“MEKANISME PERSALINAN”
DOSEN PEMBIMBING :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul FETAL SKULL, FETAL POSITIONING,
MEKANISME PERSALINAN VERTEX (OKSIPUT ANTERIOR DAN OKSIPUT
POSTERIOR). Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok 4 tentang
mekanisme persalinan.
Dalam penyusunan makalah ini kami kelompok 4merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami kelompok 4 menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kelompok 4,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………...iii
BAB I
1.1 LATAR
BELAKANG……………………………………………………………………...1
1.2 RUMUSAN
MASALAH…………………………………………………………………...
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………………..
.
BAB II
2.1 FETAL SKULL…………………………………………………………………………..
2.2 FETAL POSITIONING………………………………………………………………….
2.3 MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI VERTEX (OKSIPUT ANTERIOR)..
2.4 MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI VERTEX (OKSIPUT POSTERIOR).
BAB III
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………..
3.2 SARAN…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Fetal positioning (Letak, presentasi, sikap, dan pososo janin mempengaruhi
persalinan)
Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentassi, sikap, dan posisi. Hal ini
dapat ditentukan secara klinis menggunakan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina dan
auskultassi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinin kurang
akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita.
1. Letak janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Terdiri dari
letak memanjang dan melintang. Kadang kala terdapat letak oblik, dimana akibat sumbu
janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45 ̊.
Letak oblik tidak stabil, dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau
melintang selama proses persalinan. letak memanjang lebih dari 99% persalinan aterm.
Faktor predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion,
dan anomali uterus.
2. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan didalam
jalan lahir. Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian terbawah janin dapat
diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu, pada letak memanjang,
bagian terbawah janin adalah kepala janin adalah kepala janin atau bokong, masing-
masing membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika janin terletak pada sumbu
panjang melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya.
a. Presentasi kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan
janin.
1) Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel pada
dada. Pada keeadaan ini, ubun-ubun (fontanela oksipitalis) merupakan bagian
terbawah janin, disebut presentasi puncak kepla (verteks) atau oksiput.
4) Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kassus lainnya, dengan dahi
sebagai bagian terbawahnya, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan maju,
presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks
atau muka karena masing-masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.
b. Presentasi bokong
Bila janin menunjukkan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang
dapat terjadi.
Bokong murni (frank Breech)
Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di
depan badan, hal ini disebut presentassi bokong murni (frank breech).
Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di paha atass,
keadaan ini disebut presentasi bokong sempurna (complete breech).
Bila salah satu atau kedua kaki, atau salah satu atau keddua lutut,
merupakan bagian terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak
sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong kaki (footling
breech).
Gambar 6. Presentasi bokong (A) complete breech, (B) Frank breech, (C) Footling atau
incomplete breech.
3. Sikap atau postur janin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas yang
disebut sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu masa ovoid yang
secara kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya, janin
menjadi melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan menjadi sangat
konveks, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hapir bertemu dengan dada,
paha fleksi di depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki
bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala, lengan
biasanya saling menyilang di dada atau terletak di samping dan tali pusat terletak di
ruang antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah. Postur khas ini terjadi akibat cara
pertumbuhan janin dan akomondasinya terhadap rongga uterus.
4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada
bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap
presentasi terddapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu ( mentum), dan sakrum
janin masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan
bokong.
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis).
Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK
kanan belakang.
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalak bagian kepala janin. Posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. kepala ini pula yang paling banyak
mengalami cidera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan
janin kelak, hidup tidak sempurana, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepla
janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas Rahim yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu bersamaan
terjadi relaksasi dari segmen bawah Rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi
serviks.
2. Descent
Turunnya kepala pada nulipara terjadi sebelum persalinan sedangkan pada
multipara descent biasanya terjadi bersamaan dengan engagement. Turunnya kepala
ini disebabkan oleh 4 faktor :
a. Tekanan karena cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus terhadap bokong
c. Kontraksi otot abdomen
d. Melarnya tubuh janin
Mekanisme turunnya kepala biasanya dengan sutura sagitalis kepala fetus lebih
dekat ke simpisis yang mengakibatkan bagian terendah adalah os parietale posterior.
Disebabkan kontraksi uterus berlangsung turunnya kepala melngalami kemajuan dan
akibat fleksi lateral leher fetus, sutura sagitakis berorientasi ke sumbu bidang tengah
panggul.
3. Fleksi
Pada saat memasuki pintu atas panggul, maka kepala akan berada dalam posisi
sutura sagitalis melintang. Karena diameter terlebar pada pintu atas panggul adalah
diameter transversal. Dengan turunnya kepala lebih jauh, maka kepala mengalami
tekanan dari :
a. Serviks
b. Dinding panggul
c. Otot-otot dasar panggul
Dengan demikian resultan gaya yang bekerja pada bagian sinsiput (ubun-ubun
besar) lebih besar dari oksiput ( ubun-ubun kecil ) sehingga kepala menjadi fleksi dan
diameter fronto occipitalis 11,5 cm. dengan demikian kepala memasuki panggul
dengan ukurannya yang terkecil.
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi ringan dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga akan bertambah pada gerakan ini, dagu dibawah lebih
dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding derviks, dinding pelvis, dan
lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter sub oksipito bremantika (9,5 cm)
menggantikan diameter sub occiput frontalis (11 cm). sampai didasar pnggul,
biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
5. Ekstensi
Setelah rotasi interna kepala masih dalam posisi fleksi mencapai vulva sehingga
oksiput langsung berkontak dengan bagian anterior simfisis. Oleh karena vulv
arahnya ke atas dan kedepan maka ekstensi harus terjadi sebelum kepala
melewatinya. Jika fleksi kepala yang tajam mencapai dasar pelvis maka akan
mengenai posterior perineum. Ketika kepala yang tajam mencapai dasar panggul
terdapat dua kekuatan :
a. Tekanan yang dihasilkan oleh uterus
b. Adanya tekanan dari dinding panggul dan simfisis akan menghasilkan resultan
yang menyebabkan ekstensi.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah simfisis maka yang dapat maju
karena kekuatan tersebut diatas, bagian yang berhasapan dengan subocciput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Sesudah kepala janin sampai didasar panggul dan ubun-ubun kecil berada
dibawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dank e atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Sub oksiput yang
tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochion),
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum : ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
Gambar 2.6 ekstensi
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali kea rah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putarn paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring,
didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya sehingga didasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam dimana ukuran bahu ( diameter bisa krominal) menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu
kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber iskiadikum sepihak.
6. Rotasi eksterna
Ketika kepala sudah lahir maka oksiput kembali ke posisi semula. Selanjutnya
kepala akan mengadakan putaran restitusi untuk menghilangkan torsi pada leher,
sehingga ubun-ubun terletak sesuai dengan punggung, diikuti putaran dimana bahu
dengan diameter bisakrominal akan terletak pada diameter anteroposterior pintu
bawah panggul yang kemudian satu bahu terletak di anterior di bawah sinfisis dan
bahu lainnya di posterior. Gerakan rotsi eksterna yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu ( diameter bisakromial) menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior di pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Terjadi segera setelah rotasi eksterna, bahu depan akan tampak dibawah simfisis
dan perineum akan diregang oleh bahu belakang dan dengan datangnya his maka
bahu depan akan lahir serta menjadi hipomokhlion bagi lahirnya bahu belakang dan
bagian tubuh lainnya segera dikeluarkan. Kelahiran bahu dapat terjadi secara spontan,
tetapi sering memerlukan bantuan tangan. Dengan sedikit menekan kepala tanpa
melakukan tarikan akan membantu bahu depan berada dibawah simfisis. Selanjutnya
dengan mengangkat kepala akan mengakibatkan kelahiran bahu belakang terkendali.
Putaran paksi luar terjadi kearh tuber ischiadikum sebelah kanan. Pada position
occipito anterior putaran paksi hanya 45 derajat ke kanan atau kekiri. Setelah paksi
luar, bahu depan sampai dibawah simfisis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran
bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi
dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.