeriksaan kehamilan,
petugas kesehatan harus memberikan pelayanan berkualitas yang
sesuai standar yang meliputi:
a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram
selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin13. Sementara
pengukuran tinggi badan berkaitan dengan gambaran luas panggul,
di mana ibu hamil dengan tinggi badan < 150 cm cenderung memiliki
panggul sempit sehingga perlu diberikan konseling mengenai cara
persalinannya kelak1, 2.
b. Nilai status gizi (LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak
pertama untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis
(KEK). Kurang energi kronis berarti ibu hamil mengalami kekurangan
gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR)18.

Gambar 4 Pengukuran LILA


c. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan

28
darah > 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan/atau tungkai bawah dan/atau proteinuria)19.

Gambar 5 Pengukuran Tekanan Darah


d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu 2, 1 1 , 19
.

Gambar 6 Pengukuran TFU dengan menggunakan pita pengukur

Gambar 7 TFU berdasarkan usia kehamilan

29
e. Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat
janin2, 11, 19.
f. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II
dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain2, 11, 19.

Gambar 8 Cara Melakukan Palpasi Abdomen (Leopold I – IV)


g. Beri Imunisasi TT
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil
harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini12, 13.

30
Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai
kontra indikasi dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi
TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi berat
terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh: kejang, koma,
demam >400C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan). Ibu
dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah
sembuh12, 13.
Tabel 5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada ibu yang belum pernah
imunisasi atau tidak diketahui status imunisasinya

Tabel 6 Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada ibu


yang pernah diimunisasi TT

h. Beri Tablet Fe
Pemberian tablet Fe bertujuan untuk mencegah anemia gizi
besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet Fe minimal 90 tablet
selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama12, 13.
i. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan pada masa
kehamilan di antaranya pemeriksaan golongan darah pada saat
kontak pertama dengan petugas kesehatan untuk mengetahui
golongan darah ibu dan mempersiapkan calon pendonor darah untuk
mengantisipasi kondisi kegawatdaruratan sewaktu-waktu. Selain
golongan darah, pemeriksaan rutin lainnya adalah pemeriksaan
kadar Hb, protein urin dan kadar gula darah yang dilakukan 2 kali

31
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Sementara
pemeriksaan laboratorium lain seperti tes TBC, malaria, sifilis dan
HIV dilakukan pada kelompok berisiko atau atas permintaan sendiri12,
13
.
j. Tata Laksana Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani harus dirujuk sesuai dengan sistem rujukan12, 13.
k. Temu Wicara
Yang dimaksud dengan temu wicara adalah pemberian edukasi
dan konseling pada ibu hamil terkait dengan kondisi kesehatannya.
Melalui edukasi dan konseling diharapkan ibu dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan psikisnya secara tepat. Edukasi diberikan tidak
hanya pada ibu hamil tetapi juga pada suami dan keluarganya agar
ibu hamil tersebut memperoleh dukungan dari mereka untuk
menjalani kehamilannya secara sehat, aman dan nyaman12, 13.

4. Holistic Care dalam Pelayanan Kebidanan


Holistic care adalah seni dan ilmu perawatan yang memandang
manusia sebagai mahluk yang utuh, yang memiliki unsur fisik, mental,
emosional, sosial, spiritual dan kultural20. Dalam praktiknya, holistic care
mengintegrasikan terapi konvensional dengan terapi alternatif untuk
mencegah dan mengobati penyakit, dan yang terpenting adalah untuk
meningkatkan kesehatan secara optimal21, 22
. Perawatan holistik
mencakup semua modalitas diagnosis dan perawatan yang aman dan
tepat, yang mencakup analisis elemen fisik, nutrisi, lingkungan,
emosional, spiritual dan gaya hidup20. Perawatan holistik berfokus pada
pemberdayaan dan partisipasi pasien dalam proses penyembuhan.
Pelayanan kebidanan holistik di Indonesia dewasa ini berkembang
dengan pesat. Terbukti dengan maraknya pelatihan, penelitian dan
penerapan Complementary and Alternative Medicine (CAM) dalam
pelayanan kebidanan, seperti prenatal yoga yang merupakan modifikasi
dari senam hamil, teknik acupressure yang digunakan untuk mengurangi

32
keluhan baik pada masa kehamilan, dalam proses persalinan maupun
periode setelahnya (masa nifas), hypnotherapy dalam kebidanan, music
therapy, aromatherapy, penggunaan obat-obatan herbal dan masih
banyak lagi.22
Perkembangan holistic care dalam pelayanan kebidanan di
Indonesia juga didukung dengan tingginya animo masyarakat yang
semakin terbuka wawasannya mengenai ragam pelayanan kesehatan
yang mengutamakan keseimbangan bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual
dengan efek samping yang minimal.
Terlepas dari praktik CAM yang kini tengah diminati masyarakat,
prinsip holistic care dalam pelayanan kebidanan sebenarnya telah
diadopsi dalam pelayanan kebidanan konvensional. Bidan memandang
kliennya sebagai mahluk yang utuh yang terdiri atas unsur bio-psiko-
sosio-kulturo-spiritual. Hal ini terlihat dari berbagai asuhan kebidanan
konvensional yang mengharuskan asuhan terpusat pada klien, tidak
hanya terfokus pada gangguan fisik, tetapi harus memperhatikan aspek
lainnya seperti psikis dan sosial serta menjaga keseimbangannya,
menghargai praktik budaya tempat klien tinggal selama tidak
membahayakan kesehatannya, atau pemberian dukungan dengan
pendekatan spiritual.
Perlu diakui bahwa dengan berkembangnya praktik CAM ini
pelayanan kebidanan menjadi lebih membumi dan mother-friendly
karena pelayanan kebidanan kini menawarkan pilihan yang lebih
beragam dan memberikan kesempatan kepada klien untuk lebih mampu
memberdayakan dirinya. Maka dari itu, bidan perlu memperkaya
wawasan mengenai CAM untuk mengimbangi antusias masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kebidanan holistik yang mengintegrasikan
pelayanan kebidanan konvensional dengan CAM.

5. Hot Herbal Compress untuk Mengurangi Kecemasan


Herbal compress atau “Luk Prakob” dalam bahasa Thailand telah
digunakan selama ratusan tahun bersamaan dengan pemijatan
tradisional atau sebagai terapi tunggal. Pelayanan herbal compress
sekarang tersedia untuk tujuan pengobatan dan pemulihan di hampir

33
semua fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat di Thailand yang
pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah7, 8. Sebagai tambahan, hot
herbal compress kini juga banyak ditemukan di fasilitas pelayanan spa
dan massage tidak hanya di Thailand tetapi juga banyak diadaptasi oleh
negara-negara di dunia.
Hot herbal compress adalah sejenis perawatan yang diberikan
dengan menggunakan bahan herbal yang dikukus dan dibungkus
dengan bola kain. Hot herbal compress tersebut kemudian diaplikasikan
pada sepanjang bagian tubuh dengan sedikit penekanan atau pemijatan
yang lembut7, 8.
Manfaat hot herbal compress diperoleh melalui kompres panas
yang diberikan dapat memperlancar sirkulasi darah. Minyak atsiri yang
terkandung dalam bahan herbal yang digunakan dalam perawatan ini
selain aromanya yang dapat membuat rileks, juga memiliki berbagai
kandungan yang bermanfaat bagi tubuh terutama sebagai anti nyeri dan
anti bakteri8. Dalam kondisi rileks, hormon kortisol penyebab stress juga
berkurang sehingga penggunaan hot herbal compress ini efektif untuk
mengurangi kecemasan. Hot herbal compress juga dapat dimanfaatkan
untuk menghilangkan ketegangan otot dan mengurangi nyeri punggung
atau pegal linu yang biasa dirasakan pada kehamilan trimester III.
Untuk memperoleh manfaat tersebut, herbal compress harus
dipanaskan selama 10 – 15 menit sebelum digunakan. Hal ini bertujuan
agar terjadi konduksi panas dan memfasilitasi pelepasan substansi aktif
dan volatile oils (minyak atsiri) dari bahan herbal yang digunakan.
Komposisi bahan herbal yang digunakan sangat bervariasi tergantung
dari ketersediaan bahan herbal di masing-masing daerah7.

Gambar 9 Hot Herbal Compress

34
Secara umum, komposisi bahan herbal yang diperlukan untuk
membuat hot herbal compress di antaranya adalah plai atau
Cassumunar ginger (Zingiber cassumunar Roxb. atau Zingiber
montanum (J. Koenig) Link ex A. Dietr.), kunyit (Curcuma longa L.), jahe
(Zingiber officinale), lengkuas (Alpinia galanga), kulit jeruk purut (kefir
lime atau Citrus hystrix), serai (Cymbopogon citratus), garam dan
kamper7, 8. Adapun cara membuat hot herbal compress diuraikan
sebagai berikut.
a. Bersihkan dan iris bahan herbal yang diperlukan
b. Campurkan semua bahan herbal dan tambahkan garam
secukupnya
c. Bungkus bahan herbal tersebut dengan menggunakan kain katun
membentuk bola kain dengan pegangan di atasnya, ikat dengan
benang kasur.
d. Kukus bola kain tersebut selama 15 – 20 menit dalam api sedang
untuk mengeluarkan minyak atsiri yang terkandung dalam bahan
herbal sehingga manfaat yang diperoleh dapat lebih optimal
e. Jika dirasa terlalu panas, bungkus kembali dengan menggunakan
handuk kecil sebelum diaplikasikan pada tubuh
f. Aplikasikan hot herbal compress sepanjang bagian tubuh dengan
sedikit penekanan atau pemijatan lembut
g. Bola herbal compress dapat dipanaskan dan digunakan untuk
beberapa kali sampai aromanya hilang.
Penggunaan hot herbal compress tidak dianjurkan pada kondisi
memar, luka terbuka atau pada saat demam. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah perdarahan semakin hebat atau memperparah demam yang
justru dapat memperburuk kondisi klien. Hot herbal compress bisa
diganti dengan melakukan pemijatan menggunakan minyak nabati
(minyak kelapa, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, dll) yang
dikombinasi dengan kompres hangat setelah pemijatan.

6. Induksi Persalinan Alami


Pijatan dapat mengurangi keluhan yang dirasakan ibu pada masa
kehamilan. Namun, pijatan atau penekanan pada titik-titik tertentu

35
ternyata mampu menimbulkan reaksi yang luar biasa pada proses
persalinan6. Pijat pada titik-titik tertentu ini disebut dengan akupresur.
Teknik akupresur dapat mengurangi sensasi-sensasi nyeri melalui
peningkatan endorfin, yaitu hormon yang mampu menghadirkan rasa
rileks pada tubuh secara alami, memblok resptor nyeri ke otak,
menyebabkan dilatasi serviks (peregangan/penipisan leher rahim), dan
meningkatkan efektivitas kontraksi uterus5. Selain meningkatkan
endorfin, akupresur juga dapat membantu pengeluaran hormon penting
lainnya yaitu hormon oksitosin, yang dapat merangsang kontraksi
sehingga mampu menginduksi proses persalinan secara alami5, 6, 9.
Keuntungan akupresur sebelum dan selama persalinan antara lain
merangsang persalinan normal, mengurangi rasa sakit selama
persalinan, memperkuat kontraksi, memperbaiki dilatasi serviks
(pembukaan), membuat rileks, dan mempercepat penurunan janin..
Akupresur tidak mempunyai efek samping. Caranya pun sangat mudah
dipelajari5, 6.
Ada beberapa cara untuk melakukan akupresur yaitu dengan cara
mengetuk, memijat secara memutar atau menekan secara ringan,
sedang, dan keras. Beberapa cara menggunakan tangan, beras tempel,
benda tumpul, api moksa yang dibakar dan didekatkan ke daerah yang
sakit dan diulangi beberapa kali.23

Gambar 10 Titik Akupresur Li-4


Untuk mempercepat proses persalinan, ada tiga titik yang biasa
dipakai, yaitu Li4, SP-6 dan BL675, 24
. Selain itu, ada pula yang
dinamakan dengan pijat oksitosin di mana pemijatan dilakukan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-

36
keenam guna merangsang sekresi hormon oksitosin9. Akupresur atau
pemijatan dapat dilakukan berulang kali selama 20 – 30 menit5, 9, 24.

Gambar 11 Titik Akupresur SP-6 Gambar 12 Titik Akupresur BL-67

Gambar 13 Pijat Oksitosin

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Kecemasan merupakan hal yang wajar yang dialami setiap ibu hamil
terutama pada saat menjelang persalinan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, diantaranya faktor
usia, faktor pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor paritas atau pengalaman
persalinan sebelumnya3, 25, 26. Faktor usia dan paritas sangat mempengaruhi tiap
responden sehingga mereka tetap mengalami kecemasan (tingkat berat)
meskipun teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care3, 26.
Paritas dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek
psikologis16. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan
mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering
mendengar cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat
melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi
mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan.
Pengetahuan tentang persalinan juga dapat mempengaruhi kecemasan
ibu hamil menjelang persalinan25. Pengetahuan yang baik tentang kondisi
kehamilan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu dan keterbukaan pada
informasi tentang kehamilannya. Ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan
memandang proses persalinan sebagai sesuatu yang menakutkan25, 26. Namun,
bukan berarti ibu dengan pengetahuan yang tinggi tidak akan mengalami
kecemasan pada masa kehamilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin baik pula ia akan dapat mencari atau menerima informasi sehingga
akan cepat mengerti akan kondisi dan risiko yang dihadapinya. Keadaan ini
justru akan menyebabkan peningkatan kecemasan pada orang tersebut27.
Berdasarkan penelitian Fadzria dan Harahap (2014)16, sebagian besar
ibu hamil mengalami kecemasan tingkat sedang dan berat menjelang persalinan.
Kecemasan meningkat seiring dengan bertambahnya faktor risiko yang dimiliki
seperti usia yang terlalu muda atau terlalu tua dan kehamilan yang terlalu sering.
Semakin tinggi paritas maka ibu akan semakin mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinannya.
Pada umumnya ibu primigravida akan mengalami kecemasan berat
dalam menghadapi persalinan karena belum mempunyai pengalaman

38
sebelumnya tentang persalinan dan segala kemungkinan dapat terjadi.
Sementara kecemasan berat yang terjadi pada multigravida selain karena
pengalaman persalinan lalu yang kurang menyenangkan juga dapat dipengaruhi
oleh persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu multigravida. Ibu hamil
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan usia hamil
resiko tinggi karena dapat terjadi kelainan atau gangguan pada janin, sehingga
dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kecemasan Ny. G
disebabkan oleh faktor paritas, pengetahuan dan lingkungan. Ny. G merupakan
primigravida yang belum memiliki gambaran mengenai persalinan yang akan
dialaminya dan merasa takut akan terjadinya hal-hal yang tidak normal yang
dapat mengancam kesehatan diri dan bayinya. Dengan latar belakang
pendidikan D-III Kebidanan memungkinkan Ny. G memahami risiko yang sedang
dihadapinya ketika tanda persalinan belum dirasakannya pada usia kehamilan 40
minggu. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan ibu meningkat, terlebih adanya
pengaruh lingkungan di mana teman-temannya yang hamil bersamaan satu per
satu telah melahirkan.
Meskipun merupakan hal yang wajar, kecemasan yang dialami ibu hamil
menjelang persalinan dapat menyebabkan dampak negatif jika tidak ditangani
secara tepat16. Gangguan psikologis dapat mengganggu kondisi fisik, begitu pula
sebaliknya. Beberapa resiko melahirkan dengan kecemasan tinggi, di antaranya
adalah persalinan akan berjalan lebih lama dan lebih menyakitkan, bahkan bisa
sampai berhenti, bayi lahir prematur, dan kematian ibu hamil25.
Kecemasan dapat menghambat kontraksi uterus untuk menginisiasi
proses persalinan4. Hal ini terbukti dengan usia kehamilan ibu yang melewati
taksiran persalinan. Sekalipun masih terbilang usia kehamilan normal, jika
kondisi ini dibiarkan, tentunya risiko morbiditas dan mortalitas baik bagi ibu
maupun janin akan meningkat berkaitan dengan kehamilan lewat bulan.
Kecemasan dapat dikurangi dengan melakukan hot herbal compress
dan pemijatan7. Hot herbal compress tidak hanya membuat sirkulasi darah
menjadi lancar, tetapi juga memiliki efek relakasasi dari kandungan minyak atsiri
dalam bahan herbal yang digunakan7, 8. Hot herbal compress menawarkan
kenyamanan ganda sehingga diharapkan dapat lebih efektif untuk mengurangi
kecemasan dan keluhan lain dalam masa kehamilan. Ibu mengatakan ia lebih

39
bersemangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari setelah melakukan hot herbal
compress.
Induksi persalinan alami juga menjadi suatu kebutuhan bagi ibu hamil
yang telah melewati taksiran persalinanannya. Induksi persalinan alami ini dapat
dilakukan dengan pijat oksitosin dan akupresur5, 6. Pemijatan sirkuler pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam
dapat memicu sekresi oksitosin yang berperan dalam kontraksi uterus9, 28, 29
.
Sementara pemijatan atau penekanan pada titik BL67 dapat memperkuat
kontraksi uterus5, 24. Ny. G mengatakan bahwa setelah pemijatan, ia merasakan
mules. Pemijatan dan akupresur ini perlu dilakukan secara rutin agar
memperoleh hasil yang optimal.
Setelah melakukan pemijatan mandiri secara teratur, Ny. G akhirnya
dapat bersalin pada usia kehamilan 41 minggu sebelum dilakukan rujukan.
Namun, dalam kemajuan persalinannya, kontraksinya tidak adekuat setelah
mencapai pembukaan 8. Akhirnya Ny. G tetap dirujuk atas indikasi persalinan tak
maju. Ketika memasuki persalinan, kecemasan ibu dapat meningkat sehingga
hasil pemijatan kurang optimal. Faktor kelelahan pemijat juga berpengaruh
terhadap hasil pemijatan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memerlukan
pendampingan dari tenaga kesehatan yang juga mengadaptasi pijat oksitosin
ataupun akupresur sebagai induksi persalinan alami sehingga asuhan dapat
diberikan secara berkelanjutan.

40
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Selama proses kehamilan, seorang wanita akan mengalami perubahan fisik
dan psikologis sebagai bentuk adaptasi terhadap kehamilan itu sendiri.
Perubahan fisik dan perubahan psikologis berjalan beriringan dan saling
mempengaruhi satu sama lain serta dapat menimbulkan ketidaknyamanan
yang dirasakan oleh ibu hamil. Meskipun merupakan hal yang normal,
ketidaknyamanan ini dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak ditangani
secara tepat.
Dalam tinjauan kasus diketahui bahwa Ny. G mengalami kecemasan
menjelang proses persalinan. Kecemasan ini dipengaruhi oleh faktor usia,
pendidikan dan lingkungan ibu. Akibat kecemasan yang dialaminya,
kontraksi uterus dapat ikut terhambat yang dapat menyebabkan ibu
mengalami persalinan lewat waktu atau serotinus. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas baik bagi ibu maupun janin.
Penanganan kecemasan dapat dilakukan dengan melakukan
relaksasi. Relaksasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah dengan konseling dan hot herbal compress. Sementara kebutuhan
fisik ibu adalah induksi persalinan alami agar tidak terjadi persalinan lewat
waktu. Induksi persalinan alami yang dapat dilakukan secara mandiri adalah
pijat oksitosin dan akupresur pada titik-titik meridian tertentu, salah satunya
adalah titik BL67.
Konseling diperlukan untuk memberikan pengertian pada ibu
mengenai proses persalinan serta memberikan dukungan emosional dan
spiritual sehingga ibu dapat lebih tenang. Tujuan konseling ini diperkuat
dengan pemberian asuhan hot herbal compress untuk memberikan efek
relaksasi melalui kompres hangat dan aromatherapy dari minyak atsiri yang
terkandung dalam bahan herbal yang digunakan. Kandungan dalam bahan
herbal juga memberikan efek analgesik dan anti bakteri yang baik bagi ibu
hamil.

41
Induksi persalinan diperlukan agar ibu terhindar dari persalinan lewat
waktu. Induksi persalinan alami dapat dilakukan dengan menstimulasi
sekresi hormon oksitosin melalui pijat oksitosin dan akupresur pada titik
BL67. Sekresi hormon oksitosin ini berperan dalam terjadinya kontraksi
uterus sehingga proses persalinan berjalan dengan lancar.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan senantiasa melakukan sosialisasi mengenai
asuhan kebidanan holistik yang berdasar pada evidence based
midwifery terkini baik kepada teman sejawat, petugas kesehatan lain
dan juga masyarakat demi terwujudnya kesehatan ibu dan anak yang
optimal.
b. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen pembaharu dalam
pelayanan kebidanan dengan mengimplementasikan asuhan
kebidanan holistik terutama dalam pemberian asuhan hot herbal
compress, akupresur dan pijat oksitosin.
2. Bagi Puskesmas
a. Hot herbal compress, akupresur dan pijat oksitosin adalah asuhan
kebidanan holistik yang dapat dilakukan secara mandiri oleh klien
dengan memanfaatkan bahan alam yang tersedia di alam sekitar.
Diharapkan model asuhan ini dapat diterapkan dan diintegrasikan
dalam pelayanan kebidanan di Puskesmas agar masyarakat dapat
hidup sehat secara mandiri.
b. Edukasi mengenai induksi persalinan alami perlu disampaikan pada
ibu yang telah hamil aterm sebagai salah satu bentuk persiapan
persalinan dan untuk menghindari risiko persalinan post-term.
c. Asuhan kebidanan perlu dilakukan secara komprehensif dan
berkelanjutan guna memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu,
bidan di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep hendaknya memiliki
pemahaman yang sama mengenai konsep asuhan kebidanan holistik
dan model asuhan yang diberikan kepada masyarakat.

42
3. Bagi Masyarakat
a. Ibu hamil hendaknya lebih terbuka dengan petugas kesehatan dan
senantiasa mendiskusikan kekhawatiran yang dialami agar tidak
kekhawatiran tersebut tidak menjadi gangguan psikologis yang
memberikan dampak negatif pada kesehatan ibu dan janin.
b. Ibu hamil dianjurkan untuk mempraktikkan hot herbal compress,
akupresur dan pijat oksitosin ketika memasuki usia kehamilan aterm
sebagai bentuk persiapan persalinan.
c. Keluarga memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan ibu
dan janin sehingga keluarga juga hendaknya mengetahui kebutuhan
ibu dan janin seiring dengan perkembangan usia kehamilannya serta
senantiasa berdiskusi dengan petugas kesehatan mengenai upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung ibu menjalani
kehamilannya dengan sehat.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R. Sinopsis Obsetri: Obsetri Operatif; Obsetri Sosial, Ed. 3, Jilid 2.


Jakarta: EGC. 2013.
2. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Winkjosastro GH. Imu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo; Ed. 4, Cet. 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014.
3. Yanuarini TA, Rahayu DE, Hardiati HS. HUBUNGAN PARITAS DENGAN
TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI
PERSALINAN. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2017;2(1):41-6.
4. Spice K, Jones SL, Hadjistavropoulos HD, Kowalyk K, Stewart SH. Prenatal
fear of childbirth and anxiety sensitivity. Journal of Psychosomatic Obstetrics
& Gynecology. 2009;30(3):168-74.
5. Aprillia Y. Hipnostetri: Rileks, Nyaman dan Aman saat Hamil dan Melahirkan.
Jakarta: GagasMedia; 2010.
6. Rahayu AP. Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Deepublish; 2016.
7. Dhippayom T, Kongkaew C, Chaiyakunapruk N, Dilokthornsakul P, Sruamsiri
R, Saokaew S, et al. Clinical effects of Thai herbal compress: A systematic
review and meta-analysis. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine. 2015;2015.
8. Laohapand T, Jaturatamrong U, Jantabut C, Tonglue T, Kamkaew P,
Punpeng P, et al. Thai Traditional Medicine in The Faculty of Medicine Siriraj
Hospital. Bangkok: Ayurved Thamrong School, Center of Applied Thai
Traditional Medicine, Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University;
2014.
9. Hamranani SST. PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSI
UTERUS PADA IBU POST PARTUM DENGAN PERSALINAN LAMA DI
RUMAH SAKIT WILAYAH KABUPATEN KLATEN. MOTORIK Jurnal Ilmu
Kesehatan (Journal Of Health Science). 2016;6(12).
10. Puskesmas Ngesrep. Profil Puskesmas Ngesrep Tahun 2016. Semarang:
Puskesmas Ngesrep, 2017.
11. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 2010.
12. EDUKIA. Asuhan Antenatal 2013. Available from:
http://www.edukia.org/web/kbibu/3-2-1-asuhan-antenatal/.
13. Kemenkes R. Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Jakarta: Ditjen Bina
Gizi dan KIA. 2012.
14. Deri Rizki Anggarani SG, Subakti Y. Kupas Tuntas Seputar Kehamilan.
Jakarta: AgroMedia Pustaka; 2013.
15. Megasari M, Triana A, Andriyani R, Ardhiyanti Y, Damayanti IP. Panduan
Belajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: Deepublish; 2015.
16. Fazdria F, Harahap MS. GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU
HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI DESA TUALANG
TEUNGOH KECAMATAN LANGSA KOTA KABUPATEN KOTA LANGSA
TAHUN 2014. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2016;16(1):6-13.
17. Cicek S, Basar F. The effects of breathing techniques training on the
duration of labor and anxiety levels of pregnant women. Complementary
Therapies in Clinical Practice. 2017;29:213-9.

44
18. Kusparlina EP. Hubungan antara umur dan status gizi ibu berdasarkan
ukuran lingkar lengan atas dengan jenis BBLR. Jurnal Penelitian Kesehatan"
SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"). 2016;7(1).
19. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia. Panduan Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) tentang Preeklampsia.[internet]. Jakarta: Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2015.
20. Brooker C, Waugh A. Foundations of nursing practice: Fundamentals of
holistic care: Elsevier Health Sciences; 2013.
21. PMK No. 1109 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
22. NCCIH. Complementary, Alternative, or Integrative Health: What’s In a
Name? 2016. Available from: https://nccih.nih.gov/health/integrative-
health#types.
23. Wong MF. Acuyoga, Kombinasi Akupresur + Yoga. Jakarta: Penebar Plus+;
2011.
24. Wong M. Jaripunktur Pengobatan Terdahsyat. Jakarta2010.
25. Handayani R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan
Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. NERS Jurnal Keperawatan.
2017;11(1):60-9.
26. Wanda K A, Bidjuni H, Kallo V. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester
Iii Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Poli Kia
Puskesmas Tuminting. JURNAL KEPERAWATAN. 2014;2(2).
27. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika; 2008.
28. Aini YN, Hadi H, Rahayu S, Pramono N, Mulyantoro DK. EFFECT OF
COMBINATION OF OXYTOCIN MASSAGE AND HYPNOBREASTFEEDING
ON UTERINE INVOLUTION AND PROLACTIN LEVELS IN POSTPARTUM
MOTHERS. Belitung Nursing Journal. 2017;3(3):213-20.
29. Morhenn V, Beavin LE, Zak PJ. Massage increases oxytocin and reduces
adrenocorticotropin hormone in humans. Alternative therapies in health and
medicine. 2012;18(6):11.

45

Anda mungkin juga menyukai