Anda di halaman 1dari 180

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny.

S
DENGAN REMATIK DI JORONG BATANG
PALUPUH KECAMATAN PALUPUH
TAHUN 2018

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


SIKLUS KIAN

Oleh:

WITARI RAHMADANI, S.Kep


(1614901190)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTANAN


PROGRAM STUDI NRES STIKes FORT
DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan

izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. S Dengan Rematik di Jorong

Batang Palupuh Kecematan Palupuh Tahun 2018”, yang merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi. Salawat beriring salam juga penulis

aturkan untuk Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak mendapat

bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada

yang terhormat Ibu Yenni, M.Kep, Ns., Sp.Kep.Kom sebagai Pembimbing

Akademik, kepada ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S.Pd Ns. M.Kes dan ibu Ns. Cory

Febrina, S.Kep, M.Kes selaku dewan penguji Karya Ilmiah. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku ketua STIKes Fort De Kock

Bukittinggi.

2. Ibu Ns. Wenny Lazdia, S. Kep, M.A.N selaku ketua Program Studi Pofesi

Ners STIKes Fort De Kock Bukittinggi.


3. Staf Dosen STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan, bekal dan bimbingannya selama penulis mengikuti

pendidikan.

4. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi,

semangat serta doa dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.

5. Rekan – rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Ners angkatan 2016

yang telah mencurahkan perhatian, kekompakan dan kerja sama untuk

kesuksesan bersama

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya, penulis telah

berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan Karya Ilmiah Akhir Ners ini,

namun apabila terjadi kesalahan atau kekurangan penulis mengharapkan masukan

dan saran demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dimasa yang akan

datang dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bukittinggi, Februari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep keluarga ............................................................................ 8
1. Pengertian keluarga .................................................................. 8
2. Tipe tipe keluarga ...................................................................... 8
3. Struktur keluarga ........................................................................ 11
4. Fungsi keluarga ......................................................................... 15
5. Tugas kesehatan keluarga .......................................................... 16
6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga ................................... 18
7. Masalah kesehatan berdasarkan tahap perkembangan keluarga. 20
B. Konsep Lansia ............................................................................... 23
1. Pengertian lansia ......................................................................... 23
2. Batasan lansia ............................................................................. 24
3. Perubahan perubahan pada lansia .............................................. 25
C. Konsep Rematik ............................................................................ 26
1. Definisi ....................................................................................... 26
2. Etiologi ..................................................................................... 26
3. Manifestasi klinis........................................................................ 28
4. Patofisiologi ............................................................................... 29
5. Pemeriksaan penunjang .............................................................. 30
6. Pencegahan rematik .................................................................... 31
7. Perawatan rematik ...................................................................... 32
D. Konsep asuhan keperawatan Keluarga ...................................... 34
1. Pengkajian ................................................................................... 34
2. Diagnose ...................................................................................... 43
3. Intervensi ..................................................................................... 47
4. Implementasi ............................................................................... 47
5. Evaluasi ....................................................................................... 48

BAB III Tinjauan Kasus


A. Pengkajian ...................................................................................... 50
B. Analisa Data .................................................................................... 58
C. Skoring ........................................................................................... 60
D. Intervensi Keperawatan ................................................................... 62
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................... 66
BAB IV TELAAH JURNAL

A. Perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat dan pemberian kompres


jahe terhdap penurunan nyeri sendi pada lansia di unit rehabilitasi sosisal
Wening Wardono Ungaran ............................................................. 72
B. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia
dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel ......... 73
C. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada
wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat ......... 74
D. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik di
wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud................................... 74

BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...................................................................................... 77
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................. . 80
C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 81
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................... 84
E. Evaluasi ........................................................................................... 86

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 88
B. Saran ............................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Komposisi keluarga…………………………….. 50

Tabel 3.2 Analisa Data….………………………................. 58

Tabel 3.3 Skoring Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan 60


Pada Ny. S...............................

Tabel 3.4 Skoring Resiko Jatuh Pada Ny. S............................... 61

Tabel 3.5 Intervensi kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan 62


pada Ny. S.................................
Intervensi resiko jatuh pada Ny. S............................
Tabel 3.6 64
Implesmentasi kesiapan meningkatkan manajemen
Tabel 3.7 kesehatan pada Ny. S.....................................................
66
Implesmentasi resiko jatuh pada Ny. S.......................
Table 3.8 69

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan


Lampiran 2 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : Mind Mapping
Lampiran 4 : Pre Planning
Lampiran 5 : Jurnal
Lampiran 6 : SOP
Lampiran 7 : SAP
Lampiran 8 : Leaflet
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu kesehatan terdapat 7 tahap perkembangan keluarga, salah

satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan lansia yang dimulai dengan

salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung

hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain

meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan

hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi (Friedman, 2010).

Tahap terakhir dalam siklus kehidupan keluarga menurut Duvall (1985) adalah

keluarga lansia pensiunan (disebut juga anggota keluarga lansia atau pensiun

sampai kematian kedua pasangan). Dimana dalam tahap ini ada lansia yang

memilih tinggal sendiri daripada tinggal dengan anak-anaknya, namun ada juga

lansia yang tetap tinggal dengan anaknya sampai akhir hayatnya (Friedman, 2010).

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang komplek

terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengidentifikasikan

peningkatan taraf kesehatan warga Negara, namun disisi lain menimbulkan

masalah- masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan

berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat

dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasilitas lainnya bagi

kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami

perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi

1
2

kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga

menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik

maupun mental (Healthy People, 2007).

Penuaan merupakan proses yang terjadi didalam kehidupan. Proses menua

merupakan keadaan sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua banyak

mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih,

pendengaran berkurang, gigi ompong, dan konsisi tubuh lainnya mengalami

kemunduran (Padila, 2013).

Menua bukanlah penyakit, tetapi merupakan proses berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang

berakhir dengan kematian. Permasalahan-permassalahan yang biasanya dialami

usia lanjut meliputi ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan misalnya

arthritis 44%, hipertensi 39%, kesepian karena merasa tidak dibutuhkan dan

permasalahan yang banyak dikeluhkan oleh lansia adalah kemunduran mobilitas

akibat nyeri rematik (Padila, 2013).

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut

pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian tampak pula pada semua

sistem musculoskeletal (otot dan tulang) dan jaringan lain (jaringan ikat, jaringan

lunak). Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak

mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami


3

perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada

perubahan yang negatif. Kemunduran kemampuan fisik ini diakibatkan dengan

adanya berbagai macam penyakit yang mulai menyerang termasuk salah satunya

adalah nyeri sendi (Mujjahidullah, 2012 dalam Ridwan , 2016).

Penyakit rematik merupakan penyakit selain menyerang sendi juga dapat

menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, defenisi rematik

adalah penyakit menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar

sendi (Nadliroh, 2014). Rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi

penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh ( Hidayat, 2006 ). Rematik

adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar

sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang banyak di derita

oleh kaum lanjut usia ( usia 50 tahun keatas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada

perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif

Muttaqin, 2008). Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,

nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya ( Adelia,

2011 ).

Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang

tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan angka kejadian rematik

terjdi pada kelompok masyarakat lansia ( lanjut usia ) yang memang dekat dengan

gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif

(FKUI/RSCM, 2009).

Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335 juta penduduk di

dunia yang mengalami Rematik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
4

menunjukkan prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis Nakes di Indonesia

11,9 % dan berdasar diagnosis gejala 24,7%. Prevalensi penyakit sendi

berdasarkan diagnosis nakes, gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%),

diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%). Dan prevalensi penyakit sendi

berdasarkan wawancara yang didiagnosis nakes meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%)

(Riskesdas, 2013).

Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik wanita maupun

laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit rematik ini

sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia di bawah

40 tahun. Prevalensi yang terserang rematik lebih tinggi wanita karena wanita

memiliki hormon esterogen yang merangsang autoimun, sehingga semakin tinggi

hormone tersebut semakin tinggi pula wanita terkena rematik (Fajriah, 2009).

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderita atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit

rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga

terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan

dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Nadliroh, 2014).

Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan

kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga

lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental,

mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu

adanya dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari

(Fridman, 2010).
5

Selain dukungan keluarga upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat

ikut berperan serta dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan

posyandu merupakan layanan yang bertanggung jawab dalam mencapai kesehatan

lansia.Didalam pelaksanaan posyandu lansia ini pelayanan kesehatan dapat lebih

mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif atau rehabitatif. Pelayanan

kesehatan kesehatan kelompok lansia meliputi pemeriksaan fisik, mental dan

emosional (Notoadmodjo, 2007).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Jorong Batang Palupuh pada Ny.

S. Dimana didapatkan data Ny.S mengeluh nyeri pada kaki dan tangan,

merasakan nyeri pada saat pagi hari serta saat terkena air dingin. Keluarga ada

membawa Ny. S berobat ke puskesmas jika kaki sudah merasa nyeri, keluarga ada

merawat Ny. S dengan baik saat sakit, dan keluarga kurang menyesuaikan tata

letak benda di dalam rumah Ny. S. Dan saat penulis kaji keluarga Ny. S

mengatakan tidak terlalu mengetahui tentang penyakit rematik serta tidak begitu

paham tentang penanganan yang tapat terhadap kondisi penyakitnya. Hal ini

terkait dengan 5 tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga,

memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga serta

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Dari latar belakang itulah, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada Ny. S dengan gangguan sistem muskuloskeletal :

rematik di Jorong Batang Palupuh Kec. Palupuh Tahun 2018.


6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dan pasien dengan rematik

di Jorong Batang Palupuh Kec. Palupuh Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep keluarga dan konsep rematik

b. Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit rematik

c. Mampu menganalisa jurnal terkait rematik

d. Mampu menganalisa asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan

teori dan jurnal terkait.

C. Manfaat

1. Bagi pasien dan keluarga

Paien dan keluarga mendapat asuhan keperawatan yang proofesional

yang diberikan oleh pemberi asuhan terhadap kasus rematik.

2. Bagi pelayanan keperawatan

Dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional pada pasien

rematik.

3. Bagi institusi pendidikan

Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

informasi dan referensi kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan

mengenai masalah sistem muskuloskeletal khususnya asuhan keperawatan

keluarga dengan penyakit rematik.


7

4. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga yang profesional

langsung kepada pasien dengan rematik.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang

lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu

daerah yang berdekatan (Fridman, 2010). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini,

2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua

atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan

atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam

peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

2. Tipe-tipe keluarga

a. Menurut Maclin (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-

anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan

satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau

ditinggalkan.

8
9

c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau

tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.

e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,

istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau

anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

2) Keluarga Non Tradisional

a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.

c) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu

pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan

fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

b. Menurut Allender dan Spradley (2001)

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami,

istri, dan anak kandung atau anak angkat.

b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,

nenek, paman, dan bibi.


10

c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

d) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.

e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang

dewasa saja.

f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut.

2) Keluarga Non Tradisional

a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah.

b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah.

c) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

c. Menurut Friedman (2010), pembagian tipe keluarga yaitu :

1) Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) adalah keluarga yang menikah,

peran sebagai orang tua, atau kelahiran terdiri atas suami, istri dan anak-

anak mereka (anak kandung, adopsi atau keduanya).

2) Keluarga orientasi (keluarga besar) adalah unit keluarga yang

didalamnya seseorang dilahirkan.


11

3) Extended Family (keluarga besar ) adalah keluarga inti dan orang-orang

yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota

keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.

3. Struktur keluarga

Dalam Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam,

diantarannya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Menurut Friedman (2010), struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan.

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
12

bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen

komunikasi seperti : sender, chanel-media, message, environtment, dan

reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1) Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika menyampaikan

pendapat, jelas dan berkualitas, meminta feedback, mene-rima feedback.

2) Pengirim yang tidak berfungsi

a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data

yang obyektif)

b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh : marah yang tidak diikuti ekspresi

wajahnya)

c) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan

sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang

d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

e) Komunikasi yang tidak sesuai.

3) Karakteristik penerima yang berfungsi

a) Mendengar

b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengala-man)

c) Memvalidasi

4) Penerima yang tidak berfungsi

a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar

b) Diskualifikasi

c) Offensive (menyerang bersifat negatif)

d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

e) Kurang memvalidasi.
13

5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira

b) Komunikasi terbuka dan jujur

c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga

d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya.

6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)

b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi

c) Kurang empati

d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

f) Komunikasi tertutup

g) Bersifat negatif

h) Mengembangkan gosip

b. Struktur Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari individu

untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain ke

arah positif. Ada beberapa macam tipe stuktur kekuatan, yaitu :

1) Legitimate power (power)

2) Referent power (ditiru)

3) Reward power (hadiah)

4) Coercive power (paksa)

5) Affective power

6) Expert power (keahlian)


14

c. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status

adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami

atau anak.

1) Peran ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung, salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peran anak : melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

d. Struktur Norma dan Nilai

Nilai adalah suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar

atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai

keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi

perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang

diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan

lingkungan sekitar masyarakat keluarga.


15

4. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau

sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut

Friedman (2010) adalah antara lain :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada

anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai

budaya anak.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,

dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali

kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya

keluarga.
16

e. Fungsi Biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi

untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi

selanjutnya.

f. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang

dan rasa aman/memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas

keluarga.

g. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan penge-

tahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan

perkembangannya.

5. Tugas kesehatan keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ke-

tidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Menurut

Friedman (2010) Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas

keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang

dimaksud, yaitu :

a. Keluarga mampu mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga

terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor

penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.


17

b. Keluarga mampu mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan

keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah

rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap

masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yag dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana

keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan

yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene

sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga.

Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan

anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar

rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan

kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga

terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan

terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang

dipersepsikan keluarga.
18

6. Tahap dan tugas perkembangan keluarga

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman (2010) ada 8,

yaitu :

a. Tahap I : Keluarga pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling

memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur

30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga

muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan

dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan

anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru

sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan

hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai

dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.


19

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan

dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,

membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas

sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan

mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi

secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,

memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas

perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan

anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan

kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-

sakitan dari suami dan istri.


20

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga

dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat

pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan

lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan

penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna

perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun

terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir

dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan

terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan

perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan

mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

7. Masalah kesehatan berdasarkan tahap perkembangan keluarga

Menurut friedman (2010) masalah kesehatan yang muncul berdasarkan tahap

perkembangan keluarga yaitu :

a. Tahap I : Keluarga pemula

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi
21

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur

30 bulan)

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6

tahun)

1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular

yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar

2) Keracuanan

3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain lain yang terjadi selama usia sekolah

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

1) Tantangan kesehatan pada anak (misalnya penglihatan, pendengaran dan

kemampuan berbicara)

2) Kesehatan gigi

3) Penganiayaan dan pengabaian anak

4) Penyalahgunaan zat

5) Penyakit menular

6) Penyakit kronik

7) Masalah perilaku
22

8) Praktek kesehatan yang baik (tidur, nutrisis, olahraga)

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

1) Kecelakaan (ex : mengemudi)

2) Cidera akibat olahragaa

3) Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

4) Keluarga berencana

5) Kehamilan yang tidak dikehendaki

6) Pendidikan dan konseling seks

7) Hubungan orang tua dan remaja

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua

2) Transisi peran suami istri

3) Memberikan perawatan (bagi orang tua lanjut usia)

4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas, tekanan

darah tinggi

5) Masalah menopause

6) Efek yang berkaitan dengan gaya hidup

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

1) Praktik kesehatan (tidur, nutrisi, olahraga)

2) Hubungan pernikahan

3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang tua

lanjut usia
23

4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang

tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

1) Disabilitas fungsional meningkat

2) Gangguan mobilitas

3) Penyakit kronik

4) Kekuatan dan fungsi fisik menghilang

5) Layanan perawatan dalam jangka panjang

6) Memberikan asuhan

7) Kerentanan psikologis

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena

faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara

jasmani, rohani maupun social (Nurgroho, 2000).

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur

55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-

hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nurgroho, 2000).

Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,

yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di

ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan

reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan

kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,

kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
24

menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan

diri dengan kondisi lingkunganya (Bayu, 2015).

2. Batasan Lansia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan usia.

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara

memuaskan (Padila, 2013).

Menurut WHO lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun

Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni:

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age (usia 70 tahun keatas)

Menurut Burnside ,ada empat tahap lanjut usia, yakni :

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

Kalau pembagian umur dari beberapa ahli tersebut ditelaah, dapat

disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65

tahun ke atas. Namun, di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.

Hal ini dipertegas dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejateraan

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Padila, 2013).


25

3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Nugroho (dalam Fajriah, 2009), perubahan-perubahan yang terjadi

pada lansia diantaranya adalah :

a. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem

pendengaran, system penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi,

sistem pencernaan, system endokrin, sistem integument, dan

muskuloskeletal.

b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan

fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan

lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada

memori (kenangan) dimana kenangan jangka panjang lebih dominan

dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi akan menurun dengan

bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan

verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta

perubahan daya imajinasi.

c. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami

berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,

kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan , merasakan atau

sadar akan kematian (sense of awareness of mortality), kehilangan

pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara hidup yaitu

memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.

Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat

mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami

perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor (Fajriah, 2013).


26

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan

intelektual terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang

memerlukan memori jangka pendek serta terjadi perubahan pada daya fikir akibat

dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu

terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi afektif. Sedangkan

penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia menganalisa

informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan (Fajriah, 2013).

C. Konsep Rematik

1. Pengertian Rematik

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan

penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada

jari, lutut, pinggul dan tulang punggung (Nudliroh, 2014).

Rematik merupakan penyakit yang menyerang anggota gerak, yaitu sendi,

otot, tulang, dan jaringan di sekitar sendi. Keluhan yang sering muncul adalah

nyri, kaku, bengkak, sampai keterbatasan gerak tubuh. Nyeri pada sendi rematik

hamper sama pada saat keseleo. Namun pada rematik disertai peradangan pada

sendi dan kulit terlihat memerah akibat munculnya peradangan (Harlinawati,

2006).

Rematik merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara

simetris (Nudliroh, 2014).

2. Etiologi

Penyebab rematik sangat bervariasi. Diduga penyebab utamanya karena

gangguan autoimuns, yaitu system kekebalan tubuh menyerang jaringan


27

persendian. Akibatnya, tulang rawan disekitar sendi menipis. Sebagai gantinya,

muncul tulang baru. Di saat tubuh bergerak, tulang-tulang di persendian

bersinggungan. Kejadian inilah yang memicu rasa sakit dan nyeri yang tak

tertahankan (Harlinawati, 2006).

Selain itu rematik juga bisa disebabkan oleh kurang menkonsumsi protein,

buah-buahan segar, sayuran (wartel, bayam), kurang mimum susu, sering minum

teh, kopi, sering makan sayur malinjo. Sehingga berdampak terjadinya

pengeroposan pada tulang dan sendi (Utomo, 2005).

Berikut penyebab dari rematik (Brunner & Suddarth, 2002) :

a. Faktor keturunan

Menurut para ilmuwan, faktor genetika juga memiliki peran penting

dalam menyebabkan kondisi ini, seperti yang sering kita tahu bahwa

rematik dikenal sebagai penyakit keturunan. Disamping itu,

ketidakseimbangan hormon juga dapat menyebabkan rematik. Jika

kandung empedu tidak berfungsi seperti yang diharapkan, maka seseorang

dapat mengalami rematik.

b. Pengaruh hormone seks ( kekurangan hormone estrogen setelah

menopause memperburuk masa tulang yag sudah berkurang karena usia)

c. Infeksi di bagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni jamur

dan virus.

d. Radikal bebas akan merangsang keluarnya prostaglandin yang

menimbulkan nyeri, radang, dan bengkak. Radikal bebas yang timbul

karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjdi racun yang
28

menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, memperburuk kerusakan

jaringan dan menimbulkan gejala rematik.

e. Faktor umur

Seiring dengan pertambahan usia, cairan dalam sendi yang berfungsi

melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Hal ini

menyebabkan tubuh menjadi kaku dan mulai sakit jika digerakan.

3. Menifestasi Klinis

Menurut Junaidi, gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi

yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.

Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi (Nudliroh, 2014).

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,

mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan

gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain (Nudliroh,

2014):

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan

tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan

gerakan yang lain. Dan dapat terjadi pengeroposan tulang.

b. Hambatan gerakan sendi


29

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan

sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi hari

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,

seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau

tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

f. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien rematik pada pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan

fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian

pasien yang umumnya tua (lansia).

g. Otot-otot yang menjadi kaku, lemah, atau nyeri; keadaan ini terjadi

sekunder karena keterbatasan mobilitas.

4. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti

vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,

sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.

Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi

kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat


30

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago

menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.

Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan

sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago

dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan

subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa

menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa

adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh

dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain,

terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)

gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang

melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi

untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan

akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan

tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat

menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi (Suryati,

2017).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada

jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (

perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil


31

jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/degenerasi tulang pada sendi.

d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih

besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon

inflamasi, produk- produk pembuangan degeneratif ), elevasi SDP dan

lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle

Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena

mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi

yang normal.

g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-

arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan

dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila

ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto

rontgen.

(Suryati, 2017)
32

6. Pencegahan Rematik

Dampak dari rematik dapat mengancam jiwa penderita atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit

rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga

terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan

dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Nudliroh, 2014).

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari–hari,

sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat

pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa

mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara

berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu

seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut,

melakukan peregangan sendi, istirahat yang cukup, memakai kaos kaki jika mau

tidur (Utomo, 2005).

Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung

Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara

persendian agar tetap lentur. Penderita rematik juga mengkonsumsi susu dan telur

ayam kampung setengah matang (Utomo, 2005).

Sehingga penderita rematik harus menghidari mengkonsumsi minuman dan

makanan seperti: alkohol, teh, kopi, sayur kangkung, rebung , durian, makanan

kaleng (misalnya sarden) (Utomo, 2005).

7. Perawatan Rematik

Perawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi

adalah (Nudliroh, 2014(:


33

a. Terapi panas dingin

Untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada rematik dapat

digunakan cara dan adalah sebagai berikut:

1) Berendam dalam bak mandi dengan air hangat, terutama untuk

merendam bagian yang nyeri.

2) Kompres panas: caranya rendam handuk dalam air panas,

kemudian letakkan pada sendi yang sakit.

3) Pemanasan kering, misalnya dengan menggunakan lampu

pemanas dan lain-lain.

Pada prinsipnya cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk

meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang. Dengan

demikian proses radang dapat dikurangi sehingga fungsi sendi dapat

maksimal.

Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal bagian yang terkena

rematik sehingga mengurangi nyeri, peradangan, serta kaku atau kejang

otot. Cara terapi dingin adalah dengan menggunakan kantong dingin,

semprotan dingin, atau minyak yang mendinginkan kulit dan sendi.

b. Olahraga dan istirahat

Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan

kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri atau

pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat tidak

boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan

sendi. Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai berikut:


34

1) Range of motion exercises: merupakan latihan fisik yang membantu

menjaga pergerakkan normal sendi, memelihara atau meningkatkan

fleksibilitas dan menghilangkan kekakuan sendi.

2) Strengthening exercises: untuk memelihara atau meningkatkan

kekakuan otot.

3) Aerobic atau endurance exercises: untuk meningkatkan kesehatan

pembuluh darah jantung (kardiovaskuler), membantu menjaga berat

badan ideal dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh.

c. Mobilisasi dan relaksasi

Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki

kekakuan pada sendi yang terserang rematik. Relaksasi progesif

membantu mengurangi nyeri dengan melakukan gerakan yang

melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progesif, gerakan yang

dilakukan adalah pada satu saat mengencangkan kumpulan otot tertentu,

kemudian secara perlahan melemaskannya atau merelaksasikannya.

d. Herbal

British Journal of Clinical Pharmacology melaporkan hasil penelitian

yang menyatakan bahwa 82% pasien rematik mengalami peredaran nyeri

dan pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan yang berasal dari

herbal. Bahan herbal yang membantu melawan nyeri rematik adalah

sebagai berikut:

1) Jahe dan kunyit: keduanya merupakan bahan anti inflamasi yang

sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan bengkak sendi.


35

2) Biji seledri dan daun lidah buaya yang membantu mengurangi

nyeri sendi.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Rematik

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)

d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, biopsy dan

sebagainya.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga

6) Tipe keluarga

Menjelasakan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-

masalah yang terjadi dengan jenis tipe tersebut.

7) Suku bangsa
36

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan

oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi namun dengan menonton

televisi dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga ditentukan dari anak tertua dari keluarga

ini.

Contoh :

Keluarga bapak A mempunyai dua orang anak, anak pertama berumur 7

tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada

pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


37

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengnai riwayat kesehatan pada keluarag inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian biasanya digunakan terhadap pencegahan

penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

4) Riwayat kesehatan sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

c. Pengakjian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan

perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan

sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.

2) Karateristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan

penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga


38

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan

masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas

psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan.


39

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya

dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga

didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari

kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu

keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang

sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan keluarga adalah:


40

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui

mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,

tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta

persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji adalah:

1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah

2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di

alami

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan

6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah

c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya

(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya)

1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang di butuhkan


41

2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang di

perlukan untuk perawatan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam

keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber

keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)

4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang

dimiliki

2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat pemeliharaan

lingkungan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene sanitasi

4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji

adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan

2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat di

peroleh dari fasilitas kesehatan

3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan

fasilitas kesehatan

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik

terhadap petuga kesehatan


42

5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa juamlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlsh anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Stress dan Koping keluarga

1) Stresor Jangka pendek dan panjang

a) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan

b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap

situasi /stressor

3) Strategi koping yang di gunakan


43

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila

menghadapi permasalahan

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di

gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik

klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2. Tahap Diagnosa

a. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang

akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga.

Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:

1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan. Sebagai contoh:

a) Gangguan nutrisi
44

Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga Bapak Y

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi.

b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga Bapak Y

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan keterbatasan gerak ( rematik).

c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran sebagai suami.

2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak

adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat. Sebagai contoh:

a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.

b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N) keluarga Bapak

Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga melakukan

stimulasi terhadap balita.

c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y) keluarga Bapak A

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga dengan keterbatasan gerak

3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa


45

keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.

Sebagai contoh:

a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M)

keluarga Bapak K.

b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi keluarga Bapak

X.

c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah

keluarga Bapak I.

b. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut Ballon dan

Maglaya, 1978).

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
· Skala:
- Aktual (Tidak/Kurang sehat) 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah
· Skala:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0

3. Potensial Masalah untuk Dicegah


· Skala:
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
· Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tapi tidak perlu 1 1
ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan

Skoring:
46

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

Kriteria 1:

Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat

karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari

dan dirasakan oleh keluarga.

Kriteria 2:

Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan

terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu

d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan

sokongan masyarakat.

Kriteria 3:

Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan

adalah:

a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah .
47

b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah

itu ada

c) Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat dalam

memperbaiki masalah.

d) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

Kriteria 4:

Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi

yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

Batasan karakteristik berdasarkan diagnosa Nanda 2015 adalah :

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

Batasan karakteristik : 4) Mengekspresikan keinginan


1) Mengekspresikan keinginan untuk memenuhi status
untuk melakukan penanganan imunisasi/vaksinasi
terhadap faktor resiko 5) Mengekspresikan keinginan
2) Mengekspresikan keinginan untuk menangani penyakit
untuk melakukan penanganan 6) Mengekspresikan keinginan
terhadap gejala untuk memenuhi kebutuhan.
3) Mengekspresikan keinginan
untuk melakukan regimen yang
diprogramkan
2. Resiko jatuh

Batasan karakteristiknya yaitu : 5) Usia ≥65 tahun


1) Penggunaan alat bantu 6) Kurang pencahayaan
2) Prosthesis ekstremitas bawah 7) Penurunan kekuatan ekstermitas
3) Riwayat jatuh bawah
4) Tinggal sendiri 8) Artritis
48

3. Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan

standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang

diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang

ditetapkan.

4. Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara:

4) Memberikan informasi

5) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

6) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:

1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,

dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan


49

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara:

1) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara:

1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatn, rencana tindakan dan

implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor kesalahan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,

perencanaanm dan implementasi tindakan (Ignataficius dan Bayne, 1994 dalam

Effendi dan Makhfudli, 2009).

Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal

ini dilkasanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon

klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat

mengambil keputusan. Proses evalusi terdiri dari dua tahap yaitu mengukur

pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif, psikomotor, dan perubahan tubuh

serta gejalanya dan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan

pencapaian tujuan (Efendi dan Makhfudli, 2009)


BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data keluarga

Nama kepala keluarga : Tn. N (Alm)

Alamat rumah : Jorong Batang Palupuh

Agama : Islam

Bahasa sehari hari : Minang

Alat tranportasi : Motor

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga


No Nam Hub Umu J Suk Pendidi Peker TTV Alat
a dgn r K u kan jaan bant
kk u
1. Tn. N Suam - L SD - - -
i K
(Alm
)
2. Ny. S Istri 70 PR SD IRT TD Tong
:140/90 kat
mmHg
N :87 x/i
P : 19 x/i
3. An. S Cucu 18 L SMA Pelaja TD : -
K r 110/70
mmHg
N : 90 x/i
P : 18 x/i
4. An. F Cucu 11 L SD Pelaja - -
K r

Lanjutan
No Nama Penampilan umum Status Riwayat Analisis
kesehatan penyakit kesehatan
individu
1. Ny.F Penampilan umum Ny.F rematik
baik dan bersih. mengeluhkan
nyeri pada
kaki dan
tangan
2. An. S Rapi, bersih Tidak ada Tidak ada
keluhan
3. An. F Rapi, bersih Tidak ada Tidak ada
keluhan
2. Data Penunjang keluarga

a. Rumah dan sanitasi lingkungan

1) Kondisi rumah

Tipe rumah Ny. S adalah semi permanen dan milik sendiri. Rumah

keluarga Ny. S terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1

dapur dan 1 kamar mandi. Lantai rumah menggunakan semen.

2) Ventilasi dan pencahayaan

Ventilasi dan pencahayaan rumah Ny. S cukup baik.

3) Saluran buang limbah

Tempat pembuangan saluran buang limbah ke septi tank.

4) Sumber air bersih

Sumber air bersih Ny. S bersih dan tidak berbau.

5) Jamban memenuhui syarat.

Jamban Ny. S ada memenuhui syarat.

6) Tempat sampah

Pembuangan sampah Ny. S ada di tong sampah dan sampah di buang ke

TPA oleh cucu Ny. S.

b. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di Rumah tangga.

a. Menggunakan air bersih untuk makan dan minum

Ny. S ada menggunakam air bersih untuk makan dan minum untuk

kehidupan sehari hari.

b. Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri.


Ny. S ada menggunakan air bersih untuk kebersihan diri. Sumber air Ny. S

berasal dari mata air.

c. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Ny. S ada mencuci tangan dengan air bersih tetapi jarang menggunakan

sabun.

d. Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya.

Ny. S membuang sampah di di tong sampah dan sampah di buang ke TPA

oleh cucu Ny. S.

e. Menjaga lingkungan rumah tampak bersih.

Ny. S ada menjaga kebersihan rumah nya akan tetapi semenjak kaki dan

tangan sering sakit Ny. S jarang untuk membersihakan rumah seperti

menyapu rumah dan dibantu oleh cucu Ny. S.

f. Mengkonsumsi lauk pauk.

Ny.S ada mengkonsumsi lauk pauk .

g. Menggunakan jamban sehat

Ny. S ada menggunakan jamban sehat.

h. Memberantas jentik dirumah seklai seminggu

Ny.S jarang untuk memberantas jentik nyamuk di rumah tapi dilakukan

oleh cucu Ny. S

i. Makan buah sayur dan buah setiap hari

Ny. S kadang ada mengkonsumsi sayur dan buah tetapi tidak rutin untuk

mengkonsusmsi sayur dan buah.

j. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.


Ny.S adalah seorang ibu rumah tangga dan sudah tidak bekerja lagi karena

keterbatasan gerak.

k. Tidak merokok di dalam rumah.

Tidak ada yang merokok di dalm rumah Ny.S.

3. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan

anggota.

a. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:

Ada perhatian dari anak saat Ny. S sakit, saat ini Ny. S tinggal dengan

cucu di rumah karena semua anak anaknya sudah mempunyai tempat

tinggal sendiri.

b. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota

dalam keluarga:

Anak Ny. S mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. S. Anak

Ny.S mengetahui Ny.S sekarang mengeluhkan nyeri pada kaki dan

tangannya.

c. Apakah keluarga mengatahui penyebab masalah kesehatan yang dialami

anggota dalam keluarga:

Saat di lakukan pengkajian pada anak dan cucu Ny. S, kurang mengetahui

penyebab dari sakit kaki dan tangan yang di alami oleh Ny. S.

d. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang

dialami anggota keluarga.

Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang

dialami Ny. S.
e. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami

anggota dalam keluarganya jika tidak diobati:

Keluarga ada mengatahui akibat masalah kesehatan yang dialami oleh Ny.

S.

f. Pada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang masalah kesehatan

yang dialami anggota keluarga:

Keluarga Ny. S bisa dapat informasi masalah kesehatan dari tetangga dan

tenaga kesehatan.

g. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya :

Perlu ditangani dan perlu berobat ke pelayanan kesehatan.

h. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami

anggota keluarganya secara aktif :

Keluarga aktif dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan Ny. S.

i. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan

yang dialami anggota keluarga:

Keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan pada Ny. S

j. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan yang dialaminya:

Keluarga dapat melakukan perawatan pada Ny. S.

k. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang

dialami anggota keluarganya :

Keluarga ada melakukan pencegahan masalah kesehatan pada Ny.S

dengan cara mengobati Ny. S


l. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

mendukung kesehatan keluarga:

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Ny. S agar mendukung

kesehatan Ny. S.

m. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber

dimasyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya:

Ny. S ada memanfaatkan sumber kesehatan di masyrakat seperti

pemeriksaan kesehatan ke Pustu terdekat.

4. Data pengkajian Individu yang sakit.

Nama individu yang sakit : Ny. S

Sumber dana kesehatan : Anak Ny. S

Dianosa medik : Rematik

Keadaan Umum

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 E4 M5 V6

Tanda tanda vital : Tekanan darah : 140/90 mmHg

Pernafasan : 19 x/i

Nadi : 89 x/i

Suhu : 36,7 C

Sirkulasi/cairan

Tidak edema , tidak ada asites, tidak ada tanda tanda perdarahan, tidak ada

tanda tanda anemia (seperti pucat, konjungtiva anemis dan akral pucat) akral

teraba hangat, pengisian kapiler < 2 detik.


Perkemihan

Ny. S BAK 6-7 x/ hari, pasien mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAK,

dan BAB 1 x/hari. Ny. S mandiri saat BAK dan BAB.

Pernafasan

Ny. S tidak ada secret dan sianosis, bentuk thorak simtris, tidak ada

retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas.

Pencernaan

Saat pengkajian pasien tidak ada merasa mual, ingin muntah. Tidak ada

kesulitan dalam menelan dan minum, tidak ada distensi abdomen, tidak ada

masa pada abdomen. Ny. S biasanya makan 3 kali sehari dengan porsi yang

sedang.

Muskuloskeletal

Tonus otot baik, ada kontraktur pada tangan, nyeri pada kedua kaki saat

banyak beraktivitas, rentang gerak atas Ny. S terbatas , rentang gerak bawah

Ny. S terbatas karena nyeri di kaki. Ny. S dapat berjalan dengan mandiri dan

memakai alat bantu tongkat.

Neuro Sensori

a. Fungsi penglihatan.

Pandangan mulai kabur, Ny. S menggunakan alat bantu yaitu kaca mata.

b. Fungsi pendengaran

Pendengaran Ny. S masih baik atau masih bisa mendengar dengan jelas.

c. Fungsi perasa

Ny. S masih mempunyai indra perasa yang baik.


d. Fungsi perabaan.

Ny. S merasakan kesemutan pada tangan.

e. Fungsi penciuman

Ny. S masih mempunyai indra penciuman yang baik.

Tidur dan istirahat

Ny. S mengatakan ia terkadang merasa susah untuk tidur malam, Ny. sada

tidur siang kurang lebih 1 jam.

Mental

Ny. S mengatakan cemas dengan keadaannya, karena nyeri pada kaki dan

tangan yang di rasakan membuat Ny. S susah utuk banyak melakukan aktivitas

karena Ny.S hanya tinggal dengan cucu dirumah.

Komunikasi dan budaya

Ny. S interaksi dengan tetangga baik dan tidak ada hambatan dalam

komunikasi. Ny. S tidak ada lagi melakukan kegiatan sosial yang ada di

masyarakat.

Kebersihan diri

Kebersihan diri Ny. S baik, kerena Ny. S sangat memperhatikan tentang

kebersihan dirinya .Ny.S mandi 1 kali dalam sehari.

Perawatan dri sehari hari

Ny. S dapat melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa bantuan dari

orang lain.
B. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa data

No Data Masalah

1. Ds : Kesiapan meningkatkan
1. Anak Ny. S mengatakan kaki dan tangan manajemen kesehatan
Ny. S terasa nyeri pada bagian sendi saat
banyak beraktivitas.
2. Ny. S mengatakan ia ingin untuk melakukan
penanganan terhadap faktor resiko penyakit
rematik
3. Ny. S mengatakan ingin meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan perawatan
kesehatan yang ditetapkan
4. Keluarga mengatakan semua aktivitas
rumah dilakukan oleh cucu dan dibantu
anak Ny. S
5. Keluarga mengatakan kurang mengerti
tentang rematik, penyebab dan tanda dan
gejala.
6. Keluarga mengatakan ingin menangani
penyakit Ny. S
7. Keluarga mengatakan ingin melakukan
pengobatan tradisional untuk Ny. S
Do:
1. Keluarga kurang mampu melakukan
perawatan pada Ny. S
2. Keluarga kurang mengerti dengan rematik,
penyebab dan tanda dan gejala.
3. Keluarga sudah mampu menyiapkan
lingkungan yang baik seperi lantai licin,
penerangan yang kurang.
4. Keluarga antusias untuk melakukan
pengobatan tradisonal untuk Ny. S
5. Ny. S tampak antusias untuk melaksankan
pengobatan yang ditetapkan.
6. Keluarga Ny. S ingin meningkatkan
perawatan untuk Ny. S
2 Ds : Resiko jatuh
1. Ny. S mengatakan ia tinggal dengan cucu
nya di rumah sedangkan anaknya tinggal
di samping rumah Ny. S.
2. Ny. S mengatakan pernah jatuh dihalaman
rumahnya.
3. Keluarga dan Ny. S mengatakan berjalan
menggunakan tongkat
4. Keluarga mengatakan Ny. S dibantu oleh
cucu dan anaknya melakukan pekerjaan
rumah.
5. Keluarga mengatakan penurunan kekuatan
pada kaki Ny. S
Do :
1. Ny. S tinggal dengan cucu dan anaknya
tinggal di samping rumah Ny. S
2. Usia Ny. S yang sudah 70 tahun
3. Ny. S menggunakan tongkat saat berjalan
4. Pekerjaan sehari-hari Ny. S dibantu oleh
cucu dan anak Ny. S
5. Gaya berjalan Ny. S yang lambat dan
berhati-hati.

C. Skoring

Tabel 3.3 Skoring Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada


Ny. S

Kriteria Skor Bobot Hasil Pembenaran

Sifat masalah 3 1 1/3x1=1/3 Keluarga menyatakan ingin


3 : aktual melakukan penanganan
2 : resiko terhadap faktor resiko
1 : sejahtera
Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Kelurarga kurang
masalah yang memahami penyebab
dapat diubah penyakit
2 : mudah
1 : sebagian
0 : tidak dapat
Potensial masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga mengatakan
untuk dicegah penyakit rematik sudah
3 : tinggi lama, sehingga susah
2 : cukup diobati
1 : rendah
Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Keluarga mengatakan ingin
masalah menangani penyakitnya
2 : berat, segera
ditangani
1 : ada masalah,
tidak perlu
ditangani
0 : masalah tidak
perlu dirasakan
Total 4 1/3

Tabel 3.4 Skoring Resiko Jatuh Pada Ny. S

Kriteria Skor Bobot Hasil Pembenaran

Sifat masalah 2 1 2/3x1=2/3 Keluarga mengatakan Ny. S


3 : aktual menggunakan tongkat
2 : resiko
1 : sejahtera
Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Keluarga mengatakan
masalah yang terkadang cemas dengan
dapat diubah Ny. S
2 : mudah
1 : sebagian
0 : tidak dapat
Potensial masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga mengatakan akan
untuk dicegah merawat Ny. S
3 : tinggi
2 : cukup
1 : rendah
Menonjolnya 1 1 1/2x1=1/2 Keluarga mengatakan
masalah memodifikasi lingkungan.
2 : berat, segera
ditangani
1 : ada masalah,
tidak perlu
ditangani
0 : masalah tidak
perlu dirasakan
Total 2 5/6
D. Intervensi keperawatan

Tabel 3.5 Intervensi Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1 Kesiapan Meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Keluarga mampu mengenal masalah
a. (2605) pengetahuan tentang penyakit a. (5602) Pengajaran : proses penyakit
Manajemen Kesehatan Pada
b. (1700) kepercayaan mengenai kesehatan
Ny. S

2. Keluarga mampu memutuskan untuk 2. Keluarga mampu memutuskan untuk


merawat, meningkatkan kesehatan. merawat, meningkatkan kesehatan.
a. (1602) perilaku meningkatkan kesehatan. a. (7040) Dukungan membuat
pemberian perawatan
b. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan
b. (5602) pengajaran proses penyakit
perawatan kesehatan.

3. Keluarga mampu merawat anggota 3. Keluarga mampu merawat anggota


keluarga untuk meningkatkan kesehatan. keluarga untuk meningkatkan
kesehatan.
a. (1844) Penampilan keluarga dalam
memberikan perawatan langsung a. (5510) pendidikan kesehatan
b. (2605) partisipasi keluarga dalam
perawatan profisional
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan 4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan
a. (2009) Status kenyamanan lingkungan.
a. (4350) Manajemen perilaku
b. (2205) kinerja care giver secara
langsung

5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 5. Keluarga mampu memanfaatkan


kesehatan. fasilitas kesehatan.
a.(1806)Pengetahuan tentang sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan.
b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan
keluarga
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Resiko Jatuh Pada Ny. S

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

3 Resiko Jatuh Pada Ny. S 1. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Keluarga mampu mengenal masalah
a. (1803) Pengetahuan tentang penyakit a. (5510) Pendidikan Kesehatan
b. (1811) Pengetahuan tentang aktivitas
yang disarankan
b. Keluarga mampu memutuskan untuk 2. Keluarga mampu memutuskan
merawat, meningkatkan kesehatan. untuk merawat, meningkatkan
kesehatan.
a. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan
a. (5250) Dukungan membuat
perawatan kesehatan.
keputusan
b. (1632) Perilaku patuh terhadap aktivitas
yang disarankan

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga 3. Keluarga mampu merawat anggota


untuk meningkatkan kesehatan. keluarga untuk meningkatkan
kesehatan.
a. (0206) Pergerakan sendi
a. (0224) Terapi atau latihan
b. (1828) Pengetahuan pencegahan jatuh mobilitas pergerakan (sendi)

4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan 4.Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan
a. (1909) Perilaku pencegahan jatuh
a. (6490) pencegahan jatuh
b. (1934) Keamanan lingkungan perawatan
b.(6486) Manajemen lingkungan :
kesehatan
Keselamatan

5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 5.Keluarga mampu memanfaatkan


kesehatan. fasilitas kesehatan.
a.(1806)Pengetahuan tentang sumber a. (7400) Panduan pelayanan kesehatan
kesehatan.
b.(2605) Partisipsi keluarga dalam perawatan
keluarga
E. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi

Tabel 3.7 Implementasi Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Pada Ny. S


NO Hari/Tgl DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
KEPERAWATAN
1 Sabtu /10/02/2018 Kesiapan Meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal S : Keluarga mengatakan
Manajemen Kesehatan masalah sejauh ini mengerti
Pada Ny. S dengan penjelasan yang
Pengajaran proses penyakit di berikan.
a.Mengidentifikasi perubahan fisik O : Keluarga tampak paham
pada pasien dengan penjelasan yang
diberikan.
b.Menjelaskan tanda dan gejala
A : Keluarga telah mampu
penyakit rematik. untuk mengenal masalah
c. Menjelaskan proses penyakit dan memutuskan untuk
meningkatkan kesehatan
rematik.
P : 1.Membantu keluarga
2. Keluarga mampu memutuskan untuk memutuskan
untuk meningkatkan kesehatan. merawat pasien
Dukungan membuat keputusan
a.Membantu keluarga untu
mengklsifikasi nilai dan harapan
yang mungkin bisa di ubah dalam
keluarga.
b. Menjelaskan tujuan dari perawatn
yang di berikan.
c. Memberikan informasi yang
sesuai dengan yang di butuhkan
keluarga.
2 Minggu/11/02/2018 3. Keluarga merawat S : Keluarga mengatakan
anggota
keluarga. sejauh ini mengerti
dengan perawatan dari
Dukungan pemberian perawatan. penyakit rematik pada
a.Mengkaji pengetahuan tentang Ny. S
perawatan di dalam keluarga. O : Keluarga tampak paham
dengan penjelasan yang
b. Mengajarkan cara perawatan
diberikan.
mengenai rematik (Perawatan A : Keluarga telah mampu
rematik pijat punggung) untuk merawat anggota
kelaurga yang sakit.
P : Intervensi di hentikan

4. Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan.
a. Menganjurkan kelaurga untuk
menciptakan lingkungan yang
nyaman
b. Menyampaikan sumber sumber
informasi tentang penyakit dan
perawatannya.
5.Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Menginformasikan kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas
kesehatan yang dapat di
manfaatkan
Tabel 3.8 Implementasi Resiko Jatuh Pada Ny. S

NO Hari/Tgl DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


KEPERAWATAN
1 Senin/12/02/ Resiko jatuh 1. Keluarga mampu mengenal S : Keluarga mengatakan
2018 masalah. masih ingat dengan
penjelasan penyakit
Pengacaran proses penyakit. rematik.
a. Mengevaluasi pengetahuan O : Keluarga tampak bisa
tentang penuaan. mempraktekkan cara
kompres hangat
b. Menjelaskan komplikasi dari
A : Kelaurag telah mampu
penyakit. mengenal masalah,
c. Mendiskusikan perubahan memutuskan dan
merawat keluarga
gaya hidup yang mungkin
dengan cara kompres
mencegah komplikasi. hagat.
P : 1.Membantu keluarga
memodifikasi
lingkungan.

2. Keluarga mampu
memutuskan untuk
meningkatkan kesehatan.
Dukungan membuat
keputusan
a.Membantu keluarga untuk
mengklasifikasi nilai dan
harapan yang mungkin bisa di
ubah dalam keluarga.
b. Menjelaskan tujuan dari
perawatn yang di berikan.
c. Memberikan informasi yang
sesuai dengan yang di butuhkan
keluarga.
3. Keluarga merawat anggota
keluarga.
Manajemen nyeri.
a. Melakukan pengkajian nyeri.
b.Memberikan informasi
mengenai nyeri
c.Mengajarkan teknik
nonfarmakologi. (kompres
hangat, gengam jari).
2 selasa/13/02 4. Keluarga mampuS : Keluarga mengatakan Ny.
/2018 memodifikasi lingkungan. S pernah jatuh di rumah.
O : Keluarga tampak pham
a. Mengkaji riwayat jatuh
dengan penjelasan
b.Memonitor gaya berjalan. bagaimana cara
c. Mengajarkan anggota mencegah resiko jatuh.
A : Keluarga telah mampu
keluarga mengenai resiko jatuh.
memodifikasi
lingkungan dan
5. Keluarga mampu memanfatkan fasilitas
memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesehatan P : Intervensi di hentikan

Menginformasikan kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas
kesehatan yang dapat di
manfaatkan
BAB IV
TELAAH JURNAL

Pada BAB ini penulis melakukan telaah 4 jurnal “Terapi relaksasi

genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri, Terapi

kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik

di PSTW Budi Sejahtera Prov. Kalimantan Selatan, efektivitas pijat punggung

terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa

Karyawangi Kab. Bandung Barat, Faktor faktor yang berhubungan dengan

kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud,”

yang mana akan diuraikan dibawah ini :

A. Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada

lansia di Kota Kediri

Penelitian yang dilakukan oleh Desi Natalia pada tahun 2016 di RW 1 dan 2

Kelurahan Bangsal Kota Kediri tentang “Terapi relaksasi genggam jari terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia”

Dimana subjek penelitiannya adalah semua lansia yang mengalami nyeri

sendi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 orang, teknik pengambilan sampel

random sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji

statistic paired test. Dari 44 respoden sebelum diberikan perlakuan terapi relaksasi

genggam jari pada pasien rematik yang mengalami nyeri antara skala nyeri 4

sampai 8 dengan mean 5,7

Setelah diberikan perlakuan terapi relaksasi genggam jari pada pasien

rematik mengalami penurunan jari antara skala 1 sampai 6 dengan mean 3,48.

Hasil test statistik menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. 0,000 (P <
0,05), artinya “terapi relaksasi genggam jari sangat efektif dalam menurunkan

tingkat nyeri pasien rematik di 2016 di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota

Kediri”. Pasien rematik sebelum diberikan terapi genggam jari semuanya

mengalami nyeri, sedangkan setelah diberikan terapi genggam jari sebagian besar

tidak mengalami nyeri, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terapi genngam

jari berpengaruh terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di RW 1 dan 2

Kelurahan Bangsal Kota Kediri tahun 2016.

B. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia

dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel

Penelitian yang dilakukan oleh Noorhidayah, dkk pada tahun 2012 tentang

“Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri

rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel”. Dimana sample adalah pasien

rematik sebanyak 26 responden, teknik pengambilan sampel total sampling.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon Sign Rank

Test. Dari 26 respoden sebelum diberikan perlakuan kompres panas pada pasien

rematik dapat dilihat bahwa sebagian besar (57,69 %) lansia mengalami nyeri

sedang, sedangkan sesudah diberikan perlakuan sebagian besar (57,69 %) lansia

mengalami nyeri ringan. Selain itu, sebelum perlakuan terdapat (34,61 %) lansia

dengan nyeri berat terkontrol, namun sesudah diberikan perlakuan, tidak ada lagi

lansia dengan nyeri berat.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebelum

diberikan terapi kompres panas, pasien lansia dengan nyeri rematik PSTW Budi

Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami nyeri ringan sebanyak

7,70 %, nyeri sedang sebanyak 57, 69 %, dan nyeri berat terkontrol sebanyak 34,
61 %. Sesudah diberikan terapi kompres kompres panas pada lansia dengan

rematik yang mengalami nyeri ringan sebanyak 57,69 % dan nyeri sedang

sebanyak 42,31 %.

C. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang

pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat

Penelitian yang dilakukan oleh Pera Sihaan, dkk pada tahun tentang

efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita

lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat. Sampel penelitian ini

sebanyak 17 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen dengan one group pretest-posttest design.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan melakukan pijat punggung

selama dua hari dapat memberikan perbedaan yang signifikan terhadap penurunan

skala nyeri rematik. Hal ini dapat disebabkan pijat punggung dapat memberikan

pereda nyeri sementara yang efektif, dimana dapat menghasilkan pelepasan

endorphin yang menghambat transmisi nyeri serta menstimulasi serabut saraf

sensorik delta-A dan serabut delta-C yang kemudian melepaskan substansi P pada

saraf aferen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian intervensi dengan

pemberian pijat punggung selama dua hari selama 30 menit dapat menurunkan

gejala rematik sedang.

D. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik

di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud.

Penelitian yang dilakukan oleh Fera bawardi, Julia rottie, Reginus malara pada

tahun 2016 di puskesmas Beo Kabupaten Talaud, Faktor faktor yang

berhubungan dengan kekambuhan penyakit rematik.


Dimana sunjek penelitiannya adalah Populasi dalam penelitian ini, yaitu 32

responden yang terdiagnosis rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten

Talaud. Sampel yang pada penelitian ini diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu,

bulan september 2016 dengan jumlah sampel yang akan digunakan yaitu

sebanyak 32 responden pasien rematik. Penelitian ini menggunakan metode

survei analitik, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana semua

data yang menyangkut variabel penelitian dikumpul satu kali pada waktu

yang bersamaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan uji

statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05) menunjukan

nilai p-Value 0,002, didapatkan hasil nilai p-Value lebih kecil dari ߙ=0,05

yang bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.

Tetapi dalam penelitian ini juga terdapat pengetahuan yang tidak baik tapi tidak

sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 3 responden

(12,5%), begitupun sebaliknya ada responden yang tingkat pengetahuannya baik

tetapi tetap sering mengalami kekambuhan penyakit rematik yaitu sebanyak 21

responden (87,5%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%

(ߙ=0,05) menunjukan nilai p-Value 0,04, didapatkan hasil nilai p- Value lebih

kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat

hubungan pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan rematik di Wilayah

Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Pekerjaan/aktivitas merupakan salah satu

faktor munculnya penyakit rematik . berbagai aktivitas dengan beban


pekerja dan daya tekanannya yang dapat memperberat sendi dan pekerjaan

yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering yang

menjadi keluhan-keluhan yang dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit

rematik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%

(ߙ=0,05) menunjukan nilai p-Value 0,017, didapatkan hasil nilai p-Value

lebih kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat

hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo

Kabupaten Talaud. Dalam penelitian ini terdapat responden yang memiliki pola

makan yang tidak tetapi tidak sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 3

responden (33,3%), begitupun sebaliknya ada juga responden yang memiliki

polah makan baik tetapi sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 23

responden sebanyak (79,3%). Adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu

yang dapat memicu terjadinya kekambuhan rematik, karena makanan merupakan

faktor penting dalam memicu kekambuhan penyakit rematik seperti,

menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu

lainnya.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengakjian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry,

2005).

Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga cukup kooperatif dalam

memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.

Pengkajian dilakukan selama 2 hari pada tanggal 8-9 Februari 2018. Pengkajian

diawali dengan pengkajian keluarga secara keseluruhan dan selanjutnya

pengkajian dikhususkan pada Ny. S dengan rematik.

Dari hasil pengkajian terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala di

teori dengan tanda dan gejala pasien yang menderita rematik. Hal ini sesuai

dengan pengkajian penulis kepada pasien dimana pasien mengalami nyeri pada

kaki dan tangan serta mengalami kesemutan pada pagi hari.

Tidak ditemukan perbedaan yang spesifik antara teoritis dengan tinjauan

kasus yang didapatkan. Secara teoritis pasien dengan rematik mengalami nyeri

pada perut kaki dan tangan serta merasa kesemutan. Hal ini dirasakan saat pagi

hari dan akan beraktivitas.

Saat dilakukan pengkajian didapatkan data Ny. S sedang mengalami sakit

pada kaki dan tangan. Ny. S dulu memiliki kebiasaan bekerja berat, olahraga tidak

teratur, pola makan yang tidak teratur. Ny. S pernah dirawat di rumah sakit 1

tahun yang lalu karena hipertensi dan lemah pada kedua kaki. Ny. S tampak

meringis, Ny. S menggunakan tongkat, Ny. S jarang memeriksakan dirinya


kepelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian Bawarodi dkk yang berjudul

faktor-faktor yang berhubungan dengan rematik diwilayah puskesmas beo

kabupaten talaud tahun 2016 menyatakan bahwa kekambuhan penyakit reatik

disebabkan oleh tingkat pengetahuan, pola makan yang tidak sehat, pekerjaan atau

aktivitas yang terlalu berat.

Berdasarkan penelitian Idris & Astarani 2016 yang berjudul Terapi relaksasi

genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri

menjelaskan bahwa nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang

mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama. Penyakit

pada sendi yang sering menyebabkan gejala nyeri adalah akibat degenerasi atau

kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia,

terutama yang gemuk. Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan jaringan

ikat sekitar sendi, ligament dan kartilago mengalami penurunan elastisitas karena

terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi sehingga kehilangan fleksibilitasnya. Bila

pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi

rasa nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi pengalaman yang kurang

menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat (Idris dan astarani,

2016).

Pada lansia sistem muskuloskeletal akan mengalami beberapa perubahan

seperti perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), berkurangnya

kemampuan kartilago untuk beregenerasi, kepadatan tulang berkurang, perubahan

struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang menyebabkan

sebagian besar dari lansia mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, yang

menyebabkan nyeri sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu
bagian persendian, nyeri sendi akan mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri

sendi biasanya akan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul

pembengkakan, peradangan, kekakuan, dan pembatasan gerakan. Penyakit-

penyakit gangguan sistem muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri sendi antara

lain: Osteoatritis, Arthritis Gout, Arthritis Rheumatoid, Arthritis Infeksi (Anies,

2006).

Ny. S mengatakan nyeri yang dirasakan sering muncul tapi Ny. S tidak

mengetahui cara penanganan nyeri yang baik. Sehingga hal ini mengganggu

aktivitas sehari hari Ny. S dalam jurnal Efektifitas pijat punggung terhadap

intesitas nyeri remati sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi

kabupaten Bandung Barat menjelaskan Pijat punggung memberikan efek

penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya

akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi

P pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai

mekanisme pertahanan, serta pada pusat korteks saraf desenden melepaskan

opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga

mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh

secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada

satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing

bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal (Sihaan, dkk, 2016).

Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang

mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis,

merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir),


pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial

(menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha, 2012).

Selain tindakan pemberian therapi medis sangat dimungkinkan untuk

menimbulkn efek samping. Penatalaksanaan nonfarmakologis saat ini karena

tidak menimbulkan efek samping, dan dapat memandirikan penderita rematik

untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan

berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan

dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien di

masa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga

tau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan

analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan

tindakan dimana perawat bertanggung jaawab melaksanakannya. Diagnosis

keperawatna keluarga dianalisis dari pengkajian terhadap adanya masalah dalam

tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga dan koping keluarga, baik

yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dinama perawat memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan

bersama- sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya

kelurga (IPKKI, 2017).

Dari hasil pengkajian yang telah peneliti kumpulkan, mulai pengkajian

awal, pengelompokkan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan


diagnosa. Penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan keluarga dalam buku

NANDA yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah yaitu :

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S

Penulis mengangkat diagnose tersebut brdasarkan analisa yang

ditemukan saat pengkajian pada Ny. S dan berdasarkan batasan

karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu keluarga antusias dalam

melakukan pengbatan, mengekspresikan keinginan untuk menangani

penyakit.

2. Resiko jatuh pada Ny. S

Penulis mengangkat diagnose tersebut brdasarkan analisa yang

ditemukan saat pengkajian pada Ny. S dan berdasarkan batasan

karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu usia pasien sudah 70

tahun, ada riawat jatuh, penurunan kekuatan ekstremitas atas, pasien

menggunakan tongkat.

Dengan diangkatnya diagnosa keperawatan diatas, diharapkan semua

masalah keperawatan keluarga dapat teratasi. Penulis juga merencanakan

pemberian penyuluhan dan modifikasi lingkungan yang akan meningkatkan

pengetahuan pasien.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana

tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan

sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan (Potter dan

Perry, 2005).
Selama perencanaan dibuat proiritas pemecahan masalah terhadap intervensi

kepada keluarga Ny. S, penulis juga melibatkan bidan desa. Hasil yang

diharapkan dirimusakan berdasarkan, NOC, dan NIC dengan sasaran spesifik

masing-masing diagnosa dan perencanaan tujuan, dengan membuat implementasi

berdasarkan intervensi. Diagnosa pertama yang penulis angkat yaitu Kesiapan

meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S. Dalam pemecahan

masalah ini, penulis berfokus pada diagnosa ini karena keluarga antusias dalam

melakukan pengobatan untuk Ny. S. penulis melakukan intervensi modifikasi dari

jurnal terapi Sihaan yang berjudul efektivitas pijat punggung terhadap intensitas

nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi kabupaten

Bandung Barat menjelaskan Pijat punggung memberikan efek penurunan

kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya akan

merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi P

pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai

mekanisme pertahanan, serta pada pusat korteks saraf desenden melepaskan

opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga

mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh

secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada

satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing

bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal.

Diagnosa kedua yaitu resiko jatuh pada Ny. S. diagnosa ini diangkat karena

keadaan Ny. S yang menggunakan tongkat, Ny. S pernah jatuh dan usia Ny. S

sudah 70 tahun. Intervensi yang di jalankan pada diagnosa ini adalah melibatkan

keluarga dalam perawtan Ny. S, yang di modifikasi dari jurnal yang berjudul
Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri

rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. Kalimantan Selatan menjelasakan bahwa

tindakan kompres panas dilakukan untuk melancarkan sirkulasi darah,

menghilangkan rasa nyeri, memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien.

Pemberian kompres panas merupakan tindakan untuk memberikan rasa hangat

pda klien. Menurut brunner dan suddarth 2001, kompres panas digunakan untuk

mengurangi nyeri, serta pemberian kompres panas juga berperan untuk pelunakan

jaringan fibrsa, membuat otot lebih rileks, dan mempelancar pasokan aliran darah

dengan meningkatkan vasodilatasi. Pemberian kompres panas pada lansia dengan

penyakit rematik dapat memperbaiki peredaran darah dengan proses vasodilatasi

pembuluh darah, sehingga menambah asupan oksigen dan nutrisi yang menuju ke

jaringan tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan adalah mengurangi inflamasi,

menurunkan kekakuan dan nyeri otot, serta mempercepat penyembuhan jaringan

lunak (14), sehingga pemberian kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri

rematik akan terjadi penurunan tingkat nyeri.

Penurunan tingkat nyeri yang terjadi setelah diberikan terapi kompres panas

sesuai dengan mekanisme Gate Control Theory oleh Melzack dan Wall (1965),

yang menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka

dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut

terjadi saat dilakukan kompres panas yang dapat menghambat impuls nyeri yang

akan disampaikan ke otak untuk dipersepsikan.

Intervensi yang dilakukan selanjutnya adalah terspi genggang jari terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia berdasarkan jurnal Idris dan Astarani tahun

2016 menjelasakan bahwa Teknik relaksasi genggam jari merupakancara yang


mudah untuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di

sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang

terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Titik-titik refleksi pada tangan

memberikan rangsangan

secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan

mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang

tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada

organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energy

menjadi lancar. Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa

untuk mencapai relaksasi. Dalam keadaan relaksasi secara alamiah akan memicu

pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan analgesic alami dari tubuh

sehingga nyeri akan berkurang.

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa aktivitas

yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi disetiap tindakan

dan kegiatan yang dilakukan, konseling, serta tindakan penyelamatan jiwa seperti

keadaan psikososial dan spiritual.

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik, dimana penulis

menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman saat dilakukan


tindakan. Asuhan keperawatan berupa tindakan dilakukan pada pasien dengan

diagnosa sebagai berikut :

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan teknik pijat

punggung pada Ny. S berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri pada

kaki dan tangan Ny.S.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Sihaan dkk,

bahwa pengaruh pijat punggung pada penderita rematik efektif untuk

mengurangi nyeri pada daerah yang sakit. Penelitian lain nya juga menyatakan

bahwa pijat pungging juga dapat mengurangi nyeri pada penderita rematik dan

dapat merelaksasikan otot-otot.

2. Resiko jatuh pada Ny. S

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan

pendidikan kesehatan tentang penuaan, pemberian perawatan teknik genggam

jari dan kompres hangat pada Ny. S agar tidak terjadi kekakuan pada sendi,

serta memodifikasi lingkungan senyaman mungkin untuk Ny.S. Intervensi

berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri dan kekakuan otot pada Ny.S.

Implementasi keperawatan mendukung anggota keluarga untuk menghadiri

dan berpartisipasi didalam tahap pengobatan. Implementasi dilakukan untuk

mengidentifikasi keluarga mengenal masalah kesehatan, bagaimana keluarga

mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, mengali kemampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada.


Perawat bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan

aktivitas sehari hariyang mengatur pengobatan yang sesuai dengan gaya hidup.

Implementasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan penjelasan tentang

cara perawatan pada anggota keluarga yang mengalami sakit rematik. Perawat

juga mengajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan

hubungan antara proses penyakit dengan pengobatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi

dengan kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan

(Supatjitno,2003). Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry,

2005).

Dalam menjalankan asuhan keperawatan semua diagnosa keperawatan

berjalan dengan baik dan madalah keperawatan teratasi.

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan keluarga pada Ny S

Pada saat pengkajian didapatkan keluarga Ny. S ingin untuk melakukan

penanganan terhadap faktor resiko, melakukan regiment yang diprogramkan

Masalah ini teratasi, dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu

mengenal masalah yaitu tentang proses penyakit. Pada TUK II kemampuan

keluarga untuk memutuskan tindakan untuk merawat Ny. S. Pada TUK III

keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk meningkatkan status kesehatan.

Pada TUK IV dan V keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan mau


memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan berobat ke puskesmas dan keluarga

mengatakan akan membawa Ny. S ke pelayanan kesehatan.

2. Resiko jatuh pada Ny. S

Dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu

tentang melibatkan keluarg dalm proses pengobatan aplikasi dari jurnal yaitu

kompres panas. Pada TUK II kemampuan keluarga untuk memutuskan tindakan

untuk merawat Ny. Pada TUK III keluarga mampu mempraktekkan untuk

merawat anggota keluarga untuk meningkatkan status kesehatan dalam perawatan

kesehatan. Pada TUK IV dan V keluarga mampu memodifikasi lingkungan

dengan memberikan materi pencegahan resiko jatuh pada lansia dan mau

memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan berobat ke puskesmas dan keluarga

mengatakan akan membawa Ny. S ke pelayanan kesehatan.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada khususnya Ny. S

pada tanggal 8 s/d 14 Februari 2018, dapat disimpulkan :

1. Mengetahui konsep teoritis keluarga, lansia, rematik dan asuhan

keperawatan keluarga dengan rematik.

Keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian layanan

kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan difokuskan

kepada keluarga, efektifitas perawatan terbukti meningkat (Gillis &

Davis,1993). Terdapat keterkaitan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan

anggotanya sehingga peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek pelayanan

kesehatan individu anggota keluarganya.

Tahap terakhir dalam siklus keluarga menurut Friedman (2010) adalah

keluarga dengan usia lanjut, mulai dari salah satu pasangan memasuki masa

pensiun, mempertahankan kontak dengan anak, cuc dan masyarakat. Lansia

merupakan individu yang berusia lebih dari 60 tahun yang mengalami berbagai

penurunan fungsi tubuh.

Rematoid artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini

juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Pasien dengan rematik

mengalami keluhan seperti nyeri pada sendi, kaku pada sendi, rasa lelah dan lesu

serta susah tidur dan susah beraktivitas. Gejala utama dari osteoarthritis adalah

adanya nyeri pada sendi yang terkena rematik terutama pada waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian

timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat, terdapat hambatan pergerakan

pada sendi, krepitasi, pembesaransendi dan perubahan gaya jalan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga. Tahap

proses keperawatan keluarga meliputi beberapa tahap yaitu pengkajian, rumusan

masalah, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Tujuan

asuhan keperawatan keluarga mengacu kepada 5 tugas kesehatan keluarga yaitu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, meningkatkan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungannya.

2. Mengetahui asuhan keperawatan kien dan keluarga dengan rematik

Dari hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga Ny. S

didapatkan 2 diagnosa keperawatan yaitu : kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan pada Ny. S, resiko jatuh pada Ny. S.

Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul, disusun rencana asuhan

keperawatan berdasarkan NANDA, NIC dan Noc disesuaikan dengan 5 tugas

kesehatan keluarga sebagai tujuan dengan mencantumkan kode NANDA, NIC

dan NOC disetiap intervensi. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi

klien dan keluarga. Implementasi melibatkan klien beserta keluarganya.


Sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang telah ditemukan pada

keluarga Tn.D maka diadapatkan 3 diagnosa yaitu:

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S

2. Resiko jatuh pada Ny. S

Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5 (lima) hari pada Ny.

S mengalami perbaikan dengan kompres hangat, pijat punggung, dan teknik

genggam jari untuk mengurangi nyeri, namun belum mencobakan obat tradisional

yang telah diajarkan.

3. Analisa kesenjangan jurnal dan hasil asuhan keperawatan

terkit dengan penyakit rematik

Jurnal yang diimplementasikan dari tanggal 10 Juli s/d 14 Februari 2018

kepada Ny. S untuk diagnosa ada 3 implementasi jurnal, kesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan pada Ny. S yaitu pijat punggung untuk mengurangi nyeri,

sedangkan diagnose resiko jatuh pada Ny. S yaitu dengan dengan kompres hangat

dan teknik genggam jari.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari pada Ny. S, pada hari

empat dan ketiga sampai kelima, Ny. R memperlihatkan adanya pengurangan rasa

nyeri dengan kompres hangat, pijat punggung dan teknik genngam jari untuk

mengurangikaku sendi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Stikes Fort De Kock Bukittinggi

Sebagai bahan masukan kepada STIKes Fort De Kock yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam memberikan konsep

asuhan keperawatan keluarga tentang rematik secara teori dan praktek serta
dengan adanya siklus elektif pihak kampus dapat membuat program pembelajaran

yang terfokus terkait peminatan.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan acuan kepada tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan rematik yang agar lebih profesional serta dapat

melakukan pembaharuan terhadap tindakan keperawatan sesuai dengan jurnal

keperawatan.

3. Bagi Mahasiswa

Bisa mengaplikasikan ilmu dilapangan sesuai dengan keadaan nyata sehingga

mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit tidak Menular Solusi Pencegahan dari
Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta : PT Alex Media Komputindo
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3.Jakarta : EGC.

Bawarodi, dkk. 2016. Faktor faktor yang berhubungan dengan kekambuhan


penyakit rematik di wilayah puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Bayu, Dimas. 2015.Proposal Askep Gerontik Resiko Jatuh (Anisa).
Fajriah.2009.Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Penyakit Rematoid
arthritis.

Friedman, M. M. 2010. Keperawatan Keluarga teori dan praktik. Jakarta : EGC


Harlinawati, Yuni. 2006.Terapi Jus untuk Rematik dan Asam Urat.Depok : Puspa
Swara.

Idris & astarani. 2016. Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia di Kota Kediri
Noohidayah.2016. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien
lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel
Nanda Internsional. 2015.Diagnosa keperawatan: Defenisi dan klasifikasi 2015-
2017 (10th ed), jakarta: EGC
Nugroho, W. H. 2008. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik & Geriatrik.
Jakarta : EGC.
Nadliroh, Uyun. 2014. Gambaran penyakit rematik pada lansia.

Padila. 2013. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika


Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperwatan : Konsep, proses dan
praktik, volume 1. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit”, Edisi 6 Vol I. Jakarta: EGC

Ridwan & rumijati. 2016. Faktor-faktor berhubungan dengan kejadian rematik


pada lansia di puskesmas cicelengka kabupaten bandung
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Siahaan, dkk. 2016. Efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik
sedang pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat
Sudoyo, A. W. 2006. Buku Ajar Penyakit dalam Jilid II . Jakarta : EGC
Smelzer, S.C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 8. Jakarta
: EGC
Utomo, Proyogo. 2005.Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan
Modern.Cetakan ke-2.Jakarta : Rineka Cipta.
PRE PLANNING I

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Kamis, 8 februari 2018

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan

bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan

keluarga. Sangat perlu dipahmi masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat

diidentifikasi. Melalui proses pengkajian yang sistematis terhadap keluarga

sehingga didaptkan masalah keperawatan dan dapat diatasi melalui tindakan

keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga.

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan klien dan merupakan tahap pertama dari proses keperawatan

yang merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja

yang ditentukan. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,

pengalaman, observasi, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian ini

meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain : data umum, riwayat

kesehatan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping

keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga.

Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup yang ditandai dengan

banyaknya lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2013 sebanyak 9,99 % dari

22.277.700 jiwa penduduk Indonesia dan diperkirakannya umur harapan hidup


tersebut akan meningkat pada tahun 2020 bagi kelompok umur 65 – 70 tahun

menjadi 11,09 % dari 29.120.000 jiwa penduduk Indonesia.

Sesuai dengan program pemerintah yang menetapkan umur harapan hidup

yaitu 65 tahun diharapkan lansia dapat tetap mempertahankan kesehatannya agar

tetap produktif dalam kehidupannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pertemuan pertama selama 1x30 menit diharapkan keluarga

mampu membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa serta dapat

memberi informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

2. Tujuan Khusus

Setelah 1x30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu :

a. Memberikan informasi tentang data umum keluarga

b. Memberikan informasi tentang riwayat dan tahapan perkembangan keluarga

c. Memberikan informasi tentang data lingkungan

d. Memberikan informasi tentang struktur keluarga

e. Memberikan informasi tentang fungsi keluarga

C. Rencana Kegiatan

1. Topik : interaksi dan pengkajian

2. Metode : wawancara, observasi

3. Media dan alat : format pengkajian dan alat tulis

4. Waktu dan tempat : pukul 13.00 di ruang tamu keluarga Ny. S


5. Setting tempat :

Keterangan : perawat

Ny. S

Anak Ny. S

D. Sasaran dan target

1. Sasaran : keluarga Tn. N

2. Target : Ny. S

E. Strategi pelaksanaan

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi a. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi a. Menanyakan data umum setiap Memberikan jawaban
menit anggota keluarga
b. Menanyakan riwayat dan tahap Memberikan jawaban
perkembangan keluarga
c. Menanyakan dan mengamati data Memberikan jawaban
lingkungan sekitar rumah
d. Menanyakan tentang data dan Memberikan jawaban
struktur keluarga
e. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup a. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
b. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui

c. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam


mengucapkan salam
F. Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan laporan pre-planning

b. Keluarga Ny.S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

c. Menyiapkan istrumen alat tulis

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

d. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik

3. Evaluasi hasil

a. Keluarga mampu membina hubungan saling percaya

b. Keluarga mampu memberikan informasi yang benar secara terbuka

c. Keluarga mampu memberikan informasi tentang data umum keluarga

d. Keluarga mampu memberikan informasi tentang keadaan lingkungan

e. Keluarga mampu memberikan informasi tentang riwayat dan tahap

perkembangan keluarga

f. Keluarga mampu memberikan informasi tentang struktur keluarga

g. Keluarga mampu memberikan informasi tentang fungsi keluarga


PRE PLANNING II

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Februari 2018

A. Latar Belakang

Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang

merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja yang

ditemukan pada keluarga. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui

wawancara, pengamatan, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian ini

meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain data umum, riwayat dan

tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,

stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.

Untuk mengetahui masalah keperawatan yang ada pada keluarga Tn. N maka

diperlukan pengkajian lebih lanjut sebagai pedoman tindakan yang akan dilakukan

pada keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian yang pertama, keluarga Tn. N

merupakan keluarga dengan usia lanjut, sehingga perlu dikaji lebih dalam

mengenai fungsi stress, koping, aktivitas, status kesehatan pada anggota keluarga

serta harapan keluarga.


B. Tujuan

3. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pertemuan pertama selama 1x30 menit diharapkan

keluarga mampu membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa serta

dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

4. Tujuan Khusus

Setelah 1x30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu :

f. Memberikan informasi tentang fungsi stress keluarga Tn. N

g. Memberikan informasi tentang koping yang digunakan keluarga Tn. N

h. Memberikan informasi tentang status kesehatan anggota keluarga Tn. N

i. Memberikan informasi tentang aktivitas dan rekreasi keluarga Tn. N

C. Rencana Kegiatan

6. Topik : interaksi dan pengkajian

7. Metode : wawancara, observasi

8. Media dan alat : format pengkajian dan alat tulis

9. Waktu dan tempat : pukul 14.00 di ruang tamu keluarga Tn. N

10. Setting tempat :

Keterangan : perawat

Ny. S

Anak Ny. S
D. Sasaran dan target

3. Sasaran : keluarga Tn. A

4. Target : Ny. S

E. Strategi pelaksanaan

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi e. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit f. Memperkenalkan diri Memperhatikan
g. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
h. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi f. Menanyakan kendala atau masalah Memberikan jawaban
menit yangs sedang dihadapi oleh
keluarga Memberikan jawaban
g. Menanyakan pengendalian diri
dalam memecahkan masalah Memberikan jawaban
tersebut
h. Menanyakan status kesehatan Memberikan jawaban
keluarga
i. Menanyakan aktivitas dan rekreasi Memberikan jawaban
yang dilakukan keluarga
j. Menanyakan harapan yang ingin Memberikan jawaban
dicapai oleh keluarga
k. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup d. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Tn A untuk bertanya
e. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
f. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

F. Evaluasi

4. Evaluasi struktur

d. Menyiapkan laporan pre-planning

e. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

f. Menyiapkan istrumen alat tulis


5. Evaluasi proses

e. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

f. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

g. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

h. Wawancara berjalan dengan lancar

i. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan baik

6. Evaluasi hasil

Didapatkan data pada keluarga Tn. N dengan anggota keluarga tentang data

fungsi stress, koping, status kesehatan pada anggota keluarga, aktivitas yang

dilakukan.
PRE PLANNING III

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 februari 2018

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan

bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan

keluarga. Sangat perlu dipahami masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat

diidentifikasi. Melalui proses pengkajian yang sistematis terhadap keluarga

sehingga didaptkan masalah keperawatan dan dapat diatasi melalui tindakan

keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga.

Pelayanan kesehatan lanjut usia berbasis masyarakat yaitu pelayanan dari

masyarakat untuk masyarakat, sehingga masyarakat sendiri diikutsertakan dalam

pelayanan kesehatan lanjut usia, tentu saja setelah diberintambahan pengetahuan

secukupnya. Dimana peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yng berfokus

pda tindakan yang dapt meningkatkan kesehatn pada semua anggota keluarga.

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehtan terdepan dalam meiningkatkan

derajat jesehatn dikomonitas,salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana,

fungsi perawatn keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua

itu perawat keluarga harus membrikan penegtahuan kepada keluarga tentang

msalah kesehatan yang terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pengkajian pada Keluarga Ny. S,

didapatkan Ny. S menderita rematik.Dan berdasarkan kontrak waktu yang di


sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan

pertemuan ketiga yaitu penyuluahn rematik (defenisi rematik dan penyebab

rematik)

B. Diagnosa Keperawatan.

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Menjelaskan tentang rematik yaitu pengertian rematik, tanda dan gejala

rematik, penyebab rematik

b. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet dan lembar balik

d. Hari/ tanggal

Sabtu/ 10 februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S


D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi i. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit j. Memperkenalkan diri Memperhatikan
k. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
l. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati

2. 20 interaksi l. Menjelaskan pengertian rematik Mendengarkan


menit m. Menjelaskan tanda dan gejala Mendengarkan
rematik.
n. Menanyakan respon pasien Memberikan jawaban
o. Menjelaskan penyebab rematik
p. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
Mendengarkan
4. 5 Penutup g. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
h. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
i. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria evaluasi.

7. Evaluasi struktur

g. Menyiapkan laporan pre-planning

h. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

i. Menyiapkan istrumen alat tulis

8. Evaluasi proses

j. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

k. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

l. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

m. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.


9. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


PRE PLANNING IV

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Minggu 11 Februari 2018

A. Latar Belakang

Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan

yang dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga. Keluarga

merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat

kesehatan komonitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi

perawat keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu

perawat keluarga harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang maslah

kesehatan yang terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan penyuluahn rematik (defenisi

rematik, tanda gejala dan penyebab rematik) pada Keluarga Ny. S Dan

berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan

anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan ketiga yaitu tentang perawatan

rematik.

B. Diagnosa Keperawatan.

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Menjelaskan tentang rematik yaitu perawatan rematik.


b. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet dan lembar balik

d. Hari/ tanggal

Minggu/ 11 februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S

D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi m. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit n. Memperkenalkan diri Memperhatikan
o. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
p. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi q. Mengevaluasi pengertian rematik Menjawab
menit r. Menjelaskan perawatn rematik Mendengarkan
s. Menanyakan respon pasien
t. Memberikan reinforcement positif Memberikan jawaban
terhadap partisipasi keluarga
Mendengarkan

4. 5 Penutup j. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya


menit Ny. S untuk bertanya
k. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
l. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
E. Kriteria evaluasi.

10. Evaluasi struktur

j. Menyiapkan laporan pre-planning

k. Keluarga Tn. S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

l. Menyiapkan istrumen alat tulis

11. Evaluasi proses

n. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

o. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

p. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

q. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.

12. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


PRE PLANNING V

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Senin, 12 Februari 2018

A. Latar Belakang

Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering

dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada

umumnya masyarakat belum mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab

serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan

pendidikan kesehatan pada masyarakat.

Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan

yang dapat meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga. Keluarga

merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan dalam meningkatkan derajat

kesehatan komunitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi

perawat keluarga dan peningkatan kesehatan. Untuk memperoleh semua itu

perawat keluarga harus memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang maslah

kesehatan yang terjadi pada keluarga.

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan cara perawatan rematik pada

Keluarga Ny. S. Dan berdasarkan kontrak waktu yang di sepakati sebelumnya

dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu

pinjat punggung pada Ny. S


B. Diagnosa Keperawatan.

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada Ny. S

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Menganjarkan cara pijat punggung

b. Metode

Praktek dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet

d. Hari/ tanggal

Senin/ 12 februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S

D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi q. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit r. Memperkenalkan diri Memperhatikan
s. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
t. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi u. Mengevaluasi materi yang di Menjawab
menit berikan sebelumnya Mendengarkan
v. Menjelaskan perawatn rematik dan
mempraktekkannya Memberikan jawaban
w. Menanyakan respon pasien
x. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup m. Memberikan kesempatan Bertanya
menit keluarga Ny.F untuk bertanya
n. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
o. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria evaluasi.

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan laporan pre-planning

b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

c. Menyiapkan istrumen alat tulis

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.

3. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


PRE PLANNING VI

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Selasa , 13 Februari 2018

A. Latar Belakang

Penetapan usia 65 tahun keatas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai

pada abad ke-19 di negara jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk

kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada

pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak

keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara

yang berbeda beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupmya. Setiap lansia

adalah unik, oleh kerena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda

antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter dan Perry, 2009).

Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan

kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga

lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental,

mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu

adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari –

hari (Fridman, 2010).

Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan cara perawatan rematik dengan

kompres jahe pada Keluarga Ny. S. Dan berdasarkan kontrak waktu yang di

sepakati sebelumnya dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan

pertemuan selajutnya yaitu pencegahan resiko jatuh/ memodifikasi lingkungan.


B. Diagnosa Keperawatan.

1. Resiko jatuh Ny. S

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Memodifikasi lingkungan dan pencegahan resiko jatuh pada pasien.

b. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet dan lembar balik

d. Hari/ tanggal

Selasa / 13 Februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S

D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi u. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit v. Memperkenalkan diri Memperhatikan
w. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
x. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 Interaksi y. Mengevaluasi materi yang di Menjawab
menit berikan sebelumnya Mendengarkan
z. Menjelaskan cara memodifikasi
lingkungan Memberikan jawaban
aa. Menanyakan respon pasien
bb. Memberikan reinforcement Mendengarkan
positif terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup p. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
q. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
r. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria evaluasi.

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan laporan pre-planning

b. Keluarga Tn. S menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

c. Menyiapkan instrumen alat tulis

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.

3. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


PRE PLANNING VII

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Rabu , 14 Februari 2018

A. Latar Belakang

Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan, dibutuhkan

peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan

sampai penanggulangan sebagai fokus keperawatan berupa promotif dan

preventif.

Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu

sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula

oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam

rangka pencapaian derajat kesehatan yang optimal.

Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan

kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga

lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental,

mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu

adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari –

hari (Fridman, 2010).

Pada pertemuan sebelumnya telah mendiskusikan cara memodifikasi

lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di

sepakati sebelumnya dengan Ny.S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan

pertemuan selajutnya yaitu teknik genggam jari pada Ny. S


B. Diagnosa Keperawatan.

1. Resiko jatuh

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Mengajarkan cara teknik genggam jari

b. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet dan lembar balik

d. Hari/ tanggal

Rabu / 14 Februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S

D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi y. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit z. Memperkenalkan diri Memperhatikan
å. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
ä. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi cc. Mengevaluasi materi yang di Menjawab
menit berikan sebelumnya Mendengarkan
dd. Menjelaskan cara perawatan
ROM Memberikan jawaban
ee. Menanyakan respon pasien
ff. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup s. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
t. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
u. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria evaluasi.

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan laporan pre-planning

b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

c. Menyiapkan istrumen alat tulis

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.

3. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


PRE PLANNING VIII

Nama Mahasiswa : Witari Rahmadani

NIM : 1614901190

Hari/Tanggal : Rabu , 14 Februari 2018

B. Latar Belakang

Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan, dibutuhkan

peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan

sampai penanggulangan sebagai fokus keperawatan berupa promotif dan

preventif.

Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu

sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula

oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam

rangka pencapaian derajat kesehatan yang optimal.

Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia dalam mempertahankan

kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga

lansia dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatan status mental,

mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi. Untuk itu

adanyha dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari –

hari (Fridman, 2010).

Pada pertemuan sebelumnya telah mendiskusikan cara memodifikasi

lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di

sepakati sebelumnya dengan Ny.S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan

pertemuan selajutnya yaitu kompres panas pada Ny. S


B. Diagnosa Keperawatan.

1. Resiko jatuh

C. Implementasi tindakan keperawatan

a. Topik

Mengajarkan cara kompres panas

b. Metode

Ceramah dan tanya jawab.

c. Media

Leaflet dan lembar balik

d. Hari/ tanggal

Rabu / 14 Februari 2018

e. Tempat

Di rumah Ny. S

F. Sasaran

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga dan Ny. S

D. Strategi pelaksanaan.

No Waktu Pokok Kegiatan


Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi cc. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit dd. Memperkenalkan diri Memperhatikan
bb. Menjelaskan maksud dan Mendengarkan dan
tujuan memperhatikan
Menyepakati
cc. Kontrak bahasa dan waktu
2. 20 interaksi gg. Mengevaluasi materi yang di Menjawab
menit berikan sebelumnya Mendengarkan
hh. Menjelaskan cara perawatan
ROM Memberikan jawaban
ii. Menanyakan respon pasien
jj. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
terhadap partisipasi keluarga
4. 5 Penutup v. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
w. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
x. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

E. Kriteria evaluasi.

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan laporan pre-planning

b. Keluarga Tn. N menerima mahasiswa dengan waktu dan menyepakati

kontrak waktu yang ditentukan

c. Menyiapkan istrumen alat tulis

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai rencana

b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar

c. Keluarga bersifat kooperatif selama kegiatan atau proses wawancara dan

aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

d. Penyuluhan mahasiswa berjalan lancar.

3. Evaluasi hasil

Keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa.


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Tentang

Rematik Pada Keluarga Ny. S di Jorong Batang Palupuh


Kecematan Palupuh

Witari Rahmadani S.Kep


1614901190

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES FORT


DE KOCK BUKITTINGGI
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Rematik


Sasaran : Keluarga Ny. S
Hari/Tanggal : Sabtu / 10 Februari 2018

A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik, salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot,
hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak
dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua
fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami
atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai
sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningakatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam memelihara
kesehatannya agar tercapai lansia – lansia yang sehat dan sejahtera.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia memahami :
1) Ibu dan bapak memahami tentang definisi rematik
2) Ibu dan bapak memahami tentang penyebab dari rematik
3) Ibu dan bapak memahami tanda dan gejela rematik
4) Ibu dan bapak memahami akibat lanjut dari rematik

C. Tempat dan Waktu


Hari / tanggal : Sabtu, 10 Februari 2018
Jam : 14.00Wib - selesai
Tempat : Di rumah keluarga Ny. S

D. Media dan peralatan


a) Leaflet
b) Lembar balik

E. Metode
a) Ceramah
b) Diskusi dan Tanya jawab

F. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Pokok Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi a. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi a. Menjelaskan pengertian rematik Mendengarkan
menit b. Menjelaskan tanda dan gejala rematik. Mendengarkan
c. Menanyakan respon pasien
d. Menjelaskan penyebab rematik Memberikan jawaban
e. Memberikan reinforcement positif
terhadap partisipasi keluarga Mendengarkan

Mendengarkan
4. 5 Penutup a. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
b. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
c. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
G. Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
1) Desain tempat dan waktu sesuai dengan rencana.
2) Media serta alat sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
1) Audiens aktif mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan.
2) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
3) Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaanya.
3. Evaluasi Hasil
Setelah kegiatan penyuluhan audiens diharapkan mampu:
1) Menyebutkan pengertian rematik
2) Menyebutkan 3 dari 5 penyebab Rematik.
3) Menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala rematik.
Lampiran materi
REMATIK

A. Defenisi
Rematik adalah adanya kelainan di sendi-sendi tulang dan mengakibatkan
rasa nyeri serta kaku pada sendi-sendi, tulang dan jaringan ikat. Pada kondisi
umum penyakit rematik tidak berbahaya, tapi sakit nyeri yang ditimbulkan
akan sangat mengganggu (Iskandar, 2012).
Arthritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitis erosive sistemik yang terutama mengenai
jaringan persendian dan juga sering melibatkan organ tubuh lainnya.
Penyakit rematik ini merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnis di dunia (Sudoyo, 2007).
Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang, ligamentum, tendon
dan persendian pada laki-laki dan wanita dengan segala usia, tetapi kelompok
lansia lebih banyak terserang penyakit rematik. Penyakit ini lebih banyak terjadi
pada wanita yang sekitar 70% penderita rematik adalah wanita (Smelltzer, 2001).

B. Etiologi

Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak

diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi

membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis,

dan deformitas (Kushariyadi, 2010).

Faktor infeksi sebagai penyebab Rheumatoid Arthritis timbul karena umumnya

penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan kuat bahwa penyakit ini

sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh

suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang

diduga sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau virus. Ada

beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan Rheumatoid Artritis,


antara lain :

a. Usia diatas 40 tahun dan prevalensi pada wanita lebih tinggi.

b. Kegemukan ddan penyakit metabolic

c. Genetik.

d. Cedera sendi dan berulang.

e. Kepadatan tulang berkurang.

f. Beban sendi yang terlalu berat (olah raga atau kerja tertantu).

g. Kelainan pertumbuhan (kelainan sel-sel yang memmbentuk tulang

rawan, seperti kolagen dan proteoglikan) (Sudoyo, 2007).

C. Gambaran Klinis

Menurut Junaidi (2006), gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada

sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara

perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang

berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,

krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,

gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan

gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu

kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang

lain.
b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan

dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi hari

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti

duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan

yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

f. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul

berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi

yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang

umumnya tua (lansia).

D. Patofisiologi.

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, eksudat

febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian

ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus

masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang

menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi

nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,

karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago

dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan

subluksasi atau dislokasi dari persendian (Brunner dan Suddarth, 2003).

E. Penatalaksanaan.

Hingga sekarang belum ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan

penyakit rematik, kecuali penyakit rematik yang disebabkan oleh infeksi. Obat

yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya, sedangkan proses penyakitnya

tetap berlangsung.

Beberapa terapi yang digunakan agar dapat meringankan penderitaan pasien

adalah sebagai berikut:

1. Terapi obat

Pengobatan yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah untuk

mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. Pada beberapa kasus, pengobatan

bertujuan untuk memperlambat proses atau mengubah perjalanan penyakit,

disebut Disease Modifying Antirhematic Drugs (DMARDs) dan obat-obatan lain

untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik:

1) Golongan analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi atau

meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non

steroid (NSAIDs) lainnya seperti ibuprofen dan asetaminofen.

2) Golongan kortikosteroid: obat kortikosteroid seperti prednisone, kotison,

solumedrol, dan hidrokartison banyak digunakan untuk mengobati


gejala rematik. Cara kerja kortikosteroid adalah dengan mengatasi

inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi

radang pada rematik berkurang. Efek samping jangka pendek

kortikosteroid adalah pembengkakan, menambah nafsu makan,

menambah berat badan dan emosi yang labil. Efek samping tersebut akan

berhenti bila pemberian obat dihentikan. Efek samping jangka panjang

dari penggunaan kortikosteroid diantaranya tanda goresan pada kulit

(strie), rambut tumbuh berlebihan, tulang keropos (osteoporosis),

tekanan darah tinggi (hipertensi), kerusakan arteri pembuluh darah,

peningkatan kadar gula darah, infeksi dan katarak. Penghentian pemberian

obat ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak.

2. Terapi Non-obat

Tersedia bahan alami atau herbal dan beberapa suplemen yang dapat

digunakan untuk melawan penyakit rematik. Beberapa terapi non-obat yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Suplemen dan sayuran

Obat-obat suplemen dan sayuran yang dapat dipergunakan bagi

penderita rematik adalah sebagai berikut: jus sayuran: minum jus sayuran

dapat membantu mengurangi gejala arthritis.

1) Vitamin C: menurut penelitian ahli fisiologi Dr. Robert Davis dari

Pennsylvania membuktikan bahwa penyakit arthritis rematoid

berkorelasi dengan kadar vitamin C rendah. Penggunaan dosis

besar vitamin C (500-1000 mg) sehari dapat menghilangkan gejala

arthritis. Berikan vitamin C dalam dosis rendah untuk


menghindari iritasi pada lambung dan supaya efek terapinya

lebih lama.

2) Ikan dan minyak ikan: menurut Dr. Robert C. Atkins, penulis New

Diet Revolution prinsip dasar terapi dari arthritis haruslah

suplemen kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak

omega-3 yang dapat menghilangkan nyeri dan pembengkakan

pada semua jenis arthritis. Selain itu minyak ikan kod juga

kaya akan vitamin D yang membantu membangun tulang, dan

vitamin A membantu melawan peradangan. Satu sendok makan

minyak ikan setiap hari merupakan dosis yang diperlukan untuk

mendapatkan manfaatnya. Penelitian lain belum lama ini

melakukan penelitian selama 12 bulan tentang suplemen minyak

ikan pada pasien artris rematoid, dan hasilnya menunjukkan 2-6

gram minyak omega-3 setiap hari (6 kapsul minyak ikan @ 1

gram) sehari, dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri sendi.

Ikan kaya akan omega-3 adalah ikan salmon, tuna dan sarden

(Misnadiarly, 2007).

b. Herbal

British Journal of Clinical Pharmacology melaporkan hasil

penelitian yang menyatakan bahwa 82% pasien arthritis mengalami

peredaran nyeri dan pembengkakan dengan menggunakan obat-obatan

yang berasal dari herbal. Bahan herbal yang membantu melawan nyeri

arthritis adalah sebagai berikut:

1) Jahe dan kunyit: keduanya merupakan bahan antiinflamasi


yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan bengkak sendi.

2) Hot chili peppers dan cayenne pepper: berefek mengurangi

peradangan pada arthritis, mengurangi pembengkakan, dan

menghilangkan nyeri

3) Terapi panas dingin Untuk mengurangi nyeri dan peradangan

pada rematik dapat digunakan cara dan adalah sebagai berikut:

a) Berendam dalam bak mandi dengan air hangat, terutama

untuk merendam bagian yang nyeri.

b) Kompres panas: caranya rendam handuk dalam air

panas, kemudian letakkan pada sendi yang sakit.

c) Pemanasan kering, misalnya dengan menggunakan

lampu pemanas dan lain-lain.

Pada prinsipnya cara kerja terapi panas pada rematik

adalah untuk meningkatkan aliran darah ke daerah sendi

yang terserang. Dengan demikian proses radang dapat

dikurangi sehingga fungsi sendi dapat maksimal.

Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal bagian

yang terkena rematik sehingga mengurangi nyeri,

peradangan, serta kaku atau kejang otot. Cara terapi dingin

adalah dengan menggunakan kantong dingin, semprotan

dingin, atau minyak yang mendinginkan kulit dan sendi

(Purwoastuti, 2009).

4) Olahraga dan istirahat

Penderita rematik mau tidak mau harus menyeimbangkan


kehidupannya antara istirahat dan beraktivitas. Kalau merasa nyeri

atau pegal, pasien harus beristirahat. Namun harus diingat, istirahat

tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kekakuan pada

otot dan sendi.

Latihan dan olahraga yang dianjurkan adalah sebagai

berikut:

a) Range of motion exercises: merupakan latihan fisik

yang membantu menjaga pergerakkan normal sendi,

memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan

menghilangkan kekakuan sendi.

b) Strengthening exercises: untuk memelihara atau

meningkatkan kekakuan otot.

c) Aerobic atau endurance exercises: untuk

meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung

(kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal

dan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh (Junaidi,

2006).

d) Mobilisasi dan relaksasi

Mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

dan memperbaiki kekakuan pada sendi yang terserang

rematik. Relaksasi progesif membantu mengurangi nyeri

dengan melakukan gerakan yang melemaskan otot yang

tegang. Pada relaksasi progesif, gerakan yang dilakukan

adalah pada satu saat mengencangkan kumpulan otot


tertentu, kemudian secara perlahan melemaskannya atau

merelaksasikannya (Junaidi, 2006).

e) Terapi rehabilitasi

Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan

oleh penderita rematik adalah sebagai berikut :

I. Edukasi: pada edukasi ini pasien diberi informasi

yang lengkap dan benar mengenai pengobatan dan

perjalanan penyakit ke depan.

II. Fisioterapi: berbagai aktivitas latihan yang

diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang

baik dan optimal, agar massa otot tetap dan stabil.

III. Okupasi: okupasi bertujuan untuk membantu

pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari,

yakni dengan memosisikan sendi secara baik

sehingga dapat berfungsi dengan baik dan

terhindar dari gerakan berlebihan yang dapat

menimbulkan nyeri.

4) Diet: diet diutamakan untuk mengurangi berat

badan yang berlebihan, dianjurkan mencapai berat

badan 10-15% di bawah ideal. Kegemukan

memberikan beban tekanan pada sendi penopang

berat tubuh (Purwoastuti, 2009).


SOP KOMPRES HANGAT

A. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.

B. Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
5. Meransang peristaltik usus

C. Indikasi
1. Klien yang kedinginan ( suhu tubuh yang rendah )
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses, hematoma

D. Alat dan Bahan


1. Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan
2. Pengalas
3. Waslap 2 buah / tergantung kebutuhan

E. Prosedur Tindakan
1. Dekat kan alat-alat ke dekat klien
2. Perhatikan privacy klien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi klien yang nyaman
5. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan di kompres
6. Ambil waslap, celupkan dalam air hangat dan letakkan pada area yang
akan di kompres
7. Lakukan kegiatan no.6 selama 15 - 30 menit dengan mengganti waslap
setiap 5 menit
8. Lepaskan sarung tangan
9. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
10. Bereskan semua alat untuk di susun kembali
11. Cuci tangan

F. Evaluasi
1. Respon klien
2. Alat kompres

G. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
SOP TEKNIK GENGGAM JARI UNTUK MENGURANGI NYERI

A. Pengertian
Teknik genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi sederhana yang
mudah di lakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan tangan dan aliran
tubuh manusia. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri kita jika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri
(Perry,2005).
B. Manfaat
Untuk mengurangi nyeri dan dapat mengontrol diri ketika terjadi perasaan
yang tidak nyaman atau stress.
C. Tujuan
1. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik,khawatir dan terancam
3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. Melncarkan aliran dalam darah

D. Metodologi
1. Persiapan pasien
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
b. Pasien dalam kondisi yang sadar
c. Pasien tidak mengalami sesak dan nyeri berat
2. Langkah-langkah
a. Peganglah jari di muai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa
menggunakan tangan mana saja
b. Tarik nafas yang dalam dengan lembut
c. Hembuskan nafas secara perlahan dan teratur
d. Ketika menarik nafas, hiruplah bersama perasaan tenang, damai,
dan berpikirlah untuk mendapatkan kesembuhan
e. Ketika menghembuskan napas, hembuskanlah secara perlahan
sambil melepaskan perasaan dan masalah yang mengganggu
pikiran dan bayangkan emosi yang mengganggu tersebut keluar
dari pikiran
f. Lakukan selama 5-10 menit.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEKAMBUHAN PENYAKIT REMATIK DI WILAYAH
PUSKESMAS BEO KABUPATEN TALAUD

Fera Bawarodi
Julia Rottie
Reginus
Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran
Universitas Sam
Ratulangi

Email :
ferabawarodi@gmail.com

Abstrak : Rheumatic is a chronic systemic inflammatory disease that attacks the joints, especially the synovial
joints. Factors that can cause the occurrence of rheumatic recurrence is the level of knowledge, work / activity
and diet.The Purpose of this research was to knowing the factors related to the recurrence of rheumatic
diseases in Community Health Center Beo District Talaud. Design Research used cross sectional study which
the data related to independent variable or risk and independent variable consequence collated in the same
time. Tehnique Sampling that is total sampling is 32 samples. Statistical Test Result Chi-Square test with
confidence level of 95% (a = 0,05) and obtained p value 0,002 < 0,05 and 0,004 < 0,05 and p value 0,017 <
0,05. Conclussion there are correlation factors the level of knowledge, work / activity and eating patterns with
the recurrence of rheumatic diseases in Community Health Center Beo District Talaud.
Keywords: Level of Knowledge, Occupation/Activity, Diet, Rheumatic Recurrence.

Abstrak : Rematik adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang persendian terutama sendi
sinovial. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan rematik adalah tingkat pengetahuan,
pekerjaan / aktivitas dan pola makan. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Desain Penelitian ini
menggunakan cross sectional yaitu dengan data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel
terikat atau akibat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Teknik Pengambilan Sampel menggunakan
sampling jenuh / total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Hasil Uji Statistik Chi-Square test
dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) dan diperoleh p value 0,002 < 0,05 dan 0,004 < 0,05 dan p value
0,017 < 0,05. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan/aktivitas dan pola makan
dengan kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Kata Kunci: Rematik, Tingkat Pengetahuan, Pekerjaan/Aktivitas, Pola Makan

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
PENDAHULUA orang mempunyai aktivitas yang berlebih
N dalam menggunakan lutut seperti pedagang
Rematik adalah penyakit keliling, dan pekerja yang banyak
inflamasi jongkok karena terjadi penekanan yang
sistemik kronis, inflamasi sistemik yang berlebih pada lutut, umumnya semakin
dapat mempengaruhi banyak jaringan dan berat aktivitas yang dilakukan oleh
organ, tetapi terutama menyerang fleksibel seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka
(sinovial) sendi. Menurut World Health pasien akan lebih sering mengalami
Organisation (WHO) (2016) 335 juta Rematik terutama pada bagian sendi dan
penduduk di dunia yang mengalami lebih sering terjadi pada pagi hari.
Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik Penyakit peradangan sendi biasanya
tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta
jiwa, dengan angka perbandingan pasien
wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di
Indonesia jumlah penderita Rematik pada
tahun 2011 diperkirakan prevalensinya
mencapai 29,35%, pada tahun
2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan
tahun 2013 prevalensinya sebanyak
45,59% dan pada tahun 2014 prevalensi
Rematik di Sulawesi Utara sebanyak
24,7%. Rematik adalah suatu penyakit
yang menyerang sendi, dan dapat
menyerang siapa saja yang rentan terkena
penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu
kiranya mendapatkan perhatian yang serius
karena penyakit ini merupakan penyakit
persendian sehingga akan mengganggu
aktivitas seseorang dalam kehidupan
sehari- hari. Rematik paling banyak
ditemui dan biasanya dari faktor, genetik,
jenis kelamin, infeksi, berat
badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain
yang mempengaruhi terhadap penyakit
Rematik adalah tingkat pengetahuan
penyakit Rematik sendiri memang
masih sangat kurang, baik pada masyarakat
awam maupun kalangan medis (Mansjoer,
2011).
Rematik merupakan suatu penyakit
yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia yang secara simetris
mengalami peradangan sehingga akan
terjadi pembengkakan, nyeri dan ahirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi dan akan mengganggu
aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi,
2006). Rematik lebih sering terjadi pada 2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
dirasakan terutama pada sendi-sendi purin seperti kacang-kacangan maka
bagian jari dan pergelangan tangan, lutut penderita akan merasakan nyeri pada
dan kaki, dan pada stadium lanjut penderita persendian tulang, dan penderita
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari mengatakan ketika terjadi kekambuhan
dan kualitas hidupnya akan menurun penderita hanya membeli obat-obatan di
(Sarwono, 2001). warung seperti, Bode, Asmefenamat dan
Oleh karena itu pola makan yang tumbuhan tradisional lainya, peneliti juga
salah telah melakukaan diskusi bersama salah
menjadi salah satu pencetus terjadinya satu tenaga kesehatan di
kekambuhan. Di mana pola makan yang
sehat sebaiknya dimulai dengan
mengadakan perubahan-perubahan kecil
pada makanan yang kita pilih, juga
mengurangi makanan dapat
mempengaruhi kekambuhan Rematik
seperti, produk kacang-kacangan seperti
susu kacang, kacang buncis, organ dalam
hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak,
dan jantung, makanan kaleng seperti,
sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak
menggunakan santan kelapa, beberapa
jenis buah-buahan seperti durian, air
kelapa muda dan produk olahan melinjho,
minuman seperti alkohol dan sayur seperti
kangkung dan bayam (Putri, 2012).
Berdasarkan survei awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 di
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
kepada 2 orang penderita Rematik yang
berusia ± 34 tahun, 7 orang perempuan
diantaranya sering mengalami ngilu/nyeri
pada persendian tangan dan susa dalam
melakukan aktivitas sehari- hari, 2 orang
laki-laki mengatakan nyeri pada
persendian kaki dan susah dalam
melakukan aktivitas seperti jalan kaki,
susah untuk berdiri akibat nyeri
persendian, 1 orang diantaranya tidak
mengetahui tanda dan gejala, serta cara
mengatasi penyakit Rematik tersebut, 4
orang diantarannya memiliki berat badan
lebih (obesitas), 4 diantaranya mengatakan
keluhan kembali dirasakan saat melakukan
aktivitas/pekerjaan yang berat, maka
kakinya terasa nyeri pada persendian
tulang sehingga penderita merasa kesulitan
dalam melakukan aktivitas, 3 orang
diantaranya mengatakan jika sehabis
mengonsumsi makanan yang mengandung 3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Wilayah kerja Puskesmas Beo mengatakan gangguan paru.
terdapat 15 lansia yang sering mengalami b. Tidak memiliki gangguan lain
kekambuhan rematik dari 20 lansia seperti, kejiwaan dan kognitif serta
yang datang berobat ke Puskesmas tidak bersedia menjadi responden.
tersebut. dan penderita rematik lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki,
banyak masyarakat yang tidak mengetahui
apa tanda dan gejala serta tidak tau tentang
penyakit rematik tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kekambuhan penyakit
rematik di Wilayah Puskesmas Beo
Kabupaten Talaud tahun (2016).

METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
survei
analitik, dengan pendekatan cross sectional
(potong lintang) dimana semua data yang
menyangkut variabel penelitian dikumpul
satu kali pada waktu yang
bersamaan.(Setiadi,
2013) penelitian ini dilakukan di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Penelitian dilakukan pada bulan 2016-
2017. Populasi dalam penelitian ini, yaitu
32 responden yang terdiagnosis rematik
di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
Talaud. Sampel yang pada penelitian ini
diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu, bulan
september 2016 dengan jumlah sampel
yang akan digunakan yaitu sebanyak
32 responden pasien rematik, dengan
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut :
1. Kriteria
inklusi
a. Pasien yang sudah terdiagnosis
penyakit rematik
b. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria
eksklusi
a. Penderita rematik yang mempunyai
komplikasi penyakit lain, seperti
osteoporosis, gangguan jantung dan 4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
HASIL DAN 75,0
PEMBAHASAN Total 32
Tabel 1. Distribusi responden 100
berdasarkan Sumber : Data primer (Diolah tahun
umu 2017)
r
Umur n Hasil analisis pada tabel 3 menunjukan
% bahwa sebagian besar responden dengan
30-50 7 pendidikan terakhir SMA-PT dengan
21,9 jumlah 24 responden (75,0%) dan SD-SMP
55-70 25 dengan jumlah 8 responden (25,0%).
78,1
Total 32
100
Sumber : Data primer (Diolah tahun
2017)

Hasil analisis pada tabel 1 menunjukan


bahwa sebagian besar responden memiliki
umur 55-
70 tahun dengan jumlah 25 responden
(78,1%) dan umur 30-55 tahun dengan
jumlah 7 responden (21,9%).

Tabel 2. Distribusi responden


berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n
%
Perempuan 6
18,8
Laki-Laki 26
81,3
Total 32
100
Sumber : Data primer (Diolah tahun
2017)

Hasil analisis pada tabel 2 menunjukan


bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin Laki-laki dengan jumlah 26
responden (81,3%) dan perempuan dengan
jumlah 6 responden (18,8%).

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan


pendidikan terakhir
Pendidikan n
% Terakhir
SD-SMP 8
25,0 5
SMA-PT 24
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Tabel 4. Hubungan tingkat pengetahuan Berdasarkan tabel 6. diatas
dengan kekambuhan rematik dengan hasil analisis hubungan pola makan
Tingkat
Kekambuhan Rematik
p
dengan kekambuhan rematik menggunakan
Tidak Sering Total
Pengetahuan sering uji chi- square diperoleh p-Value 0,017.
n % n % n %
Hal ini berarti p-Value lebih kecil dari
Tidak Baik 6 75,0 3 12,5 9 28,1 0,002
Baik 2 25,0 21 87,5 23 71,9 ߙ=0,05 maka dengan demikian dapat
Total 8 100 24 100 32 100
dikatakan Ha diterima atau terdapat
Sumber : Data primer (Diolah tahun
hubungan yang signifikan antara pola
2017)
makan dengan kekambuhan rematik
di
Berdasarkan tabel 4. diatas dengan
hasil analisis hubungan tingkat Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
pengetahauan dengan kekambuhan rematik Talaud.
menggunakan uji chi-square diperoleh p-
Value 0,002. Hal ini berarti p-Value lebih Kekambuhan
Rematik
kecil dari ߙ=0,05 maka dengan demikian Dari hasil penelitian yang telah
dapat dikatakan Ha diterima atau terdapat dilakukan
hubungan yang signifikan antara tingkat di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
pengetahuan dengan kekambuhan Talaud, sebagian responden memiliki
rematik di Wilayah Puskemas Beo kekambuhan penyakit rematik yang lebih
Kabupaten sering. Kekambuhan adalah kejadian
Talaud berulang yang dialami oleh penderita
. melebihi satu kali dengan kualitas
yang sering terjadi dan biasanya
Tabel 5. Hubungan pekerjaan/aktivitas bersifat tidak menyenangkan. Setelah
dengan kekambuhan rematik dilakukan diagnosa rematik dapat
Kekambuhan Rematik ditegakan bahwa pendekatan pertama yang
harus dilakukan adalah untuk
pencegahan terulangnya rasa nyeri
Pekerjaan/ Tidak p rematik (Putri, 2012).
Sering Total
Aktivitas sering Pendapat ini sejalan dengan penelitian
n % n % n %
Tidak 0,004
yang dilakukan oleh Ismiadi (2004),
bahwa dalam
Terganggu 4 100 5 17,9 9 28,1 Kabupaten Talaud
Terganggu 0 0 23 82,1 23 71,9
Total 4 100 28 100 32 100
Sumber : Data primer (Diolah tahun Tabel 6. Hubungan pola makan dengan
2017) ) kekambuhan rematik

Berdasarkan tabel 5 diatas dengan


hasil analisis hubungan pekerjaan/aktivitas
dengan kekambuhan rematik menggunakan
uji chi- square diperoleh p-Value 0,004.
Hal ini berarti p-Value lebih kecil dari
ߙ=0,05 maka dengan demikian dapat
dikatakan Ha diterima atau terdapat
hubungan yang signifikan antara
pekerjaan/aktivitas dengan kekambuhan
rematik di Wilayah Puskesmas Beo
6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
mencegah
2017 kekambuhan, maka harus Rematik
mencegah 1. Faktor Tingkat Pengetahuan
kekambuhannya dengan pendidikan pada Dengan
pasien mengenai penyakit rematik seperti, Kekambuhan Penyakit Rematik
istirahat, dan latihan spesifik yang Berdasarkan hasil penelitian yang
bermanfaat dalam mempertahankan fungsi telah dilakukan dengan menggunakan
sendi, dan menjaga pola makan yang baik uji statistik, dari uji chi-square pada
dengan mengurangi asupan purin yang tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05)
tinggi. menunjukan nilai p-Value 0,002,
didapatkan hasil nilai p-Value lebih
Faktor-Faktor Yang Berhubungan kecil dari ߙ=0,05 yang
Dengan
Kekambuhan Penyakit

Pola Makan Tidak p bahwa terdapat hubungan yang


Sering Total
sering
signifikan antara tingkat
n % n % n %
pengetahuan dengan
Tidak Baik 3 100 6 20,7 9 28,1 0,004 kekambuhan rematik di
Baik 0 0 23 79,3 23 71,9
Total 3 100 29 100 32 100
Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Tetapi
Sumber : Data primer (Diolah tahun dalam penelitian ini juga
terdapat
2017) )
pengetahuan yang tidak baik tapi
tidak

7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
sering mengalami kekambuhan penyakit tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05)
rematik yaitu sebanyak 3 responden menunjukan nilai p-Value 0,017,
(12,5%), begitupun sebaliknya ada didapatkan hasil nilai p-Value lebih
responden yang tingkat kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha
pengetahuannya baik tetapi tetap sering diterima. Menunjukan bahwa terdapat
mengalami kekambuhan penyakit hubungan pola makan dengan
rematik yaitu sebanyak 21 responden kekambuhan rematik di Wilayah
(87,5%). Hasil penelitian ini Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
didukung karena adanya faktor lain Dalam penelitian ini terdapat responden
seperti sikap pasien yang cenderung yang memiliki pola makan yang tidak
lebih acuh tak acuh dengan penyakitnya tetapi tidak sering mengalami
karena terlalu sibuk bekerja. kekambuhan yaitu sebanyak 3
2. Faktor pekerjaan/aktivitas responden (33,3%), begitupun
Dengan sebaliknya ada juga responden yang
Kekambuhan Penyakit memiliki polah makan baik tetapi
Rematik sering
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan
uji statistik, dari uji chi-square pada
tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05)
menunjukan nilai p-Value 0,04,
didapatkan hasil nilai p- Value lebih
kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha
diterima. Menunjukan bahwa terdapat
hubungan pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Pekerjaan/aktivitas merupakan salah
satu faktor munculnya penyakit
rematik . berbagai aktivitas dengan
beban pekerja dan daya
tekanannya yang dapat
memperberat sendi dan pekerjaan yang
banyak menggunakan tangan dalam
jangka waktu yang lama, sering yang
menjadi keluhan-keluhan yang dapat
dirasakan pada setiap penderita
penyakit rematik (Putri,
2012)
.
3. Faktor Pola Makan dengan
Kekambuhan
Penyakit
Rematik
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan
uji statistik, dari uji chi-square pada
8
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
mengalami kekambuahn yaitu sebanyak Nuha Medika. Yogyakarta
23 responden sebanyak (79,3%). Hal ini Diagnosa Medis Nanda & Nic-Noc,
disebabkan karena adanya kebiasaan Jilid 3, Yogyakarta : Edisi Refisi
mengomsumsi makanan yaitu yang Cipta Nursing, (2011). Memahami
dapat memicu terjadinya kekambuhan Berbagai
rematik, karena makanan merupakan Macam Penyakit. PT Indeks.
faktor penting dalam memicu Jakarta
kekambuhan penyakit rematik seperti,
menghindari produk susu, buah jeruk,
tomat, jeroan, dan makanan tertentu
lainnya (Smeitzer 2001).

SIMPULAN
1. Sebagian besar responden memiliki
tingkat
pengetahuan baik, pekerjaan/aktivitas
tidak terganggu, dan pola makan baik
dengan kekambuhan penyakit rematik
pada masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
2. Terdapat hubungan yang signifikan
antara
tingkat pengetahuan dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
4. Terdapat hubungan yang signifikan
antara
pola makan dengan kekambuhan
rematik di
Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
Talaud

DAFTAR PUSTAKA
Arfiyanti, F.N. (2009). Tingkat
Pengetahuan
Tentang Penyakit Rematoid Arthritis
Di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia Diakses dari
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_dig
ita l/SKRIPSI.pdf. (11 Okt 2016)
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal- Bedah.
Jakarta : EGC
Damayanti (2015) Arthritis Rheumatoid
Dan Penatalaksanaan Keperawatan. 9
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Ervy, fathra (2014) Hubungan Rematik
Antara Dukungan Keluarga Dan http://repository.usu.ac.id/bitstream/
Kualitas Hidup Pasien Rematik. 123
Provinsi Riau 456789/24610/7/Cover.pdf .
http://jom.unri.acid/index.php/JOMP Natalia & Ermalynda (2014). Peran
SI K/article/download/3433/3329. Keluarga Dalam Merawat Klien
Di Akses 1 Januari 2016 Rematik Di Rumah
URL
Ester A, Bangun, (2015) Gambaran
http://journal.wima.ac.id/index.php/N
pengetahuan Dan Sikap Usia Lanjut
E RS/article/view/684. Di akses 4
Dalam Mengatasi Rematik Di
Januari
Kelurahan Binjai Kecamatan Joman.
2014
Dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23
456789/47913/7/Cover.pdf.
Elizabeth (2002). Buku Saku
Patofisiologi.
Kedokteran EGC. Jakarta.
Fajriyah, (2012) Tingkat Pengatahuan
Lansia Tentang Penyakit
Rheumatoid Artritis Di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia,di akses dari
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file
digital/SRIPSI.pdf
FKUI. (2002). Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta : Edisi Ketiga
Handriani, (2004), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah 2, (Edisi 8) (Vol 3)
Jakarta : EGC
Junaidi, (2006) Reumatik dan Asam Urat.
BIP.
Jakarta
Marilynn, E.Doenges & Marry Frances,
(2014). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC
Mansjoer, A. ( 2011). Kapita Selecta
Kedokteran. Jilid 1 Edisi 3 Jakarta :
EGC Notoadmodjo, S. (2012).
Metode penelitian Kesehatan.
Jakarta : PT. Rineke
Nasution,(2011) Pola Aktivitas
Pasien
1
0
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Nurarif,A.H.& Kusuma, H, (2015). Fundamental Keperawatan, Konsep,
Aplikasi Asuhan Keperawatan Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I.
Berdasarkan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
NandaNicNoc.Darihttp://akperadihus Ridwan. (2011) Rumus dan Data Dalam
ad Penelitian. Alfabeta. Jakarta : Rineke
a.ac.id/perpustakaan/detailbooks.php Cipta
?id
book=4807&judul=JIL%201%20Apl Susane, S. (2003) Buku Ajar
ika Keperawatan
si%20asuhan%20keperawatan%20N Medikal Bedah (Edisi 8). (Vol 3).
AN Jakarta
DA%20NICNOC%20panduan%20p : EGC
eny Suiraoka, (2012) Penyakit Degeneratif,
usunan%20asuhan%20keperawatan Nuha
%20 profesional&koleksi=active. Medika : Yogyakarta
Diakses April 2016
CiptaNursing, (2011). Memahami
Berbagai
Macam Penyakit. PT Indeks. Jakarta
Ovedoff, D. (2007). Kapita
Selekta
Kedokteran. Jilid I Jakarta : Edisi
Refisi
Purwoastuti, E. (2009) Waspadai
Gangguan Rheumatoid
Arthritis.Yogyakarta: PT. Gramedia
Purnomo J, (2010) Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis
Dengan sikap kekuarga Dalam
Mengatasi kekambuhan Penyakit
Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan
Karangasem Kecamatan
LaweyanKota Surakarta,
http://eprints.ums.ac.id/10414/1/J210
06
0078.pdf.Diakses 25 agustus 2016
Putri, M.I, (2012) Hubungan
Aktivitas,Jenis Kelamin Dan
Pola Diet Dengan Frekuensi
Kekambuhan Artritis Reumatoid
di Puskesmas Nuasa Indah
Bengkulu,http://VI.stikesdehasen.ac.i
d/d owlot.pht?file=memi%
zoika%20puti,%20S.kep.docx.
diakses tanggal 16 september 2016
1
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar 1
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

Sri, H. (2013) upaya menurunkan keluhan


nyeri sendi lutut pada lansia
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.
php/stikes/article/download/18730/1852
4. Di akses 1 juli 2016
Smith, (2006) Penyakit Radang Sendi, Rineke
Cipta. Jakarta
Setiadi, 2012. Konsep Dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Edisi 2. Graha Ilmu.
Surabaya.
Syam, S. (2011) Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Rheumatoid Arthritis. Di Wilaya Kerja
Puskesmas Mandiangin, di akses dari
http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id
//index.php/JKS-3-2/article/view/109.
(29 sep 2016)
Sarwono, N. (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I (Edisi Ketiga). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Wiyono, (2011) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis.
Jakarta : Rhinika Cipta.

73
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

TERAPI KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


NYERI KLIEN LANSIA DENGAN NYERI REMATIK

Noorhidayah1, Alfi Yasmina2, Eka Santi3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Bagian Farmakologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat
3
Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Penyakit rematik merupakan istilah umum untuk inflamasi di daerah persendian, dan mengenai
laki-laki maupun wanita dari segala usia. Gejala klinis yang sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku,
atau bengkak di sekitar sendi. Pemberian kompres panas dapat mengurangi nyeri rematik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia (lanjut usia) dengan nyeri rematik. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 26 orang sampel penderita rematik berjenis kelamin wanita, yang
diambil secara total sampling. Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimental
dengan rancangan one group pretest-posttest design. Pengambilan data dilakukan dengan
mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres panas. Analisis
dengan Wilcoxon Sign Rank test menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh pemberian kompres panas terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan.

Kata-kata kunci: kompres panas, nyeri, lanjut usia,


rematik

ABSTRACT

Rheumatic disease is a general term for inflammation in the joints, and affects men and
women of all ages. The common clinical symptoms are pain, aching, stiffness, or swelling
around the joint. Hot compress is able to reduce rheumatic pain. This study was aimed to
determine the effect of hot compress treatment on the decrease of pain level in elderly patients
with rheumatic pain. The number of samples used in this study were 26 female patients with
rheumatic disease, taken with total sampling. This research used a pre-experimental design
with one group pretest-posttest design. Data were collected by measuring the level of pain before
and after hot compress was given. Analysis with Wilcoxon Sign Rank test showed that p = 0.000
(p < 0.05). It was concluded that there was a significant effect of hot compress administration on
the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain in PSTW Budi Sejahtera, South
Kalimantan.

Keywords: elderly, hot compress, pain,


rheumatic

74
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

PENDAHULUAN kompres dingin (11). Tindakan kompres


panas dilakukan untuk melancarkan sirkulasi
Indonesia berada pada peringkat darah, juga untuk menghilangkan rasa nyeri,
keempat untuk jumlah penduduk lanjut usia merangsang peristaltik usus, serta
(lansia) terbanyak setelah Cina, India, dan memberikan ketenangan dan kesenangan
Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah pada klien. Pemberian kompres panas
penduduk lansia menimbulkan masalah, dilakukan pada radang persendian,
terutama dari segi kesehatan dan kekejangan otot, perut kembung, dan
kesejahteraan lansia (1). Salah satu penyakit kedinginan. Sementara itu, kompres dingin
yang sering diderita lansia adalah rematik dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri
atau gangguan sendi. Penyakit rematik akibat edema atau trauma, namun dapat
merupakan suatu istilah terhadap mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
sekelompok penyakit (gabungan untuk lebih dan mengurangi arus darah lokal (12).
dari seratus penyakit) dengan manifestasi Dengan demikian, pada kondisi nyeri sendi
klinis berupa nyeri menahun pada sistem rematik, terapi kompres yang tepat untuk
muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta diberikan adalah terapi kompres panas.
pembengkakan jaringan sekitar sendi dan Penelitian tentang kompres panas untuk
tendon (2). Penyakit rematik terutama mengurangi nyeri sudah pernah dilakukan.
mengenai otot-otot skelet, tulang, Handoyo (2008) membuktikan bahwa
ligamentum, tendon, dan persendian pada terdapat perbedaan intensitas nyeri antara
laki-laki maupun wanita dengan segala usia sebelum dan sesudah terapi kompres panas
(3). Yang paling banyak adalah osteoartritis pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal
(OA), artritis gout (pirai), artritis rematoid anestesi (13). Sementara itu, Wahyuni dan
(AR), dan fibromyalgia. Gejala klinis yang Nurhidayat (2008) juga membuktikan bahwa
sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau terdapat penurunan tingkat nyeri flebitis
bengkak di sekitar sendi (4). Rematik dapat akibat pemasangan infus intravena setelah
mempengaruhi bagian lain dari tubuh, diberikan terapi kompres panas (14).
seperti mudah lelah, gangguan tidur, dan Penelitian penggunaan kompres panas
kehilangan kemampuan bergerak (5). untuk penatalaksanaan nyeri sendi masih
Berdasarkan hasil penelitian terakhir sangat kurang. Berdasarkan teori dan
dari Zeng tahun 2008 dalam Purnomo, fenomena di atas, maka peneliti tertarik
prevalensi nyeri rematik di Indonesia untuk meneliti pengaruh terapi kompres
mencapai 23,6% hingga 31,3% (6), dan panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada
berdasarkan studi pendahuluan yang pasien lansia dengan nyeri rematik di Panti
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Banjarbaru pada bulan Desember tahun Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan.
2011, didapatkan 128 orang menderita Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
rematik (7). Selain itu, berdasarkan studi pengaruh terapi kompres panas terhadap
pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia
Tresna Werdha Provinsi Kalimantan Selatan dengan nyeri rematik di PSTW Budi
pada bulan Maret 2012 didapatkan 65 orang Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan.
menderita rematik (8).
Terapi farmakologis yang dapat METODE
digunakan untuk penatalaksanaan nyeri
adalah analgesik, ada tiga jenis analgesik Penelitian ini menggunakan metode
yaitu: 1) analgesik non opioid dan obat penelitian pra-eksperimental. Rancangan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), 2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analgesik opioid, dan 3) obat tambahan one group pretest-posttest design. Populasi
(ajuvan) atau koanalgesik (9). Terapi non penelitian ini adalah seluruh lansia dengan
farmakologisnya bisa berupa mengatur penyakit rematik di PSTW Budi Sejahtera
posisi dengan tepat, relaksasi, distraksi, Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel
masase, dan stimulasi kulit berupa kompres diambil secara total sampling.
(10). Instrumen yang digunakan dalam
Terapi kompres merupakan salah satu penelitian ini adalah informed consent,
terapi nonfarmakologis untuk menurunkan observasi, buli-buli panas, termos berisi air
nyeri. Kompres dapat dibedakan menjadi panas, lap kerja, termometer raksa
dua jenis tindakan, yaitu kompres panas dan laboratorium 150°C, dan sarung tangan.

75
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

Variabel bebas penelitian ini adalah ulang skala intensitas nyeri dengan
kompres panas, variabel terikat adalah pengukuran skala VDS segera sesudah
tingkat nyeri pada pasien dengan rematik, dilakukan pemberian terapi kompres panas.
variabel pengganggu adalah budaya, Hasil pengukuran kemudian dicatat pada
pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan lembar observasi.
pengalaman masa lalu. Prosedur dalam Analisis data dilakukan dengan
penelitian ini peneliti memilih subyek menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test,
penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dengan tingkat signifikansi 5% untuk
yaitu berjenis kelamin wanita, lansia adalah menguji perbedaan tingkat nyeri sebelum
penghuni tetap, mengalami nyeri akibat dan sesudah diberikan kompres panas pada
rematik, tidak mengkonsumsi analgetik 5 pasien rematik di PSTW Budi Sejahtera
jam sebelum dilakukan penelitian untuk Provinsi Kalimantan Selatan.
subyek yang menggunakan analgesik
ibuprofen, tidak mengkonsumsi analgesik 2 HASIL DAN PEMBAHASAN
hari sebelum dilakukan penelitian untuk
subjek yang menggunakan analgesik Penelitian mengenai pengaruh terapi
piroksikam dan meloksikam, tidak ada kompres panas terhadap penurunan tingkat
gangguan jiwa, tidak ada komplikasi nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
penyakit lain, dan bersedia untuk diteliti dan rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
kriteria eksklusi yaitu adanya Kalimantan Selatan telah dilakukan, dan
pembengkakan pada sendi saat penelitian didapatkan sampel penelitian sebanyak 26
dan nyeri yang bertambah pada saat sampel. Sampel tersebut merupakan seluruh
diberikan terapi kompres panas. populasi lansia dengan penyakit rematik di
Memberikan penjelasan kepada subyek PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
penelitian tentang prosedur penelitian, Selatan, dipilih berdasarkan kriteria inklusi
kemudian mereka diberi lembar persetujuan yang telah ditetapkan peneliti.
penelitian untuk ditandatangani atau dengan
menggunakan cap jempol apabila subyek Karakteristik Sampel
tidak bisa menulis. Data dikumpulkan Karakteristik sampel dalam
dengan cara menilai skala nyeri pasien penelitian ini adalah lansia wanita dengan
menggunakan skala intensitas nyeri nyeri rematik yang dideskripsikan
deskriptif pada kelompok perlakuan, yaitu berdasarkan rentang usia, suku, jenis
sebelum dilakukan tindakan pasien ditanya pekerjaan, dan pendidikan terakhir.
mengenai intensitas nyeri menggunakan
skala intensitas nyeri VDS, kemudian dicatat Karakteristik sampel berdasarkan
dalam lembar observasi. Pengukuran derajat rentang usia
nyeri menggunakan skala intensitas nyeri Data demografi sampel lansia wanita
VDS, yaitu seperti yang ditunjukkan pada dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Gambar 1. Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan rentang usia ditunjukkan pada
Gambar 2.

34,62% 60-74
65,38% tahun

75-90
tahun
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri VDS yang
Digunakan Saat Penelitian (9).

Kemudian peneliti melakukan teknik Gambar 2. Karakteristik Sampel Lansia Wanita


manajemen nyeri dengan terapi kompres dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Rentang Usia
panas pada kelompok perlakuan. Terapi
kompres panas dilakukan selama 20 menit Hasil penelitian pengaruh terapi
dengan menggunakan buli-buli panas, kompres panas terhadap penurunan tingkat
kemudian peneliti melakukan pengukuran nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi

76
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

Kalimantan Selatan seperti terlihat pada Hasil penelitian pengaruh terapi


Gambar 2 menunjukkan bahwa rentang usia kompres panas terhadap penurunan tingkat
terbanyak berumur 60-74 tahun (65,38%). nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
Usia termuda adalah 62 tahun dan usia rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
tertua adalah 89 tahun. Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 4 menunjukkan bahwa yang
Karakteristik sampel berdasarkan suku terbanyak mempunyai latar belakang jenis
Data demografi sampel lansia wanita pekerjaan petani (50,0%), dan yang paling
dengan nyeri rematik di PSTW Budi sedikit sebagai PNS (3,85%).
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan suku ditunjukkan pada Gambar Karakteristik sampel berdasarkan
3. pendidikan terakhir
Data demografi sampel lansia wanita
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
30,77%
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan pendidikan terakhir ditunjukkan
pada Gambar 5.
69,23%
Banjar
Tidak
Jawa 3,85% 3,85%
Sekolah
Madrasah
Gambar 3. Karakteristik Sampel Lansia Wanita 42,31%
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis Suku 46,15% SD

Hasil penelitian pengaruh terapi SMP


kompres panas terhadap penurunan tingkat
3,85% SGA Negeri
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa yang Gambar 5. Karakteristik Sampel Lansia Wanita
terbanyak adalah suku Banjar yang dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Pendidikan
berjumlah 18 orang (69,23%). Terakhir

Karakteristik sampel berdasarkan jenis Hasil penelitian pengaruh terapi


pekerjaan kompres panas terhadap penurunan tingkat
Data demografi sampel lansia wanita nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
dengan nyeri rematik di PSTW Budi rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan Gambar 5 menunjukkan bahwa yang
pada Gambar 4. terbanyak mempunyai latar belakang
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (46,15%)
dan paling sedikit mempunyai riwayat
sekolah menengah pertama, madrasah dan
IRT SGA Negeri (masing-masing 3,85%).
23,07%

50,00% Wiraswasta Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan


23,07%
Sesudah Diberikan Terapi Kompres
PNS
Panas Pada Pasien Lansia dengan Nyeri
Rematik
3,85% Petani Hasil penelitian tentang perubahan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
Gambar 4. Karakteristik Sampel Lansia Wanita terapi kompres panas pada pasien lansia
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis dengan nyeri rematik ditunjukkan pada
Pekerjaan Tabel 1.

77
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

Tabel 1. Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah pasien pasca bedah Caesar dengan anestesi
Diberikan Terapi Kompres Panas Pada Pasien spinal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Lansia dengan Nyeri Rematik
Surakarta (p = 0,0001) (13). Wahyuni dan

Perlakuan Perlakuan hasil penelitiannya pemberian kompres


Jumlah % Jumlah % panas efektif terhadap penurunan nyeri
1. Tidak Nyeri - - - - flebitis akibat pemasangan infus intravena di
2. Nyeri Ringan 2 7,70 15 57,69 Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo (p
3. Nyeri Sedang 15 57,69 11 42,31 = 0,000) (11). Hasil penelitian Istichomah
4. Nyeri Berat 9 34,61 - -
(2007) juga membuktikan bahwa kompres
Terkontrol
5. Nyeri Berat - - - - panas efektif dalam menurunkan derajat

Terkontrol Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman (11).


Jumlah 26 100% 26 100% Menurut Kusyanti (2004), kompres
panas merupakan tindakan untuk
Secara umum Tabel 1 menunjukkan memberikan rasa hangat pada klien dengan
adanya perubahan tingkat nyeri sebelum dan menggunakan cairan atau alat yang
sesudah diberikan terapi kompres panas menimbulkan hangat pada bagian tubuh
pada lansia dengan nyeri rematik. Dapat yang memerlukannya untuk tujuan
dilihat bahwa sebagian besar (57,69%) terapeutik (12). Menurut Brunner dan
lansia dengan penyakit rematik sebelum Suddarth (2001), kompres panas digunakan
perlakuan mengalami nyeri sedang, untuk mengurangi nyeri, serta pemberian
sedangkan sesudah perlakuan sebagian besar kompres panas juga berperan untuk
(57,69%) lansia mengalami nyeri ringan. pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot
Selain itu, sebelum perlakuan terdapat tubuh lebih rileks, memberikan ketenangan
(34,61%) lansia dengan nyeri berat pada klien, dan memperlancar pasokan
terkontrol, namun sesudah diberikan aliran darah dengan meningkatkan
perlakuan, tidak ada lagi lansia dengan nyeri vasodilatasi (15).
berat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti kepada lansia dengan
Pengaruh Pemberian Terapi Kompres penyakit rematik. Adanya cedera jaringan
Panas terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada pasien lansia dengan penyakit rematik
pada Pasien Lansia dengan Nyeri akan membebaskan berbagai jenis mediator
Rematik inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin,
Untuk mengetahui pengaruh pemberian histamin, dan lain-lain (16). Pemberian
terapi kompres panas terhadap penurunan kompres panas pada lansia dengan penyakit
tingkat nyeri pada pasien lansia dengan rematik dapat memperbaiki peredaran darah
nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera dengan proses vasodilatasi pembuluh darah,
Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan sehingga menambah asupan oksigen dan
perbandingan tingkat nyeri sebelum dan nutrisi yang menuju ke jaringan tubuh.
sesudah pemberian terapi kompres panas, Akibat positif yang ditimbulkan adalah
dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank mengurangi inflamasi, menurunkan
test dengan tingkat signifikansi 5%. kekakuan dan nyeri otot, serta mempercepat
Berdasarkan analisis statistik dengan penyembuhan jaringan lunak (14), sehingga
Wilcoxon Sign Rank test, didapatkan nilai p pemberian kompres panas pada pasien lansia
= 0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan dengan nyeri rematik akan terjadi penurunan
bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi tingkat nyeri.
kompres panas terhadap penurunan tingkat Penurunan tingkat nyeri yang terjadi
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri setelah diberikan terapi kompres panas
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi sesuai dengan mekanisme Gate Control
Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini Theory oleh Melzack dan Wall (1965), yang
sesuai dengan hipotesis yang diajukan. menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
penelitian yang dilakukan oleh Handoyo dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya
(2008) yang menunjukkan bahwa terdapat menutup pertahanan tersebut terjadi saat
perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dilakukan kompres panas yang dapat
dan sesudah pemberian kompres panas pada menghambat impuls nyeri yang akan

78
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

disampaikan ke otak untuk dipersepsikan disarankan untuk menggunakan kontrol


(10). dalam penelitiannya.
Dari pembahasan di atas dapat
dinyatakan bahwa pemberian kompres panas KEPUSTAKAAN
pada pasien lansia dengan nyeri rematik
memberikan pengaruh yang signifikan 1. Anita R. Hubungan senam lansia
terhadap penurunan tingkat nyeri pasien dengan rasa nyeri penderita artritis
lansia dengan nyeri rematik. rheumatoid (rematik) di Wilayah Kerja
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, Puskesmas Sukamerindu Kota
yaitu adanya variabel-variabel pengganggu Bengkulu. Fakultas Ilmu Kesehatan
yang tidak dikendalikan dan tidak diteliti, Universitas Muhammadiyah Bengkulu
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi 2011; (online) (http/www.linkpdf.com,
nyeri seperti pengalaman masa lalu, diakses 10 Maret 2012).
pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan 2. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien
budaya, serta tidak adanya kontrol dalam dengan gangguan sistem
penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya, muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
diharapkan untuk melakukan penelitian Medika, 2006.
tentang pengaruh terapi kompres panas 3. Purnomo J. Hubungan antara tingkat
terhadap penurunan tingkat nyeri rematik pengetahua tentang penyakit reumatik
dengan melibatkan variabel-variabel yang dengan sikap lansia dalam mengatasi
mempengaruhi nyeri seperti pengalaman kekambuhan penyakit reumatik di
masa lalu, pemahaman tentang nyeri, Posyandu Lansia Kalurahan
kecemasan, dan budaya, serta diharapkan Karangasem Kecamatan Laweyan Kota
untuk menggunakan kontrol dalam Surakarta. Skripsi. Solo: Fakultas Ilmu
penelitiannya. Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2010; (online)
PENUTUP (http/www.linkpdf.com, diakses 10
Maret 2012).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 4. Asif SM, A Asad, V Poonam, et al.
sebelum diberikan terapi kompres panas, Arthritis database: A composite web
pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW interface for anti-arthritic plants.
Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Journal of Medicinal Plants Research
yang mengalami nyeri ringan sebanyak 2011; 5(12): 2457-2461.
7,70%, nyeri sedang sebanyak 57,69%, dan 5. Muchid A, F Umar, Chusun, dkk.
nyeri berat terkontrol sebanyak 34,61%. Pharmaceutical care untuk pasien
Sesudah diberikan terapi kompres penyakit artritis rematik. Jakarta:
panas, pasien lansia dengan nyeri rematik di Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Klinik Depkes RI, 2006.
Selatan yang mengalami nyeri ringan 6. Theis KA, CG Helmick, JM Hootman.
sebanyak 57,69%, dan nyeri sedang Arthritis burden and impact are greater
sebanyak 42,31%. among U.S. women than men:
Pemberian terapi kompres panas pada intervention opportunities 2007; 16(4):
lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi 441-451.
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan 7. Dinas Kesehatan Banjarbaru. Data 10
berpengaruh secara bermakna terhadap pasien terbanyak pada tahun 2011.
penurunan tingkat nyeri (p = 0,000). Banjarbaru: Dinas Kesehatan, 2011.
Saran untuk penelitian selanjutnya 8. Panti Sosial Tresna Werdha Budi
direkomendasikan untuk melakukan Sejahtera Kalimantan Selatan. Data
penelitian tentang pengaruh terapi kompres pasien rematik pada bulan Maret tahun
panas terhadap penurunan tingkat nyeri 2012. Banjarbaru: PSTW Budi
rematik dengan melibatkan variabel-variabel Sejahtera, 2012.
yang mempengaruhi nyeri seperti 9. Bakhriansyah M, A Biworo, A
pengalaman masa lalu, pemahaman tentang Yasmina. Farmakologi keperawatan
nyeri, kecemasan, dan budaya, serta PSIK program regular. Banjarbaru:
Bagian Farmakologi FK Unlam, 2010.

79
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

10. Potter PA, AG Perry. Buku ajar 14. Wahyuni NS, S Nurhidayat. Efektifitas
fundamental keperawatan: konsep, pemberian kompres panas terhadap
proses, dan praktik edisi 4 volume 2. penurunan nyeri plebitis akibat
Jakarta: EGC, 2005. pemasangan intravena line. Fenomena
11. Istichomah. Pengaruh teknik pemberian 2008; 5: 114-124.
kompres terhadap perubahan skala nyeri 15. Smeltzer SC, BG Bare. Buku ajar ilmu
pada klien kontusio di RSUD Sleman. keperawatan medikal bedah edisi 8
Yogyakarta 2007; (online) volume 3. Jakarta: EGC, 2001
(http/www.linkpdf.com, diakses 10 16. Lelo A, DS Hidayat, J Sake.
Maret 2012). Penggunaan anti-inflamasi non-steroid
12. Kusyanti E. Keterampilan dan prosedur yang rasional pada penanggulangan
laboratorium keperawatan dasar. nyeri rematik. E-USU Repositor 2004;
Jakarta: EGC, 2004. (online),
13. Handoyo D. Pengaruh pemberian (http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
kompres panas terhadap intensitas nyeri 3456789/3478/1/ farmakologi-
pasien pasca bedah sesar dengan spinal aznan4.pdf), diakses 10 Maret 2012
anesthesi di rumah sakit PKU
muhammadiyah surakarta. Profesi 2008;
03.

80
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres
Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
ARTIKEL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS


NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI
DESA KARYAWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT

EFFECTIVENESS OF MASSAGE INTENSITY OF PAIN RHEUMATIC BACK


OFTEN IN ELDERLY WOMAN IN THE VILLAGE OF WEST BANDUNG
REGENCY KARYAWANGI

Pera Siahaan1, Nurhayati Siagian2, Yunus Elon3


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia
Email: verasiahaan36@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Rematik merupakan masalah persendian yang menimbulkan rasa
nyeri baik wanita maupun laki-laki dan sering terjadi pada orang tua dibandingkan
pada usia muda. Penanganan yang tepat untuk menangani rematik secara
nonfarmakologis salah satunya adalah pijat punggung. Pijat punggung dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini disebabkan pijat punggung menghasilkan pelepasan
endorphin serta menstimulasi serabut saraf sensorik delta –A dan serabut C sehingga
menurunkan impuls nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas pijat
punggung terhadap intensitas skala nyeri sedang pada wanita lanjut usia di Desa
Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan one group pretest-posttest designt. Subjek dalam penelitian ini
sebanyak 17 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Tingkat nyeri rematik
menggunakan Rheumatoid Arthritis Pain Scale (RAPS). Perolehan data nyeri rematik
sebelum dan sesudah pemberian intervensi dihitung menggunakan rumus mean.
Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik melaui uji-t sampel paired. Hasil uji statistik
pada pijat punggung menunjukkan bahwa thitung (8,641) > ttabel (2,120) dengan taraf
kepercayaan 95% α = 0,05 yang berarti bahwa Ho yang menyatakan tidak ada
perbedaan pemberian pijat punggung pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi
Kabupaten Bandung Barat di tolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
penurunan yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri rematik pada wanita lanjut
usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Diskusi: Pemberian intervensi
pijat punggung selama dua hari dapat menurunkan skala nyeri sedang rematik.

Kata Kunci: Nyeri Rematik, Pijat Punggung

ABSTRACT
Introduction: Rheumatism is a joint problem that it was happen in both women and
men also often going on old man than at a young age. The best proper handling to
handle rheumatism in nonfarmakologi in one exception is backing massage. Back
massage can reduce pain this is because back massage produce to release of
endorphin and stimulate sensory nerve fibers-A delta and fibers C thus reducing pain
impulses. This study was conducted to know the effectiveness of back massage to
scale the intensity of pain was in women aged in Karyawangi Village West Bandung.
This study was an experimental study with one group pretest and postest design.
Subjects of this study were 17 in accordance with the criteria. The level of
rheumatism pain data before and after intervention administration was calculated
using mean formula and continued with statistic test through paired test-t sample.
The result of statistic test of back massage was showed that tcount (8,642) > ttable
(2,120) with level of confidence 95 % α = 0,05 it mean that Ho there is no
significance different administration in back massage for elder women in Karyawangi JURNAL
Village West Bandung Rejected. The conclusion from the study there was decrease
in scale a rheumatic pain in women aged in Karyawangi Village West Bandung.
Discussion: The gived of intervention is backing massage can reduce pain often.
SKOLASTIK
KEPERAWATAN
Keywords: Rheumatic pain, Back Massage Vol. 3, No.1
Januari - Juni 2017

ISSN: 2443 – 0935


E-ISSN: 2443 - 1699
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas

53
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

PENDAHULUAN rasa nyeri yang mengganggu terutama


pada hambatan dalam bekerja maupun
Lanjut usia merupakan suatu proses melaksanakan kegiatan sehari-hari
yang alami, yang akan dihadapi oleh sehingga dapat menimbulkan gangguan
setiap orang. Seseorang yang psikososial seperti kecemasan pada
memasuki usia tua akan mengalami penderita dan keluarga (Nugroho &
penurunan fungsi tubuh seperti: Wahyudi, 2012).
penurunan elastisitas kulit, rambut
memutih, gigi mulai ompong, Menurut American collage
pendengaran kurang jelas, penglihatan Rheumatology, penanganan untuk
semakin memburuk, gerakan semakin rematik dapat meliputi
lambat, otot tubuh semakin melemah,
kekuatan muskular mulai merosot
seperti keluhan nyeri otot, kekakuan,
hilang gerakan, dan tanda-tanda
inflamasi seperti nyeri tekan, disertai
pembengkakan yang mengakibatkankan
terjadinya gangguan aktivitas sehari-
hari (Nugroho & Wahyudi,
2012)
.
Penyakit rematik sering terjadi pada
orang tua dibandingkan pada usia muda,
dan dapat menyerang laki-laki maupun
perempuan. Rematik sering tampak
pada lansia karena salah satu faktor
timbulnya rematik adalah usia, semakin
tua usia seseorang maka semakin tinggi
resiko terjadinya rematik. Saat rematik
timbul masyarakat lanjut usia biasanya
pergi ke puskesmas dan apotik terdekat
untuk membeli obat rematik untuk
menghilangkan rasa nyeri (Martono &
Darmajo, 2006).
Menurut Dewa, Gede & Basudewa
dalam Andi, Hasanuddin, dan Indar
(2014) Penyakit rematik juga sering kita
dengar, bahkan tidak asing bagi banyak
orang, Namun pemahaman yang benar
tentang rematik masih belum
memuaskan. Penyakit rematik adalah
penyakit yang menyerang anggota tubuh
yang bergerak yaitu bagian tubuh
yang berhubungan antara yang satu
dengan yang lain dengan perantaraan
persendian, sehingga menimbulkan rasa
nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan
Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  54
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
terapi farmakologi dan nonfarmakologi puskesmas dan kemudian dokter
dan tindakan operasi. Teknik memberi obat penghilang rasa nyeri.
nonfarmakologi yang dapat digunakan Terapi farmakologi dapat membuat efek
untuk mengurangi nyeri pada penderita ketergantungan pada lansia dan dalam
rematik diantaranya yaitu dengan pijat, jangka waktu panjang dapat
kompres panas atau dingin, stimulasi memperberat kerja ginjal. Sedangkan
elektrik saraf kulit transkutan, teknik terapi pijat punggung tidak pernah
relaksasi dan istirahat. Tindakan dilakukan di rumah
nonfarmakologi juga dapat dikerjakan
dirumah dan caranya sederhana. Selain
itu tindakan nonfarmakologi juga dapat
digunakan sebagai pertolongan pertama
ketika nyeri menyerang (Anas,
2006)
.
Penelitian dari Kristanto dan Maliya
(2013) menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian terapi pijat
punggung terhadap intensitas nyeri
rematik pada lansia. Pijat punggung
memberikan efek penurunan kecemasan
dan ketegangan otot. Rangsangan pijat
otot ini di perkaya akan merangsang
serabut saraf delta-A dan serabut C
serta melepaskan substansi P pada
saraf aferen, dimana terdapat
mekanreseptor (alat peraba: kulit)
sebagai mekanisme pertahanan, serta
pada pusat korteks saraf desenden
melepaskan opiate endogen yaitu
hormone endorphin sebagai penghilang
rasa sakit. Sehingga mampu memblok
atau menurunkan impuls nyeri. Pijat
adalah stimulus kulit tubuh secara
umum, dipusatkan pada punggung
dan bahu, atau dapat dilakukan pada
satu atau beberapa bagian tubuh dan
dilakukan sekitar
30 menit masingmasing bagian tubuh
untuk mencapai hasil relaksasi yang
maksimal.
Berdasarkan wawancara kepada
pegawai puskesmas Parongpong untuk
mengambil data, bahwa masyarakat di
karyawangi ada wanita lanjut usia yang
menderita rematik. Dan pegawai
puskesmas mengatakan bahwa ketika
lansia mengalami nyeri dan kekakuan
Jurnal Skolastik
sendi, lansia tersebut hanya pergi ke Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  55
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

karena takut dan tidak ada pengetahuan 9 2


tentang pijat punggung. 10 2
BAHAN DAN 11 2
METODE 12 2
13 2
Notoatmodjo (2012, hal. 87) 14 2
menjelaskan bawa instrumen penelitian 15 2
adalah alat- alat yang digunakan untuk 16 2
mengumpulkan data dalam penelitian. 17 2
Dalam penelitian ini instrument
penelitian dibagi menjadi dua kelompok
yaitu alat penelitian dan bahan
penelitian.
Alat yang digunakan untuk mengukur Dari tabel 1 memperlihatkan nilai rata-
skala nyeri pada subjek adalah lembaran rata tingkat skala nyeri rematik
skala nyeri rematik, alat tulis, stopwatch sebelum dilakukan pijat punggung pada
digital, lembaran catatan untuk wanita lanjut usia di Desa Karyawangi
mendokumentasikan hasil pengukuran Kabupaten Bandung Barat. Hasil statistik
skala nyeri responden dan bahan yang memperlihatkan hasil tingkat skala nyeri
digunakan adalah baby oil. adalah 2 (dua), yang termasuk kategori
Nyeri Sedang.
Pengukuran skala nyeri rematik sedang
subjek penelitian dilakukan Tabel 2 melampirkan hasil analisa skala
sebanyak dua kali yaitu sebelum nyeri rematik sedang sesudah
pemberian pijat punggung dan setelah 2 pemberian pijat punggung.
(dua) hari intervensi untuk melihat efek
Tabel 2. Skala nyeri rematik
pemberian pijat punggung terhadap
sedang sesudah
skala nyeri rematik sedang subjek
intervensi
penelitian. Subjek (n) Skala Nyeri Sebelum
1 1
HASI
2 1
L
3 2
Hasil yang dianalisa dalam penelitian ini 4 1
adalah skala nyeri sedang sebelum 5 1
dan sesudah pemberian pijat punggung. 6 1
7 1
Tabel 1 melampirkan hasil analisa skala
8 1
nyeri rematik sedang sebelum
9 1
pemberian pijat punggung.
10 1
Tabel 1.Hasil skala nyeri rematik 11 1
sedang 12 1
Sebelum 13 2
Intervensi 14 1
15 1
Subjek (n) Skala Nyeri Sebelum
16 1
1 2
17 2
Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  56
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2

Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun


Jurnal
2017  57
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Pada table 2 menunjukkan bahwa nilai saraf yang diterima oleh nosiseptor.
skala nyeri rematik sesudah dilakukan Reseptor nyeri pada kulit dan jaringan
pijat punggung pada wanita lanjut usia di tubuh dipengaruhi oleh mekanisme
Desa Karyawangi Kabupaten Bandung- tersebut. Posisi hambatan menentukan
Barat adalah 1,1765 yang termasuk apakah impuls saraf berjalan bebas atau
dalam kategori Nyeri Ringan. tidak ke medula dan talamus sehingga
dapat mentransmisikan impuls atau
PEMBAHASAN pesan sensasi
Hasil penelitian menunjukkan bahawa
dengan melakukan pijat punggung
selama dua hari dapat memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap
penurunan skala nyeri rematik. Hal ini
dapat disebabkan pijat punggung dapat
memberikan peredaan nyeri sementara
yang efektif, dimana dapat menghasilkan
pelepasan endorphin yang menghambat
transmisi nyeri serta menstimulasi
serabut saraf sensorik delta-A dan
serabut C yang kemudian melepaskan
substansi P pada saraf aferen, dimana
adanya mekanreseptor yaitu alat peraba
pada kulit sebagai mekanisme
pertahanan. Terdapat pada pusat
korteks yang lebih tinggi diotak
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden
tersebut akan melepaskan opiat
endogen seperti hormon endorphin yang
akan membuat seseorang merasa
senang (Kozier, et al., 2010).
Teori opiate endogenous, dimana
reseptor opiate yang berada pada otak
dan spinal cord menentukan dimana
sistem saraf pusat mengistirahatkan
substansi morfin yang dinamakan
endorphin dan enklephalin. Bila nyeri
diterima opiate endogen ini dapat
dirangsang pengeluarannya oleh
stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate
reseptor ini berada pada ujung saraf
sensori perifer (Sari, 2006).
Teori pengendalian gerbang (gate
control theory) mekanisme hambatan
neural atau spinal terjadi dalam
substansi gelatinosa yang terdapat di
kornu dorsal nedula spinalis. Impuls
Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  58
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
ke korteks sensorik. Jika hambatan
terbuka, impuls dan pesan dapat Baratawidjaja, KG,, Rengganis, Iris.
melewatinya dan di transmisikan secara (2012).
Imunologi Dasar Edisi 10.
bebas (Cooper dan Fraser, 2009, hlm.
FKUI. Jakarta.
464).
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar
KESIMPULA
Keperawatan Medical Bedah Edisi
N
8. Jakarta: EGC.
Pemberian intervensi dengan
pemberian pijat punggung selama 2
(dua) hari selama
30 menit/ hari dapat menurunkan skala
nyeri rematik sedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Purwanto, Erwan dan Dyah
Ratih
Sulistyastuti. (2007).
Metode Penelitian Kuantitatif,
Untuk Administrasi Publik,
dan
Masalahmasalh Sosial.
Gaya
Media Jogyakarta.
Andi Ahdaniar, Hasanuddin, H.
Indar. (2014). ‘Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
penyakit rematik pada lansia
diwilayah puskesmas kassi-kassi
kota makasar’, Jurnal Ilmiah
kesehatan diagnosis Volume
4 Nomor 2 Tahun 2014.
Alimul, & Aziz H. (2011). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Anas, & Tamsuri. (2006). Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri, EGC,
Jakarta.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Balaska, J. (2005). New Natural
Pregnancy.
Jakarta: PT. Prima Medika Jurnal
PustakaSkolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  59
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Corwin, & Elizabeth J. (2009). Tugas Ibu. Diambil tanggal 15


Patofisiologi: Buku Saku. EGC. maret
Jakarta. 2016 dari
http://
Depkes RI. (2006). cyberwoman.cba.net.id
Pedoman Teknis Penemuan dan
Tatalaksana Penyakit Rematik. Monsdragon. (2004).
Jakarta: Direktorat Pengendalian Pregnancy Information
Penyakit Tidak Menular. (Eflleurage dan Massage).
http:// www.
Fraser, Diane, M & Cooper, M.A. onsdragon.org/
(2009). pregnancy
Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta:
EGC
Martono & Darmojo. (2006). Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
FKUI: Jakarta .
Guyton & Hall. (2007).
Fisiologis
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Junaedi iskandar. (2013). Rematik
dan Asam Urat. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu popular.
Kozier, Erb, Berman. Snyder. (2010).
Buku Ajar Fondamental
Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik, Volume: 1, Edisi : 7, EGC :
Jakarta
Lestari Indah, Nurhayati Yeti. Setiyado
ari (2013). Terapi Kompres Jahe
dan Massage Pada Osteoartritis di
Panti Wreda Surakarta.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1 Edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius.
Masfufah & ernie. (2013). Gambaran
Pengetahuan Tentang Penyakit
Rematik Pada Wanita Lanjut Usia
Di Panti Sosial Tresna Wredha
Budi Pertiwi Bandung. Jurnal
Universitas Pendidikan Indonesia.
Meiliasari & Mila. (2002). Menyusui
Hanya
Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
Jurnal
2017  60
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
effleurage. Diunduh tanggal 15 3. EGC. Jakarta.
maret
2016. Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of
Medical Surgical Nursing Vol.2.
Notoadmojo. (2012). Metode Penelitian Philadelphia: Linppincott William &
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Wilkins.
Nugroho & Wahyudi, H. (2012).
Keperawatan Gerontik dan
Geriatrik. Edisi 3. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan
penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku


Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Price, S. A, & Wilson, L. M,. (2006). (
Penerjemah: Pendit BU dkk.).
Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses- Proses Penyakit. Edisi 6.
Volume 1. Jakarta: EGC.
Ramadhan. 2009. Penyakit yang
sering terjadi pada lansia.
[Available]
http://stikeskabmalang.wordpress.
co m/2009/10/3/ (Diakses
tangal 20 oktober 2015).
Sari, L.O.R.K., (2006). Pemanfaatab
Obat Tradisional Dengan
Pertimbangan dan Keamanannya.
Universitas Jember. Majalah Ilmu
Kefarmasian. Vol 3.
Siregar, S., (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif: Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual
dan Spss Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana
Sjamsuhidajat, R (2010). Buku Ajar
Ilmu
Bedah Sjamsuhidajat-de Jong
Edisi Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
2017  61
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Stromborg, M, Olsen, S.
Instrument For Clinical
Health- Care Research
Third edition. Canada:
Jones and Barflett
Publishers
International.
Sudjana. (2005). Metode
Statistika. Tarsito.
Bandung.
Sugiyono. (2009).
Metode Penelitian
Administrasi. Bandung : Alfabeta
Sunyoto, D. (2012).
Statistika Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Suarjana, & I Nyoman.
(2009). Artritis
Reumatoid Dalam
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi
V. Interna Publishing.
Jakarta.
Tamsuri, (2007).
Konsep Dan
Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta.
Thomas Kristanto & Arina
Maliya. (2011).
Pengaruh Terapi Back Massage
Terhadap Intensitas Nyeri
Reumatik Pada Lansia Di Wilayah
Puskesmas Pembantu Karang Asem.
Trisnowijaya Bambang.
(2012).
Keterampilan
Dasar Massage.
Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wahyudi. (2009).
Kepemimpinan Kepala
Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun
Sekolah Dalam
2017  62
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Organisasi
Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
World Health
Organization (2009).
Rheumatoid Arthritis. Diunduh:
www.who.Rheumatoid
Arthritis.com .
Diperoleh Tanggal 08
Oktober 2015 .

Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun


Jurnal
2017  63
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun


Jurnal
2017  64

Anda mungkin juga menyukai