S
DENGAN REMATIK DI JORONG BATANG
PALUPUH KECAMATAN PALUPUH
TAHUN 2018
Oleh:
Assalamualaikum Wr. Wb
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul
Batang Palupuh Kecematan Palupuh Tahun 2018”, yang merupakan salah satu
Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi. Salawat beriring salam juga penulis
Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak mendapat
bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada
Akademik, kepada ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S.Pd Ns. M.Kes dan ibu Ns. Cory
Febrina, S.Kep, M.Kes selaku dewan penguji Karya Ilmiah. Penulis juga
Bukittinggi.
2. Ibu Ns. Wenny Lazdia, S. Kep, M.A.N selaku ketua Program Studi Pofesi
pendidikan.
semangat serta doa dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
kesuksesan bersama
dan saran demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dimasa yang akan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 6
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...................................................................................... 77
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................. . 80
C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 81
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ..................................... 84
E. Evaluasi ........................................................................................... 86
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 88
B. Saran ............................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Komposisi keluarga…………………………….. 50
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
satunya adalah keluarga dengan tahap perkembangan lansia yang dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain
Tahap terakhir dalam siklus kehidupan keluarga menurut Duvall (1985) adalah
keluarga lansia pensiunan (disebut juga anggota keluarga lansia atau pensiun
sampai kematian kedua pasangan). Dimana dalam tahap ini ada lansia yang
memilih tinggal sendiri daripada tinggal dengan anak-anaknya, namun ada juga
lansia yang tetap tinggal dengan anaknya sampai akhir hayatnya (Friedman, 2010).
masalah- masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan
dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasilitas lainnya bagi
kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami
1
2
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik
merupakan keadaan sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua banyak
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
arthritis 44%, hipertensi 39%, kesepian karena merasa tidak dibutuhkan dan
meningkatnya usia. Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian tampak pula pada semua
sistem musculoskeletal (otot dan tulang) dan jaringan lain (jaringan ikat, jaringan
lunak). Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak
adanya berbagai macam penyakit yang mulai menyerang termasuk salah satunya
menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, defenisi rematik
adalah penyakit menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh ( Hidayat, 2006 ). Rematik
adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar
sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang banyak di derita
oleh kaum lanjut usia ( usia 50 tahun keatas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya ( Adelia,
2011 ).
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang
tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan angka kejadian rematik
terjdi pada kelompok masyarakat lansia ( lanjut usia ) yang memang dekat dengan
(FKUI/RSCM, 2009).
dunia yang mengalami Rematik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
4
diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%). Dan prevalensi penyakit sendi
bertambahnya umur. Tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%)
(Riskesdas, 2013).
laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit rematik ini
sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada usia di bawah
40 tahun. Prevalensi yang terserang rematik lebih tinggi wanita karena wanita
hormone tersebut semakin tinggi pula wanita terkena rematik (Fajriah, 2009).
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderita atau hanya
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga
terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
adanya dukungan keluarga akan berpengaruh pada proses perawatan sehari – hari
(Fridman, 2010).
5
ikut berperan serta dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Jorong Batang Palupuh pada Ny.
S. Dimana didapatkan data Ny.S mengeluh nyeri pada kaki dan tangan,
merasakan nyeri pada saat pagi hari serta saat terkena air dingin. Keluarga ada
membawa Ny. S berobat ke puskesmas jika kaki sudah merasa nyeri, keluarga ada
merawat Ny. S dengan baik saat sakit, dan keluarga kurang menyesuaikan tata
letak benda di dalam rumah Ny. S. Dan saat penulis kaji keluarga Ny. S
mengatakan tidak terlalu mengetahui tentang penyakit rematik serta tidak begitu
paham tentang penanganan yang tapat terhadap kondisi penyakitnya. Hal ini
memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
rematik.
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
4. Bagi penulis
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang
lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu
daerah yang berdekatan (Fridman, 2010). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini,
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
2. Tipe-tipe keluarga
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
ditinggalkan.
8
9
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
d) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.
f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
peran sebagai orang tua, atau kelahiran terdiri atas suami, istri dan anak-
3. Struktur keluarga
diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
sedarah istri.
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini
12
yang obyektif)
b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh : marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya)
a) Mendengar
c) Memvalidasi
b) Diskualifikasi
e) Kurang memvalidasi.
13
c) Kurang empati
f) Komunikasi tertutup
g) Bersifat negatif
h) Mengembangkan gosip
b. Struktur Kekuatan
5) Affective power
c. Struktur Peran
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
atau anak.
1) Peran ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
Nilai adalah suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
d. Fungsi Ekonomi
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
16
e. Fungsi Biologis
selanjutnya.
f. Fungsi Psikologis
keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
perkembangannya.
dimaksud, yaitu :
rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap
dipersepsikan keluarga.
18
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman (2010) ada 8,
yaitu :
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
4) Komunikasi
21
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)
4) Imunisasi
6) Keluarga berencana
7) Interaksi keluarga
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
2) Keracuanan
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
kemampuan berbicara)
2) Kesehatan gigi
4) Penyalahgunaan zat
5) Penyakit menular
6) Penyakit kronik
7) Masalah perilaku
22
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
4) Keluarga berencana
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
darah tinggi
5) Masalah menopause
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
2) Hubungan pernikahan
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang tua
lanjut usia
23
2) Gangguan mobilitas
3) Penyakit kronik
6) Memberikan asuhan
7) Kerentanan psikologis
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
24
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan
2. Batasan Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun
Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni:
disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65
tahun ke atas. Namun, di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.
Hal ini dipertegas dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejateraan
muskuloskeletal.
pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara hidup yaitu
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan
intelektual terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek serta terjadi perubahan pada daya fikir akibat
dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu
C. Konsep Rematik
1. Pengertian Rematik
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada
otot, tulang, dan jaringan di sekitar sendi. Keluhan yang sering muncul adalah
nyri, kaku, bengkak, sampai keterbatasan gerak tubuh. Nyeri pada sendi rematik
hamper sama pada saat keseleo. Namun pada rematik disertai peradangan pada
2006).
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
2. Etiologi
bersinggungan. Kejadian inilah yang memicu rasa sakit dan nyeri yang tak
Selain itu rematik juga bisa disebabkan oleh kurang menkonsumsi protein,
buah-buahan segar, sayuran (wartel, bayam), kurang mimum susu, sering minum
a. Faktor keturunan
dalam menyebabkan kondisi ini, seperti yang sering kita tahu bahwa
dan virus.
karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjdi racun yang
28
e. Faktor umur
3. Menifestasi Klinis
Menurut Junaidi, gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain (Nudliroh,
2014):
a. Nyeri sendi
d. Krepitasi
Hampir semua pasien rematik pada pergelangan kaki, tumit, lutut atau
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
g. Otot-otot yang menjadi kaku, lemah, atau nyeri; keadaan ini terjadi
4. Patofisiologi
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
menjadi nekrosis.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain,
Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan
2017).
5. Pemeriksaan Penunjang
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (
bersamaan.
perkembangan panas.
yang normal.
rontgen.
(Suryati, 2017)
32
6. Pencegahan Rematik
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga
terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut,
melakukan peregangan sendi, istirahat yang cukup, memakai kaos kaki jika mau
Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur. Penderita rematik juga mengkonsumsi susu dan telur
makanan seperti: alkohol, teh, kopi, sayur kangkung, rebung , durian, makanan
7. Perawatan Rematik
Perawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi
Pada prinsipnya cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk
maksimal.
kekakuan otot.
d. Herbal
sebagai berikut:
nyeri sendi.
1. Pengkajian
a. Wawancara keluarga
sebagainya.
a. Data Umum
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
36
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-
ini.
Contoh :
tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada
terpenuhi.
kesehatan.
dan istri.
c. Pengakjian lingkungan
1) Karakteristik rumah
perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
berpindah tempat.
masyarakat.
psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
d. Struktur Keluarga
3) Struktur peran
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
dan perilaku.
lingkungan setempat.
luasnya masalah
alami
kesehatan
dimiliki
lingkungan
adalah:
fasilitas kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
papan
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor
permasalahan
menghadapi permasalahan
g. Pemeriksaan Fisik
klinik.
h. Harapan Keluarga
2. Tahap Diagnosa
perawatan keluarga.
kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
a) Gangguan nutrisi
44
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
Sebagai contoh:
keluarga Bapak K.
X.
keluarga Bapak I.
Maglaya, 1978).
2. Kemungkinan Masalah
· Skala:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
4. Menonjolnya Masalah
· Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tapi tidak perlu 1 1
ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Skoring:
46
Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
Kriteria 2:
menangani masalah.
waktu
sokongan masyarakat.
Kriteria 3:
adalah:
masalah .
47
itu ada
memperbaiki masalah.
Kriteria 4:
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
ditetapkan.
4) Memberikan informasi
dengan cara:
dengan cara:
dengan cara:
5. Tahap Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
mengambil keputusan. Proses evalusi terdiri dari dua tahap yaitu mengukur
pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif, psikomotor, dan perubahan tubuh
serta gejalanya dan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
A. Pengkajian
1. Data keluarga
Agama : Islam
Lanjutan
No Nama Penampilan umum Status Riwayat Analisis
kesehatan penyakit kesehatan
individu
1. Ny.F Penampilan umum Ny.F rematik
baik dan bersih. mengeluhkan
nyeri pada
kaki dan
tangan
2. An. S Rapi, bersih Tidak ada Tidak ada
keluhan
3. An. F Rapi, bersih Tidak ada Tidak ada
keluhan
2. Data Penunjang keluarga
1) Kondisi rumah
Tipe rumah Ny. S adalah semi permanen dan milik sendiri. Rumah
keluarga Ny. S terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 1
6) Tempat sampah
Ny. S ada menggunakam air bersih untuk makan dan minum untuk
Ny. S ada mencuci tangan dengan air bersih tetapi jarang menggunakan
sabun.
Ny. S ada menjaga kebersihan rumah nya akan tetapi semenjak kaki dan
Ny. S kadang ada mengkonsumsi sayur dan buah tetapi tidak rutin untuk
keterbatasan gerak.
anggota.
Ada perhatian dari anak saat Ny. S sakit, saat ini Ny. S tinggal dengan
tinggal sendiri.
dalam keluarga:
Anak Ny. S mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. S. Anak
tangannya.
Saat di lakukan pengkajian pada anak dan cucu Ny. S, kurang mengetahui
penyebab dari sakit kaki dan tangan yang di alami oleh Ny. S.
Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang
dialami Ny. S.
e. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami
Keluarga ada mengatahui akibat masalah kesehatan yang dialami oleh Ny.
S.
Keluarga Ny. S bisa dapat informasi masalah kesehatan dari tetangga dan
tenaga kesehatan.
keluarganya :
kesehatan Ny. S.
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 E4 M5 V6
Pernafasan : 19 x/i
Nadi : 89 x/i
Suhu : 36,7 C
Sirkulasi/cairan
Tidak edema , tidak ada asites, tidak ada tanda tanda perdarahan, tidak ada
tanda tanda anemia (seperti pucat, konjungtiva anemis dan akral pucat) akral
Ny. S BAK 6-7 x/ hari, pasien mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAK,
Pernafasan
Ny. S tidak ada secret dan sianosis, bentuk thorak simtris, tidak ada
Pencernaan
Saat pengkajian pasien tidak ada merasa mual, ingin muntah. Tidak ada
kesulitan dalam menelan dan minum, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
masa pada abdomen. Ny. S biasanya makan 3 kali sehari dengan porsi yang
sedang.
Muskuloskeletal
Tonus otot baik, ada kontraktur pada tangan, nyeri pada kedua kaki saat
banyak beraktivitas, rentang gerak atas Ny. S terbatas , rentang gerak bawah
Ny. S terbatas karena nyeri di kaki. Ny. S dapat berjalan dengan mandiri dan
Neuro Sensori
a. Fungsi penglihatan.
Pandangan mulai kabur, Ny. S menggunakan alat bantu yaitu kaca mata.
b. Fungsi pendengaran
Pendengaran Ny. S masih baik atau masih bisa mendengar dengan jelas.
c. Fungsi perasa
e. Fungsi penciuman
Ny. S mengatakan ia terkadang merasa susah untuk tidur malam, Ny. sada
Mental
Ny. S mengatakan cemas dengan keadaannya, karena nyeri pada kaki dan
tangan yang di rasakan membuat Ny. S susah utuk banyak melakukan aktivitas
Ny. S interaksi dengan tetangga baik dan tidak ada hambatan dalam
komunikasi. Ny. S tidak ada lagi melakukan kegiatan sosial yang ada di
masyarakat.
Kebersihan diri
Ny. S dapat melakukan perawatan diri secara mandiri tanpa bantuan dari
orang lain.
B. Analisa Data
No Data Masalah
1. Ds : Kesiapan meningkatkan
1. Anak Ny. S mengatakan kaki dan tangan manajemen kesehatan
Ny. S terasa nyeri pada bagian sendi saat
banyak beraktivitas.
2. Ny. S mengatakan ia ingin untuk melakukan
penanganan terhadap faktor resiko penyakit
rematik
3. Ny. S mengatakan ingin meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan perawatan
kesehatan yang ditetapkan
4. Keluarga mengatakan semua aktivitas
rumah dilakukan oleh cucu dan dibantu
anak Ny. S
5. Keluarga mengatakan kurang mengerti
tentang rematik, penyebab dan tanda dan
gejala.
6. Keluarga mengatakan ingin menangani
penyakit Ny. S
7. Keluarga mengatakan ingin melakukan
pengobatan tradisional untuk Ny. S
Do:
1. Keluarga kurang mampu melakukan
perawatan pada Ny. S
2. Keluarga kurang mengerti dengan rematik,
penyebab dan tanda dan gejala.
3. Keluarga sudah mampu menyiapkan
lingkungan yang baik seperi lantai licin,
penerangan yang kurang.
4. Keluarga antusias untuk melakukan
pengobatan tradisonal untuk Ny. S
5. Ny. S tampak antusias untuk melaksankan
pengobatan yang ditetapkan.
6. Keluarga Ny. S ingin meningkatkan
perawatan untuk Ny. S
2 Ds : Resiko jatuh
1. Ny. S mengatakan ia tinggal dengan cucu
nya di rumah sedangkan anaknya tinggal
di samping rumah Ny. S.
2. Ny. S mengatakan pernah jatuh dihalaman
rumahnya.
3. Keluarga dan Ny. S mengatakan berjalan
menggunakan tongkat
4. Keluarga mengatakan Ny. S dibantu oleh
cucu dan anaknya melakukan pekerjaan
rumah.
5. Keluarga mengatakan penurunan kekuatan
pada kaki Ny. S
Do :
1. Ny. S tinggal dengan cucu dan anaknya
tinggal di samping rumah Ny. S
2. Usia Ny. S yang sudah 70 tahun
3. Ny. S menggunakan tongkat saat berjalan
4. Pekerjaan sehari-hari Ny. S dibantu oleh
cucu dan anak Ny. S
5. Gaya berjalan Ny. S yang lambat dan
berhati-hati.
C. Skoring
1 Kesiapan Meningkatkan 1. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Keluarga mampu mengenal masalah
a. (2605) pengetahuan tentang penyakit a. (5602) Pengajaran : proses penyakit
Manajemen Kesehatan Pada
b. (1700) kepercayaan mengenai kesehatan
Ny. S
3 Resiko Jatuh Pada Ny. S 1. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Keluarga mampu mengenal masalah
a. (1803) Pengetahuan tentang penyakit a. (5510) Pendidikan Kesehatan
b. (1811) Pengetahuan tentang aktivitas
yang disarankan
b. Keluarga mampu memutuskan untuk 2. Keluarga mampu memutuskan
merawat, meningkatkan kesehatan. untuk merawat, meningkatkan
kesehatan.
a. (1606) Berpartisipasi dalam memutuskan
a. (5250) Dukungan membuat
perawatan kesehatan.
keputusan
b. (1632) Perilaku patuh terhadap aktivitas
yang disarankan
2. Keluarga mampu
memutuskan untuk
meningkatkan kesehatan.
Dukungan membuat
keputusan
a.Membantu keluarga untuk
mengklasifikasi nilai dan
harapan yang mungkin bisa di
ubah dalam keluarga.
b. Menjelaskan tujuan dari
perawatn yang di berikan.
c. Memberikan informasi yang
sesuai dengan yang di butuhkan
keluarga.
3. Keluarga merawat anggota
keluarga.
Manajemen nyeri.
a. Melakukan pengkajian nyeri.
b.Memberikan informasi
mengenai nyeri
c.Mengajarkan teknik
nonfarmakologi. (kompres
hangat, gengam jari).
2 selasa/13/02 4. Keluarga mampuS : Keluarga mengatakan Ny.
/2018 memodifikasi lingkungan. S pernah jatuh di rumah.
O : Keluarga tampak pham
a. Mengkaji riwayat jatuh
dengan penjelasan
b.Memonitor gaya berjalan. bagaimana cara
c. Mengajarkan anggota mencegah resiko jatuh.
A : Keluarga telah mampu
keluarga mengenai resiko jatuh.
memodifikasi
lingkungan dan
5. Keluarga mampu memanfatkan fasilitas
memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesehatan P : Intervensi di hentikan
Menginformasikan kelaurga
mengenai berbagai jenis fasilitas
kesehatan yang dapat di
manfaatkan
BAB IV
TELAAH JURNAL
genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri, Terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri rematik
terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di Desa
Penelitian yang dilakukan oleh Desi Natalia pada tahun 2016 di RW 1 dan 2
Kelurahan Bangsal Kota Kediri tentang “Terapi relaksasi genggam jari terhadap
sendi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 orang, teknik pengambilan sampel
random sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
statistic paired test. Dari 44 respoden sebelum diberikan perlakuan terapi relaksasi
genggam jari pada pasien rematik yang mengalami nyeri antara skala nyeri 4
rematik mengalami penurunan jari antara skala 1 sampai 6 dengan mean 3,48.
Hasil test statistik menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig. 0,000 (P <
0,05), artinya “terapi relaksasi genggam jari sangat efektif dalam menurunkan
mengalami nyeri, sedangkan setelah diberikan terapi genggam jari sebagian besar
tidak mengalami nyeri, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terapi genngam
Penelitian yang dilakukan oleh Noorhidayah, dkk pada tahun 2012 tentang
“Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel”. Dimana sample adalah pasien
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon Sign Rank
Test. Dari 26 respoden sebelum diberikan perlakuan kompres panas pada pasien
rematik dapat dilihat bahwa sebagian besar (57,69 %) lansia mengalami nyeri
mengalami nyeri ringan. Selain itu, sebelum perlakuan terdapat (34,61 %) lansia
dengan nyeri berat terkontrol, namun sesudah diberikan perlakuan, tidak ada lagi
diberikan terapi kompres panas, pasien lansia dengan nyeri rematik PSTW Budi
7,70 %, nyeri sedang sebanyak 57, 69 %, dan nyeri berat terkontrol sebanyak 34,
61 %. Sesudah diberikan terapi kompres kompres panas pada lansia dengan
rematik yang mengalami nyeri ringan sebanyak 57,69 % dan nyeri sedang
sebanyak 42,31 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Pera Sihaan, dkk pada tahun tentang
efektivitas pijat punggung terhadap intensitas nyeri rematik sedang pada wanita
lanjut usia di Desa Karyawangi Kab. Bandung Barat. Sampel penelitian ini
selama dua hari dapat memberikan perbedaan yang signifikan terhadap penurunan
skala nyeri rematik. Hal ini dapat disebabkan pijat punggung dapat memberikan
sensorik delta-A dan serabut delta-C yang kemudian melepaskan substansi P pada
pemberian pijat punggung selama dua hari selama 30 menit dapat menurunkan
Penelitian yang dilakukan oleh Fera bawardi, Julia rottie, Reginus malara pada
Talaud. Sampel yang pada penelitian ini diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu,
bulan september 2016 dengan jumlah sampel yang akan digunakan yaitu
survei analitik, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana semua
data yang menyangkut variabel penelitian dikumpul satu kali pada waktu
yang bersamaan.
statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05) menunjukan
nilai p-Value 0,002, didapatkan hasil nilai p-Value lebih kecil dari ߙ=0,05
Tetapi dalam penelitian ini juga terdapat pengetahuan yang tidak baik tapi tidak
menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%
(ߙ=0,05) menunjukan nilai p-Value 0,04, didapatkan hasil nilai p- Value lebih
yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu yang lama, sering yang
menggunakan uji statistik, dari uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%
lebih kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha diterima. Menunjukan bahwa terdapat
Kabupaten Talaud. Dalam penelitian ini terdapat responden yang memiliki pola
makan yang tidak tetapi tidak sering mengalami kekambuhan yaitu sebanyak 3
menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu
lainnya.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
2005).
Pengkajian dilakukan selama 2 hari pada tanggal 8-9 Februari 2018. Pengkajian
Dari hasil pengkajian terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala di
teori dengan tanda dan gejala pasien yang menderita rematik. Hal ini sesuai
dengan pengkajian penulis kepada pasien dimana pasien mengalami nyeri pada
kasus yang didapatkan. Secara teoritis pasien dengan rematik mengalami nyeri
pada perut kaki dan tangan serta merasa kesemutan. Hal ini dirasakan saat pagi
pada kaki dan tangan. Ny. S dulu memiliki kebiasaan bekerja berat, olahraga tidak
teratur, pola makan yang tidak teratur. Ny. S pernah dirawat di rumah sakit 1
tahun yang lalu karena hipertensi dan lemah pada kedua kaki. Ny. S tampak
disebabkan oleh tingkat pengetahuan, pola makan yang tidak sehat, pekerjaan atau
Berdasarkan penelitian Idris & Astarani 2016 yang berjudul Terapi relaksasi
genggam jari terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Kota Kediri
menjelaskan bahwa nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama. Penyakit
pada sendi yang sering menyebabkan gejala nyeri adalah akibat degenerasi atau
kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia,
terutama yang gemuk. Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan jaringan
ikat sekitar sendi, ligament dan kartilago mengalami penurunan elastisitas karena
pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi
rasa nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat (Idris dan astarani,
2016).
struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang menyebabkan
menyebabkan nyeri sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu
bagian persendian, nyeri sendi akan mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri
sendi biasanya akan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul
2006).
Ny. S mengatakan nyeri yang dirasakan sering muncul tapi Ny. S tidak
mengetahui cara penanganan nyeri yang baik. Sehingga hal ini mengganggu
aktivitas sehari hari Ny. S dalam jurnal Efektifitas pijat punggung terhadap
intesitas nyeri remati sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi
penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya
akan merangsang serabut saraf delta-A dan serabut C serta melepaskan substansi
P pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai
opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga
mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh
secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada
satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing
bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal (Sihaan, dkk, 2016).
Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis,
B. Diagnosa Keperawatan
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan
dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien di
masa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005).
tau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
bersama- sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya
karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu keluarga antusias dalam
penyakit.
karakteristik yang ada pada buku NANDA yaitu usia pasien sudah 70
menggunakan tongkat.
pengetahuan pasien.
C. Intervensi Keperawatan
tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan
Perry, 2005).
Selama perencanaan dibuat proiritas pemecahan masalah terhadap intervensi
kepada keluarga Ny. S, penulis juga melibatkan bidan desa. Hasil yang
masalah ini, penulis berfokus pada diagnosa ini karena keluarga antusias dalam
jurnal terapi Sihaan yang berjudul efektivitas pijat punggung terhadap intensitas
nyeri rematik sedang pada wanita lanjut usia di desa karyawangi kabupaten
kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan pijat otot ini di perkaya akan
pada saraf aferen, dimana terdapat mekanreseptor (alat peraba: kulit) sebagai
opiate endogen yaitu hormone endorphin sebagai penghilang rasa sakit. Sehingga
mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Pijat adalah stimulus kulit tubuh
secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada
satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 30 menit masingmasing
Diagnosa kedua yaitu resiko jatuh pada Ny. S. diagnosa ini diangkat karena
keadaan Ny. S yang menggunakan tongkat, Ny. S pernah jatuh dan usia Ny. S
sudah 70 tahun. Intervensi yang di jalankan pada diagnosa ini adalah melibatkan
keluarga dalam perawtan Ny. S, yang di modifikasi dari jurnal yang berjudul
Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien lansia dengan nyeri
pda klien. Menurut brunner dan suddarth 2001, kompres panas digunakan untuk
mengurangi nyeri, serta pemberian kompres panas juga berperan untuk pelunakan
jaringan fibrsa, membuat otot lebih rileks, dan mempelancar pasokan aliran darah
pembuluh darah, sehingga menambah asupan oksigen dan nutrisi yang menuju ke
lunak (14), sehingga pemberian kompres panas pada pasien lansia dengan nyeri
Penurunan tingkat nyeri yang terjadi setelah diberikan terapi kompres panas
sesuai dengan mekanisme Gate Control Theory oleh Melzack dan Wall (1965),
yang menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka
dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya menutup pertahanan tersebut
terjadi saat dilakukan kompres panas yang dapat menghambat impuls nyeri yang
penurunan nyeri sendi pada lansia berdasarkan jurnal Idris dan Astarani tahun
sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang
terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Titik-titik refleksi pada tangan
memberikan rangsangan
tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada
menjadi lancar. Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa
untuk mencapai relaksasi. Dalam keadaan relaksasi secara alamiah akan memicu
pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan analgesic alami dari tubuh
D. Implementasi
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
dan kegiatan yang dilakukan, konseling, serta tindakan penyelamatan jiwa seperti
punggung pada Ny. S berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri pada
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Sihaan dkk,
mengurangi nyeri pada daerah yang sakit. Penelitian lain nya juga menyatakan
bahwa pijat pungging juga dapat mengurangi nyeri pada penderita rematik dan
jari dan kompres hangat pada Ny. S agar tidak terjadi kekakuan pada sendi,
berhasil di lakukan dan menurunkan rasa nyeri dan kekakuan otot pada Ny.S.
aktivitas sehari hariyang mengatur pengobatan yang sesuai dengan gaya hidup.
cara perawatan pada anggota keluarga yang mengalami sakit rematik. Perawat
E. Evaluasi Keperawatan
dengan kriteria hasil dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan
tindakan dan penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry,
2005).
Masalah ini teratasi, dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu
keluarga untuk memutuskan tindakan untuk merawat Ny. S. Pada TUK III
Dimana pada kriteria hasil TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu
tentang melibatkan keluarg dalm proses pengobatan aplikasi dari jurnal yaitu
untuk merawat Ny. Pada TUK III keluarga mampu mempraktekkan untuk
dengan memberikan materi pencegahan resiko jatuh pada lansia dan mau
A. Kesimpulan
Davis,1993). Terdapat keterkaitan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya sehingga peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek pelayanan
keluarga dengan usia lanjut, mulai dari salah satu pasangan memasuki masa
merupakan individu yang berusia lebih dari 60 tahun yang mengalami berbagai
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Pasien dengan rematik
mengalami keluhan seperti nyeri pada sendi, kaku pada sendi, rasa lelah dan lesu
serta susah tidur dan susah beraktivitas. Gejala utama dari osteoarthritis adalah
adanya nyeri pada sendi yang terkena rematik terutama pada waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat, terdapat hambatan pergerakan
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga Ny. S
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5 (lima) hari pada Ny.
genggam jari untuk mengurangi nyeri, namun belum mencobakan obat tradisional
manajemen kesehatan pada Ny. S yaitu pijat punggung untuk mengurangi nyeri,
sedangkan diagnose resiko jatuh pada Ny. S yaitu dengan dengan kompres hangat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari pada Ny. S, pada hari
empat dan ketiga sampai kelima, Ny. R memperlihatkan adanya pengurangan rasa
nyeri dengan kompres hangat, pijat punggung dan teknik genngam jari untuk
mengurangikaku sendi.
B. Saran
asuhan keperawatan keluarga tentang rematik secara teori dan praktek serta
dengan adanya siklus elektif pihak kampus dapat membuat program pembelajaran
2. Bagi Puskesmas
keperawatan keluarga dengan rematik yang agar lebih profesional serta dapat
keperawatan.
3. Bagi Mahasiswa
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit tidak Menular Solusi Pencegahan dari
Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta : PT Alex Media Komputindo
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3.Jakarta : EGC.
Idris & astarani. 2016. Terapi relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia di Kota Kediri
Noohidayah.2016. Terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri klien
lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Prov. KalSel
Nanda Internsional. 2015.Diagnosa keperawatan: Defenisi dan klasifikasi 2015-
2017 (10th ed), jakarta: EGC
Nugroho, W. H. 2008. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik & Geriatrik.
Jakarta : EGC.
Nadliroh, Uyun. 2014. Gambaran penyakit rematik pada lansia.
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan
keluarga. Sangat perlu dipahmi masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat
mengukur keadaan klien dan merupakan tahap pertama dari proses keperawatan
yang merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja
meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain : data umum, riwayat
banyaknya lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2013 sebanyak 9,99 % dari
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Rencana Kegiatan
Keterangan : perawat
Ny. S
Anak Ny. S
2. Target : Ny. S
E. Strategi pelaksanaan
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
3. Evaluasi hasil
perkembangan keluarga
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah keperawatan apa saja yang
meliputi beberapa aspek yang harus dikaji antara lain data umum, riwayat dan
Untuk mengetahui masalah keperawatan yang ada pada keluarga Tn. N maka
diperlukan pengkajian lebih lanjut sebagai pedoman tindakan yang akan dilakukan
merupakan keluarga dengan usia lanjut, sehingga perlu dikaji lebih dalam
mengenai fungsi stress, koping, aktivitas, status kesehatan pada anggota keluarga
3. Tujuan Umum
4. Tujuan Khusus
C. Rencana Kegiatan
Keterangan : perawat
Ny. S
Anak Ny. S
D. Sasaran dan target
4. Target : Ny. S
E. Strategi pelaksanaan
F. Evaluasi
4. Evaluasi struktur
f. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
6. Evaluasi hasil
Didapatkan data pada keluarga Tn. N dengan anggota keluarga tentang data
fungsi stress, koping, status kesehatan pada anggota keluarga, aktivitas yang
dilakukan.
PRE PLANNING III
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
bagian dari sasaran pelayanan kesehatan agar dapat dilakukan asuhan keperawatan
keluarga. Sangat perlu dipahami masalah kesehatan dalam keluarga yang dapat
secukupnya. Dimana peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yng berfokus
pda tindakan yang dapt meningkatkan kesehatn pada semua anggota keluarga.
rematik)
B. Diagnosa Keperawatan.
a. Topik
b. Metode
c. Media
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
E. Kriteria evaluasi.
7. Evaluasi struktur
8. Evaluasi proses
k. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan
kesehatan komonitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi
rematik, tanda gejala dan penyebab rematik) pada Keluarga Ny. S Dan
rematik.
B. Diagnosa Keperawatan.
a. Topik
c. Media
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
D. Strategi pelaksanaan.
o. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering
dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada
serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan
Peran perawat untuk mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan
kesehatan komunitas, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana, fungsi
dengan Ny. S dan anaknya bahwa akan dilaksanakan pertemuan selajutnya yaitu
a. Topik
b. Metode
c. Media
Leaflet
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
D. Strategi pelaksanaan.
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
3. Evaluasi hasil
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
Penetapan usia 65 tahun keatas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai
pada abad ke-19 di negara jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk
kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada
pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak
keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara
yang berbeda beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupmya. Setiap lansia
adalah unik, oleh kerena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda
antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter dan Perry, 2009).
kompres jahe pada Keluarga Ny. S. Dan berdasarkan kontrak waktu yang di
a. Topik
b. Metode
c. Media
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
D. Strategi pelaksanaan.
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
3. Evaluasi hasil
NIM : 1614901190
A. Latar Belakang
peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan
preventif.
Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu
sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula
oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam
lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di
1. Resiko jatuh
a. Topik
b. Metode
c. Media
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
D. Strategi pelaksanaan.
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
3. Evaluasi hasil
NIM : 1614901190
B. Latar Belakang
peran aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah kesehatan
preventif.
Masalah yang ada di masyarakat harus dapat dikenali oleh masyarakat itu
sendiri yang selanjutnya proses pemecahan masalah yang ada, dilaksanakan pula
oleh masyarakat itu sendiri melalui potensi sumber daya yang dimilkinya dalam
lingkungan untuk mecegah resiko jatuh . Dan berdasarkan kontrak waktu yang di
1. Resiko jatuh
a. Topik
b. Metode
c. Media
d. Hari/ tanggal
e. Tempat
Di rumah Ny. S
F. Sasaran
D. Strategi pelaksanaan.
E. Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
b. Situasi mendukung, tenang dan aman tanpa adanya gangguan dari luar
3. Evaluasi hasil
A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik, salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot,
hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak
dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua
fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami
atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai
sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningakatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam memelihara
kesehatannya agar tercapai lansia – lansia yang sehat dan sejahtera.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan lansia memahami :
1) Ibu dan bapak memahami tentang definisi rematik
2) Ibu dan bapak memahami tentang penyebab dari rematik
3) Ibu dan bapak memahami tanda dan gejela rematik
4) Ibu dan bapak memahami akibat lanjut dari rematik
E. Metode
a) Ceramah
b) Diskusi dan Tanya jawab
F. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Pokok Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 Preinteraksi a. Mengucapkan salam Menjawab salam
menit b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Kontrak bahasa dan waktu Menyepakati
2. 20 interaksi a. Menjelaskan pengertian rematik Mendengarkan
menit b. Menjelaskan tanda dan gejala rematik. Mendengarkan
c. Menanyakan respon pasien
d. Menjelaskan penyebab rematik Memberikan jawaban
e. Memberikan reinforcement positif
terhadap partisipasi keluarga Mendengarkan
Mendengarkan
4. 5 Penutup a. Memberikan kesempatan keluarga Bertanya
menit Ny.F untuk bertanya
b. Menjelaskan kontrak topik dan Mendengarkan dan
waktu untuk pertemuan selanjutnya menyetujui
c. Mengakhiri pertemuan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
G. Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
1) Desain tempat dan waktu sesuai dengan rencana.
2) Media serta alat sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
1) Audiens aktif mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan.
2) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
3) Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaanya.
3. Evaluasi Hasil
Setelah kegiatan penyuluhan audiens diharapkan mampu:
1) Menyebutkan pengertian rematik
2) Menyebutkan 3 dari 5 penyebab Rematik.
3) Menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala rematik.
Lampiran materi
REMATIK
A. Defenisi
Rematik adalah adanya kelainan di sendi-sendi tulang dan mengakibatkan
rasa nyeri serta kaku pada sendi-sendi, tulang dan jaringan ikat. Pada kondisi
umum penyakit rematik tidak berbahaya, tapi sakit nyeri yang ditimbulkan
akan sangat mengganggu (Iskandar, 2012).
Arthritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitis erosive sistemik yang terutama mengenai
jaringan persendian dan juga sering melibatkan organ tubuh lainnya.
Penyakit rematik ini merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnis di dunia (Sudoyo, 2007).
Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang, ligamentum, tendon
dan persendian pada laki-laki dan wanita dengan segala usia, tetapi kelompok
lansia lebih banyak terserang penyakit rematik. Penyakit ini lebih banyak terjadi
pada wanita yang sekitar 70% penderita rematik adalah wanita (Smelltzer, 2001).
B. Etiologi
penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan kuat bahwa penyakit ini
suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang
c. Genetik.
f. Beban sendi yang terlalu berat (olah raga atau kerja tertantu).
C. Gambaran Klinis
Menurut Junaidi (2006), gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
a. Nyeri sendi
lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
d. Krepitasi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
D. Patofisiologi.
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
E. Penatalaksanaan.
penyakit rematik, kecuali penyakit rematik yang disebabkan oleh infeksi. Obat
tetap berlangsung.
1. Terapi obat
Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada rematik:
meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat antiinflamasi non
menambah berat badan dan emosi yang labil. Efek samping tersebut akan
obat ini harus dilakukan secara bertahap, tidak boleh secara mendadak.
2. Terapi Non-obat
Tersedia bahan alami atau herbal dan beberapa suplemen yang dapat
penderita rematik adalah sebagai berikut: jus sayuran: minum jus sayuran
lebih lama.
2) Ikan dan minyak ikan: menurut Dr. Robert C. Atkins, penulis New
pada semua jenis arthritis. Selain itu minyak ikan kod juga
Ikan kaya akan omega-3 adalah ikan salmon, tuna dan sarden
(Misnadiarly, 2007).
b. Herbal
yang berasal dari herbal. Bahan herbal yang membantu melawan nyeri
menghilangkan nyeri
(Purwoastuti, 2009).
berikut:
2006).
e) Terapi rehabilitasi
menimbulkan nyeri.
A. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
B. Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
5. Meransang peristaltik usus
C. Indikasi
1. Klien yang kedinginan ( suhu tubuh yang rendah )
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses, hematoma
E. Prosedur Tindakan
1. Dekat kan alat-alat ke dekat klien
2. Perhatikan privacy klien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi klien yang nyaman
5. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan di kompres
6. Ambil waslap, celupkan dalam air hangat dan letakkan pada area yang
akan di kompres
7. Lakukan kegiatan no.6 selama 15 - 30 menit dengan mengganti waslap
setiap 5 menit
8. Lepaskan sarung tangan
9. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
10. Bereskan semua alat untuk di susun kembali
11. Cuci tangan
F. Evaluasi
1. Respon klien
2. Alat kompres
G. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
SOP TEKNIK GENGGAM JARI UNTUK MENGURANGI NYERI
A. Pengertian
Teknik genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi sederhana yang
mudah di lakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan tangan dan aliran
tubuh manusia. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri kita jika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri
(Perry,2005).
B. Manfaat
Untuk mengurangi nyeri dan dapat mengontrol diri ketika terjadi perasaan
yang tidak nyaman atau stress.
C. Tujuan
1. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik,khawatir dan terancam
3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. Melncarkan aliran dalam darah
D. Metodologi
1. Persiapan pasien
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
b. Pasien dalam kondisi yang sadar
c. Pasien tidak mengalami sesak dan nyeri berat
2. Langkah-langkah
a. Peganglah jari di muai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa
menggunakan tangan mana saja
b. Tarik nafas yang dalam dengan lembut
c. Hembuskan nafas secara perlahan dan teratur
d. Ketika menarik nafas, hiruplah bersama perasaan tenang, damai,
dan berpikirlah untuk mendapatkan kesembuhan
e. Ketika menghembuskan napas, hembuskanlah secara perlahan
sambil melepaskan perasaan dan masalah yang mengganggu
pikiran dan bayangkan emosi yang mengganggu tersebut keluar
dari pikiran
f. Lakukan selama 5-10 menit.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEKAMBUHAN PENYAKIT REMATIK DI WILAYAH
PUSKESMAS BEO KABUPATEN TALAUD
Fera Bawarodi
Julia Rottie
Reginus
Malara
Email :
ferabawarodi@gmail.com
Abstrak : Rheumatic is a chronic systemic inflammatory disease that attacks the joints, especially the synovial
joints. Factors that can cause the occurrence of rheumatic recurrence is the level of knowledge, work / activity
and diet.The Purpose of this research was to knowing the factors related to the recurrence of rheumatic
diseases in Community Health Center Beo District Talaud. Design Research used cross sectional study which
the data related to independent variable or risk and independent variable consequence collated in the same
time. Tehnique Sampling that is total sampling is 32 samples. Statistical Test Result Chi-Square test with
confidence level of 95% (a = 0,05) and obtained p value 0,002 < 0,05 and 0,004 < 0,05 and p value 0,017 <
0,05. Conclussion there are correlation factors the level of knowledge, work / activity and eating patterns with
the recurrence of rheumatic diseases in Community Health Center Beo District Talaud.
Keywords: Level of Knowledge, Occupation/Activity, Diet, Rheumatic Recurrence.
Abstrak : Rematik adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang persendian terutama sendi
sinovial. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan rematik adalah tingkat pengetahuan,
pekerjaan / aktivitas dan pola makan. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Desain Penelitian ini
menggunakan cross sectional yaitu dengan data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel
terikat atau akibat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Teknik Pengambilan Sampel menggunakan
sampling jenuh / total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Hasil Uji Statistik Chi-Square test
dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) dan diperoleh p value 0,002 < 0,05 dan 0,004 < 0,05 dan p value
0,017 < 0,05. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan/aktivitas dan pola makan
dengan kekambuhan penyakit rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Kata Kunci: Rematik, Tingkat Pengetahuan, Pekerjaan/Aktivitas, Pola Makan
1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
PENDAHULUA orang mempunyai aktivitas yang berlebih
N dalam menggunakan lutut seperti pedagang
Rematik adalah penyakit keliling, dan pekerja yang banyak
inflamasi jongkok karena terjadi penekanan yang
sistemik kronis, inflamasi sistemik yang berlebih pada lutut, umumnya semakin
dapat mempengaruhi banyak jaringan dan berat aktivitas yang dilakukan oleh
organ, tetapi terutama menyerang fleksibel seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka
(sinovial) sendi. Menurut World Health pasien akan lebih sering mengalami
Organisation (WHO) (2016) 335 juta Rematik terutama pada bagian sendi dan
penduduk di dunia yang mengalami lebih sering terjadi pada pagi hari.
Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik Penyakit peradangan sendi biasanya
tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta
jiwa, dengan angka perbandingan pasien
wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di
Indonesia jumlah penderita Rematik pada
tahun 2011 diperkirakan prevalensinya
mencapai 29,35%, pada tahun
2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan
tahun 2013 prevalensinya sebanyak
45,59% dan pada tahun 2014 prevalensi
Rematik di Sulawesi Utara sebanyak
24,7%. Rematik adalah suatu penyakit
yang menyerang sendi, dan dapat
menyerang siapa saja yang rentan terkena
penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu
kiranya mendapatkan perhatian yang serius
karena penyakit ini merupakan penyakit
persendian sehingga akan mengganggu
aktivitas seseorang dalam kehidupan
sehari- hari. Rematik paling banyak
ditemui dan biasanya dari faktor, genetik,
jenis kelamin, infeksi, berat
badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain
yang mempengaruhi terhadap penyakit
Rematik adalah tingkat pengetahuan
penyakit Rematik sendiri memang
masih sangat kurang, baik pada masyarakat
awam maupun kalangan medis (Mansjoer,
2011).
Rematik merupakan suatu penyakit
yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia yang secara simetris
mengalami peradangan sehingga akan
terjadi pembengkakan, nyeri dan ahirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi dan akan mengganggu
aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi,
2006). Rematik lebih sering terjadi pada 2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
dirasakan terutama pada sendi-sendi purin seperti kacang-kacangan maka
bagian jari dan pergelangan tangan, lutut penderita akan merasakan nyeri pada
dan kaki, dan pada stadium lanjut penderita persendian tulang, dan penderita
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari mengatakan ketika terjadi kekambuhan
dan kualitas hidupnya akan menurun penderita hanya membeli obat-obatan di
(Sarwono, 2001). warung seperti, Bode, Asmefenamat dan
Oleh karena itu pola makan yang tumbuhan tradisional lainya, peneliti juga
salah telah melakukaan diskusi bersama salah
menjadi salah satu pencetus terjadinya satu tenaga kesehatan di
kekambuhan. Di mana pola makan yang
sehat sebaiknya dimulai dengan
mengadakan perubahan-perubahan kecil
pada makanan yang kita pilih, juga
mengurangi makanan dapat
mempengaruhi kekambuhan Rematik
seperti, produk kacang-kacangan seperti
susu kacang, kacang buncis, organ dalam
hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak,
dan jantung, makanan kaleng seperti,
sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak
menggunakan santan kelapa, beberapa
jenis buah-buahan seperti durian, air
kelapa muda dan produk olahan melinjho,
minuman seperti alkohol dan sayur seperti
kangkung dan bayam (Putri, 2012).
Berdasarkan survei awal yang peneliti
lakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 di
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
kepada 2 orang penderita Rematik yang
berusia ± 34 tahun, 7 orang perempuan
diantaranya sering mengalami ngilu/nyeri
pada persendian tangan dan susa dalam
melakukan aktivitas sehari- hari, 2 orang
laki-laki mengatakan nyeri pada
persendian kaki dan susah dalam
melakukan aktivitas seperti jalan kaki,
susah untuk berdiri akibat nyeri
persendian, 1 orang diantaranya tidak
mengetahui tanda dan gejala, serta cara
mengatasi penyakit Rematik tersebut, 4
orang diantarannya memiliki berat badan
lebih (obesitas), 4 diantaranya mengatakan
keluhan kembali dirasakan saat melakukan
aktivitas/pekerjaan yang berat, maka
kakinya terasa nyeri pada persendian
tulang sehingga penderita merasa kesulitan
dalam melakukan aktivitas, 3 orang
diantaranya mengatakan jika sehabis
mengonsumsi makanan yang mengandung 3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Wilayah kerja Puskesmas Beo mengatakan gangguan paru.
terdapat 15 lansia yang sering mengalami b. Tidak memiliki gangguan lain
kekambuhan rematik dari 20 lansia seperti, kejiwaan dan kognitif serta
yang datang berobat ke Puskesmas tidak bersedia menjadi responden.
tersebut. dan penderita rematik lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki,
banyak masyarakat yang tidak mengetahui
apa tanda dan gejala serta tidak tau tentang
penyakit rematik tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kekambuhan penyakit
rematik di Wilayah Puskesmas Beo
Kabupaten Talaud tahun (2016).
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
survei
analitik, dengan pendekatan cross sectional
(potong lintang) dimana semua data yang
menyangkut variabel penelitian dikumpul
satu kali pada waktu yang
bersamaan.(Setiadi,
2013) penelitian ini dilakukan di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Penelitian dilakukan pada bulan 2016-
2017. Populasi dalam penelitian ini, yaitu
32 responden yang terdiagnosis rematik
di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
Talaud. Sampel yang pada penelitian ini
diambil dalam 1 bulan terakhir yaitu, bulan
september 2016 dengan jumlah sampel
yang akan digunakan yaitu sebanyak
32 responden pasien rematik, dengan
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut :
1. Kriteria
inklusi
a. Pasien yang sudah terdiagnosis
penyakit rematik
b. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria
eksklusi
a. Penderita rematik yang mempunyai
komplikasi penyakit lain, seperti
osteoporosis, gangguan jantung dan 4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
HASIL DAN 75,0
PEMBAHASAN Total 32
Tabel 1. Distribusi responden 100
berdasarkan Sumber : Data primer (Diolah tahun
umu 2017)
r
Umur n Hasil analisis pada tabel 3 menunjukan
% bahwa sebagian besar responden dengan
30-50 7 pendidikan terakhir SMA-PT dengan
21,9 jumlah 24 responden (75,0%) dan SD-SMP
55-70 25 dengan jumlah 8 responden (25,0%).
78,1
Total 32
100
Sumber : Data primer (Diolah tahun
2017)
7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
sering mengalami kekambuhan penyakit tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05)
rematik yaitu sebanyak 3 responden menunjukan nilai p-Value 0,017,
(12,5%), begitupun sebaliknya ada didapatkan hasil nilai p-Value lebih
responden yang tingkat kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha
pengetahuannya baik tetapi tetap sering diterima. Menunjukan bahwa terdapat
mengalami kekambuhan penyakit hubungan pola makan dengan
rematik yaitu sebanyak 21 responden kekambuhan rematik di Wilayah
(87,5%). Hasil penelitian ini Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
didukung karena adanya faktor lain Dalam penelitian ini terdapat responden
seperti sikap pasien yang cenderung yang memiliki pola makan yang tidak
lebih acuh tak acuh dengan penyakitnya tetapi tidak sering mengalami
karena terlalu sibuk bekerja. kekambuhan yaitu sebanyak 3
2. Faktor pekerjaan/aktivitas responden (33,3%), begitupun
Dengan sebaliknya ada juga responden yang
Kekambuhan Penyakit memiliki polah makan baik tetapi
Rematik sering
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan
uji statistik, dari uji chi-square pada
tingkat kemaknaan 95% (ߙ=0,05)
menunjukan nilai p-Value 0,04,
didapatkan hasil nilai p- Value lebih
kecil dari ߙ=0,05 yang berarti Ha
diterima. Menunjukan bahwa terdapat
hubungan pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
Pekerjaan/aktivitas merupakan salah
satu faktor munculnya penyakit
rematik . berbagai aktivitas dengan
beban pekerja dan daya
tekanannya yang dapat
memperberat sendi dan pekerjaan yang
banyak menggunakan tangan dalam
jangka waktu yang lama, sering yang
menjadi keluhan-keluhan yang dapat
dirasakan pada setiap penderita
penyakit rematik (Putri,
2012)
.
3. Faktor Pola Makan dengan
Kekambuhan
Penyakit
Rematik
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan menggunakan
uji statistik, dari uji chi-square pada
8
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
mengalami kekambuahn yaitu sebanyak Nuha Medika. Yogyakarta
23 responden sebanyak (79,3%). Hal ini Diagnosa Medis Nanda & Nic-Noc,
disebabkan karena adanya kebiasaan Jilid 3, Yogyakarta : Edisi Refisi
mengomsumsi makanan yaitu yang Cipta Nursing, (2011). Memahami
dapat memicu terjadinya kekambuhan Berbagai
rematik, karena makanan merupakan Macam Penyakit. PT Indeks.
faktor penting dalam memicu Jakarta
kekambuhan penyakit rematik seperti,
menghindari produk susu, buah jeruk,
tomat, jeroan, dan makanan tertentu
lainnya (Smeitzer 2001).
SIMPULAN
1. Sebagian besar responden memiliki
tingkat
pengetahuan baik, pekerjaan/aktivitas
tidak terganggu, dan pola makan baik
dengan kekambuhan penyakit rematik
pada masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
2. Terdapat hubungan yang signifikan
antara
tingkat pengetahuan dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pekerjaan/aktivitas dengan
kekambuhan rematik di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud
4. Terdapat hubungan yang signifikan
antara
pola makan dengan kekambuhan
rematik di
Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten
Talaud
DAFTAR PUSTAKA
Arfiyanti, F.N. (2009). Tingkat
Pengetahuan
Tentang Penyakit Rematoid Arthritis
Di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia Diakses dari
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_dig
ita l/SKRIPSI.pdf. (11 Okt 2016)
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar
Keperawatan Medikal- Bedah.
Jakarta : EGC
Damayanti (2015) Arthritis Rheumatoid
Dan Penatalaksanaan Keperawatan. 9
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Ervy, fathra (2014) Hubungan Rematik
Antara Dukungan Keluarga Dan http://repository.usu.ac.id/bitstream/
Kualitas Hidup Pasien Rematik. 123
Provinsi Riau 456789/24610/7/Cover.pdf .
http://jom.unri.acid/index.php/JOMP Natalia & Ermalynda (2014). Peran
SI K/article/download/3433/3329. Keluarga Dalam Merawat Klien
Di Akses 1 Januari 2016 Rematik Di Rumah
URL
Ester A, Bangun, (2015) Gambaran
http://journal.wima.ac.id/index.php/N
pengetahuan Dan Sikap Usia Lanjut
E RS/article/view/684. Di akses 4
Dalam Mengatasi Rematik Di
Januari
Kelurahan Binjai Kecamatan Joman.
2014
Dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23
456789/47913/7/Cover.pdf.
Elizabeth (2002). Buku Saku
Patofisiologi.
Kedokteran EGC. Jakarta.
Fajriyah, (2012) Tingkat Pengatahuan
Lansia Tentang Penyakit
Rheumatoid Artritis Di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia,di akses dari
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file
digital/SRIPSI.pdf
FKUI. (2002). Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta : Edisi Ketiga
Handriani, (2004), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah 2, (Edisi 8) (Vol 3)
Jakarta : EGC
Junaidi, (2006) Reumatik dan Asam Urat.
BIP.
Jakarta
Marilynn, E.Doenges & Marry Frances,
(2014). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC
Mansjoer, A. ( 2011). Kapita Selecta
Kedokteran. Jilid 1 Edisi 3 Jakarta :
EGC Notoadmodjo, S. (2012).
Metode penelitian Kesehatan.
Jakarta : PT. Rineke
Nasution,(2011) Pola Aktivitas
Pasien
1
0
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei
2017
Nurarif,A.H.& Kusuma, H, (2015). Fundamental Keperawatan, Konsep,
Aplikasi Asuhan Keperawatan Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I.
Berdasarkan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
NandaNicNoc.Darihttp://akperadihus Ridwan. (2011) Rumus dan Data Dalam
ad Penelitian. Alfabeta. Jakarta : Rineke
a.ac.id/perpustakaan/detailbooks.php Cipta
?id
book=4807&judul=JIL%201%20Apl Susane, S. (2003) Buku Ajar
ika Keperawatan
si%20asuhan%20keperawatan%20N Medikal Bedah (Edisi 8). (Vol 3).
AN Jakarta
DA%20NICNOC%20panduan%20p : EGC
eny Suiraoka, (2012) Penyakit Degeneratif,
usunan%20asuhan%20keperawatan Nuha
%20 profesional&koleksi=active. Medika : Yogyakarta
Diakses April 2016
CiptaNursing, (2011). Memahami
Berbagai
Macam Penyakit. PT Indeks. Jakarta
Ovedoff, D. (2007). Kapita
Selekta
Kedokteran. Jilid I Jakarta : Edisi
Refisi
Purwoastuti, E. (2009) Waspadai
Gangguan Rheumatoid
Arthritis.Yogyakarta: PT. Gramedia
Purnomo J, (2010) Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis
Dengan sikap kekuarga Dalam
Mengatasi kekambuhan Penyakit
Rheumatoid Arthritis Di Kelurahan
Karangasem Kecamatan
LaweyanKota Surakarta,
http://eprints.ums.ac.id/10414/1/J210
06
0078.pdf.Diakses 25 agustus 2016
Putri, M.I, (2012) Hubungan
Aktivitas,Jenis Kelamin Dan
Pola Diet Dengan Frekuensi
Kekambuhan Artritis Reumatoid
di Puskesmas Nuasa Indah
Bengkulu,http://VI.stikesdehasen.ac.i
d/d owlot.pht?file=memi%
zoika%20puti,%20S.kep.docx.
diakses tanggal 16 september 2016
1
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar 1
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
73
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
ABSTRAK
Penyakit rematik merupakan istilah umum untuk inflamasi di daerah persendian, dan mengenai
laki-laki maupun wanita dari segala usia. Gejala klinis yang sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku,
atau bengkak di sekitar sendi. Pemberian kompres panas dapat mengurangi nyeri rematik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia (lanjut usia) dengan nyeri rematik. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 26 orang sampel penderita rematik berjenis kelamin wanita, yang
diambil secara total sampling. Penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimental
dengan rancangan one group pretest-posttest design. Pengambilan data dilakukan dengan
mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres panas. Analisis
dengan Wilcoxon Sign Rank test menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh pemberian kompres panas terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan.
ABSTRACT
Rheumatic disease is a general term for inflammation in the joints, and affects men and
women of all ages. The common clinical symptoms are pain, aching, stiffness, or swelling
around the joint. Hot compress is able to reduce rheumatic pain. This study was aimed to
determine the effect of hot compress treatment on the decrease of pain level in elderly patients
with rheumatic pain. The number of samples used in this study were 26 female patients with
rheumatic disease, taken with total sampling. This research used a pre-experimental design
with one group pretest-posttest design. Data were collected by measuring the level of pain before
and after hot compress was given. Analysis with Wilcoxon Sign Rank test showed that p = 0.000
(p < 0.05). It was concluded that there was a significant effect of hot compress administration on
the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain in PSTW Budi Sejahtera, South
Kalimantan.
74
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
75
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
Variabel bebas penelitian ini adalah ulang skala intensitas nyeri dengan
kompres panas, variabel terikat adalah pengukuran skala VDS segera sesudah
tingkat nyeri pada pasien dengan rematik, dilakukan pemberian terapi kompres panas.
variabel pengganggu adalah budaya, Hasil pengukuran kemudian dicatat pada
pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan lembar observasi.
pengalaman masa lalu. Prosedur dalam Analisis data dilakukan dengan
penelitian ini peneliti memilih subyek menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test,
penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dengan tingkat signifikansi 5% untuk
yaitu berjenis kelamin wanita, lansia adalah menguji perbedaan tingkat nyeri sebelum
penghuni tetap, mengalami nyeri akibat dan sesudah diberikan kompres panas pada
rematik, tidak mengkonsumsi analgetik 5 pasien rematik di PSTW Budi Sejahtera
jam sebelum dilakukan penelitian untuk Provinsi Kalimantan Selatan.
subyek yang menggunakan analgesik
ibuprofen, tidak mengkonsumsi analgesik 2 HASIL DAN PEMBAHASAN
hari sebelum dilakukan penelitian untuk
subjek yang menggunakan analgesik Penelitian mengenai pengaruh terapi
piroksikam dan meloksikam, tidak ada kompres panas terhadap penurunan tingkat
gangguan jiwa, tidak ada komplikasi nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
penyakit lain, dan bersedia untuk diteliti dan rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
kriteria eksklusi yaitu adanya Kalimantan Selatan telah dilakukan, dan
pembengkakan pada sendi saat penelitian didapatkan sampel penelitian sebanyak 26
dan nyeri yang bertambah pada saat sampel. Sampel tersebut merupakan seluruh
diberikan terapi kompres panas. populasi lansia dengan penyakit rematik di
Memberikan penjelasan kepada subyek PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
penelitian tentang prosedur penelitian, Selatan, dipilih berdasarkan kriteria inklusi
kemudian mereka diberi lembar persetujuan yang telah ditetapkan peneliti.
penelitian untuk ditandatangani atau dengan
menggunakan cap jempol apabila subyek Karakteristik Sampel
tidak bisa menulis. Data dikumpulkan Karakteristik sampel dalam
dengan cara menilai skala nyeri pasien penelitian ini adalah lansia wanita dengan
menggunakan skala intensitas nyeri nyeri rematik yang dideskripsikan
deskriptif pada kelompok perlakuan, yaitu berdasarkan rentang usia, suku, jenis
sebelum dilakukan tindakan pasien ditanya pekerjaan, dan pendidikan terakhir.
mengenai intensitas nyeri menggunakan
skala intensitas nyeri VDS, kemudian dicatat Karakteristik sampel berdasarkan
dalam lembar observasi. Pengukuran derajat rentang usia
nyeri menggunakan skala intensitas nyeri Data demografi sampel lansia wanita
VDS, yaitu seperti yang ditunjukkan pada dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Gambar 1. Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan rentang usia ditunjukkan pada
Gambar 2.
34,62% 60-74
65,38% tahun
75-90
tahun
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri VDS yang
Digunakan Saat Penelitian (9).
76
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
77
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
Tabel 1. Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah pasien pasca bedah Caesar dengan anestesi
Diberikan Terapi Kompres Panas Pada Pasien spinal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Lansia dengan Nyeri Rematik
Surakarta (p = 0,0001) (13). Wahyuni dan
78
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
79
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
10. Potter PA, AG Perry. Buku ajar 14. Wahyuni NS, S Nurhidayat. Efektifitas
fundamental keperawatan: konsep, pemberian kompres panas terhadap
proses, dan praktik edisi 4 volume 2. penurunan nyeri plebitis akibat
Jakarta: EGC, 2005. pemasangan intravena line. Fenomena
11. Istichomah. Pengaruh teknik pemberian 2008; 5: 114-124.
kompres terhadap perubahan skala nyeri 15. Smeltzer SC, BG Bare. Buku ajar ilmu
pada klien kontusio di RSUD Sleman. keperawatan medikal bedah edisi 8
Yogyakarta 2007; (online) volume 3. Jakarta: EGC, 2001
(http/www.linkpdf.com, diakses 10 16. Lelo A, DS Hidayat, J Sake.
Maret 2012). Penggunaan anti-inflamasi non-steroid
12. Kusyanti E. Keterampilan dan prosedur yang rasional pada penanggulangan
laboratorium keperawatan dasar. nyeri rematik. E-USU Repositor 2004;
Jakarta: EGC, 2004. (online),
13. Handoyo D. Pengaruh pemberian (http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
kompres panas terhadap intensitas nyeri 3456789/3478/1/ farmakologi-
pasien pasca bedah sesar dengan spinal aznan4.pdf), diakses 10 Maret 2012
anesthesi di rumah sakit PKU
muhammadiyah surakarta. Profesi 2008;
03.
80
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres
Panas
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Terapi Kompres Panas
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRAK
Pendahuluan: Rematik merupakan masalah persendian yang menimbulkan rasa
nyeri baik wanita maupun laki-laki dan sering terjadi pada orang tua dibandingkan
pada usia muda. Penanganan yang tepat untuk menangani rematik secara
nonfarmakologis salah satunya adalah pijat punggung. Pijat punggung dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini disebabkan pijat punggung menghasilkan pelepasan
endorphin serta menstimulasi serabut saraf sensorik delta –A dan serabut C sehingga
menurunkan impuls nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas pijat
punggung terhadap intensitas skala nyeri sedang pada wanita lanjut usia di Desa
Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan one group pretest-posttest designt. Subjek dalam penelitian ini
sebanyak 17 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Tingkat nyeri rematik
menggunakan Rheumatoid Arthritis Pain Scale (RAPS). Perolehan data nyeri rematik
sebelum dan sesudah pemberian intervensi dihitung menggunakan rumus mean.
Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik melaui uji-t sampel paired. Hasil uji statistik
pada pijat punggung menunjukkan bahwa thitung (8,641) > ttabel (2,120) dengan taraf
kepercayaan 95% α = 0,05 yang berarti bahwa Ho yang menyatakan tidak ada
perbedaan pemberian pijat punggung pada wanita lanjut usia di Desa Karyawangi
Kabupaten Bandung Barat di tolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
penurunan yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri rematik pada wanita lanjut
usia di Desa Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Diskusi: Pemberian intervensi
pijat punggung selama dua hari dapat menurunkan skala nyeri sedang rematik.
ABSTRACT
Introduction: Rheumatism is a joint problem that it was happen in both women and
men also often going on old man than at a young age. The best proper handling to
handle rheumatism in nonfarmakologi in one exception is backing massage. Back
massage can reduce pain this is because back massage produce to release of
endorphin and stimulate sensory nerve fibers-A delta and fibers C thus reducing pain
impulses. This study was conducted to know the effectiveness of back massage to
scale the intensity of pain was in women aged in Karyawangi Village West Bandung.
This study was an experimental study with one group pretest and postest design.
Subjects of this study were 17 in accordance with the criteria. The level of
rheumatism pain data before and after intervention administration was calculated
using mean formula and continued with statistic test through paired test-t sample.
The result of statistic test of back massage was showed that tcount (8,642) > ttable
(2,120) with level of confidence 95 % α = 0,05 it mean that Ho there is no
significance different administration in back massage for elder women in Karyawangi JURNAL
Village West Bandung Rejected. The conclusion from the study there was decrease
in scale a rheumatic pain in women aged in Karyawangi Village West Bandung.
Discussion: The gived of intervention is backing massage can reduce pain often.
SKOLASTIK
KEPERAWATAN
Keywords: Rheumatic pain, Back Massage Vol. 3, No.1
Januari - Juni 2017
53
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Pada table 2 menunjukkan bahwa nilai saraf yang diterima oleh nosiseptor.
skala nyeri rematik sesudah dilakukan Reseptor nyeri pada kulit dan jaringan
pijat punggung pada wanita lanjut usia di tubuh dipengaruhi oleh mekanisme
Desa Karyawangi Kabupaten Bandung- tersebut. Posisi hambatan menentukan
Barat adalah 1,1765 yang termasuk apakah impuls saraf berjalan bebas atau
dalam kategori Nyeri Ringan. tidak ke medula dan talamus sehingga
dapat mentransmisikan impuls atau
PEMBAHASAN pesan sensasi
Hasil penelitian menunjukkan bahawa
dengan melakukan pijat punggung
selama dua hari dapat memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap
penurunan skala nyeri rematik. Hal ini
dapat disebabkan pijat punggung dapat
memberikan peredaan nyeri sementara
yang efektif, dimana dapat menghasilkan
pelepasan endorphin yang menghambat
transmisi nyeri serta menstimulasi
serabut saraf sensorik delta-A dan
serabut C yang kemudian melepaskan
substansi P pada saraf aferen, dimana
adanya mekanreseptor yaitu alat peraba
pada kulit sebagai mekanisme
pertahanan. Terdapat pada pusat
korteks yang lebih tinggi diotak
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden
tersebut akan melepaskan opiat
endogen seperti hormon endorphin yang
akan membuat seseorang merasa
senang (Kozier, et al., 2010).
Teori opiate endogenous, dimana
reseptor opiate yang berada pada otak
dan spinal cord menentukan dimana
sistem saraf pusat mengistirahatkan
substansi morfin yang dinamakan
endorphin dan enklephalin. Bila nyeri
diterima opiate endogen ini dapat
dirangsang pengeluarannya oleh
stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate
reseptor ini berada pada ujung saraf
sensori perifer (Sari, 2006).
Teori pengendalian gerbang (gate
control theory) mekanisme hambatan
neural atau spinal terjadi dalam
substansi gelatinosa yang terdapat di
kornu dorsal nedula spinalis. Impuls
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
2017 58
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
ke korteks sensorik. Jika hambatan
terbuka, impuls dan pesan dapat Baratawidjaja, KG,, Rengganis, Iris.
melewatinya dan di transmisikan secara (2012).
Imunologi Dasar Edisi 10.
bebas (Cooper dan Fraser, 2009, hlm.
FKUI. Jakarta.
464).
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar
KESIMPULA
Keperawatan Medical Bedah Edisi
N
8. Jakarta: EGC.
Pemberian intervensi dengan
pemberian pijat punggung selama 2
(dua) hari selama
30 menit/ hari dapat menurunkan skala
nyeri rematik sedang.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Purwanto, Erwan dan Dyah
Ratih
Sulistyastuti. (2007).
Metode Penelitian Kuantitatif,
Untuk Administrasi Publik,
dan
Masalahmasalh Sosial.
Gaya
Media Jogyakarta.
Andi Ahdaniar, Hasanuddin, H.
Indar. (2014). ‘Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
penyakit rematik pada lansia
diwilayah puskesmas kassi-kassi
kota makasar’, Jurnal Ilmiah
kesehatan diagnosis Volume
4 Nomor 2 Tahun 2014.
Alimul, & Aziz H. (2011). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Anas, & Tamsuri. (2006). Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri, EGC,
Jakarta.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Balaska, J. (2005). New Natural
Pregnancy.
Jakarta: PT. Prima Medika Jurnal
PustakaSkolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
2017 59
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Stromborg, M, Olsen, S.
Instrument For Clinical
Health- Care Research
Third edition. Canada:
Jones and Barflett
Publishers
International.
Sudjana. (2005). Metode
Statistika. Tarsito.
Bandung.
Sugiyono. (2009).
Metode Penelitian
Administrasi. Bandung : Alfabeta
Sunyoto, D. (2012).
Statistika Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Suarjana, & I Nyoman.
(2009). Artritis
Reumatoid Dalam
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi
V. Interna Publishing.
Jakarta.
Tamsuri, (2007).
Konsep Dan
Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta.
Thomas Kristanto & Arina
Maliya. (2011).
Pengaruh Terapi Back Massage
Terhadap Intensitas Nyeri
Reumatik Pada Lansia Di Wilayah
Puskesmas Pembantu Karang Asem.
Trisnowijaya Bambang.
(2012).
Keterampilan
Dasar Massage.
Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wahyudi. (2009).
Kepemimpinan Kepala
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.3, No. 1 Jan – Jun
Sekolah Dalam
2017 62
EFEKTIVITAS PIJAT PUNGGUNG TERHADAP INTENSITAS NYERI REMATIK SEDANG PADA WANITA LANJUT USIA DI DESA KARYAWANGI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Organisasi
Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
World Health
Organization (2009).
Rheumatoid Arthritis. Diunduh:
www.who.Rheumatoid
Arthritis.com .
Diperoleh Tanggal 08
Oktober 2015 .